BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan-iklan yang muncul pada media elektronik seperti melalui televisi semuanya memiliki persamaan yaitu ingin
|
|
- Erlin Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan-iklan yang muncul pada media elektronik seperti melalui televisi semuanya memiliki persamaan yaitu ingin mendekatkan khalayak sasaran dengan menarik perhatian mereka (Khasali:1992,79). Untuk mendekatkan iklan kepada khalayak sasaran, hanya iklan yang mampu menarik perhatian saja yang akan diingat oleh calon pembeli. Caranya bermacam-macam, mulai dari menampilkan paras bintang iklan yang menarik hingga mengangkat tema yang menarik agar konsumen dapat aware dengan iklan yang ditayangkan. Terdapat banyak tema yang menarik dan dapat diangkat ke dalam iklan. Tema iklan misalnya dapat diambil dari topik-topik yang sedang booming pada massanya atau dapat juga mengangkat tema yang berbeda dengan konsep iklan-iklan sebelumnya. Pada iklan televisi di Indonesia perempuan masih sering menjadi objek agar iklan terlihat lebih menarik. Sosok perempuan pada iklan televisi direpresentasikan cenderung penuh prasangka, yaitu menampilkan perempuan secara stereotip sebagai sosok lemah, sub-ordinasi terhadap laki-laki, terbatas lebih banyak diperlihatkan sisi fisik semata, serta cenderung direpresentasikan mengerjakan pekerjaan domestik (Widyatama, 2006: 36). Adapun suatu gerakan agar perempuan tidak dikonstruksikan terus menerus seperti yang digambarkan pada iklan televisi yaitu feminisme. Feminisme sebagai gerakan pada mulanya berangkat dari asumsi bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan dieskploitasi, serta usaha untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut. Gerakan feminisme ini merupakan perjuangan dalam rangka mentransformasikan sistem dan struktur yang tidak adil, menuju ke sistem yang adil bagi perempuan ataupun laki-laki. Dengan kata lain, hakikat feminisme adalah gerakan transformasi sosial dalam arti tidak selalu memperjuangkan persoalan kaum perempuan saja (Faqih, 2013:100). 1
2 Pada iklan masih saja terdapat iklan yang mengeksploitasi perempuan atau ada juga yang menganggap perempuan masih dalam sosok yang tradisional dan lemah sedangkan laki-laki seringkali digambarkan lebih kuat dibandingkan perempuan. Padahal dalam perspektif gender, maskulin dan feminim sebenarnya merupakan pilihan. Artinya laki-laki dan perempuan dapat secara bebas memilih penampilannya sendiri sesuai dengan yang disukainya. Salah satu tema yang menarik untuk diangkat pada iklan televisi yaitu tema bias gender. Salah satu iklan televisi produk perawatan kulit dari Unilever yaitu iklan Fair and Lovely versi nikah atau S2 mengangkat mitos yang dimana anak perempuan tidak diperbolehkan untuk berpendidikan tinggi. Sosok anak perempuan pada iklan masih digambarkan berada dalam sosok yang tradisional. Gambaran pada iklan tersebut sesuai dengan makna bias gender, yaitu sebuah prasangka atau konstruksi sosial yang berupaya mendudukan perempuan dalam sosok yang tradisional, lebih lemah dibandingkan dengan pria (Widyatama, 2006:7). Perempuan digambarkan dalam sosok tradisional pada iklan ini yaitu gambaran orangtua yang lebih menginginkan anak perempuannya untuk menikah dibandingkan melanjutkan pendidikan S2 nya. Adapun gambaran tersebut senada dengan konstruksi budaya dalam masyarakat zaman dahulu yang mengajarkan bahwa aktivitas utama seorang perempuan adalah dalam tiga wilayah yaitu kasur, sumur dan dapur. Tiga tempat utama itu merupakan wilayah utama seorang perempuan. Pemikiran seperti itu seolah menegaskan bahwa tempat paling utama dari seorang perempuan hanyalah di wilayah domestik saja atau daerah rumah saja. Pada iklan ini pemikiran sang ayah dan sang ibu masih seperti itu. Pada iklan Fair and Lovely versi nikah atau S2 ini juga menggambarkan bahwa terlihat adanya kesetaraan antara kaum perempuan dan kaum laki-laki, khususnya dalam bidang pendidikan. Iklan sebagai suatu propaganda tentang perempuan, bahwa saat ini wanita peduli akan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Wanita ingin membuktikan bahwa ranah wanita tidak hanya pada ranah domestik saja, bahkan bisa sejajar dengan kaum laki-laki. 2
3 Tema bias gender ini menarik untuk diangkat menjadi konsep iklan perawatan kulit karena yang telah diamati sebelumnya oleh peneliti, iklan perawatan kulit hanya menampilkan keunggulan produk serta kecantikan dari bintang iklan. Sama halnya dengan iklan Fair and Lovely yang tayang beberapa tahun terakhir ini yaitu iklan Fair and Lovely versi Shireen Sungkar dan iklan Fair and Lovely versi Jesicca Mila yang dimana pada kedua versi iklan ini hanya menampilkan keunggulan produk dan menggunakan bintang iklan yang cantik. Namun, pada iklan Fair and Lovely versi nikah atau S2 yang tayang mulai pertengahan tahun 2015 hingga tulisan ini dibuat (5 Februari 2016) iklan ini masih tayang, pada iklan ini menurut asumsi peneliti memiliki konsep cerita yang berbeda dari iklan perawatan kulit lain dan menggambarkan tema yang berbeda dari iklan perawatan kulit sebelumnya yaitu bias gender. Terdapat daftar mengenai stereotip gender pada iklan. Dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.1 Daftar Stereotip Gender Pada Iklan Perempuan Lembut Emosional Feminim Cengeng Berambut panjang Berkulit putih Bertubuh langsing Pakai rok Mengasuh anak Mencuci piring Laki-laki Kasar Rasional Maskulin Tabah Berkumis Terpesona pada kecantikan Berpenampilan mapan Pakai celana Bekerja Mencuci mobil 3
4 Tidak perlu sekolah Ibu rumah tangga Lemah Berpendidikan tinggi Bekerja di ruang public Kuat Sumber: Kusumastutie,2004:111 diakses pada 13 Desember 2015 pukul WIB Dilihat pada tabel di atas, dalam iklan masih adanya stereotip antara laki-laki dan perempuan. Iklan Fair and Lovely versi nikah atau S2 lebih mendekati kepada stereotip gender bahwa perempuan tidak perlu sekolah dan laki-laki perlu berpendidikan tinggi. Pada iklan Fair and Lovely versi nikah atau S2 masih terdapat stereotip seperti hal tersebut, yaitu bias gender pada pendidikan. Tema bias gender menarik untuk diteliti juga karena data bias gender di Indonesia masih tinggi. Menurut sumber dari UNICEF masih ada kesenjangan gender dalam pendidikan di Indonesia. Data Departemen Pendidikan memperlihatkan adanya kesenjangan gender yang signifikan antara jumlah anak laki-laki dan anak perempuan yang putus sekolah di tingkat SD maupun SLTP. Tiga kemungkinan anak perempuan untuk putus sekolah lebih besar dibandingkan anak laki-laki. Di SD, dari 10 anak yang putus sekolah, enam antaranya anak perempuan dan empat lainnya anak lakilaki. Demikian halnya di SLTP. Kesenjangan gender antara murid laki-laki dan perempuan yang putus sekolah sedikit lebih tinggi di sekolah lanjutan atas, yaitu tujuh anak perempuan dibandingkan tiga anak laki-laki (Departemen Pendidikan Nasional, 2002 dalam diakses pada 13 Mei 2016 pukul WIB). Stereotip gender masih terus ada dan ini terefleksikan melalui cara siswa memilih spesialisasi di sekolah kejuruan dan universitas, dimana tampak adanya semacam diskriminasi yang dilakukan secara sadar oleh anak perempuan maupun laki-laki. Ilmu sosial umumnya banyak diambil oleh siswa perempuan sedangkan bidang teknologi banyak dipelajari oleh siswa laki-laki. Karena masih adanya kesenjangan 4
5 gender di Indonesia untuk itu pihak biro iklan perlu untuk memenuhi tuntutan akan kesetaraan gender. Angka bias gender di Indonesia masih tinggi mungkin salah satu penyembabnya karena sejak dahulu sudah dikonstruksikan bahwa kaum laki-laki memiliki peran lebih dibandingkan dengan perempuan. Diakses pada 25 Desember 2015 pada pukul WIB dalam artikel persepsi kecantikan yaitu pada masa orde baru, melalui tayangan TVRI yang mempersembahkan sebuah definisi feminis dan perempuan dalam masyarakat. Perempuan ditampilkan pada ranah domestik yang patuh pada tradisi dan adat. Bahkan mereka dibentuk untuk tidak memiliki wawasan yang luas. Hal tersebut membuktikan bahwa sudah dari masa orde baru wanita dikonstruksi seperti itu. Karena proses sosialisasi dan rekonstruksi berlangsung secara mapan dan lama tersebut, akhirnya menjadi sulit dibedakan apakah sifat-sifat gender itu, seperti kaum perempuan lemah lembut dan kaum laki-laki kuat perkasa, dikonstruksikan atau dibentuk oleh masyarakat atau kodrat biologis yang ditetapkan oleh Tuhan. Namun, dengan menggunakan pedoman bahwa setiap sifat biasanya melekat pada jenis kelamin tertentu dan sepanjang sifatsifat tersebut bisa dipertukarkan, maka sifat tersebut adalah hasil konstruksi masyarakat dan sama sekali bukanlah kodrat. Maka dengan tayangnya iklan Fair and Lovely versi nikah atau S2 ini peneliti ingin mempresentasikan bahwa tidak hanya pada masa order baru saja iklan digambarkan bias gender namun hingga saat ini masih terdapat iklan bias gender. Konstruksi bias gender salah satunya disebabkan oleh tayangan televisi bahkan dari tayangan sejak masa orde baru. Apabila tayangan televisi tersebut disaksikan oleh banyak masyarakat tentu sangat memberikan pengaruh mengenai konsep bias gender di masyarakat. Saat ini tayangan iklan yang mengalami peningkatan yaitu produk kecantikan. Diakses pada 25 Desember 2015 dalam pukul WIB pada artikel yang berjudul Menjual Solusi dari Fitur Produk, mengutip hasil survei yang dilakukan Nielsen pada tahun 2010, khususnya untuk produk kecantikan, ada peningkatan dalam penjualan produk 5
6 kecantikan sebesar 11%. Nilai tersebut lebih tinggi daripada penjualan barang fast moving consumer goods. Adapun faktor peningkatan penjualan tersebut karena kesuksesan perusahaan dalam beriklan. Hal tersebut berarti iklan yang ditampilkan oleh perusahaan-perusahaan produk kecantikan efektif mempengaruhi konsumen untuk membeli produk mereka. Gambar 1.1 Potongan Iklan Fair and Lovely versi nikah atau S2 Sumber: diakses pada 25 Desember 2015 pukul WIB Meskipun iklan produk kecantikan mengalami peningkatan namun produk kecantikan Fair and Lovely ini tergolong baru di Indonesia dibandingkan dengan negara asalnya di India. Produk ini sudah diperkenalkan di India sejak tahun Produk Fair and Lovely sudah tersebar luas di 30 negara, termasuk Indonesia. Produk perawatan yang dikeluarkan oleh HUL (Hindustan Unilever Limited). Meskipun tergolong baru di Indonesia, produk Fair and Lovely termasuk ke dalam Top 10 Merek Kosmetik Terbaik 2014 (diakses pada 26 Desember 2015 dalam pukul WIB). Tabel 1.2 Top 10 Merek Kosmetik Terbaik 2014 Rangking Nama Produk 1 Dove 6
7 2 Olay 3 Clinique 4 Fair and Lovely 5 Retinol Beauty Products 6 SK-II Facial Treatment 7 Christian Dior 8 Josie Maran s Argan Oil 9 Biore 10 Lakme Cosmetics Sumber: diakses pada 26 Desember 2015 pukul WIB Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa produk Fair and Lovely berada pada urutan keempat. Yang dimana produk dari urutan pertamanya yaitu Dove, Olay dan Clinique. Dari kedua produk tersebut yaitu Dove dan Olay juga menggunakan televisi sebagai alat promosi, namun Clinique tidak beriklan di televisi, Pengamatan dari peneliti sebelumnya, iklan televisi yang digunakan oleh Dove dan Olay tersebut tidak membahas bias gender seperti iklan Fair and Lovely versi nikah atau S2. Dilihat dari iklan Dove New Volume Nourishment yang tayang sejak pertengahan 2015 hanya menampilkan keunggulan produk. Sama halnya dengan iklan Olay, salah satunya iklan Olay Total Effects versi Kajol Devgan yang tayang sekitar satu tahun yang lalu hanya menampilkan keunggulan produk dan menggunakan bintang iklan yang cantik. Iklan Fair and Lovely versi nikah atau S2 ini selain tayang di televisi juga dapat di akses melalui youtube. Namun iklan yang akan diteliti yaitu iklan Fair and Lovely yang tayang di televisi karena hingga saat ini televisi adalah salah satu media yang paling banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Meskipun saat ini sudah berkembang media baru namun televisi masih efektif sebagai media promosi bagi 7
8 merek untuk mempengaruhi konsumen. Berdasarkan survei Nielsen mengenai Kepercayaan Terhadap Iklan di Asia Tenggara disebutkan bahwa televisi masih termasuk dalam media iklan berbayar yang paling dipercaya konsumen Asia Tenggara. Hampir delapan dari sepuluh konsumen Indonesia (79%) percaya pada iklan televisi. Kepercayaan bangsa ini terhadap iklan televisi bahkan mengungguli Thailand (78%), Filipina (75%), Vietnam (69%), Singapura (64%), dan Malaysia (63%). Semua negara itu berada di atas atau konsisten dengan rata-rata global yang sebesar 63% (sumber: diakses pada 10 Mei 2016 pukul WIB). Berdasarkan latarbelakang di atas peneliti ingin menganalisis mengenai bias gender yang ada dalam iklan Fair and Lovely yang tayang di televisi yang mulai tayang tahun Peneliti menggunakan analisis Semiotika Roland Barthes. Dalam konteks pertandaan, Barthes menggagas adanya dua tatanan pertandaan, yaitu denotasi dan konotasi. Tahap selanjutnya ketika konotasi menjadi ideologi, maka Barthes menyebut konotasi sebagai mitos. Mitos bukanlah objek, mitos bukan pula konsep ataupun suatu gagasan, melainkan suatu cara signifikasi, suatu bentuk. Mitos tidak hanya berupa pesan yang disampaikan dalam bentuk verbal (kata-kata lisan maupun tulisan), namun juga dalam berbagi bentuk lain atau campuran antara bentuk verbal dan noverbal. Misalnya dalam bentuk film, lukisan, fotografi dan iklan (dalam Sobur, 2013:2). Menurut Urban dalam Sobur (2013;222), menyatakan bahwa mitos adalah cara utama yang unik untuk memahami realitas. Peneliti ingin mengetahui tanda-tanda denotasi, konotasi hingga mitos yang ada pada iklan Fair and Lovely versi nikah atau S2, selain itu peneliti juga ingin memahami realitas yang dikonstruksikan oleh iklan televisi mengenai bias gender yang dimana menurut peneliti realitas yang dikonstruksikan tersebut masih menyatakan mitos maka dari itu penulis menggunakan semiotika Roland Barthes. Mengetahui makna dibalik sebuah iklan sangat penting karena budaya stereotip yang masyarakat percaya cukup banyak dibangun oleh iklan-iklan ini. Agar nantinya 8
9 masyarakat tidak salah persepsi mengenai makna gender. Dengan adanya latarbelakang yang sudah dijabarkan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Presentasi Bias Gender pada Iklan Televisi Fair and Lovely Versi Nikah atau S2." 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti memaparkan fokus penelitian pada penelitian ini adalah bagaimana presentasi bias gender yang ditampilkan pada iklan televisi Fair and Lovely versi nikah atau S2. Menggunakan semiotika Roland Barthes, yang di mana tanda-tanda dikelompokkan berdasarkan makna denotasi, konotasi dan mitos. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini dapat peneliti sebutkan yaitu untuk mengetahui presentasi bias gender pada iklan televisi Fair and Lovely versi nikah atau S Manfaat Penelitian Manfaat yang peneliti harapkan dari penelitian ini mencakup dua aspek, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Bagi penulis, mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan tentang peran sebuah iklan dalam membentuk persepsi gender pada khalayak, yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan, terutama bagi masyarakat yang berada pada bidang periklanan. 9
10 b) Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan belajar dalam menganalisa aspek presentasi dalam suatu iklan. c) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pengetahuan tentang penelitian semiotika Roland Barthes untuk dijadikan referensi selanjutnya Manfaat Praktis Manfaat praktis yang akan didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Sebagai suatu syarat kelulusan Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Ikom) Universitas Telkom. b) Menambah koleksi perpustakaan Universitas Telkom. 1.5 Tahapan Penelitian Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yang digambarkan pada tabel di bawah ini: Tabel 1.3 Tahapan Penelitian Tahapan No. Kegiatan 1. Mencari topik penelitian, pengamatan terhadap objek penelitian yang akan diteliti, Tahun Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei 10
11 mencari referensi dan menentukan kasus penelitian. 2. Pencarian data awal penelitian, observasi awal objek penelitian, serta penyusunan tinjauan pustaka. 3. Penyusunan proposal skripsi (Bab 1-3). 4. Pengumpulan data melalui pengamatan objek penelitian. 5. Proses analisis. 6. Penyusunan hasil penelitian berupa kesimpulan dan saran. Sumber: (Olahan Peneliti, 2016) 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dibatasi dalam ruang lingkup sebagai berikut: 1. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November hingga bulan Mei
12 2. Lokasi penelitian yaitu pengumpulan data literatur yang dapat diperoleh dari buku, skripsi, jurnal, artikel yang dapat di peroleh di perpustakaan maupun media elektronik dan media cetak. 12
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perempuan dan laki-laki merupakan istilah yang digunakan masyarakat Indonesia untuk membedakan dua jenis kelamin yang berbeda. Dalam Fakih (2013:8), jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan wajah identik bagi para wanita saja, namun saat ini para pria mulai menyadari akan pentingnya untuk menjaga kesehatan kulit wajah. Berbagai macam produk perawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari dengan teknologi yang diciptakan oleh manusia. Kemunculan produkproduk kecantikan masa kini menjanjikan
Lebih terperinci2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parfum Casablanca merupakan produk perawatan tubuh yang berupa body spray. Melalui kegiatan promosi pada iklan di televisi, Casablanca ingin menyampaikan pesan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya sebagai identitas bangsa menjadi sebuah unsur penting yang dimiliki oleh setiap Negara. Tanpa adanya budaya, Negara tersebut dapat dikatakan tidak memiliki identitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era masa kini, topik mengenai perbedaan gender dan jenis kelamin seakan tak pernah usang untuk diperbincangkan. Pembahasan mengenai isu gender yang meliputi
Lebih terperinciGambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber:
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Widyokusumo (2012:613) bahwa sampul majalah merupakan ujung tombak dari daya tarik sebuah majalah. Dalam penelitian tersebut dideskripsikan anatomi sampul
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kata Cantik erat hubungannya dengan perempuan. Kata cantik dan kecantikan memiliki sudut pandang yang berbeda. Kata cantik merupakan kata sifat, yang dapat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu
BAB IV ANALISIS DATA A. TEMUAN PENELITIAN Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu dengan proses penyeleksian atas tanda-tanda yang ada dengan menggaris bawahi hal-hal tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Iklan pada dasarnya merupakan suatu bentuk proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi gagasan atau ide kepada sekelompok orang atau individu melalui suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.
Lebih terperinciBAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA
BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA Unika Atma Jaya, Jakarta Memasarkan sebuah produk di media massa bertujuan untuk mencapai target
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Laki-laki dan perempuan memang berbeda, tetapi bukan berarti perbedaan itu diperuntukkan untuk saling menindas, selain dari jenis kelamin, laki-laki dan perempuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara garis besar, kata halal dalam hukum diartikan sebagai sesuatu yang bukan haram, sedangkan haram merupakan perbuatan yang mengakibatkan dosa dan ancaman siksa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri periklanan belakangan ini menunjukan perubahan orientasi yang sangat signifikan dari sifatnya yang hanya sekedar menempatkan iklan berbayar di media massa menjadi
Lebih terperinciPRESENTASI BIAS GENDER PADA IKLAN TELEVISI (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES PADA IKLAN TELEVISI FAIR AND LOVELY
Abstrak PRESENTASI BIAS GENDER PADA IKLAN TELEVISI (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES PADA IKLAN TELEVISI FAIR AND LOVELY VERSI NIKAH ATAU S2) Ayu Putri Sulasri¹, Ratih Hasanah Sudrajat, S.Sos.,Msi², Itca
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Media massa sudah menjadi bagian hidup bagi semua orang. Tidak dikalangan masyarakat atas saja media massa bisa diakses, akan tetapi di berbagai kalangan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gender adalah signifikansi sosial dari seks (Burr 1998:11). Burr mengatakan bahwa gender mengacu pada karakteristik dan perilaku lakilaki dan perempuan dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan periklanan sangat lekat dalam kehidupan masyarakat terutama di kota kota besar. Dalam satu hari, masyarakat kota selalu berhadapan dengan iklan, dalam tampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keragaman tari menjadi salah satu kekayaan Nusantara. Jenis tari tradisi di setiap daerah mempunyai fungsi sesuai dengan pola kehidupan masyarakat daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap saat kita dapat melihat orang-orang menonton televisi, membaca koran atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian besar dipenuhi oleh iklan yang mempromosikan berbagai macam produk atau jasa. Dengan menampilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media penyampaian informasi. Kekuatan media massa televisi paling mempunyai kekuatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu media komunikasi massa yaitu televisi memiliki peran yang cukup besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan kepada masyarakat. Sebagai media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (http://kbbi.web.id/jilbab). Pada zaman orde baru pemerintah melarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia sehingga banyak ditemui perempuan muslim Indonesia menggunakan jilbab,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat umumnya memahami wacana sebagai perbincangan terkait topik tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi massa merupakan suatu bentuk komunikasi dengan melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa seperti surat kabar, majalah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada penggambaran peran perempuan dalam film 3 Nafas Likas. Revolusi perkembangan media sebagai salah satu sarana komunikasi atau penyampaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di dalam kehidupan sehari harinya melalui media massa ( surat kabar, majalah, film, radio, dan TV ), untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Logo merupakan bagian yang penting untuk menunjukan keberadaan sesuatu. Logo menjadi sebuah pengakuan, kebanggaan, inspirasi, kepercayaan, kehormatan, kesuksesan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini
73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini bersifat desktiptif dalam ranah kualitatif. Deskriptif adalah sifat penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seksualitas selalu menjadi persoalan menarik dimana ia acap kali dipandang sebagai hal negatif karena kontrol yang dilakukan oleh institusi-institusi di masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Iklan merupakan bentuk komunikasi persuasif yang menyajikan informasi tentang aneka ragam produk, gagasan, serta layanan yang tujuan akhirnya adalah memenuhi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT KESADARAN GENDER DENGAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP CITRA PEREMPUAN DriLAM IKLAN DI TELEVISI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KESADARAN GENDER DENGAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP CITRA PEREMPUAN DriLAM IKLAN DI TELEVISI (Kasus Mahasiswa Asrama Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perempuan selalu menjadi sebuah topik yang menarik untuk dibicarakan terutama di dalam media massa. Pandangan masyarakat mengenai perempuan selama ini seringkali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. system komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen barang dan jasa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penelitian Perkembangan iklan di Indonesia Dewasa ini sudah berkembang menjadi system komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen barang dan jasa tetapi
Lebih terperincidapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam menciptakan brand identity, position, dan image yang kuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam menciptakan brand identity, position, dan image yang kuat melalui iklan banyak dilakukan oleh perusahaan untuk membedakan produk yang dipasarkan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri khas merupakan tuntutan dalam derasnya persaingan industri media massa yang ditinjau berdasarkan tujuannya sebagai sarana untuk mempersuasi masyarakat. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan adalah tiang negara, artinya tegak runtuhnya suatu negara berada di tangan kaum perempuan. Penerus peradaban lahir dari rahim seorang perempuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi telah semakin pesat. Teknologi informasi khususnya telah membawa dampak yang siginifikan bagi perkembangan dalam masyarakat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan tentang gender sudah semakin merebak. Konsep gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat hidup tanpa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat hidup tanpa komunikasi. Hanya dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan pesan dan maksud sebagai bagian dari tujuannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. calon konsumen membeli atau menggunakan suatu produk atau jasa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Iklan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi yang menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diakses pada tanggal 21 Desember 2015 pukul 20:39 WIB
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dan kecepatan mengakses informasi membuat perilaku manusia mudah berubah dengan cepat, apalagi dengan adanya pengaruh dari media massa. Media massa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia dewasa ini dan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap profesi auditor mampu membawa perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja atau dikenal dengan istilah adolescene adalah suatu transisi proses pertumbuhan dan perkembangan seorang individu dalam keseluruhan hidupnya. Transisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda. Penggolongan manusia tersebut disebut dengan ras
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masing-masing manusia memiliki ciri-ciri tubuhnya masing-masing, seperti warna kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak merepresentasikan perempuan sebagai pihak yang terpinggirkan, tereksploitasi, dan lain sebagainya. Perempuan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari Topeng Betawi adalah salah satu tarian adat masyarakat betawi yang menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan secara berkeliling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanpa kita sadari, masyarakat selalu diposisikan sebagai konsumen potensial untuk meraup keuntungan bisnis. Perkembangan kapitalisme global membuat bahkan memaksa masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini film dan kebudayaan telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Film pada dasarnya dapat mewakili kehidupan sosial dan budaya masyarakat tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Saat ini adalah era di mana orang membeli barang bukan karena nilai manfaatnya, melainkan karena gaya hidup yang disampaikan melalui media massa. Barang yang ditawarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah
12 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Konteks Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa, dikatakan begitu karena sebagai media komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. Representasi maskulinitas..., Nurzakiah Ahmad, FIB UI, 2009
BAB 4 KESIMPULAN Iklan, dengan beragam bentuknya, menjadi satu sarana promosi yang digunakan oleh produsen untuk memperkenalkan produk yang dipromosikan kepada khalayak ramai. Dengan kelihaian dan trik-trik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan mampu merengkuh para pemakna pesan untuk berpola tingkah dan berpikir seperti si pemberi
Lebih terperinciKOMUNIKASI PEREMPUAN DALAM MEDIA
KOMUNIKASI PEREMPUAN DALAM MEDIA (Analisis Semiotika Komunikasi Istri terhadap Suami yang direpresentasikan dalam Iklan-Iklan Teh Sariwangi Tema Mari Bicara ) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tayangan 86 merupakan sebuah program televisi dengan genre reality show yang tayang di NET TV setiap
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tayangan 86 merupakan sebuah program televisi dengan genre reality show yang tayang di NET TV setiap hari pukul 22.00 WIB. Tayangan ini menampilkan aksi dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, media massa sudah menjadi kebutuhan penting bagi khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media massa adalah perpanjangan alat indra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 lalu merupakan tahun yang cukup penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Pada tahun tersebut bertepatan dengan dilaksanakan pemilihan umum yang biasanya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. besar responden, yaitu orang pintar adalah orang yang berpendidikan. Dapat disimpulkan menurut responden slogan Orang Pintar Minum
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Responden memiliki versi yang berbeda-beda mengenai makna kata orang pintar, dari sekian banyak makna yang dikemukakan oleh responden diperoleh 3 kelompok jawaban yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kemajuan dan berkembangnya dunia dapat diprediksi bahwa pola
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kemajuan dan berkembangnya dunia dapat diprediksi bahwa pola hidup masyarakat juga mengalami perubahan yang sungguh berarti. Dari kehidupan pribadi sampai
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii ABSTRAKSI... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Masalah. 1 1.2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperbesar penjualan barang-barang dan jasa. 1 Sedangkan menurut Thomas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Iklan salah satu bagian dari media massa. Menurut Berkhouver iklan adalah setiap penyataan yang secara sadar ditunjukan kepada publik dalam bentuk apapun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Rumah Tangga merupakan sub sistem dari masyarakat yang memiliki struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah tangga peran suami
Lebih terperinciDekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1
Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang diinginkan oleh setiap wanita. Kulit sehat akan menumbuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan kulit cantik dan sehat saat ini benar-benar merupakan kebutuhan yang diinginkan oleh setiap wanita. Kulit sehat akan menumbuhkan rasa percaya diri yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Gaya hidup masyarakat saat ini sangat dekat dengan rokok. Tidak hanya orang dewasa, remaja dan anak-anak sekarang juga sudah banyak yang mengkonsumsi rokok. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan industri periklanan di Indonesia cukup pesat. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari peran penting media iklan dalam mata rantai strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali Modern dari waktu ke waktu menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam bentuk puisi, cerita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan munculnya berbagai konflik yang berujung kekerasan karena berbagai aspek seperti politik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Majalah adalah bentuk media massa. Majalah merupakan suatu publikasi yang menghibur dan terdiri dari bermacam- macam artikel yang digambarkan dalam jangkauan
Lebih terperinciTeam project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Pesan iklan kini muncul dimana saja, di Billboard, Radio, Televisi, Internet, di toko, dan hampir disetiap ruang yang kosong iklan selalu hadir. Dalam konteks pemasaran,
Lebih terperinciKOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA
KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA Disusun Oleh : ANDRE RISPANDITA HIRNANTO D 1114001 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma Kritis merupakan salah satu paradigma yang di munculkan oleh Mazhab Frankurt, dengan seting landasan yang melatar belakanginya yaitu, adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan dimana laki-laki lebih diunggulkan dari perempuan. Seorang perempuan berlaku lemah lembut dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Iklan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mulai dari bangun tidur sampai saat akan kembali tidur kita pasti akan menjumpai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari dan mendapatkan kebutuhan informasi, baik sekedar untuk pengetahuan maupun memenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan keseharian kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk berkomunikasi
Lebih terperinciREPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI
REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI Analisis Semiotika John Fiske pada Tayangan TVC Tri Always On versi Perempuan SKRIPSI Diajukan sebagai Syarat Memperoleh Gelar
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Di era teknologi informasi saat ini, media massa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Lee dan Johnson (2007) menyatakan bahwa media massa banyak berperan dalam kehidupan
Lebih terperinci