TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Perkembangan Tanaman Kopi di Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Perkembangan Tanaman Kopi di Indonesia"

Transkripsi

1 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Perkembangan Tanaman Kopi di Indonesia Kopi merupakan tanaman perkebunan yang penting di Indonesia. Sejarah perkopian Indonesia mencatat bahwa kopi pertama kali masuk ke Indonesia sekitar tahun 1699 yang merupakan jenis kopi arabika (Coffea arabica). Pada sejak abad ke 18 kopi arabika menjadi andalan utama ekspor Indonesia yang terkenal dengan nama Java Coffee (Syamsulbahri 1985). Indonesia memproduksi ton metrik kopi ditahun Dari produksi tersebut, ton diekspor. Sekitar 25% ekspor kopi tersebut adalah kopi arabika bernilai pasar lebih tinggi, sementara sisanya adalah kopi robusta dengan negara tujuan ekspor adalah Amerika Serikat (Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan 2009). Perkembangan produksi kopi di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 93% produksinya berasal dari kopi rakyat. Peningkatan produksi dan produktivitas kopi nasional mencapai ton/tahun (Herman 2010). Namun demikian, kondisi pengelolaan usaha tani dalam perkebunan kopi rakyat masih relatif rendah dan mutu hasil produksi yang kurang memenuhi syarat untuk ekspor (Noeroel 2006). Perkembangan produksi kopi di Provinsi Papua pada tahun 2008, 2009 dan 2010 secara berurutan mencapai ton, ton dan ton, dengan jumlah ekspor mencapai 10 ton, 12 ton dan 24 ton ke Amerika Serikat pada perusahaan Starbuck. Dari total produksi tersebut 25% merupakan kopi arabika organik dari Kabupaten Jayawijaya dengan nilai pasar yang tinggi, sementara sisanya adalah kopi robusta (Disbun Provinsi Papua 2010). Kabupaten Jayawijaya yang menempati sebagian wilayah pegunungan Jayawijaya Papua terletak pada ketinggian 550 m sampai 3500 m dari permukaan laut. Kopi arabika organik pertama kali dikembangkan secara terbatas pada tahun 1956 oleh para misionaris Belanda dengan menanam di pekarangan rumah untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Luas areal yang dikembangkan hanya dalam demplot pekarangan rumah dalam skala kecil. Selanjutnya dari demplot tersebut dijadikan sumber benih yang kemudian dikembangkan oleh Yayasan Development Foundation (YDFo) Irian Jaya dan dijadikan sebagai bibit untuk dikembangkan serta diperbanyak oleh masyarakat pada tahun 1980-an (Anderson 2008).

2 4 Kopi arabika yang diusahakan oleh petani di Kabupaten Jayawijaya adalah varietas tipika (Coffea arabica var. Tipika cramer) dan sebagian kecil varietas arabika S 795 dan arabika S 288 yang di datangkan dari pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember pada tahun 1990-an. Selain itu juga diidentifikasi adanya beberapa varietas baru diduga merupakan hasil bastar alami (persilangan antar jenis tanaman) antara varietas tipika dan varietas arabika S 795 maupun varietas arabika S 288 (Sawor 2010; Farwas 2010). Kopi Organik dan Status Sertifikasi Kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan mendorong untuk mengkonsumsi produk kopi organik. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya permintaan daripada penawaran yang tersedia. Sehingga harga dari kopi organik yang dihasilkan melalui sistem pertanian kopi organik rata-rata harga lebih tinggi dari pada pertanian konvensional. Penghargaan konsumen terhadap produk ini antara lain dinilai dari sisi pemeliharaan ekosistem dan pelestarian lingkungan. Dengan cara mencermati sifat alam dan bersahabat dengan semua rantai ekosistem sehingga dapat menghasilkan produk yang bebas dari pestisida dan pupuk kimia seperti urea,tsp dan KCL ini sesuai dengan mutu yang diharapkan yaitu aman untuk dikonsumsi (Sukardono 2002). Di Amerika Serikat, Departemen Pertanian Amerika Serikat menetapkan standar yang harus dipenuhi untuk suatu produk yang diberi label organik dan membawa meterai ditampilkan di sebelah kanan. Dalam kasus kopi, produsen tidak dapat menggunakan zat sintetis seperti pestisida yang paling, herbisida dan pupuk. Jika kopi berlabel organik, setidaknya 95 persen dari biji pasti ditumbuhkan di bawah kondisi organik (USDA 2007). Standar NOP butir (a) menyatakan bahwa setiap unit produksi, fasilitas dan lahan organik harus diinspeksi 100% setiap tahun. Butir ini mensyaratkan bahwa lembaga sertifikasi yang telah terakreditasi USDA harus melakukan inspeksi lapangan terhadap setiap unit produksi, fasilitas dan lahan yang memproduksi/mengelola produk organik dan terlibat di dalam program sertifikasi kelompok. Oleh karena sertifikasi kelompok tani melibatkan banyak orang, maka NOP mewajibkan inspeksi lapang 100% terhadap semua anggota yang terlibat untuk menghindari potensi resiko kontaminasi produk organik dan memastikan bahwa semua proses produksi berjalan sesuai dengan prosedur organik internal dan aturan NOP, akan tetapi persyaratan tersebut membutuhkan biaya yang besar dan sering kali menjadi hambatan utama bagi kelompok tani untuk mensertifikasi produknya. Keberatan terhadap usulan ini bermunculan. Sebagian besar produk organik

3 5 di pasar AS dihasilkan oleh petani-petani kecil dari negara-negara berkembang yang memperoleh sertifikasi secara kelompok (BIOCert 2006). Hal ini juga tidak berbeda jauh dengan produk organik asal AS sendiri yang dihasilkan dari kelompok-kelompok produsen. Kelompok penentang usulan ini mengatakan bahwa petani-petani yang terlibat dalam sertifikasi kelompok memiliki sistem pengawasan internal (Internal Control System-ICS) untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok tani telah mengikuti prosedur organik kelompok dan aturan NOP dengan melakukan inspeksi tahunan ke semua anggota kelompok yang terlibat, kemudian lembaga sertifikasi memverifikasi kebenaran dan efektifitas pelaksanaan pengawasan internal tersebut kepada organisasi produsen dan melakukan inspeksi ke beberapa petani saja (USDA 2007). Di Indonesia melalui konsensus yang dikordinasikan oleh pusat standardisasi dan akreditasi Deptan pada tanggal 8 Juli 2002, telah dihasilkan SNI No tentang sistem pangan organik. Dalam SNI ini telah tertulis berbagai hal yang mengatur tentang lahan, saprodi, pengelolahan, labeling sampai pada pemasaran produk pangan organik. SNI ini mengikuti Standar Internasional Codex. Tujuan utama dari standar internasional adalah untuk menfasilitasi produk kopi organik Indonesia yang akhir-akhir ini semakin marak, agar mempunyai acuan didalam melabel produknya (Saragih 2008). Sertifikasi kopi organik tidak mudah untuk mendapatkan sertifikat/label SNI Organik karena untuk mendapatkan label pertanian organik terlebih dahulu harus dilakukan serangkaian kegiatan sertifikasi petani kopi organik. Dalam mendorong perkembangan pertanian kopi organik di Indonesia untuk menuju sertifikat petani kopi organik. Pusat standarisasi dan akreditasi Deptan telah menyususn draf tentang sistem sertifikasi bertahap menuju petanian kopi organik (Donaghue 2008). Ada empat jenis sertifikasi pertanian organik yang dihasilkan dari kegiatan sertifikasi ini adalah: 1)sertifikat dan label biru untuk produk non pestisida, 2) sertifikat dan label kuning untuk transisi organik, 3)sertifikat dan label hijau untuk produk setara dengan SNI pertanian organik, dan 4)produk pertanian yang tumbuh secara organik dengan sendirinya (Organikally Grown) (BIOCert 2006). Mekanisme pemberian sertifikat pertanian kopi organik akan dilakukan oleh lembaga sertifikasi yaitu melalui pemerintah atau swasta yang ditunjuk melalui kegiatan verifikasi oleh tim (ahli bidang organik) ke lapangan/melalui produsen pangan organik sesuai dengan permohonannnya. Disadari bahwa produk kopi organik di Indonesia untuk sesuai dengan SNI itu tidaklah mudah sehingga diperlukan upaya-upaya yang dapat

4 6 mendorong dan merangsang para praktiksi produsen kopi organik untuk tetap konsisten pada jalurnya sampai dengan benar-benar mampu menghasilkan produk yang berlabel produk organik. Upaya itu adalah dengan dirintisnya model sertifikasi bertahap menuju pertanian kopi organik oleh PSA-Deptan (Hartanto 2002). Kenyataan membuktikan bahwa walaupun petani kopi arabika organik belum memiliki sertifikasi sebagai petani kopi organik dari badan Sertifikasi Internasional seperti International Fedration of Organic Movements (IFOAM). Komoditi kopi arabika organik oleh pemerintah Kabupaten Jayawijaya dijadikan sebagai komoditi unggulan daerah telah menembus pasaran internasional seperti Starbucks Amerika, namun belum juga terlepas dari faktor pembatas produksi. Salah satu faktor pembatas produksi adalah serangan hama penggerek buah kopi atau PBKo (Hypothenemus hampei Feer) (USDA 2008) Jayawijaya merupakan tanah vulkanik, yang sama sekali belum pernah tersentuh pupuk kimia dan pestisida, berada pada ketinggian meter diatas permukaan laut, dikenal sebagai wialayah pertanian organik. Semua jenis kopi yang ditanam adalah kopi arabika (varietas tipika). Ditanam diperkebunan-perkebunan berukuran kecil, yang tersembunyi dibawah rindangnya pohon-pohon hutan tropis berusia tua. Dwidjowijoto (2007) mengatakan bahwa panen kopi di Kabupaten Jayawijaya dilakukan dua kali dalam setahun, selanjutnya dijual ke Koperasi Usaha Bersama Arabika Baliem, dengan cara KSU Arabika Baliem jemput dan bayar ditempat (Anderson 2008). Kabupaten Jayawijaya merupakan salah wilayah penghasil kopi organik, hampir seluruh daerahnya (distrik dan kampung) berusahatanikan kopi arabika organik. Hal ini mengingat dari lingkungan (tanah, iklim, ketinggian tempat dan suhu) yang sangat mendukung pertumbuhan kopi. Di Distrik Kurulu dan Distrik Welesi petani kopi arabika organik mulai tanam kopi sebagian kecil pada tahun 1990, 1992 dan sebagian besar dimulai pada tahun 1994 dan tahun 1997 (Dinas Perkebunan Kabupaten Jayawijaya 2010). Persyaratan Tumbuh dan Permasalahan Tanaman Kopi Kondisi tanah yang ideal untuk tanaman kopi adalah solum yang cukup dalam, tekstur tanah lempung atau lempung berpasir, struktur tanah gembur, kandungan humus paling sedikit 3%, drainase baik dan ph Curah hujan yang optimum berkisar mm per tahun dengan lebih kurang tiga bulan kering. Masa kering ini

5 7 diperlukan bagi pembentukan priomordia bunga, pembungaan dan penyerbukan terutama bagi kopi Arabika (Utomo 1989). Tanaman kopi memerlukan naungan dengan tujuan agar intensitas cahaya matahari tidak terlalu kuat. Naungan diberikan sedang-sedang saja, tidak terlalu berat, sebab naungan yang terlau berat dapat mengurangi pembuahan. Beberapa jenis pohon pelindung yang digunakan adalah dadap (Erythrina litosperma), jeunjing (Albizzia falcata), lamtoro (Leucaena glauca) (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 2006). Pertanaman kopi yang kurang naungan dapat digunakan tanaman penutup tanah yang berfungsi sebagai mulsa dan penahan erosi. Tanaman penutup tanah yang biasa digunakan adalah Calopogonium spp., Centrosema spp., Psopcarpus spp., Koro dan wedusan (Ditjen Perkebunan 2005). Ditinjau dari produksi kopi arabika di Lembah Baliem Jayawijaya Papua awalnya produksi meningkat 230 ton/thn atau ton/bln, namun kemudian mengalami penurunan dengan rata-rata produktivitas hanya mencapai 0,5 ton/ha. Penurunan produksi umumnya disebabkan oleh serangan hama penggerek buah kopi atau PBKo (Hypothenemus hampeii F), hama ulat daun, hama penggerek batang (Zeuzera), rayap dan busuk buah, yang dapat menurunkan produksi mencapai 15%-40% (Sawor 2010) Peranan hama dan penyakit pada usahatani kopi semakin terasa bila dikaitkan dengan ekspor. Yahmadi (1988) melaporkan bahwa 75 % dari produksi kopi Jawa Timur diekspor ke beberapa negara yang harus memenuhi persyaratan antara lain bebas hama dan penyakit sehingga pengendalian hama-penyakit menjadi sangat penting. Dalam setiap program perlindungan tanaman di Indonesia, PHT telah merupakan dasar kebijaksanaan pemerintah dengan dasar hukum Inpres No.3 Tahun UU No. 12 Tahun 1992 menyarankan dalam melaksanakan kebijakan PHT hendaknya mengutamakan keterpaduan komponen- komponen yang kompatibel dan serasi dengan lingkungan setempat (Saptana 2007). Teknologi PHT yang siap diadopsi oleh petani harus dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh petani, tidak mahal, sederhana dan memiliki resiko kegagalan kecil. Teknologi ini dapat dihasilkan melalui penelitian bersifat multidisiplin dan interdisiplin, dilaksanakan di lahan petani oleh petani dengan bimbingan peneliti dan penyuluh (Saptana 2007). Adopsi teknologi PHT oleh petani sangat dipengaruhi oleh aspek sosial ekonomi petani. Dengan alasan terbatasnya modal, masa panen satu tahun sekali, serta harga jual kopi yang terus turun beberapa tahun terakhir ini, dapat menjadi faktor penghambat adopsi teknologi PHT oleh petani. Untuk mengurangi hambatan ini, perlu tersedia teknologi PHT yang mudah diterapkan oleh petani, efektif mengendalikan hama-

6 8 penyakit, tidak mahal, menguntungkan usahatani dan memiliki resiko kegagalan kecil (Saptana 2007). Hama Utama Kopi Hama dan penyakit penting pada tanaman kopi saat banyak menyebabkan kerugian. Sebagaimana dalam usaha pertanian pada umunya, tanaman perkebunan pun tidak luput dari gangguan hama yang sangat merugikan usaha. Tidak hanya tanaman di lapangan saja yang dirusaknya, tetapi hasil yang dipungut dan disimpan tidak luput dari gangguan serangan hama (Kartosaputro 1987). Hama Penggerek Buah Kopi Hama penggerek buah kopi atau sering disingkat PBKo memiliki nnama latin Hypothenemus hampei Fer yang tergolong famili Scolytidae dan ordo Coleoptera. Hama ini berasal dari Afrika Tengah, dan pertama kali ditemukan pada tahun 1867 oleh Ferari dalam biji kopi yang dijual dipasar di Afrika dan juga pada biji kopi baru ditemukan pada tahun 1901 di Gabon Afrika Tengah. Pada umumnya PBKo menyerang buah dengan endosperma yang telah mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang. Buah kopi yang bijinya masih lunak umunya digerek untuk mendapatkan makanan dan selanjutnya ditinggalkan. Buah demikan tidak berkembang, warnanya berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu biji kopi karena biji berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negative terhadap susunan senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi. Biji berlubang merupakan salah satu penyebab utama kerusakan mutu kimia, sedangkan citarasa kopi dipengaruhi oleh kombinasi komponen-komponen senyawa kimia yang terkandung dalam biji (Tobing et al 2007). Kerusakan terutama berupa pembusukan dan pengguguran buah, Selain itu terjadi penurunan kualitas kopi dan penyusutan berat yang dapat mencapai 30 50% dari berat biji yang diserangnya (Aksi Agraris Kanasius 1988). Di Pulau Jawa pada tahun 1929, diketahui bahwa 40% biji kopi rusak akibat serangannya, sedangkan di Kongo 84% buah yang masih muda dan 96% buah yang masih keras dirusaknya. Jenis kopi yang dirusaknya adalah Jenis kopi Arabika, Robusta dan kemudian Liberika (Manti L 2004). Mc.Nutt menyatakan bahwa kumbang buah kopi ini merupakan hama utama pada jenis

7 9 kopi Arabika. Menurut Haarer (1970), hal ini karena kopi arabika tidak begitu lunak sehingga PBKo dapat berkembang biak dengan baik (Aksi Agraris Kanasius 1988). Buah kopi yang diserang PBKo adalah buah yang bijinya cukup keras. Buah yang masih hijau, yang bijinya masih lunak, juga diserangnya, tetapi serangga ini tidak berkembang biak didalmnya maka buah akan segera ditinggalkannya. Buah muda yang diserang akan menjadi busuk kemudian gugur, buah-buah yang gugur ini merupakan inang yang baik untuk perkembangannya. Bila gerekan terjadi pada buah yang sedikit lebih tua, biasanya buah tidak sampai gugur, tetapi biji yang dihasilkannya berkualitas rendah (Irulandi et al 2007). Imago berwarna hitam coklat dan tungkainya berwarna lebih muda. Kumbang betina lebih besar dari pada kumbang jantan. Panjang kumbang betina kurang 1,7 mm dan lebarnya 0,7 mm, sedang panjang kumbang jantan 1,2 mm dan lebar antara 0,6 mm-0,7 mm. Badan kumbang bulat pendek dengan prontum sepertiga panjang badan yang menutupi kepala (Irulandi et al 2007). Panjang antena 0,4 mm, kepala kecil dan bulat, kepala tidak terlihat dari atas karena ditutupi oleh pronatum. Kumbang betina yang akan bertelur membuat lubang gerekan lebih kurang 1 mm pada buah kopi dan biasanya pada bagian ujung. Kemudian kumbang tersebut bertelur pada lorong yang dibuatnya. Satu induk dalam 3-4 hari dapat menggerek 5-6 buah kopi. Seekor betina bertelur dan meninggalkan jantan untuk menjaga telunya kemudian betina terbang mencari buah kopi yang lain untuk di gereknya. Kumbang betina bersayap hingga bisa terbang dan meninggalkan kumbang jantan yang tidak memeliki sayap pada liang gerekan, kumbang jantang tetap pada liang gerekan hingga telur yang diletakan menetas bila ada yang menjadi imago betina maka terjadi perkawinan didalam liang gerekan (Irulandi et al 2007). Jumlah telur yang diletakan perhari berkisar antara 2-3 butir. Telur menetas setelah 5-6 hari. Larva berbadan gemuk, tidak bertungkai dan mempunyai kepala yang jelas. Panjang larva kurang 1,5 mm berwarna putih dan bagian alat mulut berwarna coklat. Seperti halnya kumbang, larva juga memakan biji dan dapat menimbulkan kerusakan yang cukup besar (Wiryadiputra 2007). Lamanya stadia larva adalah hari, Kemudian mengalami istirhat (prepupa) selama dua hari. Masa pupa sekitar 4-6 hari, kadang-kadang sampai delapan hari.pupa berwarna putih dengan berukuran panjang lebih kurang 1 mm. Siklus hidup dari telur sampai dewasa adalah hari, dalam satu tahun dapat terjadi delapan sampai sepuluh generasi (Priyatno 1980). Semakin tinggi suhu, maka siklus hidupnya makin pendek

8 10 (Priyatno 1976). Pada daerah dengan ketinggian 450 m diatas permukaan laut, lama siklus hidp 25 hari. Sedangkan pada ketinggian m diatas pemukaan laut, untuk perkembangan dari telur sampai dewasa membutuhkan waktu selama 33 hari Lefmans 1923 dalam penelitiannya menemukan bahwa kumbang betina lebih banyak dari pada kumbang jantan dan perbandingan jantan dan betina 1 : 59 atau 1 : 40 (Wiryadiputra et al 2007). Yahmadi (1976) menjelaskan bahwa perbandingan jantan dan betina 1 : 20 atau 1: 30, dan H.hampei fer betina bisa hidup selama 55 hari. Lebih lanjut Begman (1945) menyatakan bahwa kumbang betina rata-rata umurnya 156,6 hari sedangkan kumbang jantan masa hidupnya hari. Tiap kumbang jantan dapat membuahi 30 ekor kumbang betina. Perkawinan juga terjadi pada liang gerek dalam biji. Setelah itu kumbang betina terbang keluar untuk mencari buah kopi lain untuk tempat bertelur (Ditjen Perkebunan 1980). PBKo betina terbang siang hari, dengan jarak terbang 350 m (Wiryadiputra et al 2007). Pengendalian PBKo dapat dilakukan dengan penggunaan agensia hayati seperti jamur Beauveria bassiana lebih mudah untuk dikembangkan. Ada dua agensia pengendali hayati yang telah tersedia dan prospektif untuk dikembangkan yaitu jamur Beauveria bassiana dan serangga parasitid Cephalonomia stephanoderis (Wiryadiputra 2007). Pengendalian serangga/binatang H.hampei fer juga menggunakan brocap trap, family scolytidae tertarik pada ethanol dan methanol dan ini juga berlaku untuk PBKo.Pengendalian juga mengumpulkan buah kopi yang terjatuh ditanah kemudian dikubur atau dibakar. Pengendalian lainnya seperti yang di lakukan di daerah Bondowoso Jawa Timur dengan cara petik lelesan atau petik kusus pada buah-buah yang terindikasi terserang hama PBKo kemudianrebus dengan air panas karena buah tersebut masih ada yang digunakan. Ketertarikan serangan pada serangga ini tergantung pada kondisi pertumbuhan tanaman kopi (iklim, pengaturan jarak tanam, kelembaban, kultivar, umur tanaman, arah angin, kecepatan) dapat mempengaruhi penangkapan hama ini. Berdasarkan uraian tersebut, hasil penelitian melalui informasi yang diperoleh dari petani responden dari kedua Distrik yaitu Walesi dan Kurulu menunjukkan bahwa hasil tangkapan PBKo yang terjebak masuk kedalam brocap trap meningkat dengan menggunakan campuran veromon atraktan dengan perbandingan 1 : 3 ( Amarta 2008). Pengendalian serangga H.hampei fer dengan menggunakan alat perangkap brocap trap, dengan metode gantung brocap trap dengan ketinggian yang berbeda antara lain: 1 m, 1,1 m 1.4 m menunjukan hasil yang nyata terhadap jumlah imago serangga H.hampei

9 11 fer yang tertangkap. Demikian juga dengan makin tinggi intensitas serangan hama PBKo semakin pula banyak imago serangga yang tertangkap (Manurung 2008). Pada stadia larva dari serangga H.hampei fer tidak ditemukan pada biji kopi yang berumur dua bulan, namun stadia pupa ditemukan pada buah kopi berumur empat bulan yang telah berwarna merah dan juga imago dari serangga/binatang H.hampei fer dapat menyerang pada semua buah kopi yang berumur 2, 3 dan 4 bulan (Manurung 2008) Hargreaves (1940) menemukan bahwa penggerek buah kopi mempunyai dua parasit. Selanjutnya dikatakan suatu sebab mengapa hama ini sangat merugikan dan menyebabkan pengguguran buah kopi adalah lingkungan yang kurang menguntungkan bagi perkembangan parasit-parasit. Parasit dari penggerek buah kopi ini adalah Prorops nasuta (Hymenoptera: Bethylidae), sejenis ngengat dengan panjang badan 2-3 mm, berwarna hitam, tungkai dan antenanya lebih pucat. Parasitoid betina lebih menyukai masuk ke dalam buah kopi yang masih ada dipohon dari pada buah yang gugur ke tanah (Wiryadiputra 2007). Parasitoid banyak terdapat pada tanaman kopi tanpa atau sedikit pelindung. Induk parasit meletakan sebuah telur dibawah badan larva hama setelah disengatnya larva inangnya. Imago parasitoid berfungsi pula sebagai predator telur, larva atau pupa. Predator nasuta dapat memakan butir telur atau dua larva atau pupa setiap hari. Secara teoritis predator nasuta dapat merupakan suatu potensi bagi pemberantasan hayati yang baik (Ditjen Perkebunan 1980). Parasitoid lain dari H.hampei fer adalah Heterospillus coffeicola (Hymenoptera, Braconidae). Parasitoid ini berukuran kecil dan berwarna hitam dengan panjang badan 2,5 mm. Panjang antena sama dengan panjang badan dan panjang ovipositornya berwarna coklat. Parasitoid betina masuk kedalam buah kopi yang sudah terserang untuk meletakan telur pada larva H.hampei fer. Dalam sehari parasit Heterospillus coffeicola dapat menghabiskan sepuluh telur atau tiga larva atau pupa (Aksi Agraris Kanasius 1988). Selain parasitoid, pengendalian hama penggerek buah kopi dapat dilakukan secara kultur teknis yang dikerjakan atas dasar pemusnahan sumber-sumber infestasi dan pemutusan siklus hidup, melalui petik bubuk, lelesan maupun racutan (Priyano 1976). Menurut Willet (1957), adanya Koffiebessen boeboek Fonds (Dana bubuk buah kopi) yang didirikan pada tahun 1921, berdasarkan hasil penelitian yang intensif dan disponsori oleh dana tersebut, pencegahan secara kultur teknik terhadap serangan hama ini telah dilakukan secara efektif. Petik bubuk adalah memetik buah kopi yang berlubang

10 12 bersamaan dengan pekerjaan lain seperti misalnya pemangkasan (Aksi Agraris Kanasius 1988). Di Jawa pengendalian hama penggerek buah kopi dilakukan tiga bulan sebelum masaknya buah, yaitu memungut buah, baik yang ada dipohon atau yang telah jatuh ke tanah. Pemungutan dilakukan tidak hanya terhadap buah-buah yang masak tetapi juga terhadap buah-buah yang muda, yaitu berdiameter 5 mm, dan dilaksanakan pada bualan September atau Oktober tiap tahun. Buah-buah yang berdiameter kurang dari 5mm, tidak dipungut. Buah-buah ini akan masak pada pertengahan bual Januari, dengan demikian penggerek buah kopi tidak dapat berkembang biak pada buah-buah yang belum masak. Demikianlah sehingga perkembangan hama penggerek buah kopi (PBKo) berhenti beberapa lama dan juga pengendalian hama buah kopi para ppetani menggunakan alat perangkap imago dari serangga penggerek buah kopi/pbko atau yang baias disebut sebagai brocap trap (Cirat 2004). Dibawah pohon dilakukan lelesan, yaitu memungut buah, baik yang tercecer ke permukaan tanah maupun buah yang gugur karena terlalu masak. Hasil lelesan ataupun hasil petik bubuk dibakar atau dikubur sedalam 0,5 m. Racutan adalah tindakan memetik seluruh buah-buah kopi dari tahun panen yang sama, yang dilakukan pada giliran pemetikan terakir ( Aksi Agraris Kanasius 1988) Hama Pengerek Ranting Kumbang penggerek ranting termasuk ordo Coleoptera dari Famili Scolytidae. Hama yang banyak menimbulkan kerusakan ini ada dua macam yaitu bubuk ranting coklat/xylosandrus morigerus Bland (syn. Xyleborus coffeae Wurth) dan bubuk ranting hitam (Xylosandrus compactus Eich ; syn. Xyloborus morstati Hage).Dianatara kedua spesies diatas yang paling banyak dijumpai di Indonesia adalah bubuk ranting hitam dan sering menimbulkan kerugian yang tidak sedikit (Yahmadi, 1979). Hama penggerek ranting menyerang kopi di pembibitan, tanaman muda, dan tanaman dewasa. Dipembibitan, hama menyerang bagian batang, sehingga daun menjadi dan sering kali menyebabkan kematian. Bila tanaman muda yang terserang, bila pertumbuhan dan masa pertumbuhannya akan terhambat. Pada tanaman dewasa, yang disukai adalah pada percabangan yang berumur 6-24 bulan. Di Pantai Gading, Afrika, serangan pada kopi arabika menyebabkan matinya 15% ranting, sehingga permukaan daun berkurang dengan 10% dan mengakibatkan penurunan produksi (Najiyati & Danarti 1990).

11 13 Hama penggerek batang betina menggerek kulit dan membuat lubang kecil sampai pada empulur kayu, kemudian bertelur didalamnya. Lubang gerekan berdiameter lebih kurang 1 mm, kemudian didalam empulur dia membuat rongga saluran sepanjang lebih kurang 3 mm (Nano Pryatno 1976). Lebih lanjut Gramer (1957) menyebutkan bahwa ranting yang dilubangi biasanya berumur 6-24 bulan. Lubang ini digerek oleh serangga betina dengan diameter kurang lebih 1 mm pada ranting sebelah bawah atau pada pertengahan dari raning (Najiyati & Danarti 1990) Kedua jenis bubuk hampir sama segala-galanya, begitu pula ukuranya, yaitu kirakira 1,8 mm, tetapi ada perbedaan nyata dalam bagian tanaman yang di rusaknya. Penggerek hitam merusak bagian tanaman yang ada diatas tanah sedang bubuk coklat dapat pula menyerang dan masuk kedalam akar tunggang tanaman kopi (Najiyati & Danarti 1990) Perkembangan telur hingga imago memerlukan waktu lebih kurang lebih kurang tiga minggu (Najiyati, 1990), lama stadia telur empat hari (Nano Priyatno, 1976). Larvanya tidak bertungkai dan berwarna putih, demikian pula pupanya berwarna putih. Najiyati dan Danarti (1990) menyatakan bahwa perkembangan penggerek ranting dari fase telur hingga imago, semuanya berlangsung didalam ranting atau cabang yang diserangnya. Perbandingan antara imago jantan dan betina 1 : 13. Seekor betina bertelur anatar butir (Danarti 1990). Telur diletakan dalam saluran secara berkelompok antara 8 15 butir setelah serangga masuk kedalam ranting selama 7 8 hari (Sri Najiyati 1990). Serangga betina keluar dari lubang gerekan pada sore hari sekitar jam Imago betina mempunyai sayap dan jarak terbangnya sejauh lebih kurang 200 m (Sri Najiyati & Danarti 1990). Kopulasi terjadi di dalam lubang gerekan, yang jantan tidak bersayap dan sering membuat lubang. Imago betina setelah kopulasi meninggalkan lubang dan kemudian mencari ranting-ranting yang muda untuk tempat bertelur (Kartosaputro 1987). Dalam rongga saluran biasanya tumbuh cendawan Abrisia xylebori Brader, dan cendawan ini sebagai makanan hama penggerek ranting (Nano Priyatno 1976). Spora cendawan ini keluar melalui saluran pencernaan serangga dan kemudian berkecambah dalam saluran ranting yang baru digerek (Nano Priyatno 1980). Disamping cendawan diatas akan tumbuh pula cendawan sekunder Diplodia fusarium yang mengeluarkan sekresi sehingga dapat menyumbat pembuluh-pembuluh ranting dan akhirnya menyebabkan ranting mati (Kartosaputro 1987).

12 14 Sebenarnya hama penggerek ranting tidak memakan jaringan tanaman, melainkan makan konidia cendawan Abrisi xylebori. Pada bagian kepala kumbang betina terdapat dua buah kantong yang berisi spora cendawan tersebut. Spora ini kemudian tumbauh pada dinding liang gerekan dan menjadi makanan larva maupun kumbang. Antara cendawan dan serangga terjalin adanya kerja sama yang saling menguntungkan, serangga memakan spora cendawan sebaliknya spora tidak berkecambah sebelum memasuki saluran pencernaan kumbang (Anonim 1980). Kehidupan cendawan Abrisi xylebori sangat dipengaruhi oleh keelembaban udara. Pada kelembaban tinggi, cendawan ini lebih cepat berkembang biak, sehingga populasi pengerek batang dan ranting meningkat karena tersedianya cukup makanan (Setyoso 1978). Keadaan yang paling sesuai untuk menyerang ranting adalah pada siang hari, pada suhu antara 26 o C 29 o C dan kelembaban relatif udara antara 72% 78% (Nano Priyatno 1980). X.compactus terdapat dibenua Afrika Timur,Indonesia dan Indo China (Martoreja 1984). Daerah penyebaran X. Compactus diduga mulai dari Jepang ke arah Selatan. Kemudian di jumpai di Vietnam, Malasya, Ceylon, India Selatan, Madagaskar, Mauritus, dan kepulauan Fiji (Nano Priyatno, 1980). Di Indonesia Hama ini di temukan di Jawa Timur pada tahun Akibat gerekannya, ranting-ranting kopi terbelah pada bekas liang gerekan tedapat cendawan Abrisi xylebori yang berwarna putih (Kartosaputro 1987). Penggerek ranting coklat X.morigerus terdapat di Asia Tenggara dan Afrika Timur. Di Indonesia banyak terdapat di pulau Jawa. Liang gerekanya tidak tentu, kadang-kadang dari bawah, dari samping, atau darin atas. Daun-daun dari ranting yang digerek menjadi kuning dan rontok, sedang serangan selanjutnya adalah bagian akar sehingga dapat meninmbulkan kematian tanaman (Kartsaputro 1987). Menurut Betrem dalam Yahmadi (1976), hama penggerek ranting banyak dijumpai di Jawa Timur sejak awal tahun 1920 terutama didaerah gunung Kelut dan Kawi dan sampai sekarang masih pula merupakan masalah. Pengendalian hama penggerek ranting dapat dilakukan secara kultur teknis dan Kimia. Secara kultur teknik pengendalian itu di dasarkan atas pemusnahan sumbersumber investasi dengan cara memotong ranting-ranting yang terserang. Kebun hendaknya bersih dari ranting-ranting yang berserakan, karena hal dapat merupakan sumber investasi hama dan penyakit. Pada waktu melakukan pemangkasan, cabang dan ranting yang yerserang dikumpulkan, kemudian di bakar (Najiyati & Danarti 1990).

13 15 Kutu Hijau Dibandingkan dengan penggerek ranting, serangan Coccus viridis atau kutu hijau lebih mudah diketahui. Daun atau ranting-ranting muda kerap kali dipenuhi oelh kutu tersebut. Gejala lain yang sering terlihat adalah adanya daun-daun disekitar koloni kutu, terutama daun-daun dibawahnya yang ditumbuhi cendawan jelaga (Capnodium sp) yang berwarna hitam. Gejala ini tidak khas, karena ada jenis kutu lain yang juga menimbulkan gejala seperti itu (Farida 1980). Pengendaliannya cendawan jelaga tumbuh dengan memanfatkan embun madu yang dikeluarkan oleh kutu tempurung hijau yang biasanya menempel pada permukaan atas daun atau ranting yang ada dibawah koloni kutu. Kadang kala pada saat itu terdapat pula koloni semut yang memanfatkan embun madu. Jenis semut yang biasanya ditemukan adalah semut rangrang (Oecophylla smaragdina) dan semut gramang (Anoplolepis longipes Jerd) (Aksi Agraris Kanasius 1988). Dari segi pemencaran dan pemencaran dan pertumbuhan populasi, kehadiran semut-semut itu sangat menguntungkan kutu tempurung hijau. Pada sat semut-semut melewati koloni kutu, maka ada nimfa yang menempel pada tubuh semut dan terbawa ke tempat lain. Selain itu keberadaan semut-semut tersebut dapat mengurangi serangan parasit maupun predator kutu (Le Pelley 1968). Faktor lain yang berpengaruh terhadap populasi kutu naungan. Menurut Nur (1982) seharusnya pertanaman kopi diberi naungan, karena dikebun tanpa naungan populasi kutu tempurung hijau akan lebih tinggidibandingkan dengan di kebun yang menggunakan naungan (Aksi Agraris Kanasius 1988). Secara alami curah hujan yang cukup tinggi akan menurunkan populasi pertumbuhan kutu tempurung tersebut. Ada beberapa pengendalian yang sebenarnya dilakukan diantaranya menggunakan insektisida sistemik. Dapat juga menggunakan insektisida kontak seperti Methomyl, Carbaril dan Diazinon, tetapi nimfa-nimfa yang ada didalam tubuh induknya dapat terlindungi dari pengaruh insektisida tersebut (Ditjen Perkebunan, 1980). Cara lain adalah menekan populasi semut, misalnya dengan insektisida atau mengambil langsung sarang-sarang semut yang ada lalu dibinasakan (Aksi Agraris Kanasius 1988).

14 16 Kutu Dompolan Kutu dompolan menyerang tanaman dengan cara mengisap, mengisap cairan kuncup bunga, buah muda, ranting dan daun muda. Akibat seragan hama ini, pertumbuhan tanaman terhenti, daun-daun menguning, calon bunga gagal menjadi bunga dan buah rontok. Bila buah yang diserang tidak rontok maka perkembangan akan terhambat dan kulit keriput sehingga kualitas buah rendah (Najiyati & Danarti 1980). Ciri-ciri kutu dompolan adalah berbentuk bulat lonjong agak pipih. Tubuh larva dan betina ditutupi oleh lilin berwarna putih. Kutu jantan tidak ditutupi oleh lilin dan bersayap. Satu ekor kutu bisa menghasilkan telur. Setelah empat sampai lima hari kemudian, telur akan menetas menjadi nimfa yang juga akan berwarna putih dan dapat menyerang tanaman seperti bentuk dewasa (Najiyati & Danarti 1980). Kutu dompolan biasanya berasosiasi dengan semut. Kotaran banyak mengandung gula sehingga disukai semut. Sebaliknya, semut menyebarluaskan hama ini untuk mencarikan tempat terbaik. Selain berasosiasi dengan semut, kutu ini juga menjadi vektor atau pembawa cendawan atau penyakit lainnya, misalnya cendawan jelaga (Najiyati & Danarti 1980). Perbedaan dari kedua kutu dompolan (Pseudococcus citri) dan kutu hijau (Coccus viridis) yaitu terdapat pada koloni yang tampak di tanaman. Koloni P.citri atau kutu dompolan memeliki lapisan lilin yang berwarna putih pada tubuhnya, sedangkan kutu tempurung hijau tidak. Disamping itu semua instar kutu dompolan memiliki kemampuan menyebar yang lebih baik dibandingkan dengan kutu tempurung hijau (Najiyati & Danarti 1980). Kerugian terbesar disebabkan karena kutu dompolan menyerang pembuangaan, kuncup bunga dan buah muda yang baru muncul menjadi kering dan gugur karena kutu mengisap tangkai bunga dan tangkai buah (Ditjen Perkebunan 1980). Pengendalian kutu dompolan dan kutu hijau dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : cara biologis, yaitu dengan melepaskan parasit Anagyrus grenii dan Leptomastix obyssinica, predator kumbang Symnus apiciflatus, Symnus roepkei, Cryptolaemus mentrouzieri (Najiyati & Danarti 1980). Selain melepaskan musuh alami dan juga memperantas semut yang suka membawa kutu terutama pada musim kemarau. Secara mekanis yaitu memangkas bagian yang terserang, kemudian dibakar. Selain itu, membuang atau menanam pohon pelindung yang disukai oelh hama tersebut seperti gamal (Glirisida maculata) Secaran kimia yaitu dengan menyemprotkan insektisida. Insektisida yang dianjurkan antara lain Anthio 330 EC, Hostathion 40 EC, Nogos 50 EC,

15 17 Orthene 75 SP, Sevin 85 g dan Supracide 40 EC dengan dosis sesuai petunjuk. Najiyati & Danarti 1980). Kutu Lamtoro Kutu lamtoro merupakan kutu yang pada umumnya menyerang tanaman lamtoro sebagai pohon pelindung pada tanaman kopi, bila serangan lebih berat mengakibatkan kematian pada tanaman pelindung seperti lamtoro atau dadap intensitas penyinaran matahari secara langsung kena tanaman kopi maka produksi kopi akan menurun. Hama ini mempunyai cara hidup dan penyerangan hampir sama dengan kutu dompolan, yaitu mengisap cairan kuncup bunga, buah muda, daun muda dan bagian ranting yang masih muda. Kutu lamtoro juga berwarna putih seperti kutu dompolan. Pada tubuhnya terdapat benang-benang panjang berwarna putih. Kutu jantan bersayap dan berwarna coklat. Pada ujung abdomen (perut) terdapat dua helai benang panjang. Selain menyerang tanaman kopi kutu ini juga menyerang tanaman lamtoro sebagai pelindung oleh sebab itu sering disebut juga sebagai kutu lamtoro. Tanaman lain yang sering diserang adalah dadap dan Tephrosia. Pengendalian kutu lamtoro dapat dilakukan secara terpadu. Cara biologis dilakukaqn dengan melepaskan musuh alaminya, parasit Leptomastix nyamuk Diplesis, serta predator Scymnus sp. Cryptolaemus sp (Farida 1980). Sementara cara pengendalian secara mekanis dan kimiawi sama seperti pengendalian pada kutu dompolan dan kutu hijau (Farida 1980). Nematoda Nematoda merupakan salah satu hama kopi yang menyerang akar. Menurut hasil penelitian dari Wiryadiputra dan Santoso (1988) bahwa, hama ini berukuran sangat kecil sehingga sulit dilihat dengan mata telanjang. Namun, tanda serangannya tampak jelas dan sangat merugikan. Mula-mula daun tampak menguning dan gugur sebelum waktunya. Terutama pada waktu menjelang musim kemarau. Selanjutnya daun akan tampak mengering, pohon tampak condong, dan kurang sehat. Bila tanaman kalau dicabut tanpak akar-akar akan tumpul, kulitnya mengelupas dan tidak membentuk akar rambut. Bila dibirkan lamakelamaan tanaman akan menjadi mati dan nematoda akan menjalar ke tanaman lain (Morgan & Brown 1980). Pengendalian hama ini dilakukan secara terpadu dengan cara sebagai berikut yaitu pilih tanaman pelindung yang tahan serangan nemaoda seperti lamtoro, Crotalaria, dan

16 18 salvia, gemburkan tanah secara rutin, cabut dan bakar tanaman yang sudah terserang berat, kemudian tanah ditanami kenikir dan jangan ditanami kopi selama sekitar satu tahun. Satu bulan sebelum penanaman kembali, sebaiknya tanah ditaburi dengan nematisida Basamid G Curafer 3 G sesuai dosis anjuran dan atau diberi tanaman dengan nematisida Fanamigos sebanyak 50 g/m 2 setiap tiga bulan sekali untuk mencegah nematoda (Morgan & Brown 1980). Kutu Loncat (Heteropsylla cubana) Kutu Loncat adalah hama tanman lamtoro yang sangat berbahaya. Hama ini menyerang tanaman dengan cara bergerombol dan mengisap cairan tanaman muda. Mulamula pucuk pohon yang terserang akan mati, kemudian daunnya berguguran karena kehabisan cairan. Bila serangan terus berlanjut, batang tanaman akan mengering dan tidak mampu membentuk pucuk baru, lalu akhirnya mati. Hama seperti wereng yang berukuran 1 2 mm, berwarna orange kehijauan, dan bersayap ini berkembiakannya sangat cepat dan sulit ditanggulangi (Farida 2004). Pengemndaliannya sampai saat ini cara pengendalian yang tepat belum ditemukan, tetapi pemerintah saat ini masih sedang mempelajari pola hidupnya untuk menemukan pengendalian yang efektif (Ditjen Perkebunan 2009). Untuk mengurangi resiko kegagalan karena serangan kutu loncat, beberapa cara pencegahan adalah bila belum terlanjur menanam, untuk sementara jangan menggunkan lamtoro sebagai tanaman pelindung. Bila harus menggunakan lamtoro sebaiknya dicampur dengan jenis tanaman pelindung lainnya. Melepaskan musuh alami seperti kumbang Curinus coerulues dan Olla abdominalis (Farida 2004). Tanaman yang sudah terserang segera disemprot dengan insektisida seperti Bassa 500 EC, dan Sevi 85 g. Setelah disemprot pucuk tanaman yang tersrang dipangkas dan dibakar. Sebagai pencegahan penyemprotan bisa diulang 1 2 minggu sekali, baik terhadap tanaman yang terserang maupun yang belum terserang (Sofyan 2004). Pengendalian Hama dan Penyakit Kopi Junianto dan Sulistyowati (2002) dalam penelitian formulasi agensya hayati dengan jamur Beauveria bassiana untuk uji pengendalian hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampeii Feer) memperoleh kesimpulan bahwa: 1) formulasi spora jamur Beauveria bassiana dalam minyak nabati dan pati dan mempertahankan viabilitas dan pathogenesis sampai 4 bulan serta mudah disuspensikan dan diaplikasikan, 2) pada suhu 5

17 19 o C jamur Beauveria bassiana dapat disimpan untuk jangka panjang, sedangkan pada suhu kamar viabilitas menurun setelah 2 bulan, 3) penyemprotan jamur Beauveria bassiana dengan konsentrasi % menyebabkan hama penggerek buah kopi terinfeksi sebesar %. Jumianto et al (2003) dalam penelitian pemanfatan ekstrak mahoni untuk pengendalian penyakit karat daun kopi (Hemileia vastarix) dari 78.64% menjadi 36.98%. Farwas (2010) dalam penelitian konsentrasi spora jamur Beauveria bassiana strain Wamena terhadap hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampeii F) pada tanaman kopi arabika di Distrik Walesi Kampung Jagara Kabupaten Jayawijaya mendapatkan hasil bahwa: 1) selama 9 hari dalam perendaman menunjukan bahwa dari kelima konsentrasi masing-masing: 0.01%, 0.02%, 0.03%, 0.04% dan 0.05% ternyata bahwa 0.04% dan 0.05% masing-masing menunjukan mortalitas sebanyak 376 dan 363 pada diskus buah kopi merupakan yang tertinggi, 2) pada konsentrasi 0.05% pada uji laboratorium menghasilkan 85.63% merupakan yang tertinggi sedangkan pada uji lapangan pada konsentrasi 0.05% menghasilkan mortalitas 95% merupakan yang tertinggi, dengan demikian maka tidak ada perbedaan konsentrasi antara uji laboratorium dan uji lapangan. Sawor (2010) dalam penelitian intensitas serangan hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampeii F) di kampung Jagara Distrik Asolokobal Kabupaten Jayawijaya memperoleh kesimpulan: 1) serangan hama PBKo pada tanaman kopi pada perkebunan rakyat di kampung Jagara Distrik Asolokobal telah berada pada kriteria serangan berat dengan intensitas serangan mencapai 93 persen, 2) serangan hama PBKo pada tanaman kopi pada perkebunan rakyat di Kampung Jagara Distrik Asolokobal telah berada pada kriteria serangan berat atau telah berada pada ambang ekonomi dengan intensitas serangan mencapai 68,70%. Perkembangan Usaha Perkebunan Kopi di Kabupaten Jayawijaya Produksi kopi di Provinsi Papua pada tahun 2008, 2009 dan 2010 secara berurutan mencapai ton, ton dan ton, dengan jumlah ekspor mencapai 10 ton, 12 ton dan 24 ton ke Amerika Serikat pada perusahaan Starbuck. Dari total produksi tersebut 25% merupakan kopi arabika organik dari kabupaten Jayawijaya dengan nilai pasar yang tinggi. Sementara sisanya adalah kopi robusta dengan wilayah tujuan pemasaran adalah Makasar (Disbun Provinsi Papua 2010)

18 20 Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wally (2001) bahwa usaha tani kopi rakyat di Kabupaten Jayawijaya dapat digambarkan berdasarkan fungsi keuntungan dan efisiensi usaha tani kopi rakyat. Fungsi keuntungan dan dipengaruhi oleh faktor produksi, luasan lahan kopi yang diusahakan serta jumlah faktor produksi yang digunakan. Faktor produksi tidak tetap mencakup upah tenaga kerja pemeliharaan, upah tenaga kerja pengolahan dan upah tenaga kerja pemasaran memiliki pengaruh negatif terhadap keuntungan usaha tani kopi. Sedangkan faktor produksi tetap yang mencakup jumlah pohon kopi, luas lahan usaha tani, umur pohon kopi, pengalaman petani berusaha tani kopi berpengaruh positif terhadap keuntungan usaha tani kopi. Ditinjau dari luasan lahan, maka antara luas lahan kopi 2 ha dan < 1.9 ha tidak menunjukkan perbedaan keuntungan yang nyata, namun demikian petani dengan luasan lahan kopi rata-rata 2 ha memiliki keuntungan lebih tinggi. Berdasarkan luas areal usaha tani kopi rakyat, kondisi usaha tani berada pada constant return to scale, yang berarti setiap penambahan porsi jumlah faktor produksi akan memberikan penambahan keuntungan tetap. Sedangkan berdasarkan lokasi usahatani kopi, berada pada kondisi decreasing return to scale yang berarti setiap penambahan proporsi jumlah faktor produksi dalam usaha tani kopi akan memberikan penambahan keutungan yang semakin menurun. Penawaran produksi kopi dipengaruhi oleh perubahan harga kopi dan perubahan upah tenaga kerja sebaliknya tidak berpengaruh terhadap perubahan upah tenaga kerja pemeliharaan dan upah tenaga kerja pemasaran. Elastisitas permintaan faktor produksi tidak tetap terhadap harga sendiri lebih besar dari satu ini berarti permintaan tenaga kerja pemeliharaan, pengolahan dan pemasaran respon terhadap perubahan upah tenaga kerja masing-masing. Perkembangan kopi sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat dari potensi luasan lahan, luas areal tanam yang mencakup tanaman belum menghasilkan (TBM), tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman rusak (TR) serta kapasitas produksi dan jumlah petani di Kabupaten Jayawijaya disajikan pada Tabel 5. Potensi luas lahan kopi di Kabupaten Jayawijaya mencapai ha dengan sebaran luasan per distrik yang beragam. Lahan kopi terluas terdapat di distrik Bolakme (3500 ha) atau kurang lebih 31.82%, sedangkan terendah di distrik Musatfak (240 ha) atau kurang lebih 2.18% dari luas total lahan kopi di Kabupaten Jayawijaya.

19 21 Nunuela (2006) juga melaporkan bahwa kondisi pertanaman kopi arabika di Kabupaten Jayawijaya kurang baik, karena kurangnya dukungan sumber daya manusia serta cenderung tidak berkelanjutan secara ekonomi. Hal ini terlihat rendahnya populasi tanaman kopi arabika dan populasi pohon pelindung per satuan luas areal tanam, rendahnya produksi, rendahnya tingkat pendapatan usaha tani, rendahnya tingkat pendidikan petani,serta rendahnya partisipasi anggota keluarga. Pengembangan kopi di Kabupaten Jayawijaya saat ini dilakukan pada lahan dengan kelas kesesuaian yang rendah, dengan tingkat erosi tanah yang relatif rendah, potensi adopsi (penerapan) teknologi produksi rendah serta tidak didukung oleh peran kelembagaan sosial budaya masyarakat petani Pengembangan tanaman kopi arabika dimasa depan berpeluang untuk diwujudkan apabila dilakukan hal-hal sebagai berikut : a) perbaikan pengelolaan seumber daya lahan melalui pembuatan parit drainase pada areal pertanaman kopi di lahan datar (Distrik Wamena dan Asologaima) dan penerapan teknologi konservasi dengan input teknologi rendah pada lahan miring (Distrik Bolakme dan Kurima), penanaman kopi dan pohon pelindung yang disesuaikan dengan kondisi iklim dan topografi kawasan, b) perbaikan kemampuan (kapasitas) sumber daya manusia petani (pengetahuan, keterampilan, perlaku) dalam pengelolaan tanaman kopi arabika. mendayagunakan peran kelembagaan local menjadi kelompok tani dan kelompok kerja. Strategi pengembangan tanaman kopi arabika berkelanjutan dimasa depan dilakukan dengan pengintegrasian 4 subsistem yaitu : a. sub sistem social, b. subsistem teknologi dan peningkatan produksi, c) subsistem pemasaran daam jangka pendek serta integrasi petani-pengusaha dalam jangka panjang, d) sub sistem kebijakan pemerintah daerah yang kondusif. Prospek Kopi Nasional Hutabarat (2004) dalam analisis kondisi pasar dunia dan dampaknya terhadap kinerja industri perkopian nasional menyimpulkan bahwa: 1) keputusan Dirjen Pajak Nomor: Kep-25/PJ/2003 telah mengakibatkan menurunnya pasokan komoditi kopi dari pedagang pengumpul ke eksportir, serta meningkatnya ekspor kopi dalam bentuk produk primer memiliki nilai tambah yang rendah, 2) menurunnya harga serta melonjaknya pasokan kopi dunia (krisis perkopian internasiaonal) berdampak pada melebarnya senjang pendapatan antara negara pengekspor dan pengimpor, 3) ketidakseimbangan pasar (permintaan dan penawaran) kopi dunia telah mengakibatkan menurunnya harga kopi

20 22 secara drastis, meningkatkan pendapatan perusahaan negara pengimpor serta semakin menurunnya kualitas kopi. Secara kuantitatif, keuntungan negara produsen turun dari miliar dolar pada tahun 1990-an menjadi 5.5 miliar dolar AS menjadi 70 miliar dolar AS pada bulan September Liza et al, (2003) dengan penelitiannya membandingkan aspek pendapatan pertanaman kopi rakyat dibawah pelindung monokultur (sistem introduksi) dan pertanaman kopi dalam sistem agroforestri (sistem tradisional) memperoleh kesimpulan bahwa: 1) tidak ada perbedaan tingkat produksi antara kedua sistem ini, 2) ada perbedaan keuntungan yang diperoleh, akibat dari biaya tenaga kerja dan penggunaan pupuk pestisida pada system pohon pelindung monokultur (sistem introduksi), 3) sistem agroforestri mendukung keberlanjutan ekosistem, menghindari risiko usaha serta menghasilkan produk kopi ramah lingkungan.

JENIS HAMA DAN TEHNIK PENGENDALIANNYA PADA TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP

JENIS HAMA DAN TEHNIK PENGENDALIANNYA PADA TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP JENIS HAMA DAN TEHNIK PENGENDALIANNYA PADA TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP Beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman kopi adalah penggerek buah kopi, penggerek cabang cokelat dan hitam, kutu

Lebih terperinci

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga TINJAUAN PUSTAKA Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga hama utama pada tanaman kopi yang menyebabkan kerugian

Lebih terperinci

PENGELOLAANN HAMA TERPADU OLEH PETANI KOPI DI KABUPATEN JAYAWIJAYAA ASER KOCU

PENGELOLAANN HAMA TERPADU OLEH PETANI KOPI DI KABUPATEN JAYAWIJAYAA ASER KOCU PENGELOLAANN HAMA TERPADU OLEH PETANI KOPI ORGANIK DI KABUPATEN JAYAWIJAYAA ASER KOCU SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kopi Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili Rubiceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kopi Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan apabila tidak dipangkas tanaman ini dapat mencapai tinggi 12 m. Tanaman

Lebih terperinci

HAMA PENYAKIT UTAMA TANAMAN KOPI

HAMA PENYAKIT UTAMA TANAMAN KOPI HAMA PENYAKIT UTAMA TANAMAN KOPI Hama penyakit utama tanaman kopi Penggerek buah kopi (coffee berry borer = CPB). Penyakit karat daun (Hemileia vastatrix B. et Br.) Nematoda parasit (Pratylenchus coffeae,

Lebih terperinci

Hama penyakit utama tanaman kopi

Hama penyakit utama tanaman kopi Hama penyakit utama tanaman kopi Penggerek buah kopi (coffee berry borer = CPB). Penyakit karat daun (Hemileia vastatrix B. et Br.) Nematoda parasit (Pratylenchus coffeae, Radhoholus similis dan Meloydogyne

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia.

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia. Meskipun bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tanaman ini mempunyai peranan penting dalam industri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kopi (Coffea spp.) Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% diekspor sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010). PENDAHULUAN Latar Belakang Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditas ekspor penting dari Indonesia. Data menunjukkan, Indonesia mengekspor kopi ke berbagai negara senilai US$ 588,329,553.00, walaupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi ke-empat terbesar di dunia. Data

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi ke-empat terbesar di dunia. Data I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi ke-empat terbesar di dunia. Data tiga tahun terakhir pada Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia menunjukkan bahwa terjadi penurunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar

I. PENDAHULUAN. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar yang diperdagangkan dalam pasar dunia. Komoditi tersebut dihasilkan oleh 60 negara dan memberikan

Lebih terperinci

Kesiapan Petani Kopi Terhadap Serangan Hama Penggerek Buah (Hypothenemus hampei) pada Musim Kopi 2016

Kesiapan Petani Kopi Terhadap Serangan Hama Penggerek Buah (Hypothenemus hampei) pada Musim Kopi 2016 Kesiapan Petani Kopi Terhadap Serangan Hama Penggerek Buah (Hypothenemus hampei) pada Musim Kopi 2016 Oleh : Rudy Trisnadi K. SP Musim buah kopi tahun 2016 diharapkan dapat menghasilkan produksi kopi glondongan

Lebih terperinci

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 PROBOLINGGO 67271 Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat Oleh : Ika Ratmawati, SP POPT Perkebunan Pendahuluan Kabupaten Probolinggo

Lebih terperinci

Serangan Kutu Hijau Coccus viridis pada Kopi di Jawa Timur

Serangan Kutu Hijau Coccus viridis pada Kopi di Jawa Timur Serangan Kutu Hijau Coccus viridis pada Kopi di Jawa Timur Oleh : Dina Ernawati, SP. dan Effendi Wibowo, SP. Gambar 1. Minuman kopi Sumber : www.manfaatkopi.com Siapa yang tidak kenal dengan kopi? Hampir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi (Coffea spp.) merupakan salah satu komoditi ekspor yang penting bagi Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi yang banyak tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae) Serangga betina yang telah berkopulasi biasanya meletakkan telurnya setelah matahari terbenam pada alur kulit buah kakao.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari

I. PENDAHULUAN. luas areal kakao yang cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan daerah potensial untuk pengembangan komoditas kakao karena sumber daya alam dan kondisi sosial budaya yang mendukung serta luas areal kakao yang

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komoditi Kopi dan Aspek Ekonomisnya. Kopi merupakan salah satu komponen industri pertanian yang penting di Indonesia. Pada tahun 1986 sektor usaha tani Indonesia mempekerjakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

Pengorok Daun Manggis

Pengorok Daun Manggis Pengorok Daun Manggis Manggis (Garcinia mangostana Linn.) merupakan tanaman buah berpotensi ekspor yang termasuk famili Guttiferae. Tanaman manggis biasanya ditanam oleh masyarakat Indonesia di pertanaman

Lebih terperinci

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya Produksi gula nasional Indonesia mengalami kemerosotan sangat tajam dalam tiga dasawarsa terakhir. Kemerosotan ini menjadikan Indonesia yang pernah menjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tembakau adalah: Menurut Murdiyanti dan Sembiring (2004) klasifikasi tanaman tembakau Kingdom Divisi Sub divisi Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh I. Latar Belakang Tanaman pala merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bunga anggrek adalah salah satu jenis tanaman hias yang mampu memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun, terus menghasilkan ragam varietas anggrek

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : 11.12.6119 Kelas : 11.S1.SI 1. PENDAHULUAN Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi termasuk dalam Kingdom Plantae, Sub Kingdom. Tracheobionta, Super Divisi Spermatophyta, Divisi Magnoliophyta, Class

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi termasuk dalam Kingdom Plantae, Sub Kingdom. Tracheobionta, Super Divisi Spermatophyta, Divisi Magnoliophyta, Class TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kopi Arabika (Coffea Arabica L.) Tanaman kopi termasuk dalam Kingdom Plantae, Sub Kingdom Tracheobionta, Super Divisi Spermatophyta, Divisi Magnoliophyta, Class Magnoliopsida/Dicotyledons,

Lebih terperinci

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima Oleh : Umiati, SP dan Irfan Chammami,SP Gambaran Umum Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tanaman perkebunan industry berupa pohon batang lurus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Kumbang Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Pracaya (2007), kumbang penggerek buah kopi dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Kumbang Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Pracaya (2007), kumbang penggerek buah kopi dapat 7 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kumbang Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Pracaya (2007), kumbang penggerek buah kopi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :Kingdom : Animalia; Filum: Arthropoda;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) Kumbang penggerek pucuk yang menimbulkan masalah pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

Lebih terperinci

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27 Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah yang menjadi komoditas ekspor penting di Indonesia. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu sentra produksi utama lada di Indonesia dan dikenal

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

FLUKTUATIF SERANGAN Hypothenemus hampei WILAYAH KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA PADA TRIWULAN II 2013

FLUKTUATIF SERANGAN Hypothenemus hampei WILAYAH KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA PADA TRIWULAN II 2013 FLUKTUATIF SERANGAN Hypothenemus hampei WILAYAH KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA PADA TRIWULAN II 2013 Effendi Wibowo, SP dan Dina Ernawati, SP H. hampei merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT PENDAHULUAN Eli Korlina Salah satu masalah dalam usahatani bawang putih adalah gangguan hama dan penyakit. Keberadaan hama dan penyakit dalam usahatani mendorong petani untuk menggu-nakan pestisida pada

Lebih terperinci

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51 Kakao (Theobroma cacao L) merupakan satu-satunya diantara 22 spesies yang masuk marga Theobroma, Suku sterculiacecae yang diusahakan secara komersial. Kakao merupakan tanaman tahunan yang memerlukan lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman pangan terpenting kedua setelah padi. Tanaman ini berasal dari Amerika. Sekitar abad ke-16,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia kopi merupakan salah satu komiditi ekspor yang mempunyai arti

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia kopi merupakan salah satu komiditi ekspor yang mempunyai arti 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia kopi merupakan salah satu komiditi ekspor yang mempunyai arti yang cukup penting. Selain sebagai komoditi ekspor, kopi juga merupakan komoditi yang dikonsumsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

TINGKAT SERANGAN HAMA UTAMA DAN PRODUKSI KOPI LIBERIKA TUNGKAL KOMPOSIT (Coffea sp.) DI KECAMATAN BETARA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

TINGKAT SERANGAN HAMA UTAMA DAN PRODUKSI KOPI LIBERIKA TUNGKAL KOMPOSIT (Coffea sp.) DI KECAMATAN BETARA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TINGKAT SERANGAN HAMA UTAMA DAN PRODUKSI KOPI LIBERIKA TUNGKAL KOMPOSIT (Coffea sp.) DI KECAMATAN BETARA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Araz Meiln 1*, Nasamsir 1 dan Sugeng Riyanto 2 1 Program Studi Agroteknologi,

Lebih terperinci

HAMA GUDANG ANCAM EKSPOR KOPI INDONESIA

HAMA GUDANG ANCAM EKSPOR KOPI INDONESIA HAMA GUDANG ANCAM EKSPOR KOPI INDONESIA Annisrien Nadiah, SP POPT Ahli Pertama annisriennadiah@gmail.com Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Gambar 1. Biji kopi sehat

Lebih terperinci

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ulat Kantong (Metisa plana) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat Kantong (M. plana) merupakan salah satu hama pada perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Hama ini biasanya memakan bagian atas daun, sehingga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum TINJAUAN PUSTAKA Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur diletakkan pada permukaan daun, berbentuk oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BROCAP TRAP UNTUK PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KOPI Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) PADA TANAMAN KOPI SKRIPSI

PENGGUNAAN BROCAP TRAP UNTUK PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KOPI Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) PADA TANAMAN KOPI SKRIPSI 1 PENGGUNAAN BROCAP TRAP UNTUK PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KOPI Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) PADA TANAMAN KOPI SKRIPSI OLEH VIRMA ULI MANURUNG 040302035 DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) TINJAUAN PUSTAKA 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae) Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi karena berbagai manfaat yang terdapat di dalam kubis. Kubis dikenal sebagai sumber vitamin A, B, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Pala Tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt) dapat tumbuh baik di daerahdaerah yang mempunyai ketinggian 500-700 meter di atas permukaan laut. Tanaman ini membutuhkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal

Lebih terperinci

Hama Aggrek. Hama Anggrek

Hama Aggrek. Hama Anggrek Hama Anggrek Dr. Akhmad Rizali Hama Aggrek Tungau merah (Tennuipalvus orchidarum) Kumbang gajah (Orchidophilus aterrimus) Kumbang penggerek (Omobaris calanthes) Kutu perisai (Parlatoria proteus) Pengorok

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) SECARA PHT UPTD-BPTP DINAS PERKEBUNAN ACEH 2016

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) SECARA PHT UPTD-BPTP DINAS PERKEBUNAN ACEH 2016 PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) SECARA PHT UPTD-BPTP DINAS PERKEBUNAN ACEH 2016 PENDAHULUAN Kebijakan pemerintah yang dituang dalam Undang- Undang No. 20 Tahun 1992 Tentang Budidaya Tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan 15 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Bactrocera sp. (Diptera : Tephtritidae) Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telur ke dalam kulit buah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna I. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ulat Api (Setothosea asigna) Hama ulat api (Setothosea asigna) merupakan salah satu hama paling penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit. Spesies

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi (Gambar 1) termasuk dalam Kingdom Plantae, Sub kingdom. divisi Spermatophyta, Divisi Magnoliophyta, Class

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi (Gambar 1) termasuk dalam Kingdom Plantae, Sub kingdom. divisi Spermatophyta, Divisi Magnoliophyta, Class II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kopi 2.1.1 Klasifikasi Tanaman kopi (Gambar 1) termasuk dalam Kingdom Plantae, Sub kingdom Tracheobionta, Super divisi Spermatophyta, Divisi Magnoliophyta, Class Magnoliopsida/Dicotyledons,

Lebih terperinci

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat 1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun TINJAUAN PUSTAKA 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) 1.1 Biologi Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun seperti atap genting (Gambar 1). Jumlah telur

Lebih terperinci

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) HAMA Hama utama tanaman kedelai adalah: 1. Perusak bibit 2. Perusak daun 3. Perusak polong 4.

Lebih terperinci

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400

Lebih terperinci

PENYAKIT TANAMAN KOPI DAN PENGENDALIANNYA Oleh : Abd. Muis, SP

PENYAKIT TANAMAN KOPI DAN PENGENDALIANNYA Oleh : Abd. Muis, SP PENYAKIT TANAMAN KOPI DAN PENGENDALIANNYA Oleh : Abd. Muis, SP Kopi salah satu jenis tanaman rentan terhadap serangan hama dan penyakit ditambah kurang rajin merawatnya sudah pasti sangat cepat diserang

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA BUDIDAYA TANAMAN DURIAN Dosen Pengampu: Rohlan Rogomulyo Dhea Yolanda Maya Septavia S. Aura Dhamira Disusun Oleh: Marina Nurmalitasari Umi Hani Retno

Lebih terperinci

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK Oleh Embriani BBPPTP Surabaya Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kakao Tanaman kakao mempunyai sistematika sebagai berikut (Tjitrosoepomo, 1988 dalam Syakir et al., 2010) Divisi Sub Divisi Kelas Sub Kelas Famili Ordo Genus : Spermatophyta

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas KOPI Panduan teknis budidaya kopi Kopi merupakan komoditas perkebunan yang paling banyak diperdagangkan. Pusat-pusat budidaya kopi ada di Amerika Latin, Amerika Tengah, Asia-pasifik dan Afrika. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat pemakan daun kelapa sawit yang terdiri dari ulat api, ulat kantung, ulat bulu merupakan hama yang paling sering menyerang kelapa sawit. Untuk beberapa daerah tertentu, ulat

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar 4 TINJAUAN PUSTAKA Pepaya (Carica papaya L.) Asal-usul Pepaya Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba yang diduga berasal dari Amerika Tropis, diantaranya Meksiko dan Nikaragua. Penyebaran tanaman pepaya

Lebih terperinci

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. OLEH: Syahnen, Yenni Asmar dan Ida Roma Tio Uli Siahaan Laboratorium Lapangan

Lebih terperinci

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Berkebun buah-buahan yang perlu diperhatikan adalah mutu dan ketersediaan akan benih/ bibit tanaman. Pelaku usahatani/ pekebun bisa menyiapkan pembibitan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4 TINJAUAN PUSTAKA Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi Siklus hidup S. litura berkisar antara 30 60 hari (lama stadium telur 2 4 hari, larva yang terdiri dari 6 instar : 20 26 hari, pupa 8

Lebih terperinci

REKOMENDASI UMUM PENGENDALIAN HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO 1) Oleh: Ir. Syahnen, MS 2) dan Muklasin, SP 3)

REKOMENDASI UMUM PENGENDALIAN HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO 1) Oleh: Ir. Syahnen, MS 2) dan Muklasin, SP 3) REKOMENDASI UMUM PENGENDALIAN HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO 1) Oleh: Ir. Syahnen, MS 2) dan Muklasin, SP 3) 1. Latar Belakang Hama pengisap buah Helopeltis spp. (Hemiptera, Miridae) merupakan hama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman akibat serangan hama menjadi bagian budidaya pertanian sejak manusia mengusahakan pertanian ribuan tahun yang lalu. Mula-mula manusia membunuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada 8000 SM yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada 8000 SM yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tebu Tanaman tebu diduga berasal dari daerah Pasifik Selatan, yaitu New Guinea dan selanjutnya menyebar ke tiga arah yang berbeda. Penyebaran pertama dimulai pada 8000 SM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kopi Robusta Kedudukan tanaman kopi dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

Jurnal Online Agroekoteaknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

Jurnal Online Agroekoteaknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015 Uji Ketinggian dan Tipe Perangkap untuk Mengendalikan Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) (Coleoptera : Scolytidae) di Desa Pearung Kabupaten Humbang Hasundutan Test of Height and Type of Trap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN ACARA 1 PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT PADA HUTAN DISUSUN OLEH : NAMA NIM SIFT CO.ASS : SIWI PURWANINGSIH : 10/301241/KT/06729 : Rabu,15.30 : Hudiya

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci