BAB I PENDAHULUAN. pria. Pria lebih mendominasi dan memiliki peran yang lebih besar dalam segi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pria. Pria lebih mendominasi dan memiliki peran yang lebih besar dalam segi"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ke-19, pemerintahan di Prancis hampir selalu dipimpin oleh pria. Pria lebih mendominasi dan memiliki peran yang lebih besar dalam segi politik, sosial, dan lain-lain. Di sisi lain, pria yang berstatus sebagai suami juga mendominasi keluarganya. Pada kenyataannya, hal itu tidak hanya terjadi pada keluarga atau keturunan bangsawan, tetapi juga pada masyarakat biasa. Status sosial perempuan tidak bisa disamakan dengan posisi pria pada abad itu. Sejak zaman dahulu, terutama di Prancis, seorang perempuan tidak boleh bekerja seperti yang dilakukan oleh pria. Perempuan cukup menjaga rumah, mengurus anak dan suami, 1 sehingga perempuan direpresentasikan sebagai perempuan rumah tangga yang lemah dan memiliki pengetahuan lebih sedikit dari pria, dsb. Kemudian muncul beberapa pertanyaan, yakni bagaimana kondisi perempuan pada saat itu, apakah perempuan melakukan keburukan sama seperti yang pria lakukan, misalnya, kecemburuan, kebencian, perselingkuhan, dan lainlain. Semua pria yang memiliki kekuasaan akan setuju dengan anggapan bahwa 2 tempat perempuan bukan di kota bukan pula di ruang rapat, melainkan di rumah. 1 (diakses pada tanggal 26 November 2013 pada pukul WIB) e-si%C3%A8cle (diakses pada tanggal 26 November 2013 pada pukul 20.00) 1

2 Hal semacam ini tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga di negara lain, seperti di India. Sebuah situs UNODC (United Nations Office on Drugs and Crime) membahas tentang diskriminasi kaum pria terhadap perempuan karena mereka dianggap tidak bisa melakukan apa apa dan tidak bijaksana dalam The Status of Women in India. Seiring perkembangannya, pada tahun 1866 seorang jurnalis Prancis bernama Maria Deraismes membangun sebuah asosiasi hak bagi perempuan. Ia memperjuangkan hak para perempuan. Balzac juga pernah menyebutkan kondisi perempuan dalam salah satu novelnya yang berjudul Physiologie du Mariage 3. Dalam novel itu, perempuan didefinisikan sebagai sebuah properti yang diperoleh oleh kontrak 4. Kata properti seolah-olah memosisikan perempuan sebagai sebuah barang yang dimiliki pria. Honoré de Balzac ( ) merupakan salah satu penulis Prancis terkenal abad ke-19 yang memiliki banyak kontribusi dalam bidang kesusastraan Prancis. Ia telah menulis banyak novel, cerita pendek, dll. Balzac juga disebut sebagai jurnalis karena beberapa karyanya diterbitkan secara rutin dalam Revue de Paris. Ia termasuk penulis beraliran realisme yang menulis banyak genre dalam sebuah cerita seri berjilid, bernama La Comédie Humaine. Cerita ini memiliki keterkaitan tema, karakter, dan setting tempat serta waktu. Namun, pembaca tetap bisa membacanya secara terpisah, maksudnya tanpa harus tahu cerita novel 3 Physiologie du Mariage (1829) salah satu novel terkenal yang ditulis Balzac mengenai kondisi pernikahan di Prancis. 4 (diakses pada tanggal 20 November 2013 pada pukul WIB) 2

3 sebelumnya karena cerita dan judulnya berbeda. Balzac sudah menyelesaikan sekitar 90 buah cerita maupun novel. Balzac juga telah menulis sekitar 40 buah cerita lebih yang belum diselesaikan. Ia menulis berbagai genre cerita, misalnya, politik, pemerintahan, perempuan, percintaan, perselingkuhan, dll. Karyakaryanya terbagi ke dalam beberapa kategori, seperti scènes de la vie privée, scènes de la vie parisienne, scènes de la vie politique, scènes de la vie militaire, scènes de la vie campagne, dll. La Femme de Trente Ans merupakan bagian dari scènes de la vie privée. La Femme de Trente Ans yang ditulis antara tahun ini menceritakan tentang pernikahan, feminisme, dan pandangan masyarakat terhadap perempuan pada zaman itu. Hal-hal pribadi telah banyak terungkap, seperti hubungan Julie terhadap sang suami, anak dan hubungan terlarang yang tidak pantas dilakukan oleh seorang perempuan yang sudah menikah dan lain sebagainya. Selain itu, terdapat juga kisah anak perempuannya dan perasaan gagal yang dimiliki Julie dalam kehidupannya. Sesungguhnya, novel dengan tema semacam ini dalam scènes de la vie privée memang lebih banyak mengangkat persoalan perempuan dan persoalan pernikahan, termasuk karya novel yang ia tulis, seperti Mémoires de Deux Jeunes Mariées, Une Double Famille, Physiologie du mariage dll. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing, seperti bahasa Inggris dengan judul A Woman of Thirty oleh Ellen Marriage pada tahun Selain Inggris ada juga terjemahan dalam bahasa Polandia, Thailand, dll. 3

4 Dalam buku An Interpretation of La Comédie Humaine yang ditulis oleh F. W. J Hemmings 5, Hemmings berpendapat bahwa novel ini merupakan novel yang kurang layak dibaca dan merupakan novel yang paling lemah dari Balzac. Namun, setiap orang memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda-beda. Semua tergantung selera pembaca dan bagaimana mereka menginterpretasikannya. Masih dalam buku yang sama, Hemmings juga menunjukkan cuplikan pernyataan yang menyatakan bahwa karya ini merupakan salah satu penemuan Balzac yang paling nyata dari isi novel dalam bagian scènes de la vie privée. Dua orang yang mengungkapkan hal tersebut bernama Francis Steegmuller 6 dan Norbert Guterman 7 dalam Sainte-Beuve, Selected Essays tahun 1965 (Hemmings 1967: 48-50). La Femme de Trente ans membahas mengenai hidup seorang perempuan dari usia muda sampai saat ia berumur tiga puluh tahun lebih. Kehidupan pribadinya terbagi ke beberapa fase hidup, seperti masa kecil, pernikahan, keluarga, dll. Kisah novel ini membahas secara kompleks kehidupannya, seperti kesedihan dalam menjalani rumah tangga atau bisa dikatakan rasa ketidakbahagiaannya. Sifat-sifat dalam percakapan dan kalimat dalam novel ini menyiratkan pandangan buruk terhadap perempuan pada zaman itu karena hanya melihat dari sisi yang suram dan negatif saja. 5 F. W. J Hemmings merupakan seorang penulis kritikus sastra dan juga profesor Inggris yang mengajar Sastra Prancis di Leicester University tahun Francis Steegmuller ( ) adalah seorang penulis biografi, penulis novel, dan penerjemah asal Amerika. 7 Norbert Guterman ( ) adalah penulis dan penerjemah yang lahir di Warsaw, Polandia. 4

5 Dari sedikit gambaran permasalahan tersebut, skripsi ini akan membahas mengenai representasi yang diterima oleh perempuan. Pengertian dari representasi adalah tindakan yang mewakili suatu keadaan. Ada banyak faktor yang menyebabkan sebuah representasi dapat terbentuk, yaitu terjadi karena adanya pengaruh keadaan sosial, perbedaan budaya, ras, dan sebagainya. Menurut Stuart Hall, representasi berarti menggunakan bahasa untuk mengatakan sesuatu atau untuk merepresentasikan sesuatu yang bermakna terhadap orang lain. Dari pandangannya, ia menganggap representasi merupakan bagian yang paling penting sebagai proses saat makna diproduksi dan kemudian digunakan antar masyarakat di dalam lingkup budaya (Hall 1997:15). Novel ini layak diteliti karena banyak hal yang dapat menjadi isu permasalahan yang bagus untuk diangkat. La Femme de Trente ans juga termasuk ke dalam bagian cerita seri terkenal La comédie humaine yang ia tulis. Selain itu, cerita di dalamnya diangkat dari kisah nyata pengalaman hidup saudara perempuan Balzac yang bernama Laurence ( ). Seorang penulis, linguis, dan profesor bernama Michel Pougeoise mengatakan bahwa yang ditulis oleh Balzac dalam La Femme de Trente ans merupakan kisah kepahitan nyata yang terjadi dalam hidup adiknya tersebut. Ia menikah dengan M. de Montzaigle di umur sembilan belas tahun dan pernikahan itu hanya berlangsung selama empat tahun saja. Di umur dua puluh tiga, Laurence meninggal dengan kemiskinan dan kesengsaraan yang ia alami setelah pernikahannya (diakses pada tanggal 3 November 2013 pada pukul WIB) 5

6 1.2 Rumusan Masalah Pada novel ini, terdapat banyak sifat yang merepresentasikan sifat negatif perempuan, seperti perkataan, percakapan, dan berbagai sifat negatif yang dicitrakan pada sosok Julie. Kemudian, sikap tante dari Victor d Aiglemont yang terlihat meremehkan dan masih banyak hal lainnya. Pada akhirnya, Julie tidak peduli lagi akan permasalahan yang melingkupi hidup. Ia pun mencari kebahagiaannya sendiri, sehingga pertanyaan penelitian yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah perempuan direpresentasikan? 2. Mengapa perempuan dapat direpresentasikan seperti yang digambarkan dalam novel? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan utama yang ingin disampaikan peneliti ini adalah tercapainya rasa keingintahuan pembaca mengenai karakter perempuan yang digambarkan dalam tokoh novel. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan berbeda dari berbagai representasi yang selalu dibentuk pada perempuan. Tujuan teoritisnya yaitu, dapat memberikan penjelasan mendalam melalui makna yang terkandung di setiap kalimat dalam novel dengan menggunakan teori representasi. Hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini ialah dapat memberi gambaran tentang bagaimana perempuan direpresentasikan pada masa itu serta dapat membuka pemikiran yang lebih kritis tentang permasalahan tersebut. 6

7 1.4 Landasan Teori Penelitian ini akan memakai teori representasi yang dikemukakan oleh Hall dalam bukunya yang berjudul Representation: Cultural Representations and Signifying Practices (1997). Dalam bukunya, dikatakan bahwa representasi tidak bisa lepas dari sebuah kebudayaan yang ada di masyarakat. 9 Menurut Hall, Representasi adalah penggunaan bahasa untuk menyatakan sesuatu yang memiliki arti atau merepresentasikan dunia ini dengan penuh makna. Selain itu, representasi juga merupakan sebuah bagian penting dari proses. Melalui proses itu, makna tersebut diproduksi dan dipertukarkan antar orangorang yang ada di lingkup kebudayaan. Di dalamnya juga terdapat penggunaan bahasa, tanda dan gambaran mana yang merepresentasikan sesuatu (Hall 1997:15). Sebagai contoh sederhana, ketika kita melihat sebuah kursi, maka dengan cepat kita akan mengenali benda tersebut. Ciri benda itu akan tergambar di dalam pikiran kita bahkan, tanpa kita melihat benda nyatanya. Bentuk dan ciri tersebut lah yang merepresentasikan konsep yang kita pikirkan. Dalam hal ini juga yang terjadi di kehidupan sehari-hari bahwa setiap orang pasti memiliki sesuatu pandangan yang ditujukan kepada seseorang. Misalnya, pada zaman dulu, perempuan tidak boleh bekerja seperti yang pria lakukan karena konsep perempuan yang mengurus rumah tangga sudah tertanam dalam pikiran masyarakat. Oleh karena itu, faktor ini lah yang akhirnya menimbulkan 9 Stuart Hall, 1997, Representation: Cultural Representations and Signifying Practices (p.15) 7

8 representasi yang kurang baik bagi perempuan dan tidak diperlakukan adil padahal mereka juga mempunyai hak yang seharusnya sama dengan pria. Hall menjelaskan ada dua sistem representasi, yang pertama, sistem yang termasuk di dalamnya berupa objek, orang, dan kejadian yang berhubungan dengan konsep yang ada di pikiran kita (Hall 1997:17). Tanpa ketiga hal tersebut, tidak bisa dibangun sebuah makna. Pada dasarnya, hal yang paling penting yang harus dimiliki manusia adalah konsep dan gambaran yang ada di pikiran mereka. Keduanya akan memudahkan manusia untuk merepresentasikan berbagai hal, walaupun sebelumnya belum pernah dilihat ataupun diketahui. Contohnya, perihal neraka dan surga. Semua orang belum pernah melihat kedua tempat tersebut, tetapi konsep neraka dan surga dapat dibayangkan atau dipikirkan. Sistem representasi kedua yang dikemukakan oleh Hall adalah tiap-tiap orang tidak selalu memiliki konsep yang sama terhadap suatu hal atau suatu benda. Sebagai contoh, A memiliki gambaran yang berbeda dengan B mengenai kata tong sampah. Saat kata benda itu muncul, A berpikir bahwa bentuk tong sampah itu bundar dan tak ada tutup di atasnya. Lain halnya dengan B, ia berpikir bahwa tong sampah itu berbentuk kotak dan ada tutupnya. Perbedaan konsep ini memang bisa saja terjadi pada siapapun karena tiap-tiap manusia punya cara yang berbeda dalam membentuk konsep yang dimaksud dan diinginkan. Dalam representasi, pasti terdapat kesamaan konsep yang sama digunakan oleh orang orang di belahan dunia manapun dengan bahasa yang berbeda. Seperti kata meja dalam bahasa Indonesia dan table dalam bahasa Inggris. Jika 8

9 penjelasan konsep singkat tersebut diterapkan ke dunia nyata, hal ini sama halnya dengan penjelasan sebelumnya mengenai perempuan yang hanya cukup mengurus rumah tangga atau tidak boleh bekerja di luar rumah. Konsep yang membentuk identitas perempuan seperti itu tidak hanya terjadi di Prancis atau belahan Eropa saja. Perempuan di Asia juga mendapat perlakuan yang sama, terutama di India yang masih membentuk konsep tersebut dalam masyarakat. Perempuan masih memiliki representasi yang kurang pintar, tidak bisa memutuskan sesuatu, dll. Hall mengungkapkan tiga pendekatan, yaitu reflective approache (pendekatan reflektif), intentional approache (pendekatan intensional), dan constructionist approach (pendekatan konstruksionis). Ketiga pendekatan tersebut dapat menjelaskan bagaimana sebuah representasi dimaknai melalui cara kerja bahasa yang digunakan (Hall 1997:24-25). Berikut penjelasan dari ketiganya. 1. Reflective Approache, merupakan sebuah pikiran yang terletak pada objek, ide, peristiwa yang ada di dunia nyata karena bahasa seperti cermin yang memiliki kegunaan untuk merefleksikan makna. 2. Intentional Approache, memiliki kaitan dengan pembicara, penulis yang memiliki ciri khas masing-masing dalam menyampaikan maksud. Bahasa bukan sebuah bahasa pribadi namun lebih universal. 3. Constructionist Approach, pendekatan ini berhubungan dengan bahasa sosial. Dunia ini penuh dengan alam, benda, kejadian, manusia, dll. Oleh karena itu, semua hal yang ada di dalamnya 9

10 dikelola dengan makna, representasi, dan bahasa. Bukan dunia ini yang memberikan makna melainkan mahkluk sosial yang membangun arti atau makna itu dalam sebuah bahasa. Kemudian, makna ini digunakan untuk merepresentasikan sesuatu dalam kehidupan manusia. Sesuai dengan pembahasan pendekatan pada poin ketiga, hal tersebut dekat dengan sosial dan budaya yang memengaruhi representasi yang digambarkan terhadap perempuan dalam novel ini. Setiap manusia yang hidup di dalam lingkup sosial disebut makhluk sosial karena semua orang pasti berkomunikasi dan bersosialisasi dengan siapapun. Saat seseorang menciptakan sebuah makna, ia menggunakan sebuah konsep yang terbentuk dari sebuah budaya yang telah ada lebih dulu. Bahasa itulah yang kemudian digunakan untuk merepresentasikan konsep tersebut. Bahasa saling berhubungan dengan sistem tanda yang bernama signifié dan signifiant. Signifié merupakan konsep maupun ide yang ada di kepala kita. Kemudian, signifiant bertugas membentuk atau memberikan jawaban dari konsep itu dalam pikiran secara otomatis. Hal tersebut bertujuan untuk memberi makna atau arti sekitarnya. Maka dari itu, konsep dan bahasa saling berkaitan. Pendekatan ini memang memiliki maksud untuk membangun sebuah konsep tertentu. Jika dibahas lebih dalam, pendekatan yang dikemukakan bisa diterapkan pada novel ini karena Constructionist Approach membangun makna serta pembentukan makna yang merepresentasikan konsep dari sekitar melalui bahasa, sesuai dengan identitas tokoh perempuan yang direpresentasikan dalam 10

11 novel La Femme de Trente ans. Pembahasan representasi ini akan diteliti dengan mengidentifikasi dengan watak tokoh perempuan, pengaruh-pengaruh sosial yang ada pada zaman itu, pandangan atau sikap dari tokoh pria, maupun masyarakat yang ditujukan bagi perempuan. Maka dari itu, dari ketiga pendekatan yang diuraikan oleh Hall, Constructionist Approach merupakan pendekatan yang lebih tepat dipakai dalam penelitian ini. 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian ini menggunakan novel La Femme de Trente ans karya Honoré de Balzac. Karya ini ditulis antara tahun 1829 sampai Roman ini merupakan salah satu dari beberapa karya Balzac yang menyinggung dan membahas mengenai representasi terhadap perempuan pada zaman itu. Pembahasan mengenai representasi sudah banyak dibahas dan diteliti. Pada tahun 2013, Maesita dari Universitas Airlangga Surabaya menulis jurnal dengan judul Interpretasi Lesbian Terhadap Representasi Lesbian Dalam Film Minggu Pagi di Victoria Park. Dalam jurnalnya, ia menyebutkan beberapa hal representasi dari tokoh yang bernama Yati. Pertama, tokoh tersebut merepresentasikan seorang lesbian yang negatif. Selain itu, terdapat sebutan butch dan femme, yaitu sebutan untuk para kaum radikal seks. Penulis juga menambahkan pandangan dari segi etnis, agama, dll. 11

12 Kemudian pada tahun 2007, terdapat penelitian dari Universitas Airlangga Surabaya yang ditulis oleh Rostinah dan Srimulyani berjudul Representasi Perempuan Dalam Sistem Keluarga Jepang: Telaah Kritis atas Teks Novel Ie Karya Shimazaki Toson. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori representasi Hall. Selain itu, untuk memahami lebih rinci teks novel tersebut, penulis menggunakan pendekatan konstruksionis. Dalam penelitian, itu dijelaskan, yaitu tiga tokoh perempuan Otane, Toyose, dan Oyuki. Peneliti dari segi fisik, watak serta kehidupan sosial ketiganya. Selanjutnya, penelitian ditulis oleh seorang dosen Ilmu Komunikasi dari Universitas Diponegoro Semarang, Hasfi, berjudul Representasi Perempuan Pelaku Kejahatan (Woman Offender) di Media Massa: Analisa Pemberitaan Malinda Dee. Dalam penelitian tersebut diungkapkan bagaimana Malinda Dee dilabelkan sebagai bentuk kekerasan simbolik yang dilakukan media massa. Ia juga dipojokkan ke dalam bentuk perempuan yang dikatakan oleh penulis monster mistik, fokus terhadap daya tariknya saja, menjadi objek humor dan terus berada di posisi yang salah. Pada tahun 2012, seorang mahasiswa Sastra Prancis bernama Asrini menulis skripsi berjudul Representasi Masyarakat Multikultural Dalam Novel Entre Les Murs karya François Bégaudeau Tinjauan Semiotik. Dalam penulisannya, ia membahas mengenai hal-hal yang dilakukan para tokoh yang menunjukkan ciri khas dari negara masing-masing, sehingga terbentuk sebuah stereotip baik dan buruk. Hal ini yang menjadi satu permasalahan di dalam masyarakat plural yang terdiri atas berbagi macam budaya, ras, agama, dll. Untuk 12

13 melakukan penelitian secara mendalam mengenai masalah ini, Asrini menggunakan teori representasi dari Hall serta teori multikulturalisme. Sampai saat ini, penelitian dengan tema representasi perempuan menggunakan novel La Femme de Trente karya Honoré de Balzac belum pernah ada yang menelitinya. Sehingga, penelitian dengan tema ini dapat diteliti lebih dalam. 1.6 Metodologi Penelitian Dalam meneliti dan menganalisis novel yang berjudul La Femme de Trente ans ( ) karya Balzac, harus dimengerti dan dipahami teks tersebut terlebih dahulu. Metode penelitian yang dipakai adalah metode analisis isi. Untuk mempermudah penelitian, dilakukan beberapa tahap, yaitu yang pertama adalah pembacaan pertama karya novel secara heuristik dan hermeneutik. Selanjutnya, setelah pembacaan kedua dihasilkan makna dari rumusan masalah tersebut, sehingga akan mempermudah menuju ke langkah berikutnya. Ketiga, mengumpulkan data-data informasi dan fakta yang dibutuhkan dikumpulkan sehingga dapat mempermudah pembahasan masalah satu persatu. Keempat menganalisis isi dengan menghubungkan faktor utama permasalahan yang terdapat di novel dengan teori representasi dari Hall. Pria berkebangsaan Inggris ini mengungkapkan tiga subjek yang terdapat dalam bukunya, yaitu reflective approache (pendekatan reflektif), intentional approache (pendekatan 13

14 intensional), constructionist approach (pendekatan konstruksionis). Dalam penelitian ini akan digunakan Constructionist Approach. Dalam roman La Femme de Trente Ans terdapat beberapa kalimat dan percakapan yang mengungkapkan Julie sebagai perempuan yang direpresentasikan tidak baik. Permasalahan yang muncul ini ditunjukkan dengan sifat-sifat dari keinginan Julie dalam mencari kebahagiaan. Selanjutnya, tahap terakhir penelitian ialah penarikan kesimpulan setelah analisis selesai dilakukan, maka kemudian akan ditarik kesimpulan dari hasil analisis yang telah diteliti untuk menjawab berbagai pertanyaan. 1.7 Sistematika Penyajian Penelitian sastra berjudul representasi perempuan dalam novel La Femme de Trente Ans karya Honoré de Balzac ini akan disajikan ke dalam tiga bab penyajian sebagai berikut. Bab I : Pendahuluan terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penyajian. Bab II : Analisis data bersumber dari percakapan dan kalimat yang terdapat di dalam novel dengan menggunakan teori representasi dari Hall. Bab III : Penjelasan penyebab representasi perempuan yang dihadirkan dalam novel tersebut. 14

15 Bab IV : Rincian analisis tiap-tiap bab dipaparkan secara singkat dalam bab kesimpulan. 15

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imaginasi, pengamatan, dan perenungannya dalam bentuk karya sastra. Karya-karya

BAB I PENDAHULUAN. imaginasi, pengamatan, dan perenungannya dalam bentuk karya sastra. Karya-karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra termasuk salah satu dari bentuk seni yang bermedium bahasa, baik lisan maupun tulisan. Melalui bahasa, pengarang dapat mengungkapkan imaginasi, pengamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan. Wacana tentang perempuan ataupun feminis berkembang diseluruh dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang. Perempuan mempunyai peran penting pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bandingan melibatkan studi teks-teks antarkultur atau budaya. Terdapat hal penting yang merupakan pola hubungan kesastraan. Bagian tersebut seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tentang perempuan pada saat ini masih menjadi perbincangan yang aktual dan tidak ada habisnya. Permasalahan berkaitan dengan perempuan seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah On ne naît pas femme: on le devient seorang perempuan tidak lahir perempuan, tetapi menjadi perempuan ujar Beauvoir dalam bukunya yang terkenal Le Deuxième

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sastra Melayu Tionghoa merupakan karya penulis peranakan Tionghoa yang berkembang sejak akhir abad ke-19 sampai pertengahan abad ke-20. Menurut Claudine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan kata serapan dari bahasa sanskerta śāstra, yang berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata śās- yang berarti instruksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari sebuah proses gejolak dan perasaan seorang pengarang terhadap realitas sosial yang merangsang kesadaran pribadinya. Dengan kedalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN 2.1 Tinjauan pustaka Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal itu dapat dijadikan sebagai titik tolak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup berbudaya dan berkomunikasi. Salah satu cara manusia untuk berkomunikasi yaitu melalui sastra. Sastra merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Strategi Penelitian Jenis penelitian dalam mengkaji novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah bentuk dari gambaran realita sosial yang digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan suatu objek

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Strata 1 Program 2012 MAIDS' RESISTANCE THROUGH THE BOOK TO EQUALIZE THE RIGHTS AS POTRAYED IN "THE HELP" MOVIE (2011)

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, untuk berkomunikasi. Menurut Keraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perempuan bekerja dan mengurus rumah tangga menjadi pemandangan biasa dalam film Suffragette. Perempuan harus membagi waktunya untuk keluarga dan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi alur maju serta hubungan kausalitas yang erat. Hal ini terlihat pada peristiwaperistiwa yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat umumnya memahami wacana sebagai perbincangan terkait topik tertentu.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra, dalam hal ini novel, ditulis berdasarkan kekayaan pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah diungkapkan oleh Teeuw (1981:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan dimana laki-laki lebih diunggulkan dari perempuan. Seorang perempuan berlaku lemah lembut dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanji di Jepang. Manga pertama diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771

BAB I PENDAHULUAN. kanji di Jepang. Manga pertama diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga 漫画 adalah sebutan untuk komik Jepang. Berbeda dengan komik Amerika, manga biasanya dibaca dari kanan ke kiri, sesuai dengan arah tulisan kanji di Jepang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sering disebut sebagai dunia dalam kata, bukan dunia manusia. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa diterjemahkan kembali ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama pada penelitian ini memaparkan hal-hal mendasar berkenaan

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama pada penelitian ini memaparkan hal-hal mendasar berkenaan BAB I PENDAHULUAN Bab pertama pada penelitian ini memaparkan hal-hal mendasar berkenaan dengan dilakukannya penelitian ini. Bagian ini meliputi, latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah,

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Menjelang tahun 1789, terjadi berbagai aksi yang menentang kekuasaan

Bab I. Pendahuluan. Menjelang tahun 1789, terjadi berbagai aksi yang menentang kekuasaan Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang Menjelang tahun 1789, terjadi berbagai aksi yang menentang kekuasaan monarki. Pergerakan ini diawali oleh para cendikiawan dan kelas menengah yang pada akhirnya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mencakup metode dan desain penelitian, definisi-definisi operasional dari variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mencakup metode dan desain penelitian, definisi-definisi operasional dari variabel BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini peneliti menjelaskan tentang metodologi penelitian yang mencakup metode dan desain penelitian, definisi-definisi operasional dari variabel yang terlibat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99).

BAB I PENDAHULUAN. kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, penggunaan kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana dalam berkomunikasi antara individu yang satu dengan lainnya. Dewasa ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Jepang dikenal dengan kepercayaan Shintonya. Walaupun ada

BAB I PENDAHULUAN. Negara Jepang dikenal dengan kepercayaan Shintonya. Walaupun ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang dikenal dengan kepercayaan Shintonya. Walaupun ada beberapa aliran kepercayaan dan agama yang berkembang di sana, masyarakat Jepang modern justru cenderung

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan institusi yang dipandang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan institusi yang dipandang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas bukanlah proses yang mudah dan cepat tetapi diperlukan sarana yang tepat serta waktu yang tepat. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa asing kini memiliki nilai yang sangat penting seiring perkembangan dunia. Kemampuan berbahasa asing menjadi sebuah tuntutan bagi masyarakat Indonesia untuk dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan, dan ruang lingkup dari penelitian yang dilakukan. Subbab metodologi penelitian akan menjelaskan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai berbagai permasalahan yang kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut menyangkut berbagai hal, yakni permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi 1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

2014 ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK TERHADAP NILAI-NILAI EKSISTENSIALISME DALAM NASKAH TEATER HUIS CLOS KARYA JEAN-PAUL SARTRE

2014 ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK TERHADAP NILAI-NILAI EKSISTENSIALISME DALAM NASKAH TEATER HUIS CLOS KARYA JEAN-PAUL SARTRE 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Karya sastra tidak luput dari pandangan pengarang terhadap kondisi yang terjadi di lingkungannya, seperti sejarah, budaya, agama, filsafat, politik dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa peran perempuan pengarang dalam sejarah sastra Indonesia masih sukar untuk dipetakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra Indonesia telah bermula sejak abad 20 dan menjadi salah satu bagian dari kekayaan kebudayaan Indonesia. Sastra Indonesia telah mengalami perjalanan

Lebih terperinci

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual BAB 5 Ringkasan Pada bab ini yang juga merupakan bab terakhir dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual pada tokoh Yuriko Hirata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di

Bab 5. Ringkasan. Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Bab 5 Ringkasan Ide Mayumi merupakan seorang penulis Kodansha Komik Nakayoshi di Jepang. Wanita kelahiran 26 Februari 1961 mengawali karir sebagai penulis komik sejak umur tujuh belas tahun. Setelah mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan berasal dari kata susastra. Su dan Sastra, dan kemudian kata

BAB I PENDAHULUAN. Kesusastraan berasal dari kata susastra. Su dan Sastra, dan kemudian kata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesusastraan berasal dari kata susastra. Su dan Sastra, dan kemudian kata tersebut diberi imbuhan konfiks ke-an. Su berarti indah atau baik, sastra berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media visual yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan

BAB I PENDAHULUAN. media visual yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film pertama kali dipertontonkan di Paris, Perancis pada tahun1895. Dari waktu ke waktu film mengalami perkembangan, baik dari teknologi yang digunakan maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX

BAB 4 KESIMPULAN Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine sebagai Subordinat dalam Novel RELAX karya Henni von Lange RELAX RELAX BAB 4 KESIMPULAN Berdasarkan teori yang sudah dipaparkan dalam bab dua dan analisis yang telah dilakukan dalam bab tiga, maka kesimpulan dari skripsi yang berjudul Citra Tokoh Utama Perempuan die Kleine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai karya sastra, novel muncul sebagai sebuah representasi atau pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

RINGKASAN WANITA DAN PERKAWINAN: KAJIAN SASTRA BANDINGAN TERHADAP NOVEL INGGRIS, AMERIKA DAN INDONESIA

RINGKASAN WANITA DAN PERKAWINAN: KAJIAN SASTRA BANDINGAN TERHADAP NOVEL INGGRIS, AMERIKA DAN INDONESIA RINGKASAN WANITA DAN PERKAWINAN: KAJIAN SASTRA BANDINGAN TERHADAP NOVEL INGGRIS, AMERIKA DAN INDONESIA Teori mimetic yang disampaikan oleh M.H. Abrams (1976, 8) mengatakan bahwa dalam sebuah karya sastra

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dan memiliki langkah-langkah sistematis. Menurut Parson

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan- Nya. Dalam kehidupan ini secara alamiah manusia mempunyai daya tarik menarik antara satu individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah rekaan, sebagai terjemahan fiksi secara etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. Dalam novel baik pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa pada masa kini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui segala

Lebih terperinci

PEREMPUAN YANG MERESISTENSI BUDAYA PATRIARKI

PEREMPUAN YANG MERESISTENSI BUDAYA PATRIARKI RESENSI BUKU PEREMPUAN YANG MERESISTENSI BUDAYA PATRIARKI Nia Kurnia Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat, Jalan Sumbawa Nomor 11 Bandung 40113, Ponsel: 081321891100, Pos-el: sikaniarahma@yahoo.com Identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai perwujudan kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Meskipun analisis ini dapat dikatakan kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, media massa sudah menjadi kebutuhan penting bagi khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media massa adalah perpanjangan alat indra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting untuk menghidupkan seorang tokoh. dalam bahasa Inggris character berarti watak atau peran, sedangkan karakterisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Nurgiyantoro (2013:259) tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang terhadap realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat

Lebih terperinci