4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;"

Transkripsi

1

2 4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 6. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 7. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 8. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 1976 tentang Pola Administrasi Kearsipan dan Dokumentasi Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 9. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nompc, 780 Tahun 1996 tentang Pembakuan Sarana Kearsipan Pemerint Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 10. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 56 Tahun 2001 tentang Tata Cara Penyelesaian Perbal Naskah Dinas Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 11. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 137 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 12. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 116 Tahun 2002 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 13. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 45 Tahun 2003 tentang Organisasi Kearsipan Dinamis Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 14. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 48 Tahun 2003 tentang Prosedur Pengelolaan Surat Masuk, Pembuatan Naskah Dinas dan Pengelolaan Surat Keluar Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 15. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 108 Tahun 2003 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 16. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 352/2004 tentang Klasifikasi dan Tata Cara Penyimpanan Arsip Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

3 17. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1379/2004 tentang Tata Cara Penyusutan dan Daftar Jadwal Retensi Arsip Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. MEMUTUSKAN: PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENGELOLAAN KEARSIPAN DINAMIS SATUAN ADMINISTRASI PANGKAL DINAS KEBUDAYAAN DAN PERMUSEUMAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksudkan dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 3. Pusat Administrasi Daerah yang selanjutnya disingkat Pusminda adalah Pusat Administrasi Daerah yang secara fungsional dilaksanakan oleh Biro Umum pada Sekretariat Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 4. Dinas Kebudayaan dan Permuseuman adalah Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 6. Wakil Kepala Dinas adalah Wakil Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 7. Kantor Arsip Daerah adalah Kantor Arsip Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 8. Satuan Administrasi Pangkal yang selanjutnya disingkat Satminkal adalah Satuan Administrasi Pangkal Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 9. Induk Tata Usaha yang selanjutnya disingkat ITU adalah ITU pada Satminkal Dinas Kebudayaan dan Permuseuman yaitu Bagian Tata Usaha pada Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

4 10. Cabang Tata Usaha yang selanjutnya disingkat CTU adalah CTU pada Satminkal Dinas Kebudayaan dan Permuseuman yaitu Sub Bagian Tata Usaha dan Sub-Subdinas pada Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 11. Pimpinan Satminkal adalah Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 12. Pimpinan ITU adalah Kepala Bagian Tata Usaha pada Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 13. Pelaksana sehari-hari ITU adalah Kepala Subbagian Umum pada Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 14. Pimpinan CTU adalah Kepala Bagian Tata Usaha dan para Kepala^ Subdinas pada Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provir Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 15. Pengolah/Pengonsep adalah para Kepala Subbagian dan para Kepala Seksi pada Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 16. Sekretaris Pimpinan yang selanjutnya disebut Sekpim adalah petugas ITU yang menangani surat-surat dan arsip Kepala Dinas dan Wakil Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 17. Sekretaris Pengolah yang selanjutnya disebut Sekpeng adalah petugas yang menangani surat-surat dan arsip di CTU. 18. Penerima dan Pencatat Surat adalah petugas ITU yang bertugas menerima surat dan mencatat surat. 19. Pengarah Surat adalah Pimpinan ITU atau Pejabat ITU yang ditunju untuk mengarahkan surat. 20. Pengendali Surat dan Penata Arsip adalah petugas ITU yang bertugas dalam cakupan pengendalian surat dan penataan arsip. 21. Pengirim Surat adalah petugas ITU yang bertugas mengurusi penyampaian surat kepada alamat yang dituju. 22. Panitia Pemusnahan Arsip adalah Panitia Pemusnahan Arsip Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terdiri dari unsur-unsur Pusminda, Dinas Kebudayaan dan Permuseuman serta Kantor Arsip Daerah dan unit kerja yang dianggap perlu yang bertugas memberikan pertimbangan/penilaian terhadap arsip-arsip yang akan dimusnahkan.

5 23. Arsip adalah segala naskah yang dibuat dan diterima dalam bentuk dan corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, yang dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam rangka pelaksanaan kegiatan kedinasan. 24. Arsip Dinamis adalah arsip yang masih digunakan secara langsung dalam kegiatan kedinasan. 25. Arsip Aktif adalah arsip yang frekuensi penggunaannya tinggi termasuk arsip yang masih dalam penyelesaian. 26. Naskah Dinas adalah sarana komunikasi kedinasan dalam bentuk tulisan. 27. Surat adalah segala bentuk naskah dinas yang masuk maupun keluar terdiri atas, surat penting, surat biasa dan surat rahasia. 28. Surat perlu jawaban adalah surat yang isinya memerlukan proses tindak lanjut. 29. Surat tidak perlu jawaban adalah surat yang isinya tidak memerlukan proses tindak lanjut. 30. Surat rahasia adalah surat yang sifat dan isinya rahasia, hanya boleh diketahui oleh yang berhak. 31. Klasifikasi arsip adalah pengelompokan arsip berdasarkan subyek (masalah) ditinjau dari segi fungsi dan tujuan. 32. Kode klasifikasi adalah tanda pengenal dari suatu subyek (masalah) dari arsip/dokumen yang mempergunakan angka notasi sistem UDC (Universal Decimal Classification) sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 352/ Kata tangkap (caption) adalah suatu tanda pengenal/petunjuk untuk mengenal sesuatu arsip yang disimpan dalam map atau folder. 34. Indeks adalah tanda pengenal terhadap sesuatu arsip/dokumen sebagai ciri khas (identitas dari arsip yang bersangkutan dapat berupa indeks nama (badan, instansi, atau orang) atau masalah. Indeks dicantumkan pada LP, kartu kendali, lembar disposisi, lembar peminjaman. Indeks digunakan untuk penyimpanan dan penemuan kembali arsip. 35. Berkas adalah himpunan arsip yang berupa dosir, rubrik atau seri. 36. Dosir adalah himpunan arsip tentang riwayat sesuatu peristiwa (kasus) tertentu sejak dari awal sampai akhir secara lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pelaporan. 37. Rubrik adalah himpunan arsip yang mempunyai kesamaan subyek (masalah).

6 38. Rubrikasi adalah teknik penyimpanan surat yang berdasarkan atas kesamaan masalah yang dirinci lebih lanjut menurut kebutuhan, misalnya geografis, urutan waktu dan/atau nomor urut (angka atau abjad). 39. Seri adalah himpunan arsip/berkas yang disimpan berdasarkan urutan waktu atau nomor urut (angka atau abjad). 40. Lembar pengantar yang selanjutnya disingkat LP, adalah sarana pencatatan yang digunakan untuk mengantarkan surat. 41. Lembar Disposisi yang selanjutnya disingkat LD adalah sarana pencatatan surat yang digunakan untuk memberikan disposisi atau catatan dari atasan kepada bawahan. 42. Kartu Kendali yang selanjutnya disingkat KK adalah sarana pencatatan dan pengendalian surat yang digunakan untuk mengendalikan suratsurat penting..43. Lembar Peminjaman adalah sarana pencatatan surat yang digunakan untuk meminjam berkas/arsip. 44. Lembar Teguran adalah sarana pencatatan yang digunakan untuk menegur bahwa arsip-arsip tertentu telah habis jangka waktu simpannya atau jangka waktu peminjaman di CTU dan harus segera dikembalikan. 45. Kartu Petunjuk Silang adalah sarana pencatatan yang digunakan untuk mempertemukan arsip yang penempatannya pada 2 atau 3 tempat/lokasi. 46. Filing Kabinet adalah alat untuk menyimpan arsip-arsip dinamis yang aktif dan lembar peminjaman. 47. Lembar Arsip adalah alat untuk menyimpan arsip-arsip dinamis ya inaktif. 48. Lemari Katalog adalah alat untuk menyimpan KK, LP dan Kartu Penunjuk Silang termasuk LD (tembusan). 49. Folder adalah alat simpan semacan map untuk menyimpan berkas arsip. 50. Penunjuk (guide) adalah untuk memberikan penunjuk dalam teknik penyimpanan arsip/kartu-kartu dan sekaligus berfungsi sebagai penyekat antara folder/kartu. 51. Kotak Arsip (boks) adalah alat untuk menyimpan folder yang berisi berkas arsip inaktif/statis.

7 BAB II ORGANISASI KEARSIPAN DINAMIS Pasal 2 (1) Susunan organisasi kearsipan dinamis Satminkal Dinas terdiri dari : a. pimpinan Satminkal; b. ITU; c. CTU. (2) Susunan organisasi ITU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari: a. pimpinan ITU; b. pelaksana sehari-hari ITU; c. penerima dan pencatat surat; d. pengarah surat; e. pengendali surat dan penata arsip; f. pengirim surat. (3) Susunan organisasi CTU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari: a. pimpinan CTU; b. sekpeng; c. pengolah. (4) CTU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari : a. Bagian Tata Usaha; b. Subdinas Bina Program; c. Subdinas Pengkajian dan Pengembangan; d. Subdinas Pembinaan; e. Subdinas Pelayanan; f. Subdinas Promosi; g. Subdinas Sarana dan Prasarana Kebudayaan serta Bangunan dan Lingkungan Cagar Budaya; h. Subdinas Pengawasan. (5) Bagan susunan organisasi Satminkal, ITU dan CTU sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) sesuai yang tercantum pada Lampiran Peraturan Gubernur ini. Pasal 3 Pimpinan Satminkal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a mempunyai tugas : a. melaksanakan pengendalian umum atas pengelolaan kearsipan dinamis; b. memberikan disposisi surat masuk; c. menandatangani surat keluar.

8 Pasal 4 (1) ITU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b mempunyai tugas : a. melaksanakan pengelolaan kearsipan dinamis pada ITU; b. mengkoordinasikan kegiatan CTU. (2) Pimpinan ITU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a mempunyai tugas : a. memimpin dan membina teknis pengelolaan kearsipan dinamis pada ITU; b. mengendalikan arus informasi dalam bentuk surat dan dokumen yang masuk maupun keluar; c. mengkoordinasikan kegiatan CTU; d. bekerja sama dengan Pusminda dan Kantor Arsip Daerah dalam penyusutan, pemusnahan dan penyerahan arsip. (3) Pelaksana sehari-hari ITU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b mempunyai tugas : a. memimpin pengurusan arsip dinamis pada ITU; b. membantu mengkoordinasikan kegiatan CTU. (4) Penerima dan pencatat surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf c mempunyai tugas melaksanakan berbagai kegiatan dalam cakupan penerimaan dan pencatatan surat masuk. (5) Pengarah surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d mempunyai tugas melaksanakan berbagai kegiatan dalam cakupan pengarahan surat dan penentuan umur simpan arsip. (6) Pengendali surat dan penata arsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf e mempunyai tugas melaksanakan berbagai kegiatan dalam cakupan pengendalian dan penomoran surat serta penataan, penyimpanan dan penyusutan arsip serta bertanggung jawab terhadap proses pengetikan. (7) Pengirim surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf f mempunyai tugas melaksanakan berbagai kegiatan dalam cakupan pengiriman surat. Pasal 5 (1) CTU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf c mempunyai tugas :

9 a. mengolah arsip dinamis yang masuk ke CTU serta mengonsep naskah dinas yang akan ditandatangani oleh pimpinan Satminkal; b. menyelesaikan naskah dinas Satminkal yang akan ditandatangani oleh pimpinan Satminkal; c. membantu pengetikan net naskah dinas yang akan ditandatangani oleh pimpinan Satminkal. (2) Pimpinan CTU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a mempunyai tugas : a. memimpin dan bertanggung jawab atas pengolahan surat masuk, penyiapan konsep naskah dinas yang akan ditandatangani oleh pimpinan Satminkal serta penyelesaian naskah dinas intern yang akan ditandatangani oleh pimpinan CTU; b. mendisposisi naskah dinas yang masuk ke CTU; c. mengoreksi konsep dan net naskah dinas yang akan ditandatangani oleh pimpinan Satminkal dari sisi substansi materi; d. memaraf net naskah dinas yang pengetikannya telah sesuai dengan konsep; e. menandatangani naskah dinas intern Satminkal. (3) Sekpeng sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b mempunyai tugas : a. menerima dan mendistribusikan naskah dinas dan surat yang masuk ke CTU; b. menyiapkan LD putih pimpinan CTU; c. mengoreksi konsep naskah dinas intern Satminkal yang akan ditandatangani oleh pimpinan CTU dari aspek bahasa, redaksi dan format; d. mendistribusikan konsep naskah dinas/perbal yang akan ditandatangani oleh pimpinan Satminkal; e. menyampaikan naskah dinas intern Satminkal yang ditandatangani oleh pimpinan CTU kepada alamat yang dituju; f. membantu pengetikan net naskah dinas yang akan ditandatangani oleh pimpinan Satminkal; g. melaksanakan pengetikan naskah dinas intern Satminkal yang akan ditandatangani oleh pimpinan CTU;

10 h. memberikan nomor naskah dinas intern Satminkal yang ditandatangani oleh pimpinan CTU; i. menyimpan arsip dinamis CTU yang substansinya telah selesai diolah. (4) Pengolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf c mempunyai tugas : a. mengolah naskah dinas yang masuk ke CTU; b. mengonsep naskah dinas yang akan ditandatangani oleh pimpinan Satminkal dan naskah dinas intern Satminkal yang akan ditandatangani oleh pimpinan CTU. BAB III SARANA KEARSIPAN Bagian Kesatu Sarana Pencatatan dan Pengendalian Naskah Dinas Paragraf 1 Jenis Sarana Pasal 6 Dalam melaksanakan pengelolaan kearsipan Dinamis, Satminkal Dinas Kebudayaan dan Permuseuman menggunakan sarana pencatatan dan pengendalian naskah dinas sebagai berikut: a. LD; b. KK; c. LP; d. Lembar Peminjaman; e. Lembar Teguran; f. Kartu Penunjuk Silang; g. Nomorator; h. Stempel Jadwal Retensi Arsip; i. Stempel Tanggal. Paragraf 2 Lembar Disposisi Pasal 7 (1) LD digunakan untuk menulis perintah/instruksi dari atasan kepada bawahan.

11 (2) LD untuk Dinas Kebudayaan dan Permuseuman terdiri dari 2 (dua) warna yaitu : a. LD warna kuning untuk pimpinan Satminkal; b. LD warna putih untuk pimpinan CTU. (3) LD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan, diisi dan dilampirkan pada surat oleh Sekpim dan Sekpeng. Paragraf 3 Kartu Kendali Pasal 8 (1) (2) (3) KK digunakan untuk mengendalikan surat penting yang memerlukan jawaban dan sebagai katalogus (untuk penemuan kembali arsip). KK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketik atau ditulis dengan jelas. KK untuk Satminkal Dinas Kebudayaan dan Permuseuman terdiri dari 2 (dua) lembar yaitu : a. KK lembar ke-1 kesatu berwarna putih; b. KK lembar ke-2 (kedua) berwarna merah. (4) KK lembar ke-1 (kesatu) dan lembar ke-2 (kedua) disimpan berdasarkan kode klasifikasi yang dibantu dengan susunan menurut indeks nama (badan, instansi atau orang). Paragraf 4 Lembar Pengantar Pasal 9 (D LP sesuai dengan penggunaannya dibedakan : a. LP putih digunakan untuk : 1. menyampaikan surat keluar; 2. menyampaikan surat-surat dari ITU ke pimpinan Satminkal dan CTU, dari CTU ke ITU, atau antar CTU; b. LP merah digunakan untuk menyampaikan surat rahasia dari ITU kepada yang berhak menerimanya; c. LP Kolektif digunakan untuk menyampaikan beberapa surat yang ditujukan kepada satu alamat tertentu.

12 iz (2) LP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan oleh penerima dan pencatat surat, pengirim surat, Sekpeng dan Sekpim. (3) LP putih yang digunakan di lingkungan Satminkal dibuat sesuai dengan kebutuhan, sedangkan LP merah masing-masing dibuat rangkap 2 (dua). (4) LP putih yang digunakan untuk menyampaikan surat keluar dan LP Kolektif masing-masing dibuat satu lembar. (5) LP putih, LP merah dan LP Kolektif masing-masing disimpan dalam lemari katalog berdasarkan indeks nama (instansi, badan atau orang). Paragraf 5 Lembar Peminjaman Pasal 10 (1) Lembar Peminjaman digunakan sebagai bukti bahwa suatu. arsip/dokumen sedang dipinjam. (2) Lembar Peminjaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan oleh Sekpeng serta pengendali surat dan penata arsip. (3) Lembar Peminjaman diketik atau ditulis dengan jelas. (4) Lembar Peminjaman dibuat rangkap 3 (tiga) dengan penggunaan sebagai berikut. a. lembar asli ke-1 (kesatu) berwarna putih untuk instansi (pejabat) yang meminjamkan arsip; b. lembar ke-2 (kedua) berwarna putih untuk yang meminjam arsip; c. lembar ketiga berwarna merah digunakan sebagai pengga, surat/arsip yang dipinjam dan disimpan dalam foldernya. Paragraf 6 Lembar Teguran Pasal 11 (1) Lembar Teguran digunakan untuk memberikan teguran kepada CTU, tentang : a. adanya surat yang telah habis jangka waktu simpannya; b. kelambatan pengolahan surat; c. jangka waktu peminjaman arsip telah habis.

13 (2) Lembar Teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat rangkap 2 (dua) oleh pengendali surat dan penata arsip atau pejabat di ITU. (3) Lembar Teguran disimpan dalam folder berdasarkan Indeks Nama (Badan, Instansi atau orang) yang ditegur. Paragraf 7 Kartu Petunjuk Silang Pasal 12 (1) Kartu Petunjuk Silang digunakan untuk mempertemukan peristilahan penamaan yang berbeda tetapi sama artinya, beberapa informasi yang berbeda tetapi saling berkaitan disimpan ditempat yang berlainan tetapi dapat menunjukkan tempat arsip yang bersangkutan. (2) Kartu Petunjuk Silang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan dan diisi oleh pengendali surat dan penata arsip. Paragraf 8 Nomorator Pasal 13 (1) Petugas yang mencantumkan Nomorator adalah penerima dan pencatat surat. (2) Nomorator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk mencantumkan urutan surat masuk ke Satminkal. (3) Setiap surat masuk yang diterima oleh Satminkal, sebelum disampaikan kepada pimpinan Satminkal harus dibubuhi Nomorator pada halaman depan surat di bagian bawah sebelah kiri atau kanan. Paragraf 9 Stempel Jadwal Retensi Arsip Pasal 14 (1) Stempel Jadwal Retensi Arsip digunakan untuk mencantumkan umur simpan arsip di CTU dan Kantor Arsip Daerah. (2) Setiap surat masuk yang diterima oleh Satminkal, sebelum disalurkan ke CTU (pengolah) harus dibubuhi stempel Jadwal Retensi Arsip pada halaman belakang surat lembar pertama di sudut kanan atas oleh penerima dan pencatat surat. Petugas yang mengisi kolom umur simpan arsip pada Stempel Jadwal Retensi Arsip adalah pengarah surat.

14 (4) (5) (6) Pemantauan jangka waktu simpan suatu arsip dihitung dari tanggal surat. Umur simpan arsip yang tertera pada stempal Jadwal Retensi Arsip merupakan pedoman waktu penyimpanan. Penyusutan arsip dilakukan berdasarkan umur simpan arsip yang tertuang pada kolom-kolom stempel Jadwal Retensi Arsip. Paragraf 10 Stempel Tanggal Pasal 15 (1) (2) (3) Stempel tanggal digunakan untuk mencantumkan tanggal surat masuk ke Satminkal. Setiap surat masuk yang diterima Satminkal sebagaimana dimaksu pada ayat (1) sebelum disampaikan kepada pimpinan Satminkal harusdibubuhi stempel tanggal pada halaman depan surat di bagian bawah sebelah kiri atau kanan. Petugas yang mencantumkan stempel tanggal adalah penerima dan pencatat surat. Bagian Kedua Sarana Penyimpanan Pasal 16 Sarana penyimpanan arsip dibedakan menjadi 3 (tiga) macam yaitu : a. sarana penyimpanan arsip dalam bentuk perabot kantor, antara la lemari arsip (manual dan/atau elektrik), filing kabinet, lemari katalog, dan rak arsip; b. sarana penyimpanan arsip dalam bentuk alat tulis kantor, antara lain map, kotak arsip (boks); c. sarana penunjang penyimpanan arsip, yaitu penunjuk (guide) dan kata tangkap (caption). Pasal 17 Kegunaan sarana penyimpanan arsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 adalah sebagai berikut.

15 a. lemari arsip dan filing kabinet digunakan untuk menyimpan arsip-arsip dinamis; b. lemari katalog : 1. lemari katalog LD digunakan untuk menyimpan tembusan LD; 2. lemari katalog KK untuk menyimpan KK, LP, lembar peminjaman, dan kartu petunjuk silang. c. rak arsip termasuk lemari arsip digunakan untuk menyimpan kotak arsip (boks) yang telah berisi arsip/folder; d. kotak arsip (boks) digunakan untuk menyimpan arsip yang telah ditata perfolder; e. folder digunakan untuk menyimpan arsip; f. penunjuk (guide) digunakan untuk menyekat lembar-lembar pencatatan. BAB IV PROSEDUR PENGELOLAAN SURAT MASUK Pasal 18 (1) Surat masuk yang ditujukan kepada Kepala Dinas harus melalui Bagian Tata Usaha selaku ITU. (2) Surat masuk yang belum dicatat oleh ITU tidak dibenarkan untuk diproses lebih lanjut. (3) Semua surat masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diproses lebih lanjut, kecuali surat kaleng. Pasal 19 Prosedur pengelolaan surat masuk adalah sebagai berikut: a. penerima dan pencatat surat bertugas : 1. menerima dan meneliti semua surat, baik yang disampaikan oleh pengirim surat maupun melalui pos, faksimili, ; 2. membuka sampul surat, kecuali surat rahasia dan mencocokkan antara alamat yang tertera pada surat dengan alamat sampulnya serta mencocokkan jumlah lampirannya, dengan ketentuan : a) surat yang bukan untuk Dinas Kebudayaan dan Permuseuman dikembalikan kepada pengirimnya;

16 b) jika alamat yang tercantum pada sampul surat sama dengan alamat suratnya, sampulnya dapat dimusnahkan, sedangkan jika di dalam surat tidak tercantum alamat lengkap dari pengirimnya, sampul surat diikutsertakan; c) surat yang pada kepala suratnya atau di dalam teksnya dinyatakan ada lampiran, tetapi ternyata lampirannya tidak ada, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut. 1) jika melalui pos, faksimili dan harus ditulis "lampirannya tidak ada" kemudian diparaf oleh penerima dan pencatat surat; 2) jika melalui pengirim surat, agar dikembalikan kepada pengirim surat yang bersangkutan; 3) membubuhi paraf, nama jelas serta tanggal terima surat pada tanda terima surat/bukti penerimaan; _^ 4) membubuhkan nomor, tanggal penerimaan dan paraf \ penerima dan pencatat surat pada bagian bawah surat; 5) membubuhkan Stempel Jadwal Retensi Arsip pada bagian belakang surat sebelah kanan atas; 6) menyampaikan surat rahasia kepada yang berhak menerima dengan menggunakan 2 (dua) LP merah sebagai sarana pengiriman dan surat bukan rahasia kepada pengarah surat; 7) menyimpan LP merah rangkap ke-1 (kesatu) setelah diparaf oleh yang berhak menerima. b. pengarah surat bertugas : 1. menerima surat-surat dari penerima dan pencatat surat; 2. memilah-milah surat ke dalam 2 (dua) kelompok yaitu surat perlu jawaban dan surat tidak perlu jawaban; 3. memberi pengarahan surat secara tertulis pada bagian bawah surat; 4. mengisi umur simpan arsip pada kolom stempel Jadwal Retensi Arsip; 5. menyampaikan semua surat kepada penerima dan pencatat surat. c. penerima dan pencatat surat bertugas : 1. menerima semua surat dari pengarah surat; 2. melampirkan dan mengisi :

17 a) LP putih rangkap 2 (dua) surat perlu jawaban; b) LP putih rangkap 3 (tiga) bagi surat tidak perlu jawaban. 3. menyampaikan surat perlu jawaban beserta LP putih rangkap 2 (dua) dan surat tidak perlu jawaban beserta LP putih rangkap 3 (tiga) kepada Kepala Dinas melalui Sekpim; 4. menerima kembali: a) LP putih lembar kesatu yang telah diparaf oleh Sekpim Kepala Dinas untuk surat perlu jawaban atau LP putih lembar ke-1 (kesatu) dan lembar ke-3 (ketiga) untuk surat tidak perlu jawaban; b) menyimpan LP putih lembar ke-1 (kesatu) atau LP putih lembar ke-1 (kesatu) dan ke-3 (ketiga) dalam lemari katalog. d. Sekpim Kepala Dinas bertugas : 1. menerima surat perlu jawaban beserta LP putih rangkap 2 (dua) atau surat tidak perlu jawaban beserta LP putih rangkap 3 (tiga) dan surat rahasia beserta LP merah rangkap 2 (dua) dari penerima dan pencatat surat; 2. memaraf LP putih lembar ke-1 (kesatu) selanjutnya LP putih lembar 1 (kesatu) dikembalikan kepada penerima dan pencatat surat; 3. melampirkan/mengisi LD kuning rangkap 3 (tiga) pada surat; 4. menyampaikan surat beserta LD kuning rangkap 3 (tiga) kepada Kepala Dinas; 5. menyimpan LP putih lembar ke-2 (kedua) dan LP merah lembar ke-2 (kedua) dalam lemari katalog. e. Kepala Dinas bertugas : 1. menerima dan meneliti surat yang disampaikan oleh Sekpim; 2. memberikan disposisi pada LD kuning; 3 mengembalikan surat yang telah didisposisi kepada Sekpim. f. Sekpim Kepala Dinas bertugas : 1. menerima kembali surat beserta LD kuning rangkap 3 (tiga) dari Kepala Dinas; 2. menyatukan LD kuning lembar ke-1 (kesatu) pada suratnya; 3 menyampaikan surat perlu jawaban beserta LD kuning lembar ke-1 (kesatu) kepada pengendali surat dan penata arsip dengan menggunakan LP putih lembar ke-2 (kedua) yang berasal dari penerima dan pencatat surat;

18 4 menyimpan LP putih lembar ke-2 (kedua) yang telah diparaf oleh pengendali surat dan penata arsip atau menerima dan pencatatan surat serta LD kuning lembar ke-2 (kedua) dalam lemari katalog. g. Sekpim Wakil Kepala Dinas bertugas : 1. menerima surat rahasia beserta LP putih rangkap 2 (dua) dari penerima dan pencatat surat dan/atau surat yang telah didisposisi Sekpim Kepala Dinas; 2. memaraf LP merah lembar 1 (kesatu) dikembalikan kepada Penerima dan Pencatat Surat dan atau LP putih lembar kedua selanjutnya LP putih lembar kedua dikembalikan kepada Sekpim Kepala Dinas; 3. melampirkan/mengisi LD kuning rangkap 2 (dua) pada surat. 4. menyimpan LP putih lembar ke-2 (kedua) dan LP merah lembar kedua dalam lemari katalog. h. Wakil Kepala Dinas bertugas : 1 menerima dan meneliti surat yang disampaikan oleh Sekpim Wakil ' Kepala Dinas; 2. memberikan disposisi pada LD kuning; 3. mengembalikan surat yang telah didisposisi kepada Sekpim Wakil Kepala Dinas. i. Sekpim Wakil Kepala Dinas bertugas : 1. menerima kembali surat beserta LD kuning rangkap 3 (tiga) dari Wakil Kepala Dinas; 2. menyatukan LD kuning lembar ke-1 (kesatu) pada suratnya; 3. menyampaikan surat tidak perlu jawaban dan LD kuning lembar ke-1. (kesatu) kepada penerima dan pencatat surat dengan menggunak; LP putih lembar ke-2 (kedua) yang berasal dari penerima dan pencatat surat sebagai sarana pengiriman atau surat perlu jawaban yang telah didisposisi Kepala Dinas beserta LD kuning lembar ke-1 (kesatu) kepada pengendali surat dan penata arsip dengan menggunakan LP putih kembar ke-2 (kedua). 4. menyimpan LP putih lembar ke-2 (kedua) yang telah diparaf oleh pengendali surat dan penata arsip atau penerima dan pencatat surat serta LD kuning lembar ke-2 (kedua) dalam lemari katalog. j. penerima dan pencatat surat bertugas : 1. menerima surat yang telah didisposisi Kepala Dinas atau Wakil Kepala Dinas kepada CTU pengolah dari Sekpim beserta LP putih lembar ke-2 (kedua);

19 2. memaraf LP putih lembar kedua dan mengembalikan kepada Sekpim; 3. menyampaikan surat dan LD kuning lembar ke-1 (kesatu) kepada Sekpeng CTU Pengolah dengan menggunakan LP putih lembar kesatu dan lembar ketiga sebagai sarana pengiriman; 4. menerima kembali LP putih lembar ke-1 (kesatu) yang telah diparaf Sekpeng CTU pengolah; 5. menyimpan LP putih lembar ke-1 (kesatu) dalam lemari katalog, k. pengendali surat dan penata arsip bertugas : 1. menerima surat yang telah didisposisi Kepala Dinas atau Wakil Kepala Dinas dari Sekpim beserta LP putih lembar ke-2 (kedua); 2. menerima dokumen pelayanan dari pengarah surat; 3. memaraf LP putih lembar ke-2 (kedua) dan mengembalikan kepada Sekpim; 4. menyampaikan surat perlu jawaban LD kuning lembar ke-1 (kesatu) serta dokumen pelayanan kepada Sekpeng CTU Pengolah dengan menggunakan KK masuk lembar ke-1 (kesatu) dan ke-2 (kedua) sebagai sarana pengiriman; 5. menyimpan KK masuk lembar ke-1 (kesatu) yang telah diparaf Sekpeng CTU pengolah dalam lemari katalog. I. Sekpeng CTU pengolah bertugas : 1. menerima berupa : a) surat perlu jawaban beserta KK surat masuk rangkap 2 (dua) dari pengendali surat dan penata arsip; b) surat tidak perlu jawaban beserta LP putih lembar ke-1 (kesatu) dan lembar ke-3 (ketiga) dari penerima dan pencatat surat. 2. memaraf berupa : a) KK surat masuk lembar ke-1 (kesatu) dan mengembalikannya kepada pengendali surat dan penata arsip; b) LP putih lembar kesatu dan mengembalikannya kepada penerima dan pencatat surat. 3. melampirkan LD putih rangkap 2 (dua); 4. menyimpan KK masuk lembar ke-2 (kedua) dan LP putih lembar ke-3 (ketiga) dalam lemari katalog.

20 m. pimpinan CTU pengolah bertugas 1. menerima dan meneliti surat dari Sekpeng; 2 memberikan disposisi pada LD putih; 3. mengembalikan surat yang telah didisposisi kepada Sekpeng CTU pengolah. n. Sekpeng CTU pengolah bertugas : 1. menerima kembali surat beserta LD putih rangkap 2 (dua) telah didisposisi oleh pimpinan CTU Pengolah; 2. melepas LD putih lembar ke-2 (kedua) dari surat dan menyatukan LD putih lembar ke-1 (kesatu) pada surat dan meneruskan surat tidak perlu jawaban dengan menggunakan LP putih 1 (satu) lembar serta meneruskan surat perlu jawaban dengan menggunakan KK masuk lembar ke-2 (kedua) kepada pengolah surat; 3. menyimpan LD putih lembar ke-2 (kedua) serta LP putih dan masuk lembar ke-2 (kedua) dalam lemari katalog. o. pengolah surat bertugas : 1 menerima surat dari Sekpeng CTU pengolah; 2. memproses surat sesuai dengan disposisi pimpinan. Pasal 20 Dalam hal surat rahasia setelah diketahui oleh yang berhak menerima ternyata bukan rahasia pengurusan selanjutnya mengikuti ketentuan pengurusan surat perlu jawaban atau surat tidak perlu jawaban. Pasal 21 Bagan prosedur pengelolaan surat masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 sesuai yang pada Lampiran Peraturan Gubernur ini. BAB V PROSEDUR PEMBUATAN NASKAH DINAS Bagian Kesatu Teknis Pembuatan Naskah Dinas Pasal 22 (1) Konsep naskah dinas penting seperti Peraturan, keputusan, instruksi surat edaran dan surat-surat penting lainnya, yang disusun oleh CTU pengonsep atau pejabat lain yang ditunjuk, baik atas perintah Kepala Dinas maupun atas inisiatif sendiri, dituangkan dalam blanko perbal, dengan ketentuan sebagai berikut.

21 a. jika materi naskah dinas melibatkan beberapa CTU maka semua pimpinan CTU yang terkait harus ikut memberikan pertimbangan dengan cara membubuhkan paraf pada kolom pemaraf serta dan setiap pemarafan harus dilengkapi dengan tanggal pemarafan; b. setiap terjadi perubahan, maka pejabat yang mengadakan perubahan harus membubuhkan paraf dan tanggal pemarafan pada perubahan tersebut. (2) Konsep perbal naskah dinas yang telah diparaf/disetujui oleh pejabat Penandatangan selanjutnya diberikan nomor dan tanggal surat oleh Pengendali Surat dan penata arsip serta diketik rapi dengan ketentuan sebagai berikut: a. naskah dinas diketik sebanyak instansi yang akan dikirim ditambah dengan 2 (dua) eksemplar yaitu satu eksemplar untuk disimpan dalam perbal sebagai pertinggal dan satu eksemplar lagi untuk CTU pengonsep; b. apabila perlu perbanyakan ketikan net dapat dilakukan dengan fotokopi; c. naskah dinas asli diketik dengan menggunakan kertas ukuran A4, dan sesuai dengan perkembangan teknologi, pengetikan dapat dilakukan dengan komputer; d. untuk membedakan yang asli dan tembusan dapat digunakan stempel ASLI dan stempel TEMBUSAN ditempatkan pada sudut kiri atas, dengan posisi miring; e. bentuk dan format naskah dinas disesuaikan dengan pedoman tata naskah dinas; f. sebelum diajukan kepada Kepala Dinas untuk dimintakan tanda tangan, maka naskah dinas harus diperiksa/ditaklik; g. pemeriksaan mengenai kebenaran materi dilakukan oleh pimpinan CTU pengonsep dengan membubuhkan paraf sebelah kiri nama jabatan dan memaraf perbal pada kolom "Net telah disetujui oleh Unit/Sub Unit/CTU pengonsep"; h. pemeriksaan redaksional dan pengetikan dilakukan oleh pelaksana sehari-hari ITU dan diparaf oleh pimpinan ITU di sebelah kanan nama jabatan Kepala Dinas. (3) Ketikan net naskah dinas diajukan kepada pejabat penanda tangan untuk dimintakan tanda tangan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut. a. tembusan naskah dinas yang akan dijadikan pertinggal (arsip), ditempatkan paling atas;

22 b. Kepala Dinas menandatangani asli naskah dinas dan calon pertinggal atau tembusan yang dianggap perlu, sedangkan tembusan lainnya dapat menggunakan stempel tanda tangan. Pasal 23 (1) Penulisan nama jabatan dan tempat pemarafan ditulis sebagai berikut: (X) KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI DKI JAKARTA, (xx) NAMA JELAS NIP (2) Paraf pimpinan CTU pengonsep pada sebelah kiri nama jaba' Kepala Dinas (x) dan paraf pimpinan ITU pada sebelah kanan nama jabatan Kepala Dinas (xx); (3) Pemarafan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan pada lembar tembusan yang akan dijadikan pertinggal. Bagian Kedua Penomoran Naskah Dinas Pasal 24 Penomoran semua naskah dinas dilakukan oleh ITU dalam hal ini pengendali surat dan penata arsip. Pasal 25 (1) Penomoran naskah dinas untuk surat keluar terdiri dari c komponen, yaitu nomor urut dan kode klasifikasi, yang dibatasi dengan garis miring. (2) Penulisan nomor surat keluar dan kode klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditulis sebagai berikut.

23 (3) Nomor surat keluar dicatat dalam buku nomor surat keluar, dengan kolom-kolom : nomor urut, kode klasifikasi, tanggal dan nomor surat, isi ringkas, ditujukan kepada dan keterangan. (4) Penomoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai pada awal bulan Januari dan berakhir pada akhir bulan Desember. Pasal 26 (1) Penomoran naskah dinas penting seperti peraturan, keputusan, instruksi, surat edaran, dan pengumuman dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut. a. penomoran peraturan, instruksi, seruan dan pengumuman terdiri atas dua komponen yaitu nomor urut dan tahun penetapan yang dibatasi dengan kata TAHUN dengan ketentuan penulisan sebagai berikut. Nomor xx TAHUN xxxx > XX : Nomor Urut XXXX : Tahun Penetapan b penomoran keputusan terdiri atas 2 (dua) komponen yaitu nomor urut dan tahun penetapan yang dibatasi dengan garis miring dengan ketentuan penulisan sebagai berikut. Nomor xx / xxxx XX XXXX : Nomor Urut : Tahun Penetapan c penomoran surat edaran terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu nomor urut tulisan SE dan tahun pembuatan yang masing-masing dibatasi dengan garis miring dengan ketentuan penulisan sebagai berikut. (2) Nomor peraturan, keputusan, instruksi, surat edaran, seruan dan pengumuman masing-masing dicatat dalam buku tersendiri. (3) Penomoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai pada awal bulan Januari dan berakhir pada akhir bulan Desember.

24 Bagian Ketiga Penandatangan Naskah Dinas Pasal 27 (1) Pada dasarnya semua naskah dinas ditandatangani oleh Kepala Dinas (2) Apabila Kepala Dinas berhalangan, penandatangan naskah dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Wakil Kepala Dinas dengan ketentuan penulisan sebagai berikut. KEPALA DINAS KEBUDAYAAN DAN PERMUSEUMAN PROVINSI DKI JAKARTA, NAMA JELAS (Wakil) NIP (3) Wakil Kepala Dinas dapat menandatangani naskah dinas ata wewenang jabatannya sepanjang materinya tidak bersifat kebijaka dan berlaku intern dengan ketentuan penulisan sebagai berikut. WAKIL KEPALA DINAS KEBUDAYAAN DAN PERMUSEUMAN PROVINSI DKI JAKARTA, NAMA JELAS NIP (4) Kepala Dinas dapat mendelegasikan sebagian kewenangannya dalam hal penandatanganan naskah dinas kepada pejabat struktural ya 1^ ditunjuk, dan dibuat secara tertulis dengan keputusan Kepala Dinas. (5) Pengetikan nama jabatan yang diberi pendelegasian wewenang menandatangani naskah dinas atas nama Kepala Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditulis sebagai berikut. a.n. KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI DKI JAKARTA KEPALA XXXXXXXXXXX, NAMA JELAS NIP

25 (6) Apabila ada naskah dinas yang menurut ketentuan harus ditandatangani oleh Kepala Dinas atas nama Gubernur, Kepala Dinas tidak dibenarkan melimpahkan kewenangan tersebut kepada siapapun. Pasal 28 Naskah Dinas yang bersifat kebijakan dan mengandung aspek yuridis harus ditandatangani oleh Kepala Dinas. Bagian Keempat Prosedur Pembuatan Naskah Dinas Pasal 29 Prosedur pembuatan naskah dinas adalah sebagai berikut. a. pengonsep bertugas : 1. menyiapkan konsep naskah dinas dalam blangko perbal lengkap dengan pengisiannya; 2. membubuhkan paraf dan tanggal paraf pada kolom "Dikerjakan Oleh"; 3. menyampaikan konsep perbal beserta berkas surat masuk kepada pimpinan CTU pengonsep. b. pimpinan CTU pengonsep bertugas : 1. menerima konsep perbal beserta berkas surat masuk dan perbal inisiatif sendiri dari pengonsep; 2. mengoreksi konsep perbal dan membubuhkan paraf/tanggal pada kolom "Diperiksa Oleh" dan kolom "Pemaraf Serta"; 3. menyampaikan konsep perbal beserta berkas surat masuk dan perbal inisiatif sendiri kepada Sekpeng CTU pengonsep. c. Sekpeng CTU pengonsep bertugas : 1. menerima konsep perbal beserta berkas surat masuk dan perbal inisiatif sendiri yang sudah diparaf oleh pimpinan CTU pengonsep; 2. membubuhkan paraf dan tanggal paraf pada kolom "Diedarkan Oleh"; 3. menyampaikan konsep perbal beserta berkas surat masuk kepada Sekpeng CTU terkait dengan menggunakan LP putih sebagai sarana penyampaian.

26 d. Sekpeng CTU terkait bertugas : 1. menerima konsep perbal beserta surat masuk dan inisiatif sendiri dengan LP putih dari Sekpeng CTU pengonsep; 2. memaraf LP putih dan mengembalikannya kepada Sekpeng CTU pengonsep; 3. menyampaikan konsep perbal beserta berkas surat masuk dan perbal inisiatif sendiri kepada pimpinan CTU terkait. e. pimpinan CTU terkait bertugas : 1. menerima konsep perbal beserta berkas surat masuk dari Sekpeng CTU terkait; 2. mengoreksi konsep perbal dan membubuhkan paraf/tanggal pada kolom pemaraf serta; 3. mengembalikan konsep perbal berikut berkas surat masuk u_>* perbal insiatif sendiri kepada Sekpeng CTU terkait. f. Sekpeng CTU terkait bertugas : 1. menerima konsep perbal beserta berkas surat masuk dan perbal inisiatif sendiri dari pimpinan CTU terkait; 2. menyampaikan konsep perbal beserta berkas surat masuk dan perbal insiatif sendiri kepada Sekpeng CTU pengonsep dengan menggunakan LP putih sebagai sarana pengiriman. g. Sekpim Wakil Kepala Dinas bertugas : 1. menerima konsep perbal beserta surat masuk dan inisiatif sendiri dengan LP putih dari Sekpeng CTU pengonsep; 2. memaraf LP putih dan mengembalikannya kepada Sekpeng C pengonsep; 3. menyampaikan konsep perbal beserta berkas surat masuk dan perbal inisiatif sendiri kepada Wakil Kepala Dinas. h. Wakil Kepala Dinas bertugas : 1. menerima konsep perbal beserta berkas surat masuk dari Sekpim Wakil Kepala Dinas; 2. mengoreksi konsep perbal dan membubuhkan paraf/tanggal pada kolom pemaraf serta; 3. mengembalikan konsep perbal berikut berkas surat masuk dan perbal inisiatif sendiri kepada Sekpim Wakil Kepala Dinas.

27 i. Sekpim Wakil Kepala Dinas bertugas 1. menerima konsep perbal beserta berkas surat masuk dan perbal inisiatif sendiri dari Sekpim Wakil Kepala Dinas; 2. menyampaikan konsep perbal beserta berkas surat masuk dan perbal inisiatif sendiri kepada Sekpeng CTU pengonsep dengan menggunakan LP putih sebagai sarana pengiriman. j. Sekpeng CTU pengonsep bertugas : 1. menerima konsep perbal beserta berkas surat masuk dan perbal inisiatif sendiri dari Sekpim Wakil Kepala Dinas. 2. menyampaikan konsep perbal beserta berkas surat kepada pengendali surat dan penata arsip dengan menggunaklan KK masuk lembar kedua setelah terlebih dahulu menuliskan kata-kata "beserta konsep perbal/lampiran" pada kolom keterangan, kemudian memaraf. Dalam hal konsep perbal bukan merupakan jawaban surat masuk (perbal inisiatif sendiri) maka penyampaiannya dengan menggunakan LP putih rangkap 3 (tiga); 3. menyimpan LP putih atau KK masuk lembar kesatu dalam lemari katalog setelah ditukar dengan KK masuk lembar ke-2 (kedua). k. pengendali surat dan penata arsip bertugas : 1. menerima konsep perbal beserta berkas surat masuk dari Sekpeng CTU pengonsep beserta KK masuk lembar ke-2 (kedua) atau LP putih 3 (tiga rangkap); 2. mencabut KK masuk dan perbal inisiatif sendiri lembar keri (kesatu) dan menuliskan kata-kata yang sama seperti pada KK masuk lembar kedua kemudian memaraf; 3. menyerahkan KK masuk lembar ke-1 (kesatu) atau LP putih lembar ke-1 (kesatu) kepada Sekpeng CTU pengonsep; 4. menyampaikan konsep perbal beserta berkas masuk dan perbal inisiatif sendiri kepada pelaksana sehari-hari ITU. I. Pelaksana sehari-hari ITU betugas : 1. menerima konsep perbal beserta berkas surat masuk dan perbal inisiatif sendiri dan pengendali surat dan penata arsip; 2. mengoreksi konsep perbal dan membubuhkan paraf/tanggal pada kolom pemaraf serta, bagian yang menyelenggarakan fungsi ketatausahaan pada sisi sebelah kiri; 3. menyampaikan konsep perbal beserta berkas surat masuk dan perbal inisiatif sendiri kepada pimpinan ITU.

28 m. pimpinan ITU bertugas : 1. menerima konsep perbal beserta berkas surat masuk dan perbal inisiatif sendiri dari pelaksana sehari-hari ITU; 2. memaraf perbal dan membubuhkan tanggal paraf pada kolom pemaraf serta sisi sebelah kanan; 3. menyampaikan konsep perbal beserta surat masuk dan perbal inisiatif sendiri kepada pengendali surat dan penata arsip. n. pengendali surat dan penata arsip bertugas : 1. menerima konsep perbal beserta berkas surat masuk dan perbal inisiatif sendiri dari pimpinan ITU; 2. mengisi tanggal pada kolom "Diajukan pada tanggal " dengan tanggal pemarafan pimpinan ITU; 3. menyampaikan konsep perbal beserta berkas surat masuk da.i perbal inisiatif sendiri kepada Sekpim dengan menggunakan KK masuk lembar ke-2 (kedua) atau LP putih lembar ke-2 (kedua) dan ke-3 (ketiga) sebagai sarana pengiriman; 4. menyimpan KK masuk lembar ke-2 (kedua) atau LP putih lembar ketiga dalam lemari katalog. o. Sekpim bertugas : 1. menerima konsep perbal beserta berkas surat masuk dan perbal inisiatif sendiri dengan KK masuk lembar kedua atau LP putih lembar kedua dan ketiga dari pengendali surat dan penata arsip; 2. memaraf KK masuk lembar kedua pada kolom diteruskan atau LP putih lembar ketiga dan mengembalikan kepada pengendali surat dan penata arsip; 3. menyampaikan konsep perbal beserta berkas surat masuk kepa^w pejabat penanda tangan; 4. menyimpan LP putih lembar kedua dalam lemari katalog, p. Pejabat penanda tangan bertugas : 1. menerima konsep perbal beserta berkas surat masuk dan perbal inisiatif sendiri dari Sekpim; 2. meneliti/mengoreksi konsep perbal dan membubuhkan paraf/tanggal pada kolom ditetapkan oleh; 3. menyerahkan konsep perbal beserta surat masuk dan perbal inisiatif yang telah diparaf kepada Sekpim.

29 q. Sekpim bertugas : 1. menerima konsep perbal beserta surat masuk dan perbal inisiatif sendiri yang telah diparaf pejabat penanda tangan; 2. menyampaikan konsep perbal beserta surat masuk dan perbal inisiatif sendiri kepada pengendali surat dan penata arsip dengan menggunakan LP putih lembar ke-2 (kedua) atau LP putih lembar ke-3 (ketiga) sebagai sarana pengiriman; 3. menyimpan LP putih lembar ke-2 (kedua) atau LP putih lembar ke-3 (ketiga) dalam lemari katalog setelah diparaf oleh pengendali surat dan penata arsip pada kolom "Diteruskan". r. pengendali surat dan penata arsip bertugas : 1. menerima konsep perbal beserta surat masuk dan perbal inisiatif sendiri dengan LP putih lembar ke-2 (kedua) atau LP lembar ke-3 (ketiga) Sekpim; 2. memaraf LP putih lembar ke-2 (kedua) atau LP putih lembar ke-3' (ketiga) pada kolom "Diteruskan" dan mengembalikan kepada Sekpim; 3. memberi nomor dan tanggal pada perbal; 4. membubuhkan paraf dan tanggal pada kolom "Dinomori Oleh"; 5. menyelesaikan proses pengetikan net, pengetikan net dapat dilakukan di ITU atau CTU pengonsep; 6. menyampaikan ketikan net rangkap ke-2 (kedua) dan konsep perbal beserta berkas surat masuk atau perbal inisiatif sendiri kepada pelaksana sehari-hari ITU; 7. menyimpan ketikan net rangkap kesatu dan rangkap ke-3 (ketiga), s. Sekpeng CTU pengonsep bertugas : 1. menerima ketikan net rangkap ke-2 (kedua) dan konsep perbal beserta surat masuk atau perbal inisiatif sendiri dan KK surat masuk lembar ke-2 (kedua) atau LP putih lembar ke-2 (kedua) dari pengendali surat dan penata arsip; 2. memaraf KK surat masuk lembar ke-2 (kedua) atau LP putih lembar ke-3 (ketiga) pada kolom pengolah dan mengembalikan kepada pengendali surat dan penata arsip; 3. menyampaikan ketikan net rangkap ke-2 (kedua) dan konsep beserta berkas surat masuk atau perbal inisiatif sendiri kepada pimpinan CTU pengonsep.

30 t. pimpinan CTU pengonsep bertugas : 1. menerima ketikan net rangkap ke-2 (kedua) dan konsep perbal beserta berkas surat masuk atau perbal inisiatif dari Sekpeng CTU pengonsep; 2. membubuhkan paraf ketikan net rangkap ke-2 (kedua) dan pada perbal di kolom "Net telah disetujui oleh unit/subunit/ctu pengonsep" pada sisi kiri nama jabatan penanda tangan surat; 3. mengembalikan ketikan net/rangkap ke-2 (kedua) yang telah diparaf dan konsep perbal beserta berkas surat masuk atau perbal inisiatif sendiri kepada Sekpeng CTU pengonsep. u. Sekpeng CTU pengonsep bertugas : 1. menerima ketikan net rangkap ke-2 (kedua) dan konsep perbal beserta berkas surat masuk atau perbal inisiatif sendiri dari pimpinan CTU pengonsep; 2. menyampaikan ketikan net rangkap ke-2 (kedua) dan konsep per., beserta surat masuk kepada pengendali surat dan penata arsip, dengan menggunakan KK surat masuk atau perbal inisiatif sendiri lembar ke-1 (kesatu) sebagai sarana pengiriman; 3. menyimpan KK masuk lembar ke-1 (kesatu) atau LP putih lembar ke- 1 (kesatu) dalam lermari katalog setelah diparaf pengendali surat dan penata arsip pada kolom "Diteruskan". v. pengendali surat dan penata arsip bertugas : 1. menerima ketikan net rangkap ke-2 (kedua) dan konsep perbal beserta berkas surat masuk atau perbal inisiatif sendiri dari Sekpeng CTU pengonsep; 2. memaraf KK masuk lembar ke-1 (kesatu) atau LP putih lembar kesatu pada kolom diteruskan dan mengembalikan kepada Sekpeng CTU pengonsep; 3. meneliti kelengkapan paraf pada ketikan net rangkap kedua baik paraf sisi kiri dan kanan nama jabatan penanda tangan maupun paraf hasil penaklikan pada setiap halaman net rangkap ke-2 (kedua); 4. mengambil ketikan net rangkap ke-1 (kesatu) dan ke-3 (ketiga) untuk digabung dengan ketikan net rangkap ke-2 (kedua) dengan posisi ketikan net rangkap ke-2 (kedua) paling atas, serta membubuhkan stempel asli pada ketikan net rangkap ke-1 (kesatu) dan tembusan pada ketikan net rangkap ke-2 (kedua) dan ke-3 (ketiga); 5. menyampaikan ketikan net rangkap 3 (tiga) dan konsep perbal beserta berkas surat masuk atau perbal inisiatif sendiri kepada Sekpim dengan menggunakan KK surat masuk lembar ke-2 (kedua) atau LP putih lembar ke-3 (ketiga) sebagai sarana pengiriman.

31 w. Sekpim bertugas : 1. menerima ketikan net rangkap 3 (tiga) dan konsep perbal beserta berkas surat masuk atau perbal inisiatif sendiri dari pengendali surat dan penata arsip; 2. memaraf KK surat masuk lembar ke-2 (kedua) atau LP putih lembar ke-3 (ketiga) pada kolom diteruskan dan mengembalikan kepada pengendali surat dan penata arsip; 3. menyampaikan ketikan net rangkap 3 (tiga) dan konsep perbal beserta berkas surat masuk atau perbal inisiatif sendiri kepada pejabat penanda tangan. x. pejabat penanda tangan bertugas : 1. menerima ketikan net dan konsep perbal beserta berkas surat masuk atau perbal inisiatif sendiri dari Sekpim; 2. menandatangani ketikan net rangkap 3 (tiga); 3. mengembalikan ketikan net rangkap 3 (tiga) yang telah ditandatangani beserta konsep perbal dan berkas surat masuk atau perbal inisiatif sendiri kepada Sekpim. y. Sekpim bertugas : 1. menerima naskah dinas rangkap 3 (tiga), konsep perbal dan berkas surat masuk atau perbal inisiatif sendiri; 2. menyampaikan naskah dinas rangkap 3 (tiga) beserta konsep perbal dan berkas surat masuk atau perbal inisiatif sendiri kepada pengendali surat dan penata arsip dengan menggunakan LP putih baru 1 (satu) lembar sebagai sarana pengiriman; 3. menyimpan LP putih baru dalam lemari katalog setelah diparaf oleh pengendali surat dan penata arsip. Bagan prosedur pembuatan naskah dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 sesuai pada Lampiran Peraturan Gubernur ini. BAB VI PROSEDUR PENGELOLAAN SURAT KELUAR Pasal 31 (1) Pengiriman semua surat keluar melalui ITU. (2) ITU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas penyampaian/pengiriman surat keluar tepat pada waktunya.

32 Pasal 32 Prosedur pengelolaan surat keluar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 adalah sebagai berikut. a. pengendali surat dan penata arsip bertugas : 5. menerima surat yang telah ditandatangani oleh pejabat penanda tangan beserta konsep perbal dan berkas surat masuk atau perbal inisiatif sendiri dari Sekpim; 6. memaraf LP putih 1 (satu) lembar pada kolom "Diteruskan" dan mengembalikan kepada Sekpim; 7. menggandakan surat keluar sebanyak yang dibutuhkan; 8. membubuhkan stempel pada surat; 9. mengisi KK keluar rangka 2 (dua); 10. menyampaikan surat (asli) dan perbal kepada pengirim surat dengan menggunakan KK keluar rangkap 2 (dua) sebagai sarana pengiriman. b. pengirim surat bertugas : 1. menerima surat (asli) dan perbal beserta KK keluar rangkap 2 (dua) dari pengendali surat dan penata arsip; 2. memaraf perbal pada kolom "Diterima Oleh Pengirim Surat" dan kolom "Dikirim Oleh" serta KK keluar rangkap 2 (dua) pada kolom "Diteruskan" dan mengembalikan kepada pengendali surat dan penata arsip; 3. menyiapkan/mengetik alamat pada sampul surat, stempel dan LP putih 1 (satu) lembar; 4. menyimpan LP putih dalam lemari katalog. c. pengendali surat dan penata arsip bertugas : 1. menerima kembali perbal dan KK keluar rangkap 2 (dua) dari pengirim surat; 2. memaraf kolom "Perbal dan Pertinggal Disimpan Oleh" pada perbal dan menuliskan tanggal pemarafan; 3. memaraf KK masuk lembar ke-2 (kedua) dan KK surat keluar lembar ke-1 (kesatu) dan ke-2 (kedua) pada kolom "Disimpan" sekaligus menuliskan kode lokasi penyimpanan berkas; 4. menyimpan berupa :

GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEARSIPAN DINAMIS SATUAN ADMINISTRASI PANGKAL DINAS BINA

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksudkan dengan :

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksudkan dengan : Khusus Ibukota Jakarta; 11. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 41 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial Propinsi

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEARSIPAN DINAMIS SATUAN ADMINISTRASI PANGKAL DINAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR PROPONSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROPONSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROPONSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEARSIPAN DINAMIS SATUAN ADMINISTRASI PANGKAL DINAS PETERNAKAN,

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SALINAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 205 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI ADMINISTRASI KETATAUSAHAAN DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Definisi aplikasi adalah penggunaan dan penerapan suatu konsep yang menjadi suatu pokok pembahasan (Eka Noviansyah, 2008 : 4). Aplikasi dapat diartikan juga sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2011 TANGGAL : 30 Juni 2011

LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2011 TANGGAL : 30 Juni 2011 LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2011 TANGGAL : 30 Juni 2011 PENYELENGGARAAN TATA KEARSIPAN KEMENTERIAN KEHUTANAN BAB I PENGURUSAN DAN PENGENDALIAN NASKAH

Lebih terperinci

BUPATI TERNGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

BUPATI TERNGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK BUPATI TERNGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 106 TAHUN 1980 TENTANG TATA KEARSIPAN PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 106 TAHUN 1980 TENTANG TATA KEARSIPAN PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 106 TAHUN 1980 TENTANG TATA KEARSIPAN PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR GUBERNUR KEPALA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.505, 2014 BNN. Kearsipan. Dinamis. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN KEARSIPAN DINAMIS BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 19)

2015, No Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 19) BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2015 KEMENAKER. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BNN NOMOR 7 TAHUN 2014 TANGGAL 28 MARET 2014 BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BNN NOMOR 7 TAHUN 2014 TANGGAL 28 MARET 2014 BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BNN NOMOR 7 TAHUN 2014 TANGGAL 28 MARET 2014 I. PENGURUSAN DAN PENGENDALIAN NASKAH DINAS BNN A. Naskah Dinas Masuk 1. Pada Unit Pengolah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2005 SERI : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 21 Tahun 2005 TENTANG :

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2005 SERI : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 21 Tahun 2005 TENTANG : BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2005 SERI : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 21 Tahun 2005 TENTANG : TATA KEARSIPAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA BUPATI MAJALENGKA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT. NOMOR : 4 Tahun 2009

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT. NOMOR : 4 Tahun 2009 Menimbang Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 4 Tahun 2009 TENTANG MEKANISME PENANGANAN NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, : a.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Sekretaris Dewan Pertimbangan Presiden, Garibaldi Sujatmiko

KATA PENGANTAR. Sekretaris Dewan Pertimbangan Presiden, Garibaldi Sujatmiko KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden, disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tugas pemberian

Lebih terperinci

Contoh Lampiran 49 PERSIT KARTIKA CHANDRA KIRANA... LEMBAR DISPOSISI

Contoh Lampiran 49 PERSIT KARTIKA CHANDRA KIRANA... LEMBAR DISPOSISI Contoh Lampiran 49 PERSIT KARTIKA CHANDRA KIRANA... LEMBAR DISPOSISI Diterima Tgl : Agenda No : Dari : Pengirim No Surat : Catatan : 1. Mohon tidak memisahkan lembar disposisi ini dari suratnya 2. Pengisian

Lebih terperinci

: PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

: PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/X/2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 93 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS PEMERINTAH DAERAH

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 93 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS PEMERINTAH DAERAH BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 93 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

BAB III PENANGANAN SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA

BAB III PENANGANAN SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA BAB III PENANGANAN SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA A. Pengertian Surat Masuk dan Surat Keluar Surat masuk adalah surat yang diterima oleh suatu

Lebih terperinci

BAB II PERANGKAT KEARSIPAN

BAB II PERANGKAT KEARSIPAN BAB II PERANGKAT KEARSIPAN A. Pengertian Perangkat kearsipan adalah semua alat perlengkapan yang digunakan dalam pengelolaan arsip di lingkungan Sekretariat Negara, yang meliputi organisasi kearsipan,

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Ta

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Ta No.1401, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Tata Kearsipan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG TATA KEARSIPAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA YOGYAKARTA

BERITA DAERAH KOTA YOGYAKARTA 1 Nomor : 78 BERITA DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Tahun 2007 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN SURAT DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT DAERAH

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN Landasan Teori Pengertian dan FungsiSurat A Pengertian

BAB III PEMBAHASAN Landasan Teori Pengertian dan FungsiSurat A Pengertian BAB III PEMBAHASAN 3.1. Landasan Teori 3.1.1. Pengertian dan FungsiSurat A Pengertian Menurut Barthos (2005: 36) Surat adalah alat komunikasi tertulis yang berasal dari satu pihak dan ditujukan kepada

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI UNIT KEARSIPAN PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ARSIP AKTIF DI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN KEMENTERIAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN KEMENTERIAN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS oleh :

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS oleh : PEDOMAN TATA NASKAH DINAS oleh : Robaini, S.IP Badan Pengawas Obat dan Makanan Jakarta, Juli 2016 MATERI ADMINISTRASI PERKANTORAN TUJUAN : Setelah mengikuti pelatihan peserta diharapkan memiliki pengetahuan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa untuk tertib

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PENAJAM PASER UTARA BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

Lebih terperinci

BAB III PENYUSUNAN NASKAH DINAS

BAB III PENYUSUNAN NASKAH DINAS BAB III PENYUSUNAN NASKAH DINAS A. Persyaratan Penyusunan Setiap naskah dinas harus merupakan kebulatan pikiran yang jelas, padat, dan meyakinkan dalam susunan yang sistematis. Dalam penyusunannya perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Arsip 1. Pengertian Arsip Arsip sebagai naskah dinas yang dibuat dan diterima oleh pimpinan unit kerja dalam bentuk corak apapun baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok

Lebih terperinci

2016, No Kehutanan tentang Pedoman Tata Kearsipan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999

2016, No Kehutanan tentang Pedoman Tata Kearsipan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.783, 2016 KEMEN-LHK. Tata Kearsipan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.44/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2016 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG BUPATI LUMAJANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 20152015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

STANDAR OPERASI DAN PROSEDUR PENERIMAAN DAN PROSES SURAT MASUK KELUAR

STANDAR OPERASI DAN PROSEDUR PENERIMAAN DAN PROSES SURAT MASUK KELUAR Revisi : Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP DAN TUJUAN Prosedur ini meliputi tata cara penerimaan dan proses surat masuk keluar pada Sub Bagian Umum Badan Kepegawaian sesuai dengan persyaratan yang telah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2006 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2006 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2006 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN KEMENTERIAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN KEMENTERIAN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 51/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-AA TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-AA TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-AA TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SUBBAG UMUM BNN KOTA MATARAM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SUBBAG UMUM BNN KOTA MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SUBBAG UMUM BNN KOTA MATARAM KEGIATAN PENGADMINISTRASIAN UMUM 1. SOP ADMINISTRASI SURAT MASUK 2. SOP ADMINISTRASI SURAT KELUAR 3. SOP PENOMORAN SURAT 4. SOP PENGGANDAAN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan BUPATI PAMEKASAN PERATURAN BUPATI PAMEKASAN NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN NASKAH DINAS SATU PINTU DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB III PENATAAN SURAT JABATAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB III PENATAAN SURAT JABATAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BAB III PENATAAN SURAT JABATAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN A. Ketentuan Penyusunan Surat Jabatan Presiden dan Wakil Presiden 1. Setiap surat jabatan Presiden dan Wakil Presiden harus disusun dan ditata

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

-5- BAB I PENDAHULUAN

-5- BAB I PENDAHULUAN -5- LAMPIRAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SUBBAG UMUM BNN KOTA MATARAM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SUBBAG UMUM BNN KOTA MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SUBBAG UMUM BNN KOTA MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SUBBAG UMUM BNN KOTA MATARAM KEGIATAN PENGADMINISTRASIAN UMUM 1. SOP ADMINISTRASI SURAT MASUK 2. SOP ADMINISTRASI

Lebih terperinci

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.533, 2016 KEMENKUMHAM. Pencabutan. Tata Naskah Dinas. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS

Lebih terperinci

4. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara

4. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1360, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012

Lebih terperinci

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAGI PEMERINTAHAN DESA

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAGI PEMERINTAHAN DESA -1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAGI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENGURUSAN SURAT

BAB I PENGURUSAN SURAT BAB I PENGURUSAN SURAT A. Prosedur Mengurus Surat Penting Masuk dengan Menggunakan Kartu Kendali. Tugas masing-masing bagian. 1. Penerima Surat Membubuhkan stempel tanggal dan waktu surat diterima di balik

Lebih terperinci

PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG PANJANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG WALIKOTA PADANG PANJANG, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

PEDOMAN SURAT - MENYURAT

PEDOMAN SURAT - MENYURAT PEDOMAN SURAT - MENYURAT DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 III. RUANG LINGKUP... 3 3.1 Pengolongan Surat..... 3 3.2 Teknik Pembuatan dan Penyusunan Surat...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. D. Asas...

BAB I PENDAHULUAN. D. Asas... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tata Naskah Dinas dan Tata Kearsipan yang seragam di lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, akan sangat mendukung kelancaran administrasi, komunikasi,

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN - 1 - PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, PANITIA PENGAWAS

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - SALINAN BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KOLAKA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 51 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 51 TAHUN 2004 TENTANG WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 51 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR ARSIP DAN PERPUSTAKAAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 54 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 54 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 54 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN 2012 GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dalam Laporan Tugas Akhir yang berjdul Pengelolaan Arsip Dinamis

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dalam Laporan Tugas Akhir yang berjdul Pengelolaan Arsip Dinamis 51 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dalam Laporan Tugas Akhir yang berjdul Pengelolaan Arsip Dinamis Aktif di Sekretariat Desa Pemerintah Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1 Analisis Sistem Analisa dokumen yang menggambarkan bagaimana, dan untuk apa saja dokumendokumen itu digunakan dalamanalisis Sistem Informasi Penyedia Informasi Naskah

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL,

BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUTAN ARSIP KEUANGAN BERDASARKAN JADWAL RETENSI ARSIP BUPATI BANTUL, : a. bahwa penyusutan arsip merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA KO T A P R A D J A JO J G A TA R A K LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 42 Tahun 2006 Seri D PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI INSTANSI DAN HASIL PENGAMATAN

BAB IV DESKRIPSI INSTANSI DAN HASIL PENGAMATAN digilib.uns.ac.id 33 BAB IV DESKRIPSI INSTANSI DAN HASIL PENGAMATAN A. Deskripsi Lembaga/Instansi 1. Lokasi Pengamatan Penulis mengambil lokasi pengamatan di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 26.A TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT KANTOR ARSIP DAN PERPUSTAKAAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS PEMERINTAH DAERAH

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS PEMERINTAH DAERAH BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2016 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR.../IT3/TU/2016 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENGELOLA

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS INAKTIF

BAB II SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS INAKTIF BAB II SISTEM PENGELOLAAN ARSIP DINAMIS INAKTIF 2.1. Pengertian Sebelum penulis melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai penggolongan arsip, maka terlebih dahulu membahas tentang sistem. Menurut (Nurlela,

Lebih terperinci

BAB III PENGURUSAN ARSIP

BAB III PENGURUSAN ARSIP BAB III PENGURUSAN ARSIP A. Pengertian Pengurusan Arsip adalah rangkaian kegiatan teknis kearsipan yang sistematis meliputi: penelitian, pengolahan, penyimpanan, pelayanan, pemeliharaan, dan penyusutan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 38 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 38 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 38 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN ARSIP PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN KEARSIPAN DINAMIS BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN KEARSIPAN DINAMIS BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN KEARSIPAN DINAMIS BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG TATA KEARSIPAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa sebagai implementasi

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Lebih terperinci

BAB III PENATAAN NASKAH DINAS

BAB III PENATAAN NASKAH DINAS BAB III PENATAAN NASKAH DINAS A. Petunjuk Umum 1. Setiap naskah dinas harus disusun atau ditata secara cermat dan mencerminkan suatu kebulatan pikiran yang lengkap dan akurat, terang dan jelas, singkat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.2082, 2015 KEMENRISTEK-DIKTI. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

BERITA NEGARA. No.2082, 2015 KEMENRISTEK-DIKTI. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2082, 2015 KEMENRISTEK-DIKTI. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB II FORMAT SOP. Susunan SOP terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut.

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB II FORMAT SOP. Susunan SOP terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut. BAB II FORMAT SOP A. Susunan SOP Susunan SOP terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut. 1. Kepala Bagian Kepala SOP terdiri dari: a. kop naskah dinas, yang disesuaikan dengan ketentuan dalam Petunjuk Pelaksanaan

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara No.2099, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR74 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI

Lebih terperinci

2.2 Fungsi Surat Menurut Ramelan (2005:11), dikemukakan bahwa surat berfungsi sebagai berikut:

2.2 Fungsi Surat Menurut Ramelan (2005:11), dikemukakan bahwa surat berfungsi sebagai berikut: 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Surat Menurut Finoza (2010:4), surat adalah informasi tertulis yang dapat dipergunakan sebagai alat komunikasi tulis yang dibuat dengan persyaratan tertentu. 2.2

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Nega

2016, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Nega No.805, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAKAMLA. Tata Naskah Dinas. PERATURAN KEPALA BADAN KEAMANAN LAUT NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN KEAMANAN LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Menimbang

Lebih terperinci

WALI KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG,

WALI KOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG, SALINAN WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR 1299 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT KEARSIPAN PADA PERANGKAT DAERAH, BADAN USAHA MILIK DAERAH DAN LEMBAGA

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUTAN ARSIP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PEDOMAN KEARSIPAN Suatu naskah tertulis yang berisi segala karangan yang diperlukan mengenai pekerjaan arsip / dokumen dalam suatu organisasi

PEDOMAN KEARSIPAN Suatu naskah tertulis yang berisi segala karangan yang diperlukan mengenai pekerjaan arsip / dokumen dalam suatu organisasi ISTILAH ARSIP P PEDOMAN KEARSIPAN Suatu naskah tertulis yang berisi segala karangan yang diperlukan mengenai pekerjaan arsip / dokumen dalam suatu organisasi PELAKSANAAN PENATAAN 1. Penataan arsip tulis

Lebih terperinci

PEDOMAN ADMINISTRASI UMUM BPJS KETENAGAKERJAAN

PEDOMAN ADMINISTRASI UMUM BPJS KETENAGAKERJAAN DIKLAT OPK 2016 PEDOMAN ADMINISTRASI UMUM BPJS KETENAGAKERJAAN Landasan Hukum PERATURAN DIREKSI BPJS KETENAGAKERJAAN NOMOR PERDIR/09/072015 TENTANG PEDOMAN ADMINISTRASI UMUM Pedoman Tata Naskah Pedoman

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi dan efektifitas administrasi penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG TATA KEARSIPAN DAN KODE SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 135 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

-1- GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA -1- GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ARSIP FOTO

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ARSIP FOTO GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ARSIP FOTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci