RENCANA AKSI KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA AKSI KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA TAHUN"

Transkripsi

1 RENCANA AKSI KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA TAHUN DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2016 i

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya, Buku Rencana Aksi Nasional Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun dapat disusun. RAN ini akan menjadi arah bagi perencanan dan pelaksanaan kegiatan di Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, baik dalam pencapaian target dan sasaran Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga maupun dalam mendukung pencapaian indikator program pada Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat serta indikator kinerja utama Kementerian Kesehatan. Secara lebih luas tentunya untuk pengembangan dan peningkatan efektivitas kinerja organisasi dalam bersinergi mewujudkan visi misi pemerintah dan program Nawa Cita melalui upaya kesehatan kerja dan olahraga. Dalam Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun ini tergambar proses pemilihan tujuan, sasaran strategis, kebijakan, strategi, program dan kegiatan yang diperlukan untuk mewujudkan suatu masyarakat sehat, bugar dan produktif. Penyusunan Rencana Aksi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga juga diselaraskan dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Pada kesempatan ini, perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi sehingga selesainya Rencana Aksi Nasional Kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Semoga buku ini bermanfaat bagi kemajuan pembangunan kesehatan di Indonesia, khususnya di bidang Kesehatan Kerja dan Olahraga. Selamat bekerja, mari membangun Negara Indonesia tercinta. Salam Sehat, Bugar dan Produktif. Jakarta, September 2016 Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga drg. Kartini Rustandi, M.Kes i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR iv BAB I BAB II PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Tujuan Penyusunan RAN 2 C. Dasar Hukum 2 D. Pengertian 4 KONDISI DAN PERMASALAHAN KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA 5 A. Kondisi Kesehatan Kerja dan Olahraga 5 B. Permasalahan Kesehatan Kerja dan Olahraga 8 C. Gambaran Umum Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga 9 D. Harapan Pemangku Kepentingan (Stakeholder) 11 E. Tantangan Strategis 12 F. Analisis SWOT 13 G. Analisis Posisi Bersaing 14 BAB III KEBIJAKAN DAN STRATEGI KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA A. Arah Kebijakan 18 B. Sasaran Strategis 18 C. Peta Strategi 19 D. Indikator Kinerja 21 E. Sasaran Strategi dan Indikator Kinerja 18 BAB IV RENCANA AKSI NASIONAL KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA 23 BAB V KERANGKA REGULASI DAN PEMBIAYAAN 28 A. Kerangka Regulasi 28 B. Kerangka Pendanaan dan Pembiayaan_28 BAB VI MONITORING DAN EVALUASI 29 C. Monitoring 29 D. Evaluasi 29 BAB VII PENUTUP 30 LAMPIRAN KAMUS INDIKATOR 31 DAFTAR PUSTAKA 35 ii

4 DAFTAR TABEL Tabel 1. Harapan Pemangku Kepentingan (Stakeholder) 11 Tabel 2. Analisis Posisi Bersaing 14 Tabel 3. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja 21 Tabel 4. Kegiatan Rencana Aksi 26 iii

5 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Piramida Komposisi Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 dan Tahun Gambar 2. Distribusi Tenaga Jabatan fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja Per Provinsi Tahun Gambar 3. Posisi Bersaing 17 Gambar 4. Peta Strategi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga 20 iv

6 i

7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Resolusi World Health Assembly (WHA) tahun 2007 tentang Workers health: Global Plan of Action ditekankan bahwa kesehatan pekerja merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan produktivitas dan perekonomian. Pencegahan primer terhadap bahaya kesehatan di tempat kerja merupakan upaya untuk tercapainya kesehatan pekerja. Oleh karena itu, WHA menghimbau WHO untuk menggalakkan pengelolaan kesehatan kerja melalui The Global Plan Action on Workers Health tahun Di sisi lain, Indonesia menghadapi Globalisasi World Trade Organisation (WTO) dan Asian Free Trade Agreement (AFTA) yang mempunyai konsekuensi persaingan antar negara dalam kuantitas dan kualitas produk, jasa maupun sumberdaya manusia. Penerapan kesehatan kerja merupakan salah satu syarat agar produk suatu industri diterima oleh negara penerima untuk dapat memenangi persaingan diperlukan pekerja yang sehat dan produktif. Tahun telah ditetapkan Visi, Misi, Kebijakan, Strategi dan Program Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional. Pada intinya untuk dilakukan peningkatan koordinasi yang sinergis antara pengandil (stakeholders) dengan pemerintah, kemandirian dunia usaha dalam menerapkan K3, peningkatan kompetensi serta daya saing tenaga kerja di bidang K3 guna terwujudnya bidaya Keselamatan dan kesehatan. Strategi Kesehatan Kerja Nasional yang dirumuskan meliputi: 1) Memperkuat dan mengembangkan kebijakan kesehatan kerja, 2) Pengembangan jejaring kesehatan kerja untuk meningkatkan cakupan pelayanan untuk seluruh masyarakat pekerja, 3) Peningkatan upaya kesehatan kerja dan pencegahan penyakit, 4) Melaksanakan sistem informasi kesehatan kerja, 5) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM kesehatan kerja berbasis kompetensi, 6) Peningkatan pemberdayaan sektor terkait dan masyarakat, 7) Peningkatan kegiatan penelitian, dan 8) Membangun komitmen kesehatan kerja dalam pembangunan kesehatan dan pembangunan Indonesia. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun mengarahkan pada prioritas upaya promotif dan preventif, dengan isu strategis RPJMN adalah peningkatan status kesehatan ibu, bayi, balita, remaja, usia produktif dan lansia, peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, pengembangan JKN, pemenuhan sumber daya manusia kesehatan, peningkatan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas. Sejalan hal di atas, Visi Kabinet Indonesia Kerja adalah Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong, dengan salah satu misi dalam Nawacita adalah mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera. Dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun terdapat Program Indonesia Sehat, yaitu Paradigma Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan, dan Jaminan Kesehatan Nasional sebagai upaya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia berperilaku sehat, hidup dalam lingkungan sehat, mampu 1

8 menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Upaya bersifat promotif dan preventif menjadi prioritas Program Indonesia Sehat melalui Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) dan pendekatan keluarga. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, tugas pokok Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahrana melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang kesehatan kerja dan olahraga sesuai peraturan perundang-undangan; dengan fungsi di bidang kesehatan okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olahraga serta urusan tata usaha dan rumah tangga. Kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga diselenggarakan sebagai upaya peningkatan kesehatan dan kebugaran bagi masyarakat, termasuk pekerja dengan prioritas pendekatan promotif dan preventif sesuai paradigma sehat. Kesehatan Kerja dan Olahraga bermanfaat luas bagi masyarakat, baik pekerja maupun keluarga, termasuk anak. Selaras dengan situasi global dan kebijakan pemerintah dalam rangka mendukung program pembangunan kesehatan nasional secara efektif dan optimal sesuai Tugas Pokok dan Fungsi, maka perlu disusun suatu Rencana Aksi Kegiatan (RAN) Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga yang akan menjadi panduan bagi berbagai stakeholder terkait, diantaranya: 1. Pengelola Program kesehatan Kerja dan Olahraga 2. Lintas Program dan Lintas Sektor terkait Program Kesehatan Kerja dan Olahraga, termasuk Kementerian Keuangan, Badan Perencana Pembangunan Nasional, Badan Pemeriksa Keuangan, dan lain-lain. 3. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 4. Pemangku kepentingan di pusat, pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota B. Tujuan Penyusunan RAN 1. Mendukung pencapaian masyarakat sehat, bugar dan produktif 2. Mendukung pencapaian Rencana Strategi Kementerian Kesehatan dan Rencana Aksi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Tahun Menentukan arah dan target program Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun untuk kesinambungan dan kelanjutan program Kesehatan Kerja dan Olahraga. 4. Panduan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun C. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke Undang-Undang RI nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 3. Undang-Undang RI nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 4. Undang-Undang RI nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 5. Undang-Undang RI nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 2

9 6. Undang-Undang RI nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). 7. Undang-Undang RI nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional 8. Undang-Undang RI nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun Undang-Undang RI nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara. 10. Undang-Undang RI nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 11. Undang-Undang RI, nomor 25 tahun 2009 tentang Azas Penyelenggaraan Pelayanan Publik. 12. Undang-Undang RI nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan; 13. Peraturan Presiden RI nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional; 14. Peraturan Presiden RI nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN Keputusan Presiden RI nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja. 16. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1075 tahun 2003 tentang Sistem informasi Manajemen Kesehatan Kerja. 17. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1758 tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar. 18. Peraturan Menteri Kesehatan RI, nomor 741/Menkes/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota 19. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 635 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan nomor 1144/Menkes/Per/VII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan; 20. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas; 21. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 473 tahun 2014 tentang Pelimpahan Wewenang dan Tanggung jawab Kementerian Kesehatan di Tingkat Kabupaten/Kota; 22. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 474 tahun 2014 tentang Pelimpahan Wewenang dan Tanggung jawab Kementerian Kesehatan di Tingkat Provinsi. 23. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.62/KEP/M.PAN/7/2003, tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen. 24. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 127/MENKES/SK/11/2004, tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat Bandung. 25. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 038 tahun 2007 tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan Kerja pada Puskesmas Kawasan Industri. 26. Keputusan Menteri Kesehatan RI, nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota; 27. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 tentang Rencana Strategis Kemenkes RI tahun

10 D. Pengertian Kesehatan Kerja adalah suatu upaya yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dan kapasitas kesehatannya serta mencegah terjadinya gangguan kesehatan akibat faktor risiko pekerjaan. Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan, agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Pelayanan kesehatan kerja dasar adalah upaya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat pekerja secara minimal dan paripurna meliputi upaya peningkatan kesehatan kerja, pencegahan, penyembuhan serta pemulihan Penyakit Akibat Kerja (PAK) oleh institusi pelayanan kesehatan kerja dasar. Penyakit Akibat Kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Pos Upaya Kesehatan Kerja(UKK) adalah suatu wadah pelayanan kesehatan kerja yang berada di tempat kerja sektor informal dan dikelola oleh pekerja itu sendiri (kader) yang berkoordinasi dengan Puskesmas (sebagai pembina) dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Di pos UKK atau pada unit-unit satuan pelayanan yang terdepan diharapkan ada kelompok kader yang memiliki peran sebagai: Pembina dan penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja, Pelaksana Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan Pertolongan Pertama Pada Penyakit (P3P), koordinator penyediaan fasilitas alat keselamatan kerja, koordinator kegiatan pencatatan dan pelaporan. 4

11 BAB II KONDISI DAN PERMASALAHAN KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA A. Kondisi Kesehatan Kerja dan Olahraga Dalam lebih dari dua dasawarsa terakhir hingga dengan tahun 2015 telah terjadi transisi epidemiologi dan pergesaran beban penyakit terbanyak di Indonesia yang cukup signifikan dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Di era 1990 kasus ISPA, Tuberkolosis dan Diare menempati urutan 3 besar. Pada era 2010 dan 2015 bergeser menjadi Stroke, Kecelakaan Lalu lintas, dan Penyakit Jantung disusul Kanker dan Diabetes. Faktor risiko utama dengan beban yang ditimbulkan dan memiliki DALYs share yang tinggi secara berturutturut diduduki peringkatnya oleh pola makan yang tidak baik/berisiko, tekanan darah tinggi, merokok, pencemaran udara dalam rumah tangga, kadar glukosa darah puasa tinggi, aktifitas fisik yang kurang memadai, pekerjaan yang berisiko, Indeks Massa Tubuh, kekuarangan zat Besi, dan penyalahgunaan obat (Kemenko PMK, 2015). Dengan demikian kematian akibat penyakit tidak menular semakin meningkat. Trend ini kemungkinan akan berlanjut seriring dengan perubahan perilaku atau gaya hidup tersebut, khususnya pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik, merokok dan pekerjaan yang berisiko. Data Riskesdas tahun 2007 dan 2013 memperlihatkan kecenderungan peningkatan kasus penyakit tidak menular (DM, Stroke, Obesitas) pada usia > 15 tahun. Data Kementerian Kesehatan tahun menunjukkan proporsi kumulatif HIV positif pada usia di atas 20 tahun sebesar 92,7%, dan proporsi kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Juni 2013 pada kelompok usia yang sama adalah 66%. Berbagai studi mengenai masalah gizi pada pekerja menunjukkan adanya pengaruh timbal balik antara masalah gizi, faktor pekerjaan dan lingkungan kerja. Tiga permasalahan gizi pekerja di Indonesia, yaitu KEP, Anemia Gizi Besi dan Obesitas. Data Riskesdas dari tahun menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan Kurang Energi Kronik pada kelompok umur tahun yang termasuk usia kerja. Adapun gambaran besaran berbagai faktor risiko penyakit tidak menular, yaitu sebanyak 26,1% penduduk kurang aktifitas fisik; 36,3% penduduk usia > 15 tahun merokok; 1,9% perempuan usia > 10 tahun merokok; 93,5% penduduk > 10 tahun kurang konsumsi buah dan sayur; dan sebanyak 4,6% penduduk > 10 tahun minumminuman beralkohol. Faktor risiko perilaku tersebut menyebabkan beberapa penyakit tidak menular, berupa Obesitas Sentral (26,6%); Hipertensi (25,8%), Penyakit Paru Obstruktif Kronik (3,8%), Diabetes Mellitus (2,1%); Penyakit Jantung Koroner (1,5%); Kanker (1,4%), dan Stroke (1,21%). Di sisi lain, jumlah penduduk Indonesia terus bertambah. Secara spesifik terkait dengan kelompok sasaran Kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga, data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik tahun 2015 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia sebanyak 254,36 juta orang dengan usia kerja sebanyak 184,60 juta dan yang bekerja sebanyak 120,85 juta. Dari total ini, sebanyak 50,83 juta atau 42,06 persen ada di sektor formal (usaha skala menengah dan besar) dan 53,6 persen sisanya sejumlah 70,02 juta bekerja di sektor informal (usaha skala mandiri, mikro, dan kecil), termasuk pekerja pada sektor ekonomi informal. Proyeksi pola kependudukan Indonesia pada tahun 2025 menunjukkan adanya 5

12 peningkatan di kelompok usia kerja yang juga dikenal sebagai bonus demografi sebagaimana terlihat pada gambar berikut. Gambar 1. Piramida Komposisi Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 dan Tahun 2025 Pada periode bonus demografi ini jumlah usia produktif lebih banyak dari kelompok usia lainnya. Jumlah angkatan kerja, pekerja laki-laki ataupun perempuan, anak sekolah dan jemaah haji sebagai sasaran kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga juga mengalami peningkatan. Proporsi usia kerja yang terus meningkat merupakan tantangan sekaligus kesempatan yang perlu dikawal agar menjadi tercipta angkatan kerja yang sehat dan produktif. Tantangan proporsi pekerja yang besar adalah potensi dan kasus Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) yang tinggi. Peluang ini harus dimanfaatkan dengan mendorong peningkatan kualitas, derajat kesehatan dan produktivitasnya sehingga bangsa Indonesia menjadi negara maju dan kompetitif. Dalam kehidupannya, baik di usaha individu/mandiri, skala rumah tangga, mikro/kecil, menengah, maupun besar serta lingkungan modern maupun tradisional, pekerja menghadapi potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan hingga kematian akibat penyakit ataupun kecelakaan kerja. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 164 tentang Kesehatan kerja yang merupakan dasar hukum dalam melindungi kesehatan pekerja memerlukan peraturan pemerintah sebagai jabaran panduan aspek legal kebijakan kesehatan kerja yang mencakup semua sektor pekerjaan. Menurut ILO (2004), di seluruh dunia setiap tahun ada 270 juta pekerja mengalami kecelakaan akibat kerja, 160 juta terkena penyakit akibat kerja, 2 juta orang meninggal karena masalah akibat kerja dengan orang mengalami kecelakaan fatal. Kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$ 1,25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP). Tahun 2012 ILO mencatat lebih dari 2 juta kasus kematian tiap tahunnya dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sebanyak orang meninggal dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan kerja. Pada tahun 2013, ILO menyatakan bahwa setiap 15 detik seorang pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja serta sebanyak 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Anak sekolah sebagai sasaran utama kegiatan Kesehatan Olahraga merupakan generasi penerus adalah masa depan bangsa dan pekerja merupakan 6

13 tulang punggung keluarga. Dengan paradigma sehat dalam pembangunan kesehatan, Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) dan pendekatan keluarga sehat, serta melalui penguatan upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga, maka diharapkan berbagai permasalahan di atas dapat diatasi. Harapan mendapatkan pekerja yang sehat, bugar dan produktif serta kelompok masyarakat khususnya anak sekolah dan pekerja perempuan dengan derajat kesehatan tinggi dan berkualitas serta jemaah haji yang bugar dapat tercapai. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara umum 26,1%. Terdapat 22 provinsi yang memiliki rerata penduduk aktivitas fisik tergolong kurang aktif lebih tinggi dari rata-rata nasional. Lima provinsi dengan proporsi tertinggi adalah DKI Jakarta (44,2%), Papua (38,9%), Papua Barat (37,8%), Sulawesi Tenggara dan Aceh (masingmasing 37,2%). Kurang melakukan aktivitas fisik ini terjadi terutama di daerah perkotaan. Proporsi perilaku sedentary 6 jam lebih banyak dilakukan oleh perempuan dengan pendidikan rendah, tidak bekerja dan tinggal di perkotaan. Kebiasaan rutin melakukan aktivitas fisik dengan cara latihan fisik atau olahraga dapat meningkatkan tingkat kebugaran jasmani dan berdampak meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja. Beberapa hasil penelitian menunjukkan tingkat kebugaran masyarakat Indonesia masih rendah, sebagai berikut: 1. Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010 melakukan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia di 17 provinsi pada siswa SD, SMP, SMA dan SMK hasil tingkat kebugaran jasmani dengan kategori baik 17%, sedang 38%, dan kurang 45%. 2. Data hasil pengukuran kebugaran jasmani di Kementerian Kesehatan: a. Tahun 2011 hasil pengukuran pada 300 pejabat eselon 1-4 Kementerian Kesehatan, BKKBN, dan Badan POM, kategori cukup 49,8% (grup 1) dan pada pengukuran 6 bulan kemudian kategori cukup menjadi 74,3% (grup 2 dengan peserta yang sebagian berbeda). b. Tahun 2012 hasil pengukuran kebugaran jasmani pada 327 peserta pejabat eselon 1-4 Kementerian Kesehatan didapatkan kategori kurang 18%, cukup 72%, baik 10%. c. Tahun 2013 hasil pengukuran kebugaran jasmani pada 472 orang pegawai Kementerian Kesehatan dengan kategori kurang sekali 1%, kurang 37%, cukup 54%, baik 8% dan data hipertensi 23%. Hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) didapat kategori kurus sekali 4%, kurus 10%, cukup 39%, BB lebih 19%, pra obese 16%, obese 13%. d. Tahun 2014 hasil pengukuran kebugaran jasmani pada 468 orang pegawai Kementerian Kesehatan dengan kategori kurang sekali 1,18%, kurang 31,95%, cukup 59,47%, baik 7,10% dan data hipertensi 13,31%. Hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) didapat kategori kurus sekali 0,89%, kurus 12,24%, cukup 37,91%, BB lebih 22,09%, pra obese 15,52%, obese 11,3%. Kebugaran jasmani yang baik akan mempengaruhi kinerja, prduktivitas kerja, dan prestasi (belajar, bekerja, olahraga) seseorang, karena orang yang bugar tidak mudah sakit dan kalaupun jatuh sakit tidak akan separah orang yang 7

14 tidak bugar. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal tentang kesehatan olahraga yang merupakan dasar hukum dalam melindungi penyelenggaraan kesehatan olahraga memerlukan peraturan pemerintah sebagai penjabaran panduan aspek legal kebijakan kesehatan olahraga masyarakat, termasuk kesehatan olahraga prestasi. B. Permasalahan Kesehatan Kerja dan Olahraga Berdasarkan gambaran Kesehatan Kerja dan Olahraga di Indonesia di atas dan dalam penyelenggaraan kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga selama ini, beberapa permasalahan Kesehatan Kerja dan Olahraga yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Kebijakan tentang Kesehatan Kerja dan Kesehatan Olahraga belum sepenuhnya didukung oleh para pemangku kepentingan terkait (stakeholder). Dalam implementasinya masih dijumpai kendala karena belum mendapatkan informasi dan pemahaman serta munculnya kesadaran secara utuh mengenai Program Kesehatan Kerja dan Olahraga. Dan juga masih adanya ego sektoral pada lembaga/kementerian/pemerintah daerah sehingga kebijakan, program dan kegiatan disusun dan dilaksanakan secara parsial, tidak efektif dan efisien. Untuk itu, upaya koordinasi dan harmonisasi perlu ditingkatkan. 2. Kegiatan Kerja dan Kesehatan Olahraga masih belum dilihat sebagai bentuk promotif dan preventif yang merupakan upaya prioritas dan menjadi arus utama dalam pembangunan kesehatan sehingga tingkat kesadaran dalam penerapannya masih rendah. 3. Konsep health economy, yaitu bidang kesehatan, khususnya Kesehatan Kerja dan Kesehatan Olahraga sebagai pilar untuk produktivitas dan penopang perekonomian belum terapkan dengan baik. Sinergi dan integrasi program dan kegiatan Kesehatan Kerja dan Kesehatan Olahraga sebagai komponen yang memiliki daya ungkit terhadap pencapaian indikator pembangunan kesehatan dan bidang ekonomi belum menjadi menjadi mainstream sehingga diperlukan pendekatan terstruktur. 4. Kesehatan Kerja dan Kesehatan Olahraga dianggap membutuhkan biaya tinggi karena outcome seringkali tidak terlihat atau tidak dapat secara langsung dirasakan. Oleh karenanya, diperlukan advokasi dan sosialisasi secara luas. 5. Terbatasnya SDM untuk melaksanakan kegiatan Kesehatan Kerja dan Olahraga di tingkat kabupaten/kota, di perusahaan dan Puskesmas. Untuk itu, perlu peningkatan koordinasi, kolaborasi dan kemitraan di antara lintas program, lintas sektor terkait. 6. Dukungan pemerintah daerah dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan kerja dan olahraga masih belum optimal sehingga perlu ditingkatkan baik dalam bentuk regulasi, pembinaan dan pendampingan maupun dukungan pendanaan. 7. Upaya kesehatan kerja dan olahraga pada sektor informal belum berjalan dengan baik dibandingkan di sektor formal, padahal jumlah masyarakat pekerja di sektor informal lebih besar. Melihat berbagai permasalahan tersebut di atas, perlu dilakukan strategi agar upaya kesehatan kerja dan olahraga dapat seoptimal mungkin dilaksanakan di Indonesia dan menjangkau seluruh pekerja dari berbagai sektor baik sektor 8

15 formal maupun sektor informal. Kesehatan Kerja dan Olahraga akan berhasil ketika semua pihak bersama dengan pemerintah melakukan bekerjasama, bersinergis untuk mewujudkan masyarakat sehat, bugar dan produktif. C. Gambaran Umum Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Sesuai dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2012 tentang Kesehatan, Kesehatan Kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Sedangkan Kesehatan Olahraga ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat melalui peningkatan aktivitas fisik dan latihan fisik yang baik, benar, terukur, teratur sesuai kaidah kesehatan. Awal terbentuknya Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga adalah adanya Subdit Bina Upaya Kesehatan Usia Kerja (BUKUK) pada Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan sejak tahun Tahun 2000 Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat dilikuidasi dan Subdit ini selanjutnya berada di jajaran Direktorat Bina Upaya Kesehatan Puskesmas Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan. Subdit BUKUK berkembang terus sejalan dengan perkembangan di bidang kesehatan kerja. Tahun 2002 berdiri Pusat Kesehatan Kerja Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan dengan SDM sebanyak 25 orang. Tahun 2005 Pusat Kesehatan Kerja berubah menjadi Direktorat Bina Kesehatan Kerja dalam jajaran Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Tahun 2011 Direktorat Bina Kesehatan Kerja berubah menjadi Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga. Dengan adanya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, maka Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga berubah menjadi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga dalam jajaran Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan. Tugas pokok Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, yaitu melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan kerja dan olahraga (kesehatan okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja dan kesehatan olahraga) sesuai peraturan perundang-undangan). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014, pelayanan kesehatan kerja dan kesehatan olahraga merupakan upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wiayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas. Namun demikian, upaya kesehatan masyarakat esensial juga dilakukan terhadap sasaran upaya kesehatan kerja dan olahraga, khususnya pekerja, anak sekolah, jemaah haji. Hal ini sesuai dengan pergeseran dari occupational heath menjadi worker health. Sejak terbentuknya struktur organisasi yang memiliki tugas pokok dan fungsi di bidang kesehatan kerja dan olahraga, kegiatan kesehatan kerja dan olahrga telah banyak mengalami perkembangan. Lebih dari 100 pedoman dan peraturan di bidang kesehatan kerja dan kesehatan olahraga yang terbit. 9

16 Beberapa pedoman sudah memiliki payung hukum, antara lain dalam bentuk Peraturan Pemeritah, Peraturan Presiden, Keputusan Presiden, dan Peraturan Menteri. Dari sisi sumber daya manusia di bidang kesehatan, sejak tahun 2013 telah terbit Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sebagai dasar adanya Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja. Dengan adanya jabatan fungsionai ini diharapkan impelemntasi program kesehata kerja dapat semakin intensif, luas dan berkesinambungan. Berbagai peraturan perundangan yang mendukung eksistensi jabatan fungsional pembimbing kesehatan kerja masih harus diupayakan, seperti tentang Tunjangan Jabatan fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja. Distribusi tenaga Jabfung pembimbing kesehatan kerja di Indonesia dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Distribusi Tenaga Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja per Provinsi Tahun 2015 Data sampai dengan tahun 2016, jumlah total Pejabat Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja di Indonesia sebanyak 238 orang. Sebagian besar berada di pusat (Kementerian Kesehatan dan BATAN) sebesar 20,7% dan untuk wilayah timur sebagian besar berada di provinsi Sulawesi Selatan sebesar 20,7%. Data persentase jumlah pemegang jabatan fungsional pembimbing kesehatan kerja pada daerah padat industri lainnya digambarkan sebagai berikut: Sumatera Utara (0,84%), Lampung (2,94%), Banten (4,62%), Jawa Barat (6,30%), Jawa Tengah (0,42%), Jawa Timur (6,30%). Secara organisasi dan program telah banyak hal yang dilakukan mulai dengan membangun kultur organisasi sampai pada program dengan pencapaian tujuan yang berbasis data. Namun demikian, masih banyak hal yang belum tercapai, termasuk di antaranya Peraturan Pemerintah tentang Upaya Kesehatan Kerja yang saat ini menjelang finalisasi melalui pertemuan pada tingkat menteri. Berbagai terobosan yang dilakukan dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu: 1. Regulasi. Penyusunan regulasi dilakukan dengan memantapkan konsep upaya kesehatan kerja komprehensif berdasarkan rencana aksi global kesehatan kerja WHO Konsep ini dijadikan pedoman dalam penulisan ulang rancangan Peraturan Pemerintah tentang Upaya Kesehatan Kerja, dan 10

17 penyusunan norma standar pedoman dan kriteria lainnya bidang kesehatan kerja. 2. Pendidikan Masyarakat dan Pembinaan Profesi, di antaranya meliputi: a. Pemanfaatan media televisi dan radio dalam meningkatkan jangkauan penyampaian informasi. b. Pembentukan organisasi profesi baru, yaitu Federasi Organisasi Kesehatan Kerja Indonesia (FOKKI), dengan anggota terdiri dari Perhimpunan Dokter Spesialis Okupasi Indonesia (Perdoki), Perhimpunan Dokter Spesialis Kelautan Indonesia (Perdokla), Perhimpunan Dokter Spesialis Penerbangan Indonesia (Perdospi), Perhimpunan Profesional Manajemen Kesehatan Kerja Indonesia (PPMKKI) yang telah berganti nama dengan Perhimpunan Ahli Kesehatan Kerja Indonesia (PAKKI), Perhimpunan Dokter Kesehatan Kerja Indonesia (IDKI), Perhimpunan Perawat Kesehatan Kerja Indonesia (Perkesja), serta peningkatan keterlibatan organisasi profesi baik jumlah organisasi maupun frekuensi kegiatan. Di bidang kesehatan olahraga terlibat secara aktif Perhimpunan Dokter Spesialis Olahraga Indonesia (PDSKO). c. Menciptakan salam Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga, yaitu Sehat, Bugar, Produktif. 3. Peningkatan kegiatan/aktivitas kesehatan kerja, melalui: a. Reorientasi penyusunan kegiatan untuk pencapaian tujuan serta peningkatan manfaat dan integrasi dengan berbasis data. b. Mendorong keterlibatan daerah dengan meningkatkan peran sebagai narasumber lokal dan membatasi peran narasumber pusat dalam kegiatan-kegiatan orientasi dan bimbingan teknis kesehatan kerja. c. Memperkuat kerja sama dan jaringan international melalui berbagai kegiatan, antara lain The ILO Inetrantional Clasification of Radiograph of Pneumoconiosis, Healthy Economic and Healthy Women. D. Harapan Pemangku Kepentingan Inti Harapan pemangku kepentingan (stakeholder) inti merupakan harapan dari pemerintah melalui pimpinan Kementerian Kesehatan, staf Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, serta pemerintah daerah dan masyarakat terhadap kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga. Harapan Pemangku kepentingan ini disajikan dalam tabel berikut: Tabel 1. Harapan Pemangku Kepentingan (Stakeholder) No. Komponen Stakeholder Inti 1. Kementerian Kesehatan Harapan a. Meningkatkan implementasi dan efektifitas program GP2SP dan Pos UKK b. Mendukung implementasi BPJS Ketenagakerjaan (bekerjasama dengan P2JK, PKP, PKR) c. Meningkatkan upaya promotif Kekhawatiran a. Target tidak tercapai b. Kebijakan yang tidak implementatif c. Konflik kepentingan dalam perencanaan 11

18 dan preventif kesehatan kerja dan olahraga untuk mendukung program keluarga sehat d. Meningkatkan kesehatan pada pekerja (sektor formal, sektor informal dan TKI) 2. Masyarakat a. Perlindungan dan pembinaan kesehatan pada pekerja (layanan, akses, jaminan dan informasi) b. Pembinaan kesehatan olahraga pada masyarakat sampai tingkat provinsi, Kabupaten/Kota c. Tersedia dana untuk mendukung pelaksanakan program Kesehatan Kerja dan Olahraga d. Adanya dukungan dan asistensi dalam pelaksanaan program Kesjaor 3. Lintas sektor a. Sinergi regulasi b. Koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan 4. Staf Kesjaor a. Peningkatan kapasitas SDM b. Peningkatan Kesejahteraan c. Lingkungan kerja yang kondusif d. Tersedianya panduan kerja yang jelas e. Tersedia dana untuk mendukung pelaksanakan program Kesehatan Kerja dan Olahraga f. Adanya dukungan dan asistensi dalam pelaksanaan program Kesehatan Kerja dan Olahraga d. Dukungan anggaran tidak optimal e. Kuantitas, kualitas dan jenis SDM yang belum memadai a. Kebijakan tidak pro rakyat b. Kualitas pelayanan kesehatan kurang c. Kebutuhan pelayanan kesehatan tidak terpenuhi d. Sistem informasi tidak sesuai harapan e. Birokrasi pelayanan yang terlalu panjang f. Pembangunan belum berwawasan kesehatan a. Dukungan pusat (baik dana, pembinaan) tidak sesuai kebutuhan b. Kebijakan dan NSPK yang ada tidak implementatif c. Birokrasi yang rumit d. Belum tersedia regulasi yang bersifat strategis a. Sumber daya tidak cukup b. Target tidak tercapai c. Pembinaan staf belum optimal d. Kurangnya koordinasi dengan lintas program e. Adanya efisiensi anggaran f. Adanya hambatan pencairan anggaran E. Tantangan Strategis Sebagai entitas yang tidak bisa terlepas dari berbagai stakeholder, terwujudnya berbagai harapan dan terantisipasinya berbagai kekhawatiran yang 12

19 tertuang pada Tabel 1 menjadi tantangan bagi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga. Dari berbagai harapan dan kekhawatiran tersebut, yang menjadi tantangan strategis bagi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga adalah: 1. Meningkatkan implementasi dan efektivitas program Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif dan Pos UKK 2. Mendukung implementasi BPJS Ketenagakerjaan (bekerjasama dengan Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan) 3. Meningkatkan kesehatan pada pekerja (sektor formal, sektor informal dan Tenaga Kerja Indonesia) 4. Meningkatkan perlindungan dan pembinaan kesehatan pada pekerja (layanan, akses, jaminan dan informasi) 5. Memperkuat sinergisitas regulasi 6. Meningkatkan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan 7. Menyediakan dukungan dan asistensi dalam pelaksanaan program Kesjaor F. Analisis SWOT Dalam menyusun Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun perlu dilakukan analisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pelayanan kesehatan tersebut. Dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) akan terindentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan relatif terhadap pencapaian tujuan. a. Faktor Internal 1) Kekuatan (Strength) a) Permenkes No. 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan. b) Memiliki SDM 17 orang lulusan pasca sarjana, 1 orang Doktor dan 2 orang spesialis di bidang Kesehatan Kerja dan Olahraga c) Memiliki alokasi anggaran dalam pelaksanaan Kesehatan Kerja dan Olahraga. d) Tersedia NSPK kesehatan kerja dan olahraga (ada lebih dari 100 pedoman) e) Tersedia sistem pencatatan pelaporan LBKP dan LBKO online 2) Kelemahan (Weakness) a) Belum adanya payung hukum turunan Undang-Undang Kesehatan dalam bentuk Peraturan Pemerintah Kesehatan Kerja dan Peraturan Pemerintah Kesehatan Olahraga b) Belum lengkapnya NSPK tentang Kesehatan Kerja dan Olahraga c) Belum lengkap data terkait capaian Kesehatan Kerja dan Olahraga di Indonesia d) Sistem perencanaan belum berbasis data e) Sistem monitoring dan evaluasi program belum terukur f) Belum optimalnya sistem manajemen kinerja pegawai b. Faktor Eksternal 1) Peluang (Opportunity) 13

20 a) Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan kerja dan olahraga. b) Pencanangan Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) oleh pemerintah Pusat. c) Adanya jejaring antara lintas sektor terkait, organisasi profesi, universitas, asosiasi di bidang kesehatan, dunia usaha dan industri, LSM baik skala nasional dan internasional). d) Tersedianya SDM kesehatan yang berpotensi untuk melaksanakan kesehatan kerja dan olahraga. e) Penerapan sistem BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. f) Adanya Fasilitas Kesehatan Ttingak Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesejatan Tingkat Lanjut (FKTL) baik pemerintah atau swasta di daerah Industri. g) Adanya event terkait kesehatan kerja dan olahraga tingkat nasional dan internasional di Indonesia. h) Tersedianya berbagai sumber dana kesehatan di daerah untuk pelaksanaan promotif dan preventif 2) Ancaman (Threat) a) Rendahnya kapasitas pelaksana kesehatan kerja dan olahraga di tingkat provinsi. b) Kesehatan Kerja dan Olahraga belum menjadi perhatian Kabupaten/Kota c) Pelayanan kesehatan pekerja sektor informal belum mendapatkan perhatian optimal dari stake holder terkait. d) Sistem rujukan kesehatan kerja dan olahraga belum berfungsi secara optimal e) Masih kurangnya pemahaman pekerja dan pengelola tempat kerja tentang K3 di tempat kerja. f) Kurangnya dukungan dari lintas sektor dan stake holder lain g) Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang risiko-risiko kesehatan kerja dan olahraga. G. Analisis Posisi Bersaing Setelah dipetakan berbagai faktor internal dan eksternal yang melingkupi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga, selanjutnya dilakukan Analisis Posisi Bersaing untuk mendapatkan tema strategi organisasi dalam lima tahun mendatang. Analisis posisi bersaing sebagai berikut: Strength Tabel 2. Analisis Posisi Bersaing No. Kekuatan Bobot Rating 1. Permenkes No. 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan Nilai Terbobot ,5 14

21 Memiliki SDM 17 orang lulusan pasca sarjana, 1 orang Doktor dan 2 orang spesialis di bidang Kesehatan Kerja dan Olahraga Memiliki alokasi anggaran dalam pelaksanaan Kesehatan Kerja dan Olahraga. Tersedia lebih dari 100 NSPK Kesehatan Kerja dan Olahraga. Tersedia sistem pencatatan pelaporan LBKO online LBKP dan TOTAL ,5 Weakness No. Kelemahan Bobot Rating Nilai Terbobot 1. Belum adanya payung hukum turunan UU Kesehatan dalam bentuk Peraturan Pemerintah tentang Kesehatan Kerja dan Peraturan Pemerintah tentang Kesehatan Olahraga 2. Belum lengkap data terkait capaian kesehatan kerja dan olahraga di Indonesia Sistem perencanaan belum berbasis data Sistem monitoring dan evaluasi program belum terukur Belum optimalnya sistem manajemen kinerja pegawai Opportunity Total No. Peluang Bobot Rating Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan kerja dan olahraga Pencanangan Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) oleh pemerintah Pusat Adanya jejaring antara lintas sektor terkait, organisasi profesi, universitas, asosiasi di bidang kesehatan, dunia usaha dan industri, LSM baik skala nasional dan internasional) Tersedianya SDM kesehatan yang berpotensi untuk melaksanakan kesehatan kerja dan olahraga (termasuk Jabfung) Penerapan sistem BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan Adanya FKTP dan FKTL baik pemerintah atau swasta di daerah Industri. Nilai Terbobot ,

22 7. 8. Adanya event terkait kesehatan kerja dan olahraga tingkat nasional dan internasional di Indonesia Tersedianya berbagai sumber dana kesehatan di daerah untuk pelaksanaan promotif dan preventif ,5 Total Threat No. Ancaman Bobot Rating Rendahnya kapasitas pelaksana kesehatan kerja dan olahraga di tingkat provinsi Kesehatan Kerja dan Olahraga belum menjadi perhatian Kabupaten/ Kota Pelayanan kesehatan pekerja sektor informal belum mendapatkan perhatian optimal dari stake holder terkait. Sistem rujukan kesehatan kerja dan olahraga belum berfungsi secara optimal Masih kurangnya pemahaman pekerja dan pengelola tempat kerja tentang K3 di tempat kerja Kurangnya dukungan dari lintas sektor dan stake holder lain Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang risikorisiko kesehatan kerja dan olahraga Nilai Terbobot , , Total Berdasarkan bobot dan rating yang telah diperoleh untuk setiap faktor maka dapat dipetakan posisi bersaing Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga berada di kuadran II (Gambar 3). Hal ini mengindikasikan Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga mempunyai posisi bersaing dengan kondisi kelemahan lebih menonjol dari pada kekuatan organisasi, tetapi mempunyai peluang upaya yang masih lebih tinggi dari ancamannya. Atas dasar itu, tema strategi penguatan internal kelembagaan sekaligus meraih berbagai peluang yang ada merupakan pilihan strategi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga. 16

23 Gambar 3 Posisi Bersaing 100 Opportunity (-23,5; 18) Weakness Strength Threat 17

24 BAB III KEBIJAKAN DAN STRATEGI KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA A. Arah Kebijakan Sebagaimana dinyatakan pada Bab 1 bahwa Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga mempunyai tujuan untuk mendukung pencapaian masyarakat sehat, bugar dan produktif. Untuk itu, arah kebijakan dan strategi yang ingin dibangun oleh Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga adalah: 1. Membangun masyarakat yang sehat bugar dan produktif dengan menitikberatkan upaya promotif dan preventif. 2. Memperkuat kemitraan dan pemberdayaan masyarakat. 3. Penyelenggaraan program kesehatan kerja dan olahraga secara bertahap terpadu dan berkesinambungan berdasarkan kebutuhan masyarakat. 4. Pengembangan program kesehatan kerja dan olahraga melibatkan lintas program, lintas sektor, pemerintah daerah, dunia usaha, swasta dan masyarakat. 5. Penyelenggaraan program kesehatan kerja dan olahraga sesuai standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional. B. Sasaran Strategis Dalam mewujudkan tujuan mendukung pencapaian masyarakat sehat, bugar dan produktif, Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga telah menetapkan rincian strategi yang diturunkan dan dipilih dari hasil analisis TOWS sebagai berikut: 1. Strategi S O (Menggapai O dengan memanfaatkan S) a. Optimalisasi Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif dan Upaya Kesehatan Kerja b. Advokasi kepada BPJS Ketenagakerjaan c. Advokasi dan pendampingan d. Pembentukan kader Kesjaor Indonesia e. Pembentukan etalase kesjaor di setiap provinsi f. Membangun sistem pelayanan Kesehatan Kerja dan Olahraga yang bersinergi dengan BPJS 2. Strategi S T (Memanfaatkan S untuk mengatasi T) a. Advokasi b. Peningkatan kemampuan SDM pelaksana Kesehatan Kerja dan Olahraga di daerah c. Membangun sistem rujukan Kesehatan Kerja dan Olahraga 3. Strategi W O (Memanfaatkan O untuk mengatasi W) a. Penguatan kebijakan dan implementasi b. Kemitraan dan advokasi c. Pembinaan d. Optimalisasi Jabatan Fungsional Kesehatan Kerja, BKKM dan BKOM 18

25 4. Strategi W T (Mengatasi W dan T sekaligus) a. Kemitraan dengan akademisi, organisasi profesi, praktisi. b. Pelaksanaan K3 di tempat kerja c. Integrasi sistem informasi Kesjaor kedalam SIP d. Membangun nilai K3 pada masyarakat pekerja Dari berbagai strategi yang dihasilkan dari analisis TOWS, dipilih beberapa item yang bersifat strategis yang menjadi sasaran strategis yang ingin diwujudkan dalam lima tahun ke depan, meliputi: 1. Meningkatnya Kesehatan pekerja (formal, informal, TKI), jamaah haji dan anak sekolah 2. Meningkatnya implementasi dan efektivitas program GP2SP, Pos UKK, K3 Faskes, K3 Perkantoran, Gerakan Peduli KESORGA, Klinik TKI, dll 3. Optimalisasi peran fasyankes & dinkes 4. Pemberdayaan masyarakat dalam implementasi Kesjaor (Kader Kesjaor) 5. Kemitraan dengan akademiksi, organisasi profesi, BPJS Naker, LSM 6. Pembentukan etalase Kesjaor di Provinsi 7. Advokasi dan sosialisasi Kesjaor (Pemda, dunia usaha, lintas program, lintas sektor, dll) 8. Integrasi Sistem Informasi Kesjaor dalam SIP 9. Peningkatan kemampuan SDM Pelaksana Kesjaor dan Optimalisasi Jabfung 10. Penguatan kebijakan dan implementasi NSPK C. Peta Strategi Hasil pengerucutan 10 sasaran strategis di atas membentuk suatu peta strategi. Peta strategi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga merupakan rencana besar/grand design Kesehatan Kerja dan Olahraga yang disusun dalam rangka mencapai masyarakat pekerja sehat, bugar dan produktif. Peta strategi yang disusun mengadopsi model Balanced-Score card, namun hanya menggunakan tiga perspektif yakni: perspektif sumberdaya, perspektif proses strategis dan perspektif output. Peta strategi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga berisikan jalinan berbagai sasaran strategis dalam kerangka hubungan kausalitas yang mencerminkan pentahapan setiap 5 tahun yang diharapkan menjadi satu rangkaian yang berkesinambungan. 19

26 Gambar 4 Peta strategi Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga Peta strategi di atas dapat dimaknai sebagai berikut: Tujuan utama yang ingin diwujudkan oleh Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga adalah terwujudnya kelompok masyarakat sehat, bugas dan produktif. Tujuan utama ini hanya bisa terwujud jika meningkatnya kesehatan pada pekerja baik pada sektor formal, sektor informal dan Tenaga Kerja Indonesia, jemaah haji dan anak sekolah yang dapat diwujudkan jika meningkatnya implementasi dan efektifitas program GP2SP, Pos UKK, K3 Fasilitas kesehatan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Perkantoran, Ergonomi, Gerakan Peduli Kesehatan Olahraga, Fasilitas Kesehatan Pemeriksa Kesehatan CTKI. Dua sasaran strategis dalam perspektif output tersebut dapat diwujudkan jika empat proses strategis pada Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga dibenahi secara luar biasa, meliputi: 1) Optimalisasi peran fasilitas pelayanan kesehatan dan dinas kesehatan 20

27 2) Pemberdayaan masyarakat dalam implementasi Kesehatan Kerja dan Olahraga (kader Kesehatan Kerja, Kader Kesehatan Olahraga dan lainlain. 3) Kemitraan dengan akademisi, organisasi profesi, BPJS Ketenagakerjaan dan LSM 4) Pembentukan etalase kesjaor di setiap provinsi Empat pembenahan proses strategis dapat dilakukan jika mampu diwujudkan advokasi dan sosialisasi Kesehatan Kerja dan Olahraga (Pemda, dunia usaha, lintas program, lintas sektor dan lain-lain) Proses-proses strategis di atas mampu dikelola secara luar bias ajika tiga hal berikut mampu dibenahi sebagai pondasi: 1) Integrasi sistem informasi Kesjaor kedalam SIP 2) Peningkatan kemampuan SDM pelaksana Kesjaor dan optimalisasi Jabfung 3) Penguatan kebijakan dan implementasi NSPK, yang menjadi dasar untuk pencapaian dua sasaran sebelumnya dalam perspekif sumberdaya. D. Indikator Kinerja Setiap sasaran strategis yang termaktub dalam peta strategi memiliki indikator kinerja untuk menilai hasil pencapaian upaya yang dilakukan dengan didukung oleh tersedianya sumber daya. Sasaran strategis dan Indikator Kinerja Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun , sebagai berikut: Tabel 3. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja (MOHON DILENGKAPI) No. Sasaran Strategis No Indikator 1. Meningkatnya kesehatan pada pekerja (sektor formal, sektor informal dan TKI), Jemaah haji dan anak sekolah 2. Meningkatkan implementasi dan efektifitas program GP2SP, Pos UKK, K3 Faskes, K3 Perkantoran, Ergonomi, Gerakan peduli kesehatan olahraga, klinik TKI Hasil survei peningkatan kesehatan pada pekerja Hasil survei peningkatan kesehatan pada Jemaah haji Hasil survei peningkatan Kesehatan pada anak sekolah Jumlah Perusahaan yang melaksanakan GP2SP sesuai standar Jumlah RS yang menerapkan K3 RS sesuai standar Jumlah institusi yang melaksanakan K3 Perkantoran sesuai standar Persentase klinik yang melaksanakan pelayanan kesehatan CTKI sesuai standar Persentase calon jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmani Target % 40% 50% 60% 21

28 No. Sasaran Strategis No Indikator 3. Optimalisasi peran Fasilitas pelayanan kesehatan dan dinas kesehatan dalam Kesehatan Kerja dan Olahraga 4. Pemberdayaan Masyarakat dalam implementasi Kesehatan kerja dan olahraga (kader Kesehatan kerja dan kesehatan olahraga) 5. Kemitraan dengan akademisi, organisasi profesi, BPJS Naker, LSM 6. Pembentukan etalase kesjaor di setiap Provinsi 7. Advokasi dan Sosialisasi Kesehatan Kerja dan Olahraga (Pemda, dunia usaha, lintas program, lintas sektor dan lain-lain) Persentase puskesmas yang melaksanakan kesehatan olahraga bagi anak SD % Puskesmas yang melaksanakan Kesehatan kerja % Puskesmas yang melaksanakan Kesehatan Olahraga 12 % RS yang melaksanakan K3 13 Jumlah Pos UKK terbentuk atau dibina a) Jumlah Pos UKK terbentuk di 14 non PPI/TPI a) Jumlah sekolah yang 15 melaksanakan tes kebugaran anak sekolah a) 16 Jumlah kader kesehatan kerja 17 Jumlah kader kesehatan olahraga Jumlah kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan akademisi, 18 organisasi profesi, BPJS Naker, LSM Provinsi yang memilki minimal 2 kabupaten/kota percontohan di 19 bidang kesehatan kerja dan olahraga 20 Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki dana APBD untuk program Kesjaor Target Integrasi sistem informasi Kesjaor kedalam SIP 9. Peningkatan kemampuan SDM pelaksana Kesjaor dan optimalisasi Jabfung Level integrasi Sistem informasi kesjaor dengan sistem informasi yang ada di Kementerian Kesehatan % SDM Kesjaor dan Jabfung yang meningkat kompetensi dalam kersjaor 10. Penguatan kebijakan dan implementasi NSPK 23 Keterangan: a) Indikator RPJMN Jumlah regulasi kesjaor yang tersusun 22

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016 SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, Saudara-saudara sekalian

Lebih terperinci

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE-57 25 JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT 3 DIMENSI PEMBANGUNAN: PEMBANGUNAN MANUSIA, SEKTOR UNGGULAN, PEMERATAAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA Drg. Kartini Rustandi, M.Kes. Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Disampaikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA

IMPLEMENTASI PROGRAM KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA IMPLEMENTASI PROGRAM KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Ditjen

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

RENCANA STRATEGIS PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA RENCANA STRATEGIS PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL BINA GIZI DAN KIA TAHUN 2015-2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA Drg. Kartini Rustandi, Mkes. Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Disampaikan pada

Lebih terperinci

BAGAIMANA KONDISI IMPLEMENTASI PROGRAM DIT KESJAOR SAAT INI? DIT KESJAOR, MARET 2017

BAGAIMANA KONDISI IMPLEMENTASI PROGRAM DIT KESJAOR SAAT INI? DIT KESJAOR, MARET 2017 BAGAIMANA KONDISI IMPLEMENTASI PROGRAM DIT KESJAOR SAAT INI? DIT KESJAOR, MARET 2017 13 LBKP PER PROVINSI TAHUN 2016 (I) No Provinsi Kab/Kota Kab/Kota yang % Puskesmas Puskesmas % Laporan 1 Aceh 23 4

Lebih terperinci

UPAYA KESEHATAN KERJA

UPAYA KESEHATAN KERJA UPAYA KESEHATAN KERJA Untuk MEMPERTAHANKAN HIDUP, manusia perlu MAKAN/MINUM dan MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP dan KEHIDUPAN. Untuk MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP baik fisik, mental dan sosial, manusia perlu BEKERJA.

Lebih terperinci

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, SAMBUTAN DIRJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA WORKSHOP DALAM RANGKA HARI GIZI NASIONAL KE 55 JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Selamat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI O U T L I N E PENDAHULUAN SITUASI TERKINI STROKE

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang No.78, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Kesehatan Kerja. Pos. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2015 TENTANG POS UPAYA KESEHATAN KERJA TERINTEGRASI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berbagai upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan terus dilakukan oleh Kementerian Kesehatan dalam usahauntuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Lebih terperinci

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS)

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) PERAN ORGANISASI PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT Dalam Program GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) Disampaikan Oleh FILOSOFI DAN KONSEP DASAR FAKTA PERUBAHAN POLA PENYAKIT TERKAIT DENGAN FAKTOR PERILAKU

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PROGRAM DI TINGKAT PROVINSI

PENYELENGGARAAN PROGRAM DI TINGKAT PROVINSI PENYELENGGARAAN PROGRAM DI TINGKAT PROVINSI INPUT Kebijakan nasional Peraturan dan perundangan Pedoman /Juknis/Juklak Kurmod Bahan Advokasi Kit Pelatihan, Sosialisasi, Orientasi, Pembinaan Pencatatan dan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY 3 DIMENSI PEMBANGUNAN: PEMBANGUNAN MANUSIA, SEKTOR UNGGULAN, PEMERATAAN DAN KEWILAYAHAN VISI DAN MISI PRESIDEN TRISAKTI: Mandiri di bidang ekonomi;

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Dr. dr. H. Rachmat Latief, Sp.PD. KPTI, M.Kes., FINASIM Disampaikan pada PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIS PENDAMPING

Lebih terperinci

PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS

PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS PELAYANAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 22 Tahun Ajaran 2013 / 2014 Program Studi Pendidikan Dokter FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Daerah Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan 2016-2021 tidak ada visi dan misi, namun mengikuti visi dan misi Gubernur

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Oleh : Agus Samsudrajat S, SKM Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

Keynote Speech. Nila Farid Moeloek. Disampaikan pada Mukernas IAKMI XIV Manado, 18 Oktober 2017

Keynote Speech. Nila Farid Moeloek. Disampaikan pada Mukernas IAKMI XIV Manado, 18 Oktober 2017 www.iakmi.or.id Keynote Speech Nila Farid Moeloek Disampaikan pada Mukernas IAKMI XIV Manado, 18 Oktober 2017 SISTEMATIKA PENYAJIAN ARAH PEMBANGUNAN KESEHATAN PENDEKATAN KELUARGA GERAKAN MASYARAKAT HIDUP

Lebih terperinci

b. Tantangan Eksternal 1) Kelembagaan : Dukungan sektor lain terhadap bidang kesehatan masih belum optimal karena masih ada anggapan bahwa

b. Tantangan Eksternal 1) Kelembagaan : Dukungan sektor lain terhadap bidang kesehatan masih belum optimal karena masih ada anggapan bahwa E. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan 1. Peluang dan Tantangan Eksternal a. Peluang Eksternal 1) Kelembagaan : Adanya perubahan regulasi otonomi daerah memungkinkan untuk mengevaluasi kelembagaan

Lebih terperinci

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016

INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN. Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 INTEGRASI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan Surabaya, 23 November 2016 Tantangan Pembangunan Kesehatan Derajat kesehatan rakyat yg setinggitingginya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/126/2017 TENTANG KOMITE PERLINDUNGAN KESEHATAN TENAGA KERJA INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/126/2017 TENTANG KOMITE PERLINDUNGAN KESEHATAN TENAGA KERJA INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/126/2017 TENTANG KOMITE PERLINDUNGAN KESEHATAN TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016

SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016 SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016 YTH. KETUA, WAKIL KETUA, DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016

Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 Rencana Kerja Tahunan Tahun 2016 DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan KEMENTERIAN KESEHATAN RI KATA PENGANTAR Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

OLEH: Ismoyowati DISAMPAIKAN PADA SIMPOSIUM DALAM MUKERNAS KE-12 IAKMI PONTIANAK-10 JULI 2012

OLEH: Ismoyowati DISAMPAIKAN PADA SIMPOSIUM DALAM MUKERNAS KE-12 IAKMI PONTIANAK-10 JULI 2012 OLEH: Ismoyowati DISAMPAIKAN PADA SIMPOSIUM DALAM MUKERNAS KE-12 IAKMI PONTIANAK-10 JULI 2012 Indonesia : >18,000 kepulauan kecil & besar 33 Provinsi, 363 kabupaten, 91 kota. Kaya SosBud dan Bahasa Lokal

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KONGRES KE 15 DAN TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA TAHUN 2014

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KONGRES KE 15 DAN TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA TAHUN 2014 SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KONGRES KE 15 DAN TEMU ILMIAH INTERNASIONAL PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA TAHUN 2014 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Selamat pagi dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location. PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-24.3-/216 DS71-99-46-4 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan (Promkes) Dinas Kesehatan Kota Bandung termasuk salah satu bagian lembaga pemerintahan karena institusi tersebut di bawah Pemda Kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI

DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI 1 2 SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI Gizi merupakan salah satu komponen yang harus dipenuhi suatu bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, terutama pada periode

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DIREKTORAT PELAYANAN KESEHATAN PRIMER TAHUN 2016-2019 1 Rencana Aksi Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer 2016-2019 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa meningkatnya

Lebih terperinci

PIDATO MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL (HKN) KE NOVEMBER 2010

PIDATO MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL (HKN) KE NOVEMBER 2010 PIDATO MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL (HKN) KE-46 12 NOVEMBER 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua. Pertama-tama

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga. drg. Kartini Rustandi, M.Kes. Laporan Tahunan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga. drg. Kartini Rustandi, M.Kes. Laporan Tahunan i KATA PENGANTAR merupakan media yang digunakan dalam mewujudkan paradigma kepemerintahan yang baik (good governance) dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat. ini diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan Tujuan Pembangunan Indonesia The 4th ICTOH Balai Kartini,

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL EMAS TAHUN 2014

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL EMAS TAHUN 2014 1 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL EMAS TAHUN 2014 TANGGAL 16 NOVEMBER 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan Dasar Hukum Pengertian Akreditasi Maksud dan Tujuan Akreditasi Proses Akreditasi Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN 2005-2014 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 83.3 85.0 82.0 85.1 60.0 64.5 68.7 71.2 57.5 48.1 2005 2006 2007

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN PADA ACARA RAPAT KERJA KESEHATAN PROPINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 YTH. Gubernur Sulawesi Tenggara; YTH. Para Bupati/Walikota Se Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia mengalami transisi epidemiologi, dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA TAHUN 2016 DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG s (Millennium Development Goals) mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Direktur Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Nomor HK.06.02.351.03.15.196 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika

Lebih terperinci

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO BAB III PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Undang Undang Kesehatan Nomor 36 memberikan batasan; Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor tidak terlepas

Lebih terperinci

RANGKUMAN RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL (RAKERKESNAS) 2015 REGIONAL TIMUR

RANGKUMAN RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL (RAKERKESNAS) 2015 REGIONAL TIMUR RANGKUMAN RAPAT KERJA KESEHATAN NASIONAL (RAKERKESNAS) 2015 REGIONAL TIMUR Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) Regional Timur yang dilaksanakan di Makassar pada 9 12 Maret 2015 bertujuan untuk

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB I

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan BAB I pasal 1 ayat (1) menjelaskan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DI PROVINSI

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) I. Pendahuluan II. III. IV. Pangan dan Gizi Sebagai Investasi Pembangunan Analisis Situasi Pangan dan Gizi

Lebih terperinci

LAPORAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PADA RAPAT KERJA KESEHATAN DAERAH (RAKERKESDA) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

LAPORAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PADA RAPAT KERJA KESEHATAN DAERAH (RAKERKESDA) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 LAPORAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA PADA RAPAT KERJA KESEHATAN DAERAH (RAKERKESDA) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 YTH. GUBERNUR SULAWESI TENGGARA; YTH. WAKIL GUBERNUR SULAWESI

Lebih terperinci

PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS. Direktur Pelayanan Kesehatan Primer dr. Gita Maya Koemara Sakti, MHA

PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS. Direktur Pelayanan Kesehatan Primer dr. Gita Maya Koemara Sakti, MHA PENDAYAGUNAAN TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS Direktur Pelayanan Kesehatan Primer dr. Gita Maya Koemara Sakti, MHA Disampaikan pada Kongres Nasional XIII Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Makassar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang perlunya melakukan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN & STRATEGI PROGRAM PTM DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT 2008

KEBIJAKAN & STRATEGI PROGRAM PTM DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT 2008 KEBIJAKAN & STRATEGI PROGRAM PTM DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT 2008 PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) adalah penyakit yang tidak menular dan BUKAN KARENA PROSES INFEKSI yang mempunyai FAKTOR RISIKO

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA MAGELANG RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG

PEMERINTAH KOTA MAGELANG RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG PEMERINTAH KOTA MAGELANG RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG - 2021 i KATA PENGANTAR Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

PELUANG DAN TANTANGAN IAKMI

PELUANG DAN TANTANGAN IAKMI PELUANG DAN TANTANGAN IAKMI PADA GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SDM KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI SISTIMATIKA 2 1 3 FILOFOSI DAN KONSEP DASAR PRINSIP PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS KE JAKARTA TANGGAL 17 SEPTEMBER 21 SEPTEMBER 2017

LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS KE JAKARTA TANGGAL 17 SEPTEMBER 21 SEPTEMBER 2017 Kepada Yth. Bupati Bengkulu Selatan Up. Sekretaris Daerah di.- MANNA LAPORAN TENTANG PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS KE JAKARTA TANGGAL 17 SEPTEMBER 21 SEPTEMBER 2017 I. Pendahuluan : 1. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI

SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI SUBDIT BINA KESEHATAN PERKOTAAN DAN OLAHRAGA DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA DITJEN BINA GIZI DAN KIA KEMENTERIAN KESEHATAN RI Adalah : Upaya kesehatan yang memanfaatkan latihan fisik atau

Lebih terperinci

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur.

PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur. PEMBUDAYAAN HIDUP SEHAT MELALUI GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi masalah di Jawa Timur. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa Prevalensi gagal jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan era globalisasi, terbukanya arus informasi dan semakin meningkatnya tuntutan pengguna jasa layanan kesehatan akan mutu, keselamatan serta

Lebih terperinci

Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan

Usman Sumantri Kepala Badan PPSDM Kesehatan PRA RAKERKESNAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PALANGKARAYA, 17 FEBRUARI 2016 Pemenuhan, Pemerataan, Retensi dan Pendayagunaan SDM Kesehatan Untuk Mendukug Primary Health Care dan Pelayanan Kesehatan Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, tiap individu selalu dihadapkan pada aturan, norma, standar, ukuran yang harus dipenuhi. Aturan, norma, standar, maupun ukuran tersebut

Lebih terperinci

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT DALAM 30 TAHUN TERAKHIR... TERJADI PERUBAHAN POLA PENYAKIT TERKAIT DENGAN PERILAKU MANUSIA TAHUN 1990: SEJAK 2010: PENYAKIT MENULAR Penyebab terbesar kesakitan dan kematian

Lebih terperinci

Keynote Speech. Pengendalian Produk Tembakau dan Pembangunan Berkelanjutan. Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, MUP, Ph.D. Menteri PPN/Kepala Bappenas

Keynote Speech. Pengendalian Produk Tembakau dan Pembangunan Berkelanjutan. Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, MUP, Ph.D. Menteri PPN/Kepala Bappenas Keynote Speech Pengendalian Produk Tembakau dan Pembangunan Berkelanjutan Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, MUP, Ph.D. Menteri PPN/Kepala Bappenas The 4th Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH)

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Sambutan Pada Acara PEMBUKAAN REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (RNPK) TAHUN 2016 Tema: Meningkatkan Pelibatan Publik

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI KEBUMEN P A D A UPACARA BENDERA 17-AN BULAN NOVEMBER 2016 DAN PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL KE-52. Kamis, 17 November 2016

SAMBUTAN BUPATI KEBUMEN P A D A UPACARA BENDERA 17-AN BULAN NOVEMBER 2016 DAN PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL KE-52. Kamis, 17 November 2016 BUPATI KEBUMEN SAMBUTAN BUPATI KEBUMEN P A D A UPACARA BENDERA 17-AN BULAN NOVEMBER 2016 DAN PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL KE-52 Assalamu alaikum wr. wb. Kamis, 17 November 2016 Selamat pagi dan salam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

Upaya Olahraga pada Anak Sekolah 1

Upaya Olahraga pada Anak Sekolah 1 A. Latar Belakang Upaya Olahraga pada Anak Sekolah Sport for School Children Innitiatives Oleh : Dr. Iskandar Zulkarnain, MSc Dalam dua dasawarsa terakhir ini, kecenderungan kenaikan angka kejadian dan

Lebih terperinci

SAMBUTAN PEMBUKAAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

SAMBUTAN PEMBUKAAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN SAMBUTAN PEMBUKAAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI NASIONAL KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI TAHUN 2014 Balai Kartini,

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011 PRIORITAS 3 Tema Prioritas Penanggung Jawab Bekerjasama dengan PROGRAM AKSI BIDANG KESEHATAN Penitikberatan pembangunan bidang kesehatan melalui pendekatan preventif, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan di dunia merupakan tanggung jawab bersama dalam menanggulanginya demi terwujudnya masyarakat sehat. Hal ini mendorong setiap negara untuk lebih serius

Lebih terperinci

Rencana Aksi Kegiatan Tahun

Rencana Aksi Kegiatan Tahun Rencana Aksi Kegiatan Tahun 2015-2019 DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEFARMASIAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI KATA PENGANTAR Kami memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhaanahu Wa Ta ala, Tuhan Yang Maha Kuasa,

Lebih terperinci

PRA-MUSRENBANGNAS RKP 2016 Kelompok Pembahasan: Kesehatan

PRA-MUSRENBANGNAS RKP 2016 Kelompok Pembahasan: Kesehatan PRA-MUSRENBANGNAS RKP Kelompok Pembahasan: Kesehatan Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan Jakarta, 16-24 April 2015 Buku I: STRATEGI PEMBANGUNAN NORMA PEMBANGUNAN 1) Membangun untuk manusia dan masyarakat;

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebagai salah satu pusat pertumbuhan di wilayah metropolitan Jabodetabek, yang berada di wilayah barat DKI Jakarta, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

Lebih terperinci