BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendidikan Nonformal Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur, dengan sadar dilakukan, tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang tetap seperti pada pendidikan formal di sekolah, karena pendidikan nonformal pada umumnya dilaksanakkan tidak dalam lingkungan fisik sekolah, maka pendidikan nonformal diidentik dengan pendidikan luar sekolah. Oleh karena itu pendidikan nonformal dilakukan diluar sekolah, maka sasaran pokok adalah anggota masyarakat. Sebab itu program pendidikan nonformal harus dibuat sedemikian rupa agar bersifat luwes tetapi lugas, namun tetap menarik minat para konsumen pendidikan. Menurut Soelaman Joesoef (1992: 54), pendidikan non formal adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang terarah di luar sekolah dan seseorang memperoleh informasi, pengetahuan, latihan maupun bimbingan sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan hidup, dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efesien dan efektif 9

2 dalam lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negaranya. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan nonformal adalah pendidikan kegiatan belajar mengajar yang diadakan di luar sekolah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan peserta didik tertentu untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, latihan, dan bimbingan sehingga mampu bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan negara Pengertian Homeschooling Menurut Saputra (2007: 11) homeschooling diartikan sebagai sebuah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga di rumah atau tempat-tempat lain, di mana proses belajar mengajar dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal. Sejalan dengan pengertian tersebut, Sumardiono (2007: 23) menuturkan bahwa homeschooling merupakan model pendidikan di mana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri secara aktif atas pendidikan anak-anaknya dan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Maksud dari bertanggung jawab secara aktif di sini adalah keterlibatan penuh orang tua pada proses penyelenggaraan pendidikan, 10

3 mulai dalam hal penentuan arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai (values) yang ingin dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan yang hendak diraih, kurikulum dan materi pembelajaran, hingga metode belajar serta praktik belajar keseharian anak-anak. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, program-program dalam pendidikan juga turut mengalami perkembangan. Perkembangan dari filsafat dan ilmu pengetahuan serta adanya usaha untuk memaksimalkan proses pembelajaran selama berabadabad menghasilkan perubahan pada sistem pendidikan yang sekarang ini kita kenal sebagai sekolah. Menurut Abdullah (2011: 18) sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran peserta didik di bawah pengawasan pendidik. Sekolah juga dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi keterbatasan keluarga dalam mendidik anaknya secara sadar dan terencana. Di Indonesia sendiri, pembagian pendidikan pada sekolah disesuaikan dengan usia peserta didik, hal ini berlaku untuk pendidikan formal dan nonformal. Meskipun sekolah menjadi institusi pendidikan yang terbukti memberikan manfaat bagi kemanusiaan, namun proses pencarian pendidikan yang terbaik tidak pernah berhenti. Berbagai filsafat dan pemikiran terus lahir, serta berinteraksi dengan kondisi sosial yang dialami oleh masyarakat. Di Amerika Serikat, gelombang pertama homeschooling terjadi pada era 1960-an. Pada 11

4 masa ini, muncul pemikiran bahwa anak-anak belajar baik jika tanpa instruksi sebagaimana di sekolah. Selain John Holt, inisiator lainnya pada masa itu adalah Raymond Moore, seorang psikolog perkembangan dan peneliti pendidikan. Pada akhir 1970-an, Holt menerbitkan surat kabar Growing Without School yang menjadi sistem pendukung homeschooling pada masa itu (Saputra, 2007: 12). Di Indonesia, belum ada penelitian yang secara khusus meneliti tentang akar perkembangan homeschooling. Sebagai sebuah istilah, homeschooling atau sekolah rumah adalah istilah yang relatif baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Tetapi kalau diperhatikan secara esensi dari filosofi, model dan praktek penyelenggaraannya, homeschooling bukanlah sebuah hal yang benar-benar baru. Apabila memperhatikan konsep-konsep kunci homeschooling, maka kita akan mendapatkan bentuk-bentuk praktik homeschooling yang pernah ada di Indonesia. Salah satu konsep kunci dari homeschooling adalah pembelajaran yang tidak berlangsung melalui institusi sekolah formal. Konsep ini membawa kita pada konsep yang lebih umum yaitu, belajar otodidak atau belajar mandiri (Sumardiono, 2007: 24). Nadhirin (2008: 2) memaparkan bahwa homeschooling merupakan model pendidikan alternatif selain sekolah yang diselenggarakan oleh keluarga, yang memungkinkan anak berkembang sesuai dengan potensi 12

5 diri mereka masing-masing. Nadhirin (2008: 2) memaparkan bahwa metode homeschooling terbagi menjadi 3 jenis, yakni homeschooling tunggal, homeschooling majemuk dan homeschooling komunitas. Berikut dijabarkan pengertian dari masing-masing jenis homescooling. 1. Homeschooling tunggal Homeschooling tunggal merupakan homeschooling yang dilaksanakan oleh orang tua dalam suatu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya. Dalam hal ini orang tua terjun langsung sebagai guru menangani proses belajar anaknya, jika pun ada guru yang didatangkan secara privat hanya akan membimbing dan mengarahkan minat anak dalam mata pelajaran yang disukainya. Guru tersebut bisa berasal dari lembaga-lembaga yang khusus menyelengarakan program homeschooling. 2. Homeschooling majemuk Homescooling majemuk merupakan homeschooling yang dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orang tua masing-masing. 3. Homeschooling komunitas Homeschooling komunitas merupakan gabungan beberapa homeschooling majemuk. Pada jenis ini ini terdapat silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, seni dan bahasa), sarana/prasarana dan jadwal 13

6 pembelelajaran. Dalam hal ini beberapa keluarga memberikan kepercayaan kepada Badan Tutorial untuk memberi materi pelajaran. Badan tutorial melakukan kunjungannya ke tempat yang disediakan komunitas. Dasar penyelenggaraan homeschooling di antaranya adalah UU No. 20 Th tentang Sisdiknas, terutama pasal 27 yang berbunyi: (1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. (2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Kegiatan homeschooling perlu dilaporkan ke Dinas Pendidikan setempat agar peserta homeschooling mendapat ijazah resmi dari pemerintah. Untuk ijazah SD adalah Paket A, SMP Paket B, dan SMA Paket C. Sistem ujiannya adalah melalui ujian nasional kesetaraan. Nadhirin (2008: 4) menyebutkan bahwa homeschooling memberi banyak keleluasaan bagi anak didik untuk belajar tanpa harus merasa tertekan dengan beban-beban yang terkondisi oleh target kurikulum. Setiap siswa homeschooling diberi kesempatan untuk terjun langsung mempelajari materi yang disediakan. Siswa diajak mengevaluasi secara langsung tentang materi yang sedang di bahas. Bahkan bagi siswa yang 14

7 memiliki ketertarikan di bidang tertentu, misalnya Fisika atau Ilmu alam, diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan observasi dan penelitian sesuai ketertarikan mereka. Beberapa keunggulan lain homeschooling sebagai pendidikan alternatif, yaitu karena sistem ini menyediakan pendidikan moral atau keagamaan, lingkungan sosial dan suasana belajar yang lebih baik, menyediakan waktu belajar yang lebih fleksibel. Selain hal tersebut sistem pembelajaran pada homesechooling juga memberikan keterampilan khusus yang menuntut pembelajaran dalam waktu yang lama seperti pertanian, seni, olahraga, dan sejenisnya, memberikan pembelajaran langsung yang kontekstual, tematik, dan nonscholastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu. Namun, selain keunggulan yang ditawarkan pada pendidikan homeschooling, terdapat juga beberapa kekurangan diantaranya kondisi belajar di homeschooling membuat anak kurang berinteraksi dengan teman sebaya. Kemungkinan lainnya anak didik bisa terisolasi dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan sehingga akan kurang siap nantinya menghadapi berbagai kesalahan atau ketidakpastian. Kurangnya interaksi juga membuat anak didik kehilangan kesempatan untuk bergabung dalam salah satu tim olah raga, dan organisasi siswa pada umumnya seperti OSIS, PMR, IRM, PASKIBRA, pramuka, tim 15

8 basket, tim sepak bola dan sebagainya seperti halnya yang terdapat disekolah umum. Kekurangan lain adalah tidak ada kompetisi atau bersaing. Sehingga ada kemungkinan anak didik tidak bisa membandingkan sampai di mana kemampuannya dibanding anak-anak lain seusianya. Selain itu anak didik belum tentu merasa cocok jika diajar oleh orang tua sendiri, apalagi jika memang mereka tidak punya pengalaman mengajar sebelumnya. Faktor tingginya biaya homeschooling juga menjadi salah satu kekurangan, karena dipastikan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan pendidikan homeschooling lebih besar dibanding jika kita mengikuti pendidikan formal disekolah umum (Nadhirin, 2008: 4). Saat ini, perkembangan homeschooling di Indonesia dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin terbuka dan membuat para orang tua memiliki semakin banyak pilihan untuk pendidikan anak-anaknya. Selanjutnya Sumardiono (2007: 24) juga menambahkan bahwa banyak keluarga Indonesia yang belajar di luar negeri menyelenggarakan homeschooling untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Selain itu, ketidakpuasan terhadap kualitas pendidikan di sekolah formal juga menjadi pemicu bagi keluargakeluarga Indonesia untuk menyelenggarakan homeschooling yang dinilai lebih dapat mencapai tujuantujuan pendidikan yang direncanakan oleh keluarga. 16

9 Homeschooling adalah model pendidikan alternatif selain di sekolah. Homeschooling dipraktikkan oleh jutaan keluarga di seluruh dunia. Walaupun ada keinginan untuk membuat sebuah definisi mengenai apa yang dimaksud dengan homeschooling, tetapi tak mudah untuk melakukannya. Tak ada sebuah definisi tunggal mengenai homeschooling karena model pendidikan yang dikembangkan di dalam homeschooling sangat beragam dan bervariasi. Sejauh ini kurikulum yang ada di Indonesia yaitu kurikulum yang ditentukan oleh Diknas. Namun dalam homeschooling tidak dipaksakan untuk mengikuti kurikulum Diknas karena sebagian besar dari homeschooling yang ada memilih materi dan pengajarannya sendiri. Dengan melihat apa yang dibutuhkan oleh anak dan keluarga. Namun pemerintah mempunyai prasyarat dalam homeschooling. Diantaranya menggunakan paket kurikulum lengkap yang dibeli dari penyedia kurikulum di mana 3% materi yang digunakan berasal dari partner homeschooling yang dijalankan oleh lembaga setempat. Bila dilihat dari Homeschooling Kak Seto kegiatan atau biasa disebut proses pembelajaran terbagi atas dua pembelajaran yaitu yang pertama kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa atau kemudian biasa disebut homeschooler di mana kegiatan tersebut membantu siswa dalam proses belajar menjadi menyenangkan. Meliputi games, inspiring 17

10 story, project class, nonton bareng, outing, ekstrakurikuler, distance learning gathering. Yang kedua yaitu parent s meeting dan bimbingan konseling. Homeschooling Destiny Institute menggunakan kurikulum ACE (Accelerated Christian Education). Filosofi yang dibangun atas prinsip-prinsip dasar firman Allah di mana siswa diajarkan untuk melihat kehidupan dari sudut pandang Allah sebagai tanggung jawab untuk pembelajaran sendiri. Program ini berdasarkan Alkitab komprehensif yang berfungsi baik sekolah berbasis kampus dan homeschooling. Diantaranya program berbasis Alkitab dengan karakter Ilahi, pendekatan individual, Self Instruction kurikulum berbasis penguasaan, keterlibatan orang tua, pelatihan dan konvensi, peluang siswa untuk pengembangan karakter Pengertian Manajemen Hasibuan (2011: 2) berpendapat bahwa manajemen merupakan ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian manjamen juga dijelaskan oleh Gordon (Bafadal, 2004: 39) yang menyebutkan bahwa manajemen merupakan metode yang digunakan administrator untuk melakukan tugas-tugas tertentu atau mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Stoner (2001: 4) manajemen adalah suatu proses 18

11 perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi pekerjaan organisasi dan untuk menggunakan semua sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas. Lebih lanjut Griffin (2004: 8) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien. Selanjutnya Terry (2000: 15) menyatakan bahwa manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksudmaksud yang nyata. Dari paparan pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang dirancang untuk mencapai tujuan. Pada penelitian ini yang manajemen yang dimaksud adalah manajemen program pendidikan pada homeschooling Destiny Institute Analisis Manajemen Program Pendidikan Homeschooling Dalam dunia pendidikan manajemen pada program pendidikan memiliki peranan yang sangat penting. Menurut Hasibuan (2011: 2), Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber 19

12 daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan menurut Prayudi (2007: 55) bahwa manajemen adalah pengendalian dan pemanfaatan dari pada semua faktor dan sumber daya yang menurut suatu perencanaan (planning) diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu tujuan kerja tertentu. Jadi, manajemen adalah suatu proses yang dilakukan agar suatu usaha dapat berjalan denga baik memerlukan perencanaan, pemikiran, pengarahan, dan pengaturan serta mempergunakan atau mengikutsertaan semua potensi yang ada baik personal maupun material secara efektif dan efesien. Pada dasarnya manajemen program pendidikan ialah pengaturan semua kegiatan yang terangkum dalam pendidikan baik dalam kegiatan, proses, dan hasil yang dirancang guna menciptakan masyarakat yang kompetitif dalam menghadapi kemajuan jaman. Pengertian pendidikan yang tertuang dalam Undang- Undang SISDIKNAS no. 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan merupakan sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya secara aktif supaya memiliki pengendalian diri, kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual 20

13 keagaman, kepribadian serta akhlak mulia. Program pendidikan di Indonesia dirancang untuk memajukan pendidikan di Indonesia, adapun program yang dirancang tersebut secara garis besar dituangkan dalam proses pembelajaran. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses pembelajaran yang baik. Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar, yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Dalam pengertian demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan ini akan mengakibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien. Menurut Uno (2006: 56) pembelajaran (learning) adalah suatu kegiatan yang berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajarnya, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi serta berbagai strategi pembelajaran baik penyampaian, pengelolaan maupun pengorganisasian pembelajaran. 21

14 Berpijak dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen program pendidikan homeschooling merupakan pengelolaan dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap program pendidikan di homeschooling. Untuk mengetahui gambaran mengenai pendidikan homeschooling Destiny Institute, maka perlu dilakukan analisis terhadap manajemen program pendidikan di Destiny Institute. Adapun analisis dilakukan dengan mengacu teknik analisis interaktif. Teknik analisis interaktif dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Adapun langkah-langkah analisis dilakukan secara siklis dan interaktif, yaitu dari pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan Hasil Penelitian yang relevan Farah Husna (2012: 3). Melakukan penelitian dengan judul Pengelolaan Pembelajaran Homeschooling Studi Situs Homeschooling Primagama Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah (1) Ingin mengetahui karakteristik mengelola kelembagaan homeschooling di Lembaga Homeschooling Primagama Yogyakarta (2) Ingin mengetahui karakteristik interaksi pembelajaran homeschooling di Lembaga Homeschooling Primagama (3) Ingin mengetahui hubungan lembaga homeschooling dengan orang tua siswa di Lembaga Homeschooling Primagama. Jenis penelitian ini adalah penelitian 22

15 kualitatif dengan desain etnografi. Lokasi penelitian di Homeschooling Primagama Yogyakarta. Narasumber dalam penelitian ini adalah direktur dan guru lembaga Homeschooling Primagama Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dengan pengaturan data, proses penganalisisan, sajian data, penarikan simpulan (verifikasi), penyusunan kesimpulan. Analisis data yang digunakan metode analisis data di dalam situs dapat digunakan selama atau sesudah pengumpulan data, tetapi biasanya cenderung menjadi sangat bermanfaat bilamana dasar datanya lengkap, serta penelitian berada dalam tahapan analisis dan penulisan final. Model penyajian yang khas adalah dalam bentuk teks naratif. Keabsahan data dilakukan dengan pemakaian waktu peneliti di lapangan diusahakan dapat berjalan secara efektif, trianggulasi, ketergantungan, konfirmabilitas. Hasil dari penelitian ini adalah:1) Karakteristik pengelolaan kelembagaan homeschooling meliputi: pendidikan kebutuhan masyarakat, sekolah alternatif, anak berkebutuhan khusus, pengembangan sekolah nonformal dengan kurikulum Sistem Pendidikan Nasional, lembaga fleksibel, layanan individu siswa, secara akademik lebih terstruktur, pengembangan akademik dan bakat anak, pendekatan aspek psikologi anak. 2) Interaksi pembelajaran homeschooling meliputi: KTSP, konsep learn how to learn, guru dan jam belajar menyesuaikan kebutuhan anak, pelaksanaan 23

16 2 jam/mata pelajaran, proses belajar mengajar tiap hari senin-sabtu mulai pukul , pembelajaran individu atau kelompok, Ujian Nasional dan Ujian Kesetaraan, pembelajaran komunitas satu minggu sekali, raport bersifat kualitatif dan kuantitatif, metode hypnotherapy, kegiatan fieldtrip dan outbond. 3) Hubungan lembaga homeschooling dengan orang tua siswa meliputi: pertemuan dengan orang tua (parent meeting) dilaksanakan tiga-empat bulan sekali, kegiatan Home Visit dua bulan sekali, dalam proses pembelajaran orang tua, lembaga, dan anak terlibat, menyebar angket untuk orang tua dalam rangka untuk mengetahui perkembangan anak, keikutsertaan orangtua dalam kegiatan anak, terdapat 16 cabang lembaga Homeschooling Primagama di pulau Sumatra dan pulau Jawa. Selanjutnya, Mayasari (2015: 432) melakukan penelitian dengan judul Manajemen Pembelajaran Homeschooling. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyelenggaraan manajemen pembelajaran homeschooling di Sekolah Dolan Malang, metode penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pembelajaran homeschooling di Sekolah Dolan Malang, meliputi: (1) perencanaan pembelajaran di 24

17 Sekolah Dolan yaitu kurikulum yang digunakan mengacu pada Kemendikbud; (2) pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dolan yaitu siswa di Sekolah Dolan diberi kesempatan untuk bereksplorasi secara langsung berkaitan dengan sesuatu yang mereka pelajari; (3) evaluasi hasil pembelajaran siswa homeschooling di Sekolah Dolan untuk kelulusan ditentukan dari nilai ujian kesetaraan; dan (4) hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran homeschooling di Sekolah Dolan Malang yaitu konsistensi anak dan orang tua dalam mengikuti program pembelajaran yang telah disepakati. Moh. Fauzi Ibrahim (2010: 3) melalukan penelitian dengan judul Impelmentasi Model Homeschooling di Komunitas Sekolah Pelangi Ciputat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Komunitas Sekolah Rumah Pelangi Ciputat telah mengimplementasi model homescool, Montessori, model homeschool Charolate Mason, dan jenis homeschooling Komunitas tanpa melupakan minat dan kebutuhan anak seusianya, sehingga anakpun dapat termotivasi belajarnya. Himmatul Aliyah (2008: 2) telah melakukan penelitian dengan judul Konsep Homeschooling Menurut DR. Seto Mulyadi Dalam Perspektif Pendidikan Islam. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa konsep homeschooling Dr. Seto Mulyadi terdapat keterkaitan erat dengan konsep pendidikan Islam yaitu: (1) Konsep 25

18 homeschooling menurut Dr. Seto Mulyadi adalah pembelajaran yang dilakukan di rumah dengan anak sebagai peserta didik dan orang tua sebagai fasilitator. Dalam praktiknya, homeschooling Kak Seto menggunakan Kurikulum dari Depdiknas (KTSP 2006) yang dimodifikasi dengan teori psikologi dan perkembangan anak, teori belajar, perkembangan IPTEK dan isu-isu lingkungan, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan menganut teori Active Learning, Fun Learning, dan Contextual Teaching Learning.(2) Pendidikan integral bagi pendidikan anak adalah pendidikan berdasarkan nilai-nilai Islam yang bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah sebagai rujukan dan pendidikan yang ditawarkan oleh Dr. Seto Mulyadi sangat erat keterlibatannya dengan konsep Pendidikan Islam yang telah ada. Terutama dalam hal tanggung jawab pendidikan anak, metode dan prinsip kurikulum yang digunakan. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Destia Dwi Anggraeni (2008: 2) dengan judul Gambaran Sikap Orangtua Terhadap Pendidikan Homeschooling menunjukkan bahwa sikap orangtua terhadap pendidikan homeschooling yang termasuk ke dalam kategori sikap positif sebesar 17 orang dengan persentase 28,33%. Sedangkan yang termasuk ke dalam kategori sikap negatif sebesar 22 orang dengan 26

19 persentase 36,67%. Berdasarkan tingkat pendidikan sikap orangtua yang positif terhadap homeschooling berada pada tingkat S1 dengan nilai mean170,22 dan Berdasarkan tingkat penghasilan sikap orangtua yang positif terhadap homeschooling berada pada tingkat Rp Rp ,- dengan nilai mean 168,57. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa homeschooling merupakan sebuah metode pendidikan yang memberikan kebutuhan anak untuk mengembangkan bakatnya di mana kondisi tersebut tidak terpenenuhi di pendidikan formal, selain itu menunjukkan bahwa manajemen program pendidikan yang dimiliki homeschooling berbeda dengan pendidikan formal. Penelitian lainnya juga menunjukkan pandangan orangtua terhadap pendidikan di homeschooling. Mencermati hasil-hasil penelitan yang telah dilakukan di atas, maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian terhadap manajemen program pendidikan homeschooling, di mana penelitian ini nantinya akan dapat memberikan gambaran mengenai manajemen program pendidikan homeschooling, khususnya homeschooling Destiny Institute Kerangka Berpikir Homeschooling adalah salah satu sarana untuk menempuh ilmu pendidikan bagi mereka yang tidak menempuh pendidikan secara reguler. Homeschooling merupakan alternatif pendidikan non formal berupa 27

20 pembelajaran individu yang dapat mengembangkan potensi anak secara optimal baik dalam pengetahuan, sikap dan kepribadian dengan menekankan pada penugasan pengembangan sikap mandiri. Destiny s Institute merupakan salah satu Homeschooling dikota Salatiga. Homeschooling Destiny Institute merupakan homeschooling yang menggunakan kurikulum ACE (Accelerated Christian Education) yakni pembelajaran yang didasari dengan filosifis kerohanian sehingga selain anak dapat berkembang secara intelektual juga berkembang secara kerohanian. Untuk melihat program pendidikan homeschooling di Destiny Institute maka dilakukan analisis terhadap manajemen program pendidikan yang diterapkan di homeschooling di Destiny Institute. Kegiatan analisis dimulai dari perencanaan untuk memulai suatu penelitian, kemudian melaksanakan apa yang sudah direncanakan sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan informasi, selanjutnya menyimpulkan atau merangkum segala kegiatan yang sudah direncanakan dan dilakukan. 28

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penunjang kehidupan manusia yang sangat penting, dalam UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Imay Ifdlal fahmy, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Imay Ifdlal fahmy, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan di era modern seperti sekarang merupakan sebuah kebutuhan seperti halnya sandang dan pangan. Pendidikan adalah hak setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Evinaria Esahastuti, 2014 Studi Pembelajaran Seni Dihomeschoolingtaman Sekar Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Evinaria Esahastuti, 2014 Studi Pembelajaran Seni Dihomeschoolingtaman Sekar Bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, baik dalam proses berpikir, bersikap, bertindak maupun berprilaku. Begitu pentingnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan tolok ukur kemajuan sebuah bangsa dan menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia. Dengan pendidikan yang bermutu bangsa kita mampu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MODEL HOMESCHOOLING (Studi Kasus di Homeschooling Kak Seto Surakarta Tahun 2012)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MODEL HOMESCHOOLING (Studi Kasus di Homeschooling Kak Seto Surakarta Tahun 2012) IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI MODEL HOMESCHOOLING (Studi Kasus di Homeschooling Kak Seto Surakarta Tahun 2012) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah BAB I PENDAHULUAN Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah yang meliputi: 1) Bagaimana efektivitas kebijakan pendidikan Budi Pekerti pada komunitas Homeschooling sekolah Dolan

Lebih terperinci

Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja. Wita Hardiyanti. Dona Eka Putri, Psi, MPsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja. Wita Hardiyanti. Dona Eka Putri, Psi, MPsi. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja Wita Hardiyanti Dona Eka Putri, Psi, MPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, di Indonesia pilihan jalur untuk menempuh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, di Indonesia pilihan jalur untuk menempuh pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada saat ini, di Indonesia pilihan jalur untuk menempuh pendidikan semakin beragam, mulai dari jalur pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menghadapi era-

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menghadapi era- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menghadapi era- globalisasi sekarang ini menuntut adanya peningkatan kualitas dari sumber daya manusia.

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi masing-masing individu, dan sudah menjadi hak setiap manusia untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pada Undang-Undang Sistem

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

HOMESCHOOLING PRIMAGAMA SEKOLAH BERBASIS BAKAT DAN MINAT

HOMESCHOOLING PRIMAGAMA SEKOLAH BERBASIS BAKAT DAN MINAT Prospektus Kerjasama Usaha Berjangka Homeschooling Primagama Tentang Homeschooling Primagama Homeschooling adalah sebuah sistem pendidikan alternatif yang saat ini menjadi pilihan orang tua untuk memberikan

Lebih terperinci

lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berkala.

lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berkala. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat pendidikan pada masyarakat mengalami peningkatan karena banyak masyarakat yang mulai berpikir bahwa pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. berusaha untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. berusaha untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat. Dengan berkembangnya jaman, pendidikan turut serta berkembang. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seorang dapat mengembangkan berbagai pengetahuan. Pendidikan juga mampu membangun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Homeschooling Destiny Institute Homeschooling Destiny Institute merupakan lembaga pendidikan yang menerapkan metode belajar rumah yang berbasis

Lebih terperinci

EKSISTENSI SEKOLAHRUMAH (HOMESCHOOLING) DALAM KHASANAH PENDIDIKAN. Oleh: Wahyudi 1

EKSISTENSI SEKOLAHRUMAH (HOMESCHOOLING) DALAM KHASANAH PENDIDIKAN. Oleh: Wahyudi 1 Jurnal Visi Ilmu Pendidikan halaman 32 EKSISTENSI SEKOLAHRUMAH (HOMESCHOOLING) DALAM KHASANAH PENDIDIKAN Oleh: Wahyudi 1 Abstrak: Keberadaan pendidikan formal dan nonformal yang ada sekarang ini dirasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Fokus penelitian ini adalah eksplorasi kematangan sosial anak peserta

BAB III METODE PENELITIAN. Fokus penelitian ini adalah eksplorasi kematangan sosial anak peserta BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Fokus penelitian ini adalah eksplorasi kematangan sosial anak peserta homeschooling. Penelitian ini berusaha memberikan gambaran mengenai proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, bidang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, bidang pendidikan memegang peranan penting. Pendidikan dapat mengembangkan kemampuan serta

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

PENGARUH METODE HOMESCHOOLING TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK DI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR. Hartati Dyah W STMIK AUB Surakarta

PENGARUH METODE HOMESCHOOLING TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK DI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR. Hartati Dyah W STMIK AUB Surakarta PENGARUH METODE HOMESCHOOLING TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK DI KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR Hartati Dyah W STMIK AUB Surakarta ABSTRACT Every college in general have limitations in data processing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kematangan Sosial Emosional Anak. (1) Perkembangan, proses pencapai kemasakan/usia masak, (2) proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kematangan Sosial Emosional Anak. (1) Perkembangan, proses pencapai kemasakan/usia masak, (2) proses BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kematangan Sosial Emosional Anak 1. Pengertian Kematangan Sosial Emosional Anak Chaplin (2011), mengartikan kematangan (maturation) sebagai: (1) Perkembangan, proses pencapai kemasakan/usia

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBELAJARAN HOMESCHOOLING

MANAJEMEN PEMBELAJARAN HOMESCHOOLING MANAJEMEN PEMBELAJARAN HOMESCHOOLING Mayasari e-mail: mayasari_maya10@yahoo.com Bagian Pendidikan dan Latihan Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Malang Jawa Timur Abstract: This study was conducted to determine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan tingkat peradaban manusia menjadi lebih maju. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

PROSPEKTUS KERJASAMA KEMITRAAN/WARALABA HOMESCHOOLING PRIMAGAMA 2016/2017

PROSPEKTUS KERJASAMA KEMITRAAN/WARALABA HOMESCHOOLING PRIMAGAMA 2016/2017 PROSPEKTUS KERJASAMA KEMITRAAN/WARALABA HOMESCHOOLING PRIMAGAMA 2016/2017 HEAD OFFICE: Jl. Langensari 43 Yogyakarta 55222 HOTLINE: (0274) 512160, 081215168833, 082221469184 OFFICIAL WEBSITE: www.homeschoolingprimagama-pusat.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya pencerdasan, pendewasaan, kemahiran seseorang yang dilakukan perorangan, kelompok dan lembaga (Yamin, 2008). Menurut Syah (2007),

Lebih terperinci

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Pengertian kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memerlukan adanya proses untuk menjadi maju, salah satu proses tersebut adalah dengan mencerdaskan anak bangsa.

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas 1 BAB I STRATEGI PEMBINAAN KEAGAMAAN SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI TLOGOHARUM 01 DAN SEKOLAH DASAR NEGERI TRANGKILAN KECAMATAN WEDARI JAKSA KABUPATEN PATI A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal pokok di dalam mendukung serta menunjang demi terciptanya kemajuan suatu bangsa. Melalui pendidikan, kualitas dari suatu individu atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis 67 BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMP Muhammadiyah 3 Ampel Boyolali Perencanaan adalah proses dasar

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA Imam Gunawan Tiap tiap negara memiliki peraturan perundang undangan sendiri. Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai peraturan perundang udangan yang bertingkat,

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA PADA ANAK HOMESCHOOLING DAN ANAK SEKOLAH REGULER (Studi Deskriptif Komparatif)

INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA PADA ANAK HOMESCHOOLING DAN ANAK SEKOLAH REGULER (Studi Deskriptif Komparatif) INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA PADA ANAK HOMESCHOOLING DAN ANAK SEKOLAH REGULER (Studi Deskriptif Komparatif) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S1 Bidang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi ini

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi ini Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi ini telah mempercepat berubahnya nilai-nilai sosial yang membawa dampak positif dan negatif terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Gorontalo yang berstatus

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Gorontalo yang berstatus 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Latar Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Gorontalo yang berstatus sebagai sekolah standar nasional (SSN) dengan objek penelitian yang meliputi: 1) Pengelolaan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional a Pendidikan d Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi kalangan masyarakat sekitar. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban masyarakat. Berdasarkan

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan bertujuan untuk mendewasakan dan mengembangkan potensi yang ada pada diri manusia, baik dari segi kecerdasan intelektual, emosional, spiritual.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 957, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tingkat Satuan Pendidikan. Dasar. Menengah. Kurikulum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN

Lebih terperinci

Homeschooling Jakarta

Homeschooling Jakarta Homeschooling Jakarta RAIH MASA DEPAN YANG LEBIH BAIK BERSAMA KAMI PERKEMBANGAN HOME SCHOOL DI INDONESIA Sebuah kemajuan yang telah dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Depdikbud, bahwa Ujian Negara

Lebih terperinci

MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN HOMESCHOOLING (Studi Kasus Sekolah Dolan Malang)

MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN HOMESCHOOLING (Studi Kasus Sekolah Dolan Malang) MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN HOMESCHOOLING (Studi Kasus Sekolah Dolan Malang) Bintang Wahyudhi Akbar Ahmad Yusuf Sobri Desi Eri Kusumaningrum Email: bintangwahyudhiakbar1994@gmail.com Abstrak: Temuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pendidikan, seni dan teknologi yang sangat pesat, hal ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan intrakulikuler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menempuh pendidikan merupakan suatu langkah perubahan sebagai upaya peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan kreatifitas. Dengan adanya ketetapan pemerintah mengenai

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas siswa menjadi yang lebih baik. Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai memaknai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang dimaksud adalah peserta didik sebagai ouput pendidikan. Dengan SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

2 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

2 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan No.1660, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Sekolahrumah. MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lingkungan yang lebih luas yaitu masyarakat. Dalam melakukan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lingkungan yang lebih luas yaitu masyarakat. Dalam melakukan proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari individu akan bertemu dengan individu yang lain untuk menjalin hubungan sosial. Hubungan sosial tersebut bisa dimulai dari ruang lingkup

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak tantangan yang dihadapi manusia, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak tantangan yang dihadapi manusia, salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini banyak tantangan yang dihadapi manusia, salah satunya adalah tantangan pekerjaan yang menuntut kriteria-kriteria tinggi yang menimbulkan persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini arus globalisasi berkembang sangat pesat, hal ini ditunjukkan dengan semakin berkembang dalam hal bisnis, ekonomi, transportasi maupun pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun manusia yang memiliki kepribadian. Hal ini juga diwujudkan oleh pemerintah, dengan membangun

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

UniversitasSyiah Kuala Vol. 3 No.3, April 2015, hal ISSN:

UniversitasSyiah Kuala Vol. 3 No.3, April 2015, hal ISSN: 15 UniversitasSyiah Kuala Vol. 3 No.3, April 2016, hal 15 20 PELAKSANAAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH DASAR FAVORITDI KOTA BANDA ACEH TAHUN 2009 Bachtiar, M. Nasir Yusuf (Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku

BAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan berkenaan dengan peningkatan kualitas manusia, pengembangan potensi, kecakapan dan karakteristik generasi muda kearah yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 pasal 1.1, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan. dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dera Fitria, 2014 Studi Relevansi Antara Program Studi Ketenagalistrikan Dengan Dunia Kerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dera Fitria, 2014 Studi Relevansi Antara Program Studi Ketenagalistrikan Dengan Dunia Kerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam Undang-Undang Republik Indonesia mengenai Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di sekolah adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan formal yang terstruktur dan membentuk sebuah sistem yang saling

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 2014 TENTANG SEKOLAHRUMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 2014 TENTANG SEKOLAHRUMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 2014 TENTANG SEKOLAHRUMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga globalisasi pengetahuan, teknologi, dan budaya. 1 Hal tersebut mengandung

BAB I PENDAHULUAN. juga globalisasi pengetahuan, teknologi, dan budaya. 1 Hal tersebut mengandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi bukan hanya semata-mata pada globalisasi ekonomi, melainkan juga globalisasi pengetahuan, teknologi, dan budaya. 1 Hal tersebut mengandung maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan gejala, fenomena

Lebih terperinci

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah, 1 BAB I PENDAHULUAN Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi istilah. 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBELAJARAN JARAK JAUH (DISTANCE LEARNING) PADA HOMESCHOOLING "SEKOLAH DOLAN" DI KOTA MALANG. Faiqotul Izzatin Ni'mah Kusmintardjo Sunarni

MANAJEMEN PEMBELAJARAN JARAK JAUH (DISTANCE LEARNING) PADA HOMESCHOOLING SEKOLAH DOLAN DI KOTA MALANG. Faiqotul Izzatin Ni'mah Kusmintardjo Sunarni MANAJEMEN PEMBELAJARAN JARAK JAUH (DISTANCE LEARNING) PADA HOMESCHOOLING "SEKOLAH DOLAN" DI KOTA MALANG Faiqotul Izzatin Ni'mah Kusmintardjo Sunarni Email: nizzatin@gmail.com Universitas Negeri Malang,

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin kompleks, telah menjadikan kebutuhan manusia semakin kompleks pula, khususnya kebutuhan

Lebih terperinci

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006 Oleh : Rini Rahmawati NIM K 7402135 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sukma Putri Cahyawening, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sukma Putri Cahyawening, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar adalah suatu proses belajar yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengawasan 2.1.1 Pengertian Pengawasan Istilah pengawasan dalam bahasa Indonesia asal katanya adalah awas, sehingga pengawasan merupakan kegiatan mengawasi, dalam arti melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembukaan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembukaan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena saat ini, keberadaan seni tradisi yang terdapat di daerah mulai menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam penyajian.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran. penting dalam membangun kompetensi peserta didik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran. penting dalam membangun kompetensi peserta didik. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pendidikan jasmani dapat diterima secara luas sebagai model Pendidikan melalui aktivitas jasmani, yang berkembang sebagai akibat dari merebaknya telaahan

Lebih terperinci

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini menyajikan hasil penelitian dan pembahasannya dimulai dari profil Homeschooling Kak Seto (HSKS) Semarang kemudian dilanjutkan dengan proses penerapan

Lebih terperinci

Perbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013 KBK 2004: Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi

Perbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013 KBK 2004: Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi Perbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013 KBK 2004: Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Pemisahan antara mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi diri mereka, namun, banyak anak mendapatkan pengalaman kurang menyenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bidang pendidikan merupakan satu hal yang penting bagi semua warga Negara, karena lewat pendidikan manusia dididik agar dapat mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat memberikan perubahan, perbaikan, dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan

Lebih terperinci

2014 PENYELENGGARAAN PROGRAM PARENTING BERBASIS E-LEARNING D ALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEND ID IK ANAK

2014 PENYELENGGARAAN PROGRAM PARENTING BERBASIS E-LEARNING D ALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEND ID IK ANAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat penting sebagai tolak ukur tingkatan sumber daya manusia di suatu negara dan bangsa. Pendidikan mempunyai tugas untuk mempersiapkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada

Lebih terperinci