Oleh Nining Asniar Ridzal 1 Andi Basru Wawo dan Husin 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh Nining Asniar Ridzal 1 Andi Basru Wawo dan Husin 2"

Transkripsi

1 PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, KOMITMEN APARATUR TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN JOB RELEVANT INFORMATION (JRI) SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Pada Pemerintah Kota Baubau) Oleh Nining Asniar Ridzal Andi Basru Wawo dan Husin 2 Program Studi Ilmu Ekonomi Konsentrasi Akuntansi Program Pasca Sarjana Universitas Halu Oleo Provinsi Sulawesi Tenggara ABSTRACT The aim of this study was to analyze the impact of participation in budgeting, clarity of budgeting targets, and staff commitment on managerial performance, with job relevant information working as an intervening variable. The study was a causal research, involving 28 SKPD of Baubau City government as the objects of the study. Samples of the study were Head of Agency. Head of Office, Head of Sub-Section of Finance, Head of Sub-Section of Planning/Program, and Heads of Section in each SKPD. Data were collected using a questionnaire. The data were then analyzed using the path analysys on the SPSS version 20. Result of partial analysis showed that participation in budgeting had a positively insignificant effect on job relevant information, clarity of budgeting targets had a positively significant effect on job relevant information, staff commitment had a positively significant effect on job relevant information. furthermore, participation in budgeting had a positively significant effect on managerial performance, clarity of budgeting targets had a positively significant effect on managerial performance, staff commitment had a positively significant effect on managerial performance, and job relevant information had a positively significant effect on managerial performance. Results of simultaneous analysis showed that participation in budgeting, clarity of budgeting targets, and staff commitment had an effect on job relevant information. participation in budgeting, clarity of budgeting targets, and staff commitment had an effect on managerial performance. Job relevant information is not capable of acting as an intervening variable between participation in budgeting on managerial performance, job relevant information is not capable of acting as an intervening variable between clarity of budgeting targets on managerial performance, and job relevant information is not capable of acting as an intervening variable between the staff commitment on managerial performance. Keywords : Participation in budgeting, clarity of budgeting targets, staff commitment, job relevant information, managerial performance. PENDAHULUAN Penetapan Undang-Undang No. 22 tahun 999 dan Undang-Undang No. 25 tahun 999 oleh pemerintah mengenai Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah berimplikasi pada tuntutan otonomi yang lebih luas dan akuntabilitas publik yang nyata yang harus diberikan kepada pemerintah daerah (Halim, 200). Selanjutnya, Undang-Undang ini diganti dan disempurnakan dengan Undang- Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang- Undang No. 33 tahun Menurut Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, menyebutkan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur Jurnal Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari (206) Page

2 dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pelaksanaan kegiatan pelayanan publik yang mengacu pada Undang- Undang Nomor 32 tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 mengakibatkan dua implikasi strategis yaitu pertama, situasi desentralisasi politik dan keuangan telah memberikan wewenang yang lebih besar kepada masyarakat daerah untuk menentukan arah, kebijakan, tujuan, program, hingga aktivitas organisasi pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan. Dan kedua, pemerintah daerah telah diberi keleluasaan yang lebih besar untuk mendapatkan, mengelola, dan mengalokasi dana (penganggaran) yang diperlukan dalam urusan pelayanan kepada masyarakat. Mulai dari kepala daerah hingga SKPD yang ada dibawahnya. Ini dapat diartikan sebagai meningkatnya partisipasi pegawai dari tingkatan bawah dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) merupakan elemen penting dalam sistem pengendalian manajemen pemerintahan daerah. Organisasi sektor publik, pemerintah daerah dituntut agar memiliki kinerja yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, dan mendorong pemerintah untuk senantiasa tanggap akan tuntutan lingkungannya, dengan berupaya memberikan pelayanan terbaik secara transparan dan berkualitas serta adanya pembagian tugas yang baik pada pemerintah tersebut. Proses penganggaran merupakan kegiatan yang paling penting dan melibatkan berbagai pihak. Penganggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran pimpinan satuan kerja dalam melaksanakan satuan program atau bagian dari program. Penganggaran memerlukan kerjasama para pimpinan satuan kerja dalam organisasi pemerintahan. Struktur organisasi satuan kerja menunjukkan tanggungjawab setiap pelaksana anggaran. Agar pelaksanaannya berjalan efektif para pelaksana berpartisipasi untuk merencanakan anggaran, yaitu sejauh mana partisipasi atau peran serta dalam penyiapan anggaran. Partisipasi memungkinkan terjadinya komunikasi yang semakin baik, interaksi satu sama lain serta bekerjasama dalam tim untuk mencapai tujuan dari organisasi. Tahap penyusunan anggaran ini merupakan tahap yang sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja justru bisa menggagalkan program-program yang telah disusun sebelumnya. Sering dijumpai dalam praktek, penyusunan anggaran ini seolah-olah merupakan bagian yang terpisah dengan perumusan dan perencanaan strategis sehingga keberhasilan penerapan anggaran tidak sejalan dengan keberhasilan program dan tujuan organisasi. Anggaran seperti ini tidak bisa menghasilkan anggaran yang efektif sebagai alat manajemen untuk menjembatani pencapaian tujuan organisasi. Anggaran sector public yang efektif harus mencakup aspek perencanaan, pengendalian dan aspek akuntabilitas public. Perbedaan yang mendasar dalam penetapan APBD antara sebelum dan sesudah otonomi daerah yaitu dalam struktur sentralisasi, penetapan APBD didasarkan pada Keputusan pihak-pihak tertentu (Kepala Daerah dan Sekretaris Daerah), masing-masing satuan kerja perangkat daerah (SKPD) kurang berperan dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran sangat diperlukan dalam pengelolaan sumber daya dengan baik untuk mencapai kinerja yang diharapkan, sedangkan dalam struktur desentralisasi penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) harus berdasarkan partisipasi, kejelasan sasaran anggaran dan struktur yang terdesentralisasi. Anggaran harus disertai dengan komitmen organisasi seluruh pegawai untuk mencapai apa yang telah ditetapkan, tanpa upaya Jurnal Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari (206) Page 2

3 serius dari setiap individu untuk mencapainya, maka penyusunan anggaran tidak akan banyak manfaatnya untuk organisasi. Dengan komitmen tinggi ketepatan anggaran akan tercapai. Individu berkomitmen rendah akan mementingkan dirinya dan memungkinkan terjadinya ketidaktepatan anggaran. Banyak penelitian di bidang akuntansi manajemen yang memperhatikan masalah partisipasi penyusunan anggaran. Hasil-hasil penelitian belum konsisten dan sering terjadi kontradiksi. Seperti penelitian Brownell (982), Ivancevich (976), Bass dan Levitt (963), Indriantoro (993) dalam Sumarno (2005), yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara partisipasi dalam penyusunan anggaran dan kinerja manajerial. Penelitian Argyris (952), Becker dan Green (962), Merchant (982) mendukung hubungan positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. Sedangkan Morse dan Reimer ( 956), Milani (975), Kenis (979), Brownell dan Hirst (986) dalam Sumarno (2005) menemukan bahwa partisipasi penyusunan anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial. Bryan dan Locke (967) bahkan menyatakan anggaran mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kinerja manajerial. Sehingga para peneliti menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial (Gul, dkk, 995). Syafrial (2009) menemukan bukti bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Selanjutnya Kenis (979) dan Mawikere (2005) yang menemukan bukti adanya hubungan positif dan signifikan antara kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial. Andarias Bangun (2009) menemukan bukti bahwa secara parsial kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial. Vincent K, Chong dan Kar Ming Chong (2002), Sumarno (2005) menemukan bukti bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara job relevant information terhadap kinerja manajerial. Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Yusfaningrum (2005) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara job relevant information terhadap kinerja manajerial meskipun pengaruh tersebut tidak signifikan. Penelitian terdahulu yang menghubungkan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial secara tidak langsung. Sardjito (2005) dan Eker (2008) melakukan pengujian partisipasi anggaran dan kinerja manajerial melalui komitmen organisasi dimana variabel tersebut berpengaruh secara signifikan. Chong dan Chong (2002) dan Early dan Kanfer (985) partisipasi penyusunan anggaran mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian yang bertentangan tersebut mendorong para peneliti untuk memeriksa variabel-variabel yang terlibat, yang dapat menghubungkan partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial. Berdasarkan fenomena diatas peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Komitmen Aparatur Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Job Relevant Information Sebagai Variabel Intervening (Studi pada Pemerintah Kota Baubau) KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Job Relevant Information Proses partisipasi, bawahan diberi kesempatan untuk memberikan masukan berupa informasi yang dimilikinya kepada atasan sehingga atasan akan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pengetahuan yang relevan dengan tugas (task relevant knowledge). Kren (992) menggunakan variabel informasi untuk menjelaskan hubungan antara partisipasi Jurnal Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari (206) Page 3

4 anggaran dan kinerja manajerial. Dari penelitian tersebut ditemukan bukti bahwa partisipasi anggaran tidak berhubungan secara langsung dengan kinerja manajerial, akan tetapi melalui JRI. Partisipasi berhubungan positif dengan JRI, dan dengan diperolehnya JRI kinerja manajerial akan meningkat. Anwar Hariyono (2007) dari hasil penelitiannya menunjukkan partisipasi penyusunan anggaran memiliki pengaruh terhadap job relevant information, penelitian tersebut sejalan dengan Ghozali (2006), Yusfaninfrum (2005) yang menemukan bukti adanya hubungan positif dan signifikan antara partisipasi dalam penyusunan anggaran terhadap job relevant information. Hipotesis mengenai pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap job relevant information dalam penelitian ini adalah : H : Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap Job Relevant Information. Kejelasan Sasaran Anggaran dan Job Relevant Information Anggaran pendapatan dan belanja daerah sebagai rencana kerja pemerintah daerah merupakan desain teknis pelaksanaan strategi untuk mencapai tujuan daerah. Pemerintah daerah rendah maka kualitas fungsi-fungsi pemerintah cenderung lemah. Kenis (979), kejelas an sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut. Penelitian mengenai hubungan kejelasan sasaran anggaran terhadap job relevant information, antara lain : Kren (992), Mawikere (2006) mengemukakan bahwa kejelasan sasaran anggaran memiliki hubungan yang signifikan terhadap job relevant information. Anwar Hariyono (2007) menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran memiliki pengaruh terhadap job relevant information. Penelitian Chong dan Chong (2002) menjelaskan ketika para karyawan berkomitmen untuk menjalankan tujuan-tujuan anggaran maka akan meningkatkan usaha untuk mengumpulkan dan menggunakan job relevant information. Job relevant information memfasilitasi proses pembuatan keputusan sehingga tujuan anggaran dapat dicapai. H 2 : Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap job relevant information Komitmen Aparatur dan Job Relevant Information Menurut Mowday, et al (979), komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan sasaran yang ingin dicapai organisasi. Vincent K. Chong dan Kar Ming Chong (2002) memberikan postulat bahwa komitmen bawahan terhadap tujuan anggaran akan meningkatkan usaha mereka untuk mengumpulkan dan menggunakan JRI, yang akan memfasilitasi proses pembuatan keputusan yang berhubungan dengan tugas, sehingga mereka dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa peneliti (missal, Earley d an Brittain 993 ; Locke dan Latham, 990; Murray, 990) menyatakan bahwa bawahan yang mempunyai komitmen terhadap tujuan spesifik dan sulit, tetapi mungkin untuk dicapai, akan mencoba lebih keras dan mempunyai ketekunan yang lebih lama dalam usaha pencapaian tujuan mereka dibandingkan dengan bawahan yang tidak mempunyai komitmen. Bawahan yang mempunyai komitmen yang lebih tinggi akan berusaha berinteraksi dengan orang-orang yang dapat memberikan wawasan / pengetahuan tentang lingkungan kerja, tujuan kinerja, strategi tugas dan permasalahan lain yang mempunyai pengaruh penting pada kinerja mereka (Magner, 996:43). Sehingga dapat disimpulkan bahwa bawahan yang mempunyai komitmen tinggi mungkin Jurnal Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari (206) Page 4

5 akan berusaha melakukan yang lebih kuat dan menggunakan job relevant information. H 3 : Komitmen Aparatur berpengaruh positif dan signifikan terhadap job relevant information Partisipasi Anggaran dan Kinerja Manajerial Penelitian mengenai partisipasi penyusunan anggaran dan pengaruhnya terhadap kinerja manajerial merupakan suatu bidang penelitian yang banyak mengalami perdebatan dalam literature akuntansi perilaku selama empat dasa warsa terakhir (slamet Riyadi, 998), sehingga banyak menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap hubungan tersebut (Nur Indriantoro, 993 ; Bambang Supomo, 998). Beberapa peneliti yang tertarik untuk meneliti pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja manajerial, diantaranya Brownell (982) yang mengemukakan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara partisipasi dan kinerja manajerial. Brownell dan Mcinnes (986) menggunakan variabel intervening motivasi anggaran menemukan bahwa motivasi dan partisipasi anggaran memiliki hubungan dengan kinerja manajerial namun penelitian tersebut ternyata gagal menemukan bukti bahwa partisipasi akan meningkatkan kinerja manajerial melalui peningkatan motivasi. Nur indriantoro (993) menemukan bahwa hubungan yang positif dan signifikan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Penelitian tentang pengaruh partisipasi anggaran terhadap kinerja juga dilakukan oleh Kren dan Liao (988), yang menyatakan bahwa partisipasi akan mempengaruhi kinerja dengan tiga cara yaitu () melalui peningkatan komitmen untuk mencapai tujuan anggaran, (2) melalui perancangan tujuan anggaran yang lebih tinggi, (3) melalui keuntungan kognitif yang berasal dari pembagian informasi selama partisipasi. H 4 : Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja manajerial Kejelasan Sasaran Anggaran dan Kinerja Manajerial Kejelasan sasaran akan membantu suatu unit kerja untuk mencapai kinerja yang diharapkan, dimana dengan mengetahui sasaran anggaran tingkat kinerja manajemen dapat tercapai. Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tujuan organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketidakjelasan sasaran anggaran akan menyebabkan pelaksana anggaran menjadi bingung, tidak tenang dan tidak puas dalam bekerja. Kejelasan sasaran anggaran akan menyebabkan aparat mengetahui secara pasti sasaran yang akan dicapai sehingga memiliki informasi yang cukup daripada tidak adanya kejelasan sasaran anggaran. Efektif atau tidaknya kejelasan sasaran anggaran sangat ditentukan oleh psychological attributes. Kejelasan sasaran anggaran tergantung apakah individu memilih mengejar kepentingan pribadi atau bekerja untuk kepentingan organisasi. Pada konteks satuan kerja non vertikal, aparat yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi, akan menggunakan informasi yang dimiliki untuk membuat anggaran relatif lebih tepat (Chong dan Chong 2002). Kejelasan sasaran anggaran akan mempermudah target-target anggaran yang telah ditetapkan. Penelitian oleh Syafrial (2009) menemukan bahwa kejelasan sasaran anggaran dan partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial juga dikemukakan oleh Mawikere (2005) yang menemukan bukti adanya hubungan positif dan signifikan Jurnal Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari (206) Page 5

6 antara kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial. H 5 : Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja manajerial Komitmen Aparatur dan Kinerja Manajerial Pegawai pemerintah yang berkomitmen akan bekerja secara maksimal karena mereka menginginkan kesuksesan organisasi tempat dimana mereka bekerja. Pegawai pemerintah yang berkomitmen akan memiliki pemahaman atau penghayatan terhadap tujuan organisasi. Perasaan terlibat dalam suatu pekerjaan atau perasaan bahwa pekerjaan tersebut adalah menyenangkan dan perasaan bahwa organisasi adalah tempat bekerjanya dan tinggal. Selain itu dengan adanya komitmen yang kuat, mereka akan bekerja keras. Ikhlas dalam melaksanakan pekerjaannya, senang dan peduli terhadap organisasi tempatnya bekerja yang lebih meitikberatkan pada affective commitment. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kinerja mereka karena ada keyakinan bahwa visi dan misi pemerintahan akan tercapai dengan sumbangsih mereka.komitmen organisasi merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi. (Randall dalam Sumarno, 2005) mengungkapkan bahwa komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja yang tinggi pula. Oleh sebab itu individu yang memiliki komitmen yang kuat dalam organisasi maka semakin besar juga usaha mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas pekerjaannya yang akan berimbas pada kinerja yang baik, yang akan berguna bagi organisasinya. Artinya individu dengan komitmen organisasi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang baik demi tercapainya tujuan organisasi. Komitmen organisasi yang kuat akan mendorong individu berusaha keras untuk mencapai tujuan organisasi (Angel dan Perry, 98 ; Porter Et al., 974). Partisipasi anggaran akan menimbulkan adanya kecukupan anggaran dan kemudian mempengaruhi kinerja (Nouri dan Parker, 998). Kecukupan anggaran tidak hanya secara langsung meningkatkan prestasi kerja, tetapi juga secara tidak langsung (moderasi) melalui komitmen organisasi. Komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan kinerja yang tinggi pula (Randall, 990) dalam Nouri dan Parker (998). Mayer et.al (989) mengungkapkan semakin tinggi komitmen terhadap organisasi maka semakin tinggi kinerja manajer. H 6 : Komitmen Aparatur berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja manajerial Job Relevant Information dan Kinerja Manajerial Job relevant information adalah informasi yang menfasilitasi pembuatan keputusan yang berhubungan dengan tugas (Kren, 992). Tersedianya informasi yang berhubungan dengan tugas akan meningkatkan pilihan terhadap tindakan yang direncanakan untuk mencapai tujuan. Job relevant information menunjukkan peran informasi dalam memudahkan pembuatan keputusan yang berhubungan dengan jabatan. Yusfaningrum dan Ghozali, 2005 mengemukakan informasi yang diberikan manajer dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan kemampuan individu terhadap kinerja. Hal ini karena adanya partisipasi manajer tingkat bawah memiliki kesempatan untuk memberikan informasi yang mereka miliki untuk membantu dalam pembuatan keputusan. Sehingga dengan adanya informasi yang relevan dengan tugas maka tujuan yang diharapkan akan tercapai. Vincent K. Chong dan Kar ming Chong (2002) dan Mawikere (2006) menemukan bukti bahwa job relevant information dan kinerja manajerial berhubungan positif dan Jurnal Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari (206) Page 6

7 signifikan, yang berarti job relevant information yang tinggi berhubungan dengan tingginya kinerja manajerial. H 7 : Job Relevant Information berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh SKPD di Pemerintah Kota Baubau sebanyak 28 SKPD. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study sensus. Sampel dalam penelitian ini adalah kepala dinas, kepala badan, Kepala Bagian Keuangan, kepala bagian program/perencanaan serta kepala bidang di masing-masing SKPD di pemerintah kota Baubau. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 8 responden. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Dalam penelitian ini, data kualitatifnya berupa uraian penjelasan dari variabel dan objek penelitian dan juga pernyataan dalam kuisioner yang akan diklasifikasikan ke dalam kategori menggunakan skala likert. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah jawaban responden atas pertanyaan kuisioner yang diukur menggunakan skor dari skala likert. Sumber Data Data dari penelitian bersumber dari : hasil wawancara dan hasil kuisioner yang telah diisi oleh responden, melalui instrument penelitian berupa daftar pernyataan mengenai partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, komitmen aparatur, job relevant information, dan kinerja manajerial. Data sekunder dari penelitian ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literature, penelitian terdahulu, buku dan lain sebagainya. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan: Kuisioner adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan angket/pernyataan yang dimodifikasi dari penelitian terdahulu oleh penulis yang disebarkan pada responden. Pernyataan dalam kuisioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert. (interval sampai 5). Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara secara langsung dengan responden dengan bantuan daftar pertanyaan untuk mengumpulkan data primer. Pengukuran Variabel Kinerja Manajerial Variabel kinerja manajerial dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan instrument yang dilakukan oleh Mahoney et al (965). Pengukuran ini menggunakan Sembilan butir pertanyaan yang meliputi perencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staff, negosiasi, perwakilan, kinerja secara menyeluruh, dan diukur dengan menggunakan skala likert dengan rentang sampai 5. Skala mulai dari (satu) yang menunjukkan kinerja yang paling rendah (jauh dibawah rata -rata) sampai 5 (lima) yang menunjukkan kinerja paling tinggi (jauh diatas rata -rata). Nilai skala menunjukkan nilai skor jawaban setiap butir pertanyaan. Partisipasi Penyusunan Anggaran Variabel partisipasi penyusunan anggaran dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan instrument yang Jurnal Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari (206) Page 7

8 dikembangkan oleh Milani (975) dalam Sumarno (2005). Setiap responden diminta menjawab enam butir pertanyaan untuk mengukur tingkat partisipasi dan pengaruh yang dirasakan serta kontribusi responden dalam penyusunan anggaran. Jawaban diberikan dengan cara memberi skala dengan rentang antara (partisipasi tinggi) sampai dengan 5 (partisipasi rendah). Jawaban pertanyaan disusun dengan menggunakan skala likert sampai 5. Kejelasan Sasaran Anggaran Variabel kejelasan sasaran anggaran diukur dengan menggunakan indicator yang dikembangkan oleh Locke (984) yang meliputi tujuan, kinerja, standar, jangka waktu, sasaran prioritas, tingkat kesulitan dan koordinasi. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert - 5. Komitmen Aparatur Variabel komitmen aparatur diukur dengan instrument yang dikembangkan oleh Mowday et al (979). Setiap responden diminta untuk menjawab tujuh butir pertanyaan dengan jawaban mulai dari (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju). Jawaban pertanyaan disusun dengan menggunakan skala likert dengan rentang sampai 5. Job Relevant Information Pengukuran variabel ini menggunakan kuisioner yang dikembangkan oleh Kren (992). Pengukuran variabel ini menggunakan 6 (enam) buah pertanyaan dengan skala likert sampai dengan 5 dimana skor terendah (poin ) JRI rendah, sedangkan skor tinggi (poin 5) menunjukkan JRI tinggi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Deskriptif Variabel Penelitian Partisipasi Penyusunan Anggaran Berdasarkan hasil distribusi frekuensi jawaban pada tabel 2 (terlampir) menunjukkan bahwa nilai persepsi responden untuk variabel partisipasi penyusunan anggaran sebesar 3,78 atau sebesar 75,3% dan sisanya sebanyak 24,87% yang berarti masih ada persepsi responden yang menyatakan bahwa keterlibatan, pengaruh dan kontribusi masih kurang dalam partisipasi penyusunan anggaran. Adapun persentase kecenderungan skor jawaban untuk pernyataan dalam variable partisipasi penyusunan anggaran sebesar 75,3% dan termasuk dalam kategori baik. Hasil penelitian ini secara deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata responden setuju dengan partisipasi penyusunan anggaran, hal ini mengindikasikan bahwa pada SKPD Kota Baubau memiiki persepsi bahwa dengan keterlibatan serta kontribusi dalam penyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial. Kejelasan Sasaran Anggaran Berdasarkan hasil distribusi frekuensi jawaban pada tabel 3 (terlampir) menunjukkan bahwa nilai persepsi responden untuk variabel kejelasan sasaran anggaran sebesar 3,96 atau sebesar 79,24% dan sisanya sebanyak 20,76% yang berarti masih ada persepsi responden yang menyatakan bahwa Tujuan,kinerja,standar, jangka waktu, sasaran prioritas, tingkat kesulitan dan koordinasi masih kurang dalam kejelasan sasaran anggaran. Adapun persentase kecenderungan skor jawaban untuk pernyataan dalam variabel kejelasan sasaran anggaran sebesar 79,24% dan termasuk dalam kategori baik. Hasil penelitian ini secara deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata responden setuju dengan kejelasan sasaran anggaran, hal ini mengindikasikan bahwa pada SKPD Kota Baubau memiliki persepsi bahwa dengan Tujuan,kinerja,standar, jangka waktu, sasaran prioritas, tingkat kesulitan dan koordinasi dalam kejelasan sasaran anggaran akan meningkatkan kinerja manajerial. Komitmen Aparatur Berdasarkan hasil distribusi frekuensi jawaban pada tabel 4 (terlampir) Jurnal Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari (206) Page 8

9 menunjukkan bahwa nilai persepsi responden untuk variabel komitmen aparatur sebesar 3,93 atau sebesar 78,62% dan sisanya sebanyak 2,38 % yang berarti masih ada persepsi responden yang menyatakan bahwa kekuatan dan keinginan pegawai untuk terus bekerja masih kurang dalam komitmen aparatur. Adapun persentase kecenderungan skor jawaban untuk pernyataan dalam variabel komitmen aparatur sebesar 78,62% dan termasuk dalam kategori baik. Hasil penelitian ini secara deskriptif menunjukkan bahwa ratarata responden setuju dengan komitmen aparatur, hal ini mengindikasikan bahwa pada SKPD Kota Baubau memiiki persepsi bahwa dengan komitmen yang tinggi akan meningkatkan kinerja manajerial. Job Relevant Information Berdasarkan hasil distribusi frekuensi jawaban pada tabel 5 (terlampir) menunjukkan bahwa nilai persepsi responden untuk variable job relevant information sebesar 3,89 atau sebesar 77,79% dan sisanya sebanyak 22,2% yang berarti masih ada persepsi responden yang menyatakan bahwa mencari dan mendapatkan informasi masih kurang dalam Job relevant information. Adapun persentase kecenderungan skor jawaban untuk pernyataan dalam variable job relevant information sebesar 77,79 % dan termasuk dalam kategori baik. Hasil penelitian ini secara deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata responden setuju dengan job relevant information, hal ini mengindikasikan bahwa pada SKPD Kota Baubau memiiki persepsi bahwa dengan mencari dan mendapatkan informasi manajerial. Kinerja Manajerial akan meningkatkan kinerja Berdasarkan hasil distribusi frekuensi jawaban pada tabel 6 (terlampir) menunjukkan bahwa nilai persepsi responden untuk variable kinerja manajerial sebesar 3,42 atau sebesar 68,54% dan sisanya sebanyak 3,46% yang berarti masih ada persepsi responden yang menyatakan bahwa perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, tanggung jawab, dan komunikasi dalam kinerja manajerial masih kurang. Adapun persentase kecenderungan skor jawaban untuk pernyataan dalam variable kinerja manajerial sebesar 68,54 % dan termasuk dalam kategori baik. Hasil penelitian ini secara deskriptif menunjukkan bahwa ratarata responden setuju dengan kinerja manajerial, hal ini mengindikasikan bahwa pada SKPD Kota Baubau memiiki persepsi bahwa dengan perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pemilihan staf, tanggung jawab, dan komunikasi akan meningkatkan kinerja manajerial. Hasil Statistik Inferensial Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 7 (terlampir), yang menunjukkan hasil uji validitas dari seluruh instrument memiliki nilai signifikan berada di bawah α = 0,05 yaitu 0,000. Jadi dapat diartikan semua item pernyataan yang digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini adalah valid dan selanjutnya layak digunakan untuk penelitian. Selanjutnya hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai koefisien alpha dari seluruh item pernyataan yang dijadikan sebagai instrument dalam penelitian ini berada 0,60, yang bearti semua item pernyataan yang dijadikan sebagai instrument adalah reliable (dapat dipercaya keandalannya). Hasil uji validitas dan reliabilitasinstrumen penelitian ini dapat disimpulkan bahwa seluruh butir pernyataan yang digunakan adalah valid dan reliable. Oleh karena itu, kuisioner yang digunakan layak sebagai instrument untuk melakukan pengukuran setiap variable. Jurnal Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari (206) Page 9

10 Hasil Uji Analisis Regresi Koefisien Determinasi Nilai koefisien determinasi untuk melihat seberapa besar kemampuan variable partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, komitmen aparatur mempengaruhi job relevant information dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 8 yaitu sebesar 0,779 artinya kontribusi variable partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran dan komitmen aparatur terhadap Job Relevant Information adalah sebesar 77,9%, sedangkan sisanya yaitu 22,% ditentukan oleh faktor lain di luar model yang tidak terdeteksi atau tidak diteliti dalam penelitian ini. Nilai koefisien determinasi untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, komitmen aparatur dan job relevant information mempengaruhi Kinerja manajerial dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 9 yaitu sebesar 0,655 artinya kontribusi variable partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran,komitmen aparatur, Job Relevant Information terhadap kinerja manajerial adalah sebesar 65,5%, sedangkan sisanya yaitu 34,5 % ditentukan oleh faktor lain di luar model yang tidak terdeteksi atau tidak diteliti dalam penelitian ini. Nilai koefisien korelasi (R) masing-masing 0,883 yang artinya bahwa keeratan hubungan langsung variabel X, X 2 dan X 3 terhadap Y adalah sebesar 88,3%. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan langsung antara partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, dan komitmen aparatur terhadap job relevant information dikategorikan sangat kuat dan 0,809 dapat diartikan bahwa keeratan hubungan langsung variable X,X 2, X 3, Y terhadap Y 2 adalah sebesar 80,9%. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan langsung antara partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, komitmen aparatur, job relevant information terhadap kinerja manajerial dikategorikan sangat kuat. nilai koefisien korelasi (r) untuk menyatakan keeratan hubungan langsung variable X (partisipasi penyusunan anggaran) terhadap Y (job relevant information) adalah sebesar 0,760 atau 76%, variable X 2 (kejelasan sasaran anggaran) terhadap Y (job relevant information) adalah sebesar 0,840 atau 84%, variable X 3 (komitmen Aparatur) terhadap Y (job relevant information) adalah sebesar 0,843 atau 84,3%. nilai koefisien korelasi (r) untuk menyatakan keeratan hubungan langsung variable X (partisipasi penyusunan anggaran) terhadap Y 2 (kinerja manajerial) adalah sebesar 0,742 atau 74,2%, variable X 2 (kejelasan sasaran anggaran) terhadap Y 2 (kinerja manajerial) adalah sebesar 0,739 atau 73,9%, variable X 3 (komitmen Aparatur) terhadap Y 2 (kinerja manajerial) adalah sebesar 0,757 atau 75,7% dan variable Y (job relevant information) terhadap Y 2 (kinerja manajerial) adalah sebesar 0,75 atau 75,%. Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial Hasil pengujian dari X (Partisipasi Penyusunan Anggaran), X 2 (Kejelasan Sasaran Anggaran), X 3 (Komitmen Aparatur) terhadap Y (Job Relevant Information) adalah sebagai berikut:. Partisipasi Penyusunan Anggaran (X ) Tingkat signifikan t (t-sig) sebesar 0,060 > 0,05, maka H ditolak. Hal ini berarti bahwa hipotesis pertama yang menyatakan Partisipasi Penyusunan Anggaran Berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap Job relevant information ditolak serta dapat dikatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif tetapi tidak signifikan Job relevant information. 2. Kejelasan Sasaran Anggaran (X 2 ) Tingkat signifikan t (t -sig) sebesar 0,000 < 0,05, maka H diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesis kedua yang Jurnal Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari (206) Page 0

11 menyatakan Kejelasan Sasaran Anggaran Berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap Job relevant information diterima serta dapat dikatakan bahwa Kejelasan Sasaran anggaran berpengaruh signifikan dan positif terhadap Job relevant information. 3. Komitmen Aparatur (X 3 ) Tingkat signifikan t (t -sig) sebesar 0,000 < 0,05, maka H diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan Komitmen Aparatur Berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap Job relevant information diterima serta dapat dikatakan bahwa Komitmen Aparatur berpengaruh signifikan dan positif terhadap Job relevant information. Hasil pengujian dari X (Partisipasi Penyusunan Anggaran), X 2 (Kejelasan Sasaran Anggaran), X 3 (Komitmen Aparatur), Y (Job Relevant Information) terhadap Y 2 (Kinerja Manajerial) adalah sebagai berikut:. Partisipasi Penyusunan Anggaran (X ) Tingkat signifikan t (t -sig) sebesar 0,000 < 0,05, maka H diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesis keempat yang menyatakan Partisipasi Penyusunan Anggaran Berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap kinerja manajerial diterima serta dapat dikatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial pada pemerintah kota Baubau. 2. Kejelasan Sasaran Anggaran (X 2 ) Tingkat signifikan t (t -sig) sebesar 0,57 > 0,05, maka H ditolak. Hal ini berarti bahwa hipotesis kelima yang menyatakan Kejelasan Sasaran Anggaran Berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap kinerja manajerial ditolak serta dapat dikatakan bahwa Kejelasan Sasaran anggaran berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja manajerial pada pemerintah kota Baubau. 3. Komitmen Aparatur (X 3 ) Tingkat signifikan t (t -sig) sebesar 0,05 < 0,05, maka H diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesis keenam yang menyatakan Komitmen Aparatur Berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap kinerja manajerial diterima serta dapat dikatakan bahwa Komitmen Aparatur berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial pada pemerintah kota Baubau. 4. Job Relevant Information (Y ) Tingkat signifikan t (t -sig) sebesar 0,05 < 0,05, maka H diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesis ketujuh yang menyatakan Job relevant information Berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap kinerja manajerial diterima serta dapat dikatakan bahwa Job relevant information berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja manajerial pada pemerintah kota Baubau. Hasil Uji Secara Simultan Berdasarkan perhitungan menggunakan program SPSS pada tabel 2, diperoleh signifikan f (f -sig) sebesar 0,000 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, komitmen aparatur secara simultan berpengaruh terhadap job relevan information pada pemerintah kota Baubau. Pada tabel 3, diperoleh signifikan f (f-sig) sebesar 0,000 < α = 0,05, dapat disimpulkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, komitmen aparatur, job relevant information secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial pada pemerintah kota Baubau. Pembahasan Hipotesis Fakta empiris dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan antara partisipasi penyusunan Jurnal Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari (206) Page

12 anggaran terhadap job relevant information. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.0. Tabel tersebut menunjukkan bahwa antara partisipasi penyusunan anggaran dan job relevant information mempunyai t (t -sig) sebesar 0,060 > 0,05. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap job relevant information tidak dapat diterima. Hal ini memberikan gambaran bahwa masih ada responden yang tidak terlibat dalam penyusunan anggaran dan pendapat mereka mungkin dianggap tidak begitu penting sehingga tidak terlalu berusaha untuk mengumpulkan dan menggunakan Job relevant information. Keterlibatan pejabat struktural SKPD dalam Partisipasi penyusunan anggaran mempengaruhi untuk mencari informasi dalam menentukan keputusan. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Kren (992) dan Yusfaningrum (2006), Hariyono (200) yang menggunakan variable job relevant information (JRI) sebagai variable intervening dalam hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Penelitian tersebut menemukan bukti bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap job relevant information. Pembahasan Hipotesis 2 Fakta empiris dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kejelasan sasaran anggaran terhadap job relevant information. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.0. Tabel tersebut menunjukkan bahwa antara kejelasan sasaran anggaran dan job relevant information mempunyai t (t-sig) sebesar 0,000 < 0,05. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap job relevant information dapat diterima. Penelitian ini konsisten dengan penelitian Chong dan Chong (2002), Mawikere (2006), Kren (992), Anwar Hariyono (2007) kejelasan sasaran anggaran berpengaruh signifikan terhadap job relevant information. Chong dan Chong (2002), menjelaskan ketika para karyawan berkomitmen untuk menjalankan tujuan-tujuan anggaran, maka akan meningkatkan usaha untuk mengumpulkan dan menggunakan job relevant information. Job relevant information memfasilitasi proses pembuatan keputusan sehingga tujuan anggaran dapat tercapai. Pembahasan Hipotesis 3 Fakta empiris dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara komitmen aparatur terhadap job relevant information. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.0. Tabel tersebut menunjukkan bahwa antara partisipasi penyusunan anggaran dan job relevant information mempunyai t (t -sig) sebesar 0,000 > 0,05. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa komitmen aparatur berpengaruh positif dan signifikan terhadap job relevant information dapat diterima.hasil penelitian konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Vincent K. Chong dan Kar Ming Chong (2002) dimana penelitian mereka menemukan buki bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara komitmen aparatur dengan job relevant information. Penelitian lain yang tidak konsisten dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Yusfaningrum (2005), yang menyatakan bahwa meskipun terdapat pengaruh positif antara komitmen dengan job relevant information (JRI), namun pengaruh tersebut tidak signifikan. Ketidak konsistenan itu mungkin juga dipengaruhi oleh budaya organisasi yang diterapkan. Pembahasan Hipotesis 4 Fakta empiris dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.. Tabel tersebut menunjukkan bahwa Jurnal Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari (206) Page 2

13 antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial mempunyai t (t -sig) sebesar 0,000 < 0,05. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial dapat diterima.penelitian ini konsisten dengan penelitian Ghozali (2006), Yusfaningrum (2005), Hariyono (2007), Sumarno (2005) dan Brownel (982) yang menemukan bukti adanya hubungan positif dan signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial. Perolehan hasil yang terbukti ini memberikan gambaran bahwa keterlibatan penyusunan anggaran, kepuasan dalam penyusunan, dan pendapat mereka sebagai salah satu faktor penting dalam penyusunan anggaran. Pembahasan Hipotesis 5 Fakta empiris dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan antara kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.. Tabel tersebut menunjukkan bahwa antara partisipasi penyusunan anggaran dan kinerja manajerial mempunyai t (t -sig) sebesar 0,57 > 0,05. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial tidak dapat diterima. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Syafrial (2009), menyimpulkan bahwa kejelasan sasaran anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial. Selanjutnya Kenis (979) dan Mawikere (2005) yang menemukan bukti adanya hubungan positif dan signifikan antara kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian lain konsisten dengan penelitian ini adalah Andarias Bangun (2009) yang menemukan bukti bahwa secara parsial kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD. Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan ada perbedaan karakter dari individu dalam penyusunan anggaran. Pembahasan Hipotesis 6 Fakta empiris dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan komitmen aparatur terhadap kinerja manajerial. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.. Tabel tersebut menunjukkan bahwa antara Komitmen aparatur dan kinerja manajerial mempunyai t (t -sig) sebesar 0,05 < 0,05. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa komitmen aparatur berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial dapat diterima. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Locke (968), Locke dkk (98), Locke dan Latham (990), Wofford dkk (992), Yusfaningrum (2005) yang menemukan bukti adanya hubungan positif dan signifikan antara komitmen aparatur terhadap kinerja manajerial. Pembahasan Hipotesis 7 Fakta empiris dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan job relevant information terhadap kinerja manajerial. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.. Tabel tersebut menunjukkan bahwa antara job relevant information dan kinerja manajerial mempunyai t (t -sig) sebesar 0,05 < 0,05. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa job relevant information berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial dapat diterima. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Vincent K. Chong dan Kar Ming Chong (2002), Sumarno (2005) mereka menemukan bukti bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara job relevant information terhadap kinerja manajerial. Lebih jauh Kren (992) menghubu ngkan hasil penelitiannya dengan fakta bahwa job relevant information membantu bawahan untuk mengubah pilihan tindakan mereka melalui tindakan yang berisi informasi Jurnal Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari (206) Page 3

14 sehingga meningkatkan kinerja. Penelitian lain yang tidak konsisten dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Yusfaningrum (2005) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara job relevant information terhadap kinerja manajerial meskipun pengaruh tersebut tidak signifikan. Pembahasan Pengaruh Langsung dan Pengaruh Tidak Langsung Pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan bahwa pengaruh partisipasi anggaran terhadap job relevant information adalah 0,7 dengan signifikansi 0,060 (tidak signifikan), hasil ini menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran memiliki pengaruh tetapi tidak signifikan terhadap job relevant information, sedangkan besarnya pengaruh job relevant information terhadap kinerja manajerial adalah sebesar 0,23 dengan signifikansi 0,05 (signifikan), ini menunjukkan bahwa job relevant information berpengaruh langsung terhadap kinerja manajerial. Dengan demikian dapat diketahui pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial melalui job relevant information adalah sebesar 0,027 yang menunjukkan bahwa variable job relevant information tidak mampu bertindak sebagai variable intervening. Dengan demikian hipotesis 7 ditolak. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Kren (992) dan Yusfaningrum (2006), Hariyono (200) yang menggunakan variable job relevant information (JRI) sebagai variable intervening dalam hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja manajerial. Penelitian tersebut menemukan bukti bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap job relevant information. selain itu penelitian yang konsisten dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Lau dan Tan (2003), Samsiah (202), Nengsy Nelly Restu (203) yang menemukan bukti bahwa job relevant information tidak mampu bertindak sebagai variable intervening terhadap hubungan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial Pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap job relevant information adalah 0,402, sedangkan besarnya pengaruh job relevant information terhadap kinerja manajerial adalah sebesar 0,23. Dengan demikian dapat diketahui pengaruh kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial melalui job relevant information adalah sebesar 0,092 yang menunjukkan bahwa variable job relevant information tidak mampu bertindak sebagai variable intervening antara hubungan Kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja manajerial. Hasil penelitian ini konsisten dengan Hariyono (200) yang menemukan bukti job relevant information tidak dapat memediasi hubungan antara kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja manajerial. Pengaruh komitmen aparatur terhadap job relevant information adalah 0,47, sedangkan besarnya pengaruh job relevant information terhadap kinerja manajerial adalah sebesar 0,23. Dengan demikian dapat diketahui pengaruh komitmen aparatur terhadap kinerja manajerial melalui job relevant information adalah sebesar 0,096 menunjukkan bahwa variable job relevant information tidak mampu bertindak sebagai variable intervening antara hubungan komitmen aparatur terhadap kinerja manajerial. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Secara parsial, partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap job relevant information, meskipun terdapat pengaruh positif namun pengaruh tersebut tidak signifikan. Sehingga disimpulkan bahwa tingginya partisipasi penyusunan anggaran yang dilakukan dalam penyusunan anggaran akan mempengaruhi tingginya Jurnal Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari (206) Page 4

15 informasi yang relevan dengan tugas tetapi besarnya pengaruh tersebut tidak signifikan, dan ini tidak sejalan dengan hipotesis penelitian. Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap job relevant information, ini menunjukkan dengan tingginya kejelasan sasaran anggaran maka akan meningkatkan informasi yang memfasilitasi pembuatan keputusan yang relevan dengan tugas. Komitmen aparatur berpengaruh positif dan signifikan terhadap job relevant information, artinya bahwa meningkatnya komitmena aparatur akan mempengaruhi informasi yang memfasilitasi pembuatan keputusan yang relevan dengan tugas. Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial, disimpulkan bahwa ketika manajer mempunyai partisipasi yang tinggi dalam penyusunan anggaran, maka kinerja mereka sebagai individu di organisasi dalam kegiatan manajerial juga akan meningkat. Kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja manajerial, artinya kejelasan sasaran anggaran meningkat, maka kinerja mereka sebagai individu juga akan semakin meningkat tetapi peningkatan itu tidak signifikan. Komitmen aparatur berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial, artinya dengan komitmen yang tinggi maka kinerja manajerial akan meningkat secara signifikan. Job relevant information berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial, artinya adanya peningkatan perolehan informasi yang memfasilitasi pembuatan keputusan yang relevan dengan tugas akan mempengaruhi meningkatnya kinerja. Job relevant information tidak mampu bertindak sebagai variable intervening terhadap hubungan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial. Job relevant information tidak mampu bertindak sebagai variable intervening terhadap hubungan kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja manajerial.job relevant information tidak mampu bertindak sebagai variable intervening antara hubungan komitmen aparatur dengan kinerja manajerial Adapun Saran untuk Penelitian selanjutnya hendaknya memperluas objek penelitiannya, tidak terbatas pada satu daerah saja melainkan lebih dari pada satu Kota/Kabupaten, agar dapat melakukan perbandingan antara kabupaten satu dengan yang lainnya. Dan pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variable-variabel lain yang mungkin dapat berpengaruh terhadap kinerja manajerial. DAFTAR PUSTAKA Abriyani, Purpaningsih, Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajer. JAAI Volume 6 No. 2, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Angel, H.L. and J.L. Perry, 98. An Empirical Assesment of organizational Commitment and Organizational Effectiveness. Administrative Science Quarterly 26, pp.-4. Andarias, Bangun, Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Kejelasan Sasaran Anggaran, Akuntabilitas dan Struktur Desentralisasi Terhadap Kinerja Manajerial SKPD. Skripsi Anton, 200. Menuju Teori Stewardship. Majalah Ilmiah Informatika Volume I Nomor 2 Mei 200. Allen J, Natalie & Meyer, John P The Measurement and Antecedents of Affective, Continuance and Normative Commitment to The Organization. Jurnal Ilmu Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari (206) Page 5

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI TEGAL

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA SEKOLAH MENENGAH NEGERI DI TEGAL Esensi: Jurnal Bisnis dan Manajemen Volume 6 (2), Oktober 2016 P-ISSN: 2087-2038; E-ISSN:2461-1182 Halaman 199-212 PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA SEKOLAH MENENGAH

Lebih terperinci

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOLUME VI NO. 1, APRIL 2015

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOLUME VI NO. 1, APRIL 2015 PENGARUH AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KOMITMEN DAN KINERJA APARATUR KAMPUNG WASUR MELALUI INFORMASI PEKERJAAN RELEVAN (JRI) SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Okto Irianto Universitas Musamus Merauke ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kejelasan Sasaran Anggaran Menurut Halim & Syam Kusufi (2012) mengatakan bahwa anggaran memiliki peranan penting dalam organisasi sektor publik, terutama organisasi pemerintahan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan

PENDAHULUAN. lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Komitmen organisasi adalah dorongan dari dalam individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberdayaan ekonomi daerah sangat penting sekali untuk ditingkatkan guna menunjang peningkatan ekonomi nasional. Dalam konteks ini, peran kebijakan pemerintah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan pemerintahan Daerah dan sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN JOB RELEVANT INFORMATION DAN KEPUASAN KERJA VARIABEL MODERATING

ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN JOB RELEVANT INFORMATION DAN KEPUASAN KERJA VARIABEL MODERATING ANALISIS PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KEPUASAN KERJA, JOB RELEVANT INFORMATION DAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris Padaa Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pemerintah Daerah Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Obyek penelitian dapat berupa tempat atau lokasi dilaksanakannya penelitian. Penelitian dilaksanakan di Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Subyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam operasionalnya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dalam operasionalnya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap organisasi baik organisasi publik maupun organisasi non publik dalam operasionalnya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyusunan anggaran merupakan suatu proses yang berbeda antara sektor swasta dengan sektor pemerintah, termasuk diantaranya pemerintah daerah. Pada sektor swasta, anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak berupa tantangan dan peluang baru bagi proses pembangunan daerah di setiap negara, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV METODA PENELITIAN. disimpulkan dan diberikan saran. Suatu desain penelitian menyatakan struktur

BAB IV METODA PENELITIAN. disimpulkan dan diberikan saran. Suatu desain penelitian menyatakan struktur 25 BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan rencana menyeluruh dari penelitian mencakup hal-hal yang akan dilakukan peneliti mulai dari membuat hipotesis dan implikasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipimpin oleh satu hierarki manajer, dengan chief exeutive officer (CEO) pada

BAB I PENDAHULUAN. dipimpin oleh satu hierarki manajer, dengan chief exeutive officer (CEO) pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja bersamasama untuk mencapai tujuan bersama (dalam suatu organisasi bisnis tujuan utamanya adalah memperoleh

Lebih terperinci

Jurnal Analisis, Juni 2016, Vol. 5 No. 1 : ISSN X

Jurnal Analisis, Juni 2016, Vol. 5 No. 1 : ISSN X Jurnal Analisis, Juni 2016, Vol. 5 No. 1 : 40 45 ISSN 2303-100X EFEK MODERASI DARI KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN INTERN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan untuk menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan untuk menghasilkan anggaran daerah yang benar-benar mencerminkan kepentingan dan pengharapan masyarakat daerah setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. organisasi nirlaba disebakan oleh organisasi ini berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN UKDW. organisasi nirlaba disebakan oleh organisasi ini berpengaruh pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi nirlaba kini mulai diperhitungkan masyarakat luas sebagai suatu instansi yang unggul dan memiliki profesionalitas karena bertujuan menjembatani

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Anggaran Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007) BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Anggaran 2.1.1 Definisi Anggaran Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007) dalam akuntansi sektor publik mendefinisikan anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang dilaksanakan oleh tim anggaran

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang dilaksanakan oleh tim anggaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Regulasi yang menjelaskan tentang pedoman dalam rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang dilaksanakan oleh tim anggaran eksekutif bersama-sama unit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat struktural SKPD yang terlibat pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat struktural SKPD yang terlibat pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat struktural SKPD yang terlibat pada proses penyusunan anggaran dan pelaksanaan anggaran di pemerintah kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Partisipasi Dalam konteks penganggaran, Brownell (1982) dalam Puspaningsih (2002) menjelaskan bahwa partisipasi merupakan suatu proses yang melibatkan individuindividu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor 22 tahun 1999 digantikan dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. kinerja penyelenggaraan pemerintahan sehinggga tercipta suatu ruang lingkup. urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan otonomi daerah dan dibukanya kesempatan bagi pembentukan daerah otonom baru melalui pemekaran daerah, ditujukan untuk optimalisasi kinerja penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena kinerja pemerintah telah mengarah ke good governance.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena kinerja pemerintah telah mengarah ke good governance. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja organisasi publik harus dilihat secara luas dengan mengidentifikasi keberhasilan organisasi tersebut dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan melakukan perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini lingkungan organisasi berubah secara cepat, sehingga mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang dimiliki terbatas.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek dan Obyek Penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah para pejabat struktural Kepala Badan/Dinas/Kantor, Kepala bagian/bidang/subdinas/, Kepala subbagian/subbidang/

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Stewardship Menurut Donaldson & Davis (1991), teori stewardship adalah teori yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan,

Lebih terperinci

Partisipasi Penganggaran, Komitmen Organisasi dan Pemahaman Tugas Hubungan Terhadap Kinerja Aparatur pada Pemerintahan Kota Lhokseumwe

Partisipasi Penganggaran, Komitmen Organisasi dan Pemahaman Tugas Hubungan Terhadap Kinerja Aparatur pada Pemerintahan Kota Lhokseumwe Partisipasi Penganggaran, Komitmen Organisasi dan Pemahaman Tugas Hubungan Terhadap Kinerja Aparatur pada Pemerintahan Kota Lhokseumwe Yusri Hazmi, SE. M. Si, Ak (Dosen: Politeknik Negeri Lhokseumawe)

Lebih terperinci

suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa

suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Menurut Bastian (2006) kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka jalan bagi munculnya reformasi total di seluruh aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. membuka jalan bagi munculnya reformasi total di seluruh aspek kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi dan kepercayaan yang dialami bangsa Indonesia telah membuka jalan bagi munculnya reformasi total di seluruh aspek kehidupan masyarakat. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Kota Denpasar merupakan bagian integral dari pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan selalu diupayakan

Lebih terperinci

JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 2 / TAHUN 2015

JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 2 / TAHUN 2015 PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN JOB RELEVANT INFORMATION SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Pada Dinas Pemerintah Kota Yogyakarta) Gita Pramudya Saraswati Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi secara efektif dan efisien (Schief dan Lewin,1970; Welsch, Hilton, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi secara efektif dan efisien (Schief dan Lewin,1970; Welsch, Hilton, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kejelasan Sasaran Anggaran Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang berfungsi sebagai alat perencanaan agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi sektor publik tidak dapat diukur semata-mata hanya dari perspektif

BAB I PENDAHULUAN. organisasi sektor publik tidak dapat diukur semata-mata hanya dari perspektif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses perencanaan pembangunan daerah perlu diimbangi oleh ketersediaan beberapa hal seperti: kapasitas aparatur pemerintah, sumber dayanya baik sumber daya

Lebih terperinci

(Yusri Hazmi, SE. M.Si. Ak - Dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe)

(Yusri Hazmi, SE. M.Si. Ak - Dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe) Pengaruh Partisipasi Anggaran TerhadapKinerja Aparatur Pemerintah Daerah, melalui Komitmen Organisasi dan JRI Sebagai Variabel Intervening Pemko Lhokseumawe (Yusri Hazmi, SE. M.Si. Ak - Dosen Politeknik

Lebih terperinci

Astari Kalsum. Eny Wahyuningsih Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau. Abstrak

Astari Kalsum. Eny Wahyuningsih Fakultas Ekonomi Universitas Islam Riau. Abstrak 83 PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KEJELASAN TUJUAN ANGGARAN DAN EVALUASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN BENGKALIS Astari Kalsum Eny Wahyuningsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45).

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah anggaran atau penganggaran (budgeting) sangat dipahami dalam setiap organisasi, termasuk organisasi pemerintahan. Sebagai organisasi, aparat pemerintahan

Lebih terperinci

(Studi pada SKPD Kabupaten Temanggung) TESIS. Oleh PAMUDJI SANTOSO C4C PROGRAM STUDI ILMU AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

(Studi pada SKPD Kabupaten Temanggung) TESIS. Oleh PAMUDJI SANTOSO C4C PROGRAM STUDI ILMU AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PENGARUH PARTISIPASI DAN PROFESIONALISME APARAT TERHADAP EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ANGGARAN DENGAN STRUKTUR ORGANISASI DESENTRALISASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi pada SKPD Kabupaten Temanggung) TESIS

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. KUSUMA DIPA NUGRAHA

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. KUSUMA DIPA NUGRAHA PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. KUSUMA DIPA NUGRAHA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini, hanya perusahaan yang mampu melakukan efisiensi, peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih besar dalam pengurusan maupun pengelolaan pemerintahan daerah, termasuk didalamnya pengelolaan

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA KERJA THE IMPACT OF BUDGET PARTICIPATION TO JOB PERFORMANCE

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA KERJA THE IMPACT OF BUDGET PARTICIPATION TO JOB PERFORMANCE PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP KINERJA KERJA THE IMPACT OF BUDGET PARTICIPATION TO JOB PERFORMANCE James 1, Alimuddin 2, Kartini 2 1 KAP Drs. Rusman Thoeng M. Com, BAP, 2 Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja organisasi yang optimal tergantung dari bagaimana perusahaaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja organisasi yang optimal tergantung dari bagaimana perusahaaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kinerja organisasi yang optimal tergantung dari bagaimana perusahaaan memanfaatkan faktor faktor produksi yang dimilikinya secara ekonomis, efektif dan effisien.

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN 1 PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARATUR PEMERINTAH DAERAH PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI KABUPATEN MAGETAN Andrea Anggrianti Nuritomo Program Studi Akuntansi, Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Budgeting participation, government officials performance, organizational commitment. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords : Budgeting participation, government officials performance, organizational commitment. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT The influence of budgetary participation on the managerial performance has attracted researchers attention. However, the results of previous studies often show inconsistent results. Therefore

Lebih terperinci

PENGARUH DESENTRALISASI DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGANGGARAN PARTISIPATIF DAN KINERJA MANAJERIAL

PENGARUH DESENTRALISASI DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGANGGARAN PARTISIPATIF DAN KINERJA MANAJERIAL EKUITAS ISSN 1411-0393 Akreditasi No.55a/DIKTI/Kep/2006 PENGARUH DESENTRALISASI DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGANGGARAN PARTISIPATIF DAN KINERJA MANAJERIAL Ikhsan Budi Rihardjo

Lebih terperinci

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA KEMENTRIAN AGAMA KOTA SURABAYA

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA KEMENTRIAN AGAMA KOTA SURABAYA PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA KEMENTRIAN AGAMA KOTA SURABAYA SKRIPSI Diajukan Oleh: ALFHAN EFENDI 0913010071/FE/EA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi Pemerintah Daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran penting anggaran dalam organisasi sektor publik berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Peran penting anggaran dalam organisasi sektor publik berasal dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran penting anggaran dalam organisasi sektor publik berasal dari kegunaannya dalam menentukan estimasi pendapatan atau jumlah tagihan atas jasa yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penyusunan penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan anggaran pendapatan dan belanja tahunan sesuai Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan anggaran pendapatan dan belanja tahunan sesuai Peraturan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga formal yang mengemban fungsi meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia melalui pendidikan. Dalam mengemban

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Kontijensi Teori kontijensi menyatakan bahwa tidak ada rancangan dan penggunaan sistem pengendalian manajemen yang

Lebih terperinci

PENGARUH UMPAN BALIK ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

PENGARUH UMPAN BALIK ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PENGARUH UMPAN BALIK ANGGARAN DAN KEJELASAN SASARAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL ( Studi Empiris pada Pejabat Eselon III dan IV di Pemerintah Kabupaten Sukoharjo ) SKRIPSI Untuk Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGANGGARAN DAN PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH

PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGANGGARAN DAN PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH PENGARUH PARTISIPASI DALAM PENGANGGARAN DAN PERAN MANAJERIAL PENGELOLA KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus pada DPPKAD Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI PARTISIPASI PENGANGGARAN (STUDI EMPIRIS PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU) TESIS

ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI PARTISIPASI PENGANGGARAN (STUDI EMPIRIS PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU) TESIS ANTESEDEN DAN KONSEKUENSI PARTISIPASI PENGANGGARAN (STUDI EMPIRIS PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH PEMERINTAH DAERAH KOTA PALU) TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Derajat S-2 Magister

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA SKPD KABUPATEN MERAUKE

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA SKPD KABUPATEN MERAUKE PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA SKPD KABUPATEN MERAUKE Okto Irianto Universitas Musamus Merauke ABSTRACT The purpose of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan, organisasi dan sektor publik memerlukan anggaran sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitasnya. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi

Lebih terperinci

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, ETIKA, DAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SENJANGAN ANGGARAN

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, ETIKA, DAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SENJANGAN ANGGARAN PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, ETIKA, DAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SENJANGAN ANGGARAN Anak Agung Adi Biantara 1 IG.A.M. Asri Dwija Putri 2 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH DENGAN KEADILAN DISTRIBUTIF, KEADILAN PROSEDURAL DAN GOAL COMMITMENT SEBAGAI VARIABEL MODERATING STUDI PADA PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai organisasi sektor publik, pemerintah daerah dituntut agar memiliki kinerja yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, dan mendorong pemerintah untuk senantiasa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGARAN DENGAN KINERJA MANAJERIAL: JOB RELEVANT INFORMATION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING.

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGARAN DENGAN KINERJA MANAJERIAL: JOB RELEVANT INFORMATION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING. HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI ANGGARAN DENGAN KINERJA MANAJERIAL: JOB RELEVANT INFORMATION SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Abstrak Studi ini mengkaji model partisipasi anggaran Kren (1992) yang memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget pada tahun Piaget

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget pada tahun Piaget 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kognitif Teori kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget pada tahun 1896-1980. Piaget beranggapan bahwa proses berpikir sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan pemerintah daerah yang berakuntabilitas, tidak bisa lepas dari anggaran pemerintah daerah, sesuai dengan pendapat Mardiasmo (2009), yang mengatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Argyris (1957) (dikutip dari Brownell dan McInnes (1983). Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Argyris (1957) (dikutip dari Brownell dan McInnes (1983). Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian-Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan partisipasi anggaran pertama kali dilakukan oleh Argyris (1957) (dikutip dari Brownell dan McInnes (1983). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan harus diimbangi dengan kinerja yang baik, sehingga pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan harus diimbangi dengan kinerja yang baik, sehingga pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintahan dengan sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja pemerintah saat ini sering menjadi sorotan publik. Masyarakat yang merima pelayanan dari instansi pemerintah mulai mempertanyakan kinerja pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggaran tersebut harus diinformasikan kepada publik dan didiskusikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. anggaran tersebut harus diinformasikan kepada publik dan didiskusikan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyusunan anggaran dalam sektor pemerintahandiantaranya adalah pemerintah daerah merupakan hal yang wajar untuk dipublikasikan anggarannya, karena anggaran

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : ARIFAH NUR SABRINA B

SKRIPSI. Oleh : ARIFAH NUR SABRINA B PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH: BUDAYA ORGANISASI DAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survey pada pemerintah daerah Se-Eks Karisidenan

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN LOCUS OF CONTROL SEBAGAI VARIABEL MODERATING

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN LOCUS OF CONTROL SEBAGAI VARIABEL MODERATING PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN LOCUS OF CONTROL SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Kasus Pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Divisi Konstruksi

Lebih terperinci

Jurnal Akuntansi & Investasi Vol. 13 No. 1, halaman: 15-27, Januari 2012

Jurnal Akuntansi & Investasi Vol. 13 No. 1, halaman: 15-27, Januari 2012 Jurnal Akuntansi & Investasi Vol. 13 No. 1, halaman: 15-27, Januari 2012 PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, PENGENDALIAN AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA

Lebih terperinci

Said Herry Syafrizal Cut Aknawal

Said Herry Syafrizal Cut Aknawal PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH Said Herry Syafrizal Cut Aknawal Abstract :This

Lebih terperinci

Faktor Penentu Kinerja Manajerial (Studi pada Pemerintah Daerah Kupang)

Faktor Penentu Kinerja Manajerial (Studi pada Pemerintah Daerah Kupang) Faktor Penentu Kinerja Manajerial (Studi pada Pemerintah Daerah Kupang) Selfi Samadara Politeknik Kupang Email: 2selfisamadara@gmail.com Abstrak Tujuan dari kajian ini: 1) untuk mengkaji pengaruh budgetary

Lebih terperinci

PENGARUH EVALUASI ANGGARAN DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL. (Studi Empiris pada pejabat eselon III dan IV

PENGARUH EVALUASI ANGGARAN DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL. (Studi Empiris pada pejabat eselon III dan IV PENGARUH EVALUASI ANGGARAN DAN KEADILAN PROSEDURAL TERHADAP KINERJA MANAJERIAL (Studi Empiris pada pejabat eselon III dan IV di Pemerintah Kabupaten Sukoharjo) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

PERAN KOMITMEN TUJUAN ANGGARAN (BUDGET GOAL COMITTMENT) DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA MANAJERIAL

PERAN KOMITMEN TUJUAN ANGGARAN (BUDGET GOAL COMITTMENT) DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA MANAJERIAL Vol. XI Jilid 1 No.74 Januari 2017 MENARA Ilmu PERAN KOMITMEN TUJUAN ANGGARAN (BUDGET GOAL COMITTMENT) DALAM HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA MANAJERIAL Oleh Puguh Setiawan Dosen FE Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek

BAB I PENDAHULUAN. suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokrasi menjadi suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek transparansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap. ditetapkan sebelumnya (Sardjito dan Muthaher, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan setiap. ditetapkan sebelumnya (Sardjito dan Muthaher, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran yang telah disusun memiliki peranan sebagai perencanaan dan sebagai kriteria kinerja, yaitu anggaran dipakai sebagai suatu sistem pengendalian untuk

Lebih terperinci

KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN DALAM PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA BADAN LAYANAN UMUM

KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN DALAM PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA BADAN LAYANAN UMUM KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN DALAM PENERAPAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA BADAN LAYANAN UMUM Rini Tri Hastuti Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan Abstract:

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN SKRIPSI Diajukan Oleh : WIGATI SULISTYORINI 0613010147/FE/EA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh manajer dan kepala bagian di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh manajer dan kepala bagian di BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh manajer dan kepala bagian di masing-masing Rumah Sakit Swasta di Bandar lampung. Adapun kriteria Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus mengembangkan lebih dahulu perencanaan strategis. Melalui perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. harus mengembangkan lebih dahulu perencanaan strategis. Melalui perencanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan bagian terpenting dalam sebuah organisasi, baik organisasi sektor swasta ataupun sektor publik. Anggaran adalah suatu rencana yang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Stoner (1992), Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Stoner (1992), Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Organisasi Menurut Stoner (1992), Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disusun berdasarkan program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. disusun berdasarkan program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan jumlah) periodik yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Tugas Pokok dan Fungsi Satpol PP Perjalanan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Mojokerto diawali sebagai sub bagian pada Bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dengan teori-teori berikut ini (Shield dan Shield, 1998 dalam Sumarno, 2005).

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dengan teori-teori berikut ini (Shield dan Shield, 1998 dalam Sumarno, 2005). 9 BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Partisipasi Anggaran Hampir semua penelitian yang dilakukan terhadap anggaran berhubungan dengan teori-teori berikut

Lebih terperinci

Soni Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Sultan Agung Semarang Jalan Raya Kaligawe Km. 4 Semarang

Soni Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Sultan Agung Semarang Jalan Raya Kaligawe Km. 4 Semarang JDA Vol. 2, No. 2, September 2010, 103-109 ISSN 2085-4277 http://journal.unnes.ac.id/index.php/jda PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP HUBUNGAN PARTISIPASI ANGGARAN DAN KINERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian melihat ke belakang, yaitu melihat apa yang telah dihasilkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian melihat ke belakang, yaitu melihat apa yang telah dihasilkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat persaingan menjadi ketat di semua bidang usaha. Setiap perusahaan sulit untuk mencapai keuntungan yang maksimal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan politik di Indonesia saat ini mewujudkan administrasi negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan politik di Indonesia saat ini mewujudkan administrasi negara yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan politik di Indonesia saat ini mewujudkan administrasi negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. moneter yang menggunakan dana milik rakyat. Hal inilah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. moneter yang menggunakan dana milik rakyat. Hal inilah yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal untuk menunjukkan bagaimana sumber-sumber akan diperoleh dan digunakan selama jangka waktu tertentu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk senantiasa tanggap dengan lingkungannya, dengan berupaya

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk senantiasa tanggap dengan lingkungannya, dengan berupaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai organisasi sektor publik, pemerintah daerah dituntut agar memiliki kinerja yang berorientasi pada kepentingan masyarakat dan mendorong pemerintah untuk senantiasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya peraturan pemerintah daerah tentang pelaksanaan otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya peraturan pemerintah daerah tentang pelaksanaan otonomi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan adanya peraturan pemerintah daerah tentang pelaksanaan otonomi daerah yang dimuat dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004, daerah memiliki kewenangan

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan pada dunia baik yang ada di luar negeri maupun

/BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan pada dunia baik yang ada di luar negeri maupun /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis sekarang ini semakin meningkat seiring dengan majunya dunia teknologi informasi, semakin menambah tingkat persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 :

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, khususnya dalam kaitannya dengan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah, pemahaman yang memadai tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu, dalam menghadapi pesaing-pesaingnya perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu, dalam menghadapi pesaing-pesaingnya perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi informasi telah memicu terjadinya globalisasi. Globalisasi yang melanda seluruh sisi dunia mengakibatkan persaingan dalam dunia bisnis semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa literatur akuntansi manajemen telah memberi perhatian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa literatur akuntansi manajemen telah memberi perhatian yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa literatur akuntansi manajemen telah memberi perhatian yang sangat dalam terhadap partisipasi anggaran. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa partisipasi anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja manajerial hingga kini masih menjadi issue yang menarik diteliti,

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja manajerial hingga kini masih menjadi issue yang menarik diteliti, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena hubungan penganggaran dengan kinerja, baik kinerja individu maupun kinerja manajerial hingga kini masih menjadi issue yang menarik diteliti, disamping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan tugas perencanaan,

Lebih terperinci