KPHI. Buletin PLUS MINUS HAJI KHUSUS. Ikhtiar Menuju Petugas Haji Profesional (bagian II) Waspada, Haji Ilegal EDISI VI TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KPHI. Buletin PLUS MINUS HAJI KHUSUS. Ikhtiar Menuju Petugas Haji Profesional (bagian II) Waspada, Haji Ilegal EDISI VI TAHUN 2016"

Transkripsi

1 Buletin MEDIA KOMUNIKASI & INFORMASI KPHI EDISI VI TAHUN 2016 Waspada, Haji Ilegal Ikhtiar Menuju Petugas Haji Profesional (bagian II) PLUS MINUS HAJI KHUSUS

2 Pengarah HM Samidin Nashir Dewan Redaksi Imam Addaruquthni Samsul Ma arif Lilin Ambarwiyati Abidinsyah Siregar M Thoha Penanggung Jawab/ Pemimpin Redaksi Agus Priyanto Redaktur Pelaksana Arif Nurrawi Editor Abu Hasan Suhartono Ahmad Gozali Sri Junaida SALAM REDAKSI DAFTAR ISI TOPIK UTAMA r Plus Minus Haji Khusus r Pembinaan Calon Jamaah Haji Indonesia Menuju Jamaah Mandiri REPORTASE r Waspada, Haji Ilegal r KBIH Potensial versus KBIH Nakal OPINI r Ikhtiar Menuju Petugas Haji Profesional (bagian II) HIKMAH r Bukan Sekedar Sebutan RAGAM r Ada Apa di Balik Ka bah? Desain Grafis & Fotografi Tholhah Agus Wibowo Sekretariat Taufik Erwin Haryadi Kardi Retno Dwi Astuti Ireni Syofia Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afdhol. Apakah berarti kami harus berjihad? Tidak. Jihad yang paling utama adalah haji mabrur, jawab Nabi shallallahu alaihi wa sallam. (HR. Bukhari no. 1520) Alamat redaksi: Komisi Pengawas Haji Indonesia Jln Kramat Raya No 85 Jakarta, Telp (021) , sekretariat_kphi@yahoo.com web : Keterangan Cover Edisi VI: Para jamaah di halaman depan Masjid Nabawi 2 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

3 SALAM REDAKSI Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepada kita semua sehingga dengan ijin dan rahmat-nya Buletin KPHI edisi VI ini bisa terbit kembali. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan baginda Nabi Muhammad SAW, dengan semangat dan perjuangan yang dicontohkan mampu menggugah semangat para pengikutnya. Sajian istimewa tentu tidak akan kami lewatkan sebagai bacaan yang menjadi wawasan bagi para calon jamaah haji maupun bagi yang sudah pernah menjalankannya. Sesuai tugas dan fungsi kami selaku pengawas peyelenggaraan haji, pada Edisi VI ini, kami akan banyak mengupas soal evaluasi penyelenggaraan haji musim 1437 H/2016 M. Dalam Topik Utama edisi ini, kami mengupas soal plus minus penyelenggaraan haji khusus. Tak lupa, kami juga memberikan solusi untuk perbaikan penyelenggaraan haji khusus ke depan. Tak hanya itu, Buletin KPHI Edisi ini juga menyajikan tulisan aktual dan mendalam seputar penyelenggaraan haji kemarin. Kami dalam rubrik Reportase mengangkat tema tentang haji ilegal melalui Filipina yang cukup merepotkan pemerintah Indonesia dan negara tetangga. Ratusan orang menjadi korban oknum-oknum penyelenggara haji melalui cara-cara yang tidak bertanggung jawab. Mengapa masyarakat gampang tertipu oleh oknum-oknum tersebut, modus-modus apa yang kerap dipakai untuk mengelabui para calon jamaah, serta upaya yang perlu dilakukan pemerintah untuk mencegah terulangnya kasus haji via Filipina ini. Itu kita bahas untuk menjadi pengingat dan menyadarkan masyarakat agar berhaji melalui jalur yang baik, dan tidak melanggar aturan pemerintah. Tidak hanya dilakukan penyelenggara ibadah haji, praktik penipuan terhadap jamaah juga dilakukan oleh oknum Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH). Sebab itu, pada rubrik Reportase edisi 6 ini, kami mengangkat tulisan seputar KBIH. Begitu juga dengan rubrik-rubrik lain seperti Opini, Hikmah dan Ragam yang tentunya akan memberikan wawasan bagi para pembaca setia Buletin KPHI. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN

4 TOPIK UTAMA Plus Minus Haji Khusus Penyelenggaraan ibadah haji khusus menjadi bagian dari penyelenggaraan ibadah haji nasional. Undang-Undang PIH menyebutkan beberapa pasal yang mengatur haji reguler (Pasal 21-37) dan secara spesifik mengatur Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus atau PIHK (Pasal 38-42). OLEH : AGUS PRIYANTO Selanjutnya, PP Nomor 79 Tahun 2012 Pasal 3 menyebutkan dengan jelas bahwa Penyelenggaraan ibadah haji terdiri atas Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus. Pengertian haji khusus bukanlah ditujukan bagi jamaah haji dengan kondisi khusus, seperti cacat/sakit atau kondisi tertentu. Sesuai Pasal 38 (1) dan (2) UU PIH, ibadah haji khusus ditujukan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan khusus dengan pengelolaan dan pembiayaan bersifat khusus yang dijalankan oleh PIHK yang telah mendapat izin dari Menteri Agama. Karena kekhususan itu, azas penyelenggaraan ibadah haji khusus tidak dapat disamakan dengan haji reguler. Berdasar Pasal 2 UU PIH, prinsip nirlaba atau tidak mencari keuntungan berlaku bagi haji reguler yang dikelola pemerintah, tapi tidak berlaku bagi haji khusus yang dikelola swasta (profit oriented). Dibandingkan dengan penyelenggaraan ibadah haji reguler yang memiliki kuota jamaah, kuota jamaah haji khusus sebesar jamaah hanya 12,4 persen dari kuota nasional ( jamaah setelah pemotongan kuota 20 persen sejak 2013). Karena masa tunggu jamaah haji khusus yang lebih pendek (3 hingga 7 tahun), kini banyak orang yang berebut untuk berangkat dengan haji khusus karena masa tunggu jamaah haji reguler yang panjang (mulai dari 9 hingga 40 tahun). Masyarakat desa di Sulawesi Selatan yang memiliki daftar tunggu jamaah haji 4 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

5 TOPIK UTAMA reguler sangat lama rela mengeluarkan dana sedikitnya AS$ untuk mengikuti paket program haji khusus. Padahal, sesungguhnya Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) sekitar Rp 37 juta itu belum memperhitungkan subsidi dari dana optimalisasi hingga biaya haji reguler hampir mencapai Rp 60 juta. Belum lagi tambahan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan belanja Daerah (APBD). Kebijakan Haji Khusus Kebijakan yang mengatur PIHK ada di Kementerian Agama (Kemenag). Kemenag yang memberi izin, menerima BPIH Khusus, serta melakukan pengawasan dan akreditasi. Sementara PIHK mendapatkan hak visa haji, Daftar Administrasi Perjalanan Ibadah Haji (DAPIH), gelang identitas, dan buku manasik. Penyelenggara ibadah haji reguler adalah Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kemenag. Sementara penyelenggara ibadah haji khusus adalah travel yang mengantungi ijin dari Kemenag. Untuk memberikan panduan bagi PIHK, Kemenag mengeluarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 22 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) PIHK serta PMA Nomor 23 Tahun 2016 (pengganti PMA Nomor 15 Tahun 2012) tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus. Dengan pendekatan manajemen strategis melalui Strategi Biru Laut, penyelenggaraan PIHK memiliki kualitas pelayanan yang lebih baik dari akomodasi, transportasi, dan konsumsi. Meskipun begitu, kualitas pelayanan akomodasi dan transportasi penyelenggaraan ibadah haji reguler mulai membaik dan ada yang menyamai akomodasi jamaah haji khusus. Bahkan, pelayanan kesehatan dan perlindungan keamanan jamaah haji reguler lebih jelas standarnya dibandingkan dengan haji khusus. Perbandingan antara penyelenggaraan ibadah haji reguler dengan haji khusus dapat dilihat pada Grafik di bawah. Grafik Perbandingan Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler & Haji Khusus Sumber: Pusat Data KPHI, 2016 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN

6 TOPIK UTAMA Selama empat tahun memantau dan mengawasi penyelenggaraan ibadah haji khusus, KPHI melihat arah dan kebijakan penyelenggaraan ibadah haji khusus belum menjamin terwujudnya PIHK yang yang profesional dan bertanggung jawab. Rumusan terhadap visi misi yang jelas akan mewujudkan PIHK yang profesional dan bertanggung jawab. Untuk itu, upaya yang diperlukan selain kebijakan yang jelas adalah klasifikasi dan standarisasi PIHK Pasal 3 menyebutkan dengan jelas bahwa Penyelenggaraan ibadah haji terdiri atas Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler dan Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus. Pengertian haji khusus bukanlah ditujukan bagi jamaah haji dengan kondisi khusus, seperti cacat/sakit atau kondisi tertentu. Sesuai Pasal 38 (1) dan (2) UU PIH, ibadah haji khusus ditujukan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan khusus dengan pengelolaan dan Visi Misi PIHK yang Profesional & Amanah Penyelenggaraan ibadah haji khusus menjadi bagian dari penyelenggaraan ibadah haji nasional. Undang-Undang PIH menyebutkan beberapa pasal yang mengatur haji reguler (Pasal 21-37) dan secara spesifik mengatur Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus atau PIHK (Pasal 38-42). Selanjutnya, PP Nomor 79 Tahun pembiayaan bersifat khusus yang dijalankan oleh PIHK yang telah mendapat izin dari Menteri Agama. Karena kekhususan itu, azas penyelenggaraan ibadah haji khusus tidak dapat disamakan dengan haji reguler. Berdasar Pasal 2 UU PIH, prinsip nirlaba atau tidak mencari keuntungan berlaku 6 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

7 TOPIK UTAMA bagi haji reguler yang dikelola pemerintah, tapi tidak berlaku bagi haji khusus yang dikelola swasta (profit oriented). Kebijakan yang mengatur PIHK ada di Kementerian Agama (Kemenag). Kemenag yang memberi izin, menerima BPIH Khusus, serta melakukan pengawasan dan akreditasi. Sementara PIHK mendapatkan hak visa haji, Daftar Administrasi Perjalanan Ibadah Haji (DAPIH), gelang identitas, dan buku manasik. Untuk memberikan panduan bagi PIHK, Kemenag mengeluarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 22 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) PIHK serta PMA Nomor 23 Tahun 2016 (pengganti PMA Nomor 15 Tahun 2012) tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus. Perbandingan antara penyelenggaraan ibadah haji reguler dengan haji khusus dapat dilihat pada Grafik di bawah. Plus Minus Meskipun ada kebijakan pengaturan kuota haji khusus, kuota jamaah haji khusus masih tersisa setelah melalui berbagai tahapan. Saat terakhir pelunasan, masih ada sisa kuota jamaah haji khusus karena sebagian jamaah mengundurkan diri, batal dan menunda keberangkatannya, atau belum melunasi. Untuk mengisi sisa kuota, dilakukan penggabungan mahram, anak orang tua yang terdaftar hingga 31 Des 2013, serta penyelesaian kasus-kasus jamaah yang dizalimi PIHK. Banyak faktor yang menentukan harga program. Namun, harga tidak selalu mencerminkan kualitas atau standar pelayanan. Pertama, karena ada PIHK yang mengalokasikan dana untuk pengepul atau memberikan potongan harga. Kedua, ada PIHK yang menjual harga lebih mahal karena menggunakan visa untuk furada (nonkuota) yang mahal. Ketiga, Grafik Perbandingan Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler & Haji Khusus Sumber: Pusat Data KPHI, 2016 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN

8 TOPIK UTAMA menjual nama besar. Akibatnya, PIHK yang menjual paket program dengan harga sama, tapi standar pelayanan bisa berbeda. Calon jamaah tidak mengetahui tack record PIHK. Misalnya, pernah bermasalah atau kerap mendapatkan masalah dan mendapatkan sanksi (administrasi, peringatan tertulis) karena memberikan pelayanan yang buruk. Dampaknya, ada jamaah haji khusus yang kecewa karena mendapatkan layanan buruk dan tidak sesuai dengan info atau janji PIHK. Program bimbingan ibadah jamaah haji khusus memiliki beberapa kekhasan. Jumlah jamaah haji khusus lebih kecil dibandingkan dengan jamaah haji reguler. Karena itu, pembimbing ibadah haji khusus lebih mudah mengendalikan jamaahnya. Hubungan antara pembimbing ibadah dengan jamaah dekat. Bahkan, cenderung ada ketergantungan jamaah terhadap pembimbing, terutama dalam pelaksanaan ibadah tawaf dan sai secara bersama-sama. Berbeda dengan program penyelenggaraan haji reguler yang relatif sama (misalnya program arbain di Madinah), program penyelenggaraan ibadah haji khusus lebih bervariasi. Tentu saja jamaah mengikuti program beserta pembimbing yang disiapkan PIHK. Bagi sebagian jamaah dari daerah dengan bimbingan manasik yang kurang akan kesulitan ketika menjalani rukun haji tanpa rombongan. Penyimpangan terjadi ketika PIHK menempatkan jamaahnya di hotel transito sekitar Makkah. Tempat hunian lebih disebut rumah pemondokan karena bukan hotel, melainkan apartemen atau rumah bertingkat dengan fasilitas terbatas. Dampak dari fasilitas yang buruk itu jamaah kecewa karena tidak sesuai dengan perjanjian awal. Padahal, jamaah sudah membayar mahal. Jamaah malu ditanya keluarga, apa tinggal di hotel dekat dengan Masjidil Haram. Kondisi rumah yang tidak nyaman membuat fisik maupun psikhis jamaah drop. Selain fasilitas yang buruk, jamaah kecewa tidak dapat salat ke Masjidil Haram karena kesulitan mendapat transportasi umum. Pelayanan PIHK yang menelantarkan jamaah tidak sesuai dengan Pasal 9 dan Pasal 14 PMA Nomor 22 Tahun 2011 tentang SPM PIHK. Akomodasi harus memiliki akses transportasi yang mudah ke Masjidil Haram, dalam setiap kamar diisi paling banyak 4 orang, dan kualitas akomodasi transit paling rendah setara dengan hotel berbintang 4. Ada PIHK yang menempatkan jamaah haji khususnya di tenda yang kondisinya sama dengan haji reguler di Arafah. PIHK ini ada yang belum terdaftar dan ada yang terdaftar. Travel ini merugikan jamaah yang sudah membayar mahal, tapi mendapatkan layanan tidak memadai. Tenda standar tidak ber-ac, sehingga kenyamanan kurang. Pasal 15 SPM PIHK mengatur bahwa akomodasi di Masyair menggunakan perumahan (tenda) yang ber-ac. Selain itu, perkemahan menpertimbangkan aspek kelayakan, keamanan, dan kenyamanan. Transportasi udara yang mengangkut jamaah haji khusus lebih banyak dibandingkan dengan maskapai yang digunakan oleh jamaah haji khusus yang hanya dua maskapai (Garuda dan Saudia). Karena dalam satu paket, harga tiket pesawat Garuda dan Saudia untuk jamaah haji reguler lebih murah berdas- 8 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

9 TOPIK UTAMA Jamaah haji khusus memperoleh pelayanan khusus di Armina BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016 arkan kesepakatan kontrak. Sementara PIHK mencari sendiri tiket penerbangan jamaahnya sesuai dengan mekanisme harga pasar. PIHK mencari berbagai penerbangan untuk membawa jamaahnya dengan harga lebih murah, meskipun transit di negara lain. Bahkan, ada PIHK yang berganti dua pesawat untuk menuju ke Tanah Suci. Ketika pesawat transit, tentu dibutuhkan waktu tambahan karena pesawat menempuh perjalanan lebih lama dan penumpang turun dulu untuk transit dan berganti pesawat. Waktu dalam perjalanan jamaah haji khusus yang menggunakan pesawat non-direct Arab Saudi tentu lebih lama hingga enam jam atau total sekitar 15 jam perjalanan. Dampaknya, selain fisik lebih capai, dapat menimbulkan sterss pada jamaah. Apalagi, jika jamaah mendapat perlakuan kurang layak di bandara transito atau pesawat mengalami delay atau tertunda penerbangan. Bus yang disiapkan oleh PIHK ada yang standar, tidak ada bedanya dengan bus yang mengangkut jamaah haji reguler. Bahkan, sebagian kondisi bus dengan merek yang bermacam-macam itu sebagian kurang layak, meskipun hanya untuk program ziarah. Untuk mendapatkan bus yang bagus, PIHK harus mengeluarkan dana tambahan. Misalnya Maghribi menyewa satu bus SAR per musim. Bus dengan kondisi kurang bagus bisa membuat jamaah tidak nyaman karena kursi kurang empuk atau AC kurang dingin. Dampaknya, untuk perjalanan jauh akan mengurangi kenyamanan jamaah. Namun di sisi lain, banyak PIHK yang menyewa bus yang bagus hingga 9

10 TOPIK UTAMA jamaah puas. Jatah konsumsi jamaah haji reguler setiap kali makan SAR 12, sedangkan jatah makan termurah yang disiapkan oleh PIHK SAR 25 hingga 35 per makan. PIHK dapat memilih sendiri penyedia katering dan menu makan. Distribusi makanan juga tidak telat karena jam makan sudah ditentukan dengan cara prasmanan. Namun, antrean terjadi ketika jamaah mengambil makanan di Armina. Di sisi lain, ada PIHK yang menyiapkan makanan buffeet dengan makanan berlimpah di hotel. Masalahnya, dengan harga paket program sama, layanan konsumsi bisa berbeda-beda. Meski tinggal di hotel bintang Grand Zamzam, ada juga PIHK yang menyajikan makanan prasmanan bersama-sama (bukan buffet). Standar pelayanan konsumsi jamaah haji khusus tidak sama dan merugikan jamaah yang sudah membayar mahal (semestinya mendapatkan layanan konsumsi lebih baik standar hotel berbintang). SPM kesehatan PIHK hanya mengatur jumlah dokter yang menyertai jamaah. Sementara Kepdirjen hanya menyebutkan dokter memiliki ijazah dan STR. Sesuai Kepdirjen Nomor D/160/2016 Pasal 5 (2b), PIHK dengan jamaah 47 hingga 94 dokter membawa satu dokter, 95 hingga 188 membawa dua dokter, dan 189 hingga 240 orang membawa tiga orang dokter. Namun, tidak semua PIHK memenuhi ketentuan membawa persyaratan dokter sesuai ketentuan dengan berbagai alasan: kuota tidak keluar atau untuk efisiensi. Untuk kloter gabungan dengan jumlah jamaah sedikit, jarang yang membawa dokter. Akibatnya, jamaah kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan. Tidak seperti dokter yang bertugas melayani jamaah haji reguler, dokter untuk jamaah haji khusus tidak melalui seleksi oleh Kementrian Kesehatan. Para dokter jamaah haji khusus juga tidak mendapatkan pelatihan khusus Perbandingan Pelayanan Kesehatan jamaah Haji Reguler & Haji Khusus Sumber: Pusat Data KPHI, BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

11 TOPIK UTAMA bagi PPIH kesehatan. Selain itu, tidak ada standar prosedur operasi pelayanan kesehatan di Arab Saudi. Dampaknya, dokter mendapatkan kesulitan untuk pengurusan obat, rawat jalan dan inap di KKHI maupun rumah sakit Arab Saudi, serta penanganan jamaah wafat. PIHK harus menyiapkan layanan kesehatan bagi jamaah, sehingga ada hak dan kewajiban yang perlu dilakukan travel. Penjabaran hak dan kewajiban ini belum dijelaskan secara rinci. Dalam hal penyediaan obat, perlu dicek apakah hak obat hanya untuk jamaah haji reguler. Sementara anggaran bersumber dari APBN yang digunakan untuk pelayanan kesehatan. Untuk itu, perlu dirumuskan dan disepakati hak dan kewajiban PIHK dalam pelayanan kesehatan jamaah haji khusus, termasuk penyediaan obat. Saringan istithaah kesehatan jamaah haji khusus pada tahun pertama masih longgar. Pertama, baru pertama kali dan belum disosialisasikan dengan baik. Kedua, jamaah sudah masuk nomor porsi. Ketiga, tidak ada instansi yang secara tegas memutuskan seorang jamaah tidak bisa berangkat karena tidak istithaah. Sementara ketentuan istithaah kesehatan untuk haji reguler sudah mulai berlaku. Seperti jamaah haji reguler, jamaah haji khusus banyak yang tersesat di Tanah Suci. Meski tinggal di hotel yang dekat dengan Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah, banyak jamaah haji khusus yang tersesat. Jamaah yang tersesat sebagian besar mengalami disorientasi di tempat baru. Jamaah yang baru datang di Arab Saudi tidak memahami geografi Arab Saudi. Apalagi, mereka tidak mendapatkan BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016 penjelasan yang cukup mengenai lokasi hotel dan bagaimana langkah yang dilakukan bila tersesat. Petugas dari Seksi Perlindungan Keamanan (Linjam) PPIH di Daker atau Sektor Khusus memang membantu jika ada jamaah haji khusus yang tersesat. Petugas akan mengantarkan ke pos terdekat atau menyarahkan ke seksi wasdal PIHK. Namun, belum ada panduan baku terhadap penanganan jamaah haji khusus. Karena itu, perlu pengaturan yang lebih baik perlindunngan dan keamanan jamaah haji khusus. KPHI sudah memberikan saran pada tahun-tahun sebelumnya agar formulir yang diisi PIHK secara spesifik membuat daftar pertanyaan sesuai dengan SPM, seperti jumlah jamaah dan petugas (pembimbing ibadah, petugas kesehatan, pendamping). Namun, formulir laporan masih tetap sama seperti tahun sebelumnya. Alasannya, memakai formulir yang masih tersisa dari tahun sebelumnya. Akibatnya, tidak dapat diketahui persis jumlah jamaah serta jumlah petugas kesehatan dan petugas lainnya (pembimbing ibadah, pendamping) beserta kualifikasinya yang dibawa PIHK sesuai SPM. Begitupun layanan fasilitas (akomodasi, transportasi, konsumsi, kesehatan) dan program serta dan jadwal PIHK di Tanah Suci kurang jelas. Akibatnya, tidak terpantau efektifitas program untuk jamaah. Solusi ke depan Pemerintah perlu mengoptimalkan penyerapan sisa kuota haji khusus sesuai urutan keberangkatan agar tidak terjadi kekosongan kuota. Selain itu, Pemerin- 11

12 TOPIK UTAMA tah perlu mengatur PIHK menjadi satu kesatuan sistem haji nasional dengan standarisasi sesuai klasifikasi, pelayanan kesehatan dan perlindungan keamanan jamaah terintegrasi dengan penyelenggaraan ibadah haji reguler. Kemudiaan, Pemerintah perlu mengatur jamaah haji nonkuota dengan visa haji sebagai bagian dari kuota nasional. Untuk upaya perbaikan, saran tindak lanjut yang perlu dilakukan Pemerintah agar membuat kebijakan ulang untuk menata ulang keberadaan haji khusus dalam hal: Pertama, dalam UU PIH, prinsip PIHK berbeda dengan dengan penyelenggaraan haji reguler dengan pinsip nirlaba. Kedua, kebijakan dalam pengelolaan PIHK agar lebih jelas dan terinci hak dan kewajiban PIHK beserta jamaah haji khusus. Ketuga, pengaturan ijin dan perpanjangan izin PIHK yang dapat meningkatkan kualitas pembinaan agar PIHK dapat meningkatkan pelayanan kepada jamaah haji khusus. Pemerintah agar mengupayakan pemanfaatan kuota haji khusus secara optimal. Pendaftaran langsung oleh jamaah haji khusus agar tidak ada manipulasi jamaah yang sudah melunasi atau belum. Penyediaan akses bagi jamaah haji khusus ke Siskohat untuk mengetahui nomor porsi dan tahun keberangkatan. Pengisian porsi sesuai nomor urut agar tidak terjadi banyak kursi jamaah haji khusus yang lowong. Pemerintah mengatur alokasi dan proporsi kuota haji khusus, termasuk penambahan kuota yang tidak dimanfaatkan. Agar segera merevisi Standar Pelayanan Minimum (SPM) dalam PMA Nomor 22 Tahun 2011 menyangkut ketentuan penggabungan antar-pihk yang menyangkut jumlah, pemindahan, dan penitipan agar tidak merugikan jamaah. Laporan program manasik haji (frekuensi, tempat, dan acara) bagi jamaah. Kewajiban PIHK melaporkan bimbingan manasik, pelayanan umum menyangkut layanan akomodasi di Makkah dan transito, Madinah, Jeddah, dan Armina; pelayanan transportasi udara dan darat, pelayanan konsumsi (katering dan menu); pelayanan kesehatan (dokter, fasilitas pengobatan); serta perlindungan dan keamanan jamaah. Laporan jumlah petugas pembimbing ibadah, petugas kesehatan, pendamping pengelola perjalanan sesuai ketentuan. Pemerintah agar membuat standarisasi pelayanan kesehatan dan perlindungan keamanan jamaah haji khusus yang terintegrasi dengan pelayanan untuk jamaah haji reguler. Standar pelayanan kesehatan di Tanah Air hingga di Arab Saudi. Penerapan istithaah kesehatan secara ketat mulai dari pemeriksaan awal. Perekrutan dokter mengikuti proses seleksi dan pelatihan yang terintegrasi dengan PPIH. Koordinasi Kementerian Agama dengan Kemnenterian Kesehatan dalam pelayanan kesehatan jamaah haji khusus, mencakup pelayanan beserta fasilitas obat-obatan. Penempatan pos di tempat strategis dan penambahan tenaga untuk perlindungan keamanan jamah haji khusus. Penulis adalah Komisioner Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) 12 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

13 TOPIK UTAMA Pembinaan Calon Jamaah Haji Indonesia Menuju Jamaah Mandiri Beribadah haji adalah mengunjungi Baitullah dengan melaksanakan rukun dan syarat yang ditentukan dalam ajaran Iislam. Dalam sistematika Dienul Islam, haji merupakan rukun Islam kelima yang menjadi puncak dan totalitas pengabdian seorang hamba kepada khaliknya. OLEH : DRS. H.M. SAMIDIN NASHIR, M.M BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016 Penyelenggaraan ibadah haji Indonesia merupakan tugas nasional yang strategis, karena melibatkan hampir semua potensi bangsa sebagai stake holders dan dilaksanakan secara serentak serta bersama-sama dengan umat Islam dari berbagai negara. Jamaah haji Indonesia terbesar jumlahnya dibanding jamaah dari berbagai negara di dunia dengan kuota yang diberikan Pemerintah Arab Saudi sebanyak jamaah, tentu jumlah yang sangat besar, namun kualitas SDM dan pemahaman agamanya masih memprihatinkan, sehingga dalam menunaikan ibadah (manasiknya) lebih banyak bergantung kepada orang lain (pembimbingnya). Dalam hiruk pikuknya orang beribadah di tanah suci maka kualitas jamaah seperti itu akan menjadi masalah besar seperti jamaah tidak tahu dan tidak selesai melaksanakan Rukun dan wajib hajinya tanpa disadari, jamaah terpisah dari rombongan terus tersesat bahkan ghoib, jamaah memforsir diri melakukan amalan sunat tanpa pengetahuan sehingga kelelahan dan jatuh sakit hingga meninggal dunia. Karena itu, perlu pembinaan jamaah sejak dini secara komperehensif agar 13

14 TOPIK UTAMA pada saat mendapatkan panggilan berangkat haji telah siap mental dan pengetahuannya untuk bisa mandiri beribadah haji dalam rangka meraih haji mabrur. Dengan latar belakang seperti itu, ada beberapa permasalahan dan faktor yang mempengaruhi jamaah dalam keberlangsungannya penyelenggaraan haji. Hal tersebut bisa dilihat seperti berikut, 1. KONDISI JAMAAH Jika dilihat dari aspek pelaku ibadah, tetu hal yang paling disoroti pertama adalah kondisi jamaah. Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) dalam melakukan pengawasan banyak melakukan temuan di lapangan. Salah satu yang disoroti adalah pengetahuan agama yang kurang. Setidaknya ada tiga temuan besar dalam hal ini. Pertama yaitu banyak ditemukan jamaah yang belum paham rukun dan wajib haji seperti ketika umrah wajib hanya melaksanakan thawaf, bahkan ada yang hanya mencium hajar aswad, melanggar aturan ihram tanpa disadari, tidak memahami proses haji dan sebagainya. Kedua ditemukannya sebanyak jamaah tersesat di Masjidil Haram belum menyelesaikan thawaf dan sa i ketika umrah wajib, tetapi mereka tidak tahu menyelesaikannya (Tahun 2013). Ketiga yaitu melakukan amalan sunah berlebihan (sebelum Armina) sehingga kelelahan dan jatuh sakit. Keempat adalah tingkat pendidikan rendah dan mayoritas belum pernah ke luar negeri sehingga bingung, takut dan pasif. Akibatnya sangat bergantung kepada kelompok dan mudah dipengaruhi orang lain. Kelima adalah banyaknya jamaah resti. Dari sumber data yang telah diterima, pada Tahun 2013 sebanyak 71%, tahun 2014 sebanyak 68,8% dan tahun 2015 sebanyak 60,9%. Dengan antrian makin panjang maka jamaah Resti akan meningkat. 2. KEBIJAKAN DAN PEMBIMBING 14 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

15 TOPIK UTAMA DAN KONDISI PETUGAS Penyelenggaraan ibadah haji, tak lepas dari regulasi dan kebijakan yang telah diterapkan oleh undang-undang serta aturan berdasarkan regulasi mengenai peyelenggaraan ibadah haji. Setidaknya dari hasil pengawasan yang dilakukan oleh KPHI ada beberapa yang menjadi sorotan, antara lain: a. Bimbingan manasik haji oleh Kemenag tahun 2013 sebanyak 10 X, tahun 2014 sebanyak 10 X, dan tahun 2015 turun menjadi 6 X. Bandingkan dengan jamaah Tabung Haji Malaysia yang mendapatkan bimbingan manasik 17 X plus pemantapan 2 X. Jamaah haji Indonesia tahun 2016 rencananya mendapat bimbingan manasik 10 X. b. Bimbingan manasik oleh Ormas Islam dan KBIH sangat variatif. Ada yang menyiapkan agar jamaah betul-betul mengusai manasik sehingga mampu mandiri, tetapi banyak yang mengkondisikan agar jamaah selalu bergantung kepada pembimbingnya. Beberapa PP-IPHI telah melaksanakan bimbingan manasik haji kepada CJH secara periodik dalam satu tahun dengan swadaya dan bekerjasama dengan Pemda/Kemenag. c. Buku Saku Panduan Manasik Haji dari Kemenag selalu terlambat sampai ketangan jamaah, bahkan ada yang dibagikan saat jamaah di embarkasi. Panduan manasik belum disertai peta lokasi yang jelas meliputi peta pemondokan, peta Al-Haram, rute-rute jalan dan peta Armina. d. Kondisi Petugas Pembimbing: 1) TPIHI belum tersertifikasi dan didominasi PNS Kemenag yang kompetensi dan kepemimpinannya kurang (kalah dengan KBIH). 2) Sebagian petugas pembimbing ibadah non kloter ( di Arab Saudi) tahun 2015 tidak punya kompetensi sebagai pembimbing ibadah. 3) TPIHI dan Pembimbing Ibadah Non Kloter belum menerapkan Rekam Jejak Ibadah (pendataan pelaksanaam ibadah haji yang rukun/wajib dari tiap jamaah disetiap Regu/Rombongan/Kloter, sehingga bisa dipantau, dievaluasi dan dipandu secara benar. 3. KONDISI FASILITAS IBADAH DAN KERAWANAN DI ARAB SAUDI BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN

16 TOPIK UTAMA Dalam pelaksanaan ibadah haji, hal yang menjadi sorotan juga adalah mengenai fasilitas ibadah serta kerawanan akan tindak kejahatan yang menimpa calon jamaah haji. Setidaknya ada beberapa yang perlu menjadi perhatian, Antara lain: a. Perluasan Al-Haram. Pekerjaan perluasan Al-Haram, khusunya masjidil Haram belum selesai sehingga berdampak mengurangi space ibadah dan membingungkan jamaah ketika masuk da keluar masjidil Haram. b. Fasilitas terminal bus sekitar AL-Haram yang belum selesai penataan selain menambah kebingungan jamaah sehingga berdampak kepada kurang lancarnya jamaah dalam beribadah. c. Kurangnya Pos-Pos (Statis/Mobile) Petugas PPIH sebagai pemandu jamaah di daerah padat dan rawan berakibat banyak jamaah tersesat jalan, kelelahan dan jatuh sakit tidak tertangani dengan baik. Data yang dicatat petugas tahun 2013 mencapai orang dan tahun 2015 mencapai orang. Hal ini berdampak pada kelancaran beribadah selama di tanah suci, karena 4% jamaah tersesat dan kondisinya tidak berdaya. d. Tragedi Mina Tahun 2015 yang mengakibatkan 130 orang jamaah haji Indonesia wafat pada saat berangkat melontar junroh Aqobah pada hari Nahar (total korban orang wafat) karena berdesak-desakan tidak tidak terkendali di jalan. SOLUSI PEMBINAAN JAMAAH HAJI Pemerintah bersama-sama stake holder haji Indonesia harus berupaya untuk membina kemandirian jamaah agar setiap jamaah menguasai betul manasik hajinya, mampu beribadah dengan baik dan benar, memahami sendiri dan situasi ketika di tanah suci, serta mentaati ketentuan yang berlaku. Tujuannya agar setiap jamaah haji dapat menunaikan ibadahnya sesuai dengan syariat Islam dan dapat meraih kemabruran hajinya. 1. CAKUPAN MATERI Untuk itu, dalam pembinaan jamaah haji harus mencakup: Pembinaan mentak dan fisik, Pembinaan manasik haji dan kemampuan beribadah sehari-hari, Pembekalan wawasan kondisi dan situasi di tanah suci, serta keterampilan beraktifitas sehari-hari selama menunaikan ibadah haji. A. Pembinaan Mental dan Fisik 1) Akhlak pergaulan dan perilaku sehari-hari. 2) Menjaga kesehatan dan meningkatkan daya tahan sejak di tanah air. 3) Membiasakan disiplin dalam kegiatan di regu/rombongan/kloter. B. Pembinaan Manasik dan Ibadah Sehari-hari 1) Pembekalan aqidah dan ibadah 2) Pelatihan membaca Al-Qur an dan tulisan arab 3) Bimbingan manasik haji dan umrah (teori dan praktek) hingga jamaah faham 4) Pemahaman makna/nilai-nilai ibadh haji C. Pembekalan Wawasan Lingkungan Tanah suci 1) Peta kota/daerah penting (Jeddah, 16 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

17 TOPIK UTAMA Mekah, Arafah/daerah Muzdalifah, Mina dan Madinah). 2) Rute-rute jalan terpenting di tanah suci dan rute bus sholawat. 3) Posisi kantor misi haji Indonesia, Daker dan Sektor serta Pos-Pos di Armina 4) Posisi pemondokan dan ketentuan tinggal di hotel. D. Keterampilan Beraktifitas Sehari-hari 1) Pengetahuan dan keterampilan saat naik bus, naik pesawat, jalan kaki di Arab Saudi, menggunakan/naik kendaraan umum. 2) Kebiasaan dan keterampilan ketika berada di pemondokan dan perkemahan Armina. 3) Pengetahuan dan keterampilan ketika beribadah dan Al-Haram dan Armina. 4) Pengetahuan dan keterampilan ketika berbelanja dan ziarah (city tour). 5) Keterampilan menggunakan perlengkapan dan tanda pengenal jamaah. 2. PENGORGANISASIAN JAMAAH. Selama ini pembentukan organisasi dalam bentuk Regu, Rombongan dan Kloter pembentukannya lambat, sehingga menjelang keberangkatan kloter belum solid. Akibatnya petugas kloter tidak dikenal jamaah saat berangkat (hanya dikenal pakaiannya), hubungan antar jamaah sangat longgar, kecuali dalam regu. Pengalaman di negeri Jiran mereka mengorganisir jamaah sejak awal tahun dan dilakukan secara cermat sehingga kloter, rombongan dan regu dapat terbangun dengan solid. Bahkan dari peyelenggara/panitia. Pimpinan kloter, rombongan dan regu semua berasal dari jamaah. Pembinaan organisasinyaseiring dangan kegiatan bimbingan manasik haji yang dilakukan sejak awal. Di Indonesia, jika jamaah dalam kloter BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN

18 TOPIK UTAMA Rapat Komisioner KPHI dengan Kementerian Kesehatan itu berasal dari KBIH besar maka Karom dan Karunya berasal dari KBIH sehingga jamaah lebih mengenal sejak awal. Namun untuk jamaah mandiri seringkali pembentukan organisasinya mepet dengan saat pemberangkatan. Mestinya, ketika telah ada kepastian kuota harus sesegera mungkin diorganisir kloter, rombongan dan regunya. Karena petugas kloter menunggu hasil seleksi calon petugas maka mereka bisa disusulkan penggabungannya dengan beradoptasi dan menyatu dengan jamaahnya. 3. PENGUATAN PETUGAS 1. Petugas Kloter (yang menyertai jamaah). Komponen petugas kloter terdiri dari TPIH, TPIHI, TKHI, TKHD dan TKHD. TPIH dan TPIHI dibentuk oleh Kemenag, TKHI dibentuk oleh Kemenkes, dan TPHD serta TKHD dibentuk oleh Gubernur/Kepala Daerah. Kelemahan umum petugas kloter adalah kepedulian kedisiplinan dan kepemimpinan serta kecekatan penyebab terjadinya korban dalam tragedi Mina tahun 2015 bagi jamaah Indonesia sebagian karena kelemahan petugas kloter, terutama TPIH dan TPIHI. Disamping itu peran TPHD selama ini tidak maksimal karena penunjukannya sarat kepentingan, sehingga tidak dapat membantu mengendalikan kloternya. Kedepan perlu pembenahan terhadap petugas-petugas kloter, seperti TPHI tidak didominasi PNS Kemenag tetapi perlu dilibatkan unsur/instansi lain dengan garansi sehingga ada kompetensi. Demikian pula untuk petugas TPIHI perlu di share dengan semua stakeholder haji dengan seleksi yang jujur dan ketat, sehingga petugas TPIHI disegani dan diikuti oleh jamaahnya. 2. Petugas Non Kloter. Semua petugas non kloter yang terkait dengan bimbingan ibadah harus selektif sesuai kompetensi dan pengalaman petugas yang dipersyaratkan. Tidak diulangi lagi pe- 18 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

19 TOPIK UTAMA nugasan mereka sekedar untuk memenuhi giliran kesejahteraan pegaai. Karena masalah ibadah merupakan tolak ukur utama keberhasilan penyelenggaran ibadah haji. Petugas lain dilapangan yang membantu kelancaran prosesi jamaah dalam beribadah adalah petugas perlindungan dan pengawasan jamaah. Sayangnya jumlah mereka sangat kurang sehingga tidak cukup untuk menggelar pos-pos terdepan pemanduan jamaah. Selama ini petugas yang direkrut dari TNI/Polri sekitar 50 orang. KPHI pada akhir musim haji 2015 merekomendasikan untuk mencukupi kebutuhan minimal petugas perlindungan dan pengamanan di Arab Saudi sebanyak 109 orang dari unsur TNI/Polri. Sedangkan petugas kesehatan non kloter yang selama ini lebih dominan bertugas di BPHI dan Sektor perlu di dorong sebagian untuk membackup pos-pos terdepan yang dikendalikan oleh petugas dari TNI/Polri, sehingga dapat memberikan pertolongan cepat kepada jamaah haji yang kelelahan dan jatuh sakit. IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan a. Calon Jamaah Haji Indonbesia (CJH) umumnya SDM rendah dan pengetahuan agamanya kurang, sehingga perlu disiapkan sejak terdaftar sebagai CJH untuk mampu menjadi jamaah haji mandiri (isthitha ah kaffah). b. Penyelenggaraan ibadah haji (pemerintah dan swasta) belum sungguhsungguh menyiapkan program pembinaan jamaah haji (pra dan selama BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016 operasional) yang komprehensif untuk mewujudkan kelancaran beribadah guna meraih kemabruran hajinya. c. Dari aspek pembinaan jamaah haji, pemerintah belum membuat kebijakan terkait pengaturan persyaratan calon jamaah haji yang dianggap mampu menunaikan ibadahnya dengan baik dan benar. 2. Rekomendasi a. Penyelenggaraan ibadah haji (pemerintah dan swasta) agar memprogramkan pembinaan ibadah secara bertahap, bertingkat dan berlanjut sejak CJH terdaftar dengan bekerjasama komunitas haji di daerah. b. Perlu ada kebijakan pengaturan persyaratan kemampuan beribadah CJH seperti syarat lancar membaca Al Qur an dan lulus manasik haji serta paham ibadah fardhu, bagi CJH yang belum memenuhi syarat pada setahun sebelumnya dianggap belum mampu dan ditunda untuk dimasukkan dalam kuota pada tahun jatuh tempo. c. Dengan upaya demikian maka jamaah haji Indonesia kedepan terdiri dari jamaah yang berkualitas (memiliki kemandirian). Upaya ini sekaligus sebagai salah satu solusi mengatasi antrian panjang CJH. Penulis adalah Ketua Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) 19

20 REPORTASE Waspada, Haji Ilegal Ratusaan jamaah haji via Filipina diinapkan di Asrama Haji Pondok Gede Salah satu aspek yang paling disoroti dan menjadi perhatian masyarakat muslim Indonesia pada penyelenggaraan haji tahun 2016 adalah terjadinya kasus jamaah haji ilegal dengan menggunakan kuota negara Filipina. OLEH : SUNDORO, SHI Kejadiaan ini sontak menjadi catatan penting bagi pemerintah Indonesia untuk membongkar praktik haji ilegal yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dan melawan hukum. Seperti pada kasus 177 jamaah haji yang menggunakan paspor Filipina, para calon jamaah haji ini berasal dari sejumlah daerah di Indonesia dan gagal berangkat ke Tanah Suci lantaran keburu terciduk oleh aparat imigrasi Filipina. Setelah dilakukan penyelidikan oleh aparat kepolisian ternyata disinyalir banyak juga jamaah yang sudah lolos berangkat ke Tanah Suci. Perjalanan haji ilegal ini terungkap ketika dalam proses pemeriksaan di bandara, para calon jamaah haji tak ada yang bisa menjawab ketika ditanya menggunakan bahasa Tagalog. Karena polisi curiga akan hal ini akhirnya mereka pun diturunkan dari pesawat dan dimintai keterangak oleh kepolisian. Akhirnya dari 177 calon jamaah haji eks Filipina ditahan sembilan orang untuk dimintai keterangan oleh otoritas Filipina. Selain kasus 177 calon jamaah haji yang tertahan sebelum berangkat, 20 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

21 REPORTASE BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016 disinyalir masih ada jamaah haji WNI yang sudah lolos menggunakan paspor Filipina dengan jumlah antara orang. Diduga kuat sebagian besar jamaah tersebut berasal dari Indonesia dan Malaysia. Berakhirnya musim haji, benar saja, para jamaah haji yang menggunakan kuota Filipina ini sudah ditunggu kedatangannya di Manila pada periode September Alhasil, sebanyak 106 jamaah haji WNI tertangkap tangan menggunakan paspor Filipina. Berkaca dari kejadian di atas, tentu hal ini menjadi pelajaran yang sangat berharga karena haji sebenenya adalah ibadah namun banyak jamaah yang rela dan berani mengambil jalur ilegal. Calon jamaah haji yang menempuh jalan haji ilegal seperti ini merupakan salah satu bentuk kekecewaan terhadap lamanya daftar tunggu (waiting list) yang dihadapi bagi calon jamaah haji. Waiting list yang begitu lama membuat para calon jamaah merasa pesimis dan nekad untuk melakukan hal yang mereka sendiri tidak tahu dengan konsekuensi yang harus ditanggungnya, asalkan bisa menjalankan ibadah haji baginya sudah sangat bahagia dan bersyukur. Berkaca dari kasus yang terjadi, persoalan haji tentu menjadi ranah pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Agama. Persoalan ini bukan masalah baru yang sedang dihadapi oleh pemerintah Indonesia, sebab beberapa musim terakhir juga marak kasus terjadi seperti ini. Dirjen penyelenggara haji dan umrah Abdul Djamil sangat menyayangkan tindakan yang telah dilakukan oleh para calon jamaah. Hal ini bukan hanya merusak dan merugikan citra calon jamaah, tetapi sebagai penyelenggara tentu telah dibuat tercoreng oleh kejadian yang menimpa tersebut. Dirjen berpesan kalau mau berangkat haji, ikutilah jalur yang semestinya, sehingga terjamin dari aspek keberangkatannya, perlindungannya, bimbingannya, dan pelayanannya. Faktor penyebab Salah satu alasan para jamaah WNI lantaran masa tunggu berangkat haji di Indonesia yang lama. Sementara kerinduan serta keinginan untuk segera berangkat ke Tanah Suci sangat tinggi. Setidaknya ada beberapa yang menjadi catatan kenapa para calon jamaah haji menempuh jalan haji ilegal. 1. Waiting list yang lama Haji yang diberikan oleh Pemerintah Arab Saudi untuk Indonesia merupakan kuota yang terbesar di dunia yaitu sebanyak jamaah. Kendati demikian kuota tersebut masih belum cukup untuk mengakomodir jumlah jamaah yang ada, terbukti dengan lamanya daftar tunggu hingga mencapai 15 tahun bahkan di beberapa wilayah Indonesia seperti Sulawesi mencapai 29 tahun, bahkan di Kabupaten Wojo dan Sidrap daftra tunggu jamaah haji mencapai 40 tahun. Tentu hal ini merupakan masalah besar bagi calon jamaah haji yang sudah mempunyai niat ke Tanah Suci dengan segera, selain itu, banyak calon jamaah haji yang merasa usianya sudah udhur khawatir tidak bisa menjalankan rukun Islam yang ke lima ini. Di sisi lain, adanya tawaran yang sangat menggiurkan akan solusi ibadah haji 21

22 REPORTASE Para calon jamaah haji ilegal ditampung di KedutaanBesar RI di Manila yang hanya menunggu beberapa tahun saja. Bahkan, apabila calon jamaah menyanggupi pembayaran dengan jumlah yang telah ditentukan, dengan segera tahun itu juga setelah mendaftar jamaah bisa langsung diberangkatkan untuk ibadah haji. Para korban haji ilegal yang menggunakan paspor Filipina mengakui bahwa mereka secara sengaja berangkat haji melalui negara tersebut. Mereka berdalih bahwa yang mereka lakukan merupakan bentuk terhadap kerinduan Baitullah dan tidak sabar menunggu waktu yang terlalu lama. 2. Tidak adil dalam memberikan jatah kuota di daerah Kekecewaan calon jamaah haji Indonesia sehingga memilih jalur haji ilegal adalah karena adanya rasa ketidakadilan pemerintah dalam membagi kuota haji di berbagai daerah dan berpihak pada wilayah tertentu saja. Problematik banyaknya jamaah yang menempuh jalan ilegal bukan hanya semata-mata terletak pada kesalahan calon jamaah. Namun, ada pihak tertentu yang memberikan jalan kemudahan bagi mereka dengan cara solusi mudah menuju Baitullah, tanpa harus menunggu lama berpuluh-puluh tahun. Pada kasus jamaah Indonesia yang menggunakan paspor Filipina ini tentu banyak diambil pelajanan, ternyata hal ini sudah terstruktur dan da beberapa biro penyelenggara perjalanan ibadah haji dan umrah yang secara langsung terlibat dalam pengumpulan jamaah dan pemberangkatan. 3. Adanya tawaran yang menggiurkan Salah satu jamaah haji yang lolos dan sukses menjalankan ibadah haji dengan jalur ilegal ini adalah Sutra Binti Su- 22 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

23 REPORTASE dirman. Ia merupakan warga Bone, Sulawesi Selatan, yang saat ini berdomisili di Sabah, Malaysia. Sutra tergiur dengan adanya penawaran pemberangkatan ibadah haji dengan cepat tanpa menunggu waktu yang begitu lama hingga puluhan tahun. Tentu hal ini sangat menjadi solusi baginya, terlebih dana yang dimiliki sudah cukup untuk bisa berangkat ke Tanah Suci esuai dengan niatnya selama ini. Bahkan, bukan hanya secara pribadi pergi haji, namun juga membawa saudara, keluarga dan kerabat dekat. Inilah yang mungkin selama ini telah dilakukan oleh para jamaah haji ilegal, dengan dalih lebih cepat maka kenapa tidak untuk segera daftar dan berangkat tanpa harus menunggu lama. Ketua Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) Samidin Nashir mengusulkan agar Kemenag menata sistem distribusi kuota haji dengan adil dengan membuat kebijakan agar semua daerah dengan masa tunggu yang sama. Hal itu juga mencegah kasus lain, misalnya orang dari Sulawesi berangkat haji dari Papua. Jadi, di masa depan sebaiknya tidak ada lagi kuota kabupaten maupun kuota provinsi, tapi seluruhnya merupakan kuota nasional. Samidin menilai, sejatinya bila ingin mengetahui seseorang menunaikan ibadah haji secara resmi atau tidak, maka dapat diketahui mulai dari proses perencanaan keberangkatan. Biasanya anggota keluarga mengetahui dari nomor porsi keberangkatan, tahun keberangkatan hingga kelengkapan dokumen perjalanan haji dari Kementerian Agama RI. Para tetangga umumnya juga mengetahui adanya seseorang akan menunaikan ibadah haji tatkala yang bersangkutan menggelar walimatusafar. Atau dengan kata lain, pihak tuan rumah yang akan menunaikan ibadah haji menggelar acara selamatan. Calon haji sebelum berangkat lazimnya mengundang ustadz memimpin membaca doa, hingga tuan rumah minta maaf atas kesalahannya sebagai manusia dan minta didoakan para undangan agar ketika menunaikan ibadah dan segala ritualnya dapat sukses dan selamat. Hal-hal seperti itu sebetulnya bisa dijadikan sebagai deteksi dini, apakah seseorang berangkat haji dengan cara legal atau ilegal. Bila ditemui keganjilan, maka sebaiknya warga (para tetangga) dapat menasihati yang bersangkutan untuk tidak berangkat. Oleh karena tak memiliki izin, maka pelanggaran yang dilakukan sudah masuk dalam ranah hukum, baik pidana maupun keimigrasian. Haji berpaspor Filipina itu berasal dari sembilan daerah, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, DKI Jakarta dan Lampung. Sementara itu, sebagian lainnya adalah WNI yang berdomisili di Sabah, Malaysia. Dari kejadian tersebut ada beberapa fakta seperti jamaah terbesar dari Sulawesi Selatan, 177 jemaah haji diketahui membayar sampai dolar untuk dapat berangkat haji menggunakan kuota cadangan yang diberikan pemerintah Arab Saudi kepada jemaah haji Filipina. Agar tidak terjadi lagi kasus calon haji tertahan di negara tetangga, waspadalah haji ilegal. Penulis adalah jurnalis haji dan umrah BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN

24 REPORTASE KBIH Potensial Versus KBIH Nakal OLEH : WAGIRUN Pergi haji merupakan karunia Allah yang menjadi impian dan harapan setiap muslim, sedangkan predikat Haji Mabrur yang tiada balasan lain kecuali surga tak urung menjadi target utama dari kepergian umat Islam ke Baitullah, sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga. (HR. Bukhari dan Muslim). Namun, mungkinkah semua yang berhaji mendapat predikat mabrur? Jawabannya mungkin saja, setidaknya bila terpenuhi dua syarat, yaitu dalam menunaikannya benar-benar ikhlas karena Allah SWT dan yang kedua ditunaikan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Guna memenuhi dua syarat tersebut maka menjadi keniscayaan bahwa setiap calon jamaah haji dituntut memiliki pemahaman dan kemampuan tentang ilmu manasik haji sebagaimana tuntunan Rasulullah SAW, namun demikian tidak sedikit calon jamaan haji yang minim pengetahuan tentang praktek dan segala hal yang berkaitan dengan prosesi ibadah haji. Kondisi seperti ini sebenarnya tidak boleh terjadi karena dampaknya menyebabkan kegamangan pada saat pelaksanaan ritual ibadah haji di tanah suci, tidak dapat dipungkiri bahwa disinilah peran serta Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dalam membantu Pemerintah melaksanakan pembimbingan terhadap calon jamaah haji sesuai amanat Undang-Undang No. 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Haji. 24 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

25 REPORTASE Peran KBIH Dambaan setiap calon jamaah haji adalah kesempurnaan dalam ibadah, atas dasar itulah maka setiap jamaah berusaha untuk dapat melaksanakan ibadah tersebut sebaik mungkin diantaranya dengan mengikuti bimbingan manasik secara intensif. Memang idealnya semua calon jamaah haji bisa mandiri, artinya tidak tergantung dengan orang lain, mulai dari pendaftaran, melengkapi berkas administrasi, melaksanakan pemeriksaan kesehatan, membayar BPIH, hingga pelaksanaan ritual ibadah haji di tanah suci bahkan sampai pulang kembali ke kampung halaman. Proses tersebut sejatinya tidak rumit, hanya memang banyak faktor yang menyebabkan calon jamaah haji enggan menjalaninya sendiri, beberapa faktor tersebut diantaranya usia yang sudah tua, sibuk, takut salah, khawatir hajinya tidak sah, gamang bila tidak ada pembimbing dan lain sebagainya. Kenyataan ini memberikan peluang yang cukup besar kepada Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) guna membantu kesulitan para jamaah, menjamin kelancaran prosesi ritual ibadah haji maupun mengatasi permasalahan jamaah pada saat berada di tanah suci. Bagaimanapun juga, peran KBIH demikian besar dalam membantu pemerintah melaksanakan tugas pembimbingan terhadap jamaah haji khususnya sebelum jamaah berangkat ke tanah suci atau ketika masih berada di tanah air, sedangkan ketika jamaah sudah masuk embarkasi, berangkat dan selama berada di tanah suci hingga kembali ke embarkasi asal, sepenuhnya menjadi tanggung jawab petugas (Kloter maupun Non Kloter) yang ditunjuk oleh pemerintah dalam hal ini Kementrian Agama. Meski pada kenyataannya petugas KBIH (pembimbing yang mumpuni di bidang manasik dan juga pengalaman di lapangan) terus melaksanakan pendampingan jamaah hingga di tanah suci. Inilah yang menjadi pendorong semangat bagi calon jamaah haji sehingga mereka merasa lebih tenang bila ikut KBIH meski dengan konsekwensi harus membayar uang layanan KBIH yang besarannya berfariasi. Berangkat dari niat yang baik, maka pendirian dan keberadaan KBIH yang kini tumbuh pesat bak jamur tumbuh dimusim hujan seharusnya dikawal secara ketat, mulai dari keharusan mendapat ijin resmi, keharusan memenuhi standar layanan/pembimbingan calon jamaah haji, hingga pemantauan atau pengawasan ketat dan melekat dari Kementrian Agama, hal ini demikian penting dengan maksud untuk menghindari terjadinya BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN

26 REPORTASE Pelepasan jamaah haji oleh KBIH penyimpangan-penyimpangan yang dilaksanakan oleh KBIH nakal baik di tanah air maupun di tanah suci. Masih ada KBIH Nakal Maju pesat dan tumbuh kembangnya KBIH tidak lepas dari prospek yang menjanjikan baik sebagai ladang ibadah maupun ladang bisnis, sebagai ladang ibadah tentunya apabila KBIH dikelola dengan niatan mulia guna berkhidmat dalam agama, sedangkan sebagai ladang bisnis karena memang KBIH orientasinya berbasis bisnis dan itu sah-sah saja sepanjang dalam pelaksanaan dan pengelolaannya tidak menzhalimi jamaah. Dari pernyataan di atas mungkin kita pun bertanya, hari gini apa masih ada KBIH nakal yang menzhalimi jamaahnya? Jawabannya mari kita lihat rekam jejak yang menjadi indikator KBIH nakal karena tidak amanah, indikator tersebut diantaranya masih banyak jamaah haji yang terabaikan di tanah suci meski mereka tergabung dalam KBIH, sudah berhari-hari di kota Makkah tetapi tidak memahami bagaimana tawaf yang benar, bagaimana sa i yang benar, tidak faham umroh sunnah itu seperti apa, tidak faham larangan-larangan dalam berihrom dan banyak lagi yang lainnya, sehingga kesempurnaan ibadah yang didambakan bila dihadapkan dengan kondisi tersebut, tentunya masih jauh dari yang diharapkan. Lebih jauh lagi mari kita lihat kasus-kasus pada musim haji 1437 H/2016 M yang melibatkan KBIH nakal, terkadang memang kita tidak terlalu yakin bila oknum dibalik kasus-kasus tersebut adalah petugas KBIH, akan tetapi ketika dilakukan investigasi ternyata memang benar bahwa kasus tersebut merupakan ulah oknum KBIH nakal. Contoh: Kasus penelantaran jamaah, kasus ini terjadi karena KBIH enggan atau tidak mematuhi Edaran PPIH Arab Saudi yang menyampaikan himbauan tentang pelaksanaan tawaf wada agar dilaksanakan minimal 26 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

27 REPORTASE KBIH berperan membina jamaah mencapai kemabruran haji 12 jam sebelum waktu pemulangan yang sudah ditentukan, kebijakan ini merupakan langkah antisipasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap jamaah masih ada waktu cadangan untuk penanganannya, akan tetapi ada saja KBIH yang mengabaikan Edaran tersebut sehingga dengan sengaja mereka membawa jamaahnya untuk melaksanakan tawaf wada bahkan tiga jam sebelum waktu pemulangan, dampak yang terjadi ketika salah satu jamaahnya terpisah rombongan atau ghoib maka dapat dipastikan jamaah tersebut akan terlantar dan akhirnya ditinggalkan rombongan menuju bandara Jeddah untuk pulang ke tanah air, maupun rombongan yang menuju kota Madinah untuk melaksanakan arba in. Kasus lain, ada pula KBIH yang jamaahnya terpisah kloter penerbangan, artinya dari tanah air tidak berangkat bersama-sama dan sesampainya di Makkah pun pemondokannya berbeda, BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016 namun sesampainya di Makkah oknum KBIH secara diam-diam memindahkan jamaahnya yang berbeda kloter dan pemondokan tersebut untuk bergabung dengan KBIH miliknya tanpa melalui proses tanazul (tanazul ilegal) bahkan tanpa ijin Ketua Kloter dari jamaahnya tersebut, kondisi ini jelas menimbulkan masalah baru antara lain terkait akomodasi, konsumsi dan sederet masalah lain yang menyertainya. Kasus lain, tidak sedikit KBIH yang bekerjasama atau mempekerjakan mukimin sebagai mutowif terutama untuk mendorong kursi roda jamaah yang udzur tanpa ada pendampingan baik dari petugas KBIH maupun keluarga jamaah udzur, padahal baik petugas KBIH maupun mutowif sudah tahu bahwa cara tersebut dipandang ilegal dan pelakunya akan ditangkap oleh petugas Kepolisian Harom. Dampaknya, ketika mutowif ditangkap Polisi pada saat mendorong jamaah udzur, maka sudah dipastikan jamaah ud- 27

28 REPORTASE zur menjadi terlantar, meskipun petugas perlindungan jamaah PPIH Arab Saudi dari Sektor Khusus selalu siap dan terus memonitor route towaf maupun sa i dengan kursi roda, sebagai antisipasi pengamanan jamaah apabila ada yang terlantar atau mengalami kasus yang lainnya. Permasalahan lain yang berkaitan dengan KBIH nakal ini secara kuantitas masih banyak lagi dan secara kualitas pun bervariasi, mulai dari tidak tunduk kepada Ketua Kloter dan perangkatnya, mengabaikan himbauan-himbauan yang merupakan kebijakan PPIH Arab Saudi semisal menguasai dan menentukan kamar dengan skala perioritas untuk jamaahnya sendiri padahal konfigurasi hunian kamar sudah ditata sedemikian rupa oleh Kemenag, berangkat ziarah ke Jeddah, memasukkan penumpang gelap ke penginapan dan tenda jamaah, melanggar jadwal melontar dan pelanggaran SOP (standard operational prosedure) lainnya hingga pengabaian hak-hak jamaah yang secara materil telah mengeluarkan sejumlah uang bimbingan kepada KBIH. Pada perinsipnya KBIH memiliki potensi besar terutama dalam melaksanakan fungsi pembimbingan bagi calon jamaah haji, sehingga diharapkan jamaah akan memiliki pemahaman terhadap potensi dirinya dengan baik, memahami ilmu manasik secara utuh, mudah dalam melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan, dapat mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan lain sebagainya, sehingga calon jamaah haji yang bergabung dengan KBIH menaruh harapan besar untuk mengantar mereka dalam menyempurnakan ibadah meraih haji mabrur. Nilai luhur tersebut menjadi lebih sempurna lagi bila KBIH mematuhi aturan atau ketentuan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (Kementrian Agama), mendukung, bekerjasama dan bersinergi dengan Petugas Kloter maupun Non Kloter sejak dari tanah air hingga kembali ke tanah air. Maka bagi KBIH yang amanah, tidak ada kalimat yang pantas bagi mereka kecuali jazakumullahu khaira, karena usaha mereka banyak jamaah merasa aman, nyaman dan mampu melaksanakan ibadah dengan baik sesuai tuntunan Nabi. Sebaliknya stigma KBIH nakal akan terus melekat manakala oknum KBIH tersebut tidak memenuhi standar layanan bagi jamaahnya dan tidak mematuhi ketentuan atau peraturan yang berlaku. Dan bila hal itu yang terjadi, maka menjadi tugas Kementrian Agama untuk meninjau ulang ijin KBIH yang sudah dikeluarkan, selanjutnya melaksanakan pembinaan dengan memberikan sanksi secara bertahap, mulai dari Peringatan Tertulis, Pembekuan Ijin dan pada akhirnya Pencabutan Ijin. Pembinaan dan pengawasan serta reward and punishment, pada akhirnya menjadi kata kunci atas keikutsertaan KBIH dalam membantu Kementrian Agama melaksanakan pembimbingan terhadap calon jamaah haji, karena dengan pemahaman yang utuh dan dengan penguasaan ilmu manasik yang lengkap, insya Allah akan mengantarkan jamaah pada kesempurnaan ibadahnya dan meraih impiannya menjadi haji yang mabrur. Semoga bermanfaat!. Penulis adalah Pamen TNI AD, Kasi Perlindungan Jamaah Daker Mekah Tahun BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

29 OPINI Bagian II Ikhtiar Menuju Petugas Haji Profesional OLEH : Drs. ABU HASAN, M.M. Agar ada keterkaitan pikir dengan pembahasan tentang Ikhtiar Menuju Petugas Haji Profesional pada bagian pertama, maka perlu kita pahami bersama bahwa pengelolaan calon petugas haji yang baik harus dilaksanakan secara berkesinambungan melalui rangkaian aktivitas yang terintegrasi. Dengan pengelolaan calon petugas haji yang baik maka dapat diciptakan petugas haji yang profesional dalam jumlah memadai berdasarkan keahlian yang dibutuhkan sesuai tuntutan penyelenggaraan haji, sehingga tercapai produktivitas petugas haji yang optimal dalam mendukung keberhasilan implementasi strategi yang telah ditetapkan. Setelah melalui serangkain proses rekrutmen yang dilaksanakan secara bersih, transparan dan akuntabel, maka rangkain kegiatan yang harus dilakukan dalam rangka menuju petugas haji yang professional adalah adanya sistem pelatihan berbasis kompetensi. Setiap sistem pelatihan yang bermakna harus terintegrasi dengan strategi sumber daya manusia dalam penyelenggaraan haji, jika ingin hal itu terlaksana secara efektif. Oleh karena itu pelatihan berbasis kompetensi bagi calon petugas haji adalah pilihan bijak, mengingat secara tradisi atau konvensional pelatihan yang selama ini terjadi hanya menghasilkan peserta pelatihan yang hanya memiliki pengetahuan apa yang harus BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN

30 OPINI dilakukannya. Sementara model pelatihan berbasis kompetensi, peserta setelah selesai mengikuti pelatihan tidak saja sekedar tahu tetapi juga dapat melakukan seseuatu yang harus dikerjakan. Secara umum pelatihan petugas haji berbasis kompetensi bertujuan untuk menyediakan petugas yang siap pakai baik dari sisi kompetensi, manajerial, maupun perilaku, sehingga memberikan kontribusi positif bagi penyelenggaraan haji yang secara terus menerus sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam penyelenggaraan haji. Pelatihan berbasis kompetensi merupakan suatu pendekatan pelatihan yang lebih spesifik dan terukur. Sistem pelatihan ini mengajarkan tidak hanya tentang materi-materi pelatihan yang terkait meningkatkan kinerja dalam suatu pekerjaan, akan tetapi juga bagaimana mengidentifikasi tingkat kompetensi yang dibutuhkan untuk mengisi level jabatan. Pelatihan berbasis kompetensi lebih memberikan banyak parktik dari pada teori, sehingga para peserta pelatihan menjadi trampil dan mahir dalam bidangnya dan sigap dalam menjalankan tugas. Dengan demikian kita dapat menentukan pengetahuan dan keahlian serta level komptensi yang harus diberikan kepada para peserta agar mereka dapat melaksanakan tugas-tugas sesuai peran dan fungsinya baik sebagai petugas kloter maupun non kloter. Selain itu agar hasilnya efektif, jenis pelatihan ini harus dikembangkan secara baik mulai dari perencanaan pelatihan, penilain kompetensi peserta, pelaksanaan pelatihan berbasis kinerja itu sendiri, serta evaluasi dan validasinya. Pengembangan Kurikulum Dalam rangka memperbaiki dan menyempurnakan segala hal terkait penyelenggaraan haji, maka banyak hal yang perlu mendapatkan perhatian, salah satunya adalah penyempurnaan kurikulum dan modul pelatihan sebagai acuan dalam pelatihan seluruh petugas. Sebab petugas haji yang berkompeten men- 30 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

31 OPINI syaratkan berbagai kemampuan teknis dan manajerial dalam rangka operasional haji, baik di Indonesia, selama penerbangan, maupun di Arab Saudi. Kurikulum bukan sesuatu yang mati, tetapi kurikulum dapat berkembang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan. Beberapa prinsip dalam mengembangkan kurikulum, yaitu, pertama prinsip relevansi artinya kurikulum harus relevan atau sesuai dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Kedua prinsip fleksibilitas artinya pengembangan kurikulum itu harus fleksibel atau lentur, pendidikan harus mampu mempersiapkan anak didik untuk masa sekarang dan yang akan datang. Ketiga, prinsip kontinuitas artinya terdapat kesinambungan antara jenjang pendidikan yang satu dengan yang lainnya. Keempat, prinsip praktis artinya kurikulum tersebut mudah untuk dilaksanakan. Kelima, prinsip efektifitas artinya kurikulum itu merupakan penjabaran dari kebijakan pemerintah yang hakikatnya adalah penjabaran dari kehendak rakyat. (Oemar Hamalik : 2006) Dalam kurikulum diklat teknis, baik fungsional maupun substantif sebagaimana tercantum dalam Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan serta Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama Nomor 68, 69, 70 dan 71 tentang kurikulum diklat teknis menyebutkan bahwa dari segi isinya, kurikulum diklat teknis terdiri dari dua bagian, yaitu: desain program dan silabus. Desain program meliputi: pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan, sasaran, dan standar kompetensi. Struktur kurikulum terdiri dari struktur mata diklat dan ruang lingkup materi. Kepeser- BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN

32 OPINI taan meliputi pemanggilan, persyaratan, dan jumlah peserta diklat. Ketenagaan meliputi pengelola diklat, penyelenggara diklat, widyaiswara, dan tenaga ahli. Penyelenggaraan terdiri dari: waktu penyelenggaraan, pendekatan dan metode, pembiayaan, evaluasi, dan sertifikasi. Sarana, prasarana, dan media pembelajaran. Sedangkan silabus diklat teknis memiliki komponen yang terdiri dari mata diklat, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, dan jumlah jam diklat. Secara umum kurikulum yang digunakan dalam pelatihan calon petugas haji selama ini telah mencerminkan suatu sistem pelatihan yang dapat menciptakan petugas haji yang berkulitas, namun disisi lain perlu dikritisi untuk dikembangkan terkait dengan, durasi, klasifikasi dan peruntukannya. Pelatihannya pun seyogyanya diklasifikasi dan terfokus pada praktek tugas lapangan secara nyata, mengingat petugas haji baik kloter maupun non kloter adalah salah satu indikator pelaku operasional haji secara langsung. Petugas ini sebagai garda terdepan dalam melakukan tugas pembinaan pelayanan dan perlindungan yang melekat langsung pada jamaah haji. Sementara materi yang bersifat umum dapat dibaca masing-masing peserta saat pelatihan. Disamping itu belajar dari kasus Mina dan musibah jatuhnya crane di Masjdil Haram, terjadinya badai saat wukuf di Arofah pada musim haji 2015, maka perlu adanya pemikiran untuk mengembangkan kurikulum dan modul pelatihan tentang konsep perencanaan penanggulangan musibah atau bencana dan konsep rencana kontijensi. Yang didalamnya berisi tentang serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian musibah atau bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan dan penyelamatan jamaah, serta pemulihan prasrana dan sarana. Juga berisi tentang tahapan keadaan darurat musibah atau bencana yang meliputi siaga darurat, tanggap darurat dan transisi ke pemulihan. Termasuk juga hal-hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pembentukan komando dan kendali tanggap darurat musibah atau bencana, yang di dalamnya meliputi; informasi awal kejadian Mengingat pada situasi darurat sering terjadi kesimpangsiuran informasi yang akan mempersulit upaya penanggulangan musibah atau bencana. Penugasan tim reaksi cepat (tim khusus), hasil kaji cepat dan masukan dari berbagai pihak terkait, penunjukan ketua tim khusus tanggap musibah atau bencana, serta melakukan mobilisasi SDM, peralatan dan logistik. Disamping perlu juga dilakukan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya manusia. Penyelamatan dan evakuasi jamaah yang terkena bencana atau musibah, perlindungan terhadap kelompok rentan, dan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana yang sangat dibutuhkan oleh jamaah. Sementara dalam konsep rencana kontijensi bisa saja materinya meliputi 32 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

33 OPINI skenario, tujuan, tindakan dan manajerial serta pengerahan potensi sumber daya yang disepakati bersama untuk menanggulangi secara lebih baik dalam situasi darurat atau kritis. Tujuannya adalah: pertama meningkatkan kemampuan untuk melakukan penyusunan rencana kontijensi meliputi materi tentang konsep perencanaan penanggulangan bencana atau musibah, konsep rencana kontijensi, komponen pendukung, dan kebutuhan data penyusunan rencana kontijensi. Kedua, meningkatkan kemampuan peserta untuk melakukan kegiatan tanggap darurat, meliputi materi tentang mekanisme penyusunan matriks rencana kontijensi, best practice rencana kontijensi bencana banjir dan badai, serta studi kasus perencanaan penyusunan di suatu daerah, kemudian ditutup dengan sesi kegiatan lapangan (gladi posko). Pada akhirnya melalui perubahan substansi dan kultur yang diwujudkan dalam akselerasi transformasi, utamanya pada proses penerimaan calon petugas haji dengan mengacu pada prinsip dasar penerimaan yang bersih, transparan, dan akuntabel serta pengembangan kurikulum terkait dengan, durasi, klasifikasi dan peruntukannya serta sistem pelatihannya pun diklasifikasi dan terfokus pada praktek tugas lapangan secara nyata, diharapkan dapat menghasilkan sosok petugas haji yang profesional dalam bidangnya sehingga penyelenggaraan haji semakin lebih baik. Penulis adalah Kabintaldam Iskandar Muda tahun 2011 sd 2014 dan Petugas PPIH Arab Saudi Tahun 2006 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN

34 HIKMAH Bukan Sekedar Sebutan OLEH : DRS H.A. SHOLEHUDIN, M.M* Pak haji, bang haji, haji anu, bu hajjah. Begitulah masyarakat Indonesia sering menyebut atau memanggil mereka yang baru atau sudah selesai menjalankan ibadah haji. Bahkan acapkali kita dengar panggilan haji sering disebut mengalahkan nama si empunya. Barangkali, hanya sebutan dokter yang bisa mengimbangi popularitas panggilan haji yang terjadi dalam masyarakat Indonesia. Alhasil, sebutan haji menempel bagi siapa pun yang telah menjadi tamu Allah di Arab Saudi, layaknya gelar atau titel hasil jenjang pendidikan. Tidaklah salah, sebab hal itu merupakan kebiasaan atau cara masyarakat menghargai mereka yang telah mendapat panggilan Allah menjalankan ibadah haji. Hanya saja, sejatinya ibadah haji bukanlah jenjang pendidikan untuk meraih gelar. Namun semata-mata adalah niat bersih untuk memenuhi panggilan Allah. Kalau haji untuk mencari gelar, dia sudah beralih dari yang tadinya kepada Allah jadi kepada manusia. Sedangkan pelaksanaan ibadah haji itu walillah alannasi hijjul bait (hanya khusus untuk Allah). Sebab itu orang yang pergi haji diawali dari niat. Lebih dari sekadar niat, ibadah haji juga harus dilandasi keinginan untuk mendapat ridha Allah. Dilakukan dengan ikhlas dan rasa syukur, bahwa yang bersangkutan telah mampu memenuhi panggilan sebagai tamu di rumah Allah. Sebab, tidak semua umat muslim mendapatkan kesempatan dan anugerah menjadi tamu Allah. Tersebutlah dalam suatu kisah sufi 34 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

35 HIKMAH BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016 bahwa seseorang yang menunaikan ibadah haji tertidur lelap ketika wukuf di tengah teriknya matahari di padang Arafah. Dalam tidurnya ia bermimpi berjumpa dengan Rasulullah Saw..Perasaan berjumpa dengan Rasulullah ini memberikan harapan dalam dirinya bahwa hajinya telah menjadi haji mabrur. Namun untuk kepastian, ia memberanikan diri bertanya kepada Rasulullah SAW: Siapakah di antara mereka yang diterima hajinya sebagai haji mabrur wahai Rasulullah? Rasulullah SAW seraya menarik napas dalam-dalam, menjawab: Tak seorangpun dari mereka yang diterima hajinya, kecuali seorang tukang cukur tetanggamu. Serta merta sang haji tersebut kagum dan terkejut. Betapa tidak, ia tahu persis bahwa tetangganya itu adalah orang miskin, dan terlebih lagi bahwa tahun ini ia tidak menunaikan ibadah haji. Dengan digeluti perasaan sedih, dadanya serasa sesak, ia terbangun dari tidurnya. Sepanjang melakukan wukuf sang haji tersebut mengintrospeksi diri, memikirkan dalam-dalam apa arti di balik mimpi tersebut. Sekembali dari Mekah, ia segera menemui tetangganya si tukang cukur. Ia menceritakan segala pengalamannya selama menunaikan ibadah haji. Tapi cerita yang paling ingin disampaikan adalah perihal diri si tukang cukur itu sendiri. Dengan sikap keheranan, ia pun bertanya: Amalan apakah yang anda telah lakukan sehingga anda dianggap telah melakukan haji mabrur? Tetangganya pun dengan tenang bercampur haru bercerita: bahwa sebenarnya, ia telah lama berniat atau bercita-cita untuk dapat menunaikan ibadah haji. Dan telah bertahun-tahun pula ia mengumpulkan biaya. Namun ketika biaya telah cukup, dan tibalah pula masa untuk berhaji, tiba-tiba seorang anak yatim tetangganya ditimpa musibah yang hampir merenggut jiwanya. Maka si tukang cukur termaksud menyumbangkan hampir keseluruhan biaya yang telah bertahun-tahun dikumpulkan itu untuk membiayai anak yatim tersebut, sehingga ia gagal menunaikan ibadah haji. Sejak itu, pak haji baru sadar, bahwa ternyata kita sering salah langkah dalam upaya mencari ridha Allah. Ridha-Nya terkadang diburu dengan semangat egoisme yang berlebihan dan tanpa disadari justeru bertolak belakang dengan keridhaan-nya. Dengan kata lain, betapa ibadah-ibadah kita sering ternoda oleh lumpur kepicikan egoisme pelakunya, jauh dari nilai-nilai kasih sayang (rahmatan lil alamin). Dari kisah di atas sesungguhnya ibadah haji harus dilakukan dengan niat bersih dari kepentingan lain, kecuali hanya untuk memenuhi panggilan Allah dan bukan niat yang lain. Sebab, apapun niat yang ada dalam hati umat, tidak akan lepas dari pantauan Dzat Yang Maha Tahu. Itu sebabnya, menyimpan niat lain selain memenuhi panggilan Allah saat menjalankan ibadah haji adalah sebuah langkah yang sia-sia. Tidakkah terpikirkan oleh mereka yang berhaji, khususnya yang berhaji sunnah (berhaji lebih dari satu kali), akan nasib berjuta-juta anak yatim akibat musibah perekonomian saat ini? Akibat krisis ini telah berjuta manusia yang kehilangan induk (pegangan) dalam hidupnya. Atau belumkah masanya kaum Muslimin untuk meletakkan prioritas-prioritas 35

36 HIKMAH dalam kehidupannya sebagai ummat? Kalaulah misalnya, dari sekian ribu Muslim yang berhaji sunnah (lebih dari sekali) ditunda melakukannya, dan uang ongkos haji tersebut dimanfaatkan untuk biaya sekolah anak-anak ummat ini, batapa cerahnya masa depan kita. Masalahnya, sekali lagi, sampai di mana pengaruh ibadah-ibadah yang kita lakukan dalam kehidupan sosial kita? Mungkin para penda i perlu kembali mensosialisasikan S. Al Maa uun kepada ummat ini. Abu Bakar ditanya tentang haji mabrur, beliau menjawab: Lihatlah jikalau anda telah kembali ke Madinah. Jawaban ini membuktikan bahwa haji mabrur hanya dapat diidentifikasi pada saat pelaku haji berada di kampung halaman masing-masing. Sampai di mana predikat haji tersebut mampu mendongkrak kesalehan, baik dalam kehidupan fardi maupun kehidupan jama inya. Karena itu tujuan inti setiap ibadah dalam ajaran Islam adalah untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Melalui pedekatan itu banyaklah manfaat yang akan diperoleh seorang abid (ahli ibadah). Antara lain; untuk mendapatkan ketenangan jiwa serta kebersihan hati, meraih kasih sayang Allah, dan perolehan pahala dan surga di akhirat. Lebih jauh tujuan beribadah tidak hanya sekadar menciptakan ketenangan diri pribadi dalam berhubungan dengan Allah tapi lebih dari itu juga untuk menciptakan keserasihan hubungan dengan sesama manusia dan makhluk Tuhan lainnya. Meski demikian, sebutan atau gelar haji tampaknya bukan pula tidak bermanfaat. Sebagaimana tradisi komunitas muslim Indonesia, gelar haji atau hajjah secara psikologis akan menjadi peringatan kepada para penyandang titel itu agar senantiasa berusaha menyesuaikan perilakunya dengan identitas mulia yang diberikan oleh masyarakatnya. Akhirnya, kepada-nya semata kita berserah diri. semoga haji kita dapat merubah moralitas kita menuju pada tingkatan yang lebih ilahiyah sifatnya tanpa mengurangi rasa kepedulian terhadap mas uliyah ijtima iyah (tanggung jawab sosial) kita terhadap sesama. Dengan kata lain, semoga ibadah haji dapat mengantar pelakunya menjadi insan-insan taqi (bertakwa), tidak saja pada tataran individual namun juga pada tataran sosialnya. Penulis adalah jamaah haji asal Jakarta 36 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

37 RAGAM Ada Apa Dibalik Ka bah? Ka bah merupakan Rumah Allah atau Baitullah dan diwajibkan bagi umat Islam yang mampu untuk mengunjunginya atau bertamu ke Rumah Allah dengan melakukan serangkainan ibadah yang disebut umrah atau haji. Ka bah juga dinamakan Bayt al `Atiq atau Rumah Tua yaitu bangunan berbentuk kubus yang terletak di tengah Masjdil Haram sebagai monumen suci bagi umat Islam. Dalam Al-Qur an, tersirat bahwa situs suci Ka bah telah ada sewaktu Nabi Ibrahim menempatkan Hajar dan bayi Ismail di lokasi tersebut. Mungkin sebagian besar dari kita beragama Islam dan pernah melakukan ibadah haji sudah pernah melihat langsung bentuk Ka bah dari luar. Namun berapa kalipun menjalankan ibadah umrah atau haji kita tidak mungkin tahu (tidak diijinkan) seperti apa ruangan dan isi dari bangunan Ka bah itu. Bangunan Ka bah mempunyai tingginya sekitar 15 meter, panjang sisi sebelah utara 9.92 meter, sisi sebelah barat BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN meter, sisi sebelah selatan meter, dan sisi sebelah timur meter. Letak pintu Ka bah di sisi sebelah timur dengan tinggi sekitar 2 meter dari tanah, terbuat dari emas murni dan bertuliskan ayat-ayat Al-Quran. Pada masa pemerintahan Khalid ibn Abd Al Aziz, pintu ini dibuat dari bahan emas dan sampai sekarang masih bertengger di pintu tersebut. Sebelumnya, yaitu semenjak kekhalifahan Sultan Sulaiman Al Qanuni (959 H), pintu Ka bah dibuat dari lempengan perak berlapiskan emas, terutama daun pintu dan gemboknya. Dinding Ka bah bagian bawah ditopang dengan tembok kuat yang terbuat dari batu marmer. Tembok itu melingkar mengitari Ka bah dan disebut Syadzarwan. Tinggi Syadzarwan di bagian utara Ka bah mencapai 50 cm dengan lebar 39 cm, di bagian barat mencapai 27 cm dengan lebar 80 cm, di bagian selatan mencapai 24 cm dengan lebar 87 cm, 37

38 RAGAM Bagian dalam Kabah sedangkan di bagian timur mencapai 22 cm dengan lebar 66 cm. Beberapa buku sejarah menyebutkan bahwa yang pertama kali membangun Kabah adalah para malaikat, ada juga yang berpendapat Nabi Adam `alaihissalam dan ada juga yang berkata: Allahlah yang menciptakannya 2000 tahun sebelum menciptakan bumi, kemudian menciptakan bumi dari bawahnya. Sebagaimana beberapa rujukan menyebutkan juga bahwa Ka bah dibangun beberapa kali, namun yang terbukti di antaranya adalah lima kali, yaitu: pembangunan Ibrahim `alaihissalam bersama anaknya Ismail, pembangunan Quraisy, pembangunan Abdullah bin Zubair radhiyallahu anhuma. pembangunan Hajjaj bin Yusuf ats Tsaciafi dan pembangunan Sulthan Murad Khan Al Utsmani. Untuk melihat bagian dalam Ka bah tentu sangat tidak mungkin, untuk itu dari beberapa sumber terpercaya sebagaimana yang diperlihatkan dokumenter Kerajaan Arab Saudi, isi dalam Ka bah hanya berupa ruangan kosong. Bagian dalam Ka bah terdapat tiga pilar dari kayu gaharu terbaik. Panjang satu pilar sekitar seperempat meter atau setengah meter berwarna campuran antara merah dan kuning. Ketiga pilar ini berjejer lurus dari utara ke selatan. Di dalam Ka bah juga terdapat tangga yang digunakan untuk menuju bagian atas Ka bah. Tangga ini terletak di dalam Ka bah pojok kanan. Tangga ini ada di belakang pintu keemasan, tangga ini hanya digunakan saat mengganti Kiswah. Di dalam Ka bah juga terdapat atap Ka bah yang penuh dengan ukiran-ukiran mengagumkan, juga diberi lampu-lampu indah yang terbuat dari emas murni dan dari perhiasan-perhiasan indah lainnya. Lantai Ka bah dibuat dari batu pualam putih. Dinding Ka bah bagian dalam dibalut dengan batu pualam warna-warni dan dihiasi dengan ukiran bergaya Arab. Terdapat tujuh papan yang menempel di dinding ini yang bertuliskan nama-nama orang yang pernah merenovasi atau menambahkan sesuatu yang batu di dalam Ka bah atau Masjidil Haram. (Diambil dari berbagai sumber) 38 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

39 GALERI KPHI Ketua KPHI HM Samidin Nasir sedang mengecek jamaah yang tersesat dan sedang ditolong di Sektor Khusus Masjidil Haram Komisioner KPHI dalam perjalanan mengecek kondisi jamaah di Jamarat. Komisioner KPHI Syamsul Ma arif sedang berdialog dengan para jamaah terkait pelaksanaan ibadah haji. Wakil Ketua KPHI Imam Addaruquthni sedang mengecek dan berdialog dengan Karom bagaimana kondisi kamar hotel jamaah di Mekah. Komisioner 1. dadsasdasa KPHI H. M. Thoha mengecek langsung pengemasan konsumsi di dapur yang melayani jamaah haji Indonesia di Madinah BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016 Komisioner KPHI Agus Priyanto melakukan pengawasan terhadap jamaah haji khusus. 39

40 40 BULETIN KPHI - EDISI VI TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Jl. Kramat Raya No. 85, Jakarta Pusat Disampaikan pada Audiensi KPHI dengan Presiden RI Istana Presiden RI Jakarta 14 Juni 2016

Jl. Kramat Raya No. 85, Jakarta Pusat Disampaikan pada Audiensi KPHI dengan Presiden RI Istana Presiden RI Jakarta 14 Juni 2016 Jl. Kramat Raya No. 85, Jakarta Pusat 10420 Disampaikan pada Audiensi KPHI dengan Presiden RI Istana Presiden RI Jakarta 14 Juni 2016 KOMISIONER KETUA Drs. H. M Samidin Nashir, MM WAKIL KETUA Drs. H. Imam

Lebih terperinci

2016, No tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 141, Tambahan Lembaran

2016, No tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 141, Tambahan Lembaran No.383, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG.Biaya. Penyelenggaraan Ibadah Haji. Pembiayaan dan Penggunaan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBIAYAAN DAN

Lebih terperinci

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5061);

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5061); PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA Republik Indonesia Kementerian Agama KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA 1 DASAR HUKUM UU NOMOR 13 TAHUN 2008 A.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.760, 2015 KEMENAG. Ibadah Haji Khusus. Penyelenggaraan.Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2008 TERHADAP PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KENMENAG KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2008 TERHADAP PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KENMENAG KOTA SEMARANG BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2008 TERHADAP PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KENMENAG KOTA SEMARANG A. Muatan UU. No. 13 Tahun 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008

Lebih terperinci

BAB IV PELAYANAN JAMA AH HAJI PT. FATIMAH ZAHRA SEMARANG

BAB IV PELAYANAN JAMA AH HAJI PT. FATIMAH ZAHRA SEMARANG BAB IV PELAYANAN JAMA AH HAJI PT. FATIMAH ZAHRA SEMARANG A. Pendaftaran Pendaftaran jama ah haji bisa dilakukan kapan saja baik melalui on line ataupun datang langsung ke kantor PT. Fatimah Zahra Semarang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.898, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Haji. Penyelenggaraan. Reguler. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI REGULER

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun No.534, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Ibadah Haji Reguler. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dengan pemberlakuan Keputusan Menteri Agama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG DAN IBADAH HAJI PLUS DI PT. KAISA ROSSIE SEMARANG

BAB IV ANALISIS SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG DAN IBADAH HAJI PLUS DI PT. KAISA ROSSIE SEMARANG 72 BAB IV ANALISIS SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG DAN IBADAH HAJI PLUS DI PT. KAISA ROSSIE SEMARANG 4.1. Aplikasi SOP Pendaftaran Ibadah Haji Reguler Di Kementerian

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH NOMOR : D/ 78 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN REKRUTMEN PETUGAS HAJI INDONESIA

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH NOMOR : D/ 78 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN REKRUTMEN PETUGAS HAJI INDONESIA LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH NOMOR : D/ 78 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN REKRUTMEN PETUGAS HAJI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam yang memenuhi syarat 1 yaitu baik secara finansial, fisik, maupun mental,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PELAYANAN HAJI DI DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PELAYANAN HAJI DI DAERAH SALINAN PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PELAYANAN HAJI DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Outreach Umrah. Sosialisasi Prduk Hukum Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah. By: Direktur Pembinaan Haji dan Umrah, Muhajirin Yanis

Outreach Umrah. Sosialisasi Prduk Hukum Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah. By: Direktur Pembinaan Haji dan Umrah, Muhajirin Yanis Outreach Umrah Sosialisasi Prduk Hukum Tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah By: Direktur Pembinaan Haji dan Umrah, Muhajirin Yanis FUNDAMEN PENYELENGGARAAN HAJI/UMRAH Lima Budaya Kerja Lima

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 396 TAHUN 2003. TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH MENTERI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 13-2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 53, 1999 AGAMA. IBADAH HAJI. Umroh. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG, PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENGANGKATAN DAN PELAKSANAAN TUGAS TIM PEMANDU HAJI DAERAH DAN TIM KESEHATAN HAJI DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN EMBARKASI/DEBARKASI HAJI ANTARA UNIT PENYELENGGARA BANDAR UDARA TJILIK

Lebih terperinci

6. Keputusan Menteri Agama Nomor 224 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh;

6. Keputusan Menteri Agama Nomor 224 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh; 6. Keputusan Menteri Agama Nomor 224 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh; 7. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan

Lebih terperinci

WALI KOTA BLITAR SAMBUTAN WALI KOTA BLITAR PADA ACARA PELEPASAN CALON JAMA AH HAJI KOTA BLITAR TAHUN 2012 JUM,AT, 21 SEPTEMBER 2012

WALI KOTA BLITAR SAMBUTAN WALI KOTA BLITAR PADA ACARA PELEPASAN CALON JAMA AH HAJI KOTA BLITAR TAHUN 2012 JUM,AT, 21 SEPTEMBER 2012 WALI KOTA BLITAR SAMBUTAN WALI KOTA BLITAR PADA ACARA PELEPASAN CALON JAMA AH HAJI KOTA BLITAR TAHUN 2012 JUM,AT, 21 SEPTEMBER 2012 Assalamu alaikum Wr. Wb. YANG KAMI HORMATI, PARA ALIM ULAMA, BAPAK KYAI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN TIM PETUGAS HAJI DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaan warga negaranya

Lebih terperinci

Asrama Haji Batakan, Jum at 21 September 2012

Asrama Haji Batakan, Jum at 21 September 2012 LAPORAN PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI (PPIH) EMBARKASI HAJI BALIKPAPAN KALTIM PADA PELEPASAN JAMAAH CALON HAJI KLOTER I EMBARKASI BALIKPAPAN PROV. KALTIM Asrama Haji Batakan, Jum at 21 September 2012

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Biaya. Ibadah Haji Khusus. Pembayaran.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Biaya. Ibadah Haji Khusus. Pembayaran. No.373, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Biaya. Ibadah Haji Khusus. Pembayaran. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH

Lebih terperinci

VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT

VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT Visitasi pada Jemaah haji merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memantau kondisi kesehatan jemaah haji dan responnya serta adanya bimbingan kesehatan kepada

Lebih terperinci

HAJI PLUS UmrahSunnah

HAJI PLUS UmrahSunnah HAJI PLUS UmrahSunnah Perjalanan Penuh Hikmah Menggapai Ibadah Haji Mabrur Nabi shallallahu alaihi wa sallam ditanya, Amalan apa yang paling afdhol? Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Beriman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan jamaah ibadah umrah dan haji dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan jamaah ibadah umrah dan haji dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan jamaah ibadah umrah dan haji dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi sesuatu yang istimewa bagi setiap muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Lebih terperinci

RENCANA KERJA OPERASIONAL SATUAN KERJA : KLOTER 42 JKS BEKASI KOTA SUKABUMI-KABUPATEN CIANJUR TAHUN 1430 H/2009 M PENANGGUNG GUGAT : TPHI/KETUA KLOTER

RENCANA KERJA OPERASIONAL SATUAN KERJA : KLOTER 42 JKS BEKASI KOTA SUKABUMI-KABUPATEN CIANJUR TAHUN 1430 H/2009 M PENANGGUNG GUGAT : TPHI/KETUA KLOTER RENCANA KERJA OPERASIONAL SATUAN KERJA : KLOTER 42 JKS BEKASI KOTA SUKABUMI-KABUPATEN CIANJUR TAHUN 1430 H/2009 M PENANGGUNG GUGAT : TPHI/KETUA KLOTER NO URAIAN TUGAS TPHI PENANGGUNG JAWAB TPIHI TKHI TPHD

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN IPHI TENTANG URGENSI PEMBENTUKAN BADAN KHUSUS DALAM MEMBANGUN SISTEM PENGELOLAAN HAJI YANG PROFESIONAL DAN AMANAH*)

POKOK-POKOK PIKIRAN IPHI TENTANG URGENSI PEMBENTUKAN BADAN KHUSUS DALAM MEMBANGUN SISTEM PENGELOLAAN HAJI YANG PROFESIONAL DAN AMANAH*) POKOK-POKOK PIKIRAN IPHI TENTANG URGENSI PEMBENTUKAN BADAN KHUSUS DALAM MEMBANGUN SISTEM PENGELOLAAN HAJI YANG PROFESIONAL DAN AMANAH*) A. PENDAHULUAN 1. Ibadah haji merupakan puncak ritual dari rukun

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN PENYELENGGARAAN UMRAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN PENYELENGGARAAN UMRAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN PENYELENGGARAAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Dugaan Markup dalam Rencana BPIH 1432H. Indonesia Corruption Watch Jakarta, 28 Juni 2011

Dugaan Markup dalam Rencana BPIH 1432H. Indonesia Corruption Watch  Jakarta, 28 Juni 2011 Dugaan Markup dalam Rencana BPIH 1432H Indonesia Corruption Watch www.antikorupsi.org Jakarta, 28 Juni 2011 UU No.13 Tahun 2008 Penyelenggaran Ibadah Haji Ketentuan Umum Pasal 1 : Ayat 2 : Penyelenggaraan

Lebih terperinci

DITJEN PHU KEMENAG RI SURVEI KEPUASAN JAMAAH HAJI INDONESIA SKJHI 1346 H/2015 M

DITJEN PHU KEMENAG RI SURVEI KEPUASAN JAMAAH HAJI INDONESIA SKJHI 1346 H/2015 M DITJEN PHU KEMENAG RI SURVEI KEPUASAN JAMAAH HAJI INDONESIA SKJHI 1346 H/2015 M Dilengkapi dengan Indikator Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Haji dan Umrah 2 PENDAHULUAN (1) Dari tahun 2010-2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibadah haji merupakan rukun Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang memenuhi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DAN PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DAN PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DAN PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Oleh: DRS. ABD. HARIS, MPd.I Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur

Oleh: DRS. ABD. HARIS, MPd.I Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Oleh: DRS. ABD. HARIS, MPd.I Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Disampaikan pada Acara: Pelatihan Integrasi Petugas Kloter 1437 H/2016 M CURRICULUM VITAE

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

MODUL I. Uraian Tugas Petugas Yang Menyertai Jamaah Haji (Petugas Kloter) BAHAN AJAR PELATIHAN PETUGAS HAJI TAHUN 1438 H / 2017 M

MODUL I. Uraian Tugas Petugas Yang Menyertai Jamaah Haji (Petugas Kloter) BAHAN AJAR PELATIHAN PETUGAS HAJI TAHUN 1438 H / 2017 M MODUL I Uraian Tugas Petugas Yang Menyertai Jamaah Haji (Petugas Kloter) BAHAN AJAR PELATIHAN PETUGAS HAJI TAHUN 1438 H / 2017 M KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH JAKARTA KATA

Lebih terperinci

PROFESIONALISME DAN KOMITMEN PELAYANAN PETUGAS HAJI

PROFESIONALISME DAN KOMITMEN PELAYANAN PETUGAS HAJI PROFESIONALISME DAN KOMITMEN PELAYANAN PETUGAS HAJI Disampaikan pada Pembekalan Petugas Haji yang Menyertai Jemaah Tahun 1437H/2016M Surabaya, 28 Mei 2016 PROFESIONAL Berkaitan dengan profesi yang memerlukan

Lebih terperinci

JEMAAH HAJI REGULER LUNAS BPIH

JEMAAH HAJI REGULER LUNAS BPIH Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji Dan Umrah Kementerian Agama RI Hak dan Kewajiban JEMAAH HAJI REGULER LUNAS BPIH Tahun 1436 H / 2015 M Diterbitkan oleh: Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia berdasarkan catatan The Pew Forum on Religion & Public Life pada

BAB I PENDAHULUAN. dunia berdasarkan catatan The Pew Forum on Religion & Public Life pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di seluruh dunia berdasarkan catatan The Pew Forum on Religion & Public Life pada 2010. 3 Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan ritual tahunan umat muslim yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan ritual tahunan umat muslim yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ibadah haji merupakan ritual tahunan umat muslim yang dilaksanakan pada bulan Muharram. Setiap umat Islam yang mampu (baik secara ekonomi maupun kesehatan)

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN PENYELENGGARAAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN PENYELENGGARAAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN PENYELENGGARAAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap muslim yang mampu, dan apabila ia melaksanakan haji kembali itu sifatnya

BAB I PENDAHULUAN. setiap muslim yang mampu, dan apabila ia melaksanakan haji kembali itu sifatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam agama Islam, setiap muslim diwajibkan melaksanakan Rukun Islam. Salah satu dari rukun tersebut yaitu melaksanakan ibadah haji bagi setiap muslim yang mampu. Ibadah

Lebih terperinci

KOMITMEN HAJI & UMROH MUNATOUR

KOMITMEN HAJI & UMROH MUNATOUR KOMITMEN HAJI & UMROH MUNATOUR Terdaftar Resmi Komitmen Sunnah Pembimbing Ibadah Fasilitas Berkualitas Resmi Terdaftar di Kementrian Agama Republik Indonesia. Ijin Umroh D/ 702, Ijin Haji 197/ 2015. Komitmen

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaan

Lebih terperinci

7. Sabar, Sabar, dan Sabar

7. Sabar, Sabar, dan Sabar 7. Sabar, Sabar, dan Sabar Sabar, sabar, dan sabar. Itu tiga nasihat yang sering diberikan pembimbing kepada calon jamaah haji sebelum berangkat Tanah Suci.Pada kenyataannya memang calon jamaah haji harus

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENYELENGGARAAN BIMBINGAN IBADAH HAJI DAN KEAGAMAAN DI KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH) MUHAMMADIYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016

BAB IV ANALISIS PENYELENGGARAAN BIMBINGAN IBADAH HAJI DAN KEAGAMAAN DI KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH) MUHAMMADIYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016 88 BAB IV ANALISIS PENYELENGGARAAN BIMBINGAN IBADAH HAJI DAN KEAGAMAAN DI KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH) MUHAMMADIYAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016 A. Penyelenggaraan Bimbingan Ibadah Haji dan Keagamaan

Lebih terperinci

Kamus Informasi Haji & Umrah Tahun 2017 Disusun oleh Sub Bagian Informasi Haji

Kamus Informasi Haji & Umrah Tahun 2017 Disusun oleh Sub Bagian Informasi Haji Kamus Informasi Haji & Umrah Tahun 2017 i ii Kamus Informasi Haji & Umrah Tahun 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-nya kepada kita

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN IBADAH UMRAH: AKAR MASALAH DAN PENANGANANNYA 13

PENYELENGGARAAN IBADAH UMRAH: AKAR MASALAH DAN PENANGANANNYA 13 Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN SAMBUTAN WALI KOTA BALIKPAPAN PADA PELAKSANAAN SALAT IDUL ADHA 1437 HIJRIAH

WALI KOTA BALIKPAPAN SAMBUTAN WALI KOTA BALIKPAPAN PADA PELAKSANAAN SALAT IDUL ADHA 1437 HIJRIAH WALI KOTA BALIKPAPAN SAMBUTAN WALI KOTA BALIKPAPAN PADA PELAKSANAAN SALAT IDUL ADHA 1437 HIJRIAH 10 DZULHIJAH 1436 H BISMILLAHIR RAHMAANIR RAHIIM ASSALAMUALAIKUM WR. WB ALLAAHU AKBAR, ALLAAAHU AKBAR, ALLAAHU

Lebih terperinci

SANKSI EDUKASI: UU Nomor 13 Tahun 2008 Pepres Nomor 3 Tahun Pilgrim Ordonasi 1922 UU 34 Tahun Kepres Nomor 122 Tahun 1964

SANKSI EDUKASI: UU Nomor 13 Tahun 2008 Pepres Nomor 3 Tahun Pilgrim Ordonasi 1922 UU 34 Tahun Kepres Nomor 122 Tahun 1964 SANKSI EDUKASI: Penguatan Pembinaan Penyelenggara Haji Khusus Yayasan Penyelenggaraan Haji Indonesia UU Nomor 17 Tahun 1999 Keppres Nomor 53 Tahun 1951 PT. Pelayaran Muslim UU Nomor 13 Tahun 2008 Pepres

Lebih terperinci

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN No. 9, 2016 TENTANG

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN No. 9, 2016 TENTANG - 1 - S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2016 NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN REKRUTMEN PETUGAS HAJI DAERAH KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara menjamin

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA Menimbang bahwa dengan pemberlakuan Keputusan Menteri Agama

Lebih terperinci

BAB III PELAYANAN IBADAH HAJI DI KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN TAHUN 2011

BAB III PELAYANAN IBADAH HAJI DI KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN TAHUN 2011 BAB III PELAYANAN IBADAH HAJI DI KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN TAHUN 2011 A. Profil Kementrian Agama Kabupaten Demak 1. Sejarah Berdiri Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak pada awal berdirinya hingga

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PELEPASAN CALON JAMA AH HAJI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PELEPASAN CALON JAMA AH HAJI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PELEPASAN CALON JAMA AH HAJI KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 TANGGAL 3 SEPTEMBER 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab pemerintah di bawah koordinasi Menteri Agama, dalam hal teknis

BAB I PENDAHULUAN. jawab pemerintah di bawah koordinasi Menteri Agama, dalam hal teknis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyelenggaraan haji merupakan tugas nasional dan menjadi tanggung jawab pemerintah di bawah koordinasi Menteri Agama, dalam hal teknis pelaksanaannya diselenggarakan

Lebih terperinci

2 menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Keuangan Haji (Lembara

2 menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Keuangan Haji (Lembara No.1041, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Ibadah Haji. Petugas Pengawasan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PETUGAS PENGAWASAN PENYELENGGARAAN IBADAH

Lebih terperinci

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN IBADAH HAJI

BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN IBADAH HAJI BUPATI LUWU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014

PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 http://www.tribunnews.com I. PENDAHULUAN Negara kesatuan Republik Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar

Lebih terperinci

BUPATI BENGKALIS PENGARAHAN BUPATI BENGKALIS PADA ACARA PELEPASAN JAMAAH CALON HAJI KABUPATEN BENGKALIS ASAL KECAMATAN MANDAU DAN PINGGIR

BUPATI BENGKALIS PENGARAHAN BUPATI BENGKALIS PADA ACARA PELEPASAN JAMAAH CALON HAJI KABUPATEN BENGKALIS ASAL KECAMATAN MANDAU DAN PINGGIR BUPATI BENGKALIS PENGARAHAN BUPATI BENGKALIS PADA ACARA PELEPASAN JAMAAH CALON HAJI KABUPATEN BENGKALIS ASAL KECAMATAN MANDAU DAN PINGGIR DURI, 29 JULI 2017 ASSALAMU ALAIKUM WR. WB, ALHAMDULILLAHIROBBIL

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS BIMBINGAN PADA KELOMPOK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS BIMBINGAN PADA KELOMPOK BAB IV ANALISIS PENERAPAN FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS BIMBINGAN PADA KELOMPOK BIMBINGAN IBADAH HAJI (KBIH) AROFAH KALIWUNGU KENDAL TAHUN 2013-2014 A. Analisis Penerapan Fungsi-Fungsi

Lebih terperinci

PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI INDONESIA. Oleh : Drs HM. Aminuddin Sanwar, MM 1

PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI INDONESIA. Oleh : Drs HM. Aminuddin Sanwar, MM 1 PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI INDONESIA Oleh : Drs HM. Aminuddin Sanwar, MM 1 A. PENDAHULUAN Hajji secara bahasa berarti menyengaja; yaitu amalan yang menghajatkan kita untuk menuju

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH

BUPATI BANYUMAS, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH SALINAN BUPATI BANYUMAS, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG BIAYA SWADAYA JAMAAH CALON HAJI KABUPATEN CILACAP TAHUN 1434 H / 2013 M

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG BIAYA SWADAYA JAMAAH CALON HAJI KABUPATEN CILACAP TAHUN 1434 H / 2013 M BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG BIAYA SWADAYA JAMAAH CALON HAJI KABUPATEN CILACAP TAHUN 1434 H / 2013 M DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

Seminar Perencanaan Ibadah

Seminar Perencanaan Ibadah Seminar Perencanaan Ibadah P e r h a t i a n : Rasullah SAW Bersabda : Dari satu umrah ke umrah lainnya adalah penghapusan dosa-dosa di antara keduanya dan haji yang mabrur tidak mempunyai balasan kecuali

Lebih terperinci

PROGRAM UMROH PLUS TURKI

PROGRAM UMROH PLUS TURKI Jl. Kutamaya No. 26 Sumedang 45312 T: 0261-2200355 H: 081313622398 E: admin@simasaktitravel.com PROGRAM UMROH PLUS TURKI HARI KE-1: [JAKARTA-JEDDAH] - Jama ah berada di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2015 KEMENAG. Ibadah Umrah. Perjalanan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI JAMA AH HAJI TENTANG KUALITAS PELAYANAN DI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KENDAL TAHUN 2013

BAB IV ANALISIS PERSEPSI JAMA AH HAJI TENTANG KUALITAS PELAYANAN DI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KENDAL TAHUN 2013 61 BAB IV ANALISIS PERSEPSI JAMA AH HAJI TENTANG KUALITAS PELAYANAN DI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KENDAL TAHUN 2013 A. Analisis Persepsi Jama ah Haji tentang Kualitas Pelayanan di Kementerian Agama Kabupaten

Lebih terperinci

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 T

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 T No.445, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Ibadah Haji Khusus. Perubahan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 11 Tahun 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DAN BIAYA TRANSPORTASI HAJI KABUPATEN TANGERANG

Lebih terperinci

PAKET UMROH 9 HARI Keberangkatan 2013

PAKET UMROH 9 HARI Keberangkatan 2013 PAKET UMROH 9 HARI Keberangkatan 2013 HARI KE 1 : JAKARTA JEDDAH MADINAH Dengan mengucap Bismillahirrohmanirrohim, Jamaah berangkat dari Bandara Soekarno Hatta menuju Jeddah. Setibanya di Jeddah Jama ah

Lebih terperinci

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAMASA Menimbang : a. bahwa Ibadah haji merupakan

Lebih terperinci

A. AKOMODASI PAKET. Hotel Madinah : Al Haram / Setaraf Hotel Makkah : Al Sofwa / Setaraf Tipe Kamar : Quard (Sekamar 4 Orang) : Saudia / Setaraf

A. AKOMODASI PAKET. Hotel Madinah : Al Haram / Setaraf Hotel Makkah : Al Sofwa / Setaraf Tipe Kamar : Quard (Sekamar 4 Orang) : Saudia / Setaraf A. AKOMODASI PAKET. Hotel Madinah : Al Haram / Setaraf Hotel Makkah : Al Sofwa / Setaraf Tipe Kamar : Quard (Sekamar 4 Orang) Pesawat : Saudia / Setaraf Starting : Jakarta / CGK Harga : Rp. 31.900.000,-

Lebih terperinci

HAJI MUNATOUR URAIAN HAJI KOUTA HAJI NON KOUTA

HAJI MUNATOUR URAIAN HAJI KOUTA HAJI NON KOUTA HAJI MUNATOUR URAIAN HAJI KOUTA HAJI NON KOUTA Masa Tunggu 3 5 Tahun Langsung berangkat Jenis Visa Visa Haji Visa Haji Akomodasi VIP Plus VIP Plus DP Porsi 4.000 USD 4.000 USD Pelunasan Tahun berangkat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI TAHUN 2016 PUSAT KESEHATAN HAJI SEKRETARIS JENDERAL - KEMENTERIAN KESEHATAN RI Disampaikan pada : Pembekalan

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI TAHUN 2016 PUSAT KESEHATAN HAJI SEKRETARIS JENDERAL - KEMENTERIAN KESEHATAN RI Disampaikan pada : Pembekalan KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI TAHUN 2016 PUSAT KESEHATAN HAJI SEKRETARIS JENDERAL - KEMENTERIAN KESEHATAN RI Disampaikan pada : Pembekalan Integrasi Petugas Haji Kloter Tahun 2016 SISTEMATIKA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN JEMAAH HAJI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN JEMAAH HAJI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

INDEPENDENSI PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN IBADAH HAJI

INDEPENDENSI PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN IBADAH HAJI INDEPENDENSI PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN IBADAH HAJI Oleh : Pudji Muljono 1) Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam yang memenuhi syarat istitaah, baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Berdasarkan jumlah tersebut, menjadi potensi dan peluang yang luar biasa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Berdasarkan jumlah tersebut, menjadi potensi dan peluang yang luar biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan jumlah tersebut, menjadi potensi dan peluang yang luar biasa bagi sebagian kalangan khususnya para pelaku bisnis yang bergerak dibidang Biro

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaan warga negaranya

Lebih terperinci

UMROH PAKET HEMAT 9 hari. HANYA Rp per orang. Keberangkatan di Awal & Pertengahan Februari 2013

UMROH PAKET HEMAT 9 hari. HANYA Rp per orang. Keberangkatan di Awal & Pertengahan Februari 2013 UMROH PAKET HEMAT 9 hari HANYA Rp 17.500.000 per orang Keberangkatan di Awal & Pertengahan Februari 2013 Harga termasuk : Hotel Hotel Madinah : Waseel Alreem / setaraf : + 150m dari Masjid Nabawi Hotel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, perkembangan teknologi digital semakin maju dengan begitu pesat. Hampir meliputi sebagian besar bidang kehidupan seperti pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasawarsa ini perkembangan organisasi, semakin pesat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasawarsa ini perkembangan organisasi, semakin pesat, baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dasawarsa ini perkembangan organisasi, semakin pesat, baik organisasi profit maupun organisasi non profit. Organisasi merupakan bentuk setiap perserikatan

Lebih terperinci

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PELEPASAN JAMAAH CALON HAJI KLOTER IV ASAL KAB.BENGKALIS &KOTA PEKANBARU TAHUN 2016 M/1437 H

BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PELEPASAN JAMAAH CALON HAJI KLOTER IV ASAL KAB.BENGKALIS &KOTA PEKANBARU TAHUN 2016 M/1437 H BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA PELEPASAN JAMAAH CALON HAJI KLOTER IV ASAL KAB.BENGKALIS &KOTA PEKANBARU TAHUN 2016 M/1437 H BATAM, 12 AGUSTUS 2016 ASSALAMU ALAIKUM WR. WB, ALHAMDULILLAHIROBBIL

Lebih terperinci

MENYONGSONG TERBENTUKNYA KOMISI INDEPENDEN PENGAWAS HAJI

MENYONGSONG TERBENTUKNYA KOMISI INDEPENDEN PENGAWAS HAJI MENYONGSONG TERBENTUKNYA KOMISI INDEPENDEN PENGAWAS HAJI Oleh : Dr.Ir. Pudji Muljono, MSi 1) Adanya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan ibadah haji yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN ANGGARAN 2016 SISTEMATIKA 1.Evaluasi Pelayanan Kesehatan Haji Tahun 2016: a.penyelenggaraan Kesehatan Haji b.tantangan c.capaian d.upaya Peningkatan 2.Kesiapan

Lebih terperinci

yang telah ditetapkan. Manaklah konsep ini diterapkan dibirokrasi pemerintahan, akan lebih tepat bila dilihat dari konteks target pelaksanaan. Dimana

yang telah ditetapkan. Manaklah konsep ini diterapkan dibirokrasi pemerintahan, akan lebih tepat bila dilihat dari konteks target pelaksanaan. Dimana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Birokrasi dalam dasarwarsa akhir-akhir ini semakin sering mendapatkan sorotan oleh berbagai pihak. Hal ini mungkin disebabkan semakin transparannya media membeberkan

Lebih terperinci