IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO PADA PROSES KERJA DI AREA WASHING UT REMAN JAKARTA PT. UNITED TRACTORS Tbk, CAKUNG JAKARTA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO PADA PROSES KERJA DI AREA WASHING UT REMAN JAKARTA PT. UNITED TRACTORS Tbk, CAKUNG JAKARTA TIMUR"

Transkripsi

1 LAPORAN KHUSUS IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO PADA PROSES KERJA DI AREA WASHING UT REMAN JAKARTA PT. UNITED TRACTORS Tbk, CAKUNG JAKARTA TIMUR Oleh : Yustitia Febriana NIM. R PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 PENGESAHAN Laporan khusus dengan judul : Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko pada Proses Kerja di Area Washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur dengan peneliti : Yustitia Febriana NIM. R telah diuji dan disahkan pada tanggal : Pembimbing I Pembimbing II Putu Suriyasa, dr, MS, PKK, Sp.Ok NIP Devi Aliyani, SKM An. Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS Sekretaris, Sumardiyono, SKM, M. Kes. NIP ii

3 PENGESAHAN PERUSAHAAN LAPORAN KHUSUS IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO PADA PROSES KERJA DI AREA WASHING UT REMAN JAKARTA PT. UNITED TRACTORS Tbk, CAKUNG JAKARTA TIMUR Oleh : Yustitia Febriana NIM. R Telah disetujui dan disahkan oleh : PT. UNITED TRACTORS Tbk 2010 Pembimbing Perusahaan, Mengetahui, Yanuar Adhi Pawoko ESR Staff Priyanto ESR Dept Head iii

4 ABSTRAK Yustitia Febriana, Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko pada Proses Kerja di Area Washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk, Cakung-Jakarta Timur PROGRAM D.III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA. Di setiap tempat kerja selalu terdapat sumber dan potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Untuk mengendalikan sumber dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja, maka sumber dan potensi bahaya tersebut harus dilakukan identifikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan identifikasi terhadap sumber-sumber bahaya yang ada di tempat kerja, untuk kemudian dianalisis atau dievaluasi serta dilakukan penilaian resiko sehingga dapat dilakukan upaya pengendalian. Adapun kerangka pemikiran penelitian ini adalah bahwa ditempat kerja selalu terdapat sumber-sumber bahaya yang memungkinkan terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Sehingga untuk merencanakan upaya dan langkah pengendalian perlu dilakukan identifikasi resiko terhadap sumber bahaya yang dapat timbul dari aspek manusia, mesin atau peralatan, bahan, proses, cara kerja dan lingkungan. Identifikasi bahaya dan penilaian resiko dari faktor maupun potensi bahaya yang ada dapat mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja sehingga tercipta lingkungan kerja yang aman. Sejalan dengan masalah dan tujuan, maka penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif berdasarkan observasi dan wawancara kemudian dianalisa atau dievaluasi serta menyusun upaya pengendalian. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa potensi bahaya dan resiko akan selalu ada di lingkungan kerja sehingga perlu identifikasi dan dilakukan penilaian resiko sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan selamat. Sedangkan kemungkinan kecelakaan kerja yang terjadi pada proses kerja di area washing UT Reman Jakarta : PT. United Tractors Tbk, antara lain: tercebur dalam deep tank, tangan terjepit, paparan panas, gangguan pernafasan, gangguan pendengaran, luka tersayat, terciprat zat kimia, tersengat arus listrik, terpercik api, tertimpa benda dan material jatuh, terkena air tekanan tinggi, terkena udara tekanan tinggi dan luka bakar. Saran yang diberikan adalah agar perusahaan segera melakukan tindakan perbaikan pada deep tank yang rusak, menetapkan kebijakan penggunaan alat pelidung diri untuk tenaga kerja di area washing, dan melakukan pemantauan dan tinjauan efektivitas pengendalian yang telah diimplementasikan oleh pihak manajemen. Kata kunci : Identifikasi Bahaya, Upaya Pengendaliannya Kepustakaan : 17, iv

5 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan penelitian di PT. United Tractors Tbk, sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan baik. Laporan penelitian ini disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu kerja praktek ini dilaksanakan untuk membina dan menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta mencoba mengaplikasikan pengetahuan penulis dan mengamati permasalahan dan hambatan yang ada mengenai penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini, penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr, MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2. Bapak Putu Suriyasa, dr, MS, PKK, Sp.Ok, selaku Ketua Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta dan selaku pembimbing I. v

6 3. Ibu Devi Aliyani SKM, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 4. Bapak/ ibu staff pengajar dan karyawan/karyawati Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 5. Bapak Herjadi Budiman, selaku ESRGA Division Head PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur. 6. Bapak Priyanto, selaku ESR Department PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur. 7. Bapak Heri Hendari, selaku Plant Manager UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di UT Reman Jakarta. 8. Bapak Yanuar Adhi Pawoko, selaku pembimbing lapangan di PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur. 9. Bapak Tarja, Bapak Kahfi, Bapak Edy Sutarto, Bapak Nuralip, Bapak Ucok, Mba Erika dan seluruh teman-temanku khususnya Dita yang sedang magang di tempat yang sama yang telah memberikan bimbingan, persahabatan dan bantuannya selama penulis melaksanakan magang di PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur. 10. Bapak Supriyadi yang telah membantu mencarikan tempat magang bagi penulis. 11. Seluruh karyawan dan karyawati PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur yang telah banyak membantu selama penulis melakukan magang. vi

7 12. Kedua orang tua penulis, Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan do a dan kasih sayang serta dukungan moril, spiritual dan materiil, kedua adik penulis Yayang dan Fafa yang telah memberikan semangat dan warna di dalam hidupku, kakak penulis Eko yang telah menjadi sahabat, teman, sekaligus saudara terimakasih atas waktu dan kasih sayangnya juga seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan do a dan dukungannya kepada penulis. 13. Teman-teman seperjuangan, senasib dan sepenanggungan D.III Hiperkes dan KK Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini. Akhirnya kepada Allah SWT penulis mengharapkan ridho dan ampunan. semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin. Wassalamu alaikum Wr.Wb. Jakarta, April 2010 Penulis, Yustitia Febriana vii

8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v viii x xi xii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 4 BAB II LANDASAN TEORI... 6 A. Tinjauan Pustaka... 6 B. Kerangka Pemikiran BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian B. Lokasi Penelitian dan Pelaksanaan C. Teknik Pengumpulan Data D. Objek Penelitian viii

9 E. Sumber Data F. Analisis Data BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 DAFTAR TABEL Tabel 1. Analisa penilaian resiko Tabel 2. Rumus penilaian resiko Tabel 3. Bobot kemungkinan terjadi Tabel 4. Bobot keparahan Tabel 5. Penilaian resiko Tabel 6. Kategori resiko Tabel 7. Penilaian resiko di area washing UT Reman Jakarta Tabel 8. Penilaian resiko bahaya berdasarkan urutan tingginya x

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Urutan teori domino Gambar 2. Teori gunung es Gambar 3. Kerangka pemikiran Gambar 4. Flow Chart Proses pada Washing Section xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lay Out PT. United Tractors Tbk Lampiran 2. Struktur Organisasi UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk Lampiran 3. Certificate of Analysis Lampiran 4. MSDS NR CR-021 Carbon Remover Lampiran 5. MSDS NR LIQUID 070 Lampiran 6. Emergency Exit UT Reman Jakarta Lampiran 7. Struktur Organisasi TKTD PT. United Tractors Tbk Lampiran 8. Proses Bisnis UT Reman Jakarta Lampiran 9. Kebijakan Mutu UT Reman Jakarta Lampiran 10. Form Identifikasi Keadaan Darurat Lampiran 11. Form Identifikasi Aspek Dampak LK3 Lampiran 12. Form MSDS xii

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap adanya penggunaan teknologi dan perkembangan industri yang semakin lama semakin canggih dan maju dimana hal tersebut ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Dengan keadaan demikian penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan terus meningkat sesuai dengan kebutuhan industrialisasi. Hal tersebut tentunya akan membawa dampak tidak hanya dapat mengancam manusia tetapi juga pada lingkungan kerja, proses kerja dan juga pada sistem kerja itu sendiri. Penggunaan peralatan-peralatan kerja yang canggih dapat memberi dampak terhadap resiko kecelakaan, kerugian dan penyakit akibat kerja. Risiko kecelakaan, kerugian dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya sumber-sumber bahaya akibat dari aktifitas kerja di tempat kerja. Umumnya di semua tempat kerja selalu terdapat sumber-sumber bahaya. Hampir tidak ada tempat kerja yang sama sekali bebas dari sumber bahaya (Syukri Sahab, 1997). Sumber-sumber bahaya perlu dikendalikan untuk mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Selain adanya sumber bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja terdapat juga potensi bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja. 1

14 2 Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja (Tarwaka, 2008). Untuk mengendalikan sumber-sumber bahaya dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja, maka sumber dan potensi bahaya tersebut harus ditemukan. Untuk menemukan dan menentukan lokasi bahaya potensial yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, maka perlu diadakan identifikasi sumber bahaya potensial yang ada di tempat kerja. Setelah sumber dan potensi bahaya teridentifikasi, maka dilakukan evaluasi tingkat risiko sumber bahaya terhadap tenaga kerja. Dari kegiatan tersebut maka diusahakan suatu pengendalian sampai tingkat yang aman untuk tenaga kerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan. Pengendalian terhadap sumber dan potensi bahaya bertujuan untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Syukri Sahab, 1997), kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan ada dua macam, yaitu kerugian ekonomi dan kerugian non ekonomi. Kerugian ekonomi berupa kerugian yang langsung dapat ditaksir dengan menggunakan uang, kerugian non ekonomi antara lain adalah rusaknya lingkungan dan citra perusahaan. Dalam memperhatikan sumber dan potensi bahaya yang ada dalam setiap tempat kerja perusahaan wajib memberikan jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada setiap tenaga kerjanya. Menurut Undang-undang No. 13 tahun 2003 pasal 87 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa setiap perusahaan wajib

15 3 menerapkan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. PT. United Tractors Tbk merupakan perusahaan yang berperan sebagai distributor tunggal alat berat Komatsu di Indonesia. Selain sebagai distributor alat berat PT. United Tractors Tbk juga bergerak di bidang penjualan dan perbaikan berbagai peralatan berat. Dalam kaitannya dengan perbaikan peralatan berat PT. United Tractors Tbk mendirikan bisnis unitnya yaitu UT Reman Jakarta. UT Reman adalah bisnis unit PT United Tractors Tbk yang merupakan jawaban atas kebutuhan pelanggan terhadap komponen baik Exchange komponen atau perbaikan komponen. UT Reman adalah Remanufacturing Plant yang bergerak dibidang penyediaan dan perbaikan komponen dari alat-alat berat seperti Engine, Transmisi, Final Drive dan lain-lain. Komponen UT Reman dikerjakan melalui proses Remanufacture dengan standard yang telah ditetapkan mulai dari Proses penerimaan komponen, pembongkaran, pengukuran, perakitan dan pengetesan. UT Reman Jakarta yang dalam kegiatannya melibatkan faktor manusia, mesin dan lingkungan mempunyai tingkat kecelakaan kerja yang tinggi. Oleh karena itu, dilakukan usaha-usaha pencegahan sumber-sumber bahaya yang ada di tempat kerja. Melalui kegiatan pemantauan yang dilakukan di area kerja UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk, penulis mencoba untuk mengidentifikasi potensi dan faktor bahaya serta upaya pengendalian yang akan akan digunakan melalui laporan dengan judul Identifikasi Bahaya dan Penilaian Resiko pada Proses

16 4 Kerja di Area Washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk, Cakung Jakarta Timur. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana proses identifikasi bahaya dan penilaian resiko pada proses kerja di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk? 2. Bagaimana upaya pengendalian yang terdapat pada proses kerja di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk? C. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilaksanakan di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk, bertujuan untuk : 1. Mengetahui bagaimana proses identifikasi bahaya dan penilaian resiko pada proses kerja di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk. 2. Mengetahui upaya pengendalian pada proses kerja di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk. D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

17 5 1. Penulis Diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis dalam mengidentifikasi potensi dan faktor-faktor bahaya yang ada di tempat kerja yang diobservasi secara langsung, sehingga dapat dilakukan tindakan pengendalian agar kecelakaan tidak terjadi. 2. Perusahaan Diharapkan perusahaan mendapat gambaran tentang potensi dan faktorfaktor bahaya yang ada di tempat kerja serta sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan dalam proses identifikasi bahaya khususnya di area washing UT Reman Jakarta, sekaligus upaya pengendaliannya untuk menurunkan tingkat risiko terhadap kesehatan dan keselamatan kerja pada area tersebut. 3. Pembaca Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai gambaran identifikasi bahaya dan penilaian resiko serta gambaran pengendalian resiko di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk. 4. Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Diharapkan dapat menambah studi kepustakaan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar mengenai gambaran identifikasi bahaya, penilaian resiko serta gambaran pengendalian resiko di area washing UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk.

18 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Pengertian Umum Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaannya (Suma mur, 1996). Pengertian lain dari keselamatan kerja adalah merupakan sarana utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka/ cidera, cacat atau kematian, kerugian harta benda dan kerusakan peralatan/ mesin dan lingkungan secara luas (Tarwaka, 2008). Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang berada di perusahaan. Dengan demikian, keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di perusahaan serta masyarakat sekitar perusahaan yang mungkin terkena dampak akibat suatu proses produksi industri (Suma mur, 1996). Sasaran keselamatan kerja adalah segala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air maupun di udara (Suma mur, 1996). Tempat-tempat kerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa dan lain-lain (Suma mur, 1996). 6

19 7 Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa (Suma mur, 1996). Keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari pekerjaannya, harus sejauh mungkin diberantas dan atau dikendalikan (Suma mur, 1996). b. Tujuan Keselamatan Kerja 1) Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional. 2) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. 3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien (Suma mur, 1996). c. Pengertian Umum Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguangangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Suma mur, 1996). Kesehatan kerja sebagai suatu aspek atau unsur kesehatan yang erat berkaitan dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun

20 8 tidak langsung dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Tarwaka, 2008). d. Tujuan Kesehatan Kerja 1) Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggitingginya. 2) Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningginya efisiensi dan daya produktifitas faktor manusia dalam produksi (Suma mur, 1996). e. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofis adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keadaan, keutuhan, dan kesempurnaan baik jasmani ataupun rohani manusia serta karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya (Suma mur, 1996). Sedangkan secara keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapannya yang mempelajari tentang cara penanggulangan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (Suma mur, 1996). Keselamatan dan kesehatan kerja secara praktis/hukum merupakan suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja serta begitu pula orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber dari proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya (Suma mur, 1996).

21 9 f. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1) Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat. 2) Agar sumber-sumber produksi dapat diakui dan digunakan secara aman dan efisien. 3) Agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun (Suma mur, 1996). g. Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1) Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya peledakan dan kebakaran. 2) Mencegah dan megurangi timbulnya penyakit akibat kerja. 3) Mencegah dan mengurangi angka kematian, cacat tetap, dan luka ringan. 4) Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan, alat kerja lainnya. 5) Meningkatkan produktivitas. 6) Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal. 7) Menjamin tempat kerja yang aman. 8) Memperlancar, meningkatkan, mengamankan sumber, dan proses produksi. 2. Bahaya a. Pengertian Umum Bahaya Bahaya merupakan suatu kondisi baik yang ada maupun yang berpotensi, yang dengan sendirinya atau berinteraksi dengan kondisi lainnya, dapat menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan atau diharapkan seperti kematian, cidera manusia, kerusakan fasilitas dan hilangnya fasilitas (Budi Santoso, 1999).

22 10 Pengertian lain dari bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan kerugian. Menurut Rudi Suardi (2005), bahaya adalah suatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan ini mencakup substansi, prosedur kerja dan atau aspek lainnya dari lingkungan kerja. Kemungkinan suatu bahan yang dalam kondisi tertentu bisa menyebabkan kerugian pada makhluk hidup (Pamapersada Nusantara, 1999). Hazard adalah sumber atau situasi yang mempunyai daya potensial untuk mengakibatkan cidera atau gangguan kesehatan, kerusakan alat, kerusakan lingkungan tempat kerja atau kombinasi dari hal-hal tersebut (Cross Jane, 1998). b. Potensi Bahaya Menurut Depnaker RI (1996), potensi bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat menimbulkan kecelakaan atau kerugian berupa cidera, penyakit, kerusakan atau kemampuan untuk melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan. Pengertian lain dari potensi bahaya (hazard) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kerusakan dan kerugian (Tarwaka, 2008). Setiap proses produksi, peralatan/mesin, dan tempat kerja yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang jika tidak mendpatkan perhatian khusus dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan proses atau juga

23 11 berasal dari luar proses. Potensi bahaya dapat mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada : 1) Manusia baik yang bersufat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan. 2) Properti termasuk peralatan kerja dan mesin-mesin. 3) Lingkungan baik lingkungan di dalam perusahaan maupun lingkungan di luar perusahaan. 4) Kualitas produk barang dan jasa. 5) Nama baik perusahaan (Company s Pubilc Image). Menurut Tarwaka (2008) hazard atau potensi bahaya dapat dikelompokkan berdasarkan kategori-kategori umum atau dapat juga disebut sebagai energi potensi bahaya sebagai berikut: 1) Potensi bahaya dari bahan-bahan berbahaya (Hazardous Substances) 2) Potensi bahaya udara bertekanan (Pressure Hazard) 3) Potensi bahaya udara panas (Thermal Hazard) 4) Potensi bahaya kelistrikan (Electrical Hazard) 5) Potensi bahaya mekanik (Mechanical Hazard) 6) Potensi bahaya gravitasi dan aselerasi (Gravitational and Accelerational Hazard). 7) Potensi bahaya radiasi (Radiation Hazard) 8) Potensi bahaya mikrobiologi (Microbiological Hazard) 9) Potensi bahaya kebisingan dan vibrasi (Vibration and Noise Hazard) 10) Potensi bahaya ergonomi (Hazard relating to human Factor)

24 12 11) Potensi bahaya lingkungan kerja (Environmental Hazard) 12) Potensi bahaya yang berhubungan dengan kualitas produk dan jasa, proses produksi, properti, image public, dll. c. Sumber Bahaya Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian langsung maupun kerugian tidak langsung. Kerugian ini bisa dikurangi jika kecelakaan dan penyakit akibat kerja dicegah dengan cara dideteksi sumber sumber bahaya yang mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut. Menurut Syukri Sahab (1997), sumber bahaya ini bisa berasal dari : 1) Manusia Termasuk pekerja dan manajemen. Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian, dan kerusakan terletak pada karyawan yang kurang bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang pada umunya menyebabkan kecelakaan dan kerugian (Bennet N.B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995). Selain itu apa yang diterima atau gagal diterima melalui pendidikan, motivasi, serta penggunaan peralatan kerja berkaitan langsung dengan sikap pimpinan (Freeport, 1995). 2) Peralatan Peralatan yang digunakan dalam suatu proses dapat menimbulkan bahaya jika tidak digunakan sesuai dengan fungsinya, tidak adanya latihan penggunaan alat tersebut, tidak dilengkapi dengan pelindung dan pengaman serta tidak ada parawatan dan pemeriksaan. Perawatan atau pemeriksaan dilakukan agar bagian

25 13 dari mesin atau alat yang berbahaya dapat dideteksi sedini mungkin (Syukri Sahab, 1997). 3) Bahan Bahaya dari bahan meliputi berbagai resiko sesuai dengan sifat bahan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan alergi, menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, menyebabkan kanker, mengakibatkan kelainan pada janin, bersifat racun dan radio aktif. 4) Proses Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang digunakan. Industri kimia biasanya menggunakan proses yang berbahaya, dalam prosesnya digunakan suhu, tekanan yang tinggi dan bahan kimia berbahaya yang memperbesar resiko bahayanya. Dari proses ini kadang kadang timbul asap, debu, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong, atau tertimpa bahan. Hal ini dapat mengakibatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tingkat bahaya dari proses ini tergantung pada teknologi yang digunakan (Syukri Sahab, 1997). 5) Cara Kerja Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu sendiri dan orang lain disekitarnya. Cara kerja yang demikian antara lain: cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta tumpahan bahan berbahaya. Cara mengangkat dan mengangkut yang salah mengakibatkan cedera, memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara memakai yang salah.

26 14 6) Bangunan, Peralatan dan Instalasi Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja. Pencahayaan dan ventilasi harus baik, tersedia penerangan darurat, marka dan rambu yang jelas dan tersedia jalan penyelamatan diri. Instalasi harus memenuhi persaratan keselamatan kerja baik dalam disain maupun konstruksinya. Dalam industri juga digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya, yang bila tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman bisa menimbulkan bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, ledakan, luka luka atau cidera. 7) Lingkungan Kerja Bahaya dari lingkungan kerja dapat di golongkan atas berbagai jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktivitas dan efisiensi kerja. Bahaya tersebut adalah: a) Faktor lingkungan fisik Bahaya yang bersifat fisik seperti ruangan yang terlalu panas, terlalu dingin, bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan dan radiasi. b) Lingkungan kimia Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan bahan yang digunakan maupun bahan yang di hasilkan selama proses produksi. Bahan ini berhamburan ke lingkungan karena cara kerja yang salah, kerusakan atau kebocoran dari peralatan atau instalasi yang digunakan dalam proses.

27 15 c) Faktor lingkungan biologik Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun dari binatang lainnya yang ada di tempat kerja. d) Faktor faal kerja atau ergonomi Gangguan yang besifat faal karena beban kerja yang terlalu berat, peralatan yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja. e) Faktor psikologik Gangguan jiwa dapat terjadi karena keadaan lingkungan sosial tempat kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada karyawan, seperti hubungan atasan dan bawahan yang tidak serasi. Menurut Bennett N. B. Silalahi dan Rumandaong B. Silalahi (1995), keadaan lingkungan yang dapat merupakan keadaan berbahaya antara lain: a) Suhu dan kelembaban udara b) Kebersihan udara c) Penerapan dan kuat cahaya d) Kekuatan bunyi e) Cara dan proses kerja f) Udara, gas-gas bertekanan g) Keadaan lingkungan setempat h) Keadaan mesin-mesin, perlengkapan dan peralatan kerja serta bahan-bahan. 3. Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab

28 16 terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja (Tarwaka, 2008). Sedangkan menurut Pamapersada Nusantara (1999) identifikasi bahaya adalah proses pencarian terhadap bahaya yang ada pada semua jenis kegiatan, situasi, produk dan jasa yang dapat menimbulkan potensi cidera ataupun sakit. Tindakan awal dari suatu sistem manajemen pengendalian resiko yang merupakan suatu cara untuk mencari dan mengenali terhadap semua jenis kegiatan, alat, produk dan jasa yang dapat menimbulkan potensi cidera atau sakit yang bertujuan dalam upaya mengurangi dampak negatif resiko yang dapat mengakibatkan kerugian aset perusahaan, baik berupa manusia sebagai tenaga kerja, material, mesin, hasil produksi, maupun financial (Slamet Ichsan, 2004). Proses identifikasi hazard atau potensi bahaya antara lain yaitu : a. Membuat daftar semua objek (mesin, peralatan kerja, bahan, proses kerja, sistem kerja, kondisi kerja, dll) yang ada di tempat kerja. b. Memeriksa semua objek yang ada di tempat kerja dan sekitarnya c. Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja yang berhubungan dengan objek-objek tersebut. d. Mereview kecelakaan, catatan P3K dan informasi lainnya e. Mencatat seluruh hazard yang telah diidentifikasi (Tarwaka, 2008) 4. Penilaian Resiko a. Pengertian Umum Menurut Tarwaka (2008), resiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.

29 17 Sedangkan tingkat resiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapan (probability) dan keparahan (consequence/ severity) dari suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cedera sakit yang mungkin timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja. Menurut Widodo Siswowardodjo (2007), tingkat resiko adalah perhitungan antara konsekuensi atau dampak yang mungkin timbul dan probabilitas. Menurut Permenaker PER 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lampiran I mengenai Pedoman Penerapan sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa penilaian resiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaaan atau penyakit akibat kerja. Penilaian resiko adalah pelaksanaan metode-metode untuk menganalisa tingkat resiko, mempertimbangkan resiko tersebut dalam tingkat bahaya (danger) dan mengevaluasi apakah sumber bahaya itu dapat dikendalikan secara memadai serta mengambil langkah-langkah yang tepat (Widodo Siswowardodjo, 2007). b. Manfaat Penilaian Resiko Besarnya nilai resiko yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam melakukan tindakan perbaikan untuk mencegah kecelakaan kerja yang sama terulang dan untuk mengetahui bahaya yang harus mendapat perhatian lebih dahulu. Hasil analisis potensi bahaya dapat dimanfaatkan antara lain sebagai berikut: 1) Evaluasi sejauh mana diperlukan perubahan mesin atau peralatan yang jadi obyek analisa serta perbaikan desain tehnik.

30 18 2) Perbaikan metode kerja. 3) Mengembangkan peralatan perlindungan dan pengamanan 4) Mempersiakan intruksi kerja 5) Mempersiapkan peraturan keselamatan kerja atau panduan untuk objek yang diteliti (Syukri Sahab, 1997). c. Proses Penilaian Resiko Di dalam melakukan penilaian resiko harus dilakukan secara sistematis dan terencana dengan mengikuti tahapan-tahapan proses penilaian resiko. Proses penilaian resiko ini dilakukan untuk menilai tingkat resiko kecelakaan atau cidera dan sakit dan merupakan proses kelanjutan dari proses identifikasi hazard. Proses penilaian resiko tersebut antara lain yaitu: 1) Tingkat Kekerapan (probability) Tingkat kekerapan atau keseringan terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja, harus mempertimbangkan tentang berapa sering dan berapa lama seorang tenaga kerja terpapar potensi bahaya. Dengan demikian dapat dibuat keputusan tentang tingkat kekerapan kecelakaan atau sakit yang terjadi untuk setiap potensi bahaya yang diidentifikasi. Integritas dan efektivitas tindakan pengendalian resiko perlu disertakan pada saat mempertimbangkan kekerapan atau kemungkinan. Kategori tingkat kekerapan atau kemungkinan tergantung dari kebutuhan perusahaan mulai dari tingkat kemungkinan kecil sekali sampai tingkat kemungkinan yang sangat besar. 2) Tingkat Keparahan (consequence/ severity)

31 19 Setelah diketahui tingkat kekerapan kecelakaan atau sakit yang terjadi, selanjutnya harus dibuat keputusan tentang seberapa parah kecelakaan atau sakit yang mungkin terjadi. Penentuan tingkat keparahan dari suatu kecelakaan juga memerlukan suatu pertimbangan tentang berapa banyak orang yang ikut terkena dampak akibat kecelakaan dan bagian-bagian tubuh mana saja yang dapat terpapar potensi bahaya. Kategori tingkat keparahan tergantung dari perusahaan mulai dari tingkat keparahan kecil sekali sampai dengan tingkat keparahan yang sangat besar. 3) Tingkat Resiko Setelah dilakukan penaksiran terhadap tingkat kekerapan dan keparahan terjadinya kecelakaan atau penyakit yang mungkin timbul, selanjutnya dapat ditentukan tingkat resiko dari masing-masing hazard yang telah diidentifikasi dan dinilai. 4) Prioritas Resiko Setelah dilakukan penentuan tingkat resiko, selanjutnya harus dibuat skala prioritas resiko untuk setiap potensi bahaya yang diidentifikasi dalam upaya menyusun rencana pengendalian resiko. 5. Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan seringkali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja atau yang berkaitan dengannya.

32 20 Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga, kapan dan dimana yang dapat menimbulkan cidera fisik terhadap orang, dan atau kerusakan atau kerugian harta benda atau kerusakan atau pencemaran lingkungan (PT. United Tractors Tbk, 2010). Kecelakaan terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu sumber energi atau bahan yang melampaui NAB dari bahan atau struktur. Sumber energi ini dapat berupa tenaga mekanis, kinetis, kimia, listrik, dan lain sebagainya. (Sucofindo, 1998). Pada dasarnya kecelakaan disebabkan oleh dua hal yaitu unsafe act (tindakan yang tidak aman) dan unsafe condition (kondisi yang tidak aman). Oleh karena itu sumber daya manusia dalam hal ini memegang peranan penting dalam penciptaan keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga kerja yang mau membiasakan dirinya dalam keadaan aman dan melakukan pekerjaan dengan aman akan sangat membantu dalam memperkecil angka kecelakaan kerja (Suma mur, 1996). Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan, kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Dan dapat dikatakan nyaris celaka (near miss) bila suatu kejadian yang tidak diinginkan yang bila keadaannya sedikit saja berbeda dapat mengakibatkan luka pada manusia, kerusakan harta benda, kerugian proses (Widodo Siswowardodjo, 2007).

33 21 Near miss merupakan kejadian kecelakaan yang tidak menimbulkan cedera atau kerugian, tetapi jika terulang lagi kemungkinan dapat menimbulkan cedera atau kerugian (PT. United Tractors Tbk, 2010). a. Teori Penyebab Kecelakaan Kerja Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila terdapat berbagai faktor penyebab secara bersamaan pada suatu tempat kerja atau proses produksi. Dari beberapa penelitian para ahli memberikan indikasi bahwa suatu kecelakaan kerja tidak dapat terjadi dengan sendirinya, akan tetapi terjadi oleh satu atau beberapa faktor penyebab kecelakaan sekaligus dalam suatu kejadian. Adapun teori-teori yang mendukung penyebab kecelakaan kerja antara lain yaitu: 1) The Domino Theory Dalam buku Accident Prevention Heinrich (1972) mengemukakan suatu teori sebab akibat terjadinya kecelakaan yang selanjutnya dikenal dengan Teori Domino. Dari teori tersebut digambarkan bahwa timbulnya suatu kecelakaan atau cidera disebabkan oleh 5 (lima) faktor penyebab yang secara berurutan dan berdiri sejajar antara faktor satu dengan yang lainnya. Kelima faktor tersebut antara lain yaitu kebiasaan, kesalahan, tindakan dan kondisi tidak aman, kecelakaan dan cidera. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja adalah cukup dengan membuang salah satu kartu domino atau memutuskan rangkaian mata rantai domino tersebut.

34 22 Lack Of Control Basic Causes Immediete Causes Accident Loss Inadequate Program Inadequate Program Standart Inadequate to Standart Personal Factor Job Factor Unsafe Act Unsafe Condition Contact With Energy or Substance People Property Process Gambar 1. Urutan Teori Domino Sumber : Frank E. Bird, 1990 a) Kurangnya System Pengendalian (Lack of Control) Dalam urutan domino, kurangnya pengendalian merupakan urutan pertama menuju suatu kejadian yang mengakibatkan kerugian. Pengendalian dalam hal ini ialah salah satu dari empat fungsi manajemen yaitu: Planing (perencanaan), organizing (pengorganisasian), leading (kepemimpinan), dan controlling (pengendalian). Teori Domino yang pertama akan jatuh karena kelemahan pengawas dan pihak manajemen yang tidak merencanakan dan mengorganisasi pekerja dengan benar serta tidak mengarahkan para pekerjanya untuk terampil dalam melaksanakan pekerjaannya. Kurang pengendalian dapat disebabkan karena faktor:

35 23 (1) Program yang tidak memadai (Inadequate Program) Hal ini disebabkan terlalu sedikitnya program yang diterapkan ditempat kerja atau karena terlalu banyak kegiatan-kegiatan program. Kegiatan program yang penting bervariasi dengan lingkup, sifat, dan jenis perusahaan. (2) Standar program yang tidak layak (Inadequate Standard Program) Guna mematuhi pelaksanaan kegiatan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik, perusahaan harus membuat suatu program keselamatan dan kesehatan kerja, menetapkan standard yang digunakan dan melakukan pemantauan pelaksanaan program tersebut. (3) Standard yang tidak layak (Inadequate to Standar) Faktor yang menyebabkan kurangnya standard yang diterapkan tidak cukup spesifik dan tidak cukup jelas serta kurang tingginya standard yang diterapkan. b) Penyebab Dasar (Basic Causes) Penyebab nyata yang melatar belakangi penyebab langsung dan mendasari terjadinya kecelakaan, terdiri dari: (1) Faktor Personal (Personal Factor) yang meliputi: (a) Kurangnya pengetahuan (b) Kurangnya keterampilan (c) Kurangnya kemampuan fisik dan mental (d) Kurangnya motivasi (e) Stress fisik dan mental

36 24 (2) Faktor Pekerjaan (Job Factor) yang meliputi: (a) Kepemimpinan da kepengawasan yang tidak memadai (b) Engineering kurang memadai (c) Maintenance kurang memadai (d) Alat dan peralatan kurang memadai (e) Pembelian barang kurang memadai (f) Standard kerja kurang memadai (g) Aus dan retak akibat pemakaian (h) Penyalahgunaan wewenang c) Penyebab Langsung (Immediate Causes) Tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang secara langsung menyebabkan kecelakaan yang biasanya dapat dilihat dan dirasakan. Penyebab langsung berupa: (1) Tindakan Tidak Aman (Unsafe Act) Unsafe act yaitu pelanggaran terhadap tata cara kerja yang aman sehingga dapat menimbulkan peluang akan terjadinya kecelakaan, misalnya : (a) Mengoperasikan peralatan tanpa wewenang. (b) Mengoperasikan mesin/peralatan/kendaraan dengan kecepatan tidak layak. (c) Berada dalam pengaruh obat-obatan terlarang dan alkohol. (d) Gagal mengikuti prosedur kerja. (e) Melepas alat pengaman. (f) Alat pengaman tidak berfungsi. (g) Tidak memakai alat pelindung diri.

37 25 (h) Menggunakan peralatan yang sudah rusak. (i) Posisi kerja yang salah. (j) Pengangkutan yang tidak layak. (k) Bersenda-gurau di waktu kerja. (l) Kegagalan untuk memperingatkan. (2) Kondisi tidak aman (Unsafe Condition) Kondisi fisik yang membahayakan dan langsung membuka terhadap kecelakaan. Keadaan tidak aman antara lain: (a) Peralatan dan material yang rusak (b) Pelindung atau pembatas yang tidak layak (c) Alat pelindung diri yang kurang sesuai (d) Sistem peringatan tanda bahaya yang kurang berfungsi (e) Kebersihan dan tata ruang tempat kerja tidak layak (f) Kondisi lingkungan kerja mengandung debu, gas, asap, atau uap yang melebihi NAB (Nilai Ambang Batas). (g) Intensitas kebisingan yang melebihi NAB (h) Paparan radiasi (i) Temperature ruang kerja yang terlalu tinggi atau rendah (j) Penerangan yang kurang atau berlebihan (k) Ventilasi yang kurang (l) Bahaya kebakaran dan peledakan (m) Tindakan yang terbatas atau berlebihan

38 26 d) Kecelakaan (Accident) Kecelakaan terjadi oleh karena adanya kontak dengan suatu sumber energi atau bahan yang melebihi NAB dari bahan atau struktur. Sumber energi ini dapat berupa tenaga mekanis, kinetis, kimia, listrik, dsb (Sucofindo, 1998). Jika potensi penyebab kecelakaan dibiarkan saja untuk terjadi, maka jalannya akan selalu terbuka untuk kontak dengan sumber bahaya. Kecelakaan tersebut dapat berupa: (1) Terbentur/ menabrak suatu benda (2) Terbentur/tertabrak banda/alat yang bergerak (3) Jatuh ke tingkat yang lebih rendah (4) Jatuh pada tingkat yang sama (tergelincir, tersandung, terpeleset) (5) Terjepit diantara dua benda (6) Terjepit kedalam alat/benda yang berputar (7) Kontak dengan listrik, panas, dingin, radiasi, bahan beracun. e) Kerugian (Loss) Akibat dari kecelakaan adalah kerugian, sebagaimana termasuk dalam definisi kecelakaan bahwa kerugian dapat berwujud penderitaan pada manusia, kerusakan pada harta benda, lingkungan serta kerugian pada proses. Kecelakaan menurut Suma mur (1996) menyebabkan lima jenis kerugian yaitu: (1) Kerusakan (2) Kekacauan organisasi (3) Keluhan dan kesedihan (4) Kelaian dan cacat

39 27 (5) Kematian Kerugian tersebut dapat diukur dengan biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Biaya kecelakaan terdiri dari dua macam yaitu: (1) Biaya langsung, yaitu pembayaran berdasarkan peraturan ganti kerugian atau asuransi dan biaya pengobatan. (2) Biaya tersembunyi, meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu setelah kecelakaan terjadi, biaya tersembunyi mencakup: (a) Biaya memperbaiki, mengganti atau menguatkan kembali peralatan yang rusak. (b) Biaya untuk upah yang dikeluarkan bagi pekerja tidak kerja yang cidera. (c) Biaya latihan kerja pekerja yang baru. (d) Biaya yang tidak diasuransi yang ditanggung oleh perusahaan. (e) Biaya untuk pekerja yang cidera selama tidak bekerja, selain dari biaya terasuransi. Kerugian dapat dilihat dari dua aspek, yaitu: (1) Aspek Kemanusiaan (a) Penderitaan korban meliputi: sakit, cacat, tekanan mental, kehilangan nafkah, dan masa depan yang suram. (b) Keluarga korban mengalami kesedihan, kehilangan tulang punggung keluarga. (2) Aspek Ekonomis (a) Biaya langsung i. Pengobatan/perawatan dokter

40 28 ii. Biaya kompensasi (b) Biaya tak langsung i. Kerusakan gedung dan sarana produksi ii. Penggantian/perbaikan iii. Penurunan produksi iv. Penelitian v. Latihan vi. Mutasi vii. Upah selama tidak mampu bekerja Biaya yang timbul sebagai akibat kecelakaan biasanya disebut Biaya Gunung Es yaitu biaya langsung digambarkan sebagai bongkahan es yang terlihat diatas permukaan laut, sedangkan biaya tak langsung digambarkan sebagai bongkahan gunung es yang berada dibawah permukaan laut yang lebih besar, seperti pada gambar 2. A B Gambar 2. Teori Gunung Es Sumber : Bird and German, 1990

41 29 Keterangan: A : Biaya Langsung $1 : a) Ganti rugi b) Biaya pengobatan B : Biaya Tidak Langsung $5 to $50 : a) Kerusakan bangunan b) Kerusakan alat dan peralatan c) Kerusakan bahan dan hasil produksi d) Kelambatan dan terhentinya proses produksi $1 to $3 : a) Hal-hal seperti penggajian dan pelatihan, penggantian, waktu investigasi, dll. b) Gaji yang dibayarkan pada korban sewaktu tidak bekerja, upah yang diberikan pada korban selain ganti rugi, biaya lembur, waktu ekstra dari pengawas, penurunan hasil produksi, dsb. 2) Multiple Causation Theory Kecelakaan tunggal yang mempunyai banyak faktor pendukung yaitu penyebab dan sub-penyebab. Ada dua jenis faktor pendukung yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor manusia. 3) The Pure Chance Theory

42 30 Setiap pekerja mempunyai kemungkinan yang sama terhadap terjadinya kecelakaan, semua kecelakaan yang terjadi karena takdir Tuhan dan tidak bisa diprediksi cara untuk melindungi pekerja. 4) Biased Liability Theory Teori ini mengatakan bahwa seorang pekerja yang mengalami kecelakaan punya kecenderungan akan mengalami kecelakaan lagi, dibanding pada pekerja lainnya. Dalam menentukan penyebab kecelakaan, terlebih dahulu mengidentifikasi faktor-faktor dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja yang dimana sebagai upaya mencegah kecelakaan kerja tersebut tidak terjadi sekaligus juga menghindari kemungkinan terulangnya kejadian tersebut. 6. Tindakan Pengendalian Pengendalian merupakan metode untuk menurunkan tingkat faktor bahaya dan potensi bahaya sehingga tidak membahayakan. Apabila suatu resiko terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja telah diidentifikasi dan dinilai, maka pengendalian resiko harus diimplementasikan untuk mengurangi resiko sampai batas-batas yang dapat diterima berdasakan ketentuan, peraturan dan standar yang berlaku. Di dalam memperkenalkan suatu sarana pengendalian resiko, harus mempertimbangkan apakah sarana pengendalian resiko tersebut dapat diterapkan dan dapat memberikan manfaat kepada masing-masing tenaga kerjanya. Cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain : a. Pengendalian langsung pada sumber bahaya, misalnya : 1) Eliminasi, upaya menghilangkan bahaya yang ada secara langsung.

43 31 2) Subsitusi, mengganti bahan yang memiliki potensi risiko tinggi dengan bahan yang potensi risikonya rendah. 3) Isolasi, pemisahan bahaya dari manusia agar tidak terjadi kontak langsung. b. Pengendalian pada lingkungan : 1) Lay out (tata ruang) dan house keeping. 2) Ventilasi keluar setempat. 3) Ventilasi umum untuk memasukkan udara segar dari luar. 4) Mengatur antara jarak sumber bahaya dengan tenaga kerja. c. Pengendalian pada Tenaga Kerja : Pengendalian risiko terhadap tenaga kerja dapat dilakuakn dengan cara : 1) Mutasi Tenaga Kerja. 2) Peningkatan Kesadaran K3 di Kalangan Karyawan. Menurut Bennet N.B Silalahi dan Rumandang B. Silalahi (1995) bahwa pokok peningkatan kesadaran K3 di kalangan karyawan adalah : a) Pengertian, pelatihan, penyuluhan, dan motivasi pekerja. b) Contoh kerja yang benar. c) Teladan kerja. d) Dasar keselamatan kerja. e) Pelaksanaan kerja. f) Tanggung jawab. g) Keinsyafan. h) Pengamatan lingkungan. i) Kebiasaan/perilaku.

44 32 3) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang Baik dan Benar. Ketentuan APD : a) Memberi perlindungan adekuat terhadap bahaya yang spesifik. b) Berat alat seringan mungkin. c) Dipakai secara fleksibel. d) Bentuk menarik. e) Tahan lama. f) Memenuhi standar. g) Tidak menimbulkan bahaya tambahan karena salah penggunaan. h) Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakai. i) Suku cadang mudah didapat (A. Siswanto, 1983).

45 33 B. Kerangka Pemikiran Manusia Mesin atau Peralatan Bahan Proses Cara Kerja Lingkungan Sumber Bahaya Identifikasi Bahaya E V Tidak dilakukan identifikasi bahaya Faktor Bahaya Potensi Bahaya A L U Tidak Ada Upaya Pengendalian Kecelakaan Kerja atau PAK Analisa Bahaya A S Pengendalian Resiko I AMAN Gambar 3. Kerangka Pemikiran

46 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran/ deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang risk assessment, tingkat resiko dan upaya pengendalian resiko di area washing UT Reman Jakarta di PT. United Tractors Tbk sebagai salah satu langkah awal untuk mencegah timbulnya resiko berdasarkan hasil evaluasi yang diperoleh. B. Lokasi Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian dilakukan di salah satu satuan kerja PT. United Tractors Tbk yaitu di area washing UT Reman Jakarta yang terletak di Jalan Raya Bekasi Km. 22 Cakung Jakarta Timur. C. Teknik Pengumpulan Data Adapun data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh penulis dalam penyusunan dan penelitian laporan ini berupa data primer dan data sekunder yang dilakukan dengan teknik komunikasi maupun teknik pengamatan. 34

47 35 1. Wawancara (interview) Suatu aktivitas atau interaksi tanya jawab terhadap pihak-pihak tertentu dalam suatu departemen yang terkait dengan objek permasalahan yang diteliti yaitu dengan pihak departemen SHE, operator dan supervisor pada unit kerja UT Reman Jakarta. 2. Observasi Lapangan Suatu kegiatan yang dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti guna mendapatkan data penelitian, sekaligus survey ke lapangan untuk mencari potensi dan faktor bahaya yang ada ditempat kerja UT Reman Jakarta. 3. Dokumentasi Suatu kegiatan mengumpulkan dan mempelajari dokumen - dokumen dari perusahaan yang terkait dengan objek permasalahan yang diteliti. D. Objek Penelitian Sebagai obyek penelitian adalah aspek manusia, mesin atau peralatan, bahan, proses, cara kerja serta aspek lingkungan di area kerja UT Reman Jakarta PT. United Tractors Tbk. berikut : E. Sumber Data Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data sebagai

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1 Urgensi dan Prinsip K3 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi I. PPM. Jakarta (Halaman 1 24) Tujuan Pembelajaran Pengantar Keselamatan

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran 1 Tujuan Pembelajaran 2 Pengantar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pemahaman terhadap urgensi konsep manajemen K3. dari Pemahaman terhadap prinsip manajemen K3. 6623 - Taufiqur Rachman 1 Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Tujuan Pembelajaran Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menyebutkan tujuan Penerapan K3 sekurang-kurangnya 3 buah 2. Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian K3 Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi, 2005, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Edisi I. PPM. Jakarta (Bab 2, Halaman 11 34)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Husni (2006 : 138) ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang Nomor. 1 Tahun 1970 tentang. Keselamatan Kerja pasal 1 ayat (1), yang dimaksud tempat kerja adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-undang Nomor. 1 Tahun 1970 tentang. Keselamatan Kerja pasal 1 ayat (1), yang dimaksud tempat kerja adalah BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-undang Nomor. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat (1), yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan,

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO

IMPLEMENTASI IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO LAPORAN KHUSUS IMPLEMENTASI IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO PADA PROSES PENGOPERASIAN MESIN CUT OFF DI DEPARTEMEN COUPLING PT. SEAMLESS PIPE INDONESIA JAYA CILEGON-BANTEN Oleh: Agus Susilo NIM.

Lebih terperinci

LAPORAN KHUSUS. Septia Wulandari NIM. R

LAPORAN KHUSUS. Septia Wulandari NIM. R LAPORAN KHUSUS IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN, DAN PENGENDALIAN RISIKO AREA PRODUKSI LINE 3 SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI PT. COCA COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA Septia Wulandari NIM.

Lebih terperinci

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Judul Resume

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja a. Definisi Menurut OHSAS 18001:2007 yang dimaksud tempat kerja ialah lokasi manapun yang berkaitan dengan aktivitas kerja di bawah kendali organisasi

Lebih terperinci

URGENSI DAN PRINSIP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja

URGENSI DAN PRINSIP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Keselamatan & Kesehatan Kerja URGENSI DAN PRINSIP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA K3 Keselamatan & Kesehatan Kerja HAL-HAL YANGMENJADIISU DIK3 MENGAPA PERLU PENGELOLAAN K3 TUJUAN DARI SISTEM MANAJEMEN K3: 1. Sebagai alat untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja 2.1.1 Definisi Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional adalah bidang ekonomi khususnya pada sektor industri. Pada sektor ini telah terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan. BAB II LANDASAN TEORI A. Keselamatan Kerja Menurut Tarwaka keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan

Lebih terperinci

pekerja. 4 Data kasus kecelakaan kerja di Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang

Lebih terperinci

Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja)

Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja) Gunung Es kerugian pada kecelakaan kerja kerugian yang "tampak/terlihat" lebih kecil daripada kerugian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat kerja Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja tempat kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia ditandai dengan adanya bermunculan proyek yang dibangun baik oleh pemerintah maupun oleh swasta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana kesehatan untuk menangani masalah kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, rumah sakit mempunyai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Sesuai dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 pasal 1 tentang Keselamatan Kerja, yang dimaksud dengan tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sistem yang berhubungan semua unsur yang berada dalam

Lebih terperinci

Soal K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Soal K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Soal K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja BAGIAN A : beri tanda silang pada lembar jawaban yang tersedia KESELAMATAN KERJA 1. Kecelakaan kerja disebabkan oleh perbuatan tidak aman dan kondisi tidak aman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik yaitu bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2004), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA MAKALAH KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Oleh : Viviany Angela Kandari NIM : 16202111018 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2017 1 DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk

Lebih terperinci

ALAT / MATERIAL / PROSES / LINGKUNGAN Halaman 2 Rp. PENJELASAN CEDERA / KERUSAKAN NAMA KORBAN / KOMPONEN (JIKA ADA) CEDERA / KERUSAKAN....... SKETSA KEJADIAN / DENAH / GAMBAR / FOTO SKETSA / DENAH / GAMBAR

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Modul ke: Hubungan Industrial KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Tujuan K3 2. Macam-Macam Kecelakaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang di tetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan dan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan bisnis yang semakin kompetitif bagi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan bisnis yang semakin kompetitif bagi BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak era Industrialisasi terlihat kenyataan bahwa globalisasi telah terjadi dalam seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk juga dalam aspek ekonomi yang sangat

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja PEMELIHARAAN SDM Fungsi Pemeliharaan (maintenance) berkaitan dengan upaya mempertahankan kemauan dan kemampuan kerja karyawan melalui penerapan beberapa program yang dapat meningkatkan loyalitas dan kebanggaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, terbuka atau tertutup, bergerak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

BAB 1 : PENDAHULUAN. didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu, sesuai dengan misi Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan tulang punggung suksesnya pembangunan bangsa dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Widodo (2015:234), Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Sumber Daya Manusia Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak dikehendaki yang dapat menyebabkan cidera, sakit, atau kerusakan material. Kecelakaan tidak terjadi begitu

Lebih terperinci

PT MDM DASAR DASAR K3

PT MDM DASAR DASAR K3 PT MDM DASAR DASAR K3 KASUS - KASUS K3 Kecelakaan lalu lintas Kasus Kasus Lingkungan KESELAMATAN KERJA Adalah usaha dalam melakukan pekerjaan tanpa kecelakaan Memberikan suasana atau lingkungan kerja yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan

Lebih terperinci

Oleh: Isso Issa Mahendra Deva NIM. R

Oleh: Isso Issa Mahendra Deva NIM. R digilib.uns.ac.id IMPLEMENTASI INSPEKSI KESELAMATAN KERJA HARIAN SEBAGAI UPAYA PEMANTAUAN TERHADAP RESIKO TERJADINYA KECELAKAAN DI PT. SEAMLESS PIPE INDONESIA JAYA CILEGON-BANTEN Oleh: Isso Issa Mahendra

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Sumber Bahaya Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian langsung maupun tidak langsung. Kerugian ini bisa dikurangi jika

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan harta benda. Kecelakaan kerja banyak akhir-akhir ini kita jumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan adalah sebuah kejadian tak terduga yang menyebabkan cedera atau kerusakan. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi. Hal ini ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecelakaan Kerja 1. Pengertian Kecelakaan Kerja Menurut Undang-undang No.1 Tahun 1970 tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,

Lebih terperinci

EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X

EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X B-15-1 EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X Suharman Hamzah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar, 90245

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahaya, Risiko, dan Kecelakaan Kerja Bahaya adalah keadaan yang mempunyai potensi untuk menyebabkan cedera pada manusia atau kerusakan harta benda maupun lingkungan alam.risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era-globalisasi dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi, telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas dan jarak. Dengan demikian pembangunan

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Pasal 86 UU No.13 Th.2003 1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1 Pengertian Umum Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofis adalah suatu upaya dan pemikiran untuk menjamin keutuhan, dan kesempurnaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara dinamis seiring dengan kebutuhan manusia yang selalu berubah dan bertambah pula. Perkembangan

Lebih terperinci

MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja)

MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja) MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Prinsip Keselamatan Kerja) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Tempat kerja yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 1 ayat 1 adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang undang RI No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 86 menyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka melaksanakan pembangunan masyarakat dan menyumbang pemasukan bagi negara peranan Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi diharapkan masih tetap memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil karet yang ada di Indonesia yang memiliki areal perkebunan yang cukup luas. Badan Pusat Statistik propinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya pencegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin dan peralatan kerja yang akan dapat menyebabkan traumatic

Lebih terperinci

KECELAKAAN TAMBANG. Oleh : Rochsyid Anggara

KECELAKAAN TAMBANG. Oleh : Rochsyid Anggara KECELAKAAN TAMBANG Oleh : Rochsyid Anggara 1. Penjelasan Umum Kecelakaan (Accident) adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak dikendalikan dan tidak diinginkan yang mengakibatkan cideranya seseorang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian kecelakaan Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. AKEBONO BRAKE ASTRA INDONESIA JAKARTA UTARA

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. AKEBONO BRAKE ASTRA INDONESIA JAKARTA UTARA IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. AKEBONO BRAKE ASTRA INDONESIA JAKARTA UTARA LAPORAN MAGANG Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Yeni Windayani R0011117

Lebih terperinci

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

ISNANIAR BP PEMBIMBING I: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA, LINGKUNGAN, MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PENYAKIT DAN KECELAKAAN KERJA PADA PERAWATDI RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TESIS OLEH: ISNANIAR BP.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Banyak berbagai macam

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan metoda Fault Tree Analysis (FTA) yang merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian kualitatif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat

Lebih terperinci

MATERI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (HSE)

MATERI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (HSE) MATERI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (HSE) 1. TEORI DAN KONSEP K3 2. PROSEDUR KERJA AMAN 3. ALAT PELINDUNG DIRI 4. PERMIT SYSTEM 5. JOB SAFETY ANALYSES 6. ERGONOMIC SAFETY 7. INDUSTRIAL HYGIENE 8. MSDS

Lebih terperinci

PENERAPAN JOB SAFETY ANALYSIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN PICKLED PT. ADI SATRIA ABADI YOGYAKARTA

PENERAPAN JOB SAFETY ANALYSIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN PICKLED PT. ADI SATRIA ABADI YOGYAKARTA LAPORAN KHUSUS PENERAPAN JOB SAFETY ANALYSIS SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN PICKLED PT. ADI SATRIA ABADI YOGYAKARTA Oleh : Diah Purnamasari NIM. R 0007029 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian. Pekerjaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act)

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disiplin kerja adalah suatu sikap, perbuatan untuk selalu mentaati tata tertib (Anoraga, 2006). Bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini. Efisiensi biaya dan peningkatan keuntungan semakin diperhatikan seiring dengan penekanan resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, pelayanan kesehatan yang berakhir dengan timbulnya kerugian (Puslitbag BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah industri yang bergerak dibidang layanan jasa kesehatan yang tujuan utamanya memberikan pelayanan jasa terhadap masyarakat sebagai usaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah

Lebih terperinci

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 4(2) Juli 2005 : 1 5 ISSN 1412-7814 Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Harrys Siregar Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020,

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020, digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN 4.1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (Organisasi),

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. DIC ASTRA CHEMICALS JAKARTA TIMUR

IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. DIC ASTRA CHEMICALS JAKARTA TIMUR IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. DIC ASTRA CHEMICALS JAKARTA TIMUR LAPORAN MAGANG Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Mega Dwi Aprilia R0012056 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. Dengan bantuan

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Maesaroh, Yayan Harry Yadi, Wahyu Susihono,, Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

IMPLEMENTASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Cosi Andiyanto R0010027 PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kepuasan Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang kepuasan, adapun berbagai macam pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organisasi) dan. GATT (General Agremeent on Tariffs and Trade) yang akan berlaku tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organisasi) dan. GATT (General Agremeent on Tariffs and Trade) yang akan berlaku tahun 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organisasi) dan GATT (General Agremeent on Tariffs and Trade) yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, keselamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Pabrikan Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri seperti manusia, alat, material, energi uang (modal/capital), informasi dan sumber

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai peraturan perundang-undangan yang mengatur Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Ketimpangan oleh

PENDAHULUAN. beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Ketimpangan oleh PENDAHULUAN Latar Belakang Pada umumnya kegiatan pemanenan hutan dicirikan oleh kombinasi beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Ketimpangan oleh salah satu faktor dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam sektor pekerjaan menjadi salah satu fokus utama dari strategi pembangunan Indonesia. Pada Februari 2014 tercatat jumlah penduduk yang bekerja mengalami

Lebih terperinci

Angka kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2010 hingga Juli mencapai kasus.

Angka kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2010 hingga Juli mencapai kasus. Memahami pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Memahami peranan manajemen dalam menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja Memahami cara mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja Memahami

Lebih terperinci

#10 MANAJEMEN RISIKO K3

#10 MANAJEMEN RISIKO K3 #10 MANAJEMEN RISIKO K3 Risiko adalah sesuatu yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, atau sakit yang dihasilkan karena bahaya. Selain itu Risiko adalah kondisi dimana terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO PERTAMINA (PERSERO) PABRIK ASPAL GRESIK JAWA TIMUR

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO PERTAMINA (PERSERO) PABRIK ASPAL GRESIK JAWA TIMUR LAPORAN TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RESIKO DI PT. PERTAMINA (PERSERO) PABRIK ASPAL GRESIK JAWA TIMUR Attikhah Yana Saputri R0009020 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja memiliki risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung pada jenis industri, teknologi yang digunakan serta pengendalian

Lebih terperinci

Dewi Hardiningtyas, ST., MT., MBA. Name of chairman

Dewi Hardiningtyas, ST., MT., MBA. Name of chairman Dewi Hardiningtyas, ST., MT., MBA. 2 K3 sebelum 1911 Tidak diperhatikan Kecelakaan dianggap : kesalahan/kelalaian karyawan, kesalahan rekan kerja, dan menjadi tanggungan pekerja. 1908, diberikan kompensasi

Lebih terperinci