BAB I PENDAHULUAN. ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan bisnis yang semakin kompetitif bagi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan bisnis yang semakin kompetitif bagi"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak era Industrialisasi terlihat kenyataan bahwa globalisasi telah terjadi dalam seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk juga dalam aspek ekonomi yang sangat besar pengaruhnya pada kualitas kehidupan manusia. Globalisasi di bidang ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan bisnis yang semakin kompetitif bagi setiap organisasi (perusahaan dan industri), dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya. Dalam era industrialisasi tidak cukup hanya didukung oleh investasi fisik, seperti prasarana ekonomi tetapi secara bersamaan juga harus didukung oleh investasi sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan modal pokok bagi perusahaan atau sebagai faktor sentral dalam mendayagunakan sumber daya alam (Natural Resources) dan, bahkan juga sumber daya manusia itu sendiri. Semua unsur itu harus didayagunakan secara maksimal agar organisasi perusahaan mampu merebut dan memperluas pasar bagi produknya, baik berupa barang maupun jasa. Tanpa adanya manusia maka perusahaan tersebut tidak akan berjalan walaupun modal dan teknologi telah tersedia. Untuk itu sangat diperlukan produktivitas kerja karyawan yang tinggi dalam mendayagunakan sumber daya-sumber daya tersebut agar perusahaan dapat hidup dan berkembang. Peningkatan produktivitas kerja karyawan sangat dibutuhkan pada semua perusahaan baik yang bergerak dibidang produksi maupun jasa. Dalam upaya

2 pencapaian produktivitas yang semaksimal mungkin, salah satu faktor yang sangat penting adalah faktor Sumber Daya Manusia nya, dalam hal ini tenaga kerja yang ada dalam perusahaan. Mengingat manusia merupakan faktor produksi yang terpenting, ada beberapa aspek yang harus senantiasa diperhatikan seperti kualitasnya (pengetahuan, sikap, dan keterampilan), kondisi dan kesehatan dan kepribadiannya; kebutuhan dan kesejahteraan hidupnya, keamanan dan keselamatan kerjanya dan lain sebagainya. Berkaitan dengan era industrialisasi tadi yang ditandai dengan penerapan teknologi canggih, peningkatan produktivitas kerja tersebut tidak akan mungkin tercapai bila aspek Keselamatan dan Kesehatan kerja tidak diperhatikan atau tidak ditangani secara berencana dan terpadu malah dapat meningkatkan kecelakaan kerja karyawan. Tidak mungkin seseorang mau bekerja didalam suatu perusahaan apabila dia mengetahui bahwa perusahaan tidak menjamin keselamatannya dari bahaya dan kesehatan kerjanya, walaupun perusahaan tersebut misalnya menjanjikan gaji yang cukup besar. Karena pekerja yang melakukan pekerjaannya pada hakikatnya tidak hanya sekedar untuk memperoleh imbalan atau asal tidak menganggur. Jika motivasi bekerja hanya berdasarkan imbalan atau asal tidak menganggur, jelas sulit yang diharapkan, disamping timbulnya kerawanan dalam jaminan keselamatan kerja. Disamping kebutuhan yang bersifat material ada kebutuhan psikologis yang akan dipenuhi dari pekerjaannya. Entah berapa banyak pekerja yang tidak dapat diharapkan produktivitas kerjanya atau justru cenderung kurang terjamin keselamatan

3 kerjanya, hanya karena bidang pekerjaan yang ditekuni sama sekali tidak disukainya. (Anorga & Janti,1996:219). Dengan demikian khusus mengenai aspek keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan, perlu diberi perhatian yang sangat serius karena berpengaruh langsung terhadap efektivitas kerja karyawan yang merupakan motor dan sarana utama dalam pencapaian produktivitas yang maksimal dari suatu perusahaan. Bertitik tolak dari penjelasan diatas yaitu semakin maju pesatnya industry, ilmu pengetahuan dan tehnologi dewasa ini, keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja mutlak perlu bagi para pekerja, tetapi juga penting bagi kelangsungan dan kemajuan perusahaan yang bersangkutan. Mengenai hal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diperkuat dan dipertegas lagi dalam Undang-Undang dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama. Undangundang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta

4 sarana yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja agar terjalan dengan baik. Adapun yang menjadi sasaran keselamatan dan kesehatan kerja di antaranya adalah meningkatkan produktivitas kerja tanpa memeras tenaga kerja dan menjamin kehidupan produktifnya. Sehubungan dengan sasaran ini maka setiap perusahaan apalagi dalam industry modern dewasa ini, kecelakaan-kecelakaan dalam perusahaan serta usaha pencegahannya tidak dapat diabaikan begitu saja. Dalam pencapaian sasaran tersebut pasti memerlukan usaha yang teratur atau suatu program keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan tempat kerja. Dalam perusahaan besar program keselamatan dan kesehatan kerja ini harus diperluas pengorganisasiannya dan memerlukan kesatuan pelaksana. Dan inilah yang menjadi dasar terbentuknya Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) diperusahaan-perusahaan besar. PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU sebagai salah satu perusahaan besar yang bergerak dibidang produksi Minyak dan Gas dan menggunakan teknologi modern dalam proses produksinya. Sejak berdirinya perusahaan ini sudah mengusahakan keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya. Disamping itu PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU senantiasa mengupayakan peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja dengan mengikutsertakan pegawainya dalam program jamsostek, menerbitkan

5 seperangkat peraturan dan ketentuan mengenai pedoman dan petunjuk keselamatan kerja serta pengamanan fisik. Hal inilah yang menjadi alasan bagi penulis untuk memilih PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU menjadi lokasi penelitian, dimana dalam proses produksinya kemungkinan besar memiliki resiko tinggi akan bahaya-bahaya yang muncul. Dan yang terutama alasannya karena penulis mengetahui bahwa PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU sudah membentuk Penetapan Susunan Personalia Organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), yang mana hal ini belum tentu sudah dimiliki oleh perusahaan lain. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Studi pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU). 2. Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan mengenai latar belakang masalah diatas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut : Seberapa besar pengaruh Keselamatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU?

6 Seberapa besar pengaruh Kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan di PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU? 3. Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai suatu sasaran yang hendak dicapai, atau apa yang menjadi tujuan dari penelitian tentunya harus jelas diketahui sebelumnya. Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan yang empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan (Nawawi, 1993:13). Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan Keselamatan Kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan Kesehatan Kerja terhadap produktivitas kerja Karyawan pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU. 3. Untuk mengetahui pengaruh Keselamatan Kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU.

7 4. Untuk mengetahui pengaruh Kesehatan Kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU. 5. Untuk mengetahui pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT.PERTAMINA EP REGION SUMATERA FIELD PANGKALAN SUSU. 4. Manfaat Penelitian Dan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Secara objektif adalah sebagai suatu tahap untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis dalam memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui suatu karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna. 2. Bagi FISIP-USU khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara sebagai bahan referensi, bahan kajian, dan bahan perbandingan bagi mereka yang memerlukannya dan orang-orang yang tertarik dengan masalah ini. 3. Bagi kepentingan organisasi/perusahaan diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran mengenai gambaran pengaruh antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan.

8 5. Kerangka Teori Singarimbun (1989 : 37) mengartikan teori sebagai serangkaian konsep, defenisi dan proposisi yang saling berkaitan bertujuan memeberikan gambaran sistematis tentang suatu fenomena. Berdasarkan pendapat diatas, penulis mengemukakan teori sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam penelitian ini yaitu : 5.1.Keselamatan Kerja Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. (Suma mur, 1993:1). Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja (Mangkunegara, 2000:161). Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat resiko bahayanya adalah penerapan tehnologi maju dan mutakhir dan secara terperinci, sasaran keselamatan kerja tersebut adalah : 1. Mencegah Terjadinya kecelakaan. 2. Mencegah timbulnya penyakit akibat pekerjaan. 3. Mencegah/mengurangi kematian. 4. Mencegah/mengurangi cacat tetap.

9 5. Mengamankan material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan bangunan, alatalat kerja, mesin, instalasi dan lain-lain. 6. Meningkatakan produktivitas tenaga kerja, modal, alat-alat, dan sumbersumber produksi lainnya sewaktu kerja. 7. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman sehingga dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja. 8. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, industry serta pembangunan. (Darmodiharjo, 1981 ; 8) Keselamatan kerja merupakan suatu usaha untuk melindungi buruh dari bahaya yang timbul karena pekerjaan dan menciptakan kondisi kerja yang aman bagi pekerja yang menjadi tujuan keselamatan kerja adalah : 1. Melindungi buruh dari resiko kecelakaan pada saat ia melakukan pekerjaan. 2. Menjaga supaya orang-orang yang berada disekitar tempat kerja terjamin keselamatannya. 3. Menjaga supaya sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan berdaya guna. (Budiono, 1995 : 228) Disegala tempat kerja, suatu perusahaan diwajibkan melakukan usaha-usaha tertentu yang disebut syarat-syarat keamanan kerja yang dimaksudkan untuk : Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

10 Mencegah mengurangi bahaya peledakan. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya. Memberi pertolongan pada kecelakaan. Memberi alat perlindungan diri kepada para tenaga kerja. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, gas, sinar dan getaran. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja. Memperoleh penerangan yang cukup dan serasi. Menyelenggarakan udara yang cukup. Memelihara kebersihan, keselamatan dan ketertiban. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya. (Darmodiharjo, 1981 ; 8) 5.2.Kesehatan Kerja. Kesehatan kerja adalah suatu usaha yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usahausaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Sum amur, 1967 : 1).

11 Kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, Lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik (Mangkunegara, 2000:161). Kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberi perlindungan bagi pekerja terhadap pemerasan (eksploitasi) tenaga kerja oleh majikan misalnya untuk mendapatkan tenaga yang murah. Kesehatan kerja merupakan penjagaan agar buruh melakukan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan dan tidak hanya ditunjuk terhadap pihak majikan yang hendak memersa tenaga pekerja, tetapi juga ditujukan terhadap pekerja itu sendiri, dimana dan bilamana pekerja misalnya hendak memboroskan tenaganya dengan tidak mengindahkan kekuatan jasmani dan rohaninya. Kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Pada suatu perusahan biasanya kesehatan kerja berjalan seiring dengan hygiene perusahaan. Dalam hal ini hakikatnya adalah sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya dan dimaksudkan untuk kesejahteraan pekerja dan sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan kepada meningginya efisiensi dan daya produktivitas pekerja.

12 5.3.Produktivitas Kerja. Secara umum pengertian produktivitas adalah ratio out put terhadap input, dimana out put merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan, sedangkan input adalah pendapatan yang diterima. Pengukuran dilakukan dengan produktivitas melihat jumlah output yang dihasilkan oleh setiap karyawan selama sebulan. Seorang karyawan dapat dikatakan produktif apabila ia mampu menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak dibandingkan dengan karyawan lain dalam waktu yang sama. Produktivitas adalah suatu pendekatan interdispliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktif untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu SDM dan keterampilan, barang modal, tehnologi, manajemen, informasi, energi dan sumbersumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup (Muchdarsyah, 1992 ; 17). Peningkatan produktivitas itu sendiri dapat dilihat dalam tiga bentuk yaitu: 1. Jumlah produksi yang meningkat dengan menggunakan sumber daya yang sama. 2. Jumlah produksi yang sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumber daya yang kurang.

13 3. Jumlah produksi yang jauh lebih besar dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil. ( Nasution, 1996 : 28) Produktivitas Kerja merupakan suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. 5.4.Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Produktivitas Kerja. Seperti yang telah diuraikan pada bagian terdahulu yaitu bahwa pada dasarnya tujuan daripada keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk melindungi para tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif, sehingga upaya pencapaian produktivitas yang semaksimalnya dari suatu perusahaan dapat lebih terjamin. Berkenaan dengan kenyataan ini, pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku, akan member manfaat bagi perusahaan yaitu : a) Tercegahnya atau mengurangi tingkat kecelakaan, kebakaran, peledakan dan lain-lain sebagainya. b) Pengamanan peralatan produksi dan hasil produksi itu sendiri. c) Mempertahankan dan meningkatkan tingkat produktivitas kerja. d) Meningkatkan dan membina moral dan dedikasi para tenaga kerja sehingga memperkecil tingkat kemangkiran.

14 e) Memperkecil kemungkinan pemborosan biaya dalam proses produksi. Dan pada dasarnya keselamatan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan produktivitas, atas dasar sebagai berikut : 1. Dengan tingkat keselamatan yang tinggi, kecelakaan yang menjadi penyebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi sehingga biaya yang tidak perlu dapat dihindari. 2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif bertalian dengan tingkat produktivitas yang tinggi. 3. Tingkat keselamatan kerja yang tinggi menciptakan kondisi yang mendukung kenyamanan serta kegairahan kerja, sehingga faktor manusia dapat diserasiakan dengan tingkat efisiensi pula. 4. Praktek keselamatan tidak bisa dipisahkan dengan keterampilan, keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial bagi kelangsungan proses produksi. 5. Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi pengusaha dan pekerja akan membawa iklim keamanan dan ketenaga kerja, sehingga dapat membantu bagi hubungan para tenaga kerja dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi terciptanya kelancaran produksi.

15 Jadi aspek keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh terhadap efisiensi biaya produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dalam artian bila suatu perusahaan industry mengabaikan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan seandainya terjadi sesuatu akibat pengabaian tersebut, berapa banyak biaya pengobatan yang dikeluarkan, berapa kerugian dari kealfaan tenaga kerja yang tidak bekerja karena sakit atau cidera yang mana biaya-biaya seperti diatas akan membengkakkan biaya produksi secara keseluruhan dan tentu saja peningkatan produktivitas tidak akan tercapai. Keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja dapat dijamin/diusahakan melalui penciptaan lingkungan kerja dan pengadaan sarana-sarana kerja yang memadai tetapi tersedianya lingkungan dan sarana kerja yang memadai itu mesti dibarengi pula dengan kesediaan para pekerja sendiri untuk mematuhi ketentuanketentuan kerja yang berlaku, khususnya ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan penggunaan sarana-sarana kerja. Dilanggarnya ketentuan-ketentuan itu dapat menyebabkan pekerja terganggu kesehatannya atau malah tetimpa kecelakaan, walaupun sarana-sarana kerja yang disediakan sebenarnya sudah memadai. Kalau seorang juru las misalnya tidak mau menggunakan kacamata pelindung yang sudah disediakan matanya tidak saja dapat terluka tetapi malah bisa menjadi buta. Dalam melakukan setiap pekerjaan, resiko terjadinya kecelakaan selalu ada. Kecelakaan kerja mungkin disebabkan oleh tindakan yang membahayakan atau

16 akibat keadaan yang berbahaya. Penyebab kecelakaan sering sangat kompleks dan umumnya berkaitan satu dengan yang lainnya. Teori yang pernah dikemukakan misalnya Teori Tiga Faktor yang menyebutkan bahwa kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor peralatan teknis, lingkungan kerja dan pekerjaan itu sendiri atau Teori Dua Faktor yang membedakan dua golongan kecelakaan yakni karena tindakan berbahaya dan kondisi kerja yang membahayakan. (Anoraga&Soegiastuti, 1996 : 220 Teori lain yang menjadi faktor penyebab kecelakaan dikemukakan oleh H.W.Heinrinch dalam buku terjemahan Anoraga&Soegiastuti, 1996 sekitar tahun 1930 dikenal sebagai Teori Domino menganggap faktor asal usul seorang dan lingkungan sosialnya akan mempengaruhi sikap serta perilaku dalam melakukan pekerjaan sehingga mengakibatkan seorang cenderung untuk bekerja ceroboh, tidak berhati-hati dan menjurus kearah kemungkinan terjadinya kesalahan dalam bekerja. Kondisi demikian, ditambah faktor luar lainnya seperti bahaya lingkungan kerja dan peralatan mekanik, mengakibatkan suatu kecelakaan kerja beserta seluruh akibatnya. Teori tersebut memperluas prinsip penerapan keselamatan kerja, bahwa upaya yang perlu dilakukan tidak sekedar memperbaiki suatu unsafe condition melainkan juga mengoreksi tindakan manusia yang berbahaya (unsafe action). Selanjutnya pada awal tahun 1970, Frank E.Bird & Peterson menyempurnakan teori domino tersebut dan mengemukakan bahwa sebab utama kecelakaan adalah akibat ketimpangan system manajemen, sedang unsafe condition dan unsafe action hakikatnya merupakan gejala saja. Oleh karenanya, perbaikan harus

17 ditujukan kearah perubahan system manajemen yang diwujudkan dalam bentuk keterpaduan semua kegiatan produksi dan penerapan keselamatan kerja. Demikian juga upaya mencegah terjadinya penyakit akibat kerja atau gangguan kesehatan para pekerja yang terjadi akibat resiko pekerjaan sesungguhnya dapat dicegah sedini mungkin.(anoraga&soegiastuti, 1996 : 220) Beban kerja yang mungkin dihadapi pekerja dapat berupa beban fisik, mental dan social yang masing-masing mempunyai dampak yang berbeda pula. Penempatan yang tepat pada jenis pekerjaan sesuai dengan bakat, keterampilan dan motivasi sangat besar peranannya dalam mencegah timbulnya berbagai macam gangguan kesehatan. Kapasitas kerja juga tergantung pada kesegaran jasmani, gizi, usia dan lain sebagainya merupakan faktor penting dalam upaya mengurangi penyakit akibta kerja. Lingkungan kerja juga yang meliputi penerangan, kebisingan, suhu ruang kerja, getaran, bahaya radiasi, gas, debu, bahan kimia perlu dikendalikan melalui penerapan norma keselamatan dan kesehatan sebaik-baiknya sehingga tidak berakibat buruk bagi tenaga kerja. Hal ini penting karena lingkungan kerja yang aman dan sehat merupakan suatu bentuk kompensasi non material yang turut memotivasi pekerja dalam bekerja. (Nangoi, 1994 : 1390) Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah penting dalam melakukan pekerjaan yang aman dan efisien guna meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Karena pekerja yang mendapat kecelakaan atau penyakit akibat kerja akan kehilangan produktivitasnya.

18 6. Hipotesis Sugiyono (2003 : 70) menyebutkan : hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta yang empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data dan harus diuji kebenarannya melalui pengujian hipotesis. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : a. Hipotesis Nihil (Ho) : Tidak Ada pengaruh positif antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan. b. Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada pengaruh positif antara keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan. 7. Defenisi Konsep Defenisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 7.1.Keselamatan kerja adalah suatu usaha atau program kerja untuk melindungi tenaga kerja dari bahaya yang timbul karena pekerjaan dan diarahkan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja guna mencapai kesejahteraan para pekerja secara menyeluruh.

19 7.2.Kesehatan Kerja adalah suatu usaha untuk mencapai/ memperoleh derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-tingginya baik fisik maupun mental dengan usahausaha pencegahan, pengobatan terhadap penyakit/gangguan-gangguan kesehatan agar tercipta tenaga kerja yang sehat dan produktif. 7.3.Produktivitas Kerja adalah perbandingan antar hasil yang dicapai, mutu produksi dari suatu pekerjaan karyawan dengan pengorbanan, waktu, tenaga yang telah dikeluarkan. Produktivitas Kerja merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan output dengan input yang dibutuhkan seorang tenaga kerja untuk menghasilkan produk. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan melihat jumlah output yang dihasilkan oleh setiap karyawan selama sebulan. Seorang karyawan dapat dikatakan produktif apabila ia mampu menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak dibandingkan dengan karyawan lain dalam waktu yang sama. 8. Defenisi Operasional Defenisi Operasional adalah salah satu unsur penelitian yang memberitahukan tentang cara mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989 : 46). 8.1.Variabel Bebas (X) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : Keselamatan kerja Keselamatan kerja dengan indikator sebagai berikut :

20 Pembinaan Sumber Daya Manusia melalui pendidikan dan training Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Adanya kelengkapan unit perusahaan seperti alat pemadam kebakaran, kotak P3K dan lain-lain. Penyediaan dan pemakaian alat pelindung diri. Penempatan yang tepat pada jenis pekerjaan sesuai dengan bakat dan keterampilan dan motiivasi. Kesediaan pekerja untuk mematuhi ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berlaku. Kesehatan Kerja Kesehatan kerja dengan indikator sebagai berikut : Beban kerja yang seimbang. Lingkungan/tempat kerja yang memenuhi syarat kesehatan meliputi penerangan, suhu udara, kebisingan, radiasi gas, tekanan dan lain-lain. Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan kontinu. Pengobatan bagi pegawai yang sakit. Fasilitas kesehatan yang disediakan oleh perusahaan seperti rumah sakit.

21 8.2.Variabel Terikat (Y). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah : Produktivitas Kerja Karyawan Produktivitas kerja karyawan dengan indikator sebagai berikut : Kualitas kerja yang diperoleh dalam pekerjaan. Disiplin kerja khususnya menyangkut ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya dan kepatuhan terhadap peraturan organisasi. Disiplin waktu dalam ketepatan waktu masuk kerja. Prestasi kerja khususnya yang diukur melalui keberhasilan dalam menjalankan tugasnya.

22 9. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan. BAB II : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sample, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data. BAB III :GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini memberikan gambaran umum mengenai daerah penelitian yang meliputi sejarah berdirinya, gambaran umum perusahaan, kedudukan perusahaan,struktur organisasi dan susunannya beserta fungsinya. BAB IV : PENYAJIAN DATA Bab ini membahas tentang hasil data-data yang diperoleh di lapangan secara sistematis. BAB V : ANALISA DATA Bab ini berisikan data yang telah disajikan dianalisis sesuai analisis yang digunakan serta menguji hipotesis yang telah dikemukakan. BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting dan perlu bagi pihak yang membutuhkan.

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 4(2) Juli 2005 : 1 5 ISSN 1412-7814 Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Harrys Siregar Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan. BAB II LANDASAN TEORI A. Keselamatan Kerja Menurut Tarwaka keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Pasal 86 UU No.13 Th.2003 1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Keselamatan dan Kesehatan kerja (K3) 2.1.1.1. Pengertian Keselamatan Kerja Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA MAKALAH KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA Oleh : Viviany Angela Kandari NIM : 16202111018 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2017 1 DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Pemakaian istilah sumber daya manusia boleh dikatakan relatif baru, sesuai dengan perkembangan dan

Lebih terperinci

MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja)

MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja) MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Prinsip Keselamatan Kerja) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga manusia dalam bidang industri. Dengan diketemukannya mesin serta

BAB I PENDAHULUAN. tenaga manusia dalam bidang industri. Dengan diketemukannya mesin serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, setiap perusahaan berusaha meningkatkan dan mengembangkan perusahaan dengan mengadakan berbagai cara yang tersusun dalam program untuk meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM KESEHATAN KERJA DIVISI BIOETIKA DAN MEDIKOLEGAL

ASPEK HUKUM KESEHATAN KERJA DIVISI BIOETIKA DAN MEDIKOLEGAL ASPEK HUKUM KESEHATAN KERJA DIVISI BIOETIKA DAN MEDIKOLEGAL FK USU Pokok Bahasan 1. Peranan dokter perusahaan dalam hyperkes. 2. Sasaran dari hyperkes. 3. Pengertian hukum kesehatan kerja. 4. Sasaran hukum

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA BANDAR LAMPUNG

PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA BANDAR LAMPUNG Utama Bandar Lampung 69 PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA BANDAR LAMPUNG Oleh FAHRIZI Dosen Tetap pada Fakultas Ekonomi Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai ABSTRAK

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai peraturan perundang-undangan yang mengatur Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Menguasai

Lebih terperinci

PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA DI BANDAR LAMPUNG. Oleh

PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA DI BANDAR LAMPUNG. Oleh 15 PENGARUH KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA CV. SRIWIJAYA UTAMA DI BANDAR LAMPUNG Oleh Supriyadi Dosen Pasca Sarjana USBRJ dan STIE Umitra ABSTRAK CV.Sriwijaya Utama merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis A. Pengawasan Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen. Fungsi ini terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti faktor modal, alam, dan tenaga kerja. Ketiga faktor tersebut merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti faktor modal, alam, dan tenaga kerja. Ketiga faktor tersebut merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam melaksanakan pembangunan diperlukan beberapa faktor yang menunjang seperti faktor modal, alam, dan tenaga kerja. Ketiga faktor tersebut merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja. adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja. adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2.1.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Mangkunegara (2002:163) Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara mengurangi biaya yang dianggap kurang penting dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. cara mengurangi biaya yang dianggap kurang penting dikeluarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia adalah salah satu aset perusahaan yang utama, oleh karena itu dibutuhkan sdm yang berkualitas, keberhasilan tujuan perusahaan juga didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan (Sastrohadiwiryo, 2003,hal.17). Menurut Sumakmur (1996,hal.23), disisi lain kegiatan industri dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan (Sastrohadiwiryo, 2003,hal.17). Menurut Sumakmur (1996,hal.23), disisi lain kegiatan industri dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini dunia perindustrian selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pekerjaan yang ada dan memperluas lapangan kerja untuk menampung tenaga kerja yang terus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Dalam penelitian terdahulu, ada dua penelitian yang meneliti tentang analisis keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan terhadap

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AQUA TIRTA INVESTAMA SKRIPSI

PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AQUA TIRTA INVESTAMA SKRIPSI PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AQUA TIRTA INVESTAMA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja

PEMELIHARAAN SDM. Program keselamatan, kesehatan kerja Hubungan industrial Organisasi serikat pekerja PEMELIHARAAN SDM Fungsi Pemeliharaan (maintenance) berkaitan dengan upaya mempertahankan kemauan dan kemampuan kerja karyawan melalui penerapan beberapa program yang dapat meningkatkan loyalitas dan kebanggaan

Lebih terperinci

PENTINGNYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN

PENTINGNYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PENTINGNYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN Ari Anggarani Winadi Prasetyoning Tyas Fakultas Ekonomi Universitas Esa Unggul, Jakarta 11510 Jalan Arjuna Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional harus didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945 yang diarahkan pada peningkatan harkat, martabat, dan kemampuan manusia serta kepercayaan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah industri untuk berusaha lebih produktif. Kesadaran bahwa pada era ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. sebuah industri untuk berusaha lebih produktif. Kesadaran bahwa pada era ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan global memberikan tekanan pada seluruh perusahaan di dalam sebuah industri untuk berusaha lebih produktif. Kesadaran bahwa pada era ekonomi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap data sekunder dan data primer dengan menggunakan analisa kualitatif serta setelah melalui validasi kepada para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Sumber Daya Manusia Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu penghasil karet yang ada di Indonesia yang memiliki areal perkebunan yang cukup luas. Badan Pusat Statistik propinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian hanya perusahaan yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi industri seperti sekarang ini, persaingan di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi industri seperti sekarang ini, persaingan di bidang industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi industri seperti sekarang ini, persaingan di bidang industri semakin ketat. Semakin ketat persaingan tersebut menuntut perusahaan harus mampu bertahan

Lebih terperinci

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja Modul ke: 14 Mahasiswa memahani mengenai : 1. Tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja 2. Peraturan keseelamatan dan kesehtan kerja 3. Resiko-resiko yang dihadapi dan

Lebih terperinci

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA.

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA. TERBITAN UNDANG-UNDANG No. 1 TAHUN 1970 tentang KESELAMATAN KERJA serta TERJEMAHAN dalam BAHASA INGGRIS, DISYAHKAN untuk DIEDARKAN dan DIPAKAI. Jakarta, 3 Mei 1972. DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peran Menurut kamus Bahasa Indonesia (1988:667) peranan mempunyai dua arti, pertama menyangkut pelaksanaan tugas, kedua diartikan sebagian dari tugas utama yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan harus mampu bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar mampu bertahan

Lebih terperinci

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Tujuan Pembelajaran 1 Tujuan Pembelajaran 2 Pengantar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pemahaman terhadap urgensi konsep manajemen K3. dari Pemahaman terhadap prinsip manajemen K3. 6623 - Taufiqur Rachman 1 Materi Pembelajaran

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor I Tahun 1970

Undang-undang Nomor I Tahun 1970 KESELAMATAN KERJA Undang-undang Nomor I Tahun 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk

Lebih terperinci

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI URGENSI DAN PRINSIP K3 PERTEMUAN #2 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah salah satu tujuan hidup meskipun terdapat resiko didalamnya selama mereka bekerja termasuk resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan harus 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan harus mampu bertahan. Persaingan yang semakin ketat tersebut dapat dilihat dari semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produktivitas adalah pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produktivitas adalah pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja 26 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berkaitan tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan produktivitas adalah pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya tingginya tingkat kecelakaan kerja dan rendahnya tingkat derajat kesehatan kerja di indonesia disebabkan minimnya kesadaran pengusaha untuk menerapkan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Husni (2006 : 138) ditinjau dari segi keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1

Tujuan Pembelajaran Taufiqur Rachman 1 Urgensi dan Prinsip K3 6623 Taufiqur Rachman 2013 Referensi: Rudi Suardi. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi I. PPM. Jakarta (Halaman 1 24) Tujuan Pembelajaran Pengantar Keselamatan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

MATERI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (HSE)

MATERI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (HSE) MATERI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (HSE) 1. TEORI DAN KONSEP K3 2. PROSEDUR KERJA AMAN 3. ALAT PELINDUNG DIRI 4. PERMIT SYSTEM 5. JOB SAFETY ANALYSES 6. ERGONOMIC SAFETY 7. INDUSTRIAL HYGIENE 8. MSDS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen berhubungan dengan suatu usaha untuk mencapai sasaransaran tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia dengan sebaik-baiknya,

Lebih terperinci

landasan tempat kerja dan lingkungannya

landasan tempat kerja dan lingkungannya Keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan 1. Melindungi tenaga kerja atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (K3), karena dalam Standarisasi Internasional unsur Keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. (K3), karena dalam Standarisasi Internasional unsur Keselamatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mempersiapkan industry memasuki era pasar bebas, diperlukan kesiapan disemua bidang, termasuk bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), karena dalam Standarisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalankan aktivitas aktivitas bisnisnya, perusahaan harus mampu memanfaatkan sumber daya didalam perusahaan. Salah satu aspek sumber daya terpenting didalam

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN KERJA, PENDIDIKAN, DAN PENDAPATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI LUWES SWALAYAN WONOGIRI SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN KERJA, PENDIDIKAN, DAN PENDAPATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI LUWES SWALAYAN WONOGIRI SKRIPSI ANALISIS PENGARUH PENGALAMAN KERJA, PENDIDIKAN, DAN PENDAPATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI LUWES SWALAYAN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Menurut Widodo (2015:234), Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. kelompok pekerja menurut Sutrisno, (2010:5) dalam Ndraha (1999).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. kelompok pekerja menurut Sutrisno, (2010:5) dalam Ndraha (1999). BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Banyak berbagai macam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu tercapainya tujuan perusahaan dalam bidang yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. membantu tercapainya tujuan perusahaan dalam bidang yang dibutuhkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional, nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengendalian Mutu (Quality Control) 2.1.1. Pengertian pengendalian mutu (quality control) Beberapa pengertian pengendalian mutu (quality control) yang berkembang di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lingkungan. Tentu saja akibat-akibat negatif itu menjadi tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lingkungan. Tentu saja akibat-akibat negatif itu menjadi tanggungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka perkembangan industri di suatu negara, masalah besar yang selalu timbul adalah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan dampak negatif industri terhadap

Lebih terperinci

Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup (MKLH)

Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup (MKLH) Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup (MKLH) Kompetensi Dasar 1 : Mengikuti prosedur lingkungan kerja tentang kesehatan, keselamatan dan keamanan Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mangkunegara (2000) kinerja karyawan adalah hasil kerja secara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mangkunegara (2000) kinerja karyawan adalah hasil kerja secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja tidak pernah terlepas dari masalah yang terkait dengan kecelakaan, kesehatan dan keselamatan pada saat bekerja yang

Lebih terperinci

Keselamatan & Kesehatan Kerja PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Keselamatan & Kesehatan Kerja PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA K3 Keselamatan & Kesehatan Kerja PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG HIPERKES DAN KK TUJUAN M A N F A A T a Melindungi Tenaga

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional sedang memasuki era industrialisasi dan globalisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan teknologi tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya produktivitas (Multahada, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya produktivitas (Multahada, 2008) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen manusia, bahanbahan mentah dan mesin-mesin. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pencegahan dan pengawasan dalam melakukan berbagai hal. berkaitan dengan pekerjaan. Mangkunegara (2011:161), Keselamatan kerja

BAB II LANDASAN TEORI. pencegahan dan pengawasan dalam melakukan berbagai hal. berkaitan dengan pekerjaan. Mangkunegara (2011:161), Keselamatan kerja BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan Keselamatan adalah suatu bentuk perlindungan dengan upaya pencegahan dan pengawasan dalam melakukan berbagai hal. 2.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja Keselamatan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah

Lebih terperinci

Perusahaan yang berorientasi pada karir semacam ini akan

Perusahaan yang berorientasi pada karir semacam ini akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompetisi global yang semakin intensif, deregulasi dan kemajuan mencetuskan suatu ide - ide perubahan, yang telah membuat banyak perusahaan tidak bisa bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan karyawan yang sehat jasmani dan rohani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan karyawan yang sehat jasmani dan rohani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan karyawan yang sehat jasmani dan rohani merupakan aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Untuk itu diperlukan berbagai macam fasilitas

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN KERJA.

PERLINDUNGAN KERJA. PERLINDUNGAN KERJA Bagi Tenaga Kerja Indonesia : 1. Bekerja di Dalam dan di Luar Negeri, 2. Pekerja Outsourcing 3. Pendayagunakan Tenaga Kerja Wanita dan Anak Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Kerja 1. TKI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan 14 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mampu bersaing dan berkompetisi. Sumber Daya Manusia (SDM ) bagi perusahaan sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari K3 menurut Suma mur (1995), bahwa hygiene perusahaan. produktif. Suardi (2007) K3 mempunyai tujuan pokok dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari K3 menurut Suma mur (1995), bahwa hygiene perusahaan. produktif. Suardi (2007) K3 mempunyai tujuan pokok dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu keilmuan multidisiplin yang merupakan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan, keselamatan dan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan aset yang penting bagi perusahaan, tenaga kerja juga merupakan faktor produksi yang memiliki peran dalam kegiatan perusahaan. Dalam pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian K3 Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia memiliki peran untuk menjalankan fungsi organisasi, mewujudkan misi dan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu organisasi. Semua organisasi

Lebih terperinci

EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X

EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X B-15-1 EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X Suharman Hamzah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar, 90245

Lebih terperinci

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asean Free Trade Area (AFTA) adalah sebuah kesepakatan perdagangan bebas dimana hanya akan ada satu pasar dan basis produksi dengan lima elemen utama yaitu aliran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer. satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer. satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif seperti sekarang ini, para pengusaha yang progresif akan

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif seperti sekarang ini, para pengusaha yang progresif akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan sumber daya organisasional yang berharga untuk mencapai kinerja tinggi secara berkelanjutan oleh karena itu bakat seseorang tidak boleh di sia-sia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Pabrikan Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri seperti manusia, alat, material, energi uang (modal/capital), informasi dan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh kalangan orang banyak, baik dalam organisasi yang kecil maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh kalangan orang banyak, baik dalam organisasi yang kecil maupun dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan merupakan topik menarik yang sering dibicarakan oleh kalangan orang banyak, baik dalam organisasi yang kecil maupun dalam organisasi yang besar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan pekerja merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan pekerja merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan pekerja merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam dunia usaha baik itu pengusaha, pekerja itu sendiri maupun instansiinstansi pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Negara kita persediaan tenaga kerja sebagian besar terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Negara kita persediaan tenaga kerja sebagian besar terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Negara kita persediaan tenaga kerja sebagian besar terdiri dari tenaga kerja yang tidak terlatih dan tersebar secara tidak seimbang di seluruh pelosok tanah air.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang berada di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang berada di sektor formal maupun yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembangnya dunia dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembangnya dunia dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang harus bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia industri telah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Seiring berkembangnya dunia dihadapkan pada tantangan-tantangan baru yang harus bisa segera diatasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional adalah bidang ekonomi khususnya pada sektor industri. Pada sektor ini telah terjadi peningkatan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1, 1970 KESELAMATAN KERJA. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Angka kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2010 hingga Juli mencapai kasus.

Angka kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2010 hingga Juli mencapai kasus. Memahami pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) Memahami peranan manajemen dalam menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja Memahami cara mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam perusahaan, apapun jenis organisasi yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam perusahaan, apapun jenis organisasi yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang terjadi saat ini ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan besar, persaingan yang tajam, dan teknologi yang canggih. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi dan globalisasi harus didukung dengan peralatan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi dan globalisasi harus didukung dengan peralatan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan nasional bangsa Indonesia, maka mendorong timbulnya berbagai macam sektor industri. Sebagaimana diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serikat pekerja dengan pengusaha dan pemerintah sebagai satu kesatuan system dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serikat pekerja dengan pengusaha dan pemerintah sebagai satu kesatuan system dalam 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Hubungan Industrial Ghani (2003:70), Hubungan Industrial (HI) adalah interaksi yang melibatkan pekerja/ serikat pekerja dengan pengusaha dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perombakan struktural dalam cara dan sumber kehidupan yang berakibat

BAB I PENDAHULUAN. perombakan struktural dalam cara dan sumber kehidupan yang berakibat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan yang ditandai dengan perkembangan mekanisasi dan otomatisasi industri, peningkatan pengunaan sarana moneter serta perubahan keseimbangan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan kerja yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan banyaknya korban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyaknya kecelakaan yang terjadi pada pekerja khususnya pada pekerja bangunan sering diakibatkan karena pihak pelaksana jasa kurang memprioritaskan keselamatan dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1969 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK MENGENAI TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1969 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK MENGENAI TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1969 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK MENGENAI TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian risiko

Lebih terperinci