SINTESIS PERISAI NEUTRON BERBASIS UHMWPE FURI ALIFIARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SINTESIS PERISAI NEUTRON BERBASIS UHMWPE FURI ALIFIARI"

Transkripsi

1 SINTESIS PERISAI NEUTRON BERBASIS UHMWPE FURI ALIFIARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sintesis Perisai Neutron Berbasis UHMWPE adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2016 Furi Alifiari NIM G

4 ABSTRAK FURI ALIFIARI. Sintesis Perisai Neutron Berbasis UHMWPE. Dibimbing oleh MUHAMMAD NUR INDRO dan SULISTIOSO GIAT SUKARYO. Telah dilakukan sintetis Ultra High Molecule Weight Poly-Ethylene sebagai perisai radiasi neutron thermal. Eksperimen dilakukan dengan meletakkan sumber radiasi neutron di depan perisai dengan variasi tebal serbuk UHMWPE 0.22 cm, 0.34 cm, 0.50 cm, 0.85 cm, 0.96 cm, dan 1.1 cm; tebal padatan UHMWPE 0.70 cm, 1.03 cm, 1.49 cm, 1.83 cm, 2.25 cm, dan 4.52 cm; serta tebal campuran antara UHMWPE dengan resin 0.50 cm, 1.01 cm, 1.19 cm, 1.40 cm, 1.58 cm, dan 1.70 cm.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien atenuasi memiliki karakteristik fungsi eksponensial terhadap tebal perisai (x, cm) yaitu untuk serbuk UHMWPE 0.555, padatan UHMWPE 0.189, serta campuran UHMWPE dengan resin sebesar Nilai koefisien atenuasi terbesar terdapat pada bahan serbuk UHMPWE, kemudian campuran UHMWPE dengan resin, dan padatan UHMWPE. Kata kunci: koefisien atenuasi, neutron, perisai radiasi, resin, UHMWPE. ABSTRACT FURI ALIFIARI. Shielding Neutron Syntesis Based on UHMWPE. Supervised by MUHAMMAD NUR INDRO and SULISTIOSO GIAT SUKARYO. Thermal of Neutron Shielding Based on the Ultra High Molecule Weight Poly-Ethylene for radiation shielding of thermal has been done. The experiment was performed by placing neutron source in front of shielding with varying thickness: for 0.22 cm, 0.34 cm, 0.50 cm, 0.85 cm, 0.96 cm, and 1.1 cm; for solid UHMWPE 0.70 cm, 1.03 cm, 1.49 cm, 1.83 cm, 2.25 cm, and 4.52 cm; while for UHMWPE mixed with resin 0.50 cm, 1.01 cm, 1.19 cm, 1.40 cm, 1.58 cm, and 1.70 cm. Experiment result indicated that the attenuation coefficient decays exponentially as the thickness grows, such as for UHMWPE s powder 0.555, solids UHMWPE 0.189, and UHMWPE mixed with resins The greatest attenuation coefficient value is UHMWPE s powder, continued with UHMWPE mixed resin, and solids UHMWPE as the smallest attenuation coefficient value. Keywords: attenuation coefficient, neutron, radiation shielding, resin, UHMWPE.

5 SINTESIS PERISAI NEUTRON BERBASIS UHMWPE Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Fisika DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

6

7

8 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, saya dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Sintesis Perisai Neutron Berbasis UHMWPE (Ultra High Molecule Weight Poly-Ehtylene) sebagai salah satu syarat penelitian untuk kelulusan program sarjana di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis (Makki Furqon dan Sutarti) yang telah memberikan dukungan. Terutama kepada Bapak M.Nur Indro, M.Sc dan Sulistoso Giat Sukaryo, M.T selaku pembimbing skripsi yang selalu memberikan motivasi serta menyempatkan waktunya untuk berdiskusi mengenai penyusunan usulan penelitian ini. Tak ada gading yang tak retak, maka tak luput makalah ini dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik membangun dan saran agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Bogor, Oktober 2016 Furi Alifiari

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN vii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Manfaat Penelitian 2 Hipotesis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir 2 Interaksi Neutron dengan Materi 3 Reaksi Fisi Nuklir 3 Ultra High Molecule Weight Poly-Ethylene 4 Radiografi Neutron 4 Koefisien Atenuasi 5 METODE 6 Waktu dan Tempat 6 Bahan 6 Alat 6 Prosedur 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 8 Massa Jenis 9 Intensitas 10 Paparan Radiasi 12 SIMPULAN DAN SARAN 13 Simpulan 13 Saran 13 DAFTAR PUSTAKA 14 LAMPIRAN 15 RIWAYAT HIDUP 18

10 DAFTAR TABEL 1 Karakteristik sampel campuran UHMWPE dengan resin 7 2 Sampel serbuk padatan UHMWPE (S) 9 3 Sampel padatan UHMWPE (P) 9 4 Sampel campuran UHMWPE dengan resin (R) 9 DAFTAR GAMBAR 1 Prinsip kerja pembangkit tenaga listrisk uap dan pembangkit listrik tenaga nuklir 2 2 Reaksi fisi pada unsur uranium yang ditembak dengan partikel neutron 4 3 Grafik hubungan antara intensitas terhadap ketebalan 5 4 Hubungan antara ketebalan terhadap intensitas sampel serbuk padatan UHMWPE 10 5 Hubungan antara intensitas terhadap ketebalan sampel padatan UHMWPE 11 6 Hubungan antara intensitas terhadap ketebalan campuran UHMWPE dengan resin 11 DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil pengukuran dan pengujian sampel serbuk padatan UHMWPE 15 2 Hasil pengukuran dan pengujian sampel padatan UHMWPE 15 3 Hasil pengukuran dan pengujian sampel campuran UHMWPE dengan resin 16 4 Denah dan tabel paparan radiasi di beberapa titik 16 5 Nilai paparan radiasi 16 6 Diagram alir penelitian 17

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan energi dan masalah lingkungan di abad 21 mengharuskan adanya sistem pembangkit daya baru dengan efisiensi yang lebih besar dan lebih bersahabat dengan lingkungan. Sehingga perlu dilakukan usaha-usaha untuk mengurangi ketergantungan pada sumber energi minyak bumi melalui diversifikasi sumber energi termasuk pengembangan energi alternatif yang memenuhi persyaratan energi masa depan yang murah, dan ramah lingkungan. Salah satu alternatif sumber energi baru yang potensial dan layak dikembangkan adalah energi nuklir. Energi nuklir dapat menghasilkan energi yang sangat besar dengan harga listrik yang sangat murah. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) menimbulkan kontroversi akibat adanya pancaran polusi radioaktif bersifat jangka panjang yang berbahaya bagi lingkungan. Dampak negatif teknologi nuklir berasal dari radiasi yang dipancarkan oleh energi nuklir berupa zat-zat emisi radioaktif memungkinkan berakibat pencemaran udara sebagai akibat beroperasinya salah satu pembangkit listrik tersebut. Jenis-jenis zat pencemar radioaktif berupa radiasi-α, radiasi-β, radiasi gamma dan neutron serta potensinya dapat menimbulkan pencemaran tergantung pada teknologi yang digunakan. 1 Dibutuhkan perisai yang baik untuk menahan paparan radiasi selama Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir beroperasi. Sebagai reaktor penelitian, diantara utilisasinya seperti penelitian ilmu bahan dan neutron radiografi adalah pemanfaatan berkas neutron melalui tabung berkas neutron. Apabila tabung berkas neutron akan digunakan untuk keperluan tersebut, maka tabung berkas tersebut dibuka dan air sebagai isi tabung diganti dengan udara agar neutron dapat keluar dari teras melalui tabung berkas semaksimal mungkin. Sebagai konsekuensi bila isi tabung berkas diganti dengan udara, maka paparan radiasi di depan tabung berkas akan sangat tinggi sehingga akan membahayakan pekerja terhadap radiasi yang keluar. Untuk mengatasi hal tersebut maka didesain perisai tambahan agar paparan radiasi di Balai Eksperimen tetap di bawah batas keselamatan radiasi. 2 Polietilena adalah perisai yang sangat baik untuk menahan paparan radiasi neutron karena memiliki kandungan hidrogen cukup tinggi. Neutron cepat diperlambat melalui tumbukan inelastik secara berulang dengan hidrogen. Pertimbangan pemilihan bahan Ultra High Molecule Weight Poly-Ethylene didasarkan atas berbagai aspek antara lain kualitas, biaya, ramah lingkungan, da n kemudahan untuk memperolehnya. Ultra High Molecule Weight Poly-Ethylene adalah salah satu bahan polimer yang memiliki kandungan hidrogen tinggi sehingga dapat digunakan sebagai bahan perisai neutron. Pencampuran bahan polietilena dengan resin merupakan salah satu metode untuk meningkatkan kemampuan menyerap radiasi neutron. 3

12 2 Perumusan Masalah Saat pembuatan sampel perisai neutron, nilai koefisien atenuasi akan berpengaruh pada kemampuan bahan menyerap paparan radiasi, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai berapa nilai koefisien atenuasi bahan pada pembuatan perisai neutron dengan metode film yaitu meletakkan sampel yang ditembakkan di dalam radiografi neutron. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mensintesis bahan polimer UHMWPE sebagai bahan dasar pembuatan perisai neutron 2. Memanfaatkan UHMWPE yang lebih ekonomis, ringan, dan ramah lingkungan sebagai bahan perisai neutron. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan menghasilkan perisai neutron berbasis UHMWPE yang dapat dijadikan sebagai solusi meningkatkan keselamatan instalasi nuklir dan meminimalisir adanya kegagalan atau kebocoran yang teridentifikasi selama operasi nuklir berlangsung menggunakan bahan yang jauh lebih ekonomis, ringan, dan ramah lingkungan. Hipotesis Penggunaan bahan UHMWPE sebagai perisai neutron dapat menyerap paparan radiasi neutron. TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik thermal dimana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir Gambar 1 Prinsip kerja pembangkit tenaga listrisk uap dan pembangkit listrik tenaga nuklir 4

13 pembangkit listrik.prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir pada dasarnya hampir sama, panas yang dihasilkan digunakan untuk membangkitkan uap dan kemudian uap disalurkan ke turbin untuk membangkitkan listrik. Perbedaan terlihat pada mesin pembangkit uap, PLTU berupa ketel uap sedangkan PLTN berupa reaktor nuklir. Pada reaktor nuklir PLTN, reaksi fisi berantai dipertahankan kontinuitasnya dalam bahan bakar sehingga bahan bakar menjadi panas. Panas tersebut kemudian ditransfer ke pendingin reaktor yang kemudian secara langsung atau tak langsung digunakan untuk membangkitkan uap. Pembangkitan uap langsung dilakukan dengan membuat pendingin reaktor (air pendingin primer) mendidih dan menghasilkan uap. Pada pembangkitan uap tak langsung, pendingin reaktor yang menerima panas dari bahan bakar disalurkan melalui pipa ke perangkat pembangkit uap. Pendingin primer ini kemudian memberikan panas (menembus media dinding pipa) ke pendingin sekunder (air sekunder) yang berada di luar pipa perangkat pembangkit uap dan kemudian panas tesebut mendidihkan pendingin sekunder dan membangkitkan uap. 4 Interaksi Neutron dengan Materi Neutron adalah partikel penyusun inti (nukleon) yang tak bermuatan dan memiliki massa yang hampir sama dengan massa proton. Oleh karena partikel tersebut tidak bermuatan maka dalam gerakannya tidak terpengaruh oleh gaya coulomb orbital maupun gaya coulomb inti, dan dapat dikatakan bahwa neutron hanya terinteraksi dengan inti atom dari bahan yang dilaluinya. Pada energi yang sama, tampang lintang neutron pada materi jauh lebih kecil dibandingkan dengan partikel-partikel bermuatan. Pada umumnya tampang lintang neutron berbanding terbalik dengan energinya, sehingga neutron mempunyai daya tembus lebih besar dibanding dengan partikel bermuatan. 5 Interaksi neutron dengan bahan selain tergantung pada energi neutron juga tergantung pada jenis bahan. Ada beberapa mekanisme yang terjadi apabila neutron melewati suatu bahan diantaranya adalah hamburan lenting, hamburan tak lenting, reaksi tangkapan dan reaksi fisi. Dalam hal menahan radiasi neutron, proses yang diperlukan adalah: proses perlambatan neutron cepat dengan hamburan-hamburan tak lenting menggunakan elemen-elemen berat, proses perlambatan lebih lanjut dengan menggunakan elemen-elemen ringan dan proses serapan neutron. 5 Adanya interaksi-interaksi tersebut akan menyebabkan pengurangan intensitas neutron, sehingga apabila memungkinkan maka perisai terhadap radiasi neutron yang baik adalah perisai yang merupakan kombinasi antara bahan dengan atom-atom ringan (seperti hidrogen) dengan elemen-elemen berat. Disamping itu perlu diperhatikan untuk menggunakan bahan-bahan perisai radiasi dengan tampang lintang neutron yang besar karena semakin besar harga tampang lintang maka semakin banyak neutron yang diserap oleh bahan tersebut. 5 Reaksi Fisi Nuklir Reaksi nuklir dibagi menjadi dua, reaksi fusi (penggabungan) dan reaksi fisi (pembelahan). Reaksi fisi adalah peristiwa pembelahan inti atom akibat ditembak oleh suatu partikel (seperti neutron). Neutron-neutron ini akan 3

14 4 menumbuk inti Uranium lain yang ada dalam bahan sehingga dihasilkan dua inti baru, dua atau tiga neutron baru dan sejumlah energi panas. Inti-inti tersebut terbentuk bersifat tidak stabil (radioaktif) dan menimbulkan reaksi berantai. Intiinti tersebut untuk menjadi stabil meluruh dengan memancarkan sinar-sinar maupun partikel. Jenis sinar radiasi yang mungkin muncul ialah sinar alpha (α), beta (β), dan gamma (γ). 6 Contoh reaksi fisi nuklir ialah sebagai berikut 236 * U Sr Xe 2 n MeV 1 U n 200 (1) Gambar 2 Reaksi fisi pada unsur uranium yang ditembak dengan partikel neutron 7 Reaksi ini akan terus-menerus terjadi sampai tidak ada lagi bahan Uranium yang tersisa. Eksperimen mengenai reaksi berantai pertama kali dilakukan di Chicago pada tahun 1942 oleh seorang fisikawan Italia Enrico Fermi. 7 Ultra High Molecule Weight Poly-Ethylene UHMWPE adalah rekayasa termoplastik dengan berat molekul lebih dari 3.1 AMU (Atomic Mass Units). Berat molekul tinggi meningkatkan sejumlah properti fisik yang penting, diantaranya adalah ketahanan abrasi yang beredar, kekuatan pada dampak tinggi dan rendahnya fiksi koefisien. Selain itu, polimer tersebut memiliki ketahanan kimia yang baik, dielektrik yang unggul, memiliki sifat isolator dan tidak menyerap ketika kondisi lembab. 8 Radiografi Neutron Teknik radiografi adalah suatu metode untuk menguji bahan secara tak merusak (Non Desctructive Test). Teknik radiografi neutron adalah teknik radiografi yang menggunakan neutron sebagai probenya. Berbeda dengan sinar X- Ray, neutron berinteraksi dengan awan elektron. Interaksi neturon tidak bergantung pada kerapatan inti atom sehingga bahan dengan nomor atom tinggi seperti logam pada umumnya dengan mudah ditembus oleh neutron. Interaksi neutron dengan bahan ditentukan oleh tampang lintang makroskopik dari inti atom yang hubungannya tidak berbanding lurus dengan nomor atom. Neutron mempunyai tampang melintang yang besar terhadap bahan-bahan seperti gadolinium dan disporsium. Hal ini menyebabkan neutron sensitif terhadap obyek

15 yang terbuat dari bahan-bahan berbasis hidrogen seperti plastik, karet dan bahan polimer pada umumnya. 9 Peralatan radiografi terdiri dari komponen utama yaitu kolimator, penutup berkas (shutter), meja sampel, dan film/kamera. Prinsip kerja radiografi neutron menggunakan prinsip atenuasi. Neutron yang datang benda uji akan diatenuasi oleh bahan-bahan yang mendukungnya dimana sebagian akan diserap dan sebagian lagi akan ditranmisikan. Besarnya neutron yang diserap tergantung pada kemampuan bahan dalam mengatenuasi neutron yang biasanya dinyatakan dengan koefisien atenuasi. 10 Koefisien Atenuasi Pengurangan energi neutron pada saat melewati bahan perisai terjadi karena adanya proses hamburan elastik, tak elastik, dan serapan neutron lambat (thermal). Hamburan elastik diperlukan untuk menurunkan energi neutron ke daerah termal. Pada proses ini neutron akan menyerahkan energinya apabila bertumbukan dengan bahan dengan nomor atom yang rendah, seperti air dan parafin. Jadi dalam hal menahan radiasi neutron proses yang diperlukan adalah: 1. Proses perlambatan neutron cepat dengan hamburan-hamburan tak elastik menggunakan elemen-elemen berat 2. Proses perlambatan lebih lanjut dengan menggunakan elemen-elemen ringan. 3. Proses serapan neutron. 11 Koefisien atenuasi radiasi neutron merupakan suatu konstanta pembanding yang menghubungkan antara besarnya nilai intensitas sumber radioaktif yang terserap dengan ketebalan suatu bahan penyerap. Bahan penyerap berupa polimer diletakkan di antara sumber radiasi neutron dan detektor, maka nilai intesitas yang terbaca alat akan berkurang karena sebagian intensitas terserap oleh bahan. Dapat dikatakan bahwa nilai intensitas radiasi menurun secara eksponensial terhadap ketebalan I o 0 a x (cm) Gambar 3 Grafik hubungan antara intensitas terhadap ketebalan

16 6 Koefisien atenuasi dinyatakan dengan µ. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut. di I dimana: I = Intensitas berkas neutron µ = Koefisien atenuasi x = Ketebalan perisai (cm) dx (2) Integrasi memberikan: I x I e x ( ) o (3) dimana: Io I = Intensitas berkas neutron yang datang = Intensitas berkas neutron yang diteruskan METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Reaktor Nuklir RSG-GAS Badan Tenaga Nuklir Nasional Kawasan PUSPIPTEK Serpong Gedung 30-31, Setu, Tangerang Selatan. Penelitian ini dimulai dari bulan November 2015 hingga Juli Bahan Serbuk UHMWPE, padatan UHMWPE, resin. Alat Cetakan, dice furnace, reaktor nuklir RSG-GAS, Radiografi Neutron, film, densitometer, viewer, cetakan, dan peralatan berupa alat tulis (buku tulis, pena, pensil, dan sebagainya). Persiapan Prosedur Beberapa tahapan persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini, diantaranya; 1. Menyiapkan padatan UHMWPE dan serbuk padatan UHMWPE 2. Resin dan katalis berbentuk cairan 3. Cetakan terbuat dari akrilik berukuran 5x5 cm sebanyak 6 buah 4. Ubin berlapiskan double tape untuk alas cetakan sampel kedua.

17 Pembuatan Sampel Sampel terdiri dari 3 jenis yaitu S, P, dan R. Masing-masing jenis sampel dibuat sebanyak 6 buah dengan variasi ketebalan. Sampel 1 (S) Serbuk UHMWPE dimasukkan ke dalam dice, kemudian di press bertekanan psi 1 hingga berbentuk padat. Kemudian dimasukkan ke dalam furnace bersuhu 180 o C 200 o C selama jam. Setelah 2 jam, keluarkan dice dengan hati-hati menggunakan sarung tangan anti panas. Dice dipindahkan dan diamkan beberapa saat di bawah air mengalir (kecepatan aliran air sangat rendah) hingga suhu dice menurun, jangan biarkan air maupun udara masuk melalui sela-sela dice. Dice dikeringkan menggunakan lap kemudian dibuka perlahan untuk mendapatkan sampel padat. Sampel dibuat sebanyak 6 buah dengan variasi nilai tebal. Sampel 2 (P) Batang silinder UHMWPE dipotong berbentuk balok sebanyak 6 buah dengan nilai tebal yang bervariasi. Sampel 3 (R) Tabel 1 Karakteristik sampel campuran UHMWPE dengan resin Sampel Massa Bahan (gram) Resin UHMWPE R R R R R R Bentuk Padat Sampel pertama (R 1) dibuat hanya mengandung resin. Sampel selanjutnya dibuat menggunakan serbuk padatan UHMWPE sebesar 4 gram dicampurkan dengan resin. Sampel ditetesi katalis sebanyak 4-7 tetes, kemudian diaduk hingga tercampur rata. Sampel dituang ke dalam cetakan dan dibiarkan hingga mengering. Sampel dibuat sebanyak 6 buah dengan variasi massa resin. Pengukuran Sampel siap uji masing-masing diukur panjang, volume, massa, diameter, jari-jari, ketebalan, dan massa jenis. Nilai massa jenis diperoleh dengan menggunakan persamaan m (4) v psi = Pa

18 8 Keterangan: ρ = massa jenis (g cm -3 ) m = massa sampel (g) v = volume (cm 3 ) Pengujian Film disiapkan di dalam ruang gelap, film dimasukkan ke dalam plat pemeriksaan. Sampel ditempatkan di atas film dan ditempel dengan double tape. Sampel dimasukkan ke dalam ruang radiografi dan ditempatkan posisi tegak lurus dengan tabung neutron. Sampel diuji dengan melakukan penembakan hamburan neutron dalam ruang radiografi secara automatic processing. Pengolahan film direkam secara automatic processing. Plat berisi film dibuka di dalam ruang gelap dan dimasukkan ke dalam kantong hitam. Film dimasukkan ke dalam lemari pendingin. Pencucian Film Prosedur pencucian film setelah sampel selesai dalam tahap pengujian, ialah sebagai berikut: 1. Film dibuka di dalam ruang gelap 2. Film dijepit dan dimasukkan ke dalam wadah cairan developer dingin selama tiga menit, kemudian dicuci dalam air mengalir selama 30 detik 3. Film dimasukkan ke dalam wadah berisi cairan fixer dingin dan dicuci selama 2 menit, kemudian dicuci dalam air mengalir selama 30 detik 4. Film dimasukkan ke dalam cairan berisi sabun pembersih selama 30 detik, kemudian dicuci kembali dalam air mengalir dan didiamkan hingga mengering. Penentuan Nilai Koefisien Atenuasi Film diuji menggunakan densitometer untuk mengetahui nilai intensitas awal dan intensitas akhir di beberapa titik sampel. Kemudian ditentukan nilai koefisien atenuasi dengan menggunakan persamaan: I 0 ln I (5) x Keterangan: µ = Koefisien atenuasi I0 = Intensitas awal I = Intensitas akhir x = ketebalan (cm) HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan sampel perisai neutron berbasis UHMWPE memperoleh hasil yang variatif. Hasil pembuatan sampel terdri dari 6 buah sampel serbuk padatan

19 UHMWPE, 6 buah padatan UHMWPE, dan 6 buah campuran serbuk UHMWPE dengan resin. Pengujian karateristik sampel ialah nilai intensitas dan nilai koefisien atenuasi dari variasi ketebalan. Massa Jenis Hasil pengukuran dan perhitungan massa jenis tiap sampel ditunjukkan pada tabel 3.1 hingga tabel 3.3. Tabel 2 Sampel serbuk padatan UHMWPE (S) Sampel ρ (g cm -3 ) S S S S S S Rata rata 0.74 Tabel 3 Sampel padatan UHMWPE (P) Sampel ρ (g cm -3 ) P P P P P P Rata-rata Tabel 4 Sampel campuran UHMWPE dengan resin (R) Sampel ρ (g cm -3 ) R R R R R R Rata-rata 1.02 Besar nilai koefisien atenuasi bergantung pada ketebalan dan massa jenis bahan yang akan dijadikan perisai neutron. Berdasarkan tabel, nilai rataan massa jenis terbesar adalah campuran antara serbuk UHMWPE dengan resin sebesar 1.02 g cm -3, kemudian sampel padatan UHMWPE sebesar 0.81 g cm -3, dan serbuk padatan UHMWPE sebesar 0.74 g cm -3. Berdasarkan hasil pengukuran dan perbandingan, nilai massa jenis bahan UHMWPE masih di bawah nilai literatur yaitu 0.94 g cm -3. Tabel 3.1 memperlihatkan secara umum nilai massa jenis tidak berbeda jauh dengan nilai koefisien atenuasi. Hal tersebut menyatakan bahwa

20 10 hampir seluruh radiasi berhasil diserap oleh perisai. Berdasarkan data, sampel pertama dengan nilai massa jenis 0.83 g cm -3 dengan nilai koefisien atenuasi sebesar Hal tersebut dikarenakan adanya udara yang terjebak di dalam sampel sehingga mempengaruhi nilai ketebalan dan massa jenis bahan. Walaupun nilai massa jenis relatif kecil, bahan memiliki daya serap radiasi neutron tertinggi. Tabel 3.2 terlihat bahwa nilai massa jenis padatan UHMWPE mengalami penurunan dengan bertambahnya nilai ketebalan. Penurunan nilai massa jenis terjadi pada sampel P 3 dan P 6 dengan ketebalan 1.49 cm dan 4.52 cm. Berdasarkan data pengujian, padatan UHMWPE buatan pabrik menyerap radiasi neutron terkecil dengan koefisien atenuasi sebesar Berdasarkan Tabel 3.2, terlihat sampel berbahan campuran UHMWPE dengan resin memiliki nilai massa jenis rataan terbesar senilai g cm -3. Sementara itu, nilai massa jenis resin murni (R 1) sangat mendekati nilai literatur yaitu 1.1 g cm -3. Serupa dengan sampel sebelumnya, campuran antara UHMWPE dengan resin mengalami penurunan dengan bertambahnya nilai ketebalan. Nilai massa jenis terkecil diperoleh pada sampel R 5 dengan ketebalan 1.58 cm. Hal tersebut disebabkan akibat terjebaknya udara dalam sampel ketika pengadukan dan mempengaruhi nilai massa jenis. Campuran UHMWPE dengan resin memiliki nilai rataan massa jenis terbesar dan dapat digunakan sebagai perisai neutron karena mudah dibentuk pada lokasi sumber radiasi. Intensitas Penahanan radiasi bertujuan untuk mengurangi intensitas radiasi dengan memanfaatkan interaksi radiasi dengan materi. Besar nilai intensitas bergantung pada ketebalan suatu materi. Dengan intensitas sumber neutron awal (I0) yang tidak konstan, maka grafik Intensitas (I) terhadap ketebalan perisai (x) dinyatakan sebagai kemampuan bahan berfungsi sebagai perisai radiasi neutron. Nilai intesitas masing-masing sampel dan nilai koefisien atenuasi terlihat pada Gambar 4 Gambar Intensitas (µsv) y = e x Expon. (Literatur) Expon. (Serbuk UHMWPE) y = e x Ketebalan (cm) Gambar 4 Hubungan antara ketebalan terhadap intensitas sampel serbuk padatan UHMWPE

21 Intensitas (µsv) y = e x y = e x Expon. (Literatur) Expon. (Padatan UHMWPE) Ketebalan (cm) Gambar 5 Hubungan antara intensitas terhadap ketebalan sampel padatan UHMWPE Intensitas (µsv) y = e x Expon. (Literatur) Expon. (Campuran UHMWPE dengan Resin) y = e x Ketebalan (cm) Gambar 6 Hubungan antara intensitas terhadap ketebalan campuran UHMWPE dengan resin Berdasarkan grafik tersebut diketahui bahwa semakin tebal perisai maka intensitas yang ditransmisikan semakin kecil. Dari ketiga bahan perisai tersebut, nilai koefisien atenuasi terbesar adalah serbuk padatan UHMWPE sebesar 0.555, kedua adalah campuran UHMWPE dengan resin sebesar 0.422, dan nilai koefisien atenuasi terkecil ialah padatan UHMWPE sebesar Nilai koefisien atenuasi literatur yaitu Berdasarkan hasil pengukuran dan perbandingan dengan literatur, seluruh sampel dapat digunakan untuk perisai neutron dengan faktor koefisien atenuasi yang lebih besar dibanding nilai koefisien atenuasi literatur. Gambar 4 memperlihatkan hubungan antara intensitas terhadap ketebalan sampel, dimana secara umum terlihat bahwa nilai koefisien atenuasi menurun secara eksponensial seiring bertambahnya nilai ketebalan. Perlakuan serbuk

22 12 padatan UHMWPE dengan dipanasi di dalam furnace memungkinkan terjebaknya udara di dalam sampel. Kenaikan nilai atenuasi terlihat pada sampel S 2 dengan nilai dan mengalami penurunan pada sampel-sampel selanjutnya. Hal tersebut disebabkan ditemukan adanya rongga udara dalam sampel yang terjebak sehingga mempengaruhi kualitas serap radiasi. Gambar 5 menunjukkan hubungan antara intensitas terhadap ketebalan padatan UHMWPE, dimana sampel tersebut memperoleh nilai koefisien atenuasi terkecil senilai Nilai tersebut masih cukup besar dibanding dengan nilai koefisien atenuasi literatur sebesar Kenaikan nilai koefisien atenuasi terlihat pada sampel kedua dengan senilai Perlakuan sampel dengan memotong bahan dinilai tidak cukup efektif untuk dibentuk (dicetak) dan disesuaikan dengan lokasi sumber neutron. Walaupun relatif memiliki nilai koefisien pelemahan terkecil, bahan padatan UHMWPE mampu dijadikan bahan perisai neutron. Gambar 6 menunjukkan hubungan antara intensitas terhadap ketebalan campuran UHMWPE dengan resin, dimana campuran bahan tersebut memperoleh nilai koefisien atenuasi sebesar Sampel tersebut memiliki nilai yang jauh lebih besar dibanding literatur. Sampel pertama dimana tidak ada penambahan massa serbuk padatan UHMWPE memperoleh nilai intensitas transmisi 2.64 dengan koefisien atenuasi senilai Resin yang memiliki kandungan hidrogen cukup tinggi dinilai dapat meningkatkan kemampuan menyerap radiasi neutron thermal dengan mencampurkan bahan tersebut dengan polietilen. Keuntungan lainnya resin dapat dibentuk dengan mudah sesuai dengan lokasi sumber radiasi. Namun dalam pengerjaan, pengadukan serbuk padatan UHMWPE dengan resin dapat menimbulkan resiko adanya udara yang terjebak di dalam sampel. Paparan Radiasi International Atomic Energy Agency menyatakan bahwa zat radioaktif adalah setiap zat yang memancarkan radiasi pengion dengan aktivitas jenis lebih besar dari 70 kilo Becquerel per kilogram atau 2 nci g -1. Angka 70 kbq kg -1 atau 2 nci g -1 tersebut merupakan patokan dasar untuk suatu zat dapat disebut zat radioaktif pada umumnya. Besarnya dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi tidak boleh melebihi 50 milisievert per tahun, sedangkan besarnya dosis radiasi yang diterima oleh masyarakat pada umumnya tidak boleh lebih dari 5 milisievert per tahun. 13 Berdasarkan perhitungan dari nilai rata-rata paparan radiasi neutron dalam waktu pengambilan data selama satu kali dalam sebulan (Lampiran 2) dapat diprediksi nilai jumlah rata-rata paparan radiasi yang diterima pekerja apabila berada di dalam reaktor selama 8 jam dalam kurun waktu 6 bulan berkisar 3172 µsv atau setara dengan 3172 x 10-3 msv. Hasil perolehan tersebut menyatakan nilai paparan radiasi neutron dengan menggunakan parafin sebagai perisai masih berada di bawah batas keselamatan radiasi. Berdasarkan perolehan grafik pada Gambar 4 terlihat nilai koefisien atenuasi dari serbuk padatan UHMWPE lebih besar dibanding parafin. Hal tersebut membuktikan penggunaan serbuk padatan UHMPWE sebagai perisai neutron dinilai jauh lebih baik dan mampu menyerap radiasi neutron lebih banyak dibanding parafin. Hal tersebut memungkinkan

23 bahwa penggunaan UHMWPE sebagai perisai neutron akan memperoleh nilai paparan radiasi yang lebih kecil dan pekerja dapat berada di dalam reaktor melebihi 8 jam. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan atas hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa serbuk padatan UHMWPE, padatan UHMWPE, dan campuran antara UHMWPE memiliki nilai koefisien atenuasi masing-masing 0.555, 0.189, dan Sampel terbaik untuk digunakan sebagai bahan perisai neutron ialah serbuk padatan UHMWPE dengan nilai koefisien atenuasi tertinggi. Walaupun bahan campuran antara UHMWPE dengan resin memiliki nilai koefisien atenuasi relatif kecil, namun lebih mudah dibentuk untuk dibuat perisai disesuaikan dengan lokasi sumber radiasi. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai padatan UHMWPE karena hasil menunjukkan adanya kemampuan bahan untuk menyerap radiasi neutron. 13

24 14 DAFTAR PUSTAKA Domanus J Practical neutron radiography. London (UK): Commission of the European Communities Radiography Working Group, Kluwer Academic Publishers. Hamzah A, Kuntoro I Desain konseptual perisai radiasi reaktor RRI (2): Kidd, Stephen W Nuclear fuel resources. New York (NY): CRC Press. Kusnoputranto H Energi nuklir dan dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Di dalam: Kunto Wiharto. Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi [Internet] Jul 21-22; Jakarta (ID) hlm 1. Tersedia pada: pdf Lewis E Fundamental of nuclear reactor physics. AP. 4(3): 6-7. Liu, X.J, X. Cheng Coupled thermal-hydraulics and neutron-physics analysis with mixed spectrum core. Journal of Progress in Nuclear Energy. 52(2): Muhammad L Radiasi elektromagnetik. Jakarta (ID): Universitas Esa Unggul Pr. Nuraini E, Darsono, Elisabeth Perancangan Shielding Detektor Gamma pada Metoda Analisis Gamma Serentak. Di dalam: Proseding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah P3TM-BATAN Jul 25-26; Yogyakarta (ID) hlm 77. Pengenalan PLTN Badan Tenaga Atom Nasional. 1(1):2-4. Parmanto Pemanfaatan thorium sebagai bahan bakar nuklir dengan water generator pada kendaraan dalam upaya mengurangi tingkat pemanasan global akibat penggunaan bahan bakar fosil [skripsi]. Pontianak (ID): Universitas Tanjungpura. Rebbeca W Fabricating & machining UHMW-PE. Plastic distributor & fabricator. Fullerton (USA): Poly Hi Solidur Inc. Sardjono, W,Y. Analisis karakteristik faktor atenuasi grafit, parafin, dan boral untuk bahan perisai radiasi neutron termal. Badan Tenaga Atom Nasional. 1(2) 2006: Sutiarso, Setiawan, Suyatno. Radiografi Neutron: Teknik Komplementer dari Radiografi Sinar-X untuk Uji Tak Rusak Produksi Industri. Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) BATAN. 1(1) 2008:

25 15 LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil pengukuran dan pengujian sampel serbuk padatan UHMWPE Sam Massa Tebal Diameter Jari-Jari Volume ρ (gr pel (gram) (cm) (cm) (cm) (cm 3 ) cm -3 I ) o I µ S S S S S S Lampiran 2 Hasil pengukuran dan pengujian sampel padatan UHMWPE Sam pel Massa (gram) Panjang (cm) Lebar (cm) Tebal (cm) Volume (cm 3 ) ρ (gr cm -3 ) I o I µ P P P P P P

26 16 Lampiran 3 Hasil pengukuran dan pengujian sampel campuran UHMWPE dengan resin Sampel Massa (gram) Panjang (cm) Lebar (cm) Tebal (cm) Volume (cm 3 ) (gr cm -3 ) I o I µ R R R R R R Lampiran 4 Denah dan tabel paparan radiasi di beberapa titik Lampiran 5 Nilai paparan radiasi Paparan Radiasi Neutron (µsv/jam) b Titik Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Rata-Rata b Sumber: Badan Tenaga Nuklir Nasional (2016).

27 17 Lampiran 6 Diagram alir penelitian MULAI Studi Literatur Persiapan Sampel Pengujian Pencucian Film Penentuan Nilai Koefisien Atenuasi SELESAI

28 18 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Bogor, 30 Maret 1994, anak tunggal dari pasangan Bapak Makki Furqon dan Ibu Sutarti. Penulis memulai jenjang pendidikannya di SDN Panaragan 1 Bogor tahun , kemudian dilanjutkan di SMP NEGERI 4 BOGOR tahun , dan kemudian dilanjutkan di SMA NEGERI 2 BOGOR pada tahun Tahun 2012 penulis lulus SMA dan melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan dan diterima di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif di organisasi dan kepanitiaan, diantaranya anggota divisi Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa Himafi pada tahun , kepala divisi acara Masa Perkenalan Departemen Fisika tahun 2014, ketua pelaksana Open House Fisika pada tahun 2014, anggota divisi Liasion Officer kegiatan Pesta Sains Nasional tahun Selain itu, penulis juga aktif sebagai asisten praktikum Sosiologi Umum TPB tahun , dan sebagai asisten praktikum fisika TPB tahun

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa radiasi berbahaya karena dapat mengionisasi bahan yang dilaluinya,

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa radiasi berbahaya karena dapat mengionisasi bahan yang dilaluinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiasi merupakan pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang yang dapat diserap oleh benda lain. Beberapa radiasi berbahaya

Lebih terperinci

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS 1 - Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang - " Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan

Lebih terperinci

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. - PLTN dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi nuklir yang semakin berkembang dewasa ini telah banyak digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit energi, industri, pertanian,

Lebih terperinci

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional 1 Pokok Bahasan STRUKTUR ATOM DAN INTI ATOM A. Struktur Atom B. Inti Atom PELURUHAN RADIOAKTIF A. Jenis Peluruhan B. Aktivitas Radiasi C. Waktu

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul

Lebih terperinci

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi Radiasi adalah pancaran energi yang berasal dari proses transformasi atom atau inti atom yang tidak stabil. Ketidak-stabilan atom dan inti atom mungkin

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI suatu emisi (pancaran) dan perambatan energi melalui materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel 2 3 Peluruhan zat

Lebih terperinci

FISIKA ATOM & RADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),

Lebih terperinci

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Lecture Presentation NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY By : NANIK DWI NURHAYATI, S,Si, M.Si Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan

Lebih terperinci

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif Oleh : Arif Novan Fitria Dewi N. Wijo Kongko K. Y. S. Ruwanti Dewi C. N. 12030234001/KA12 12030234226/KA12 12030234018/KB12 12030234216/KB12

Lebih terperinci

Hasbullah, M.T. Electrical Engineering Dept., Energy Conversion System FPTK UPI 2009

Hasbullah, M.T. Electrical Engineering Dept., Energy Conversion System FPTK UPI 2009 Hasbullah, M.T Electrical Engineering Dept., Energy Conversion System FPTK UPI 2009 Konversi Energi (Energy Conversion) : Perubahan bentuk energi dari yang satu menjadi bentuk energi lain. Hukum konservasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), maka peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ). PELURUHAN GAMMA ( ) Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti partikel alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar

Lebih terperinci

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA PENDAHULUAN Disamping sebagai senjata nuklir, manusia juga memanfaatkan energi nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu pemanfaatan energi nuklir secara

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral) FISIKA INTI A. INTI ATOM Inti Atom = Nukleon Inti Atom terdiri dari Proton dan Neutron Lambang Unsur X X = nama unsur Z = nomor atom (menunjukkan banyaknya proton dalam inti) A = nomor massa ( menunjukkan

Lebih terperinci

MAKALAH APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI

MAKALAH APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI MAKALAH APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI REAKSI NUKLIR FUSI DISUSUN OLEH : Mohamad Yusup ( 10211077) Muhammad Ilham ( 10211078) Praba Fitra P ( 10211108) PROGAM STUDI FISIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI Disusun Oleh : ERMAWATI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 1999 1 ABSTRAK Dalam mendesain semua sistem nuklir, pelindung radiasi, generator isotop, sangat tergantung dari jalan

Lebih terperinci

RADIOAKTIF. Oleh : I WAYAN SUPARDI

RADIOAKTIF. Oleh : I WAYAN SUPARDI RADIOAKTIF Oleh : I WAYAN SUPARDI PENDAHULUAN Fluoresensi yakni perpendaran suatu bahan selagi disinari cahaya. Fosforecensi yaitu berpendarnya suatu bahan setelah disinari cahaya, jadi berpendar setelah

Lebih terperinci

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi

Lebih terperinci

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

REAKTOR PEMBIAK CEPAT REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio

Lebih terperinci

RADIOAKTIF 8/7/2017 IR. STEVANUS ARIANTO 1. Oleh : STEVANUS ARIANTO TRANSMUTASI PENDAHULUAN DOSIS PENYERAPAN SIFAT-SIFAT UNSUR RADIOAKTIF REAKSI INTI

RADIOAKTIF 8/7/2017 IR. STEVANUS ARIANTO 1. Oleh : STEVANUS ARIANTO TRANSMUTASI PENDAHULUAN DOSIS PENYERAPAN SIFAT-SIFAT UNSUR RADIOAKTIF REAKSI INTI RADIOAKTIF Oleh : STEVANUS ARIANTO PENDAHULUAN SIFAT-SIFAT UNSUR RADIOAKTIF PANCARAN SINAR RADIOAKTIF SINAR,, HVL BAHAN STRUKTUR INTI ATOM ENERGI IKAT INTI KESTABILAN INTI ATOM HUKUM PERGESERAN WAKTU PARUH

Lebih terperinci

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN TUGAS Mengenai : PLTN Di Susun Oleh: ADRIAN Kelas : 3 IPA MADRASAH ALIYAH ALKHAIRAT GALANG TAHUN AJARAN 2011-2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah energi merupakan salah satu hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia, ketergantungan kepada energi fosil masih cukup tinggi hampir 50 persen

Lebih terperinci

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang

adukan beton, semen dan airmembentuk pasta yang akan mengikat agregat, yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton adalah campuran antara semen portland, air, agregat halus, dan agregat kasar dengan atau tanpa bahan-tambah sehingga membentuk massa padat. Dalam adukan beton, semen

Lebih terperinci

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI Fidayati Nurlaili 1, M. Azam 1, K. Sofjan Firdausi 1, Widarto 2 1). Jurusan Fisika Universitas Diponegoro 2). BATAN DIY ABSTRACT Shield

Lebih terperinci

BAB II RADIASI PENGION

BAB II RADIASI PENGION BAB II RADIASI PENGION Salah satu bidang penting yang berhubungan dengan keselamatan radiasi pengukuran besaran fisis radiasi terhadap berbagai jenis radiasi dan sumber radiasi. Untuk itu perlu perlu pengetahuan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Hubungan Usaha dengan Energi Potensial

BAHAN AJAR. Hubungan Usaha dengan Energi Potensial BAHAN AJAR Hubungan Usaha dengan Energi Potensial Untuk bertahan hidup kita membutuhkan energi yang diperoleh dari makanan. Setiap kendaraan membutuhkan energi untuk bergerak dan energi itu diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin bertambah dari tahun ke tahun, sementara sumber yang ada masih berbanding terbalik dengan kebutuhan. Walaupun energi radiasi matahari (energi

Lebih terperinci

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi

Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi Partikel sinar beta membentuk spektrum elektromagnetik dengan energi yang lebih tinggi dari sinar alpha. Partikel sinar beta memiliki massa yang lebih ringan dibandingkan partikel alpha. Sinar β merupakan

Lebih terperinci

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1996

Fisika EBTANAS Tahun 1996 Fisika EBTANAS Tahun 1996 EBTANAS-96-01 Di bawah ini yang merupakan kelompok besaran turunan A. momentum, waktu, kuat arus B. kecepatan, usaha, massa C. energi, usaha, waktu putar D. waktu putar, panjang,

Lebih terperinci

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi VII. PELURUHAN GAMMA Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi 7.1. PELURUHAN GAMMA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mempelajari Sub-pokok

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-16 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-16 CAKUPAN MATERI 1. INTI ATOM 2. BILANGAN ATOM DAN BILANGAN MASSA 3. MASS DEFECT 4. RADIOAKTIVITAS 5. WAKTU PARUH

Lebih terperinci

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut!

UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A. 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! SOAL UJIAN SEKOLAH 2016 PAKET A 1. Hasil pengukuran diameter dalam sebuah botol dengan menggunakan jangka sorong ditunjukkan pada gambar berikut! 2 cm 3 cm 0 5 10 Dari gambar dapat disimpulkan bahwa diameter

Lebih terperinci

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x.

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x. 1 5. KIMIA INTI A. Unsur Radioaktif Unsur radioaktif secara sepontan memancarkan radiasi, yang berupa partikel atau gelombang elektromagnetik (nonpartikel). Jenis-jenis radiasi yang dipancarkan unsur radioaktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

PELURUHAN RADIOAKTIF

PELURUHAN RADIOAKTIF PELURUHAN RADIOAKTIF Inti-inti yang tidak stabil akan meluruh (bertransformasi) menuju konfigurasi yang baru yang mantap (stabil). Dalam proses peluruhan akan terpancar sinar alfa, sinar beta, atau sinar

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini, termasuk juga kemajuan dalam bidang teknologi nuklir telah mengantarkan umat manusia kepada

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan listrik di Indonesia semakin meningkat, sedangkan bahan bakar fosil akan segera habis. Oleh karena itu dibutuhkan pembangkit listrik yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1 Pertemuan Ke: 1 Mata Kuliah/Kode : Fisika Semester dan : Semester : VI : 150 menit Kompetensi Dasar : Mahasiswa dapat memahami gejala radioaktif 1. Menyebutkan pengertian zat radioaktif 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti LABORATORIUM KIMIA FISIK Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti Drs. Iqmal Tahir, M.Si., Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP 01 )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP 01 ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP 0 ) Sekolah : SMA Advent Makassar Kelas / Semester : XII/ 2 Mata Pelajaran : FISIKA Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit I. Standar Kompetensi 4. Menunjukkan penerapan konsep

Lebih terperinci

CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS -Inti atom atau nukllida terdiri atas neutron (netral) dan proton (muatan positif) -Massa neutron sedikit lebih besar

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1993

Fisika EBTANAS Tahun 1993 Fisika EBTANA Tahun 1993 EBTANA-93-01 Dimensi konstanta pegas adalah A. L T 1 B. M T C. M L T 1 D. M L T M L T 1 EBTANA-93-0 Perhatikan kelima grafik hubungan antara jarak a dan waktu t berikut ini. t

Lebih terperinci

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI Oleh NAUSA NUGRAHA SP. 04 02 02 0471 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1995 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Sebuah pita diukur, ternyata lebarnya 12,3 mm

Lebih terperinci

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN

FISIKA MODERN UNIT. Radiasi Benda Hitam. Hamburan Compton & Efek Fotolistrik. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT FISIKA MODERN Radiasi Benda Hitam 1. Suatu benda hitam pada suhu 27 0 C memancarkan energi sekitar 100 J/s. Benda hitam tersebut dipanasi sehingga suhunya menjadi 327 0 C.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak

Lebih terperinci

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI Dosen : Hasbullah, S.Pd., MT. Di susun oleh : Umar Wijaksono 1101563 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI

REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI REAKSI NUKLIR NANIK DWI NURHAYATI,S.SI, M.SI nanikdn.staff.uns.ac.id nanikdn.staff.fkip.uns.ac.id 081556431053 / (0271) 821585 REAKSI INTI Reaksi Inti adalah proses perubahan yang terjadi dalam inti atom

Lebih terperinci

CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS -Inti atom atau nukllida terdiri atas neutron (netral) dan proton (muatan positif) -Massa neutron sedikit lebih besar daripada massa proton -ukuran inti atom berkisar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Runusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Runusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia inti adalah ilmu yang mempelajari struktur inti atom dan pengaruhnya terhadap kestabilan inti serta reaksi-reaksi inti yang terjadi pada proses peluruhan radio

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20 PREDIKSI UN FISIKA 2013 1. Perhatikan gambar berikut Hasil pengukuran yang bernar adalah. a. 1,23 cm b. 1,23 mm c. 1,52mm d. 1,73 cm e. 1,73 mm* 2. Panjang dan lebar lempeng logam diukur dengan jangka

Lebih terperinci

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di dengan memasukkan kode 5976 ke menu search. Copyright 2017 Zenius Education

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di  dengan memasukkan kode 5976 ke menu search. Copyright 2017 Zenius Education 01. Batas ambang frekuensi dari seng untuk efek fotolistrik adalah di daerah sinar ultraviolet. Manakah peristiwa yang akan terjadi jika sinar-x ditembakkan ke permukaan logam seng? (A) tidak ada elektron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Timbal atau timah hitam, merupakan jenis logam yang banyak digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan berbagai jenis perangkat logam, hal ini sudah diketahui oleh

Lebih terperinci

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN Muhammad Ilham, Annisa Khair, Mohamad Yusup, Praba Fitra Perdana, Nata Adriya, Rizki Budiman 121178, 12115, 121177, 121118, 12116, 12114 Program Studi Fisika, Institut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya kami bisa menyelesaikan makalah yang kami beri judul suhu dan kalor ini tepat pada waktu yang

Lebih terperinci

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A

1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A PREDIKSI 7 1. Pengukuran tebal sebuah logam dengan jangka sorong ditunjukkan 2,79 cm,ditentikan gambar yang benar adalah. A B C D E 2. Pak Pos mengendarai sepeda motor ke utara dengan jarak 8 km, kemudian

Lebih terperinci

Terdiri atas inti atom dan elektron yang berada diluar atom. Inti atom tersusun atas proton dan netron.

Terdiri atas inti atom dan elektron yang berada diluar atom. Inti atom tersusun atas proton dan netron. PARTIKEL-PARTIKEL DASAR ATOM (Sumber : www.chem-is-try-org) Kimia SMAN 113 Jakarta (www.kimiavegas.wordpress.com) Guru Mata Pelajaran : Gianto, SPd Facebook: multios2009@gmail.com Terdiri atas inti atom

Lebih terperinci

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin RADIOKALORIMETRI Rohadi Awaludin Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314, Telp/fax (021) 7563141 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI A. Materi Pembelajaran : Struktur Inti LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI B. Indikator Pembelajaran : 1. Mengidentifikasi karakterisrik kestabilan inti atom 2. Menjelaskan pengertian isotop,isobar

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1994

Fisika EBTANAS Tahun 1994 Fisika EBTANAS Tahun 1994 EBTANAS-94-01 Diantara kelompok besaran di bawah ini yang hanya terdiri dari besaran turunan saja adalah A. kuat arus, massa, gaya B. suhu, massa, volume C. waktu, momentum, percepatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN

PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN PENDAHULUAN RADIOAKTIVITAS TUJUAN Maksud dan tujuan kuliah ini adalah memberikan dasar-dasar dari fenomena radiaktivitas serta sumber radioaktif Diharapkan agar dengan pengetahuan dasar ini kita akan mempunyai

Lebih terperinci

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si.

PENEMUAN RADIOAKTIVITAS. Sulistyani, M.Si. PENEMUAN RADIOAKTIVITAS Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id SINAR KATODE Penemuan sinar katode telah menginspirasi penemuan sinar-x dan radioaktivitas Sinar katode ditemukan oleh J.J Thomson

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran 1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah.... A B. C D E 2. Sebuah perahu menyeberangi

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH ATOM, INTI DAN RADIOAKTIF. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016

CATATAN KULIAH ATOM, INTI DAN RADIOAKTIF. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 CATATAN KULIAH ATOM, INTI DAN RADIOAKTIF Diah Ayu Suci Kinasih -24040115130099- Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016 FISIKA NUKLIR Atom, Inti dan Radioaktif 1. Pekembangan Teori Atom

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. AFRI YAHDI : 2013110067 2. M.RAZIF : 2013110071 3. SYAFA RIDHO ILHAM : 2013110073 4. IKMARIO : 2013110079 5. CAKSONO WIDOYONO : 2014110003

Lebih terperinci

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi PERCOBAAN R3 EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD Dosen Pembina : Herlik Wibowo, S.Si, M.Si Septia Kholimatussa diah* (080913025), Mirza Andiana

Lebih terperinci

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar! Pilihlah Jawaban yang Paling Tepat! Pilihlah jawaban yang benar!. Sebuah pelat logam diukur menggunakan mikrometer sekrup. Hasilnya ditampilkan pada gambar berikut. Tebal pelat logam... mm. 0,08 0.,0 C.,8

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Version : 0-06 halaman 0. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,8 mm (B) 4,90 mm (C) 4,96 mm (D) 4,98

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya teknologi dan peradabaan manusia, kebutuhan terhadap energi mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

TEORI DASAR RADIOTERAPI

TEORI DASAR RADIOTERAPI BAB 2 TEORI DASAR RADIOTERAPI Radioterapi atau terapi radiasi merupakan aplikasi radiasi pengion yang digunakan untuk mengobati dan mengendalikan kanker dan sel-sel berbahaya. Selain operasi, radioterapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan dengan membuat simulasi AHR menggunakan software MCNPX. Analisis hasil dilakukan berdasarkan perhitungan terhadap nilai kritikalitas (k eff )

Lebih terperinci

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6 KIMIA INTI 1. Setelah disimpan selama 40 hari, suatu unsur radioaktif masih bersisa sebanyak 0,25 % dari jumlah semula. Waktu paruh unsur tersebut adalah... 20 hari 8 hari 16 hari 5 hari 10 hari SMU/Ebtanas/Kimia/Tahun

Lebih terperinci

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju ABSTRAK ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS

Lebih terperinci

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down Berkala Fisika ISSN : 141-9662 Vol.9, No.1, Januari 26, hal 15-22 Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down Risprapti Prasetyowati (1), M. Azam (1), K. Sofjan Firdausi

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh alat ukur dibawah ini adalah. 1 A. 5, 22 mm B. 5, 72 mm C. 6, 22 mm D. 6, 70 mm E. 6,72 mm 5 25 20 2. Dua buah vektor masing-masing 5 N dan 12 N. Resultan kedua

Lebih terperinci

Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir. Rida SNM

Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir. Rida SNM Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir Rida SNM rida@uny.ac.id Outline Sesi 1 Radioaktivitas Sesi 2 Peluruhan Inti 1 Radioaktivitas Tujuan Perkuliahan: Partikel pembentuk atom dan inti atom Bagaimana inti terikat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 3 BAB II STRUKTUR DAN INTI ATOM 5 A Struktur Atom 6 B Inti atom 9 1. Identifikasi Inti Atom (Nuklida) 9 2. Kestabilan Inti Atom 11 Latihan 13 Rangkuman Bab II. 14 BAB III PELURUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di dunia, yang menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang besar. PLTN

Lebih terperinci

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR PENGENALAN (PLTN) PEMBANGKIT L STR KTENAGANUKLTR I _ Sampai saat ini nuklir khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang seperti industri, kesehatan, pertanian, peternakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2)

BAB I PENDAHULUAN C = (1) Panas jenis adalah kapasitas panas bahan tiap satuan massanya, yaitu : c = (2) 1 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Tujuan dari praktikum ini yaitu; Mengamati dan memahami proses perubahan energi listrik menjadi kalor. Menghitung faktor konversi energi listrik menjadi kalor. 1.2 Dasar

Lebih terperinci

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada

Lebih terperinci

PELURUHAN SINAR GAMMA

PELURUHAN SINAR GAMMA PELURUHAN SINAR GAMMA Pendahuluan Radioaktivitas disebut juga peluruhan radioaktif, yaitu peristiwa terurainya beberapa inti atom tertentu secara spontan yang diikuti dengan pancaran partikel alfa (inti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi nuklir merupakan suatu bentuk pancaran energi. Radiasi nuklir dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan kemampuannya mengionisasi partikel pada lintasan yang dilewatinya,

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII 1. Tumbukan dan peluruhan partikel relativistik Bagian A. Proton dan antiproton Sebuah antiproton dengan energi kinetik = 1,00 GeV menabrak proton

Lebih terperinci

10. PENETAPAN KADAR AIR TANAH DENGAN NEUTRON PROBE

10. PENETAPAN KADAR AIR TANAH DENGAN NEUTRON PROBE Penetapan Kadar Air Tanah dengan Neutron Probe 111 10. PENETAPAN KADAR AIR TANAH DENGAN NEUTRON PROBE Fahmuddin Agus, Robert L. Watung, dan Deddy Erfandi 1. PENDAHULUAN Penetapan kadar air tanah dengan

Lebih terperinci