ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG (Studi Kasus di Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG (Studi Kasus di Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah)"

Transkripsi

1 ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG (Studi Kasus di Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah) Oleh : ARIES SETIYANTO A PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN ARIES SETIYANTO. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung Studi Kasus di Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah (Di bawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM) Permintaan akan bahan pangan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama bahan pangan utama seperti padi, jagung dan kedelai. Jagung adalah salah satu bahan pangan terpenting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah padi. Selain sebagai bahan pangan, jagung juga merupakan komoditas tanaman pangan setelah padi. Pada tahun 2007, kebutuhan jagung nasional belum mampu terpenuhi dengan hanya mengandalkan produksi nasional. Upaya Pemerintah untuk meningkatkan produksi jagung salah satunya adalah menggalakkan program Gema Palagung yang dimulai sejak tahun Program tersebut mampu memicu produktivitas petani, terbukti dapat meningkatkan produksi jagung dalam negeri tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada tahun 2006 produksi jagung nasional menurun sejalan dengan luas lahan yang menurun. Sebaliknya, produktivitas nasional mengalami peningkatan. Hal serupa terjadi di Jawa Tengah dimana produksi dan luas lahan mengalami penurunan namun produktivitas mengalami peningkatan. Namun demikian, Kabupaten Pati yang merupakan salah satu sentra produksi jagung di Jawa Tengah mengalami penurunan produktivitas selain turunnya produksi dan luas lahan. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi usahatani jagung, baik lahan sawah maupun lahan tegalan, (2) Menganalisis efisiensi produksi serta menentukan penggunaan optimal faktor-faktor produksi usahatani jagung, baik lahan sawah maupun lahan tegalan sebagai upaya peningkatan produktivitas jagung, (3) Menganalisis tingkat pendapatan petani dari usahatani jagung, baik yang di lahan sawah maupun di lahan tegalan. Penelitian dilakukan di Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah pada bulan Juni sampai Juli Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada petani jagung dengan metode simple random sampling yang menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yaitu BPS Pusat Jakarta, Dinas Pertanian Kabupaten Pati, BPS Kabupaten Pati serta lembagalembaga lain yang terkait dengan penelitian ini. Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif berdasarkan data primer dan sekunder dari hasil penelitian. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui kegiatan yang berkaitan dengan usahatani jagung di daerah penelitian yang diuraikan secara deskriptif. Sementara, analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis fungsi produksi dan efisiensi penggunaan faktor produksi, analisis pendapatan usahatani dan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis). Analisis dilakukan dengan batuan alat kalkulator, Microsoft excel 2003, dan program komputer Minitab 14.

3 Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi jagung lahan sawah adalah pupuk urea pada tingkat kepercayaan 99 persen dan pupuk kandang pada tingkat kepercayaan 90 persen. Sementara faktor benih, pupuk TSP, herbisida, insektisida, dan tenaga kerja tidak berpengaruh pada taraf yang ditetapkan. Di lain pihak, faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi jagung lahan tegalan adalah luas lahan dan benih pada tingkat kepercayaan 95 persen serta pupuk TSP pada tingkat kepercayaan 90 persen. Faktor-faktor produksi yang tidak berpengaruh pada taraf yang ditetapkan adalah pupuk urea, pupuk kandang, obat pertanian dan tenaga kerja. Berdasarkan rasio NPM dan BKM setiap faktor produksi usahatani jagung baik lahan sawah maupun lahan tegalan menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi tidak efisien. Pada usahatani jagung lahan sawah penggunaan faktor produksi yang masih kurang adalah benih, pupuk TSP, pupuk urea dan herbisida sedangkan faktor produksi pupuk kandang, insektisida dan tenaga kerja melebihi batas optimal. Sementara itu, pada usahatani jagung lahan tegalan penggunaan faktor produksi yang masih kurang adalah luas lahan, benih, pupuk TSP, pupuk urea, pupuk kandang, obat pertanian. Sebaliknya, faktor produksi tenaga kerja melebihi batas optimal. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani jagung, pendapatan usahatani jagung, baik pendapatan tunai maupun pendapatan total di lahan sawah relatif lebih besar dibandingkan lahan tegalan. Hal ini dikarenakan hasil produksi usahatani jagung lahan sawah relatif lebih besar dibandingkan lahan tegalan. Namun, jika dilihat dari struktur biaya, biaya usahatani baik biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan di lahan sawah relatif lebih besar dibandingkan lahan tegalan. Hal ini disebabkan pemakaian tenaga kerja baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga di lahan sawah relatif lebih besar dibandingkan lahan tegalan. Jika dilihat dari rasio R/C, usahatani jagung lahan sawah maupun lahan tegalan menguntungkan ( rasio R/C > 1). Namun demikian, rasio R/C lahan tegalan lebih tinggi dibandingkan rasio R/C lahan sawah. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani jagung lahan tegalan lebih efisien dibandingkan usahatani jagung lahan sawah. Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah untuk mencapai kondisi efisien atau optimal pada usahatani jagung lahan sawah benih, pupuk TSP, pupuk urea dan herbisida harus ditingkatkan, sedangkan pupuk kandang, insektisida dan tenaga kerja harus dikurangi. Sementara itu, pada usahatani jagung lahan tegalan faktor produksi luas lahan, benih, pupuk TSP, pupuk urea, pupuk kandang, obat pertanian harus ditingkatkan, sedangkan penggunaan tenaga kerja harus dikurangi. Adanya penyediaan sarana produksi yang tepat jumlah dan waktu seperti penyediaan benih dan pupuk dengan melakukan operasi pasar dan pengadaan program kredit oleh pemerintah terhadap sarana produksi. Selain itu, perlunya penyuluhan yang lebih intensif kepada petani agar pengetahuan atau wawasan petani mengenai budidaya jagung lebih luas. Perlunya penelitian lebih lanjut dengan menggunakan fungsi produksi selain fungsi produksi Cobb- Douglas. Selain itu, sebelum diterapkan dilapangan perlu dilakukan pengujian secara teknis.

4 ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG (Studi Kasus di Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah) Oleh : ARIES SETIYANTO A Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 Judul : Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung (Studi Kasus di Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah ) Nama : Aries Setiyanto NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Ir. Anita Ristianingrum, MSi NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus :

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG (STUDI KASUS DI DESA BEKETEL, KECAMATAN KAYEN, KABUPATEN PATI, PROPINSI JAWA TENGAH) BENAR - BENAR HASIL PENELITIAN SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA TULIS ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, September 2008 Aries Setiyanto A

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Mei 1986 di Pati sebagai anak tunggal keluarga Bapak Rakamto dan Ibu Sutini Endah Lestari. Penulis mengawali pendidikan di SD Beketel 02 pada tahun 1992, kemudian pada tahun 1998 penulis melanjutkan ke SLTP Negeri 01 Kayen dan lulus pada tahun Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 02 Pati yang kemudian pada tahun yang sama penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan program S1 di Institut Pertanian Bogor, pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama kuliah penulis aktif sebagai anggota Koperasi Mahasiswa (KOPMA) IPB. Selain itu, penulis juga aktif menjadi pengurus Ikatan Keluarga Mahasiswa Pati (IKMP) periode

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini berjudul Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung (Studi Kasus di Desa Beketel, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Propinsi Jawa Tengah). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efisiensi produksi dan pendapatan usahatani jagung. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi bagi semua pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan sehingga diperlukan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing atas saran dan masukannya serta semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Bogor, September 2008 Aries Setiyanto A

9 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ir. Anita Ristianingrum, MSi, selaku dosen pembimbing skripsi atas bantuan, masukan, dan bimbingannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya 2. Ir. Joko Purwono, MS, selaku dosen penguji utama atas bimbingan dan saransarannya kepada penulis 3. Arif Karyadi Uswandi, SP, selaku dosen penguji wakil departemen atas bimbingan dan saran-sarannya kepada penulis 4. Kedua orang tua, mbah dan seluruh keluarga tercinta atas dorongan semangat, doa, dan dukungannya baik material maupun non material kepada penulis selama menulis skripsi ini 5. Orang tua Sri Suci dan seluruh keluarga nengku (bapak & ibu suci, Imas dan Aa Agus dan semua keluarga) atas semua perhatian dan bantuannya selama penulis melakukan penelitian 6. Teman-teman seperjuangan Wanti, Narita, Dika, Triyadi, dan Chika yang telah memberikan semangat selama penulis melakukan penelitian 7. Kak Restu yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar penulis 8. Teman-teman Pondok Angsa (Tesa, Rezki, Ganang, Arief, Ali Maksum, Gunawan, Roni, Amien, Mas Aris ) atas semua dukungan dan semangatnya

10 9. Temen-temen AGB terutama Agung dan Mas Wah atas dukungan dan semangatnya 10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini Bogor, September 2008 Aries Setiyanto A

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Komoditas Jagung Botani Jagung Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Jenis Jagung Unggul Budidaya Tanaman Jagung Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Fungsi Produksi Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor produksi Usahatani Pendapatan Usahatani Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C ratio) Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data dan Penarikan Contoh Metode Analisis Data Analisis Fungsi Produksi Analisisi Efisiensi Ekonomi Produksi Analisis Pendapatan Usahatani Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C ratio) Batasan Operasional dan Satuan Pengukuran xv xvi

12 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum dan Geografis Daerah Penelitian Letak Geografis Keadaan Sosial Ekonomi Karakteristik Petani Responden Usia dan Pengalaman Petani Responden Tingkat Pendidikan Petani Responden Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden Luas Lahan Petani Responden Sifat Usahatani Jagung VI. ANALISIS EFISIENSI USAHATANI JAGUNG Analisis Fungsi Produksi Analisis Elastisitas Produksi dan Skala Usaha Analisis Efisiensi Produksi VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG Analisis Penerimaan Usahatani Jagung Analisis Biaya Usahatani Jagung Analisis Pendapatan Usahatani Jagung VIII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 90

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Jagung Nasional Tahun Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Propinsi Jawa Tengah Tahun Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Pati Tahun Beberapa Varietas Jagung Unggul Perhitungan Pendapatan Usahatani Jagung Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia di Desa Beketel Sebaran Petani Responden Berdasarkan Usia di Desa Beketel, Tahun Sebaran Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Jagung di Desa Beketel, Tahun Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani di Desa Beketel, Tahun Sebaran Petani Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan di Desa Beketel, Tahun Sebaran Responden Berdasarkan Luas Lahan Jagung yang Diusahakan di Desa Beketel, Tahun Sebaran Petani Responden Berdasarkan Sifat Usahatani Jagung di Desa Beketel, Tahun Hasil Analisis Pendugaan Fungsi Produksi Usahatani Jagung Lahan Sawah di Desa Beketel MT I Tahun Hasil Analisis Pendugaan Pertama Fungsi Produksi Usahatani Jagung Lahan Tegalan di Desa Beketel MT I Tahun

14 15 Hasil Analisis Pendugaan Kedua Fungsi Produksi Usahatani Jagung Lahan Tegalan di Desa Beketel MT I Tahun Rasio Nilai Produk Marginal dengan Biaya Korbanan Marginal Usahatani Jagung Lahan Sawah di Desa Beketel MT I Tahun Kombinasi Optimal Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung Lahan Sawah di Desa Beketel MT I Tahun Rasio Nilai Produk Marginal dengan Biaya Korbanan Marginal Usahatani Jagung Lahan Tegalan di Desa Beketel MT Tahun Kombinasi Optimal Faktor-Faktor Produksi Usahatani Jagung Lahan Tegalan Di Desa Beketel MT Tahun Penerimaan Usahatani Jagung Lahan Sawah (Per Hektar) di Desa Beketel pada Musim Tanam I Tahun Penerimaan Usahatani Jagung Lahan Tegalan (Per Hektar) di Desa Beketel pada Musim Tanam I Tahun Biaya Usahatani Jagung Lahan Sawah (Per Hektar) di Desa Beketel pada Musim Tanam I Tahun Biaya Usahatani Jagung Lahan Tegalan (Per Hektar) di Desa Beketel pada Musim Tanam I Tahun Pendapatan dan Rasio R/C Usahatani Jagung Lahan Sawah (Per Hektar) di Desa Beketel pada Musim Tanam I Tahun Pendapatan dan Rasio R/C Usahatani Jagung Lahan Tegalan (Per Hektar) di Desa Beketel pada Musim Tanam I Tahun

15 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Fungsi Produksi dan Tiga Daerah Produksi Alur Kerangka Pemikiran Operasional... 30

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Hasil Output Fungsi Produksi Cobb-Douglas untuk Usahatani Jagung Lahan Sawah dengan Multikolinier Hasil Output Fungsi Produksi Cobb-Douglas untuk Usahatani Jagung Lahan Sawah Tanpa Multikolinier Hasil Output Fungsi Produksi Cobb-Douglas untuk Usahatani Jagung Lahan Tegalan dengan Koefisien Regresi Negatif Hasil Output Fungsi Produksi Cobb-Douglas untuk Usahatani Jagung Lahan Tegalan Tanpa Koefisien Regresi Negatif... 94

17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor perekonomian utama dititikberatkan pada sektor pertanian. Pertanian menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia yang diharapkan mampu meningkatkan penerimaan devisa negara, serta mampu menyediakan bahan pangan yang cukup bagi masyarakat sebagai upaya untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Permintaan akan bahan pangan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama bahan pangan utama seperti padi, jagung, dan kedelai. Jagung adalah salah satu bahan pangan terpenting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah padi. Selain sebagai bahan pangan, jagung juga merupakan komoditas tanaman pangan setelah padi. Di samping itu, komoditas ini dapat digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku industri seperti industri etanol (Purwono dan Hartono, 2005). Pada tahun 2007, kebutuhan jagung nasional belum mampu terpenuhi dengan hanya mengandalkan produksi nasional 1. Untuk menutupi kekurangan supply jagung, pemerintah melakukan impor jagung dari negara Amerika Serikat, Cina, Thailand, Argentina, dan India (Suciany, 2007). Upaya pemerintah untuk meningkatakan produksi jagung dalam negeri adalah dengan melakukan intensifikasi pertanian seperti penggunaan bibit hibrida. Di samping itu, Mentan, 23 Juli 2007, Peningkatan Ketahanan Pangan, Kompas : hal 5 : kol 8

18 pemerintah juga melakukan upaya ekstensifikasi seperti perluasan lahan terutama di daerah luar pulau Jawa. Sejak tahun 2001 pemerintah telah menggalakkan sebuah program yang dikenal dengan sebutan gema palagung (Gerakan Mandiri Padi, Kedelai, dan Jagung). Dengan adanya program tersebut, ternyata memberikan dampak positif terhadap petani. Petani terpacu untuk meningkatkan produktivitasnya dan terbukti dapat meningkatkan produksi jagung dalam negeri, tetapi belum mampu memenuhi semua kebutuhan dalam negeri (Purwono dan Hartono, 2005). Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Jagung Nasional Tahun Tahun Luas Panen Produksi Produktivitas (000 hektar) (000 ton) (Ton/Ha) , , , , , , ,470 Pertumbuhan Tahun ,72 % -7,3 % 0,16 % Sumber : Pusat Data dan Informasi Pertanian Departemen Pertanian, 2008 Produksi jagung Indonesia tahun 2006 sebesar ton. Nilai produksi ini lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya yaitu tahun 2005 sebesar ton. Dengan demikian, produksi jagung mengalami penurunan sebesar ton atau turun sebesar 7,3 persen. Penurunan produksi jagung disebabkan berkurangnya luas panen nasional sebesar hektar dari tahun sebelumnya. Walaupun terjadi penurunan produksi nasional, produktivitas nasional mengalami peningkatan dari 3,454 ton per ha menjadi 3,470 ton per ha atau mengalami kenaikan 0,16 persen.

19 Jika dibandingkan dengan negara penghasil jagung seperti Amerika Serikat, produktivitas jagung Indonesia masih jauh di bawah mereka. Produktivitas jagung Indonesia hanya 3,47 ton per hektar. Di lain pihak, produktivitas jagung di Amerika Serikat mencapai 9,47 ton per hektar pada tahun Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Propinsi Jawa Tengah Tahun Luas Areal Panen Produksi Produktivitas Tahun (Ha) (Ton) (Ton/Ha) , , , , , , ,727 Pertumbuhan Tahun ,5 % - 15,3 % 1,4 % Sumber : Daerah penghasil utama jagung di Indonesia adalah Pulau Jawa yaitu sekitar 65 persen dari produksi nasional (Purwono dan Hartono, 2005). Salah satu sentra produksi jagung di Pulau Jawa adalah Jawa Tengah. Produksi tanaman jagung di Jawa Tengah pada tahun 2006 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan Tabel 2 pada tahun 2006 produksi jagung menurun sebesar ton menjadi ton. Penurunan produksi terjadi diduga karena luas areal panen jagung berkurang sebesar 16,5 persen. Sebaliknya, produktivitas meningkat sebesar 1,4 persen dari 3,675 ton per hektar pada tahun 2005 menjadi 3,727 ton per hektar pada tahun Salah satu sentra produksi jagung di Jawa Tengah adalah Kabupaten Pati. Adanya penurunan produktivitas 2 (Situs resmi Departemen Pertanian Amerika Serikat)

20 jagung di Kabupaten Pati, maka perlu upaya peningkatan produktivitas untuk meningkatkan produksi jagung nasional agar produksi nasional bisa memenuhi kebutuhan konsumsi Perumusan Masalah Penurunan luas lahan dan produksi terjadi di Kabupaten Pati, yang merupakan salah satu sentra tanaman jagung di Jawa Tengah. Selain itu, produktivitas di Kabupaten Pati juga mengalami penurunan pada tahun Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa luas lahan di Kabupaten Pati mengalami penurunan sebesar 12,58 persen dari hektar menjadi hektar. Produksi jagung turun sebesar 39,09 persen dari ton menjadi ton. Sementara itu, produktivitas pada tahun 2006 mengalami penurunan dari 4,626 ton per hektar menjadi 3,223 ton per hektar dimana produktivitas jagung di Kabupaten Pati lebih rendah daripada produktivitas nasional. Penurunan produktivitas jagung di Kabupaten Pati dapat berdampak pada penurunan produksi jagung Jawa Tengah yang merupakan salah satu sentra produksi jagung di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk meningkatkan produktivitas jagung di Kabupaten Pati sebagai upaya peningkatan produksi jagung nasional. Penurunan produktivitas jagung di Kabupaten Pati disebabkan karena kurang efisiennya pemakaian faktor produksi. Berdasarkan pengamatan awal di daerah penelitian didapatkan beberapa masalah yang dihadapi petani yaitu kelangkaan pupuk di pasaran dan mahalnya harga benih serta mahalnya obat pertanian. Kelangkaan pupuk menyebabkan petani sulit mendapatkan pupuk sehingga pemakaian pupuk tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan Dinas

21 Pertanian. Oleh karena itu, dapat diduga penggunaan pupuk tidak efisien. Kebutuhan pupuk N, P, K untuk luasan satu hektar sebanyak 250 kg, 150 kg dan 100 kg (Dinas Pertanian Kabupaten Pati, 2008). Mahalnya harga benih dan obat pertanian menyebabkan petani membeli lebih sedikit dari kebutuhan yang seharusnya, sehingga diduga penggunaanya tidak efisien. Kebutuhan benih dalam luasan satu hektar adalah sebanyak 20 kg (Dinas Pertanian Kabupaten Pati, 2008). Sementara, untuk kebutuhan obat pertanian disesuaikan dengan jenis obatnya. Tabel 3. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Pati Tahun Tahun Luas Areal Panen Produksi Produktivitas Ha % Ton % Ton % , , ,19 3,176-1, , ,25 3,165-0, , ,74 3,783 19, , ,331 4,869 28, , ,29 4, , ,09 3,223-30,3 Sumber : BPS Kabupaten Pati, 2008 Pendapatan petani dapat berubah apabila tingkat produktivitas mengalami perubahan. Jadi, apabila produktivitas turun dapat menyebabkan penurunan tingkat pendapatan petani dengan asumsi harga satuan hasil produksi tetap. Oleh karena itu, untuk melihat bagaimana tingkat produktivitas jagung dapat mempengaruhi pendapatan petani dari usahatani jagung, diperlukan analisis pendapatan usahatani jagung. Tanaman jagung dapat tumbuh di semua tanah dari tanah berpasir maupun tanah liat berat. Namun jagung dapat tumbuh baik jika tanah kaya akan humus (Suprapto dan Marzuki, 2002). Di daerah penelitian, jenis lahan yang dipakai untuk usahatani jagung adalah lahan sawah dan tegalan. Pada kedua lahan

22 diindikasikan adanya perbedaan produktivitas lahan karena adanya perbedaan teknik budidaya. Berdasarkan pengamatan awal di daerah penelitian, perbedaan yang nyata antara usahatani lahan sawah dan tegalan adalah tidak terdapat pengairan dan pembajakan pada lahan tegalan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk melihat produktivitas jagung pada kedua lahan. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dikaji adalah sebagai berikut: 1. Apa saja faktor faktor produksi yang mempengaruhi produksi usahatani jagung, baik lahan sawah maupun lahan tegalan? 2. Bagaimana tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani jagung, baik lahan sawah maupun lahan tegalan? 3. Bagaimana tingkat pendapatan petani dari usahatani jagung, baik lahan sawah maupun lahan tegalan? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi usahatani jagung, baik lahan sawah maupun lahan tegalan. 2. Menganalisis efisiensi produksi serta menentukan penggunaan optimal faktor-faktor produksi usahatani jagung sebagai upaya peningkatan produktivitas jagung. 3. Menganalisis tingkat pendapatan petani dari usahatani jagung, baik yang di lahan sawah maupun di lahan tegalan.

23 1.4. Kegunaan Penelitian Sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai berikut : 1. Memberikan informasi kepada petani sebagai pertimbangan dalam upaya meningkatkan produksi, produktivitas dan pendapatan dari usahatani jagung. 2. Memberikan manfaat bagi pembaca, baik sebagai tambahan pengetahuan maupun sebagai informasi untuk melaksanakan studi yang relevan di masa mendatang. 3. Sebagai bahan pelajaran bagi peneliti sendiri dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah.

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Komoditas Jagung Menurut Rukmana (1997), tanaman jagung ( Zea mays L.) berasal dari dataran Peru, Equador dan Bolivia serta Meksiko bagian selatan dan Amerika Tengah, yang merupakan komoditi pertanian unggulan yang berpotensi tinggi. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang yang berhawa sedang maupun panas dan merupakan makanan pokok penduduk setempat serta sebagai pakan ternak. Sebagai bahan makanan, jagung memiliki kandungan gizi yang tinggi terutama karbohidrat. Selain itu, jagung juga mengandung zat-zat seperti gula, kalium, asam jagung, dan minyak lemak. Buah yang masih muda banyak mengandung zat protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, B1, B6, C dan K. Rambutnya mengandung minyak lemak, dammar, gula, asam maisenat, dan garam-garam mineral. Di samping itu, buah jagung biasanya dibuat tepung jagung atau maizena (Suroso, 2006) Botani Jagung Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk dalam ordo Tripsaceae, family Poaceae, subfamily Panicoideae dan genus Zea. Tanaman jagung memiliki akar serabut dengan tiga tipe akar, yaitu akar seminal yang tumbuh dari radikula dan embrio, akar adventif yang tumbuh dari buku terbawah, dan akar udara (brace root) (Sudjana et al., 1991). Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol.

25 Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar cm. Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8-48 helain, tergantung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, helain daun (Purwono dan Hartono, 2005). Tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dimana letak bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Rangkaian bunga terdapat dalam spikelet dengan bunga jantan di ujung tanaman (apikal) dan bunga betina di ketiak daun (aksilar). Jagung bersifat protandrus yaitu mekarnya bunga jantan (pelepasan tepung sari) biasanya terjadi satu atau dua hari sebelum munculnya tangkai putik. Oleh karena itu, jagung merupakan spesies yang menyerbuk silang (Fischer dan Palmer, 1992). Jagung termasuk tanaman C-4 yang mampu beradaptasi baik pada faktorfaktor pembatas pertumbuhan dan hasil. Ditinjau dari segi kondisi lingkungan, tanaman C-4 beradaptasi pada terbatasnya banyak faktor seperti intensitas radiasi surya yang tinggi dengan suhu siang dan malam tinggi serta kesuburan tanah yang relatif rendah. Sifat yang menguntungkan dari tanaman jagung sebagai tanaman C-4 antara lain aktivitas fotosintesis pada keadaan normal relatif tinggi, fotorespirasi sangat rendah, transpirasi rendah serta efisien dalam penggunaan air. Sifat-sifat tersebut merupakan sifat fisiologis dan anatomi yang sangat menguntungkan dalam kaitannya dengan hasil (Muhadjir, 1988).

26 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Daerah pertumbuhan jagung meliputi skala lingkungan yang sangat luas yaitu antara 58 0 LU 40 0 LS. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian meter di atas permukaan laut dengan curah hujan tahunan mm. Jagung dapat hidup di daerah yang beriklim panas dan di daerah yang beriklim sedang, yaitu pada temperatur C (Suprapto dan Marzuki, 2002). Jagung dapat tumbuh di semua jenis tanah, tanah berpasir maupun tanah liat berat. Namun, tanaman ini akan tumbuh lebih baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan ph tanah (kemasaman tanah) antara 5,5 7,0 (Suprapto dan Marzuki, 2002) Jenis Jagung Unggul Salah satu cara untuk mengatasi rendahnya produktivitas jagung yaitu dengan perbaikan varietas. Varietas jagung unggul dapat berupa varietas bersari bebas atau varietas hibrida. Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi lebih tinggi, tetapi mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan dengan varietas bersari bebas. Kelemahan tersebut antara lain harga benihnya yang lebih mahal, hanya dapat digunakan maksimal dua keturunan, dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapa varietas unggul yang dapat dipilih sebagai benih dapat dilihat di Tabel 4.

27 Tabel 4. Beberapa Varietas Jagung Unggul No. Nama Varietas Umur (hari) Hasil Rata-rata (ton/ha) 1 Hibrida C ,0-6,0 2 Hibrida C ,0-8,0 3 Hibrida Pioner ,6-6,0 4 Hibrida Pioner ,0-7,0 5 Hibrida IPB ,6 6 Hibrida CPI ,0-7,0 7 Kalingga 97 5,0-6,0 8 Wiyasa 96 5,0-7,0 9 Arjuna 85 5,0-6,0 10 Bastar Kuning 130 3,3 11 Kania Putih 150 3,3 12 Metro 110 3,2 13 Harapan 105 3,3 14 Bima 140 3,7 15 Permadi 96 3,3 16 Bogor Composite 105 3,6 17 Parikesit 105 3,8 18 Sadewa 86 3,7 19 Nakula 85 3,6 20 Hibrida CPI ,0-8,0 Sumber : Purnomo dan Hartono, (2005) 2.2. Budidaya Tanaman Jagung 1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah menjadi gembur sehingga pertumbuhan akar tanaman maksimal. Selain itu, pengolahan tanah juga akan memperbaiki tekstur tanah, memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah, serta mendorong aktivitas mikroba tanah dan membebaskan unsur hara. Bila dalam kondisi bebas, unsur hara dengan mudah dapat diambil oleh akar tanaman. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah. Tanah yang sudah gembur hanya diolah secara umum. Kegiatan pengolahan tanah terdiri dari pembukaan lahan, penggemburan lahan, pembuatan bedengan dan saluran air,

28 pengapuran dan pemberian pupuk sehingga membutuhkan tenaga yang cukup banyak untuk mengerjakan pengolahan tanah. 2. Penanaman Setelah lahan diolah dan dikapuri, tahap selanjutnya yaitu penanaman. Namun, sebelum penanaman dilakukan, sebaiknya ditentukan terlebih dahulu pola tanam yang diinginkan dan ditentukan jarak tanamnya. Setelah itu, baru dilakukan penanaman. Tanaman jagung dapat ditanam pada awal musim hujan atau pada awal musim kemarau. Petani umumnya tidak menanam jagung secara monokultur, tetapi dicampur dengan tanaman lain. Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia, biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan terutama pada lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Dengan demikian, pemilihan varietas yang ditanam pun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia atau curah hujan. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panen, semakin panjang umurnya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas. Jagung berumur panjang dengan waktu panen lebih dari 100 hari setelah panen, sebaiknya jarak tanamnya dibuat 100 cm x 40 cm (2 tanaman per lubang) atau 100 cm x 25 cm ( 1 tanaman per lubang). Jagung berumur sedang (umur panen hari), jarak tanamnya 75 cm x 25 cm (1 tanaman per lubang), sementara untuk jagung berumur pendek (umur panen kurang dari 80 hari), jarak tanamnya 50 cm x 20 cm (1 tanaman per lubang). Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu diperhatikan agar benih tidah terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang

29 tanam sekitar 3-5 cm. Setiap lubang hanya diisi 1 atau 2 butir benih, tergantung jarak tanamnya. 3. Pemeliharaan Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan tanaman jagung diantaranya penjarangan dan penyulaman, penyiangan, pembumbunan, pemupukan, dan pengairan. a. Penjarangan dan Penyulaman Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki, sedangkan penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau mati. Kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman paling lambat dua minggu setelah tanam. b. Penyiangan Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu (gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. c. Pembumbunan Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidah mudah rebah, selain itu, juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Untuk efisiensi tenaga kerja biasanya pembumbunan dilakukan bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.

30 d. Pemupukan Dosis pemupukan untuk jagung hibrida setiap hektarnya adalah pupuk urea sebanyak 250 kg, pupuk TSP atau SP-36 sebanyak 150 kg, dan pupuk KCl sebanyak 100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama, tahap pemupukan dasar, dilakukan pada saat bersamaan dengan waktu tanam. Jumlah dosis yang dipakai adalah sepertiga pupuk urea dan semua dosis pupuk SP-36 dan KCl. Tahap kedua, diberikan saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam bersamaan dengan pembumbunan, dengan dosis dua per tiga pupuk urea. e. Pengairan Pengairan hanya dilakukan bila tidak turun hujan selama 3 hari berturut-turut. Pedoman perlu tidaknya pengairan dengan cara melihat keadaan tanah dan tanaman. Namun, menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih banyak sehingga perlu dialirkan air ke parit diantara bumbunan tanaman jagung (lub). f. Pengendalian Hama Penyakit Hama bisa menjadi penghambat keberhasilan panen bila tidak dikendalikan. Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama yang dapat membahayakan tanaman jagung. Beberapa hama yang sering menyerang tanaman jagung adalah lalat bibit, lundi, ulat pemotong, penggerek tongkol. Sedangkan penyakit yang sering menyerang jagung adalah penyakit bulai, penyakit bercak daun, penyakit karat, penyakit gosong bengkak, penyakit busuk tongkol dan biji busuk (Suciani, 2007).

31 4. Kegiatan Panen dan Pasca Panen. Tanaman jagung dipanen sesuai tujuan penanaman. Jagung semi (baby corn) dipanen pada umur hari setelah tanam atau 5-6 hari setelah bunga betina muncul dan belum dibuahi. Jagung untuk sayur atau rebus, dipanen saat umur 60 hari setelah tanam. Sedangkan bila diambil biji keringnya, panen dilakukan bila telah terbentuk lapisan hitam (black layer) pada dasar biji sekitar hari setelah tanam. Setelah proses panen selesai kegiatan pasca panen dimulai. Kegiatan pasca panen meliputi proses pemipilan, yaitu memisahkan biji jagung dari tongkolnya, kemudian proses pengeringan, pengemasan, dan yang terakhir pemasaran Penelitian Terdahulu Perangin Angin (1999) dalam penelitiannya tentang analisis pendapatan usahatani dan pemasaran jagung menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan usahatani jagung di daerah penelitian sebesar Rp ,00 dengan tingkat produksi 4,2 ton per hektar dan harga rata-rata sebesar Rp ,00 per kilogram. Nilai R/C atas biaya total diperoleh sebesar 2,88 dan R/C atas biaya tunai sebesar 4,61. Hal ini membuktikan bahwa usahatani jagung layak diusahakan di daerah penelitian. Widiyanti (2000) melakukan penelitian dengan judul Analisis Produksi dan Efisiensi Ekonomi Relatif Usahatani Jagung Manis (kasus di Desa Titisan, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kombinasi faktor-faktor produksi yang dapat memberikan keuntungan maksimal, membuat fungsi keuntungan usahatani jagung

32 manis dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan petani dalam usahatani jagung manis serta membandingkan efisiensi ekonomi relatif antara kelompok petani pemilik dan penyewa dan antara kelompok petani pemilik berlahan luas dan petani berlahan sempit. Hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa kombinasi optimal penggunaan faktor-faktor produksi sulit ditentukan. Rata-rata produksi jagung manis yang dihasilkan petani sebesar 4.834,286 kilogram dan harga rata-rata jagung manis di daerah penelitian Rp ,29 per kilogram sehingga penerimaan petani sebesar Rp ,82 per musim tanam. Hasil lain dari penelitian ini adalah keuntungan petani pemilik sebesar Rp ,46 lebih besar dibandingkan petani penyewa yang hanya sebesar Rp ,85. Keuntungan yang diperoleh petani berlahan luas sebesar Rp ,71 lebih besar dibandingkan dengan petani berlahan sempit yang sebesar Rp ,30. Susanto (2004) melakukan penelitian tentang Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Padi Gogo Secara Tumpangsari dengan Jagung. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengukur tingkat pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani padi gogo secara tumpangsari dengan jagung. Hasil penelitian Susanto (2004) ini adalah total penerimaan petani dari nilai produksi tumpangsari padi gogo dengan jagung yaitu sebesar Rp ,00. Penerimaan ini meliputi penerimaan produksi padi gogo sebesar Rp ,00 dan jagung sebesar Rp ,00 dengan harga jual padi gogo dan jagung di daerah penelitian berturut-turut Rp ,00 per kilogram dan

33 Rp.450,00 per kilogram. Hasil dari analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) atas biaya tunai sebesar 2,92 dan R/C berdasarkan biaya total sebesar 1,09. Nilai ini menunjukkan usahatani tumpangsari padi gogo dan jagung layak diusahakan karena memiliki penerimaan yang lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan. Suroso (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Jagung dengan studi kasus di Desa Ukirsari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pendapatan usahatani berlahan sempit dan usahatani berlahan luas. Hasil penelitian menunjukkan nilai R/C rasio atas biaya total usahatani berlahan luas lebih besar dibandingkan usahatani berlahan sempit. Nilai R/C rasio atas biaya tunai usahatani berlahan luas adalah sebesar 3,08, sedangkan R/C rasio atas biaya tunai usahatani berlahan sempit adalah sebesar 2,57. Nilai R/C rasio atas biaya total usahatani berlahan luas adalah sebesar 2,24, sedangkan Nilai R/C rasio atas biaya total usahatani berlahan sempit adalah sebesar 1,58. Hal ini berarti bahwa usahatani jagung di daerah penelitian pada lahan luas lebih efisien dibandingkan pada lahan sempit. Hasil estimasi model fungsi menggunakan OLS dan analisis komponen utama menunjukkan bahwa lahan, benih, pupuk urea, pupuk ponska, pupuk kandang, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi jagung. Penelitian penelitian yang pernah dilakukan di atas belum ada yang mengukur bagaimana usahatani pada lahan sawah dan lahan tegalan. Oleh karena itu, penelitian ini menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi usahatani jagung, efisiensi faktor produksi dan penggunaan optimal

34 faktor-faktor produksi usahatani jagung, baik lahan sawah maupun lahan tegalan. Di samping itu, penelitian ini juga menganalisis pendapatan antara kedua lahan tersebut.

35 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Sumber daya yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa disebut sebagai faktor faktor produksi. Umumnya faktor faktor produksi terdiri dari alam atau lahan, tenaga kerja, dan modal. (Lipsey et al, 1995). Hubungan antara input (faktor faktor produksi) dengan output (barang dan jasa), para ekonom menggambarkan dengan menggunakan fungsi yang disebut fungsi produksi (Nicholson, 2002). Soekartawi (2003) mendefinisikan fungsi produksi sebagai suatu fungsi yang menggambarkan hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Fungsi produksi yang baik hendaknya dapat dipertanggungjawabkan, mempunyai dasar yang logis secara fisik maupun ekonomi, mudah dianalisis dan mempunyai implikasi ekonomi (Soekartawi, et al., 1986). Secara matematis fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut: Y = f (X 1, X 2, X 3, X n ) Keterangan: Y = output X 1,X 2,X 3..X n = input-input yang digunakan dalam proses produksi.

36 Y(output) = 0 = 1 I II III Produk Total (PT) > 1 0<<1 < 0 Input Produk Rata-Rata (PR) Produk Marjinal (PM) Gambar 1. Fungsi Produksi dan Tiga Daerah Produksi (Doll dan Orazem, 1984) X (input) Bentuk fungsi produksi dipengaruhi oleh Hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang (Law of Diminishing Returns) (Lipsey et al, 1995). Hukum ini menjelaskan bahwa jika faktor produksi variabel dengan jumlah tertentu ditambahkan terus menerus pada sejumlah faktor produksi tetap, akhirnya akan

37 dicapai suatu kondisi di mana setiap penambahan satu unit faktor produksi variabel akan menghasilkan tambahan produksi yang besarnya semakin berkurang. Menurut Doll dan Orazem (1984), suatu fungsi produksi dapat dibedakan menjadi tiga daerah produksi berdasarkan elastisitas produksi dari faktor produksi. Elastisitas produksi adalah persentase perubahan produk yang dihasilkan sebagai akibat dari persentase perubahan faktor produksi yang digunakan. Persamaan matematik dari elastisitas produksi adalah sebagai berikut : Elastisitas % δy δy / Y = = % δx δx / X δy X = δ X Y PM = PR Pada Gambar 1 dapat dilihat ketiga daerah tersebut yaitu elastisitas yang lebih besar dari satu ( > 1), elastisitas diantara nol dan satu (0<<1), dan elastisitas lebih kecil dari nol ( < 0). Daerah I mempunyai nilai elastisitas produksi lebih besar dari satu (Increasing Return to Scale). Kondisi ini dicapai saat kurva produksi marjinal berada di atas kurva produksi rata rata yang berarti bahwa setiap kenaikan faktor produksi sebesar satu persen akan menyebabkan kenaikan produksi lebih besar dari satu persen. Keuntungan maksimum masih belum tercapai karena produksi masih bisa diperbesar dengan cara pemakaian faktor produksi yang lebih banyak. Pada daerah I disebut daerah irrasional. Daerah II mempunyai nilai elastisitas produksi antara nol dan satu (Decreasing Return to Scale) yang berarti setiap kenaikan satu persen faktor produksi akan menyebabkan kenaikan produksi paling tinggi satu persen dan

38 paling rendah nol. Pada keadaan ini perusahaan bisa untung dan rugi sehingga perusahaan harus memilih atau menetapkan tingkat produksi yang tepat agar mencapai keuntungan maksimum. Oleh karena itu, daerah II disebut sebagai daerah rasional. Di sisi lain, nilai elastisitas produksi sama dengan satu terjadi saat produksi rata rata maksimum (PM=PR). Hal ini berarti setiap kenaikan satu persen faktor produksi akan menyebabkan kenaikan produksi sebesar satu persen. Kondisi ini disebut sebagai (Constant Return to Scale). Elastisitas produksi yang nilainya sama dengan nol dicapai saat produksi total mencapai maksimum atau saat produksi marjinal sama dengan nol. Daerah III mempunyai nilai elastisitas produksi lebih kecil dari nol. Kondisi ini dicapai saat produksi total menurun atau saat produksi marjinalnya negatif. Pada daerah ini, kenaikan satu persen faktor produksi akan menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan. Daerah ini disebut juga daerah irrasional Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Tingkat efisiensi dapat dilihat secara teknis dan ekonomis. Secara teknis dapat dicapai apabila untuk menghasilkan output dalam jumlah tertentu digunakan kombinasi input terkecil dalam satuan fisik, sedangkan secara ekonomis dapat dicapai apabila untuk menghasilkan output dalam jumlah tertentu digunakan biaya terendah (Lipsey et al., 1995). Menurut Doll dan Orazem (1984), untuk mencapai keuntungan maksimum diperlukan dua syarat, yaitu syarat keharusan (necessery condition) dan syarat kecukupan (sufficient condition). Syarat keharusan menunjukkan tingkat efisiensi

39 teknis yang harus dipenuhi, yaitu harus diketahui elastisitas produksi yang bisa diturunkan dari fungsi produksi. Sementara itu, syarat kecukupan menunjukkan efisiensi ekonomis. Efisiensi ekonomis dengan keuntungan maksimum tercapai apabila Nilai Produk Marjinal (NPM) akan sama dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) atau Rasio NPM dan BKM sama dengan satu. Menurut Doll dan Orazem (1984), keuntungan diperoleh dengan mengurangi penerimaan total dengan biaya total. Secara matematis ditulis sebagai berikut : Keterangan : = Keuntungan Y = Output Py = Harga output Xi = Input ke-i Px i = Harga input ke-i BTT = Biaya tetap total Keuntungan maksimum dapat dicapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan terhadap masing-masing faktor produksi sama dengan nol. sehingga Py. PMx i = Px i, di mana : Py. PMx i = Nilai Produk Marjinal xi (NPM xi) Px i = Harga faktor produksi atau Biaya Korbanan Marjinal xi (BKM xi) Apabila faktor produksi diasumsikan tidak dipengaruhi oleh jumlah pembelian faktor produksi, maka persamaanya dapat ditulis sebagai berikut : Jika faktor produksi yang digunakan lebih dari satu misalkan sampai n faktor produksi maka keuntungan maksimum dapat dicapai apabila :

40 Berdasarkan rumus syarat kecukupan, suatu faktor produksi dikatakan telah dialokasikan secara optimal apabila NPM yang dihasilkan sama dengan BKM faktor produksi. Apabila penggunaan input belum atau tidak optimal, maka dapat dicari dengan melihat persamaan produk marjinal yaitu : maka kombinasi input yang optimal dapat dicari dengan cara : NPMx i = Px i PMx i Py = Px i Keterangan : NPMx i Y Py X i Px i b i = Nilai Produk marjinal input ke-i = Ouput = Harga Output = Input ke-i = Harga input ke-i = Elastisitas faktor produksi ke-i Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian (Rivai, 1980). Sementara, ilmu usahatani sendiri adalah ilmu yang mempelajari hal ikhwal intern usahatani yang meliputi organisasi, operasi, pembiayaan dan penjualan, perihal usahatani itu sebagai unit atau satuan produksi dalam keseluruhan organisasi (Hernanto, 1996). Usahatani mempunyai empat unsur pokok yang saling berkaitan atau dengan istilah lain sebagai faktor-faktor produksi usahatani. Faktor faktor produksi tersebut yaitu alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang dilakukan seorang petani.

41 Sifat usaha dari usahatani pada mulanya hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi keluarga petani sendiri (subsisten). Namun demikian, sifat usaha dari usahatani lambat laun berubah menjadi bersifat komersial seiring semakin meningkatnya kebutuhan hidup. Sebagai kegiatan produksi, usahatani pada akhirnya akan memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang didapat untuk mengetahui keberhasilan usaha Pendapatan Usahatani Secara umum pendapatan merupakan hasil selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikorbankan. Usahatani juga menerapkan hal tersebut. Besar kecilnya pendapatan usahatani dapat digunakan untuk melihat keberhasilan kegiatan usahatani yang dilakukan. Untuk memperhitungkan pendapatan usahatani diperlukan informasi mengenai keadaan penerimaan dan pengeluaran yang diperhitungkan dalam jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut. Sementara itu, biaya atau pengeluaran usahatani adalah nilai penggunaan faktor-faktor produksi dalam melakukan proses produksi usahatani (Tjakrawilaksana, 1983). Menurut Hernanto (1996) ada empat pengelompokan biaya, yaitu biaya tetap, biaya variabel, biaya tunai dan biaya tidak tunai (biaya diperhitungkan). Biaya tetap atau fixed cost adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh perubahan jumlah produksi yang dihasilkan. Bentuk dari biaya tetap dapat berupa sewa lahan, pajak, bunga pinjaman. Biaya variabel atau variable cost besarnya akan

42 selalu berubah tergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan. Bentuk biaya yang termasuk dalam biaya variabel antara lain biaya pupuk, biaya pengadaan benih, biaya tenaga kerja, biaya obat-obatan pertanian. Biaya tunai adalah biaya yang secara langsung dikeluarkan oleh petani yang dapat berupa biaya tetap maupun biaya variabel. Contoh dari biaya tunai adalah pajak tanah, biaya benih, biaya pupuk, biaya tenaga kerja luar keluarga. Di lain pihak, biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran secara tidak tunai yang dikeluarkan petani. Biaya ini dapat termasuk biaya tetap dan biaya variabel. Contoh biaya diperhitungkan adalah sewa lahan milik sendiri dan biaya tenaga kerja dalam keluarga Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) Pendapatan yang besar bukanlah sebagai petunjuk bahwa usahatani tersebut efisien. Suatu usahatani dikatakan layak apabila memiliki tingkat efisiensi penerimaan yang diperoleh atas setiap biaya yang dikeluarkan hingga mencapai perbandingan tertentu (Soeharjo dan Patong, 1973). Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio) merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat pendapatan petani secara finansial. Analisis ini menunjukkan berapa besarnya penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Semakin besar nilai R/C ratio, maka menunjukkan semakin besarnya penerimaan usahatani yang diperoleh dibanding biaya yang dikeluarkan untuk produksi usahatani. Jika R/C ratio > 1, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari pada tambahan biaya atau secara

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996), III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.. Konsep Usahatani Menurut Bachtiar Rivai (980) yang dikutip oleh Hernanto (996), mengatakan bahwa usahatani merupakan sebuah organisasi dari alam,

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TEBU LAHAN KERING

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TEBU LAHAN KERING ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TEBU LAHAN KERING (Studi Kasus di Kecamatan Trangkil Wilayah Kerja PG Trangkil Kabupaten Pati-Jawa Tengah) Oleh : SRI SUCI PURBO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Menurut Warisno (2010) tanaman jagung termasuk dalam famili graminae, dengan sistematika (taksonomi) sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komoditas Jagung Manis

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komoditas Jagung Manis II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komoditas Jagung Manis Jagung sudah sejak lama diperkenalkan di Indonesia. Menurut Sarono et al. (2001) jagung telah diperkenalkan di Indonesia pada abad ke 16 oleh

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH. Oleh : EKO HENDRAWANTO A ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI CABANG USAHATANI CABAI MERAH Oleh : EKO HENDRAWANTO A14105535 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN EKO

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Produksi Produksi merupakan serangkaian proses dalam penggunaan berbagai input yang ada guna menghasilkan output tertentu. Produksi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) termasuk dalam keluarga Leguminoceae dan genus Arachis. Batangnya berbentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yang memberikan kontribusi sebesar 22,74 persen dibandingkan sektor-sektor lainnya, walaupun terjadi sedikit penurunan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang efisiensi dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi sehingga akan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa, adapun sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: VERRA ANGGREINI A

ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: VERRA ANGGREINI A ANALISIS USAHATANI PADI PESTISIDA DAN NON PESTISIDA DI DESA PURWASARI, KECAMATAN DARMAGA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh: VERRA ANGGREINI A14101021 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada malai dan bunga betina terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Empirik Komoditas Tomat Tanaman tomat merupakan salah satu komoditas yang potensial untuk di kembangkan. Tomat merupakan tanaman yang bisa dijumpai diseluruh dunia. Daerah

Lebih terperinci

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (IPPTP)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Budidaya Padi Konvensional Menurut Muhajir dan Nazaruddin (2003) Sistem budidaya padi secara konvensional di dahului dengan pengolahan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Peranan Kredit dalam Kegiatan Usahatani Ada dua sumber permodalan usaha yaitu modal dari dalam (modal sendiri) dan modal dari luar (pinjaman/kredit).

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN Bunyamin Z. dan N.N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jagung sebagian besar dihasilkan pada lahan kering dan lahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L)

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEPOK VARIETAS DEWA-DEWI (Averrhoa carambola L) Oleh : AKBAR ZAMANI A. 14105507 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) JAGUNG Penyusun Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Design By WAHYUDI H Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Petani Pendapatan yang diterima seorang petani dalam satu musim/satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang petani yang mengusahakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN Rosita Galib dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Abstrak.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Ade Epa Apriani 1, Soetoro 2, Muhamad Nurdin Yusuf 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani Tanaman Sorgum. Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani Tanaman Sorgum. Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Sorgum Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk ke dalam : Kingdom : Plantae Divisi Class Ordo Family Genus : Magnoliophyta : Liliopsida

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Taksonomi tanaman

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,

Lebih terperinci

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT

PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT PERANAN PESANTREN AL ZAYTUN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN GANTAR, KABUPATEN INDRAMAYU, JAWA BARAT OLEH: ARYANI PRAMESTI A 14301019 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI. Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK GORENG TERHADAP USAHA PENGGORENGAN KERUPUK DI KOTA BEKASI Oleh : ANGGUN WAHYUNINGSIH A14103125 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah Secara garis besar kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan menjalar. Kacang tanah tipe tegak percabangannya lurus atau sedikit miring ke atas.

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian (serealia). Tanaman jagung tidak membutuhkan persyaratan khusus untuk tumbuh. Iklim yang dikehendaki

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L) termasuk dalam keluarga rumput rumputan. tanaman jagung (Zea mays L) dalam sistematika ( Taksonomi ) tumbuhan, kedudukan tanaman

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI ANDRI JUSTIANUS SIMATUPANG NPM ABSTRAK Mentimun merupakan sayuran yang banyak digemari

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

Peluang Investasi Agribisnis Jagung

Peluang Investasi Agribisnis Jagung Halaman1 Peluang Investasi Agribisnis Jagung Jagung termasuk tanaman yang Familiar bagi sebagian masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak beredar jenis jagung. Untuk lebih mengenal

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Nanas berasal dari Brazilia (Amerika Selatan) yang telah didomestikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kopi Robusta Kedudukan tanaman kopi dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU 30 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU (Manihot esculenta) DI DESA PUNGGELAN KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA Supriyatno 1), Pujiharto 2), dan Sulistyani

Lebih terperinci

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C. KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA TALAS DENGAN SISTEM MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI Danty Rinjani Aristanti Permadi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dantybanana91@gmail.com Suyudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI

PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PENGARUH STATUS DAN LUAS LAHAN USAHATANI KENTANG (Solanum tuberosum L.) TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI (Kasus: Desa Argalingga, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat) OLEH:

Lebih terperinci