RUU KU SAYANG, RUU KU MALANG: PENGKHIANATAN TERHADAP HAK KESEHATAN RAKYAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RUU KU SAYANG, RUU KU MALANG: PENGKHIANATAN TERHADAP HAK KESEHATAN RAKYAT"

Transkripsi

1 EDISI I, JANUARI 2012 JURNAL BULANAN RUU KU SAYANG, RUU KU MALANG: PENGKHIANATAN TERHADAP HAK KESEHATAN RAKYAT Rabu, 14 Desember 2012 Ketua B a d a n Legislasi (Baleg) DPR RI, Ignatius Mulyono mengetuk palu menolak RUU Pengendalian Dampak Produk Tembakau terhadap Kesehatan (PDPTK) dimasukkan ke dalam prolegnas Sungguh miris, RUU yang telah disusun sejak tahun 2005 dan masuk dalam Prolegnas serta masuk dalam Prolegnas tahun 2009, 2010 dan 2011 yang sejatinya melindungi kesehatan rakyat, melindungi orang miskin dari eksploitasi adiktif rokok serta mencegah anak anak, remaja, generasi muda dan perempuan dari kecanduan adiktif rokok, justru ditolak dan dibantah habis habisan oleh para anggota Baleg dan dikeluarkan dari PROLEGNAS DPR khianat sebagai wakil rakyat, abai terhadap perlindungan masyarakat dari bahaya rokok, ternyata DPR lebih berpihak kepada industri rokok, yang bisnisnya meninggalkan penyakit kepada masyarakat Indonesia, sedangkan keuntungannya mereka bawa ke luar negeri. Karena sebagian besar industri dan market share rokok di Indonesia di kuasai oleh perusahaan asing. Pada saat rapat penyusunan prolegnas 2012 hanya dua fraksi yang mendukung RUU tersebut masuk kembali ke dalam prolegnas 2012, yaitu Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) dan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (F-PPP), yang lainnya menolak, bahkan F-PDIP terang terangan mengintervensi ketua Baleg. Ketua Panja Prolegnas 2012, Ida Fauziyah dari FKB, ditempat terpisah mengatakan, saya sudah all out mas, Anda bisa lihat sendiri kan, bagaimana mereka menolak mati matian, usulan perubahan judul RUU dari kaukus kesehatan juga ditolak semuanya. Hal senada juga dikatakan Arif Minardi, dari Fraksi PKS, susah mas, saya juga sudah memperjuangkan, namun kita kalah banyak dengan fraksi lain, hanya FPPP dan Ibu Ida Fauziyah yang mendukung, Kata Arif Minardi. Ditempat terpisah pendapat senada juga disampaikan oleh anggota Baleg dari Fraksi Golkar Tetty Kadi Bawono RUU ini semenjak pembahasan juga sudah diputar putar, jadi tidak heran, kata Tetty. Tekanan untuk mengeluarkan RUU ini dari PROLEGNAS 2012 tidak hanya dilakukan oleh anggota Baleg. Tetapi intervensi dari luar untuk mempengaruhi Baleg untuk menolak RUU PDPTK juga sangat kuat sekali. Pada hari yang sama, pada pukul WIB Baleg menerima Anggota DPRD Temanggung, DPRD Pamekasan dan DPRD Kota Semarang, pertemuan itu diterima langsung ketua Baleg DPR RI Ignatius Mulyono, mereka menolak RUU PDPTK dimasukkan ke dalam prolegnas 2012, kalau seandainya RUU ini masuk mereka menginginkan referendum. Yang tidak kalah menghebohkan pada saat itu pertemuan berlangsung hampir semua anggota DPRD daerah tersebut merokok, sudah pasti ruangan sidang penuh dengan kepulan asap. Sungguh pemandangan yang sangat mengerikan dengan wajah yang beringas. Baleg DPR RI tunduk dan pasrah menuruti kemauan parlemen jalanan. Kondisi ini mengingatkan kita pada kasus penghilangan paksa Pasal 113 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakakan bahwa rokok adalah zat adiktif dimana penghilangannya melibatkan anggota DPR dan penyidikan kasusnya dihentikan oleh Kepolisian. Ada apa dengan bangsa ini? ASB/HC PERJALAN RUU PDPTK Februari 2007, Dr. 2005, RUU PDPTK di susun Awal 2006, Dr. Hakim S. Pohan Sp.OG berhasil mendapatkan tanda tangan dukungan dari 204 anggota DPR RI Februari 2006, naskah RUU beserta daftar tanda tangan dukungan diajukan kepada Baleg 2006, Dr. Hakim S. Pohan Sp.OG 4 kali mengirim surat ke Baleg menanyakan RUU PDPTK Hakim S. Pohan Sp.OG diberi kesempatan untuk mempresentasikan urgensi RUU PDPTK di Baleg DPR RI Desember 2011, RUU PDPTK dikeluarkan dari Prolegnas , RUU PDPTK masuk prolegnas 2011, tetapi lobby Industri Rokok semakin kencang melalui jaringannya yaitu Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia semakin merangsek masuk ke Baleg 2010, RUU PDPTK masuk prolegnas 2010, dan langsung dipegang oleh Baleg, padahal RUU tersebut dilihat dari judul adalah domain Komisi IX (Kesehatan) 2009, RUU PDPTK di Harmonisasi oleh Baleg di ujung masa jabatan DPR periode , advokasi terus dilakukan baik ke Komisi IX, Baleg dan Ke Ketua DPR RI dan akhirnya RUU PDPTK masuk Prolegnas 2009

2 DARI REDAKSI REDAKSI: PENANGGUNGJAWAB: Lisda Sundari PIMPINAN REDAKSI: Hery Chariansyah REDAKTUR PELAKSANA: Rara Peni Asih, Andhika, Fadila febrianty, Indryarko EH SEKRETARIS REDAKSI: Safriani Aceh KONTRIBUTOR DAERAH: Aliansi Total Ban: Sumatera Utara Jawa Tengah Jawa Timur Bali Sulawesi Tengah Diterbitkan oleh ALIANSI TOTAL BAN Jl. TB. Simatupang No.33 Pasar Rebo Jakarta Timur ALIANSI TOTAL BAN??? Total Ban adalah pengertian dari pelarangan menyeluruh iklan, promosi dan sponsor rokok. Aliansi Total Ban adalah jaringan masyarakat yang bersifat kemitraan yang menjadi wadah bagi pergerakan dan perjuangan masyarakat sipil dalam upaya perlindungan anak dari zat adiktif rokok. Pergerakannya berlandaskan semangat dan prinsip-prinsip normatif hak anak dan hak asasi manusia serta prisnsip-prisnsip normatif pengendalian tembakau,. Aliansi total Ban bertujuan melakukan upaya advokasi pelarangan menyeluruh iklan, prosmosi dan sponsor rokok yang dilakukan secara sistematis dan terkoordinasi sebagai upaya perlindungan anak dari dampak bahaya zat adiktif rokok. Aliasi Total Ban dibentuk pada tanggal 31 Oktober 2008 melalui workshop pembentukan aliansi di Hotel Bumi Wiyata Depok. Pembentukan Aliansi Total Ban ditandai dengan penandatanganan Kesepakatan Bersama Aliansi Total Ban oleh perwakilanperwakilan lembaga yang hadir. Aliansi Total Ban ini terdiri dari Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi Masyarakat, Organisasi Pelajar, Organisasi Mahasiswa, Organisasi Pemuda dan Organisasi Profesi dan personal. Saat ini Aliansi Total Ban didukung oleh 253 organisasi yang tersebar di Jakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Bali. Dan secara koordinatif Aliansi Total Ban dibagi menjadi Aliansi Total Ban Nasional dan Aliansi Total Ban daerah. Disepanjang perjalanan pergerakannya, Aliansi Total Ban tetap menerima personal dan organisasi lain untuk masuk dan terlibat di dalam aliansi. REFERENSI FILM DOKUMENTER SEX, LIES AND CIGARATTES Tayangan video dari kantor berita Vanguard.com yang berjudul Seks, Lies and Cigarattes secara gamblang menunjukkan bagaimana agresifnya industri rokok menyasar dan menjerat anak -anak muda Indonesia untuk menjadi perokok. Film dokumenter ini dibuat oleh koresponden Christof Putzel ketika pada tahun 2010 silam ia meliput Konferensi Dunia Untuk Tembakau. Film ini menjadi salah satu episode dari serial dokumenter Vanguard season 5 yang ditayangkan oleh Current TV. Dalam film ini diceritakan bagaimana penelusuran Putzel hingga harus menyusup di Konferensi Tembakau Dunia 2010 di Indonesia dan melakukan pembicaraan dengan karyawan perusahaan tembakau. Selain itu di film ini juga dipaparkan sejumlah fakta bagaimana penetrasi yang dilakukan oleh industri dan bisnis rokok raksasa kepada masyarakat dan anak-anak Indonesia. Digambarkan bagaimana agresifnya Industri rokok menyasar anak muda Indonesia. Harga rokok yang murah di indonesia sangat terjangkau oleh anakanak sekolah. Dalam film ini Christof Putzel membuktikannya dengan mendatangi beberapa sekolah di Jakarta dan Kota lain, dan terbukti saat istirahat atau pulang sekolah anak-anak itu membeli rokok layaknya seperti membeli jajanan. Bombardir iklan luar ruang, televisi raksasa yang mempromosikan rokok di ruang publik tak henti-henti menyodorkan kenikmatan merokok bagi kaum muda. Terlihat sekali dalam film ini bahwa Indonesia adalah surga Indutri Rokok. Di banyak negara, iklan rokok dalam format apapun dilarang, tetapi di Indonesia, Industri Rokok dengan leluasa dan gencar mempromosikan bahwa citra rokok itu keren, cool dan penuh tantangan khas anak muda melalui iklan, promosi dan sponsor rokok. Masli, mantan ahli strategi periklanan di Philip Morris Indonesia dalam film ini mengakui memang agresivitas industri rokok menyasar anak muda sebagai jaminan pasar di masa depan. Logikanya, dengan berinvestasi pada anak muda, maka konsumen yang setia akan selalu mengalami regenerasi. Dalam film ini, Anne Edwards juru bicara Philip Morris International membantah bahwa strategi pemasarannya ditujukan pada anak-anak dan menyatakan bahwa konser yang mereka danai di tujukan untuk orang dewasa.sungguh realita yang terbalik dengan kenyataan dilapangan. Dengan banyaknya fakta plus realitas yang terungkap mengenai invasi Industri Rokok di Indonesia, tidak heran bila film yang sudah di publish di Yotube ini, ( sudah di lihat orang. Tak heran bila film ini menjadi perhatian tweeps di Indonesia dan menjadi salah satu daftar penghuni trending topic di Twitter siang (Rabu, 25 Januari 2012) ini. Film ini wajib di tonton oleh masyarakat dan pemerintah indonesia. Karena film ini menyampaikan kebenaran tentang penjajahan, penghisapan dan pembunuhan yang dilakukan Industri Rokok kepada bangsa dan rakyat Indonesia. Bangkit menatap dan melawan terhadap setiap bentuk penindasan karena sejatinya tidak diajarkan bagi kita untuk duduk, diam dan tertunduk dalam penindasan. HC Page 2 I EDISI 1, JANUARI 2012

3 RAGAM PASAL BANCI UU PENYIARAN UU No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran adalah Undang Undang yang melakukan pengaturan tentang iklan rokok di media penyiaran yaitu televisi dan radio. Pengaturan ini tercantum dalam pasal 46 ayat (3) yang bunyinya Siaran iklan niaga dilarang melakukan: a.. ; b. Promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif; (c) Promosi rokok yang memperagakan wujud rokok; d... ; e...; Pasal yang seyogyanya mengatur, menjadi Pasal yang menjustifikasi keberadaan SEKDA SUMATERA UTARA HIMBAU KABUPATEN KOTA BUAT KEBIJAKAN KTR Sekretaris Daerah (Sekda) provinsi Sumatera Utara Nurdin Lubis menghimbau agar Walikota dan Bupati di Sumatera Utara membuat kawasan tanpa rokok. Pernyataan ini disampaikan saat menerima audiensi Pusaka Indonesia, Aliansi Total Ban Sumatera Utara, SaHDAr, AJI Medan, Dr. Juanita dan ir. Mutia yang tergabung Tim Perencanaan Pergub KTR di kantor Gubernur Sumatera Utara, Rabu, 25 Januari Dalam kesempatan ini, Tim Perencanaan Pergub KTR menyampaikan tentang rencana masyarakat untuk mendorong Provinsi Sumatera Utara membuat regulasi KTR. Sekda yang didampingi Kepala Biro Hukum Provinsi Sumatera Utara Jalil, SH menyampaikan bahwa pi- iklan, promosi dan sponsor rokok di media penyiaran. Permasalahannya, pengaturan iklan rokok pada pasal 46 ayat (3) UU No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran ini sangat banci bahkan kontradiktif antara huruf (b) dan (c) Rokok adalah zat yang bersifat adiktif yang masuk dalam kategori dilarang dipromosikan berdasarkan pasal 46 ayat (3) huruf b, akan tetapi dalam huruf c rokok boleh diklankan sepanjang tidak memperagakan wujud rokok. Pasal ini menimbulkan ketidakpastian hukum dan haknya saat ini sedang menyiapkan Rancangan Peraturan Gubernur tentang Kawasan tanpa Rokok tetapi hanya untuk kantor-kantor pemerintahan di wilayah Sumatera Utara. Edi Ikhsan sebagai koordinator program percepatan regulasi KTR di Sumatera Utara berharap agar agenda masyarakat ini dapat disenergikan dengan pemerintah, diskriminasi pengaturan zat adiktif. Karena melihat redaksi pasal 46 ayat (3) huruf c, promosi rokok yang dilarang adalah yang memperagakan wujud rokok, sehingga sifat adiktif rokok seakan-akan hilang karena promosinya tidak memperagakan wujud rokok. Logika yang tidak masuk akal Sesungguhnya pasal ini menunjukkan betapa gamangnya pelaksana Negara melakukan pelarangan iklan rokok dan kuatnya intervensi industry rokok dalam pembuatan kebijakan yang terkait bisnisnya. HC KABAR DAERAH mengingat urgensi kebutuhan masyarakat untuk hidup sehat terhindar dari asap rokok. Edi Ikhsan juga meminta sebagai langkah awal Propinsi Sumatera Utara juga dapat mendorong disahkannya Perda KTR bagi kabupaten Kota yang sudah dinyatakan sebagai Kota Layak Anak. Pusaka KONSOLIDASI ANAK INDONESIA 13 orang anak Indonesia melakukan pertemuan konsolidasi di kantor Komisi Nasional Perlindungan Anak untuk membahas upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong adanya perlindungan anak dari zat adiktif rokok sebagai implementasi Suara Anak Indonesia hasil Kongres Anak Indonesia. Pertemuan yang dilakukan pada 15 Januari 2012 ini dihadiri oleh anakanak peserta Kongres Anak Indonesia yang berada di Jakarta, Bogor Depok, Tanggerang, Bekasi dan Bandung serta anak-anak Indonesia yang memiliki kepedulian terhadap permasalahan perlindungan anak dari zat adiktif rokok. Pertemuan yang di fasilitasi oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak ini membahas tentang perkembangan Suara Anak Indoensia khususnya poin perlindungan anak dari zat adiktif rokok dari tahun serta permasalahan dan kondisi terkini anak yang terpapar zat adiktif rokok. Dalam pertemuan ini, anak anak sepakat untuk membangun Jaringan Anak Indoensia yang akan melakukan kegiatan-kegiatan yang akan membantu percepatan lahirnya perlindungan anak dari zat adiktif rokok sebagai bagian dari implementasi hak partisipasi anak. Untuk menguatkan dan merealisasikan semangat ini, anak-anak sepakat untuk mengadakan pertemuan besar yang mengundang jaringan anak yang lebih luas lagi pada februari Pertemuan ini dimaksukan sebagai media membangun jaringan anak, peningkatan kapasitas terhadap isuisu perlindungan anak dari zat adiktif dan penyusunan rencana kerja jaringan anak. HC Page 3 I EDISI 1, JANUARI 2012

4 SOSOK Dr. Hakim Sorimuda Pohan KESEHATAN Bagi Seluruh Rakyat Indonesia K esehatan adalah hak konstitusional rakyat Indonesia. Bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia yang merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang Dasar Setiap upaya memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tinginya dilaksanakan dengan prinsip non diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumberdaya manusia Indonesia serta meningkatkan ketahanan dan daya saing bangsa. Sehingga setiap upaya pembangunan nasional haruslah dilandasi wawasan kesehatan dan pembangunan sumber daya insani yang prima. Berapapun hitungan income perkapita, kalau kualitas kesehatan sebagian besar rakyatnya rendah, niscaya akan menjadi beban Negara. Oleh karena itu, setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat tentu akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi Negara. Sekilas adalah pandangan politik dan ekonomi kesehatan seorang dokter yang juga merupakan aktivis yang sangat vocal memperjuangkan hak kesehatan rakyat, yaitu Bapak Dr. Hakim Sorimuda Pohan Sp.OG. Beliau lahir di Tapanuli Selatan, 3 September Beliau aktif dalam pergerakan memperjuangkan hak-hak rakyat khususnya hak kesehatan rakyat sejak duduk di bangku kuliah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Tercatat beliau pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa FKUI periode Setelah menyelesaikan pendidikannya, Dr. Hakim (beliau biasa disapa) tidak hanya menjalankan fungsi akademis menjadi dokter, beliau juga masih aktif berorganisasi, bahkan tercatat, pernah menjadi Ketua ICMI Orwil Sumatera Selatan periode Dalam perjalan karier politiknya, Dr. Hakim pernah menjadi Anggota DPR RI dan pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat MPR RI Dalam langkahnya sebagai anggota dewan, untuk mewujudkan mimpinya tentang kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa diskriminasi dan berkelanjutan, Dr. Hakim bersama Anggota Dewan dari Komisi IX mempelopori dan memperjuangkan adanya Rancangan Undang Undang Pengendalian Dampak Produk Tembakau Terhadap Kesehatan (RUU PDPTK). RUU ini sejak awal memang mendapat penolakan keras dari beberapa anggota DPR saat itu, dalam proses memperjuangkan RUU PDPTK, Dr. Hakim mengumpulkan dukungan dan dukungan tanda tangan 259 anggota dari 550 Anggota DPR RI. Setelah memperoleh dukungan, Dr. Hakim memperjuangkan RUU tersebut masuk dalam Prolegnas. Dalam upaya ini beliau bolak balik berkirim surat ke Baleg DPR RI dan mepresentasikan Urgensi RUU PDPTK di hadapan Anggota Baleg DPR RI. Perjuangan ini membuahkan hasil RUU PDPTK masuk dalam Prolegnas serta masuk dalam Prolegnas tahun 2009, 2010 dan Setelah tidak lagi menjabat sebagai Anggota Dewan, Dr. Hakim juga terus memperjuangkan lahirnya RUU PDPTK. Beliau, melakukan lobi-lobi dengan Baleg DPR RI, Komisi IX dan Pimpinan DPR RI periode Beliau juga aktif dalam kerja-kerja advokasi pengendalian tembakau di Indonesia. Pada tahun 2011, Industri rokok melalui kelompokkelompoknya sangat agresif masuk ke DPR RI untuk menolak RUU PDPTK. Dan akhirnya Desember 2011 Baleg DPR RI tidak lagi masuk RUU PDPTK dalam Prolegnas Melihat perjuangan ini, sesungguhnya dibutuhkan anggota DPR RI yang yang tak gentar menghadapi kelompok kontra demi memperjuangkan hak kesehatan rakyat, seperti Dr. Hakim Sorimuda Pohan, Sp.OG. HC BIODATA Nama : Dr. Hakim Sorimuda Pohan, Sp.OG Lahir : Tapanuli Selatan, 3 September 1942 J. Kelamin : Laki-Laki Agama : Islam Riwayat Pekerjaan Anggota DPR RI Periode Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat MPR-RI Organisasi Riwayat Organisasi Ketua Senat Mahasiswa FKM UI Ketua ICMI Orwil Sumsel Page 6 I EDISI 1, JANUARI 2012

5 OPINI NEGARA ABAI LINDUNGI ANAK DARI ZAT ADIKTIF ROKOK P ermasalahan merokok pada anak sudah mencapai pada taraf yang sangat memprihatinkan. 70% perokok mulai merokok pada usia remaja sebelum usianya mencapai 19 tahun (Susenas 2004). Sementara itu Global Youth Tobacco Survey menunjukkan peningkatan prevalensi perokok remaja tahun selama kurun 3 tahun naik lebih dari 1 ½ kali lipat yaitu dari 12,6% tahun 2006 menjadi 20,3% tahun 2009: laki-laki dari 24% menjadi 41% dan perempuan dari 2.3% menjadi 3,5% pada periode sama. Padahal rokok adalah zat adiktif yang mengandung 7000 bahan kimia, 70 diantaranya bersifat karsinogenik (Surgeon General, USA.2010)dan menurut WHO Report on The Global Tobacco Epidemic merokok merupakan penyebab kematian yang utama terhadap 7 dari 8 penyebab kematian terbesar di dunia. Secara rinci Susenas 2001, 2004 dan Riskesdas 2007, 2010 memberikan gambaran tren perokok pemula remaja usia naik hampir 2x lipat dalam waktu kurang dari 10 tahun. sementara kelompok usia tahun naik dari 58,9% tahun 2001 menjadi 63,7% tahun Negara abai melindungi anak-anak dari bahaya adiktif rokok. Meningkatnya prevalensi merokok anak ini disebabkan tidak adanya proteksi yang jelas dalam melindungi anak-anak dari paparan adiktif rokok dan Negara membiarkan kondisi dimana akses anak terhadap rokok begitu mudah, rokok dapat dibeli dimana saja, oleh siapa saja dan orang boleh merokok dimana saja bahkan rokok dijual dengan harga yang sangat minimalis dan boleh dijual batangan. Hery Chariansyah Kordinator Nasional Aliansi Total Ban Serta masifnya iklan, promosi dan sponsor rokok yang jelas-jelas merupakan bagian dari strategi Industri Rokok untuk menyasar anak-anak menjadi perokok juga di bolehkan. HUKUM YANG TERTULIS Perlindungan anak dari zat adiktif rokok juga merupakan bagian dari hak konstitusional anak untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang dengan baik seperti yang dijamin oleh UUD 1945 Pasal 28 B Ayat (2). Undang Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 59 dan Pasal 67 juga dengan sangat jelas menyatakan bahwa anak yang menjadi korban zat adiktif dikategorikan sebagai anak yang membutuhkan perlindungan khusus (child ini need special protection) dan pemerintah wajib bertanggung jawab memberikan perlindungan khusus melalui upaya pengawasan, pencegahan, perawatan dan rehabilitasi kepada anak korban adiktif. Karena Undang Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 113 ayat (2) secara tegas menyatakan bahwa produk tembakau padat, cair dan gas bersifat adiktif. Selain itu, rokok adalah produk berbahaya yang di kenakan cukai seperti yang diatur oleh Undang Undang No.39 Tahun 2007 Tentang Perubahan atas UU No 11 Tahun 1995 tentang CUKAI pada Pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa barang-barang yang dikenai cukai memiliki sifat atau karakteristik: a)konsumsinya perlu dikendalikan; b) peredarannya perlu diawasi; c) pemakaiannya berdampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup dan d) pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara untuk keadilan dan keseimbangan. KESIMPULAN Ketentuan hukum ini sudah sangat jelas menunjukkan rokok adalah produk yang berbahaya dan Negara wajib memberikan jaminan dan perlindungan bagi anak-anak dari zat adiktif rokok, sehingga tidak ada alasan lagi bagi pemerintah dan DPR-RI untuk tidak melakukan langkah-langkah kebijakan perlindungan anak dari bahaya adiktif rokok, dengan melakukan pelarangan menyeluruh iklan dan promosi rokok, peringatan kesehatan bergambar di bungkus rokok, menaikkan harga rokok dan pelarang penjualan rokok secara batangan. Dan apabila Negara tidak melakukan langkah kebijakan tersebut, maka dapat disebut Negara telah inkonstitusional karena mengabaikan hak konstitusional anak untuk hidup tumbuh dan berkembang dengan baik seperti yang dijamin oleh Undang Undang Dasar Page 5 I EDISI 1, JANUARI 2012

6 Indonesia sebagai tuan rumah Sea Games 2011 berkomitmen untuk Smoke Free Sea Games yaitu Sea Games tanpa asap, iklan, promosi dan sponsor rokok sama seperti penyelenggaraan sebelumnya di Laos 2009, Thailand 2007, Philipina 2005 dan Vitenam Bahkan INASOC sebagai panitia penyelenggara Sea Games telah membatalkan keterlibatan sponsor dari perusahaan rokok pada Sea Games Kota tempat penyelenggaraan Sea Games 2011 yaitu Jakarta dan Palembang juga Kota yang telah memiliki Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok. Oleh karena itu semua tempat pertandingan harus bebas dari asap rokok. Untuk mendukung keputusan ini, Komisi Nasional Perlindungan Anak bersama Tobacco Control Support Center (TCSC), Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI), Klub Jantung Remaja/Komnas Pengendalian Tembakau dan Forum Warga Kota Jakarta dengan melibatkan 40 orang relawan melakukan monitoring pelaksanaan Smoke Free Sea Games Monitoring dilakukan secara intensif di delapan tempat pertandingan dan secara acak di tempat pertandingan lainnya. Sebelum bertugas Tim monitoring mendapatkan pembekalan dan pendampingan dari Komnas Perlindungan Anak tentang mekanisme, dokumentasi hasil serta evaluasi monitoringi dan koordinasi dengan panitia dan pengelola tempat pertandingan. LAPORAN MONITORING SMOKE FREE SEA GAMES 2011 Sasaran monitoring adalah (1) orang yang merokok di tempat pertandingan, (2) kegitan promosi dan penjualan rokok ditempat pertandingan, (3) iklan, promosi dan sponsor rokok pada penyelenggaraan sea games 2011, (4) adanya penandaan dilarang merokok dan kawasan dilarang merokok di tempat pertandingan, (5) adanya pengumuman / announcement dilarang merokok. Dari hasil monitoring yang dilakukan sejak tanggal Nevember 2011ditemukan fakta bahwa: 1. Hampir disemua tempat pertandingan ditemukan orang merokok baik penonton, petugas (Panitia, Satpol PP, Polisi), pelatih juga atlet, bahkan diruangan yang ber-ac juga ditemukan orang yang merokok. 2. Penjualan rokok di temukan di Gelora Bung Karno saat pertandingan sepak bola berlangsung. Para pedagang rokok asongan bahkan berbaur dengan penonton yang merokok. 3. Sepanjang Sea Games berlangsung tidak ditemukan iklan, promosi dan sponsor rokok yang dilakukan secara terang-terangan seperti billboard, spanduk atau bentuk lainnya. Tetapi ditemukan beberapa praktik licik yang memanfaatkan moment seperti pem- MONITORING & KTR bagian gratis Jurnal Tenis Meja dengan dibagian b e - lakangnya satu halaman penuh memuat iklan rokok Surya Pro Mild dan penyangan iklan serta promosi Bea Siswa Djarum dan Djarum Super Soccer pada siaran langsung pertandinga sepak bola dan badminton. 4. Secara umum penandaan Dilarang Merokok dan Kawasan Dilarang Merokok sudah ada disemua tempat pertandingan tetapi dengan jumlah yang sedikit. 5. Pengumuman yang disampaikan panitia kepada penonton melalui pengeras suara tentang larangan merokok hanya ditemukan pada pertandingan sepak bola di Stadion Lebak Bulus dan pertandingan basket di Sport Mall Kelapa Gading. Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Industri rokok tetap melakukan upaya memanfaatkan event Sea Games 2011 dalam promosi dan iklan produknya 2. Minimnya penandaan dan penginformasian kawasan tanpa rokok 3. Penonton dan petugas belum dapat mematuhi kawasan tanpa rokok. Tim Monitoring Sea Games 2011 KDM TAK PENGARUHI BISNIS HOTEL DAN RESTORAN akta menunjukkan bahwa konsumen justru mendukung kebijakan F Kawasan Dilarang Merokok (KDM) di hotel dan restoran. Fakta ini terlihat dari riset yang dilakukan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tentang tingkat loyalitas kunjungan konsumen terhadap implementasi KDM di hotel dan restoran di DKI Jakarta. Dalam survey ini 50% responden mengaku terganggu dan 28% mengaku sangat terganggu kenyamanannya dengan asap rokok orang lain. Hasil survey juga menunjukkan bahwa 94% responden menyatakan tetap mengunjungi hotel dan restoran kendati dilakukan penerapan KDM secara ketat. Bahkan 66% responden setuju dan 14% responden sangat setuju jika pelanggaran terhadap KDM di hotel dan restoran dikenakan sanksi. Dengan Fakta konsumen seperti ini, pelaku usaha hotel dan restoran tak perlu lagi gamang dalam menerapkan KDM dan memberikan sanksi kepada pelanggar, jelas Tulus Abadi pengurus harian YLKI. Data dibanyak Negara, justru penerapan KDM memberikan nilai tambah yang signifikan bagi komoditas bisnisnya. YLKI Page 6 I EDISI 1, JANUARI 2012

Laporan Monitoring. Smoke Free Sea Games 2011

Laporan Monitoring. Smoke Free Sea Games 2011 Laporan Monitoring Smoke Free Sea Games 2011 Pendahuluan Smoke Free Sea Games sudah merupakan tradisi penyelenggaraan Sea Games sebelumnya, di Laos tahun 2009, Thailand tahun 2007, Philipina tahun 2005

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu masalah kesehatan kompleks yang terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco Control Support Center

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu, BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsure kesejahteraan yang harus diwujudkan bagi segenap bangsa Indonesia sesuai dengan

Lebih terperinci

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi rokok merupakan salah satu epidemi terbesar dari berbagai masalah kesehatan masyarakat di dunia yang pernah dihadapi, membunuh sekitar 6 juta orang setiap tahunnya.

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak asasi manusia

Lebih terperinci

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya. Merokok itu sendiri adalah

Lebih terperinci

LEGISLASI TERKAIT PENGENDALIAN TEMBAKAU DI INDONESIA. Dr. Hakim Sorimuda Pohan, SpOG Indonesian National Commission on Tobacco Control

LEGISLASI TERKAIT PENGENDALIAN TEMBAKAU DI INDONESIA. Dr. Hakim Sorimuda Pohan, SpOG Indonesian National Commission on Tobacco Control LEGISLASI TERKAIT PENGENDALIAN TEMBAKAU DI INDONESIA Dr. Hakim Sorimuda Pohan, SpOG Indonesian National Commission on Tobacco Control KEBIJAKAN PENGENDALIAN TEMBAKAU DI INDONESIA UU No. 23/2002 tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Jumlah perokok dari tahun ketahun mengalami peningkatan, baik laki-laki, perempuan. Usia perokok juga bervariasi dari yang dewasa sampai remaja bahkan anak dibawah umur.

Lebih terperinci

Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia. Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia. Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Masalah Merokok di Indonesia Situasi Terkini Penyakit Terkait Rokok di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular dan penyakit tidak menular masih memiliki angka prevalensi yang harus diperhitungkan. Beban ganda kesehatan menjadi permasalahan kesehatan bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan terjadinya 25 penyakit di tubuh manusia. Analisa mendalam tentang aspek sosio ekonomi dari bahaya merokok

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT KOORDINASI BADAN LEGISLASI DENGAN PIMPINAN KOMISI DAN PIMPINAN PANSUS DPR RI DALAM RANGKA EVALUASI PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2017 DAN

Lebih terperinci

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang sangat lazim dilakukan orang dan sudah meluas di masyarakat. Meskipun hampir semua orang telah paham mengenai resiko

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2020 penyakit yang berkaitan dengan tembakau/rokok akan menjadi masalah kesehatan utama terbesar dan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini banyak masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah serta masyarakat umum. Salah satu masalah yang sangat umum sekarang adalah meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan rokok di Indonesia sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan faktor resiko utama berbagai penyakit tidak menular, bahkan sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. Merokok

Lebih terperinci

SURVEI PROMOSI HARGA ROKOK DI 10 KOTA

SURVEI PROMOSI HARGA ROKOK DI 10 KOTA SURVEI PROMOSI HARGA ROKOK DI 10 KOTA PENDAHULUAN Prevalensi perokok anak di Indonesia menunjukan kecenderungan yang terus meningkat. 75,7% perokok mulai merokok sebelum usia 19 tahun, jumlahnya mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok telah lama dikenal oleh masyakarat Indonesia dan dunia dan jumlah perokok semakin terus bertambah dari waktu ke waktu. The Tobacco Atlas 2009 mencatat,

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis rapat Hari/tanggal P u k u l T e m p a t A c a r a Ketua Rapat Sekretaris Hadir LAPORAN SINGKAT RAPAT KOORDINASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan dengan upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan nasional merupakan usaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah triple burden diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai dengan masih sering

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 81/PUU-XV/2017 Larangan Iklan Rokok

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 81/PUU-XV/2017 Larangan Iklan Rokok RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 81/PUU-XV/2017 Larangan Iklan Rokok I. PEMOHON 1. Pemuda Muhammadiyah, diwakili oleh Dahnil Anzar Simanjuntak dalam kedudukannya sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda

Lebih terperinci

Pengaruh Iklan, Promosi, dan Sponsorship Rokok dan Regulasinya. The 4 th Indonesian Conference Tobacco or Health Mei 2017

Pengaruh Iklan, Promosi, dan Sponsorship Rokok dan Regulasinya. The 4 th Indonesian Conference Tobacco or Health Mei 2017 Pengaruh Iklan, Promosi, dan Sponsorship Rokok dan Regulasinya The 4 th Indonesian Conference Tobacco or Health 2017 16 Mei 2017 INDUSTRI ROKOK DI INDONESIA Memiliki kebebasan hampir mutlak dalam hal iklan,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan jumlah perokok yang terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun. WHO mencatat jumlah

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN DIRJEN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA PEMBAHASAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2016 BERSAMA PEMERINTAH DAN DPD RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA PEMBAHASAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2016 BERSAMA PEMERINTAH DAN DPD RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA PEMBAHASAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2016 BERSAMA PEMERINTAH DAN DPD RI Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis rapat Hari/tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Perda No.3 2005 pasal 23 tentang pelarangan merokok di tempat umum, saran kesehatan, tempat kerja, tempat ibadah dan angkutan umum, sampai

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN

Lebih terperinci

Kebijakan Peringatan Kesehatan Bergambar Pada Bungkus Rokok

Kebijakan Peringatan Kesehatan Bergambar Pada Bungkus Rokok Kebijakan Peringatan Kesehatan Bergambar Pada Bungkus Rokok Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama (SpP (K), DTMH, MARS Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan - RI

Lebih terperinci

Laporan Pendampingan Sekolah. Catatan KEBERHASILAN 90 SEKOLAH IMPLEMENTASI PERMENDIKBUD NO.64/2015 TENTANG SEKOLAH SEBAGAI KAWASAN TANPA ROKOK

Laporan Pendampingan Sekolah. Catatan KEBERHASILAN 90 SEKOLAH IMPLEMENTASI PERMENDIKBUD NO.64/2015 TENTANG SEKOLAH SEBAGAI KAWASAN TANPA ROKOK Laporan Pendampingan Sekolah Catatan KEBERHASILAN 90 SEKOLAH IMPLEMENTASI PERMENDIKBUD NO.64/2015 TENTANG SEKOLAH SEBAGAI KAWASAN TANPA ROKOK Program Pendampingan dan Kampanye Tolak Jadi Target Laporan

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP LIMA DRAFT RUU TERKAIT PENGENDALIAN TEMBAKAU

ANALISIS TERHADAP LIMA DRAFT RUU TERKAIT PENGENDALIAN TEMBAKAU ANALISIS TERHADAP LIMA DRAFT RUU TERKAIT PENGENDALIAN TEMBAKAU Ujianto Singgih Prayitno, Patricia Waagstein, Tubagus Haryo Karbyanto, Puteri Hikmawati, Itsnaeni Abbas Indonesian Tobacco Control Legal Resource

Lebih terperinci

ROKOK : KEMUBAZIRAN DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI KALANGAN SANTRI. Salahuddin Wahid Pengasuh Pesantren Tebuireng

ROKOK : KEMUBAZIRAN DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI KALANGAN SANTRI. Salahuddin Wahid Pengasuh Pesantren Tebuireng ROKOK : KEMUBAZIRAN DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI KALANGAN SANTRI Salahuddin Wahid Pengasuh Pesantren Tebuireng Data global mencatat bahwa 6 juta orang meninggal dunia tiap tahun akibat penyakit terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan yang layak dan kesejahteraan penduduk merupakan tujuan pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang kegiatannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang kegiatannya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang kegiatannya adalah menghasilkan barang atau jasa yang dibutuhkan konsumen. Perusahaan berusaha membuat suatu produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku adalah aktifitas nyata dan bisa dilihat dari setiap orang. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya. Rokok pada dasarnya merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No.23/1992). Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan masalah yang kompleks. Merokok tidak saja berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan masalah yang kompleks. Merokok tidak saja berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Konsumsi rokok di dunia Merokok merupakan masalah yang kompleks. Merokok tidak saja berhubungan dengan aspek kesehatan, namun juga aspek ekonomi, sosial, budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Generasi muda adalah tulang punggung bangsa jika dulu para pahlawan dengan susah payah membela bangsa dengan bambu runcing, maka kita mengemban tugas dengan mengangkat

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1805/SK/R/UI/2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK UNIVERSITAS INDONESIA (KTR UI)

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1805/SK/R/UI/2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK UNIVERSITAS INDONESIA (KTR UI) PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1805/SK/R/UI/2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK UNIVERSITAS INDONESIA (KTR UI) UNIVERSITAS INDONESIA 2013 BAGIAN I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

Deni Wahyudi Kurniawan

Deni Wahyudi Kurniawan Dukungan Masyarakat Indonesia Terhadap Kebijakan Pengendalian Tembakau dan Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO-FCTC) Deni Wahyudi Kurniawan Disampaikan Pada Simposium

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI RUU TENTANG KEBIDANAN DAN RUU TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

Sehat merupakan aspek penting bagi setiap manusia dan modal untuk keberhasilan

Sehat merupakan aspek penting bagi setiap manusia dan modal untuk keberhasilan Latar Belakang Sehat merupakan aspek penting bagi setiap manusia dan modal untuk keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Karena tanpa kesehatan yang baik manusia tidak akan produktif untuk hidup layak dan

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG 1 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan benda yang terbuat dari tembakau yang berbahaya untuk kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal (bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita temui di kehidupan sekitar kita. Merokok sudah menjadi salah satu budaya dan trend di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu fenomena pada orang masa kini, saat ini sudah begitu meluas dan semakin meningkat dari tahun ke tahun disemua kalangan baik laki-laki atau

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN MENGENAI KAWASAN TANPA ROKOK

BAB II PENGATURAN MENGENAI KAWASAN TANPA ROKOK BAB II PENGATURAN MENGENAI KAWASAN TANPA ROKOK D. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan,

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan derajat

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI RUU TENTANG PENYIARAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI RUU TENTANG PENYIARAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI RUU TENTANG PENYIARAN Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat ke Jenis rapat Hari/tanggal

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PERATURAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA NOMOR : TAHUN... TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PERATURAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA NOMOR : TAHUN... TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PERATURAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA NOMOR : TAHUN... TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA... Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Peran Masyarakat Sipil dalam Mendorong Peningkatan Cukai Rokok

Peran Masyarakat Sipil dalam Mendorong Peningkatan Cukai Rokok www.iakmi.or.id 1 Peran Masyarakat Sipil dalam Mendorong Peningkatan Cukai Rokok Oleh : Dr. Sumarjati Arjoso, SKM Ketua TCSC IAKMI Amanat Pembukaan UUD 1945 Amanat Pendiri Bangsa Indonesia Nation MDGs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan tersebut berlaku bagi masyarakat kelas ekonomi bawah dan kelas ekonomi atas. Kebiasaan merokok

Lebih terperinci

Bagaimana Undang-Undang Dibuat

Bagaimana Undang-Undang Dibuat Bagaimana Undang-Undang Dibuat Sejak bulan November 2004, proses pembuatan undang-undang yang selama ini dinaungi oleh beberapa peraturan kini mengacu pada satu undang-undang (UU) yaitu Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1,26 miliar perokok di seluruh dunia pada saat ini, dan 800 juta orang perokok tersebut tinggal di negara berkembang. Apabila tidak ada penanganan yang

Lebih terperinci

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN Pertimbangan disusunnya PP No.19 tahun 2003 : a. Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat konsumsi yang relatif tinggi di masyarakat. Masalah rokok juga masih menjadi masalah nasional yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan tembakau pada dasarnya merupakan penyebab kematian yang dapat dihindari. Namun, kecanduan dalam merokok masih belum bisa lepas dari masyarakat di dunia.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG 1 NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang: a. bahwa dalam upaya preventif guna memberikan perlindungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap perilaku merokok telah menjadi masalah yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu

Lebih terperinci

KAWASAN (TANPA) ROKOK BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN REKOMENDASI

KAWASAN (TANPA) ROKOK BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN REKOMENDASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA Departemen Kajian dan Aksi Strategis Departemen Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa KAJIAN REKOMENDASI KAWASAN (TANPA) ROKOK

Lebih terperinci

PAYUNG HUKUM PENGUSAHAAN TEMBAKAU DI INDONESIA Disampaikan Pada Musyawarah Nasional Asosiasi Tembakau di Indonesia Di Temanggung, 19 Desember 2009

PAYUNG HUKUM PENGUSAHAAN TEMBAKAU DI INDONESIA Disampaikan Pada Musyawarah Nasional Asosiasi Tembakau di Indonesia Di Temanggung, 19 Desember 2009 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PAYUNG HUKUM PENGUSAHAAN TEMBAKAU DI INDONESIA Disampaikan Pada Musyawarah Nasional Asosiasi Tembakau di Indonesia Di Temanggung, 19 Desember 2009 Assalamu

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PANJANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 52 Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan sebuah fenomena biasa yang terjadi dalam masyarakat Indonesia. Keyakinan akan mitos menyesatkan bagi masyarakat Indonesia, seperti merokok bisa memecahkan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN

ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN Pasal 1 1. Anggota AJI adalah jurnalis yang telah memenuhi syarat profesional dan independen yang bekerja untuk media massa cetak, radio, televisi, dan

Lebih terperinci

MENELISIK POLITIK HUKUM RUU PERTEMBAKAUAN Oleh : Chairul Umam, S.H., M.H. *

MENELISIK POLITIK HUKUM RUU PERTEMBAKAUAN Oleh : Chairul Umam, S.H., M.H. * MENELISIK POLITIK HUKUM RUU PERTEMBAKAUAN Oleh : Chairul Umam, S.H., M.H. * Industri rokok di tanah air telah memainkan peranan dan dampak perekonomian yang tidak kecil di tengah masyarakat. Sejarah panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif) tetapi juga pada orang yang tidak merokok yang berada di sekitar para perokok (perokok pasif).

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT KOORDINASI BADAN LEGISLASI DENGAN MENKUMHAM DAN DPD RI DALAM RANGKA PEMBAHASAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2016 Tahun Sidang Masa Persidangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari TCSC (Tobacco Control Support Center) IAKMI (Ikatan Ahli. penyakit tidak menular antara lain kebiasaan merokok.

BAB I PENDAHULUAN. dari TCSC (Tobacco Control Support Center) IAKMI (Ikatan Ahli. penyakit tidak menular antara lain kebiasaan merokok. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dua beban ganda kesehatan Indonesia menjadi permasalahan kesehatan bagi bangsa ini. Penyakit menular dan penyakit tidak menular masih memiliki angka prevalensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pandang, gaya hidup dan budaya suatu masyarakat, bahkan perseorangan.

BAB I PENDAHULUAN. pandang, gaya hidup dan budaya suatu masyarakat, bahkan perseorangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan pada bidang teknologi informasi, membuat arus informasi semakin mudah diakses oleh setiap individu dan kelompok yang membutuhkannya. Dengan demikian, informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa menuju kedewasaan. Masa ini merupakan tarap perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan Tujuan Pembangunan Indonesia The 4th ICTOH Balai Kartini,

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA BADAN LEGISLASI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM DAN DPD RI DALAM RANGKA USULAN PERUBAHAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2017 Tahun Sidang

Lebih terperinci

Identifikasi Masalah. Pembahasan

Identifikasi Masalah. Pembahasan Latar Belakang Rokok adalah salah satu zat adiktif yang berbahaya. Berdasarkan penelitian dalam sebatang rokok mengandung 2.500 komponen bahan kimia, apabila digunakan sekitar 1.100 komponennya diturunkan

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OLEH : TRIA FEBRIANI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA PENGESAHAN RANCANGAN JADWAL ACARA RAPAT RAPAT MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2017-2018 TANGGAL 11

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK - 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa rokok

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu fenomena yang umum di masyarakat Indonesia. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan pola perilaku yang terjadi

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa pembentukan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA MENDENGARKAN PENJELASAN DARI WAKIL PENGUSUL RUU TENTANG PERTEMBAKAUAN Tahun Sidang Masa Persidangan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT KOORDINASI BADAN LEGISLASI DPR RI DENGAN PIMPINAN KOMISI-KOMISI DAN PANSUS DALAM RANGKA EVALUASI PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2016 Tahun

Lebih terperinci

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN Oleh: Ignatius Mulyono 1 I. Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam politik dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Salah satu indikatornya adalah

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYIARAN

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYIARAN PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYIARAN I. Pendahuluan Berdasarkan surat dari Komisi I DPR pada pokoknya meminta Badan Legislasi untuk melakukan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN PROVINSI MALUKU UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN, Menimbang

Lebih terperinci

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur Dewi Susanti 1,2, Deni K Sunjaya 1,3, Insi Farisa Desy Arya 1,3 1 Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya kota layak anak. Mewujudkan Kota Layak Anak merupakan hak

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya kota layak anak. Mewujudkan Kota Layak Anak merupakan hak BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sebagaimana diketahui bahwa anak merupakan masa depan Bangsa. Anak adalah generasi penerus cita-cita kemerdekaan dan kelangsungan hajat hidup Bangsa dan Negara.

Lebih terperinci

PEMANTAUAN LEGISLASI. FASILITATOR: Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH, Dr.PH. Sesi 12

PEMANTAUAN LEGISLASI. FASILITATOR: Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH, Dr.PH. Sesi 12 F a k u l t a s K e s e h a t a n M a s y a r a k a t U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a PEMANTAUAN LEGISLASI FASILITATOR: Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH, Dr.PH Sumber referensi: Panduan Praktis Pemantauan

Lebih terperinci

SEBAGAI UPAYA DENORMALISASI PRODUK TEMBAKAU. Made Kerta Duana (AKMI) BALI-BTC

SEBAGAI UPAYA DENORMALISASI PRODUK TEMBAKAU. Made Kerta Duana (AKMI) BALI-BTC WASAN TANPA ROKOK DAN PELARANGAN IKLAN ROKOK SEBAGAI UPAYA DENORMALISASI PRODUK TEMBAKAU Made Kerta Duana (AKMI) BALI-BTC asalah Merokok Di Indonesia Data Riskesdas: Terjadi peningkatan perilaku merokok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu ancaman terbesar masalah kesehatan didunia, bisa menyebabkan kematian sekitar 6 juta penduduk per tahun. Lebih dari 5 juta kematian akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok remaja merupakan bentuk perilaku menghisap rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di berbagai tempat umum seperti

Lebih terperinci

Bambang Sukarno (Mewakili Petani Tembakau Indonesia). Putusan MK No. 19/PUU-VIII/2010 tanggal 1 November 2011.

Bambang Sukarno (Mewakili Petani Tembakau Indonesia). Putusan MK No. 19/PUU-VIII/2010 tanggal 1 November 2011. Pertarungan Konstitusionalitas Tembakau di Balik UU Kesehatan Sejak resmi diundangkan, UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan adalah salah satu beleid yang paling sering diuji di Mahkamah Konstitusi (MK).

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci