PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK SEBAGAI LONG STORAGE PADA DAS CILIWUNG (PENANGANAN BANJIR KOTA JAKARTA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK SEBAGAI LONG STORAGE PADA DAS CILIWUNG (PENANGANAN BANJIR KOTA JAKARTA)"

Transkripsi

1 PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN BENDUNG GERAK SEBAGAI LONG STORAGE PADA DAS CILIWUNG (PENANGANAN BANJIR KOTA JAKARTA) Sulistyo Widodo 1 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan Bandung sulistyo_widodo@rocketmail.co.id Abstrak Pada musim penghujan, Kota Jakarta selalu dihantui dengan fenomena banjir. Khususnya pada daerah yang dilewati aliran Sungai Ciliwung (DAS Sungai Ciliwung). Sungai Ciliwung adalah Sungai terbesar yang melintasi Kota Jakarta, merupakan salah satu penyumbang terbesar dalam kondisi banjir Jota Jakarta ini. Beberapa penyebab banjir Kota Jakarta adalah karena sebanyak 40% daratan Jakarta lebih rendah dari permukaan air laut (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Sebuah penanganan serius perlu dilaksanakan. Salah satu konsepnya adalah dengan menahan sementara debit air pada aliran tengah DAS Ciliwung adalah dengan membangun sebuah bendung gerak sebagai long-storage. Posisi pembangunan bendung gerak ini akan ditentukan dengan menggunakan metode pengambilan keputusan AHP (Analytical Hierarchy Proccess) yang digunakan untuk mencari bobot dari setiap kriteris dan metode TOPSIS (Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution) sebagai alat unuk mencari rangking. Terdapat 4 (empat) kriteria yang digunakan dalam mementukan pembangunan 2 (dua) alternatif lokasi bendung ini. Lokasi alternatif pertama adalah pada sekitar perumahan Bella Cassa dan lokasi alternatif kedua adalah pada sekitar perumahan Pesona Khayangan. Responden yang dipilih adalah 10 (sepuluh) orang yang berkecimpung di bidang Sumber Air. Berdasarkan analisa yang dilakukan, lokasi yang dianggap baik adalah pada perumahan Bella Cassa. Kata Kunci : AHP; banjir; bendung;topsis Pendahuluan Latar Belakang Pada musim penghujan, Kota Jakarta selalu dihantui dengan fenoma banjir. Khususnya pada daerah yang dilewati aliran Sungai Ciliwung (DAS Sungai Ciliwung). Keadaan ini sudah terjadi sejak jaman Pemerinahan Kolonial Belanda, tepatnya pda tahun 1621, 1654, 1872, 1909 dan 1918 bencana banjir tersebut masih terus terjadi sampai saat ini yaitu yang terjadi pada tahun 1996, 2002, dan 2007 (Rommy Matdianto, 2012). Salah satu konsep pengelolaan pengendalian banjir Kota Jakarta adalah dengan membuat bendung gerak pada aliran tengah DAS Sungai Ciliwung sebagai Long Storage yang berfungsi sebagai pengendali debit air yang dapat menahan debit air pada musim hujan secara sementara, sebelum masuk ke-kota Jakarta. Dengan dibangunnya bendung ini akan berdampak kepada menurunnya kecepatan dan debit air yang pada akhirnya mengurangi puncak banjir yang terjadi di Kota Jakarta. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk mencari letak bendung gerak sebagai Long Storage yang layak dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Proccess) dan TOPSIS (Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution). Metode AHP digunakan untuk mencari bobot kriteria, sedangkan TOPSIS digunakan untuk merangking bobot-bobot tersebut untuk mendapatkan keputusan. Batasan Masalah Pemilihan lokasi pembangunan bendung gerak sebagai Long Storageini terdapat pada Kota Depok. Dimana terdapat 2 (dua) alternatif pemilihan lokasi. Lokasi alternatif pertama adalah pada sekitar perumahan Bella Cassa MK-292

2 dan lokasi alternatif kedua adalah pada sekitar perumahan Pesona Khayangan.Analisa pemilihan lokasi dilakukan dengan menggunakan AHP sebagai penentu bobot kriteria, dan analisa penentuan lokasi dengan menggunakan TOPSIS. Manfaat Manfaat dari penulisan ini adalah pengambilan keputusan dalam memilih lokasi yang ada sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan untuk menentukan lokasi pembangunan bendung gerak ssebagai Long Storage. Landasan Teori Bendung Gerak Berdasarkan Standar Nasional Indonesia tentang pedoman perencanaan hidrologi dan hidraulik untuk bangunan di sungai adalah bangunan ini dapat didesain dan dibangunan sebagai bangunan tetap, bendung gerak, atau kombinasinya, dan harus dapat berfungsi untuk mengendalikan aliran dan angkutan muatan di sungai sedemikian sehingga dengan menaikkan muka airnya, air dapat dimanfaatkan secara efisien sesuai dengan kebutuhannya. Operasional di lapangan dilakukan dengan membuka pintu seluruhnya pada saat banjir besar atau membuka pintu sebagian pada saat banjir sedang dan kecil. Pintu ditutup sepenuhnya pada saat saat kondisi normal. Banjir Menurut Schwab at.al (1981), banjir adalah luapan atau genangan dari sungai atau badan air lainnya yang disebabkan oleh curah hujan yang berlebihan atau salju yang mencair atau dapat pula karena karena gelombang pasang yang membanjiri kebanyakan pada dataran banjir. Menurut Hewet (1982) banjir adalah aliran atau genangan air yang meniimbulkan kerugian ekonomi bahkan menyebabkan kehilangan jiwa, dalam istilah teknis, banjir adalah aliran sungai yang mengalir melampaui kapasitas tampung sungai, dan dengan demikian, aliran air sungi tersebut akan melewai tebing sungai dan menggenangi daerah sekitarnya (Lili Somantri, 2008). AHP (Analitic Hierarchy Proccess) Menurut Saaty, hirarki didefenisikan sebagai representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam sebuah struktur multi level dimana level tertinggi merupakan tujuan. Dibawah level tujuan adalah level faktor, kriteria, sub-kriteria dan seterusnya sampai level terakhir berupa alternatif. Pengelompokan dengan menggunakan level tersebut membuat permasalahan menjadi lebih terstruktur dan terlihat lebih sistematis. Adapun kelebihan Analytic Hierarchy Process (AHP) dibandingkan dengan metode-metode lainnya antara lain : a. Penyusunan masalah yang berhirarki sampai pada subkriteria atau alternatif paling dalam merupakan cara berpikir alami yang mudah dimengerti. b. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi ketidakkonsistenan berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. c. Memperhitungkan analisis sensitifitas pengambil keputusan. d. AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi objektif dan multi kriteria. Goal Level 0 Factor A Factor B Factor B Level 1 Alternative Alternative Y Alternative Z Level 2 Gambar 1 Konsep Struktur Hirarki dalam Pemodelan AHP Konsep dasar AHP: 1. Tujuan yang akan dicapai (Goal) Suatu pernyataan yang menunjukkan target rasional yang akan dicapai dimana tujuan telah ditetapkan sebelumnya. 2. Faktor faktor pemberi tujuan (Factor/ Criteria) MK-293

3 Merupakan level berisi kriteria yang berfungsi memberi pilihan pada tujuan. Kriteria pada level yang sama memiliki kesamaan kepentingan yang hampir sama pula. Jika perbedaan terlalu mencolok maka harus diposisikan menjadi sub kriteria. 3. Alternatif (Attribute/Sub Criteria) Sub kriteria merupakan alternatif yang berisi properti kriteria di level 1. Langkah-langkah penyusunan AHP Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002, h ) dalam Mutholib ( 2014) pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP, adalah sebagai berikut: 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan tujuan yang diinginkan; 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan, kriteria/komponen yang dinilai dan alternatif pada tingkatan yang paling bawah; 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan dan kriteria yang setingkat di atasnya; 4. Melakukan perbandingan berpasangan; 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulang; 6. Mengulangi langkah 3 dan 4 untuk seluruh tingkat hirarki; 7. Menghitung vector eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan; 8. Memeriksa konsistensi hirarki. TOPSIS (Technique for Order of Preference by Similarity to Ideal Solution) Salah satu metode yang digunakan untuk menangani permasalahan ini, adalah Technique for Order Performance by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Metode TOPSIS dikembangkan oleh Hwang and Yoon (1981), prinsip dasarnya adalah alternatif yang dipilih harus memiliki jarak terpendek dari positif solusi ideal (PIS) dan jarak terjauh dari negatif solusi ideal (NIS). Solusi ideal positif didefinisikan sebagai jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai untuk setiap atribut, sedangkan solusi negatif-ideal terdiri dari seluruh nilai terburuk yang dicapai untuk setiap atribut. TOPSIS mempertimbangkan keduanya, jarak terhadap solusi ideal positif dan jarak terhadap solusi ideal negatif dengan mengambil kedekatan relatif terhadap solusi ideal positif. Berdasarkan perbandingan terhadap jarak relatifnya, susunan prioritas alternatif bisa dicapai. Metode ini banyak digunakan untuk menyelesaikan pengambilan keputusan secara praktis. Hal ini disebabkan konsepnya sederhana dan mudah dipahami, komputasinya efisien, dan memiliki kemampuan mengukur kinerja relatif dari alternatif-alternatif keputusan. Berikut adalah langkah-langkah dari metode TOPSIS: 1. TOPSIS dimulai dengan membangun sebuah matriks keputusan; 2. Membuat matriks keputusan yang telah dinormalisasi; 3. Menghitung matriks keputusan yang dinormalisasi secara tertimbang; 4. Menentukan matriks (PIS) dan (NIS); 5. Menghitung separate measure S* dan S-; 6. Menghitung kedekatan relatif ke solusi ideal; 7. Melakukan pemeringkatan alternatif berdasarkan skor yang dihasilkan. Kriteri Pemilihan Lokasi Bedung Gerak Dalam Pemilihan lokasi dalam pemilohan lokasi Bendung Gerak Sebagai Long Storage di Sungai Ciliwung didasarkan pada 5 (lima) paremeter. Data dari parameter-parameter tersebut didapatkan dari hasil penyelidikan yang telah dilakukan secara intern oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. Parameter yang digunakan antara lain adalah : a. tampungan. Dengan memanfatkan tampungan yang dapat ditampung oleh badan sungai. Semakin besar dinilai senakin baik. b.. Adalah tingkat elevasi (ketinggian permukaan dari permukaan laut, semakin besar delta elevasi pada hulu lokasi alternatif bendung akan dianggap menguntungkan. Hal tersebut dinilai kurang baik karena berdampak bagi tingginya erosi pada dinding saluran. c. dukung tanah. Merupakan daya dukung tanah terhadap struktur bendung. d. Perkiraan biaya pembangunan bendung gerak. Semakin kecil nilai investasi yang diperlukan dalam konstruksi akan dinilai semakin baik. MK-294

4 Dari penyelidikan yang telah dilakukan didapatkan 2 (dua) lokasi alternatif yang didapatkan. Lokasi tersebut adalah antara lain : i. Lokasi alternatif pertama. Lokasi alternatif pertama bertempat dilingkungan Komplek Perumahan Bella Cassa, ± 2,0 km di hulu Jembatan Panus, Kampung Blimbing Kelurahan Pancoran Mas. ii. Gambar 2 Lokasi Alternatif 1 (Bella Cassa) Lokasi alternatif kedua. Lokasi berada dilingkungan Komplek Perumahan Pesona Kayangan, dihilir Jembatan pintu masuk perumahan. Keberadaan rencana bendung gerak posisi -1 yang tepatnya berada di Kelurahan Kemirimuka Kecamatan Beji. Gambar 3 Lokasi Alternatif 2 (Pesona khayangan) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Besar Sungai Ciliwung Cisadane, kapasitas tampungan pada lokasi Perumahan Bella Cassa sebagai lokasi alternatif 1 dan Perumahan Pesona Khyayangan sebagai lokasi alternatif 2 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Luas pada Lokasi Alternatif 1 dan Lokasi Alternatif 2 Lokasi Bendung Gerak Keterangan Patok Luas Genangan (Ha) Tampung (M 3 ) Perumahan Bella Lokasi a Cassa Perumahan Pesona Khayangan Lokasi b MK-295

5 Pekerjaan pengukuran topografi dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran keadaan topografi di daerah rencana bendung dan rencana daerah genangan, dimana dengan gambaran topografi dapat dilakukan perencanaan bendung serta bangunan fasilitas lainnya. Dalam pelaksanaan pengukuran topografi ini kegiatan pokok yang dilakukan adalah sebagai berikut : Tabel 2 Tabel Daerah Perencanaan Bendung Gerak No. BM KOORDINAT X Y Z 1 BM BM.1A BM.1B BM.1C BM.1D BM.1E BM.A BM.B BM.2A BM.2B BM.3A BM.3B Lokasi BM 1 sampai dengan BM 6 merupakan lokasi Perumahan Pesona Khayangan. Dimana dapat diketahui, daerah Bella Cassa adalah daerah yang lebih ke hilir dan daerahnya adalah daerah yang lebih landai. Sedangkan BM 8 sampai dengan BM 12 adalah daerah Perumahan Bella Cassa. Daerah tersebut merupakan daerah yang lebih ke hulu. Daerah tersebut merupakan daerah yang sedikit berbukit. Dukung Hasil penyelidikan terhadap tanah dasar untuk pondasi rencana Bendung Gerak di Sungai Ciliwung, didapat data sebagai berikut : 1. Lokasi Perumahan Bella Cassa - Susunan lapisan tanahnya dari atas sampai kedalaman -20,00 m dari MTS (Muka setempat), yaitu sebagai berikut : 1). satuan tanah penutup, 2). Satuan Endapan Sungai, 3). Satuan Batuan Vulkanik, dan penyebarannya bervariasi dengan ketebalan lapisannya berkisar antara 4,00 sampai 10,00 m, bersifat lunak sampai padat. Nilai SPT berkisar antara N = 3-60 kali pukulan. - Muka Air, berdasarkan hasil pemboran, berada pada kedalaman antara 5,50 m dari MTS (Muka Setempat) yang di klasifikasikan bersifat sangat dangkal. - Tingkat rembesannya, secara umum berkisar antara K = 10-3 sampai 10-4 cm/det, yang diklasifikasikan cukup meloloskan air sampai sangat meloloskan air. 2. Lokasi Perumahan Pesona Kahyangan - Susunan lapisan tanahnya dari atas sampai kedalaman -20,00 m dari MTS (Muka Air ), yaitu sebagai berikut : 1). satuan tanah penutup, dan 2). Satuan Batuan Volkanik, dan penyebarannya bervariasi dengan ketebalan lapisannya berkisar antara 4,00 sampai 9,0 m, bersifat lunak sampai padat. Nilai SPT berkisar antara N = kali pukulan. - Muka Air, berdasarkan hasil pemboran, berada pada kedalaman antara 6,50 m dari MTS (Muka Setempat) yang di klasifikasikan bersifat sedang. - Tingkat rembesannya, secara umum berkisar antara K = 10-3 sampai 10-4 cm/det, yang diklasifikasikan cukup meloloskan sampai sangat meloloskan air. Perkiraan Perkiraan baya konstruksi didapat dari perkiraan volume dan item pekerjaan yang diperoleh adalah berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. a. Perkiraan biaya konstruksi Bendung gerak pada lokasi alternatif Perumahan Bella Cassa MK-296

6 Tabel 3Tabel Perkiraan Konstruksi Rencana Pembangunan Bendung Gerak Poisi Alternatif 1 Biaya Pembangunan Bendung gerak sebesar 26,012,888, Biaya Pabrikasi Pintu Sorong sebesar 10,086,587, Biaya Pembangunan Power House sebesar 1,921,164, TOTAL 38,020,641, b. Perkiraan biaya konstruksi Bendung gerak pada lokasi alternatif Perumahan Pesona Khayangan Tabel 4 Tabel Perkiraan Konstruksi Rencana Pembanugnan Bendung Gerak Posisi Alternatif 2 Biaya Pembangunan Bendung gerak sebesar 35,891,354, Biaya Pabrikasi Pintu Sorong sebesar 8,320,644, Biaya Pembangunan Power House sebesar 791,067, TOTAL 45,003,067, Metodolgi dan Pembahasan Metodologi Metodologi yang digunakan dalam penulisan ini adalah dengan mencari bobot pada setiap kriteria penentuan lokasi bendung gerak dengan menggunaan metode AHP, yang kemudian bobot-bobot tersebut akan di analisa kemballi dengan menggunakan metode TOPSIS untuk mencari ranking lokasi dari pembangunan lokasi bendung gerak. Lagkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Melakukan kajian literature-literatur dari berbagai sumber terkait dengan penananan banjir Jakarta. 2. Melakukan kajian pengambilan keputusan terhadap data-data yang tersedia. 3. Melakukan pengolahan data dengan metode AHP untuk menentukan bobot kriteria dan TOPSIS untuk menentukan lokasi terbaik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Alur metodologi penulisan dapat dilihat melalui bagan berikut ini Kajian Literatur Pengumpulan Data Pengolahan Data dengan Menggunakan Metode Pengolahan Bobot Kriteria Out Put Metode AHP (Bobot Kriteria) Hasil Pengolahan Data dengan Metoda TOPSIS Hasil (Lokasi Bendung Gerak) Gambar 4 Bagan Alur Metodologi PEMBAHASAN Dari data yang didapat, maka didapat tabel kriteria Pembangunan Bendun Gerak Sebagai Long Storage sebagai berikut : Tabel 5 Tabel Kriteria Dukung Alt 1 312, Delta Elevasi relatif Besar Baik 38,020,641, Alt 2 370, Delta Elevasi relatif Kecil Lebih Baik 45,003,067, MK-297

7 Dari table kriteria diatas dapat diketahui nilai-nilai yang dapat digunakan pada tahap selanjutnya dalam menentukan lokasi bendung gerak. Perhitungan Menggunakan AHP Metode AHP pada tahap ini digunakan untuk mencari bobot kriteria, yang selanjutnya nilai yang diperoleh akan digunakan pada tahap TOPSIS dalam mencari peringkat dalam penentuan lokasi pembangunan bendung gerak. Pada tahap ini digunakan nilai asumsi kepentingan terhadap nilai kriteria-kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya. Nilai diasumsikan berdasarkan pada data yang sudah disajikan pada sub-bab sebelumnya, dan di tam[ilkan pada Tabel Kritera.. Nilai asumsi yang diberikan dapat ditunjukan pada table dan penjelasan berikut ini. Tabel 6 Tabel Nilai Kriteria Dukung Dukung Nilai asumsi yang diberikan adalah : - tampungan adalah bernilai 0,33 kali lebih penting dari. - tampungan adalah bernilai 0,11 kali lebih penting dari dukung tanah. - tampungan adalah bernilai 0,142 kali lebih penting dari Biaya konstruksi. - adalah bernilai 0,142 kali lebih penting dari dukung tanah. - adalah bernilai 0,2 kali lebih penting dari Biaya konstruksi. - dukung tanah adalah bernilai 2 kali lebih penting dari Biaya konstruksi. Selanjutnya dilakukan perhitungan dengan aproximasi 2 sebanyak 3 iterasi sehingga menghasilkan bobot dengan selisih yang kecil, selain itu juga dilakukan uji konsistensi untuk melihat apakah bobot kriteria yang dihasillkan mempunyai konsistensi < 10 %. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 7 Hasil perhitungan Bobot Kriteria No Keterangan Bobot Dukung Lambda max 2. CI Uji Konsistensi CR 3.84% MK-298

8 Perhitungan Menggunakan TOPSIS Perhitungan TOPSIS pada kasus kali ini menggunakan bobot yang sudah didapatkan melalui metode AHP. Tabelnya dalah sebagai berikut. Tabel 8 Tabel Kriteria pada topsis Dukung Alt 1 312, Delta Elevasi relatif Besar Baik 38,020,641, Alt 2 370, Delta Elevasi relatif Kecil Lebih Baik 45,003,067, Langkah selanjutnya adalah melakukan merubah dari kriteria linguistic pada kriteria dan dukung tanah. Perubahan yang digunakan adalah dengan mengartikan kedalam bentuk crispy dengan criteria (1=sangat buruk, 2=buruk, 3=sedang, 4=baik, 5=sangat baik). Kemudian di normalisasikan. Hasil dapat dilihat pada table berikut ini. Tabel 9 Tabel Normalisasi Dukung Alt Alt Langkah selanjutnya yang dilakukan pada metode TOPSIS adalah menghitung data hasil dari normalisasi secara tertimbang dengan mengalikan nilai tersebut dengan bobot dari masing masing kriterianya. Hasil perhitungan dapat dilihat pada table berikut ini. Tabel 10 Hasil Perhitungan Matriks Keputusan Yang Telah Di Normalisasi Secara Tertimbang Dukung Alt Alt Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.5 maka dapat ditentukan nilai dari Positve Ideal Solution (PIS) dan Negative Ideal Solution (NIS) terhadap hasil perhitungan antara kriteria dan lokasi prioritas maka dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 11Hasil Perhitungan Positve Ideal Solution (PIS) dan Negative Ideal Solution (NIS) Dukung PIS (A*) NIS (A-) Setelah dapat menentukan nilai PIS dan NIS pada metode TOPSIS maka langkah selanjutnya adalah menghitung "Separate Measures" S* dan S- i antara hasil perhitungan matrik keputusan yang telah di normalisasi secara tertimbang dengan PIS dan NIS sehingga mengahasilkan nilai pada tabel 4.7. Tabel 12 Hasil perhitungan Separate Measures" S* dan S- I Separate Measure S* A S- A B B MK-299

9 Langkah terakhir dalam metode TOPSIS adalah dengan menghitung kedekatan relatif ke solusi ideal dan menentukan peringkat berdasarkan lokasi prioritas berdasarkan nilai C*i yang tertinggi. Hasil perhitungan yang menentukan peringkat pilihan lokasi prioritas terbaik dengan menggunakan metode TOPSIS dapat dilihat pada table dibawah ini. Tabel 13 Hasil Perhitungan Kedekatan Relatif ke Solusi Ideal dan Peringkat Lokasi Bendung Gerak C* i Peringkat Alternatif 1 Alternatif Alternatif 2 menjadi peringkat 1 dengan nilai C*i = Hasil lokasi yang terpilih merupakan lokasi yang mempunyai nilai kriteria yang memenuhi persyaratan dari criteria pembangunan bendung gerak sebagai long storage ini.. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Teknik pengambilan keputusan yang diterapkan pada pengambilan keputusan letak bendung gerak pada DAS Ciliwung ini menetapkan kriteria sebanyak 4 (empat) buah pada syarat teknisnya. Dengan menggunakan kombinasi metode AHP dan TOPSIS, akhirnya menetapkan alernatif 2 (Perumahan Pesona Khayangan) sebagi alternaif pemilihan lokasinya. Nilai-nilai besar tampungan, delta elevasi, daya dukung tanah dan perkiraan biaya konstruksi dari alternatif 2 ternyata lebih dominan disbanding dengan nilai-niai yang dimiliki oleh Alternaif 1. Saran Apabila memungkinkan dan tersedia lahan yag memadai, pembangunan waduk sebagai pengendali banjir dapat menjadi pertimbangan. Namun, penyelidikan lebih lanjut perlu dilakukan. Dengan pembangunan waduk, pemanfatnny dapat lebih banyak lagi. Selain sebagai pengendali banjir, waduk dapat berfungsi ganda sebagai bangunan konserfasi dan sebagai objek wisata. Daftar Pustaka Anonim, (2009), Laporan Pengendalian Banjir Jakarta, Departemen Pekerjaan Umum. Anonim, (2010), Mengapa Jakarta Banjir?, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sumantri, Lili Pemanfaatan Teknik Penginderaan jauh Untuk mengidentifikasi Kerentanan dan resiko Banjir Matdianto, Rommy Prioritas Penentuan Waduk Pada DAS Ciliwung untuk Pengendalian Banjir Jakarta, 2012 Mutholib, Abdul Kajian dan Evaluasi Pemilihan Konsultan Di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Tesis. Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Saaty, Thomas L Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta Pusat. Wibowo, Andreas, 2014, Materi Kuliah Analytic Hierarchy Process, Teknik Pengambilan Keputusan, Program Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. MK-300

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA Virgeovani Hermawan 1 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI SUMBER MATA AIR UNTUK PEMBANGUNAN JARINGAN AIR BERSIH PEDESAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS

PEMILIHAN LOKASI SUMBER MATA AIR UNTUK PEMBANGUNAN JARINGAN AIR BERSIH PEDESAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS PEMILIHAN LOKASI SUMBER MATA AIR UNTUK PEMBANGUNAN JARINGAN AIR BERSIH PEDESAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS Nofi Aditya Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi, Program Studi Teknik Sipil Pascasarjana

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian

Lebih terperinci

PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN PEMBINAAN UMKM DI DINAS KUMKM DAN PERDAGANGAN PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN METODE AHP DAN TOPSIS

PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN PEMBINAAN UMKM DI DINAS KUMKM DAN PERDAGANGAN PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN METODE AHP DAN TOPSIS PEMILIHAN STRATEGI KEBIJAKAN PEMBINAAN UMKM DI DINAS KUMKM DAN PERDAGANGAN PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN METODE AHP DAN TOPSIS Dino Caesaron 1), Leksani B. R. 2 ) Program Studi Teknik Industri-Universitas

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang penerapan Analitycal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berikut adalah metode penelitian yang diusulkan : Pengumpulan Data Peta Curah Hujan tahun Peta Hidrologi Peta Kemiringan Lereng Peta Penggunaan Lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau

BAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau Jawa, dilintasi oleh 13 sungai, sekitar 40% wilayah DKI berada di dataran banjir dan sebagian

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PROVIDER INTERNET MENGGUNAKAN METODE AHP dan SAW DOSEN : DRS. RETANTYO WARDOYO, M.Sc., Ph.D

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PROVIDER INTERNET MENGGUNAKAN METODE AHP dan SAW DOSEN : DRS. RETANTYO WARDOYO, M.Sc., Ph.D SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PROVIDER INTERNET MENGGUNAKAN METODE AHP dan SAW DOSEN : DRS. RETANTYO WARDOYO, M.Sc., Ph.D Disusun Oleh Ibnu Triyanto 1411 Kirwanto 1411 Nuralia 1411601261 Putri Hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman maka tingkat pendidikan pada masyarakat mengalami peningkatan. Oleh karena itu masyarakat memandang bahwa pendidikan pada tingkat

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Lebih terperinci

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014 PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, metodologi penelitian merupakan suatu proses berpikir yang sistematis atau tahap-tahap penelitian yang diawali dengan mengidentifikasi masalah,

Lebih terperinci

Metode dalam SPK (Sistem Pendukung Keputusan) A. AHP

Metode dalam SPK (Sistem Pendukung Keputusan) A. AHP Metode dalam SPK (Sistem Pendukung Keputusan) A. AHP Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah teknik untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang bertujuan untuk menentukan pilihan terbaik dari beberapa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM

BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM BAB 3 METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk dapat memenuhi tujuan penyusunan Tugas Akhir tentang Perencanaan Polder Sawah Besar dalam Sistem Drainase Kali Tenggang, maka terlebih dahulu disusun metodologi

Lebih terperinci

KOMBINASI METODE AHP DAN TOPSIS PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

KOMBINASI METODE AHP DAN TOPSIS PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KOMBINASI METODE AHP DAN TOPSIS PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN Ahmad Abdul Chamid 1*, Alif Catur Murti 1 1 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus Gondangmanis, PO Box

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE AHP DAN TOPSIS DALAM PENENTUAN PENGAMBILAN SAMPEL UJI PETIK DALAM PELAKSANAAN PEMERIKSAAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

PENGGUNAAN METODE AHP DAN TOPSIS DALAM PENENTUAN PENGAMBILAN SAMPEL UJI PETIK DALAM PELAKSANAAN PEMERIKSAAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI PENGGUNAAN METODE AHP DAN TOPSIS DALAM PENENTUAN PENGAMBILAN SAMPEL UJI PETIK DALAM PELAKSANAAN PEMERIKSAAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI Dani Hardiansyah Program Studi Magister Manajemen Proyek Konstruksi Program

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan adalah sebuah sistem yang efektif dalam membantu mengambil suatu keputusan yang kompleks, sistem ini menggunakan aturan

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

OPTIMASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MANADO DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

OPTIMASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MANADO DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) OPTIMASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MANADO DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Yoktan Sudamara Alumni Program Pascasarjana S2 Teknik Sipil Unsrat Bonny F. Sompie, Robert J. M. Mandagi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain : BAB III METODOLOGI 45 3.1. URAIAN UMUM Di dalam melaksanakan suatu penyelidikan maka, diperlukan data-data lapangan yang cukup lengkap. Data tersebut diperoleh dari hasil survey dan investigasi dari daerah

Lebih terperinci

AHP (Analytical Hierarchy Process)

AHP (Analytical Hierarchy Process) AHP (Analytical Hierarchy Process) Pengertian Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS 3.1 Penggunaan Konsep Fuzzy Apabila skala penilaian menggunakan variabel linguistik maka harus dilakukan proses pengubahan variabel linguistik ke dalam bilangan fuzzy.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beasiswa merupakan bantuan studi yang diinginkan setiap siswa yang memiliki keterbatasan ekonomi. Bantuan yang diberikan dalam bentuk uang atau barang ini mempunyai

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Vendor Management...

Sistem Pendukung Keputusan Vendor Management... SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN VENDOR MANAGEMENT MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HYRARCY PROCESS (AHP) DAN TECHNIQUE FOR OTHERS REFERENCE BY SIMILARITY TO IDEAL SOLUTION (TOPSIS) Anggita Putri Pratama *, Gunawan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hampir pada setiap musim penghujan di berbagai provinsi di Indonesia terjadi banjir yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat. Salah satu wilayah yang selalu mengalami banjir

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MURIA KUDUS FAKULTAS TEKNIK SISTEM INFORMASI

UNIVERSITAS MURIA KUDUS FAKULTAS TEKNIK SISTEM INFORMASI ( MAKALAH SISTEMPENUNJANGKEPUTUSAN METODE TOPSIS) Disusun oleh : Ahmad Arifin (2009-53-060) Erik Ahmad A (2009-53-063) Arif Ridwan (2009-53-076) Panji Hedri Wibowo (2009-53-081) UNIVERSITAS MURIA KUDUS

Lebih terperinci

Gambar 1.1 DAS Ciliwung

Gambar 1.1 DAS Ciliwung BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kali Ciliwung merupakan salah satu kali yang membelah Provinsi DKI Jakarta. Kali Ciliwung membentang dari selatan ke utara dengan hulunya berada di Kabupaten

Lebih terperinci

Multi atributte decision making (madm)

Multi atributte decision making (madm) Multi atributte decision making (madm) Weighted Product, Topsis Weighted Product (wp) Metode WP menggunakan perkalian untuk menghubungkan rating atribut, dimana rating setiap atribut harus dipangkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ARHAM BAHTIAR A L2A PRIYO HADI WIBOWO L2A

BAB I PENDAHULUAN ARHAM BAHTIAR A L2A PRIYO HADI WIBOWO L2A BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Daerah dataran merupakan suatu daerah yang mempunyai peranan penting dan telah lama dikembangkan sesuai dengan peradaban dan kehidupan suatu bangsa. Segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi

Lebih terperinci

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 167 Vol. 3, No. 2 : 167-176, September 2016 PEMILIHAN PENANGANAN KEAMANAN STRUKTUR JEMBATAN DENGAN METODE AHP (STUDI KASUS JEMBATAN SULIN LOMBOK BARAT) Selection of Bridge

Lebih terperinci

Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 1, (2016) Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 2, No.

Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 1, No. 1, (2016) Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi (JUSTIN) Vol. 2, No. Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Tempat Kost Khusus Mahasiswa dengan Metode AHP dan TOPSIS Berbasis Web (Studi Kasus : Kota Pontianak) Herik Sugianto, Yulianti, Hengky Anra Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan AHP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN PT PLN (Persero) merupakan perusahaan penyedia jasa kelistrikan terbesar di Indonesia. Proses dalam meningkatkan usahanya, PT PLN (Persero) tidak dapat melepaskan perhatiannya

Lebih terperinci

MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB

MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Pada Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sri Subekti 1, Arni Retno Mariana 2, Andri Riswanda 3 1,2 Dosen STMIK Bina Sarana Global,

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 213-224. PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tegah. Kabupaten Sragen terdapat 308 jembatan yang menghubungkan dua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak terdapat metode perankingan yang dapat digunakan untuk memecahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak terdapat metode perankingan yang dapat digunakan untuk memecahkan BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang penulis terhadap pemilihan judul penelitian dalam tugas akhir ini yang berjudul Aplikasi Metode TOPSIS Dalam Menentukan Prioritas Pembangunan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS (A HP) Heri Nurdiyanto 1), Heryanita Meilia 2) 1) Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Sistem Sistem adalah kumpulan objek seperti orang, sumber daya, konsep dan prosedur yang dimaksudkan

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Sebanyak 85% perdagangan kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Kelapa sawit dikembangkan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi

Lebih terperinci

Lumbung Air sebagai Alternatif Penyediaan Air Baku Perkotaan (Studi Kasus: Analisis Penentuan Prioritas Lokasi Embung)

Lumbung Air sebagai Alternatif Penyediaan Air Baku Perkotaan (Studi Kasus: Analisis Penentuan Prioritas Lokasi Embung) Lumbung Air sebagai Alternatif Penyediaan Air Baku Perkotaan (Studi Kasus: Analisis Penentuan Prioritas Lokasi Embung) Hernowo Adrianto. 1 ) Email : hernowo.adri@gmail.com Prodi Jurusan Magister Teknik

Lebih terperinci

Paper Group Project SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN. Metode TOPSIS & Contoh Implementasi

Paper Group Project SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN. Metode TOPSIS & Contoh Implementasi Paper Group Project SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN Metode TOPSIS & Contoh Implementasi Kelas D Kelompok 4Walls 1. Glory Efrat Sandy. S 201331073 2. Meilinda Dyah A.L 201331081 3. Clara Angelina Y 201331192

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN RUANG RAWAT INAP PAVILIUN DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA

PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN RUANG RAWAT INAP PAVILIUN DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN RUANG RAWAT INAP PAVILIUN DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA Rifki Prakosa Setiawan 1), I Putu Artama Wiguna 2) 1) Mahasiswa Program Studi MMT-ITS 2) Dosen Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Sleman, yang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I - 1

BAB 1 PENDAHULUAN I - 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banjir di Kota Kudus dan sekitarnya banyak menimbulkan kerugian karena menyebabkan terganggunya transportasi di jalur pantura maupun transportasi lokal, terganggunya

Lebih terperinci

PENGURANGAN RESIKO BANJIR IBUKOTA DENGAN PENGEMBANGAN DAM PARIT DI DAS CILIWUNG HULU

PENGURANGAN RESIKO BANJIR IBUKOTA DENGAN PENGEMBANGAN DAM PARIT DI DAS CILIWUNG HULU ISSN 197-877 Terbit sekali 2 bulan Volume Nomor. Juni 29 PENGURANGAN RESIKO BANJIR IBUKOTA DENGAN PENGEMBANGAN DAM PARIT DI DAS CILIWUNG HULU Curah hujan tinggi yang terjadi dalam waktu singkat menyebabkan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR TI BAHREN, MUNAR a Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Jln. Almuslim Tlp.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Teknik sampling adalah cara yang dilakukan untuk mendapatkan sampel sesuai dengan harapan si pengambil keputusan agar diperoleh sampel yang representatif dan dapat

Lebih terperinci

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP Junaidi, Retno Indryani, Syaiful Bahri Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produksi Minyak Sawit Dunia, Gambar 1.1 Grafik Produksi Minyak Sawit Dunia, (FAO, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Produksi Minyak Sawit Dunia, Gambar 1.1 Grafik Produksi Minyak Sawit Dunia, (FAO, 2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia tercatat sebagai salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia, dan minyak sawit merupakan sektor ekspor yang paling tinggi nilainya selama kurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana

Lebih terperinci

KAJIAN DAN EVALUASI PEMILIHAN KONSULTAN DI LINGKUNGAN PENATAAN RUANG, KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

KAJIAN DAN EVALUASI PEMILIHAN KONSULTAN DI LINGKUNGAN PENATAAN RUANG, KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM KAJIAN DAN EVALUASI PEMILIHAN KONSULTAN DI LINGKUNGAN PENATAAN RUANG, KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Abdul Mutholib Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung Email: rmutholib@yahoo.com

Lebih terperinci

PRIORITAS PENANGANAN PENURUNAN BADAN JALAN (AMBLASAN) PADA RUAS JALAN NASIONAL SUMEDANG-CIJELAG PROVINSI JAWA BARAT

PRIORITAS PENANGANAN PENURUNAN BADAN JALAN (AMBLASAN) PADA RUAS JALAN NASIONAL SUMEDANG-CIJELAG PROVINSI JAWA BARAT PRIORITAS PENANGANAN PENURUNAN BADAN JALAN (AMBLASAN) PADA RUAS JALAN NASIONAL SUMEDANG-CIJELAG PROVINSI JAWA BARAT Okkiy Achmad Fauziy 1 1 Pasca Sarjana Teknik Sipil, Magister Manajemen Pengelolaan Konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN Kota Semarang sebagai ibukota propinsi Jawa Tengah merupakan sebuah kota yang setiap tahun mengalami perkembangan dan pembangunan yang begitu pesat.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada awal tahun 1970, konsep sistem pendukung keputusan pertama sekali diperkenalkan oleh Michael S. Scott Morton dengan istilah Mangement Decision System.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekalongan dibagi menjadi dua wilayah administratif yaitu wilayah Kabupaten Pekalongan dan wilayah Kotamadya Pekalongan. Di Kabupaten Pekalongan mengalir beberapa sungai

Lebih terperinci

PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN TOPSIS

PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN TOPSIS Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN TOPSIS Juliyanti 1,

Lebih terperinci

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN Yusrinawati Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email: yusri47@yahoo.com Retno Indryani Eko Budi Santoso

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY

PERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY PERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY M. Adhitya Verdian 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi Program

Lebih terperinci

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T 1 Analitycal Hierarchy Process (AHP) Adalah metode untuk memecahkan suatu situasi yang komplek tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER Wiwik Suharso Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui : Bab 3 Metodologi 3.1 Metode Analisis dan Pengolahan Data Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah-langkah penulis dalam menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan sebuah fenomena yang dapat dijelaskan sebagai volume air yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa, termasuk genangan

Lebih terperinci

Multi-Attribute Decision Making

Multi-Attribute Decision Making Materi Kuliah [05] SPK & Business Intelligence Multi-Attribute Decision Making Dr. Sri Kusumadewi Lizda Iswari Magister Teknik Informatika Program Pascasarjana Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas pemasok terbaik untuk produkproduk yang paling laris dijual di Toko Besi Nusantara Semarang. Prioritas pemasok terbaik ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Perencanaan muara sungai diawali dengan melakukan survey dan investigasi di lokasi yang bersangkutan untuk memperoleh data perencanaan yang lengkap dan teliti. Metodologi

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

ABSTRAK Faris Afif.O,

ABSTRAK Faris Afif.O, ABSTRAK Faris Afif.O, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, November 2014, Studi Perencanaan Bangunan Utama Embung Guworejo Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Dosen Pembimbing : Ir. Pudyono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.

Lebih terperinci

Sistem Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Mengunakan Metode ANP-TOPSIS

Sistem Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Mengunakan Metode ANP-TOPSIS Sistem Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Mengunakan Metode ANP-TOPSIS Moh Ramdhan Arif Kaluku 1, Nikmasari Pakaya 2 Jurusan Teknik Informastika Universitas Negeri Gorontalo Gorontalo, Indonesia 1

Lebih terperinci

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang 1.1. Latar Belakang yang terletak sekitar 120 km sebelah selatan Kota Surabaya merupakan dataran alluvial Kali Brantas. Penduduk di Kabupaten ini berjumlah sekitar 1.101.853 juta jiwa pada tahun 2001 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Sungai Sragi terletak pada perbatasan antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Pemalang. Di bagian hulu sungai, terdapat percabangan membentuk dua alur sungai yaitu

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) ISSN : 2338-4018 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Nurma Agus Sari (nurmaaguss@gmail.com) Bebas Widada (bbswdd@sinus.ac.id)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN Pada perancangan sistem pendukung keputusan, analisis memegang peranan yang penting dalam membuat rincian sistem baru. Analisis perangkat lunak merupakan langkah pemahaman

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Masyarakat Tangguh Bencana Berdasarkan PERKA BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, yang dimaksud dengan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejalan dengan hujan yang tidak merata sepanjang tahun menyebabkan persediaan air yang berlebihan dimusim penghujan dan kekurangan dimusim kemarau. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... iv. ABSTRACT...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... Error! UCAPAN TERIMA KASIH... Error! ABSTRAK... iv ABSTRACT... v DAFTAR ISI... Error! i DAFTAR GAMBAR... 5 DAFTAR TABEL... 8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan Pendahuluan 1.1 Umum Sungai Brantas adalah sungai utama yang airnya mengalir melewati sebagian kota-kota besar di Jawa Timur seperti Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya. Sungai

Lebih terperinci

Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM

Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM Laporan ini Disusun sebagai Tugas Ujian Tengah Semester Dosen Pembina : A. Sidiq Purnomo S. Kom., M. Eng. Oleh : Verri Andriawan (14111036) Andi Gustanto Mucharom

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara 6 BAB 3: ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini menjabarkan tentang tujuan dari perancangan sistem, kriteria dan pilihan kesimpulan dalam menentukan pemilihan pegawai terbaik. Selain itu juga tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mencari nafkah di Jakarta. Namun, hampir di setiap awal tahun, ada saja

BAB I PENDAHULUAN. dan mencari nafkah di Jakarta. Namun, hampir di setiap awal tahun, ada saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai pusat bisnis dan ekonomi Indonesia, banyak orang tergiur untuk tinggal dan mencari nafkah di Jakarta. Namun, hampir di setiap awal tahun, ada saja cerita banjir

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A) PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A) Fauzia Mulyawati 1, Ig. Sudarsono 1 dan Cecep Sopyan 2 1 Jurusan Teksik

Lebih terperinci

Kata kunci: AHP, Kriteria, Penanganan, Alternatif Gelagar Balok Tipe T, Pile Slab, Gelagar Girder Baja

Kata kunci: AHP, Kriteria, Penanganan, Alternatif Gelagar Balok Tipe T, Pile Slab, Gelagar Girder Baja ALTERNATIF PENAMBAHAN BENTANG PADA JEMBATAN SEI ANJIR KALAMPAN DI KABUPATEN PULANG PISAU PROPINSI KALIMANTAN TENGAH Leonard Adrianus Uda, Rianto B. Adihardjo, Tri Joko Wahyu Adi Lab Manajemen Konstruksi

Lebih terperinci