HUBUNGAN ANTARA PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN HIPOGLIKEMIA NEONATUS PADA 24 JAM PERTAMA KEHIDUPAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN HIPOGLIKEMIA NEONATUS PADA 24 JAM PERTAMA KEHIDUPAN"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN HIPOGLIKEMIA NEONATUS PADA 24 JAM PERTAMA KEHIDUPAN Skripsi Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Pendidikan Tahap Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang Disusun oleh : IFTA IFTATI SA DIYAH H2A FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2016 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN HIPOGLIKEMIA NEONATUS PADA 24 JAM PERTAMA KEHIDUPAN. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Pendidikan Tahap Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Skripsi ini terwujud atas bimbingan dan saran dari berbagai pihak. Peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. DR. Dr. Rifki Muslim, Sp.B,Sp.U (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 2. dr. Agus Saptanto, Sp.A selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis dalam penyusunan skripsi. 3. dr. Ika Dyah Kurniati selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis dalam penyusunan skripsi. 4. dr. Galuh Ramaningrum, Sp.A selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran dalam penyusunan skripsi. 5. Kedua orang tua saya, yang telah memberikan banyak dukungan kepada penulis dan senantiasa mendoakan serta memotivasi agar dapat menyelesaikan skripsi. 6. Semua pihak, sahabat dan teman-teman SA.NODE FK Unimus 2013 yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Peneliti mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih. Semarang, 21 Desember 2016 Penulis v

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR LAMPIRAN...x DAFTAR SINGKATAN... xi ABSTRAK... xii Bab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...2 C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus...2 D. Keaslian Penelitian...3 E. Manfaat Penelitian...4 Bab II.TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Hipoglikemia Neonatus...5 a. Definisi...5 b. Etiologi...5 c. Patofisiologi...7 d. Klasifikasi...11 e. Manifestasi Klinis...11 f. Pemeriksaan Penunjang...12 g. Penatalaksanaan...12 vi

7 2. ASI...13 a. Definisi...13 b. Manfaat pemberian...14 c. Fisiologi...14 d. Komposisi...15 e. Faktor yang mempengaruhi produksi Primigravida...16 B. Kerangka Teori...18 C. Kerangka Konsep...18 D. Hipotesis...18 Bab III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian...19 B. Rancangan Penelitian...19 C. Populasi dan Sampel Penelitian Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi...20 D. Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat...20 E. Definisi Operasional Variabel...21 F. Prosedur Pengambilan Glukosa Darah Sewaktu Sampel...21 G. Alur Penelitian...22 H. Pengolahan Data...23 I. Analisis Data...23 J. Jadwal Penelitian...24 Bab VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Gambaran Umum Kejadian Hipoglikemia Neonatus...25 a) Jenis Kelamin Neonatus...25 b) Pendidikan Terakhir Ibu...25 c) Pembayaran saat Persalinan...26 vii

8 d) Penyulit saat Persalinan...26 e) Jumlah Persalinan Spontan bulan Oktober November Analisis Univariat...26 a) Kejadian Hipoglikemia Neonatus...26 b) Kejadian Hipoglikemia Neonatus pada Primigravida...27 c) Kejadian Hipoglikemia Neonatus pada bukan Primigravida...27 d) Kejadian Hipoglikemia Neonatus berdasarkan Jenis Kelamin Analisis Bivariat...28 a) Hubungan antara Primigravida dengan Kaejadian Hipoglikemia Neonatus...28 B. Pembahasan...29 Bab V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...33 B. Saran...33 DAFTAR PUSTAKA...35 viii

9 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Keaslian Penelitian 3 Tabel 2.1 Klasifikasi hipoglikemia pada bayi dan anak 11 Tabel 3.1 Definisi Operasional 21 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Jadwal Penelitian Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Neonatus Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Ibu Distribusi Frekuensi Pembayaran saat Persalinan Distribusi Frekuensi Penyulit saat Persalinan Distribusi Jumlah Persalinan Spontan bulan Oktober - November 2016 Distribusi Frekuensi Kejadian Hipoglikemia Neonatus Distribusi Frekuensi Kejadian Hipoglikemia Neonatus pada Primigravida Distribusi Frekuensi Kejadian Hipoglikemia Neonatus pada Bukan Primigravida. Distribusi Frekuensi Kejadian Hipoglikemia Neonatus berdasarkan Jenis Kelamin Hubungan antara Primigravida dengan Kejadian Hipoglikemia Hal ix

10 DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Analisis Data Diagram Distribusi Frekuensi Grafik Analisis Bivariat Data Penelitian Surat Balasan Izin Penelitian di RSUD Tugurejo Semarang Ethical Clearance Penelitian Hal x

11 DAFTAR SINGKATAN ACTH AKB ASI ATP CRH IMD KMK KRT MDGs OGTT : Adrenocorticotropik Hormone : Angka Kematian Bayi : Air Susu Ibu : Adenin Tripospat : corticotropic-releasing hormone : Inisiasi Menyusui Dini : Kecil Masa Kehamilan : Kehamilan Risiko Tinggi : Millenium Development Goals : Oral Glucose Tolerance Test xi

12 Hubungan antara Primigravida dengan Kejadian Hipoglikemia Neonatus pada 24 Jam Pertama Kehidupan Ifta Iftati Sa diyah 1, Agus Saptanto 2, Ika Dyah Kurniati 3 ABSTRAK Latar Belakang : Hipoglikemia neonatus merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah kurang dari 45mg/dL. Insidensi hipoglikemia meningkat pada neonatus yang memiliki resiko tinggi. Pemberian ASI secara dini dapat menjadi salah satu terapi pada hipoglikemia neonatus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara primigravida dengan kejadian hipoglikemia neonatus pada 24 jam pertama kehidupan. Metode : Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah semua neonatus di Ruang Rawat Gabung RSUD Tugurejo Semarang periode Oktober-November Cara pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling diperoleh 40 sampel. Instrumen penelitian yaitu mengukur kadar gula darah sewaktu neonatus secara langsung dan rekam medik serta analisis data menggunakan uji Chi-Square. Hasil : Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan antara primigravida dengan kejadian hipoglikemia neonatus (p=0,028). Kesimpulan : Angka kejadian hipoglikemia neonatus meningkat pada primigravida dengan nilai Odds Ratio 6. Kata kunci : primigravida, hipoglikemia neonatus, Air Susu Ibu. 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 2 Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. 3 Staf Pengajar Bagian Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. xii

13 The Relationship between Primigravidity the Incidence of Neonatal Hypoglycemia in the First 24 hours life Ifta Iftati Sa diyah 1, Agus Saptanto 2, Ika Dyah Kurniati 3 ABSTRACT Background : Neonatal hypoglycemia is a condition the blood glucose less than 45 mg/dl. Increased incidence of hypoglycemia in neonatal who are at hight risk. Early breastfeeding can be one of therapy in neonatal hypoglycemia. The purpose of this study was to determine the relationship between primigravidity the incidence of neonatal hypogycemia in the first 24 hours of life. Methods : The research method is analytical observational study using a cross sectional approach. The population is all neonatal which is room in at RSUD Tugurejo Semarang Oktober- November The sampling method used total sampling obtained 40 samples. Research instrument that measure a random venous plasma glucose concentration and medical records in data analyst using Chi-square test. Result : Based on the statistical test showed that there is a relationship between primigravidity and the incidence of neonatal hypoglycemia in the RSUD Tugurejo Semarang (p= 0,028). Conclusions : The incidence of neonatal hypoglycemia has been increased in primigravidity by 6 or value. Keywords : primigravidity, neonatal hypoglycemia, breastfeeding. 1 Student of Medical School of Universitas Muhammadiyah Semarang 2 Lecture of Pediatrics at Medical School of Universitas Muhammadiyah Semarang 3 Lecture at Medical School of Universitas Muhammadiyah Semarang xiii

14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki Angka kematian bayi (AKB) lebih besar dibandingkan negara ASEAN lainnya. AKB di Indonesia mencapai 44 per 1000 kelahiran hidup. Jawa Tengah merupakan wilayah yang sudah mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 yaitu 10,75 per 1000 kelahiran hidup, angka ini lebih besar dari tahun sebelumnya saat 2011 yaitu sebesar 10,34 per 1000 kelahiran hidup. 1 AKB merupakan jumlah kematian bayi per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Penyebab kematian terbanyak pada bayi adalah prematuritas, asfiksia neonatorum, insufisiensi plasenta dan kelainan kongenital. Penanganan pada bayi baru lahir yang tidak adekuat dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan pada bayi. 2 Prematuritas dan insufisiensi plasenta dapat menyebabkan gangguan penyimpanan nutrisi jaringan dan kelainan genetik pada enzim dan hormon, salah satunya dapat menyebabkan hipoglikemia neonatus. 3 Hipoglikemia merupakan penurunan kadar glukosa darah kurang dari normal. Bayi memiliki nilai normal kadar glukosa darah sebesar >45 mg/dl. Hipoglikemia yang terjadi pada awal kehidupan sering didapatkan. Kondisi tersebut dapat normal dengan sendirinya dan bukan merupakan kondisi yang patologis karena kadar glukosa darah akan meningkat secara spontan dalam waktu 2-3 jam. 4 Insiden hipoglikemia meningkat pada bayi yang memiliki resiko tinggi. Penyebab dari hipoglikemia seringkali sangat kompleks. Hipoglikemia dapat terjadi pada beberapa kondisi neonatus seperti prematuritas, BBLR, asfiksia neonatorum, makrosomia, diabetes gestasional, kekurangan nutrisi dan anak sakit berat yang terdapat tanda klinis hipoglikemai. 5 Pemberian ASI secara dini dapat menjadi salah satu 1

15 terapi pada hipoglikemia. bayi yang normal sudah dapat diberikan ASI segera setelah lahir. 4 Pemberian ASI merupakan proses alamiah dan bermanfaat bagi bayi. Pemberian ASI pada hari pertama tidak mudah karena kebanyakan dari wanita menghadapi masalah dalam melakukannya. Keadaan yang sering terjadi pada hari pertama menyusui yaitu sulitnya proses keluarnya ASI. 6 Menyusui merupakan proses kompleks yang dapat mengalami gangguan pada beberapa tahap. Misalnya pada bentuk payudara dan putting yang tidak baik, namun perawatan payudara yang baik selama proses kehamilan dapat berpengaruh terhadap proses keberhasilan menyusui. Produksi ASI tidak dapat dimulai dan dipertahankan pada waktu yang cepat untuk memenuhi kebutuhan bayi yang lapar. Kebanyakan dari ibu merasa khawatir akan kegagalan dalam menyusui dan mengalami luka pada putting susu serta adanya rasa nyeri dan pembengkakan pada payudara. 7 Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara primigravida dengan kejadian hipoglikemia neonatus pada 24 jam pertama kehidupan. B. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara primigravida dengan kejadian hipoglikemia neonatus pada 24 jam pertama kehidupan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui apakah terdapat hubungan antara primigravida dengan kejadian hipoglikemia neonatus pada 24 jam pertama kehidupan. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan angka kejadian hipoglikemia neonatus pada 24 jam pertama kehidupan. b. Mendeskripsikan angka kejadian hipoglikemia neonatus pada 24 jam pertama kehidupan pada primigravida dan bukan primigravida. 2

16 c. Menganalisis hubungan antara primigravida dengan kejadian hipoglikemia pada 24 jam pertama kehidupan. D. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Peneliti, Tahun Rosa Mutianingsih, 2012 Emil 2011 Azlin, Bella Rumangkang 2016 Judul Penelitian Hubungan antara berat badan lahir rendah dengan kejadian ikterus, hipoglikemia dan infeksi neonatorum di RSUP NTB tahun Hubungan antara skor apgar dengan kadar glukosa darah pada bayi baru lahir Hubungan antara kadar gula darah bayi baru lahir dengan ibu hamil yang mengalami obesitas. Metode Penelitian Desain yang digunakan bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian potong lintang dilakukan pada bayi baru lahir cukup bulan dan kurang bulan di RS Pirngadi Medan. Data disajikan secara deskriptif. Dihitung menggunakan statistik pearson Chi-Square Penelitian studi analitik prospektif Hasil Penelitian Ada hubungan antara berat badan lahir rendah dengan kejadian ikterus, hipoglikemia dan infeksia neonatorum. Ada hubungan terbalik yang sangat lemah antara skor APGAR dengan kadar glukosa darah pada bayi yang cukup bulan dan kurang bulan dengan p=0,001 Ada hubungan antara semua ibu hamil yang obesitas dengan kadar gula darah yang rendah pada bayi baru lahir. Perbedaan keaslian penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah: 1. Variabel bebas yang digunakan. Pada penelitian ini menggunakan variabel bebas Primigravida. 2. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukandi RSUD Tugurejo Semarang. 3

17 E. Manfaat Penelitian 1. Bidang Praktisi Memberikan masukan bagi penyedia pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas tatalaksana Hipoglikemia Neonatus. 2. Bidang Teoritis Memberikan bahan pengetahuan untuk penelitian selanjutnya sebagai pertimbangan referensi. 4

18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipoglikemia Neonatus a. Definisi Hipoglikemia merupakan keadaan kadar glukosa darah yang rendah. Normalnya kadar glukosa darah pada bayi adalah >45 mg/dl. 4 sedangkan pada dewasa adalah <200 mg/dl. 8 Hipoglikemia neonatus adalah keadaan kadar glukosa darah yang rendah setelah lahir. 4 b. Etiologi Hipoglikemia dibedakan menjadi dua berdasarkan umur yaitu yaitu hipoglikemia transien pada neonatus atau bayi dan hipoglikemia pada masa kanak. Pembagian yang sekarang didasarkan pada proses patofisiologi yaitu defek keberadaan glukosa plasma (produksi glukosa kurang) dan peningkatan pemakaian glukosa plasma. Kelainan yang dapat menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan yaitu : 1) Hiperinsulinemia Hiperinsulinemia dapat menyebabkan pemakaian glukosa secara berlebihan akibat rangsangan dari pengambilan glukosa oleh otot. Pada bayi, keadaan ini terjadi karena defek genetik yang dapat menyebabkan aktivasi reseptor sulfonylurea akibat dari sekresi insulin yang menetap. Bayi yang lahir dari ibu penderita diabetes memiliki kadar insulin yang tinggi setelah lahir karena tingginya paparan glukosa in utero yang diakibatkan kurangnya kontrol kadar glukosa selama kehamilannya. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya hiperinsulinemia pada bayi. 5

19 2) Defek pada pelepasan glukosa (siklus krebs) Kelainan ini jarang terjadi. Biasanya apabila terjadi akibat proses pembentukan ATP dari oksidasi glukosa yang terganggu. 3) Defek pada produksi energi alternatif Kelainan ini dapat mengganggu penggunaan lemak sebagai energi, sehingga tubuh sangat tergantung pada glukosa. 4) Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik termasuk hipertiroid. 3 Kelainan yang dapat menyebabkan kekurangan produksi glukosa yaitu : 1) Simpanan glukosa yang tidak adekuat, misalnya prematur, hipoglikemia ketotik dan malnutrisi. Kelainan ini sering menjadi penyebab dari hipoglikemia, disamping hipoglikemia yang terjadi akibat pemberian insulin pada diabetes. Kelainan ini dapat dibedakan dari gejala klinis dan adanya hipoglikemia ketotik. 2) Kelainan pada produksi glukosa di hepar Kelainan produksi glukosa yang menurun dapat terjadi melalui beberapa defek termasuk blockade pada pelepasan dan sintesa glukosa atau blockade glukoneogenesis. 3) Kelainan hormonal Kelainan ini diakibatkan oleh hormon pertumbuhan dan kortisol yang berperan pada proses pembentukan energi alternatif dan merangsang dari produksi glukosa. 4) Toksin dan penyakit lain (etanol, salisilat, malaria) Etanol berperan menghambat proses glukoneogenesis melalui hepar sehingga dapat menyebabkan hipoglikemia. Biasanya terjadi pada penderita diabetes, dimana pemakaian insulin tidak dapat mengurangi sekresi insulin sebagai respon apabila terjadi hipoglikemia. Intoksikasi salisilat dapat mengakibatkan 6

20 hipoglikemia karena menambah sekresi insulin dan hambatan pada glukoneogenesis. 3 c. Patofisiologi Pada anak dan dewasa mempunyai persamaan substrat dan pengaturan metabolisme hormonal, namun homeostatis glukosa pada bayi berbeda. 1) Metabolisme glukosa pada janin Homeostatis glukosa yang terjadi pada neonatus dan anak membutuhkan beberapa penjelasan spesifik. Pertama karena adanya transisi kehidupan dari intrauterin ke ekstrauterin. Kedua adanya penggunaan kadar glukosa yang meningkat pada neonatus dibandingkan dewasa. Pada janin glukosa melewati sawar plasenta secara difusi yang dapat menyebabkan janin tidak dependent terhadap proses glikogenolisis dan glukoneogenesis karena terus disuplai dengan glukosa dari ibu. Mekanisme glukoneogenesis terus berkembang seutuhnya saat mendekati persalinan. Pada trisemester terakhir janin akan mengakumulasi cadangan lemak, glikogen serta mengalami peningkatan aktivitas. Saat lahir neonatus memiliki cadangan lemak dan glikogen yang cukup untuk waktu yang singkat apabila terjadi penurunan kalori. Beberapa jam setelah lahir konsentrasi glukosa plasma akan menurun sedangkan asam lemak bebas menjadi meningkat. Namun cadangan glikogen menjadi terbatas sehingga dependent terhadap proses glukoneogenesis. Bila seorang ibu saat hamil mendapat nutrisi yang adekuat, maka pada janin tidak terjadi glukoneogenesis. Selain di dalam kandungan, energi pokok yang digunakan oleh janin adalah glukosa dan asam amino. Glukosa pada ibu masuk kejanin melalui plasenta secara difusi karena adanya perbedaan 7

21 konsentrasi pada ibu dan plasma janin, dimana kadar glukosa plasma janin 70-80% sama dengan kadar dalam vena ibu. 9 2) Sistem endokrin Insulin merupakan hormon regulasi glukosa plasma. Insulin bekerja untuk menurunkan produksi glukosa endogen dan dapat meningkatkan pemakaian glukosa di perifer. Insulin menstimulasi membran sel otot skelet, otot jantung dan jaringan lemak adiposa serta penyimpanan glukosa menjadi glikogen. Dalam keadaan konsentrasi yang rendah, insulin merupakan inhibitor proses lipolisis dan proteolisis. Beberapa substrat seperti asam lemak bebas, badan keton dan asam amino dapat meningkatkan pelepasan insulin dari sel beta pankreas baik secara langsung maupun tidak langsung. Hormon kontraregulasi seperti adrenokortikotropik (ACTH), kortisol, glukagon, epinefrin dan growth hormon memiliki efek meningkatkan kadar glukosa plasma dengan menghambat uptake glukosa oleh otot ( epinefrin, kortisol dan growth hormon), meningkatkan proses glukoneogenesis endogen melalui proteolisis (kortisol), aktivitas lipolisis dan meningkatkan proses glukoneogenesis berbahan asam lemak bebas (epinefrin, glukagon, growth hormon, ACTH dan kortisol), menghambat sekresi insulin dari pankreas (epinefrin), aktivasi enzim glikogenolisis dan glukoneogenesis (epinefrin dan glukagon) serta meningkatkan produksi dan menginduksi enzim glukoneogenesis dalam jangka yang panjang (glukagon dan kortisol). Bila kadar glukosa darah meningkat setelah makan, maka sekresi insulin akan meningkat dan merangsang hepar untuk menyimpan glukosa sebagai glikogen. Bila sel pada hepar dan otot kelebihan glukosa, maka kelebihan glukosa tersebut akan disimpan sebagai lemak. Bila kadar glukosa menurun, maka glukagon akan merangsang hepar untuk proses glikogenolisis dan 8

22 melepaskan glukosa kembali ke dalam darah. Pada keadaan lapar, hepar akan mempertahankan kadar glukosa melalui proses glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan proses pembentukan glukosa dari asam amino. Otot memberikan simpanan glikogen dan memecah protein otot menjadi asam amino yang merupakan substrat untuk proses glukoneogenesis di hepar. Asam amino dalam sirkulasi akan dikatabolisme menjadi keton, sedangkan asetoasetat dan beta hidroksi butirat digunakan untuk membantu bahan bakar untuk sebagian besar jaringan termasuk otot. Hipotalamus akan merangsang sistem saraf simpatis dan epinefrin yang disekresi oleh adrenal yang akan menyebabkan pelepasan glukosa oleh hepar. Bila terjadi hipoglikemia yang berkelanjutan untuk beberapa hari, maka hormon pertumbuhan dan kortisol disekresi dan akan terjadi penurunan penggunaan glukosa oleh sebagian besar sel dalam tubuh. Glukagon merupakan hormon yang pertama kali dalam mengatasi terjadinya hipoglikemia, apabila gagal maka epinefrin yang memegang peranan penting. 10 3) Kompensasi terhadap keadaan hipoglikemia Dalam keadaan normal tubuh akan mempertahankan hipoglikemia dengan cara menurunkan sekresi insulin dan meningkatkan sekresi glukagon, epinefrin, hormon pertumbuhan dan kortisol. Perubahan hormon tersebut dikombinasi dengan meningkatnya keluaran glukosa dihepar. Respon pertama yang terjadi adalah meningkatkan produksi glukosa dari hepar dengan melepaskan cadangan glikogen dihepar serta menurunkan sekresi insulin dan meningkatkan sekresi glukagon. Bila cadangan glikogen habis maka terjadi peningkatan kerusakan protein karena efek kortisol yang meningkat serta proses glukoneogenesis hepar diganti dengan glikogenolisis sebagai sumber produksi glukosa. 9

23 Kerusakan protein tersebut yaitu meningkatnya asam amino glukogenik, alanin dan glutamine dalam plasma. Penurunan kadar glukosa perifer pada keadaan awal dapat menurunkan kadar insulin, yang kemudian di ikuti peningkatan kadar epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan. Ketiga proses tersebut dapat meningkatkan lipolisis dan asam lemak bebas dalam plasma yang digunakan sebagai bahan bakar alternatif bagi tubuh dan menghambat penggunaan glukosa. Hipoglikemia terjadi apabila satu atau lebih mekanisme keseimbangan tersebut mengalami kegagalan atau penurunan glukosa yang berlebihan seperti pada kondisi hiperinsulinemia atau produksi yang kurang seperti pada penyakit glycogen storage serta kombinasi defisiensi hormon pertumbuhan dan kortisol. 3 4) Perbedaan metabolisme glukosa pada bayi dan dewasa. Pada orang dewasa setelah makan hingga 14 jam kemudian, metabolisme glukosa 2 mg/kgbb/menit kemudian menurun menjadi 1,8 mg/kgbb/menit pada 30 menit setelah makan. kadar metabolisme glukosa pada bayi dan anak pada 14 jam setelah makan jumlahnya 3 kali lipat lebih besar pada orang dewasa dan saat 30 menit kemudian setelah makan kadarnya akan menurun menjadi 3,8mg/kgBB/menit. Pada bayi dan anak kemampuan tubuh tidak semaksimal pada orang dewasa sehingga akan terjadi penurunan progresif dari konsentrasi glukosa plasma dalam darah yang singkat. Perbedaan adaptasi puasa pada orang dewasa dan anak disebabkan karena perbedaan massa otak, dimana kadar otak anak lebih besar dibandingkan tubuh sehingga penurunan glukosa terjadi lebih cepat akibat dari proses pemakaian. Glikogenolisis yang terjadi pada anak tidak sebanyak yang terjadi pada dewasa karena massa otot pada anak lebih kecil dibandingkan pada dewasa sehingga 10

24 cara mepertahankan glukosa plasma banyak menggunakan proses glukoneogenesis. 9 d. Klasifikasi Tabel 2.1 Klasifikasi hipoglikemia pada bayi dan anak. 3 Neonatus Hipoglikemia Sementara 1. Dihubungkan dengan ketidakcukupan substrat atau fungsi enzim a. Prematuritas b. Kecil menurut umur kehamilan c. Kembar yang lebih kecil d. Bayi distress dengan pernafasan berat e. Bayi dari ibu toksemia 2. Dihubungkan dengan hiperinsulinemia Neonatus Hipoglikemia Infantil atau Masa Anak Persisten 1. Keadaan hiperinsulinemia a. Nesidioblastosis b. Sensitivitas leusin c. Malaria falsifarum 2. Defisiensi hormon a. Panhipopituitarisme b. Defisiensi ACTH c. Defisiensi glukagon d. Defisiensi epinefrin e. Defisiensi hormon pertumbuhan murni 3. Substrat terbatas a. Hipoglikemia ketotik b. Ketonuria rantai cabang 4. Penyakit penyimpanan glikogen a. Defisiensi glukosa-6-fosfatase b. Defisiensi amilo-1,6-difosfatase c. Defisiensi glikogen sintesa 5. Gangguan glukoneogenesis a. Intoksikasi alkohol akut b. Intoksikasi salisilat e. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis dari hipoglikemia yaitu pertama meliputi gejala yang berkaitan dengan aktivasi sistem saraf autonom dan pelepasan epinefrin yang disertai dengan penurunan kadar glukosa. Kedua meliputi gejala yang disebabkan karena penurunan penggunaan glukosa otak yang disertai dengan hipoglikemia yang lama. Pada neonatus biasanya gejala disertai hipotermia, hipotonia dan kejang-kejang. 3 sianosis, apnea, 11

25 f. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang disertai gejala klinis penting untuk menentukan diagnosa hipoglikemia. Apabila terdapat gejala dari hipoglikemia maka harus dilakukan pemeriksaan kadar gula darah untuk memastikan. Kadar glukosa darah dapat diukur dengan menggunakan glukometer. Bayi yang memiliki resiko harus dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah. 5 Pemeriksaan glukosa darah penting dilakukan secara berkala hingga bayi dapat meminum ASI secara peroral dan tidak memakai infus selama 24 jam. Bayi dengan hipoglikemia membutuhkan infus glukosa selama 5 hari lebih untuk dilakukan evaluasi penyebabnya. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan serum terhadap kadar insulin, kortisol, hormon pertumbuhan, elektrolit darah, tes faal hati dan pemeriksaan formal gula darah puasa (OGTT). 5 g. Penatalaksanaan Tujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah menurunkan kadar glukosa darah secepat mungkin agar kembali normal, menghindari hipoglikemia yang berulang sampai homeostatis glukosa normal dan mencari penyakit yang mendasari hipoglikemia. 5 1) Medikamentosa Pada neonatus, hipoglikemia yang terjadi pada aterm asimptomatik, dapat diberikan larutan glukosa atau susu formula, bila memungkinkan dapat diberikan ASI. Pengobatan akut neonatus meliputi pemberian intravena 2 ml/kg disertai dengan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit, menyesuaikan kecepatan untuk mempertahankan kadar glukosa darah agar menjadi normal. Tatalaksana hipoglikemia pada neonatus adalah : a) Memantau kadar glukosa darah Pada semua neonatus beresiko tinggi: (1) Pada saat lahir. 12

26 (2) 30 menit kemudian setelah lahir. (3) setiap 2-4 jam selama 48 jam sampai pemberian minum berjalan baik dan kadar glukosa menjadi normal. b) Pencegahan hipoglikemia (1) Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah seperti hipotermia. (2) Apabila bayi tidak memungkinkan untuk menyusui maka dengan pemberian minum menggunakan sonde dalam waktu 1-3 jam setelah lahir. (3) Neonatus dengan resiko tinggi dipantau kadar glukosa serta asupannya dan dilakukan tiga kali pengukuran hasilnya normal sebelum pemberian minum diatas 45mg/dL. c) Hipoglikemia refraktori Kebutuhan glukosa dengan >12mg/kg/menit menunjukan adanya keadaan hiperinsulisme, yang dapat dilakukan dengan : (1) Hidrokortison 5 mg/kg/hari secara i.m diberikan dalam dosis terbagi setiap 8 jam. (2) Prednison oral 1-2 mg/kg/hari diberikan setiap 6-12 jam (3) Glukagon 200µg secara i.v. (4) Diazoxide oral mg/kg/hari diberikan dalam dosis setiap 6 jam ASI a. Definisi Air susu ibu (ASI) adalah emulsi lemak yang terdapat dalam larutan protein, laktosa serta garam-garam organik yang disekresikan oleh kelenjar mammae yang berfungsi sebagai makanan utama bayi karena memiliki manfaat yang diperlukan bayi dalam membangun dan menyediakan energi

27 b. Manfaat pemberian ASI ASI memiliki manfaat bagi bayi yaitu: 1) Kolostrum yang terdapat dalam ASI mengandung antibodi yang kuat untuh mencegah terjadinya infeksi. 2) ASI mengandung komposisi yang terdiri atas proporsi seimbang dan cukup yang diperlukan bayi untuk 6 bulan pertama kehidupannya. 3) ASI membantu untuk memulai kehidupan yang baik. Bayi yang diberikan ASI akan mengalami kenaikan berat badan setelah lahir. 12 c. Fisiologi ASI Selama proses kehamilan hormon yang dihasilkan oleh plasenta yaitu hormon laktogen, koriogonadotropin, estrogen dan progesteron berfungsi untuk menginduksi perkembangan alveoli dan duktus laktiferus yang ada di dalam mammae. Hormon laktogen dan hormon prolaktin yang berasal dari hipofisis ( glandula pituitari) anterior akan merangsang produksi dari kolostrum. Tetapi Produksi dari ASI tidak hanya berlangsung sampai sesudah proses kelahiran bayi walaupun kadar prolaktin yang tinggi karena dihambat oleh estrogen. Sesudah proses persalinan, kadar estrogen dan progesteron akan menurun dengan melepasnya plasenta, tetapi prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada hambatan lagi terhadap prolaktin oleh estrogen dan ASI mulai diproduksi. Pelepasan ASI di bawah kendali oleh neuroendokrin. Rangsangan sentuhan ketika bayi mengisap pada payudara akan merangsang produksi prolaktin yang akan memacu dari sel-sel kelenjar untuk memproduksi ASI, sehingga semakin bayi sering menyusu maka semakin banyak pula prolaktin yang akan diproduksi sehingga semakin banyak produksi air susu yang dikeluarkan, dimana pada proses ini dikenal dengan refleks prolaktin. 14

28 Saat bayi mengisap akan merangsang hipofisis posterior untuk mengeluarkan hormon oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel mioepitel akan mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus laktiferus untuk menuju sinus laktiferus dimana nantinya akan disimpan. Saat bayi mengisap ASI yang terdapat dalam sinus akan tertekan keluar ke mulut bayi. Proses ini dinamakan let down atau pelepasan. 13 d. Komposisi ASI Komposisi ASI pada isapan pertama berbeda dengan isapan terakhir. Pada isapan pertama banyak mengandung air, sedangkan pada isapan terakhir banyak mengandung lemak dan karbohidrat. Berdasarkan waktu produksinya, komposisi ASI digolongkan menjadi: 1) Kolostrum Merupakan cairan yang pertama kali disekresikan oleh kelenjar payudara yang mengandung tissue debris dan residual material dalam alveoli dan duktus yang terdapat pada hari pertama sampai hari keempat. kolostrum banyak mengandung protein jika dibandingkan dengan ASI yang matur, tetapi pada ASI yang matur kolostrum protein yang utama adalah globulin. Komposisi dari kolostrum dari hari kehari selalu berubah. Volume berkisar antara ml/24 jam. 2) ASI transisi atau peralihan Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. Disekresikan pada hari ke empat sampai hari kesepuluh dari masa laktasi. Kadar protein pada masa ini semakin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin meningkat. Volume berkisar antara ml/24 jam. 3) Air susu matur Merupakan ASI yang disekresikan pada hari ke sepuluh dan seterusnya. Pada ibu dengan kondisi yang sehat dimana produksi 15

29 ASI yang cukup, ASI ini merupakan makanan yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai dengan usia 6 bulan. 14 e. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI yaitu: 1) Faktor dari bayi a) Penggunaan empongan (pacifier) Beberapa bayi banyak menghisap dengan menggunakan empongan sehingga dapat menurunkan kesempatan menyusui. Akibatnya payudara jarang dirangsang yang kemudian dapat menurunkan produksi ASI. b) Penggunaan nipple shield Dapat mempengaruhi rangsangan ke otak ibu yang timbul akibat rangsangan isapan sehingga akan menurunkan refleks let down. 2) Faktor dari ibu a) Kecemasan, stress dan kelelahan Akan menekan hormon prolaktin yang menyebabkan produksi ASI menurun. b) Merokok dan memproduksi obat-obatan c) Diet yang jelek Pada ibu yang menyusui tidak ada pantangan dalam makanan. Pada diet yang jelek akan menurunkan kandungan gizi yang akan menurunkan produksi ASI Primigravida Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama kali hamil. Wanita yang baru pertama kali hamil dengan usia dibawah 20 tahun disebut pimigravida muda. Usia terbaik untuk seorang wanita hamil yaitu antara 20 sampai 35 tahun. Sedangkan wanita yang pertama kali hamil dengan usia diatas 35 tahun disebut primigravida tua. 16 Primigravida muda merupakan kehamilan risiko tinggi (KRT) dimana keadaan jiwa dan kesehatan baik dari ibu maupun bayi dapat 16

30 terancam. Risiko untuk kematian maternal pada primigravida muda lebih jarang dijumpai dari pada dengan primigravida tua. Dikarenakan pada primigravida muda mempunyai kekuatannya yang masih baik

31 B. Kerangka Teori Ibu hamil Primigravida Non primigravida persalinan Menyusui ASI Maternal : Faktor psikologi Nutrisi Bentuk payudara Kadar glukosa C. Kerangka Konsep Primigravida Normal Hipoglikemia Hipoglikemia neonatus Faktor anak : Asfiksia BBLR Makrosomia Prematur Serotinus Bayi kembar Hipotermia D. Hipotesis Terdapat hubungan antara primigravida dengan kejadian hipoglikemia neonatus pada 24 jam pertama kehidupan. 18

32 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Pengetahuan Termasuk penelitian Ilmu Kesehatan Anak yang berhubungan dengan kejadian hipoglikemia pada neonatus. 2. Tempat Penelitian Dilakukan di Ruang Rawat Gabung RSUD Tugurejo Semarang. 3. Waktu Penelitian Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai November B. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Merupakan observasional analitik karena peneliti mengobservasi tanpa melakukan perlakuan terhadap objek yang akan diteliti. 2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data Berdasarkan waktu pengumpulan data pada penelitian ini bersifat cross sectional dimana pengambilan data untuk variabel bebas dan terikat dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi pada penelitian adalah semua neonatus di Ruang Rawat Gabung RSUD Tugurejo Semarang. 2. Sampel Penelitian Semua neonatus di Ruang Rawat Gabung RSUD Tugurejo Semarang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi mulai bulan Oktober sampai November

33 a. Cara Pengambilan Sampel Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah Total Sampling, dimana pengambilan sampel didasarkan jumlah sampel bulan Oktober sampai November ) Kriteria Inklusi a) Bayi dengan usia gestasi 37 sampai 42 minggu. b) Bayi sehat tanpa cacat bawaan. c) Bayi yang lahir di Ruang Bersalin kelas III. d) Usia Ibu 20 sampai 35 tahun. e) Lahir spontan. f) Ibu tidak anemia. g) Tidak ada kelainan payudara pada ibu. 2) Kriteria Eksklusi a) BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah). b) Bayi kembar. c) Bayi dengan asfiksia. d) Makrosomia. e) Diabetes gestasional. f) Hipotermia. D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian adalah Primigravida. 2. Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah hipoglikemia neonatus. 20

34 E. Definisi Operasional Variabel Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasioanal Variabel Definisi operasional Kategori Skala pengukuran Variabel bebas Primigravida seorang wanita yang baru pertama kali hamil baik dengan usia dibawah 20 tahun maupun diatas 35 tahun. Ya Tidak Nominal Variabel terikat Hipoglikemia Neonatus Keadaan kadar glukosa darah rendah (kurang dari 45 mg/dl). Ya tidak Nominal F. Prosedur Pengambilan Glukosa Darah Sewaktu pada Sampel 1. Sebelum dilakukan pengambilan sampel, informed consent terlebih dahulu terhadap responden dan menjelaskan tujuan dari pengambilan gula darah. 2. Sampel yang akan diambil yaitu semua neonatus di Ruang Rawat Gabung RSUD Tugurejo Semarang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dari bulan Oktober sampai November Pengambilan dilakukan pada saat neonatus berusia 1-3 jam, dimana pengambilan glukosa darah dilakukan oleh bidan atau perawat yang berkompetensi. 4. Alat yang digunakan berupa glukometer merk GlucoDr, alcohol swab, test strip, lancet (jarum penusuk) dan lancing device (alat penusuk). Bahan yang digunakan adalah setetes darah yang diambil dari salah satu jari neonatus. Prosedur pemeriksaan gula darah yaitu : a. Mempersiapkan alat yang akan digunakan. b. Memastikan bahwa orang tua responden bersedia untuk dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu. c. Membersihkan salah satu tumit pada kaki yang akan diambil darahnya menggunakan alcohol swab. 21

35 d. Memasukkan lancet (jarum penusuk) kedalam lancing device (alat penusuk) dan memasukan test strip kedalam glukometer. e. Mengambil darah menggunakan lancing device (alat penusuk), lalu memasukan setetes darah pada test strip yang telah terpasang pada glukometer. f. Kemudian menunggu 11 detik untuk melihat hasilnya. g. Apabila kadar glukosa <45 mg/dl maka hipoglikemia. G. Alur Penelitian Semua neonatus Kriteria eksklusi Kriteria inklusi Hipoglikemia neonatus (+) Hipoglikemia neonatus (-) Primigravida Non primigravida Primigravida Non primigravida Pengumpulan data Analisis data Kesimpulan 22

36 H. Pengolahan Data Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan tahap pengolahan data melalui beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Editing Merupakan tahap pengumpulan dan pemeriksaan data yang ada lalu diperiksa apakah data sudah sesuai dengan jumlah sampel dan apakah cara pengisiannya sudah benar atau terdapat kekeliruan. 2. Coding Merupakan tahap untuk mengklasifikasikan data berdasarkan kategori masing-masing. Pemberian kode dilakukan setelah data diedit untuk mempermudah pengolahan data yaitu : Variabel Kategori Kode Hipoglikemia Ya 1 neonatus Tidak 2 Primigravida 3. Procesing Ya Tidak Merupakan tahap memproses data yang dialkukan dengan cara mengentry (memasukan data) kedalam program komputer. 4. Cleaning Merupakan tahap pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak. I. Analisis Data Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat dan analisis bivariat. 1. Univariat Analisis univariat adalah analisis data yang dilakukan secara deskriptif untuk memperoleh gambaran nilai minimal, maksimal, ratarata, simpangan baku dan distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti

37 2. Bivariat Analisis bivariat adalah analisis data yang dilakukan untuk melihat hubungan antara primigravida sebagai variabel bebas dan kejadian hipoglikemia neonatus sebagai variabel terikat. Teknik yang digunakan adalah uji chi-square. Dengan tingkat kepercayaan 95% (α 0,05), jika p 0,05 maka terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. J. Jadwal Penelitian Tabel 3.2 Jadwal Penelitian Kegiatan MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER Pembuatan proposal Ujian proposal Sampling Mengumpulkan data Pengolahan dan Analisis data Menulis laporan Ujian skripsi 24

38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang pada bulan Oktober sampai November Sampel penelitian ini adalah semua neonatus di Ruang Rawat Gabung RSUD Tugurejo Semarang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada bulan Oktober sampai November Pada penelitian ini didapatkan 40 sampel. Hasil disajikan dalam bentuk tabel. 1. Gambaran Umum Kejadian Hipoglikemia Neonatus a. Jenis kelamin neonatus Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Neonatus. Variabel Kategori Jumlah Persentase Jenis Kelamin Laki-Laki 23 57,5% Perempuan 17 42,5% Berdasarkan Tabel 4.1 jenis kelamin sampel untuk kategori lakilaki sejumlah 23 neonatus (57,5%) dan wanita sejumlah 17 neonatus (42,5%). b. Pendidikan terakhir ibu Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Ibu. Variabel Kategori Jumlah Persentase Pendidikan Terakhir Ibu SD SMP SMA D2 S % 45% 45% 2,5% 2,5% Berdasarkan Tabel 4.2 pendidikan terakhir ibu untuk kategori SD sejumlah 2 orang (5%), SMP sejumlah 18 orang (45%), SMA sejumlah 18 orang (45%), D2 sejumlah 1 orang (2,5%) sejumlah 1 orang (2,5%). dan S1 25

39 c. Pembayaran saat persalinan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pembayaran saat Persalinan. Variabel Kategori Jumlah Persentase Pembayaran BPJS non PBI BPJS PBI Jamkesda % 20% 20% Berdasarkan Tabel 4.3 jenis pembayaran saat persalinan untuk kategori BPJS non PBI sejumlah 24 orang (60%), BPJS PBI sejumlah 8 orang (20%) dan jamkesda sejumlah 8 orang (20%). d. Penyulit saat persalinan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Penyulit saat Persalinan. Variabel Kategori Jumlah Persentase Penyulit persalinan Normal Partus lama Preeklampsia Oligohidramnion Letak sungsang Plasenta previa totalis % 2,5% 7,5% 10% 5% 2,5% Berdasarkan Tabel 4.4 penyulit saat persalinan untuk kategori normal sejumlah 26 orang (65%), partus lama sejumlah 1 orang (2,5%), preeklampsia sejumlah 3 orang (7,5%), oligohidramnion sejumlah 4 orang (10%), letak sungsang sejumlah 2 orang (5%) dan plasenta previa totalis sejumlah 1 orang (2,5%). e. Jumlah persalinan spontan selama 2016 Tabel 4.5 Jumlah Persalinan Spontan bulan Oktober November Bulan Oktober November tahun 2016 Jumlah Berdasarkan tabel 4.5 persalinan spontan bulan oktober berjumlah 117 persalinan dan bulan november berjumlah 115 persalinan. 2. Analisis Univariat a. Kejadian hipoglikemia neonatus. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kejadian Hipoglikemia Neonatus. Variabel Kategori Jumlah Persentase Hipoglikemia Ya 10 25% Tidak 30 75% 26

40 Berdasarkan Tabel 4.6 neonatus yang menderita hipoglikemia sejumlah 10 neonatus (25%) dan yang tidak menderita hipoglikemia sejumlah 30 neonatus (75%). Kadar glukosa darah sewaktu neonatus berkisar antara 34 mg/dl sampai 144 mg/dl dengan rata-rata 78,40 mg/dl dan simpangan baku 29,081. b. Kejadian hipoglikemia neonatus pada primigravida. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kejadian Hipoglikemia Neonatus pada Primigravida. Variabel Kategori Jumlah Persentase Hipoglikemia Ya 8 40% Tidak 12 60% Berdasarkan Tabel 4.7 neonatus yang menderita hipoglikemia pada primigravida sejumlah 8 neonatus (40 %) dan yang tidak menderita hipoglikemia pada primigravida sejumlah 12 neonatus (60%). Kadar glukosa darah sewaktu neonatus berkisar antara 34 mg/dl sampai 144 mg/dl dengan rata-rata 71,70 mg/dl dan simpangan baku 31,037. c. Kejadian hipoglikemia neonatus pada bukan primigravida. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kejadian Hipoglikemia Neonatus pada bukan Primigravida. Variabel Kategori Jumlah Persentase Hipoglikemia Ya 2 10% Tidak 18 90% Berdasarkan Tabel 4.8 neonatus yang menderita hipoglikemia pada bukan primigravida sejumlah 2 neonatus (10 %) dan yang tidak menderita hipoglikemia pada bukan primigravida sejumlah 18 neonatus (90%). Kadar glukosa darah sewaktu sampel berkisar antara 37 mg/dl sampai 126 mg/dl dengan rata-rata 85,10 mg/dl dan simpangan baku 26,

41 d. Distribusi Frekuensi Kejadian Hipoglikemia berdasarkan Jenis Kelamin. Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kejadian Hipoglikemia Neonatus berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Primigravida Bukan Primigravida Laki-laki 5 1 Perempuan 3 1 Berdasarkan tabel 4.9 neonatus yang menderita hipoglikemia pada primigravida dengan jenis kelamin laki-laki sejumlah 5 neonatus dan perempuan sejumlah 3 neonatus. Sedangkan neonatus yang menderita hipoglikemia pada bukan primigravida dengan jenis kelamin laki-laki sejumlah 1 neonatus dan perempuan sejumlah 1 neonatus. 3. Analisis Bivariat Primigravida a. Hubungan antara primigravida dengan kejadian hipoglikemia neonatus. Bukan primigravida Tabel 4.10 Hubungan antara Primigravida dengan Kejadian Hipoglikemia Neonatus. Hipoglikemia < 45mg/dL >45mg/dL P value OR 95%Cl 0,028 6,000 1, Berdasarkan Tabel 4.10 nilai signifikansi sebesar 0,028 (<0,050). Dari hasil tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara primigravida dengan kejadian hipoglikemia neonatus di RSUD Tugurejo Semarang dengan nilai OR (Odds Ratio) yaitu 6. Nilai OR ( Odds Ratio) 6 artinya primigravida berpeluang 6 kali memiliki hipoglikemia neonatus dibandingkan dengan bukan primigravida. Nilai interval rata-rata 95% Cl = 1, yang artinya primigravida berhubungan secara signifikan dengan kejadian hipoglikemia neonatus. 28

42 B. Pembahasan Hasil analisis menunjukan bahwa primigravida berhubungan secara signifikan terhadap kejadian hipoglikemia neonatus di RSUD Tugurejo Semarang. Nilai OR analisis sebesar 6. Pada primigravida atau ibu yang baru pertama kali hamil sering mengalami beberapa faktor kejiwaan dalam menghadapi persalinan seperti stres, keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan, ketakutan, kesakitan dan berbagai bentuk ketegangan emosional lainnya. 17 Selain itu setelah persalinan, proses menyusui masih menjadi hal yang membingungkan seperti cara menyusui, waktu pemberian serta produksi ASI yang lancar. Bila ada stres pada seorang ibu yang akan menyusui maka akan terjadi suatu blokade pada refleks let down, yang disebabkan karena pelepasan dari adrenalin (epinefri n) yang akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh dari alveoli akibatnya oksitosin sedikit untuk dapat mencapai target dari organ mioepitelium. 18 Karena tidak sempurnanya refleks let down maka terjadi penumpukan air susu dalam alveoli yang dapat menyebabkan payudara tampak membesar. Payudara yang membesar dapat menyebabkan terjadinya abses dan rasa sakit sehingga terjadi kegagalan dalam menyusui. Rasa sakit ini akan menjadikan seorang ibu akan bertambah stres. 18 Refleks let down yang tidak sempurna akan menyebabkan bayi yang haus menjadi tidak puas. Bayi yang haus dan tidak puas tersebut berusaha untuk mendapatkan air susu yang cukup dengan cara menambah dengan kuat isapannya sehingga dapat menimbulkan luka pada putting susu yang dapat dirasakan sakit oleh ibu yang kemudian akan menambah stres. Dari proses tersebut yang akan menyebabkan terjadinya kegagalan menyusui. 18 Secara fisik wanita mampu menyusui apabila mendapatkan dorongan yang cukup. Banyak penyebab proses menyusui tidak sempurna, tetapi yang utama adalah kekurangan dukungan, kurangnya pengetahuan, kelemahan bayi dan kegagalan memulai siklus lapar alamiah

43 Agar pemberian ASI berhasil maka seorang ibu harus mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengeluaran ASI terutama pada ibu primigravida agar dapat mempersiapkan diri dan mengatasi kendala saat pemberian ASI serta pada ibu primigravida belum memiliki pengalaman dalam memberikan ASI sehingga perlu adanya dukungan dengan memberikan pengetahuan faktor yang dapat mempengaruhi pengeluaran ASI. Faktor yang dapat mempengaruhi pengeluaran ASI yaitu menjaga dan mempertahankan kesehatan, asupan nutrisi ibu, gaya hidup dan lingkungan, ketentraman jiwa dan pikiran ibu, pengaruh persalinan, perawatan payudara selama kehamilan, keberhasilan inisiasi menyusi dini (IMD) dan pengetahuan dari ibu. 20 Menurunnya angka pemberian ASI disebabkan karena rendahnya tingkat pengetahuan ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, rendahnya pelyanan konseling laktasi, kurangnya dukungan dari tenaga kesehatan, ibu bekerja, persepsi sosial budaya yang menentang pemberian ASI dan pemasaran susu formula yang mempengaruhi pemikiran ibu dan para tenaga kesehatan. 20 Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah program pengenalan bayi untuk memulai menyusui dini segera setelah lahir. Secara alamiah pada bayi yang baru lahir akan bergerak kearah putting susu ibu. Pada setiap bayi mempunyai waktu pencapaian yang berbeda-beda. Ada yang membutuhkan waktu setengah jam bahkan ada yang sampai dua jam. Secara umum waktu yang diperlukan bagi bayi dalam keberhasilan IMD yaitu sekitar dua jam. Keberhasilan program IMD membutuhkan kerjasama dari beberapa pihak tenaga medis karena proses ini membutuhkan waktu yang lama bagi bayi sampai mampu menemukan dan mengisap putting ibu. Penelitian di Jakarta menunjukan bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusui dini delapan kali memiliki keberhasilan proses ASI Eksklusif. 21 Pada bayi yang dipuasakan termasuk salah satunya karena terlambat pemberian minum dapat menyebabkan hipoglikemia karena tidak 30

44 mencukupi kadar glukosa dalam darah. Hipoglikemia terjadi apabila kadar glukosa darah lebih rendah daripada bayi normal dengan usia postnatal yang sesuai. Kadar glukosa darah neonatus akan menurun setelah lahir 1 sampai 3 jam pada hari pertama kehidupan. Pada bayi aterm yang sehat kadar glukosa darah jarang dibawah 35 mg/dl dalam 1-3 jam pertama kehidupan, dibawah 40 mg/dl dalam 3-24 jam dan kurang dari 45 mg/dl setelah 24 jam. 22 Hipoglikemia neonatus merupakan keadaan kadar glukosa darah yang rendah setelah lahir. Normalnya kadar glukosa darah pada bayi adalah >45 mg/dl. 4 penyebab dari hipoglikemia sangat kompleks. Hipoglikemia terjadi karena defek keberadaan glukosa plasma (produksi glukosa kurang) dan peningkatan pemakaian glukosa plasma. Kelainan yang dapat menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan yaitu hiperinsulinemia. Pada hiperinsulinemia dapat menyebabkan pemakaian glukosa secara berlebihan akibat rangsangan dari pengambilan glukosa oleh otot. Pada bayi, keadaan ini terjadi karena defek genetik yang dapat menyebabkan aktivasi reseptor sulfonylurea akibat dari sekresi insulin yang menetap. Selain hiperinsulinemia kelainan yang lain yaitu defek pada produksi energi alternatif. Kelainan ini dapat mengganggu penggunaan lemak sebagai energi, sehingga tubuh sangat tergantung pada glukosa. 3 Kelainan yang dapat menyebabkan kekurangan produksi glukosa yaitu Simpanan glukosa yang tidak adekuat, misalnya prematur, hipoglikemia ketotik dan malnutrisi. Kelainan ini sering menjadi penyebab dari hipoglikemia, disamping hipoglikemia yang terjadi akibat pemberian insulin pada diabetes. Kelainan ini dapat dibedakan dari gejala klinis dan adanya hipoglikemia ketotik. Selain simpanan glukosa yang tidak adekuat, kelainan yang dapat menyebabkan kekurangan produksi glukosa adalah kelainan hormonal. Kelainan ini diakibatkan oleh hormon pertumbuhan dan kortisol yang berperan pada proses pembentukan energi alternatif dan merangsang dari produksi glukosa. 3 31

45 Faktor resiko lain yang dapat menyebabkan hipoglikemia neonatus adalah pasca asfiksia. Pada asfiksiaakan terjadi metabolisme anaerob dimana banyak memakai penggunaan glukosa. Dalam metabolisme anaerob, 1 gram glukosa hanya dapat menghasilkan 2 ATP, sedangkan dalam keadaan normal 1 gram glukosa dapat menghasilkan 38 ATP. Selain asfiksia faktor lainnya seperti, bayi dari ibu yang mengalami diabetes (diabetes gestasional). Ibu dengan kondisi diabetes yang tidak terkontrol akan memiliki kadar glukosa darah yang meningkat yang dapat melewati plasenta dan akan merangsang pembentukan insulin pada neonatus. Kemudian saat lahir kadar glukosa darah akan menurun secara tiba-tiba akibat pasokan dari plasenta yang berhenti yang menyebabkan hipoglikemia. 4 Pada bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK), selama di dalam kandungan, mengalami kekurangan gizi, sehingga tidak dapat membuat cadangan glikogen dan persediaan yang ada kadang sudah terpakai. Bayi KMK memiliki kecepatan metabolisme yang lebih besar sehingga untuk penggunaan glukosa lebih banyak dibandingkakan dengan bayi yang berat lahirnya sesuai dengan masa kehamilan sehingga bayi KMK beresiko terhadap terjadinya hipoglikema. 4 32

46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Kejadian hipoglikemia neonatus di RSUD Tugurejo periode Oktober sampai November 2016 diperoleh 25%. Kadar glukosa darah sewaktu sampel berkisar antara 34 mg/dl sampai 144 mg/dl. 2. Kejadian hipoglikemia neonatus pada primigravida diperoleh 40%. 3. Kejadian hipoglikemia neonatus pada bukan primigravida diperoleh 10%. 4. Terdapat hubungan yang bermakna antara primigravida dengan kejadian hipoglikemia neonatus, dengan nilai p = 0,028. B. Saran 1. Kepada tenaga kesehatan khususnya dokter untuk memonitor kadar glukosa darah sewaktu neonatus dan waspada terhadap kejadian hipoglikemia neonatus yang tinggi tanpa adanya gejala klinis. 2. Kepada tenaga kesehatan khususnya dokter dapat memonitor kadar glukosa darah sewaktu neonatus pada primigravida untuk mencegah terjadinya hipoglikemia neonatus. 3. Pentingnya untuk dilakukan IMD karena untuk memudahkan bayi dan ibu dalam memulai proses menyusui dan menyukseskan pemberian ASI eksklusif serta dapat meningkatkan daya tahan tubuh neonatus. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dianalisis lebih lanjut dengan menambah variabel lainnya serta mengembangkan metode penelitian untuk mengetahui hubungan faktor resiko lain dari hipoglikemia neonatus. 5. Kelemahan dan keterbatasan dalam penelitian ini adalah jumlah sampel yang relatif sedikit serta pemeriksaan kadar gula darah sewaktu 33

47 neonatus menggunakan glukometer. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak serta pemeriksaan kadar gula darah di laboratorium. 34

48 DAFTAR PUSTAKA 1. Dinas Kesehatan Jawa Tengah. Profil kesehatan Jawa Tengah. Semarang Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Kebidanan dalam masa lampau, kini dan kelak. Dalam : Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH, editors. Ilmu kebidanan sarwono prawirohardjo. Edisi keempat. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; Sperling MA. Hipoglikemia. Dalam : Nelson WE, Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM, Wahab AS, editor. Ilmu kesehatan anak nelson. Edisi 15. Volume 1. Jakarta : EGC ; diakses pada 10 Mei Pudjaji AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED, et al. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak Indonesia. Edisi II. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia ; Roesli U. Seri I mengenal ASI eksklusif. Jakarta : Pustaka Pembanguna Swadaya Nusantara ; Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Edisi 3. Jakarta : EGC ; Baradero M, Dayrit MW, Siswadi Yakobus. Klien gangguan endokrin : seri asuhan keperawatan. Jakarta : EGC ; Susanto, Rudi. Hipoglikemia pada bayi dan anak. Semarang : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Undip Batubara J. Buku ajar endokrinologi anak jilid 1. Jakarta : IDAI

49 11. Suraatmaja, sudaryat. Aspek gizi air susu ibu. Dalam : Soetjiningsih, editor. Seri gizi klinik ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC ; Pitriani R, Andriyani R. Laktasi dan menyusui. Dalam : Rahmadhani H, Selvasari R, editor. Panduan lengkap asuhan kebidanan ibu nifas normal (askeb III). Yogyakarta : CV. Budi Utama ; Bahiyatun. Proses laktasi dan menyusui. Dalam : Ester M, Handayani S, editor. Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta : EGC ; Bahiyatun. Proses laktasi dan menyusui. Dalam : Ester M, Handayani S, editor. Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta : EGC ; Siregar A. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI oleh ibu melahirkan. Skripsi. Sumatera Utara : USU Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba F. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : EGC Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC Kari IK. Anatomi payudara dan fisiologi laktasi. Dalam : Soetjiningsih, editor. Seri gizi klinik ASI petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC ; Barness LA, Curran JS. Nutrisi pemberian makan bayi dan anak. Dalam : Nelson WE, Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM, Wahab AS, editor. Ilmu kesehatan anak nelson. Edisi 15. Volume 1. Jakarta : EGC ; Nainggolan, Mindo. Pengetahuan ibu primigravida mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI di Puskesmas Simalingkar Medan. Skripsi. Sumatera Utara : USU

50 21. Anggraeni DY, Utomo B. Makanan sehat pendamping ASI. Jakarta : Demedia Pustaka ; Sperling, Mark. Hypoglicemia. Nelson Pediatrics 19 th edition. Elsevier Saunders. Philadelphia

51 Lampiran 1. Analisis Data 1. Gambaran Umum a. Jenis kelamin neonatus Jenis Kelamin Anak Valid Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Laki-Laki 23 57,5 57,5 57,5 Perempuan 17 42,5 42,5 100,0 Total ,0 100,0 b. Usia ibu Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Usia Ibu ,10 3,928 Valid N (listwise) 40 c. Pendidikan terakhir ibu Pendidikan Terakhir Ibu Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent SD 2 5,0 5,0 5,0 SMP 18 45,0 45,0 50,0 Valid SMA 18 45,0 45,0 95,0 D2 1 2,5 2,5 97,5 S1 1 2,5 2,5 100,0 Total ,0 100,0 d. Kadar Hb ibu Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kadar Hb Ibu 40 11,7 13,6 12,198,5568 Valid N (listwise) 40 38

52 e. Penyulit saat persalinan Penyulit Persalinan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent ,0 65,0 65,0 partus lama 1 2,5 2,5 67,5 KPD 3 7,5 7,5 75,0 Valid Preeklampsia 3 7,5 7,5 82,5 Oligohidramnion 4 10,0 10,0 92,5 letak sungsang 2 5,0 5,0 97,5 plasenta previa totalis 1 2,5 2,5 100,0 Total ,0 100,0 f. Pembayaran saat persalinan Valid Pembayaran Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent BPJS non PBI 24 60,0 60,0 60,0 BPJS PBI 8 20,0 20,0 80,0 Jamkesda 8 20,0 20,0 100,0 Total ,0 100,0 2. Analisis Univariat a. Angka kejadian hipoglikemia kategori GDS neonatus Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Hipoglikemia 10 25,0 25,0 25,0 Non hipoglikemia 30 75,0 75,0 100,0 Total ,0 100,0 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Gula Darah Sewaktu Neonatus ,40 29,081 Valid N (listwise) 40 39

53 b. Status primigravida ibu Status Primigravida Ibu Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Primigravida 20 50,0 50,0 50,0 Non Primigravida 20 50,0 50,0 100,0 Total ,0 100,0 c. Kadar gula darah pada primigravida Kategori Kadar GDS Primigravida Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Hipoglikemia 8 20,0 40,0 40,0 Valid Non hipoglikemia 12 30,0 60,0 100,0 Total 20 50,0 100,0 Missing System 20 50,0 Total ,0 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kadar GDS Primigravida ,70 31,037 Valid N (listwise) 20 d. Kadar gula darah pada bukan primigravida Kategori Kadar GDS Non Primigravida Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Hipoglikemia 2 10,0 10,0 10,0 Valid Non Hipoglikemia 18 90,0 90,0 100,0 Total ,0 100,0 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation kadar GDS Non Primigravida ,10 26,040 Valid N (listwise) 20 40

54 3. Analisis Bivariat a. Hubungan antara primigravida dengan kejadian hipoglikemia neonatus Status Primigravida Ibu * kategori GDS neonatus Crosstabulation kategori GDS neonatus Total Hipoglikemia Non hipoglikemia Count Primigravida % within Status Primigravida Ibu % within kategori GDS neonatus 40,0% 60,0% 100,0% 80,0% 40,0% 50,0% Residual 3,0-3,0 Status Primigravida Ibu Std. Residual 1,3 -,8 Count Non Primigravida % within Status Primigravida Ibu % within kategori GDS neonatus 10,0% 90,0% 100,0% 20,0% 60,0% 50,0% Residual -3,0 3,0 Std. Residual -1,3,8 Count Total % within Status Primigravida Ibu % within kategori GDS neonatus 25,0% 75,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Chi-Square Tests Value Df Asymp. Sig. (2- sided) Exact Sig. (2- sided) Exact Sig. (1- sided) Pearson Chi-Square 4,800 a 1,028 Continuity Correction b 3,333 1,068 Likelihood Ratio 5,063 1,024 Fisher's Exact Test,065,032 Linear-by-Linear Association 4,680 1,031 N of Valid Cases 40 a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,00. b. Computed only for a 2x2 table 41

55 Risk Estimate Value 95% Confidence Interval Lower Upper Odds Ratio for Status 6,000 1,082 33,274 Primigravida Ibu (Primigravida / Non Primigravida) For cohort kategori GDS 4,000,967 16,551 neonatus = Hipoglikemia For cohort kategori GDS,667,453,981 neonatus = Non hipoglikemia N of Valid Cases 40 42

56 Lampiran 2. Diagram Distribusi Frekuensi Frekuensi Hipoglikemia Neonatus Frekuensi Hipoglikemia Neonatus pada Primigravida 43

57 Frekuensi Hipoglikemia Neonatus pada bukan Primigravida 44

58 Lampiran 3. Grafik Analisis Bivariat 45

59 Lampiran 4. Data Penelitian 46

60 Lampiran 5. Surat Balasan Izin Penelitian di RSUD Tugurejo Semarang 47

61 Lampiran 6. Ethical Clearence Penelitian 48

ANAK. DIVISI ENDOKRINOLOGI ANAK FKUSU/RSHAM Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS,SpA

ANAK. DIVISI ENDOKRINOLOGI ANAK FKUSU/RSHAM Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS,SpA HIPOGLIKEMIA PADA BAYI DAN ANAK DIVISI ENDOKRINOLOGI ANAK FKUSU/RSHAM Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS,SpA 1 Kadar gula plasma < 45 mg/dl pd bayi atau anak-anak, dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Air Susu Ibu Air susu ibu (ASI) adalah makanan pertama alami untuk bayi yang memberikan energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi pada

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, disiplin ilmu yang dipakai adalah obstetri dan ginekologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator angka kematian yang berhubungan dengan bayi baru lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator yang memiliki

Lebih terperinci

BAYI DARI IBU DIABETES

BAYI DARI IBU DIABETES BAYI DARI IBU DIABETES DIVISI ENDOKRINOLOGI ANAK FK USU/RSHAM Dr. HAKIMI, SpAK Dr. MELDA DELIANA, SpAK Dr. SISKA MAYASARI LUBIS, SpA 1 IBU DIABETES DENGAN KONTROL METABOLIK TIDAK ADEKUAT HIPERGLIKEMIA

Lebih terperinci

BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14

BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14 BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14 1. PENGERTIAN Bayi dari ibu diabetes Bayi yang lahir dari ibu penderita diabetes. Ibu penderita diabetes termasuk ibu yang berisiko tinggi pada saat kehamilan

Lebih terperinci

4. HASIL. Universitas Indonesia

4. HASIL. Universitas Indonesia 33 4. HASIL 4.1. Data Sebaran Subyek Dari 86 ibu yang menjadi sampel pada data umum akan ditampilkan data status gizi ibu menyusui berdasarkan indeks massa tubuh, data usia, penghasilan, pendidikan terakhir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan BAB V PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, peneliti mengukur hubungan asfiksia neonatorum dengan daya reflek sucking bayi baru lahir umur 0 hari di RSUD Karanganyar menggunakan instrumen data rekam medis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2 sampai 68 per 1000 kelahiran hidup dimana negara Kamboja dan Myanmar memiliki angka kematian bayi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang lingkup penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang ilmu penyakit dalam. 2. Waktu penelitian Waktu penelitian ini

Lebih terperinci

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang 1) Elli Yafit Viviawati 2) Luvi Dian Afriyani 3) Yunita Galih Yudanari 1) Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Obstetri dan Ginekologi 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Januari-Desember

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM PENELITIAN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM Helmi Yenie* dan Mugiati* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 mengenai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi / FK UNDIP Semarang. 4.2 Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup sehat merupakan suatu tuntutan bagi manusia untuk selalu tetap aktif menjalani kehidupan normal sehari-hari. Setiap aktivitas memerlukan energi, yang tercukupi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. homeostasis glukosa bersifat khas untuk bayi baru lahir dan anak-anak. Yang

BAB I PENDAHULUAN. homeostasis glukosa bersifat khas untuk bayi baru lahir dan anak-anak. Yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa dalam darah rendah. Glukosa berperan dalam pengaturan sumber energi pada manusia dan juga sebagai sumber penyimpanan

Lebih terperinci

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen,

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen, SISTEM ENDOKRIN Hormon adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh sebuah sel atau sekelompok sel dan disekresikan ke dalam pembuluh darah serta dapat mempengaruhi pengaturan fisiologi sel-sel tubuh lain.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP dr. Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan karakteristik adanya tanda-tanda hiperglikemia akibat ketidakadekuatan fungsi dan sekresi insulin (James,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Deskripsi Penderita Diabetes Melitus tipe 2 Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan dari kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Obstetri dan Ginekologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Aunida Hasyyati*,Dwi Rahmawati 1,Mustaqimah 1 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin *Korepondensi

Lebih terperinci

Rangkuman P-I. dr. Parwati Abadi Departemen biokimia dan biologi molekuler 2009

Rangkuman P-I. dr. Parwati Abadi Departemen biokimia dan biologi molekuler 2009 Rangkuman P-I dr. Parwati Abadi Departemen biokimia dan biologi molekuler 2009 Untuk tumbuh dan berkembang perlu energi dan prekursor untuk proses biosintesis berubah-ubah pd berbagai keadaan Utk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ reproduksi

Lebih terperinci

SINDROM DOWN HIPERBILIRUBINEMIA

SINDROM DOWN HIPERBILIRUBINEMIA RESPONSI KASUS NICU SINDROM DOWN HIPERBILIRUBINEMIA OLEH Oleh: Ni Wayan Suanita Kusumawardani H1A006031 Pembimbing: dr. Hj. Artsini Manfaati, Sp.A DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK DI SMF ANAK

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID

PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID PATOFISIOLOGI DAN IDK DM, TIROID,PARATIROID Glukosa Ada dalam makanan, sbg energi dalam sel tubuh. Dicerna dalam usus, diserap sel usus ke pembuluh darah, diedarkan ke sel tubuh. Untuk masuk ke sel dibutuhkan

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hormon tirod Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid ini diregulasi oleh hipotalamus dan hipofisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak. awal Maret 2016 sampai dengan jumlah sampel terpenuhi.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak. awal Maret 2016 sampai dengan jumlah sampel terpenuhi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. retrospektif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan

BAB III METODE PENELITIAN. retrospektif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei analitik retrospektif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan masalah penelitian

Lebih terperinci

HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES MELLITUS I. DEFINISI Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa (true glucose) adalah 60 mg %, dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan prematur adalah persalinan yang dimulai setiap saat setelah awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney, 2007). Persalinan prematur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi. Kandungan gizi yang tinggi dan adanya zat kebal didalamnya membuat ASI tidak tergantikan oleh susu formula yang paling

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik serta perinatologi. 4.2 Tempat dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 28 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah: Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi derajat kesehatan di suatu wilayah digambarkan dalam berbagai indikator derajat kesehatan. Indikator yang dinilai dan telah disepakati secara nasional sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di bagian Obstetri

Lebih terperinci

ABSTRAK. HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN

ABSTRAK. HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN ABSTRAK HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN Exaudi C.P Sipahutar, 2013 Pembimbing 1 : dr. Fenny,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh. Indah Kusuma Wardani

SKRIPSI. Oleh. Indah Kusuma Wardani PENGARUH LATIHAN FISIK JANGKA PENDEK TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 (STUDI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG BERKUNJUNG DI POLI PENYAKIT DALAM RSD

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr. Kariadi/FK Undip Semarang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Definisi ASI Menurut WHO (2005) dalam Kementerian Kesehatan (2014), ASI eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain (bahkan

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Nifas Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinyamelahirkan atau berari masa setelah melahirkan. Masa nifas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tatanan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut data World

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut data World BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut data World Health Organization (WHO) AKB di dunia terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung protein, mineral, air, lemak, serta laktosa. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi

Lebih terperinci

4. HASIL. Tabel 4.1 Sebaran Subjek berdasarkan Status Gizi, Usia, Tingkat Pendidikan, Penghasilan Ibu, Morbiditas ibu, dan Praktik ASI eksklusif

4. HASIL. Tabel 4.1 Sebaran Subjek berdasarkan Status Gizi, Usia, Tingkat Pendidikan, Penghasilan Ibu, Morbiditas ibu, dan Praktik ASI eksklusif 4. HASIL 4.1. Sebaran Subjek Dari 92 subjek didapatkan karakteristik subjek berdasarkan status gizi, usia, tingkat pendidikan terakhir, penghasilan ibu, morbiditas ibu dalam 2 minggu terakhir, dan praktik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RS dr. Kariadi/ FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilakukan di Klinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilakukan di Klinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dilakukan di Klinik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian A.1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Kebidanan dan Kandungan. A.2 Waktu Penelitian

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD) Elvi Nola Gerungan 1, Meildy Pascoal 2, Anita Lontaan 3 1. RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 2. Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi, BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang nutrisi, penyakit metabolik dan perinatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya sensitivitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014 HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014 Wachyu Amelia Dosen STIKES Al-Ma arif Baturaja Program Studi DIII Kebidanan Email: amelia.wachyu@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional, yaitu setiap variabel diobservasi hanya satu kali saja dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi menurut WHO ( World Health Organization)

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang. Indonesia.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang. Indonesia. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup Anak. Disiplin ilmu yang digunakan dalam ini adalah Ilmu Kesehatan 4.2 Tempat dan waktu Ruang lingkup tempat : RSIA. Hermina Pandanaran Semarang Indonesia. Ruang

Lebih terperinci

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

FREDYANA SETYA ATMAJA J. HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT TINGKAT KECUKUPAN KARBOHIDRAT DAN LEMAK TOTAL DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUANG MELATI I RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi Ini Disusun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. RUANG LINGKUP PENELITIAN 1. Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang ilmu Obstetrik dan Ginekologi. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini bertempat di Instalasi Rekam Medik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil

BAB I PENDAHULUAN. bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan dari suatu negara serta kualitas hidup dari masyarakat. Angka ini digunakan untuk memonitor dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu keadaan yang alamiah. Dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas yang secara berurutan berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui dan kehamilan merupakan hal yang sangat penting dalam kesehatan reproduksi wanita. Kembalinya menstruasi dan ovulasi bervariasi setiap ibu postpartum, hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin melalui insisi di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasional cross sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas

BAB III METODE PENELITIAN. observasional cross sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan observasional analitik karena peneliti hanya mengobservasi tanpa melakukan perlakuan terhadap obyek yang akan diteliti. Desain penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia. Sebelumnya menduduki peringkat ketiga (berdasarkan survei pada tahun 2006). Laporan Departemen

Lebih terperinci

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Kemampuan suatu sel atau jaringan untuk berkomunikasi satu sama lainnya dimungkinkan oleh adanya 2 (dua) sistem yang berfungsi untuk mengkoordinasi semua aktifitas sel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik yang bertujuan untuk mengetahui atau mencari hubungan antar variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan proses perubahan fisiologis pada daur kehidupan wanita yang lazim terjadi pada setiap wanita. Sebagian wanita, terutama yang memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN Niken Andalasari PENGERTIAN Hipoglikemia merupakan keadaan dimana didapatkan penuruan glukosa darah yang lebih rendah dari 50 mg/dl disertai gejala autonomic dan gejala neurologic.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014 HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014 Ayu Wulansari 1, Tonasih 2, Eka Ratnasari 3 ABSTRAK Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan preterm (prematur) merupakan persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan Kesehatan Dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001 yakni

BAB I PENDAHULUAN. Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy tahun 2001 yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab utama peningkatan morbiditas dan mortalitas maternal, janin, dan neonatus. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan munculnya hiperglikemia karena sekresi insulin yang rusak, kerja insulin yang rusak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) menurut World Health Organization (WHO) ialah sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. Berdasarkan hasil survey demografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak hanya memberikan kesempatan pada bayi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. 1 Infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) berdasarkan SDKI 2007 mencapai 228 per 100.000 KH, tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 359 per 100.000 KH. 1 Sedangkan jumlah kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang

BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reaksi tubuh terhadap pembedahan dapat merupakan reaksi yang ringan atau berat, lokal, atau menyeluruh. Reaksi yang menyeluruh ini melibatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM Tuti Meihartati STIKES Darul Azhar Batulicin Email : riestie_fun@yahoo.co.id Abstract: The purpose of this study was to determine

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011) FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011) Dhina Novi Ariana 1, Sayono 2, Erna Kusumawati 3 1. Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR Asnilawati Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang Email : Asnilawati86@gmail.com Abstrak Inisiasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN DAYA REFLEK SUCKING PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 0 HARI DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat, kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM sudah banyak dicapai dalam kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2 sampai 68 per 1000 kelahiran hidup dimana negara Kamboja dan Myanmar memiliki angka kematian bayi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian Gastroenterologi, nutrisi metabolik dan perinatologi. 4.2. Tempat dan waktu

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE Paulin Yuliana, 2011 Pembimbing I Pembimbing II : Winny Suwindere, drg., MS. : Adrian Suhendra, dr.,

Lebih terperinci