Niken Dyahariesti, Hilda Yulistiyanita, Dwi Astuty

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Niken Dyahariesti, Hilda Yulistiyanita, Dwi Astuty"

Transkripsi

1 Activity Of squeezed jack bean (Canavalia ensiformis L) and Squeezed Kedondong Leaves (Spondias dulcis L.) As Antifertility In Mice Of Sprague-Dawley Strain. Niken Dyahariesti, Hilda Yulistiyanita, Dwi Astuty Background : The increase in the population of Indonesia is a problem for the government. The National Statistics show that the population growth rate Indonesia increases 1.49% annually. This increase is suppressed by family planning programs, one of them is by enhancing the participation of men in family planning programs., Jack bean (Canavalia ensiformis L) is known to contain phytoestrogen compounds that can be used as a traditional medicine to provide antifertility effect on sperm. Kedondong leaves (Spondias dulcis L.) contain flavonoids, tannins and saponins which can be used as a traditional medicine to decrease sperm quality Objectives:The purpose of this study is to determine the antifertility effect of squeezed Jack beans and Kedondong leaves toward Quality ofsperm in the white male mice ofsprague Dawleystrain. Methods : The study design used experimental randomized post test only control grup design: Group control (Aquadest), group I (squeezed kedondong leaves with the dose of 115,5mg / gbb), Group II (squeezed kedondong leaves with the dose of 231mg / 200g BB), Group III (squeezed kedondong leaves with the dose of 924mg / 200g BB). group IV (squeezed jack bean with dose of 0,45 g/200 g BW), group V (squeezed jack bean with dose of 0,9 g/200 g BW), and group VI (squeezed jack bean with dose of 1,35 g/200 g BW). All treatment doses were administered orally for 14 days. Observation of the quality of spermatozoa was done on 15 th day microscopically, then calculated based on morphology of sperm quality, motility, viability and concentration of spermatozoa. Statistical data analysis used the program of package for the social science (SPSS) with one way ANOVA test and LSD test. Results : The doses of,45 g/200 g BW, 0,9 g/200 g BW, and 1,35 g/200 g BW showed a percentage decrease of sperm quality of spermatozoa when compared to the control. However, doses of 0,9 g/200 gbw and 1.35 g / 200g BW had the quality of spermatozoa under normal sperm quality standards of WHO and included as Asthenozoospermia and Necrozoospermia. Squeezed kedondong leaves (Spondias dulcis L.) was shown to lower sperm. The dose of 231mg/200gBB was shown to lower spermatozoa viability. The dose231mg/200gbb was shown to lower spermatozoa motility. The dose of 924mg/200gBB juta/ml was shown to lower spermatozoa concentrations. Of the average yield obtained according to WHO (2010) can be categorized as class Nekrozoospermia and OligoAsthenozoospermia Conclusion : The squeezed jack bean and squeezed kedondong leaves can be used as a natural antifertility Keywords : Antifertility, kedondong leaves, jack bean, quality of Sperm 36

2 Efektivitas perasaan biji Koro pedang ( Cannavalia ensiformis L ) dan perasan daun kedondong ( Spondias dulcis L ) Sebagai antifertilitas pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley Niken Dyahariesti, Hilda Yulistiyanita, Dwi Astuty nikenariesti@yahoo.com Latar Belakang : Peningkatan jumlah penduduk Indonesia merupakan masalah bagi pemerintah. Badan Statistik Nasional menunjukkan laju pertumbuhan penduduk indonesia meningkat pertahunnya 1,49%. Peningkatan ini ditekan dengan adanya KB, salah satunya dengan meningkatkan peran serta laki-laki dalam program KB, biji koro pedang (Canavalia ensiformis L) diketahui mengandung senyawa fitoestrogen yang bisa digunakan sebagai obat tradisional untuk memberikan efek antifertilitas pada sperma serta daun kedondong (Spondias dulcis L) yang mengandung senyawa flavonoid, tanin dan saponin juga secara tradisional dapat menurunkan kualitas sperma.tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek antifertilitas perasan biji koro pedang dan daun kedondong terhadap kualitas spermatozoa tikus putih jantan galur Sprague Dawley. Metode : Rancangan penelitian ekperimental randomized post test only control grup design. Kelompok kontrol (Aquades),kelompok perlakuan I (perasan daun kedondong dosis 115,5mg/200 g BB),kelompok perlakuan II (perasan daun kedondong dosis 231mg/200 g BB), kelompok perlakuan III (perasan daun kedondong dosis 924mg/200 g BB), kelompok perlakuan IV (perasan biji koro pedang dosis 0,45 g/200 g bb), kelompok perlakuan V (perasan biji koro pedang dosis 0,9 g/200 g bb), kelompok perlakuan VI (perasan biji koro pedang dosis 1,35 g/200 g bb). Semua dosis perlakuan diberikan secara oral selama 14 hari. Pengamatan kualitas spermatozoa dilakukan hari ke 15 secara mikroskopis. Kemudian dihitung kualitas spermatozoa berdasarkan morfologi, motilitas, viabilitas dan konsentrasi spermatozoa. Analisa data menggunakan program Statistic package for the social science (SPSS) dengan uji ANOVA satu jalan dan uji LSD. Hasil : Perasan biji koro pedang Dosis 0,45 g/200 g bb, 0,9 g/200 g bb, dan 1,35 g/200 g bb menunjukkan presentase penurunan kualitas spermatozoa jika dibandingkan dengan kontrol. Namun dosis 0,9 g/200 g bb dan 1,35 g/200g bb merupakan dosis yang mempunyai kualitas spermatozoa dibawah standar kualitas sperma normal WHO dan termasuk Asthenozoospermia and Necrozoospermia. Perasan daun kedondong dosis 231mg/200gBB terbukti menurunkan viabilitas spermatozoa. Dosis 231mg/200gBB dapat menurunan motilitas spermatozoa. Dosis 924mg/200gBB terbukti menurunkan konsentrasi spermatozoa, meskipun pada morfologi spermatozoa menunjukkan penurunan sperma normal tetapi masih dalam nilai normal. Dari hasil rata-rata yang diperoleh menurut WHO (2010) dapat dikategorikan sebagai golongan Nekrozoospermia dan OligoAsthenozoospermia. Simpulan : perasan biji koro pedang dan daun kedodong dapat digunakan sebagai antifertiitas alami. Kata kunci : Antifertilitas, daun kedondong, biji koro pedang, kualitas spermatozoa 37

3 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk merupakan masalah yang cukup penting bagi setiap Negara terutama bagi Negara berkembang seperti Indonesias penduduk oleh Badan Statistik Nasional menunjukkan laju pertumbuhan penduduk Indonesia mengalami peningkatan mencapai 1,49 % tiap tahun ( BPS, 2016 ).. Hasil sensulangkah antisipatif yang pertama dilakukan dalam penanggulangan peningkatan jumlah penduduk adalah dengan pengaturan jumlah kelahiran. Program Keluarga Berencana (KB) menjadi garda terdepan untuk mengendalikan kelahiran terutama pada era otonomi daerah seperti sekarang ini (Musafaah dan Noor, 2012). Program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional telah diundangkan dalam Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, mengisyaratkan bahwa pembangunan kependudukan di Indonesia diletakkan dalam konteks pembangunan SDM yang mencakup pembangunan manusia sebagai subjek (human capital). Dalam hasil survey demografi dan Kesehatan Indonesia tahun juga dikatakan bahwa, partisipasi suami sebagai peserta KB masih sangat rendah, yaitu 1,3% yang terdiri dari pemakaian kondom 0,9% dan vasektomi 0,4% salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan tentang jenis obat dan metode kontrasepsi serta terbatasnya metode kontrasepsi (Purwieningrum, 2008). Salah satu strategi penelitian yang dilakukan oleh kelompok kerja WHO adalah mengembangkan kontrasepsi melalui bahan atau zat dari tumbuh-tumbuhan yang diduga mempunyai bahan aktif yang bersifat antifertilitas. Selain itu koro pedang juga mengandung senyawa isoflavon yang sangat tinggi ( IStiani, 2010 ) Bahan alam yang pernah diteliti adalah tanaman daun jambu mete yang berpotensi sebagai antifertilitas, secara tradisional. Hasil penelitian Setiawan (2013) dilaporkan bahwa aktivitas ekstrak etanol daun jambu mete dengan dosis 200 mg/kg BB pada mencit jantan dapat berpengaruh pada berkurangnya motilitas sperma dan jumlah sperma mencit. Daun jambu mete mempunyai kandungan senyawa aktif utama yaitu flavonoid, tanin dan saponin yang dapat berpotensi sebagai agen antifertil. Senyawa lain yang diindikasikan memiliki fungsi antifertilitas antara lain fitoestrogen (Isoflavon, koumestan dan lignin ). Bahan alam yang kemungkinan memiliki potensi untuk diteliti sebagai antifertil adalah daun Kedondong (Spondias dulcis L.) yang merupakan tanaman buah dari famili Anacardiaceae. Kandungan kimia pada daun kedondong (Spondias dulcis L.) adalah flavonoid, tanin dan saponin (Putri, 2012). Penelitian tentang daun kedondong (Spondias dulcis L.) sebagai kontrasepsi alami belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang perasan daun kedondong (Spondias dulcis L.) sebagai antifertil. Hal ini yang membelakangi penulis untuk meneliti antifertil pada koro pedang dan daun kedondong. 1. Tujuan Penelitian 1) Tujuan Umum Untuk mengetahui aktivitas perasan daun kedondong (Spondias dulcis L.) dan perasan koro pedang (Canavalia ensiformis L) sebagai antifertil pada tikus jantan galur Sprague-Dawley 2) Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui aktivitas perasan daun kedondong (Spondias dulcis L.) dan perasan 38

4 koro pedang ( Canavalia ensiformis L) terhadap penurunan kualitas sperma pada tikus jantan galur Sprague-Dawley b. Untuk mengetahui dosis perasan daun kedondong (Spondias dulcisl.) dan perasan koro pedang ( Canavalia ensiformis L) yang mempunyai kemampuan menurunkan kualitas sperma pada tikus jantan galur Sprague- Dawley. A. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan Eksperimental Randomized Post Test Only Control Group Design. 2. Prosedur Penelitian a. Alat dan Bahan Alat: jucer, beaker glass, gelas ukur, Kandang tikus beserta tempat makan dan minum, timbangan hewan, timbangan bahan perasan, pinset, gunting, jarum spuit dan jarum oral, cawan petri, pipet tetes, gelas obyek, Hemositometer ImprovedNeubauer, Hand Counter, mikroskop pembesar 1000x, mikroskop pembesar 400x, gelas penutup, lampu spirtus, pipet volume, tabung reaksi, kertas saring, corong kaca. Bahan: daun kedondong, koro pedang hewan uji, NaCl0,9%, Gemsa + alcohol, Aquades, standar BR-2 (pelet), H 2 SO 4, HCL 10%, FeCl 3 1%. b. Determinasi Tanaman Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Bioteknologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA UNDIP untuk mengetahui kebenaran bahan baku yang digunakan berkaitan dengan ciri-ciri fisik dan c. Pembuatan Perasan Daun kedondong ditimbang sebanyak 140,2 gram, kemudian dimasukkan kedalam juicer untuk memperoleh sari dari daun kedondong tersebut. Daun kedondong yang sudah dijuicer kemudian diambil sarinya dan dimasukkan kedalam beker glass, diperoleh sari daun kedondong sebanyak 75 ml. Biji koro pedang kering ditimbang sesuai dosis pemberian, dicuci dan dibersihkan, kemudian blanching C selama 10 menit kemudian direndam dalam larutan NaCl 5% dengan air perbandingan 1: 10 selama 24 jam untuk menghilangkan senyawa glukosianida (HCN). Selama 12 jam sekali dilakukan penggantian air sebanyak 3 kali kemudian dikupas dan dicuci bersih, diblender dan disaring, filtrat yang didapat ditambahkan aquades hingga volumenya 50 ml (larutan stok). d. Alur Penelitian Penelitian ini menggunakan hewan uji tikus jantan galur Sprague-Dawley. Secara random hewan uji dibagi menjadi: a) Kelompok kontrol negativ (aquadest) b) Kelompok perlakuan I (perasan daun kedondong dosis 115,5mg/200 g BB) c) Kelompok perlakuan II (perasan daun kedondong dosis 231mg/200 g BB) 39

5 d) Kelompok Perlakuan III (perasan daun kedondong dosis 924mg/200 g BB) e) Kelompok perlakuan IV(perasan koro pedang dosis 0,45 g/200 g BB) f) Kelompokperlakuan V (perasan koro pedang dosis dosis 0,9 g/200 g BB.) g) Kelompokperlakuan VI (perasan koro pedang dosis 1,35 g/200 g BB) perasan diberikan sehari sekali selama 14 hari. Tikus dibedah pada hari ke 15. Di lakukan pengamatan pada morfologi, viabilitas, motilitas dan konsentrasi spermatozoa. e. pengamatan a) Pembuatan suspensi Tahap pengamatan diawali dengan pembuatan suspensi sperma dari epididimis. Epididimis dipotong dan diambil bagian kaudanya. Kemudian dimasukkan cawan petri yang telah berisi 1 ml larutannacl 0,9%. Kauda epididimis kemudian dipotong-potong untuk mengeluarkan cairan sperma didalamnya dengan menggunakan pipet, suspensi diaduk dengan jalan disedot dan disemprotkan kembali secara berulang-ulang (Wintaryati, 2003). b) morfologi Pengamatan morfologi dilakukan dengan membuat preparat basah. Satu tetes suspensi semen diletakkan pada gelas objek, kemudian diberi satu tetes giemsa + alcohol sebagai pewarna dan ditutup dengan gelas penutup lalu dikeringkan. Pengamatan dilakukan dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000x. Jumlah sperma normal dinyatakan dalam persen dan dihitung dari 100 ekor sperma (Herlina et al 2008). c) Viabilitas Satu tetes suspensi semen diletakkan pada objek glas. Kemudian ditambah dengan satu tetes giemsa + alcohol. Setelah 1-2 menit preparat diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x. Sperma hidup dihitung dari 100 ekor sperma dan dinyatakan dalam persen (Herlina et al, 2008). Sperma yang tidak terwarnai adalah sperma yang viabel (hidup)sedangkan sperma yang terwarnai adalah sperma yang nonviabel (mati) (Arsyad, 1994) Menurut Mesang-Nalley et al(2007) sperma yang hidup tidak menyerap zat warna yang diberikan kepadanya, sedangkan sperma yang telah mati akan menyerap zat warna dan ditandai dengan warna kepala berwarna merah. Kematian sperma diikuti dengan meningkatnya permeabilitas dinding sel, sehingga sperma yang telah mati dapat menyerap zat warna yang diberikan padanya (Toelihere, 1981). 40

6 d) Motilitas Motilitas sperma ditentukan secara subjektif berdasarkan pergerakan sperma. Pengamatan motilitas sperma dilakukan dengan menggunakan NaCl 0,9% sebagai pengencer. Jumlah sperma yang motil dihitung atas dasar beberapa kategori berikut : Kelas A =Peogresive Kelas B = Non Peogresiv e KelasA+B =Peogresive+Non Peogresive Kelas C =Immotile e) Konsentrasi spermatozoa Perhitungan konsentrasi spermatozoa dilakukan dengan cara mengambil pada kauda epididimis kemudian dilakukan 1) Larutan stok yang berisi sperma dihisab dengan menggunakan pipet eritrocyt sampai tanda 0,5 kemudian diencerkan dengan larutan NaCl 0,9 % sampai tanda ) Campuran tersebut dikocok secara hati-hati menurut angka 8 sampai 2-3 menit. 3) Beberapa tetes dibuang dan dikocok. 4) Beberapa tetes lagi dibuang, kemudian satu tetes ditempatkan pada bilik hitung yang sudah diberi kaca penutup. 5) Dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop dan dilakukan perhitungan pada 5 kamar dengan arah zig-zag. 6) Jumlah sperma per ml dapat diketahui dengan cara menggunakan rumus jumlah sperma terhitung x 10 juta/ ml. Perhitungan rumus tersebut didasarkan pada perhitungan sperma dari 5 kamar hitung yang masing-masing kamar terdiri dari 16 ruang kecil, maka didalam kamar terdiri dari 16 kamar kecil, sehingga total ruang kecil adalah 80. Seluruh gelas hemositometer memiliki 400 ruang kecil, dengan volume setiap ruangan kecil adalah 0,01 mm 3, dan pengenceran sperma terhitung 200 kali dan apabila 5 kamar atau 80 ruang kecil terdapat X sperma, maka konsentrasi sperma yang diperiksa (sperma/ml) adalah X x Faktor multifikasi (10.000) x Faktor pengenceran B. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Determinasi Tanaman Hasil determinasi tanaman diperoleh kepastian bahwa tanaman yang digunakan (Spondias dulcis L.) dengan kunci determinasi : 1b, 2b, 3b, 4b, 6b, 7b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b, 14a, 15a, Golongan 8 Tanaman dengan daun tunggal dan tersebar, 41

7 109b, 119b, 120b, 128b, 129b, 135b, 136b, 139b, 140b, 142b, 143b, 146b, 154b, 155b, 156b, 162, 163b, 167b, 169b, 171b, 177a, 178a, Famili 68 : Anacardiaceae. Genus 3. Spondias. Species :Spondias dulcis L. (kedondong) (Steenis,2003). Hasil determinasi tanaman diperoleh kepastian bahwa tanaman yang digunakan adalah biji koro pedang (Canavalia ensiformis L) dengan Kunci determinasi :1b, 2b, 3b, 4b, 12b, 13b, 14b, 17b, 18b, 19b, 20b, 21b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b, 27b, 28b, 29b, 30a, Famili 108 : Papilionaceae... 1c, 13b, 23a, 24b, 25b, 26b, 27b, 28b, 29b, 32b, 39a, 40a, 41b, 45b, 47a, 48c, 49b, 75a, 76b, 77b, 78b, 79c, 80b, 83b, 84a, 85a, 86a,... Genus 72. Canavalia,... 1b, 4b, Spesies : Canavalia ensiformis (L.) DC (Koro Pedang). 2. Identifikasi Senyawa Untuk mengetahui kandungan Flavonoid, tanin dan saponin pada perasan daun kedondong (Spondias dulcis L.) dilakukan identifikasi dengan reaksi warna. a. Identifikasi senyawa flavonoid pada perasan daun kedondong, yang ditunjukan dengan perubahan warna dari hijau tua menjadi warna kuning, terbentuknya warna kuning karena penambahan asam sulfat (H2SO4) pada tabung reaksi (Harborne, 1987). b. Identifikasi senyawa tanin pada perasan daun kedondong, sebanyak 0,1 gram sampel ditambahkan 5ml aquades kemudian didihkan selama beberapa menit. Kemudian disaring dan filtratnya ditambah FeCl 3 1%. Warna biru tua atau hitam kehijauan yang terbentuk menandakan adanya senyawa tanin (Harborne, 1987). c. Identifikasi senyawa saponin pada perasan daun kedondong, diambil 0,1 g sampel dimasukkan dalam tabung reaksi ditambahkan dengan 10 ml air panas didihkan selama 5 menit, disaring dan dikocok vertical, diamkan 10 menit. Kemudian ditambah dengan 1 ml HCL 10%. Hasil positif jika terdapat buih stabil Tabung reaksi tersebut didiamkan dan diperhatikan ada atau tidak adanya busa stabil. Sampel mengandung saponin jika terbentuk busa stabil dengan ketinggian 1-3 cm selama 30 detik (Depkes RI, 1995). Tabel 1 Hasil Identifikasi Senyawa Flavonoid, Tanin dan Saponin No Sampel Reagen Warna Hasil 1 H 2 SO 4 pekat kuning + flavonoid Perasan daun 2 FeCl kedondong 3 1% Warna biru tua + tanin 3 HCL 10% busa stabil + saponin Berdasarkan table diatas, perubahan warna yang teradi menunjukan bahwa perasan daun kedondong positif mengandung senyawa flavonoid, tanin dan saponin. Untuk menentukan kandungan kimia pada koro pedang : a. Identifikasi kandungan sianida (HCN) Identifikasi kandungan HCN dilakukan untuk mengetahui kandungan sianida pada perasan koro pedang yang dilakukan menggunakan Sianida Test Kit dengan hasil negatif mengandung sianida. 42

8 b. Identifikasi kandungan isoflavon (fitoestrogen) Identifikasi kandungan isoflavon pada koro pedang untuk membuktikan adanya isoflavon pada perasan koro pedang (Canavalia ensiformis L) yang dilakukan secara fitokimia. Perasan koro pedang dalam tabung reaksi ditambah serbuk Mg dan HCL pekat menunjukkan adanya busa dan warna sedikit kuning gading, perasan koro pedang yang direaksikan dengan H 2 SO 4 pekat terjadi perubahan warna larutan menjadi kuning dan adanya endapan diatas, perasan koro pedang yang direaksikan dengan NaOH, terjadi perubahan warna menjadi kuning kental menandakan positif isoflavon. (Hayat, Hasil Uji Aktivitas Perasan Daun Kedondong (Spondias dulcis L.) 1) Uji LSD Morfologi Tabel 1 Uji LSD morfologi Pasangan Perlakuan p-value Kesimpulan Kontrol Negatif vs P 1 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vs P2 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vs P3 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vs P4 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatifvs P5 0,000 Berbeda signifikan KontrolNegatif vs P6 0,000 Berbeda signifikan Keterangan: Jika p-value < 0,05 ada perbedaan signifikan Jika p-value > 0,05 tidak ada perbedaan signifikan a. Viabilitas Spermatozoa Keterangan: Tabel 2.Uji LSD viabilitas Pasangan Perlakuan p-value Kesimpulan Kontrol Negatif vs P1 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vs P2 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vs P3 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vs P4 0,576 Berbeda tidak signifikan Kontrol Negatif vs P5 0,006 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vsp6 0,000 Berbeda signifikan Jika p-value < 0,05 ada perbedaan signifikan Jika p-value > 0,05 tidak ada perbedaan signifikan 43

9 b. Motilitas Spermatozoa Tabel 3 Motilitas Spermatozoa Motilitas Spermatozoa (%) Kelompok (Mean±SD) Kelas A Kelas B Kelas C Kontrol negatif 48,33±6,24 42,78±7,72 8,89±5,83 P1 13,33±11,9 51,11±6,20 35,56±15,01 P2 10,56±13,9 43,89±7,12 45,56±19,28 P3 15,00±16,4 48,33±9,60 36,67±21,5 Keterangan P4 45 ± 4,71 46,67 ± 5,16 6,67 ± 6,32 P5 23,33 ± 17,13 28,89 ± 23, 16 46,67± 40,17 P6 16,11 ± 4,91 24,44 ± 11,86 59,44± 15,12 : kelas A :Progressive kelas B : Non Progressive kelas C : Immotile c. Konsentrasi Spermatozoa Tabel 4 Uji ANOVA konsentrasi daun kedondong Variabel dependen p-value Perasan daun kedondong 0,000 Ket : Sig. 0,05 = tidak ada perbedaan bermakna Sig. 0,05 = ada perbedaan bermakna Tabel 5 Uji LSD konsentrasi Pasangan Perlakuan p-value Kesimpulan Kontrol Negatif vs dosis 115,5 0,945 Berbeda tidak signifikan Kontrol Negatif vs Dosis 231 0,410 Berbeda tidak signifikan Kontrol Negatif vs Dosis 924 0,000 Berbeda signifikan 44

10 Tabel 6. Uji Anova konsentrasi koro pedang Variabel F Kesimpulan dependen hitung p-value Perasan Berbeda tidak signifikan koro pedang 2,307 0,108 Keterangan : jika nilai p-value 0,05 maka berbeda signifikan jika nilai p-value 0,05 maka tidak berbeda signifikan PEMBAHASAN Dari hasil perhitungan data dan analisis data menunjukkan bahwa perasan koro pedang dan daun kedondong mempunyai efek antifertilitas terhadap tikus putih jantan Sprague Dawley berdasarkan penurunan kualitas spermatozoa yaitu yang dilihat dari parameter morfologi sperma, viabilitas sperma, motilitas sperma dan konsentrasi sperma. Jika dilbandingkan dengan kelompok kontrol semua dosis perlakuan mengalami penurunan kualitas sperma. Di lihat dari parameter morfologi spermatozoa semua perlakuan memberikan efek yang bermakna, dari parameter viabilitas semua perlakuan daun kedondong memberikan efek yang signifikan dibanding kontrol dan perasan koro pedang hanya perlakuan ke 5 ( dosis 0,9 g/200g BB) dan P6 ( dosis 1,35 g/200g BB ) yang memberikan efek signifikan dibandingkan kontrol. Berdasarkan parameter motilitas perasan daun kedondong dosis 231 mg/200 g BB menunjukkan penurunan motilitas spermatozoa dan pada perasan kacang koro. Parameter konsentrasi spermatozoa perasan koro pedang semua perlakuan tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap kontrol sedangkan perasan daun kedondong hanya pada dosis 924 mg/200 g BB yang memberikan hasil berbeda signifikan. Dosis perasan koro pedang yang memberikan hasil sebagai antifertilitas yang memiliki rata-rata nilai kualitas sperma dibawah standar WHO adalah dosis 0,9 g/200 g bb dan 1,35 g/ 200 g bb dengan kualitas sperma yang termasuk Astenozoospermia yaitu persen progressive sperma dibawah standart dan necrozoospermia yaitu persentase sperma hidup (viabilitas) rendah dan persentase kelas immotile yang tinggi. Sedangkan pada perasan daun kedondong diperoleh menurut WHO (2010) dapat dikategorikan sebagai golongan Nekrozoospermia adalah presentase rendah viabilitas hidup dan presentase tinggi immotile sperma dalam ejakulasi dan OligoAsthenozoospermia adalah total jumlah sperma (konsentrasi spermatozoa) dan persentase motilitas progressive spermatozoa dibawah batas bawah referensi Penurunan kualitas spermatozoa ini karena kandungan fitoestrogen koro pedang yang mengakibatkan terganggunya proses spermatogenesis dan terhambatnya enzim 17-βhidroksisteroidoksidoreduktase sehingga terjadinya penurunan produksi hormon testosteron. fitoestrogenpada koro pedang dapat 45

11 bersifat agonis yaitu dapat berikatan dengan reseptor estrogen (RE) dan merangsang respon estrogen. Menurut Adriani, (2015) Pemberian estrogen pada individu jantan akan dapat menyebabkan gangguan pada poros hipotalamus hipofisistestis, yang dapat menyebabkan terhambatnya seksresi FSH dan LH, akibatnya terjadi gangguan pada fungsi sel Sertoli dan sel Leydig. Sel Leydig merupakan tempat penghasil hormon testosteron, sehingga gangguan pada sel Leydig menyebabkan kadar hormon testosteron terganggu. Serangkaian proses yang terjadi di epididimis sangat tergantung pada kadar testosteron, sehingga jika kadar testosteron menurun maka dapat menyebabkan morfologi sperma menjadi abnormal (Guyton, 2006). Struktur dan fungsi isoflavon juga menyerupai 17β-ekstradiol yang berikatan dengan RE, sekresi ekstradiol paling banyak dan potensi estrogeniknya juga paling tinggi sehingga viabilitas sperma yang dihasilkan lebih rendah (Ganiswara, 1995; Margo 2015). Berdasarkan motilitas, sperma yang belum matang akan menghasilkan sedikit energi sehingga menyebabkan berkurangnya motilitas (Toelihere, 1981) Sperma yang lamban pergerakannya akan berumur pendek, terbunuh sebelum sampai tempat aman (Vitahealth, 2007). Menurut Rionaldy et al, (2016)Tidak ada perubahan secara signifikan terhadap konsentrasi spermatozoa menunjukkan bahwa proliferasi pada spermatogenesis tidak terganggu Jumlah spermatozoa yangdihasilkan testis tidak cukup untuk mendiagnosafertil atau infertilnya seseorang. Karena adakalanyajumlah spermatozoa yang normal tetapi bila memilikimorfologi dan kecepatan yang kurang baik akan bisa menyebabkan infertil. Sebaliknya dengan jumlahspermatozoa yang sedikit tapi memiliki morfologidan kecepatan normal maka masih bisa fertil (Guyton, 1997 ). Dalam daun kedondong diketahui adanya senyawa flavonoid, tanin dan saponin yang mempunyai masing-masing mekanisme yang mempengaruhi penurunan morfologi, viabilitas, motilitas dan konsentrasi spermatozoa. Senyawa flavonoid memiliki aktifitas, seperti estrogen, dapat menekan fungsi hipofisis anterior untuk mengsekresikan FSH dan LH. Dengan cara menghambat enzim aromatase, yaitu enzim yang berfungsi mengkatalisis konversi androgen menjadi estrogen yang akan meningkatkan hormon testosterone. Kadar testosteron yang tinggi menyebabkan terjadinya mekanisme umpan balik negatif terhadap hipotalamus dan hipofisis. Testosteron akan menghambat hipotalamus untuk menghasilkan GnRH sehingga kadar GnRH turun dan menghambat hipofisis anterior untuk menghasilkan FSH dan LH. Bila FSH turun maka terjadi gangguan pada sel sertoli yang menyebabkan berkurangnya zat-zat makanan yang diperlukan untuk diferensiasi dan memelihara sel-sel spermatogenik. Apabila kadar LH turun maka testosteron yang dihasilkan berkurang. Kadar FSH dan testosteron yang rendah menyebabkan proses spermatogenesis terganggu, 46

12 akibatnya jumlah spermatozoa menurun. Adanya tanin dalam perasan daun kedondong dapat menurunkan motilitas spermatozoa karena tanin dapat mengganggu aktivitas protein dinein yang merupakan salah satu protein yang terdapat pada ekor sperma, yang akan menurunkan motilitas spermatozoa. Protein ini penting karena mempunyai aktivitas ATP-ase yang berfungsi mempertahankan homeostatis internal untuk ion Na-K. Tanin bersifat astringent yang menyebabkan terjadinya pengerutan sel, sehingga dapat berpengaruh terhadap permeabilitas membran sel sperma. Tanin dapat menyebabkan penggumpalan sperma. Dari data sel spermatogenesis terlihat bahwa pembentukan sel spermatogonia menjadi spermatosit, spermatid menjadi spermatozoa mengalami hambatan karena pengaruh pemberian senyawa aktif tanin menurunkan persentase spermatozoa yang memiliki struktur morfologi normal maupun viabilitas Mekanisme senyawa saponin mengakibatkan terjadinya gangguan kerja hormone testosterone dengan menurunkan sekresi protein atau enzim didalm lumen epididimis sehingga proses pematangan spermatozoa dalam epididimis terganggu. Sperma yang belum matang akan menghasilkan sedikit energi sehingga motilitasnya kurang. Penelitian perasan daun kedondong dapat mempengaruhi viabilitas spermatozoa, motilitas spermatozoa dan konsentrasi spermatozoa namun tidak mempengaruhi morfologi spermatozoa. Tidak berpengaruhnya dosis rendah, sedang dan tinggi terhadap morfologi spermatozoa. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikiut : 1. Perasan daun kedondong (Spondias dulcis L.) dan perasan koro pedang (Canavalia ensiformis L) mempunyai aktivitas sebagai antifertil pada tikus jantan galur sparague dawley. 2. Dosis perasan daun kedondong (Spondias dulcis L.) yang efektif sebagai antifertil ialah dosis231mg/200gbb terbukti menurunkan viabilitas spermatozoa. Dosis 231mg/200gBB dapat menurunkan motilitas spermatozoa. Dosis 924mg/200gBB juta/ml menurunkan konsentrasi spermatozoa, meskipun pada morfologi spermatozoa menunjukkan penurunan sperma normal tetapi masih dalam nilai normal. Dari hasil rata-rata yang diperoleh menurut WHO (2010) dapat dikategorikan sebagai golongan Nekrozoospermia dan OligoAsthenozoospermia. 3. Perasan koro pedang (Canavalia ensiformis L) dengan dosis 0,9 g/200 g bb dan 1,35 gr/200 gr bb mempunyai efek sebagai antifertilitas pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley dengan rata-rata hasil dibawah standar kualitas sperma oleh WHO dengan sperma yang teramati termasuk Asthenozoospermia dan Necrozoospermia. 5. DAFTAR PUSTAKA Adriani., dan Sri Nita Pengaruh Pemberian Ekstrak Kedelai (Glycine max)terhadap Kuantitas dan Kualitas 47

13 Spermatozoa Tikus PutihJantang (Rattus norvegicus) Strain Sprague Dawley. JurnalKEDOKTERAN YARSI 23 (1) : Palembang Arsyad, K.K., Kemungkinan pengembangan kontrasepsi pria. Majalah Medika, 12(4): Badan Pusat Statistik Laju Pertumbuhan Penduduk. http;//sp2010.bps.go.id/ [8 maret 2016] Depekes RI Farmakope Indonesia, Edisi 1V, 7, Depkes RI, Jakarta. Guyton, A.C., Hall, J.E Textbook of medical Physiology 11th edition. Philadhelpia: elsevier inc. Page : Guyton, AC, Hall JE,1997. Buku Ajar FisiologiKedokteran Edisi 9. EGC.Jakarta Harborne, J.B Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Diterjemahkan oleh: Koasih Padmawinata & Iwang Soediro. Bandung: Penerbit ITB. Herlina, T., Julaeha, E., Supratman, U., Subarnas, A., Sutardjo, S Potensi Tumbuhan Erythrina (Leguminosae) Sebagai Antifertilitas. Jurnal Kedokteran Maranatha Vol. 7 (2). Feb 2008: Kim, S.H dan Park, M.J Effects of Phytoestrogen on Sexual Development. Korean J. Pediatr.55(8): Miharja FJ, Supriyanto, dan Slamet H jurnal Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi FKIP UNS. Moeloek, N Analisis Semen Manusia.Retrieved from Cermin DuniaKedokteranNo.30. Musafaah dan Noor, F.A Faktor struktural keikutsertaan pria dalam ber-keluarga Berencana (KB) di Indonesia (analisis data SDKI 2007). Bul Penelit Kesehat, 40(3): Purwieningrum. E Gender dalam KB & KR. Jakarta : Pusat pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan, BKKBN. Hal : Voight R Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, oleh Soewandhi S. N. Dan Widianto M. B., Edisi Kelima, Penerbit UGM Press, Yogyakarta. Wintaryati, VA Pengaruh Ekstrak Biji Papaya (Carica papaya L) terhadao Organ Reproduksi dan Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus) Balb-C Jantan. Unpublished Skripsi. Fakultas MIPA Universitas Jember World Health Organization WHO Laboratory Manual for the Examination and Processing of Human Semen 5th Edition. Brazil: Courtesy Switzerland. 48

UJI AKTIVITAS PERASAN DAUN KEDONDONG (SPONDIAS DULCIS L.) SEBAGAI ANTIFERTIL PADA TIKUS JANTAN GALUR SPRAGUE-DAWLEY ARTIKEL.

UJI AKTIVITAS PERASAN DAUN KEDONDONG (SPONDIAS DULCIS L.) SEBAGAI ANTIFERTIL PADA TIKUS JANTAN GALUR SPRAGUE-DAWLEY ARTIKEL. UJI AKTIVITAS PERASAN DAUN KEDONDONG (SPONDIAS DULCIS L.) SEBAGAI ANTIFERTIL PADA TIKUS JANTAN GALUR SPRAGUE-DAWLEY ARTIKEL Oleh : DWI ASTUTY 050112a020 PROGRAM STUDI FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan. 52 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan. Perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan metode rancangan eksperimental sederhana (posttest only control group design)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan, 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pemeliharaan, perlakuan, pengamatan jumlah, morfologi, viabilitas, dan motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

Lebih terperinci

POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus)

POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus) Seminar Nasional Hasil Penelitian Universitas Kanjuruhan Malang 2017 POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus) Susie

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). bulan November sampai dengan Desember 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). bulan November sampai dengan Desember 2012. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5 (lima) kelompok

Lebih terperinci

ABSTRAK. Antonius Budi Santoso, Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr. M.Kes. Pembimbing II: Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

ABSTRAK. Antonius Budi Santoso, Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr. M.Kes. Pembimbing II: Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes. ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG TEMPE KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) SELAMA MASA PREPUBERTALTERHADAP VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER Antonius Budi Santoso, 2007. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). Pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba dilakukan di rumah hewan percobaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Terhadap Berat Badan, Berat Testis, dan Jumlah Sperma Mencit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah yang sampai sekarang belum dapat diatasi, hal ini disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai usaha telah dilakukan oleh para peneliti anti fertilitas untuk menemukan obat yang tepat dalam mengatasi masalah Keluarga Berencana. Bagi pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Penyiapan Bahan Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun alpukat dan biji alpukat (Persea americana Mill). Determinasi dilakukan di Herbarium Bandung Sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan 5 kali ulangan. Perlakuan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian laboratorium III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian laboratorium dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan 4 (empat) kelompok perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pada sampel yang telah dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

UJI KUALITAS SPERMATOZOID MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L.)

UJI KUALITAS SPERMATOZOID MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L.) UJI KUALITAS SPERMATOZOID MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L.) Mitayani 1, Nova Fridalni 2 dan Elmiyasna 3 STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG 1,2,3 mitayani_dd@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

Niken Dyah Ariesti, Agitya Resti Erwiyani, Okvitia Ningsih

Niken Dyah Ariesti, Agitya Resti Erwiyani, Okvitia Ningsih The Effect of Long Beans (Vigna sinensis L. Savi ex Hassk) Leaves Juice to Increase Levels of Hemoglobin (Hb) on The Blood of White Male Rat Wistar Strain Niken Dyah Ariesti, Agitya Resti Erwiyani, Okvitia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang ilmu yang tercakup dalam penelitian ini adalah Biologi, Farmakologi, dan Kimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. &

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. & 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi untuk pengaklimatisasian hewan uji serta

Lebih terperinci

ABSTRAK. Susan, 2007, Pembimbing I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II : Sri Utami S., Dra., M.Kes.

ABSTRAK. Susan, 2007, Pembimbing I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II : Sri Utami S., Dra., M.Kes. ABSTRAK PENGARUH PASTA TOMAT (Solanum lycopersicum) TERHADAP KECEPATAN GERAK, JUMLAH, DAN VIABILITAS SPERMATOZOA PADA MENCIT GALUR BALB/c YANG MENGALAMI SPERMIOTOKSISITAS AKIBAT INDUKSI SISPLATIN Susan,

Lebih terperinci

DIURETIC EFFECT OF MULBERRY LEAF INFUSION (Morus alba L.) TOWARD POTASSIUM AND SODIUM CONCENTRATION IN URINE ON THE WHITE MALE RATS WISTAR

DIURETIC EFFECT OF MULBERRY LEAF INFUSION (Morus alba L.) TOWARD POTASSIUM AND SODIUM CONCENTRATION IN URINE ON THE WHITE MALE RATS WISTAR 30 DIURETIC EFFECT OF MULBERRY LEAF INFUSION (Morus alba L.) TOWARD POTASSIUM AND SODIUM CONCENTRATION IN URINE ON THE WHITE MALE RATS WISTAR Jatmiko Susilo, Sikni Retno K, Ni Wayan Rusmiati retnoyas@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu bulan Januari sampai Maret 2012. Pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba dilakukan di rumah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Melibatkan dua kelompok subyek, dimana salah satu kelompok

Lebih terperinci

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.) dan Ekstrak Etanol Nanas (Ananas comosus (L) Merr.) , Vol.04, No.01, Februari 2017, hal: 34-38 ISSN-Print. 2355 5386 ISSN-Online. 2460-9560 http://jps.unlam.ac.id/ Research Article 34 Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Mentimun (Cucumis sativus L.)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juli 2014 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2014 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SEPAT (Mitragyna speciosa) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus Musculus)

UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SEPAT (Mitragyna speciosa) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus Musculus) UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SEPAT (Mitragyna speciosa) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus Musculus) Ayu Indah Cahyani*, Mukti Priastomo, Adam M. Ramadhan Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan Lampiran 2. Tumbuhan pepaya jantan a. Tumbuhan pepaya jantan b. Bunga pepaya jantan c. Simplisia bunga pepaya jantan Lampiran 3. Perhitungan hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test Randomized Control

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas adalah menurunnya atau hilangnya kemampuan menghasilkan keturunan, istilah ini sama sekali tidak menunjukkan ketidakmampuan menghasilkan keturunan sepertinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak biji jintan hitam (Nigella sativa Linn.) terhadap kadar transaminase hepar pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual, sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Straight,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan rancangan acak lengkap dengan Posttest Only Control Group Design. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only control group design. Penelitian dilakukan dengan beberapa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode post test group only design. Menggunakan tikus putih jantan galur Sprague dawley berumur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2015 di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only Control Group Design).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2004 Pebruari 2005 di Sub Laboratorium Biologi Laboratorium Pusat MIPA UNS Surakarta sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Desain ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Teen.) Steenis) dalam pengencer tris kuning telur tehadap kualitas semen kambing Peranakan Etawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas. Pengobatan tradisional terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan budaya bangsa yang

Lebih terperinci

The Effect of Ethanol Leaves Extract of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) toward the Sedative Effect on BALB/C Mice

The Effect of Ethanol Leaves Extract of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) toward the Sedative Effect on BALB/C Mice 28 The Effect of Ethanol Leaves Extract of Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) toward the Sedative Effect on BALB/C Mice Richa Yuswantina, Agitya Resti Erwiyani, Parida Risanti agityaresti@yahoo.com

Lebih terperinci

The Effect of Boiled Bean (Vigna sinensis) Leaves Water To Increase of White Mouse Erythrocytes

The Effect of Boiled Bean (Vigna sinensis) Leaves Water To Increase of White Mouse Erythrocytes The Effect of Boiled Bean (Vigna sinensis) Leaves Water To Increase of White Mouse Erythrocytes Jatmiko Susilo, Dian Oktianti, Marta Siwi Prihantini Utami ABSTRACT The bean (Vigna Sinensis) leaves have

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Protozoologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1. Lingkup Tempat Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Negeri Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK DOSIS EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS

ABSTRAK EFEK DOSIS EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS ABSTRAK EFEK DOSIS EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP JUMLAH SEL SERTOLI DAN LEYDIG TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR Penyusun NRP Pembimbing I Pembimbing II : Alvian Andriyanto

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. pendekatan Post Test Only Control Group Design dan metode Rancangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. pendekatan Post Test Only Control Group Design dan metode Rancangan 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design dan metode Rancangan Acak Lengkap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah akar landep (Barleria prionitis) yang berasal dari Kebun Percobaan Manoko, Lembang. Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah konsumen rokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar di dunia setelah Cina dan India. Tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

LAMA PEMULIHAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.

LAMA PEMULIHAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L. LAMA PEMULIHAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) Marlina Kamelia 1 Siti Adha Sari 2 1,2 Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang ditempuh ialah jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang hendak diteliti (variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak buah jambu biji (Psidium guajava) terhadap kadar gula darah dan kadar transminase pada tikus (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post test only group design. Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 22 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi, Farmasi dan Patologi Anatomi. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

THE INFLUENCE OF Muntingia calabura L. LEAVES EXTRACT TOWARD HAIR GROWTH ON MALE RABBIT. Richa Yuswantina, Oni Yulianta W, Zahratul Fitri

THE INFLUENCE OF Muntingia calabura L. LEAVES EXTRACT TOWARD HAIR GROWTH ON MALE RABBIT. Richa Yuswantina, Oni Yulianta W, Zahratul Fitri 50 THE INFLUENCE OF Muntingia calabura L. LEAVES EXTRACT TOWARD HAIR GROWTH ON MALE RABBIT Richa Yuswantina, Oni Yulianta W, Zahratul Fitri anta_pharm@yahoo.com ABSTRACT Muntingia calabura L. leaves contains

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pamahan-Jati Asih, Bekasi. Dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan dan Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimen, rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan I. PENDAHULUAN Infertilitas merupakan suatu masalah yang dapat mempengaruhi pria dan wanita di seluruh dunia. Kurang lebih 10% dari pasangan suami istri (pasutri) pernah mengalami masalah infertilitas

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

LAMPIRAN C. Skrining Kandungan Kimia

LAMPIRAN C. Skrining Kandungan Kimia LAMPIRAN A 75 LAMPIRAN B 76 LAMPIRAN C Skrining Kandungan Kimia Alkaloid : Ekstrak dibasahi dengan sedikit alkohol, lalu digerus, kemudian tambahkan sedikit pasir, gerus. Tambahkan 10 ml kloform amoniak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting

BAB I PENDAHULUAN. hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Estrogen adalah salah satu hormon yang berperan dalam reproduksi hewan betina. Menurut Shabib (1989: 51-53), bentuk aktif estrogen terpenting adalah estradiol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak kacang kedelai hitam (Glycine soja) terhadap jumlah kelenjar dan ketebalan lapisan endometrium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Dadap leaf (Erythrina variegata L.), spermatozoa, white male wistar rats (Rattus norvegicus) ABSTRAK

ABSTRACT. Keywords: Dadap leaf (Erythrina variegata L.), spermatozoa, white male wistar rats (Rattus norvegicus) ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN DADAP AYAM (Erythrina variegata L.) TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) Stefani Tjiphanata 1), Edwin De Queljoe 1),

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran A. Data Rataan Jumlah Spermatozoa Mencit Rataan jumlah spermatozoa mencit (Mus musculus) dengan pemberian vitamin E setelah mendapat kombinasi ekstrak air biji pepaya (Carica papaya L.) dan testosteron

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Perbedaan Kualitas Semen Segar Domba Batur dalam Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret sampai dengan 1 Mei

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji jintan hitam (Nigella sativa) yang berasal dari Yogyakarta, Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

Effect of Ethanol Extract of Pomegranate Leaves (Punica granatum L) to the Sedative Effect on Mice BALB/C

Effect of Ethanol Extract of Pomegranate Leaves (Punica granatum L) to the Sedative Effect on Mice BALB/C Effect of Ethanol Extract of Pomegranate Leaves (Punica granatum L) to the Sedative Effect on Mice BALB/C Niken Dyah Ariesti, Sikni Retno K, Lale Reta Utami ABSTRACT Pomegranate Leaves (Punica granatum

Lebih terperinci

Uji Efek Antifertilitas Kombinasi Ekstrak Biji Saga (Abrus precatorius L.) Dan Biji Pare (Momordica charantia L.) Pada Mencit Jantan (Mus muscullus)

Uji Efek Antifertilitas Kombinasi Ekstrak Biji Saga (Abrus precatorius L.) Dan Biji Pare (Momordica charantia L.) Pada Mencit Jantan (Mus muscullus) 412424 Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, Vol 3.No.2 Desember 2017 Avaiable online at www.jurnal-pharmaconmw.com/jmpi p-issn :2442-6032 e-issn :2598-9979 Uji Efek Antifertilitas Kombinasi Ekstrak Biji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel PBAG di lingkungan sekitar kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan daerah Cipaku.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian mencit (Mus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Hewan Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.) MUDA DAN TUA TERHADAP JUMLAH JANIN MATI MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER BUNTING AWAL DAN AKHIR Naurah Alzena Hana Dhea, 1210005

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. random pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan.

BAB III METODE PENELITIAN. random pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan. 34 BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorik dengan post-test only control group design. Pemilihan hewan uji sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun salam (Syzygium polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam yang didapatkan

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus)

AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus) AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus) Novita Sari, Islamudin Ahmad, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015.

III. METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung pada bulan Juni sampai Juli 2015. III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Pembuatan ekstrak rimpang teki dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar Jurusan Kimia. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan

Lebih terperinci

Key words : sukun, mencit dan fertilitas.

Key words : sukun, mencit dan fertilitas. Saintek Vol 5, No 2 Tahun 2010 PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN (Arthocarpus communis ) TERHADAP FERTILITAS MENCIT (Mus musculus) ICR JANTAN Ekawaty Prasetya Staf Dosen Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas

Lebih terperinci

Wijayanti, et al, Pengaruh Ekstrak Metanol Biji Pepaya Tua dan Ekstrak Metanol Biji Pepaya Muda...

Wijayanti, et al, Pengaruh Ekstrak Metanol Biji Pepaya Tua dan Ekstrak Metanol Biji Pepaya Muda... Pengaruh Ekstrak Metanol Biji Pepaya Tua dan Ekstrak Metanol Biji Pepaya Muda (Carica papaya L.) terhadap Kualitas dan Kuantitas Spermatozoa Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus) (Effect of Methanolic

Lebih terperinci