BAB I PENDAHULUAN. memiliki implikasi yang buruk pada penerapan teknologi dan aturan-aturan baku

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. memiliki implikasi yang buruk pada penerapan teknologi dan aturan-aturan baku"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara global, pertumbuhan penduduk yang cepat berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi yang lamban yang pada gilirannya menghambat kemajuan di bidang pendidikan dan kesehatan. Kelambanan pada dua sektor ini memiliki implikasi yang buruk pada penerapan teknologi dan aturan-aturan baku yang seyogyanya jika diterapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Kebanyakan orang, terutama kaum miskin, mengandalkan hasil atau upah kerja mereka untuk bertahan hidup. Banyak dari mereka itu bekerja di sektor informal, di bidang farming subsistence (pertanian subsistens adalah pertanian yang hanya dilakukan untuk menyambung hidup) atau sebagai buruh tani untuk orang lain. Tambahan pula, bila panen gagal atau harga anjlok, pendapatan yang diperoleh tidak akan cukup untuk membebaskan diri dari kelaparan dan kemiskinan (The World Bank, 2006). Produk pertanian dan peternakan merupakan kebutuhan esensial bagi masyarakat. Pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidupnya, baik dipandang dari segi kuantitas dan kualitasnya. Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi merupakan prasyarat utama yang harus terpenuhi dalam upaya mewujudkan insan yang berharkat dan bermartabat serta sumber daya manusia 1

2 yang berkualitas. Sumberdaya manusia merupakan unsur terpenting dan sekaligus tujuan utama pembangunan nasional karena sumber daya manusia yang berkualitas merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan yang pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat serta dapat mengurangi atau menghapuskan kemiskinan. Kualitas sumber daya manusia dimaksud antara lain sangat ditentukan oleh kualitas pangan yang dikonsumsinya, sehingga segala daya dan upaya perlu dikerahkan secara optimal agar pangan yang aman, bermutu dan bergizi tersedia secara memadai serta terjangkau oleh daya beli masyarakat (RI, Menteri Pertanian, 2004). Brumby et al (2009) mengemukakan bahwa, para petani dan keluarganya berisiko tinggi mengalami cedera dan sakit, kerja hingga usia lanjut tanpa pensiun, jenis pekerjaannya tergolong berat dengan jangka waktu tidak menentu, mengandalkan anggota keluarga untuk menyediakan tenaga kerja tambahan yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dalam lingkungannya. Lebih lanjut Brumby et al (2009), penduduk pedesaan juga mengalami di atas rata-rata tingkat kematian di bawah usia harapan hidup akibat penyakit jantung, kanker, stress dan bunuh diri. Kanker, cedera pertanian, penyakit jantung, penurunan daya dengar dan bunuh diri mengindikasikan terjadinya peningkatan mortalitas pada populasi petani (Health and Safety Executive, 2006). Dicatat pula bahwa perilaku petani membawa pestisida ke rumah dimana anak-anak dan istrinya dapat terpapar (Teitelbaum, 2002), biaya akibat petani cedera, celaka dan sakit akibat kerja 2

3 belum diketahui. Kondisi ini lebih mudah ditemukan di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Mengutip pendapat Juka cit. Michel (1999) mengemukakan kecelakaan kerja mencapai 250 juta orang setiap tahun yang menyebabkan kematian hingga 335,000 jiwa. Satu juta orang meninggal setiap tahun dari 160 juta orang yang sakit karena polusi, bahan beracun dan prosedur kerja yang kurang mendukung di lingkungan kerja. Lebih dari seratus ribu jenis bahan kimia sedang digunakan dalam berbagai industri termasuk pertanian dan 350 jenis daripadanya bersifat karsinogenik dan 3000 jenis yang bersifat alergenik (Michel, 1999). Menurut ILO (2011) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah disiplin yang berhubungan dengan pencegahan cedera dan penyakit serta perlindungan dan promosi kesehatan tenaga kerja, dengan tujuan perbaikan kondisi kerja dan lingkungannya. Helmer dari World Health Organization cit Mitchel (1999) mengemukakan bahwa banyak industri di negara maju memindahkan tempat usahanya di negara-negara berkembang untuk menekan biaya produksi, tenaga kerja lebih murah dan tuntutan penerapan aturan K3 yang masih lemah. Pemindahan lokasi usaha ini akan selalu disertai pemindahan segala risiko yang berhubungan dengan K3. Mayoritas (75%) tenaga kerja di dunia bermukim di negara-negara berkembang. Kondisi pendidikan dan ekonomi serta kesehatan yang masih rendah di kawasan ini akan memperburuk implikasi dari kebijakan pemindahan lokasi usaha tersebut. Selanjutnya Kinnunen (2009) mengemukakan 3

4 bahwa hanya 5-10% tenaga kerja termasuk (petani dan peternak) di negara berkembang dan antara 20-50% tenaga kerja di negara-negara industri memiliki aksesibilitas yang memadai pada layanan kesehatan. Sebagai contoh, untuk kasus Amerika Serikat saja, hanya 10% dari total industri besar yang diperiksa oleh para inspektor K3 (Kinnunen, 2009). Dari pernyataan ini dapat diasumsikan bahwa industri dan perusahaan berskala mikro dan kecil di negara-negara berkembang termasuk Indonesia akan mengekspos tenaga kerja pada kondisi K3 yang relatif buruk. Pergeseran Bangsa Indonesia secara bertahap dari negara agraris dengan teknologi pertanian konvensional yang relatif tidak efisien menuju negara industri yang menuntut efisiensi yang semakin tinggi pada seluruh lini produksi, sangat membutuhkan terobosan-terobosan. Terobosan yang dimaksud meliputi penelitian ilmiah dan publikasi tentang K3 di bidang pertanian yang untuk kondisi Indonesia masih terbatas. Keterbatasan ini umumnya dapat diketahui dari kurangnya publikasi ilmiah mengenai K3 dalam sistem produksi pertanian. Hal ini sangat kontras dengan kondisi di negara-negara maju, juga termasuk Thailand dan Vietnam yang telah menerapkan standar K3 di sistem pertanian mereka yang didukung oleh tersedianya aturan-aturan hukum yang efektif dan didukung oleh kesadaran penduduk/petani akan K3 yang cukup tinggi. Lebih dari 1 miliar orang di Asia atau sama dengan 60% dari angkatan kerja mendapatkan perlindungan sosial yang seadanya atau bahkan tanpa proteksi sama sekali. Pengalaman menunjukkan bahwa tenaga kerja pada usaha-usaha 4

5 kecil sektor ekonomi informal biasanya termotivasi secara mandiri untuk memperbaiki kondisi keamanan dan kesehatan kerja, tetapi mereka tetap membutuhkan dukungan dari luar (Öjermark, 2008). Suardi (2005) mengutip hasil riset yang dilakukan Organisasi Buruh Internasional (ILO, 2003) yang menyimpulkan bahwa setiap hari rata-rata orang meninggal, setara dengan satu orang untuk setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaannya. Sejak tahun 2004 sampai tahun 2006 tingkat kecelakaan kerja di Indonesia tergolong tinggi. Selanjutnya dikemukakan bahwa Indonesia berada pada urutan ke 26 dari 27 negara dengan kejadian kecelakaan dan penyakit akibat kerja terbanyak (Suardi, 2005). Tenaga kerja formal maupun informal termasuk petani sawah belum diproteksi secara baik dari akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja, terutama tidak diadakannya pendidikan dan pelatihan K3 khusus bagi petani sawah. Hasil penelitian Hard & Myers (2006) di Amerika Serikat, melaporkan bahwa dalam kurun waktu , terdapat 310 pekerja usia di bawah 20 tahun yang meninggal dari total 1958 kecelakaan dari semua jenis pekerjaan berbahaya bidang industri pertanian (operator mesin, peternak, listrik, bahan kimia, kebisingan). Laporan United Stated Bureau of Labor Statistic cit. Öjermark (2008), dikemukakan bahwa pertanian dan pengelolaan hutan (agriculture & forestry) menempati urutan pertama tertinggi untuk angka rerata kecelakaan kerja (27,3%), 5

6 diikuti pertambangan (24%), transportasi dan manufaktur (16%). Lebih lanjut berdasarkan estimasi Organisasi Buruh Internasional (ILO) cit Öjermark (2008) tercatat 337 juta kecelakaan di tempat kerja setiap tahun. Jumlah orang yang menderita sakit yang ada hubungannya dengan pekerjaan mencapai 2 juta orang setiap tahun. Kesalahan-kesalahan ini membawa korban jiwa sebanyak 2.3 juta setiap tahun dan 650,000 orang dari padanya meninggal karena bahan-bahan kimia berbahaya. Nilai ekonomi dari praktek OHS (Occupational Health and Safety) yang buruk mencapai angka yang fantastis yaitu sekitar 1,25 triliun dolar AS setiap tahun dalam bentuk kehilangan jam kerja (lost working hour), gangguan/tertundanya pekerjaan, kompensasi bagi tenaga kerja, dan biaya pelayanan medis. Jauh di atas pertimbangan ekonomis, tanggung jawab moral serta nilai kemanusiaan tidak terbayangkan (Öjermark, 2008). Öjermark (2008) menjelaskan bahwa walaupun pekerjaan sifatnya tidaklah selalu berbahaya, dalam kenyataannya orang yang terbunuh akibat kecelakaan dan kesakitan di tempat kerja jauh lebih banyak dari yang meninggal karena perang. Mengapa ini harus terjadi padahal jumlah riset dan publikasi tentang pengelolaan risiko dan sedemikian banyak instrumen legal seputar K3 tentang standar teknis, petunjuk dan manual pelatihan, serta informasi praktis yang tersedia sangat banyak? Jawabannya ada pada statistik yang menunjukkan kejadian kontras antara negara maju dan negara-negara berkembang dengan industri yang berkembang pesat. Untuk negara-negara maju, telah terjadi penurunan yang berarti dan secara bertahap, angka kecelakaan dan kesakitan ditempat kerja. Sebaliknya di negara- 6

7 negara berkembang, industri-industri baru cenderung mengabaikan K3 mungkin karena penekanan pada perlunya penerapan standar K3 itu belum ketat atau karena mereka terlalu miskin untuk menerapkan secara baik aturan-aturan K3 (Öjermark, 2008). Karena itu langkah-langkah perbaikan di berbagai bidang terkait perlu dilaksanakan termasuk penerapan standar K3 di bidang pertanian (Öjermark, 2008). WHO (2010), menetapkan jangka waktu aksi global terhadap kesehatan pekerja termasuk tenaga kerja bidang pertanian yakni dari tahun 2008 hingga tahun Melalui aksi global tersebut WHO mendesak negara-negara anggota merancang dan bekerja sama dengan tenaga kerja, pengusaha dan organisasi mereka, membuat kebijakan nasional pelaksanaan rencana aksi global kesehatan kerja, serta merancang mekanisme dan rencana kerja serta aturan hukum, termasuk monitoring dan evaluasi pelaksanaannya. Tenaga kerja dimaksudkan adalah semua tenaga kerja termasuk sektor ekonomi informal, usaha kecil dan usaha menengah, pertanian, tenaga kerja kontrak, dengan intervensi layanan kesehatan kerja dasar yakni pencegahan penyakit akibat kerja dan kecelakaan berhubungan dengan cedera. Lebih lanjut WHO (2010), melaporkan bahwa cakupan dan mutu pelayanan kesehatan kerja harus ditingkatkan dengan mengintegrasikan pengembangannya ke strategi kesehatan nasional, reformasi sektor kesehatan dan rencana untuk meningkatkan kinerja sistem kesehatan; menentukan standar 7

8 organisasi dan cakupan pekerjaan pelayanan kesehatan; menetapkan target untuk meningkatkan cakupan dari penduduk yang bekerja dengan jasa kesehatan kerja; menciptakan mekanisme untuk penyatuan sumber daya untuk membiayai pelayanan kesehatan kerja; memastikan sumber daya manusia yang memadai dan kompeten dengan sistem jaminan pelayanan berkualitas. Pelayanan kesehatan dasar bagi tenaga kerja harus disediakan untuk semua tenaga kerja, termasuk sektor ekonomi informal, usaha kecil, dan pertanian. Untuk kasus di Indonesia, walaupun angka-angka di atas tidak secara spesifik menunjuk pada kecelakaan kerja di bidang pertanian, dapat diasumsikan bahwa pada sistem pertanian berskala mikro dan kecil masih banyak yang belum menerapkan standar K3. Konsekuensi dari keadaan ini adalah tingginya frekuensi kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat menyebabkan tidak saja penurunan produktivitas usaha tetapi juga pada kesehatan produk-produk pertanian dan kesehatan konsumen (Roga. 2008). Mergler (1999) mengemukakan selama beberapa tahun terakhir, situasi kerja telah mengalami transformasi penting, terutama revolusi teknologi dan globalisasi, masuknya perempuan ke dalam pasar tenaga kerja dan ketergantungan yang meningkat pada penggunaan zat kimia. Perubahan ini penting dampaknya pada sifat dan jenis kecelakaan kerja serta pada angkatan kerja, yang mempengaruhi hubungan antara kerja dan kesehatan. Sementara penelitian kuantitatif telah mendominasi penelitian kesehatan kerja selama setengah abad terakhir. Metode kualitatif dapat menjadi pilihan lain dalam penyediaan data 8

9 kuantitatif berkaitan dengan mendefinisikan pertanyaan penelitian, memberikan informasi lebih lanjut tentang dampak kondisi kerja pada kesehatan dan kesejahteraan, dan mengurangi kesalahan dalam hasil paparan dan kesehatan. Menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif dapat menghasilkan pemahaman dan kesimpulan yang lebih baik dari situasi lingkungan kerja yang berubah dengan cepat, guna mengembangkan strategi yang sesuai untuk intervensi pencegahan pada tenaga kerja (Mergler, 1999). Buranatrevedh & Sweatsriskul (2005) mengemukakan bahwa pertanian adalah salah satu pekerjaan mayoritas masyarakat di Thailand. Hasil penelitian pada tahap pertama menunjukkan bahwa terdapat tiga masalah utama dalam K3 pada petani-petani di Thailand yakni gejala-gejala penyakit akibat kontak dengan pestisida (65%), problem musculoskeletal (16.6% %) dan cedera (1.1% %) selama proses bertani. Survei pendahuluan yang peneliti lakukan secara acak sederhana pada 3 orang petani di Kabupaten Bantul dan 4 orang petani sawah di Kabupaten Sleman diawal tahun 2009, diperoleh informasi bahwa para petani tidak mengetahui, tidak memahami dan tidak menerapkan K3. Petani tidak memiliki prosedur kerja yang standar sesuai K3 dalam bertani terutama ketika menggunakan traktor dalam membajak sawah, tetapi bekerja berdasarkan pengalaman yang ditularkan secara orang per orang. Petani bekerja berdasarkan pesan yang disampaikan secara lisan atau melihat langsung ketika anggota keluarganya menerapkan cara-cara dan tahapan bertani di sawah yang mengandalkan tenaga manusia, hewan dan 9

10 peralatan sederhana lainnya seperti cangkul dan sabit yang kemudian menjadi tradisi turun temurun. Petani tidak menggunakan alat-alat pelindung diri saat bertani seperti (sepatu lumpur, sarung tangan, tidak ada pelindung bagian traktor yang berputar, tanpa masker saat menggunakan bahan kimia dan pestisida). Temuan peneliti tersebut di atas jelas bahwa para petani sawah mengabaikan K3 dalam segala aktivitas kerja mereka, dan kemungkinan besar kejadian yang sama terjadi di wilayah lain di Indonesia. Sehingga mendesak dilakukan perbaikan melalui pengkajian dan pembinaan melalui pendidikan dan pelatihan kepada petani sawah tentang cara kerja aman sehat dan selamat Tenaga kerja di perusahaan jika cedera atau sakit dapat segera diganti dengan tenaga kerja yang baru, agar proses produksi tidak terganggu dan perusahaan atau industri tidak rugi. Seharusnya para tenaga kerja yang mengalami kecelakaan dan atau sakit akibat kerja akan segera mendapatkan bantuan medis, asuransi dan ketika sudah sehat akan dipekerjakan lagi (Roga, 2008), tetapi para tenaga kerja pertanian (petani sawah) jika mengalami cedera atau sakit akan kehilangan pekerjaan dan pendapatan, dimana perannya tidak bisa digantikan, dan berdampak serius pada penghasilan dan ekonomi keluarganya. Jadi bisa dibayangkan betapa besar akibatnya bagi petani sawah jika dibiarkan bekerja terus menerus dalam kondisi seperti di atas. Bukan hal yang mustahil jumlah petani sawah akan terus berkurang atau migrasi pada pekerjaan lain dengan risiko lebih kecil dibandingkan dengan pertanian dan pada akhirnya produksi pangan berkurang dan bangsa ini bergantung dan didikte bangsa lain. 10

11 Bertitik tolak dari keterbatasan informasi ilmiah tentang penerapan K3 pada pertanian khususnya petani sawah di Indonesia dan indikasi permasalahan di sekitar industri tersebut, maka dinilai sangat mendesak untuk melakukan berbagai upaya mengatasi keterbatan-keterbatasan di lingkungan kerja dan tenaga kerja di bidang usaha ini. Menurut pendapat peneliti dalam menciptakan kondisi sehat, selamat dan bekerja pada lingkungan yang aman, yaitu guna mengurangi kecelakaan kerja dan Penyakit akibat kerja (PAK) serta meningkatkan produktivitas kerja diperlukan intervensi berupa pelatihan tentang K3 termasuk cara pengendalian dampak lingkungan kerja yang berbahaya disamping sangat diperlukan pembimbingan dalam pembentukan organisasi K3 dan pembentukan prosedur kerja pada kelompok petani sawah. Sehingga dengan elemen baru tersebut yang mengintegrasikan faktor manusia dan lingkungan kerja melalui kajian ilmiah yang komprehensip sehingga keselamatan, kesehatan dan produktivitas kerja petani sawah dapat ditingkatkan Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapatlah diidentifikasi permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yakni: 1. Apakah ada perbedaan angka kecelakaan kerja dan PAK serta produktivitas kerja petani sawah kelompok perlakuan yang mendapatkan program manajemen K3 sektor pertanian (organisasi dan administrasi K3, 11

12 pelatihan K3, prosedur kerja K3, pengendalian dampak lingkungan kerja/environment health and safety control) dengan kelompok kontrol? 2. Apakah program manajemen K3 sektor pertanian dapat meningkatkan/menurunkan angka kecelakaan kerja petani sawah di Kabupaten Sleman? 3. Apakah program manajemen K3 sektor pertanian dapat meningkatkan/menurunkan angka PAK petani sawah di Kabupaten Sleman? 4. Apakah ada pengaruh atau efek dari angka kecelakaan kerja terhadap produktivitas kerja petani sawah di Kabupaten Sleman? 5. Apakah angka PAK dapat meningkatkan/menurunkan produktivitas kerja petani sawah di Kabupaten Sleman? 6. Apakah program manajemen K3 sektor pertanian dapat meningkatkan/menurunkan produktivitas kerja petani sawah di Kabupaten Sleman? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan umum: Menilai efek penerapan manajemen K3 sektor pertanian (organisasi dan administrasi K3, pendidikan dan pelatihan K3, prosedur kerja K3, pengendalian dampak lingkungan kerja K3) terhadap kecelakaan kerja, PAK, dan produktivitas kerja petani sawah di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. 12

13 Tujuan khusus: 1. Mengkaji efek perbedaan dari program manajemen K3 sektor pertanian pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol terhadap angka kecelakaan kerja, PAK dan produktivitas kerja petani sawah 2. Mengkaji pengaruh program manajemen K3 sektor pertanian terhadap angka kecelakaan kerja kelompok perlakuan 3. Mengkaji pengaruh program manajemen K3 sektor pertanian terhadap angka PAK. 4. Mengkaji pengaruh kejadian kecelakaan kerja terhadap produktivitas kerja petani sawah di Kabupaten Sleman. 5. Mengkaji pengaruh kejadian PAK terhadap produktivitas kerja petani sawah di Kabupaten Sleman. 6. Mengkaji pengaruh dari program manajemen K3 sektor pertanian terhadap produktivitas kerja petani sawah Manfaat Penelitian 1. Bagi petani : a) Mengaplikasi K3 dalam bekerja di sawah b) Terhindar dari kecelakaan kerja dan PAK c) Aman dan selamat dalam bekerja d) Memiliki produk yang berdaya saing tinggi e) Meningkat angka kesejahteraannya 13

14 2. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan: a) Dapat menumbuh-kembangkan budaya membaca menulis dan meneliti dan publikasi sehingga ilmu pengetahuan terus tumbuh dan berkembang dalam usahanya membantu umat manusia menghargai kehidupan b) Sebagai salah satu sumber informasi bagi peneliti lainnya dalam pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang kesehatan kerja yang berkelanjutan 3. Bagi pemangku kepentingan a) Sebagai informasi terbarukan dalam perencanaan dan pengembangan usaha-usaha pencegahan kecelakaan dan PAK pada petani sawah b) Sebagai salah satu sumber informasi dalam penerapan dan pengembangan K3 pada pertanian khususnya usaha penerapan K3 pada petani sawah guna peningkatan status kesehatan dan peningkatan produksi petani sawah di Indonesia Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran sampai dengan saat ini khususnya di Indonesia informasi ilmiah penerapan K3 dalam sistem produksi pertanian khususnya petani sawah di Indonesia belum ditemukan. Penelitian upaya pencegahan kecelakaan kerja dan PAK di kalangan petani, buruh tani dan keluarganya telah dilakukan di berbagai negara. Houghton (2009) menyimpulkan bahwa di New Zealand telah dilakukan penelitian pada petani dan dipublikasikan sejak Tahun Hasil penelitian tersebut menemukan 14

15 bahwa selama kurun waktu 12 bulan penelitian terdapat 50% responden melaporkan PAK, yang terdiri atas 20% responden mengalami nyeri punggung, 2% responden terluka karena kontak dengan hewan, 10% responden terluka ketika menggunakan mesin pertanian, 8% responden melaporkan kesehatan mereka telah dipengaruhi oleh bahan kimia seperti pestisida. Hanya 3% responden yang selalu menggunakan pelindung mata dan 50% reponden memakai perlindungan telinga ketika mereka menjalankan traktor. Penelitian Buranatrevedh & Sweatsriskul (2005) di Thailand tentang pengembangan model promosi kesehatan dan kontrol untuk pencegahan penyakit dan kecelakaan pada petani. Penelitian ini melibatkan 24 kelompok petani padi di 9 desa, bertujuan memberdayakan petani untuk belajar keselamatan dan kesehatan kerja dalam usaha tani padi dan mengembangkan model untuk meningkatkan pemahaman tentang keselamatan dan kesehatan kerja dan mencegah bahaya kecelakaan dan sakit akibat kerja pada petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 masalah utama K3 di antara para petani yakni gejala paparan pestisida (65%), gangguan nyeri punggung bawah (16,6% -75,9%), dan berbagai macam cedera (1,1% -83,2%). Sehingga diperlukan partisipasi aktif petani dalam upaya pencegahan kecelakaan dan sakit akibat kerja yang berkelanjutan. Bancej & Arbuckle (2000) melakukan penelitian faktor risiko kecelakaan kerja pada tenaga kerja anak usia <18 tahun di daerah pertanian Ontario di Amerika Serikat. Dengan metode analisis multivariat ditemukan bahwa tingkat pendidikan orang tua berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan kejadian 15

16 cedera baik pada anak dan orang dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua dengan pendidikan rendah berkaitan erat dengan risiko terjadinya cedera yang lebih berat. Terkait dengan penggunaan mesin pertanian (traktor) terjadi peningkatan risiko cedera pada operator traktor dengan pendidikan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dapat menjadi salah satu faktor penyebab kejadian cedera di lingkungan pertanian baik pada anak dan orang dewasa. Hasil penelitian Hofmann et al yang dipublikasikan pada tahun 2009, tentang persepsi bahaya kesehatan dan lingkungan kerja diantara tenaga kerja pertanian di Washington State, dengan tujuan menggambarkan persepsi tentang isu kesehatan kerja dan lingkungan diantara tenaga kerja pertanian dengan menggunakan metode CBPR (Community Based Participatory Research). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masalah K3 antara tenaga kerja pertanian berbeda sesuai dengan karakteristik demografis tertentu, terutama usia dan etnis. Di Indonesia sesuai hasil pencarian peneliti sampai pada penelitian ini belum menemukan publikasi hasil penelitian yang mirip atau sama dengan topik "Manajemen K3 Sektor Pertanian (Kajian Pada Petani Sawah di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta)". 16

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis risiko..., Septa Tri Ratnasari, FKMUI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis risiko..., Septa Tri Ratnasari, FKMUI, 2009 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut laporan yang dikeluarkan oleh ILO pada 17 th World Congress on Safety and Health at Work yang pada tahun 2005, disebutkan bahwa berdasarkan hasil estimasi

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar (asasi) manusia dan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian. Pekerjaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian masyarakat internasional. World Health Organization (WHO) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin pesat, tentunya akan berpengaruh terhadap masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Meskipun kehidupan menjadi semakin maju, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tenaga kerja merupakan tulang punggung di bidang industri yang sangat menentukan keberhasilan dari suatu usaha untuk mempertinggi produksi, produktivitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lama telah diketahui bahwa pekerjaan dapat mengganggu kesehatan dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan pelaksanaan upaya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. teknologi serta upaya pengendalian risiko yang dilakukan. Kecelakaan kerja secara BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya dan risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja terdapat pada setiap pekerjaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan industri yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata orang meninggal, setara

BAB 1 PENDAHULUAN. ILO menghasilkan kesimpulan, setiap hari rata-rata orang meninggal, setara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecelakaan dan sakit di tempat kerja membunuh dan memakan lebih banyak korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang dilakukan badan dunia ILO menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Pertanian (SIPP) yaitu: terwujudnya sistem pertanianbioindustri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi yang besar di sektor pertanian. Untuk memanfaatkan potensi besar yang dimiliki Indonesia, pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi telah tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi pekerja yang merupakan komponen dari hak asasi manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja baik bagi pekerja

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja baik bagi pekerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional kini memasuki era industrialisasi yang menuntut produktivitas kerja yang tinggi. Produktivitas dan efisiensi kerja baik bagi pekerja maupun perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut,

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah masalah dunia. Bekerja dimanapun selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja, baik didarat, laut, udara, bekerja disektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dari waktu ke waktu semakin meningkat. Dengan bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan dalam aneka bentuk proses produksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan kerja adalah gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala sesuatu yang berada

Lebih terperinci

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis 14 Pada era industrialisasi seperti sekarang ini, persaingan menuntut perusahaan untuk memanfaatkan serta mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara dinamis seiring dengan kebutuhan manusia yang selalu berubah dan bertambah pula. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade Area (AFTA) semakin pesat. Hal ini membuat persaingan antara industri besar, industri menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum. 1 1.1 Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan nasional. Untuk mencapai pembangunan nasional tersebut maka

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan tembakau pada dasarnya merupakan penyebab kematian yang dapat dihindari. Namun, kecanduan dalam merokok masih belum bisa lepas dari masyarakat di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. Di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas mengenai rencana pengembangan bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas mengenai rencana pengembangan bisnis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini membahas mengenai rencana pengembangan bisnis pertanian padi organik dengan mengidentifikasi lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Analisis lingkungan

Lebih terperinci

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 4(2) Juli 2005 : 1 5 ISSN 1412-7814 Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Harrys Siregar Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan ketergantungan yang menjerat konsumennya tanpa pandang status sosial ekonomi penggunanya. Konsumen rokok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi rancang bangun, pengadaan material dan pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Pekerjaan konstruksi termasuk padat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidup. membentuk energi listrik (www.indonesiapower.co.id).

BAB I PENDAHULUAN. dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidup. membentuk energi listrik (www.indonesiapower.co.id). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam kebutuhan diciptakan dan dikondisikan untuk memenuhi kehidupan manusia, salah satunya adalah energi. Energi merupakan hal esensial dalam seluruh aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki AFTA, WTO dan menghadapi era globalisasi seperti saat ini, pemerintah telah mempunyai kebijakan pembangunan industri nasional yang tertuang dalam Perpres No.28

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara agraris. Sebagai negara agraris, salah satu peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak-anak (Wahyono, 2010). Pada tahun 2030, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan salah satu sumber daya penting bagi perusahaan selain modal dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan salah satu sumber daya penting bagi perusahaan selain modal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan suatu perusahaan tidak lepas dari peranan tenaga kerja, dimana manusia merupakan salah satu sumber daya penting bagi perusahaan selain modal dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan besar ingin menghasilkan output yang terbaik demi tercapainya tujuan perusahaan, di mana tujuan tersebut pada umumnya adalah, menciptakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Suardi (2005) mengutip laporan ILO tahun 2003, kecelakaan dan sakit di tempat kerja membunuh dan memakan lebih banyak korban jika dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. negeri. Pembangunan prasarana dan industri yang sedang giat-giatnya dilakukan di

BAB 1 : PENDAHULUAN. negeri. Pembangunan prasarana dan industri yang sedang giat-giatnya dilakukan di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, energi migas masih menjadi andalan utama perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun pemasok kebutuhan energi dalam negeri. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem perdagangan dunia di samping isu lingkungan, produk bersih, HAM, pekerja anak, dan pengupahan (Ramli, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini aspek kesehatan dan keselamatan kerja (K3) telah menjadi isu global yang berpengaruh terhadap perdagangan dan arus barang antar Negara. Isu kesehatan dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Saat ini, dunia memasuki era globalisasi yang berdampak terhadap sistem perdagangan internasional yang bebas dan lebih terbuka. Keadaan ini memberi peluang sekaligus tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka kesakitan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan hal yang di inginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan lingkungan organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin majunya perkembangan teknologi dan peradaban manusia, kegiatan dan lapangan kerja manusia makin beraneka ragam. Selain sumber daya alam, sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015 menjadikan kawasan regional ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini bisa dicegah dengan melakukan Procedure Lock dan Tagging serta

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini bisa dicegah dengan melakukan Procedure Lock dan Tagging serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun banyak pekerja yang cedera, sampai fatality (kematian) akibat kelalaian atau kurangnya peringatan di tempat kerja tersebut, misalkan ketika mereka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Oleh karena itu, kebijakan

Lebih terperinci

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1) BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Menurut data BPS (2010), jumlah penduduk yang bekerja di sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan industri yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk berkualitas tinggi agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia tidak dapat terhindar dari penurunan kondisi fisik, psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang dapat mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu berpartisipasi aktif dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara agraris karena dari 186 juta hektar luas daratan Indonesia sekitar 70 persennya lahan tersebut digunakan untuk usaha pertanian. Selain daratan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia, dan menduduki urutan kedua setelah Brazil.

Lebih terperinci

Visi, Misi, Kebijakan, Strategi dan Program Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional

Visi, Misi, Kebijakan, Strategi dan Program Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional 23 Visi, Misi, Kebijakan, Strategi dan Program Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Nasional 2007-2010 Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N) 2 Visi, Misi, Kebijakan, Strategi dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi akan membawa dampak terhadap perubahan tatanan kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penerapan peraturan yang tepat dalam suatu organisasi dapat menentukan keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen. Pemerintah, dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan suatu masalah di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan banyak kerugian baik dari segi sosial ekonomi maupun kesehatan bahkan kematian (Kemenkes RI,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja, 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam perekonomian nasional. Sektor ini mendorong pencapaian tujuan pembangunan perekonomian nasional secara langsung

Lebih terperinci

BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK KELANGSUNGAN USAHA

BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK KELANGSUNGAN USAHA BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) UNTUK KELANGSUNGAN USAHA Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri di Indonesia mendorong munculnya industriindustri berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya kompetisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan wujud dari kewajiban sebuah perusahaan untuk melindungi pekerja berdasarkan amanah undang-undang (UU).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia semakin meningkat. Peralatan permesinan juga semakin canggih. Penggunaan yang semakin canggih akan memberikan keuntungan bagi

Lebih terperinci

Good Agricultural Practices

Good Agricultural Practices Good Agricultural Practices 1. Pengertian Good Agriculture Practice Standar pekerjaan dalam setiap usaha pertanian agar produksi yang dihaslikan memenuhi standar internasional. Standar ini harus dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, yang memiliki berbagai latar belakang dan penyebab. Bahkan, di beberapa negara menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. WHO memperkirakan tiap

BAB I. PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. WHO memperkirakan tiap BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan faktor risiko terbesar yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. WHO memperkirakan tiap tahunnya merokok menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki abad 21, dunia mengalami perubahan pola penyakit. Penyakit yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non infeksi atau

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pemerintah Indonesia banyak menghadapi tantangan yang tidak dapat dihindari yang mana ditandai dengan perdangan bebas. Meningkatnya teknologi informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kecelakaan kerja di dunia masih tinggi. Setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri yang pesat tidak hanya ditandai dengan adanya persaingan yang ketat antar perusahaan. Namun, penggunaan teknologi dan material yang berbahaya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi/angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Transportasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah generasi penerus bangsa yang dibutuhkan negara dan suatu bentuk investasi negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) dalam model kesehatan yang dibuat sampai tahun 2020 meramalkan gangguan psikis berupa perasaan lelah yang berat dan berujung pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam pembangunan nasional Indonesia yang terus berkembang dan tumbuh secara cepat serta berdampak

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi industri diikuti dengan risiko bahaya kesehatan akibat tidak adanya keseimbangan interaksi antara manusia dengan peralatan, lingkungan dan mesin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya pecegahan dari kecelakaan dan melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai suatu lingkungan kerja yang terdiri dari berbagai bagian dan sub bagian, dimana antara bagian tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing namun

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan pasar bebas (World Trade Organization/WTO) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan pasar bebas (World Trade Organization/WTO) dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dan pasar bebas (World Trade Organization/WTO) dan (General Agreement on Tariffs and Trade/GATT) yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rudi Suardi, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja, (jakarta: penerbit PPM, 2007), hlm 4-5

BAB I PENDAHULUAN. Rudi Suardi, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja, (jakarta: penerbit PPM, 2007), hlm 4-5 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kesehatan dan keselamatan kerja diperlukan seringing perkembangan industri membawa serta menggunakan berbagai alat, mesin instalasi dan bahan-bahan berbahaya maupun

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu fenomena yang umum di masyarakat Indonesia. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan pola perilaku yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal ini disebabkan oleh tingginya arus globalisasi yang masuk ke Indonesia baik

Lebih terperinci