BAB I PENDAHULUAN. Israel dan Palestina adalah dua negara yang tidak asing lagi di telinga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Israel dan Palestina adalah dua negara yang tidak asing lagi di telinga"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Israel dan Palestina adalah dua negara yang tidak asing lagi di telinga masyarakat Internasional. Konflik yang berkepanjangan menyebabkan kedua negara tersebut menjadi salah satu obyek yang tidak luput dari perhatian dunia. Israel dan Palestina merupakan salah satu kawasan yang terletak di wilayah Timur-Tengah yang merupakan sebuah kawasan geopolitik yang menjadi wilayah konflik yang berkepanjangan. Wilayahnya yang mengandung sumber daya mineral dalam jumlah yang banyak, telah menjadikan kawasan ini sebagai ajang unjuk kekuatan negara-negara besar yang memiliki kepentingan akan energi. 1 Tidak hanya itu, kawasan Timur Tengah merupakan kawasan berasalnya tiga agama Samawi, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam yang sekaligus menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan suci bagi ketiga agama. Fakta ini pula yang melatarbelakangi terjadinya Perang Salib dalam kurun waktu ratusan tahun. 2 Konflik Israel-Palestina sudah dimulai sebelum tahun 1920, di mana menceritakan tentang munculnya kaum zionisme, kekalahan Ottoman, serta janjijanji pemenang perang. Kemudian berlanjut sampai terbentuknya Negara Israel pada tahun 1948 dan berlangsung pula hingga saat ini. Israel terus menggempur 1 Anup Shah, The Middle East, diakses pada tanggal 27 Maret 2011, URL: 2 Prihot Nababan, Sejarah Konflik Palestina-Israel, diakses pada tanggal 27 Maret 2011, URL:

2 2 wilayah Palestina dan dari waktu ke waktu bisa dikatakan makin membabi buta. Palestina pun selama konflik tersebut terus berjuang untuk membela kedaulatannya. Mereka berjuang untuk mendapat pengakuan dari dunia internasional bahwa Palestina adalah sebuah negara yang berdaulat. Selama konflik terjadi, korban jiwa yang berjatuhan sudah tidak terhitung lagi jumlahnya dan hal tersebut merupakan tragedi kemanusiaan, bukan sekedar sebuah konflik antar agama lagi. Terlebih lagi blokade Gaza yang dilakukan Israel yang telah berlangsung sejak 21 tahun yang lalu dan semakin diperkuat sejak tahun 2006 karena kemenangan partai Hamas di Palestina. Hal tersebut pun menarik perhatian seluruh masyarakat dunia begitu juga Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) yang merupakan organisasi internasional terbesar dunia. Perserikatan Bangsa-Bangsa merupakan suatu Organisasi Internasional yang dibentuk sebagai pengganti dari LBB ( Liga Bangsa-Bangsa) yang dibubarkan karena dianggap telah gagal menciptakan perdamaian dunia dengan pecahnya Perang Dunia II. Asal mula dibentuknya PBB diawali dari Atlantic Charter, dimana muncul pemikiran dari Roosevelt dan Churchill untuk membentuk Organisasi Internasional pengganti LBB. Kemudian dilanjutkan dengan Declaration by The United Nations pada tanggal 1 Januari 1942 untuk melengkapi Atlantic Charter, dan pada tanggal 30 Oktober 1943 diadakan Moscow Declaration yang ditandatangani oleh Molotov, Anthony Eden (Inggris), Cordell Hull (Amerika Serikat), dan Foo Pingsheung (Duta Besar Cina

3 3 untuk USSR). 3 Tanggal 29 September 7 Oktober 1944 diadakan pertemuan di Dumbarton Oaks yang menyetujui pokok-pokok dasar dan tujuan, bentuk organisasi, peraturan tentang pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional dan pentingnya kerjasama di bidang ekonomi dan sosial. 4 PBB resmi didirikan pada tanggal 24 Oktober Dalam PBB terdapat badan utama, salah satunya adalah Dewan Keamanan yang diserahi tugas khusus dalam bidang perdamaian dan keamanan internasional. Terdapat lima negara yang dianggap memegang peranan dalam peperangan melawan fasisme, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Uni Soviet, dan Cina sebagai anggota tetap dari badan utama tersebut. Kelima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB tersebut dihadiahi suatu hak spesial sebagai balasan dari tanggung jawab mereka terhadap perang dunia II, yaitu hak veto yang melekat pada kelima negara tersebut berdasarkan Pasal 27 Piagam PBB. Dalam Pasal 27 (1) Piagam PBB dikatakan bahwa setiap anggota Dewan Keamanan mempunyai satu suara. Jika ketentuan dalam Pasal 27(1) dihubungkan dengan ketentuan dalam Pasal 27(3) Piagam yang menyatakan: 5 Keputusan keputusan Dewan Keamanan mengenai hal hal lain ditetapkan dengan suara setuju dari sembilan anggota termasuk suara anggota-anggota tetap; dengan ketentuan bahwa dalam keputusan- keputusan dibawah yang diambil dalam rangka Bab VI, dan ayat 3 Pasal 52, pihak yang berselisih tidak ikut memberikan suara. 3 Sri Setianingsih Suwardi, 2004, Pengantar Hukum Organisasi Internasional,Universitas Indonesia, Jakarta,h Ibid, h Pasal 27 (3) Piagam PBB

4 4 Akan tampak perbedaan hak suara antara anggota tetap dan anggota tidak tetap. Perbedaan ini terletak bahwa pada masalah nonprocedural akan ditetapkan dengan sembilan suara anggota Dewan Keamanan termasuk suara bulat dari anggota tetap Dewan Keamanan. 6 Keputusan Dewan Keamanan dibedakan antara keputusan yang menyangkut masalah procedural dan non procedural. Masalah procedural akan ditetapkan dengan suara sembilan anggota Dewan Keamanan (Pasal 27 (2) Piagam) sedangkan untuk masalah nonprocedural ditetapkan dengan sembilan suara anggota Dewan Kemanan termasuk suara anggota tetap Dewan Keamanan (Pasal 27 (3)). 7 Namun, di dalam Piagam PBB sendiri tidak terdapat perumusan yang menjelaskan mana yang merupakan masalah procedural maupun non procedural. Pada pertemuan di San Fransisco, keempat negara ( Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, dan Cina) telah membuat daftar mana yang termasuk masalah procedural sebagai contoh keputusan yang didasarkan pada persoalan tata tertib (dituangkan dalam Pasal 28 dan 32 Piagam PBB) dan nonprocedural misalnya rekomendasi untuk penyelesaian sengketa dan keputusan untuk tindakan dengan kekerasan. 8 Dalam hal ada keragu-raguan apakah suatu kasus termasuk perkara procedural atau nonprocedural, maka masalah tersebut menjadi masalah nonprocedural. 9 Adanya hak veto untuk lima negara anggota tetap Dewan Keamanan telah menyebabkan kebijakan Dewan Keamanan sebagai salah satu badan utama PBB, 6 Sri Setianingsih Suwardi, Op.Cit. h Ibid, h Ibid. 9 Ibid.

5 5 selalu mengikuti langkah kelima negara tersebut, khususnya Amerika Serikat. Sebaliknya, Majelis Umum yang menjadi forum seluruh anggota PBB justru tidak memiliki kekuatan yang berarti dibanding dengan Dewan Keamanan. Ketidakadilan inilah yang telah menghambat keberhasilan PBB dalam mengemban misinya, dan bahkan telah melahirkan protes dari banyak negara anggotanya. 10 Hak veto seringkali digunakan secara sewenang-wenang dan berlandaskan pada kepentingan masing-masing negara pemilik hak veto. Oleh karena itulah keberadaan hak veto mendapat kritikan dan kecaman dari dunia internasional. Permasalahan Israel-Palestina pun tidak kunjung usai dikarenakan tidak ampuhnya wewenang PBB khususnya Dewan Keamanan dalam menyelesaikan kasus tersebut. Ketidakampuhan itupun disebabkan karena adanya hak veto. Problematika hak veto selalu membayangi legitimasi dari Dewan Kemanan PBB. Dengan mengantongi hak veto, maka anggota tetap setiap saat dapat mempengaruhi terjadinya perubahan substansi secara besar-besaran dari suatu resolusi. 11 Salah satu anggota tetap yang paling mempengaruhi suatu resolusi Dewan Keamanan PBB adalah Amerika Serikat. Negara ini telah menggunakan hak vetonya lebih banyak dari anggota tetap lainnya sejak tahun 1972, khususnya terhadap resolusi yang ditujukan bagi Israel. Terlebih lagi sejak tanggal 26 Juli 2002, negara adidaya tersebut mengumandangkan doktrin Negroponte, dimana 10 Magazine forum, 2010, Hak Veto PBB, diakses pada 28 Maret 2011, URL: 11 Mahasiswa Pascasarjana, Master of Comparative Law pada Faculty of Law, University of Delhi, New Delhi, Diakses pada 2 April 2011, URL: (

6 6 menyatakan bahwa Amerika Serikat akan selalu siap menentang setiap resolusi Dewan Kemanan yang berusaha untuk menghukum Israel. Inilah salah satu kesalahan fatal dari penyalahgunaan sistem hak veto. Sebanyak 41 kali dari 82 hak veto Amerika Serikat digunakan untuk membendung tindakan internasional terhadap kebrutalan aksi Israel. Hal tersebut menunjukkan ketidakberdayaan Dewan Keamanan PBB mengatasi konflik yang terjadi pada Israel dan Palestina. Rancangan Resolusi Dewan Keamanan PBB tentang Seruan Bagi Israel Untuk Menghentikan Blokade Gaza yang dikeluarkan tiga kali yakni pada tahun 2004 tertanggal 10 Mei 2004 dan pada tahun 2006 sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 13 Juli 2006 dan 11 November 2006 menjadi tidak berarti untuk dilaksanakan kedua belah pihak yang berselisih. Sebelas negara menyetujui Rancangan Resolusi pada tanggal 10 Mei 2004 tersebut dan tiga negara abstain yaitu Inggris, Jerman dan Rumania. Sementara itu sepuluh negara memberikan suara pada Rancangan Resolusi DK PBB 11 November 2006 dan empat negara yaitu Inggris, Peru, Denmark dan Slovakia bersikap abstain. Sedangkan pada Rancangan Resolusi DK PBB tanggal 13 Juli 2006, sepuluh negara setuju, empat negara abstain antara lain Inggris, Denmark, Jepang dan Slovakia. Di sisi lain,amerika Serikat menggunakan hak vetonya pada ketiga rancangan resolusi tersebut yang kemudian membatalkan resolusi. 12 Blokade Gaza yang dilakukan militer Israel telah mengakibatkan penderitaan fisik maupun mental terhadap masyarakat Palestina. Perubahan dari segi sosial maupun ekonomi dialami mereka seperti penurunan kesehatan, kemiskinan, putus 12 Jewish Virtual, U.S. Vetoes of UN Resolutions Critical of Israel, diakses pada tanggal 12 Maret 2012, URL:

7 7 sekolah, kelaparan, dan masih banyak lagi dampak negatif lainnya. Tindakan blokade tersebut dilakukan Israel sebagai bentuk perlindungan diri terhadap serangan roket yang dikirim Hamas dan menganggap tindakan Hamas tersebut sebagai tindakan terorisme dan membahayakan keamanan dalam negeri mereka. Namun, Blokade Israel di wilayah Gaza dinilai telah melanggar Hukum Humaniter Internasional (HHI) karena banyak tindakan Israel yang bertentangan dengan prinsip- prinsip dalam HHI. Salah satunya adalah Prinsip Proporsionalitas yaitu kerusakan yang akan diderita oleh penduduk sipil atau objek-objek sipil harus proporsional sifatnya dan tidak berlebihan dalam kaitan dengan diperolehnya keuntungan militer yang nyata dan langsung yang dapat diperkirakan akibat dilakukannya serangan terhadap sasaran militer. 13 Selain itu, tindakan yang dilakukan Israel dan Palestina juga dinilai melanggar Piagam Perserikatan Bangsa- Bangsa seperti yang tercantum pada Preambule Piagam, yaitu ikut serta menjaga perdamaian dan keamanan internasional dengan selalu mengutamakan jalan damai apabila terjadi perselisihan diantara negara- negara di dunia. Serta melindungi generasi berikutnya dari ancaman bencana perang. Dengan digunakannya hak veto oleh Amerika Serikat terhadap Rancangan Resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB tentang Seruan Bagi Israel untuk menghentikan Blokade Gaza justru menunjukkan ketidakefisienan keberadaan hak veto dalam menyelesaikan konflik antar bangsa. Apabila melihat ketentuan dalam Pasal 27 ayat 1, 2, dan 3 tentang hak suara dalam Dewan Keamanan PBB, dan Piagam PBB tidak terdapat perumusan 13 Arlina, 2008, Asas- asas Hukum Humaniter Internasional, diakses pada 4 Agustus 2011, URL:

8 8 tentang yang mana merupakan masalah procedural dan nonprocedural, serta melihat juga bahwa apabila terdapat suatu keragu-raguan tentang suatu kasus merupakan perkara procedural atau kah nonprocedural,maka masalah tersebut akan langsung digolongkan masalah nonprocedural, dan juga dihubungkan dengan penggunaan veto oleh Amerika Serikat terhadap Rancangan Resolusi Dewan Keamanan PBB Tahun 2004 dan 2006 Tentang Seruan Bagi Israel Untuk Menghentikan Blokade Gaza, dan ketidakjelasan mengenai batasan hak veto dalam Piagam PBB, maka penulis melihat adanya norma kabur dalam Pasal 27 Piagam PBB tepatnya dalam menentukan suatu perkara merupakan perkara procedural ataukah perkara nonprocedural. Karena adanya norma kabur inilah, maka terjadi ketidakjelasan dalam hak suara yang berpengaruh pula pada batal tidaknya suatu resolusi atau keputusan Dewan Keamanan PBB. Melihat permasalahan tersebut, penulis beranggapan bahwa perlu dilakukan tinjauan terhadap penggunaan hak veto, khususnya tinjauan Hukum Humaniter Internasional terhadap penggunaan hak veto oleh Amerika Serikat pada Rancangan Resolusi DK PBB tersebut. Hal itu dikarenakan, Rancangan Resolusi DK PBB untuk Israel tersebut sangat erat kaitannya dengan Hukum Humaniter Internasional. Rancangan Resolusi Dewan Keamanan PBB Tahun 2004 dan 2006 tersebut dikeluarkan sebagai bentuk kutukan terhadap aksi keji blokade yang dilakukan Israel di Gaza yang telah menimbulkan banyak penderitaan bagi masyarakat Palestina. Blokade yang dilakukan oleh Israel jelas telah melanggar ketentuan dalam Hukum Humaniter Internasional yaitu Konvensi Jenewa tahun 1949, Customary International Humanitarian Law, serta prinsip-prinsip di

9 9 dalamnya. Hal tersebut dapat kita lihat dari tindakan Israel yang dengan sengaja menyengsarakan warga sipil yang bukan merupakan combatant. Oleh karena itulah, penulis tertarik untuk mengangkat kasus tersebut dalam bentuk karya tulis, yang menggabungkan antara penggunaan veto, kasus blokade Israel-Palestina, dan juga Hukum Humaniter Internasional dalam judul TINJAUAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL TERHADAP PENGGUNAAN HAK VETO OLEH AMERIKA SERIKAT PADA RANCANGAN- RANCANGAN RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB TAHUN 2004 DAN 2006 TENTANG SERUAN BAGI ISRAEL UNTUK MENGHENTIKAN BLOKADE GAZA. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis mengangkat beberapa permasalahan yang penting untuk dibahas secara lebih lanjut. Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah dasar hukum hak veto dalam Piagam PBB yang digunakan Amerika Serikat pada Rancangan Resolusi Dewan Keamanan PBB Tahun 2004 dan 2006 tentang Seruan Bagi Israel Untuk Menghentikan Blokade Gaza apabila dikaji dari segi yuridis? 2. Bagaimanakah penggunaan hak veto oleh Amerika Serikat terhadap Rancangan Resolusi Dewan Keamanan PBB Tahun 2004 dan 2005 apabila ditinjau dari perspektif Hukum Humaniter Internasional? 1.3. Ruang Lingkup Masalah Penulisan karya tulis yang bersifat ilmiah perlu ditegaskan mengenai materi yang diatur di dalamnya. Hal ini sangat diperlukan untuk menghindari agar isi

10 10 atau materi yang terkandung di dalamnya tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang telah dirumuskan sehingga dengan demikian dapat diuraikan secara sistematis. Untuk menghindari pembahasan menyimpang dari pokok permasalahan, diberikan batasan-batasan mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas. Adapun ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1. Secara umum akan diuraikan mengenai sejarah Perserikatan Bangsabangsa secara singkat, sejarah Hak Veto Dewan Keamanan PBB, serta definisi Hak Veto. 2. Secara umum akan dibahas mengenai Resolusi Dewan Keamanan PBB yang meliputi definisi Resolusi Perserikatan Bangsa- Bangsa, macammacam resolusi, serta tujuan dan manfaat dari resolusi PBB itu sendiri. 3. Secara umum akan dibahas mengenai Hukum Humaniter Internasional yang meliputi definisi Hukum Humaniter Internasional, pembagian Hukum Humaniter Internasional, prinsip- prinsip Hukum Humaniter Internasional, serta pengaturannya. 4. Akan diuraikan mengenai dasar hukum hak veto dalam Piagam PBB, mekanisme proses penentuan hak suara dalam perkara procedural and non procedural dalam Pasal 27 Piagam PBB, dan pengaturan tentang batasan hak veto dalam Piagam PBB. 5. Akan dipaparkan mengenai penerapan hak veto dalam Rancangan Resolusi Dewan Keamanan PBB Tahun 2004 dan 2006, rasionalitas penggunaan hak veto terhadap Rancangan Resolusi Dewan Keamanan

11 11 PBB Tahun 2004 dan 2006 tersebut, serta sanksi Hukum Humaniter Internasional terhadap Israel perihal serangan militer ke Jalur Gaza Tujuan Penelitian Adapun tujuan- tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini antara lain: a. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui sejarah lahirnya sejarah lahirnya PBB, hak veto Dewan Keamanan PBB, dan juga penjelasan mengenai definisi hak veto. 2. Untuk mengetahui apa itu Resolusi Dewan Keamanan PBB yang pembahasannya meliput definisi resolusi, macam- macam resolusi, serta tujuan dan manfaat Resolusi PBB. 3. Untuk mengetahui Hukum Humaniter Internasional yang meliputi definisi Hukum Humaniter, pembagian Hukum Humaniter, prinsip-prinsip Hukum Humaniter Internasional, dan pengaturan Hukum Humaniter Internasional. b. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus yang diharapkan dapat tercapai dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui secara yuridis normatif, bagaimanakah dasar hukum dari hak veto itu sendiri apabila dikaitkan dengan perumusan tentang perkara procedural dan perkara non procedural yang mana perumusan dua hal tersebut berhubungan dengan pengambilan suara dan penggunaan hak veto dalam tubuh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

12 12 Kedudukan Amerika Serikat adalah sebagai salah satu Dewan Keamanan tetap PBB yang memiliki tugas khusus untuk menjaga perdamaian dunia. Namun, Amerika Serikat dengan keadaan sadar memveto Rancangan Resolusi Dewan Keamanan PBB Tahun 2004 dan 2006 tentang Seruan Bagi Israel Untuk Menghentikan Blokade Gaza yang mana resolusi tersebut merupakan suatu bentuk kecaman terhadap blockade yang dilakukan Israel ke Palestina. 2. Untuk mengkaji hak veto yang digunakan Amerika Serikat terhadap Rancangan Resolusi Dewan Keamanan PBB Tahun 2004 dan 2006 apabila ditinjau dari Hukum Humaniter Internasional. 3. Untuk mengetahui dampak- dampak adanya hak veto terhadap perdamaian di dunia internasional, serta untuk mengkaji keefektifan hak veto dalam menjaga perdamaian dunia. Serta apakah hak veto tersebut telah sesuai dengan asas keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan yang merupakan nilai- nilai dasar hukum Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai hak veto yang ada dalam Dewan Keamanan PBB. Khususnya memberikan pengetahuan tentang tujuan adanya hak veto, pengaturan dan pembatasan kewenangan hak veto, keefektifannya, serta pengaruhnya terhadap dunia internasional. Selain itu diharapkan dapat dijadikan referensi tambahan untuk pengembangan Ilmu Hukum secara umum, khususnya di bidang hukum

13 13 internasional mengenai hak veto Amerika Serikat terhadap Rancangan Resolusi Dewan Keamanan PBB Tahun 2004 dan 2006 tentang Seruan Bagi Israel Untuk Menghentikan Blokade Gaza yang ditinjau dari Hukum Humaniter Internasional. b. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat internasional sebagai sarana pengembangan pemikiran tentang hak veto Dewan Keamanan PBB. Selain itu juga diharapkan masyarakat internasional dapat mengetahui mengenai keefektivan dari keberadaan Hak Veto dan kejelasan mengenai hak veto itu sendiri. Sehingga diharapkan lebih kritis, berani dan lebih aktif ikut serta dalam menjaga perdamaian dunia, serta kaitan antara implikasi hak veto dengan Hukum Humaniter Internasional. 1.6 Landasan Teoritis a. Teori Kepastian Hukum Teori Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan logis dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. 14 Dalam penulisan skripsi ini, berkaitan dengan pembagian mengenai masalah procedural dan non procedural yang tidak dijelaskan dalam Piagam PBB dan juga batasan mengenai hak veto dalam Piagam 14 Yance, Apa Itu Kepastian Hukum?, Diakses pada 20 Mei 2011, URL: (

14 14 PBB yang tidak jelas sehingga sering disalahgunakan untuk kepentingankepentingan tertentu. b. Common Consent Teory Common Consent Teory adalah salah satu dasar mengikat Hukum Internasional yang merupakan persetujuan bersama dari negara-negara yang berdaulat untuk mengikatkan diri pada kaidah-kaidah Hukum Internasional 15. Kaitannya dengan penulisan skripsi ini adalah pada Piagam PBB dan kekuatan hak veto. Hak veto diatur dalam Pasal 27 Piagam PBB. Seluruh negara anggota PBB harus mematuhi apa yang diatur dalam Piagam PBB. Dan apabila salah satu negara Dewan Keamanan Tetap PBB menggunakan hak veto nya, maka hal tersebut pun mempengaruhi seluruh negara anggota lainnya. Piagam PBB termasuk salah satu sumber Hukum Internasional yaitu Perjanjian Internasional. Dan negara- negara berdaulat yang telah bergabung menjadi anggota PBB maupun tidak telah terikat pada Piagam PBB tersebut. c. Teori Perlindungan Terhadap Masyarakat Sipil Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga menggunakan teori perlindungan terhadap masyarakat sipil sebagaimana yang tercantum dalam Konvensi Jenewa Dalam konflik- konflik yang terjadi, penduduk sipil sering kali mengungsi secara besar-besaran, kadang-kadang sebagai sasaran langsung sehingga mengalami pembantaian massal, penyanderaan, kekerasan seksual, pelecehan seksual, pengusiran, pemindahan secara paksa, penjarahan, dan penutupan akses 15 Trisna Widyana, Sistem Hukum dan Peradilan Internasional. Diakses pada 18 Mei URL : pkntrisna.files.wordpress.com/.../sistem-hukum-dan-peradilan-interna..)

15 15 ke air, makanan, dan perawatan kesehatan. 16 Pada situasi semacam ini, ICRC senantiasa hadir di wilayah-wilayah yang penduduk sipilnya berada dalam keadaan bahaya dan mengadakan dialog dengan semua pihak yang terlibat dalam permusuhan. Teori ini digunakan, berhubungan dengan kasus Israel yang melakukan blockade di Gaza dan menimbulkan banyak penderitaan bagi masyarakat Gaza yang mana secara otomatis berarti pelanggaran terhadap Konvensi Jenewa 1949 serta prinsip- prinsip dalam Hukum Humaniter Internasional. 1.7 Metode Penelitian Skripsi sebagai salah satu bentuk dari penulisan karya tulis, tentunya harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Untuk itu mutlak diperlukan suatu penelitian dan dalam mencari kebenaran dalam ilmu hukum, diperlukan suatu metodologi yang tentunya bertujuan untuk mengadakan pendekatan atau penyelidikan ilmiah yang bersahaja. Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini termasuk ke dalam penelitian hukum normative. Penelitian hukum normative berarti penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Soerjono Soekanto mengidentikkan penelitian hukum normative tersebut sebagai penelitian hukum kepustakaan 17, yang mencakup penelitian terhadap asas- asas hukum, 16 Ambarwati, et.all, 2009, Hukum Humaniter Internasional. Rajawali Pers. Jakarta. h Penelitian hukum normative disebut juga sebagai penelitian hukum kepustakaan, dimana datanya diperoleh dari mengkaji bahan- bahan pustaka, yang lazimnya disebut sebagai data

16 16 sistematik hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horizontal, perbandingan hukum, serta sejarah hukum. Peter Mahmud Marzuki menyatakan pendapatnya mengenai penelitian hukum normative, adalah: suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip- prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk menjawab permasalahan hukum yang dihadapi. Penelitian hukum normatif dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. 18 Maka dari itu, penulis menggunakan pendekatan- pendekatan tertentu, dari sejumlah pendekatan yang dikenal dalam penelitian hukum normatif. b. Jenis Pendekatan Sebuah karya tulis ilmiah agar dapat mengungkapkan kebenaran jawaban atas permasalahan secara sistematis, metodologis, dan konsisten serta dipertanggungjawabkan keilmiahannya, hendaknya disusun dengan menggunakan pendekatan- pendekatan yang tepat. Dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, antara lain pendekatan undang- undang (statue approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis, pendekatan komparatif, dan pendekatan konseptual 19 dalam buku pedoman fakultas hukum universitas udayana, penelitian normative umumnya megenal 7 jenis pendekatan yaitu: sekunder. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, h Peter Mahmud Marzuki dalam Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2010, Dualisme Penelitian Hukum Normative & Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, h Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Prenada Media Group, Jakarta, h. 93.

17 17 1. Pendekatan kasus (the Case Approach) 2. Pendekatan peraturan (the statue Approach) 3. Pendekatan Fakta (the fact Approach) 4. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (analytical and conceptual approach), 5. Pendekatan Frasa (word and phrase approach) 6. Pendekatan Sejarah (historical approach) 7. Pendekatan Perbandingan (comparative approach) Adapun pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan peraturan (statue approach) dan pendekatan sejarah (Historical Approach). Pendekatan peraturan (statue approach) dilakukan dengan menelaah semua undang- undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Hasil dari telaah tersebut merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang dihadapi. Dalam skripsi ini, peraturan yang dimaksud yaitu Piagam PBB, Konvensi Jenewa 1949, dan Customary International Humanitarian Law. Melalui pendekatan peraturan ini akan dilihat fakta- fakta yang ada dilapangan berdasarkan atas permasalahan yang akan dikaji dan selanjutnya dikaitkan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Dari pengkajian tersebut akan dinilai apakah ada benturan norma (norma pertentangan), norma kabur, atau norma kosong. Pendekatan berikutnya yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan sejarah (Historical Approach). Penelitian normative yang menggunakan pendekatan sejarah memungkinkan seorang peneliti untuk memahami hukum secara lebih mendalam tentang suatu lembaga, atau suatu pengaturan hukum tertentu sehingga dapat memperkecil kekeliruan, baik dalam

18 18 pemahaman maupun penerapan suatu lembaga atau ketentuan hukum tertentu. 20 Hukum masa kini dan hukum pada masa lampau merupakan suatu kesatuan yang berhubungan erat, sambung- menyambung dan tidak putus sehingga dikatakan bahwa kita dapat memahami hukum pada masa kini dengan mempelajari sejarah. Mengingat, tata hukum yang berlaku sekarang mengandung anasir- anasir dari tata hukum yang silam dan membentuk tunas-tunas tentang tata hukum pada masa yang akan dating. 21 Berkaitan dengan itu, pendekatan sejarah ini digunakan berhubungan dengan akan diuraikannya tentang sejarah PBB dan juga sejarah lahirnya Hak Veto, khususnya dasar hukumnya yang tercantum pada Pasal 27 Piagam PBB. Sumber Bahan Hukum Didalam penelitian, lazimnya jenis data dibedakan antara : 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. 2. Data sekunder, antara lain mencakup dokumen- dokumen resmi, buku- buku, hasil- hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya. 22 Sebagai penyempurnaan pembahasan ini, digunakan sumber- sumber penelitian yang meliputi berbagai bahan hukum antara lain: 1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat umum, terdiri asas peraturan perundang- undangan, yurisprudensi atau 20 Satjipto Raharjo dalam Johnny Ibrahim., 2005, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia Publishing, Malang. h Ibid. h Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, h.30.

19 19 putusan pengadilan, peraturan dasar, konvensi ketatanegaraan dan perjanjian internasional (traktat). Menurut Peter Mahmud Marzuki 23 bahan hukum primer ini bersifat otoritatif, artinya mempunyai otoritas, yaitu merupakan hasil tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang untuk itu. Adapun sejumlah bahan hukum primer, yang berasal dari peraturan perundang- undangan serta ketentuan- ketentuan yang lebih khusus yang berkaitan dan digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain : - Rancangan Resolusi Dewan Keamanan PBB Tahun 2004 dan 2006 Tentang Seruan Bagi Israel Untuk Menghentikan Blokade Gaza - Piagam Perserikatan Bangsa- Bangsa - Konvensi Jenewa Tahun Customary International Humanitarian Law - Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yang dapat berupa rancangan peraturan perundang-undangan, hasil penelitian, buku-buku teks, jurnal ilmiah, surat kabar koran), pamflet, brosur, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum yang termuat media massa dan berita di internet. Terkait skripsi ini maka digunakan sumber dari kepustakaan seperti buku- buku, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum yang termuat dalam media massa maupun berita di internet yang berkaitan dengan masalah yang dibahas, yaitu mengenai Penggunaan hak veto oleh Amerika Serikat terhadap Rancangan Resolusi Dewan Keamanan PBB Tahun 2004 dan 2005 Tentang Seruan Bagi Israel 23 Peter Mahmud Marzuki, op.cit. h

20 20 Untuk Menghentikan Blokade Gaza ditinjau dari Hukum Humaniter Internasional. 2. Bahan hukum tersier, atau menurut Peter Mahmud Marzuki merupakan bahan non hukum yang digunakan untuk menjelaskan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedi, dan lain- lain. c. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik pengumpulan bahan-bahan hukum yang dipergunakan adalah teknik studi dokumen, yaitu dalam pengumpulan bahan hukum terhadap sumber kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang dibahas dengan cara membaca dan mencatat kembali bahan hukum tersebut yang kemudian dikelompokkan secara sistematis yang berhubungan dengan masalah dalam penulisan skripsi ini. Untuk menunjang penulisan skripsi ini pengumpulan bahan- bahan hukum diperoleh melalui : 1. Pengumpulan bahan hukum primer dilakukan dengan cara mengumpulan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. 2. Pengumpulan bahan hukum sekunder dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan yang bertujuan untuk mendapatkan bahan hukum yang bersumber dari buku-buku, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum yang termuat dalam media massa maupun berita di internet yang terkait dengan permasalahan yang hendak dibahas dalam skripsi ini.

21 21 d. Teknik Analisa Bahan Hukum Adapun teknik pengolahan bahan hukum yaitu setelah bahan hukum terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teknik deskripsi yaitu dengan memaparkan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder apa adanya. 24 Bahan hukum primer dan sekunder yang terkumpul selanjutnya diberikan penilaian (evaluasi), kemudian dilakukan interpretasi dan selanjutnya diajukan argumentasi. Argumentasi disini dilakukan oleh peneliti untuk memberikan preskripsi atau penilaian mengenai benar atau salah atau apa yang seyogyanya menurut hukum terhadap fakta atau peristiwa hukum dari hasil penelitian. Dari hal tersebut nantinya akan ditarik kesimpulan secara sistematis agar tidak menimbulkan kontradiksi antara bahan hukum yang satu dengan bahan hukum yang lain. Teknik lainnya yang penulis gunakan adalah teknik Analisis, yaitu pemaparan secara mendetail dari keterangan- keterangan yang didapat pada tahap sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini sehingga keseluruhannya membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan secara logis Ronny Hanitijo, 1991, Metode Penelitian Hukum, Cet.II, Ghalia Indo, Jakarta,h Ibid.

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa Bangsa selanjutnya disebut PBB merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa Bangsa selanjutnya disebut PBB merupakan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perserikatan Bangsa Bangsa selanjutnya disebut PBB merupakan suatu organisasi internasional yang dibentuk sebagai pengganti Liga Bangsa Bangsa selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah normatif, yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka, dapat dinamakan penelitian hukum normatif

Lebih terperinci

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA Oleh Grace Amelia Agustin Tansia Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. 2 Jadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. 2 Jadi BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, termasuk juga metode dalam sebuah penelitian. Menurut Peter R. Senn, 1 metode merupakan suatu prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis, Sifat, Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Hal yang cukup penting dalam penelitian hukum sebagai suatu kegiatan ilmiah adalah proses analisa yang meliputi

Lebih terperinci

HAK VETO DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM KAITAN DENGAN PRINSIP PERSAMAAN KEDAULATAN

HAK VETO DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM KAITAN DENGAN PRINSIP PERSAMAAN KEDAULATAN HAK VETO DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM KAITAN DENGAN PRINSIP PERSAMAAN KEDAULATAN Oleh: Sulbianti Pembimbing I : I Made Pasek Diantha Pembimbing II: Made Mahartayasa Program Kekhususan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran, secara sistematis, metodologis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu hukum yang berusaha mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian memiliki arti ilmiah apabila menggunakan metodologi yang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Metode penelitian merupakan bagian yang terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk memperoleh pemecahan masalah atau jawaban

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum, hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yaitu Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB III METODE PENELITIAN Skripsi sebagai salah satu bentuk dari penulisan karya tulis yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menempuh S1, diperlukan suatu metodologi yang bertujuan untuk mengadakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian agar dapat dipercaya kebenarannya, harus disusun dengan menggunakan metode yang tepat. Sebuah penelitian, untuk memperoleh data yang akurat dan valid diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang telah mengalami perkembangan yang cukup baik dari masa kemasa. Sebagai salah satu contohnya banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Acara Pidana adalah memberi perlindungan kepada Hak-hak Asasi Manusia dalam keseimbangannya dengan kepentingan umum, maka dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan Menilai dari jumlah korban sipil dan penyebaran teror terhadap warga sipil terutama rakyat Gaza yang dilakukan oleh Israel selama konflik sejak tahun 2009 lalu

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH Oleh I Wayan Gede Harry Japmika 0916051015 I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap hukum bisnis internasional dan penanaman modal asing suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. terhadap hukum bisnis internasional dan penanaman modal asing suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dan liberalisasi ekonomi merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dihindari oleh negara manapun di dunia baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Sebagaimana yang diketahui bahwa Ilmu Hukum mengenal dua jenis penelitian, yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Menurut Peter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris normatif yaitu jenis penelitian yang merupakan gabungan dari jenis penelitian hukum empiris dan normatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan atau data sekunder, dengan mengkaji mengenai asas-asas, norma,

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan atau data sekunder, dengan mengkaji mengenai asas-asas, norma, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mendasarkan pada data kepustakaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperoleh data atau bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian hukum dengan metode yang lazim digunakan dalam metode penelitian hukum dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penyusunan skripsi ini yang berjudul Tindakan Amerika Serikat dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penyusunan skripsi ini yang berjudul Tindakan Amerika Serikat dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penyusunan skripsi ini yang berjudul Tindakan Amerika Serikat dalam Memerangi Terorisme di Afghanistan dan Hubungannya Dengan Prinsip Non Intervensi agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini negara-negara enggan mendeklarasikan keterlibatannya secara terus terang dalam situasi konflik bersenjata sehingga sulit mendefinisikan negara tersebut

Lebih terperinci

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL Malahayati Kapita Selekta Hukum Internasional October 10, 2015 Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau memiliki persamaan dengan penelitian doktrinal (doctrinal research).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada mulanya terdapat tiga alternatif lembaga yang digagas untuk diberi kewenangan melakukan pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan suksesi negara. Bersandar dari konsepsi hukum internasional, suksesi

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan suksesi negara. Bersandar dari konsepsi hukum internasional, suksesi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemisahan Timor Timur dari wilayah Republik Indonesia merupakan hal yang terkait dengan suksesi negara. Bersandar dari konsepsi hukum internasional, suksesi negara

Lebih terperinci

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 32 BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam membuat suatu penelitian tentunya dibutuhkan suatu metode, begitu pula dalam pembuatan penelitian hukum dalam bentuk skripsi ini. Metode sendiri ialah suatu kerangka kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli sebagai salah satu cara untuk memperoleh hak dan kepemilikan atas tanah yang pelaksanaannya memiliki aturan dan persyaratan serta prosedur tersendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa belahan dunia. Salah satu dari konflik tersebut adalah konflik Israel

BAB I PENDAHULUAN. beberapa belahan dunia. Salah satu dari konflik tersebut adalah konflik Israel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdamaian dunia yang selalu dikumandangkan oleh Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB) sepertinya masih membutuhkan waktu yang lama untuk dapat terwujud. Akibat berbagai hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Pidana di Indonesia merupakan pedoman yang sangat penting dalam mewujudkan suatu keadilan. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah dasar yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Page 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Itu berarti bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa berkembang secara dinamik sesuai dengan perkembangan zaman. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari interaksi antar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang III. METODE PENELITIAN Penelitian Hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsipprinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. 30 A. Pendekatan Masalah

Lebih terperinci

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara. demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara. demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai suatu kumpulan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-empiris. Menurut Abdulkadir Muhammad yang dimaksud sebagai penelitian hukum normatifempiris (applied

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. Tanpa mampu mempertahankan diri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdata maupun putusan yang bersifat erga omnes seperti putusan Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. perdata maupun putusan yang bersifat erga omnes seperti putusan Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakim memiliki posisi sentral dalam pengadilan. Jabatan hakim adalah jabatan berkaitan dengan hukum dan keadilan yang harus ditegakkan. 1 Putusan hakim dalam suatu perkara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah dilaksanakan sebanyak empat tahapan dalam kurun waktu empat tahun (1999, 2000, 2001, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana pencurian sering terjadi dalam lingkup masyarakat, yang kadang menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Tindak pidana pencurian dilakukan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang dilaksanakan, baik sejak masa pemerintahan Orde Baru maupun masa reformasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang dilaksanakan, baik sejak masa pemerintahan Orde Baru maupun masa reformasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang dilaksanakan, baik sejak masa pemerintahan Orde Baru maupun masa reformasi sasaran utamanya adalah terciptanya landasan yang kuat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 47 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis, Sifat Penelitian, dan Pendekatan. normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis, Sifat Penelitian, dan Pendekatan. normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis, Sifat Penelitian, dan Pendekatan Penelitian yang ada dalam skripsi ini merupakan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka, negara Indonesia merupakan negara demokratis yang menjunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Sri Soemantri tidak ada satu negara pun yang tidak mempunyai konstitusi atau Undang-Undang

Lebih terperinci

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh Ayu Krishna Putri Paramita I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Bagian Hukum Internasional Fakultas

Lebih terperinci

merupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga

merupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengungsi internasional merupakan salah satu hal yang masih menimbulkan permasalahan dunia internasional, terlebih bagi negara tuan rumah. Negara tuan rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sengketa dalam negeri maupun luar negeri. Sengketa-sengketa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. baik sengketa dalam negeri maupun luar negeri. Sengketa-sengketa tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak awal kelahirannya, suatu negara tak lepas dari namanya sengketa, baik sengketa dalam negeri maupun luar negeri. Sengketa-sengketa tersebut dapat dipicu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis, metodologis, dan konsisten. Sistematis artinya menggunakan sistem

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis, metodologis, dan konsisten. Sistematis artinya menggunakan sistem BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran, secara sistematis, metodologis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip prinsip hukum, maupun doktrin doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang sedang dihadapi. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban akibat perang seminimal mungkin dapat dikurangi. Namun implementasinya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksistensi fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dalam tata

BAB III METODE PENELITIAN. eksistensi fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dalam tata 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe dan Jenis Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatoris, yaitu menerangkan, memperkuat, atau menguji sesuatu terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konferensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa III telah berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Konferensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa III telah berhasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konferensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa III telah berhasil menghasilkan Konvensi tentang Hukum Laut Internasional/ The United Nations Convention on

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol tambahannya serta sumber hukum lain yang menguatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana bisa terjadi kepada siapa saja dan dimana saja. Tidak terkecuali terjadi terhadap anak-anak, hal ini disebabkan karena seorang anak masih rentan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian hukum normatif dan empiris. suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian hukum normatif dan empiris. suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini penulis melakukan dua jenis penelitian hukum, yaitu penelitian hukum normatif dan empiris. 1. Jenis penelitian hukum normatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk hukum, terutama undang-undang, keberadaannya dituntut. untuk dinamis terhadap kebutuhan hukum yang diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Produk hukum, terutama undang-undang, keberadaannya dituntut. untuk dinamis terhadap kebutuhan hukum yang diperlukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk hukum, terutama undang-undang, keberadaannya dituntut untuk dinamis terhadap kebutuhan hukum yang diperlukan oleh masyarakat, sehingga tidak jarang apabila sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semuanya. Padahal kebutuhan ini beraneka ragam, ada yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semuanya. Padahal kebutuhan ini beraneka ragam, ada yang perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, setiap manusia hingga perusahaan pada setiap harinya selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia adalah negara yang termasuk dalam kategori negara berkembang dan tentunya tidak terlepas dari permasalahan kejahatan. Tindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang membentang dari Sabang sampai Merauke terbagi dalam provinsi- provinsi yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma,

BAB III METODE PENELITIAN. norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, artinya penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) pada tanggal 24 September 1960, telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 merupakan hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag pada tanggal 18 Mei-29 Juli 1899. Konvensi Den Haag merupakan peraturan

Lebih terperinci

terhadap penelitian normatif (penelitian yuridis normatif), maka penting sekali

terhadap penelitian normatif (penelitian yuridis normatif), maka penting sekali BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sebagai ilmu normatif, ilmu hukum memiliki cara kerja yang khas sui generis. 73 Penelitian ini merupakan penelitian hukum (penelitian yuridis) yang memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 64 BAB III METODE PENELITIAN Menurut Peter Mahmud, Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konflik yang terjadi dalam suatu wilayah negara yang berbentuk konflik

BAB I PENDAHULUAN. konflik yang terjadi dalam suatu wilayah negara yang berbentuk konflik 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah berakhirnya Perang Dunia konflik baru semakin mengemuka. Konflik yang sering terjadi tidak lagi merupakan konflik antar negara melainkan konflik yang terjadi

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951

PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951 PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951 Oleh: Titik Juniati Ismaniar Gede Marhaendra Wija Atmadja Bagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode berasal dari bahasa Yunani, Methodos yang artinya adalah cara atau jalan. Dikaitkan dengan penelitian ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Oleh Pande Putu Swarsih Wulandari Ni Ketut Supasti Darmawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita jaga sehingga bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tanah memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana dan pemidanaan) karya Cesare Beccaria pada tahun 1764 yang menjadi argumen moderen pertama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan

BAB I PENDAHULUAN. intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1973 yang menghasilkan intervensi militer oleh pasukan koalisi Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Kanada dan Italia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai fakta-fakta. Dengan adanya bahan yang mengenai fakta-fakta itu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum. bahan-bahan kepustakaan untuk memahami Piercing The

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum. bahan-bahan kepustakaan untuk memahami Piercing The BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal, yaitu penelitian hukum yang menggunakan sumber data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan tradisional, karena indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku yang memiliki

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL Oleh: Dani Budi Satria Putu Tuni Cakabawa Landra I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merujuk pada cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data

BAB III METODE PENELITIAN. yang merujuk pada cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hukum dilakukan untuk mencari suatu pemecahan permasalahan atau isu yang ada di dalam masyarakat. Untuk menjawab suatu isu tersebut dibutuhkan metode yang merujuk pada

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. bersenjata internasional maupun non-internasional. serangan yang ditujukan kepada mereka adalah dilarang.

BAB III PENUTUP. bersenjata internasional maupun non-internasional. serangan yang ditujukan kepada mereka adalah dilarang. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Tujuan utama pembentukan Konvensi Jenewa 1949 adalah untuk memberikan perlindungan bagi korban perang terutama kepada penduduk sipil. Perlindungan ini berlaku dalam setiap

Lebih terperinci

. METODE PENELITIAN. yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum untuk menganalisis tentang apakah

. METODE PENELITIAN. yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum untuk menganalisis tentang apakah . METODE PENELITIAN A. Jenis dan Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah normatif, 1 yaitu meneliti berbagai peraturan perundangundangan yang digunakan sebagai dasar ketentuan hukum untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan lembaga keuangan yang sering muncul sengketa yang bersentuhan dengan hukum dalam menjalankan usahanya. Sengketa Perbankan bisa saja terjadi antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Penipuan yang berasal dari kata tipu adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur atau bohong, palsu dan sebagainya dengan maksud untuk menyesatkan, mengakali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang sangat pesat ini mengakibatkan meningkatnya berbagai tindak pidana kejahatan. Tindak pidana bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang secara geografis sangat luas wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah sepatutnya Indonesia

Lebih terperinci

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Ilmu hukum mengarahkan refleksinya kepada norma dasar yang diberi bentuk konkret dalam norma-norma yang ditentukan dalam bidang-bidang tertentu. Metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam melakukan kehidupan sehari-hari, seringkali tidak pernah lepas dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam melakukan kehidupan sehari-hari, seringkali tidak pernah lepas dalam melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang dalam melakukan kehidupan sehari-hari, seringkali tidak pernah lepas dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Hubungan tersebut menimbulkan hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian merupakan salah satu lembaga pemerintahan yang mempunyai peran penting dalam negara hukum. Karena dalam perspektif fungsi maupun lembaga polisi

Lebih terperinci