PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN LAHAN BERBASIS SPASIAL DI DAS TALLO, SULAWESI SELATAN, INDONESIA
|
|
- Yuliana Fanny Dharmawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN LAHAN BERBASIS SPASIAL DI DAS TALLO, SULAWESI SELATAN, INDONESIA CHANGE IN LAND USE PATTERNSBASED ONSPATIAL TALLO CATCHMENT AREA, SOUTH SULAWESI, INDONESIA Surni 1, Sumbangan Baja 2, Usman Arsyad 3 1 Mahasiswa Program Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar 2 Dosen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar 3 Dosen Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi: S u r n i Program Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar, HP: surni.saja@gmail.com 0
2 Abstrak Penelitian perubahan pola penggunaan lahan berbasis spasial di DAS Tallo, Sulawesi Selatan, Indonesia telah dilakukan pada bulan Februari-Mei Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola perubahan penggunaan lahan di DAS Tallo selama 8 tahun dan merekomendasikan penataan ruang di DAS Tallo. Penelitian dilakukan dengan mengoverlay peta penggunaan lahan tahun 1997 dan tahun Analisis data dilakukan secara deskriptif sedangkan data spasial dianalisis dengan menggunakan metoda SIG. Hasil analisis geospasial menunjukkan luasan kebun berkurang dari ,31 hektar atau 41,97% pada tahun 1997 menjadi seluas ,92 hektar atau 41,47%. Dan selama kurun waktu 8 (delapan) tahun terjadi penambahan luasan permukiman sebesar 219,4 hektar dari luas permukiman tahun 1997 seluas 6.970,82 hektar atau 15,98% menjadi seluas 7.190,22 atau 16,48%. Kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini yaitu pola penggunaan lahan di DAS Tallo cenderung mengalami perubahan dari penggunaan non terbangun menjadi terbangun. Kata Kunci: Penggunaan Lahan, DAS Tallo, GIS. Abstract The researchchange in land use patternsbased onspatial tallo catchment area, south sulawesi, indonesiahasdonein February-May Purpose of this studytodeterminethe pattern ofland use change inthe watershedtallofor 8yearsandrecommendTallospatial planningin the watershed.the study was conductedwithoverlay land use mapsof 1997 and2004.descriptivedata analysis wasconductedwhile thespatial datawere analyzed usinggismethods. Geospatialanalysis ofthe resultsshowedreducedgardenareaof hectaresreducedor41.97% in 1997 toan area of 18,088.92hectaresor41.47%. Andover a period of8(eight) yearsby an additionalareaof219.4hectaresofresidentialsettlementsbroadarea of hectaresin 1997, or 15.98%, to an area of or16.48%. The conclusion thatcan bedrawninthis study isthe pattern ofland useinthe watershedtallotend to experiencea changeofuse ofnon-awakened being woken. Keywords: Land Use, Tallo Catchman Area, GIS. 1
3 PENDAHULUAN Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem.pembangunan bertujuan untuk menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat atau menaikkan mutu hidup masyarakat(soemarwoto, 2004). Makin tingginya tingkat konsumsi manusia, makin banyak sumberdaya yang diperlukan untuk menopang pola hidup tersebut. Yang mencemaskan ialah bahwa penyusutan luas dan rusaknya hutan nampaknya tidak menimbulkan keresahan yang mendalam di kalangan masyarakat luas dan terus berjalan (Soemarwoto, 2004). Pesatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan pembangunan di kawasan perkotaan memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat serta lingkungan sekitarnya.sehingga perlu adanya pengendalian pemanfaatan ruang.yang dimaksud dengan pengendalian pemanfaatan ruang menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pengawasan dan penertiban terhadap implementasi rencana, agar pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang. Laju pertambahan penduduk juga membawa dampak terhadap laju perubahan penggunaan lahan, penurunan luas dan kualitas sumberdaya hutan (Jaya, 2010). Perencanaan pengelolaan lingkungan secara dini perlu dikembangkan agar dapat memberikan petunjuk pembangunan apa yang sesuai disuatu daerah dan bagaimana pelaksanaan pembangunan tersebut (Baja, 2012). Dalam mendukung penataan ruang secara teknisdiperlukan suatu sistem mulai dari pembangunan database suatu wilayah hingga simulasi analisis keruangan dalam suatu wilayah yang terintegrasi secara universal dan dapat digunakan oleh semua kalangan, mulai dari masyarakat, perencana hingga pengambil keputusan. Sehingga, nyata bahwa nilai spasial memiliki peranan utama dalam menyusun sistem ini (Wardhani, dkk., 2010). Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (Peraturan Pemerintah No 37 Tahun 2012). 2
4 Dampak adalah suatu perubahan. Perubahan hanya dapat diukur apabila ada titik acuannya. Perencanaanpenggunaan lahanyang tepatsangat penting untukpembangunan berkelanjutan (Prakasam, 2010). Lahan yang tidak tertutup oleh vegetasi akan menyebabkan berkurangnya bahan organik akibat terkena langsung air hujan yang turun, selain itu aliran permukaan akan lebih besar sehingga produktivitas tanah akan berkurang. Kondisi seperti ini sangat dikhawatirkan bila terjadi terus menerus yang akan menyebabkan lahan menjadi kritis akbibat penurunan kesuburan dan produktivitas tanah. Penggunaan citra temporal dapat digunakan untuk mengungkap pola-pola fragmentasi habitat dan kerusakan yang perlu ditanggapi secepatnya. Citra tersebut dapat menggambarkan kenyataan yang ada, serta memberikan masukan agar kebijakan pemerintah dapat berjalan dengan baik dilapangan (Indrawan, 2012). Pemahaman mengenai perubahan penggunaan lahan dan penutup tanah dalam siklus hidrologi sangat dibutuhkan untuk pengelolaan sumberdaya alam secara optimal (Bridget, et al., 2005).Olehnya itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola perubahan penggunaan lahan di DAS Tallo selama 8 tahun dan merekomendasikan penataan ruang di DAS Tallo. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di DAS Tallo pada bulan Februari-Mei Secara geografi DAS Tallo terletak pada posisi 119º º BT dan 05º º LS. Adapun luas keseluruhannya yaitu ± hektar. TahapPersiapan Pengumpulan peta dasar berupa peta topografi, peta existing jaringan jalan dan sungai, serta citra satelit. Studi kepustakaan baik itu berupa studi mengenai konsep yang akan terbangun nantinya maupun studi tentang data sekunder untuk menentukan jenis data yang termuat dalam aplikasi GIS. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah survey primer, berupa observasi lapangan penggunaan lahan dan survey sekunder, berupa data-data sekunder dari instansi terkait dan studi literatur. 3
5 Tahap Pengolahan dan PemrogramanKomputer Tahapan ini meliputi kegiatan spatial analisis di GIS dengan menganalisis data spasial tahun 1997 dan 2004dari Balai Lahan dan Kehutanan Indonesia. Adapun prosedur pengerjaan yaitu dengan mengoverlay (tumpang susun) antara data spasial masing-masing time series dengan peta DAS Tallo kemudian dilakukan penyeragaman format data, penyeragaman koordinat UTM, perbaikan (editing) poligon yang masih belum clean, dan penyesuaian dengan data lapangan hasil ground truth. Analisis Data Data geospasial hasil penyeragaman format, koordinat dan editing kemudian dilakukan overlay (tumpang susun). Hasil overlay kemudian dilakukan penyesuaian dengan data lapangan hasil groundtruth. Analisis data spasial dianalisis dengan menggunakan metoda SIG. HASIL Berdasarkan analisis geospasial penggunaan lahan di DAS Tallo tahun 1997 terdiri atas hutan, kebun, padang, perairan darat, perkebunan, permukiman, persawahan, pertanian tanah kering semusim dan tanah terbuka. Dengan penggunaan lahan terluas yakni kebun seluas ,92 atau 41,47 %, hektar dan penggunaan lahan terkecil yakni perkebunan seluas 161,53 hektar atau 0,37% (Tabel 1.). Sedangkan penggunaan lahan DAS Tallo tahun 2004 terdiri atas hutan, kebun, padang, perairan darat, perkebunan, permukiman, persawahan, pertanian tanah kering semusim dan tanah terbuka. Penggunaan lahan terluas yakni kebun seluas ,92 hektar atau 41,47% dan penggunaan lahan terkecil yakni perkebunan seluas 161,53 hektar atau 0,37%. Berdasarkan hasil analisis geospasial diketahui dalam kurun waktu 8 (delapan) tahun luasan kebun berkurang dari ,31 hektar atau 41,97% pada tahun 1997 menjadi seluas ,92 hektar atau 41,47%. Dan selama kurun waktu 8 (delapan) tahun terjadi penambahan luasan permukiman sebesar 219,4 hektar dari luas permukiman tahun 1997 seluas 6.970,82 hektar atau 15,98% menjadi seluas 7.190,22 atau 16,48% (Tabel 2). Berdasarkan hasil ground truth tahun 2014 diketahui vegetasi sekunder penyusun ekosistem mangrove di Kecamatan Tamalanrea dikonversi menjadi permukiman. Terdapat permukiman nelayan dan pabrik di sempadan pantai dan sungai Tallo (Gambar 1.) Konversi lahan juga terjadi di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dimana sawah di konversi 4
6 menjadi perumahan baru (Gambar 2.). Pengembangan pasar tradisional ini dibangun dengan menimbun rawa disekitar pasar (Gambar 3.). Beberapa lokasi disepanjang sempadan sungai Tallo di jadikan permukiman oleh warga dengan pola permukiman membelakangi sungai. Kondisi ini rentan terhadap penurunan kualitas air akibat limbah domesti rumah tangga serta rentan dengan kondisi kumuh. Dengan adanya kondisi ini, mendorong perlu adanya penataan disepanjang sempadan sungai guna menghindari dampak lanjutan meningkatnya debit sungai. PEMBAHASAN Penelilitian ini menunjukkan berdasarkan hasil analisis spasial diketahui penggunaan lahan di DAS Tallo terdiri atas 7 (tujuh) penggunaan lahan yaitu (1) permukiman.penggunaan lahan ini termasuk bangunan perdagangan, jasa, dan perkantoran. Permukiman hampir tersebar di seluruh kecamatan. Penyebaran permukiman dengan luasan terbesar terdapat pada Kecamatan Makassar, Kecamatan Mamajang, Kecamatan Panakukang dan Kecamatan Rappocini. (2) persawahan.persawahan yang dimaksud adalah pertanian lahan basahyang ditanami padi sebagai tanaman utamanya. Persebaran luas persawahan di DAS Tallo terbesar terdapat pada Kecamatan Pattalasang, Kecamatan Somba Opu, Kecamatan Mandai dan Kecamatan Biringkanaya. (3) Tanaman Pertanian Lahan Kering Semusim. Tanaman pertanian lahan kering semusim biasanya terdiri dari ladang dan tegalan, yang ditanami dengan tanaman semusim. Persebaran tanaman pertanian lahan kering semusim hanya pada Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Mandai, Kecamatan Pattalasang dan Kecamatan Tamalanrea dengan sebaran terluas terdapat pada kecamatan Kecamatan Pattalasang dan Kecamatan Mandai. (4) Kebun.Kebun adalah tanah pertanian yang ditanami tanaman tahunan. Penggunaan lahan kebun hanya terdapat pada Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan Bontomarannu, Kecamatan Mandai, Kecamatan Manggala, Kecamatan Panakkukang, Kecamatan Pattalasang, Kecamatan Sombaopu, Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Tanralili dan Kecamatan Parangloe. Sebaran penggunaan lahan kebun terbesar terdapat pada Kecamatan Parangloe. (5) Lahan Terbuka.Lahan terbuka adalah lahan terbuka yang diatasnya tidak terdapat bangunan. Biasanya lahan terbuka dulunya adalah lahan sawah yang akan dijadikan area terbangun. Lahan kosong hampir tersebar pada semua kecamatan. Kecamatan Tamalanrea adalah kecamatan yang memiliki luasan lahan terbuka terbesar. (6) Perairan darat.persebaran badan air tidak merata di seluruh kecamatan. Kecamatan-kecamatan memiliki badan air yaitu Kecamatan Mandai, Manggala, Panakkukang, Pattalasang Tallo, Tamalanrea dan Kecamatan Parangloe. Kecamatan Tamalanrea adalah kecamatan yang 5
7 memiliki luasan lahan terbuka terbesar. (7) Padang. Padang terdiri atas penggunaan lahan rumput, semak, ilalang. Persebaran penggunaan lahan padang terbesar yaitu terdapat pada Kecamatan Mandai dan Tanralili. Analisis perubahan penggunaan lahan dengan memanfaatkan data spasial yang bersifat temporal sangat bermanfaat, khususnya untuk mengetahui lokasi-lokasi tempat dimana perubahan penggunaan lahan terjadi utamanya perubahan tutupan hijau. Menurut Asdak (2007) vegetasi mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya proses erosisedimentasi Berdasarkan hasil analisis geospasial, persentase penggunaan lahan untuk tutupan hijau masih relatif baik. Dengan kondisi ini, perlu dilakukan upaya pengelolaan guna mempertahankan atau meningkatkan tutupan hijau. Beberapa rekomendasi yang di arahkan untuk wilayah studi antara lain (1) upaya penataan kawasan ini dilakukan dengan pendekatan vegetatif guna meningkatkan tutupan hijau dikawasan ini, (2) p erlu disediakan jalur pedesterian, (3 ) perlu penataan jalur hijau disepanjang jalan perintis kemerdekaan dengan menambah jumlah vegetasi (pohon, schrub dan penutup tanah), (4) perlu adanya taman-taman sebagai ruang publik, dan (5) m ewajibkan kantor pemerintah serta perdagangan jasa menyediakan taman minimal 5%. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis geospasial dapat disimpulkan pola penggunaan lahan di DAS Tallo cenderung mengalami perubahan dari penggunaan non terbangun menjadi terbangun.disarankan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan setingkat DAS sebaiknya menggunakan citra spasial resolusi sedang dan resolusi tinggi. 6
8 DAFTAR PUSTAKA Asdak, C. (2007). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Baja, S., (2012). Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah Pendekatan Spasial dan Aplikasinya. Penerbit Andi. Yogyakarta Bridget R. Scanlon, Robert C. Reedy, David A. S Tonestromw,Bridget R. Scanlon, Robert C. Reedy, David A. S Tonestromw, et. al.,(2005). Impact of land use and Land Cover Change on Groundwater Recharge and Quality in The Southwestern US. Global Change Biology (2005) 11, , doi: /j x Indarawan, M., Richard, B. P. Dan Jatna, S., (2012). Biologi Konservasi. Penerbit: Yayasan Pustaka obor Indonesia. Jakarta. Jaya, I. N. S., (2010). Teori dan Praktek Menggunakan Erdas Image. Fakultas Kehutanan. Institute Pertanian Bogor. Bogor. Prakasam.C., (2010). Land Use And Land Cover Change Detection Through Remote Sensing Approach: A Case Study Of Kodaikanal Taluk, Tamil Nadu. International Journal Of Geomatics And Geosciences Volume 1, No 2, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Soemarwoto, O., (2004). Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan ruang. Wardhani, D. K., Adipandang, Y., Christianto, K. P., (2010). Spatial Urban Design pada Area Sempadan Sungai (Penerapan GIS dalam Urban Design). Local Wisdom Journal Online. Volume: ii, Nomor: 4 Halaman:
9 LAMPIRAN Tabel 1. Penggunaan Lahan DAS Tallo Penggunaan 1997 Persentase 2004 Persentase 2009 Persentase Lahan (Hektar) % (Hektar) (%) (Hektar) (%) Hutan 8.480,55 19, ,55 19, ,55 19,44 Kebun ,31 41, ,92 41, ,73 41,37 Padang 2.285,68 5, ,68 5, ,68 5,24 Perairan Darat 1.514,99 3, ,99 3, ,99 3,47 Perkebunan 161,53 0,37 161,53 0,37 161,53 0,37 Permukiman 6.970,82 15, ,22 16, ,41 16,58 Persawahan 3.488,40 8, ,40 8, ,40 8,00 Kering Semusim 917,19 2,10 917,19 2,10 917,19 2,10 Lahan Terbuka 1.492,38 3, ,38 3, ,38 3,42 Total , , ,85 19,44 Sumber: Analisis Geospasial Balai Lahan dan Kehutanan Indonesia tahun
10 Tabel 2. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1997 Tahun 2004 di DAS Tallo Kabu paten 1997 Luas (Hektar) 2004 Luas (Hektar) Perubahan Total Gowa Hutan 4095,52 Hutan 4095,52 Hutan-->Hutan 4095,52 Kebun 10770,92 Kebun 10770,92 Kebun-->Kebun 10770,92 Padang 906,59 Padang 906,59 Padang-->Padang 906,59 Perairan Darat-->Perairan Perairan Darat 190,77 Perairan Darat 190,77 Darat 190,77 Permukiman 683,21 Permukiman 683,21 Permukiman-->Permukiman 683,21 Persawahan 1720,60 Persawahan 1720,60 Persawahan-->Persawahan 1720,60 Kering Semusim 42,40 Kering Semusim 42,40 Kering Semusim--> Kering Semusim 42,40 Tanah Terbuka 346,71 Tanah Terbuka 346,71 Tanah Terbuka-->Tanah Terbuka 346,71 Total 18756, , ,72 Maros Hutan 3966,19 Hutan 3966,19 Hutan-->Hutan 3966,19 Kebun 6457,33 Kebun 6457,33 Kebun-->Kebun 6457,33 Padang 895,23 Padang 895,23 Padang-->Padang 895,23 Perairan Darat-->Perairan Perairan Darat 76,57 Perairan Darat 76,57 Darat 76,57 Perkebunan 55,99 Perkebunan 55,99 Perkebunan-->Perkebunan 55,99 Permukiman 355,62 Permukiman 355,62 Permukiman-->Permukiman 355,62 Persawahan 1271,54 Persawahan 1271,54 Persawahan-->Persawahan 1271,54 Kering Semusim 829,36 Kering Semusim 829,36 Kering Semusim--> Kering Semusim 829,36 Tanah Terbuka 355,67 Tanah Terbuka 355,67 Tanah Terbuka-->Tanah Terbuka 355,67 Total 14263, , ,51 Makassar Makassar Hutan 418,85 Hutan 418,85 Hutan-->Hutan 418,85 Kebun 1080,07 Kebun 860,67 Kebun-->Kebun 860,67 Kebun-->Permukiman 219,39 Padang 483,85 Padang 483,85 Padang-->Padang 483,85 Perairan Darat-->Perairan Perairan Darat 1247,65 Perairan Darat 1247,65 Darat 1247,65 Perkebunan 105,53 Perkebunan 105,53 Perkebunan-->Perkebunan 105,53 Permukiman 5932,00 Permukiman 6151,39 Permukiman-->Permukiman 5932,00 Persawahan 496,26 Persawahan 496,26 Persawahan-->Persawahan 496,26 Kering Semusim 45,43 Kering Semusim 45,43 Kering Semusim--> Kering Semusim 45,43 Tanah Terbuka 789,99 Tanah Terbuka 789,99 Tanah Terbuka-->Tanah Terbuka 789,99 Total 10599, , ,62 Grand Total 43619, , ,85 Sumber: Analisis Geospasial Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan Puslitbang Wilayah Tata Ruang dan Wilayah Universitas Hasanuddin Makassar tahun
11 Gambar 1 Permukiman dan Pabrik di Sempadan Pantai dan Sungai Tallo Gambar 2. Perumahan Baru di Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa Gambar 3. Pengembangan Pasar Tradisional Daya 10
12 11
4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN
4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan
Lebih terperinciIPB International Convention Center, Bogor, September 2011
IPB International Convention Center, Bogor, 12 13 September 2011 Kerangka Latar Belakang Masalah PERTUMBUHAN EKONOMI PERKEMBANGAN KOTA PENINGKATAN KEBUTUHAN LAHAN KOTA LUAS LAHAN KOTA TERBATAS PERTUMBUHAN
Lebih terperinciKEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON
KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON Christy C.V. Suhendy Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon e-mail: cherrzie@yahoo.com ABSTRACT Changes in land use affects water availability
Lebih terperinciKajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan
Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x,. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1 Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk Identifikasi Kerusakan Hutan di Daerah Aliran Sungai (DAS) (Studi Kasus : Sub DAS Brantas
Lebih terperinciPengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang
TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang Studi Kasus: Kota Manado Ingerid L. Moniaga (1), Esli D. Takumansang (2) (1) Laboratorium Bentang Alam, Arsitektur
Lebih terperinciPENGELOLAAN DAS TERPADU
PENGELOLAAN DAS TERPADU PENGELOLAAN DAS 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Monitoring dan Evaluasi 4. Pembinaan dan Pengawasan 5. Pelaporan PERENCANAAN a. Inventarisasi DAS 1) Proses penetapan batas DAS
Lebih terperinciAnalisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh
Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh 1 Mira Mauliza Rahmi, * 2 Sugianto Sugianto dan 3 Faisal 1 Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu Program Pascasarjana;
Lebih terperinciINDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN
INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu
Lebih terperinciPENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani
ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani Abstrak Daerah penelitian adalah DAS Deli yang meliputi tujuh subdas dan mempunyai luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara
Lebih terperinciAnalisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya
1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu
Lebih terperinciDAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN
SEMINAR NASIONAL PERIKANAN DAN KELAUTAN 2016 Pembangunan Perikanan dan Kelautan dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional Bandar Lampung, 17 Mei 2016 DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS
Lebih terperinciBAB 3 PENGOLAHAN DATA
BAB 3 PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai data dan langkah-langkah pengolahan datanya. Data yang digunakan meliputi karakteristik data land use dan land cover tahun 2005 dan tahun 2010.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologis di Sub Daerah Aliran Ci Karo, maka penulis dapat menarik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam esensial, yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan air, maka bumi menjadi planet dalam tata surya yang memiliki
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.
KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode Tahun 2009-2011
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak
Lebih terperinciANALISA SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI SEKITAR LAGUNA SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP - PROVINSI JAWA TENGAH
Analisa Spasial Perubahan di Sekitar Laguna Segara Anakan. (Irwansyah, E.) ANALISA SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH DI SEKITAR LAGUNA SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP - PROVINSI JAWA TENGAH (Spatial Analysis
Lebih terperinciKata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara
Opini Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan di Hulu DAS Kelara OPINI MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI HUTAN DI HULU DAS KELARA Oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan
Lebih terperinciSESI : 7. Kualitas Air dan Pemulihan Ekosistem Topik : 7.1. Konservasi Tanah dan Air. Jadwal : Selasa, 25 November 2014 Jam : WIB.
SESI : 7. Kualitas Air dan Pemulihan Ekosistem Topik : 7.1. Konservasi Tanah dan Air Jadwal : Selasa, 25 November 2014 Jam : 08.00 12.00 WIB. Oleh : HARRY SANTOSO Kementerian Kehutanan -DAS adalah : Suatu
Lebih terperinciIII. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian
III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane)
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane) Oleh : Edy Junaidi Balai Penelitian Kehutanan Ciamis ABSTRAK Luasan penggunaan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS
IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Biru terletak di Kabupaten Wonogiri, tepatnya di Kecamatan Purwantoro dan Kecamatan Bulukerto. Lokasinya terletak di bagian lereng
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia tiap tahunnya mengalami peningkatan. Berdasarkan sensus penduduk, jumlah penduduk di Indonesia pada tahun 2010 hingga 2015 mengalami
Lebih terperinci2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.
Lebih terperinciKAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE
KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE 1 Cindy Tsasil Lasulika, Nawir Sune, Nurfaika Jurusan Pendidikan Fisika F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo e-mail:
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL
IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL Nam dapibus, nisi sit amet pharetra consequat, enim leo tincidunt nisi, eget sagittis mi tortor quis ipsum. PENYUSUNAN BASELINE PULAU-PULAU
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG TATA CARA INVENTARISASI DAN PENETAPAN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Metropolitan Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan pusat pemerintahan dengan berbagai kegiatan sosial, politik, kebudayaan maupun pembangunan.
Lebih terperinciKajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah
Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014
Lebih terperinciPEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL
PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DI KABUPATEN KENDAL Febriana Yogyasari, Dedy Kurnia Sunaryo, ST.,MT., Ir. Leo Pantimena, MSc. Program Studi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah maupun masyarakat mengandung pengertian yang mendalam, bukan hanya berarti penambahan pembangunan
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT
PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT Ria Rosdiana Hutagaol 1 dan Sigit Hardwinarto 2 1 Faperta Jurusan Kehutanan Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan Adat Kasepuhan Citorek, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pengambilan data lapangan dilaksanakan bulan Februari
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 Analisa Perubahan Tutupan Lahan Daerah Aliran Sungai Brantas Bagian Hilir Menggunakan Citra Satelit Multitemporal (Studi Kasus:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha yang memanfaatkan potensi sumberdaya lahan secara maksimal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan
Lebih terperinciBAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di DAS Ciliwung Hulu dan Cisadane Hulu. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2009 dan selesai pada
Lebih terperinci4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan bagian dari perkembangan suatu kota. Pembangunan yang tidak dikendalikan dengan baik akan membawa dampak negatif bagi lingkungan kota. Pembangunan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).
TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai (DAS) Besitang Sekilas Tentang DAS Besitang Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o 45 04 o 22 44 LU dan 97 o 51 99 o 17 56 BT. Kawasan DAS Besitang melintasi
Lebih terperinciKAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA
KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA (Studi Kasus: Kawasan sekitar Danau Laut Tawar, Aceh Tengah) TUGAS AKHIR Oleh: AGUS SALIM L2D
Lebih terperinci2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan
Lebih terperinciKAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO
Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi
TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012
EXECUTIVE SUMMARY ZONASI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI DESEMBER, 2012 K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M B A D A N P E N E L I T I A N D A N P E N G E M B A N G A N P U S A T P E N E L I T
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik yang saling terkait satu sama lain. di bumi ada dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kedua
Lebih terperinciTitle : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009
Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alamnya untuk pembangunan. Pada negara berkembang pembangunan untuk mengejar ketertinggalan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gorontalo sebagian besar wilayahnya berbentuk dataran, perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian 0 2000 M di atas permukaan laut. Luas
Lebih terperincikebutuhannya, masyarakat merambah hutan untuk dikonversi menjadi lahan pertanian. Konversi hutan dan lahan juga dilakukan oleh kegiatan pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan yang dominan disebabkan oleh berubahnya kondisi tutupan lahan hutan akibat pemanfaatan lahan oleh aktivitas manusia yang tidak sesuai dengan peruntukannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduk akan berdampak secara spasial (keruangan). Menurut Yunus (2005),
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk yang disertai dengan peningkatan kegiatan penduduk akan berdampak secara spasial (keruangan). Menurut Yunus (2005), konsekuensi keruangan
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO
STUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO Meny Sriwati Jurusan Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknik Dharma Yadi Makassar ABSTRACT This study aimed (1)
Lebih terperinciGambar 13. Citra ALOS AVNIR
32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Citra ALOS AVNIR Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR tahun 2006 seperti yang tampak pada Gambar 13. Adapun kombinasi band yang digunakan
Lebih terperinciANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR
ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR R Rodlyan Ghufrona, Deviyanti, dan Syampadzi Nurroh Fakultas Kehutanan - Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Situ
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang. bertingkat atau permukiman, pertanian ataupun industri.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor. Seperti yang diketahui selama ini, pembangunan memberikan banyak
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali
Lebih terperinciPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI PESISIR BUNGUS TELUK KABUNG, SUMATRA BARAT TAHUN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol.6, No. 2, Hlm. 311-318, Desember 2014 PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI PESISIR BUNGUS TELUK KABUNG, SUMATRA BARAT TAHUN 2003-2013 MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya kebutuhan lahan dan semakin terbatasnya sumberdaya alam menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih guna hutan sering terjadi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
45 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan dataran rendah dan landai dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain
Lebih terperinciPERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini
PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan
29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU
ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU Abdul Malik Universitas Hasanuddin e-mail; malik9950@yahoo.co.id Abstrak Kondisi ekosistem mangrove di kabupaten Barru mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB I. I.1.Latar Belakang PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Salah satu dari sekian banyak sumber daya alam yang diciptakan oleh Allah SWT untuk kelangsungan hidup manusia adalah tanah atau lahan. Pengertian tanah menurut Sumaryo
Lebih terperinciPENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK
PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK DAS Cisadane Hulu merupakan salah satu sub DAS Cisadane yang
Lebih terperinciANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009
ANALISA PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN WILAYAH SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD TAHUN 2003 DAN 2009 Prenita Septa Rianelly 1, Teguh Hariyanto 1, Inggit Lolita Sari 2 1 Program Studi Teknik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bencana banjir dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dapat dipicu oleh beberapa faktor penyebab: (a) Fenomena alam, seperti curah hujan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengolahan Awal Citra (Pre-Image Processing) Pengolahan awal citra (Pre Image Proccesing) merupakan suatu kegiatan memperbaiki dan mengoreksi citra yang memiliki kesalahan
Lebih terperinciPEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO
PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO Rini Fitri Dosen pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim ABSTRAK Lahan kering di
Lebih terperinciEVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG ABSTRACT
1 EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG Andre Cahyana 1, Erna Juita 2, Afrital Rezki 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Lahan merupakan sumberdaya pembangunan yang memiliki karakteristik antara lain (1) luasan relatif tetap, dan (2) memiliki sifat fisik yang bersifat spesifik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009, DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
Lebih terperinciMAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n
MAKALAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n J U R U S A N G E O G R A F I FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan kota pantai merupakan tempat konsentrasi penduduk yang paling padat. Sekitar 75% dari total penduduk dunia bermukim di kawasan pantai. Dua pertiga dari kota-kota
Lebih terperinciPETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan
Lebih terperinciAninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,
KAJIAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS BAGIAN HILIR MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTI TEMPORAL (STUDI KASUS: KALI PORONG, KABUPATEN SIDOARJO) Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Opak Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 menunjukan bahwa luas
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PENANAMAN BAGI PEMEGANG IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REHABILITASI DAERAH ALIRAN SUNGAI Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) Garang merupakan DAS yang terletak di Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo dan Garang, berhulu
Lebih terperinciANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )
ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK 2008-2018) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013
ANALISIS SPASIAL ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN KEKRITISAN LAHAN SUB DAS KRUENG JREUE Siti Mechram dan Dewi Sri Jayanti Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Lebih terperinci