UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MELALUI MODEL LEARNING CYCLE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MELALUI MODEL LEARNING CYCLE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA"

Transkripsi

1 Prima: Jurnal Program Studi Pendidikan dan Penelitian Matematika Vol. 6, No. 1, Januari 2017, hal P-ISSN: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MELALUI MODEL LEARNING CYCLE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Muhammad Arie Firmansyah Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Muhammadiyah Tangerang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa pada penerapan model learning cycle, aktivitas siswa, dan respon siswa selama penerapan model learning cycle. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 hingga Mei 2012 VII-4 SMP Negeri 12 Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Peningkatan kemampuan pemecahan pada siklus I sebesar 35% atau 14 siswa dari 40 siswa meningkat menjadi 70% atau 28 siswa dari 40 siswa pada sklus II. Peningkatan tersebut yaitu pada aspek memahami masalah pada siklus I sebesar 67,5% menjadi 84,4% pada siklus II, aspek merencanakan strategi penyelesaian pada siklus I sebesar 61,72% menjadai 70,4% pada siklus II, aspek melaksanakan strategi penyelesaian pada siklus I sebesar 61,88% menjadi 82% pada siklus II, dan pada aspek memeriksa kembali hasil pada siklus I adalah 75,63% menjadi 57,5% pada siklus II. Skor rata-rata siklus I 64,25 meningkat menjadi 74,87. Aktivitas siswa pada siklus I sebesar 69,64% pada siklus II meningkat menjadi 76,52%. Respon positif pada siklus I sebesar 62,5% meningkat menjadi 73,12% pada siklus II. Kata kunci: Pemecahan Masalah Matematik, Learning Cycle Pendahuluan Ilmu matematika merupakan subjek penting dalam sistem pendidikan di dunia karena perkembangan budaya dan kehidupan manusia serta pengetahuan dan teknologi diberbagai belahan dunia sejak dulu dipengaruhi oleh kemajuan dalam bidang matematika. Oleh sebab itu, matematika penting diajarkan kepada anak sejak usia dini. Pada pendidikan formal, matematika sudah mulai diajarkan pada anak dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pembelajaran matematika yang terjadi di kelas kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan ide-ide atau gagasan siswa. Apabila guru kurang memperhatikan kemampuan awal siswa yang dibawa kedalam kelas maka pengalaman belajar dikelas tidak akan berpengaruh terhadap pengetahuan awal yang telah siswa miliki meskipun berpengaruh maka tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan, sehingga resiko terjadinya miskonsepsi siswa memahami materi dalam pembelajaran yang sedang diberikan menjadi besar.

2 104 P-ISSN: Peserta didik yang tak menemukan atau tak memahami makna apa yang mereka pelajari akan cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Mereka mengerjakan latihan-latihan yang di berikan oleh guru hanya sekadar untuk menggugurkan kewajiban atau karena takut mendapat sanksi, bila sudah begini kebanyakan siswa akan cenderung diam atau enggan bertanya ketika mendapatkan kesulitan dalam memahami materi yang diberikan guru dan ini berakibat pada hasil yang dicapai pun kurang memenuhi target standar kompetensi lulusan dan kemampuan, (peraturan mentri pendidikan nasional nomor 78 tahun 2008). Hal ini tidak sesuai dengan harapan kita sebagai pendidik, bahwa dalam proses pembelajaran mestilah siswa terlibat secara aktif dan siswa terasa tertantang sehingga pembelajaran matematika menjadi pengalaman bermakna bagi siswa dan berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, yaitu kecakapan untuk memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah dan membuat review atas pelaksanaan rencana pemecahan masalah. Permasalahan yang demikian terjadi pada siswa SMP Negeri 12 Tangerang kelas VII-4 tahun ajaran 2011/2012, berdasarkan observasi terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa saat proses pembelajaran dikelas pada bab Persamaan Linear Satu Variabel (PLSV) yang dimulai jum at 14 Oktober 2011 berakhir pada senin 24 November Dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah pada tanggal 12 November 2012 dapat di katakan bahwa hanya ada 1 siswa atau 2,5% dari 40 siswa yang mendapatkan skor tes kemampuan pemecahan masalah 70, sedangkan sisanya masih jauh dari harapan. Berdasarkan pengamatan yang di lakukan oleh peneliti terhadap aktivitas pemecahan masalah di dapat bahwa hampir seluruh aktivitas siswa masih jauh dari sifat seorang problem solver dan disimpulkan pula kecenderungan guru menggunakan ekspositori dalam menyampaikan materi matematika, mengakibatkan siswa cenderung menguasai materi pelajaran dengan cara menghafal. Tinjauan Teoritis Menurut Shadiq (2004), Suatu pertanyaan dapat dianggap sebagai suatu masalah oleh seorang siswa tetapi mungkin saja pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang rutin bagi siswa yang lain. Senada dengan itu Lenchner (dalam Wardani, dkk, 2010) menjelaskan bahwa masalah matematik lebih rumit dari pada latihan matematika biasa dan tidak dapat langsung ditemukan solusinya, sebab tidak dapat dengan langsung menerapkan satu atau lebih algoritma sebagai strategi pemecahannya. Sehingga untuk menyelesaikan suatu masalah menuntut tingkat kreativitas atau keoriginalitas dari penyelesai masalah. Dapat disimpulkan Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017,

3 Prima ISSN: bahwa masalah itu bersifat relatif, sebab ukuran suatu soal menjadi masalah atau hanya soal latihan biasa adalah kemampuan setiap individu tersebut dalam menghadapinya Polya (1973) menguraikan 4 langkah rencana dalm proses pemecahan masalah matematik, sebagai berikut: a) Memahami masalah b) Membuat rencana pemecahan masalah c) Melaksanakan rencana pemecahan masalah d) Membuat review atas pelaksanaan rencana pemecahan masalah Woolfolk (dalam Hamzah, 2003) berpendapat bahwa kemampuan pemecahan masalah (problem solving) adalah kemampuan yang di kuasai seorang siswa untuk memecahkan masalah dengan menggunakan proses berpikirnya melalui mengumpulkan fakta, analisi informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif. Secara operasional yang dimaksud dengan kemampuan pemecahan masalah matematik dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh melalui instrumen tes. Dengan indikator-indikator yang meliputi: a) Mampu memahami masalah b) Mampu membuat rencana pemecahan masalah c) Mampu melaksanakan rencana pemecahan masalah d) Mampu membuat review atas pelaksanaan rencana pemecahan masalah Jean piaget (dalam Bahruddin dan Esa, 2010) yang dikenal sebagai bapak konstruktivisme pertama menegaskan banhwa pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa melalui asilmilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran, sedangkan akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Anita woolfolk (dalam Benny, 2009) mengemukakan definisi pendekan konstruktivisme sebagai pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman dengan memberi makna terhadap informasi dan peristiwa yang dialami. Definisi tersebut berarti bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil konstruksi atau bentukan diri kita sendiri. Senada dengan itu semua Galileo (dalam Tracy, 2011) pernah menulis Anda tidak bisa mengajarkan apa pun kepada manusia; Anda hanya dapat membantu mereka untuk menemukannya di dalam diri mereka sendiri. Upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik melalui model learning cycle dalam pembelajaran matematika Firmansyah

4 106 P-ISSN: Menurut Vygotsky (dalam Bahruddin dan Esa, 2010), Teori konstruktivisme lebih menekankan pada fungsi mental siswa dalam membangun pengetahuan yang biasanya ada dalam komunikasi dan kerja sama diantara individu-individu (proses sosialisasi) sebelum akhirnya itu berada dalam diri individu (internalisasi). Artinya siswa membutuhkan teman sebagai fasilitator dalam berbagi pengetahuan untuk membangun pengetahuan yang baru yang akhirnya pengetahuan tersebut menjadi pengetahuan personal. Berdasarkan studi-studi yang dilakukan, siswa yang sering menggunakan private speech atau pengetahuan personal lebih efektif dalam memecahkan tugas-tugas dari pada anak-anak yang kurang menggunakn private speech. Pembelajaran konstruktivisme membantu siswa menginternalisasi dan menstransformasi informasi baru. Pada proses transformasi akan menghasilkan pengetahuan baru, yang selanjutnya membentuk struktur kognitif baru yang dapat membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. learning cycle merupakan model pembelajaran sains yang berbasis konstruktivistik. Menurut Rahayu, model siklus belajar dikembangkan oleh J. Myron Atkin, Robert Karplus dan Kelompok SCIS (Science Curriculum Improvement Study), Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat sejak tahun 1970-an. Sehingga learning cycle merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). model learning cycle merupakan tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif (Kathleen & Christine, 2009). Langkah-langkah Model Learning Cycle meliputi (Wena, 2009): a) Engagement (ide, rencana pembelajaran, dan pengalaman) b) Explore (menyelidiki) c) Explain (menjelaskan) d) Elaborate (menerapkan) e) Evaluate (menilai) Kelima fase tersebut merupakan hal-hal yang harus dilakukan oleh guru dan siswa untuk menerapkan model learning cycle pada pembelajaran dikelas. Guru dan siswa memiliki peran masing-masing dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model learning cycle. No Tahap Siklus Belajar 1 Tahap Pembangkitan Tabel 1. Operasional Kegiatan Guru dan Siswa Model Learning Cycle Kegiatan Guru Membangkitkan minat dan keingintahuan (cusiosity) siswa. Kegiatan Siswa Mengembangkan minat/rasa ingin tahu Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017,

5 Prima ISSN: Minat Mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Mengaitkan topik dengan pengalaman siswa. Mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya dan menunjukkan keterkaitannya dengan topik pembelajaran yang sedang dibahas. 2 Tahap Eksplorasi Membentuk kelompok, memberi kesempatan untuk bekerjasama dalam kelompok kecil secara mandiri. Guru berperan sebagai fasilitator. Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri. Meminta bukti dan klarifikasi penjelasan siswa, mendengar secara kritis penjelasan antar siswa. Memberi definisi dan penjelasan dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi. 3 Tahap Penjelasan Mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri. Meminta bukti dan klirifikasi penjelasan siswa. Mendengar secara kritis penjelasan antar siswa atau guru. Memandu diskusi. 4 Tahap Elaborasi Mengingatkan siswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data/bukti saat mereka mengekplorasi situasi baru. terhadap topik bahasan. Memberi respons terhadap pertanyaan guru. Berusaha mengingat pengalaman sehari-hari dan menghubungkan dengan topik pembelajaran yang akan dibahas. Membentuk kelompok dan berusaha bekerja dalam kelompok. Membuat prediksi baru Mencoba alternatif pemecahan dengan teman sekelompok, mencatat pengamatan, serta mengembangkan ide-ide baru. Menunjukkan bukti dan memberi klarifikasi terhadap ide-ide baru. Mencermati dan beusaha memahami penjelasan guru. Mencoba memberi penjelasan terhadap konsep yang ditemukan. Menggunakan pengamatan dan catatan dalam memberi penjelasan. Melakukan pembuktian terhadap konsep yang diajukan. Mendiskusikan. Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan tabel dan definisi formal. Upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik melalui model learning cycle dalam pembelajaran matematika Firmansyah

6 108 P-ISSN: Mendorong dan memfasilitasi siswa mengaplikasi konsep/keterampilan dalam setting yang baru/lain. 5 Tahap Evaluasi Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep baru. Mendorong siswa melakukan evaluasi diri. Mendorong siswa memahami kekurangan/kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran. Bertanya, mengusulkan pemecahan, membuat keputusan, melakukan percobaan, dan pengamatan. Mengevaluasi belajarnya sendiri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Mengambil kesimpulan lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya. Melihat dan menganalisis kekurangan/kelebihanny a dalam kegiatan pembelajaran. Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sehingga penelitian ini hanya memusatkan pada permasalahan yang spesifik dan kontekstual sehingga tidak terlalu menghiraukan kerepresentatifan sampel karena berbeda dengan penelitian formal. Metode penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika siswa dengan pokok bahasan bangun datar segi empat. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa siklus, dimana tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan, diantaranya yaitu: 1. Perencanaan (planning) Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Peneliti menyiapkan rancangan perencanaan pembelajaran dan instrumen penelitian yang terdiri atas instrumen tes, dan instrumen non tes (lembar observasi, jurnal harian siswa, dan dokumentasi). 2. Tindakan (acting) Tahap kedua dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau isi rancangan. Tahap ini melibatkan guru mata pelajaran matematika kelas VII-6 sebagai observer dan peneliti berperan sebagai pelaksana tindakan atau pengajar yang sekaligus Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017,

7 Prima ISSN: sebagai pengumpul data, baik melalui pengamatan langsung maupun melealui telaah dokumen. Pelaksanaan dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle dalam proses pembelajaran dengan objek penelitian adalah seluruh siswa kelas VII-4 SMPN 12 Tangerang. 3. Pengamatan (Observating) Tahap ketiga yaitu selama tahap pelaksanaan tindakan yaitu menggunakan model pembelajaran learning cycle. Peneliti dibantu dengan observer mengobservasi keaktifan dan respon siswa terhadap skenario pembelajaran yang telah di buat peneliti dengan menggunakan lembar observasi. Semua keterangan yang berhubungan dengan penelitian dicatat dalam dokumentasi. 4. Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini, hasil yang didapat dari observasi dikumpulkan dan dianalisis bersama oleh peneliti dan observer, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Hasil analisis tersebut akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya, bila tujuan penelitian belum tercapai. Hasil dan Pembahasan Penerapan model learning cycle bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. Aktivitas kelompok beserta tanggapan siswa menjadi dua hal yang juga akan diamati, sebagai data tambahan dalam melihat perkembangan kemampuan pemecahan masalah. Aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah diamati melalui lembar observasi aktivitas kelompok. Tanggapan siswa yang tertuang dalam jurnal harian siswa dianalisis sebagai data untuk mengetahui perkembangan dan respon yang dialami siswa dalam memecahkan masalah. Berdasarkan hasil analisis instrumen yang digunakan dalam penelitian, berupa tes kemampuan pemecahan masalah, lembar observasi aktivitas kelompok, dan jurnal harian siswa, berikut analisis data hasil penelitian: A. Analisis Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Pemberian tes yang dilaksanakan setiap akhir siklus, dimaksudkan untuk melihat tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan diterapkannya model pembelajaran learning cycle. Hasil kemampuan pemecahan masalah mengalami peningkatan dan mencapai intervensi tindakan yang diharapkan pada siklus II. Kemampuan pemecahan masalah dihitung berdasarkan skor lima buah soal uraian dan diperiksa mengikuti pedoman penskoran kemampuan pemecahan masalah, yang meliputi kemampuan memahami masalah, Upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik melalui model learning cycle dalam pembelajaran matematika Firmansyah

8 110 P-ISSN: merencanakan strategi penyelesaian, melaksanakan strategi penyelesaian, dan memeriksa kembali hasil. Berikut ini secara lebih rinci perbandingan persentase kemampuan pemecahan masalah yang disajikan dalam tabel 2: Tabel 2. Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I dan Siklus II Indikator Siklus I (%) Siklus II (%) Memahami Masalah 67,50 84,4 Merencanakan Strategi Penyelesaian 61,75 70,4 Melaksanakan Strategi Penyelesaian 61,87 82 Memeriksa Kembali Hasil 75,75 57,5 Rata-rata skor Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa persentase kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pembelajaran dengan model learning cycle yang dilaksanakan dalam dua siklus, terdapat peningkatan dalam tiga aspek dari empat aspek yang ada. Berikut hasil interpretasi kemampuan pemecahan masalah: a) Kemampuan memahami masalah dikedua siklus menduduki perolehan skor tergolong baik di banding tiga komponen lainnya, terlebih lagi pada siklus ke II mampu meningkat sebesar 16,9% sehingga mengantarkan pada tertinggi dalam komponen kemampuan pemecahan masalah. Dalam prosesnya siswa telah terlihat mampu memahami masalah yang berkaitan dengan materi bangun datar segi empat, siswa mampu berimajinasi dan memodelkan masalah yang diketahui dalam soal. b) Kemampuan merencanakan strategi penyelesaian pada siklus I dan siklus II menempati skor tertinggi ketiga yang pada siklus sebelumnya menempati posisi terendah. Peningkatan kemampuan menyusun rencana dari siklus I ke siklus II sebesar 8,68%, kemampuan ini menempati peningkatan terbesar setelah kemampuan memeriksa kembali hasil. c) Kemampuan melaksanakan strategi penyelesaian pada siklus II menempati urutan kedua. Kemampuan melakukan penghitungan mengalami peningkatan tertinggi dari siklus I ke siklus II yakni sebesar 20,12%. d) Kemampuan memeriksa kembali hasil menempati urutan terendah pada komponen kemampuan pemecahan masalah. Tahapan ini merupakan tahapan yang satu-satunya mengalami penurunan dibanding tahapan lainnya, penurunannya sebesar 18,13%. Secara visual perbandingan skor persentase rata-rata kemampuan pemecahan masalah siklus I dan siklus II pada penerapan model learning cycle disajikan dalam gmbar 1 berikut: Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017,

9 Prima ISSN: MM MR MP MK Series2 Siklus I Series1 Siklus II Gambar 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I dan Siklus II Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dari siklus I ke siklus II yang terlihat dalam diagram 1 menunjukkan bahwa seluruh kemampuan pemecahan masalah mengalami peningkatan. Skor rata-rata tertinggi dikedua siklus yaitu kemampuan memahami masalah dan skor rata-rata terendah dikedua siklus yaitu kemampuan melakukan penghitungan. Perbandingan statistik deskriptif kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada siklus I dan siklus II disajikan dalam tabel 3 berikut: Tabel 3. Statistik Desktiptif Peningkatan Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Statistik Siklus I Siklus II Nilai Terbesar Nilai Terkecil Rata-rata 64,25 74,87 Median 65,33 77,5 Modus 67 80,5 Standar Deviasi 14,32 14,29 Rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa meningkat sebesar 10,62. Median pada siklus I mencapai 65,33 sedangkan median pada siklus II mencapai 77,5. Modus pada siklus I mencapai 67, sedangkan modus pada siklus II mencapai 80,5. Standar deviasi pada siklus I sebesar 14,32 sedangkan pada siklus II sebesar 14,29. B. Analisis Lembar Observasi Proses pengamatan dilakukan pada setiap pertemuan selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek aktivitas yang diamati meliputi: memperhatikan penjelasan guru dan teman, mampu memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah, terlibat dalam diskusi kelompok, membuat review atas pelaksanaan rencana pemecahan masalah, dan membuat tugas proyek yang dibuatnya. Pada siklus I hasil pengamatan yang dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan Upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik melalui model learning cycle dalam pembelajaran matematika Firmansyah

10 112 P-ISSN: model learning cycle mencapai rata-rata 69,64%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas kelompok masih kurang karena rata-rata aktivitas kelompok tersebut belum mencapai indikator yang diharapkan yaitu 75%. Pada siklus II rata-rata aktivitas kelompok mengalami peningkatan menjadi 76,52%. Pada perbandingan aktivitas kelompok pada siklus I dan siklus II. Seluruh aspek yang diamati meningkat pada siklus II namun peningkatannya berbeda dari tiap aspek. Dua aspek pada siklus I mendapat skor rata-rata rendah. Kedua aspek tersebut yaitu kemampuan memahami masalah dan kemampuan membuat review atas pelaksanaan rencana pemecahan masalah. Setelah dilakukan refleksi pada siklus II, kedua aspek ini mengalami peningkatan. Pada aspek menjelaskan tugas proyek yang dibuatnya, hal yang paling mempengaruhi peningkatannya adalah adanya refleksi bahwa siswa yang pasif didahulukan kontribusinya dalam menjelaskan jawaban atau menanggapi soal, sehingga banyak siswa yang awalnya pasif menjadi perhatian teman sekelompoknya maupun menyadari dirinya sendiri agar mendapatkan poin untuk kelompoknya. Pada aspek kemampuan membuat rangkuman, refleksi yang dilakukan pada siklus II yaitu rangkuman model learning cycle dikerjakan secara individu. Secara visual perbandingan rata-rata persentase aktivitas siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II pada penerapan model learning cycle disajikan dalam gambar 2 berikut: Series2 Siklus I Series1 Siklus II Gambar 2. Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II Aktivitas belajar kelompok yang menempati peningkatan keempat adalah aktivitas mampu memahami masalah, aktivitas ini meningkat sebesar 6,25%. Sebagian siswa berani untuk menjawab atau menanggapi jawaban teman. Aktivitas memperhatikan penjelasan guru dan teman menempati urutan peningkatan kelima, aktivitas ini meningkat sebesar 5,63%. Seluruh anggota kelompok melakukan penyelidikan Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017,

11 Prima ISSN: mulai dari pelaksanaan tindakan siklus I hingga pelaksanaan tindakan siklus II, hal ini terlihat berdasarkan hasil lembar observasi menunjukkan bahwa aktivitas melakukan penyelidikan mendapat persentase tertinggi pada siklus I maupun siklus II. Peningkatan terakhir dari aktivitas kelompok yang diamati adalah melaksanakan rencana pemecahan masalah, beberapa kelompok sudah menunjukkan aktivitas dalam berdikusi dengan anggota kelompok, aktivitas berdiskusi sudah terlihat baik dari siklus I, namun masih butuh arahan dari peneliti. Sebagian kelompok lain, siswa yang paling pintar yang memegang peranan besar dalam menyelesaikan LKS, siswa lainnya terlihat enggan untuk ikut membantu dalam menyelesaikan LKS. Perilaku mengandalkan teman masih terlihat di siklus II walaupun sudah sedikit berkurang dari siklus II, beberapa anggota mulai menyadari pentingnya diskusi antar anggota kelompok, peningkatan aktivitas ini sebesar 4,37%. C. Analisi Respon Siswa Pada setiap akhir proses pembelajaran, peneliti memberikan jurnal harian yang digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran dan untuk mengetahui perkembangan kemampuan pemecahan masalah siswa setiap pertemuan. Tanggapan diklasifikasikan kedalam tiga bagian yaitu tanggapan positif, tanggapan negatif, dan tanggapan netral, respon siswa disajikan dalam tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Perbandingan Tangggapan Siswa Siklus I dan Siklus II Siklus I Siklus II Meningkat Tanggapan Siswa (%) (%) (%) Positif 62,5 73,12 +10,62 Netral 21,87 18,13-3,47 Negatif 15,63 8,75-6,88 Secara visual perbandingan skor persentase tanggapan siswa pada penerapan model pembelajaran learning cycle selama proses pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II disajikan dalam gambar 3 berikut: Upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik melalui model learning cycle dalam pembelajaran matematika Firmansyah

12 114 P-ISSN: Positif Netral Negatif Siklus I Siklus II Gambar 3. Perbandingan Tanggapan Siswa Siklus I dan Siklus II Tanggapan positif siswa saat diterapkan model learning cycle mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, tanggapan siswa baik positif, negatif maupun netral yang ditulis pada jurnal harian siswa, sebagian besar dipengaruhi oleh mudah atau sulitnya materi yang dipelajari setiap pertemuan. Jika materi dirasakan mudah dan siswa sudah mengerti maka tanggapan positif yang lebih banyak diungkapkan siswa. Sebaliknya, jika materi dirasakan sulit dan siswa belum terlalu mengerti maka tanggapan negatif dan tanggapan netral yang banyak diungkapkan siswa. Tanggapan positif siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 10,62%. Tanggapan negatif mengalami penurunan sebesar 6,88%, dan tanggapan netral mengalami penurunan sebesar 3,74%. Simpulan dan Saran 1. Kemampuan pemecahan masalah dengan penerapan model learning cycle mengalami peningkatan persentase jumlah siswa yang mendapatkan nilai 70 maupun aspek kemampuan pemecahan masalah dari siklus I ke siklus II. Peningkatan persentase jumlah siswa yang mendapatkan nilai 70 pada siklus I sebesar 35% atau 14 siswa dari 40 siswa meningkat menjadi 70% atau 28 siswa dari 40 siswa pada sklus II. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah terlihat dari peningkatan dalam tiga aspek, walau dalam satu aspek mengalami penurunan tetapi secara skor keseluruhan kemampuan pemecahan masalah mengalami peningkatan yang bagus, yaitu aspek memahami masalah pada siklus I sebesar 67,5% menjadi 84,4% pada siklus II, aspek merencanakan strategi penyelesaian pada siklus I sebesar 61,72% menjadai 70,4% pada siklus II, aspek melaksanakan strategi penyelesaian pada siklus I sebesar 61,88% menjadi 82% pada siklus II, dan pada aspek memeriksa kembali hasil pada siklus I adalah 75,63% menjadi 57,5% pada siklus II. Keseluruhan skor rata-rata siklus I mencapai 64,25 meningkat menjadi 74,87. Hasil yang Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017,

13 Prima ISSN: diperoleh pada siklus II telah mencapai indikator ketercapaian yang diharapkan yaitu 60% dari jumlah siswa keseluruhan mendapatkan nilai Penerapan model learning cycle dalam proses pembelajaran metematika siswa dapat meningkatkan aktivitas siswa. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 69,64% pada siklus II meningkat menjadi 76,52%, mencapai indikator ketercapaian yang diharapkan yaitu mencapai 75%. Aspek aktivitas kelompok yang diamati meliputi memperhatikan penjelasan guru dan teman, mampu memahami masalah, membuat rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah, terlibat dalam diskusi kelompok, membuat review atas pelaksanaan rencana pemecahan masalah, dan menjelaskan tugas proyek yang dibuatnya. Semua aspek tersebut dapat ditingkatkan dengan penerapan model pembelajaran learning cycle. 3. Siswa memiki respon yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model learning cycle, hal ini terlihat dari respon positif pada siklus I sebesar 62,5% meningkat menjadi 73,12% pada siklus II yang sudah melampaui indikator ketercapaian sebesar 65%. Sebaliknya respon netral siswa pada siklus I sebesar 21,87% menurun menjadi 18,13% dan respon negatif siswa pada siklus I 15,63 menurun menjadi 8,75%. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. SMPN 12 selaku tempat peneliti bertugas dan tempat penelitian diharapkan kedepannya dapat memberikan dukungan dalam bentuk workshop maupun seminar tak hanya bagi guru bidang studi matematika, tetapi juga bagi seluruh guru bidang studi sains. 2. Guru bidang studi studi matematika dapat menerapkan model learning cycle sebagai alternatif dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan dan mengarahkan aktivitas belajar siswa sekaligus meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa. 3. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengukur kemampuan pemahaman kosep, koneksi, komunikasi siswa, atau variabel lainnya bahkan bidang studi lainnya sebagai pengembangan dari penerapan model learning cycle. Daftar Pustaka Bahrudidin & Esa. (2010). Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, Cet. 3. Benny A. (2009). Model Desain System Pembelajaran, Jakarta: Dian Rakyat, Cet.1 h Upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik melalui model learning cycle dalam pembelajaran matematika Firmansyah

14 116 P-ISSN: C, Kathleen & Christine C C. (2009). Reading, Writing, & Inquiry in the Science Classroom Grade USA: Corwin Press. Polya, G. (1973). How To Solve It a New Aspect of Mathematical Method. New jersey: Pricenton University Press, Shadiq, Fajar. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran Dan Komunikasi. Makalah Disajikan Dalam Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar. Yogyakarta: PPPG Matematika. Tracy, Brian. (2011). Eat That Frog! Cara Dahsyat Mencapai Hasil Lebih Banyak Dengan Bekerja Lebih Sedikit. Jakarta: Gemilang, Cet. 1. Wardani, Sri dkk. (2010). Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Di SMP. Yogyakarta : PPPPTK Matematika. Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovativ Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. Prima, Vol. 6, No. 1, Januari 2017,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: 2407-1269 Halaman 263-268 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C pada Materi Pencemaran Lingkungan Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle di SMP Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Koneksi Matematika Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang berarti hubungan atau kaitan. Kemampuan koneksi matematika dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

Seminar Pendidikan Serantau 2011

Seminar Pendidikan Serantau 2011 135 PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN LEARNING CYCLE 5E PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 KUANTAN MUDIK Syofni, Sakur, Delfa Astri ABSTRAK Telah dilakukan sebuah penelitian tindakan kelas pada siswa kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan dan kegiatan dalam hidup yang harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Teori Belajar dan Belajar Matematika Belajar menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2013: 2), adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika biasanya dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit oleh siswa. Di sekolah banyak siswa tampaknya menjadi tidak tertarik dengan matematika dan seringkali

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING SISWA KELAS VII E SMP N 1 SRANDAKAN Arrini Ditta Margarani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata penguasaan konsep pada materi hukum-hukum

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE (LC) PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE (LC) PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 1, Pebruari 2014, hlm 80-86 KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE (LC) PADA MATERI PECAHAN DI KELAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (Hirawan,

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014 Kiki Pramudita Amalia Program Studi Pendidikan Matematika Universitas

Lebih terperinci

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP:

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP: Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN SIKLUS BELAJAR 5E DISERTAI STRATEGI DIAGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini mengakibatkan kompetensi sains merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini mengakibatkan kompetensi sains merupakan salah satu faktor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains serta teknologi yang sangat pesat seperti saat sekarang ini mengakibatkan kompetensi sains merupakan salah satu faktor yang menentukan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kurikulum KTSP (2006) saat ini siswa dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kurikulum KTSP (2006) saat ini siswa dituntut untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan kurikulum KTSP (2006) saat ini siswa dituntut untuk dapat berperan secara aktif (student centered) karena siswa yang aktif menunjukkan keterlibatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis, Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS), Pembelajaran Konvensional dan Sikap 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create and

Lebih terperinci

Suheni Dwi Cahyati Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Suheni Dwi Cahyati Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dan Aktivitas Belajar Melalui Pendekatan Kontekstual Dengan Setting Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas VIIB SMPN 1 Kecamatan Kauman Tahun

Lebih terperinci

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo Monalisa Gerardini 1, Tri Juli Hajani 2, Optimalisasi Hasil Belajar IPA Melalui Model Learning Cycle 5E Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Achievement, Learning Cycle, Process Skills PENDAHULUAN

ABSTRACT. Keywords: Achievement, Learning Cycle, Process Skills PENDAHULUAN 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SAINS SISWA KELAS VII 5 SMP KARTIKA 1-5 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012 Liza Pramawati.

Lebih terperinci

Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya

Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS (LEARNING CYCLE) PADA PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-undang RI no 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-undang RI no 20 tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam undang-undang Republik Indonesia 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

Lebih terperinci

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 100-105 MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkompetensi karena di dalam pendidikanlah individu diproses menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan bidang pelajaran yang ditemui diberbagai jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Matematika mengajarkan kita untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sangat membantu mempermudah kegiatan dan keperluan kehidupan manusia. Namun manusia tidak bisa menipu diri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Efektivitas Pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 284) efektivitas

BAB II KAJIAN TEORI. A. Efektivitas Pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 284) efektivitas BAB II KAJIAN TEORI A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 284) efektivitas berasal dari kata dasar efektif yang artinya dapat membawa hasil atau berhasil guna. Mulyasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan BAB II KAJIAN TEORI A. Learning Cycle 5E ( LC 5E) 1. Sejarah Learning Cycle 5E Model pembelajaran Learning cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari

Lebih terperinci

Ely Syafitri, S.Pd Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta

Ely Syafitri, S.Pd Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta MENINGKATKAN KETERCAPAIAN KOMPETENSI INTI KURIKULUM 2013 MELALUI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII - B SMP N 2 DEPOK SLEMAN Ely Syafitri, S.Pd

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagaimana ditegaskan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13) 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Keterampilan Berkomunikasi Sains Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai proses dan sekaligus sebagai produk. Seseorang mampu mempelajari IPA jika

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini, kemampuan bersaing dalam dunia pendidikan sangat diutamakan sebagai tolok ukur perkembangan negara-negara maju. Persaingan yang sportif dalam pendidikan

Lebih terperinci

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi: PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBASIS PEMECAHAN MASALAH MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 JEMBER SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,

Lebih terperinci

ELLISIA KUMALASARI Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

ELLISIA KUMALASARI   Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA KULIAH ALJABAR LINIER DAN MATRIK DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA TEKNIK INFORMATIKA 2013/2014 ELLISIA KUMALASARI Email : el.math5985@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri dari pengetahuan dan proses. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE Kartika Yulianti Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA - Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setyabudhi 229, Bandung

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION MUST: Journal of Mathematics Education, Science and Technology Vol. 1, No. 2, Desember 2016. Hal 199 208. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)

Lebih terperinci

Pembelajaran Konsep Limit Fungsi dengan Strategi Elaborasi Bagi Mahasiswa Matematika FKIP UM Mataram

Pembelajaran Konsep Limit Fungsi dengan Strategi Elaborasi Bagi Mahasiswa Matematika FKIP UM Mataram Jurnal Teori dan Aplikasi Matematika ISSN 2597-7512 Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, Hal. 33-38 Pembelajaran Konsep Limit Fungsi dengan Strategi Elaborasi Bagi Mahasiswa Matematika FKIP UM Mataram Abdillah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, 2) Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi,   2) Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS VII 5 SMP KARTIKA 1-5 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012 Morli Indah 1), Yuslim Fauziah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, secara eksplisit menyatakan dalam pasal 1 ayat 1, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemahaman konsep matematika merupakan salah satu tujuan yang mendasar dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang disampaikan oleh guru.

Lebih terperinci

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MAHASISWA

KEEFEKTIFAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MAHASISWA Pedagogy Volume 1 Nomor 2 ISSN 2502-3802 KEEFEKTIFAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MAHASISWA Muhammad Ilyas 1, Fahrul Basir 2

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah melakukan berbagai macam upaya dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. telah melakukan berbagai macam upaya dalam meningkatkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas maka dari itu sudah sejak lama pemerintah telah melakukan berbagai

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan permasalahan yang mereka jumpai secara

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4 ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN

Lebih terperinci

Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VII

Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VII SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 PM - 18 Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VII Nia Jusniani Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alam semesta beserta isinya diciptakan untuk memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut Arifin et al. (2000: 146) bertanya merupakan salah satu indikasi seseorang berpikir.

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI UPW SMK NEGERI 1 JEMBER MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) MATERI PROGRAM LINEAR SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan atau kemunduran suatu negara ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, dan sumber daya manusia yang berkualitas dapat diperoleh melalui pendidikan

Lebih terperinci

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Learning Cycle 5 Fase (LC5E) Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensikompetensi

Lebih terperinci

Keywords: Creative Problem Solving, process skill, Natural Science

Keywords: Creative Problem Solving, process skill, Natural Science PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING DENGAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PLUMBON TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh: Erlina Widia Santi 1, Kartika Chrysti

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI Dwi Avita Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : danz_atta@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan penting terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain itu matematika juga mempunyai peran dalam

Lebih terperinci

Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematika dan Kerja Sama Siswa SMAN 4 Semarang Melalui Model Learning Cycle 5E

Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematika dan Kerja Sama Siswa SMAN 4 Semarang Melalui Model Learning Cycle 5E PRISMA 1 (2018) PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematika dan Kerja Sama Siswa SMAN 4 Semarang Melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru kimia kelas X 1 SMA Tri

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru kimia kelas X 1 SMA Tri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru kimia kelas X 1 SMA Tri Sukses Natar, diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai penguasaan konsep siswa pada materi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diperoleh data-data berupa hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diperoleh data-data berupa hasil BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diperoleh data-data berupa hasil tes formatif dan tes sub sumatif yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, hasil

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA PENGGUNAAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA Yusfita Yusuf 1, Neneng Tita Rosita 2 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT DWI ASTUTI MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT (STAD) Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI LINGKARAN SISWA KELAS VIII SMP PGRI SUDIMORO, KABUPATEN PACITAN TAHUN AJARAN 2014/2015 Endah Dwi Nur Qori ah dan Dwi Avita

Lebih terperinci

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) SISWA KELAS VIIID SMP NEGERI 1 MLATI Oleh: Riza Dyah Permata 11144100098 Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR- SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS X MIA 1 SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Sigit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang sangat berperan dalam perkembangan dunia. Matematika sangat penting untuk mengembangkan kemampuan dalam pemecahan

Lebih terperinci

Penerapan Model Learning Cycle Tipe 5E dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X c SMA Negeri 2 Dolo

Penerapan Model Learning Cycle Tipe 5E dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X c SMA Negeri 2 Dolo Penerapan Model Learning Cycle Tipe 5E dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X c SMA Negeri 2 Dolo Zeny Wahyuni*, Syamsu* dan Muslimin *zeny.wahyuni@gmail.co.id *syamsultan@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DAN METODE PRAKTIKUM

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DAN METODE PRAKTIKUM SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E untuk meningkatkan respon positif siswa terhadap materi prisma dan limas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses perkembangan yang dialami oleh seseorang agar dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) MELALUI PEMBELAJARAN MODEL CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) Oleh Muslimin Dosen PNS Kopertis Wilayah II dpk pada FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang E-mail: Muslimintendri@yahoo.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan bergulirnya era globalisasi dalam segala bidang banyak hal berpengaruh terhadap segala aspek kehidupan termasuk pendidikan. Pendidikan merupakan salah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar matematika, maka guru perlu tahu bagaimana sebenarnya jalan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar matematika, maka guru perlu tahu bagaimana sebenarnya jalan atau BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran matematika dapat dipandang sebagai usaha guru, dosen, dalam membantu siswa, mahasiswa, dan peserta didik untuk memahami atau terampil matematika. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan kurikulum pendidikan yang digunakan mengacu pada sistem pendidikan nasional. Pada saat penelitian ini dilakukan, kurikulum yang digunakan dalam

Lebih terperinci

Kemampuan Pemahaman Matematis Melalui Strategi Think Talk Write Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Islam As- Shofa Pekanbaru

Kemampuan Pemahaman Matematis Melalui Strategi Think Talk Write Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Islam As- Shofa Pekanbaru Suska Journal of Mathematics Education (p-issn: 2477-4758 e-issn: 2540-9670) Vol. 3, No. 1, 2017, Hal. 9 14 Kemampuan Pemahaman Matematis Melalui Strategi Think Talk Write Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Islam

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA Hari Aningrawati Bahri* ABSTRACT This research is Classroom Action

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK 312 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 1 IDI RAYEUK Khairul Asri Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Serambi Mekkah email: khairul.asri@serambimekkah.ac.id

Lebih terperinci

Desi Rusnita SDN 08 Kepahiang

Desi Rusnita SDN 08 Kepahiang PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME MELALUI LKS BERBASIS KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI 08 KEPAHIANG TAHUN 2013 Desi Rusnita SDN 08 Kepahiang Abstrak:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencetak Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencetak Sumber Daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu yang tidak dipisahkan dari dunia pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 75-83 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP Ati Sukmawati, Muliana

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Guru FKIP Universitas Subang, Volume 1 No. 1 Maret 2018 ISSN (p) (e)

Jurnal Penelitian Guru FKIP Universitas Subang, Volume 1 No. 1 Maret 2018 ISSN (p) (e) PEMBELAJARAN EKSPOSITORI PADA MATERI STATISTIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX-D SMP NEGERI 5 SUBANG NINA MARLINA SMP Negeri 5 Subang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 3 No. 3 November 2015

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 3 No. 3 November 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA MATERI TRIGONOMETRI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KELAS X SMA NEGERI 11 MAKASSAR Habriah Ahmad Guru

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. belajar siswa pada mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Pada

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. belajar siswa pada mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Pada BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penerapan model pembelajaran Kontekstual dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran matematika merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 2, Nomor 1 ISSN 2443-119 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KKPI PADA SISWA SMKN 2 MALANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KKPI PADA SISWA SMKN 2 MALANG Tysna Irdani, Atmadji Sutiko; Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar KKPI Pada Siswa SMKN 2 Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

Lebih terperinci