BAB II PENDEKATAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PENDEKATAN TEORITIS"

Transkripsi

1 7 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Agroindustri Agroindustri adalah salah satu cabang industri yang mempunyai kaitan erat dan langsung dengan pertanian. Apabila pertanian diartikan sebagai proses yang menghasilkan produk pertanian di tingkat primer, maka kaitannya dengan industri dapat berkaitan ke belakang maupun ke depan (Soekartawi 1994). Agroindustri dapat diartikan menjadi dua pengertian, pengertian agroindustri yang pertama adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. Konteks pengertian ini menekankan pada food Processing management dalam suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian. pengertian agroindustri yang kedua bahwa agroindustri diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai pembangunan industri (Soekartawi 2005). Agroindustri menurut Jamaran (1995) sebagaimana dikutip Widiastuti (2003), bahwa agroindustri adalah proses memberikan nilai tambah yang dilakukan pada produk hasil pertanian yang pada prinsipnya menggunakan perlakukan-perlakuan atau proses secara kimia, fisika, atau dengan bantuan aktivitas biologis. Menurut Barlow dan William (1989) sebagaimana dikutip Widiastuti (2003) menyatakan bahwa agroindustri terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu: 1. Initial Processing. Merupakan kegiatan produksi yang langsung dikerjakan oleh petani seperti pembuatan kopra, lembaran karet, pengupasan kopi, dan sebagainya, tetapi kualitasnya relatif kurang baik. 2. Intermediate processing. Merupakan kegiatan produksi yang melanjutkan kegiatan dari initial processing dalam bentuk yang dapat disimpan dan diangkut.

2 8 3. Final Processing. Merupakan kegiatan industri yang mengolah produk dari intermediate processing menjadi bentuk yang dapat langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Agroindustri yang berkelanjutan adalah agroindustri yang memiliki konsep keberlanjutan, agroindustri yang dibangun dan dikembangkan memperhatikan aspek-aspek manajemen dan konservasi sumberdaya alam. Semua teknologi yang digunakan serta kelembagaan yang terlibat dalam proses pembangunan diarahkan untuk memenuhi kepentingan manusia masa sekarang maupun masa yang akan datang. Jadi, teknologi yang digunakan harus sesuai dengan daya dukung sumberdaya alam, memperkecil resiko degradasi lingkungan, secara ekonomi menguntungkan dan secara sosial diterima oleh masyarakat (Soekartawi 1988 sebagaimana dikutip Soekartawi 2005) Agroindustri Skala Kecil Jenis agroindustri dilihat dari segi skala usaha terdiri dari dua macam yaitu: jenis pertama adalah agroindustri dengan skala kecil yakni pemiliknya bertindak apa saja, mulai dari pembelian bahan baku, pengolahan dan penjualan hasil olahan agroindustri. Agroindustri skala usaha kecil tidak memiliki kejelasan dalam pembagian tugasnya. Jenis kedua adalah agroindustri dengan skala usaha agak besar, terdapat kejelasan dalam hal pembagian tugas, baik dalam pembelian bahan baku untuk pasokan bahan agroindustri, pengolahan, administrasi, keuangan, pergudangan, pemasaran dan lainnya (Soekartawi 2005). Soekartawi (2005) mengemukakan bahwa agroindustri skala kecil merupakan industri yang mengolah hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya. Agroindustri skala kecil modalnya terbatas, dapat menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan-keadaan yang mudah berubah seperti yang biasanya dikeluhkan oleh perusahaan agroindustri skala usaha besar. Agroindustri skala usaha kecil, kepemilikan atau penguasaan faktor produksi terutama tanah dan modal rendah. Tingkat kemampuan dan pendidikan sumberdaya manusia yang umumnya masih rendah. Kemampuan dalam memanfaatkan dan memperluas peluang dan akses pasar masih rendah, memiliki keterbatasan akses terhadap sumber-sumber permodalan dan keterbatasan dalam penguasaan teknologi.

3 9 Perbedaan skala usaha ini mempengaruhi terhadap pengembangan usaha agroindustri salah satunya adalah karena modal dan kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki juga berbeda. Seperti dalam penelitian Suhada (2005) menyatakan bahwa dalam industri penyamakan kulit terdapat dua skala usaha yang menentukan kualitas sumberdaya manusia yang dipekerjakan. Skala usaha menengah rata-rata sumberdaya manusianya memiliki pendidikan perguruan tinggi-slta. Skala usaha kecil sumberdaya manusianya memiliki pendidikan SLTP-SD. Perbedaan juga terlihat dalam modal, dalam skala usaha kecil modal yang diberikan adalah dari pengusaha menengah atau sendiri sedangkan skala usaha menengah modal yang dimiliki dari perbankan Fungsi dan Peran Agroindustri Agroindustri memiliki fungsi untuk menjembatani dua sektor yang memiliki ciri-ciri yang sangat berbeda. Sektor tersebut adalah sektor pertanian dan sektor industri. Kedua sektor ini memiliki ciri-ciri yang berbeda. Pada Tabel 1 disajikan perbedaan antara sektor pertanian dan industri. Tabel 1. Perbedaan Sektor Pertanian dan Industri Segi perbedaan Pertanian Industri Lokasi Musim Mutu Modal Tenaga Kerja Usaha Sumber: Baharsyah, 1987 Tersebar Tergantung Tidak Menentu ( Mudah Rusak ) Relatif Kurang Intensif Intensif Subsistem, semi atau non komersial Terpusat Tidak tergantung Jelas Relatif (Tidak Mudah Rusak) Intensif Relatif Kurang Intensif Komersial Rachmawati (2002) mengungkapkan bahwa agroindustri mempunyai posisi penting yaitu sebagai jembatan antara sektor pertanian, sektor industri dan sektor perdagangan. Dalam penelitiannya salah satu komoditi yang merupakan sub sektor pertanian untuk dikembangkan dalam agroindustri adalah kentang. Komoditi kentang banyak berkembang terutama di daerah Pangalengan Bandung, Jawa Barat. Komoditi kentang di daerah tersebut diolah menjadi keripik, kerupuk

4 10 dan dodol, kemudian dikemas dalam bentuk industri kecil rumahtangga lalu produknya dijual. Terlihat jelas bahwa agroindustri memang sebagai penghubung di ketiga sektor tersebut. Perbedaan sektor pertanian dan sektor industri yang diungkapkan oleh Sembiring (1995) bahwa pada sektor industri barang-barang yang dihasilkan mengikuti perkembangan harga dan pendapatan sifatnya sangat elastis. Sedangkan yang dirasakan sektor pertanian lebih banyak dihadapi oleh kendala, hal ini disebabkan hasil pertanian ada yang berupa musiman, sehingga mudah busuk. Permasalahan lainnya adalah penawaran terhadap hasil pertanian yang dihadapi adalah lokasi konsumen dan produk produsen pertanian jauh letaknya. Selain itu, terdapat peran agroindustri adalah sebagai suatu pembangunan pertanian yang dapat dilihat dari kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja, peningkatan devisa, pendorong tumbuhnya industri lain (Soekartawi 2005). Berikut merupakan perkembangan agroindustri dalam melaksanakan perannya untuk penyerapan tenaga kerja. Tabel 2. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja dari 40 Macam Perusahaan Agroindustri Selama Lima Tahun di Jawa, No Tahun Jumlah (Orang) Sumber : Soekartawi, Tabel 2 menggambarkan bahwa memang terdapat perkembangan selama lima tahun terhadap jumlah tenaga kerja dari 40 macam perusahaan agroindustri di Jawa. Dimulai dari tahun 2000 yang jumlah orang yang bekerja di perusahaan agroindustri terdapat orang. Tahun 2001 terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja di perusahaan agroindustri menjadi sebesar orang. Kemudian di tahun berikutnya yaitu tahun 2002, 2003, 2004, masing-masing mengalami peningkatan dalam penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2002 menjadi berjumlah orang, tahun 2003 menjadi berjumlah orang, tahun

5 menjadi berjumlah orang. Selama lima tahun tersebut, dapat dinyatakan bahwa perusahaan agroindustri mampu menyerap tenaga kerja setiap tahunnya Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Agroindustri Keberlangsungan kegiatan agroindustri tidak terlepas dari adanya faktorfaktor yang dapat mempengaruhi pengembangan agroindustri, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengungkapkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kegiatan agroindustri. Seperti pada penelitian Suhada (2005) dalam penelitiannya terhadap strategi pengembangan agroindustri penyamakan kulit di wilayah Kabupaten Garut Jawa Barat, berpendapat bahwa ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan industri penyamakan kulit yang ditelitinya yaitu faktor teknologi, sumberdaya manusia, dan modal. Faktor-faktor itulah yang mempengaruhi skala usaha agroindustri yang dikembangkan, jika menggunakan teknologi yang efisien dengan sumberdaya yang rata-rata memiliki pendidikan tinggi serta modal yang cukup besar maka tidak lain agroindustri yang dikembangkan pun memiliki skala yang lebih besar. Penelitian yang sama diungkapkan oleh Rachmawati (2002) terhadap studi pengembangan sistem agroindustri kentang di wilayah pedesaan, berpendapat terdapat beberapa faktor yang berperan dalam pengembangan agroindustri kentang. Faktor-faktor tersebut yaitu bahan baku, sumberdaya manusia, peluang dan potensi pasar, permodalan, penyebaran teknologi, sarana dan prasarana dan kebijakan pemerintah. Lebih jelasnya diungkapkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sufandi (2006) dalam penelitiannya terhadap strategi pengembangan agroindustri pedesaan di Kabupaten Bengkalis mengungkapkan adanya faktor-faktor yang memang dapat menguatkan kegiatan agroindustri agar dapat berlangsung dengan baik. Faktor-faktor tersebut yaitu, pertama diperlukan adanya Lembaga Pembina seperti Dinas Kehutanan, Perkebunan, Perindustrian, dan Koperasi yang merupakan modal utama dalam usaha pengembangan agroindustri pedesaan. Keberadaan lembaga inilah yang nantinya akan menjadi fasilitator bagi pelaku usaha agroindustri di pedesaan. Kedua diperlukan kebijakan

6 12 pemerintah untuk mendukung kegiatan agroindustri seperti halnya yang dilakukan oleh pemerintah di Kabupaten Bengkalis yaitu mendukung untuk menjadikan kabupaten bengkalis menjadi pusat perdagangan Asia Tenggara Ketiga adalah kualitas produk, seperti pada masyarakat di Kabupaten Bengkalis cenderung menyukai produk yang bebas pengawet. Kemudian hal terpenting dalam memperlancar kegiatan agroindustri pedesaan adalah penyediaan sarana dan prasarana yang harus diperhatikan. Selain itu modal usaha dalam pengembangan agroindustri juga harus dibantu oleh pemerintah dan koperasi bagi pengusaha-pengusaha kecil Karakteristik Agroindustri Skala Kecil Karakteristik agroindustri yang menonjol adalah adanya ketergantungan antar elemen-elemen agroindustri. Elemen-elemen agroindustri tersebut yaitu pengadaan bahan baku, pengolahan dan pemasaran produk. Elemen-elemen tersebut saling berkaitan satu dan lainnya. Karakteristik agroindustri skala kecil yaitu pemiliki bertindak apa saja mulai dari pembelian bahan baku, pengolahan, bahkan sampai menjual hasil olahan agroindustri. Agroindustri skala kecil tidak jelas adanya pembagian tugas, berbeda dengan agroindustri skala menengah atau skala besar terdapat pembagian tugas yang jelas. Potensi agroindustri skala kecil selain mampu menyerap tenaga kerja juga kontribusinya dalam menyumbang perekonomian (Soekartawi 2005) Masyarakat lokal Desa secara umum diartikan sebagai suatu gejala yang bersifat universal, sebagai suatu komunitas kecil yang terikat lokalitas tertentu baik tempat tinggalnya (secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya dan terutama tergantung pada pertanian (Rahardjo 1999). Desa juga diartikan sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat, termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi, pemerintahan terendah dan langsung dibawah camat serta berhak menyelenggarakan rumahtangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia (BPS 1986).

7 13 Soekmono (1992) sebagaimana dikutip Raharjo (1999), mengatakan bahwa desa merupakan kumpulan dari komunitas kecil yang hidupnya tergantung pada pertanian dan telah ada di Indonesia semenjak zaman prasejarah, yakni pada zaman Neeolitikum. Pengertian masyarakat menurut beberapa ahli sebagaimana dikutip dalam Mutakin dan Gunawan (2003): 1. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. 2. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas. 3. Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang cukup lama, sehingga mereka dapat mengorganisir diri dan sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan sosial dengan batasbatas yang jelas. 4. Masyarakat adalah sekelompok orang yang identifikasinya sama, teratur sedemikian rupa di dalam menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup bersama secara harmonis. Definisi-definisi tersebut menampilkan ciri-ciri masyarakat sebagai berikut: 1. Manusia yang hidup bersama, dua atau lebih 2. Bergaul dalam jangka waktu relatif lama 3. Setiap anggotanya menyadari sebagai satu kesatuan 4. Bersama membangun sebuah kebudayaan yang membuat keteraturan dalam kehidupan bersama. Masyarakat lokal memiliki ciri-ciri karakteristik seperti: hubungan lebih bersifat intim dan awet, mobilitas sosial rendah, homogen, keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi, populasi anak dalam proporsi yang lebih besar. Desa memiliki potensi-potensi yang meliputi alam, lingkungan hidup manusia, penduduk, usaha-usaha manusia, prasarana-prasarana yang dibuat (Sajogyo 1983).

8 Agroindustri Skala Kecil dan Perubahan Sosio-Ekonomi dan Sosio- Ekologi Pedesaan Agroindustri merupakan salah satu hasil dari kebijakan pemerintah terhadap industri pengolahan di pedesaan baik dalam skala usaha kecil maupun skala usaha besar yang memang memiliki andil dalam perubahan desa. Perubahan desa ini merupakan dampak dari hadirnya agroindustri baik dampak positif maupun dampak negatif, baik pada aspek sosio-ekonomi, maupun pada aspek sosioekologi sekitar kawasan yang dijadikan sasaran dalam kegiatan agroindustri. Agroindustri skala kecil yang masih menggunakan teknologi sederhana bukan berarti tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap aspek sosioekonomi dan aspek sosio-ekologi. Agroindustri dengan skala kecil justru membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak karena teknologinya masih sederhana. Teknologi yang masih sederhana juga mengakibatkan pengelolaan limbah hasil dari kegiatan agroindustri belum secara maksimal diatasi. Bila dibandingkan dengan agroindustri skala besar, agroindustri skala kecil biasanya memiliki tenaga kerja yang berpendidikan dan keterampilan rendah. Sehingga pengetahuan terhadap pengelolaan limbah hasil buangan dari kegiatan pun minim Dampak Sosial Kegiatan pembangunan yang dilakukan pemerintah sebagai dasar kebijakan dalam mengangkat perekonomian masyarakat lokal membawa dampak pada aspek sosial masyarakat. Salah satu penelitian studi mengenai pembangunan industri manufaktur yang dilakukan oleh Suhandi et.al ( ) mengungkapkan adanya perubahan cara berpikir sosial masyarakat lokal akibat kehadiran industri yaitu sebelum masuknya industri anak perempuan dianggap tidak perlu bersekolah tinggi-tinggi, karena nantinya hanya mengurus urusan rumah saja. Namun setelah masuk dan berkembangnya industri, pola pemikiran mengenai anak perempuan berubah. Para orang tua menyekolahkan anak perempuannya mencapai tingkat pendidikan tertentu. Hal ini dikarenakan adanya prasyarat minimal pendidikan tertentu untuk bekerja di pabrik. Adanya industri manufaktur juga mengubah status kepemilikan lahan. lahan-lahan yang berada di desa dibeli oleh pihak industri dan dijadikan sebagai lahan untuk kepentingan industri.

9 15 Pemilik lahan memilih menjual lahannya pada pihak industri sehingga warga bekerja sebagai petani harus kehilangan pekerjaannnya. Penelitian studi agroindustri lain yang dilakukan oleh Sunarjan (1991) yaitu industri rokok kretek di Desa Lor Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah menyatakan, pada aspek sosial terjadi perubahan dalam hal kepemilikan dan pemanfaatan tanah. Awalnya, tanah di Desa Lor sebagai lahan pertanian sawah, namun masuknya industri membuat perubahan dalam hal pemanfaatan tanah. Tanah yang digunakan untuk pertanian kini dijual untuk dijadikan perumahan dan kepentingan industri rokok kretek. Terdapat juga perubahan dalam sifat gotong royong yang dimiliki oleh masyarakat di Desa Lor. Masyarakat tadinya memiliki sifat gotong royong yang tinggi, namun setelah industri rokok kretek masuk ke Desa Lor terdapat penurunan pada sifat gotong royong. Perubahan sifat gotong royong ini berkaitan dengan perubahan mata pencaharian masyarakat. Awalnya masyarakat bekerja di sawah saling bergotong royong tetapi kini masyarakat bekerja sebagai buruh di industri rokok kretek Dampak Ekonomi Agroindustri merupakan industri pedesaan yang didirikan untuk mendekatkan antara sektor indusri dan sektor pertanian. Kegiatan agroindustri merupakan salah satu kegiatan sekunder yang dilakukan guna mengatasi ekonomi golongan petani di pedesaan. Kegiatan primer pertanian belum cukup mengatasi perekonomian petani. Golongan petani gurem, buruh tani, dan tenaga kerja umumnya di pedesaan sangat menggantungkan ekonominya pada kegiatan sekunder pertanian (Shaw dan Edgar 1977 sebagaimana dikutip Rahardjo 1984). Studi penelitian yang dilakukan oleh Sundari (2000) menyatakan, adanya keterkaitan terhadap pengembangan agroindustri gula tebu di Jawa Timur. Keterkaitan agroindustri tebu ini baik secara langsung maupun tidak langsung berdampak terhadap tingkat pendapatan petani tebu dan positif terhadap perkembangan perekonomian wilayah Jawa Timur. Hal ini dikarenakan tebu merupakan bahan baku dalam membuat gula, sedangkan gula sangat dibutuhkan dalam kegiatan industri makanan dan minuman. Pernyataan mengenai adanya dampak agroindustri terhadap aspek ekonomi juga diungkapkan dalam penelitian

10 16 agroindustri yang dilakukan oleh Sembiring (1995) bahwa, agroindustri di Sumatera Utara melakukan ekspor industri kayu lapis. Adanya penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara sebesar 2,8 persen penyerapan tenaga kerja sektor agroindustri dari jumlah tenaga kerja di sektor industri Sumatera Utara Dampak Sosio-Ekologi Dampak sosio-ekologi adalah perubahan lingkungan hidup yang terkait dengan kehidupan masyarakat dan hubungan-hubungan sosial yang dijalani oleh warga masyarakat dalam suatu kawasan. Jika ditelusuri lebih lanjut, terdapat hubungan sirkuler antara manusia dan lingkungan hidupnya. Hubungan manusia dengan lingkungan hidupnya sangatlah kompleks. Manusia melakukan kegiatan yang pada dasarnya mempengaruhi lingkungan hidupnya, begitupun sebaliknya (Soemarwoto 2004). Perubahan lingkungan hidup dapat menimbulkan dampak secara langsung dan tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Seperti pada perluasan daerah pertanian dan modernisasi industri dan pertanian membawa serta akibat yang nanti tidak diharapkan seperti kerusakan lingkungan hidup. Sampah/limbah menjadi masalah yang harus diperhatikan dalam lingkungan. Sampah/limbah industri, terlebih-lebih sampah kimia menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan baik lingkungan air, udara dan daratan (Suyitno dan Daldjoeni 1982). Salah satu dampak dari kegiatan agroindustri tidak mungkin terlepas dari adanya limbah buangan hasil proses kegiatan selama kegiatan agroindustri berlangsung. Pembuangan limbah ini berkaitan dengan pengaruhnya terhadap lingkungan kawasan agroindustri. Beberapa studi mengenai agroindustri memang lebih cenderung meneliti mengenai perubahan agroindustri terhadap aspek sosial, aspek ekonomi dan meneliti mengenai strategi pengembangan agroindustri. Kajian agroindustri masih sedikit yang meneliti mengenai masalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan agroindustri. Penelitian mengenai studi agroindustri yang dilakukan oleh Suhada (2005), mengenai strategi pengembangan agroindustri penyamakan kulit di wilayah Sukaregang Kabupaten Garut Jawa Barat mengungkapkan terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pengembangan agroindustri kulit di

11 17 Sukaregang yakni adalah teknologi, sumberdaya manusia, dan modal. Menurutnya industri penyamakan kulit memerlukan teknologi yang tinggi karena dalam proses penyamakannnya menggunkaan bahan-bahan kimia sehingga mesin yang dimiliki pun diimpor dari Eropa. Berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan oleh Syaf (2005), meskipun berada pada wilayah penelitian yang sama, justru Syaf meneliti mengenai karakteristik industri pengolahan kulit dan dampak limbah terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat sekitar. Syaf pada penelitiannya yaitu mengumpulkan pendapat masyarakat mengenai dampak sosioekonomi serta dampak limbah dari kegiatan agroindustri. Hasil penelitian Syaf yang ditemukan yaitu terdapat perbedaan antara pendapat masyarakat hulu dan hilir mengenai dampak limbah di kawasannya. Masyarakat hilir merasakan dampak limbah agroindustri kulit terhadap lingkungannya yakni, air sungai menjadi berbau dan jika melewati daerah perairan di dekat kawasan industri maka akan tercium bau yang tidak sedap. Penelitian Rachmat (1993) menganalisis mengenai adanya pencemaran air sungai akibat limbah industri kulit di Sukaregang. Pencemaran air sungai yang menjadi sumber irigasi bagi sawah berdampak pada pertumbuhan padi serta hasil panen. Maka dapat disimpulkan, pencemaran akibat limbah industri bukan hanya berdampak bagi masyarakat sekitar tetapi juga pada ekosistem yang berada disekitarnya. Pencemaran lingkungan bukan hanya disebabkan oleh pembangunan sektoral saja, tetapi pembangunan industri pedesaan seperti agroindustri juga memiliki peran didalamnya. Kegiatan pembangunan seharusnya memikirkan bagaimana mencegah penurunan mutu lingkungan akibat pencemaran. Dalam menghindari pencemaran dapat dilakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Proyek-proyek pembangunan yang memerlukan AMDAL adalah prasarana seperti jalan raya, pelabuhan, lapangan terbang; industri dan industrial estate; pembangkit tenaga, energi dan distribusinya; pertambangan; perubahan bentuk lahan seperti penebangan hutan; penggunaan bahan kimia (Salim 1986). Berdasarkan penelitian Wahyono (2009), mengenai pengelolaan lingkungan pasca AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) pada industri kimia di Kabupaten Bogor berpendapat bahwa

12 18 permasalahan lingkungan di Kabupaten Bogor sangat terkait dengan keberadaan industri-industri disana. Terdapat isu utama lingkungan hidup di Kabupaten Bogor diantaranya rendahnya mutu air sungai, penurunan air bawah tanah dan zona rawan air bawah tanah, tingginya angka penyakit diare dan kasus pencemaran air limbah dan tanah. Menurutnya penting bagi karyawan suatu industri untuk memiliki pengetahuan mengenai pencemaran lingkungan dan perusahaan yang memiliki sertifikat sebaiknya memiliki personil yang bertanggung jawab terhadap masalah lingkungan. 2.2 Kedelai dan Pengolahan Tahu Salah satu tanaman pangan yang dibutuhkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah kedelai (Glysine max (L) Merril). Kedelai adalah tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Di Indonesia kedelai dibudidayakan sejak abad 17 sebagai tanaman yang bijinya dapat dimakan dan daunnya dijadikan pupuk hijau. Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari dua spesies: Glycine max yang disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau, dan Glycine soja atau kedelai hitam yang memiliki biji hitam. Glycine max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti RRC dan Jepang Selatan, sementara Glycine soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Kedelai dikenal dengan berbagai nama daerah, seperti: Kacang bulu (Minangkabau), Retah mejong (Lampung), Kedele (Melayu), Kedele (Sunda), Kedele (Jawa Tenggah), Khadele (Madura), Kadele (Bali), Lebui bawad (Sasak), Kadalle (Sulawesi Selatan). Adanya berbagai nama daerah ini menunjukkan bahwa kedelai telah lama dikenal di Indonesia. Tanaman ini telah menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara, dan Indonesia. Kedelai dapat diolah menjadi: tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya. Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan proses yang sederhana dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang biasa dipakai di rumahtangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan. Tahu merupakan salah satu jenis lauk pauk yang banyak diminati dan digemari masyarakat Indonesia, karena harganya murah, mudah didapat dan bergizi tinggi. Istilah tahu berasal dari Cina, Tao-hu atau teu-hu. Teu artinya

13 19 kedelai dan hu artinya lumat jadi bubur. Jadi, secara harfiah tahu berarti makanan dengan bahan baku kedelai yang dilumatkan menjadi bubur. Pengolahan kedelai menjadi tahu melewati beberapa tahapan. Tahapan-tahapan pembuatan tahu harus dilakukan secara bertahap guna menghasilkan tahu yang berkualitas. Pada Gambar 1 disajikan alur tahapan-tahapan dalam pembuatan tahu. Keterangan: Merupakan hubungan Menghasilkan KEDELAI Dicuci Limbah cair Direndam Ditiriskan Ditumbuk Dimasak hingga Mengental Limbah cair Disaring Ampas tahu Diendapkan dengan batu tahu dan asam cuka Dicetak Tahu Sumber: Muslimin dan Ansar (2010) Gambar 1. Diagram Alur Pembuatan Tahu

14 20 Gambar 1 menjelaskan bagaimana alur pembuatan tahu. Alur pembuatan tahu dimulai dengan mempersiapkan bahan baku utamanya yaitu kedelai. Kedelai untuk membuat tahu harus dicuci terlebih dulu. Pencucian pada kedelai ini berguna untuk melepaskan batang, kulit, daun dan kotoran yang menempel pada kedelai. Kedelai yang telah dicuci bersih kemudian direndam dan ditiriskan lalu ditumbuk menggunakan air hangat. Kedelai yang telah ditumbuk lalu dimasak kembali hingga menjadi bubur kedelai. Jika kedelai dirasa telah mengental, maka bubur kedelai disaring. Hasil saringan kemudian diendapkan menggunakan batu tahu dan asam cuka. Pemberian batu tahu dan asam cuka berguna untuk menggumpalkan adonan bubur kedelai menjadi satu. Setelah bubur kedelai dirasakan telah menyatu maka selanjutkan bubur kedelai dapat dicetak ke dalam cetakan menjadi tahu (Muslimin dan Ansar 2010). 2.3 Kerangka Konseptual Agroindustri merupakan sebuah harapan untuk menyeimbangkan sektor industrialisasi dengan pembangunan pertanian. Agroindustri yang berada dalam masyarakat selama ini memberikan dampak secara sosio-ekonomi maupun secara sosio-ekologi. Seperti pada beberapa studi yang telah ada mengenai agroindustri, agroindustri merupakan salah satu bentuk dalam penciptaan lapangan pekerjaan. Agroindustri merupakan bagian dari peningkatan nilai produk-produk pertanian. Kegiatan agroindustri tidak lepas dari adanya hasil buangan (limbah), baik agroindustri skala usaha kecil maupun skala usaha besar sama-sama memberikan sumbangan hasil buangan berupa limbah terhadap lingkungan. Agroindustri dapat dikatakan berdampak terhadap sosio-ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Pada Gambar 2 disajikan kerangka konseptual penelitian ini. Agroindustri Sosio-Ekonomi Kesempatan bekerja Kerjasama Sumber pendapatan Gambar 2. Kerangka Konseptual Sosio-ekologi Pencemaran Konflik Kenyamanan hidup Kesehatan

15 21 Penjelasan Gambar 2 agroindustri merupakan industri yang mengolah hasilhasil pertanian, baik skala usaha besar maupun skala usaha kecil. Kedua skala usaha agroindustri tersebut berdampak terhadap aspek sosio-ekonomi dan sosioekologi masyarakat. Pada aspek sosio-ekonomi dapat dilihat perubahannya terhadap masyarakat lokal sekitar kegiatan agroindustri. Aspek sosio-ekonomi dilihat pada persaingan, kerjasama, kesempatan bekerja dan sumber pendapatan masyarakat yang menjadi sasaran agroindustri. Kegiatan agroindustri baik skala usaha besar maupun skala usaha kecil menghasilkan limbah yang berdampak pada pencemaran lingkungan masyarakat di lokal. Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan agroindustri ini berdampak pada sosio-ekologi, mengubah kenyamanan hidup dan berpengaruh pada kesehatan masyarakat di sekitarnya. Perubahan kenyamanan hidup yang dirasakan ini akan menimbulkan terjadinya konflik ekologi. 2.4 Kerangka Pemikiran Berdasarkan studi literatur yang telah ada mengenai dampak sosio-ekonomi dan sosio-ekologi dari kegiatan agroindustri, maka penelitian ini ingin melihat apa dan bagaimana opini masyarakat lokal terhadap dampak sosio-ekonomi dan sosioekologi kehadiran industri pengolahan tahu sebagai salah satu bentuk agroindustri. Penelitian ini mengambil kasus industri pengolahan tahu di Kampung Cikaret sebagai lokasi penelitian. Industri pengolahan tahu merupakan industri yang mengolah kedelai sebagai hasil pertanian menjadi panganan yang disebut tahu. Industri pengolahan tahu di Kampung Cikaret merupakan salah satu kegiatan agroindustri dengan skala usaha kecil. Kehadiran industri pengolahan tahu skala usaha yang kecil ini berdampak pada aspek sosio-ekonomi dan sosio-ekologi masyarakat lokal. Dampak yang ditimbulkan ini berupa dampak positif maupun dampak negatif. Kehadiran industri pengolahan tahu yang menimbulkan dampak di Kampung Cikaret, menghasilkan berbagai opini dari masyarakat sekitarnya. Opini masyarakat lokal terhadap kehadiran industri pengolahan tahu di Kampung Cikaret berupa opini pada dampak ekonomi, dampak sosial maupun dampak sosio-ekologis yang ditimbulkan. Pada Gambar 3 disajikan kerangka pemikiran pada penelitian ini.

16 22 Industri Pengolahan Tahu Jumlah Pendatang (Pencari Kerja) Limbah Cair Respon Sosial (dirasakan masyarakat lokal) 1. Tingkat Persaingan Bekerja antara Pendatang dan Masyarakat Lokal 2. Tingkat Persaingan Bekerja antara Masyarakat Lokal dan Masyarakat Lokal 3. Tingkat Hubungan Sosial antara Pendatang dan Masyarakat Lokal 4. Tingkat Hubungan Sosial antara Masyarakat Lokal dan Masyarakat Lokal Respon Ekonomi (dirasakan oleh masyarakat lokal) 1. Tingkat Pendapatan Masyarakat Lokal 2. Tingkat Kesempatan Kerja Masyarakat Lokal pada Industri Pengolahan Tahu Respon Sosio-Ekologi (dirasakan masyarakat lokal) Tingkat Pencemaran Tingkat Kenyamanan Hidup Tingkat Konflik Tingkat Kesehatan (digali secara kualitatif) Keterangan: Respon yang diukur Menyebabkan Gambar 3. Kerangka Pemikiran 22

17 23 Pada Gambar 3 menjelaskan mengenai kerangka pemikiran dalam penelitian ini. Adanya industri pengolahan tahu menyebabkan pendatang yang mencari kerja dan menyebabkan adanya limbah cair pada kegiatan pengolahan tahu. Sejumlah pendatang yang mencari pekerjaan berdampak pada ekonomi, sosial masyarakat lokal, sedangkan limbah cair yang dihasilkan berdampak pada kondisi ekologis lingkungan masyarakat lokal. Dampak yang ditimbulkan oleh kehadiran industri tahu menimbulkan berbagai respon dari masyarakat lokal. Respon tersebut berbeda-beda menurut lapisan pendapatan rumahtangga masyarakat lokal. Pada aspek ekonomi akibat adanya industri pengolahan tahu menimbulkan respon masyarakat lokal terhadap tingkat kesempatan kerja yang diberikan industri pengolahan tahu terhadap masyarakat lokal. Dampak sosial akibat adanya industri pengolahan tahu menimbulkan respon masyarakat lokal terhadap tingkat persaingan bekerja antara pendatang yang mencari pekerjaan di industri pengolahan tahu dengan masyarakat lokal yang berada di industri pengolahan tahu. Respon mengenai tingkat persaingan juga dapat dilihat pada tingkat persaingan antara masyarakat lokal dan masyarakat lokal yang mencari pekerjaan di industri pengolahan tahu. Respon masyarakat mengenai hubungan sosialnya dengan pendatang dan hubungan sosialnya dengan masyarakat lokal baik sebelum hadirnya industri pengolahan tahu maupun sesudah hadirnya industri pengolahan tahu. Pada aspek sosio-ekologi akibat adanya industri pengolahan tahu yang menghasilkan limbah cair menimbulkan berbagai respon pada masyarakat lokal. Respon masyarakat mengenai tingkat pencemaran, tingkat kesehatan rumahtangga, tingkat kenyamanan hidup di sekitar lingkungan tempat tinggalnya dan tingkat konflik berbeda-beda setiap lapisan struktur pendapatan rumahtangga. 2.5 Hipotesis Penelitian 1. Diduga respon tentang sosio-ekonomi terhadap masyarakat lokal atas hadirnya industri pengolahan tahu, menurut lapisan atau tingkat pendapatan rumahtangga responden, berbeda-beda.

18 24 2. Diduga respon masyarakat lokal atas gangguan sosio-ekologi akibat hadirnya industri pengolahan tahu, menurut lapisan atau tingkat pendapatan rumahtangga responden, berbeda-beda. 3. Diduga gangguan ekologis yang muncul akibat hadirnya industri pengolahan tahu menyebabkan interaksi sosial yang disasosiatif (konflik). 2.6 Definisi Konseptual 1. Industri pedesaan adalah industri menunjang kegiatan pertanian serta memproduksi barang-barang konsumsi yang dibutuhkan rakyat banyak, baik dalam bentuk industri dengan unit-unit kecil maupun dalam bentuk besar seperti pabrik. 2. Industri pengolahan tahu adalah industri pengolahan hasil pertanian berupa kedelai yang diolah menjadi bentuk panganan yang dinamakan tahu. 3. Dampak sosio-ekonomi adalah hasil dari suatu gejala atau kegiatan terhadap sosial ekonomi. 4. Dampak sosial-ekologi adalah dampak yang dihasilkan dari kegiatan manusia terhadap alam. 5. Persaingan adalah suatu proses sosial dimana dua orang atau lebih berjuang dengan cara bersaing satu sama lain untuk memiliki atau memperoleh sesuatu. 6. Hubungan sosial adalah komunikasi yang terjalin antar dua individu atau lebih. 7. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima selama satu tahun dan telah dikurangi dengan biaya-biaya lainnya sebagai imbalan dari pekerjaan. 8. Kesehatan adalah tidak adanya gangguan pada organ tubuh baik secara fisik maupun mental. 9. Pencemaran adalah perubahan kondisi akibat suatu kegiatan yang berdampak buruk terhadap unsur-unsur seperti air, udara, tanah. 10. Kenyamanan hidup adalah kesempatan seseorang untuk mendapatkan lingkungan yang bersih. 11. Konflik adalah pertentangan yang melibatkan dua pihak karena berbeda pandangan, berbeda tujuan.

19 Definisi Operasional 1. Tingkat persaingan kerja adalah suatu proses sosial dimana dua orang atau lebih berjuang dengan cara bersaing satu sama lain untuk memiliki atau memperoleh pekerjaan. Tingkat persaingan kerja diukur dari ada atau tidaknya kesempatan kerja bagi masyarakat lokal untuk bekerja pada industri pengolahan tahu di wilayahnya. a) Tidak ada kesempatan kerja bagi masyarakat lokal untuk bekerja di industri pengolahan tahu = skor 0 b) Ada kesempatan kerja bagi masyarakat lokal untuk bekerja di industri pengolahan tahu = skor 1 2. Tingkat hubungan sosial adalah komunikasi yang terjalin antar dua individu atau lebih. Tingkat hubungan sosial diukur dari aktif atau tidaknya responden mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara bersama. Baik kegiatan antara sesama warga ataupun antara warga dan pendatang. a) Tidak aktif mengikuti kegiatan-kegiatan = skor 0 b) Aktif mengikuti kegiatan-kegiatan = skor 1 3. Tingkat pendapatan adalah jumlah uang yang diterima selama satu tahun dan telah dikurangi dengan biaya-biaya lainnya sebagai imbalan dari pekerjaan. Ukuran tingkat pendapatan ditentukan berdasarkan jumlah rata-rata pendapatan rumahtangga masyarakat lokal. Tingkat pendapatan dihitung menggunakan sebaran normal dengan rumus: a) Lapisan rendah = -½ standar deviasi b) Lapisan menengah = - ½ standar deviasi x + ½ standar deviasi c) Lapisan atas = +½ standar deviasi 4. Tingkat pencemaran lingkungan hidup adalah perubahan kondisi akibat suatu kegiatan yang berdampak buruk terhadap unsur-unsur seperti air, udara, tanah. Tingkat pencemaran diukur dari kategori respon responden terhadap kondisi kualitas sumber air (sungai) di wilayahnya: a) Sangat tercemar = skor 2 b) Sedikit tercemar = skor 1

20 26 c) Tidak ada pencemaran = skor 0 5. Tingkat kenyamanan hidup adalah kesempatan seseorang untuk mendapatkan lingkungan yang bersih. Tingkat kenyamanan hidup diukur dari respon masyarakat terhadap lingkungan tempat tinggalnya sebelum dan sesudah adanya industri pengolahan tahu. a) Lingkungan tempat tinggal tidak bersih = skor 0 b) Lingkungan tempat tinggal bersih = skor 1 6. Konflik adalah pertentangan yang melibatkan dua pihak karena berbeda pandangan, berbeda tujuan. Tingkat konflik pencemaran diukur dari respon masyarakat mengenai tindakan atau sikap terhadap pencemaran yang terjadi. a) Baku Hantam = skor 4 b) Teguran = skor 3 c) Pembicaraan ringan = skor 2 d) Desas-desus = skor 1 e) Tidak ada tindakan apapun = 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara-negara berkembang secara umum keadaannya sangat berbeda dengan negara maju. Standar kualitas kehidupan masih rendah, pangan masih belum mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS KEHADIRAN INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU

RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS KEHADIRAN INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS KEHADIRAN INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU (Studi Kasus: Kampung Cikaret, Kelurahan Cikaret, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat) RIZKI AFIANTI I34070116 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 63 BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 6.1 Pendahuluan Dampak Sosio-Ekologi Kampung Cikaret memiliki dua buah sungai yang mengaliri kawasan RW 01

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara dengan berbagai potensi besar yang dimilikinya baik potensi alam, sumberdaya manusia, maupun teknologi tentunya memiliki berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditi salak merupakan salah satu jenis buah tropis asli Indonesia yang menjadi komoditas unggulan dan salah satu tanaman yang cocok untuk dikembangkan. Di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting dalam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam

Lebih terperinci

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Kacang Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. upaya yang dilakukan pemerintah yaitu pembangunan di bidang industri, dalam

I. PENDAHULUAN. upaya yang dilakukan pemerintah yaitu pembangunan di bidang industri, dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Salah satu upaya yang dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan hak azasi setiap warga masyarakat sehingga harus tersedia dalam jumlah yang cukup, aman, bermutu,

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN Biro Riset LMFEUI Data tahun 2007 memperlihatkan, dengan PDB sekitar Rp 3.957 trilyun, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar, yaitu Rp

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI TOPIK 12 AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI AGRIBISNIS SEBAGAI SUATU SISTEM Sistem agribisnis : Rangkaian kegiatan dari beberapa subsistem yg saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain Sub-sistem agribisnis

Lebih terperinci

OLEH: YULFINA HAYATI

OLEH: YULFINA HAYATI PENGOLAHAN HASIL KEDELAI (Glycine max) OLEH: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Dalam usaha budidaya tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman sangat penting diperhatikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia tidaklah dapat dihindarkan. Indonesia merupakan negara yang sedang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (genus Glycine) merupakan jenis tanaman pangan yang tergolong

I. PENDAHULUAN. Kedelai (genus Glycine) merupakan jenis tanaman pangan yang tergolong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (genus Glycine) merupakan jenis tanaman pangan yang tergolong ke dalam tanaman polong-polongan. Biji kedelai merupakan bahan baku utama pembuatan makanan pokok

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN OLEH AMELIA 07 114 027 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 i ANALISIS

Lebih terperinci

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA KELOLA PRODUK-PRODUK UNGGULAN PERTANIAN DAN PERIKANAN DI JAWA TIMUR I. UMUM Wilayah Provinsi Jawa Timur yang luasnya

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR Keterkaitan Sektor Hulu dan Sektor Hilir Hasil dari analisis dengan menggunakan PCA menunjukkan sektor-sektor perekonomian pada bagian hulu dan sektor-sektor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional. Pisang selain mudah didapat karena

Lebih terperinci

KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN

KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN KULIAH KE 10: AGROBISNIS DAN AGROINDUSTRI TIK: Setelah mempelajari kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan agrobisnis dan agroindustri Catatan: Di akhir kuliah mohon dilengkapi 15 menit pemutan video Padamu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian mempunyai peranan penting pada negara berkembang seperti di Indonesia. Kontribusi sektor pertanian ini sangat berpengaruh untuk pembangunan negara. Hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral dari sektor pertanian memberikan kontribusi penting pada proses industrialisasi di wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara agraris, sektor pertanian memiliki peran strategis dalam mewujudkan kesejahteraan yang merata bagi masyarakat baik materil dan spiritual. Selain itu peran

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia. Dalam sistem tata lingkungan, air merupakan unsur utama. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lahan pertanian yang potensial. Lahan pertanian tersebut memiliki potensi untuk ditanami beberapa tanaman pangan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri yang berbasis pertanian atau biasa disebut agroindustri. Istilah

I. PENDAHULUAN. industri yang berbasis pertanian atau biasa disebut agroindustri. Istilah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat besar dalam pertumbuhan ekonomi negara, terutama negara yang bercorak agraris seperti Indonesia.Pembangunan ekonomi menitikberatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan, baik untuk meningkatkan gizi masyarakat maupun untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian harus dipandang dari dua pilar utama secara terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm agriculture/agribusiness)

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor pertanian. Sektor pertanian secara umum terdiri dari lima subsektor, yaitu subsektor tanaman bahan pangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Macklin (2009), pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang

Lebih terperinci

V. ANALISA SISTEM. 5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini

V. ANALISA SISTEM. 5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini V. ANALISA SISTEM 5. Agroindustri Nasional Saat Ini Kebijakan pembangunan industri nasional yang disusun oleh Departemen Perindustrian (5) dalam rangka mewujudkan visi: Indonesia menjadi Negara Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah :

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Menurut isi dari Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun tentang Perindustrian, Industri adalah : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya aktifitas suatu industri setidaknya berpotensi membawa dampak yang berpengaruh terhadap keseimbangan lingkungan sekitarnya. Menurut isi dari Pasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya migrasi penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak jumlah lahan yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan

Lebih terperinci

sebagian besar masih dipasarkan sebagai bahan mentah atau nilailharga pada kondisi tersebut masih sangat rendah. Selain ini

sebagian besar masih dipasarkan sebagai bahan mentah atau nilailharga pada kondisi tersebut masih sangat rendah. Selain ini AGROINDUSTRI Sasaran utama pembangunan jangka panjang negara ini adalah pencapaian struktur ekonomis yang seimbang yaitu terdapatnya kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batubara telah digunakan sebagai sumber energi selama beratus-ratus tahun dan telah diperdagangkan secara internasional mulai jaman Kekaisaran Romawi. Batubara tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bekerja di sektor pertanian. Di sektor tersebut dikembangkan sebagai sumber mata

I. PENDAHULUAN. bekerja di sektor pertanian. Di sektor tersebut dikembangkan sebagai sumber mata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Di sektor tersebut dikembangkan sebagai sumber mata pencaharian masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Sejalan dengan tahapan-tahapan perkembangan ekonomi maka kegiatan jasa-jasa dan bisnis yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Sunarti, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Tito Hardiyanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menunjang perkembangan perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor pertanian merupakan sektor penghasil devisa bagi

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA

SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA Nurlaila Handayani 1* Yusnawati 2 Nina Fahriana 3 Fakultas Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai penyedia dan pemenuh kebutuhan pangan di Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan perekonomian nasional. Sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Teknologi Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahap I Indonesia telah mengubah struktur perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer dalam PDB masih sekitar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Payaman Simanjuntak (2005 : 198), pertanian merupakan sektor yang dominan dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. Syaifuddin (2005 : 9) menyatakan bahwa, pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian memiliki peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Pembangunan ekonomi nasional dalam abad ke-21 (paling tidak dalam beberapa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam berupa lahan yang cukup luas dan subur. Dengan iklim, suhu, dan kelembaban yang cocok untuk kebutuhan pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-undang No. 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah memberikan kesempatan kepada daerah untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Di Sumatera

Lebih terperinci

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas

Lebih terperinci

Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja

Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Pada awalnya, kedelai

Lebih terperinci

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (TIPE A) LAMPIRAN I NOMOR 21 TAHUN 2016 LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH TENTANG NOMOR : PERENCANAAN, DAN BMD PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PEMBINAAN SMA PEMBINAAN SMK PEMBINAAN

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 44/07/Th. XIII, 1 Juli PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR JUNI HARGA GROSIR NAIK 0,72 PERSEN Pada bulan Juni Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga Perdagangan Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah pengolahan hasil pertanian dan merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usaha tani,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. zaman penjajahan) yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa.

I. PENDAHULUAN. zaman penjajahan) yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan sistem perekonomian pertanian komersil yang bercorak kolonial. Sistem Perkebunan ini dibawa oleh perusahaan kapitalis asing (pada zaman penjajahan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN jiwa (Central Intelligence Agency (CIA),2017). Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN jiwa (Central Intelligence Agency (CIA),2017). Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang di Asia Tenggara. Negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia yaitu dengan 258.316.051 jiwa (Central Intelligence

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sawah memiliki arti penting, yakni sebagai media aktivitas bercocok tanam guna menghasilkan bahan pangan pokok (khususnya padi) bagi kebutuhan umat manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA

TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA TUGAS AKHIR MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS TAHU KEDELAI DISUSUN OLEH GUNTUR OCTOSA YUDHA WIJAYA 11.02.8080 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 ABSTRAK Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LINGKUNGAN SEKITAR KAWASAN INDUSTRI DI KECAMATAN SOLOKAN JERUK KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN LINGKUNGAN SEKITAR KAWASAN INDUSTRI DI KECAMATAN SOLOKAN JERUK KABUPATEN BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat menurut data dari Bank Dunia tahun 2012. Bertambahnya

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penebangan liar, penggundulan hutan, pengerukan tambang, lahan kritis,

BAB I PENDAHULUAN. Penebangan liar, penggundulan hutan, pengerukan tambang, lahan kritis, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penebangan liar, penggundulan hutan, pengerukan tambang, lahan kritis, kematian biota air karena zat kimia, dan penyakit-penyakit serta virus baru yang tumbuh di dunia

Lebih terperinci