Kesepakatan Debt-for-Nature Swap AS-RI. Sisa Pembayaran Utang RI ke AS Tahun 1970-an Dialihkan untuk Membiayai Konservasi Hutan Sumatera

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kesepakatan Debt-for-Nature Swap AS-RI. Sisa Pembayaran Utang RI ke AS Tahun 1970-an Dialihkan untuk Membiayai Konservasi Hutan Sumatera"

Transkripsi

1 Kesepakatan Debt-for-Nature Swap AS-RI Sisa Pembayaran Utang RI ke AS Tahun 1970-an Dialihkan untuk Membiayai Konservasi Hutan Sumatera

2 Anggapan yang menilai bahwa manfaat utama debt-for-nature swap bukan berorientasi untuk pengurangan utang, melainkan untuk menyediakan dana tambahan guna mendukung konservasi hutan, tidak sepenuhnya bisa diterima. Debt-for-nature swap seharusnya mengedepankan solusi menang-menang (win-win solution), yakni secara bersamaan mampu menciptakan pengurangan beban pembayaran utang secara riil dan tersedianya penyediaan dana tambahan untuk konservasi hutan. Juni 2010

3 I. Latar Belakang Pada tanggal 30 Juni 2009, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat menandatangani perjanjian debt-for-nature swap (DNS) lewat pengaturan the US Tropical Forest Conservation Act (TFCA) tahun 1998 selanjutnya disingkat DNS TFCA. Dalam siaran pers Kedutaan Besar Amerika Serikat (30 Juni 2009) disebutkan bahwa perjanjian DNS TFCA akan mengurangi pembayaran utang Pemerintah Indonesia ke Pemerintah Amerika Serikat senilai hampir US$30 juta selama delapan tahun ke depan. Sebagai gantinya, Pemerintah Indonesia berkomitmen mengalihkan angsuran pembayaran sisa utangnya tersebut ke rekening sebuah Trust Fund (Dana Perwalian) senilai hampir US$30 juta juga, yang kemudian menjadi dana hibah (grants) untuk digunakan sebagai dana konservasi hutan Sumatera selanjutnya disebut Trust Fund DNS TFCA. Perjanjian DNS TFCA disebutkan dapat terwujud melalui kontribusi Pemerintah Amerika Serikat senilai US$20 juta dan masing-masing sebesar US$1 juta dari Conservation International (CI) dan Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI). Kontribusi CI dan KEHATI tersebut merupakan harga kontribusi yang harus dibayarkan (swap fee share) oleh kedua organisasi non-pemerintah tersebut dalam kedudukannya sebagai mitra DNS TFCA (swap partner). Separuh dari dana kontribusi CI untuk membayar kewajiban sebesar US$1 juta kepada Pemerintah Amerika Serikat tersebut berasal dari kontribusi Arifin Panigoro, anggota Board CI dan pemilik Medco Group, sisanya diperoleh dari dana CI sendiri. Sementara, KEHATI mengandalkan sumber dana dari hasil pengelolaan dan investasi dana lembaga itu sendiri. Greenomics Indonesia organisasi non-pemerintah yang memfokuskan kegiatannya pada riset ekonomi dan keuangan sumber daya alam tertarik untuk mempelajari beberapa isu pokok dalam program DNS TFCA tersebut, di antaranya meliputi: a) mekanisme perjanjian DNS TFCA, b) profil utang bilateral Pemerintah Indonesia yang yang dilibatkan dalam perjanjian DNS TFCA, c) beban pembayaran utang Pemerintah Indonesia dengan adanya perjanjian DNS TFCA, dan d) pengelolaan Trust Fund DNS TFCA, serta hal-hal lain yang relevan dengan empat isu pokok tersebut. 1

4 II. Utang Pemerintah Indonesia Tahun 1970-an DNS TFCA melibatkan enam utang Pemerintah Indonesia ke Pemerintah Amerika Serikat yang ditandatangani di antaranya oleh Adam Malik selaku Menteri Luar Negeri Indonesia ketika itu pada tahun Rentang waktu pembayaran utang (utang pokok dan bunga) tersebut adalah selama tahun, yang pembayaran angsurannya dijadwalkan berakhir pada tahun (lihat Tabel 1). Tabel 1: Profil Utang DNS TFCA (dalam ribu dolar AS) Nama Utang (penggunaan) Referensi Utang Tanggal Penandatanganan Utang (Date Signed) Jumlah Utang Sisa Utang (Pokok dan Bunga) Untuk Transmisi dan Distribusi Fase II di Jawa Barat 497-W Maret , ,69 Untuk Daerah Pedalaman 497-T Mei , ,43 Untuk Perbaikan Jalan di Aceh 497-T Mei , ,45 Untuk Irigasi Sederhana dan Pengembangan Lahan 497-T Juni , ,05 Untuk Daerah Luwu dan Pengembangan Transmigrasi 497-T Oktober , ,25 Untuk Pembangunan Waduk Citanduy 497-T Oktober , ,30 Total , ,16 Sumber: Greenomics Indonesia (Mei 2010), diolah dari berbagai sumber Tabel 1 menunjukkan bahwa sisa utang Pemerintah Indonesia dari enam utang tersebut per Juni 2009 adalah sebesar US$31,11 juta masing-masing utang pokok sebesar US$27,71 juta dan utang bunga US$3,40 juta. Sebelum ada perjanjian DNS TFCA, Pemerintah Indonesia terus melakukan pembayaran utang tersebut secara angsuran (utang pokok dan bunga) selama tahun, yang dijadwalkan akan lunas pada tahun 2016/

5 Profil keenam utang yang dilibatkan dalam perjanjian DNS TFCA tersebut ternyata tidak diketahui secara jelas dan rinci oleh pihak KEHATI baik sebagai mitra (swap partner) dan administrator program DNS TFCA. Bahkan, anggota Komite Pengawas DNS TFCA (Oversight Committee) yang mewakili Pemerintah Indonesia pihak yang menandatangani perjanjian Forest Conservation Agreement program DNS TFCA juga mengaku tidak mengetahui profil keenam utang tersebut. Sehingga tak mengherankan jika dalam kegiatan sosialisasi program DNS TFCA dengan para pemangku kepentingan relevan (relevant stakeholders) di Pulau Sumatera, profil keenam utang Pemerintah Indonesia yang dilibatkan dalam program DNS TFCA sama sekali tidak menjadi salah satu pokok bahasan. Diyakini bahwa para pemangku kepentingan di Pulau Sumatera yang akan terkait dengan implementasi program DNS TFCA ini, dipastikan tidak mengetahui soal profil utang Pemerintah Indonesia ke Pemerintah Amerika Serikat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa transparansi terhadap utang-utang Pemerintah yang dilibatkan dalam perjanjian DNS TFCA tidak terjadi. III. Pengakuan Pengurangan Utang Paragraf keempat perjanjian DNS TFCA antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat menyepakati untuk mengakui (recognizing) bahwa kontribusi Pemerintah Amerika Serikat sebesar US$20 dan ditambah US$2 juta dari CI dan KEHATI adalah merupakan biaya untuk mengurangi pembayaran utang pokok dan bunga yang dimiliki oleh Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Amerika Serikat sebesar US$29,92 juta, yang memungkinkan pembayaran utang oleh Pemerintah Indonesia sejumlah US$29,92 juta dapat dialihkan (redirected) untuk mendukung konservasi hutan Indonesia dalam hal ini hutan di Pulau Sumatera. Dalam Perjanjian DNS TFCA tersebut, disebutkan bahwa kontribusi dari pihak Pemerintah Amerika Serikat dalam hal ini Departemen Keuangan Amerika Serikat (US Treasury) dan kontribusi dari CI/KEHATI tersebut dinyatakan membatalkan utang Pemerintah Indonesia sebesar US$29,92 juta (outstanding obligations) di pembukuan USAID (pihak yang bertindak atas nama Pemerintah Amerika Serikat ketika Pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian keenam utang yang dilibatkan dalam perjanjian DNS TFCA). 3

6 Setelah pembatalan utang Pemerintah Indonesia di pembukuan USAID tersebut dilakukan, maka status kewajiban pembayaran sisa keenam utang Pemerintah Indonesia tersebut diubah; menjadi kewajiban baru pembayaran utang Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Amerika Serikat (new obligations). Perubahan status tersebut dilakukan dengan cara; Departemen Keuangan Amerika Serikat mentransfer uang sejumlah US$20 juta dari rekening restrukturisasi utang Departemen Keuangan Amerika Serikat ke rekening USAID. Pembayaran di muka terhadap utang Pemerintah Indonesia tersebut oleh pihak Departemen Keuangan Amerika Serikat itu disebut sebagai bentuk pembayaran pengurangan utang (debt reduction payment). Pembayaran di muka oleh Departemen Keuangan Amerika Serikat terhadap utang Pemerintah Indonesia tersebut dapat dilakukan jika CI dan KEHATI menyetor uang masing-masing sebesar US$1 juta (swap fee share) ke rekening USAID. Setelah pembayaran sebesar US$20 juta oleh Departemen keuangan Amerika Serikat dan sebesar US$2 juta oleh CI dan KEHATI ke rekening USAID dilakukan, maka utang Pemerintah Indonesia sebesar US$29,92 juta tersebut dianggap lunas dalam pembukuan USAID. Konsekuensi dari transaksi tersebut, maka kepemilikan utang Pemerintah Indonesia pindah majikan dari USAID ke Departemen Keuangan Amerika Serikat dan CI/KEHATI dalam suatu perjanjian DNS TFCA. Transaksi tersebut juga mengubah kewajiban pembayaran utang Pemerintah Indonesia, dari yang seharusnya membayar US$29,92 juta ke rekening USAID sebagai bentuk angsuran pelunasan utang (outstanding obligations), dialihkan pembayarannya ke rekening Trust Fund DNS TFCA (new obligations) melalui sebuah perjanjian pengalihan pembayaran utang (debt swap agreement). Pemerintah Indonesia berkewajiban mentransfer ke rekening Trust Fund DNS TFCA selama delapan tahun ke depan (Agustus 2009 hingga 2016/2017). Terhadap pembayaran utang bernomor referensi 497-T-035, hanya sekitar 50% dari kewajiban pembayaran utang Pemerintah Indonesia tersebut yang dialihkan untuk Trust Fund DNS TFCA, sisanya Pemerintah Indonesia tetap harus mentransfer ke rekening USAID dalam bentuk pelunasan utang hingga 2016/2017 (lihat Tabel 2). 4

7 Tabel 2: Kewajiban Pembayaran Utang oleh Pemerintan Indonesia Pasca Perjanjian DNS TFCA (dalam ribu dolar AS) Nama Utang Referensi Utang Kewajiban Pembayaran Tanpa Perjanjian DNS TFCA (Outstanding obligations) Kewajiban Pembayaran Dengan Perjanjian DNS TFCA (Outstanding obligations) Pembayaran ke Trust Fund DNS TFCA Pembayaran ke USAID Untuk Transmisi dan Distribusi Fase II di Jawa Barat 497-W , , ,69 - Untuk Daerah Pedalaman 497-T , , , ,66 Untuk Perbaikan Jalan di Aceh 497-T , , ,45 - Untuk Irigasi Sederhana dan Pengembangan Lahan 497-T , , ,05 - Untuk Daerah Luwu dan Pengembangan Transmigrasi 497-T , , ,25 - Untuk Pembangunan Waduk Citanduy 497-T , , ,30 - Total , , , ,66 Sumber: Greenomics Indonesia (Mei 2010), diolah dari berbagai sumber Tabel 2 menjelaskan bahwa secara riil, total pembayaran utang yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Amerika Serikat baik itu kewajiban pembayaran utang tanpa perjanjian DNS TFCA (outstanding obligations) maupun kewajiban baru pembayaran utang dengan perjanjian DNS TFCA (new obligations) adalah tetap, tak berubah satu dolar pun, yakni tetap sebesar US$31,11 juta di mana sejumlah US$29,92 juta ditransfer ke rekening Trust Fund DNS TFCA, dan sisanya ke rekening USAID. Pembelian enam jenis utang Pemerintah Indonesia ke USAID (outstanding obligations) oleh Departemen Keuangan Amerika Serikat dan CI/KEHATI sebesar US$22 juta dianggap (lebih kurang) mewakili nilai sekarang (present value) dari kewajiban pembayaran utang Pemerintah Indonesia yang baru (new obligations) sebesar US$29,92 juta jika dibayarkan tunai sekarang. 5

8 Artinya, nilai pembelian utang Pemerintah Indonesia sebesar US$22 juta tersebut juga dinilai sebagai bentuk investasi sekarang, yang jika dihitung nilai masa depannya (future value), dapat melebihi nilai US$29,92 juta. Nilai uang masa depan diperhitungkan nilai uangnya (time value of money), mengingat pembayaran sisa enam utang Pemerintah Indonesia sebesar US$29,92 juta ke rekening Trust Fund DNS TFCA dilakukan secara angsuran hingga tahun 2016/2017. Sementara, Departemen Keuangan Amerika Serikat dan CI/KEHATI mengeluarkan uang tunai pada saat sekarang sebesar US$22 juta untuk membatalkan enam utang Pemerintah Indonesia sebesar US$29,92 juta di pembukuan USAID. Dengan mengacu pada pertimbangan kalkulasi tersebut, maka dianggap kewajiban pembayaran utang oleh Pemerintah Indonesia dalam perjanjian DNS TFCA sebesar US$29,92 juta ke rekening Trust Fund DNS TFCA secara angsuran tersebut dianggap sama saja dengan pembayaran utang dengan harga yang lebih murah (reduced debt payment). Sementara itu, terhadap nilai selisih nominal sebesar US$7,92 juta yakni selisih antara nilai pembayaran di muka yang dibayarkan oleh Departemen Keuangan Amerika Serikat dan CI/KEHATI sebesar US$22 juta dan nilai angsuran total yang dibayarkan oleh Pemerintah Indonesia sebesar US$29,92 juta dianggap sebagai biaya dana DNS TFCA (cost of the DNS TFCA funds). Namun, pihak Kementerian Keuangan Pemerintah Indonesia tetap menilai bahwa perjanjian DNS TFCA tersebut tidak menurunkan sedikit pun beban pembayaran utang Pemerintah Indonesia, karena secara riil, pembayaran utang tetap dilakukan seperti sebelumnya (tanpa ada perjanjian DNS TFCA), dengan skedul dan jumlah yang sama. Perbedaannya hanya terletak pada rekening yang pembayaran utang yang diubah dari sebelumnya membayar ke rekening USAID, beralih ke rekening Trust Fund DNS TFCA. Tak heran jika dalam perjanjian DNS TFCA, terkesan kuat bahwa Departemen Keuangan Amerika Serikat dan CI/KEHATI membutuhkan pengakuan pengurangan utang dengan mengakui bahwa nilai US$22 juta yang telah mereka keluarkan di muka untuk membeli utang Pemerintah Indonesia di pembukuan USAID (outstanding obligations) sebesar US$29,92 juta 6

9 adalah merupakan biaya pengurangan utang Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Amerika Serikat baik utang pokok maupun bunga senilai senilai US$29,92 juta. Perlu diperhatikan bahwa salah satu pertanyaan penting dalam setiap program DNS adalah seberapa besar beban pengurangan pembayaran utang negara debitur dalam membayar kembali utangnya. Sehingga, manfaat DNS tidak hanya dilihat dari adanya pengalihan transfer pembayaran utang untuk dana konservasi alam, akan tetapi harus juga memperhatikan sejauh mana beban pembayaran utang di negara debitur bisa dikurangi secara riil. Jika hanya mengandalkan perhitungan nilai uang sekarang (present value) dan nilai uang masa depan (future value) untuk menggambarkan pengurangan pembayaran utang Pemerintah Indonesia (reduced debt payment) serta menonjolkan sisi pembatalan utang Pemerintah Indonesia di pembukuan USAID lewat mekanisme pembelian utang, maka esensi pengurangan beban pembayaran utang Pemerintah Indonesia, tetap tidak terjadi secara riil. Pada kenyataannya, pembayaran utang yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia baik itu skedul pembayaran utang maupun jumlahnya persis sama dengan sebelum atau sesudah adanya perjanjian DNS TFCA. IV. Dipertanyakan, Tidak Mengutamakan Solusi Menang-Menang Anggapan yang menilai bahwa manfaat utama DNS TFCA bukan berorientasi untuk pengurangan utang, melainkan untuk menyediakan dana tambahan guna mendukung konservasi hutan, tidak sepenuhnya bisa diterima. DNS TFCA seharusnya mengedepankan solusi menang-menang (winwin solution), yakni secara bersamaan mampu menciptakan pengurangan beban pembayaran utang secara riil dan tersedianya penyediaan dana tambahan untuk konservasi hutan. Tidak munculnya manfaat dari segi pengurangan beban pembayaran utang Pemerintah Indonesia dalam perjanjian DNS TFCA tentu menimbulkan pertanyaan. Alasan sederhananya adalah keenam utang Pemerintah Indonesia tersebut adalah utang-utang Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah Amerika Serikat yang dibuat pada tahun 1970-an, dan Pemerintah Indonesia telah membayar dengan baik secara angsuran utang pokok beserta bunganya tersebut selama tahun, yang diskedulkan pelunasannya hingga 2016/

10 Pertanyaan susulan lainnya adalah peranan hutan Indonesia selama tahun rentang waktu pembayaran utang dan bunga yang sudah dilakukan kepada Pemerintah Amerika Serikat tidak menjadi pertimbangan penting dalam perjanjian DNS TFCA. Padahal, hutan Indonesia selama periode angsuran tersebut, telah secara gratis melakukan fungsi penyerapan emisi yang dikeluarkan oleh industri dunia, termasuk emisi dari industri Amerika Serikat. Memang Indonesia mendapatkan dana tambahan untuk konservasi hutannya, namun Pemerintah Amerika Serikat, CI, dan KEHATI juga mendapatkan publisitas yang baik dari perjanjian DNS TFCA, di samping tetap memiliki kewenangan kontrol yang kuat dan penuh terhadap pengelolaan dan penggunaan uang sebesar US$29,92 juta, yang akan diangsur oleh Pemerintah Indonesia. Publisitas yang baik yang diterima oleh Pemerintah Amerika Serikat juga dengan mudah bisa dikaitkan dengan membangun opini bahwa Pemerintah Amerika Serikat telah ikut berpartisipasi dalam segi pendanaan dalam mengurangi emisi Indonesia dari sumber deforestasi. Perlu digarisbawahi bahwa pelibatan utang-utang Pemerintah Indonesia tahun 1970-an dalam perjanjian DNS TFCA akan menuai pertanyaan-pertanyaan kritis dari publik apalagi jika diketahui bahwa perjanjian DNS TFCA tersebut ternyata tidak memberikan pengurangan beban pembayaran utang Pemerintah Indonesia secara riil. V. Kerancuan, Pengelolaan Trust Fund DNS TFCA oleh Bank HSBC Singapura Pembayaran sisa enam utang Pemerintah Indonesia secara angsuran dengan jumlah total US$29,92 juta, ditransfer ke rekening pengelola Trust Fund DNS TFCA (Debt Service Account), yakni HSBC Bank, yang bertindak sebagai pengelola Trust Fund tersebut (trustee), berkedudukan di Singapura. Secara umum, alasan pemilihan model pengelolaan Trust Fund dengan menunjuk Bank HSBC di Singapura sebagai trustee tersebut, dikarenakan Indonesia tidak memiliki Undang-Undang Trust Fund. Usulan pembentukan sebuah Yayasan berbadan hukum Indonesia sebagai pengelola Trust Fund DNS TFCA, tidak sepakati oleh Departemen Keuangan Amerika Serikat (US Treasury). 8

11 Badan hukum Yayasan secara legal sangat otonom dalam mengelola dana, sehingga kontrol dari pihak Pemerintah Amerika Serikat bisa sangat terbatas. Di samping itu, Pemerintah Amerika Serikat juga keberatan jika dana hasil dari DNS TFCA dikenakan pajak jika penempatan dana tersebut di Indonesia. Penempatan Trust Fund DNS TFCA di Bank HSBC Singapura tersebut didasarkan atas perjanjian antara Komite Pengawas (Oversight Committee/OC) yang terdiri dari perwakilan Pemerintah Indonesia, Pemerintah Amerika Serikat, CI, dan KEHATI dengan pihak Bank HSBC Singapura. KEHATI bertindak secara hukum mewakili OC, sehingga KEHATI berperan dalam melakukan penarikan dana Trust Fund tersebut atas nama OC, dan kemudian menyalurkan ke penerima dana (grantees). Peranan KEHATI tersebut telah melampaui peranannya sebagai mitra DNS TFCA (swap partner). Seharusnya, Bank HSBC Singapura karena berstatus sebagai trustee atas instruksi tertulis OC dapat berinteraksi langsung dalam penyaluran dana kepada para pihak penerima dana (grantees), tidak melalui KEHATI sebagai anggota OC. Kenyataannya, KEHATI mewakili Bank HSBC Singapura dalam penyaluran dana ke para penerima dana, dengan menyandang status sebagai administrator. Secara umum, peranan yang dilakukan KEHATI adalah; OC mengeluarkan instruksi tertulis untuk penarikan dana kepada KEHATI, kemudian KEHATI sebagai pihak yang mewakili OC, meneruskannya ke Bank HSBC Singapura untuk penarikan dana. Kemudian, pihak Bank HSBC Singapura mentransfer sejumlah uang yang dimintakan tersebut ke rekening KEHATI. Tahap berikutnya, KEHATI mentransfer ke rekening para penerima dana baik itu LSM lingkungan, organisasi kemasyarakatan, dan dalam kondisi tertentu dapat berupa kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Fakta di atas menunjukkan secara jelas bahwa Bank HSBC Singapura tidak berperan sebagai pengelola dana (trustee) seperti layaknya sebagai pengelola dana Trust Fund. Bank tersebut hanya berperan sebagai tempat parkir dana Trust Fund DNS TFCA, kemudian ditugasi sebagai tukang transfer ke KEHATI sesuai permintaan OC. 9

12 Posisi KEHATI sebagai salah satu anggota OC, telah diperluas. Sebagai anggota OC, KEHATI juga ditugasi sebagai pengurus (administrator), yang di antaranya berperan sebagai penarik dana ke Bank HSBC Singapura, sebagai penerima transfer dari Bank HSBC Singapura, dan sebagai penyalur dana ke para penerima dana (grantees). Kondisi tersebut di atas menunjukkan kerancuan dalam pengembangan model pengelolaan Trust Fund DNS TFCA. Posisi KEHATI telah berada pada titik conflict of interest. Biaya manajemen sekretariat (management expenses) DNS TFCA di KEHATI sebagai kantor sekretariat administrator DNS TFCA, ditetapkan sebesar US$350,000 per tahun, dengan management fee untuk KEHATI sebesar 4% per tahun dari total biaya tersebut. Aturan mainnya, pihak KEHATI sebagai mitra DNS TFCA (swap partner) dan anggota OC tidak diperbolehkan menerima dana DNS TFCA. VI. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan 1. Profil utang-utang Pemerintah Indonesia yang dilibatkan dalam perjanjian DNS TFCA tidak menjadi bagian utama yang dikonsultasikan secara terbuka dengan para pihak terkait baik sebelum maupun setelah perjanjian DNS TFCA ditandatangani. Utang-utang yang akan dilibatkan dalam mekanisme perjanjian DNS TFCA hanya dibahas dan disepakati oleh pihak Kementerian Keuangan, Kementerian Koordinator Perekonomian, Departemen Keuangan Amerika Serikat, dan USAID. 2. Pemerintah Indonesia tidak mendapatkan pengurangan beban pembayaran utang secara riil baik utang pokok dan bunga dalam perjanjian DNS TFCA. Pengurangan pembayaran utang hanya berupa pengakuan dalam perjanjian DNS TFCA, yang didasarkan atas perhitungan nilai uang sekarang (present value) dan nilai uang masa depan (future value). 3. Perjanjian DNS TFCA antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Amerika Serikat tidak menciptakan solusi menang-menang. Fokus dari perjanjian tersebut lebih mengutamakan pada penyediaan dana tambahan untuk konservasi hutan Indonesia dalam hal ini hutan Sumatera, sehingga tidak terlihat adanya fokus terhadap upaya pengurangan beban pembayaran utang Pemerintah Indonesia dalam perjanjian DNS TFCA ini. 10

13 4. Penempatan dan pengelolaan Trust Fund DNS TFCA pada Bank HSBC Singapura menimbulkan kerancuan. Bank HSBC Singapura yang ditunjuk sebagai pengelola dana (trustee) ternyata tidak berperan sebagai pengelola dana. KEHATI diperankan sebagai administrator yang bertidak seperti pengelola dana. Peranan tersebut menimbulkan konflik kepentingan. Sehingga, penempatan dan pengelolaan Trust Fund DNS TFCA tidak memberikan model terbaik (best practice) dalam pengelolaan sebuah Trust Fund, yang dananya berasal dari sebuah perjanjian DNS. Rekomendasi 1. Profil utang Pemerintah Indonesia yang akan dilibatkan dalam perjanjian DNS tidak hanya DNS TFCA seharusnya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan para pihak terkait, tidak hanya menjadi bahasan pihak Kementerian Keuangan, Kementerian Koordinator Perekonomian, Departemen Keuangan Amerika Serikat, dan USAID. Penentuan kriteria utang yang dapat diikutsertakankan dalam perjanjian DNS perlu dibangun guna menciptakan kredibilitas perjanjian-perjanjian DNS. 2. Pemerintah Indonesia perlu membuat sebuah kertas negosiasi yang solid pada setiap perjanjian DNS untuk meyakinkan negara-negara kreditur agar dalam perjanjian DNS harus menyertakan pengurangan beban pembayaran utang Pemerintah Indonesia secara riil. 3. Pemerintah Indonesia perlu memperhatikan konsep solusi menang-menang dalam perjanjian DNS, agar setiap perjanjian DNS tidak hanya memperhatikan kontribusi dana untuk konservasi alam di Indonesia, namun juga secara berimbang memperhatikan kontribusi terhadap pengurangan beban pengurangan utang Pemerintah Indonesia secara riil. 4. Pemerintah Indonesia harus mengupayakan agar Trust Fund yang bersumber dari hasil perjanjian DNS harus ditempatkan dan dikelola di Indonesia. 11

14 Perlu digarisbawahi bahwa pelibatan utang-utang Pemerintah Indonesia tahun 1970-an dalam perjanjian DNS TFCA akan menuai pertanyaan-pertanyaan kritis dari publik apalagi jika diketahui bahwa perjanjian debt-for-nature-swap tersebut ternyata tidak memberikan pengurangan beban pembayaran utang Pemerintah Indonesia secara riil. Untuk informasi selanjutnya, silakan hubungi: Elfian Effendi Direktur Eksekutif Greenomics Indonesia Jl. Gandaria Tengah VI No. 2 Kebayoran Baru Jakarta Tel: Fax: elfian@greenomics.org

DEBT FOR NATURE SWAPT. By: Dewi Triwahyuni

DEBT FOR NATURE SWAPT. By: Dewi Triwahyuni DEBT FOR NATURE SWAPT By: Dewi Triwahyuni What is Debt for Nature Swaps (DNS)? DNS dapat diartikan sebagai "pembatalan utang luar negeri dengan cara menukarkannya dengan suatu komitmen dari negara pengutang

Lebih terperinci

for-nature and Development Swaps: Peluang Penerapannya di Indonesia

for-nature and Development Swaps: Peluang Penerapannya di Indonesia Debt-for for-nature and Development Swaps: Peluang Penerapannya di Indonesia Dipresentasikan kepada Bapak Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Bappedal Jakarta, 14 September 2001 NRM/EPIQ Group Promoting

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Mengenai Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Mengenai Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Mengenai Pasar Modal Indonesia Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan sekuritas di Indonesia. Dahulu terdapat dua bursa efek di Indonesia, yaitu

Lebih terperinci

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 1. Apakah TFCA Kalimantan? Tropical Forest Conservation Act (TFCA) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Republik

Lebih terperinci

Analisis Keuangan Taman Nasional di Indonesia:

Analisis Keuangan Taman Nasional di Indonesia: Analisis Keuangan Taman Nasional di Indonesia: Pendekatan Inovatif Penggalangan Dana Tambahan Konservasi dan Ide Penerapan Desentralisasi Sistem Pembiayaan Taman Nasional Oleh: Elfian Effendi NRM/EPIQ

Lebih terperinci

Mekanisme Debt-for-Nature Swap

Mekanisme Debt-for-Nature Swap Mekanisme Suatu Pendekatan Keuangan Inovatif untuk Meringankan Beban Pemerintah dan Swasta dalam Restrukturisasi Utang Luar Negeri Disampaikan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup/ Kepala Bappedal Oleh:

Lebih terperinci

STANDAR BAKU BIAYA MAKSIMUM MEKANISME HIBAH KHUSUS

STANDAR BAKU BIAYA MAKSIMUM MEKANISME HIBAH KHUSUS SERI PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM 9 STANDAR BAKU BIAYA MAKSIMUM MEKANISME HIBAH KHUSUS Jakarta, 30 Mei 2014 DAFTAR ISI Bab I Pendahuluan. 1 Bab II Ketentuan Biaya Baku Standar Maksimum. 3 2.1. Honorarium

Lebih terperinci

TRUST FUND. TF Konservasi di Dunia. Debt for Nature Swap Tropical Forest Conservation Act Model TFCA di seluruh Dunia

TRUST FUND. TF Konservasi di Dunia. Debt for Nature Swap Tropical Forest Conservation Act Model TFCA di seluruh Dunia TRUST FUND TF Konservasi di Dunia Debt for Nature Swap Tropical Forest Conservation Act Model TFCA di seluruh Dunia TF Konservasi di Dunia Tujuan pembentukkan Trust Fund : Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan

Lebih terperinci

INSTRUKSI KEPADA PEMINAT EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM SIKLUS HIBAH 1 TFCA- SUMATERA

INSTRUKSI KEPADA PEMINAT EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM SIKLUS HIBAH 1 TFCA- SUMATERA INSTRUKSI KEPADA PEMINAT EVALUASI PERTENGAHAN PROGRAM SIKLUS HIBAH 1 TFCA- SUMATERA REFERENSI BAGI PEMINAT Dalam pengajuan proposal, peminat harus menaati segala instruksi, formulir, kontrak, dan spesifikasi

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI SEPTEMBER 2014 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Laporan Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Edisi Agustus

Lebih terperinci

TRUST FUND. Konsep Umum TF. Definisi dan Komponen Tujuan

TRUST FUND. Konsep Umum TF. Definisi dan Komponen Tujuan TRUST FUND Konsep Umum TF Definisi dan Komponen Tujuan Bentuk-bentuk k Konsep Umum TF Sejumlah aset finansial yang dapat berupa properti, uang, sekuritas (Trust) yang oleh orang atau lembaga (Trustor/Donor/Grantor)

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand No.30, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Panas Bumi. Tidak Langsung. Pemanfaatan. Pencabutan (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6023). PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak : Put-41148/PP/M.XIII/15/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007

Putusan Pengadilan Pajak : Put-41148/PP/M.XIII/15/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007 Putusan Pengadilan Pajak : Put-41148/PP/M.XIII/15/2012 Nomor Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah koreksi atas Koreksi Penghasilan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

PERATURAN PENCATATAN EFEK NOMOR I.F.3: PENCATATAN OBLIGASI DAERAH

PERATURAN PENCATATAN EFEK NOMOR I.F.3: PENCATATAN OBLIGASI DAERAH PERATURAN PENCATATAN EFEK : PENCATATAN OBLIGASI DAERAH A. DEFINISI Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan: 1. Bursa adalah PT Bursa Efek Surabaya 2. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENYALURAN HIBAH

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENYALURAN HIBAH SERI PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM 5 KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENYALURAN HIBAH Jakarta, 3 Mei 2013 DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 II. Kebijakan Penyaluran Dana Hibah 2 2.1. Lembaga Yang Memenuhi Syarat Sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERIAN KERINGANAN PAJAK PENGHASILAN KEPADA WAJIB PAJAK YANG MELAKUKAN RESTRUKTURISASI UTANG USAHA MELALUI LEMBAGA KHUSUS

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1 of 5 08/07/2009 19:24 Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 2001 (Penjelasan dalam

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5383 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Devisa. Ekspor. Penerimaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 285) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

INSTRUKSI PENGADAAN JASA KONSULTAN EVALUASI PELAKSANAAN DAN TATAKELOLA PROGRAM TFCA-SUMATERA

INSTRUKSI PENGADAAN JASA KONSULTAN EVALUASI PELAKSANAAN DAN TATAKELOLA PROGRAM TFCA-SUMATERA INSTRUKSI PENGADAAN JASA KONSULTAN EVALUASI PELAKSANAAN DAN TATAKELOLA PROGRAM TFCA-SUMATERA Dalam rangka peningkatan pelayanan hibah, kinerja, dan capaian, TFCA-Sumatera akan melakukan evaluasi terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PINJAMAN DARI PEMERINTAH KEPADA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PETIKAN q. PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1 KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1 1. PENDAHULUAN Program TFCA- Sumatera merupakan program hibah bagi khususnya LSM dan Perguruan Tinggi di Indonesia

Lebih terperinci

Ekspansi produksi sawit lestari: Diskualifikasi!! Perusahaan sawit yang direkomendasikan penghentian operasionalnya oleh BPK RI

Ekspansi produksi sawit lestari: Diskualifikasi!! Perusahaan sawit yang direkomendasikan penghentian operasionalnya oleh BPK RI Ekspansi produksi sawit lestari: Diskualifikasi!! Perusahaan sawit yang direkomendasikan penghentian operasionalnya oleh BPK RI 22 Februari 2012 Konferensi ketiga ICOPE (International Conference on Oil

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/23/PBI/20152015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/10/PBI/2014 TENTANG PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI DENGAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5784 EKONOMI. Keanggotaan Kembali. Republik Indonesia. Dana Moneter Internasional. Bank Internasional. Undang-Undang. Nomor 9 Tahun 1966. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1967.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1311, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Biaya Konstruksi. Proyek Kerja Sama. Infrastruktur. Dukungan Kelayakan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 20 /PBI/2011 TENTANG PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 20 /PBI/2011 TENTANG PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 20 /PBI/2011 TENTANG PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI I. UMUM Pasokan valuta asing di pasar domestik saat ini sebagian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PINJAMAN DARI PEMERINTAH KEPADA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERMOHONAN PROPOSAL PELUANG HIBAH. Kemitraan Bentang Alam Berkelanjutan (SLP) Indonesia

PERMOHONAN PROPOSAL PELUANG HIBAH. Kemitraan Bentang Alam Berkelanjutan (SLP) Indonesia PERMOHONAN PROPOSAL PELUANG HIBAH Untuk Kemitraan Bentang Alam Berkelanjutan (SLP) Indonesia Judul Kegiatan : Memfasilitasi Pembentukan Kesepakatan Konservasi Masyarakat untuk Desa Konservasi Alam di Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENGUMUMAN TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PT MITRABAHTERA SEGARA SEJATI Tbk

PENGUMUMAN TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PT MITRABAHTERA SEGARA SEJATI Tbk PENGUMUMAN TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PT MITRABAHTERA SEGARA SEJATI Tbk Keterbukaan Informasi ini ditujukan kepada Pemegang Saham Perseroan dalam rangka memenuhi Peraturan IX.E.2 Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.61,2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. Bank Indonesia. Bank Umum. Repurchase Agreement. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5127) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/22/PBI/2014 TENTANG PELAPORAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA DAN PELAPORAN KEGIATAN PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

Lebih terperinci

INFORMASI RENCANA PEMBELIAN KEMBALI (BUYBACK) OBLIGASI RUPIAH DAN MEDIUM TERM NOTE SYARIAH IJARAH

INFORMASI RENCANA PEMBELIAN KEMBALI (BUYBACK) OBLIGASI RUPIAH DAN MEDIUM TERM NOTE SYARIAH IJARAH PT ARPENI PRATAMA OCEAN LINE TBK BERTANGGUNG JAWAB SEPENUHNYA ATAS KEBENARAN SEMUA KETERANGAN, DATA ATAU LAPORAN SERTA KEJUJURAN PENDAPAT YANG TERCANTUM DALAM INFORMASI PEMBELIAN KEMBALI (BUYBACK) OBLIGASI

Lebih terperinci

QANUN PROPINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN LUAR NEGERI DAN PINJAMAN PROVINSI

QANUN PROPINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN LUAR NEGERI DAN PINJAMAN PROVINSI QANUN PROPINSI NAGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG BANTUAN LUAR NEGERI DAN PINJAMAN PROVINSI BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH

Lebih terperinci

Penilaian Preferensi Masyarakat Pengungsi terhadap Potensi Konflik Tenurial dan Tingkat Interaksi terhadap Hutan

Penilaian Preferensi Masyarakat Pengungsi terhadap Potensi Konflik Tenurial dan Tingkat Interaksi terhadap Hutan Penilaian Preferensi Masyarakat Pengungsi terhadap Potensi Konflik Tenurial dan Tingkat Interaksi terhadap Hutan Hasil Survei dan Konsultasi Tim Greenomics Indonesia terhadap Masyarakat Pengungsi di Sepanjang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 10 AKUNTANSI KEWAJIBAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 10 AKUNTANSI KEWAJIBAN LAMPIRAN B.X : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 10 AKUNTANSI KEWAJIBAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC Sistem Informasi Debitur Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/2005 24 Januari 2005 MDC PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/ 8 /PBI/2005 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.437, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pembentukan. Lembaga. Wali Amanat. PERATURAN MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

1 of 9 21/12/ :39

1 of 9 21/12/ :39 1 of 9 21/12/2015 12:39 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2012 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN KELAYAKAN ATAS SEBAGIAN BIAYA KONSTRUKSI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI NOVEMBER 2016 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 6/12/PBI/ 2004 TENTANG KREDIT INVESTASI PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN POLA PERUSAHAAN INTI RAKYAT YANG DIKAITKAN DENGAN PROGRAM TRANSMIGRASI (PIR-TRANS) PRA KONVERSI GUBERNUR

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KANTOR AKUNTAN PUBLIK

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KANTOR AKUNTAN PUBLIK DOKUMEN RAHASIA KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) DALAM RANGKA PELAKSANAAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU (HMETD) / RIGHT ISSUE PT WASKITA KARYA (PERSERO) TBK TIM RIGHT ISSUE PT WASKITA KARYA (PERSERO) TBK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan efektivitas dan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5338 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BANK INDONESIA. Bank Umum. Devisa. Hasil Ekspor. Utang Luar Negeri. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 169)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENYALURAN HIBAH REVISI 1

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENYALURAN HIBAH REVISI 1 SERI PANDUAN PELAKSANAAN PROGRAM 5 KEBIJAKAN DAN PROSEDUR PENYALURAN HIBAH REVISI 1 Jakarta, 30 Mei 2014 Daftar Isi Daftar Lampiran... i Daftar Gambar... ii Bab I Pendahuluan... 1 Bab II Kebijakan Penyaluran

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PENGELOLAAN PENERUSAN PINJAMAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1966 TENTANG KEANGGOTAAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA DALAM DANA MONETER INTERNASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2 statistik, terutama statistik Neraca Pembayaran, Posisi Investasi Internasional, statistik Utang Luar Negeri Indonesia, dan Indikator Keuangan Perus

2 statistik, terutama statistik Neraca Pembayaran, Posisi Investasi Internasional, statistik Utang Luar Negeri Indonesia, dan Indikator Keuangan Perus TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Lalu Lintas. Devisa. Prinsip Kehati-Hatian. Pelaporan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 397) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 6 /PBI/2010 TENTANG TRANSAKSI REPURCHASE AGREEMENT CHINESE YUAN TERHADAP SURAT BERHARGA RUPIAH BANK KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan

2017, No untuk pembangunan bendungan serta sejalan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.06/2017 tentang Tata Cara Pendanaan Pengadaan No.611, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Penggunaan Dana Badan Usaha Terlebih Dahulu. Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Bendungan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1966 TENTANG KEANGGOTAAN KEMBALI REPUBLIK INDONESIA DALAM DANA MONETER INTERNASIONAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemunduran perekonomian dunia selama beberapa tahun mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Kemunduran perekonomian dunia selama beberapa tahun mengakibatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemunduran perekonomian dunia selama beberapa tahun mengakibatkan perusahaan mengalami permasalahan keuangan, sehingga perusahaan sulit untuk memenuhi hutang dan kewajibannya.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH...

DAFTAR ISI 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH... a b DAFTAR ISI 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH... 2. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN DAN SUBSIDI BUNGA OLEH PEMERINTAH PUSAT DALAM RANGKA PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1327, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penerusan. Sistem Akuntansi. Pelaporan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 232 /PMK.05/2012 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan ISSN : 2085-787X Volume 5 No. 2 Tahun 2011 Transfer Fiskal antara Pemerintah

Lebih terperinci

2014, No Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha

2014, No Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.261, 2014 MIGAS. Usaha. Panas Bumi. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5595) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM PT J RESOURCES ASIA PASIFIK

PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM PT J RESOURCES ASIA PASIFIK PERUBAHAN DAN/ATAU TAMBAHAN KETERBUKAAN INFORMASI KEPADA PEMEGANG SAHAM PT J RESOURCES ASIA PASIFIK Tbk. Dalam rangka memenuhi Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 32/POJK.04/2015 tentang Penambahan Modal

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN IMBAL JASA PENJAMINAN KREDIT USAHA RAKYAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN IMBAL JASA PENJAMINAN KREDIT USAHA RAKYAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN IMBAL JASA PENJAMINAN KREDIT USAHA RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

tedi last 11/16 Definisi Dan Klasifikasi Pengakuan Pengukuran Pengungkapan

tedi last 11/16 Definisi Dan Klasifikasi Pengakuan Pengukuran Pengungkapan tedi last 11/16 Definisi Dan Klasifikasi Pengakuan Pengukuran Pengungkapan Kewajiban : Utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI APRIL 06 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan unit

Lebih terperinci

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 34/PER/LPDB/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 34/PER/LPDB/2010 TENTANG KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH R.I. LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH ( LPDB-KUMKM ) PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI

Lebih terperinci

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH

LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH LAPORAN PENGELOLAAN PINJAMAN DAN HIBAH EDISI MARET 2016 Direktorat Pinjaman dan Hibah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Direktorat Pinjaman dan Hibah merupakan

Lebih terperinci

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PENDAHULUAN Bantuan luar negeri dapat berupa pinjaman maupun hibah luar negeri. Pinjaman luar negeri lebih mendesak dibahas

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN JAMINAN DAN SUBSIDI BUNGA OLEH PEMERINTAH PUSAT DALAM RANGKA PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 414, 2015 PENGESAHAN. Persetujuan. Asia. Investasi Infrastruktur. Bank. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 171 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN ASIAN INFRASTRUCTURE

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH. BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH. BAB I KETENTUAN UMUM www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGADAAN PINJAMAN LUAR NEGERI DAN PENERIMAAN HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/21/PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 9/14/PBI/2007 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/21/PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 9/14/PBI/2007 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR -1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/21/PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 9/14/PBI/2007 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1229, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Utang Negara. Pasar Internasional. Penjualan. Pembelian Kembali. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137/PMK.08/2013

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.915, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BAPPENAS. Lembaga Wali Amanat. Dana Perwakilan. Perubahan Iklim. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1996 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1996 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1996 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 48 TAHUN 1994 TENTANG PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS

Lebih terperinci

No. 16/10/DSta Jakarta, 26 Mei 2014 SURAT EDARAN. Kepada: SEMUA DEBITUR DEVISA UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA

No. 16/10/DSta Jakarta, 26 Mei 2014 SURAT EDARAN. Kepada: SEMUA DEBITUR DEVISA UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA 1 No. 16/10/DSta Jakarta, 26 Mei 2014 SURAT EDARAN Kepada: SEMUA DEBITUR DEVISA UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA Perihal : PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 3 /PBI/2001 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 3 /PBI/2001 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 3 /PBI/2001 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Bank Indonesia mempunyai tugas

Lebih terperinci

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM

BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM BAB I KASUS POSISI DAN PERMASALAHAN HUKUM Manusia lahir sebagai makhluk sosial, didalam memenuhi kebutuhannya seringkali harus berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan antara satu manusia dengan manusia

Lebih terperinci

AKUNTANSI KEWAJIBAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 09 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

AKUNTANSI KEWAJIBAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 09 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 0 TANGGAL OKTOBER 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 AKUNTANSI KEWAJIBAN Lampiran I. PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI DANAREKSA OBLIGASI REPO RITEL (DORR) DI PT. DANAREKSA SURABAYA

BAB III APLIKASI DANAREKSA OBLIGASI REPO RITEL (DORR) DI PT. DANAREKSA SURABAYA 45 BAB III APLIKASI DANAREKSA OBLIGASI REPO RITEL (DORR) DI PT. DANAREKSA SURABAYA A. Gambaran Umum PT. Danareksa Surabaya 1. Identitas Persero PT. Danareksa Persero merupakan perusahaan reksadana yang

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum da

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum da BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.426, 2017 KEMENPU-PR. Dana Talangan Badan Usaha untuk Pengadaan Tanah Jalan Tol. Perubahan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERKARA NO. 451/PDT. G/ 2012/ PN. JKT BARAT

PERKARA NO. 451/PDT. G/ 2012/ PN. JKT BARAT PERKARA NO. 451/PDT. G/ 2012/ PN. JKT BARAT Penggugat Tergugat : PT Bangun Karya Pratama Lestari : Nine AM Ltd. FAKTA & LATAR BELAKANG PERKARA 1. Penggugat telah memperoleh pinjaman uang dari Tergugat

Lebih terperinci

Latar Belakang KEMENTERIAN ESDM

Latar Belakang KEMENTERIAN ESDM KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Jakarta, 18 Mei 2018 1 Latar Belakang Landasan Hukum: Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.84, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. Bank Indonesia. Bank Umum. Operasi Moneter. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5141) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci