PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIFITAS KERJA PEGAWAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIFITAS KERJA PEGAWAI"

Transkripsi

1 PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIFITAS KERJA PEGAWAI Bunga Dwi Rahayu Farida Idayati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT Basically an organization is established in order to achieve objectives which have been mutually agreed efficient and effectively. The achievement of working effectiveness is not only determined by the total amount of the employees but it can also be related to other factor for example good governance. Good governance is a government providence processes which are clean, transparent, accountable by government organizations such as government public organization. There are principles in the good governance such as accountability transparency, responsiveness, participation and justice principles. This research is meant to find out the role of good governance implementation principles at the department of landscaping and sanitation city of Surabaya, how the employees performance effectiveness are, and what kind of problems in implementing good governance at the department of landscaping and sanitation city of Surabaya. Qualitative approach is applied in this research. The result of the research indicates that the implementation of good governance principles has strong influence with the civil servants performance effectiveness level is in the interval category among which indicate to high category. It proves and indicates that there is a strong influence when good governance principles are implemented correctly there will be an improvement on the effectiveness of civil servants performance. Keywords: Good Governance, Effectiveness, Employees Performance, Department of Landscaping and Sanitation City of Surabaya ABSTRAK Didirikannya organisasi pada dasarnya ingin mencapai tujuan yang telah disepakati bersama dengan lebih efisien dan efektif. Tercapainya efektifitas kerja bukan saja ditentukan dari banyaknya jumlah pegawai, akan tetapi juga dapat dihubungkan oleh faktor lain, seperti good governance. Good governance adalah proses penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, transparan, akuntabel oleh organisasiorganisasi pemerintah seperti organisasi publik pemerintah. Di dalam good governance, terdapat prinsip diantaranya prinsip akuntabilitas, transparansi, responsivitas, partisipasi dan keadilan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan penerapan prinsip-prinsip good governance di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, bagaimana efektifitas kerja pegawai, dan apa saja kendala-kendala dalam implementasi good Governance di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan prinsip-prinsip good governance mempunyai pengaruh yang kuat atau tinggi dengan tingkat efektifitas kerja pegawai dinas, berada dalam kategori interval antara hal ini mengindikasikan pada kategori sangat tinggi. Hal ini terbukti dan menunjukkan adanya pengaruh yang kuat jika prinsip-prinsip good governance diterapkan dengan benar maka akan terjadi peningkatan efektifitas kerja pegawai. Kata kunci : Good Governance, Efektifitas, Kinerja pegawai, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. PENDAHULUAN Surabaya yang merupakan Ibukota Jawa Timur dengan penduduk metropolisnya mencapai 3 juta jiwa menurut pemerintah kota Surabaya untuk dapat mengatur dan mengelola sumber daya produktif, serta melayani, mengadakan, dan memfasilitasi setiap kebutuhan masyarakat sesuai dengan keperluan yang ada dan juga sebagai kota terbesar ke 2 di indonesia. Tentunya hal ini menuntut kerja keras dalam menjaga kebersihan dan tata kota yang indah dan nyaman dan ini tidak mudah bagi pemerintah kota Surabaya, namun

2 hal ini merupakan suatu kewajiban yang sudah diatur dalam Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah (UU Nomor 32 Tahun 2004), yang mengatur tentang otonomi daerah, dimana definisi otonomi daerah adalah sebagai berikut: "Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan". Dengan begitu diharapkan Kota Surabaya dapat berkembang lebih bersih, dan hijau seperti tertuang dalam slogannya "Surabaya bersih dan hijau". Oleh sebab itu pemerintah kota Surabaya membuat berbagai kantor dinas untuk memudahkan kewajiban yang ada. Dari berbagai kantor dinas yang ada di Surabaya salah satu dinas yang penting adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan, yang berfungsi sebagai motor penggerak dan sekaligus sebagai pengawas dalam mensukseskan Surabaya yang bersih dan hijau. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya yang merupakan salah satu dinas pemerintahan sebagai mitra pemerintah Kota Surabaya yang membantu dalam menyelesaikan tugas pemerintah daerah serta merupakan unsur pelaksanaan asas desentralisasi. Maka dalam rangka menciptakan good governance, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya harus bisa menjadi suatu organisasi yang efektif, karena salah satu karakteristik good governance adalah efektifitas. Efektifitas organisasi tentu akan tercapai apabila tercipta efektifitas kerja di pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa efektifitas organisasi tidak lepas dari efektifitas kerja pegawai sebagai salah satu unsur organisasi, memegang peranan penting dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur organisasi yang paling dinamis, artinya menginginkan perubahan, dengan demikian kedudukan sumber daya manusia dalam organisasi tidak dapat disamakan dengan unsur-unsur lain. Sehingga dalam organisasi pengelolaan manusia sebagai sumber daya organisasi agar memiliki kemampuan untuk mewujudkan good governance. Maka dapat disebutkan bahwa good governance akan tercapai apabila prinsip-prinsip good governance dapat terlaksana dengan baik. Dengan demikian ada hubungan pelaksanaan prinsip-prinsip good governance terhadap efektifitas kerja pegawai. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya?. Dan Apakah Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance yang Didasarkan Dari Kategori Interval Kepuasan Akan Memiliki Pengaruh Terhadap Kenaikan Efektifitas Kerja Pegawai di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya?. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui peranan dan penerapan prinsip-prinsip Good Governance di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Bagaimana efektifitas kerja pegawai di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Serta kendala-kendala dalam implementasi Good Governance di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. TINJAUAN TEORITIS Pengertian Good Governance "Kepemerintahan" atau dalam bahasa inggris "governance" yaitu "the ac, fact, manner of governing", berarti: "tindakan, fakta, pola, dan kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan". Dengan demikian governance adalah suatu kegiatan (proses), sebagaimana diungkapkan dengan Kooiman (dalam Sedamaryanti, 2004:3) bahwa governance lebih merupakan serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan interfensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut. Sedang oleh United Nation Development Program (UNDP) (dalam Mardiasmo, 2010:17) good governance yaitu "The exercise 2

3 of political, economic, and administrative authority to manage a nation's affair at all level's". Atau jika diartikan governance yaitu penekanan pada aspek politik (pembuatan kebijakan), ekonomi (pembuatan keputusan ekonomi), dan administratif (sistem implementasi kebijakan) dalam pengelolaan negara. Bintoro Tjokroamidjojo (dalam Sinambela, 2006:23) memandang good governance sebagai suatu bentuk manajemen pembangunan, yang juga disebut sebagai administrasi pembangunan, yang menempatkan peran pemerintah sentral yang menjadi Agen of change dari suatu masyarakat berkembang atau developing di dalam negara berkembang. Agen of change karena perubahan yang dikehendakinya, menjadi planned change (perubahan yang berencana), maka disebut juga Agent of Development. Lembaga Administrasi Negara (dalam Sedarmayanti, 2004:3) menyimpulkan bahwa wujud good governance adalah penyelenggaraan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab serta efisien dan efektif dengan menjaga "kesinergian" interaksi yg konstruktif di antara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat. Selain itu Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 (dalam Sedarmayanti, 2004:4) merumuskan arti good governance sebagai berikut: kepemerintahan yang mengemban akan menerapkan profesionalisme, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisien, efektifitas, supremasi hukum, dan dapat di terima oleh semua masyarakat. Menurut Sedarmayanti (2004:3) Istilah kepemerintahan yang baik (good governance) mengandung pemahaman nilai yang menjunjung tinggi keinginan atau kehendak rakyat dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional) kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Prinsip-prinsip Good Governance Menurut Santoso (2008:131), mengungkapkan bahwa prinsip-prinsip good governance terdiri dari: 1. Partipasitoris, setiap pembuatan peraturan dan atau kebijakan selalu melibatkan unsur masyarakat (melalui wakil-wakilnya). 2. Rule of law, harus ada perangkat hukum yang menindak para pelanggar, menjamin perlindungan ham, tidak memihak, berlaku pada semua warga. 3. Transparency, adanya ruang kebebasan untuk memperoleh informasi publik bagi warga yang membutuhkan (diatur oleh undang-undang). Ada ketegasan antara rahasia negara dengan informasi negara yang terbuka untuk publik. 4. Responsiveness, lembaga publik harus mampu merespon kebutuhan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan "basic need" (kebutuhan dasar) dan HAM (hak sipil, hak politik, hak ekonomi, hak sosial, dan hak budaya). 5. Consensus, jika ada perbedaan kepentingan yang mendasar di dalam masyarakat, penyelesaian harus mengutamakan cara dialog atau musyawarah menjadi consensus. 6. Persamaan hak, pemerintahan harus menjamin bahwa semua pihak, tanpa terkecuali, dilibatkan di dalam proses politik, tanpa ada satu pihak pun yang dikesampingkan. 7. Efektifitas dan efisiensi, pemerintah harus efektif dan efisien dalam memproduksi output berupa aturan, kebijakan, pengelolaan keuangan negara, dll. 8. Akuntabilitas, suatu perwujudan kewajiban dari suatu instansi pemerintahan untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misinya. Keseluruhan karakteristik atau prinsip-prinsip good governance adalah saling memperkuat dan saling terkait serta tidak bisa berdiri sendiri. Maka apabila penerapan good governance atau kepemerintahan yang baik dalam organisasi kepemerintahan sudah dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang sudah seharusnya, maka secara otomatis hal tersebut akan memudahkan pelaksanaan kegiatan disegala bidang. 3

4 Efektifitas kerja Widjaja (1993:32) mengemukakan: "Efektifitas adalah hasil membuat keputusan yang mengarahkan, melakukan sesuatu dengan benar, yang membantu memenuhi misi suatu perusahaan atau pencapaian tujuan". Selanjutnya oleh John Suprihanto et al. (2003:15) efektifitas diartikan sebagai prestasi (performance) individu, kelompok, dan organisasi. Semakin berprestasi seseorang, kelompok, ataupun organisasi, semakin menunjukkan efektifitasnya. Untuk melihat efektifitas kerja, pada umumnya dipakai empat macam pertimbangan, yaitu pertimbangan ekonomi, pertimbangan fisiologi, pertimbangan psikologi dan pertimbangan sosial. Efektifitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu sesuai yang telah diharapkan, artinya pelaksanaan suatu tugas ditandai baik atau tidak sangat tergantung pada penyelesaian tugas tersebut, bagaimana cara melaksanakannya, dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu. Hal ini lebih menekankan pada penyelesaian tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Sarwoto (1990:126) mengistilahkan efektifitas dengan "berhasil guna", yaitu pelayanan yang baik corak dan mutunya dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dalam pencapaian tujuan organisasi. Efisiensi kerja berhubungan dengan biaya, tenaga, mutu dan pemikiran. Jadi efekktifitas kerja adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat dalam mencapai suatu tujuan tertentu atau efektifitas kerja juga dapat diartikan dengan hasil guna penekannya pada efeknya, atau hasil perlu memperdulikan pengorbanan yang perlu diberikan oleh hasil tersebut. Apa yang dimaksud efektifitas kerja dipertegas Siagian (1996:19) yaitu "penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang ditentukan, artinya apabila pelaksanaan tugas dinilai baik atau tidak adalah sangat tergantung pada bilamana tugas tersebut diselesaikan dan bukan terutama menjawab tentang bagaimana melaksanakan serta berapa biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan tersebut". Pengukuran Efektifitas Kerja Menurut Campel (dalam Steers, 1998:45) untuk mengukur efektifitas kerja, ada beberapa variabel yang biasanya dipergunakan, yaitu: 1. Kesiagaan Penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan bahwa organisasi mampu menyelesaikan sebuah tugas khusus jika diminta. 2. Kemangkiran Frekuensi kejadian-kejadian pekerja bolos dari pekerjaan pada saat jam kerja. 3. Motivasi Kecenderungan seseorang individu melibatkan diri dalam kegiatan berarahkan sasaran dalam pekerjaan. Ini bukanlah perasaan senang yang relatif terhadap hasil berbagai pekerjaan sebagaimana halnya kepuasan, tetapi lebih merupakan perasaan sedia atau rela bekerja untuk mencapai tujuan pekerjaan. 4. Kepuasan Kerja Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peran pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka merasa dihargai karena pekerjaan mereka. 5. Beban Pekerjaan Beban pekerjaan yang diberikan pimpinan kepada bawahan sesuai dengan kemampuan seseorang dan sesuai dengan jumlah kelompok mereka. 6. Waktu Menyelesaikan Tugas 4

5 Waktu merupakan salah satu pengukuran efektifitas kerja yang sangat penting sebab dapat dilihat apakah waktu yang digunakan suatu organisasi sudah dijalankan dengan sebaik-baiknya oleh setiap anggota berorganisasi. Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya tidak dapat melepaskan diri perlunya pembagian kerja yang tepat supaya setiap pegawai bisa melaksanakan tugastugasnya secara efektif. Pengukuran efektifitas kerja yang penulis lakukan didasarkan atas banyaknya tugas yang dipikul dan jumlah pegawai yang melaksanakan tugas tersebut, sehingga dari kedua hal tersebut dapat disusun sesuai dengan kebutuhan perusahaan atau organisasi sehingga menghasilkan efektifitas kerja sebagaimana diharapkan. Penelitian terdahulu Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance dalam pelaksanaan Pelayanan Publik di Kantor Camat Samarinda Utara Kota Samarinda (Putri Yenny, 2012) menyatakan antara lain Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance dalam pelaksanaan Pelayanan Publik yang menunjukkan hasil bahwa penilaian pelaksanaan pelayanan publik yang baik didasarkan dari penerapan prinsip-prinsip good governance. Prinsip-Prinsip Good Governance Dalam Penempatan Aparatur Dalam Jabatan Struktural Disekretariat Daerah Kabupaten Pohwatu (Saleh et al, 2011) menyatakan bahwa penempatan aparatur dalam jabatan struktural disekretariat aparatur telah dijalankan dengan baik berdasarkan dengan prinsip-prinsip good governance. Perbedaan yang ada antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah: 1. Penelitian yang digunakan oleh (Putri Yenny, 2012) bertujuan untuk mengetahui penerapan prinsip prinsip Good Governance di dalam pelaksanaan pelayanan publik. Sedangkan penelitian yang sekarang bertujuan untuk mengetahui secara terinci satu per satu penerapan prinsip-prinsip Good Governance untuk penilaian efektivitas kerja pegawai. 2. Penelitian yang dilakukan oleh (Saleh et al, 2011) bertujaun untuk mengetahui Prinsip- Prinsip Good Governance Dalam Penempatan Aparatur Dalam Jabatan Struktural Disekretariat Daerah. Sedangkan penelitian yang sekarang bertujuan untuk mengetahui Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk menginterpretasikan hasil dari evaluasi akuntansi pertanggungjawaban menurut pemahaman, pemikiran, dan persepsi penulis berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan. Penelitian ini didahului dengan observasi terhadap objek penelitian. Populasi menurut Sugiono (2003:72) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang terdapat di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Teknik Pengambilan Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2003:73). Pengambilan sebagian itu dimaksudkan sebagai representatif dari seluruh populasi, sehingga kesimpulan juga berlaku bagi keseluruhan populasi. Dimana pada penelitian ini populasi terdiri dari 65 Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ada di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Teknik yang digunakan dalam 5

6 pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan Quota Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan menetapkan hasil atau jumlah (jatah) tertentu sesuai dengan pertimbangan atau hasil yang diinginkan oleh peneliti. Dalam hal ini, yang dijadikan sebagai penetapan sampling yaitu berupa jumlah tertinggi yang didapat dari hasil jawaban kuesioner yang disebar kepada responden. Maka, dalam penelitian ini teknik Quota Sampling dirasa yang paling tepat. Teknik Pengumpulan Data Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data subyek (Self-Report Data), dimana Indriantoro dan Supomo (1999:145) menuliskan bahwa data subyek yaitu jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian (responden). Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer, data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap gejala-gelaja yang dapat diamati dari objek penelitian, dimana dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara: a) Angket (kuesioner), yaitu mengajukan pertanyaan secara tertutup yang disebarkan kepada pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya yang terpilih menjadi sampel dari penelitian. Angket dikembangkan dari berbagai sumber buku antara lain Sugiono (2003) dan Mustafa (2009), serta penelitian sebelumnya yaitu Saleh (2011). b) Metode wawancara (interview), yaitu mengadakan tanya jawab langsung kepada pihakpihak yang terkait dan memiliki relevansi terhadap masalah penelitian Satuan Kajian 1. Variabel Penelitian prinsip-prinsip good governance, yang diukur berdasarkan indikatornya yaitu: a. Akuntabilitas. b. Transparansi atau keterbukaan. c. Responsivitas atau ketanggapan. d. Partisipasi. e. Keadilan. 2. Efektifitas kerja pegawai dapat diukur melalui indikator sebagai berikut: a. Kesiagaan. b. Kemangkiran. c. Semangat kerja. d. Motivasi. e. Kepuasan Kerja. f. Keahlian dan fasilitas yang tersedia. g. Waktu menyelesaikan tugas. Teknik Analisis Data Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif maka dari itu penulis memiliki beberapa langkah dalam melakukan teknik analisis kualitatif yaitu: 1. Mentranskrip data yang masih mentah dari hasil kuisioner dan wawancara terstruktur. 2. Hasil dari penelitian berupa data kemudian disorting (mengolah informasi yang diperoleh sehingga sistematis berdasarkan variabel yang diteliti) dengan cara mereduksi data yang diperoleh. Proses mereduksi data berarti merangkum, memilih, hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan membuang yang tidak diperlukan. 6

7 7 3. Data kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi, penelitian melakukan classifying (mengklasifikasikan informasi yang disusun sebelumnya agar dapat dibandingkan responden) dengan cara menyajikan data tersebut. 4. Penyajian diikuti dengan proses mengumpulkan data-data yang saling berhubungan satu sama lain melalui wawancara, pendokumentasian dan pengamatan yang lebih mendalam. Data-data yang saling berhubungan dikelompokkan sehingga terbentuk kelompok-kelompok data yang selanjutnya akan disimpulkan. 5. Sedangkan untuk menganalisis data dipakai berdasarkan kategori interval kepuasan (teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan tingkat kepuasan yang didasarkan dari kuisioner). 6. Memasukkan hasil korelasi yang diharapkan dari integrasi interval Good Governance dengan tingkatan kategori Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah, dan Sangat Rendah. 7. Memasukkan hasil korelasi yang diharapkan dari integrasi interval efektifitas kerja dengan tingkatan kategori Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah, dan Sangat Rendah. 8. Setelah peneliti menarik kesimpulan dari hasil penelitian, kemudian meminta pertimbangan kepada berbagai pihak mengenai data-data yang diperoleh dari lapangan. Isi kesimpulan tersebut akan menyatakan kredibilitas dari asumsi awal yang ditentukan oleh peneliti. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance 1. Penerapan Prinsip Akuntabilitas Tabel 1 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Prinsip Akuntabilitas Butir Instrumen Penelitian No. 1 Pemahaman Tugas, Fungsi dan Wewenang sebagai Pegawai Sangat Mengetahui Mengetahui Kurang Mengetahui Tidak Mengetahui Sangat Tidak Mengetahui Butir Instrumen Penelitian No. 2 Inisiatif Menyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Sekali Tidak Pernah Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh responden dalam menjawab butir instrumen nomor 1 atau sebanyak 65 orang responden (100%) menyatakan bahwa mereka memahami tugas, fungsi dan wewenangnya sebagai Pegawai di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Dalam menjawab instrumen penelitian nomor 2 hampir seluruh responden atau sebanyak 62 orang responden (95%) menyatakan bahwa mereka selalu berinisiatif menyusun laporan akuntabilitas kinerja di setiap akhir tahun anggaran. Sehingga dari hasil penelitian disimpulkan bahwa di dalam diri pegawai sudah tertanam prinsip akuntabilitas.

8 2. Penerapan Prinsip Transparansi Tabel 2 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Prinsip Transparansi Butir Instrumen Penelitian No. 3 Komunikasi Organisasi dengan Masyarakat Sangat Terbuka Terbuka Kurang Terbuka Tidak Terbuka Sangat Tidak Terbuka Butir Instrumen Penelitian No. 4 Sosialisasi Program Kerja Kepada Masyarakat Sangat Terbuka Terbuka Kurang Terbuka Tidak Terbuka Sangat Tidak Terbuka Butir Instrumen Penelitian No. 5 Aliran penggunaan Dana Kas yang Disampaikan Kepada Masyarakat Sangat Terbuka Terbuka Kurang Terbuka Tidak Terbuka Sangat Tidak Terbuka Dari data instrumen nomor 3 yaitu sebanyak 35 orang (54%) menyatakan bahwa komunikasi dengan masyarakat sangat terbuka. Sementara 29 orang (44%) menyatakan bahwa komunikasi dengan masyarakat terbuka. Dan 1 orang (2%) menyatakan bahwa komunikasi dengan masyarakat kurang terbuka. Dari data instrumen nomor 4 yaitu sebanyak 59 orang (90%) menyatakan bahwa mereka melakukan sosialisasi sangat terbuka atas program dan kebijakan kerja kepada masyarakat. Sementara sebanyak 6 orang (10%) menyatakan bahwa mereka melakukan sosialisasi terbuka atas program dan kebijakan kerja kepada masyarakat. Dari data instrumen nomor 5 yaitu sebanyak 53 orang (81%) menyatakan sudah melakukan sosialisasi mengenai kas dinas secara terbuka kepada masyarakat. 7 orang responden (11%) menyatakan melakukan sosialisasi kurang terbuka kepada masyarakat. 3. Penerapan Prinsip Responsivitas dan Partisipasi Tabel 3 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Prinsip Responsivitas dan Partisipasi Butir Instrumen Penelitian No. 6 Aktif dalam Menanggapi Kebutuhan Masyarakat Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif Tidak Aktif Sangat Tidak Aktif

9 9 Butir Instrumen Penelitian No. 7 Mempertimbangkan Aspirasi Masyarakat Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Sekali Tidak Pernah Butir Instrumen Penelitian No. 8 Penting Tidaknya Aspirasi Warga Sangat Penting Penting Kurang Penting Tidak Penting Sangat Tidak Penting Dari data instrumen nomor 6 sebanyak 44 responden (68%) yang mengatakan sangat aktif dalam menanggpai kebutuhan masyarakat dan 19 orang responden (29%) yang menyatakan aktif dalam menanggapi kebutuhan masyarakat, serta 2 responden (3%) yang menyatakan kurang aktif dalam menanggapi kebutuhan masyarakat. Dari data nomor 7 dapat dilihat bahwa mayoritas Pegawai bersifat aspiratif. Ini dapat dilihat dari jawaban responden sebanyak 41 orang (63 %) menyatakan selalu mempertimbangkan aspirasi warga dalam setiap pengambilan keputusam, sementara 14 orang responden (21%) menyatakan sering mempertimbangkan aspirasi masyarakat Dari data instrumen nomor 8 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 41 orang (63%) menyatakan bahwa aspirasi warga sangat penting untuk didengar dan ditindaklanjuti. Sementara 19 orang responden (29%) menganggap aspirasi warga penting untuk didengar dan ditindaklanjuti. 4. Penerapan Prinsip Keadilan atau Kesetaraan Tabel 4 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Prinsip Keadilan/ Kesetaraan Butir Instrumen Penelitian No. 9 Perlakuan Adil Terhadap Pegawai Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Sekali Tidak Pernah Butir Instrumen Penelitian No. 10 Perbedaan dalam Penempatan Posisi Berdasarkan Jenis Kelamin Tidak Pernah Tidak Kadang-kadang Sering Sangat Sering 1 0 0

10 Dari data jawaban responden nomor 9 pada tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas 51 responden yaitu (78%) menyatakan bahwa mereka selalu mendapatkan perlakuan yang adil dari atasan. Sementara 9 orang responden (14%) menyatakan bahwa mereka sering mendapatkan perlakuan yang adil dari atasan. Dari data pada tabel jawaban responden nomor 10 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas 55 responden yaitu (84%) menyatakan mereka tidak pernah di beda-beda kan dalam penempatan posisi. Sementara 9 responden (14%) menyatakan mereka tidak dibedabedakan 5. Penerapan Prinsip Kapasitas Tabel 5 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Prinsip Kapasitas Butir Instrumen Penelitian No. 11 Tingkat Pengetahuan dan Ketrampilan Pegawai Sangat Berpengaruh Berpengaruh Kurang Berpengaruh Tidak Berpengaruh Sangat Tidak Berpengaruh Butir Instrumen Penelitian No. 12 Kemampuan Menjalankan Tugas dan Fungsi Sangat Mampu Mampu Kurang Mampu Tidak Mampu Sangat Tidak Mampu Butir Instrumen Penelitian No. 13 Pelatihan dan Pembinaan Pegawai Sangat Perlu Perlu Kurang Perlu Tidak Perlu Sangat Tidak Perlu Dari tabel instrumen nomor 11 sebanyak 58 orang (89%) menyatakan pengetahuan dan keterampilan Pegawai sangat mempengaruhi kinerja, sementara 7 orang responden (11%) menyatakan pengetahuan dan keterampilan berpengaruh terhadap kinerja Pegawai Dinas. Jawaban butir instrumen nomor 12 antara lain sebanyak 57 orang (88%) yang menyatakan pegawai Dinas yang ada sekarang sangat memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas sesuai dengan jabatannya masing-masing. Namun sebanyak 8 orang responden (12 %) menyatakan memiliki kemampuan yang standar melaksanakan tugasnya. Data butir instrumen nomor 13 menyatakan sebanyak 59 responden (91%) mengatakan sangat perlu mendapat pelatihan dan 4 orang responden (6%) yang menyatakan perangkat dinas perlu perlu untuk mendapat pelatihan dan pembinaan. Dalam penelitian ini, variabel penerapan prinsip-prinsip good governance terdiri dari 13 butir instrumen. Setelah menganalisis data yang di dapat dari kuesioner penelitian, maka 10

11 diperoleh nilai tertinggi adalah 63 dan nilai terendah adalah 58. Untuk menentukan jarak intervalnya maka digunakan rumus yang dituliskan oleh Sutrisno Hadi (1983:12), yaitu: 11 I= 1 Interval tersebut dapat digunakan untuk menyusun kategori variabel penerapan prinsip-prinsip good governance sebagai berikut: 1. Untuk Kategori Sangat Tinggi : Untuk Kategori Tinggi : Untuk Kategori Sedang : Untuk Kategori Rendah : Untuk Kategori Sangat Rendah : 58 Untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip good governance oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, dilihat dari rekapitulasi jawaban responden seluruhnya yang terdiri dari 65 responden Pegawai Negeri Sipil Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, seluruhnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Jawaban Interval Frekuensi Persentase (%) Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penerapan prinsip-prinsip good governance oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya berada pada kategori sangat tinggi, seperti yang ditunjukkan dari rekapitulasi keseluruhan jawaban responden dimana sebanyak 23 responden (35%) berada di kategori interval antara Penerapan variabel prinsip good governance berada pada kategori sangat tinggi mengindikasikan bahwa prinsip good governance sudah dilaksanakan dengan sangat baik. Jika digambarkan dalam bentuk diagram maka jawaban responden mengenai tingkat penerapan prinsip good governance adalah sebagai berikut: (%) Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Gambar 1 Diagram Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Penerapan Good Governancedi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya

12 Efektifitas Kerja Pegawai 1. Kesiagaan Tabel 7 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kesiagaan Butir Instrumen Penelitian No. 1 Kemampuan Menyelesaikan Tugas Khusus Sangat Mampu Mampu Kurang Mampu Tidak Mampu Sangat Tidak Mampu Butir Instrumen Penelitian No. 2 Pencapaian Sasaran Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Sekali Tidak Pernah Butir Instrumen Penelitian No. 3 Mencari Sendiri Alternatif Solusi Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Sekali Tidak Pernah Butir Instrumen Penelitian No. 4 Meminta Bantuan Kepada Rekan Kerja Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Sekali Tidak Pernah Dari insrumen nomor 1, 59 responden (91%) menyatakan mereka mampu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepada mereka. Sementara 4 orang responden (6%) menyatakan sangat mampu menyelesaikan tugas. Dari insrumen nomor 2 sebanyak 41 orang responden (63%) menyatakan bahwa mereka sering menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Sementara 11 orang (17%) menyatakan bahwa mereka selalu menyelesaikan tugas sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Dari instrumen nomor 3 yaitu sebanyak 40 orang (62%) menyatakan bahwa mereka sering mencari sendiri solusi terhadap masalah pekerjaan. 9 orang responden (14%) menyatakan bahwa mereka selalu mencari sendiri solusi terhadap masalah pekerjaan,10 12

13 orang responden (15%) menyatakan bahwa mereka kadang-kadang saja mencari sendiri solusi terhadap masalah pekerjaan. Serta dari instrumen nomor 4 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 20 orang (31%) menyatakan bahwa mereka sering meminta bantuan kepada rekan kerjanya jika menemui hambatan dalam pekerjaannya. Sementara 40 orang responden (61%) menyatakan bahwa mereka selalu meminta bantuan kepada rekan kerja nya jika menemui hambatan dalam pekerjaannya 2. Kemangkiran Tabel 8 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemangkiran Butir Instrumen Penelitian No. 5 Kehadiran Di Tempat Kerja Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Sekali Tidak Pernah Butir Instrumen Penelitian No. 6 Keberadaan Di Tempat Kerja Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Sekali Tidak Pernah Dari data instrumen nomor 5 sebanyak 31 orang (48%) menyatakan bahwa mereka selalu berada di tempat kerja pada saat jam kerja. Sementara 27 orang responden (41%) menyatakan bahwa mereka sering berada di tempat kerja pada saat jam kerja. Dan 6 orang responden (9%) menyatakan bahwa mereka kadang-kadang berada di tempat kerja pada saat jam kerja, dan 1 orang responden (2%) menyatakan bahwa dia tidak pernah berada di tempat kerja pada saat jam kerja. Dari data pada tabel jawaban responden mengenai Keberadaan di tempat kerja di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 26 orang (40%) menyatakan bahwa mereka selalu berada di tempat kerja sampai dengan waktu pulang kerja. Sementara 28 orang responden (43%) menyatakan bahwa mereka sering berada di tempat kerja sampai dengan waktu pulang kerja. 3. Motivasi dan Semangat Kerja Tabel 9 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Motivasi dan Semangat Kerja Butir Instrumen Penelitian No. 7 Penundaan Pekerjaan Tidak Pernah Tidak Kadang-kadang Sering Sangat Sering

14 14 Butir Instrumen Penelitian No. 8 Motivasi yang Diberikan Atasan Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Sekali Tidak Pernah Butir Instrumen Penelitian No. 9 Semangat Kerja Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Sekali Tidak Pernah Dari data instrumen nomor 7 sebanyak 33 orang (50%) menyatakan bahwa mereka tidak pernah menunda-nunda pekerjaannya, 16 orang responden (25%) menyatakan bahwa mereka tidak menunda-nunda pekerjaannya, serta 16 orang responden (25%) juga menyatakan bahwa mereka Kadang-kadang menunda-nunda pekerjaannya. Dari data instrumen nomor 8 di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 39 orang (60%) menyatakan bahwa mereka selalu mendapatkan motivasi dari atasan. Sebanyak 21 orang responden (32%) menyatakan bahwa dia sering mendapatkan motivasi dari atasan. Serta data pada instrumen nomor 9 sebanyak 43 orang (66%) menyatakan bahwa mereka selalu merasa bersemangat untuk melaksanakan tugasnya setelah mendapatkan motivasi dari atasan. Sementara 21 orang responden (32%) menyatakan bahwa mereka sering merasa bersemangat untuk melaksanakan tugasnya setelah mendapatkan motivasi dari atasan. 4. Kepuasan Kerja Tabel 10 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Kerja Butir Instrumen Penelitian No. 10 Kepuasan Kerja Sangat Puas Puas Kadang-kadang Jarang Sekali Tidak Pernah Butir Instrumen Penelitian No. 11 Beban Pekerjaan yang Diberikan Sangat Senang Senang Kurang Senang Tidak Senang Sangat Tidak Senang 1 0 0

15 15 Dari data pada instrumen nomor 10, sebanyak 42 orang (65%) menyatakan bahwa mereka merasa sangat puas setelah menyelesaikan pekerjaanya. Sementara 19 orang responden (29%) menyatakan mereka merasa puas setelah menyelesaikan pekerjannya. Pada instrumen nomor 11, sebanyak 35 orang (53%) menyatakan mereka merasa senang dengan beban pekerjaan yang diberikan oleh atasan kepada mereka. Sementara 16 orang responden (25%) menyatakan bahwa mereka merasa sangat senang dengan beban pekerjaan yang diberikan oleh atasan kepada mereka, dan 11 orang responden (17%) menyatakan bahwa mereka merasa kurang senang dengan beban pekerjaan yang diberikan oleh atasan kepada mereka. 5. Kemampuan dan Fasilitas yang Tersedia Tabel 11 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemampuan dan Fasilitas yang Tersedia Butir Instrumen Penelitian No. 12 Keahlian Pegawai Sangat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai Butir Instrumen Penelitian No. 13 Dana yang Diberikan Sangat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai Butir Instrumen Penelitian No. 14 Fasilitas yang Tersedia Sangat Memadai Memadai Kurang Memadai Tidak Memadai Sangat Tidak Memadai Dari instrumen nomor 12, sebanyak 51 orang (78%) menyatakan bahwa mereka merasa pekerjaan yang diberikan oleh atasan sesuai dengan keahlian dan kemampuan mereka. Sementara 13 orang responden (20%) menyatakan bahwa mereka merasa pekerjaan yang diberikan oleh atasan sangat sesuai dengan keahlian dan kemampuan mereka. Dari data instrumen nomor 13 sebanyak 47 orang (71%) menyatakan bahwa dana yang diberikan untuk menyelesaikan pekerjaannya sudah sesuai. Sementara 11 orang responden (17%) menyatakan bahwa dana yang diberikan untuk menyelesaikan pekerjaannya tidak sesuai, 5 orang responden (8%) menyatakan bahwa dana yang diberikan untuk menyelesaikan pekerjaannya kurang. Serta data instrumen 14, terdapat 47 orang (71%) menyatakan bahwa fasilitas yang tersedia di kantor sudah memadai. Sementara 14 orang responden (22%) menyatakan bahwa fasilitas yang tersedia di kantor tidak memadai.

16 6. Waktu yang Tersedia Tabel 12 Distribusi Jawaban Responden Mengenai Waktu Yang tersedia Butir Instrumen Penelitian No.15 Menyelesaikan Tugas Tepat Waktu Sangat Mampu Mampu Kurang Mampu Tidak Mampu Sangat Tidak Mampu Butir Instrumen Penelitian No. 16 Waktu Menyelesaikan Tugas Sangat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai Butir Instrumen Penelitian No. 17 Kendala dalam Menyelesaikan Tugas Tidak Pernah Tidak Kadang- kadang Sering Sangat Sering Dari data instrumen nomor 15 sebanyak 56 orang (86%) menyatakan bahwa mereka mampu untuk menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Sementara 5 orang responden (8%) menyatakan bahwa mereka kurang mampu untuk menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Dan 4 orang responden (6%) menyatakan bahwa mereka sangat mampu untuk menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Dari data instrumen nomor 16 atau sebanyak 55 orang (85%) menyatakan bahwa waktu untuk menyelesaikan tugasnya sudah sesuai. Sementara 6 orang responden (9%) menyatakan bahwa waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugasnya sangat sesuai. Serta dari data instrumen 17 sebanyak 31 orang (48%) menyatakan bahwa mereka tidak pernah mengalami kendala dalam menjalankan pekerjaannya. Sementara 19 orang responden (29%) menyatakan bahwa mereka tidak mengalami kendala dalam menjalankan pekerjaannya. 12 orang responden (18%) menyatakan bahwa mereka kadang-kadang mengalami kendala dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam penelitian ini, penerapan Efektivitas kinerja pegawai terdiri dari 17 butir instrumen. Setelah menganalisis data yang di dapat dari kuesioner penelitian, diperoleh nilai tertinggi adalah 72 dan nilai terendah adalah 66. Untuk menentukan jarak intervalnya maka digunakan rumus Sutrisno Hadi (1983:12): 16,2 (Dibulatkan 1)

17 Interval tersebut dapat digunakan untuk menyusun kategori variabel tingkat efektifitas kerja pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Interval tersebut adalah sebagai berikut: 1. Untuk Kategori Sangat Tinggi : Untuk Kategori Tinggi : Untuk Kategori Sedang : Untuk Kategori Rendah : Untuk Kategori Sangat Rendah : Tabel 13 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Efektivitas Kerja Pegawai Jawaban Interval Frekuensi Persentase (%) Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah Sumber: Kuesioner Penelitian (%) Sangat Tinggi Tinggi Sedang RendahSangat Rendah Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Gambar 2 Diagram Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Tingkat Efektivitas Kerja Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya Evaluasi Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Penerapan prinsip good governance selain untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kegiatan Dinas Kebersihan dan Pertamanan, juga untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat. Kebutuhan untuk menerapkan prinsip good governance juga dirasakan sangat kuat dalam kegiatan operasional pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Dalam menerapakan prinsip good governance pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan perlu dilakukan yaitu tahap persiapan, implementasi dan evaluasi. Karena proses ini adalah langkah awal untuk membangun kesadaran tentang arti penting prinsip good governance dan komitmen bersama dalam penerapannya. Dalam hal ini kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan telah merumuskan pedoman good governance dan menyampaikan terhadap pegawai atau bawahannya dilingkungan Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Dari fakta dilapangan yang dilakukan melalui wawancara pernyataan Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan penyebaran kuesioner terhadap pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan, melakukan tahap

18 implementasi yang meliputi sosialisasi, implementasi dan internalisasi. Tahap sosialisasi ini diperlukan untuk memperkenalkan berbagai aspek yang terkait dengan prinsip good governance yaitu tahap sosialisasi pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan ini adalah setiap pegawai akan dibekali oleh pengetahuan yang meliputi pelatihan dasar-dasar prinsip good governance untuk mengetahui arti penting penerapan good governance. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya juga melakukan tahapan evaluasi yaitu dengan mengevaluasi setiap bulan dengan checklist untuk mengukur pelaksanaan prinsip good governance dan dilaporkan kepada kepala Dinas. Berdasarkan seluruh uraian dan data-data di atas dapat dipahami bahwa implementasi antara penerapan prinsip-prinsip good governance dan tingkat efektivitas kerja pegawai pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya merupakan hubungan kausalitas. Dengan kata lain, semakin baiknya penerapan prinsip good governance yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya akan meningkatkan tingkat efektivitas kerja pegawai. Dan sebaliknya, semakin efektif pegawai dalam menjalankan fungsinya, berarti penerapan prinsip good governance oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya semakin baik. Hal ini telah dibuktikan melalui wawancara dengan Kepala Dinas serta penyebaran kueisoner di lingkungan pegawai pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. didapatkan dalam rekapitulasi kuesioner dari prinsip good governance dan rekapitulasi kuesioner efektivitas pegawai berada dalam kategori interval antara hal ini mengindikasikan pada kategori sangat tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Setelah melakukan pengumpulan data hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang telah disusun serta jawaban dari hasil wawancara maka terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan dengan penelitian tentang penerapan prinsip-prinsip good governance terhadap tingkat efektifitas kerja, yaitu: 1. Penerapan prinsip Good Governance oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya sudah cukup baik. Meskipun belum maksimal, namun pemerintah kota sudah mulai menerapkan prinsip Good Governance dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemerintah kota. Ini dapat dilihat dari penerapan dalam prinsip-prinsip Good Governance berikut: a. Akuntabilitas: Adanya inisiatif untuk menyusun laporan akuntabilitas kinerja tahunan dan sudah dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya disetiap akhir tahun anggaran, dan kemudian disampaikan kepada Walikota. b. Transparansi: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya sudah melakukan sosialisasi mengenai aliran penggunaan kas daerah dan APBD Dinas kepada masyarakat secara terbuka, dan membuka line interaktif kepada masyarakat secara on-line, sehingga masyarakat bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan dengan mudah. Ini menunjukkan prinsip transparansi sudah tertanam dalam diri aparatur Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya meskipun dalam pelaksanaannya terkadang belum maksimal dikarenakan terbatasnya media untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat dan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengakses media tersebut. c. Responsivitas dan Partisipasi: Masyarakat selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan-keputusan strategis mengenai kesejahteraan masyarakat. Aparatur Dinas sangat responsif dalam menanggapi keluhan dan segala yang dibutuhkan oleh masyarakat, karena masyarakat bisa melaporkan apa yang mereka butuhkan melalui 18

19 line telephone Dinas secara langsung atau melalui Radio Suara Surabaya yang setiap hari melaporkan kejadian yang ada di Surabaya bisa berupa pohon tumbang, sampah dan sebagainya. Semua keluhan yang datang akan ditanggapi secepat mungkin dalam waktu yang tidak lama oleh aparatur. d. Keadilan atau Kesetaraan: Keadilan atau Kesetaraan diterapkan dengan tidak membedakan antara pria dan wanita untuk menempati posisi atau jabatan tertentu. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya tidak hanya menerapkan prinsip Keadilan dan Kesetaraan dalam lingkungan kantor Dinas saja melainkan pelayanan kepada seluruh masyarakat pun tidak ada yang dibedakan baik warga dari wilayah pemukiman, perumahan mewah, dunia usaha maupun dunia pendidikan semuadilayani tanpa membedakan. e. Kapasitas: Kapasitas berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan aparat pemerintah. Kapasitas sumber daya manusia aparatur Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dalam melaksanakan fungsinya sudah bagus, meskipun masih belum maksimal. Ada beberapa aparatur yang mungkin mempunyai taraf pendidikan dibawah standar yang perlu diadakan pelatihan dan pembinaan kemampuan berorganisasi dan penggunaan teknologi yang terbaru dalam pelaksanaan operasional. 2. Dalam Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya kinerja aparatur dirasa sudah sangat efektif dalam menjalankan dan menyelesaikan tugas.terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan dengan penelitian tentang tingkat efektifitas kerja, yaitu: a. Kesiagaan: Para aparatur Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya sangat siap dan mampu menyelesaikan sebuah tugas khusus jika diminta. Hal ini menunjukkan bahwa prinsip kesiagaan yang sudah tertanam dalam benak aparatur Dinas. b. Kemangkiran: Karena sikap disiplin dalam diri setiap aparatur Dinas sangat tinggi, maka tingkat mangkir saat jam kerja atau bolos tanpa alasan yang jelas sangat minim terjadi. Bahkan Dinas kebersihan yang seharusnya memulai jam kerja pada pukul justru para pegawai memulai kerja lebih awal yaitu pukul Ini menunjukkan tingkat kemangkiran yang rendah. c. Motivasi dan Semangat Kerja: Tiap individu aparatur Dinas sangat bersemangat dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai sasaran. Dengan motivasi yang berasal dari atasan dan dalam hati setiap individu aparatur yang melibatkan diri dalam segala kegiatan berarahkan sasaran dalam pekerjaan. Ini menunjukkan Motivasi dan Semangat Kerja yang tinggi dalam Dinas. d. Kepuasan kerja: Kepuasan kerja dialami oleh para pegawai Dinas karena atasan yang selalu berlaku adil dan tidak membedakan dalam memberikan tugas kepada pegawai sesuai dengan kemampuan mereka. Serta motivasi yang selalu diberikan oleh atasan dengan memberi semangat dalam penyelesaian tugas. e. Kemampuan dan fasilitas yang tersedia: Kemampuan dan keahlian pegawai dalam menyelesaikan tugas sudah cukup baik. Didukung dengan fasilitas yang tersedia untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan. Meskipun mungkin di beberapa bidang lain masih ada fasilitas yang kurang memadai untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan. f. Waktu yang Tersedia: Pegawai Dinas dalam menyelesaikan tugas selalu sesuai sasaran dan tepat pada waktunya. Ini dikarenakan para pegawai sangatlah menghargai waktu yang disediakan, dan banyaknya pekerjaan yang diberikan oleh 19

20 atasan. Namun semua itu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tiap individu aparatur pemerintah tersebut. Keterbatasan Selain dari kelebihan kelebihan diatas terdapat pula kelemahan atau kendala dalam pelaksanaan Good Governance dalam Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Adapun temuantemuan selama penelitian antara lain: a. Kendala terbatasnya media untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Dan mengenai kurangnya pengetahuan masyarakat dalam mengakses media informasi lineinternet yang sudah tersedia mengenai berbagai regulasi dan recana pemerintah dalam mensejahterahkan masyarakat. b. Kurangnya pengetahuan dari aparatur pemerintah mengenai penggunaan teknologi yang terbaru dalam pelaksanaan operasional kerja. Mengenai teknologi yang sesuai untuk pengelolaan sampah, alat berat dalam pengerukan sampah, transportasi sampah, dan tata cara bersosialisasi dan berorganisasi. c. Ada beberapa fasilitas sarana dan prasarana yang masih kurang memadai untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan. Kurangnya penyediaan lahan untuk TPS (Tempat Pembuangan Sampah) di lingkungan masyarakat yang sesuai dengan SNI. Tidak adanya TPST yang lebih ramah lingkungan. Dan tempat temporari disposal untuk bahan bahan berbahaya (B3). d. Kendala intern lebih kepada masih banyaknya regulasi regulasi yg belum terpenuhi atau perlu dilakukan pembaharuan dalam regulasi yang sudah ada. e. Dari pihak internal, kendala yang dihadapi adalah masih kurangnya kesadaran dari warga pendatang yang masih sering membuang sampah secara sembarangan. Good governance merupakan nilai yang harus ditanamkan ke dalam diri setiap aparatur Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya agar prilaku aparatur tersebut dalam menjalankan tugasnya sebagai pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya menjunjung tinggi prinsip good governance. Oleh karena itu, proses penanaman prinsip good governance harusnya dilakukan melalui proses sosialisasi dan asimilasi, bukan hanya melalui tuntutan regulasi. 20 Saran Setelah melakukan penelitian tentang penerapan prinsip-prinsip good governance terhadap tingkat efektifitas kerja pegawai, maka penelitian ini memiliki beberapa saran yang penulis kemukakan sebagai bahan masukan antara lain: Bagi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dalam usaha untuk peningkatan efektifitas kerja pegawai yaitu: 1. Pemerintah kota harusnya secara rutin merancang semacam seminar atau workshop yang dihadiri oleh pakar yang terkait (LSM, Tokoh masyarakat) serta seluruh pegawai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, khusus untuk mensosialisasikan mengenai prinsip good governance maupun semacam pelatihan untuk menambah pengetahuan dan skill aparat Dinas terkait fungsi dan tugasnya. 2. Perlu adanya pelatihan dan pembinaan dari pemerintah kota bagi aparatur Dinas untuk meningkatkan kualitas dan kemampuannya dalam berorganisasi, baik itu penguatan capacity building maupun institutional building.

BAB 5 PENUTUP. Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Dinas Kebersihan dan Pertamanan selaku. Kota Surabaya sudah cukup baik. Meskipun belum maksimal, namun

BAB 5 PENUTUP. Sub Bagian Kepegawaian dan Umum Dinas Kebersihan dan Pertamanan selaku. Kota Surabaya sudah cukup baik. Meskipun belum maksimal, namun BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Setelah melakukan pengumpulan data hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang telah disusun serta jawaban dari hasil wawancara dengan Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Umum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mengatur dan mengelola sumber daya produktif, serta melayani,

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mengatur dan mengelola sumber daya produktif, serta melayani, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Surabaya yang merupakan Ibukota Jawa Timur dengan penduduk metropolisnya mencapai 3 juta jiwa menurut pemerintah kota Surabaya untuk dapat mengatur dan mengelola

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. tentang hubungan penerapan prinsip-prinsip good governance terhadap tingkat

BAB 5 PENUTUP. tentang hubungan penerapan prinsip-prinsip good governance terhadap tingkat BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Setelah melakukan pengumpulan data hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang telah disusun serta jawaban dari hasil wawancara dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga

Lebih terperinci

Kuesioner mengenai Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Efektivitas Kerja Pegawai

Kuesioner mengenai Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Kuesioner mengenai Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Petunjuk Pengisian: 1. Jawablah semua pertanyaan dibawah ini dengan jujur. 2. Beri tanda silang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini merupakan suatu kewajiban yang sudah diatur dalam Undang-Undang tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. ini merupakan suatu kewajiban yang sudah diatur dalam Undang-Undang tentang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Surabaya yang merupakan Ibukota Jawa Timur dengan penduduk metropolisnya mencapai 3 juta jiwa menuntut pemerintah kota Surabaya untuk dapat mengatur dan mengelola

Lebih terperinci

ANGKET. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance (Variabel X)

ANGKET. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance (Variabel X) ANGKET Petunjuk 1. Jawablah semua pertanyaan dibawah ini dengan jujur. 2. Beri tanda silang pada a,b,c,d atau e sebagai jawaban pilihan yang sesuai menurut anda. 3. Jawaban Bapak/Ibu digunakan untuk bahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Good Corparate Governance Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam pengertian yang dikembangkan oleh UNDP. Berdasarkan dokumen kebijakan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 7, Juli 2016 ISSN :

Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 7, Juli 2016 ISSN : Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi : Volume 5, Nomor 7, Juli 2016 ISSN : 2460-0585 PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI BINAMARGA DAN PEMATUSAN Indra Setiawan indragcc@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja instansi pemerintah kini menjadi sorotan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Masyarakat sering

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG KOTA SAMARINDA

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI KANTOR KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG KOTA SAMARINDA ejournal Administrasi Publik, Volume 5, Nomor 1, 2017 : 5253-5264 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pemerintahan, baik oleh Pusat maupun Daerah mempunyai fungsi untuk mendorong dan memfasilitasi pembangunan guna mencapai pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi di Indonesia yang masih berlangsung hingga sekarang telah menghasilkan berbagai perubahan khususnya dalam hal tata kelola pemerintahan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan sebelumnya. Apabila diterapkan secara formal dalam organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan sebelumnya. Apabila diterapkan secara formal dalam organisasi 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Administrasi Negara 2.1.1 Pengertian Administrasi Administrasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan secara kerjasama untuk mencapai tujuan bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya negara dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita negara serta menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya negara dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita negara serta menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan keuangan negara merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan perekonomian suatu negara, karena berkaitan erat dengan mampu dan tidaknya negara

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, tuntutan terhadap paradigma good governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakkan lagi. Istilah good

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang sudah ditentukan. Saat ini good governance sangat ramai. yang dipimpin oleh seorang atasan terhadap pegawai-pegawainya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang sudah ditentukan. Saat ini good governance sangat ramai. yang dipimpin oleh seorang atasan terhadap pegawai-pegawainya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Good Governance adalah suatu tata kelola pemerintahan yang baik yang harus diterapkan untuk mencapai sebuah kesuksesan dalam setiap organisasi, sehingga akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. publik. Pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. publik. Pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Masalah Konsep good governance muncul karena adanya ketidakpuasan pada kinerja pemerintahan yang selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan publik. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena yang terjadi dalam perkembangan otonomi daerah di Indonesia saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan tata kelola pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah pembangunan yang bertumpu pada peningkatan sumber daya aparatur pemerintah sebagai kunci pokok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep governance bukanlah konsep baru, konsep governance sama luasnya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep governance bukanlah konsep baru, konsep governance sama luasnya dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Good Governance II.1.1 Pengertian Governance Konsep governance bukanlah konsep baru, konsep governance sama luasnya dengan peradaban manusia, salah satu pembahasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan asas densentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good governance sering diartikan sebagai tata kelola yang baik. World

BAB I PENDAHULUAN. Good governance sering diartikan sebagai tata kelola yang baik. World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Good governance sering diartikan sebagai tata kelola yang baik. World Bank memberikan definisi governance sebagai: The way statement is used in managing economic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah berdampak pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi, yaitu dari pemerintah pusat kepada

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

Sehingga dalam kaitan dengan kinerja pegawai, mahsun (2013:25), menjelaskan kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

Sehingga dalam kaitan dengan kinerja pegawai, mahsun (2013:25), menjelaskan kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang begitu cepat menuntut perlunya sistem perencanaan pembangunan yang komprehensif dan berkualitas serta desentralisasi,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN

IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN Arpi R. Rondonuwu Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH Modul ke: GOOD GOVERNANCE Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik Fakultas FAKULTAS www.mercubuana.ac.id RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi Pengertian Istilah good governance lahir sejak berakhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi daerah

Lebih terperinci

Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan Modul ke: 14 Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Pendidikan Kewarganegaraan Berisi tentang Good Governance : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Hubungan Masyarakat http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah desa merupakan simbol formil kesatuan masyarakat desa. Pemerintah desa sebagai badan kekuasaan terendah selain memiliki wewenang asli untuk mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, era globalisasi telah menuntut adanya perubahan yang sangat cepat dan menyebabkan adanya pergeseran pemikiran yang kompleks disegala bidang. Kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Good Governance adalah tata kelola pemerintahan yang baik yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Good Governance adalah tata kelola pemerintahan yang baik yang telah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Good Governance Good Governance adalah tata kelola pemerintahan yang baik yang telah didefinisikan oleh berbagai lembaga yang diakui oleh dunia. Salah satu lembaga

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN

PELAKSANAAN KEGIATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. PERSIAPAN. Penetapan Pelaksana Kegiatan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat ini dimulai pada tanggal 7 sampai dengan Juli 0, dengan tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut: ) Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO ANALISIS VALUE FOR MONEY DALAM PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO Khalimatus Sya diyah, Widya Susanti, Ali Rasyidi Program Studi Akuntansi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial pada dasarnya manusia memiliki sifat bersosialisasi, berkomunikasi, bekerja sama, dan membutuhkan keberadaan manusia yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 5 memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 5 memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berlakunya peraturan pemerintah mengenai otonomi daerah, hal tersebut merupakan sebuah indikasi bahwa rakyat menghendaki sebuah keterbukaan dan kemandirian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik (good government governance)

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik (good government governance) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perubahan sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi yang dibawa oleh arus informasi telah menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan pemerintahan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Menurut Koiman (2009:273), governance merupakan serangkaian proses interaksi

LANDASAN TEORI. Menurut Koiman (2009:273), governance merupakan serangkaian proses interaksi II. LANDASAN TEORI 1. Good Governance Menurut Koiman (2009:273), governance merupakan serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang mendapat perhatian besar dari berbagai pihak semenjak reformasi pada

Lebih terperinci

Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik

Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik Akuntansi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik.domain publik sendiri memiliki wilayah

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM TATA KELOLA PENYELENGGARAAAN DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA YANG BERBASIS PELAYANAN Oleh Dr. I Nyoman Gede Remaja, S.H., M.H. 3 Abstrak: Dalam era globalisasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh. tata cara dan aturan pokok yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh. tata cara dan aturan pokok yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah kepada sejumlah masyarakat yang berkepentingan sesuai dengan tata cara dan aturan pokok yang

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIFITAS KERJA PEGAWAI

PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIFITAS KERJA PEGAWAI PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIFITAS KERJA PEGAWAI (Studi Pada Dinas Sosial Kabupaten Toba Samosir) Disusun Oleh Roy Liston Tambunan 060903068 Departemen Ilmu Administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan

Lebih terperinci

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro)

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Suatu Studi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) Oleh MELANI DWIYANTI SELAMAT Abstraksi Berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, dengan adanya perubahan yang begitu cepat, suatu organisasi atau lembaga institusi dituntut untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian

Lebih terperinci

Volume 12, Nomor 2, Hal ISSN Juli Desember 2010

Volume 12, Nomor 2, Hal ISSN Juli Desember 2010 Volume 12, Nomor 2, Hal. 29-34 ISSN 0852-8349 Juli Desember 2010 PERSEPSI PEMERINTAH DAERAH KOTA JAMBI TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatkan peranan publik ataupun pembangunan, dapat dikembangkan melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita yang kompleks namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan UU No 32 Tahun 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami perubahan yaitu reformasi penganggaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Good Governance Ide governance dan good governance dari IMF dan World Bank ternyata mengusik perhatian para ilmuwan politik, yang mendorong mereka untuk mengolaborasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta citacita bangsa

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sektor publik adalah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu memberikan informasi

Lebih terperinci

: BRIGGIE PETRONELLA ANGRAINIE

: BRIGGIE PETRONELLA ANGRAINIE NAMA NIM FAKULTAS PRODI/BAGIAN E-MAIL : BRIGGIE PETRONELLA ANGRAINIE : A31104018 : EKONOMI DAN BISNIS : AKUNTANSI : g.4bjad@gmail.com ABSTRAKSI BRIGGIE PETRONELLA ANGRAINIE. A31104018. PENGARUH PERFORMANCE

Lebih terperinci

PENERAPAN ASAS GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009

PENERAPAN ASAS GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 PENERAPAN ASAS GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 oleh Ermalena Rahmawati I Ketut Suardita Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada era Orde Baru, pemerintah daerah tidak mempunyai kemandirian untuk berkembang. Semua kebijakan pemerintah daerah dikontrol oleh pemerintah pusat. Reformasi diawal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah merupakan titik reformasi keuangan daerah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan 1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan pemerintahannya menekankan asas desentralisasi yang secara utuh dilaksanakan di daerah kota/kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari segi internal yaitu peningkatan kinerja yang optimal dan segi eksternal yaitu adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era baru dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat

I. PENDAHULUAN. Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat sentralistik telah ditinggalkan seiring dengan adanya reformasi birokrasi yang bersifat desentralistik,

Lebih terperinci

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kecamatan Ujungberung Kota Bandung Tahun 2016,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam waktu tujuh tahun sejak tumbangnya rezim orde baru, bangsa Indonesia terus berupaya memperbaiki sistem pemerintahannya. Bahkan upaya-upaya perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam satu dekade terakhir ini, bangsa Indonesia sedang berupaya memperbaiki kinerja pemerintahannya melalui berbagai agenda reformasi birokrasi dalam berbagai sektor

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE TERHADAP KINERJA DINAS PEMERINTAH DAERAH KOTA BANDUNG

2016 PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE TERHADAP KINERJA DINAS PEMERINTAH DAERAH KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keseriusan pemerintah Republik Indonesia dalam memajukan ekonomi berbasis daerah semakin ditampakkan dengan munculnya undang-undang yang mengarah pada kemandirian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedudukan pemerintah daerah berkaitan dengan otonomi daerah, bergulirnya otonomi

I. PENDAHULUAN. Kedudukan pemerintah daerah berkaitan dengan otonomi daerah, bergulirnya otonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedudukan pemerintah daerah berkaitan dengan otonomi daerah, bergulirnya otonomi daerah di Indonesia telah membawa perubahan yang signifikan terhadap penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI KANTOR CAMAT SUNGAI PINANG KOTA SAMARINDA

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI KANTOR CAMAT SUNGAI PINANG KOTA SAMARINDA ejournal Administrasi Negara, Volume 4, Nomor 2, 2016 : 4119-4131 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI KANTOR CAMAT SUNGAI PINANG KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia. Hal ini membuat masyarakat sebagai pengakses maupun pengguna layanan publik semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, peranan negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (government) menjadi kepemerintahan

Lebih terperinci

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA Salah satu agenda pembangunan nasional adalah menciptakan tata pemerintahan yang bersih, dan berwibawa. Agenda tersebut merupakan upaya untuk

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN

PELAKSANAAN KEGIATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. PERSIAPAN 1. Penetapan Pelaksana Kegiatan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat ini dimulai pada tanggal 1 sampai dengan 5 Desember 2014, dengan tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakukan otonomi daerah berakibat pada terjadinya dinamika perkembangan dan perbaikan sistem keuangan serta akuntansi di pemerintahan daerah menuju pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya reformasi atas kehidupan bangsa yang telah ditetapkan dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan Dalam Sektor Publik Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian ini, karena dapat menjelaskan Implementasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Awal mula dibuatnya Undang-Undang tentang pemerintah daerah karena pada saat diberlakukannya sistem pemerintah terpusat dimana sentralisasi pemerintah berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya memberikan pelayanan yang responsif, transparan dan

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya memberikan pelayanan yang responsif, transparan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinas sosial yang berfugsi untuk menigkatkan kesejahteraan masyarakat sudah selayaknya memberikan pelayanan yang responsif, transparan dan akuntabel. Dinas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif menjadi tuntutan di era globalisasi yang sangat erat kaitannya dengan persaingan dan keterbatasan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi adalah salah satu sistem administrasi pemerintahan, dalam banyak hal tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penganggaran merupakan suatu proses pada organisasi sector publik, termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait dalam penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI PELAYANAN PUBLIK

IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI PELAYANAN PUBLIK IMPLEMENTASI PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASI PELAYANAN PUBLIK Sondil E. Nubatonis, Sugeng Rusmiwari, Son Suwasono Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas

Lebih terperinci

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu prasyarat penting

Lebih terperinci

Konsep Good Governance (Tata- kelola Pemerintahan yang baik)

Konsep Good Governance (Tata- kelola Pemerintahan yang baik) Konsep Good Governance (Tata- kelola Pemerintahan yang baik) Miko Kamal Direktur Ekseku@f i- reformbumn Principal Miko Kamal & Associates Miko Kamal (Good Governance) 1 Memperkenalkan Konsepsi Social Shareholders

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PELAYANAN PERIZINAN DI DAERAH

TINJAUAN UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PELAYANAN PERIZINAN DI DAERAH BAB II TINJAUAN UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK DALAM PELAYANAN PERIZINAN DI DAERAH 1.1 Pengertian dan Prinsip Pemerintahan Yang Baik a. Pengertian pemerintahan yang baik Proses demokratisasi politik dan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. A. Visi Dan Misi Dinas Sosial Kabupaten Toba Samosir. Mendasari Undan-undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Sistem

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. A. Visi Dan Misi Dinas Sosial Kabupaten Toba Samosir. Mendasari Undan-undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Sistem BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Visi Dan Misi Dinas Sosial Kabupaten Toba Samosir Mendasari Undan-undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan ditindak lanjuti

Lebih terperinci

BAB I PE NDAH ULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PE NDAH ULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Rencana Strategis Kecamatan Bulik Tahun 2013-2018, merupakan bentuk pelaksanaan Undang-undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.Undang-Undang

Lebih terperinci