PEMERIKSAAN JAMUR DERMATOFITA KUKU KAKI PETANI DI DESA BUNTER BLOK CILEUDUG KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN CIAMIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMERIKSAAN JAMUR DERMATOFITA KUKU KAKI PETANI DI DESA BUNTER BLOK CILEUDUG KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN CIAMIS"

Transkripsi

1 PEMERIKSAAN JAMUR DERMATOFITA KUKU KAKI PETANI DI DESA BUNTER BLOK CILEUDUG KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN CIAMIS Mei Widiati*, Ary Nurmalasari, Rizki Gusti Andani Program Studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis ABSTRACT The majority of livelihoods in the village of Bunter Block Ciledug mostly as farmers. The habit of gardening or farming done when not wearing footwear while doing her job, so the mud easily fit into your toenails and causes the development of mildew. Nails are not cleaned for a long time may cause odor and rot, so that can cause nail disease tinea unguium that is caused by the fungus Epidermophyton species that normally dermatofita floccosum, and Trichophyton genera. This research aims to know the existence of a cause of tinea unguium fungus on the toenails of the farmers in the village of Bunter Block Ciledug Subdistrict Sukadana Ciamis. Design research is descriptive. The population of this research is the entire farmer in the village of Ciledug Subdistrict Sukadana Ciamis. The sample used as many as 30 people. Research results showed the sample examination scrapings toenails farmers with breeding methods on the media (SDA Saboraud Dextrosa from 30 people infected with the fungus Trichophyton mentagrophytes as many as 23 people (70%, infected with the fungus Trichophyton rubrum as 6 people (20% and is infected with the fungus Aspergillus as much as 3 people (10%. A summary of the results of the examination sample scrapings toenails farmers with breeding methods on the media (SDA Saboraud Dextrosa from 30 people as much as 29 people identified mushrooms dermatofita. Key words : Fungal Toenails farmers, dermatofita INTISARI Mayoritas mata pencaharian di Desa Bunter Blok Ciledug sebagian besar sebagai petani. Kebiasaan yang dilakukan saat bertani atau berkebun tidak memakai alas kaki saat melakukan pekerjaannya, sehingga lumpur dengan mudah masuk ke dalam kuku kaki dan menyebabkan perkembangan jamur. Kuku yang dalam waktu lama tidak dibersihkan akan menimbulkan bau tidak sedap dan membusuk, sehingga dapat menyebabkan penyakit pada kuku yaitu tinea unguium yang disebabkan oleh jamur dermatofita yang biasanya spesies Epidermophyton floccosum, dan genus Trichophyton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya jamur penyebab tinea unguium pada kuku kaki petani di Desa Bunter Blok Ciledug Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis.Desain penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh petani di Desa Ciledug Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis. Sampel yang digunakan yaitu sebanyak 30 orang. Hasil penelitian menunjukan pemeriksaan sampel kerokan kuku kaki petani dengan metode pembiakan pada media (SDA Saboraud Dextrosa dari 30 orang terinfeksi jamur Trichophyton mentagrophytes sebanyak 23 orang (70%, terinfeksi jamur Trichophyton rubrum sebanyak 6 orang (20% dan terinfeksi jamur Aspergillus sebanyak 3 orang (10%. Simpulan dari hasil pemeriksaan sampel kerokan kuku kaki petani dengan metode pembiakan pada media (SDA Saboraud Dextrosa dari 30 orang sebanyak 29 orang teridentifikasi jamur dermatofita. Kata Kunci : Kuku Kaki Petani, Jamur dermatofita

2 Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis dengan suhu dan kelembaban yang tinggi. Hal ini merupakan salah satu penyebab berpotensinya penyebaran dan interaksi jamur. Penyakit jamur di Indonesia memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Angka insiden dermatofitosis pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran diindonesia sangat bervariasi, dimulai dari presentase terendah sebesar 4,8% di Surabaya, hingga presentase tertinggi sebesar 82,6% di Surakarta dari seluruh kasus dermatofitosis (Amirsyam Nasution M, Tingginya angka prevalensi ini dipengaruhi oleh letak geografis dan iklim negara Indonesia. Selain itu perilaku masyarakat seperti mata pencaharian dan tempat tinggal juga dapat menyebabkan interaksi dengan jamur. Jamur pada umumnya dapat cepat berkembang di tempat yang lembab, juga dapat berpindah melalui media air (Siregar, Salah satu Provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat. Wilayah Provinsi Jawa Barat meliputi 18 Kabupaten dan 9 Kota, dan salah satunya yaitu Kabupaten Ciamis. Salah satu daerah di Ciamis, yaitu Desa Bunter di Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis. Berdasarkan data dari Desa Bunter Kecamatan Sukadana, jumlah penduduk di Desa Bunter sebanyak jiwa. JumLah penduduk Desa Bunter Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis yang bermata pencaharian sebagai petani berjumlah (37,2% sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Penduduk yang sehari harinya bertani dan berkebun memiliki kebiasaan tidak memakai alas kaki bahkan bertelanjang kaki saat melakukan pekerjaannya, sehingga lumpur dengan mudah masuk ke dalam kuku kaki dan menyebabkan perkembangan jamur (Zulkoni, Akhsin, amur merupakan tumbuhan parasit, berbentuk benang bercabang mempunyai dinding dari selulosa atau kitin atau keduanya, mempunyai protoplasma yang mengandung satu atau lebih, inti tidak mempunyai klorofil dan berkembangbiak secara seksual, aseksual,dan keduanya. Hanya beberapa macam jenis jamur saja yang jadi penyebab dermatofitosis. Dermatofitosis disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Berdasarkan sifat morfologi,dermatofita dikelompokkan kedalam 3 genus, yaitu Trichophyton, Microsporum, Epidermophyton. Enam spesies penyebab utama dermatofitosis di Indonesia,yaitu Trichophyton rubrum,trichophyton mentaghrophytes, Epidermophyton floccosum, Microsporum canis, Microsporum gypseum, Trichophyton concentricum (Indrawati Gandjar, Tinea unguium disebabkan oleh jamur dermatofita yang biasanya spesies Epidermophyton floccosum, dan genus Trichophyton. Pernah dilaporkan genus Microsporum dapat menginfeksi kuku. Gejala klinis dari Tinea Unguium, yaitu permukaan kuku tidak rata, kuku menjadi rapuh atau keras, dan kuku yang terkena menjadi tipis. permukaan ini dari suatu penyakit akibat jamur dengan gejala klinis lempeng kuku menjadi tebal, rapuh, dan berwarna coklat kekuningan, dan kuku akhirnya tampak seperti berpori (Sutanto, Hal inilah yang menjadi kekhawatiran bila kebiasaan penduduk khususnya yang bekerja sebagai petani

3 (bertani dan berkebun tidak menggunakan alas kaki saat bekerja dan tidak memperhatikan kebersihan kuku terutama kuku kaki. Petani tersebut menganggap kuku khususnya kuku kaki tidak begitu penting, padahal kuku yang dalam waktu lama tidak dibersihkan akan menimbulkan bau tidak sedap dan membusuk, sehingga dapat menyebabkan penyakit pada kuku yaitu tinea unguium (Natadisastra, Keadaan di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang ada atau tidaknya jamur penyebab Tinea unguium seperti Trichophyton rubrum, Trichophyton mentaghrophytes, Epidermophyton floccosum, Microsporum canis (Indrawati Gandjar, 2006 pada kuku petani di Desa Bunter Blok Ciledug, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis. Pengambilan tempat penelitian di Desa Bunter Blok Ciledug, Kecamatan Sukadana, karena berdasarkan survey awal peneliti, peneliti melihat para petani di desa tersebut tidak memperhatikan alat pelindung diri ketika bekerja contohnya tidak memakai sepatu boot. Kemudian peneliti juga mensurvey kuku beberapa orang petani didesa tersebut dan ditemukan kuku tebal, rapuh, dan berwarna coklat kekuningan, dan kuku tampak seperti berpori. Metode Penelitian Populasi penelitian ini adalah seluruh petani di Desa Ciledug, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 orang. JumLah ini menggunakan jumlah minimal sampel untuk penelitian. Menurut Abdurrahman, dkk (2011 bahwa semakin besar sampel maka semakin normal distribusi rata-rata sampelnya dan distribusi terlihat normal adalah ketika jumlah minimal 30 orang. Dalam penelitian ini, sampel yang dipilih yaitu, para petani di Desa Bunter Blok Ciledug, yang mempunyai kuku kaki berwarna coklat, kekuning-kuningan, rapuh,dan tampak seperti berpori. Sehingga sampel yang diperoleh sesuai berdasarkan kriteria yang diinginkan oleh peneliti. Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah mikroskop, objek glass, deck glass, gelas ukur, gelas kimia, batang pengaduk, oven, autoclave, ose, skalpel, tabung reaksi, erlenmeyer. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sampel, KOH 10-20%, alkohol 70%, aquadest, NaCl 0,85%,, SDA. Prosedur Penelitian Sterilisasi Alat yang digunakan disiapkan kemudian disterilisasikan menggunakan oven pada suhu 180 C selama 2 jam. Pembuatan media Sabouraud Dextrose Agar adalah Ditimbang 6,5 gram media SDA, dilarutkan dalam 100 ml aquades, medium dipanaskan sampai mendidih agar tercampur dengan sempurna selama 1 menit, tambahkan 5-8 ml medium kedalam tabung reaksi dan tutup tabung reaksi pakai sumbat, disterilkan didalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 118º- 121ºc dengan tekanan 1-2 atm, kemudian setelah disterilkan tabung dimiringkan 45º, tunggu hingga medium pada tabung reaksi dingin dan padat. Pemeriksaan mikroskopis langsung Dibersihkan jari-jari dan kuku dengan alkohol 70%, Diambil kerokan kuku dengan menggunakan scalpel steril, Hasil

4 kerokan kaki langsung diletakan di objek glass, Tambahkan KOH 10-20% 1 tetes, Tutup dengan coverglass, Tunggu 10 menit, Diperiksa dibawah mikroskop pembesaran lensa objektif 10x dan 40x, Hasil positif bila ditemukan spora atau jamur Dermatofita, Hasil negatif bila tidak ditemukan spora atau jamur Dermatofita. Pengambilan dan penanaman sample pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA adalah Dibersihkan jari-jari dan kuku dengan alkohol 70%, Diambil kerokan kuku dengan menggunakan skapel steril, Hasil kerokan kuku langsung ditanam pada media dengan penotolan dengan titik tertentu,media diberi label dan nomor sample, Buatlah kontrol media, Media diinkubasi pada suhu kamar selama 7 hari dan dilakukan pengamatan setiap harinya, termasuk pada kontrol media SDA, Amati pertumbuhan koloni jamur pada media SDA. Pemeriksaan Mikroskopis dari media Sabouraud Dextrosa Agar (SDA adalah Diambil sedikit sample dari koloni jamur dengan ose lurus, letakkan pada objek glass yang sudah di tetesi larutan NaCL 0,85% kemudian tutup dengan deck glass, dan Diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 10x dan 40 x (Gandjar, Hasil Penelitian Hasil pemeriksaan sampel kerokan kuku kaki petani dengan metode pemeriksaan secara langsung pakai KOH dan pembiakan pada media (SDA Saboraud Dextrosa Agar di laboratorium parasitologi pada kuku kaki petani di Desa Bunter Blok Ciledug Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis. Tabel 1 Hasil pengamatan langsung No sampel Hasil pengamatan langsung KOH No sampel Hasil pengamatan langsung KOH Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 diperoleh hasilnya semua sampel negatif, bisa dijelaskan bahwa semua sampel tidak terdapat jamur dermatofita dan tidak ditemukannya spora jamur. Untuk lebih memastikan bahwa hasil dari pemeriksaan pengamatan langsung dengan KOH negatif bisa dilakukan pengamatan kultur. Kultur merupakan pemeriksaan jamur yang distandarisasi. Untuk pengamatan KOH bukanlah standar untuk pengamatan jamur, tetapi hanya sebagai penyaring ada dan tidaknya infeksi jamur. Tabel 2 Hasil Pengamatan Pada Biakan Media SDA secara makroskopis Pemeriksaan Makroskopis

5 No sampel Bentuk koloni 1 Seperti 2 Seperti 3 Seperti Warna atas warna bawah 27 Seperti 28 Seperti 29 Seperti 30 Seperti 4 Seperti 5 Seperti Tabel 3 Hasil Pengamatan Pada Biakan Media SDA secara mikroskopis Pemeriksaan Makroskopis 6 Seperti 7 Seperti 8 Seperti 9 Seperti 10 Seperti 11 Seperti 12 Seperti 13 Seperti 14 Seperti 15 Seperti 16 Seperti 17 Seperti 18 Seperti 19 Seperti 20 Seperti 21 Seperti 22 Seperti 23 Seperti 24 Seperti 25 Seperti 26 Seperti No T. mentagr ophytes ( ( ( T. rubrum (- (- Aspergi lus sp Kontro l SDA

6 20 21 ( (- 26 ( ( Bentuk koloni seperti, warna atas koloni berwarna hitam, dan warna bawah koloni berwarna putih. d. Hasil Pengamatan kontrol Koloni negatif. 3 Hasil pengamatan mikroskopis. a. Hasil pengamatan jamur Trichophyton mentagrophytes Gambar 1 Hasil Pengamatan Jamur Trichophyton mentagrophytes Setelah Pembiakan Pada Media SDA Diperoleh hasil yang positif terinfeksi jamur Trichophyton mentagrophytes ada 23 orang, Trichophyton rubrum 6 orang, Aspergillus sp 3 orang, dan yang terinfeksi oleh dua spesies jamur 2 orang. Hasil pengamatan yang positif dan negatif diperoleh dari : 1 Hasil pemeriksaan makroskopis kuku adalah permukaan kuku tidak rata, kuku rapuh, keras, berwarna coklat kekuning. 2 Hasil pengamatan makroskopis koloni biakan adalah a. Trichophyton mentagrophytes Bentuk dari koloni seperti, warna atas koloni berwarna putih, warna bawah koloni berwarna dan putih. b. Trichophyton rubrum Bentuk koloni seperti, warna atas koloni berwarna putih, dan warna bawah koloni berwarna merah anggur. c. Aspergillus sp Mikrokonida bulat, bergerombol, dengan bentuk cerutu yang jarang. Hasil tersebut diidentifikasi sebagai jamur Trichophyton mentagrophytes. b. Hasil pengamatan jamur Trichophyton rubrum Gambar 2 Hasil Pengamatan Jamur Trichophyton rubrum Setelah Pembiakan Pada Media SDA Mikrokonida berbentuk air mata, dengan sedikit makrokonidia berbentuk pensil.

7 Hasil tersebut diidentifikasi sebagai jamur Trichophyton rubrum. c. Hasil pengamatan jamur Aspergillus sp. Gambar 3 Hasil Pengamatan Jamur Aspergillu Setelah Pembiakan Pada Media SDA Hifa bersekat, bentuk seperti kipas konidiospora, sterigma. Hasil tersebut diidentifikasi sebagai jamur Aspergillus sp. Berdasarkan hasil penelitian pada sample kuku kaki petani didapatkan hasil positif yang terinfeksi jamur Trichophyton mentagrophytes 70%, Trichophyton rubrum 20%, dan Aspergillus sp 10%. Pembahasan Dari hasil pemeriksaan 30 sampel kerokan kuku kaki petani di Desa Bunter Blok Ciledug Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis yang dilakukan dengan metode pembiakan pada media Saboraud Dextrose Agar ditemukan adanya jamur Trichophyton mentagrophytes 70%, infeksi jamur Trichophyton rubrum 20%, dan Aspergillus sp 10%. Pemeriksaan mikroskopis langsung dengan Kalium Hidroksida (KOH hanya berfungsi sebagai penyaring ada dan tidaknya infeksi jamur pada sampel, meskipun hasil pemeriksaan secara langsung dengan menggunakan KOH negatif, akan tetapi dengan melalui kultur spesies jamur patogen dapat diidentifikasi, karena kultur merupakan pemeriksaan jamur yang distandarisasi observasi lapangan, yang memiliki fungsi untuk menumbuhkan jamur, memperbanyak jumlah, dan membantu dalam diagnosis jamur penyebab infeksi. Pada pemeriksaan KOH didapatkan hasil negatif bisa dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu seperti spora yang ada disampel tidak begitu banyak, dan spora yang ada tertutup oleh kotoran dari sampel, sehingga faktor inilah yang memungkinkan hasil dari pemeriksaan KOH negatif. Untuk menjaga keakuratan hasil penelitian, penelitian ini disertai dengan media kontrol negatif. Hal ini dilakukan untuk menjaga keakuratan hasil dan hasil jamur yang tumbuh benar-benar jamur yang akan diteliti bukan jamur kontaminasi. Berdasarkan tinjauan dan interpretasi hasil pemeriksaan dari sampel kuku kaki petani ditemukan adanya jamur Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton rubrum, yang termasuk pada golongan jamur dermatofita. Golongan jamur ini menyerang pada bagian tubuh yang mengandung zat keratin. Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil wawancara sebelumnya dengan para petani sebelum dilakukan pengambilan sampel. Petani menderita kuku yang permukaan kukunya tidak rata, kuku menjadi rapuh atau keras, dan kuku yang terkena menjadi tipis. Permukaan ini karena akibat penyakit jamur dengan gejala klinis lempeng kuku menjadi tebal, rapuh, dan berwarna coklat kekuningan. Infeksi jamur ini biasanya terjadi pada manusia yang berada dilingkungan yang lembab, kotor, kebiasaan kaki sering kontak langsung dengan tanah dan dengan keadaan yang berair kotor merupakan faktor yang dapat mendorong untuk terjadinya infeksi jamur. Selain itu jamur bisa juga

8 menginfeksi akibat kontak dengan benda yang dihinggapi jamur. Selain itu juga pada penelitian ini ditemukan juga jamur Aspergillus sp. Aspergillus sp merupakan jamur kontaminan yang hidup bebas dan terdapat dimana-mana. Jamur dapat mengkontaminasi dalam bentuk spora yang terdapat banyak di udara. Umumnya keadaan lingkungan yang kurang baik, lembab ini juga dapat mempengaruhi terdapatnya jamur Aspergillus sp serta jamur kontaminasi lainnya yang bisa terbawa sporanya oleh udara kemudian menempel pada kuku. Infeksi yang terjadi juga bervariasi ada sampel yang terinfeksi oleh satu jamur, ada pula yang terinfeksi oleh dua spesies jamur. Simpulan Berdasarkan hasil pemeriksaan pada sampel kuku kaki petani di Desa Bunter Blok Ciledug Kecamatan Sukadana Kabupaten Ciamis ditemukan adanya jamur dermatofita Trichophyton mentagrophytes dan Trichophyton rubrum. Amirsyam Nasution M. (2008. Mikologi dan Mikrologi Kedokteran Beberapa Pandangan Dermatologis. Medan : USU e-repository Gandjar, Indrawati. (2006. Mikologi : Dasar dan Terapan, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Gandjar, Indrawati. (2014. Mikologi: DasardanTerapanedisirevisi, Jakarta :YayasanObor Indonesia. Natadisastra, Dajaenudin., Agoes, Ridad. (2009. Parasitologi Kedokteran : Ditinjau Dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta : EGC Siregar, R.S. (2004. Penyakit Jamur Kulit, Edisi 2, Jakarta : EGC. Sutanto, dkk. (2008 Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi keempat. Jakarta: Balai FKUI. Zulkoni, Akhsin. (2010. Parasitologi. Yogyakarta: Muha Medika Ucapan Terima Kasih Sumber dana penelitian ini menggunakan dana hibah dari LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis, Ketua LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis dan Ketua Program Studi D3 Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis. Daftar Pustaka Abdurrahman, M., Muhidin, S.A dan Somantri, A. (2011. Dasar-Dasar Metode Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Pustaka Setia

PEMERIKSAAN JAMUR DERMATOFITA KUKU KAKI PETANI DI DESA BUNTER BLOK CILEUDUG KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN CIAMIS

PEMERIKSAAN JAMUR DERMATOFITA KUKU KAKI PETANI DI DESA BUNTER BLOK CILEUDUG KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN CIAMIS PEMERIKSAAN JAMUR DERMATOFITA KUKU KAKI PETANI DI DESA BUNTER BLOK CILEUDUG KECAMATAN SUKADANA KABUPATEN CIAMIS Mei Widiati*, Ary Nurmalasari, Rizki Gusti Andani Program Studi Diploma III Analis Kesehatan

Lebih terperinci

Ary Nurmalasari, Mei Widiati, Ujang Ruhyadin, Dias ABSTRACT

Ary Nurmalasari, Mei Widiati, Ujang Ruhyadin, Dias ABSTRACT IDENTIFIKASI JAMUR TRYCHOPHYTON RUBRUM PENYEBAB TINEA PEDIS PADA PEDAGANG Ary Nurmalasari, Mei Widiati, Ujang Ruhyadin, Dias Program Studi Diploma III Analis Kesehatan STIKes Muhammadiyah Ciamis ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mikrobiologi, dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2016.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mikrobiologi, dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2016. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup disiplin ilmu penelitian ini yaitu Ilmu Farmakologi, Ilmu Mikrobiologi, dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 3.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Onikomikosis 2.1.1 Pendahuluan Onikomikosis adalah infeksi kuku yang disebabkan jamur golongan dermatofita, non dermatofita atau yeast, 80-90% onikomikosis disebabkan oleh dermatofita.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Semarang. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret april 2011.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Semarang. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret april 2011. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen B. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan dilaboraturium Mikrobiologi Akademi Analis Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium Kesehatan Medan. 3.2 Alat dan Bahan Alat alat yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DERMATOFITA PADA SISIR TUKANG PANGKAS DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU

IDENTIFIKASI DERMATOFITA PADA SISIR TUKANG PANGKAS DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU IDENTIFIKASI DERMATOFITA PADA SISIR TUKANG PANGKAS DI KELURAHAN PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU Oleh: BENNY 120100250 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015 IDENTIFIKASI DERMATOFITA PADA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang memiliki tubuh buah, serasah daun, ranting, kayu

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 8 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1 Materi Penelitian 1.1.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang bertubuh buah, serasah daun, batang/ranting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan April sampai Bulan Agustus 2013. Penelitian pengaruh penambahan edible coat kitosan sebagai anti jamur pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mikosis adalah infeksi jamur. 1 Dermatomikosis adalah penyakit jamur yang menyerang kulit. 2 Mikosis dibagi menjadi empat kategori yaitu: (1) superfisialis,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014. Isolasi dan karakterisasi penyebab penyakit dilakukan di Laboratorium Penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian tentang uji efektivitas jamu keputihan dengan parameter zona hambat dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Teknik Pengumpulan Data 2.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan (Mikologi). Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

MS.Sitorus,Abdul Mutholib,Nurhayati Ramli * Dosen Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Depkes.Palembang ABSTRAK

MS.Sitorus,Abdul Mutholib,Nurhayati Ramli * Dosen Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Depkes.Palembang ABSTRAK ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR DERMATOFITA PADA AIR KOLAM RENANG LUMBAN TIRTA PALEMBANG ==================================================================== MS.Sitorus,Abdul Mutholib,Nurhayati Ramli *

Lebih terperinci

Undang Ruhimat. Herdiyana. Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK

Undang Ruhimat. Herdiyana. Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK GAMBARAN TELUR NEMATODA USUS PADA KUKU PETUGAS SAMPAH DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH CIANGIR KELURAHAN KOTA BARU KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA Undang Ruhimat. Herdiyana Program Studi D-III

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar. Sedangkan Enumerasi dan Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah dari rizosfer tanaman Cabai merah (Capsicum

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai Juli 2015. Sempel tanah diambil pada dua tempat yaitu pengambilan sempel tanah hutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti variabel bebas yaitu konsentrasi kunyit dan lama penyimpanan nasi kuning, juga variabel terikat yaitu daya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimen. Penelitian eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Dendeng daging sapi giling yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi pada udara di inkubator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimental dengan menguji isolat bakteri endofit dari akar tanaman kentang (Solanum tuberosum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatomikosis superfisialis merupakan jenis infeksi yang paling sering terjadi, dimana telah mengenai 20-25% populasi dunia. Penyebab utama dermatomikosis superfisialis

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) dan lahan kampus Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel buah kopi penelitian dilakukan pada perkebunan kopi rakyat

III. BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel buah kopi penelitian dilakukan pada perkebunan kopi rakyat III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel buah kopi penelitian dilakukan pada perkebunan kopi rakyat di Sumberjaya. Kumbang penggerek buah kopi (H. hampei) diambil dan dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuku yang menyebabkan dermatofitosis.penyebab dermatofitosis terdiri dari 3

BAB I PENDAHULUAN. kuku yang menyebabkan dermatofitosis.penyebab dermatofitosis terdiri dari 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatofita merupakan kelompok jamur keratinofilik yang dapat mengenai jaringan keratin manusia dan hewan seperti pada kulit, rambut, dan kuku yang menyebabkan dermatofitosis.penyebab

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) III. METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar) Pengambilan sampel tanah dekat perakaran tanaman Cabai merah (C.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Agroteknologi Bidang Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.

Lebih terperinci

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS I. PENDAHULUAN A. L a t a r b e l a k a n g Arsip kertas yang berbahan dasar selulosa tidak luput dari serangan mikrobiologi yang dapat merusak arsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua

BAB I PENDAHULUAN. Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Istilah onikomikosis merupakan suatu istilah yang merujuk pada semua kelompok infeksi jamur yang mengenai kuku, baik itu merupakan infeksi primer ataupun infeksi sekunder

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung, pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan (mendeskripsikan)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada penghambatan pertumbuhan jamur (Candida albicans) dan tingkat kerusakan dinding

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014. 14 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode difusi Kirby bauer. Penelitian di lakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi 23 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Program Studi Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi Agroekoteknologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah eksplanatori research adalah menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif meliputi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Nazir (1999: 74), penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Nazir (1999: 74), penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang telah dilakukan ini bersifat eksperimen. Menurut Nazir (1999: 74), penelitian eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan memanipulasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great Giant Pineapple (GGP) di Lampung Timur dan PT. Nusantara Tropical Farm, Lampung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Agustus 2012 sampai

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME. Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal ( ) Biologi 3 B Kelompok 6

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME. Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal ( ) Biologi 3 B Kelompok 6 LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal (1211702067) Biologi 3 B Kelompok 6 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

Lebih terperinci

Si Musuh Kulit Kepala Anak-Anak

Si Musuh Kulit Kepala Anak-Anak Si Musuh Kulit Kepala Anak-Anak Microsporum canis Microsporum canis termasuk ke dalam organisme fungi dermatoifit zoofilik yaitu organisme fungi yang menyerang kulit (terutama kulit kepala dan rambut)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian 9 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung sejak Juli sampai dengan September 2015. Pengambilan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lokasi pengambilan sampel tanah diperakaran Cabai merah (Capsicum annum) di Desa Kebanggan, Sumbang, Banyumas

Lampiran 1. Lokasi pengambilan sampel tanah diperakaran Cabai merah (Capsicum annum) di Desa Kebanggan, Sumbang, Banyumas Lampiran 1. Lokasi pengambilan sampel tanah diperakaran Cabai merah (Capsicum annum) di Desa Kebanggan, Sumbang, Banyumas Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel tanah Gambar 2. Tanaman cabai merah (Capsicum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tertentu, tidak adanya perlakuan terhadap variabel (Nazir, 2003).

BAB III METODE PENELITIAN. tertentu, tidak adanya perlakuan terhadap variabel (Nazir, 2003). 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dasar dengan menggunakan metode penelitian deskriptif, karena hanya memberikan gambaran terhadap fenomenafenomena tertentu,

Lebih terperinci

LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS

LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerusakan material akibat jamur pada ruang penyimpanan arsip merupakan masalah serius yang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONTAMINASI JAMUR Aspergillus sp PADA KACANG KEDELAI BERBIJI KUNING KUALITAS BAIK DAN JELEK YANG DIJUAL DI PASAR WIRADESA KAB.

PERBANDINGAN KONTAMINASI JAMUR Aspergillus sp PADA KACANG KEDELAI BERBIJI KUNING KUALITAS BAIK DAN JELEK YANG DIJUAL DI PASAR WIRADESA KAB. PERBANDINGAN KONTAMINASI JAMUR Aspergillus sp PADA KACANG KEDELAI BERBIJI KUNING KUALITAS BAIK DAN JELEK YANG DIJUAL DI PASAR WIRADESA KAB. PEKALONGAN Tuti Suparyati, Akademi Analis Kesehatan Pekalongan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan media Mannitol Salt Agar (MSA). pada tenaga medis di ruang Perinatologi dan Obsgyn Rumah Sakit Umum

III. METODE PENELITIAN. menggunakan media Mannitol Salt Agar (MSA). pada tenaga medis di ruang Perinatologi dan Obsgyn Rumah Sakit Umum 38 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan pendekatan cross sectional, menggunakan metode difusi dengan memakai media

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai 23 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Klasifikasi Alat : 1. Alat untuk Pengamatan (Koloni dan Morfologi) 2. Alat untuk Sterilisasi 3. Alat untuk Kultivasi 4. Alat untuk Kuantifikasi Mikroorganisme

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan murni Hypoxylon sp. koleksi CV.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat + 25 m dpl pada Bulan Mei

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2014

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Sterilisasi Alat dan Bahan Semua peralatan yang akan digunakan dalam penelitian disterilisasikan terlebih dahulu. Peralatan mikrobiologi disterilisasi dengan oven pada suhu 171 o C

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Oktober Desember 2014 bertempat

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN. PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT : MHD FADLI NST NIM : : AGROEKOTEKNOLOGI

JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN. PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT : MHD FADLI NST NIM : : AGROEKOTEKNOLOGI JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT O L E H NAMA : MHD FADLI NST NIM : 1109008817 PRODI GROUP : AGROEKOTEKNOLOGI : A LABORATORIUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara semi terstruktur (semi-structured interview) disertai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara semi terstruktur (semi-structured interview) disertai dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini diawali dengan mengkaji tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan baku jamu gendong dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan kumbung

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal (1211702067) Biologi 3 B Kelompok 6 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. B. Bahan Uji dan Bakteri Uji Bakteri uji

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB (PKBT-IPB) Pasir Kuda, Desa Ciomas, Bogor, dan Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2011 sampai Oktober 2012. Sampel gubal dan daun gaharu diambil di Desa Pulo Aro, Kecamatan Tabir Ulu, Kabupaten

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana untuk

METODELOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana untuk II. METODELOGI PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data 2.1.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L) TERHADAP PERTUMBUHAN Trichophyton rubrum SECARA in vitro

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L) TERHADAP PERTUMBUHAN Trichophyton rubrum SECARA in vitro UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L) TERHADAP PERTUMBUHAN Trichophyton rubrum SECARA in vitro *Khusnul, Rudy Hidana, Wini Kusmariani Program Studi DIII Analis Kesehatan Sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL faktorial dengan 15 perlakuan dan 3 kali ulangan. Desain perlakuan pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di Laboratorium Kimia, Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida

BAB 1 PENDAHULUAN. menurun, maka sifat komensal candida ini dapat berubah menjadi. disebabkan oleh Candida albicans, sisanya disebabkan oleh Candida BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida sp. Candida adalah anggota flora normal yang hidup di dalam kulit, kuku, membran mukosa, saluran pencernaan,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda pada pollard terhadap kandungan total bakteri, Gram positif/negatif dan bakteri asam laktat telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh makhluk hidup, syarat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh makhluk hidup, syarat penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu laboratoris (in vitro). In vitro adalah jenis pemeriksaan yang dilakukan dalam tabung reaksi, piring

Lebih terperinci

IV. KULTIVASI MIKROBA

IV. KULTIVASI MIKROBA IV. KULTIVASI MIKROBA PENDAHULUAN Untuk memperoleh kultur murni hasil isolasi dari berbagai tempat maka dibutuhkan alat, bahan dan metode seperti ilistrasi di bawah ini : Media Umum Diferensial Selektif

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way 31 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way Jepara, Lampung Timur dan Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Bidang Proteksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan pendekatan cross sectional, menggunakan metode difusi dengan memakai media Agar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang 8 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang Proteksi Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Kuesioner. 1. Berapa kali Anda menggunakan bedak dalam sehari? 1 kali dlm beberapa hari 1-3 kali/hari > 3 kali/hari

LAMPIRAN. Lampiran 1 Kuesioner. 1. Berapa kali Anda menggunakan bedak dalam sehari? 1 kali dlm beberapa hari 1-3 kali/hari > 3 kali/hari 46 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner 1. Berapa kali Anda menggunakan bedak dalam sehari? 2. Mencuci wajah sebelum menggunakan bedak. 3. Apakah spons yang digunakan ditaruh diluar atau pada tempat yang terpisah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan November

Lebih terperinci

Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Disusun Oleh : Drs. Ali Kusrijadi, M.Si.

Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Disusun Oleh : Drs. Ali Kusrijadi, M.Si. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Disusun Oleh : Drs. Ali Kusrijadi, M.Si. Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UPI Praktikum Mikrobiologi Page 1 Tata Tertib

Lebih terperinci

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis isolat (HJMA-5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2 perlakuan, yaitu pemberian zat pengatur tumbuh BAP yang merupakan perlakuan pertama dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Sumber Data C. albicans strain ATCC 10231 yang diperoleh dari Departemen Parasitologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen karena terdapat suatu pengendalian perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan adanya kontrol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara identifikasi bakteri dari probiotik yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer.

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 4.2 Sumber Data Sampel dalam penelitian ini adalah usapan (swab) dari lesi mukosa mulut subyek

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada pellet calf starter dengan penambahan bakteri asam laktat dari limbah kubis terfermentasi telah dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca dan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun 17 III. BAHAN DAN MEODE 3.1 empat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit umbuhan dan ebun Percobaan di dalam kampus di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

MATERI DAN METODE. Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian inidilakukan di laboratorium Patologi Entomologi dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorium. B. Lokasi Penelitian Ekstraksi dilakukan di Lembaga Penelitian dan Pengujian Terpadu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan the post test only control group design. B. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

Dewi Peti Virgianti, Rani Nurwaniansah Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Dewi Peti Virgianti, Rani Nurwaniansah Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya PEMERIKSAAN KONTAMINASI albicans PADA AIR KOLAM RENANG DI KOTA TASIKMALAYA Dewi Peti Virgianti, Rani Nurwaniansah Program Studi DIII Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK Air yang

Lebih terperinci