HUBUNGAN ANTARA FLAT FOOT DENGAN GAIT PARAMETER PADA ANAK USIA 7-9 TAHUN DI SD PABELAN KARTASURA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA FLAT FOOT DENGAN GAIT PARAMETER PADA ANAK USIA 7-9 TAHUN DI SD PABELAN KARTASURA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA FLAT FOOT DENGAN GAIT PARAMETER PADA ANAK USIA 7-9 TAHUN DI SD PABELAN KARTASURA Disusun salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: Rifqi Sabita J PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2 i2

3 ii 3

4 4 iii

5 HUBUNGAN ANTARA FLAT FOOT DENGAN GAIT PARAMETER PADA ANAK USIA 7-9 TAHUN DI SD PABELAN KARTASURA Abstrak Usia 7-9 tahun termasuk pada masa kanak-kanak akhir yang ditandai dengan percepatan berbagai aspek perkembangan dimulai dari perkembangan fisiknya baik motorik kasar maupun halus, kognitif, sosial, dan emosional. Perkembangan tersebut juga ditandai dengan sudah terbentuknya arkus kaki. Normalnya arkus kaki terbentuk dari 5 tahun pertama dengan rentang usia 2-6 tahun. Kelainan akibat tidak berkembangnya arkus kaki salah satunya adalah flat foot. Kondisi kaki datar (flat foot) akan berdampak pada kemampuan fungsional khususnya kemampuan mobilitas seperti penurunan keseimbangan, peningkatan resiko jatuh dan penurunan kecepatan jalan. Hal ini akan mempengaruhi gait parameter pada anak. Kata Kunci: Flat Foot, Gait Parameter, Wet Footprint Test, Usia 7-9 Tahun. Abstract Ages 7-9 years, including during late childhood marked by the acceleration of the development of various aspects of physical development begins either coarse or fine motor, cognitive, social, and emotional. The development is also characterized by the formation of the arch of the foot already. Normally the arch of the foot is formed from the first 5 years with an age range 2-6 years. Disorders due to a lack of a foot arch, one of which is a flat foot. Flat foot condition will have an impact on functional ability, especially the ability of mobility as a decrease in the balance, increased risk of falls and reduction in road speed. This will affect the gait parameters in children. Keywords: Flat Foot, Gait Parameter, Wet Footprint Test, Usia 7-9 years old. 1. PENDAHULUAN Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk paling sempurna dari makhluk lainnya.hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS At-Tin ayat 4 yang artinya Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya. Kesempurnaan itu Allah ciptakan dengan bermacam-macam bentuk, kemudian Dia ciptakan rangka pada manusia agar manusia mempunyai bentuk. Jika manusia tidak memiliki rangka bagaikan satu tumpukan daging yang tidak mempunyai bentuk. Berkaitan dengan ini Allah berfirman dalam QS Al-Qiyamah ayat 3-4 yang artinya Apakah manusia mengira bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang 1

6 belulangnya? Bukan demikian, sebenarnya kami mampu menyusun (kembali) jarijemari dengan sempurna. Diantara ciptaan-nya pasti ada keajaiban dan kelainan pada tubuhnya. Tidak semua anak beruntung dilahirkan dengan tubuh yang sempurna. Sebagian bayi lahir dengan tubuh yang kurang sempurna. Hampir semua kelainan tulang bersifat congenital yaitu kelainan didapatkan sejak bayi masih dalam kandungan (Lendra, 2007). Sebut saja kaki, kaki adalah penopang utama tubuh. Jika penopang itu tidak kokoh, bukan tidak mungkin tubuh sering jatuh dan akhirnya merusak bagian tubuh secara keseluruhan (Ariani et al., 2014). Pada kaki terdapat komponen penting yang disebut arkus kaki (Idris, 2010). Arkus kaki normalnya terbentuk dari 5 tahun pertama dengan rentang usia 2-6 tahun (Karandagh, 2015). Masa kritis untuk pembentukan arkus tersebut adalah usia 6 tahun. Arkus pedis yang tidak tumbuh normal menyebabkan gangguan keseimbangan, tidak stabil, deformitas berlanjut, keluhan lelah bila berjalan lama, sepatu bagian tumit cepat aus, cidera pada permukaan berlebih, dan rasa nyeri (Idris, 2010). Kelainan akibat tidak berkembangnya arkus kaki salah satunya adalah flat foot. Pada umur pertama pada bayi hal ini masih dianggap normal, tetapi jika hal ini ditemukan pada anak usia 7-9 tahun maka akan menimbulkan masalah karena seharusnya arkus sudah terbentuk pada 5 tahun pertama. Dari observasi pendahuluan yang telah dilakukan pada 54 siswa di SD N Pabelan 1 Kartasura usia 7-9 tahun, ditemukan bahwa 27 anak memiliki flat foot. Penelitian yang dilakukan oleh Wardani (2013) di surakarta, juga menunjukan bahwa prevalensi kelainan bentuk kaki dari 1089 anak usia 6-12 tahun di dua sekolah dasar (SD), 299 anak atau 27,5 % mengalami flat foot. Usia 7-9 tahun termasuk pada masa kanak-kanak akhir yang mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangan, termasuk perkembangan kemampuan motoriknya. Pada usia 7-12 tahun kemampuan motorik anak mencapai tahapan specialized skill, dimana anak lebih menguasai keterampilan motoriknya dan mencapai perkembangan motorik yang optimal (Pudjiastuti, 2012). Menurut Permana (2013), menyatakan bahwa kemampuan motorik sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Bila mengalami keterlambatan kemampuan motorik maka akan mengalami keterlambatan perkembangan dan pertumbuhan anak, 2

7 yang akan berdampak pada kemampuan fungsional khususnya kemampuan mobilitas seperti penurunan keseimbangan, peningkatan resiko jatuh dan penurunan kecepatan jalan (Indardi, 2015). Hal ini akan mempengaruhi gait parameter pada anak. Menurut Abbass dan Abdulrahman (2014), gait parameter meliputi cadence, cycle time, stride length, step length dan kecepatan jalan (speed). Penelitian yang dilakukan oleh Shin (2012), menyatakan bahwa ada perbedaan dari lingkup gerak sendi (range of motion) pada tungkai bawah antara anak fleksibel flat foot dan anak dengan arkus kaki normal. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cahyaningrum (2016), menyatakan bahwa ada perbedaan gait parameter pada kondisi flexible flat foot dan arkus normal anak usia tahun. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara flat foot dengan gait parameter pada anak usia 7-9 tahun di SD Pabelan Kartasura. 2. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yang bersifat deskriptif analitik. Teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling. Jumlah sampel 75 orang. Penentuan diagnosis flat foot dengan menggunakan pemeriksaan wet footprint test. Mencari hubungan antara flat foot dengan gait parameter dengan mencari cadance, cycle time, stride length, step length, dan speed pada anak flat foot. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov- Sminov karena jumlah sampel > 50 orang untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Kemudian data dianalisis menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. 1. Analisa Univariat Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi dari variabel dependen dan independen. Data kemudian disajikan dalam bentuk tabel kemudian dijelaskan secara deskriptif (Riyanto, 2011). 2. Analisa Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, apakah variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan atau hanya hubungan secara kebetulan. Uji hipotesis yang digunakan 3

8 adalah uji Pearson Corelations untuk data bedistribusi normal dan uji korelasi Kendall s Tau untuk data berdistribusi tidak normal. Selanjutnya data dimasukkan dalam tabel kontingensi dan setelah itu mencari nilai koefisien korelasi. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang diuji dengan menggunakan uji korelasi kendall s tau, maka diperoleh hasil yaitu ada hubungan yang signifikan antara flat foot dengan cadance, cycle time, stride length, step length dan speed (p < 0,05), artinya flat foot mempengaruhi gait parameter. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pirani et al (2011), mengenai pengaruh kaki datar terhadap kemampuan fisik yang mengungkapkan bahwa kaki adalah bagian terakhir dari rantai kinematik yang perannya sangat penting dalam posisi statis dan dinamis. Jadi, saat bagian dari rantai melemah atau mengalami kerusakan maka akan mempengaruhi bagian lain dari rantai kinematik tersebut. Orang yang memiliki kaki datar atau flat foot memiliki masalah dalam transfer berat badan, penyerapan kejutan, dan distribusi tekanan sehingga dapat meningkatkan konsumsi energi yang dapat mempengaruhi kemampuan fisik seseorang. Hal tersebut sesuai dengan teori bimekanika dari kaki, terutama mengenai bagaimana komponen musculoskeletal disepanjang ankle joint, subtalar joint, dan midtarsal joint saling bekerjasama untuk menyediakan support untuk meredam benturan dan menyiapkan lever rigid saat foot strike dan push off (Snell dalam Ridjal, 2016). Gait parameter sangat dipengaruhi oleh kemampuan pergerakan kaki. Pergerakan kaki ini dipengaruhi oleh bentuk dan sendi tulang-tulang kaki (arcus pedis) yang berfungsi menambah elastisitas dan fleksibilitas, membantu kaki dalam menyerap kejutan (absorb shock), mengatur keseimbangan saat berdiri, berjalan, berlari, dan melompat. Flat foot dapat mempengaruhi gait parameter karena bentuk tapak kaki yang ceper tanpa lengkung kurang mampu berfungsi sebagai sistem pengungkit yang kaku untuk mengungkit tubuh pada saat kaki akan meninggalkan pijakan pada proses berjalan (fase push off) (Idris, 2010), sehingga menyebabkan keluhan mudah lelah dan membatasi aktivitas jalan (Lutfie, 2007). Kaki normal adalah yang memiliki lengkungan kaki yang cukup. Jika dilihat dari arah belakang maka tendon Achiles-nya membentuk garis lurus dengan sudut 90 4

9 dengan landasan pijakan. Saat berjalan, kaki akan melakukan heel strike dan jatuh menginjak landasan pada tumit bagian luar, dilanjutkan dengan putaran ke dalam agar dapat meredam banturan saat berjalan. Pada kaki datar tidak terjadi seperti pada kaki orang normal sehingga mudah menjadi lelah (Lendra dan Santoso, 2009). Pada kondisi kaki dengan arkus rata (flat foot) terjadi hiperpronasi pada area medial longitudinal, keadaan ini menyebabkan kaki membutuhkan force yang besar untuk mendorong beban tubuh kedepan pada saat fase take off sehingga kondisi kaki hiperpronasi membutuhkan waktu untuk melakukan gerakan resupinasi dan menghasilkan spring (gaya pegas) yang lebih besar. Jika dibandingkan dengan bentuk kaki yang normal, waktu yang dibutuhkan oleh seseorang dengan bentuk arkus kaki rata (flat) akan lebih lama karena harus melewati fase take off yang lebih lama dan gaya pegas yang dihasilkan lebih kecil sehingga dorongan (force) saat berjalan lebih kecil. Ditambahkan oleh Kim (2013), yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan tumpuan antara anak normal dan anak flat foot yaitu dimana pada anak flat foot terjadi perubahan tumpuan area jari ke-2 dan ke-3. Hal ini mengakibatkan gait cyle pada anak flat foot menjadi lebih lama. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kim (2013), menggunakan alat surface eletromyogram didapati perbedaan muscle activation pada kondisi arkus normal dan flat foot saat berjalan. Elektroda ditempelkan di abductor hallucis, tibialis anterior, peroneus longus, medial gastrocnemius, lateral gastrocnemius, vastus medialis, vastus lateralis, dan biceps femoris muscles. Hasilnya didapatkan adanya perbedaan signifikan aktifitas otot antara kedua kelompok. Terdapat hyperactivation pada hampir seluruh otot-otot tersebut, tetapi yang paling besar terdapat pada vastus medial muscle dan abductor hallucis muscle. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa muscle activity pada anak flat foot lebih tinggi. Karena otot-otot tersebut bekerja untuk menyelesaikan 100% gait cycle (cycle time), hal ini mengakibatkan cycle time pada anak flat foot menjadi lebih tinggi. Karena hasil dari cycle time dan cadance berbanding terbalik, maka keadaan ini akan berdampak terhadap cadance dan speed, dimana jumlah langaka yang dibutuhkan dalam satu menit (cadance) pada kondisi kaki datar menjadi lebih rendah. Kecepatan jalan (speed) juga akan lebih rendah. Penelitian Cahyaningrum (2016), menyatakan bahwa terdapat perbedaan gait parameter pada kondisi flexible flat foot dan arkus normal anak usia tahun. 5

10 Besarnya stride length dan step length merupakan parameter yang tidak dipengaruhi oleh parameter lain. Sinkronisasi dari aktivitas otot dan range of motion (ROM) pada anggota gerak bawah menjadi hal yang mempengaruhi besarnya stride length (Cahyaningrum, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Shin (2012), menyatakan bahwa ada perbedaan dari lingkup gerak sendi (range of motion) pada tungkai bawah antara anak fleksibel flat foot dan anak dengan arkus kaki normal. Kondisi flat foot bersifat progresif artinya jika tidak ditangani dengan baik maka kondisi kaki tersebut akan bertambah buruk dengan terjadinya deformitas valgus dan akan mengarah pada kondisi kaki planus. Dari penelitian ini ditemukan bahwa semakin tinggi grade flat foot maka gait parameter anak semakin rendah. Tidak adanya arcus pedis yang berfungsi sebagai peredam kejut saat berjalan menyebabkan anak menjadi rentan jatuh dan mengalami hambatan saat berjalan. Hambatan berjalan pada anak dalam masa tumbuh kembang akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan anak, dimulai dari gangguan bergerak aktif, bermain, dan aktivitas sehari-hari (ADL) sampai berdampak menurunnya performa anak. Anak menjadi tidak aktif, tidak bergairah, lesu dan malas (Siswiyanti, 2013). Maka dari itu diperlukan terapi yang bersifat supportif yang dimungkinkan anak dapat mencapai arkus yang normal. 4. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dilapangan mengenai Hubungan antara Flat Foot dengan Gait Parameter pada Anak Usia 7-9 Tahun di SD Pabelan Kartasura, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan antara flat foot dengan gait parameter pada anak usia 7-9 tahun di SD Pabelan Kartasura. 2. Semakin tinggi grade flat foot semakin rendah gait parameter seseorang. DAFTAR PUSTAKA Abbass, S.J dan Abdulrahman G Kinematik Analysis of Human Gait Cycle. Nahrain University, Collage of Enginering Journal (NUCEJ). Vol 16 (2): Ariani, L., Wibawa, A dan Muliarta, I.M Aplikasi Heel Raises Exercise Dapat Meningkatkan Lengkungan Kaki dan Keseimbangan Statis pada Anak-Anak Flat Foot Usia 4-5 Tahun di TK Aisyiyah Bustanul Athfal 3 Denpasar. Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Hal: 3-4 6

11 Cahyaningrum, H Perbedaan gait parameter pada kondisi flexible flat foot dan arkus normal anak usia tahun di SD N 3 Cepu. Skripsi. Surakarta: Jurusan Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal: Danim, S Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Penerbit Alfabeta. Darwis, N Pebandingan Agility Antara Normal Foot dan Flat Foot pada Atlet Unit Kegiatan Mahasiswa Basket di Kota Makassar. Skripsi. Makassar: Jurusan Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar. Hal: Erol, K An Important Cause of Pes Planus : The Posterior Tibial Tendon Dysfunction. Turki: Departement of Physical Medicine and Rehabilitation, State Hospital, Nevsehir. Giovanni, C.D dan Greishberg, J Foot and Ankle: Core Knowledge in Orthopaedics. Elsevier Mosby. Halabachi, F., Mazaheri, M., dan Abbasian, L Pediatric Flexible Flatfoot: Clinical Aspect and Algorithmic Approach. Iranian Journal of Pediatrics. Vol 23 (3): Hurlock, E.B Perkembangan Anak Jilid 1 dan 2 Edisi 6. Jakarta: Erlangga. Idris, F.H Filogeni dan Ontologi Lengkung Kaki Manusia. Jakarta: Departemen Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Vol 60 (2): Indardi, N Latihan Fleksi Telapak Kaki Tanpa Kinesio Taping dan Menggunakan Kinesio Taping terhadap Keseimbangan pada Fleksibel Flat Foot. Journal of Physical Education, Health and Sport. Vol 2 (2): Karandagh, M.M., Balochi, R dan Soheily, S Comparison of Kinematic Gait Parameter in the years Old Male Studients with the Flat and Normal Foot. Indian Journal of Fundamental and Applied Life Sciences ISSN. Vol 5: Kharb, A., Saini, V., Jain, Y.K dan Dhiman, S A Review of Gait Cycle and Its Parameter. IJCEM International Journal of Computation Engineering Management. Vol 13: Kim, M.K dan Lee, Y.S Kinematic Analysis of the Lower Extremities of Subjects with Flat Feet at Different Gait Speeds. Journal of Physical Therapy Science. Vol 25: Lendra, M.D Pengaruh antara Kondisi Kaki Datar dan Kaki dengan Arkus Normal terhadap Keseimbangan Statis pada Anak Berusia 8-12 Tahun di Kelurahan Karangasem Surakarta. Skripsi. Surakarta: Jurusan Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hal:

12 Lendra, M.D dan Santoso, T.B Beda Pengaruh Kondisi Kaki Datar dan Kaki dengan Arkus Normal terhadap Keseimbangan Statis Pada Anak Usia 8-12 Tahun di Kelurahan Karangasem, Surakarta. Jurnal Fisioterapi. Vol 9 (2): Lutfie, S.H Hubungan antara Derajat Lengkung Kaki dengan Tingkat Kemampuan Endurans pada Calon Jamaah Haji. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN (Universitas Negeri Islam) Syarif Hidayatullah. Ma mun, A dan Saputra, Y.M Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak. Moore, K.L dan Dalley, A.F Clinically Oriented Anatomy. Jakarta : Erlangga. Permana, D.F.W Perkembangan Keseimbangan pada Anak Usia 7 s/d 12 Tahun Ditinjau dari Jenis Kelamin. Journal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. Vol 3 (1): Pfeiffer, M., Kotz, R., Ledl, T., Hauser, G dan Sluga, M Prevalece of Flat Foot in Preschool-Aged Children. Jornal of The American Academy of Pediatrics: Illionois. Pudjiastuti, S.S., Zubaidi, A dan Dwi, S Penggunaan Medial ARCH Support dan Keseimbangan Dinamis pada Kondisi Flat Foot. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. Ridjal, A.I Perbandingan Kekuatan Otot Tungkai antara Normal Foot dan Flat Foot pada Atlet Basket. Skripsi. Makassar: Jurusan Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar. Hal: Riyanto, A Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Sahabuddin, H Hubungan Flat Foot dengan Keseimbangan Dinamis pada Murid TK Sulawesi Kota Makassar. Skripsi. Makassar: Jurusan Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar. Hal: Santoso, D Perawatan Tepat Bagi Anda yang Memiliki Telapak Kaki Datar (Flat Feet), Sport Injuries Rehabilitation. Shin, Y.F., Chen, C.Y., Chen, W.Y dan Lin, H.C Lower Extremity Kinematics In Children With And Without Flexible Flat Foot: A Comparative Study. BMC Musculoskeletal Disorder. Hal: 2-9. Siswiyanti., S dan Pudjiastuti, S.S Pengaruh Pemberian Edukasi dan Medial ARCH Support terhadap Keseimbangan Dinamis pada Kondisi Fleksibel Flat Foot Anak Usia 8 s/d 10 Tahun. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. Vol 2 (2): Sukamti, E.R Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini Sebagai Dasar Menuju Prestasi Olahraga. Yogyakarta: FIK UNY. Wardani, S Prevelensi Kelainan Bentuk Kaki (Flat Foot) pada Anak Usia 6-12 Tahun di Kota Surakarta. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. 8

13 Wilson, M dan Black, F.A Synopsis of Causation Pes Planus. Ninewells Hospital and Medical School, Dundee. 9

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan salah satu aktifitas dasar manusia yaitu berjalan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan salah satu aktifitas dasar manusia yaitu berjalan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dengan dibekali empat anggota gerak, dua anggota gerak atas terdiri dari tangan kanan dan kiri, dua anggota gerak bawah terdiri dari kaki kanan

Lebih terperinci

PERBEDAAN GAIT PARAMETER PADA KONDISI FLEXIBLE FLAT FOOT DAN ARKUS KAKI NORMAL ANAK USIA TAHUN DI SD NEGERI 3 CEPU

PERBEDAAN GAIT PARAMETER PADA KONDISI FLEXIBLE FLAT FOOT DAN ARKUS KAKI NORMAL ANAK USIA TAHUN DI SD NEGERI 3 CEPU PERBEDAAN GAIT PARAMETER PADA KONDISI FLEXIBLE FLAT FOOT DAN ARKUS KAKI NORMAL ANAK USIA 11-13 TAHUN DI SD NEGERI 3 CEPU NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA

Lebih terperinci

PERBEDAAN GAIT PARAMETER PADA KONDISI FLEXIBLE FLAT FOOT DAN ARKUS KAKI NORMAL ANAK USIA TAHUN DI SD NEGERI 3 CEPU

PERBEDAAN GAIT PARAMETER PADA KONDISI FLEXIBLE FLAT FOOT DAN ARKUS KAKI NORMAL ANAK USIA TAHUN DI SD NEGERI 3 CEPU PERBEDAAN GAIT PARAMETER PADA KONDISI FLEXIBLE FLAT FOOT DAN ARKUS KAKI NORMAL ANAK USIA 11-13 TAHUN DI SD NEGERI 3 CEPU SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai masa kini dan diharapkan dapat membawa kemajuan di masa

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai masa kini dan diharapkan dapat membawa kemajuan di masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanah dari Allah SWT yang diberikan kepada setiap orang tua. Sebagai buah hati, cahaya mata, tumpuan harapan serta kebanggaan bagi keluarga. Anak adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN BERAT BADAN BERLEBIH DENGAN PERUBAHAN MEDIAL LONGITUDINAL ARCH DAN FOOT ALIGNMENT DI KECAMATAN KARTASURA

HUBUNGAN BERAT BADAN BERLEBIH DENGAN PERUBAHAN MEDIAL LONGITUDINAL ARCH DAN FOOT ALIGNMENT DI KECAMATAN KARTASURA HUBUNGAN BERAT BADAN BERLEBIH DENGAN PERUBAHAN MEDIAL LONGITUDINAL ARCH DAN FOOT ALIGNMENT DI KECAMATAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini tertuang dalam Al Qur an di Surah At-Tin ayat 4 Sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini tertuang dalam Al Qur an di Surah At-Tin ayat 4 Sesungguhnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Hal ini tertuang dalam Al Qur an di Surah At-Tin ayat 4 Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepatu dengan hak tinggi diperkenalkan pertama kali sejak tahun 1500M menjadi trend baru bagi perkembangan fashion wanita. Perubahan mode ini memberikan dampak besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi-bayi yang lahir, ada yang lahir dengan tubuh yang kurang sempurna. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. bayi-bayi yang lahir, ada yang lahir dengan tubuh yang kurang sempurna. Hampir 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak semua anak beruntung dilahirkan dengan tubuh sempurna. Sebagian bayi-bayi yang lahir, ada yang lahir dengan tubuh yang kurang sempurna. Hampir semua kelainan

Lebih terperinci

APLIKASI HEEL RAISES EXERCISE

APLIKASI HEEL RAISES EXERCISE APLIKASI HEEL RAISES EXERCISE DAPAT MENINGKATAN LENGKUNGAN KAKI DAN KESEIMBANGAN STATIS PADA ANAK- ANAK FLAT FOOT USIA 4-5 TAHUN DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL 3 DENPASAR 1) Liza Ariani, 2) Ari Wibawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan jumah penduduk yang memasuki peringkat 5 besar penduduk terbanyak didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telapak kaki. Bentuk kaki datar pada masa bayi dan anak-anak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. telapak kaki. Bentuk kaki datar pada masa bayi dan anak-anak dengan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaki merupakan bagian tubuh yang berfungsi untuk menopang berat badan, namun banyak diantara kita yang memiliki masalah dengan kaki, salah satunya ialah Flat Foot atau

Lebih terperinci

ABSTRAK KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING

ABSTRAK KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING ABSTRAK KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING DAN KINESIOTAPING LEBIH BAIK DIBANDINGKAN DENGAN FOOT MUSCLE STRENGTHENING TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK DENGAN FLEXIBLE FLATFOOT Keseimbangan

Lebih terperinci

PERBEDAAN MUSCLE ACTIVATION PADA OTOT TIBIALIS ANTERIOR DAN TRICEPS SURAE SAAT STANCE PHASE PADA KONDISI FLAT FOOT DAN NORMAL FOOT

PERBEDAAN MUSCLE ACTIVATION PADA OTOT TIBIALIS ANTERIOR DAN TRICEPS SURAE SAAT STANCE PHASE PADA KONDISI FLAT FOOT DAN NORMAL FOOT PERBEDAAN MUSCLE ACTIVATION PADA OTOT TIBIALIS ANTERIOR DAN TRICEPS SURAE SAAT STANCE PHASE PADA KONDISI FLAT FOOT DAN NORMAL FOOT Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI DAN MEDIAL ARCH SUPPORT TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA KONDISI FLEKSIBEL FLATT FOOTANAK USIA 8 S/D 10 TAHUN

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI DAN MEDIAL ARCH SUPPORT TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA KONDISI FLEKSIBEL FLATT FOOTANAK USIA 8 S/D 10 TAHUN PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI DAN MEDIAL ARCH SUPPORT TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA KONDISI FLEKSIBEL FLATT FOOTANAK USIA 8 S/D 10 TAHUN Siswiyanti, STh. Susilowati, Sri Surini Pudjiastuti Kementerian

Lebih terperinci

PREVALENSI KELAINAN BENTUK KAKI (FLAT FOOT) PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI KOTA SURAKARTA

PREVALENSI KELAINAN BENTUK KAKI (FLAT FOOT) PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI KOTA SURAKARTA PREVALENSI KELAINAN BENTUK KAKI (FLAT FOOT) PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Disusun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PES PLANUS DENGAN OSTEOARTHRITIS KNEE

HUBUNGAN ANTARA PES PLANUS DENGAN OSTEOARTHRITIS KNEE HUBUNGAN ANTARA PES PLANUS DENGAN OSTEOARTHRITIS KNEE Rochmad Nur Fauzi H Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jln. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura,

Lebih terperinci

HUBUNGANWARMING UP TERHADAP RISIKO CIDERA ANKLE KLUB BOLA BASKET

HUBUNGANWARMING UP TERHADAP RISIKO CIDERA ANKLE KLUB BOLA BASKET HUBUNGANWARMING UP TERHADAP RISIKO CIDERA ANKLE KLUB BOLA BASKET NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI DisusunOleh: Dila Rosa Rosiani J 121 120

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kemajuan dibidang teknologi dan komunikasi menyebabkan perubahan gaya hidup manusia, dampak besar yang terjadi terlihat jelas pada status kesehatan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makhluk hidup tumbuh dan berkembang sesuai dengan fase tumbuh dan kembang setiap makhluk tersebut. Demikian pula dengan manusia sebagai makhluk hidup. Manusia tumbuh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN POSTUR TIPE FLEKSI DENGAN POLA JALAN PADA LANJUT USIA

HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN POSTUR TIPE FLEKSI DENGAN POLA JALAN PADA LANJUT USIA HUBUNGAN ANTARA PERUBAHAN POSTUR TIPE FLEKSI DENGAN POLA JALAN PADA LANJUT USIA DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Oleh : Niken Mustika Sari J120120010 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara, termasuk masyarakat Indonesia. Salah satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN LENGKUNG TELAPAK KAKI DENGAN KELINCAHAN (Studi pada Siswa SD Negeri Duren 1 Bandungan, Kabupaten Semarang)

HUBUNGAN LENGKUNG TELAPAK KAKI DENGAN KELINCAHAN (Studi pada Siswa SD Negeri Duren 1 Bandungan, Kabupaten Semarang) HUBUNGAN LENGKUNG TELAPAK KAKI DENGAN KELINCAHAN (Studi pada Siswa SD Negeri Duren 1 Bandungan, Kabupaten Semarang) Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, sahri@mail.unnes.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk, Indonesia memiliki sejumlah permasalahan baik dalam perekonomian,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PLANTAR PADA USIA TAHUN. Arif Wicaksono Sasanthy Kusumaningtyas Angela BM Tulaar

KARAKTERISTIK PLANTAR PADA USIA TAHUN. Arif Wicaksono Sasanthy Kusumaningtyas Angela BM Tulaar KARAKTERISTIK PLANTAR PADA USIA 17-21 TAHUN Arif Wicaksono Sasanthy Kusumaningtyas Angela BM Tulaar Latar Belakang Apakah lengkung kaki kita normal? Belum ada data plantar pada usia tersebut Tekanan plantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan di mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan sikap tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi keseimbangan menurut Muchammad

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN STATIS DENGAN KECEPATAN BERJALAN PADA LANJUT USIA

SKRIPSI HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN STATIS DENGAN KECEPATAN BERJALAN PADA LANJUT USIA SKRIPSI HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN STATIS DENGAN KECEPATAN BERJALAN PADA LANJUT USIA I PUTU ADITYA PRATAMA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan semuanya melakukan olahraga lari sebagai olahraga yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan semuanya melakukan olahraga lari sebagai olahraga yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya kesadaran setiap orang dalam menjaga kesehatan tubuhnya, salah satu cara yang dilakukan oleh banyak orang adalah berolahraga secara teratur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bermobilisasi adalah kaki. Untuk melindungi bagian tubuh yang penting ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bermobilisasi adalah kaki. Untuk melindungi bagian tubuh yang penting ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan zaman yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan manusia untuk bermobilisasi semakin cepat. Kemampuan bermobilisasi ditopang dengan fisik yang sehat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta akan dapat berdampak kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang banyak melakukan kerja fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang sering digunakan terutama bagian kaki. Gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun semakin meningkat. Dampak lain dari tingginya prevalensi serangan stroke

BAB I PENDAHULUAN. tahun semakin meningkat. Dampak lain dari tingginya prevalensi serangan stroke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi menuju ke penyakit degeneratif dan traumatik menyebabkan prevalensi serangan stroke dari tahun ke tahun semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan bola kegawang lawan, dengan memanipulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gastrocnemius merupakan otot tipe slow twitch (tipe 1). Otot gastrocnemius

BAB I PENDAHULUAN. gastrocnemius merupakan otot tipe slow twitch (tipe 1). Otot gastrocnemius BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia terdiri dari banyak komponen seperti otot, tulang, dan sendi dimana semua komponen tersebut bekerja sinergis sehingga terbentuk suatu gerakan. Gerakan

Lebih terperinci

KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING

KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING TESIS KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING DAN KINESIOTAPING LEBIH BAIK DIBANDINGKAN DENGAN FOOT MUSCLE STRENGTHENING TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK DENGAN FLEXIBLE FLATFOOT LUH ITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai lanjut usia (lansia). Lanjut usia (lansia) merupakan kejadian yang pasti akan

Lebih terperinci

Journal of Physical Education, Health and Sport

Journal of Physical Education, Health and Sport JPEHS 2 (2) (2015) Journal of Physical Education, Health and Sport http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpehs LATIHAN FLEKSI TELAPAK KAKI TANPA KINESIO TAPING DAN MENGUNAKAN KINESIO TAPING TERHADAP

Lebih terperinci

VOLUME 2 No. 2, 22 Juni 2013 Halaman

VOLUME 2 No. 2, 22 Juni 2013 Halaman VOLUME 2 No. 2, 22 Juni 2013 Halaman 71-158 Analisis Pengaruh Bentuk Telapak Kaki Terhadap Kelelahan Fisik Herianto dan Bonita Aminoto Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jaringan intraseluler. Sedangkan yang dimaksud dengan

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jaringan intraseluler. Sedangkan yang dimaksud dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep tumbuh kembang merupakan suatu hal yang mutlak pada anak, maksudnya tumbuh adalah proses bertambah besarnya sel sel serta bertambahnya jaringan intraseluler.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN AGILITY ANTARA NORMAL FOOT DAN FLAT FOOT PADA ATLET UNIT KEGIATAN MAHASISWA BASKET DI KOTA MAKASSAR SKRIPSI

PERBANDINGAN AGILITY ANTARA NORMAL FOOT DAN FLAT FOOT PADA ATLET UNIT KEGIATAN MAHASISWA BASKET DI KOTA MAKASSAR SKRIPSI PERBANDINGAN AGILITY ANTARA NORMAL FOOT DAN FLAT FOOT PADA ATLET UNIT KEGIATAN MAHASISWA BASKET DI KOTA MAKASSAR SKRIPSI NURFADILLAH DARWIS C131 12 255 PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Futsal adalah variasi sepakbola yang dimainkan di dalam ruangan di lapangan yang lebih kecil. Futsal mulai dimainkan di Amerika Selatan pada tahun 1930 dan sejak itu

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO SKIRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai maksimal tetapi pada kenyataannya bukan gerak maksimal yang ada tetapi

BAB I PENDAHULUAN. sampai maksimal tetapi pada kenyataannya bukan gerak maksimal yang ada tetapi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki setiap potensial gerak yang dapat dikembangkan sampai maksimal tetapi pada kenyataannya bukan gerak maksimal yang ada tetapi gerak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah olahraga raket yang dimainkan oleh dua orang atau dua pasang yang saling berlawanan, bertujuan memukul shuttlecock melewati bidang permainan lawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menjadikan masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menjadikan masalah kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menjadikan masalah kesehatan. Kecenderungan terjadinya obesitas dapat disebabkan karena pola makan dan ketidakseimbangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran SYLVA MEDIKA PERMATASARI G0010186 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI ANTARA NORMAL FOOT DAN FLAT FOOT PADA ATLET BASKET SKRIPSI ANDI ISTIMRAR RIDJAL C

PERBANDINGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI ANTARA NORMAL FOOT DAN FLAT FOOT PADA ATLET BASKET SKRIPSI ANDI ISTIMRAR RIDJAL C PERBANDINGAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI ANTARA NORMAL FOOT DAN FLAT FOOT PADA ATLET BASKET SKRIPSI ANDI ISTIMRAR RIDJAL C131 12 254 PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN LOMPAT GAWANG DENGAN BEBAN DAN TANPA BEBAN TERHADAP PENINGKATAN VERTICAL JUMP ATLET VOLLY

PENGARUH LATIHAN LOMPAT GAWANG DENGAN BEBAN DAN TANPA BEBAN TERHADAP PENINGKATAN VERTICAL JUMP ATLET VOLLY PENGARUH LATIHAN LOMPAT GAWANG DENGAN BEBAN DAN TANPA BEBAN TERHADAP PENINGKATAN VERTICAL JUMP ATLET VOLLY SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kegemukan (obesitas) merupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Perubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr.

HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr. HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr. MOEWARDI Lilis Murtutik, Wahyuni ABSTRAK Latar belakang : Leukemia

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pola asuh orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang sering ditemukan oleh tenaga kesehatan. Semenjak dari masa kehamilan sampai meninggal manusia

Lebih terperinci

Pengaruh Permainan Futsal Modifikasi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 4-5 Tahun

Pengaruh Permainan Futsal Modifikasi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 4-5 Tahun Pengaruh Permainan Futsal Modifikasi Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Pada Octavian Dwi Tanto Andi Kristanto Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya Jl. Teratai No. 4 Surabaya (60136).

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KELINCAHAN PADA PEMAIN FUTSAL PRIA USIA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KELINCAHAN PADA PEMAIN FUTSAL PRIA USIA TAHUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KELINCAHAN PADA PEMAIN FUTSAL PRIA USIA 19-23 TAHUN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : LUHUT MAHENDRA J 120 110 049 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan IPTEK serta aktivitas semakin meningkat. Kesadaran untuk menjaga dan memahami kesehatan pun sering terabaikan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang. Anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan pada manusia ada empat fase, yaitu fase anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Remaja adalah fase yang sangat penting yang menjadi kunci pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang anatomi dan ergonomi.

BAB III METODE PENELITIAN. 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang anatomi dan ergonomi. 1 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang anatomi dan ergonomi. 1.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Kata kunci: aktivitas otot, gastrocnemius medialis, sepatu hak tinggi, keluhan muskuloskeletal, surface EMG, Nordic Body Map.

Kata kunci: aktivitas otot, gastrocnemius medialis, sepatu hak tinggi, keluhan muskuloskeletal, surface EMG, Nordic Body Map. Abstrak PERBEDAAN RERATA AKTIVITAS OTOT DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL ANTARA PENGGUNA SEPATU HAK TINGGI DAN SEPATU HAK RENDAH PADA KARYAWATI MATAHARI DEPARTMENT STORE DI DENPASAR Penggunaan sepatu hak tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas,

Lebih terperinci

INTERVENSI PADA ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK. Oleh: Dra. Sri Widati, M.Pd.

INTERVENSI PADA ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK. Oleh: Dra. Sri Widati, M.Pd. INTERVENSI PADA ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK Oleh: Dra. Sri Widati, M.Pd. A. PENDAHULUAN Anak-anak dengan gangguan motorik (gerakan) mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari, seperti:

Lebih terperinci

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI

KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI KEGIATAN LATIHAN GERAK DAN LAGU (JERUK BALI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA DINI Oleh: Ni Kadek Nelly Paspiani, S.Pd TK Negeri Pembina Kotabaru, nelly_paspiani@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FLAT FOOT DENGAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA MURID TK SULAWESI KOTA MAKASSAR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA FLAT FOOT DENGAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA MURID TK SULAWESI KOTA MAKASSAR SKRIPSI ii HUBUNGAN ANTARA FLAT FOOT DENGAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA MURID TK SULAWESI KOTA MAKASSAR SKRIPSI HUMAIRAH SAHABUDDIN C131 12 002 PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PES PLANUS DENGAN OSTEOARTHRITIS KNEE

HUBUNGAN ANTARA PES PLANUS DENGAN OSTEOARTHRITIS KNEE HUBUNGAN ANTARA PES PLANUS DENGAN OSTEOARTHRITIS KNEE Rochmad Nur Fauzi H dan Agus Widodo Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani, Tromol Pos I,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Muskulus kuadrisep adalah salah satu jaringan lunak yang paling penting dalam mempertahankan fungsi sendi patellofemoral dengan menarik patela ke arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah. keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah. keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Populasi dan Sampel PENDAHULUAN Kesehatan sangat penting di era globalisasi, seperti layaknya visi dari WHO yaitu meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang saling berinteraksi dengan lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal dalam bergerak atau beraktivitas.

Lebih terperinci

RUNNING SKILLS. Skill highlights

RUNNING SKILLS. Skill highlights RUNNING SKILLS Skill highlights 1. Waktu yg ditempuh atlet pada jarak tertentu ditentukan oleh panjang langkah (stride length) dan frekuensi langkah (stride frequency) Panjang tungkai atlet dan dorongan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit maupun ditemukannya penyakit-penyakit baru yang semakin. mengancam penurunan kualitas hidup manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit maupun ditemukannya penyakit-penyakit baru yang semakin. mengancam penurunan kualitas hidup manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dinegara ini serta meningkatnya aktivitas, maka kesadaran untuk memahami dan menjaga kesehatan kadang di abaikan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan oleh seseorang dengan cara berlatih serta melalui suatu proses latihan yang terprogram, tersusun,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN CORE STABILITY PADA LATIHAN SQUAT JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI

PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN CORE STABILITY PADA LATIHAN SQUAT JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN CORE STABILITY PADA LATIHAN SQUAT JUMP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat meyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing cabang olahraga termasuk Cabang Bulu Tangkis atau

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing cabang olahraga termasuk Cabang Bulu Tangkis atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejayaan Indonesia juga dapat dilihat dari prestasi para atlet dari masing-masing cabang olahraga termasuk Cabang Bulu Tangkis atau Badminton dan banyaknya faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai dewasa terutama laki-laki. Banyak

Lebih terperinci

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan 2 Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan kerja dan praktik fisioterapi yang menyatakan bahwa fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGGI HAK SEPATU TERHADAP KASUS NYERI PLANTARIS PADA KARYAWAN WANITA YANG BEKERJA DI MDS

HUBUNGAN TINGGI HAK SEPATU TERHADAP KASUS NYERI PLANTARIS PADA KARYAWAN WANITA YANG BEKERJA DI MDS HUBUNGAN TINGGI HAK SEPATU TERHADAP KASUS NYERI PLANTARIS PADA KARYAWAN WANITA YANG BEKERJA DI MDS A.A. SG. ISTRI SURYAKENCANAWATI NI LUH NOPI ANDIYANI I DEWA AYU INTEN DWI PRIMAYANTI KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan salah satu gangguan yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas dan fungsional, sehingga menghambat aktivitas

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapat Gelar Sarjana Fisioterapi. Disusun Oleh: Ditha Eka Putri J

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapat Gelar Sarjana Fisioterapi. Disusun Oleh: Ditha Eka Putri J HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN PANJANG TUNGKAI DENGAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SALATIGA TRAINING CENTER DAN PUSLAT SALATIGA FC KOTA SALATIGA PUBLIKASI ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic),

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini tehnologi sudah sangat berkembang sehingga memudahkan semua kegiatan, sehingga membuat manusia menjadi kurang bergerak (hypokinetic), seperti contohnya tehnologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), menunjukkan bahwa kejadian osteoartritis lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria di antara semua

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN KEAKTIFAN SENAM DENGAN TINGKAT FLEKSIBILITAS SENDI LUTUT LANSIA. Di Kelompok Senam Geriatri As-Sakinah Aisyiyah Ponorogo

SKRIPSI HUBUNGAN KEAKTIFAN SENAM DENGAN TINGKAT FLEKSIBILITAS SENDI LUTUT LANSIA. Di Kelompok Senam Geriatri As-Sakinah Aisyiyah Ponorogo SKRIPSI HUBUNGAN KEAKTIFAN SENAM DENGAN TINGKAT FLEKSIBILITAS SENDI LUTUT LANSIA Di Kelompok Senam Geriatri As-Sakinah Aisyiyah Ponorogo Oleh : RISKA NURVIANINGTYAS NIM : 13631393 PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setengah miliar mengalami obesitas. 1. meningkat pada negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. setengah miliar mengalami obesitas. 1. meningkat pada negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obesitas masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang mendunia. 1,2 World Health Organization (WHO) mendeklarasikan bahwa obesitas merupakan epidemik global.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang diciptakan paling sempurna dibandingkan makhluk ciptaan lainnya. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu bergerak untuk terus mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dinegara ini serta. meningkatnya aktivitas, maka kesadaran untuk memahami dan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dinegara ini serta. meningkatnya aktivitas, maka kesadaran untuk memahami dan menjaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dinegara ini serta meningkatnya aktivitas, maka kesadaran untuk memahami dan menjaga kesehatan kadang diabaikan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak usia sekolah dasar disebut juga perkembangan masa pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. Permulaan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan aktivitas yang dilakukan untuk melatih tubuh seseorang, yang tidak hanya berupa olahraga jasmani tetapi juga rohani. Baik olahraga jasmani maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. terutama bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat memperbaiki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bergerak dalam menjalankan aktivitasnya. Sering kita jumpai seseorang mengalami keterbatasan gerak dimana hal tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan tinjauan cross-sectional.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan tinjauan cross-sectional. digilib.uns.ac.id 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan tinjauan cross-sectional. 3.2. Sampel dan populasi Sampel dan populasi yang

Lebih terperinci

PREVALENSI KELAINAN BENTUK KAKI (FLAT FOOT) PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI KOTA SURAKARTA

PREVALENSI KELAINAN BENTUK KAKI (FLAT FOOT) PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI KOTA SURAKARTA 1 PREVALENSI KELAINAN BENTUK KAKI (FLAT FOOT) PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi Disusun Oleh

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BEBAN LATIHAN DOUBLE LEG SPEED HOP TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PEMAIN BOLA VOLI

PENGARUH PENAMBAHAN BEBAN LATIHAN DOUBLE LEG SPEED HOP TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PEMAIN BOLA VOLI PENGARUH PENAMBAHAN BEBAN LATIHAN DOUBLE LEG SPEED HOP TERHADAP DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PEMAIN BOLA VOLI PUBLIKASI ILMIAH Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi S1 Pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan

Lebih terperinci

PENGARUH BERMAIN PAPAN TITIAN TERHADAP KESEIMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN

PENGARUH BERMAIN PAPAN TITIAN TERHADAP KESEIMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN PENGARUH BERMAIN PAPAN TITIAN TERHADAP KESEIMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN PUBLIKASI ILMIAH DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA FISIOTERAPI Disusun oleh: Areza Putra Surya J120151123

Lebih terperinci

DRA. SRI WIDATI, M.Pd. NIP JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2009

DRA. SRI WIDATI, M.Pd. NIP JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2009 DRA. SRI WIDATI, M.Pd. NIP. 131 663 900 JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2009 A. ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK Kelainan alat gerak adalah kelainan komponen alat gerak yang terdiri dari otot,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia harus memiliki kemampuan untuk bergerak atau melakukan aktivitas demi memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM (TANDEM STANCE) TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RISIKO JATUH PADA LANJUT USIA

PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM (TANDEM STANCE) TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RISIKO JATUH PADA LANJUT USIA PENGARUH LATIHAN JALAN TANDEM (TANDEM STANCE) TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN UNTUK MENGURANGI RISIKO JATUH PADA LANJUT USIA Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Akhir Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Fisioterapi

Lebih terperinci