ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN PERBANKAN STUDI EMPIRIS DI BEI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN PERBANKAN STUDI EMPIRIS DI BEI"

Transkripsi

1 ANALISIS RASIO KEUANGAN TERHADAP FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN PERBANKAN STUDI EMPIRIS DI BEI Meilita Fitri Rahmania Suwardi Bambang Hermanto Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to analysis the financial ratio to the financial distress condition in banking companies. The dependent variable is financial distress whereas the independent variable that is used in this research is seven financial ratios which consist of Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Operational Cost to the Operational Income (BOPO), and Loan to Deposit Ratio (LDR). The result of the research shows that Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Return on Equity (ROE), and Loan to Deposit Ratio (LDR) variables have significant influence to the Financial Distress of the banking companies whereas Capital Adequacy Ratio (CAR), Retun on Asset (ROA), Operating Cost to the Operating Income (BOPO) variables have no significant influence to the Financial Distress condition. The value of Nagelkerke R Square is 66.2% and 33.8% is explained by the other variables. Keywords: Financial Distress, Financial Ratio, Logistic Regressions ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh rasio keuangan terhadap kondisi financial distress perusahaan perbankan. Dengan variabel dependen dalam penelitian ini yaitu financial distress sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tujuh rasio keuangan meliputi Capital Adequancy Ratio(CAR), Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR).Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM), Return on Equity (ROE), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress perusahaan perbankan. Sedangkan variabel Capital Adequancy Ratio (CAR), Retun on Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi Financial Distress. Nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,662 atau kemampuan ke 4 variabel independen menjelaskan financial distress sebesar 66,2% dan 33,8 % dijelaskan oleh variabel lain. Kata kunci: financial distress, rasio keuangan, regresi logistik PENDAHULUAN Bank sebagai salah satu lembaga keuangan di dalam perekonomian suatu negara, berfungsi sebagai penunjang kelancaran sistem pembayaran, pelaksana kebijakan moneter, dan sarana untuk mencapai stabilitas sistem keuangan yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip kepercayaan. Oleh karena itu dalam menjalankan fungsinya bank dituntut untuk dalam keadaan sehat. Kinerja suatu perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan laporan keuangan. Laporan keuangan bank yang terdiri dari neraca

2 2 memberikan informasi mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan operasional bank, laporan arus kas yang memberikan informasi perputaran uang. Laporan keuangan tidak hanya mencerminkan kondisi suatu perusahaan pada masa lalu tetapi juga dapat digunakan untuk memprediksi kondisi keuangan suatu perusahaan pada masa mendatang (Pankof dan Virgil, 1970) dalam Suharman (2007). Menurut Khasmir (2005) ukuran kinerja juga dapat dilihat dari tingkat kesehatan bank yang penilaiannya dilakukan oleh Bank Indonesia meliputi beberapa aspek diantaranya: (1) Aspek permodalan, (2) Aspek kualitas asset, (3) Aspek kualitas manajemen, (4) Aspek Likuiditas, (5) Aspek Rentabilitas. Rasio keuangan menjelaskan perubahan posisi keuangan bank dan memberikan informasi yang efisien dalam menunjukkan karakteristik bank yang mengalami kegagalan dan tidak mengalami kegagalan (Gunsel, 2007). Dengan Rasio keuangan memungkinkan manajemen mengidentifikasi perubahan-perubahan pokok pada trend, jumlah dan hubungan sehingga dapat memberikan pertimbangan. Salah satu teknik yang digunakan untuk menilai perusahaan adalah analisis rasio keuangan. Indikator kinerja suatu perbankan dapat dilihat dari rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio risiko usaha bank, rasio permodalan dan rasio efisiensi usaha. Kesulitan keuangan suatu perusahaan dapat tercermin dari indikator kinerja yakni apabila perusahaan mengalami kesulitan keuangan jangka pendek (likuiditas) yang tidak segera diatasi akan mengakibatkan kesulitan keuangan jangka panjang (solvabilitas) sehingga dapat berujung pada kebangkrutan suatu perusahaan (Suharman, 2007). Dengan kata lain perusahaan tersebut berada pada kondisi financial distress. Fenomena lain dari financial distress adalah banyaknya perusahaan yang cenderung mengalami kesulitan likuiditas, ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada perbankan sehingga mengalamani de-listing. Pernyataan financial distress didukung oleh Platt dan Platt (2002), financial distress didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Menurut Wurck (1990) financial distress adalah suatu keadaan dimana arus kas operasi tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya seperti hutang dagang atau biaya bunga. Financial distress dapat dimulai dari kesulitan likuiditas (jangka pendek) sebagai indikasi financial distress yang paling ringan, sampai kepernyataan kebangkrutan yang merupakan financial distress yang paling berat (Triwahyuningtias, 2012). Financial distress berarti kesulitan dana untuk menutup kewajiban perusahaan atau kesulitan likuiditas yang diawali dengan kesulitan ringan sampai pada kesulitan yang lebih serius, yaitu jika hutang lebih besar dibandingkan dengan aset. Payamata dan Machfoedz dalam Aprilia (2010) mengatakan penilaian terhadap kinerja perbankan di Indonesia seringkali dilakukan dengan menggunakan rasio CAMEL yang meliputi Capital, Assets, Earnings, Management, dan Liquidity. CAMEL tidak sekedar mengukur tingkat kesehatan bank, tetapi juga digunakan sebagai indikator dalam menyusun peringkat dan memprediksi kebangkrutan bank.rasio-rasio CAMEL yang sering digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Net Interest Margin (NIM), dan Loans to Deposits Ratio (LDR). Beberapa penelitian terdahulu masih terdapat ketidakkonsistenan hasil penelitian atas pengaruh rasio keuangan terhadapa financial distress sehingga perlu diuji ulang dengan sampel dan periode yang berbeda. Pengujian ulang ditujukan untuk menyakini bahwa rasio keuangan tersebut benar-benar berpengaruh terhadap financial distress dimana model prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat menghindari kebangkrutan dan secara langsung juga dapat menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan. Dengan mengetahui kondisi financial distress diharapkan perusahaan dapat

3 3 melakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan sedini mungkin. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut apakah rasio keuangan CAR ( Capital Adequancy Ratio),NPL (Non Performing Loan), NIM (Net Interest Margin), ROA (Return On Assets), ROE (Return On Equity), BOPO (biaya operasional terhadap pendapatan operasional,ldr (Loan to Deposite Ratio ) berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji variabel keuangan CAR ( Capital Adequancy Ratio),NPL (Non Performing Loan), NIM (Net Interest Margin), ROA (Return On Assets), ROE (Return On Equity), BOPO (biaya operasional terhadap pendapatan operasional,ldr (Loan to Deposite Ratio ) terhadap kondisi financial distress pada perusahaan perbankan. Penelitian ini menggunakan jangka waktu pengambilan sampel dari tahun 2010 sampai tahun 2012, dengan asumsi sampel yang diperoleh akan lebih banyak. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Financial Distress dan Kebangkrutan Bank Perusahaan yang mengalami financial distress adalah perusahaan yang selama beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net operation income) negatif (Almalia,2003). Platt dan Platt dalam Asmoro (2010) menyatakan apabila suatu perusahaan mengalami financial distress maka dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan. Perusahaan yang tidak bisa memenuhi kewajibannya dalam jangka pendek akan mengalami likuiditas dan apabila tidak segera diatasi akan mengakibatkan kesulitan keuangan jangka panjang (solvabilitas) sehingga dapat berujung pada kebangkrutan bank. Financial distress adalah tahapan penurunan kondisi keuangan suatu perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Dengan mengetahui kondisi financial distress pada perusahaan perbankan di Indonesia maka dapat dilakukan berbagai tindakan pencegahan kebangkrutan. Selain itu, kebangkrutan suatu bank diukur melalui laporan keuangannya. Pengukuran tersebut dilakukan dengan cara menganalisi laporan keuangan dengan berbagai rasio keuangan. Analisis laporan keuangan sangat penting untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil hasil yang dicapai yang berhubungan dengan strategi yang diterapkan oleh perusahaan yang terkait. Selain itu perusahaan dapat mengetahui perkembangan financial perusahaan serta hasil hasil yang dicapai di waktu yang lalu atau di waktu yang sedang berjalan. Selain itu dengan menganalisis keuangan dimasa lampau maka perusahaan dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan perusahaan serta dengan hasil yang baik yang dapat dinyatakan kebangkrutan perusahaan tersebut. Terdapat berbagai cara untuk melakukan pengujian bahwa suatu perusahaan mengalami financial distress (Platt dan Platt, 2002) seperti berikut: (1) Adanya pemberhentian tenaga kerja atau tidak melakukan pembayaran dividen (Lau, 1987; Hill et al., 1996), (2) Interest coverage ratio (Asquith, Gertner dan Scharfstein, 1994), (3) Arus kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang saat ini (Whitaker, 1999), (4) Laba bersih operasi (net operating income) negatif (Hofer, 1980; Whitaker, 1999), (5) Adanya perubahan harga ekuitas (John, Lang dan Netter, 1992), (6) Perusahaan dihentikan operasinya atas wewenang pemerintah dan perusahaan tersebut dipersyaratkan untuk melakukan perencanaan restrukturisasi (Tirapat dan Nittayagasetwat, 1999), (7) Perusahaan mengalami pelanggaran teknis dalam hutang dan diprediksi perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan pada periode yang

4 4 akan datang (Wilkins, 1997), (8) Mempunyai Earning Per Share (EPS) negatif (Eliomi dan Gueyle, 2001) Financial distress dapat diukur dengan indikator kinerja keuangan perusahaan. Indikator ini diperoleh dari analisis rasio-rasio keuangan yang terdapat pada informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan Kinerja Keuangan Bank Kinerja suatu perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan laporan keuangan. Laporan keuangan bank yang terdiri dari neraca memberikan informasi mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan operasional bank, laporan arus kas yang memberikan informasi perputaran uang. Laporan keuangan tidak hanya mencerminkan kondisi suatu perusahaan pada masa lalu tetapi juga dapat digunakan untuk memprediksi kondisi keuangan suatu perusahaan pada masa mendatang Pankof dan Virgil (1970) dalam Suharman (2007). Salah satu teknik yang digunakan untuk menilai perusahaan adalah analisis rasio keuangan. Indikator kinerja suatu perbankan dapat dilihat dari rasio likuiditas, rasio rentabilitas, rasio risiko usaha bank, rasio permodalan dan rasio efisiensi usaha. Rasio likuiditas menilai kemampuan perusahan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio rentabilitas menilai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba. Rasio risiko usaha menilai risiko yang dihadapi dalam menjalankan usaha. Rasio permodalan mengukur kemampuan permodalan menutup kerugian. Rasio efisiensi usaha mengukur tingkat efisiensi perusahaan. Rasio keuangan tersebut diharapkan dapat digunakan untuk mendeteksi kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan suatu perusahaan dapat tercermin dari indikator kinerja yakni apabila perusahaan mengalami kesulitan keuangan jangka pendek (likuiditas) yang tidak segera diatasi akan mengakibatkan kesulitan keuangan jangka panjang (solvabilitas) sehingga dapat berujung pada kebangkrutan suatu perusahaan Kinerja keuangan pada dasarnya merupakan merupakan hasil yang dicapai suatu perusahaan dengan mengelola sumber daya yang ada dalam perusahaan yang seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen Farid dan Siswanto (1998) dalam Desfian (2005). Demikian juga halnya dengan kinerja perbankan dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai suatu bank dengan mengelola sumber daya yang ada dalam bank seefektif mungkin dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen (Desfian, 2005). Analisis Rasio Keuangan Usman dalam Asmoro (2010) menyatakan analisis rasio keuangan berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil finansial yang telah dicapai guna perencanaan yang akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditor dan investor untuk menetukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan Rasio keuangan yang lazim digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank untuk menentukan suatu bank bermasalah atau tidak adalah rasio keuangan CAMEL. Rasio CAMEL adalah menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. dengan analisis rasio dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank. Beberapa rasio CAMEL yang paling sering digunakan adalah rasio CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOP, dan LDR. 1. CAR (Capital Adequency Ratio) CAR merupakan salah satu indikator kesehatan permodalan bank. Penilaian permodalan merupakan penilaian terhadap kecukupan modal bank untuk mengcover eksposur risiko saat ini dan mengantisipasi eksposur risiko dimasa mendatang. CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank dalam menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko

5 5 (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Perhitungan CAR diperoleh dari perbandingan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) yang dihitung bank bersangkutan. Semakin besar persentase CAR suatu bank menunjukkan semakin besar daya tahan suatu bank dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta yang bermasalah. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Pada penelitian sebelumnya Almilia dan Herdiningtyas (2005) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi kondisi bermasalah pada sektor perbankan. 2. NPL (Non Performing Loan) Salah satu rasio dalam mengukur risiko usaha yaitu Non Performing Loan (NPL). Risiko usaha sering disebut dengan kualitas aktiva produktif. Menurut Riyadi (2006), risiko kredit yaitu risiko yang timbul apabila peminjam tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjam dan bunga yang harus dibayarnya. Kualitas kredit ditentukan oleh kolektibilitasnya, yaitu lancar tidaknya pembayaran bunga dan pokok pinjaman serta kemampuan debitur yang ditinjau dari keadaan usahanya. Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5%. Apabila nilai NPL melebihi 5% maka perusahaan dinyatakan dalam kondisi bermasalah. Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2001), kredit bermasalah akan menyebabkan menurunnya pendapatan bank, yang selanjutnya memungkinkan terjadinya penurunan laba. Almilia dan Herdiningtyas (2005) menyatakan bahwa semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Pada penelitian Risky Ludy Wicaksana (2011) yang menyatakan NPL positif signifikan. 3. NIM (Net Interest Margin) NIM mengukur kemampuan earning asset / aktiva produktif atas hasil pendapatannya (net interest income / NII) (Sawir dalam Suharman, 2007). Earning asset terdiri dari suratsurat berharga, surat-surat berjangka, pinjaman, penyertaan dan aktiva valuta asing.nim merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga (interest bearing assets) (Prasnanugraha, 2007). Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki NIM paling sedikit sebesar 1,5%. Almilia dan Hardiningtyas (2005) mengatakan bahwa semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Pada penelitian Januarti (2002) menyatakan NIM berpengaruh signifikan terhadap kondisi bermasalah. 4. ROA (Return On Assets) Rasio ini merupakan salah satu dari rasio yang digunakan untuk menilai aspek earning. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkutan (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Bank dikatakan sehat jika rasio laba terhadap volume usaha mencapai sekurang-kurangnya 1,2%. (Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Riyadi dalam Mulyaningrum (2008) menyatakan semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam

6 6 kondisi bermasalah semakin kecil. Altman (1986) menyatakan bahwa rasio ROA berpengaruh signifikan terhadap kebangkrutan bank. 5. ROE (Return On Equity) Menurut Riyadi dalam Mulyaningrum (2008), Return on Equity adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) bank, rasio ini menunjukkan tingkat % (persentase) yang dapat dihasilkan. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Haryati (2006)menyatakan bahwa rasio ROE berpengaruh terhadap kondisi bermasalah diperusahaan perbankan. 6. BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Rasio BOPO yang ditolerir oleh Bank Indonesia adalah 96%, dan lebih dari 96% dianggap bank tidak sehat dan tidak efisien dalam menjalankan operasionalnya. Menurut Berger, et al (Kuncoro dan Suhardjono, 2002), bank yang dalam kegiatan usahanya tidak efisien akan mengakibatkan ketidakmampuan bersaing dalam mengerahkan dana masyarakat maupun dalam menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan sebagai modal usaha. Dengan adanya efisiensi pada lembaga perbankan terutama efisiensi biaya maka akan diperoleh tingkat keuntungan optimal, penambahan jumlah dana yang disalurkan, biaya lebih kompetitif, peningkatan pelayanan kepada nasabah, keamanan dan kesehatan perbankan yang meningkat. Riyadi dalam Mulyaningrum (2008) menyatakan bahwa semakin rendah rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. pada peneliti sebelumnya Almalia dan Herdiningtyas (2005) menyatakan BOPO berpengaruh terhadap kondisi bermasalah 7. LDR (Loan to Deposit Ratio) Wood dan Porter dalam Muljono (1999) mendefinisikan likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk membayar penarikan simpanan pada batas waktu yang merupakan kewajibannya dan permintaan kredit tanpa penundaan. Salah satu rasio keuangan untuk mengukur likuiditas adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Berdasarkan ketentuan yang ditentukan oleh Bank Indonesia besar LDR maksimal adalah 100%, dan lebih dari 100% dianggap bank tidak sehat. Santoso (1996) mengatakan bahwa semakin tinggi rasio LDR maka semakin tinggi probabilitas dari sebuah bank mengalami kebangkrutan. Suharman (2007) menyatakan bahwa LDR berpengaruh terhadap kondisi bermasalah diperbankan. Perumusan Hipotesis Pengaruh rasio CAR terhadap financial distress Santoso (1996) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin besar rasio ini, semakin kecil probabilitas suatu bank mengalami kebangkrutan. Pendapat ini didukung oleh Almilia dan Herdiningtyas (2005) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap prediksi kondisi bermasalah pada sektor perbankan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan rasio CAR berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan perbankan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

7 7 H 1 : CAR berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan perbankan. Pengaruh rasio NPL terhadap financial distress Riyadi (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin besar tingkat NPL menunjukkan bahwa bank tidak profesional dalam mengelola kreditnya, dan resiko bank cukup tinggi searah dengan rasio NPL. Begitupula dengan Almilia dan Herdiningtyas (2005) menyatakan bahwa semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar dan NPL berpengaruh positif. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan rasio NPL berpengaruh positif terhadap financial distress perusahaan perbankan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 2 : NPL berpengaruh positif terhadap financial distress perusahaan perbankan Pengaruh rasio NIM terhadap financial distress Almilia dan Hardiningtyas (2005) dalam penelitiannya mengatakan bahwa semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Begitupula dengan Januarti (2002) menyatakan semakin tinggi rasio ini maka semakin rendah kemungkinan bank untuk mengalami kebangkrutan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan rasio NIM berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan perbankan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 3 : NIM berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan perbankan. Pengaruh rasio ROA terhadap financial distress Altman (1986) dalam penelitiannya menyatakan bahwa rasio ROA berpengaruh signifikan terhadap kebangkrutan bank. Riyadi dalam Mulyaningrum (2008) menyatakan semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Dengan demikian semakin tinggi aset bank dialokasikan pada pinjaman dan semakin rendah rasio permodalan maka kemungkinan bank untuk gagal semakin meningkat. Sedangkan ROA semakin tinggi pula tingkat kesehatan bank, maka kemungkinan bank mengalami financial distress akan semakin kecil (Haryati,2001). Tarmizi dan Kusuno (2003) menyatakan bahwa ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap bank bangkrut dan bank tidak bangkrut.dengan demikian hipotesis yang menyatakan rasio ROA berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan perbankan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 4 : ROA berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan perbankan. Pengaruh rasio ROE terhadap financial distress Almilia dan Herdiningtyas (2005) dalam penelitiannya semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil dan ROE berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan perbankan. Dengan demikian, semakin tinggi rasio ROE, semakin efisien bank menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan, sehingga kemungkinan suatu bank mengalami financial distress semakin kecil. Sebaliknya, semakin rendah ROE menunjukkan bahwa bank tidak efisien dalam mengelola modal sendiri dalam menghasilkan laba, sehingga kemungkinan bank mengalami distress semakin besar. Penelitian Hastuti dan Subaweh (2008) menyatakan bahwa ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank go public. Hal tersebut didukung oleh Juniarsi dan Suwarno (2005) yang menyatakan bahwa rasio ROE berpengaruh signifikan dalam

8 8 memprediksi kegagalan bank umum swasta nasional nondevisa.dengan demikian hipotesis yang menyatakan rasio ROE berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan perbankan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 5 : ROE berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan perbankan. Pengaruh rasio BOPO terhadap financial distress Almilia dan Herdiningtyas (2005) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa BOPO berpengaaruh positif signifikan terhadap kondisi bermasalah. Begitupula dengan penelitian Riyadi dalam Mulyaningrum (2008) menyatakan bahwa semakin rendah rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. Apabila kinerja manajemen perbankan tersebut baik maka perusahaan akan menghasilkan laba yang diinginkan sehingga perusahaan tidak akan mengalami kebangkrutan. Seperti dalam penelitian dikemukakan bahwa menurut Berger, et al (Kuncoro dan Suhardjono, 2002), bank yang dalam kegiatan usahanya tidak efisien akan mengakibatkan ketidakmampuan bersaing dalam mengerahkan dana masyarakat maupun dalam menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan sebagai modal usaha. Dengan adanya efisiensi pada lembaga perbankan terutama efisiensi biaya maka akan diperoleh tingkat keuntungan optimal, penambahan jumlah dana yang disalurkan, biaya lebih kompetitif, peningkatan pelayanan kepada nasabah, keamanan dan kesehatan perbankan yang meningkat. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan rasio BOPO berpengaruh positif terhadap financial distress perusahaan perbankan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 6 : BOPO berpengaruh positif terhadap financial distress perusahaan perbankan. Pengaruh rasio LDR terhadap financial distress Santoso (1996) dalam penelitiannya mengatakan bahwa semakin tinggi rasio LDR maka semakin tinggi probabilitas dari sebuah bank mengalami kebangkrutan. Hal ini memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar (Dendawijaya, 2009). Hasil penelitian Sumantri dan Jurnali (2010) menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap prediksi kepailitan bank. Hal yang sama juga diperoleh oleh Juniarsi dan Suwarno (2005) yang menyatakan bahwaldr berpengaruh signifikan dalam memprediksi kegagalan bank umum swasta nasional nondevisa. Sedangkan Tarmizi dan Kusuno (2003) menyatakan bahwa LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap bank bangkrut dan bank tidak bangkrut.dengan demikian hipotesis yang menyatakan rasio LDR berpengaruh negatif terhadap financial distress perusahaan perbankan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H 7 : LDR berpengaruh positif terhadap financial distress perusahaan perbankan. Model Penelitian Berikut adalah model penelitian yang dapat digambarkan. Penelitian ini menguji pengaruh variable CAR, NPL, NIM, ROA, ROE, BOPO, dan LDR terhadap financial distress.

9 9 CAR NPL NIM ROA FINANCIAL DISTRESS ROE BOPO LDR Gambar 1 Model Penelitian METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia selama periode Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1) Bank-bank umum yang mempublikasikan laporan keuangan pada tahun (2) Bank yang dijadikan sampel terbagi menjadi dua atau kategori yaitu: bank tidak bermasalah, yaitu: Bank-bank yang tidak masuk program penyehatan perbankan dan tidak dalam pengawasan khusus, bank-bank tersebut masih beroperasi sampai 31Desember Bank-bank tersebut tidak mengalami kerugian pada tahun Dan bank bermasalah, bank-bank yang menderita kerugian minimal 2 tahun berturut turut tahun pada tahun amatan (3) Laporan keuangan yang disajikan Bank memenuhi kriteria pengukuran variabel yaitu kinerja keuangan dan rasio CAMEL. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Dependen Variable dependen pada penelitian ini yaitu perusahaan perbankan yang mengalami kondisi bermasalah dan tidak bermasalah. Status usaha perbankan dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu kategori bangkrut dan tidak bangkrut. Menurut Platt dan Platt (2002) perusahaan dinyatakan bangkrut ditinjau dari Earning Per Share (EPS) negatif. Perusahanperusahaan dalam penelitian ini dikelompokan dengan ukuran 0 (nol) untuk perusahaan tidak bangkrut dan 1 (satu) untuk perusahaan yang memiliki EPS negatif selama 2 tahun berturut-turut atau bangkrut. Variabel dependen yang digunakan merupakan variabel kategori (dummy variable ) Variabel Independen 1. CAR (Capital Adequancy Ratio) CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank dalam menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Perhitungan CAR diperoleh dari perbandingan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) atau ditambah dengan Risiko Pasar dan Risiko

10 10 Operasional, ini tergantung pada kondisi bank yang bersangkutan yang dihitung bank bersangkutan. Dalam hal ini modal yang dimaksudkan yaitu modal inti ditambah modal pelengkap.modal inti terdiri dari: modal disetor, agio, dana setoran modal, modal sumbangan, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan setelah diperhitungkan pajak, laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, laba tahun berjalan, diperhitungkan sebesar 50% setelah taksiran pajak. Modal pelengkap sebagaimana dimaksud terdiri dari: cadangan revaluasi aktiva tetap, PPAP umum,modal pinjaman. Aset tertimbang menurut risiko (ATMR) yang digunakan dalam modal minimum terdiri atas: ATMR untuk Risiko Kredit, ATMR untuk Risiko Operasional,ATMR untuk Risiko Pasar. ATMR terdiri atas : (a) aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai kadar risiko penyaluran dana yaitu: kas, emas diberi bobot 0%,penempatan pada bank lain diberi bobot 20%,persediaan, nilai bersih aktiva tetap dan inventaris, antar kantor aktiva, dan rupa-rupa aktiva diberi bobot 100% (b)beberapa pos dalam daftar kewajiban komitmen dan kontinjensi (offbalancesheet account) yang diberikan bobot yang sesuai dengan surat edaran BI. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No.3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001): Modal CAR = X 100% Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) 2. NPL (Non Performing Loan). Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Perhitungan NPL diperoleh dari perbandingan kredit bermasalah dengan total kredit. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kolektibilitas kredit dikategorikan menjadi lancar, dengan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank sesuai dengan perjanjian. Kredit bermasalah menurut ketentuan Bank Indonesia merupakan kredit yang digolongkan ke dalam kolektibilitas kurang lancar, diragukan dan macet (Kuncoro dan Suharjono, 2001). Kredit bermasalah dihitung secara gross(tidak dikurangi PPAP). Angka dihitung per posisi (tidak disetahunkan). Sedangkan total kredit adalah kredit kepada pihak ketiga bukan bank. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001) : Kredit Bermasalah NPL = X 100% Total Kredit 3. NIM (Net Interest Margin). NIM merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemn perusahaan untuk mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih Perhitungan NIM diperoleh dari perbandingan pendapatan bunga bersih dengan aktiva produktif. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga dan pendapatan bunga bersih disetahunkan. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No.3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001) : Pendapatan Bunga Bersih NIM = X 100% Aktiva Produktif 4. ROA (Return on Assets). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkutan. ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan

11 11 income dari pengelolaan aset yang dimiliki.perhitungan rasio ROA yaitu perbandingan antara laba sebelum pajak dengan rata-rata total aset. Laba sebelum pajak adalah laba yang tercatat dalam laba rugi dari kegiatan operasioanal bank sebelum pajak tahun berjalan yang disetahunkan. Sedangkan rata-rata total asset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva yang disetahunkan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No.3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001) : ROA = Laba Sebelum Pajak Rata-Rata Total Aset X 100% 5. ROE (Return on Equity). Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelolah modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. ROE digunakan untuk mengetahui tingkat laba setelah pajak dalam 12 bulan terakhir apabila dibandingkan dengan tingkat ekuitas yang dimiliki bank. Perhitungan ROE yaitu perbandingan laba setelah pajak dengan rata-rata total ekuitas. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki bank, perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban modal minimum yang berlaku. Modal inti terdiri dari: modal disetor, agio, dana setoran modal, modal sumbangan, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan setelah diperhitungkan pajak, laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, laba tahun berjalan, diperhitungkan sebesar 50% (lima puluh perseratus) setelah taksiran pajak. Rasio ini dirumuskan sebagi berikut (SE BI No.3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001): Laba Setelah Pajak ROE = X 100% Rata-Rata Total Ekuitas 6. BOPO (Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Perhitungan rasio BOPO yaitu perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional.biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001) : Biaya Operasional BOPO = X 100% Pendapatan Operasional 7. LDR (Loan to Deposit Ratio). Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Jumlah Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposito(tidak termasuk giro dan deposito antar bank). Rasio ini dirumuskan sebagi berikut (SE BI No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001): Total Kredit LDR = X 100% Total Dana Pihak Ketiga Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian akan diuji dengan persamaan regresi sebagai berikut:

12 12 Ln = Y = b0 + b1car + b2npl + b3nim + b4roa + b5roe + b6bopo +b7ldr + e Dalam hal ini : Y = probabilitas kondisi bermasalah b0 = konstanta b1 b7 = koefisien regresi CAR = Capital Adequacy Ratio NPL = Non Performing Loan NIM = Net Interest Margin ROA = Return on Assets ROE = Return on Equity BOPO = Biaya Operasional/Pendapatan Operasional LDR = Loan to Deposit Ratio e = Error Dalam penelitian ini menggunakan analaisis regresi logistic. Analisis regresi logistic mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih serta menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2011:96). Dalm penelitian ini analisis regresi logistic digunakan karena variabel independen merupakan variabel campuran antara variabel metrik dan non metrik sedangkan variabel dependennya terdiri dari variabel non metrik. Tahapan dalam analisis regresi logistic ini ada 2 tahapan yaitu : menilai uji model fit dan estimasi parameter dan Interpretasinya. Langkah-langkah dalam menilai uji model fit yaitu: a. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Statistik yang digunakan berdasarkan fungsi likehood. Likehood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Penurunan likehood (-2L) menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2012:340). b. Menguji Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow s ) Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari Goodness of fit-nya. Goodness of fit-nya dalam penelitian ini yaitu Hosmer and Lemeshow s. Hosmer and Lemeshow s Goodness of fit Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model ( tidak ada perbedaaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit ). Jika nilai Hosmer and Lemeshow s Goodness of fit test statistik sama dengan atau kurang 0.05 maka hipotesis nol ditolak yang berati ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness of fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai stastik Hosmer and Lemeshow s Goodness of fit lebih besar dari 0.05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau model dapat dikatakan diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2011:341). c. Koefisien Determinasi (Negelkerke R Square) Cox dan Snell s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R 2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likehood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke s R square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell pada multiple regression. Nilai yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Sedangkan nilai yang mendekati satu menunjukkan bahwa variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabilitas variabel dependen (Ghozali, 2012:341).

13 13 d. Matrik Klasifikasi Matriks klasifikasi menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect). Pada model sempurna maka semua kasus akan berada pada diagonal dengan tingkat ketepatan peramalan 100%. Jika model logistic mempunyai homoskedastistas maka prosentase yang benar (correct) akan sama untuk kedua baris (Ghozali,2011:342) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kriteria Sampel Penilitian Tabel 1 Kriteria Sampel penelitian Keterangan Jumlah Data perusahaan perbankan yang listing di BEI periode Perusahaan yang tidak konsisten menerbitkan laporan keuangan (1) Perusahaan yang tidak terdaftar secara berturut- turut selama tahun (1) Jumlah Perusahaan sampel 30 Tahun amatan 3 Jumlah unit yang dianalisis 90 Dalam penelitian ini menggunakan 32 perusahaan perbankan yang listing di BEI pada tahun Dan perusahaan yang tidak konsisten menerbitkan laporan keuangan serta yang tidak terdaftar berturut turut pada tahun masing masing sebanyak 1 perusahaan. Maka sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini sebayak 30 perusahaan perbankan dengan jangka waktu 3 tahun. Sehingga sampel dalam penelitian ini yang digunakan sebanyak 90 sampel. Statistik Deskriptif Tabel 2 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu rasio CAR, NPL, NIM, ROA, ROE, BOPO, LDR dan financial distress Tabel 2 Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation FD CAR NPL NIM ROA ROE BOPO LDR Valid N (listwise) 90 Tabel 2 menunjukkan bahwa mean dari CAR adalah 0,1654 atau 16,54%. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing bank mempunyai nilai CAR yang tinggi dari nilai yang ditentukan oleh BI yaitu paling sedikit 8%. Artinya perusahaan perbankan sebagian besar sudah mampu mengatur modalnya sebesar 16,54% dari aktiva tertimbang menurut risiko. Untuk nilai dari NPL memiliki nilai mean sebesar 0,0194. Hal ini menunjukan ratarata bank telah menunjukan kinerja yang baik dimana perusahaan sudah mampu mengatur

14 14 total kredit bermasalah dan mampu menghasilkan bunga dan dapat memenuhi ketentuan BI dimana rasio NPL tidak lebih dari 5%, hal ini terlihat nilai mean sebesar 1,94%. Rasio NIM memiliki nilai mean sebesar 0,0543 hal ini berarti bank memiliki margin bunga yang lebih tinggi 5,43% dari nilai minimal yang ditetapkan BI yaitu 1,5%. Nilai mean rasio ROA 0,0152 berarti laba sebelum pajak yang dimiliki oleh perusahaan perbankan sebesar 1,52% dari aset yang dimiliki. Yang artinya perusahaan perbankan mampu mengelola labanya hal ini terlihat dari mean 1,52% lebih besar dari yang ditetapkan dari BI sebesar 1,52. Nilai mean rasio ROE sebesar 0,1510 yang artinya laba yang dimiliki perusahaan perbankan sebesar 15,10% dari ekuitas yang dimiliki masing-masing bank. Nilai mean BOPO sebesar 0,8328 berarti pendapatan operasional perusahaan yang dihasilkan sebesar 83,28% dari biaya yang dikeluarkan untuk operasional perusahaan. Hal ini menyebabkan tingkat efisiensi yang baik yang lebih kecil dari nilai yang ditentukan BI dengan maksimal 96%. Nilai mean rasio LDR sebesar yang artinya 78,18 % memperlihatkan bahwa rata-rata bank mempunyai kemampuan untuk memasarkan dana yang dimilikinya meskipun belum maksimal. Sedangkan FD (financial distress) memiliki rata rata yang diperoleh yaitu 0,48 atau sekitar 48% dengan nilai minimum 0 (nol) dan nilai maksimum sebesar satu (1), dimana nilai o (nol) menunjukan bank yang bermasalah dan 1 (satu) untuk bank yang tidak bermasalah. Hasil Analisis Data Regresi Logistik a. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Tabel 3 Overall model fit Uji Model Fit Hasil -2 Log Likehood -2 LL Block Number LL Block Number Dari hasil perhitungan pada tabel 3 menunjukan nilai -2Log Likehood terlihat bahwa nilai baris pertama (block number 0) adalah 90,072 dan nilai -2Log Likehood pada baris kedua (block number 1) adalah sebesar 48,771 hal ini nampak penurunan sebesar 41,301 setelah dimasukan ke tujuh variabel. Output SPSS menunjukan selisih kedua -2LogL sebesar 41,301 (90,072-48,771) dengan df 7 (89-82) dan angka ini signifikan secara statistik. Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan variabel independen ke dalam model memperbaiki model fit b. Menguji Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow s ) Tabel 4 Hosmer and Lemeshow s Step Chi-square Df Sig Nilai Statistik Hosmer and Lemeshow s Goodness of Fit Test sebesar 12,338 dengan probabilitas signifikansi dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai Sig nilainya jauh diatas 0.05 yang berarti keputusan yang dapat diambil adalah menerima H 0 yang berarti tidak ada perbedaan antara klasifikasi dengan klasisifikasi yang diamati sehingga dapat disimpulkan bahwa model dapat diterima.

15 15 c. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square) Tabel 5 Nagelkerke R Square Cox & Snell R Nagelkerke R Step -2 Log likelihood Square Square a Pada tabel 5 nilai Cox Snell s R Square sebesar 0,418 dan nilai Nagelkerke R2 adalah yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 66,2% dan sisanya 33,8% dijelaskan oleh variabel lain. d. Matrik Klasifikasi Tabel 6 Matrik klasifikasi Sesungguhnya Prediksi Status Ketepatan Status Jml Observasi Bank Tdk Bangkrut Bank Bangkrut (%) Bank Tdk Bangkrut Bank Bangkrut Ketepatan (%) 92.2 Klasifikasi model dipergunakan untuk mengamati ketepatan model prediksi kebangkrutan. Pada tabel 6 disebutkan untuk pada kolom sesungguhnya terlihat bahwa nilai prediksi kondisi keuangan untuk kondisi keuangan tidak bangkrut adalah 72 dan kondisi keuangan bangkrut adalah 18 dengan klasifikasi yang diamati untuk kondisi keuangan tidak bangkrut 72 dan bangkrut 18. Sedangkan klasifikasi pada kolom prediksi status terlihat bahwa untuk kondisi keuangan tidak bangkrut 69 dan bank yang bangkrut 14 dengan ketepatan prediksi yang diamati untuk bank tidak bangkrut sebesar 95,8% dan yang bangkrut sebesar 77,8% dengan hasil secara keseluruhan hasil klasifikasi menunjukan presentase ketepatan klasifikasi sebesar 92,2%. Estimasi Parameter dan Interpretasinya Estimasi maksimum likehood parameter dari model dapat dilihat pada tampilan output variabel in the equation. Dapat disajikan dalam tabel 7. Tabel 7 Analisis Regresi Logistik B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Step 1 a CAR NPL NIM ROA ROE BOPO LDR Constant a. Variable(s) entered on step 1: Car, Npl, Nim, Roa, Roe, Bopo, Ldr.

16 16 Hasil pengujian dengan menggunakan model regresi logistik ditunjukkan dalam Tabel 7. Hasil pengujian dengan model regresi logistik pada tingkat signifikansi 0,05 (5%) menghasilkan model sebagai berikut: Ln 11,317+ 7,872 CAR+118,272 NPL 64,930NIM 148,743ROA 16,172 ROE 5,003 Atau BOPO 7,083 LDR +e e (11,317+ 7,872CAR+118,272NPL 64,930NIM 148,74ROA 16,172 ROE 5,003 BOPO 7,083 LDR) = e 11,317 x e 7,872CAR x e 118,272NPL x e -64,930NIM x e -148,74ROA 16,172 ROE x e 5,003 BOPO x e 7,083 LDR Dari hasil pengujian terhadap signifikansi model terlihat bahwa variabel bebas NPL signifikan pada probabilitas 0.011, variabel NIM signifikan pada probabilitas 0.025, variabel ROE signifikan pada probabilitas dan variabel LDR signifikan pada probabilitas Dari persamaan logistic regression diatas dapat dilihat bahwa Log of Odds bank akan sehat secara keuangan berhubungan secara positif dengan Non Performing Loan ( NPL). Setiap kenaikan dalam rasio Non Performing Loan akan meningkatkan Log of Odds perusahaan perbankan menjadi tidak sehat secara keuangan sebesar Sedangkan bank akan sehat secara keuangan berhubungan negatif dengan Net Interest Margin (NIM), Return On Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR). Yang artinya setiap kenaikan dalam rasio Net Interest Margin (NIM) akan menurunkan Log of Odds bank menjadi tidak sehat sebesar , setiap kenaikan dalam rasio Return on Equity (ROE) akan menurunkan Log of Odds bank menjadi tidak sehat sebesar dan setiap kenaikan dalam rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) maka akan menurunkan Log of Odds bank menjadi tidak sehat sebesar Hubungan odds dan variabel bebas dapat dijelaskan sebagai berikut : jika Return on Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR) dianggap konstan maka odds bank yang tidak sehat dengan faktor ( e ) untuk setiap kenaikan satu unit NIM. Jika Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR) dianggap konstan maka odds bank yang tidak sehat dengan faktor (e ) untuk setiap kenaikan satu unit ROE. Jika Return on Equity (ROE) dan Net Interest Margin (NIM) dianggap konstan maka odds bank yang tidak sehat dengan faktor (e ) untuk setiap kenaikan satu unit LDR. Dilihat dari matriks overall clasification rate sebesar 92,2% Pengujian Hipotesis 1 Pengujian pengaruh variabale CAR terhadap financial distress perusahaan perbankan menggunakan analisis regresi logistik yang ditunjukan pada tabel 7 dengan hasil parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar Variabel CAR meiliki nilai signifikansi sebesar yang lebih besar dari tingkat α = 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Financial Distress dan nilai koefisien yang positif tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Berdasarkan hasil pengujian regresi logistic secara parsial dapat disimpulkan bahwa hipotesis H 1 yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh negatif terhadap Financial Distress perusahaan perbankan ditolak. Yang artinya pengaruh variabel CAR terhadap kondisi financial distress dapat diketahui bahwa kondisi keuangan yang diukur dengan variabel CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi perusahaan perbankan. Hal ini berarti bahwa perusahaan perbankan sebagian besar mampu mengatur modalnya sehingga bank tidak sampai mengalami penyusutan harta yang timbul karena harta bermasalah. Pengujian Hipotesis 2 Pengujian pengaruh variabel NPL terhadap Financial distress perusahaan perbankan menggunakan analisis regresi logistic yang ditujukan pada tabel 7 dengan hasil parameter regresi bertanda positif sebesar Variabel NPL mempunyai nilai signifikansi sebesar yang lebih kecil dari tingkat α = Hal ini menunjukan bahwa variabel

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah suatu lembaga keuangan yang cukup vital pengaruhnya terhadap perekonomian di Indonesia. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015. B. Jenis Data Jenis data pada penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Almilia (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami financial

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Almilia (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami financial BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Financial Distress dan Kebangkrutan Bank Almilia (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami financial distress adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Karakteristik Data Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan enam variabel indenpenden yaitu Quick Ratio (QR), Banking

Lebih terperinci

SIDANG PASCA SARJANA ANALISIS RASIO CAMEL TERHADAP PREDIKSI KONDISI BERMASALAH PADA BANK GO PUBLIC DAN BELUM GO PUBLIC

SIDANG PASCA SARJANA ANALISIS RASIO CAMEL TERHADAP PREDIKSI KONDISI BERMASALAH PADA BANK GO PUBLIC DAN BELUM GO PUBLIC SIDANG PASCA SARJANA ANALISIS RASIO CAMEL TERHADAP PREDIKSI KONDISI BERMASALAH PADA BANK GO PUBLIC DAN BELUM GO PUBLIC http://www.gunadarma.ac.id/ Oleh : SANIGAR, SKom. Semakin meningkatnya kredit bermasalah

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data.

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data. BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Operasionalisasi Variabel Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data. Variabel tersebut terdiri dari variabel terikat (dependent variable)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Fundamental Teori fundamental adalah teori yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teori ini menitikberatkan pada rasio finansial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Pada sampel penelitian yang digunakan yaitu seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam lembaga keuangan. Salah satu di antara lembaga-lembaga keuangan tersebut yang nampaknya paling besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2012. Pemilihan sampel dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 27 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Initial Public Offering (IPO) adalah proses pertama suatu perusahaan berubah statusnya yaitu dari perusahaan milik perorangan menjadi perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN. perusahaan perbankan yang mempunyai Unit Usaha Syariah (UUS) dan

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN. perusahaan perbankan yang mempunyai Unit Usaha Syariah (UUS) dan BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN 4.1. Paparan Data Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan Sampel Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi dimensi membawa dampak kehancuran usaha perbankan di Indonesia. Hal ini meninggalkan kredit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis Tinjauan teoritis ini sangat diperlukan untuk mendukung permasalahan yang diungkapkan dalam ulasan penelitian. Studi kepustakaan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Tujuan utama sebuah perusahaan merupakan menghasilkan laba yang maksimum, sehingga sangat penting untuk perusahaan menghitung besarnya laba

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian untuk skripsi ini berlangsung pada Maret 2016 s.d selesai yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian untuk skripsi ini berlangsung pada Maret 2016 s.d selesai yang BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian untuk skripsi ini berlangsung pada Maret 2016 s.d selesai yang dilakukan pada perusahaan manufaktur pada sektor industri dasar dan kimia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PT Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), IDX Statistics Book, Indonesian

BAB III METODE PENELITIAN. PT Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), IDX Statistics Book, Indonesian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik dokumentasi dari data-data yang dipublikasikan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan pada variabel Profitabilitas,

BAB III METODE PENELITIAN. hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan pada variabel Profitabilitas, 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang lebih menekankan pada pengujian teori-teori melalui variabel-variabel penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara tergantung pada lembaga keuangannya. Lembaga keuangan terutama perbankan berperan

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERBANKAN ( ) Rizky Indriyani Siregar Syarief Fauzie

ANALISIS MANFAAT RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERBANKAN ( ) Rizky Indriyani Siregar Syarief Fauzie ANALISIS MANFAAT RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERBANKAN (2007-2012) Rizky Indriyani Siregar Syarief Fauzie Abstract: This research has a purpose to provide financial ratios

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Return on Assets (ROA) Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui Return on Assets (ROA). Return on Assets (ROA) digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan mempunyai peranan penting dalam membangun sistem perekonomian Indonesia. Bank sebagai lembaga keuangan berfungsi sebagai intermediasi atau perantara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan dan dipublikasikan. Data sekunder yaitu laporan keuangan publikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Kinerja Perbankan Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam variabel atau indikator, antara lain melalui laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama 2012 sampai 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama 2012 sampai 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index selama 2012 sampai 2014. B. Teknik Pengambilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Perbankan a. Pengertian Menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 Perubahan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Deskripsi Objek Penelitian Kemampuan laba (profitabilitas) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan memberikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Pada table 4.1 diatas menunjukan bahwa hasil uji statistik deskriptif untuk

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Pada table 4.1 diatas menunjukan bahwa hasil uji statistik deskriptif untuk BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Tabel 4.1 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation IS 81 0 1.23.426 SIZE 81 4.8932 7.4245 6.171004.6447805 NPM 81.0002.2895.093994.0754724

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008: BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas ekonomi suatu negara. Sebab sektor perbankan mempunyai tugas utama sebagai lembaga penghimpun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dengan mengakses website Bank Indonesia yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dengan mengakses website Bank Indonesia yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini dilakukan di Bank Umum Syariah di Indonesia dengan mengakses website Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id. 3.2 Jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Bank Dalam suatu negara, peranan bank sangat mempengaruhi keadaan di dalam negara tersebut, khususnya dalam segi perekonomian yang dapat berpengaruh pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank syariah Bank Umum Syariah (BUS) yang terdaftar di BI pada tahun 2009-2012. Penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam menganalisis laporan keuangan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian Pada penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh solvabilitas, leverage, profitabilitas, dan likuiditas terhadap peringkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Sampel Penelitian Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan bank konvensional yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin majunya perkembangan perekonomian saat ini semakin banyak pula bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber dana yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada empat penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh: 1. Nisrina Yuli Astrie (2015) Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang. beralokasi di Jalan Gajayana No. 50 Malang.

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang. beralokasi di Jalan Gajayana No. 50 Malang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Data dalam penelitian ini merupakan data sekunder, jadi untuk lokasi penelitian yang akan peneliti lakukan adalah mengambil data secara langsung dari internet

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan sektor konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari sektor perbankan, khususnya peran perbankan sebagai sumber pembiayaan industri dalam negeri. Oleh karena

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL DALAM MENDETEKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL DALAM MENDETEKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. ANALISIS PENGARUH RASIO CAMEL DALAM MENDETEKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh : PAULA CHRISNA ISTRIA SARI (NPM: 201015009), Kun Ismawati ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Data dan Sampel Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian untuk penulisan skripsi ini berlangsung pada 1 Maret 2016 s.d selesai yang dilakukan di Jakarta. B. Desain penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Objek dari penelitian dalam skripsi ini adalah seluruh perusahaan go public yang

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Objek dari penelitian dalam skripsi ini adalah seluruh perusahaan go public yang BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian Objek dari penelitian dalam skripsi ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2010 yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi yang terjadi saat ini telah merubah aspek dalam ekonomi, politik serta budaya. Ekonomi lebih cepat tumbuh membuat lebih banyak pula modal yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian tentang Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut : 2.1.1 Pengertian Perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkonomian. Dalam Pasal empat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. perkonomian. Dalam Pasal empat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dalam perkonomian. Dalam Pasal empat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menjelaskan Perbankan Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana pengaruh tingkat kesehatan bank berdasarkan metode CAMEL yang diukur dengan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Akuntansi. Oleh:

ARTIKEL ILMIAH. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Akuntansi. Oleh: ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN PERBANKAN DEVISA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2011-2015 ARTIKEL ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kinerja Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Penilaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk pada dua penelitian sebelumnya yaitu : 1. Sofan Hariati (2012) Peneliti terdahulu yang dijadikan rujukan oleh penulis adalah peneliti

Lebih terperinci

PENGARUH CAMEL DALAM MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN BANK

PENGARUH CAMEL DALAM MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN BANK PENGARUH CAMEL DALAM MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN BANK Vidyarto Nugroho Fakultas Ekonomi UNiversitas Tarumnagara Jakarta Email: vidyartonugroho@yahoo.co.id Abstract: The purpose of this research is to provide

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Djarwanto, 2012: 93). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh

BAB III METODE PENELITIAN. Djarwanto, 2012: 93). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 POPULASI DAN SAMPEL Populasi atau universe adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuansatuan)/individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Subagyo dan Djarwanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat -giatnya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Bank 2.1.1 Pengertian Bank Para ahli dalam bidang perbankan memberikan definisi mengenai bank yang berbeda-beda, tetapi mempunyai tujuan yang sama. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian tentang Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Laba Pada Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014 membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2013-2015. Pemilihan perusahaan manufaktur disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek pada penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang

BAB III METODE PENELITIAN. Objek pada penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Objek pada penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014. B. Teknik Sampling Sampel dalam penelitian

Lebih terperinci

Disusun Oleh : DWI LESTARI B

Disusun Oleh : DWI LESTARI B ANALISIS PENGARUH RASIO CAR, BOPO, DAN LDR TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2012 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO 1 PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, LOAN TO DEPOSIT RATIO, NET INTEREST MARGIN, DAN BEBAN OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL TERHADAP NON-PERFORMING LOAN PADA BANK UMUM KONVENSIONAL GO PUBLIC DI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) serta diperingkat oleh Pefindo. Data peringkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor yang diharapkan berperan aktif dalam menunjang kegiatan pembangunan regional atau nasional. Peran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (200838) objek penelitian dapat didefinisikan sebagai Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keuangan perusahaan merupakan pilar yang sangat penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keuangan perusahaan merupakan pilar yang sangat penting untuk kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keuangan perusahaan merupakan pilar yang sangat penting untuk kemajuan suatu usaha, sebab kebanyakan kasus kebangkrutan suatu usaha bermula dari adanya financial distress

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini, perbankan sebagai lembaga keuangan memiliki peran besar dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara, bank telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja suatu perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan laporan keuangan. Laporan keuangan bank yang terdiri dari neraca memberikan informasi mengenai posisi keuangan,

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP TINGKAT KINERJA PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH. Universitas Gunadarma. Mulatsih

PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP TINGKAT KINERJA PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH. Universitas Gunadarma. Mulatsih Jurnal Etikonomi Vol. 13 No. 2 Oktober 2014 PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP TINGKAT KINERJA PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH Mulatsih Universitas Gunadarma Abstract. Effect of Financial Ratios on Performance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam perekonomian di Indonesia. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertin Kinerja Keuangan Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan suatu bisnis setiap perusahaan perbankan memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana merupakan elemen utama yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh Analisis Risk, Good Corporate Governance, Earning dan Capital dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh Analisis Risk, Good Corporate Governance, Earning dan Capital dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Ali Machsum Harahap (2014) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menemukan bukti empiris pengaruh Analisis Risk, Good Corporate Governance,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. perusahaan, financial distress dan opini audit going concern terhadap auditor

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. perusahaan, financial distress dan opini audit going concern terhadap auditor 39 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, financial distress dan opini audit going concern terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini berupa analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati aspek-aspek tertentu dari laporan keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data panel. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data panel. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang menggunakan data panel. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup kelembagaan kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ikatan Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI), Forum for Corporate

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ikatan Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI), Forum for Corporate 68 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum National Center for Sustainability Reporting (NCSR) adalah organisasi non-profit yang didirikan pada tahun 2005 oleh lima organisasi terkemuka, yaitu Ikatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian mengunakan dua peneliti terdahulu sebagai bahan acuan. Penelitian yang pertama yaitu Tri Yulianina Wulandari (2013) dengan topik Pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak

Lebih terperinci

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS KOMPUTER LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 08 & 09 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Analisis Rasio Keuangan Bank Analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Pemikiran 2.1.1 Landasan Teori 2.1.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2012), bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian Analisis Statistik Deksriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti nilai minimum, maksimum, rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan institusi yang berpengaruh signifikan dalam menentukan kelancaran aktivitas perekonomian dan keberhasilan pembangunan sehingga wajar menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Menurut Sugiyono (2009) populasi merupakan obyek/subyek yang di generalisasi oleh peneliti untuk menetapkan karakteristik dan kualitas tertentu sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang termasuk dalam kelompok industri manufaktur di Bursa Efek Indonesi (BEI) tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek penelitian yang menjadi sampel penelitian ini adalah perusahaanperusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan mempublikasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel yang diambil yaitu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO, 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada dua penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh: 1. Ibnu Fariz (2012) Penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit dari perusahaan manufaktur yang terdaftar

Lebih terperinci