STUDI ATAS PELAKSANAAN METODE PBL DAN HUBUNGANNYA DENGAN SOFT SKILL DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA. Fitriany Amarullah.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI ATAS PELAKSANAAN METODE PBL DAN HUBUNGANNYA DENGAN SOFT SKILL DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA. Fitriany Amarullah."

Transkripsi

1 Bidang Kajian: Pendidikan Akuntansi STUDI ATAS PELAKSANAAN METODE PBL DAN HUBUNGANNYA DENGAN SOFT SKILL DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA Fitriany Amarullah Dahlia Sari Departemen Akuntansi Fakutas Ekonomi Universitas Indonesia Abstract The purpose of this research is to conduct survey on the student s assessment about trigger problem, facilitator and learning climate in PBL implementation. This research investigates the relationship between student s performance and skill enhancement with trigger problem, facilitator and learning climate. This research compares the student s performance in PBL class and the lecturing class. This research also compares the soft skill enhancement when the students use PBL method and when they use lecturing method. The result of this research shows that trigger and learning climate have positive (and significant) relationship with soft skill enhancement, and only trigger that has positive relationship with student s performance. There is no significant difference on student s performance between PBL class and lecturing class. For skill enhancement, only communication skill and working in team skill that have significant difference between PBL class and lecturing class. Keywords: PBL, lecturing, trigger, facilitator,learning climate A. PENDAHULUAN Latar Belakang Metode pengajaran yang paling tradisional dan telah lama digunakan dalam sejarah pendidikan adalah metode ceramah (lecturing), yaitu suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau uraian tentang suatu pokok permasalah secara lisan. Dalam metode ini, keterampilan pengajar dalam menyampaikan informasi dapat menentukan 1

2 tercapai tidaknya tujuan pengajaran sehingga peran pengajar bagi proses belajar didalam kelas sangat besar. Dengan metode ceramah (lecturing), peran peserta didik dikelas sangat terbatas, dimana peserta didik hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh pengajar dan sesekali mencatat. Bahkan beberapa penelitian menyimpulkan bahwa penggunaan metode ceramah (lecturing) dapat menghambat proses belajar peserta didik (Turnwald, Bull & Seeler, 1993 dalam Tri Wardhani, 2002). Chims et al. (1990, dalam Tri Wardhani, 2002) mengatakan beberapa kekurangan dalam metode lecturing : - Metode lecturing dapat menghalangi proses belajar karena menenpatkan siswa pada peran pasif didalam kelas. - Metode lecturing sangat kurang memberikan umpan balik baik kepada peserta didik maupun pengajar; - Metode lecturing memerlukan pengajar yang efektif - Metode lecturing menempatkan tanggung jawab untuk mengorganisasi dan sintesa terhadap isi materi pengajaran hanya kepada pengajar - Metode lecturing tidak sesuai digunakan untuk menjelaskan materi yang terlalu kompeks, detail dan abstrak. Bonwell dan Eison (1991) mendefinisikan belajar aktif sebagai aktifitas pengajaran yang melibatkan peserta didik dalam melakukan sesuatu dan berfikir tentang apa yang sedang mereka lakukan. Silberman (1996) mengatakan jika proses belajar terjadi secara aktif, maka peserta didik melakukan banyak hal. Mereka menggunakan otak mereka, mempelajari ideide, memecahkan masalah dan mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari. Selain itu Campbell dan Piccinin (1996) berpendapat bahwa belajar aktif menekankan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajarnya. Shenker, Goss & Bernstein, (1996, dalam Tri Wardhani 2002) mengatakan bahwa tujuan belajar aktif adalah menumbuhkan kemampuan berfikir kritis dan analitis, juga kemampuan peserta didik untuk menggunakan keterampilan tersebut agar dapat menguasai 2

3 materi pengajaran. Dengan demikian tujuan pengajaran aktif tidak hanya sekedar memindahkan informasi dari pengajar kepada peserta didik. Salah satu metode pembelajaran aktif adalah PBL (Problem Based Learning) atau Pembelajaran Berdasarkan Masalah. PBL adalah proses pembelajaran yang dimulai dengan problem dan bukannya paparan/penjelasan mengenai knowledge (D.Boud, G. Feletti, 1987 dalam Pengantar PBL, Djauhari Widjajakusumah). Dalam PBL, problem disajikan terlebih dahulu sebelum knowlegde diberikan. Problem yang disajikan harus menanyakan suatu masalah secara komprehensif, aplikasi, analisa dan sintesa. Peserta didik harus memilih knowledge yang dibutuhkan, mempelajari hal tersebut, dan menghubungkannya dengan problem yang diberikan. David; Patel Burdett; Rangachari, 1999 (dalam Pengantar PBL, Djauhari Widjajakusumah) menyebutkan bahwa inti dari PBL adalah : 1. Diskusi kelompok kecil berdasarkan suatu problem (trigger material), untuk memutuskan knowledge apa yang harus mereka pelajari; 2. Self Study, proses memperoleh knowledge; 3. Diskusi kelompok kecil untuk membagi knowledge, membandingkan dan menghubungkan apa yang telah mereka temukan/dapatkan pada masa self study, dan mencari tahu apakah mereka telah meng-cover dasar yang kuat; 4. Pengembangan sejumlah skills dan attitude : reasoning skills working in teams problem solving skills initiative self- directed learning skills sharing information communication skills menghargai orang lain Tujuan dari program PBL yang well integrated adalah dapat mencapai 1) perolehan integrated body of knowledge yang dapat di-recall, diadaptasi dan diaplikasikan ketika dibutuhkan; 2) mengembangkan reasoning and problem solving skills, communication skills, 3

4 self directed learning dan teams skills yang memungkinkan peserta didik berhubungan secara efektif dengan problem yang baru dan kompleks yang akan mereka temui dalam dunia kerja atau kehidupan pribadi. Wee Keng Neo (2004) menyatakan bahwa komponen-komponen yang harus dievaluasi dalam pelaksanaan metode PBL adalah trigger problem, kurikulum, proses APBL, fasilitator dan learning climate. Dalam proses evaluasi perlu melibatkan peserta didik, lulusan, fasilitator, employer. Dalam penelitian ini survey akan dilakukan kepada mahasiswa. Survey dilakukan untuk melihat penilaian mahasiswa terhadap trigger problem, fasilitator dan learning climate. Penelitian ini juga akan mengkaitkan antara penilaian mahasiswa tersebut dengan prestasi belajar mahasiswa. Pertanyaan yang ingin dijawab dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah hubungan antara penilaian mahasiswa dengan trigger problem, fasilitator dan learning climate dengan peningkatan soft skill mahasiswa? 2. Bagaimanakah hubungan antara penilaian mahasiswa dengan trigger problem, fasilitator dan learning climate dengan prestasi belajar mahasiswa? 3. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara kelas yang menggunakan metode PBL dengan metode lecturing. 4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan softskill antara mahasiswa ketika menggunakan metode PBL dan ketika menggunakan metode lecturing. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan survey atas penilaian mahasiswa terhadap trigger problem, fasilitator dan learning climate dalam pelaksanaan metode PBL. Penelitian ini akan mengkaji hubungan antara peningkatan soft skill dan prestasi belajar mahasiswa dengan penilaian mahasiswa terhadap trigger problem, fasilitator dan learning climate dalam kelas yang menerapkan PBL. Penelitian ini juga bertujuan untuk membandingkan prestasi belajar mahasiswa antara kelas yang menerapkan metode PBL 4

5 dengan kelas yang menerapkan metode lecturing. Selain itu penelitian ini juga akan membandingkan peningkatan softskill antara mahasiswa ketika menggunakan metode PBL dan ketika menggunakan metode lecturing. Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penelitian ini akan menjadi alat evaluasi pelaksanaan metode PBL yang sudah diterapkan. Hasil survey penilaian mahasiswa terhadap trigger problem, fasilitator dan learning climate akan menjadi bahan masukan untuk perbaikan terhadap trigger problem, fasilitator dan learning climatet dalam pelaksanaan PBL di masa depan. 2. Bagi dunia Akuntansi Indonesia, diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi masukan bagi kalangan akuntan pendidik di Indonesia dalam peningkatan kualitas pengajaran untuk mahasiswa. 3. Bagi dunia penelitian akuntansi, hasil penelitian ini akan memperkaya khasanah penelitian khususnya tentang metode pembelajaran yang dilakukan di Asia. B. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Penelitian sehubungan dengan learning climate dalam pelaksanaan metode PBL dilakukan oleh Kieva and Kieva (2005). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa siswa merasa memiliki peran yang lebih aktif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode PBL dibandingkan dengan proses pembelajaran yang menggunakan metode lecturing. Hasil penelitian yang senada juga ditunjukkan oleh Cooke and Moyle (2002). Dari analisa atas respon peserta didik terhadap penerapan metode PBL, ditemukan bahwa peserta didik menilai pendekatan PBL akan meningkatkan kemampuan untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah. Selain itu, peserta didik juga menilai bahwa metode pembelajaran ini realistis, menyenangkan dan menarik. Penelitian yang berhubungan dengan trigger problem dan fasilitator dilakukan oleh Schwartz et all (1997). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitator yang aktif sangat 5

6 mendukung pelaksanaan PBL. Selain itu, penelitian ini menyimpulkan bahwa PBL adalah metode yang menyenangkan apabila didukung oleh trigger problem yang bagus dan fasilitator yang aktif. Menurut Wee Keng Neo, Lynda (2004) ada 4 hal penting dari PBL yaitu : 1. Penggunaan problem sebagai trigger 2. Proses pembelajaran peserta didik dalam kelompok kecil 3. Proses pembelajaran dibawah bimbingan fasilitator 4. Proses PBL Berikut penjelasan untuk masing-masing hal tersebut : 1. Problems (Trigger) Kualitas problem yang diberikan kepada peserta didik dalam proses pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam me-manage masalah yang serupa yang akan mereka hadapi di dunia kerja. Behavior dan skills yang ditunjukkan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran harus merefleksikan value dalam karir mereka. Sehingga harus digunakan problem yang menggambarkan kebutuhan dunia kerja dalam hal format dan kompleksitas. Problem juga harus bersifat multidimensional, relevan dan memotivasi peserta didik serta menawarkan ruang bagi peserta didik untuk mempertanyakannya dan melakukan riset. Dalam pembelajaran yang konvensional, jawaban biasanya hanya lebih sederhana, kurang kompleks serta sedikit yang berhubungan dengan dunia nyata. Dalam PBL, problem harus menstimulus peserta didik untuk mempelajari content dan process skill secara simultan, misalnya skill in reasoning, problem solving, self directed learning, teamwork dan komunikasi. 2. Learning in Small Group Proses pembelajaran sebaiknya dilakukan dalam kelompok kecil. Hal ini disebabkan karena skill development of reasoning, problem solving, self-directed learning, collaboration dan communication lebih dapat diperoleh dalam kelompok kecil. Dalam small-group 6

7 learning, keterlibatan aktif peserta didik secara inherent terbentuk, skills yang memungkinkan lulusan program profesional lebih siap memasuki dunia kerja (Daviz & Haerden, 1999 dalam Wee Keng Neo, 2004). PBL adalah metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Wee & Kek, 2002). Metode ini berbeda dengan pendekatan konvensional dimana staf pengajar menjadi pusat dari learning process. Dalam PBL, staf pengajar bukan bagian dari small grup, tapi berfungsi sebagai fasilitator. Learning outcomes yang dapat dicapai dari kelompok kecil adalah : - Peserta didik dapat membandingkan prestasinya dengan peer (rekan); - Peserta didik mengembangkan sense of responsibility untuk proses pembelajaran; - Peserta didik belajar mengenai interaksi dengan sesama, mengembangkan interpersonal skills, dan menjadi sadar terhadap emosinya; - Peserta didik belajar bagaimana mendengar dan menerima kritik, memberi kritik dan feedback kepada yang lain. 3. Skilled Facilitator Ada perbedaan mendasar antara konsep mengajar konvensional dan PBL. Biasanya pengajar konvensional menganggap bahwa untuk efektif dalam mengajar, mereka harus master the matter/content dan mereka bertanggung jawab untuk menyampaikan subject matter secara efisien dan akurat kepada peserta didiknya. Dalam PBL, fasilitator memfasilitasi peserta didik untuk mencapai hasil PBL. Mereka tidak mengajar. Fasilitator/pengajar yang baik adalah seseorang yang secara positif dan aktif mengarahkan peserta didik pada tingkat metacognitif (Barrows, 1988). 4. PBL Process Komponen terakhir dari PBL yang juga penting adalah proses PBL yang diadopsi oleh fasilitator untuk mengarahkan kelompok kecil peserta didik. Proses tersebut didefinisikan sebagai siklus yang secara sengaja diatur dan dibuat untuk membantu fasilitator dalam mencapai hasil PBL. Proses tersebut adalah : 7

8 1. Skills Development Peserta didik belajar untuk mengembangkan skill dalam hal : - reasoning and problem solving skills, - self-directed learning skills, - collaboration and communication skills 2. Reiterative Process PBL bukan proses yang linier. 3. Reflective Learning Dalam menyelesaikan tugas yang diminta, peserta didik harus merefleksikannya dalamnya pada learning journey mereka. Mereka mendiskusikan apa yang mereka pelajari dan membuat generalisasi tentang potential application terhadap problem. Berdasarkan landasan teori di atas, hipotesis yang dikembangkan dari penelitian ini adalah: H1: Ada hubungan positif antara penilaian mahasiswa terhadap kualitas trigger problem dengan peningkatan softskill mahasiswa dalam kelas yang menerapkan metode PBL. H2: Ada hubungan positif antara penilaian mahasiswa terhadap kualitas fasilitator dengan peningkatan softskill mahasiswa dalam kelas yang menerapkan metode PBL. H3: Ada hubungan positif antara penilaian mahasiswa terhadap kualitas learning climate dengan peningkatan softskill mahasiswa dalam kelas yang menerapkan metode PBL. H4: Ada hubungan positif antara penilaian mahasiswa terhadap kualitas trigger problem dengan prestasi belajar mahasiswa dalam kelas yang menerapkan metode PBL. H5: Ada hubungan positif antara penilaian mahasiswa terhadap kualitas fasilitator dengan prestasi belajar mahasiswa dalam kelas yang menerapkan metode PBL. H6: Ada hubungan positif antara penilaian mahasiswa terhadap kualitas learning climate dengan prestasi belajar mahasiswa dalam kelas yang menerapkan metode PBL. H7: Ada hubungan positif antara peningkatan softskill mahasiswa dengan prestasi belajar mahasiswa dalam kelas yang menerapkan metode PBL. 8

9 H8: Terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa dalam kelas yang menerapkan PBL dengan yang menggunakan metode lecturing. H9: Terdapat perbedaan dalam peningkatan skill mahasiswa (reasoning skills, problem solving skills, self-directed learning skills,communication skills,working in teams, sharing information) antara kelas ketika menggunakan metode PBL dengan kelas ketika menggunakan metode lecturing. C. METODOLOGI PENELITIAN Pemilihan Sampel Untuk hipotesis 1 sampai dengan hipotesis 7, sampel diambil dari mahasiswa Program S1 reguler akuntansi yang sedang mengambil mata kuliah Akuntansi manajemen yang menggunakan metode PBL. Untuk menguji hipotesa 8, dilakukan pengujian untuk materi kuliah yang sama, dosen yang berbeda namun dengan nilai EDOM yang hampir sama. Untuk menguji hipotesa 9, sampel diambil dari kelas yang sama, dosen yang sama, namun dengan materi yang berbeda. Contohnya, ketika kelas A sedang membahas materi 1 dengan menggunakan metode PBL, dilakukan penyebaran kuesioner. Dan ketika kelas A sedang membahas materi 2 dengan menggunakan metode lecturing, dilakukan penyebaran kuesioner lagi. Pengumpulan Data Data dikumpulkan melalui survey kuesioner yang diisi oleh para responden. Proses pengumpulan survey akan berlangsung sebagai berikut: Untuk pengujian hipotesa 1-7, mahasiswa yang sudah menjalani suatu topik mata kuliah dengan menggunakan metode PBL akan diminta untuk menyelesaikan soal 9

10 kuis yang berhubungan dengan mata kuliah tersebut, setelah itu mereka akan diminta untuk mengisi kuesioner yang berhubungan dengan penelitian. Untuk pengujian hipotesa 8, mahasiswa di kelas lain dengan materi yang sama, belajar dengan menggunakan metode lecturing. Setelah kuliah dengan metode lecturing selesai, mereka diminta untuk menjawab kuis. Nilai kuis ini akan dibandingkan dengan nilai kuis di kelas lain yang menggunakan PBL. Untuk pengujian hipotesa 9, setelah mahasiswa melaksanakan metode PBL, mereka diberi kuesioner yang berisi pertanyaan tentang peningkatkan softskill ketika menggunakan PBL. Kemudian di pertemuan lain, di kelas yang sama ketika mahasiswa melaksanakan metode lecturing, mereka juga diberi kuesioner yang berisi pertanyaan tentang peningkatkan softskill ketika menggunakan Lecturing. Jawaban mereka atas 2 kuesioner tersebut akan dibandingkan. Metode Analisis Untuk menguji hipotesis 1 sampai dengan hipotesis 7 digunakan software Linear Structural RELationship (LISREL) 8.72 full version. Sedangkan untuk menguji hipotesis 8 dan 9 akan dilakukan uji beda dengan menggunakan software SPSS. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut: Untuk mengukur prestasi belajar, yaitu penguasaan atas suatu topik di dalam mata kuliah, digunakan soal kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan atas suatu topik. Untuk mengukur penilaian mahasiswa terhadap Soal PBL, Fasilitator, Learning Climate dan Peningkatan Softskill digunakan kuesioner yang telah dimodifikasi dari buku Jump Start Authentic problem-based Learning yang ditulis oleh Keng Neo Lynda Wee (2004). Kuesioner ini adalah pilot test atas PBL yang didanai oleh The Enterprise Challenge, Prime Minister s Office, Singapore. Pada setiap pertanyaan dalam kuesioner, metode respon yang digunakan adalah skala likert 1 sampai dengan 10

11 5. Skor 1,2,3,4 dan 5 mewakili jawaban Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Netral, Setuju dan Sangat Setuju (untuk kuesioner trigger dan learning climate), yang berarti semakin tinggi skor, semakin baik penilaian mahasiswa tentang trigger dan learning climate. Sedangkan kuesioner mengenai fasilitator juga menggunakan skala likert 1-5 yaitu Dilakukan dengan sangat baik, Dilakukan dengan Baik, Dilakukan dengan Cukup, Kurang, Tidak dilakukan, yang berarti semakin tinggi nilai yang diberikan oleh mahasiswa, semakin baik kualiatas fasilitator. Model Penelitian Model penelitian untuk menguji hubungan antara peningkatan soft skill dengan learning climate, trigger dan facilitator: PS = a + β1 Climate + β2 Trigger + β3 Fas Model penelitian untuk menguji hubungan antara prestasi belajar mahasiswa dengan learning climate, trigger dan facilitator: Pres = a + β1 Climate + β2 Trigger + β3 Fas Prosedur Pengolahan Data Pengolahan Data Untuk Hipotesa 1-7 Jumlah responden yang memenuhi syarat untuk dianalisis dengan lisrel adalah sebanyak 350. Pengujian dilakukan dengan mengikuti tahapan yang berlaku dalam SEM menggunakan piranti lunak Lisrel 8.72 dengan metode robust maximum likelihood. Terdapat dua langkah pengujian yang harus dilakukan (Hair et al., 1995) yaitu pengujian kecocokan model pengukuran dan kecocokan model struktural. Prosedur Pengolahan Data untuk hipotesa 8 (Uji Beda Nilai) Pengujian hipotesis 8 dilakukan dengan menggunakan alat analisis statistik t-test agar dapat diketahui beda rata-rata dan standar deviasi dari variabel yang diuji. Menurut Sekaran (2003), t-test dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan pada ratarata variabel dari kedua kelompok yang diuji. Karena yang dibandingkan dalam penelitian ini 11

12 adalah perbedaan rata-rata antar dua kelompok yang berbeda, maka pengujian yang dilakukan adalah independent sample t-test. Prosedur Pengolahan Data untuk hipotesa 9 (Uji Beda Skills) Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat uji non parametrik Mann-Whitney. Uji non parametrik dilakukan karena normalitas data tidak diketahui dan data dikumpulkan menggunakan skala ordinal sehingga tidak diketahui besarnya perbedaan antara pilihan jawaban yang satu dengan yang lain (Sekaran, 2003). Pengujian non parametrik ini sendiri menggunakan alat uji Mann-Whitney yang merupakan alat untuk mengukur perbedaan signifikan di antara kedua variabel. D. HASIL PENELITIAN Deskripsi Statistik Deskripsi statistik menunjukkan bahwa secara total responden mayoritas adalah perempuan (62%), dengan IPK mayoritas 3 3,49 (55%). Mayoritas mahasiswa sedang tidak mengulang (76%) dan sudah pernah melaksanakan PBL (91%). Hasil Pengujian Hipótesis 1-7 Analisa Persamaan Struktural Analisis ini dilakukan terhadap koefisien-koefisien persamaan struktural dengan menspesifikasikan tingkat signifikansi tertentu. Analisa model struktural ini untuk menguji hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini. Untuk tingkat signifikansi sebesar 0,05 maka nilai t dari persamaan struktural harus lebih besar atau sama dengan 1,96 atau untuk praktisnya lebih besar sama dengan 2 (Wijanto, 2006). Dari pengolahan data untuk pengujian hipotesis 1-3 diperoleh persamaan sebagai berikut: PS = 0.55*Climate *Triger *Fas, Errorvar.= 0.21, R² = 0.79 (0.15) (0.15) (0.037) (0.033)

13 Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa koefisien Learning Climate dan Trigger memiliki nilai t yang signifikan, namun Fasilitator tidak signifikan. Jadi kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa H1, H2 terbukti sedangkan H3 tidak terbukti. Hasil di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara Trigger dengan peningkatan softskill mahasiswa. Artinya semakin bagus kualitas trigger, maka semakin tinggi peningkatan softskill mahasiswa. Pada mata kuliah Akuntansi Manajemen, trigger dibuat hanya dengan 1 kalimat dan untuk menjawabnya mahasiswa diminta untuk brainstorming dengan timnya untuk mencari pertanyaan-pertanyaan kecil. Hal ini yang menyebabkan softskill seperti communication skill meningkat. Seperti yang sudah dinyatakan dalam landasan teori bahwa trigger yang disajikan harus menanyakan suatu masalah secara komprehensif, aplikatif, analitis dan sintesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agar peningkatan softskill mahasiswa semakin baik, maka trigger yang diberikan juga semakin baik, yaitu yang menanyakan masalah secara komprehensif, aplikatif, analitis dan sintesis. Dengan semakin baiknya trigger, maka akan menstimulus mahasiswa untuk berpikir kritis, mengkolaborasikan pengetahuan dan juga memicu diskusi dengan teman-teman sekelompoknya. Hasil di atas juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara Learning Climate dengan peningkatan softskill mahasiswa. Artinya semakin bagus kualitas Learning Climate, maka semakin tinggi peningkatan softskill mahasiswa. Hubungan positif yang signifikan ini disebabkan karena dalam melaksanakan PBL di semester gasal 2007/2008, mata kuliah Akuntansi Manajemen berada di bawah koordinasi yang cukup baik karena adanya hibah Teaching Grant untuk mata kuliah ini. Salah satu bentuk koordinasi yang dilakukan adalah adanya panduan untuk dosen dan mahasiswa melaksanakan PBL. Panduan tersebut berisi arahan agar mahasiswa dapat belajar mandiri, aktif dalam berdiskusi dan dapat melakukan working in team. Dengan demikian tercipta iklim yang kondusif untuk mahasiswa dalam meningkatkan softskill mahasiswa. 13

14 Dari pengolahan data untuk pengujian hipotesis 4-6 diperoleh persamaan sebagai berikut: Pres = *Ps *Climate *Triger *Fas, Errorvar.= , R² = ( 2.75) (4.61) (4.11) (1.05) (23.17) Untuk persamaan dalam model kedua ini, terlihat bahwa hanya koefisien Trigger yang memiliki nilai t yang signifikan di atas 1,96. Jadi kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa H5 terbukti sedangkan H4, H6, dan H7 tidak terbukti. Penelitian ini mendukung sebagian hasil penelitian Schwartz et all (1997) yang mengatakan bahwa trigger dan fasilitator mendukung keberhasilan metode pembelajaran dengan PBL. Dalam penelitian ini hanya trigger yang signifikan, sedangkan faktor lainnya tidak mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Penelitian yang dilakukan oleh Schwartz et all (1997) menunjukkan bahwa fasilitator yang aktif sangat mendukung pelaksanaan PBL. Wee Keng Neo, Lynda (2004) juga mengatakan bahwa ada 4 hal penting dari pelaksanaan PBL yaitu learning climate, fasilitator, trigger dan proses PBL. Tidak berpengaruhnya fasilitator dalam penelitian ini mungkin disebabkan karena para dosen belum melaksanakan fungsinya sebagai fasilitator dengan baik. Dalam PBL, fasilitator berfungsi memfasilitasi peserta didik untuk mencapai hasil PBL. Mereka tidak mengajar. Fasilitator/pengajar yang baik adalah seseorang yang secara positif dan aktif mengarahkan peserta didik pada tingkat metacognitif (Barrows, 1988). Untuk pelaksanaan PBL yang baik sebenarnya tidak cukup hanya 1 fasilitator untuk setiap kelas. Butuh lebih dari 1 fasilitator. Fasilitator harus memotivasi mahasiswa untuk berdiskusi dengan sesama teman, saling mengeluarkan pendapat, dan saling memberikan kritik, fasilitator harus memancing daya kritis mahasiswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah. 14

15 Terkadang fungsi ini tidak berjalan dengan baik karena keterbatasan waktu perkuliahan dan kondisi mahasiswa yang tidak biasa mengeluarkan pendapat. Learning climate (iklim pembelajaran) juga tidak berhubungan dengan prestasi mahasiswa, hal ini mungkin disebabkan karena memang learning climate-nya masih kurang baik, dimana proses belajar kelompok belum berjalan dengan efisien, mahasiswa belum bekerja sama dan belajar dari anggota tim lainnya, mahasiswa tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi perkuliahan, mahasiswa dan fasilitator belum bekerja sama dengan baik dalam proses pembelajaran, disamping fasilitas yang kurang memadai, ruang untuk melakukan diskusi kelompok masih kurang, design ruang kelas yang kurang kondusif untuk pelaksanaan PBL (antara lain kursi yang tidak bisa dipindah-pindah), ruang kelas yang kurang besar untuk tempat diskusi mahasiswa. Hasil di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara Trigger dengan prestasi belajar mahasiswa. Artinya penilaian mahasiswa terhadap trigger berhubungan positif dengan nilai kuis mahasiswa. Seperti yang sudah dinyatakan dalam landasan teori bahwa trigger yang disajikan harus menanyakan suatu masalah secara komprehensif, aplikatif, analitis dan sintesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agar prestasi belajar mahasiswa semakin baik, maka trigger yang diberikan juga semakin baik, yaitu yang menanyakan masalah secara komprehensif, aplikatif, analitis dan sintesis. Untuk menilai seberapa baik coefficient of determination dari persamaan struktural, akan dilihat dari besaran dari R 2 (Wijanto, 2006). Hasil pengujian Lisrel yang dapat dilihat pada Reduced Form Equation didapatkan nilai R 2 untuk masing-masing persamaan. Persamaan pertama yang menguji hipotesis 1-3 memiliki nilai R² 0,79 yang berarti model ini mampu menjelaskan 79 % dari perubahan pada variabel laten PBL. Persamaan kedua yang menguji hipotesis 4-6 memiliki nilai R² yang berarti model ini hanya mampu menjelaskan 6,2 % dari perubahan pada variabel laten Prestasi. Secara keseluruhan nilai t dari tujuh hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini dapat disimpulkan dalam tabel 3 berikut : 15

16 Tabel Nilai t-value untuk masing-masing hipotesa Nilai Hipotesa Path Estimasi Kesimpulan t-value H1 Learning Climate PBL Signifikan H2 Trigger PBL Signifikan H3 Facilitator PBL Tidak Signifikan H4 Learning Climate Prestasi Tidak Signifikan H5 Trigger Prestasi Signifikan H6 Facilitator Prestasi Tidak Signifikan H7 PS Prestasi Tidak Signifikan Hasil Pengujian Hipotesis 8 Hipotesis 8 menguji apakah terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa dalam kelas yang menerapkan PBL dengan yang menggunakan metode lecturing. Tabel Rata-Rata Nilai Kuis dan Hasil Uji Beda T-Test untuk Mata Kuliah Akuntansi Manajemen dan Akuntansi Keuangan 1 Mata Kuliah Nilai Kuis Metode PBL Nilai Kuis Metode lecturing P-Value Akuntansi Manajemen Dari hasil di atas menunjukkan bahwa pada kedua mata kuliah tidak terdapat perbedaan signifikan antara nilai kuis pada kelas yang menggunakan metode PBL dengan kelas yang menggunakan metode Lecturing. Hasil ini mendukung hasil regresi, yaitu diperoleh nilai R 2 yang rendah, yang berarti bahwa masih banyak faktor lain selain penggunaan metode PBL, yang menentukan prestasi (yang diukur dengan nilai kuis) mahasiswa. Hal ini menyebabkan perbedaan metode pembelajaran tidak menghasilkan nilai kuis yang berbeda secara signifikan. Hasil ini sebenarnya juga menjadi masukan bahwa harus ada perbaikan dalam pelaksanaan metode PBL. Karena seharusnya mahasiswa yang malas belajar harus lebih 16

17 terpaksa rajin belajar ketika menggunakan metode PBL, sehingga nilai kuisnya lebih tinggi ketika materi disampaikan dengan metode PBL. Hasil Pengujian Hipotesa 9 Hipotesa 9 menguji apakah terdapat perbedaan dalam peningkatan skill mahasiswa (reasoning skills, problem solving skills, self-directed learning skills,communication skills,working in teams, sharing information) antara kelas ketika menggunakan metode PBL dengan kelas ketika menggunakan metode lecturing. Tabel Rata-Rata Skor atas Pertanyaan Tentang Peningkatan Soft Skill dan Hasil Uji Beda Mann Whitney untuk MK Akuntansi Manajemen No SoftSkill Skor Skor P-Value Metode PBL Metode Lecturing 1 Reasoning Skills Self-Directed Learning Skills Problem Solving Skills Collaboration Skills Communication Skill Knowledge Level Working In Team Skill Retain Dan Recall Dari hasil di atas kita melihat bahwa respon mahasiswa terhadap Reasoning Skills, Problem Soving Skill, Collaboration Skill dan Knowledge level berbeda secara signifikan antara metode PBL dan Lecturing, namun ternyata rata-rata skor yang lebih tinggi diberikan untuk metode lecturing. Hal ini berarti metode PBL yang diterapkan belum membuat mahasiswa merasa mendapat peningkatan Reasoning Skills, Problem Soving Skill, Collaboration Skill dan Knowledge level dibanding dengan metode lecturing. Mahasiswa merasa bahwa dengan metode PBL, mereka tidak memperoleh penjelasan materi secara utuh dari dosen seperti yang mereka peroleh di metode lecturing, sehingga akhirnya mereka merasa kurang dapat menjelaskan suatu konsep (Reasoning Skills), memecahkan suatu 17

18 masalah (Problem Soving Skill), mengkolaborasikan pengetahuan (Collaboration Skill) dan tidak mengalami peningkatan pengetahuan (Knowledge Level). Hal yang sebaliknya terjadi ketika mereka menggunakan metode lecturing. Dari hasil di atas kita juga melihat bahwa Communication Skill dan Working In Team Skill memperoleh respon yang berbeda secara signifikan pada metode PBL dan lecturing. Rata-rata skor yang lebih tinggi diberikan pada metode PBL. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa merasa mengalami peningkatan Communication Skill dan Working In Team Skill pada metode PBL. Hal ini berarti metode PBL yang diterapkan di mata kuliah Akuntansi Manajemen dirasakan mahasiswa dapat meningkatkan Communication Skill dan Working In Team Skill. Hal ini mungkin berkaitan dengan pelaksanaan PBL di Akuntansi Manajemen yang terkoordinasi (karena adanya hibah teaching grant), dimana ada panduan untuk melaksanakan PBL yang didalamnya juga memuat arahan untuk melakukan diskusi kelompok, presentasi dan diskusi kelas. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini bertujuan untuk melakukan survey atas penilaian mahasiswa terhadap trigger problem, fasilitator dan learning climate dalam pelaksanaan metode PBL. Penelitian ini mengkaji hubungan antara prestasi belajar mahasiswa dengan penilaian mahasiswa terhadap trigger problem, fasilitator dan learning climate dalam kelas yang menerapkan PBL. Penelitian ini juga bertujuan untuk membandingkan prestasi belajar mahasiswa antara kelas yang menerapkan metode PBL dengan kelas yang menerapkan metode lecturing. Selain itu penelitian ini membandingkan peningkatan softskill antara mahasiswa ketika menggunakan metode PBL dan ketika menggunakan metode lecturing. Dari hasil penelitian, untuk hipotesis 1-3, yaitu menguji apakah ada hubungan positif dan signifikan antara kualitas trigger problem, fasilitator dan learning climate dengan peningkatan softskills mahasiswa dalam kelas yang menerapkan metode PBL, hasilnya menunjukkan bahwa kualitas trigger dan learning climate memiliki hubungan yang positif 18

19 dan signifikan dengan peningkatan softskills mahasiswa, tapi fasilitator tidak punya hubungan yang signifikan dengan peningkatan softskills mahasiswa. Hipotesis 4-7 menguji apakah ada hubungan positif dan signifikan antara kualitas trigger problem, fasilitator, learning climate dan peningkatan softskills dengan prestasi belajar mahasiswa dalam kelas yang menerapkan metode PBL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya kualitas trigger yang memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan prestasi belajar mahasiswa. Faktor lain belum menunjukkan hubungan dengan prestasi belajar. Hipotesis 8 menguji apakah terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa dalam kelas yang menerapkan PBL dengan yang menggunakan metode lecturing. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar mahasiswa dalam kelas yang menerapkan PBL dengan yang menggunakan metode lecturing. Hal ini kemugkinan disebabkan karena metode PBL belum dilaksanakan dengan benar sehingga belum memberi hasil yang baik, hal ini sejalan dengan penilaian mahasiswa mengenai metode PBL dan Lecturing yang tidak jauh berbeda. Temuan ini juga mendukung hasil lisrel yang menunjukkan nilai R squared yang sangat rendah antara prestasi dengan trigger, learning climate dan fasilitator ( hanya 0,06 %). Mungkin kuis yang dilaksanakan bukan merupakan proksi yang tepat untuk mengukur prestasi. Harus dicari proksi yang lebih tepat untuk mengukur keberhasilan PBL. Hipotesa 9 menguji apakah terdapat perbedaan dalam peningkatan skill mahasiswa (reasoning skills, problem solving skills, self-directed learning skills,communication skills,working in teams, sharing information) antara kelas yang menggunakan metode PBL dengan kelas yang menggunakan metode lecturing. Hasilnya menunjukkan bahwa untuk mata kuliah Akuntansi Manajemen, metode PBL menghasilkan Communication Skill dan Working In Team Skill yang lebih baik daripada metode lecturing, namun Reasoning Skills, Problem Solving Skill, Knowledge level justru lebih pada metode lecturing. 19

20 Kelemahan dalam penelitian ini adalah bahwa sampel yang diperoleh dari kelas Akuntansi Keuangan 1 kurang banyak (hanya 2 kelas) sehingga tidak dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan lisrel. Seperti penelitian dengan kuesioner lainnya, penilaian yang diberikan oleh responden mengandung subjektifitas. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah adanya perbaikan dalam pertanyaan kuesioner untuk menghindari respon yang salah dari responden karena kurang memahami pertanyaan. Selain itu dapat pula dilakukan eksperimental riset dan menggunakan kasus untuk mengukur skills yang diperoleh mahasiswa dari metode pembelajaran PBL dan Lecturing. Bukan menggunakan direct question seperti pada penelitian ini. Variabel IPK dapat pula dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi prestasi mahasiswa. 20

21 Daftar Pustaka Cooke, Marie and Kadie Moyle. Students' Evaluation of Problem-Based Learning. Nurse Education Today. Volume 22, Issue 4, May 2002, Pages Kivela, Jakša and Ruth Jeanine Kivela. Student perceptions of an embedded problembased learning instructional approach in a hospitality undergraduate program. International Journal of Hospitality Management. Volume 24, Issue 3, September Tri Wardhani, Adinda. Perbedaan Goal Orientation pada Siswa Sekolah Dasar yang Mendapatkan Metode Pengajaran Belajar Aktif dan Belajar Pasif. Skripsi. Fakultas Psikologi UI: 2002 Wee Keng Neo, Lynda. Jump Start Authentic Problem-Based Learning.Prentice Hall, 2004 Widjajakusumah M.Djauhari, Pengantar PBL, Bahan Penataran Pekerti, UI, 2006 W. Schwartz, Richard, Michael B. Donnelly, David A. Sloan and William E. Strodel. Residents' Evaluation of A Problem-Based Learning Curriculum In A General Surgery Residency Program. The American Journal of Surgery. Volume 173, Issue 4, April 1997, Pages

Mengapa Problem Based Learning?

Mengapa Problem Based Learning? Mengapa Problem Based Learning? Tujuan Setelah mempelajari slide-slide ini, Anda diharapkan: Dapat menjelaskan mengapa kita perlu beralih dari metode pembelajaran pasif ke metode pembelajaran aktif Dapat

Lebih terperinci

Hilman Syarif Faculty of Nursing, Syiah Kuala University, Banda Aceh, Indonesia

Hilman Syarif Faculty of Nursing, Syiah Kuala University, Banda Aceh, Indonesia Vol. V No. 1 SOFT SKILL MAHASISWA KEPERAWATAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA PADA KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN PENDEKATAN LECTURING 2011 49 The Analysis of Nursing Student Soft Skills Development Between

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3c MODEL PROBLEM BASED LEARNING 2 Model Problem Based Learning 3 Definisi Problem Based Learning : model pembelajaran yang dirancang agar peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergeseran pembelajaran adalah pergeseran paradigma, yaitu paradigma dalam cara kita memandang pengetahuan, paradigma belajar dan pembelajaran itu sendiri. Paradigma

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DALAM PEMBELAJARANMENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) DALAM PEMBELAJARANMENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem based learning merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual untuk merangsang peserta

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI BERBASIS PROBLEM TERHADAP PENINGKATAN SOFTSKILLS MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI PADA PTN DAN PTS DI KOTA AMBON

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI BERBASIS PROBLEM TERHADAP PENINGKATAN SOFTSKILLS MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI PADA PTN DAN PTS DI KOTA AMBON 1, Mei 2015, Hal: 1-10 Vol. 4, No. 1 ISSN :1979-4878 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI BERBASIS PROBLEM TERHADAP PENINGKATAN SOFTSKILLS MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI PADA PTN DAN PTS DI KOTA AMBON Fakultas

Lebih terperinci

Tujuan: Di akhir sesi ini, peserta diharapkan mampu untuk:

Tujuan: Di akhir sesi ini, peserta diharapkan mampu untuk: Team Based Learning Tujuan: Di akhir sesi ini, peserta diharapkan mampu untuk: Mendefinisikan Team Based Learning (TBL) Menggambarkan empat prinsip dasar TBL Mengidentifikasi keuntungan TBL Menyebutkan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) Definisi/Konsep Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang

Lebih terperinci

Kadek Rahayu Puspadewi Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Mahasaraswati Denpasar ABSTRACT

Kadek Rahayu Puspadewi Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Mahasaraswati Denpasar ABSTRACT PENGARUH METODE INDUKTIF BERBANTUAN ASESMEN OTENTIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR ALJABAR LINEAR I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAUNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR Kadek Rahayu Puspadewi Program

Lebih terperinci

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Definisi/Konsep

Lebih terperinci

Softskill, Kurikulum, Dosen, dan Mahasiswa. Bertalya Universitas Gunadarma

Softskill, Kurikulum, Dosen, dan Mahasiswa. Bertalya Universitas Gunadarma Softskill, Kurikulum, Dosen, dan Mahasiswa Bertalya Universitas Gunadarma TIM PROGRAM HIBAH KOMPETISI BERBASIS INSTITUSI (PHKI) BATCH 3 Universitas Gunadarma (2010 2012) Ketua Pelaksana : Dr. Asep Djuarna..

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2016 sampai

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA Sri Hartutik, Irma Mustikasari STIKES Aisyiyah Surakarta Ners_Tutty@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK Suyati 1

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK Suyati 1 PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK Suyati 1 Prodi D-III Kebidanan Fakultas ilmu kesehatan, Universitas pesantren tinggi Darul Ulum jombang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR Kadek Budiasa (1), Viyanti (2), I Dewa Putu Nyeneng (3) (1) Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Unila, budiasakadek60@yahoo.com;

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS I.A SD NEGERI 9 KABANGKA TAHUN AJARAN 2014/2015 Nur

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING ( PBL) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: SISWANTO K4308054 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL

HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL Imelda Martina GS STIK Immanuel Abstrak Keefektifan kelompok

Lebih terperinci

b. Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah, c. Penekanan pada eksplorasi

b. Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah, c. Penekanan pada eksplorasi AKTIVITAS BELAJAR Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa untuk mendapatkan sebuah pengetahuan yang melibatkan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di lingkungan pendidikan formal atau sekolah dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa secara terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010)

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berpikir kritis merupakan hal yang penting pada mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010) yang mengungkapkan bahwa kemampuan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Problem-Based Learning (PBL) pelajaran (Sudarman, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Problem-Based Learning (PBL) pelajaran (Sudarman, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Problem-Based Learning (PBL) 2.1.1 Definisi Problem-Based Learning (PBL) Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu tidak hanya dari dosen. Metode Pembelajaran SCL

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu tidak hanya dari dosen. Metode Pembelajaran SCL 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran TCL (Teaching Centerd learning) yang berpusat kepada dosen sudah tidak lagi sesuai dengan capaian pembelajaran mengingat perkembangan tekhnologi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa dari siswa tingkat sekolah dasar, menengah hingga mahasiswa perguruan tinggi. Pada tiap tahapan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMPN 22 PADANG

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMPN 22 PADANG PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMPN 22 PADANG Sufriyanti*), Ardi**), Siska Nerita**) * ) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. berorientasi pada kecakapan hidup (life skill oriented), kecakapan berpikir, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SKRIPSI Oleh: VALENT SARI DANISA K4308123 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan

Lebih terperinci

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo Abstrak: Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat Kelompok

Lebih terperinci

ACTIVE LEARNING & SOFT SKILLS Neila Ramdhani

ACTIVE LEARNING & SOFT SKILLS Neila Ramdhani ACTIVE LEARNING & SOFT SKILLS Neila Ramdhani Tell me and I will forget Show me and I may remember Involve me and I will understand. Confucius, 450 BC A. Apakah Soft Skills itu? Sering juga disebut keterampilan

Lebih terperinci

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang besar perannya dalam pendidikan, disamping itu juga belajar biologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Problem-Based Learning a. Pengertian Problem-Based Learning Problem-Based Learning merupakan model pembelajaran yang menjadikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN III.

METODE PENELITIAN III. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan responden mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis jurusan Akuntansi pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Metode sampling yang digunakan adalah

Lebih terperinci

Arini Estiastuti (Staf Pengajar PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES) ABSTRACT

Arini Estiastuti (Staf Pengajar PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES) ABSTRACT PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATA PELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR (The Application Of Vicinity Contextual To The Subject of Social Knowledge In Elementary School) Arini Estiastuti

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA Jurnal Online Pendidikan Fisika PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

E-JURNAL. Oleh : AFIFATUL MUSRIFA

E-JURNAL. Oleh : AFIFATUL MUSRIFA PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PENGELOLAAN KELAS GURU, IKLIM SEKOLAH DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMA N 1 PARIANGAN E-JURNAL Oleh : AFIFATUL

Lebih terperinci

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-7 SMP NEGERI 1 KREMBUNG SIDOARJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA Desti Anggistia*, Eko Suyanto, I Dewa Putu Nyeneng FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.

Lebih terperinci

C. Melawati. et. al. JRPK Vol. 4 No. 1 Desember 2014

C. Melawati. et. al. JRPK Vol. 4 No. 1 Desember 2014 ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KERJA SAMA SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (Team Assisted Individualization) Cyntia Melawati, Maria Paristiowati, Suhartono

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR KB METODE SEDERHANA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR KB METODE SEDERHANA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR KB METODE SEDERHANA MAHASISWA DIII KEBIDANAN STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur

Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana Cianjur Penerapan Model Student Team Achievement Divisions (STAD) Berbahan Ajar Geogebra untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Mahasiswa Mata Pelajaran Kalkulus II Muhamad Soeleman Universitas Suryakancana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KETERAMPILAN DOSEN DALAM MENGELOLA KELAS DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KETERAMPILAN DOSEN DALAM MENGELOLA KELAS DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA Jurnal Euler, ISSN: 2087-9393 Juli 2014, Vol.2, No.2, Hal.129-134 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KETERAMPILAN DOSEN DALAM MENGELOLA KELAS DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA PGRI 1 PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Hida Kurniawati Nasution*

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 40 JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Fika Nur

Lebih terperinci

Widhati 1), Chumdari 2), Siti Kamsiyati 3) PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

Widhati 1), Chumdari 2), Siti Kamsiyati 3) PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG MELALUI MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 KIRINGAN KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2011/2012 Widhati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika selain merupakan dasar dan pangkal tolak penemuan dan pengembangan ilmu-ilmu lain, matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika selain merupakan dasar dan pangkal tolak penemuan dan pengembangan ilmu-ilmu lain, matematika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika selain merupakan dasar dan pangkal tolak penemuan dan pengembangan ilmu-ilmu lain, matematika juga merupakan landasan yang kuat bagi pengembangan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key Words: Student Learning Outcomes, Cooperative Learning, NHT, STAD. ABSTRAK

ABSTRACT. Key Words: Student Learning Outcomes, Cooperative Learning, NHT, STAD. ABSTRAK PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE NHT DENGAN TIPE STAD PADA MATERI EKOSISTEM DI KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGGAL TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013 THE DIFFERENCE

Lebih terperinci

DARI PETA KURIKULUM Sampai Ke BUKU BLOK : PANDUAN STEP By STEP. (tim kurikulum UGM)

DARI PETA KURIKULUM Sampai Ke BUKU BLOK : PANDUAN STEP By STEP. (tim kurikulum UGM) DARI PETA KURIKULUM Sampai Ke BUKU BLOK : PANDUAN STEP By STEP (tim kurikulum UGM) 10 tahap umum design curriculum PBL (Wiers et al 2002) Give the rationale for the curriculum and form a curriculum planning

Lebih terperinci

Fitri Mulyani SMP Negeri 1 Bunguran Tengah

Fitri Mulyani SMP Negeri 1 Bunguran Tengah EFEKTIFITAS PROBLEM BASE LEARNING BERBASIS KOOPERATIF LEARNING UNTUK MEMAHAMKAN OPERASI ALJABAR BAGI SISWA SMP N 3 BUNGURAN TIMUR, NATUNA, KEPULAUAN RIAU KELAS VIII SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R)

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R) HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW (PQ4R) DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012 Skripsi

Lebih terperinci

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GROUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR

MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GROUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN GROUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR Sony Cornelis Lee dan Farida Nur Kumala Pendidikan Guru Sekolah Dasar UNIKAMA sony.cornelis1994@gmail.com dan faridankumala@unikama.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan era globalisasi membuat setiap orang harus mampu untuk bersaing sesuai kompetensi yang dimiliki. Upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) tertuju pada

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN DAN PENINGKATAN SOFTSKILL MAHASISWA AKUNTANSI

PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN DAN PENINGKATAN SOFTSKILL MAHASISWA AKUNTANSI PENGARUH METODE PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN DAN PENINGKATAN SOFTSKILL MAHASISWA AKUNTANSI MAYA YULITA 090462201210 Jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali

Lebih terperinci

ABSTRAK. dalam menghasilkan mahasiswa yang berkompeten. perilaku belajar sebesar 8,9%. Teknik pengambilan sampel dengan cara simple

ABSTRAK. dalam menghasilkan mahasiswa yang berkompeten. perilaku belajar sebesar 8,9%. Teknik pengambilan sampel dengan cara simple ABSTRAK Emotional Intelligence (EQ) sangat penting dalam dunia pendidikan saat ini, karena berpengaruh pada pencapaian prestasi belajar mahasiswa dan mendukung visi misi dari Jurusan Manajemen Fakultas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Tanti Jumaisyaroh Siregar Pendidikan matematika, Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap. Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk.

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh penerapan metode pembelajaran Team Based Learning terhadap. Keperawatan STIKES Satria Bhakti Nganjuk. 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan design penelitian Quasy Experiment pre and post test with control group. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh penerapan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan analisis refleksi terhadap tindakan pembelajaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan analisis refleksi terhadap tindakan pembelajaran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisis refleksi terhadap tindakan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model Problem Based Learning dalam meningkatkan

Lebih terperinci

Kode: NAMA MATA KULIAH. BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR:

Kode: NAMA MATA KULIAH. BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR: Kode: 00802 08015. 01 NAMA MATA KULIAH BUKU BLOK PSIK FKUB Semester, Program A Reguler TIM FASILITATOR: BUKU BLOK SISTEM KARDIOVASKULAR A. DESKRIPSI MODUL B. KOMPETENSI BLOK SISTEM KARDIOVASKULER C. TUJUAN

Lebih terperinci

Nurul Umamah, Marjono dan Erly Nurul Hidayah

Nurul Umamah, Marjono dan Erly Nurul Hidayah PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN PENILAIAN PRODUK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SEJARAH PESERTA DIDIK KELAS X MIA 4 SMA NEGERI 1 GAMBIRAN Nurul Umamah, Marjono dan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA 1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AKADEMIK SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : SRI WULANNINGSIH K4308057 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs Nego Linuhung 1), Satrio Wicaksono Sudarman 2) Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAGIAN SATU. Mengapa Harus Berubah? Penerapan Metode Problem-Based Learning (PBL)

BAGIAN SATU. Mengapa Harus Berubah? Penerapan Metode Problem-Based Learning (PBL) BAGIAN SATU Mengapa Harus Berubah? Penerapan Metode Problem-Based Learning (PBL) 1 2 Elsa Krisanti, Ph.D. & Kamarza Mulia, Ph.D. Aniek dan Tara adalah dua mahasiswa jurusan Teknik Kimia semester tiga yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL JIGSAW LEARNING PADA KOMPETENSI DASAR IKATAN KIMIA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL JIGSAW LEARNING PADA KOMPETENSI DASAR IKATAN KIMIA Sri Utami 141 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL JIGSAW LEARNING PADA KOMPETENSI DASAR IKATAN KIMIA Sri Utami SMA Muhammadiyah 5 Karanggeneng Lamongan Abstrak: Materi ikatan kimia adalah

Lebih terperinci

Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi

Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi Majelis Pendidikan Tinggi Dewan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kopertis Wilayah V Yogyakarta, 4 April 2017 Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 1 (1) (2012) 57-62 Jurnal Pendidikan IPA Indonesia http://journal.unnes.ac.id/index.php/jpii UPAYA MENGEMBANGKAN LEARNING COMMUNITY SISWA KELAS X SMA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Lebih terperinci

MEMINIMALKAN KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DI SMP NASKAH PUBLIKASI

MEMINIMALKAN KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DI SMP NASKAH PUBLIKASI MEMINIMALKAN KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DI SMP NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh:

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) SISWA KELAS X1 SMA NEGERI 1 ANGSANA KABUPATEN TANAH BUMBU PROVINSI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

Satuan Acara Pembelajaran (SAP)

Satuan Acara Pembelajaran (SAP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PROGRAM STUDI PSIKOLOGI F- 0621 Tgl Berlaku : Februari 2014 Issue/Revisi : --- Jml Halaman : 17 Satuan Acara Pembelajaran (SAP) Nama/Kode Mata Kuliah Sistem Kredit Semester

Lebih terperinci

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

Tersedia online di EDUSAINS Website:  EDUSAINS, 7 (2), 2015, Tersedia online di EDUSAINS Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains EDUSAINS, 7 (2), 2015, 202-208 Research Artikel PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DIPADU METODE

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran dapat diartikan sebagai proses mengidentifikasi perilaku peserta didik, aktivitas yang semula tidak berkaitan menjadi suatu pola yang utuh bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata kuliah Anatomi dan Fisiologi merupakan ilmu utama yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata kuliah Anatomi dan Fisiologi merupakan ilmu utama yang penting dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata kuliah Anatomi dan Fisiologi merupakan ilmu utama yang penting dan mendasar bagi calon perawat dalam pemahaman patofisiologi, penilaian klinis, dan prosedur keperawatan.

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL TEAM BASED LEARNING (TBL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS KELAS XI SMA NEGERI 01 BATU

PENGARUH PENERAPAN MODEL TEAM BASED LEARNING (TBL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS KELAS XI SMA NEGERI 01 BATU PENGARUH PENERAPAN MODEL TEAM BASED LEARNING (TBL) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI TEORI KINETIK GAS KELAS XI SMA NEGERI 01 BATU Akhmad Rizal Dzikrillah, Sutarman, Supriyono Koes Handayanto

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Matematis Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dimana individu atau beberapa orang atau kelompok menciptakan dan menggunakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS. Dyah Pramesthi Isyana Ardyati

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS. Dyah Pramesthi Isyana Ardyati Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 4, Juli 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 2 TANGGUL ARTIKEL

PENGARUH MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 2 TANGGUL ARTIKEL PENGARUH MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 2 TANGGUL ARTIKEL Oleh: FITRI HARIANI NIM 090210102079 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

TELAAH VARIABEL PEMILIHAN MODEL PEMBELAJARAN

TELAAH VARIABEL PEMILIHAN MODEL PEMBELAJARAN TELAAH VARIABEL PEMILIHAN MODEL PEMBELAJARAN LOKAKARYA PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN AKADEMIK UNIVERSITAS PADJADJARAN PROJECT MANAGEMENT UNIT-UNPAD IDB PROJECT LEMBAGA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN PENJAMINAN

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KELOMPOK BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 25 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KELOMPOK BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 25 PADANG PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KELOMPOK BELAJAR TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 25 PADANG Dini Ayu Astari*), Rina Febriana**), Ainil Mardiyah**) *) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

ABSTRACT

ABSTRACT CORRELATION BETWEEN PROGRESS TESTING SCORE ON PROFESSION STAGE WITH CUMULATIVE GRADE POINT ACADEMIC OF GRADUATED DENTISTRY STUDENT OF UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTARA NILAI PROGRESS

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI 163086 TEBING TINGGI Helmina Siagian Surel: hrmnsiagian@gmail.com ABSTRACT This aim of this

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERSEPSI ANTARA MAHASISWA SENIOR DAN JUNIOR MENGENAI PROFESI AKUNTAN PADA PROGRAM S-1 REGULER DAN S- TRANSFER PTS X

PERBEDAAN PERSEPSI ANTARA MAHASISWA SENIOR DAN JUNIOR MENGENAI PROFESI AKUNTAN PADA PROGRAM S-1 REGULER DAN S- TRANSFER PTS X PERBEDAAN PERSEPSI ANTARA MAHASISWA SENIOR DAN JUNIOR MENGENAI PROFESI AKUNTAN PADA PROGRAM S-1 REGULER DAN S- TRANSFER PTS X (Perception Differences of Accounting Profession between Senior and Junior

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENGGUNAAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA JPPM Vol. 9 No. 2 (2016) PENGGUNAAN METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Rika Firma Yenni Pendidikan Matematika Universitas Tamansiswa Palembang rika.yenni@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas kesehatan khususnya memberikan asuhan pelayanan kepada pasien yang meliputi kebutuhan biologis, psikologis, sosiokultural

Lebih terperinci

DIADIK : Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 7(2), 2017 ISSN X

DIADIK : Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan, 7(2), 2017 ISSN X PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN KEMATANGAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 79 Kota Bengkulu) 1) Dewi Ayunengsih, 2) Johanes

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISTEM PENGAPIAN

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISTEM PENGAPIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR SISTEM PENGAPIAN Sekar A. Ningtyas 1, Wowo S. Kuswana 2, Tatang Permana 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Metode pendidikan di perguruan tinggi mulai mengalami pergeseran dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Metode pendidikan di perguruan tinggi mulai mengalami pergeseran dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode pendidikan di perguruan tinggi mulai mengalami pergeseran dari TCL (Teacher Centered Learning) ke SCL (Student Centered Learning) dikarenakan a) persaingan yang

Lebih terperinci

BAB IV. Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi. experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin

BAB IV. Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi. experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi experiment pre dan post test with control group. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh penerapan

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS

SPESIFIKASI PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS SPESIFIKASI PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS SPS PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA SF 1 1 Revisi : IV Tanggal : 18 Agustus 2012 Dikaji ulang oleh : Pembantu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LKS IPA TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SISTEM PERNAFASAN KELAS VIII SMP N 6 TAMBUSAI

PENGEMBANGAN LKS IPA TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SISTEM PERNAFASAN KELAS VIII SMP N 6 TAMBUSAI PENGEMBANGAN LKS IPA TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SISTEM PERNAFASAN KELAS VIII SMP N 6 TAMBUSAI Masrani (1), Nurul afifah (2), Rena Lestari (3) 1 Fakultas keguruan

Lebih terperinci

PENGAJARAN STRUKTUR DATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAMES-BASED COMPETITIVE STRATEGY, PROBLEM BASED DAN COOPERATIVE LEARNING

PENGAJARAN STRUKTUR DATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAMES-BASED COMPETITIVE STRATEGY, PROBLEM BASED DAN COOPERATIVE LEARNING PENGAJARAN STRUKTUR DATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAMES-BASED COMPETITIVE STRATEGY, PROBLEM BASED DAN COOPERATIVE LEARNING Yulia 1, Liliana 2 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTIONS STUDENTS HAVE

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTIONS STUDENTS HAVE PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTIONS STUDENTS HAVE DAN TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTIONS PADA SISWA KELAS IX SMPN 4 SOLOK SELATAN TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Problem Based Learning (PBL) Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Class Action

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Class Action BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Class Action Research), yaitu penelitian yang dilakukan seorang pendidik untuk memahami apa yang terjadi di kelas untuk

Lebih terperinci

Ibnu Hadjar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Tadulako

Ibnu Hadjar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Tadulako PERBANDINGAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH SEGIEMPAT DENGAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DI KELAS VII SMPN 7 PALU Ibnu Hadjar Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Teaching Program Pengembangan Program Pengajaran Fisika

Teaching Program Pengembangan Program Pengajaran Fisika Week 10 Development of Physics Teaching Program Pengembangan Program Pengajaran Fisika Dra. Mitri Irianti, MSi. Definition SKILL IN EXPLAINING Keterampilan Menjelaskan Skill in presenting oral information

Lebih terperinci