Prarancangan Pabrik High Fructose Syrup dari Tepung Tapioka Kapasitas Produksi ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
|
|
- Bambang Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Potensi Indonesia sebagai Negara agraris dan berdasarkan data dari FAO 2007, Indonesia merupakan salah satu penghasil komoditi singkong terbesar no.4 di dunia sehingga sangat memungkinkan untuk mengembangkan industri yang berbasis singkong. Di Indonesia, ubi kayu tersebar di berbagai kawasan dengan pusat perkembangan di Jawa dan Lampung. Daerah penghasil ubi kayu di pulau Jawa meliputi Jawa Timur (Pacitan, Jember, Kediri, Madiun), Jawa Tengah (Banyumas, Yogyakarta, Wonogiri) dan Jawa Barat (Bogor, Tasikmalaya). Daerah penghasil lainnya adalah Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Barat dan Timur. Produksi ubi kayu di Indonesia cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai suatu produk Industri olahan berbasis ubi kayu seperti tapioka. Penggunaan tapioka sebagai bahan baku pembuatan sirup fruktosa merupakan cara untuk meningkatkan nilai ekonomi dari ubi kayu, selain itu juga sebagai salah satu bentuk diversifikasi produk olahan berbahan ubi kayu serta memenuhi kebutuhan gula di Indonesia yang semakin meningkat. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat tepat jika pemerintah mengambil kebijaksanaan yang pada hakekatnya bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap negara lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yaitu dengan membangun industri-industri yang dapat mengganti peranan bahan import. Disamping itu dengan didirikannya pabrik ini akan membuat kesempatan terciptanya lapangan kerja baru dan juga dengan adanya pabrik ini akan mendorong berdirinya pabrik-pabrik lain yang menggunakan bahan dasar sirup fruktosa di Indonesia. Salah satu industri yang berbasis singkong adalah industri tepung tapioka, dimana Indonesia merupakan penghasil tepung tapioka terbesar no.2 dengan kapasitas rata-rata ton/tahun setelah Thailand. Tepung tapioka merupakan salah satu bahan baku yang dapat digunakan untuk 1
2 2 memproduksi high fructose syrup (HFS). Ketersediaan bahan baku memungkinkan untuk mendirikan dan mengembangkan pabrik high fructose syrup (HFS) di Indonesia. Campuran glukosa, fruktosa dikenal secara komersial sebagai high fructose syrup (HFS), biasanya mengandung 42% dan 55% fruktosa. Sirup fruktosa atau yang biasa disebut high fructose syrup (HFS) merupakan salah satu jenis gula cair yang popular di industri makanan. High fructose syrup (HFS) adalah sirup gula campuran dari glukosa dan fruktosa. Saat ini HFS sangat populer digunakan dalam industri minuman. Gula ini dapat dihasilkan dari semua bahan yang mengandung karbohidrat, seperti jagung, singkong, beras, kentang, dan lain-lain (E.A. Borges da Silva, dkk, 2006). Permintaan HFS semakin bertambah dari tahun ke tahun. Menurut E.A. Borges da Silva, dkk, 2006, pada chemical engineering journal, pertumbuhan pemintaan HFS disebabkan beberapa faktor antara lain karena memeberikan cita rasa yang lebih segar daripada sukrosa, dapat diproduksi dari pati (substrat pada komposisi makanan) dengan biaya yang lebih rendah sehingga memberikan keuntungan yang lebih serta resiko lebih rendah bagi penderita diabetes atau yang mengalami masalah metabolisme tubuh. Berdasarkan Parker Kay, dkk, 2010, fruktosa lebih manis daripada sukrosa. Tingkat kemanisan beberapa pemanis dapat dilihat pada Tabel 1.1, sebagai berikut : Tabel 1.1 Tingkat kemanisan pada larutan pemanis 5% Sucrose Invert sugar Fructose Glucose Galactose Maltose Lactose Xylitol Pemanis Tingkat kemanisan 1,0 0,85-1,0 1,3 0,56 0,4-0,6 0,3-0,5 0,2-0,3 1,01
3 3 Cyclamates Acesulfame K (Sunnette ) Aspartame (Equal, Nutrasweet ) Saccharine ( The Pink Stuff) Stevioside Sucralose (Splenda ) Thaumatin (Talin ) Dari Tabel 1.1. dapat dilihat bahwa fruktosa mempunyai kemanisan tertinggi dari jenis pemanis alami lainnya ( sukrosa, maltose, laktosa, xylitol, galaktosa, gula inversi dan glukosa). Meskipun jenis pemanis sintesis mempunyai tingkat kemanisan yang tinggi, pemanis sintesis tidak bisa menggantikan sukrosa karena penggunaanya dibatasi oleh peraturan kesehatan Negara yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/MENKES/ PER/ IX/ 1988 tentang bahan tambahan makanan. Pabrik high fructose syrup (HFS) dari tepung tapioka dengan proses enzimatik didirikan dengan alasan agar dapat menurunkan impor sukrosa dan gula rafinasi yang pada akhirnya akan membantu pemenuhan kebutuhan pemanis untuk konsumsi masyarakat dan industri dengan memanfaatkan potensi Indonesia dalam pemenuhan bahan baku. Selain itu dapat memberikan peluang yang bagus karena pabrik-pabrik high fructose syrup (HFS) di Indonesia masih mempunyai kapasitas produksi yang kecil serta pengembangan produksi dengan inovasi bahan baku, yaitu menggunakan tepung tapioka. Jika ditinjau dari harga, high fructose syrup (HFS) lebih murah karena dalam proses pembuatannya tidak perlu dilakukan pengkristalan dan pengeringan seperti pada proses pembuatan sukrosa, biaya proses lebih murah sehingga harga produk juga lebih murah. Selain industri minuman ringan, industri-industri yang menggunakan high fructose syrup (HFS) antara lain adalah industri yogurt, industri cokelat dan industri ice cream yang dapat meningkatkan cita rasa produk-produk tersebut, dapat mempercepat proses fermentasi dalam pembuatan yogurt, dan dapat mempengaruhi struktur dan viskositas pada cokelat dan ice
4 4 cream. Penggunaan high fructose syrup (HFS) pada industri-industri tersebut akan memberikan keuntungan ekonomi yang lebih untuk industri-industri tersebut. Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendirian pabrik high fructose syrup (HFS) dari tepung tapioka mempunyai prospek yang baik. Pendirian pabrik ini diestimasi dapat menurunkan impor gula tebu (sukrosa) yang dapat menguntungkan produksi gula nasional karena kebutuhan gula industri sebagian besar dipenuhi dengan high fructose syrup (HFS) sehingga kebutuhan sukrosa dapat ditekan. Selain itu, permintaan high fructose syrup (HFS) diestimasi akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya industri makanan, minuman dan industri-industri lain yang menggunakan high fructose syrup (HFS) di Indonesia. 1.2 Penentuan Kapasitas Perancangan Pabrik Kapasitas produk dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output yang dapat diproduksi dalam satuan massa tertentu. Kapasitas rancangan suatu pabrik ditentukan oleh: a. Kebutuhan Fruktosa di Indonesia Penentuan kapasitas produksi didasarkan pada kebutuhan fruktosa yang masih impor dan kapasitas ini harus diatas atau paling tidak sama dengan kapasitas minimum pabrik yang sudah beroperasi dengan baik dan menguntungkan. Apabila dibandingkan dengan besarnya kebutuhan maka kapasitas pabrik harus lebih besar untuk mengantisipasi kenaikannya. Data kebutuhan fruktosa di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.2 Tabel 1.2.Data kebutuhan Impor Fruktosa Tahun Impor (kg/tahun) (Badan Pusat Statistik)
5 5 b. Pabrik yang Sudah Berdiri Tabel 1.3. Data pabrik yang sudah beroperasi Nama Kapasitas (ton/tahun) PT. Puncak Gunung Agung PT. Associated British Budi Perhitungan Kapasitas pabrik, ( Dari grafik diatas dapat diambil persamaan yang menghubungkan jumlah impor fruktosa dan tahun impor fruktosa : y = 1, x - 4, = 1, x , = ,702 ton/tahun Untuk memenuhi 5 % dari kebutuhan impor ditahun 2019 Kapasitas 2019 = 5% x y = = ,735 ton/tahun Dengan melihat pertimbangan pabrik fruktosa yang sudah didirikan dengan kapasitas ton/tahun, maka kapasitas produksi yang direncanakan pada pabrik ini sebesar ton/tahun dengan pertimbangan peningkatan kebutuhan fruktosa setiap tahun.
6 6 1.3 Lokasi Pabrik Ada beberapa kriteria yang harus dipertimbangkan dalam menentukan lokasi pabrik agar pabrik yang kita rancang dapat mendatangkan keuntungan yang besar, antara lain : penyediaan bahan baku, pemasaran produk, fasilitas transportasi dan tenaga kerja. Alasan pemilihan lokasi untuk lokasi pendirian pabrik HFS yang sesuai dengan studi kelayakan antara lain : a. dekat dengan bahan baku b. ketersediaan sumber air c. dekat dengan konsumen d. dekat dengan pelabuhan Pemilihan lokasi suatu pabrik merupakan salahsatu hal yang harus diperhatikan. Oleh karena itu, pabrik HFS ini direncanakan dibangun di Provinsi Lampung. Berikut di bawah ini adalah peta pulau Sumatera dimana provinsi Lampung sendiri terletak di paling selatan dari pulau Sumatera. Gambar 1.1 Lokasi Pendirian Pabrik HFS
7 7 Pemilihan lokasi pabrik HFS ini sendiri melalui pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 1. Ketersediaan bahan baku Di provinsi Lampung terdapat perusahaan agrobisnis yaitu Sungai Budi Group. Perusahaan ini mendirikan anak usaha yang bernama PT Budi Acid Jaya Tbk (BUDI) dan difokuskan sebagai perusahaan penghasil produk berbasis tepung tapioka. BUDI sendiri adalah produsen tepung tapioka terbesar di Indonesia dengan menguasai sekitar 20 persen pasaran. Kapasitas dari Pabrik ton/tahun. 2. Sarana transportasi Sarana dan prasarana transportasi sangat diperlukan untuk proses proses penyaluran bahan baku dan pendistribusian produk. Dengan adanya fasilitas jalan raya dan pelabuhan Bakauheni di Lampung, maka pemilihan lokasi untuk pabrik HFS ini sudah tepat. 3. Tenaga kerja Gambar 1.2 Pelabuhan Bakauheni Tersedianya tenaga kerja yang terampil juga diperlukan untuk menjalankan mesin-mesin produksi. Tenaga kerja dapat direkrut dari daerah Lampung dan sekitarnya di pulau Sumatera atau juga dapat dari pulau Jawa. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 Profinsi Lampung tercatat jiwa pengangguran dengan jenjang pendidikan SD sampai Sarjana. 4. Penyediaan utilitas Sarana-sarana pendukung seperti tersedianya air, listrik, dan sarana lainnya juga harus diperhatikan agar proses produksi dapat berjalan dengan baik. Di Lampung terdapat banyak sungai dan yang terbesar adalah sungai Way
8 8 Sekampung yang bisa digunakan sebagai sumber air dan untuk penyediaan listrik dapat dilakukan dengan sistem turbin dengan steam boiler atau dengan mensuplai dari PLN setempat. 1.4 Tinjauan Pustaka Macam-macam proses Gambar 1.3 Sungai Way Sekampung Prinsip umum hidrolisis pati ada tiga macam, yaitu : 1. Hidrolisis dengan menggunakan asam 2. Hidrolisis dengan menggunakan asam dan enzim 3. Hidrolisis dengan menggunakan enzim-enzim Hidrolisis dengan menggunakan asam Asam yang biasa digunakan untuk proses ini antara lain adalah asam sulfat, asam klorida dan asam fosfat. Dalam proses ini asam berfungsi sebagai katalis yang dapat mempercepat terbentuknya produk. Reaksi yang terjadi pada hidrolisis pati dengan asam adalah sebagai berikut : (C 6 H 10 O 5 ) n + n H 2 O n(c 6 H 12 O 6 ) Karbohidrat Air Glukosa Hidrolisis dengan menggunakan asam dan enzim Hidrolisis dengan menggunakan asam (preliminary) dan enzim (secondary) menyebabkan range nilai DE (Dextrose equivalent) naik turun. Setelah hidrolisis dengan asam (preliminary) temperature diturunkan dan ph dinaikkan. DE (Dextrose equivalent) yang lebih tinggi menurunkan yield glukosa selama hidrolisis dengan enzim (keberadaan asam menghambat konversi enzimatik), sementara dengan DE (Dextrose equivalent) lebih rendah dari 10 dapat menyebabkan starch retrogradation yang dapat menyebabkan permasalahan dalam proses penguraian.
9 9 berikut : Reaksi yang terjadi pada hidrolisis pati dengan asam enzim adalah sebagai Reaksi dengan asam (primary) : (C 6 H 10 O 5 ) n + n H 2 O nc 6 H 12 O 6 2(C 6 H 10 O 5 ) n + n H 2 O nc 12 H 22 O 11 3(C 6 H 10 O 5 ) n + n H 2 O nc 18 H 32 O 16 Reaksi dengan enzim (secondary): C 12 H 22 O 11 + H 2 O C 6 H 12 O 6 C 18 H 32 O 16 + H 2 O C 6 H 12 O Hidrolisis dengan menggunakan enzim-enzim Hidrolisis pati dengan menggunakan enzim-enzim dilakukan dengan 2 jenis enzim yaitu enzim α-amilase dan gluokoamilase (amilglukosidase). Enzim α- amilase digunakan pada proses likuifikasi sedangkan enzim glukoamilase digunakan pada proses sakarifikasi. Reaksi yang terjadi pada hidrolisis pati dengan enzim - enzim adalah sebagai berikut : (C 6 H 10 O 5 ) n n(c 6 H 10 O 5 ) x n(c 6 H 10 O 5 ) x x n C 6 H 12 O 6 Dalam pemilihan ini digunakan beberapa kriteria, antara lain: 1. Merupakan proses yang komersial dalam arti telah banyak digunakan. 2. Proses menggunakan alat yang telah umum digunakan, telah dikenal serta mudah dioperasikan dan diperbaiki. 3. Tidak banyak menggunakan peralatan karena akan memperbesar biaya investasi. asam 4. Proses dirancang untuk menghasilkan komposisi fruktosa yang relatif tinggi. 5. Proses beroperasi pada tekanan rendah, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya yang tinggi. asam asam enzim enzim α-amilase glukoamylase
10 10 Berdasarkan beberapa macam proses hidrolisis pati yang telah diuraikan diatas, masing-masing proses hidrolisis mempunyai kelebihan dan kekurangan, berikut merupakan perbandingan dari beberapa macam proses hidrolisis berdasarkan Tjokroadikoesoemo, 1993, antara lain adalah : Tabel 1.4 Perbandingan beberapa proses hidrolisis pati No. Uraian Metode Hidrolisis Asam Asam-Enzim Enzim-Enzim 1. Kondisi Operasi : Tekanan(kg/cm 2 ) Suhu( o C) ph 2,3 1,8-2 4, Proses : DE (%) Daya Korosi Tinggi Tinggi Rendah 3. Aspek Ekonomi Kebutuhan Massa Banyak Banyak Sedikit Biyaya Peralatan Mahal Mahal Murah Energi Besar Besar Kecil Investasi Tinggi Tinggi Rendah Setelah mencermati kelebihan dan kekurangan proses hidrolisis pati diatas, maka dipilih proses hidrolisis dengan menggunakan enzim-enzim dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : Nilai DE (dextrose equivalent) tinggi, yaitu antara 95 98%. Kondisi operasi pada suhu dan tekanan yang rendah sehingga membutuhkan energi yang lebih sedikit. Kemungkinan korosi kecil. Dapat mempertahankan rasa dan aroma bahan dasar Kegunaan produk High fructose syrup (HFS) dapat digunakan secara parsial ataupun menyeluruh sebagai pengganti gula tebu (sucrose) atau gula inverse pada makanan yang dapat menghasilkan rasa manis dan dapat meningkatan cita rasa. Selain itu high fructose syrup (HFS) digunakan pada industry minuman ( soft drink ), industri kue, manisan, industry makanan, produk susu dan lain-lain. Penggunaan high fructose syrup (HFS) mempunyai fungsi sebagai berikut :
11 11 Freezing Point Fruktosa mempunyai freezing point yang tinggi.ini menjadi alasan penggunaan fruktosa sebagai pemanis pada makanan-makanan beku seperti yogurt beku dan ice cream. Freezing point yang tinggi pada fruktosa membuat produk mempunyai tekstur yang halus. Fruit Flavor Fruktosa disebut juga dengan gula buah karena ketika digunakan pada produk akan memberikan rasa buah seperti pada fruit-flavoredyogurt. Glycemic Index rendah Fruktosa mempunyai glycemic index yang rendah yang menyebabkan makanan atau produk mempunyai glycemicload yang rendah. Glycemicload adalah jumlah yang menunjukkan bagaimana makanan atau produk tertentu akan mempengaruhi kadar gula darah. Stability Fruktosa mempunyai kestabilan yang tinggi dan digunakan untuk meningkatkan cita rasa produk yang mempunyai stabilitas yang tinggi Sifat fisika kimia bahan baku dan produk I Bahan Baku Utama Sifat fisika Pati: Formula : C 6 H 10 O 5 Berat Molekul : 162,14 g/mol Specific gravity : 1,50 (Perry) I Bahan Baku Pendukung 1. Enzim ά-amilase Fase Rumus Molekul Densitas Titik Didih Titik Leleh Viskositas Suhu optimal : Padat : CH 3 COOH : 1,25 kg/l : 118ºC pada 1 atm : 1,67ºC pada 1 atm : 1,22 cp : 96,5-97,5ºC
12 12 Lama operasi : 2-3 jam ph operasi : 6,3-6,5 Dosis : 0,5-0,8 L/ton pati 2. Enzim Glukoamilase Fase : Padat Dosis : 1,5-5 ml/kg Densitas : 1,25 kg/l Suhu optimal : 60 C Lama operasi : jam ph operasi : 4,0-4,5 3. Enzim Glukoisomerase Suhu optimal : C Lama operasi : 15 menit ph operasi : 7,4-7,6 Dosis : 0,3 L/kg glukosa Densitas : 0,33 kg/l 4. Hydrogen chloride (HCl) Sifat sifat fisika HCl Berat molekul : 36,47 g/mol Densitas : 1,268 kg/l Titik didih : -85 C Titik lebur : -111 C Sifat kimia Bersifat volatil Merupakan asam kuat Larut dalam air Mudah mengembun (Uhlig, 1998) (Uhlig, 1998) (Uhlig, 1998) (Perry)
13 13 Dapat teroksidasi oleh oksidator kuat 5. Calcium Chloride (CaCl 2 ) Sifat sifat fisika : Berat molekul Densitas Titik didih : 110,99 g/mol : 2,152 kg/l : >1600 C Titik lebur : 772 C Sifat sifat kimia : Bersifat higroskopis. Larut dalam asam asetat, etanol, dan aseton. (Greenwood, et.al.,1997) (Perry) larutan, tidak seperti senyawa kalsium lainnya yang tidak dapat larut, kalsium klorida dapat berdisosiasi. Mempunyai rasa seperti garam sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk makanan. 6. Sodium Hydroxide (NaOH) Sifat fisika : Berat molekul Densitas : g/mol : 2,130 kg/l Titik didih : 139 C Titik beku Sifat kimia: : 318,4 C Sebagai agen titrasi asam-basa Higroskopis sangat korosif cepat menyerap CO 2 dan air dari udara (Patnaik, 2003) (Perry) sangat larut dalam air (110 g / 100mL pada suhu kamar) (Patnaik,2003)
14 14 7. Magnesium Sulfat (MgSO 4 ) Sifat Fisika Berat molekul Densitas : 120,38 g/mol : 2,66 kg/l Titik beku : 1185 C Sifat kimia: larut dalam air, aceton dans edikit larut dalam eter merupakan garam anhidrat I Pruduk Utama Fruktosa Rumus Molekul Berat Molekul Specific Gravity : 1,669 Melting point Tinjauan proses secara umum 1. Proses Pencampuran (Mixing) (Perry) (Patnaik,2003) : CH 2 OH(CHOH) 3 COCH 2 OH : 180,16 g/mol : C (Perry) Proses pencampuran Tepung tapioka yang datang dari proses pengolahan sebelumnya (pabrik tepung tapioka), mula-mula diencerkan di dalam sebuah tangki khusus yang dilengkapi dengan alat pengaduk sampai pekat. Setelah semua persiapan yang lain selesai dikerjakan, kedalam suspensi dibutuhkan enzim α-amilase (dapat diisolasi dari bakteri) secukupnya. 2. Proses Likuifikasi. Likuifikasi adalah proses hidrolisis larutan tepung atau pati pada konsentrasi serta ph dan suhu tertentu oleh enzim (alpha-amylase). Syarat utama enzim untuk proses ini harus tahan panas dan aktif suhu antara C. Melalui proses ini pati (karbohidrat) akan diubah menjadi dekstrin yang di dalamnya terdiri dari campuran oligosakarida, disakarida, dan monosakarida. Hidrolisis pati dapat dilakukan oleh asam atau enzim. Bubur pati yang terlebih dahulu telah mendapat
15 15 perlakuan pendahuluan di dalam tangki pengaduk (static mixer) dipompa melewati jet cooker menuju ke holding tank dan selanjutnya diteruskan ke tangki reaktor liquifaction. 3. Proses Sakarifikasi. Sakarifikasi merupakan proses lanjutan dari larutan liqufikasi. Derajat keasaman (ph) diatur pada kisaran 4-5 dengan suhu C melalui penambahan enzim gluco-amylase selama jam. Dengan demikian larutan akan berubah menjadi monosakarida-glukosa sehingga diperoleh 47 glukosa yang berkadar 94%. Proses sakarifikasi dilakukan di dalam suatu tangki reaktor atau tangki tunggal (sistem terputus) atau dalam sejumlah tangki yang disusun secara seri (sistem kontinyu). Reaktor-reaktor tersebut dilengkapi dengan alat pengaduk, sistem pendingin atau pemanas, dan isolator yang digunakan untuk membungkus dan melindungi tangki dari kehilangan panas, sehingga suhu di dalam reaktor dapat dijaga tetap sekitar (60-61) C. Proses sakarifikasi berlangsung antara (24-72) jam, tergantung dosis enzim yang digunakan dan derajat inversi yang diinginkan. Campuran hasil liquifikasi didinginkan sampai 60 C, suhu yang optimal untuk proses sakarifikasi. Karena reaksinya endotherm maka ada kecenderungan proses menyebabkan penurunan suhu, karena itu harus ditambahkan dan dikendalikan. Pengendalian suhu, sangat penting pada tahap sakarifikasi. 4. Proses Evaporasi. Sirup murni kemudian dipekatkan di dalam alat penguap vakum (vacum evaporator). Untuk keperluan penguapan sirup glukosa, sirup maltosa, atau sirup dekstrosa yang akan diolah lebih lanjut sebagai HFS dan lain-lain, digunakan sistem penguapan bertingkat (multiple effect evaporator) yang dilengkapi pula dengan pemanas pendahuluan, separator sentrifugal di dalamnya dan kondensor. Sedangkan untuk pengolahan sirup dekstrosa 50 atau sirup maltosa tinggi menjadi kristal dekstrosa atau kristal maltosa, cukup digunakan alat penguap vakum tunggal (single effect evaporator). Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul di dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Proses ini adalah kebalikan dari kondensasi. Umumnya
16 16 penguapan dapat dilihat dari hilangnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada gas dengan volume signifikan. 5. Proses Isomerisasi Isomerisasi adalah lanjutan dari sakarifikasi. Dalam proses ini glukosa diubah lagi menjadi fruktosa dengan jalan melewatkannya ke dalam kolom yang berisi immobilized enzim isomerase. Dengan kondisi ph 8 serta suhu 60 C dan waktu selama 3 jam akan diperoleh hasil berupa HFS generasi I atau HFS-42. Adanya oksigen terlarut dapat memblokir reaksi isomerisasi. Enzim dalam kolom secara cepat berubah secara isomerisasi, glukosa menjadi fruktosa. Kadar sirup glukosa harus diatur selalu tetap yaitu antara 42,5 43% agar flowrate nya konstan. Bahan baku untuk pengolahan High Fructose Syrup (HFS) adalah sirup dektrosa yang dihasilkan melalui cara pengenceran, dekstrinasi, dan sakarifikasi pati memakai katalisator sistem enzim. Kandungan dekstrosa di dalam sirup yang akan di olah sebaiknya tidak kurang dari 93% berat kering.
BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik High Fructose Syrup dari Tepung Tapioka dengan Proses Enzymatic Kapasitas Produksi 110.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Menurut FAO 2007, Indonesia sebagai negara agraris merupakan salah satu penghasil komoditi singkong terbesar ke-4 di dunia, sehingga sangat memungkinkan
Lebih terperincidengan Proses Hidrolisa Enzim Disusun oleh :
Pabrik Sirup Fruktosa dari Tepung Tapioka dengan Proses Hidrolisa Enzim Disusun oleh : Dian Agustin Putri Utami 2309 030 034 Dosen Pembimbing : Niendya Zulvira Tiara Sari 2309 030 072 Prof. Dr. Ir. Danawati
Lebih terperinciPabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka dengan Proses Hidrolisis Enzim
Pabrik Sirup Glukosa dari Tepung Tapioka dengan Proses Hidrolisis Enzim disusun oleh : Rizky Destya R 2309 030 008 Vivi Dwie Suaidah 2309 030 082 Pembimbing : Ir.Agung Subyakto, M.S. D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Laktat dari Molases dengan Proses Fermentasi Kapasitas ton/tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Di zaman yang semakin berkembang dan modern ini, Indonesia perlu lebih meningkatkan taraf hidup bangsa yaitu dengan pembangunan dalam sektor industri.
Lebih terperincimembantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis gula yang terjadi belakangan ini mengakibatkan konsumsi pemanis selalu melampaui produksi dalam negeri, sehingga Indonesia terpaksa mengimpor pemanis dari luar
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Tetes dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Produksi gula indonesia dari tahun 2010 2012 terus mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan kebutuhan nasional akan gula, seperti tergambar dalam tabel di bawah
Lebih terperinciPABRIK SIRUP GLUKOSA DARI BIJI JAGUNG DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM PRA RENCANA PABRIK
PABRIK SIRUP GLUKOSA DARI BIJI JAGUNG DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM PRA RENCANA PABRIK Oleh : MUKAMMAD ARIF 0931010033 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan saat ini bidang industri di negara Indonesia mengalami peningkatan salah satunya yaitu industri kimia. Tetapi Indonesia masih banyak mengimpor bahan-bahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi produk yaitu pabrik perakitan dan pabrik kimia. Perubahan bahan baku menjadi produk pada pabrik perakitan bukan merupakan
I. PENDAHULUAN Pabrik adalah sarana untuk memproduksi barang kebutuhan manusia. Tujuan pendirian pabrik adalah untuk bisa mendapatkan nilai tambah, biasanya nilai tambah tersebut secara ekonomi, yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Molase Molase adalah hasil samping dari proses pembuatan gula tebu. Meningkatnya produksi gula tebu Indonesia sekitar sepuluh tahun terakhir ini tentunya akan meningkatkan
Lebih terperinciPABRIK SIRUP GLUKOSA DARI BIJI JAGUNG DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM PRA RENCANA PABRIK. Oleh : LUANA ERVIANA NPM
PABRIK SIRUP GLUKOSA DARI BIJI JAGUNG DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM PRA RENCANA PABRIK Oleh : LUANA ERVIANA NPM. 0931010053 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi produk yaitu pabrik perakitan dan pabrik kimia. Perubahan bahan baku menjadi produk pada pabrik perakitan bukan merupakan
I. PENDAHULUAN Pabrik adalah sarana untuk memproduksi barang kebutuhan manusia. Tujuan pendirian pabrik adalah untuk bisa mendapatkan nilai tambah, biasanya nilai tambah tersebut secara ekonomi, yaitu
Lebih terperinciPabrik Sirup Glukosa dari Talas dengan Proses Hidrolisis Enzim
Pabrik Sirup Glukosa dari Talas dengan Proses Hidrolisis Enzim disusun oleh : M. Harisul Ulum 2307 030 010 Andry Yunastriana UP 2307 030 023 Pembimbing : Ir.Agung Subyakto, M.S. D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bidang yang dapat menunjang perkembangan negara Indonesia adalah bidang industri, terutama industri kimia. Namun industri kimia dalam negeri masih
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Untuk meningkatkan perekonomian di Indonesia, salah satu caranya dengan pembangunan industri kimia. Salah satu bentuk industri kimia yaitu industri
Lebih terperinciPabrik Sirup Glukosa dari Ubi Jalar (Ipomoea batatas ) dengan Proses Hidrolisa Enzim
Pabrik Sirup Glukosa dari Ubi Jalar (Ipomoea batatas ) dengan Proses Hidrolisa Enzim Disusun Oleh : 1. Tantri Kusuma Wardani ( 2309 030 016 ) 2. Ryan Rizhaldi Baril ( 2309 030 057 ) Dosen pembimbing :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia begitu kaya dengan hasil alam. Potensi ini seharusnya dimanfaatkan dalam proses transformasi Indonesia dari negara agraris menjadi negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.
1 Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dalam era perdagangan bebas, Indonesia dituntut untuk mampu bersaing dengan negara-negara
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia di indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan hal itu kebutuhan bahan baku dan bahan penunjang dalam industri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ubi kayu, ubi jalar, sorgum, dan talas. Kemanisan gula yang terbuat dari pati juga hampir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya kita mengenal gula yang dihasilkan dari tebu sehingga disebut dengan gula tebu. Padahal gula juga dapat dibuat dari bahan yang mengandung pati, seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak dulu manusia di seluruh dunia tidak pernah lepas dari penggunaan sesuatu yang berbahan kimia dalam kehidupan sehari-hari Hal ini harus diperhatikan dan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Sorbitol dari Tepung Tapioka dan Gas Hidrogen dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi, penting bagi Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang untuk meningkatkan pembangunan di segala bidang termasuk dari sektor industri. Salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berbagai usaha untuk meningkatkan produksi gula selain gula tebu karena gula tebu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gula merupakan senyawa organik yang penting sebagai sumber kalori karena mudah dicerna di dalam tubuh dan mempunyai rasa manis. Gula juga digunakan sebagai bahan baku pembuat
Lebih terperinciII. PEMILIHAN PROSES DAN URAIAN PROSES. produk fotosintesis) dalam jangka panjang (Kimball, 1983)
II. PEMILIHAN PROSES DAN URAIAN PROSES A. Jenis-jenis Proses Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manihot utilissima (Singkong). Selama ini manihot utilissima biasanya digunakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat melimpah. Namun hasil pertanian tersebut sebagian besar belum dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada
Lebih terperinciPabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi
Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi Nurul Istiqomah (2309 030 075) Rini Rahayu (2309 030 088) Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir.Danawati Hari Prajitno, M.Pd NIP : 19510729 198603
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kegunaan Produk Kuprisulfatpentahidrat Kegunaan kupri sulfat pentahidrat sangat bervariasi untuk industri. Adapun kegunaannya antara lain : - Sebagai bahan pembantu fungisida
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Kalsium Klorida dari Kalsium Karbonat dan Asam Klorida Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Seiring dengan berkembangnya globalisasi, produk industri setiap negara dapat keluar masuk dengan lebih mudah yang menyebabkan persaingan antar setiap
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Asam Asetat dengan Proses Monsanto Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Industri asam asetat di Indonesia merupakan salah satu industri kimia yang memiliki prospek cukup baik. Produk asam asetat ini memiliki pasar yang
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan sector industri menuntut bangsa Indonesia menuju kearah industrialisasi. Sampai saat ini pembangunan
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK SIRUP GLUKOSA DARI TEPUNG TAPIOKA DAN AIR KAPASITAS TON/TAHUN
LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK SIRUP GLUKOSA DARI TEPUNG TAPIOKA DAN AIR KAPASITAS 55.000 TON/TAHUN Oleh : Siti Fatimah D 500 030 077 Dosen Pembimbing : Rois Fatoni, S.T., MSc. Denny
Lebih terperinciKONVERSI ENZIMATIK (ENZ)
MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA KONVERSI ENZIMATIK (ENZ) Disusunoleh: Arti Murnandari Dr. Retno Gumilang Dewi Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON PER TAHUN
EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS 30000 TON PER TAHUN Disusun Oleh : Gita Lokapuspita NIM L2C 008 049 Mirza Hayati
Lebih terperinciPRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia banyak melakukan pengembangan di segala bidang, salah satunya adalah pembangunan di bidang industri,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Senyawa nitrat banyak terdapat di alam dalam bentuk garam-garam nitrat. Asam nitrat (HNO 3 ) diperkirakan berasal dari mineral sodium nitrat (NaNO 3 ). Sejak dahulu,
Lebih terperinciPRARANCANGAN PABRIK ASAM LAKTAT DARI MOLASES DENGAN PROSES FERMENTASI KAPASITAS TON PER TAHUN
LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK PRARANCANGAN PABRIK ASAM LAKTAT DARI MOLASES DENGAN PROSES FERMENTASI KAPASITAS 15.150 TON PER TAHUN Oleh : Teguh Purwanto D 500 040 033 Dosen Pembimbing : Farida Nurcahyani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,
Kapasitas 10.000 ton / tahu BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Metil benzoat merupakan salah satu bahan yang dibutuhkan dalam industri. Kegunaanya antara lain sebagai pelarut cat, zat aditif untuk pestisida,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sagu Pati adalah satu jenis polisakarida yang amat luas tersebar di alam. Pati ini disimpan sebagai cadangan makanan bagi tumbuhan di dalam biji buah (padi, jagung), didalam
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Trisodium Fosfat dari Asam Fosfat, Sodium Karbonat, dan Sodium Hidroksida dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam dan sumber daya manusia yang meningkat saat ini, diharapkan dapat menciptakan pembangunan industri sebagai usaha dalam menciptakan struktur ekonomi
Lebih terperinciPERPINDAHAN MASSA KARBOHIDRAT MENJADI GLUKOSA DARI BUAH KERSEN DENGAN PROSES HIDROLISIS. Luluk Edahwati Teknik Kimia FTI-UPNV Jawa Timur ABSTRAK
Perpindahan Massa Karbohidrat Menjadi Glukosa (Luluk Edahwati) 1 PERPINDAHAN MASSA KARBOHIDRAT MENJADI GLUKOSA DARI BUAH KERSEN DENGAN PROSES HIDROLISIS Luluk Edahwati Teknik Kimia FTI-UPNV Jawa Timur
Lebih terperinciPRARANCANGAN PABRIK HIGH FRUCTOSE SYRUP (HFS) DARI TEPUNG TAPIOKA KAPASITAS PRODUKSI TON/TAHUN
PRARANCANGAN PABRIK HIGH FRUCTOSE SYRUP (HFS) DARI TEPUNG TAPIOKA KAPASITAS PRODUKSI 110.000 TON/TAHUN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Teknik Strata 1 pada Jurusan Teknik
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Monochlorobenzene dari Benzene dan Chlorine Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era industrialisasi dan perdagangan bebas ini, perlu adanya pengembangan dalam perindustrian di Indonesia. Oleh karena itu, perlu didirikan suatu industri yang
Lebih terperinciBIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto
BIOETHANOL Kelompok 12 Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto PENGERTIAN Bioethanol adalah ethanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses farmentasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pendirian Pabrik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Dalam era industrialisasi, pertumbuhan industri di indonesia terutama industri kima semakin mengalami peningkatan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Lebih terperinciPendahuluan Fermentasi telah lama dikenal manusia dan kini beberapa diantaranya berkembang ke arah industri spt roti, minuman beralkohol, yoghurt, kej
FERMENTASI ENZIM Pendahuluan Fermentasi telah lama dikenal manusia dan kini beberapa diantaranya berkembang ke arah industri spt roti, minuman beralkohol, yoghurt, keju, kecap, tempe dsb. Dalam fermentasi
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Gipsum dengan Proses Desulfurisasi Gas Buang PLTU dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan pembangunan di Indonesia pada era globalisasi ini semakin meningkat yang ditandai dengan banyaknya pembangunan fisik, sehingga kebutuhan
Lebih terperinciPRODUK BIOETANOL DARI PATI MANGGA (Mangifera Indica L.) DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM DAN FERMENTASI
PRODUK BIOETANOL DARI PATI MANGGA (Mangifera Indica L.) DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM DAN FERMENTASI Oleh : Dewi Istiqoma S. (2308 030 016) Pradita Anggun S. (2308 030 018) Dosen Pembimbing : Prof. Dr.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Gliserol dari Epiklorohidrin dan NaOH Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Pertumbuhan industri kimia di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terbukti dengan banyaknya pendirian pabrik yang menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup luas seperti industri (Purified Terepthalic Acid) PTA, industri etil
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Industri asam asetat di Indonesia merupakan salah satu industri kimia yang berprospek cukup baik. Produk asam asetat ini memiliki pasar yang cukup
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui
Lebih terperinciII. PEMILIHAN PROSES DAN URAIAN PROSES. produk fotosintesis) dalam jangka panjang (Kimball, 1983)
II. PEMILIHAN PROSES DAN URAIAN PROSES A. Jenisjenis Proses Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PABRIK SIRUP GLUKOSA DARI BEKATUL DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM. 1. Aristia Anggraeni S.
TUGAS AKHIR PABRIK SIRUP GLUKOSA DARI BEKATUL DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM Oleh : 1. Aristia Anggraeni S. 2. Aulia Kartika D. 2310030017 2310030037 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Danawati HP. M.Pd.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin menipis seiring dengan meningkatnya eksploitasi manusia untuk pemenuhan kebutuhan akan bahan bakar
Lebih terperinciPendahuluan BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan suatu negara yang sangat subur dan kaya akan hasil pertanian serta perikanannya, selain hal tersebut Indonesia memiliki aset
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Natrium Difosfat Heptahidrat Dari Natrium Klorida dan Asam Fosfat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan industri merupakan bagian dari usaha pembangunan ekonomi jangka panjang. Dimana ditunjukkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang kokoh
Lebih terperinciTri Wahyuningsih Vina Larasati A.P Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng NIP
Tri Wahyuningsih 2307.030.004 Vina Larasati A.P. 2307.030.080 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng NIP. 19630805 198903 2 002 SEJARAH Tahun Nama Keterangan 1780 SCHEELE Mengisolasi asam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia
Prarancangan Pabrik Etil Alkohol dari Molase BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Harga minyak dunia yang melambung, sudah lama diprediksi. Logikanya, minyak bumi (fossil fuel) adalah
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA
EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRA-RANCANGAN PABRIK MODIFIED TAPIOCA STARCH DENGAN PROSES ASETILASI KAPASITAS 10.000 TON/TAHUN O l e h : Bhagus Alfiyan Ni Wayan Santi Dewi NIM. L2C008023
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH
PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakterisasi Tepung Onggok Karakterisasi tepung onggok dapat dilakukan dengan menganalisa kandungan atau komponen tepung onggok melalui uji proximat. Analisis proximat adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pemerintah menghimbau masyarakat dan pengusaha untuk meningkatkan ekspor non migas sebagai sumber devisa negara. Sangat diharapkan dari sektor pertanian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa merupakan salah satu komoditi yang cukup banyak dibutuhkan di industri, seperti industri tekstil dan pulp. Serat selulosa ini juga sudah dapat dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Seiring dengan kemajuan jaman, pembangunan di segala bidang harus semakin diperhatikan. Salah satu jalan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa adalah
Lebih terperinciDisusun oleh: Ferlyna Sari ( ) Siti Nurhajijah ( ) Pembimbing : Ir. Budi Setiawan, M.T
Disusun oleh: Ferlyna Sari (2309 030 040) Siti Nurhajijah (2309 030 042) Pembimbing : Ir. Budi Setiawan, M.T Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopermber
Lebih terperinciKADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA
KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhui sebagian persyaratan Guna mencapai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak
Lebih terperinciPRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON/TAHUN
1 PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS 25000 TON/TAHUN O l e h : Anita Hadi Saputri NIM. L2C 007 009 Ima Winaningsih NIM. L2C 007 050 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciAMONIUM NITRAT (NH4NO3)
AMONIUM NITRAT (NH4NO3) K E L OM P OK 4 ANG G O T A K E L OM P OK : D E B B Y D WI C. ( 15 0 0 0 2 0 12 0 ) I ND AH TR I R. ( 15 0 0 0 2 0 12 1) M U S L I M E K A A. ( 15 0 0 0 2 0 12 2 ) AD I T Y A FAHR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.
Lebih terperinciProses Pembuatan Madu
MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan
Lebih terperinciII. DESKRIPSI PROSES
II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah. Jumlah kalori yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karbohidrat 1. Definisi karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk dunia, khususnya bagi penduduk negara yang sedang berkembang karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Di era global seperti sekarang ini, pembangunan disekitar industri mengalami perkembangan yang sangat cepat termasuk didalamnya pembangunan di sub
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Phthalic Acid Anhydride (1,2-benzenedicarboxylic anhydride) Phthalic acid anhydride pertama kali ditemukan oleh Laurent pada tahun 1836 dengan reaksi oksidasi katalitis ortho
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Dengan berkembangnya teknologi saat ini dalam berbagai bidang, Indonesia dituntut agar dapat bersaing dengan negara-negara dalam bidang industri. Diperlukan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI) Di Susun Oleh : Nama praktikan : Ainutajriani Nim : 14 3145 453 048 Kelas Kelompok : 1B : IV Dosen Pembimbing : Sulfiani, S.Si PROGRAM STUDI DIII ANALIS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan BAB I PENGANTAR Metil salisilat merupakan turunan dari asam salisat yang paling penting secara komersial, disamping
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri kimia tiap tahunnya mengalami peningkatan yang begitu cepat dan mempunyai dampak terhadap tumbuhnya berbagai industri yang terkait.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Buah Kurma Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kurma dalam bentuk yang telah dikeringkan dengan kadar air sebesar 9.52%. Buah kurma yang
Lebih terperinciPendahuluan BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia sebagai bagian negara-negara di dunia harus siap untuk menghadapi era perdagangan bebas yang sudah dimulai. Indonesia bisa dikatakan masih
Lebih terperinciHidrolisis Biji Sorgum Menjadi Bioetanol. Menggunakan NaOH Papain Dengan Metode Sakarifikasi Disusun dan Fermentasi Oleh : Simultan
HIDROLISIS BIJI SORGUM MENJADI BIOETANOL MENGGUNAKAN NaOH PAPAIN DENGAN METODE SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI Hidrolisis Biji Sorgum Menjadi Bioetanol SIMULTAN Menggunakan NaOH Papain Dengan Metode Sakarifikasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaplek (Manihot esculenta Crantz) Gaplek (Manihot Esculenta Crantz) merupakan tanaman perdu. Gaplek berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Stearat Monoetanolamida Asam stearat monoetanolamida mempunyai rumus molekul HOCH 2 CH 2 NHCOC 17 H 35 dan struktur molekulnya Gambar 2.1 Struktur molekul Asam stearat
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia khususnya industri kimia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Kebutuhan bahan kimia dalam negeri masih banyak didatangkan
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Sodium Dodekilbenzena Sulfonat dari Dodekilbenzena dan Oleum 20% Kapasitas Produksi ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Dodekilbenzena sulfonat adalah salah satu produk intermediet untuk bahan baku pembuatan deterjen sintetik, shampo, pasta gigi, dan sabun cuci. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tongkol jagung merupakan limbah tanaman yang setelah diambil bijinya tongkol jagung tersebut umumnya dibuang begitu saja, sehingga hanya akan meningkatkan jumlah
Lebih terperinciDiagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1
Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN D
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri di Indonesia semakin lama semakin meningkat, hal ini disebabkan karena terbukanya pasar bebas di seluruh dunia. Semakin majunya
Lebih terperinciKARBOHIDRAT. Karbohidrat berasal dari kata karbon (C) dan hidrat atau air (H 2 O). Rumus umum karborhidrat dikenal : (CH 2 O)n
KARBOHIDRAT Dr. Ai Nurhayati, M.Si. Februari 2010 Karbohidrat berasal dari kata karbon (C) dan hidrat atau air (H 2 O). Rumus umum karborhidrat dikenal : (CH 2 O)n Karbohidrat meliputi sebagian zat-zat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Salah satu industri petrokimia yang berkembang pesat dewasa ini adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester akrilat ini ikut
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Asam Asetat dari Metanol dan Karbon Monoksida Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan dunia industri sangat pesat seiring berkembangnya teknologi pada masa kini. Industri kimia merupakan salah satu sektor industri yang berfokus pada bidang
Lebih terperinciPrarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun BAB I PENDAHULUAN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Senyawa nitrat banyak terdapat di alam dalam bentuk garam-garam nitrat. Asam nitrat (HNO 3 ) diperkirakan berasal dari mineral sodium nitrat (NaNO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik Perekonomian bangsa yang belum stabil, banyak disebabkan oleh. tingginya suhu politik dan keamanan yang belum terjamin. Pada masa sulit seperti ini,
Lebih terperinciPABRIK KRISTAL DEKSTROSA DARI PATI UBI KAYU DENGAN PROSES HIDROLISA PRA RENCANA PABRIK
PABRIK KRISTAL DEKSTROSA DARI PATI UBI KAYU DENGAN PROSES HIDROLISA PRA RENCANA PABRIK Oleh : WINATA ADIE WICAKSONO 063101 0002 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinci