OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN TERHADAP RANCANGAN UNIT KOAGULASI, FLOKULASI, DAN SEDIMENTASI PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH LABORATORIUM RISSA BUDIARTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN TERHADAP RANCANGAN UNIT KOAGULASI, FLOKULASI, DAN SEDIMENTASI PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH LABORATORIUM RISSA BUDIARTI"

Transkripsi

1 OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN TERHADAP RANCANGAN UNIT KOAGULASI, FLOKULASI, DAN SEDIMENTASI PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH LABORATORIUM RISSA BUDIARTI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Penggunaan Koagulan terhadap Rancangan Unit Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi pada Pengolahan Air Limbah Laboratorium adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Rissa Budiarti NIM F

4 ABSTRAK RISSA BUDIARTI. Optimasi Penggunaan Koagulan terhadap Rancangan Unit Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi pada Pengolahan Air Limbah Laboratorium. Dibimbing oleh SATYANTO KRIDO SAPTOMO dan ALLEN KURNIAWAN. Air limbah laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga merupakan salah satu air buangan yang berkontribusi menimbulkan pencemaran lingkungan. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang berlokasi di depan Fakultas Kedokteran Hewan berfungsi untuk mengolah air limbah laboratorium sebelum dibuang ke lingkungan, sehingga memenuhi standar baku mutu air limbah. Sistem pengolahan yang digunakan pada IPAL IPB adalah koagulasi, flokulasi, sedimentasi, Filter System (Sand Filter dan Carbon Filter), dan desinfeksi. Penelitian dilakukuan dua tahapan, yaitu tahap pertama penggambilan data primer dan sekunder, serta tahap kedua berupa analisis karakteristik air limbah, pengujian jar test, dan perhitungan rancangan unit. Tujuan dari penelitan ini menganalisis karakteristik air limbah laboratorium, optimasi penggunaan koagulan, dan merancang unit koagulasi-flokulasi dan sedimentasi, serta membuat kesetimbangan massa. Berdasarkan hasil pengujian, parameter ph, N- NO 2, NH 3, H 2 S sudah memenuhi standar baku mutu. Parameter TDS, COD, BOD, minyak dan lemak belum memenuhi standar baku mutu. Konsentrasi akhir TDS, COD, BOD, serta minyak dan lemak secara berturut-turut sebesar mg/l, 3300 mg/l, 442 mg/l, dan 181 mg/l. Dosis optimum koagulan yang dapat digunakan untuk pengolahan air limbah laboratorium periode bulan Februari hingga Mei yaitu sebesar 6250 mg/l PAC mg/l alum. Hasil perhitungan kesetimbangan massa menunjukkan bahwa konsentrasi TSS yang keluar dari proses pengolahan pada IPAL IPB sudah berada di bawah baku mutu yaitu sebesar 93 mg/l, sedangkan konsentrasi BOD yang dihasilkan masih berada di atas baku mutu yaitu sebesar mg/l. Pada unit koagulasi dan flokulasi, kecepatan pengaduk belum sesuai dengan kriteria. Pada unit sedimentasi, BOD dapat di reduksi hingga 48 % dan TSS dapat di reduksi hingga 70 %. Kata kunci: air limbah laboratorium, koagulan, unit pengolahan air limbah ABSTRACT RISSA BUDIARTI. Optimation of coagulant using towards coagulation, floculation, and sedimentation unit s design in wastewater treatment plant. Supervised by SATYANTO KRIDO SAPTOMO and ALLEN KURNIAWAN. Laboratories wastewater of Bogor Agricultural University (IPB) Dramaga is one of the parties who contribute environmental pollution. Waste Water Treatment Plant (WWTP) located in front of the Veterinary Medicine Faculty serves to treat wastewater in order that appropiate with the treshold. The systems which is used in WWTP IPB is coagulation, flocculation, sedimentation, filter system (sand filters and carbon filters), and disinfection. The objective of this research is to analyze the characteristics of laboratiories wastewater, optimization

5 of using coagulants, and designing coagulation-flocculation and sedimentation units, along with making the mass balance. This study done in two stages, the first stage was primary and secondary data collecting and the second stage was wastewater characteristics analyzing, doing jar test, and design units. Based on the results, the parameters ph, N-NO2, NH3, H2S has met quality standards but TDS, COD, BOD, oil and grease do not meet the threshold. The final concentration of TDS, COD, BOD, and oil and grease in a row at mg /L, 3300 mg/l, 442 mg/l, and 181 mg/l. The optimum dose of coagulant that can be used for wastewater treatment lab was 6250 mg/l PAC mg/l alum. The mass balance indicates that TSS concentration at efluent already under the threshold that is 93 mg/l, whereas BOD was still above the threshold which was mg / L. On coagulation and flocculation unit, stirrer speed does not meet the criteria. On sedimentation unit, BOD can be reduced up to 48 % and TSS reduction can be up to 70 %. Keywords: laboratories waswater, coagulant, wastewater treatment plant

6

7 OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN TERHADAP RANCANGAN UNIT KOAGULASI, FLOKULASI, DAN SEDIMENTASI PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH LABORATORIUM RISSA BUDIARTI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

8

9 Judul Skripsi : Optimasi Penggunaan Koagulan Terhadap Rancangan Unit Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi pada Pengolahan Air Limbah Laboratorium Nama : Rissa Budiarti NIM : F Disetujui oleh Dr. Satyanto Krido Saptomo, S.TP., M.Si. Pembimbing I Allen Kurniawan, S.T., M.T. Pembimbing II Diketahui oleh Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah limbah cair, dengan judul Optimasi Penggunaan Koagulan Terhadap Rancangan Unit Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi pada Pengolahan Air Limbah Laboratorium. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Satyanto Krido Saptomo, S.TP., M.Si. dan Bapak Allen Kurniawan, S.T., M.T. selaku pembimbing, serta Bapak Sutoyo, S.TP., M.Si. yang telah banyak memberi saran dan bantuan selama penulis berada di lapangan. Di samping itu, penulis menyampaikan penghargaan kepada Bapak Arie Prasetya, Ibu Ety Rohaeti, dan staf-staf departemen yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, keluarga, serta rekan rekan mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan Angkatan 2009 atas segala doa dan dukungan yang telah diberikan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan oleh pihak terkait ataupun masyarakat secara luas. Bogor, September 2013 Rissa Budiarti

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 METODE 3 Waktu dan Tempat Penelitian 3 Alat dan Bahan 3 Prosedur Penelitian 3 Metode Sampling 3 Metode Penentuan Karakteristik Air Limbah 4 Metode Pengujian Jar Test 5 Prosedur Analisis Data 7 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Analisis Karakteristik Air Limbah Laboratorium 7 Penentuan Dosis Optimum Koagulan dengan Jar Test 9 Kesetimbangan Massa pada Unit Pengolahan Air Limbah Laboratorium 14 Rancangan Unit Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi 22 SIMPULAN DAN SARAN 29 Simpulan 29 Saran 30 DAFTAR PUSTAKA 30 LAMPIRAN 32 RIWAYAT HIDUP 43

12 DAFTAR TABEL 1 Alat dan bahan penelitian 3 2 Hasil analisis parameter air limbah laboratorium IPB 9 3 Koagulan yang umum digunakan pada pengolahan air dan air limbah 9 4 Persamaan kesetimbangan debit aliran air limbah IPB 16 5 Persamaan kesetimbangan padatan dan substrat air limbah IPB 16 6 Hasil dan variabel kesetimbangan massa pada unit pengolahan air limbah IPB 16 7 Persamaan kesetimbangan debit aliran air limbah dengan lumpur aktif 19 8 Persamaan kesetimbangan padatan dan substrat air limbah dengan lumpur aktif 20 9 Hasil dan variabel kesetimbangan massa pada unit pengolahan lumpur aktif Kriteria rancangan unit koagulasi Hasil perhitungan unit koagulasi Kriteria rancangan unit flokulasi Hasil perhitungan unit flokulasi Kriteria rancangan unit sedimentasi Hasil perhitungan unit sedimentasi 28 DAFTAR GAMBAR 1 Diagram alir penelitian 4 2 Diagram alir proses pengujian jar test 6 3 Grafik hubungan dosis koagulan dengan ph 10 4 Grafik hubungan dosis koagulan dengan COD 11 5 Grafik hubungan dosis koagulan dengan TSS 11 6 Grafik hubungan dosis koagulan dengan turbiditas 12 7 Grafik hubungan dosis koagulan kombinasi antara COD dengan ph 13 8 Grafik hubungan dosis koagulan kombinasi antara TSS dengan ph 13 9 Grafik hubungan dosis koagulan kombinasi antara turbiditas dengan ph Diagram alir kesetimbangan massa unit pengolahan air limbah IPB Modifikasi kesetimbangan massa unit pengolahan air limbah IPB menggunakan lumpur aktif Diagram perhitungan unit koagulasi dengan pengaduk mekanik Diagram perhitungan unit flokulasi Diagram perhitungan unit sedimentasi 27 DAFTAR LAMPIRAN 1 Data laboratorium IPB dan senyawa kimia dominan 32 2 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri 33 3 Data hasil pengukuran jar test 34 4 Gambar denah unit koagulasi 35

13 5 Potongan A-A unit koagulasi 36 6 Gambar denah unit flokulasi 37 7 Potongan A-A unit flokulasi 38 8 Gambar denah unit sedimentasi 39 9 Potongan A-A unit sedimentasi Potongan B-B unit sedimentasi Potongan C-C unit sedimentasi 42

14

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Buangan air yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan terjadinya pencemaran air yang berdampak negatif terhadap alam. Seiring dengan semakin tingginya kepedulian masyarakat untuk menjaga keberlanjutan lingkungan, upaya industri ataupun organisasi lainnya dipacu untuk melakukan pengelolaan air limbah melalui perencanaan proses produksi yang efisien, sehingga pencemaran buangan air limbah mampu diminimalkan dan dikendalikan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, industri maupun instansi harus bertanggung jawab terhadap pengelolaan limbah yang dihasilkan. Air limbah laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga merupakan salah satu air buangan yang berkontribusi menimbulkan pencemaran lingkungan. Kampus IPB Dramaga terdiri dari 29 departemen. Setiap departemen memiliki laboratorium yang beragam, yaitu laboratorium kimia, biologi, biokimia, teknik, perikanan, peternakan, pertanian, kehutanan, serta kedokteran hewan. Setiap laboratorium tersebut akan menghasilkan limbah dengan karakteristik yang berbeda-beda. Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu bahan baku yang sudah kadaluwarsa, bahan habis pakai, produk proses di dalam laboratorium, dan air bekas pencucian alat laboratorium. Pada tahun 2010, Kampus IPB Dramaga telah membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang berlokasi di depan Fakultas Kedokteran Hewan. IPAL ini berfungsi untuk mengolah air limbah laboratorium sebelum dibuang ke lingkungan, sehingga memenuhi standar baku mutu air limbah. Sistem pengolahan yang digunakan pada IPAL IPB adalah koagulasi, flokulasi, sedimentasi, Filter System (Sand Filter dan Carbon Filter), dan desinfeksi. Pada kenyataannya, hingga saat ini IPAL tersebut belum diaktifkan karena tidak adanya sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan unit pengolahan tersebut dan tidak tersedianya sistem penyaluran air limbah, sehingga air limbah yang berasal dari hasil kegiatan laboratorium hanya dapat ditampung tanpa adanya pengolahan. Salah satu faktor penting yang harus dilakukan sebelum menjalankan IPAL yaitu uji karakteristik air limbah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kadar polutan yang terkandung dalam air limbah, sehingga nilai kadar polutan maksimal yang masuk dapat disesuaikan terhadap unit pengolahan terpilih. Setelah diketahui karakteristik awal air limbah, pada unit pengolahan kimia membutuhkan penentuan dosis optimum koagulan yang dipakai agar dapat menurunkan nilai kadar polutan dari air limbah tersebut. Hasil dari uji karakteristik dan penggunaan dosis optimum koagulan ini akan disesuaikan dengan kondisi, kapasitas, dan kemampuan dari unit pengolahan pada IPAL tersebut dalam mengolah air limbah. Oleh karena itu, adanya penelitian ini diperlukan guna mengetahui karakteristik awal dan akhir dari air limbah laboratorium IPB, menentukan jenis koagulan dan dosis optimum koagulan yang efektif dalam menurunkan kadar polutan air limbah, serta merancangan unit koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi yang sesuai dengan kondisi air limbah yang tersedia saat ini, sehingga dapat menjadi acuan dalam mengoptimalkan penggunaan unit pengolahan pada IPAL IPB.

16 2 Perumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini dilihat dari pertanyaan berikut: 1. Berapa nilai karakteristik kontaminan yang terkandung dalam air limbah laboratorium IPB ditinjau dari parameter fisik dan kimia? 2. Berapa nilai dosis optimum koagulan yang dapat dipakai untuk menurunkan kadar polutan air limbah dalam unit koagulasi-flokulasi dan sedimentasi? 3. Apakah unit koagulasi-flokulasi dan sedimentasi yang ada saat ini sudah sesuai dengan kondisi limbah yang tersedia? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini: 1. Mengetahui karakteristik air limbah laboratorium sebelum dan setelah melalui proses koagulasi-flokulasi dan sedimentasi. 2. Mengetahui penggunaan koagulan optimum pada unit koagulasi-flokulasi dan sedimentasi. 3. Mengetahui perkiraan reduksi kontaminan pada unit pengolahan air limbah melalui perhitungan kesetimbangan massa. 4. Modifikasi rancangan unit koagulasi-flokulasi dan sedimentasi. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini: 1. Memberikan data karakteristik air limbah laboratorium di Institut Pertanian Bogor yang ditinjau dari parameter terukur. 2. Memberikan dosis optimum koagulan yang sesuai untuk menurunkan kadar polutan air limbah pada unit koagulasi-flokulasi dan sedimentasi. 3. Memberikan rekomendasi tentang proses pengolahan air limbah, khususnya pada unit koagulasi-flokulasi dan sedimentasi. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini: 1. Mengetahui sumber air limbah dari seluruh laboratorium di IPB. 2. Analisis karakteristik awal dan akhir air limbah laboratorium. 3. Penentuan dosis koagulan optimum. 4. Perhitungan kesetimbangan massa pada unit pengolahan air limbah. 5. Rancangan unit koagulasi-flokulasi dan sedimentasi.

17 3 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kampus IPB Dramaga, Bogor. Penelitian dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama penggambilan data primer dan sekunder selama bulan Februari-Mei 2013, serta tahap kedua berupa analisis karakteristik air limbah, pengujian jar test, dan perhitungan rancangan unit selama bulan Juni- Juli Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain : Tabel 1 Alat dan bahan penelitian Alat Bahan Seperangkat computer Air limbah laboratorium IPB Software Mirosoft Office Bahan-bahan kimia Turbidity Meter Koagulan PAC dan Aluminium Sulfat ph Meter Data sekunder berupa : Spectrofotometer Jumlah laboratorium IPB Timbangan analitik Debit air limbah Oven Memmert SNI Kertas saring Tabung COD BOD inkubator SNI SNI SNI Peralatan gelas SNI Jar Test SNI Manual book WWTP IPB SNI Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahap, seperti yang tertera pada Gambar 1. Metode Sampling Metode sampling digunakan untuk mendapatkan nilai dari parameter yang akan diukur. Pada penelitian ini, sampling diambil pada 30 laboratorium di IPB. Pada setiap laboratorium dilakukan pengambilan contoh uji air limbah sebesar 300 ml. Setelah contoh air limbah terkumpul, air limbah dihomogenkan dalam satu wadah. Air limbah yang telah homogen, diletakkan di ruang terbuka agar terjadi proses evaporasi yaitu perubahan fase cair menjadi uap untuk menghilangkan kandungan organik dalam air limbah.

18 4 Gambar 1 Diagram alir penelitian Metode Penentuan Karakteristik Air Limbah Pengukuran karakteristik air limbah dilakukan dengan menghomogenkan contoh uji air limbah terlebih dahulu menggunakan stirer selama 15 menit. Pengukuran ph dilakukan dengan menggunakan ph meter digital. Pengukuran ph ini berpedoman pada SNI tentang Cara Uji Derajat Keasaman (ph) dengan Menggunakan Alat ph Meter. Pengukuran Biochemical Oxygen Demand (BOD) dilakukan dengan mengukur kandungan oksigen terlarut awal (DO i ) dari contoh uji kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada contoh uji yang telah diinkubasi selama 5 hari (DO 5 ) pada suhu 20⁰C. Selisih DOi dan DO 5 merupakan nilai BOD yang dinyatakan dalam miligran oksigen per liter (mg/l). Analisis parameter BOD dan DO ini dilakukan dengan menggunakan metode Winkler yang berpedoman pada SNI tentang Metode Pengujian Kadar Kebutuhan Oksigen Biokimiawi. Penentuan Chemical Oxygen Demand (COD) dilakukan dengan menggunakan metode bikromat yang menghasilkan tingkat oksidasi tinggi. Pengukuran COD berpedoman pada SNI tentang Cara Uji Kebutuhan Oksigen Kimiawi dengan Refluks Terbuka Secara Titrimetri.

19 Pengukuran zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid / TSS) dilakukan dengan menggunakan kertas saring Whatman Grade 934 AH yang telah dikeringkan dalam oven dengan suhu ⁰C. Pengujian TSS berpedoman pada SNI tentang Cara Uji Padatan Tersuspensi Total Secara Gravimetri. Pengukuran zat padat terlarut (Total Disolve Solid / TDS) dilakukan dengan menggunakan kertas saring Whatman Grade 934 AH yang telah dikeringkan dalam oven dengan suhu ⁰C dan cawan yang telah dipanaskan pada suhu 180 ⁰C. Pengujian TDS berpedoman pada SNI tentang Cara Uji Kadar Padatan Terlarut Total Secara Gravimetri. Pengukuran oil and grease atau minyak dan lemak ini dilakukan secara gravimetri yang berpedoman pada SNI tentang Cara Uji Minyak dan Lemak Secara Gravimetri. Pengukuran kadar amoniak (NH 3 ) dilakukan dengan metode spektrofotmetri pada panjang gelombang nm. Pengukuran kadar nitrit (N-NO 2 ) dilakukan dengan metode spektrofotmetri pada panjang gelombang 543 nm yang berpedoman pada SNI tentang Cara Uji Nitrit (N-NO 2 ) Secara Spektrofotometri. Pengukuran Total Kjeldahl Nitrogen (TKN) digunakan untuk mengetahui nilai total nitrogen yang terkandung dalam air limbah. Metode ini terdiri dari tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Metode Pengujian Jar Test Uji laboratorium untuk proses koagulasi pada pengolahan air limbah dilakukan dengan metode jar test. Pengujian jar test yang dilakukan untuk membandingkan kinerja koagulan yang digunakan untuk mengendapkan padatan tersuspensi pada air limbah laboratorium di unit pengolahan kimia. Koagulan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Poly Aluminium Chloride (PAC) dan aluminium sulfat/alum atau tawas (Al 2 (SO 4 ) 3 ). Pembuatan Larutan Koagulan Konsentrasi larutan koagulan harus ditentukan sebelum pengujian jar test. Pada penelitian ini dibutuhkan koagulan dengan konsentrasi yang besar. Hal ini disebabkan kadar polutan yang tinggi pada contoh uji air limbah terutama pada parameter COD dan TSS. Larutan koagulan masing-masing dibuat dengan konsentrasi 10%. Pada pembuatan koagulan PAC 10 %, 8.26 ml koagulan cair PAC murni dilarutkan ke dalam 100 ml air suling. Setiap 1 ml larutan PAC 10 % terdapat 100 mg koagulan. Pada pembuatan koagulan alum 10 %, 10 gram bubuk alum dilarutkan ke dalam 100 ml air suling. Setiap 1 ml larutan alum 10 % terdapat 100 mg koagulan. Penentuan Dosis Optimum Koagulan Pada pengujian jar test ini, contoh uji air limbah dipindahkan ke dalam gelas ukur dengan penambahan variasi konsentrasi koagulan yang berbeda. Kemudian, pengadukan cepat (rapid mixing) dan pengadukan lambat (slow mixing) dilakukan pada contoh uji. Pengadukan dilakukan dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit, 80 rpm selama 2 menit, 60 rpm selama 3 menit, dan 40 rpm selama 5 menit. Setelah itu, larutan didiamkan mengendap selama 30 menit. Fase cairan yang terbentuk pada proses pengendapan, dianalisis untuk mengetahui parameter ph, turbiditas, COD, dan TSS yang digunakan untuk menentukan dosis optimum koagulan air limbah. 5

20 6 Variasi dosis koagulan PAC 10 % dan alum 10 % yang diberikan dimulai dari 1250 mg/l hingga mg/l, dengan interval yang berbeda-beda. Variasi kombinasi koagulan PAC dan alum ditentukan berdasarkan dosis optimum yang didapat dari hasil pengujian masing-masing koagulan pada pengukuran jar test. Lima variasi dosis koagulan digunakan pada satu kali pengujian jar test. Tahapan proses pengujian jar test dapat dilihat pada Gambar 2. Proses pengolahan air limbah dengan jar test Contoh uji air limbah sebanyak 400 ml dimasukkan ke dalam 5 gelas ukur1000 ml Larutan koagulan dimasukkan ke dalam tiap gelas ukur dengan konsentrasi yang berbeda-beda Variasi dosis PAC Variasi dosis alum Variasi dosis PAC + alum Pengadukan cepat dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit Pengadukan lambat dengan kecepatan 80 rpm selama 2 menit Pengadukan lambat dengan kecepatan 60 rpm selama 3 menit Pengadukan lambat dengan kecepatan 40 rpm selama 5 menit Pengendapan dilakukan selama 30 menit Analisis ph, turbiditas, TSS, dan COD terhadap fase cairan Gambar 2 Diagram alir proses pengujian jar test

21 7 Prosedur Analisis Data Perhitungan Kesetimbangan Massa Perhitungan kesetimbangan massa diperlukan untuk mengetahui perubahan nilai konsentrasi substansi pada setiap unit pengolahan. Perubahan nilai tersebut disebabkan oleh produksi bahan kimia, biokimia, atau fenomena fisik. Pada pembuatan diagram alir kesetimbangan massa, data yang diperlukan yaitu berupa laju aliran, nilai konsentrasi cairan berupa BOD, dan nilai konsentrasi padatan berupa TSS. Persamaan umum yang digunakan dalam kesetimbangan massa yaitu: masuk keluar + penurunan selama proses = akumulasi (1) Masuk-keluar mengacu pada pengangkutan bersih zat ke dalam reaktor, penurunan selama proses mengacu pada produksi atau destruksi bersih oleh reaksi atau proses fisik, dan akumulasi adalah jumlah yang tersisa. Rancangan Unit Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi Rancangan unit koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi dilakukan dengan menentukan dimensi unit menggunakan kapasitas pompa yang tersedia pada IPAL IPB. Pada unit koagulasi dan flokulasi, nilai gradien kecepatan (G) dan waktu detensi (t d ) diasumsikan berdasarkan dengan kriteria menurut Qasim,et al (2000). Pada unit koagulasi dan flokulasi akan diketahui jenis aliran yang terjadi. Pada unit sedimentasi, kuantitas lumpur yang dihasilkan serta persentase penurunan konsentrasi BOD dan TSS dapat diketahui. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Karakteristik Air Limbah Laboratorium Menurut Metcalf & Eddy (2003), air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perkantoran, dan industri yang terkadang hadir bersama air tanah, air permukaan, dan air hujan. Kegiatan yang dilakukan di laboratorium IPB menghasilkan limbah, khususnya air limbah dari penggunaan bahan kimia dan pencucian alat. Secara umum, karakteristik air limbah hasil kegiatan laboratorium ini berpotensi mengandung bahan dengan kategori B3 (Bahan Berbahaya Beracun), sehingga penanganan khusus diperlukan dengan menggunakan IPAL. Contoh uji air limbah laboratorium yang akan diolah harus dilakukan pengenceran agar konsentrasi parameter yang diukur dapat terdeteksi. Pada penelitian ini, pengambilan contoh uji air limbah laboratorium dilakukan di 30 laboratorium IPB. Data laboratorium dan senyawa kimia dominan pada masing-masing laboratorium dapat dilihat pada Lampiran 1. Uji karakteristik air limbah dilakukan pada kondisi awal dan kondisi akhir setelah pengenceran serta penambahan koagulan. Parameter air limbah yang diuji pada penelitian ini meliputi ph, BOD, COD, TSS, Total Solid (TS), Volatile Suspended Solid (VSS),

22 8 TDS, oil and grease, N-NO 2, NH 3, H 2 S dan TKN. Berdasarkan hasil pengujian, sebagian besar parameter air limbah yang diukur berada jauh di atas baku mutu. Baku mutu yang digunakan pada penelitian ini yaitu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil dari analisis parameter air limbah laboratorium IPB dapat dilihat pada Tabel 2. Pada air limbah, parameter terpenting yang harus diketahui yaitu COD, BOD, dan TSS. COD adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat anorganik dalam air untuk proses reaksi secara kimia. Nilai COD akan selalu lebih besar daripada BOD, karena sebagian besar senyawa lebih mudah teroksidasi secara kimia daripada secara biologi. BOD adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan (mengoksidasikan) semua zat organik yang terlarut maupun sebagai tersuspensi dalam air menjadi bahan organik yang lebih sederhana. Kadar BOD limbah juga dipengaruhi oleh TSS yang menggambarkan padatan melayang dalam cairan limbah. Konsentrasi TSS tinggi menyebabkan BOD tinggi, sehingga konsentrasi TSS diupayakan kecil dengan penyaringan, pengendapan, atau penambahan bahan kimia flokulan (Siregar, 2005). Berdasarkan hasil pengujian, konsentrasi awal COD, BOD, dan TSS air limbah laboratorium IPB secara berturut-turut yaitu sebesar mg/l, 863 mg/l, dan 805 mg/l. Konsentrasi yang diperoleh ini masih tinggi, sehingga penanganan perlu dilakukan agar kadar polutan yang terdapat pada air limbah tersebut dapat tereduksi. Penurunan kadar polutan air limbah laboratorium ini dapat dilakukan dengan pengenceran dan pemberian dosis koagulan pada proses pengolahan kimia. Berdasarkan hasil pengujian, nilai parameter akhir yang diukur mengalami penurunan yang cukup besar, walaupun beberapa parameter berada di atas ambang baku mutu seperti nilai COD dan BOD. Konsentrasi COD akhir sebesar 3300 mg/l dengan baku mutu 300 mg/l dan konsentrasi BOD akhir sebesar 442 mg/l dengan baku mutu 150 mg/l. Konsentrasi TSS akhir telah berada di bawah baku mutu yaitu sebesar 93 mg/l dengan baku mutu 400 mg/l. Kadar polutan yang tinggi pada air limbah disebabkan karena sifat dari air limbah laboratorium yang mengandung bahan kimia yang bersifat asam, basa, organik, serta anorganik dengan jumlah konsentrasi yang besar. Jenis bahan kimia yang umum dipakai di laboratorium antara lain bahan kimia bersifat asam, basa, organik, dan anorganik. Jenis asam-asam kuat yang digunakan seperti Asam Klorida (HCl), Asam Nitrat (HNO 3 ), dan Asam Sulfat (H 2 SO 4 ). Beberapa asam lemah yang biasa digunakan antara lain Asam Fosfat (H 3 PO 4 ) dan Asam Karboksilat (HCOOH). Jenis-jenis basa kuat yang umum digunakan seperti Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium Hidroksida (KOH). Kelompok bahan kimia anorganik meliputi berbagai jenis garam seperti Natrium Klorida (NaCl), Magnesium Klorida (MgCl 2 ), Kalium Klorida (KCl), Merkuri Sulfat (MgSO 4 ), dan berbagai jenis garam lainnya. Bahan kimia organik yang sering digunakan seperti jenis Alkohol, Aldehida, Aseton, dan sebagainya. Karakteristik air limbah laboratorium dapat dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Sebagian besar unsur-unsur berbahaya yang terdapat dalam air limbah laboratorium adalah logam berat seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), Krom (Cr), Merkuri (Hg) (TDS), NH 3, N-NO 2, dan ph (Said, 2009).

23 Tabel 2 Hasil analisis parameter air limbah laboratorium IPB No Parameter Satuan Nilai awal Nilai akhir Baku Mutu Kep- 51/Menlh/10/1995 FISIK 1 Temperatur ⁰C TS mg/l VSS mg/l TDS mg/l TSS mg/l KIMIA 6 ph COD mg/l BOD mg/l Minyak dan lemak mg/l Sulfida (H 2 S) mg/l Nitrit (N-NO 2 ) mg/l Amoniak (N-NH 3 ) mg/l TKN mg/l Penentuan Dosis Optimum Koagulan dengan Jar Test Penentuan dosis optimal koagulan pada proses pengolahan air limbah laboratorium IPB, menggunakan jar test yang merupakan model sederhana dari proses koagulasi-flokulasi. Pada pengolahan air bersih atau air limbah dengan proses kimia, bahan kimia (koagulan) tertentu selalu dibutuhkan untuk menurunkan konsentrasi polutan. Koagulan yang umum digunakan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Koagulan yang umum digunakan pada pengolahan air dan air limbah Nama Formula Bentuk Aluminium sulfat, Alum sulfat, Alum, Salum Al 2 (SO 4 ) 3.xH 2 O x = 14,16,18 Bongkah, bubuk Reaksi dengan air ph optimum Asam Sodium aluminat NaAlO 2 atau Na 2 Al 2 O 4 Bubuk Basa Poly Aluminium Cairan, Al n (OH) m Cl 3n-m Chloride, PAC bubuk Asam Ferri sulfat Fe 2 (SO 4 ) 3.9H 2 O Kristal halus Asam 4 9 Ferri klorida FeCl 3.6H 2 O Bongkah, cairan Asam 4 9 Ferro sulfat FeSO 4.7H 2 O Kristal halus Asam >8.5 Sumber : Sugiarto. 2006

24 10 Pada penelitian ini digunakan jenis koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC) dan aluminium sulfat (alum) atau tawas. Alumunium sulfat dipakai karena efektif untuk menurunkan kadar karbonat. Bahan ini paling ekonomis (murah) dan mudah didapat pada pasaran serta mudah disimpan. Sifat utama dari alum adalah mudah larut dalam air, tidak beracun, dan tidak berbau. PAC mempunyai karakteristik tertentu, seperti padatan berwarna kuning jernih, titik didih lebih dari 100 ⁰C, titik beku sebesar -12 ⁰C, specific grafity pada rentang , larut dalam air dan stabil di bawah kondisi biasa. PAC dapat digunakan dengan interval dosis yang luas dan sangat cocok untuk beranekaragam kekeruhan, kebasaan, dan jumlah bahan organik di dalam air. Beberapa keuntungan koagulan PAC adalah selain sangat baik untuk menghilangkan kekeruhan dan warna, memadatkan dan menghentikan penguraian flok, membutuhkan kebasaan rendah untuk hidrolisis, sedikit berpengaruh pada ph, menurunkan atau menghilangkan kebutuhan penggunaan polimer, serta mengurangi dosis koagulan sebanyak 30 70%. Apabila dibandingkan dengan alumunium sulfat, PAC mempunyai efek koagulasi yang lebih baik, sangat cocok digunakan pada temperatur rendah (T<10ºC), flok terbentuk sangat cepat, serta memiliki waktu singkat untuk bereaksi dan mengendap (Wenbin et al., 1999 dalam Yuliati 2006). Pada penelitian ini, percobaan jar test dilakukan 10 kali pengujian dengan variasi dosis koagulan berbeda dalam memberikan perubahan pada setiap parameter yang diuji. Variasi dosis koagulan PAC dan alum yang digunakan yaitu 1250, 2500, 3750, 5000, 6250, 12500, 25000, 37500, 50000, dan mg/l. Parameter yang diukur pada proses jar test ini yaitu ph, COD, TSS, dan turbiditas. ph Dosis Koagulan (mg/l) PAC 10 % Alum 10 % Gambar 3 Grafik hubungan dosis koagulan dengan ph Keasaman air atau ph ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Gambar 3 di atas menunjukkan penurunan nilai ph akibat dosis koagulan yang diberikan. Penurunan ph ini diakibatkan sifat asam ketika koagulan dibubuhkan. Penambahan koagulan berbanding lurus dengan perubahan penurunan ph, semakin besar dosis koagulan yang ditambahkan maka penuruan ph air limbah akan semakin besar. Perubahan konsentrasi COD akibat dosis koagulan ditunjukkan pada Gambar 4. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik.

25 11 COD (mg/l) Dosis Koagulan (mg/l) PAC 10 % Alum 10 % Gambar 4 Grafik hubungan dosis koagulan dengan COD Dapat terlihat pada Gambar 4, penggunaan koagulan PAC lebih baik dalam menurunkan konsentrasi COD walaupun penurunan yang terjadi tidak konstan, sedangkan penurunan konsentrasi COD terjadi pada koagulan alum secara konstan dari dosis terendah hingga dosis tertinggi. Kondisi konsentrasi COD awal air limbah sebesar mg/l. Pada koagulan PAC, konsentrasi COD terus mengalami penurunan dari dosis 1250 mg/l hingga 6250 mg/l. Konsentrasi COD mengalami perubahan yang tidak stabil pada dosis mg/l hingga mg/l. Konsentrasi COD terendah pada koagulan PAC sebesar 3700 mg/l dengan dosis 6250 mg/l. Pada koagulan alum, konsentrasi COD terendah sebesar 3700 mg/l berada pada dosis mg/l. Berdasarkan data tersebut, konsentrasi COD terendah pada koagulan PAC dan alum sebesar 3700 mg/l namun dengan dosis koagulan yang berbeda. Penurunan nilai COD pada dosis optimum koagulan PAC dan alum mencapai %. Data hasil pengukuran jar test untuk koagulan PAC dan alum dapat dilihat pada Lampiran 3. TSS (mg/l) Dosis Koagulan (mg/l) PAC 10 % Alum 10 % Gambar 5 Grafik hubungan dosis koagulan dengan TSS TSS (Total Suspended Solid) atau total padatan tersuspensi adalah padatan yang tersuspensi di dalam air berupa bahan-bahan organik dan anorganik yang dapat disaring dengan kertas millipore berpori-pori 0.45 μm. Gambar 5

26 12 menunjukkan perubahan nilai padatan tersuspensi (TSS) akibat dosis koagulan yang diberikan. Kondisi TSS awal air limbah yaitu sebesar 805 mg/l. Pada koagulan PAC, konsentrasi TSS terendah sebesar mg/l berada pada dosis 2500 mg/l dengan persentasi penurunan mencapai %, sedangkan konsentrasi TSS kembali mengalami kenaikan pada dosis 3750 mg/l hingga mg/l. Pada koagulan alum, konsentrasi TSS terendah sebesar mg/l berada pada dosis 2500 mg/l dengan persentasi penurunan mencapai %, dan terjadi kenaikan konsentrasi kembali pada dosis 3750 mg/l hingga 6250 mg/l. Berdasarkan data tersebut, dosis optimum koagulan PAC dan alum terhadap TSS berada pada dosis 2500 mg/l. Setelah penambahan dosis lebih dari 2500 mg/l, peningkatan konsentrasi TSS terjadi pada kedua koagulan. Naiknya kembali nilai TSS ini diakibatkan karena jumlah koagulan. Jumlah koagulan yang berlebih menyebabkan partikel-partikel koagulan tertinggal di air limbah dan mengkoagulasi kembali (restabilisasi), sehingga berat kertas saring menjadi bertambah pada saat proses penyaringan. Restabilisasi pada umumnya diiringi oleh kembalinya partikel koloid dari negatif menjadi positif akibat penyerapan dari dosis yang berlebih, hal ini menyebabkan tidak semua partikel dapat diendapkan (Akhtar dkk, 1997). Turbiditas atau kekeruhan digunakan untuk menyatakan derajat kegelapan di dalam air yang disebabkan oleh bahan-bahan yang melayang. Pada Gambar 6 menunjukkan perubahan nilai turbiditas akibat dosis koagulan yang diberikan. Turbiditas (NTU) Dosis Koagulan (mg/l) PAC 10 % Alum 10 % Gambar 6 Grafik hubungan dosis koagulan dengan turbiditas Kondisi turbiditas awal air limbah yaitu sebesar 360 NTU. Pada dosis PAC, nilai turbiditas terendah sebesar 8.42 NTU berada pada dosis 2500 mg/l, sedangkan pada dosis 3750 mg/l sampai dengan mg/l nilai turbiditas kembali mengalami kenaikan. Pada dosis alum, nilai turbiditas terendah sebesar NTU berada pada dosis 2500 mg/l. Bila dibandingkan dengan konsentrasi TSS, hasil pengukuran turbiditas memiliki nilai optimum yang sama dengan TSS yaitu pada dosis PAC dan alum sebesar 2500 mg/l. Turbiditas berkolerasi positif dengan TSS, semakin tinggi konsentrasi TSS maka semakin tinggi pula nilai turbiditas. Berdasarkan hasil uji coba jar test dengan menggunakan dua jenis koagulan tersebut, parameter ph, TSS, dan turbiditas sudah berada dalam kategori aman, namun untuk parameter COD penurunan nilai yang terjadi masih berada di atas

27 standar baku mutu. Oleh karena itu, uji coba jar test dilakukan kembali menggunakan kombinasi antara koagulan PAC dan alum untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dalam menurunkan konsentrasi COD. Variasi dosis koagulan kombinasi PAC dan alum ini dilakukan menggunakan dosis optimum pada kedua kaogulan. Pada uji jar test yang telah dilakukan sebelumnya, dosis optimum PAC untuk menurunkan konsentrasi COD sebesar 6250 mg/l, sedangkan dosis optimum alum sebesar mg/l. Kedua dosis optimum ini menjadi patokan dalam pembuatan dosis koagulan kombinasi, sehingga lima variasi dosis koagulan kombinasi yang digunakan adalah 1250 mg/l PAC dan mg/l alum, 3750 mg/l PAC dan mg/l alum, 6250 mg/l PAC dan mg/l alum, 8750 mg/l PAC dan mg/l alum, dan mg/l PAC dan mg/l alum ph COD (mg/l) PAC Alum 3750 PAC Alum 6250 PAC Alum 8750 PAC Alum PAC Alum Dosis Koagulan Kombinasi (mg/l) ph COD Gambar 7 Grafik hubungan dosis koagulan kombinasi antara COD dengan ph ph PAC Alum 3750 PAC Alum 6250 PAC Alum Dosis Koagulan Kombinasi (mg/l) ph TSS 8750 PAC Alum PAC Alum TSS (mg/l) Gambar 8 Grafik hubungan dosis koagulan kombinasi antara TSS dengan ph

28 14 PH PAC Alum 3750 PAC Alum 6250 PAC Alum Dosis Koagulan Kombinasi (mg/l) ph turbiditas 8750 PAC Alum PAC Alum Turbiditas (NTU) Gambar 9 Grafik hubungan dosis koagulan kombinasi antara turbiditas dengan ph Berdasarkan Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9, koagulan dapat bekerja secara optimum pada ph 4.2 yang ditandai dengan nilai ph yang tidak mengalami perubahan setelah penambahan dosis di atas 6250 mg/l PAC dan mg/l alum. Pada Gambar 7, konsentrasi COD mengalami penurunan hingga dosis 6250 mg/l PAC dan mg/l alum dengan konsentrasi 3300 mg/l, namun mengalami kenaikan kembali pada dosis berikutnya. Pada Gambar 8 dan Gambar 9 juga dapat terlihat bahwa nilai untuk parameter TSS dan turbiditas sama-sama mengalami penurunan hingga dosis 6250 mg/l PAC dan mg/l alum dan mengalami kenaikan kembali pada dosis berikutnya. Hal ini disebabkan dosis lebih dari 6250 mg/l PAC dan mg/l alum di dalam air limbah telah mencapai titik jenuh. Titik jenuh pada air limbah ini ditandai dengan koagulan yang sudah tidak dapat mengikat partikel-partikel pada air limbah tersebut yang disebabkan karena jumlah pemberian dosis koagulan terlalu banyak. Berdasarkan hasil tersebut, dosis optimum koagulan yang dapat digunakan untuk pengolahan air limbah laboratorium periode bulan Februari hingga Mei yaitu sebesar 6250 mg/l PAC dan mg/l alum dengan persentasi penurunan nilai COD mencapai %. Akan tetapi, dosis optimum ini belum dapat sepenuhnya dijadikan patokan dalam pengolahan air limbah laboratorium IPB karena kondisi air limbah laboratorium yang selalu berbeda pada setiap semester, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai dosis optimum koagulan yang akan digunakan. Kesetimbangan Massa pada Unit Pengolahan Air Limbah Laboratorium Kesetimbangan massa (mass balance) merupakan suatu perhitungan yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan nilai konsentrasi substansi yang terjadi pada suatu reaktor. Kesetimbangan massa ini berhubungan dengan perubahan laju aliran dan konsentrasi suatu zat yang masuk dan yang keluar pada suatu reaktor. Pada perhitungan kesetimbangan massa digunakan tiga data utama, yaitu laju aliran, konsentrasi BOD, dan konsentrasi TSS. Nilai konsentrasi BOD dan TSS yang digunakan pada perhitungan kesetimbangan massa diperoleh dari hasil pengujian jar test dan analisis karakteristik air limbah. Pada penelitian ini dibuat dua perhitungan kesetimbangan massa untuk unit pengolahan air limbah di

29 IPB, yaitu perhitungan kesetimbangan massa pada unit pengolahan air limbah IPB dan modifikasi perhitungan kesetimbangan massa unit pengolahan air limbah IPB dengan menggunakan lumpur aktif. 1. Kesetimbangan massa pada unit pengolahan air limbah IPB Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang terdapat di IPB dirancang untuk mengolah air limbah hasil kegiatan laboratorium. IPAL dibuat menggunakan sistem pengolahan kimia dan dilanjutkan dengan sistem filtrasi dan sistem ozon. Diagram alir kesetimbangan massa unit pengolahan air limbah IPB dapat dilihat pada Gambar Gambar 10 Diagram alir kesetimbangan massa unit pengolahan air limbah IPB Data yang diperlukan dalam perhitungan kesetimbangan massa berdasarkan data primer yang diambil dari kondisi air limbah saat ini. Data-data yang dibutuhkan yaitu : a. Debit aliran (Q 0 ) sebesar 36 m 3 /hari, konsentrasi BOD awal (S 0 ) sebesar 863 mg/l dan konsentrasi TSS awal (X 0 ) sebesar 805 mg/l. b. Unit collecting tank: nilai reduksi TSS (f Pss ) sebesar %, nilai reduksi BOD (f pbod ) sebesar 46.7%, konsentrasi aliran bawah (underflow) TSS (X up ) sebesar 4%, serta penambahan dosis koagulan PAC dan alum sebesar mg/l. c. Unit reaction tank: konsentrasi BOD efluen terlarut (S R ) sebesar 442 mg/l, koefisien hasil (yield) bersih TSS berdasarkan BOD influen dan BOD 5 efluen terlarut (Y) sebesar 0.48 mg TSS yang diproduksi/mg BOD yang dibuang, dan konsentrasi TSS di bak aerasi (X R ) sebesar 93 mg/l. d. Unit filtrasi: asumsi konsentrasi TSS pada aliran atas efluen (X F ) sebesar 40 % dan konsentrasi TSS pada aliran bawah (X ur ) sebesar 0.75%, serta asumsi konsentrasi BOD yg keluar dari filtrasi (S F ) sebesar 25%. e. Unit disinfeksi atau ozon sistem: penambahan dosis gas ozon sebesar 3 mg/l. f. Unit sludge drying bed: asumsi padatan yang tertampung pada dasar bak (C t ) sebesar 85% dan konsentrasi aliran bawah TSS (X DB ) sebesar 4.5%. g. Specific gravity (berat jenis) TSS diasumsikan sebesar 1.00.

30 16 Setiap aliran akan mengalami kesetimbangan atau perubahan di setiap unitnya. Persamaan untuk kesetimbangan debit aliran air limbah dibuat berdasarkan proses yang terjadi di tiap unit pengolahan. Persamaan kesetimbangan debit aliran air limbah dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Persamaan kesetimbangan debit aliran air limbah IPB Unit Persamaan No. Persamaan Collecting tank Q C = Q O Q uc (1) Reaction tank Q R = Q C Q pa + Q ur (2) Buffer tank Q B = Q R (3) Filter sistem Q F = Q B + Q uf (4) Ozone sistem * Q Z = Q F + Q O3 (5) Sludge drying bed Q DB + Q DR = Q uc + Q ur (6) Catatan: *Q O3 adalah laju aliran gas yang tidak mempengaruhi laju aliran, nilai diabaikan. Pada perhitungan kesetimbangan massa juga terdapat persamaan kesetimbangan padatan (solid balance) dan substrat (substrat balance) yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Persamaan kesetimbangan padatan dan substrat air limbah IPB Unit Persamaan No. Persamaan Collecting tank X C = (1-f Css )X O (7) S C = (1 f CBOD )Q O S O ) / Q c (8) Reaction tank (penambahan koagulan) (Q pa X pa )/Q c = D pa (9) Reaction tank Q C X C + rq C X ur + X = Q R X R (kesetimbangan padatan) Q C X C = Q R X R + Q ur X ur (10) Reaction tank (kesetimbangan substrat) Q C S C + rq C S R = Q R S R + S (11) X = Y S (12) Filter sistem X F = (1-f Pss )X B (13) S F = (1-f PBOD )Q R S R / Q F (14) Ozon sistem Tidak ada perubahan pada konsentrasi TSS, diasumsikan nilai gas ozon diabaikan Sludge drying bed Q uc X uc + Q ur X ur = Q DR X DR + Q DB X DB (15) Berdasarkan data primer dan sekunder yang digunakan dalam persamaan diatas, maka hasil perhitungan kesetimbangan massa pada unit pengolahan air limbah IPB dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil dan variabel kesetimbangan massa pada unit pengolahan air limbah IPB Notasi Deskripsi Nilai Acuan S O Konsentrasi BOD influen (mg/l) 863 Data primer X O Konsentrasi TSS influen (mg/l) 805 Data prmer Q O Debit aliran influen (m 3 /hari) 36 Data primer Q C Debit aliran yang keluar dari collecting tank (m 3 /hari) Pers. (1)

31 Notasi Deskripsi Nilai Acuan X C Konsentrasi TSS supernatan yang keluar dari collecting tank (mg/l) Pers. (7) S C Konsentrasi BOD yang keluar dari collecting tank (mg/l) Pers. (8) Q uc Debit aliran bawah yang keluar dari collecting tank (m 3 /hari) 0.45 Q uc = f pss Q O X O / X uc X uc Konsentrasi TSS aliran bawah yang keluar dari collecting tank (kg/l) 0.04 Data sekunder Q R Debit aliran yang keluar dari reaction tank (m 3 /hari) Per. (2) X R Konsentrasi TSS supernatan yang keluar dari reaction tank (mg/l) 93 Data sekunder S R Konsentrasi BOD yang keluar dari collecting tank (mg/l) 442 Data sekunder Q ur Debit aliran bawah yang keluar dari reaction tank (m 3 /hari) Pers. (2) dan Pers. (10): Q ur = [Q C (X C -X R )+Q pa (X pa -X R )] / (X ur X r ) X ur Konsentrasi TSS aliran bawah yang keluar dari reaction tank (mg/l) 7500 Data sekunder Q B Debit aliran yang keluar dari buffer tank (m 3 /hari) Pers. (3) Q F Debit aliran yang keluar dari unit filter (m 3 /hari) Pers. (4) X F Konsentrasi TSS supernatan yang keluar dari unit filtrasi (mg/l) Pers. (13) S F Konsentrasi BOD efluen unit filtrasi (mg/l) Pers. (14) Q uf Debit aliran bawah yang keluar dari unit filter (m 3 /hari) 0.05 Q uf = f Rss Q R X R / X ufc X uf Konsentrasi TSS aliran bawah yang keluar dari unit filtrasi (kg/l) Data sekunder r Rasio debit aliran recycle reaction tank ke debit aliran yang keluar dari collecting tank 0.35 r = Q (X X ) + X Q (X X ) Q DB Debit aliran yang keluar dari sludge drying bed (m Q /hari) = Q X X X DB Konsentrasi TSS supernatan yang keluar dari sludge drying bed (kg/l) Data sekunder Q DR Debit aliran yang keluar dari sludge drying bed menuju collecting tank (m 3 /hari) 0.78 Pers. (6) X DR Konsentrasi TSS supernatan efluen sludge drying bed menuju collecting tank (mg/l) Pers. (15) Pada pengolahan air limbah laboratorium IPB, pengolahan utama terdapat pada unit reaction tank (tangki reaksi). Pada unit ini terjadi proses koagulasi dan flokulasi dengan penambahan bahan kimia (koagulan) yang dilanjutkan dengan proses pengendapan atau sedimentasi. Konsentrasi TSS dan BOD yang masuk ke dalam unit ini secara berturut-turut sebesar 805 mg/l dan 863 mg/l. Berdasarkan hasil perhitungan kesetimbangan massa, pada unit ini konsentrasi TSS dapat direduksi hingga % dengan konsentrasi TSS sebesar 93 mg/l dan konsentrasi BOD dapat direduksi hingga % dengan konsentrasi sebesar 442

32 18 mg/l. Lumpur endapan yang dihasilkan pada unit ini mengandung material organik yang cukup tinggi, sehingga lumpur yang berasal dari tangki reaksi akan dialirkan menuju sludge drying bed dengan kapasitas sebesar 0.85 m 3 /hari. Konsentrasi TSS yang dihasilkan pada unit ini sudah berada di bawah baku mutu, sedangkan untuk konsentrasi BOD masih berada di atas baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri. Pada unit filtrasi, nilai BOD mengalami penurunan namun masih berada di atas baku mutu dengan konsentrasi sebesar mg/l. Oleh karena itu, kinerja IPAL IPB dapat dioptimalkan dengan menambahkan atau memodifikasi unit pengolahan agar nilai karakteristik air limbah yang dihasilkan berada di bawah baku mutu dan dikategorikan aman untuk dibuang ke lingkungan. Salah satu modifikasi yang dapat dilakukan yaitu dengan menambahkan proses biologis menggunakan lumpur aktif. 2. Modifikasi kesetimbangan massa unit pengolahan air limbah IPB menggunakan lumpur aktif Berdasarkan literatur yang dikemukakan oleh Droste, 1997, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang direncanakan diawali dengan unit screening dan diakhiri dengan unit desinfeksi, serta pengolahan lumpur yang menggunakan unit digester anaerobik dan sentrifugasi. Diagram alir modifikasi kesetimbangan massa proses pengolahan pada setiap unit ini dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 Modifikasi kesetimbangan massa unit pengolahan air limbah IPB menggunakan lumpur aktif Data yang diperlukan dalam perhitungan kesetimbangan massa berdasarkan data primer yang diambil dari kondisi air limbah saat ini. Data-data yang dibutuhkan yaitu : a. Debit aliran (Q 0 ) sebesar 36 m 3 /hari, konsentrasi BOD awal (S 0 ) sebesar 863 mg/l dan konsentrasi TSS awal (X 0 ) sebesar 805 mg/l. b. Screens: jumlah material yang terkumpul (X scw ) adalah m 3 /1000 m 3. c. Grit chamber: jumlah pasir yang terkumpul (X gw ) adalah m 3 /1000 m 3. d. Unit sedimentasi primer: nilai reduksi TSS (f Pss ) sebesar %, nilai reduksi BOD (f pbod ) sebesar 48.78%, konsentrasi aliran bawah (underflow) TSS (X up )

33 sebesar 4%, serta penambahan dosis koagulan PAC dan alum sebesar mg/l. e. Unit aerasi lumpur aktif: konsentrasi BOD efluen terlarut (S A ) sebesar 100 mg/l, koefisien hasil (yield) bersih TSS berdasarkan BOD influen dan BOD 5 efluen terlarut (Y) sebesar 0.65 mg TSS yang diproduksi/mg BOD yang dibuang, dan konsentrasi TSS di bak aerasi (X A ) sebesar 2000 mg/l. f. Unit sedimentasi sekunder: konsentrasi TSS pada aliran atas efluen (X S ) sebesar 50 mg/l dan konsentrasi TSS pada aliran bawah (X us ) sebesar 0.75%. g. Unit thickener: asumsi padatan yang tertampung pada dasar bak (C t ) sebesar 85% dan konsentrasi aliran bawah TSS (X t ) sebesar 4.5%. h. Unit disinfeksi: penambahan dosis gas klorin sebesar 1.5 mg/l. i. Unit anaerobic digester: reduksi TSS (f AD ) yang diharapkan sebesar 55%. j. Unit sentrifugasi: asumsi 9 kg polimer setiap 1 ton padatan (D pl ), dengan konsentrasi (X pl ) sebesar 80 g/l. Kapasitas yang diharapkan dapat menampung padatan (C c ) sebesar 97.5%, dengan konsentrasi padatan kering (X ck ) sebesar 32%. k. Specific gravity (berat jenis) TSS diasumsikan sebesar l. BOD diasumsikan hanya bertransformasi setelah melalui unit sdimentasi primer dan bak aerasi pada unit lumpur aktif. Setiap aliran mengalami kesetimbangan atau perubahan di setiap unitnya. Persamaan untuk kesetimbangan debit aliran air limbah dibuat berdasarkan proses yang terjadi di tiap unit pengolahan, sehingga persamaan dapat berubah seiring dengan adanya perubahan pola atau modifikasi pada unit tersebut. Persamaan kesetimbangan debit aliran air limbah dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Persamaan kesetimbangan debit aliran air limbah dengan lumpur aktif Unit Persamaan No. Persamaan Screens Q O = Q sc + Q scw (16) Grit Chamber Q sc = Q g + Q gw (17) Sedimentasi primer Q g + Q ct + Q ts + Q pa = Q p + Q up (18) Q g + Q ct + Q ts = Q po (19) Lumpur aktif (aerasi) Q p + rq p = Q A (20) Q Sedimentasi sekunder (Clarifier) A = Q s + Q us (21) Q us = Q w + rq p (22) Desinfeksi Q s + Q * cl = Q f (23) Thickener Q up + Q w = Q ts + Q t (24) Digester anaerobic Q t = Q d (25) Centrifuge Q d + Q pl = Q ck + Q ct (26) Catatan: *Q cl adalah laju aliran gas yang tidak mempengaruhi laju aliran, nilai diabaikan. 19 Pada perhitungan kesetimbangan massa juga terdapat persamaan kesetimbangan padatan (solid balance) dan substrat (substrat balance) yang disajikan pada Tabel 8.

34 20 Tabel 8 Persamaan kesetimbangan padatan dan substrat air limbah dengan lumpur aktif Unit Persamaan No. Persamaan Screens Q O X scw = Q scw (27) Grit Chamber Q sc X gw = Q gw (28) Sedimentasi primer (penambahan koagulan) (Q pa X pa )/Q g = D pa (29) Sedimentasi primer (kesetimbangan padatan) Q g X 0 +Q ct X ct +Q ts X ts +Q pa X pa = Q p X p +Q up X up Q g X 0 +Q ct X ct +Q ts X ts = Q po X po (30) (31) Rasio reduksi padatan (Q p X p )/(Q po X po ) = f Pss (32) Sedimentasi primer ( kesetimbangan substrat) Q g S o = rq p S p + f PBOD Q g S o (33) Lumpur aktif, aerasi (kesetimbangan padatan) Q p X p + rq p X us + X = Q A X A (34) Lumpur akif, aerasi (kesetimbangan substrat) Q p S p + rq p S A = Q A S A + S (35) X = Y S (36) Sedimentasi sekunder (Clarifier) Q A X A = Q s X s + Q us X us (37) Desinfeksi Tidak ada perubahan pada konsentrasi TSS, diasumsikan nilai gas klorin diabaikan Thickener Q up X up + Q w X us = Q ts X ts + Q t X t (38) Q t X t / (Q up X up + Q w X us ) = C t (39) Digester anaerobic Q t X t = Q d X d + f AD Q t X t (40) (Q pt X pt ) / (Q d X d ) = D pt (41) Sentrifugasi Q d X d + Q pl X pl = Q ck X ck + Q ct X ct (42) Q ck X ck / (Q d X d + Q pl X pl ) = C c (43) Berdasarkan data primer dan sekunder yang digunakan dalam persamaan diatas, hasil perhitungan kesetimbangan massa pada unit pengolahan air limbah IPB dengan menggunakan lumpur aktif dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Hasil dan variabel kesetimbangan massa pada unit pengolahan lumpur aktif Notasi Deskripsi Nilai Acuan S O Konsentrasi BOD influen (mg/l) 863 Data primer X O Konsentrasi TSS influen (tidak termasuk screens dan grit chamber) (mg/l) 805 Data prmer Q O Debit aliran influen (m 3 /hari) 36 Data primer Q sc Debit aliran setelah screens (m 3 /hari) 36 Pers. (16) Q scw Laju volumetrik screens (m 3 /detik) Pers. (27) X scw Jumlah material yang terkumpul di screens (m 3 /1000 m 3 ) Data sekunder Q g Debit aliran setelah grit chamber (m 3 /hari) 36 Pers. (17) Q gw Laju volumetrik grit chamber (m 3 /detik) Pers. (28) X gw Jumlah pasir yang terkumpul di grit chamber (m 3 /1000 m 3 ) Data sekunder Q po Total debit aliran yang masuk ke sedimentasi Pers. (19)

35 Notasi Deskripsi Nilai Acuan primer (m 3 /hari) X po Total konsentrasi TSS yang masuk ke sedimentasi primer (mg/l) Pers. (31) Q p Debit aliran supernatan yang keluar dari sedimentasi primer (m 3 /hari) Pers. (18) X p Konsentrasi TSS supernatan yang keluar dari sedimentasi primer (mg/l) 93 X p = (1 f pss ) X o S p Konsentrasi BOD yang keluar dari sedimentasi primer (mg/l) Pers. (33) X up Konsentrasi TSS aliran bawah yang keluar dari sedimentasi primer (kg/l) Data sekunder Q up Debit aliran bawah yang keluar dari sedimentasi primer (m 3 /hari) Q up = [Q o (X o -X p )+Q pa (X pa -X p )] / (X up -X p ) Q A Debit aliran yang keluar dari aerasi (m 3 /hari) Pers. (20) S A Konsentrasi BOD efluen dari aerasi (mg/l) 100 Data sekunder Q S Debit aliran supernatan yang keluar dari sedimentasi sekunder (m 3 /hari) Pers. (21) X S Konsentrasi TSS supernatant yang keluar dari sedimentasi sekunder (mg/l) 50 Data sekunder Q us X us R Debit aliran bawah yang keluar dari sedimentasi sekunder (m 3 /hari) Konsentrasi TSS aliran bawah yang keluar dari sedimentasi sekunder (mg/l) Rasio debit aliran recycle sedimentasi sekunder ke debit aliran yang keluar dari sedimentasi primer Pers. (21) dan Pers. (37): Q = Q (X X ) X X 7500 Data sekunder 0.35 Pers. (34) dan Pers. (20): r = Q X X + X Q (X X ) Q f Debit aliran efluen dari desinfeksi (m 3 /hari) Pers. (23) Q w Debit aliran limbah lumpur aktif dari sedimentasi sekunder (m 3 /hari) 0.28 Pers. (22) Q t Pers. (39) dan X t : Debit aliran bawah yang keluar dari thickener (m /hari) Q = Q X X X t Konsentrasi TSS aliran bawah yang keluar dari thickener (kg/l) Data sekunder Q ts Debit aliran supernatan yang keluar dari thickener menuju sedimentasi primer 0.39 Pers. (24) (m 3 /hari) X ts Konsentrasi TSS supernatan yang keluar dari thickener menuju sedimentasi primer (mg/l) Pers. (38) Q d Debit aliran bawah yang keluar dari anaerobic digester (m 3 /hari) 0.50 Pers. (25) X d Q pl Konsentrasi TSS aliran bawah yang keluar dari anaerobic digester (g/l) Laju aliran conditioning polimer untuk sentrifugasi (m 3 /hari) Pers. (40) dan X d : X = Q X Q Pers. (41)

36 22 Notasi Deskripsi Nilai Acuan X pl Konsentrasi TSS polimer untuk centrifuge (kg/l) 80 Data sekunder Q ck Pers. (43) dan X ck : Debit volumetric pembuangan padatan kering (cake) dari centrifuge (m /hari) Q = Q X X X ck Konsentrasi TSS padatan kering yang keluar dari cemtrifuge (kg/l) 0.32 Data sekunder Q ct Debit aliran centrate dari centrifuge menuju influen sedimentasi primer (m 3 /hari) 0.47 Pers. (26) X ct Konsentrasi TSS centrate dari centrifuge menuju influen sedimentasi primer (mg/l) 543 Pers. (42) Berdasarkan hasil perhitungan modifikasi kesetimbangan massa pada unit pengolahan air limbah IPB menggunakan lumpur aktif, konsentrasi TSS setelah melalui pengolahan lumpur aktif diharapkan dapat direduksi hingga 50% dengan konsentrasi TSS sebesar 50 mg/l dan konsentrasi BOD dapat direduksi hingga 40% dengan konsentrasi sebesar 100 mg/l. Konsentrasi TSS dan BOD yang dihasilkan ini sudah berada diatas baku mutu yang ditetapkan. Pada pengolahan lumpur aktif, lumpur padat atau flok-flok akan terbentuk oleh kerja mikroorganisme (bakteri dan protozoa) yang terdapat pada lumpur tersebut. Pada pengolahan ini dibutuhkan oksigen yang cukup sebagai konsumsi bakteri agar dapat aktif dalam memakan kandungan organik dalam air limbah. Semakin tinggi kandungan oksigen terlarut dalam air maka semakin tinggi pula kemampuan air untuk memulihkan diri sendiri. Rancangan Unit Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi Pada IPAL IPB, unit koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi berada pada satu unit pengolahan yang disebut dengan reaction tank. Pada unit ini, koagulan ditambahkan ke dalam tangki untuk mereduksi beban pencemar yang terdapat pada air limbah. Pengadukan yang digunakan pada unit ini yaitu pengadukan dengan tipe mekanik. Setelah melalui proses pengadukan cepat (koagulasi) dan pengadukan lambat (flokulasi), air limbah diendapkan pada proses sedimentasi. Simulasi proses pengolahan koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi telah dilakukan pada pengujian jar test. Pada kenyataannya, pengolahan air limbah di IPAL IPB belum pernah dijalankan, sehingga belum dapat dibandingkan kesesuaian antara rancangan unit yang ada dengan kriteria rancangan berdasarkan literatur. Pada penelitian ini dilakukan perhitungan rancangan unit koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi dengan tidak menggabungkan ketiga unit tersebut. Hal ini dilakukan agar debit aliran, kondisi aliran, dan waktu detensi yang dibutuhkan di setiap unit dapat diketahui. Data yang digunakan pada perhitungan ini berdasarkan dengan data yang berada di lapangan dan asumsi berdasarkan literatur. Unit Koagulasi Menurut Steel dan McGhee (1985), koagulasi diartikan sebagai proses kimia fisik dari pencampuran bahan kimia ke dalam aliran limbah dan selanjutnya diaduk cepat dalam bentuk larutan tercampur. Sistem koagulasi yang digunakan

37 dalam pengolahan ini adalah sistem mekanis. Sistem ini menggunakan pengaduk untuk menciptakan gerak turbulen yang memungkinkan air mengalami pencampuran. Pengadukan secara mekanis merupakan metode yang umum digunakan karena metode ini dapat diandalkan, efektif, fleksibel pada pengoperasiannya, dan memiliki headloss yang sangat kecil. Pada umumnya, pengadukan cepat dilakukan dengan menggunakan turbine impeller, paddle impeller, atau propeller untuk menghasilkan turbulensi (Reynolds, 1982). Diagram perhitungan rancangan unit koagulasi secara mekanis tertera pada Gambar Gambar 12 Diagram perhitungan unit koagulasi dengan pengaduk mekanik Tabel 10 Kriteria rancangan unit koagulasi Faktor Rancangan Nilai Gradien hidrolik (G) Kondisi aliran 950 (detik -1 ) NRe > 10,000 Waktu detensi (t d ) 10 detik 5 menit G x td 30,000 60,000 Sumber : Qasim, et.al, 2000 Debit yang digunakan dalam perhitungan yaitu debit pompa sebesar 36 m 3 /hari. Berdasarkan Qasim, et.al (2000), gradien hidrolik diasumsikan bernilai 950 detik -1 dan jumlah unit yang direncanakan yaitu 2 unit. Berdasarkan hasil perhitungan (Tabel 11), waktu detensi pada unit ini yaitu 60 detik sesuai dengan kriteria desain yang tertera pada Tabel 10. Menurut Yan, et al. (2009), lamanya waktu pengadukan berbanding terbalik dengan nilai gradien kecepatan, semakin kecil nilai gradien kecepatan maka semakin besar lamanya waktu pengadukan.

38 24 Tabel 11 Hasil perhitungan unit koagulasi Faktor Rancangan Nilai Acuan Debit tiap unit (m 3 /detik) Pers. 44 Lebar bak (l), m 0.2 Pers. 45 Panjang bak (p), m Tinggi bak (t), m 0.3 H = 1.25 x lebar bak Volume bak (V), m Pers. 45 Waktu detensi (t d ), detik 60 Pers. 46 Gradien kecepatan (G), detik Data sekunder Tenaga pengaduk (P), kw 0.01 Pers. 47 Kecepatan pengaduk (n), rpm 208 Pers. 48 Kondisi aliran (N Re ) Pers. 49 Pada unit koagulasi, pengadukan dilakukan dengan tipe mekanis. Pengaduk yang digunakan berjenis radial flow-straigt blade turbine-4 blade (w/d = 0.20) dengan nilai tenaga (Np) sebesar 3.30 dan diameter diasumsikan sebesar 0.15 meter. Tenaga pengaduk yang dihasilkan dari Persamaan 47 yaitu sebesar 0.01 kw. Setelah mengetahui nilai tenaga pengaduk, kecepatan pengaduk didapatkan dari Persamaan 48 dengan nilai sebesar 208 rpm. Menurut Sincero (2003), pengaduk besar memiliki putaran dangan kisaran rpm dan pengaduk kecil dengan kisaran rpm. Putaran yang dihasilkan dari perhitungan ini belum memenuhi kriteria menurut Sincero (2003). Hal ini dapat disebabkan karena debit yang digunakan pada unit ini sangat kecil sehingga menyebabkan dimensi yang diperoleh kecil. Diameter pengaduk yang direncanakan disesuaikan dengan lebar bak yang tersedia, sehingga semakin kecil diameter maka putaran yang dihasilkan akan semakin kecil. Perhitungan Bilangan Reynold didapatkan dari Persamaan 49 dengan nilai sebesar 84,613, sehingga kondisi aliran termasuk jenis aliran turbulen (NRe > 10 4 ) sesuai dengan kriteria Qasim, Motley, & Zhu, (2000). Bilangan Reynold lebih besar dari 10 4 akan menimbulkan aliran turbulen, sehingga olakan yang terjadi akan membuat koagulan tercampur secara merata dengan air. Unit Flokulasi Proses flokulasi merupakan suatu proses dengan pengadukan lambat yang dilakukan setelah proses koagulasi, berfungsi untuk mempercepat penggabungan partikel-partikel koloid sehingga terbentuk partikel-partikel berukuran besar yang dengan mudah dan cepat mengendap secara gravitasi. Flok-flok kecil yang sudah terbentuk di koagulator akan menjadi lebih besar pada unit ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk flok yaitu kekeruhan pada air baku, TSS, ph, alkalinitas, bahan koagulan yang dipakai, dan lamanya pengadukan (Sutrisno, 2002 dalam Afriani, 2007). Diagram perhitungan unit flokulasi dapat dilihat pada Gambar 13.

39 25 Gambar 13 Diagram perhitungan unit flokulasi Tabel 12 Kriteria rancangan unit flokulasi Faktor Rancangan Gradien hidrolik (G) Kondisi aliran Waktu detensi (t d ) Sumber : Qasim, et.al, 2000 Nilai (detik -1 ) NRe > 10, menit Debit yang digunakan dalam perhitungan yaitu debit pompa sebesar 36 m 3 /hari. Berdasarkan Qasim, et.al, (2000), gradien hidrolik yang dirncanakan bernilai 60 detik -1 dan jumlah unit yang direncanakan yaitu satu unit. Berdasarkan hasil perhitungan (Tabel 13), waktu detensi pada unit ini yaitu 45 detik sesuai dengan kriteria desain yang tertera pada Tabel 12. Tabel 13 Hasil perhitungan unit flokulasi Faktor Rancangan Nilai Acuan Volume, m Pers. 50 Lebar bak (l), m 3 - Kedalaman air (t), m 0.43 Pers. 52 panjang bak (p), m Volume bak (V), m V = p x l x t Waktu detensi (t d ), menit 45 Data sekunder

40 26 Faktor Rancangan Nilai Acuan Gradien kecepatan (G), detik Data sekunder Tenaga pengaduk (P), kw Pers. 53 Panjang paddle, m 0.4 Data sekunder Diameter (d), m 0.37 Pers. 54 Kecepatan flokulator (n), rpm 7 Pers. 55 Bilangan Reynold (NRe) 14,987 Pers. 56 Pada unit flokulasi, pengadukan dilakukan dengan tipe mekanis. Berdasarkan hasil perhitungan, pada Persamaan 52 didapat tinggi bak 0.43 meter dan diasumsikan lebar bak sebesar 3 meter. Volume bak yang dirancang sebesar m 3 dengan debit berdasarkan unit flokulasi sebesar m 3 /detik. Tenaga pengaduk yang dihasilkan dari Persamaan 53 yaitu sebesar kw. Panjang paddle diasumsikan 0.4 m dengan diameter 0.37 m. Setelah mengetahui nilai tenaga pengaduk, kecepatan pengaduk didapatkan dari Persamaan 55 dengan nilai sebesar 7 rpm. Kecepatan pengaduk yang diperoleh ini tidak sesuai dengan perencanaan awal yang dibuat oleh kontraktor yaitu untuk kecepatan pengaduk pada unit flokulasi sebesar rpm. Hal ini dapat disebabkan karena debit yang masuk kedalam unit ini terlalu kecil sehingga mempengaruhi kapasitas pengaduk. Pada perhitungan Bilangan Reynold didapatkan nilai sebesar 14,987 sesuai dengan kriteria Qasim, et.al (2000) dengan bilangan reynold > Unit Sedimentasi Menurut Reynolds (1982), sedimentasi adalah pemisahan padatan dan cairan dengan menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk memisahkan partikel tersuspensi yang terdapat dalam cairan. Menurut Qasim, et.al (2000), pengendapan yang terjadi pada bak sedimentasi dapat dibagi menjadi empat kelas, yaitu : 1. Pengendapan Tipe I, Free Settling (contoh : prasedimentasi dan pengendapan pasir pada grit chamber). 2. Pengendapan Tipe II, Flocculent Settling (contoh : pengendapan primer pada air buangan dan pengendapan pada air yang telah melalui proses koagulasi dan flokulasi). 3. Pengendapan Tipe III, Zone/Hindered Settling. 4. Pengendapan Tipe IV, Compression Settling. Bak sedimentasi yang ideal dibagi menjadi 4 zona, yaitu zona inlet, zona outlet, zona lumpur, dan zona pengendapan. Ada tiga bentuk dasar dari bak pengendapan, yaitu rectangular, circular, dan square (Reynolds, 1982). Pada penelitian ini, bak sedimentasi dirancang dengan menggunakan bentuk circular. Bentuk circular atau melingkar lebih menguntungkan apabila ditinjau secara teknis dan operasional. Bentuk circular tidak memerlukan perawatan yang khusus, pemisahan lumpur lebih cepat, dan efisiensi pemisahan lebih besar. Kelemahan pada bentuk ini, yaitu memerlukan biaya yang tidak sedikt dalam merancangnya. Diagram perhitungan unit sedimentasi tertera pada Gambar 14.

41 27 Gambar 14 Diagram perhitungan unit sedimentasi Tabel 14 Kriteria rancangan unit sedimentasi Parameter Rancangan Kriteria rancangan Kriteria rancangan digunakan Limpasan saat aliran desain rataan, m 3 /m 2 hari Panjang bak (l), m Rasio panjang terhadap lebar Rasio panjang terhadap kedalaman Kedalaman air, m Lebar, m Waktu detensi, jam >1.5 3 Beban pada sekat ukur, m 3 /m hari Debit rata-rata bak, m 3 /detik

42 28 Tabel 15 Hasil perhitungan unit sedimentasi Faktor Rancangan Nilai Acuan Dimensi basin Luas permukaan, m Per. 57 Panjang, m 6 Pers. 59 Kedalaman air, m 2.5 Asumsi Lebar, m 3 Pers. 58 Diameter (D), m Free board, m 0.2 Asumsi Rata-rata kedalaman dasar-atas bak, m 2.7 Pers. 60 Laju limpasan saat aliran desain rata-rata, 20 Pers. 61 m 3 /m 2 hari Volume rata-rata bak, m Pers. 62 Waktu detensi saat aliran puncak, jam 3 Asumsi Struktur influen Debit di setiap saluran, m 3 /detik Pers. 64 Kecepatan aliran pada saluran saat aliran ratarata, Pers. 65 m 3 /detik Delta H, m Pers. 66 Struktur efluen Aliran debit puncak per bak, m 3 /hari 36 Data sekunder Panjang sekat ukur, m 0.10 Pers. 67 Panjang total sekat ukur, m 0.90 Pers. 68 Weir loading aktual, m 3 /m hari = (aliran debit puncak perbasin) / (panjang total weir) Jumlah v-notch 68 - Debit rata-rata per v-notch saat aliran ratarata, Pers. 69 m 3 /detik Kedalaman pada notch (H), m Pers. 69 Lebar launder, m Lebar efluen box, m Diameter pipa outlet, m Kedalaman air di efluen box, m 1 - Kedalaman air pada efluen launder (y 2 ), m 0.54 Pers.70 Aliran pada tiap efluen launder, m 3 /detik Pers. 71 y 1, m 0.54 Pers. 72 Kedalaman aliran pada akhir saluran, m 0.68 = y 1 x 1.25 Total kedalaman aliran di efluen launder, m 1.08 = (kedalaman aliran pada akhir saluran) + (lebar launder) Sedimentasi dirancang dengan menggunakan dua kolam sedimentasi untuk memaksimalkan hasil reduksi limbah yang dikelola di dalam unit ini. Selain itu, apabila salah satu dari kolam tersebut sedang mengalami kerusakan atau perbaikan, maka satu kolam lagi dapat dijadikan sebagai cadangan agar limbah yang masuk kedalam unit masih dapat direduksi secara maksimal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan debit rata-rata sebesar 36 m 3 /hari, lebar

43 bak yang dihasilkan sebesar 3 m dan panjang 6 meter dengan kedalaman bak direncanakan sebesar 2.5 m. Limpasan yang terjadi dengan dimensi dan debit yang direncanakan mencapai 20 m 3 /m 2 hari. Waktu detensi saat mencapai debit puncak sebesar 2.4 jam. Pada struktur efluen, panjang total pelat sekat ukur sebesar 0.9 m dengan beban aktual sebesar m 3 /m hari. Kuantitas lumpur yang diproduksi per hari sebesar kg. Berdasarkan hasil perhitungan, dimensi panjang unit sedimentasi dengan menggunakan bentuk circular ini belum masuk kedalam kriteria rancangan unit sedimentasi yang disyaratkan (Tabel 14). Dimensi yang diperoleh pada perhitungan sangat kecil dikarenakan debit yang masuk kedalam unit ini sangat kecil. Oleh karena itu, debit aliran yang masuk dapat diperbesar sehingga dimensi yang diperoleh dapat memenuhi syarat. Pada unit sedimentasi, BOD dapat di reduksi hingga 48 % dengan konsentrasi BOD sebesar 442 mg/l dan TSS dapat di reduksi hingga 70 % dengan konsentrasi TSS sebesar 93 mg/l. 29 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Berdasarkan hasil pengujian air limbah laboratorium IPB, parameter seperti ph, N-NO 2, NH 3, H 2 S sudah memenuhi standar baku mutu. Parameter TDS, COD, BOD, minyak dan lemak belum memenuhi standar baku mutu Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun Konsentrasi akhir TDS, COD, BOD, serta minyak dan lemak secara berturutturut sebesar mg/l, 3300 mg/l, 442 mg/l, dan 181 mg/l. Konsentrasi kadar polutan yang tinggi disebabkan karena sifat dari air limbah laboratorium mengandung bahan kimia yang bersifat asam, basa, organik, serta anorganik dengan jumlah konsentrasi yang besar. 2. Berdasarkan hasil pengujian jar test, dosis optimum koagulan yang dapat digunakan untuk pengolahan air limbah laboratorium periode bulan Februari hingga Mei yaitu sebesar 6250 mg/l PAC mg/l alum dengan persentasi penurunan nilai COD mencapai %. Akan tetapi, dosis optimum ini belum dapat sepenuhnya dijadikan patokan dalam pengolahan air limbah laboratorium IPB karena kondisi air limbah laboratorium yang selalu berbeda pada setiap semester. 3. Hasil perhitungan kesetimbangan massa menunjukkan bahwa konsentrasi TSS yang keluar dari IPAL IPB sudah berada di bawah baku mutu yaitu sebesar 93 mg/l, sedangkan konsentrasi BOD yang dihasilkan masih berada di atas baku mutu yaitu sebesar mg/l. Berdasarkan hasil perhitungan kesetimbangan massa menggunakan lumpur aktif, konsentrasi TSS setelah melalui pengolahan lumpur aktif diharapkan dapat di reduksi hingga 50% dengan konsentrasi TSS sebesar 50 mg/l dan konsentrasi BOD dapat di reduksi hingga 40% dengan konsentrasi sebesar 100 mg/l. 4. Unit koagulasi dan flokulasi dirancang dengan menggunakan pengaduk tipe mekanis. Berdasarkan perhitungan, kecepatan pengaduk pada unit koagulasi sebesar 208 rpm. Pada unit flokulasi, kecepatan pengaduk yang diperoleh sebesar 7 rpm belum sesuai dengan perencanaan awal sebesar rpm. Kecepatan pengaduk dapat ditingkatkan dengan memperbesar diameter

44 30 pengaduk. Kondisi aliran pada unit koagulasi dan flokulasi termasuk jenis aliran turbulen (NRe>10 4 ), sehingga olakan yang terjadi akan membuat koagulan tercampur secara merata. Pada unit sedimentasi, BOD dapat di reduksi hingga 48 % dengan konsentrasi BOD sebesar 442 mg/l dan TSS dapat di reduksi hingga 70 % dengan konsentrasi TSS sebesar 93 mg/l. Saran 1. Percobaan jar test dilakukan setiap akan melakukan proses pengolahan air limbah untuk mengetahui dosis optimum koagulan yang akan digunakan pada unit koagulasi dan flokulasi. 2. Penelitian lanjutan mengenai modifikasi IPAL IPB diperlukan dengan menambahkan unit pengolahan biologis dengan menggunakan lumpur aktif agar karakteristik air limbah yang dihasilkan berada di bawah baku mutu. 3. Sumberdaya manusia diperlukan untuk mengoperasikan IPAL IPB, sehingga IPAL dapat digunakan dengan optimal. DAFTAR PUSTAKA Akhtar, Waseem, Muhammad, R., Iqbal, A Optimum Design of Sedimentation Tanks Based on Settling Characteristics of Karachi Tannery Wastes. Pakistan: Institute of Environment Engineering and Research, NED University of Engineering and Technology. Water, Air, and Soil Pollution Volume 98: Arifiani, Nur Fajri Evaluasi Desain Instalasi Pengolahan Air PDAM Ibu Kota Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Jurnal Presipitasi. Vol. 3 No. 2 ISSN X Droste, R.L Theory and Practice of water and Wastewater Treatment. John Wiley & Sons : New York. Menteri Negara Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. Metcalf & Eddy Wastewater Engineering : Treatment, Disposal and Reuse 4 th Edittion. New York : McGraw Hill. Qasim, S.R Wastewater Treatment Plants: Planning, Design, and Operation. Boca Raton-Florida: CRC Press. Qasim, S.R., Motley, E.M., Zhu, G Water Works Engineering Planning, Design, & Operation. Dallas-Texas: Prentice-Hall. Said M Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida (PAC). Jurnal Penelitian Sains: Edisi Khusus Desember 2009 (C). Palembang: Universitas Sriwijaya. Sincero, Arcadio P., Sincero, Gregoria A Physical-chemical Treatment of Water and Wastewater.Boca Raton-Florida :IWA Publishing. Siregar, S.A Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta : Kanisius.

45 Steel, E.W. dan McGhee Water Supply and Sewerage. McGraw-Hill Inc., New York. Reynolds, T.D Unit Operation and Process in Environmental Engineering. Wadsword Inc., California. Yan, Mungquan, Liu, Hailong, Wang, Dongsheng, Ni, Jinren, Qu, Jiuhui Natural Organic Matter Removal by Coagulantion: Effect of Kinetics and Hydraulic Power. Water Science & Technology: Water Supply-WSTWS 9.1. Yuliati, Suci Proses Koagulasi-Flokulasi Pada Pengolahan Tersier Limbah Cair di PT. Capsugel Indonesia [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor. 31

46 32 Lampiran 1 Data laboratorium IPB dan senyawa kimia dominan

47 Lampiran 2 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri No Parameter Satuan Golongan Baku Mutu Limbah Cair I II FISIK 1 Temperatur der.c Zat padat larut mg/l Zat padat tersuspeni mg/l KIMIA 1 ph 6.0 sampai Besi terlarut (Fe) mg/l Mangan terlarut (Mn) mg/l Barium (Ba) mg/l Tembaga (Cu) mg/l Seng (Zn) mg/l Krom Heksavalen (Cr +6 ) mg/l Krom Total (Cr) mg/l Cadmium (Cd) mg/l Raksa (Hg) mg/l Timbal (Pb) mg/l Stanum mg/l Arsen mg/l Selenum mg/l Nikel (Ni) mg/l Kobalt (Co) mg/l Slanida (CN) mg/l Sulfida (H 2 S) mg/l Flourida (F) mg/l Klorin bebas (Cl 2 ) mg/l Amonia bebas (NH 3 -N) mg/l Nitrat (NO 3 -N) mg/l Nitrit ( NO 2 -N) mg/l BOD 5 mg/l COD mg/l Senyawa aktif biru metilen mg/l Fenol mg/l Minyak Nabati mg/l Minyak Mineral mg/l Radioaktif

48 34 Lampiran 3 Data hasil pengukuran jar test Pengukuran jar test dengan koagulan PAC Turbiditas Dosis ph TSS % COD % (NTU) (mg/l) (mg/l) penurunan (mg/l) penurunan Awal Akhir Awal Akhir Pengukuran jar test dengan koagulan Alum Turbiditas Dosis ph TSS % COD % (NTU) (mg/l) (mg/l) penurunan (mg/l) penurunan Awal Akhir Awal Akhir Pengukuran jar test dengan koagulan kombinasi (PAC + Alum) Dosis (mg/l) Turbiditas ph TSS % COD % (NTU) (mg/l) penurunan (mg/l) penurunan Awal Akhir Awal Akhir PAC Alum PAC Alum PAC Alum PAC Alum PAC Alum

49 Lampiran 4 Gambar denah unit koagulasi 35

50 36 36 Lampiran 5 Potongan A-A unit koagulasi

51 37 37 Lampiran 6 Gambar denah unit flokulasi

52 38 38 Lampiran 7 Potongan A-A unit flokulasi

53 39 39 Lampiran 8 Gambar denah unit sedimentasi

54 40 40 Lampiran 9 Potongan A-A unit sedimentasi

55 41 Lampiran 10 Potongan B-B unit sedimentasi

56 42 42 Lampiran 11 Potongan C-C unit sedimentasi

57 43 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan dengan nama Rissa Budiarti pada tanggal 24 Juli 1991 di Kota Bogor. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dengan ayah bernama Maulana Budi, S.H. dan ibu Iis Sumiati. Penulis merupakan lulusan dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bogor pada tahun 2006 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bogor tahun Setelah lulus SMA, penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor dengan jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan seperti Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL) periode 2010/2011 sebagai bendahara Departemen Hubungan Eksternal dan pada periode 2011/2012 sebagai sekretaris Departemen Hubungan Eksternal. Pada bulan Juni-Agustus 2012, penulis melaksanakan praktik lapang di PT. Sinar Sosro KPB Cibitung di daerah Cibitung dengan judul laporan Mempelajari Penanganan Limbah Cair di PT. Sinar Sosro KPB Cibitung dan pada tahun berikutnya, penulis menyelesaikan tugas akhir dengan judul Optimasi Penggunaan Koagulan Terhadap Rancangan Unit Koagulasi, Flokulasi, dan Sedimentasi pada Pengolahan Air Limbah Laboratorium dibawah bimbingan Dr. Satyanto Krido Saptomo, S.TP., M.Si. dan Allen Kurniawan, S.T., M.T.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN (1)Yovi Kurniawan (1)SHE spv PT. TIV. Pandaan Kabupaten Pasuruan ABSTRAK PT. Tirta Investama Pabrik Pandaan Pasuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang industri dan teknologi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian, ternyata juga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Prosedur Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan kali ini secara keseluruhan digambarkan oleh Gambar III.1. Pada penelitian kali akan digunakan alum sebagai koagulan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri penyamakan kulit merupakan salah satu industri rumah tangga yang sering dipermasalahkan karena limbahnya yang berpotensi mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 06: 16-26 KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Sudiro Ika Wahyuni Harsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi). KINERJA KOAGULAN UNTUK PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU KETUT SUMADA Jurusan Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur email : ketutaditya@yaoo.com Abstrak Air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai usaha telah dilaksanakan oleh pemerintah pada akhir-akhir ini untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat

Lebih terperinci

Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida (PAC)

Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida (PAC) Jurnal Penelitian Sains Edisi Khusus Desember 2009 (C) 09:12-08 Pengolahan Air Limbah Laboratorium dengan Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan Poli Aluminium Klorida (PAC) Muhammad Said Jurusan Kimia FMIPA,

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 PARAMETER BIOLOGIS BADAN AIR SUNGAI NGRINGO SEBAGAI DAMPAK INDUSTRI TEKSTIL Nanik Dwi Nurhayati Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta Email: nanikdn@uns.ac.id ABSTRAK Berbagai bakteri

Lebih terperinci

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN LIMBAH Oleh: KELOMPOK 2 M. Husain Kamaluddin 105100200111013 Rezal Dwi Permana Putra 105100201111015 Tri Priyo Utomo 105100201111005 Defanty Nurillamadhan 105100200111010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penurunan kualitas air merupakan salah satu bentuk penurunan kualitas lingkungan sebagai akibat dari tingkat pertambahan penduduk yang semakin tinggi dan peningkatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Water Treatment Plan (WTP) sungai Cihideung milik Institut Pertanian Bogor (IPB) kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan II. Dasar Teori Sedimentasi adalah pemisahan solid dari

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride) PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride) Etih Hartati, Mumu Sutisna, dan Windi Nursandi S. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI 85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pengenalan Air Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PERCETAKAN DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN TAWAS DAN FeCl 3 SERTA PENJERAPAN OLEH ZEOLIT RETNO SUDIARTI

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PERCETAKAN DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN TAWAS DAN FeCl 3 SERTA PENJERAPAN OLEH ZEOLIT RETNO SUDIARTI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PERCETAKAN DENGAN PENAMBAHAN KOAGULAN TAWAS DAN FeCl 3 SERTA PENJERAPAN OLEH ZEOLIT RETNO SUDIARTI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian air secara umum Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan digunakan.air murni adalah air yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri

Lebih terperinci

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas bahan uji dan bahan kimia. Bahan uji yang digunakan adalah air limbah industri tepung agar-agar. Bahan kimia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampui daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah

Lebih terperinci

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut Pengolahan Aerasi Aerasi adalah salah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air. Penambahan oksigen dilakukan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand) Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) COD atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN ABSTRACT Dian Yanuarita P 1, Shofiyya Julaika 2, Abdul Malik 3, Jose Londa Goa 4 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ). 0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI al Kimiya, Vol. 2, No. 1, Juni 215 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI FARMASI DYAH DWI POERWANTO, 1 EKO PRABOWO HADISANTOSO, 1*

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian Penelitian biofiltrasi ini targetnya adalah dapat meningkatkan kualitas air baku IPA Taman Kota Sehingga masuk baku mutu Pergub 582 tahun 1995 golongan B yakni

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

Karakteristik Air Limbah

Karakteristik Air Limbah Karakteristik Air Limbah Prof. Tjandra Setiadi, Ph.D. Program Studi Teknik Kimia FTI Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Institut Teknologi Bandung Email: tjandra@che.itb.ac.id Fisik Karakteristik Air

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Hasil Percobaan Pengumpulan data hasil percobaan diperoleh dari beberapa pengujian, yaitu: a. Data Hasil Pengujian Sampel Awal Data hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Operasi IPAL Mojosongo Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Mojosongo di bangun untuk mengolah air buangan dari kota Surakarta bagian utara, dengan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Water Treatment Plant (WTP) sungai Cihideung milik Institut Pertanian Bogor (IPB) kabupaten Bogor, Jawa Barat.Analisa laboratorium

Lebih terperinci

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

BAB V ANALISA AIR LIMBAH BAB V ANALISA AIR LIMBAH Analisa air limbah merupakan cara untuk mengetahui karakteristik dari air limbah yang dihasilkan serta mengetahui cara pengujian dari air limbah yang akan diuji sebagai karakteristik

Lebih terperinci

PENENTUAN KAPASITAS UNIT SEDIMENTASI BERDASARKAN TIPE HINDERED ZONE SETTLING

PENENTUAN KAPASITAS UNIT SEDIMENTASI BERDASARKAN TIPE HINDERED ZONE SETTLING PROCEEDING NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE PENENTUAN KAPASITAS UNIT SEDIMENTASI BERDASARKAN TIPE HINDERED ZONE SETTLING Alien Kurniawan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Air suatu kebutuhan yang tidak dapat ditinggalkan untuk kebutuhan manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum, masak, mandi, mencuci, pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu pada 7 Oktober 2015 hingga 7 November 2015 di Sub Lab Kimia FMIPA UNS dan Balai Laboratorium Kesehatan

Lebih terperinci

STUDI PENDAHULUAN : PENGOLAHAN LIMBAH CAIR HASIL PRODUKSI PATI BENGKUANG DI GUNUNGKIDUL

STUDI PENDAHULUAN : PENGOLAHAN LIMBAH CAIR HASIL PRODUKSI PATI BENGKUANG DI GUNUNGKIDUL SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak memerlukan berbagai macam bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya tersebut manusia melakukan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April Agustus 2009 di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor. Lokasi pengambilan contoh (Dekeng)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD

Gambar 3. Penampakan Limbah Sisa Analis is COD IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Limbah Laboratorium Limbah laboratorium yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah sisa analisis COD ( Chemical Oxygen Demand). Limbah sisa analisis COD

Lebih terperinci

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY PERSYARATAN PENGAMBILAN SAMPEL Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY Pengambilan sampel lingkungan harus menghasilkan data yang bersifat : 1. Obyektif : data yg dihasilkan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL KULIT

PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL KULIT PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL KULIT Irmayana 1, Eko Prabowo Hadisantoso 1*, dan Soeharti Isnaini 2 1 Jurusan

Lebih terperinci

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc Oleh: Rizqi Amalia (3307100016) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 KERANGKA PENELITIAN

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (RE091322) Semester Ganjil 2010-2011 MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL Joni Hermana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS Kampus Sukolilo, Surabaya 60111 Email: hermana@its.ac.id

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan. 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Kerja Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sederhana Natar-Lampung Selatan. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Biomassa dari bulan

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP Lutfi Noorghany Permadi luthfinoorghany@gmail.com M. Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH

PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH 3307100042 Latar Belakang Rumusan Masalah dan Tujuan Rumusan Masalah Tujuan Berapa besar dosis optimum koagulan

Lebih terperinci

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT. SEMINAR AKHIR KAJIAN KINERJA TEKNIS PROSES DAN OPERASI UNIT KOAGULASI-FLOKULASI-SEDIMENTASI PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BABAT PDAM KABUPATEN LAMONGAN Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari 3309 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960 RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR Oleh DEDY BAHAR 5960 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG PROGRAM STUDY KEAHLIAN TEKNIK KIMIA KOPETENSI KEAHLIAN KIMIA

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN

LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN LAMPIRAN A PROSEDUR PENELITIAN LA.1 Tahap Penelitian Fermentasi Dihentikan Penambahan NaHCO 3 Mulai Dilakukan prosedur loading up hingga HRT 6 hari Selama loading up, dilakukan penambahan NaHCO 3 2,5 g/l

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini diperlukan alur penelitian, berikut merupakan diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. STUDI LITERATUR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK LIMBAH CAIR Limbah cair tepung agar-agar yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah cair pada pabrik pengolahan rumput laut menjadi tepung agaragar di PT.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir-hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Limbah Limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, dan sebagainya. Limbah yang mengandung

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen Kekeruhan (NTU) BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Kualitas Air 1. Nilai Kekeruhan Air Setelah dilakukan pengujian nilai kekeruhan air yang dilakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instansi yang paling banyak menghasilkan limbah salah satunya adalah rumah sakit. Limbah yang dihasilkan rumah sakit berupa limbah padat maupun limbah cair, mulai dari

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #6 Genap 2014/2015. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c.

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #6 Genap 2014/2015. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. Materi #6 Sumber Air 2 Air Tanah Lebih sedikit bakteri. Kemungkinan terdapat banyak larutan padat. Air Permukaan Lebih banyak bakteri. Lebih banyak padatan tersuspensi dan ganggang. 6623 - Taufiqur Rachman

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE

PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE PENGOLAHAN LIMBAH PEWARNAAN KONVEKSI DENGAN BANTUAN ADSORBEN AMPAS TEBU DAN ACTIVATED SLUDGE Deddy Kurniawan W, Fahmi Arifan, Tri Yuni Kusharharyati Jurusan Teknik Kimia PSD III Teknik, UNDIP Semarang

Lebih terperinci

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK

PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK PERANCANGAN REAKTOR ACTIVATED SLUDGE DENGAN SISTEM AEROB UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK TUGAS AKHIR Oleh: I Gusti Ngurah Indra Cahya Hardiana 0704105029 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota besar, semakin banyak didirikan Rumah Sakit (RS). 1 Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS AIR

PENENTUAN KUALITAS AIR PENENTUAN KUALITAS AIR Analisis air Mengetahui sifat fisik dan Kimia air Air minum Rumah tangga pertanian industri Jenis zat yang dianalisis berlainan (pemilihan parameter yang tepat) Kendala analisis

Lebih terperinci

: Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya

: Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya Topik : Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya Tujuan : 1. Mahasiswa memahami sumber-sumber dan macam-macam limbah cair 2. Mahasiswa memahami karakteristik limbah cair 3. Mahasiswa memahami teknologi pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 18 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap

Lebih terperinci

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC)

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC) RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC) Ninik Lintang Edi Wahyuni Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir Ds Ciwaruga, Bandung 40012

Lebih terperinci

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5. BAB 3 ALAT DAN BAHAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat- alat 1. Gelas ukur 25mL Pyrex 2. Gelas ukur 100mL Pyrex 3. Pipet volume 10mL Pyrex 4. Pipet volume 5mL Pyrex 5. Buret 25mL Pyrex 6. Erlenmeyer 250mL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia merupakan salah satu penyebab tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya. Pencemaran

Lebih terperinci

Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka

Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka Jurnal Penelitian Sains Volume 13 Nomer 3(C) 13307 Proses Klorinasi untuk Menurunkan Kandungan Sianida dan Nilai KOK pada Limbah Cair Tepung Tapioka Fahma Riyanti, Puji Lukitowati, Afrilianza Jurusan Kimia

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL KELOMPOK : 3 NAMA NIM APRIANSYAH 06111010020 FERI SETIAWAN 06111010018 ZULKANDRI 06111010019 AMALIAH AGUSTINA 06111010021 BERLY DWIKARYANI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan 2. Alat

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan 2. Alat III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Limbah cair usaha kegiatan peternakan dari MT Farm Ciampea b. Air Danau LSI IPB. c.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Penelitian Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu blotong dan sludge industri gula yang berasal dari limbah padat Pabrik Gula PT. Rajawali

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L)

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L) UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L) Yuli Pratiwi 1*, Sri Hastutiningrum 2, Dwi Kurniati Suyadi 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN ALAMI BIJI KELOR

OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN ALAMI BIJI KELOR OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN ALAMI BIJI KELOR (Moringa oleifera) PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR MOCAF Natural Coagulant Optimization Using Moringa Seeds (Moringa oleifera) in Mocaf Wastewater Treatment Elida

Lebih terperinci

PENANGANAN LIMBAH CAIR KILANG PENGOLAHAN KAYU DENGAN SISTEM RECYCLING

PENANGANAN LIMBAH CAIR KILANG PENGOLAHAN KAYU DENGAN SISTEM RECYCLING PENANGANAN LIMBAH CAIR KILANG PENGOLAHAN KAYU DENGAN SISTEM RECYCLING Heri Soedarmanto (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Banjarmasin Ringkasan Telah dilakukan penelitian mengenai

Lebih terperinci

Efektifitas Poly Aluminium Chloride (PAC) Pada Pengolahan Limbah Lumpur Pemboran Sumur Minyak

Efektifitas Poly Aluminium Chloride (PAC) Pada Pengolahan Limbah Lumpur Pemboran Sumur Minyak Efektifitas Poly Aluminium Chloride (PAC) Pada Pengolahan Limbah Lumpur Pemboran Sumur Minyak Yustinawati, Nirwana, Irdoni HS Jurusan S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Bina Widya

Lebih terperinci

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr.

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 7, Nomor 1, Januari 2015 Hal. 29-40 Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia tahun 2014 memproduksi 29,34 juta ton minyak sawit kasar [1], tiap ton minyak sawit menghasilkan 2,5 ton limbah cair [2]. Limbah cair pabrik kelapa sawit

Lebih terperinci

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI.   ABSTRAK PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI Anwar Fuadi 1*, Munawar 1, Mulyani 2 1,2 Jurusan Teknik kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Email: arfirosa@yahoo.co.id ABSTRAK Air adalah elemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada bulan Juli 2013 sampai dengan bulan November

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada bulan Juli 2013 sampai dengan bulan November BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia. Untuk keperluan analisis digunakan Laboratorium

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Lampiran 2 LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Umur : Jenis kelamin : Alamat : No.Telp./ HP : Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN A METODOLOGI PENELITIAN LAMPIRAN A METODOLOGI PENELITIAN A.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ekologi, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, (USU), Medan. A.2 BAHAN DAN PERALATAN A.2.1 Bahan-Bahan

Lebih terperinci

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES KOAGULASI FLOKULASI LIMBAH CAIR PABRIK TAHU Harimbi Setyawati 1), Mawan Kriswantono 2), Dinda An Nisa 3), Rakhmawati Hastuti 4) 1,3,4 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan AIR Sumber Air 1. Air laut 2. Air tawar a. Air hujan b. Air permukaan Impurities (Pengotor) air permukaan akan sangat tergantung kepada lingkungannya, seperti - Peptisida - Herbisida - Limbah industry

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c. BAB 3 METODE PERCOBAAN Pada analisis yang dilakukan terhadap penentuan kadar dari beberapa parameter pada limbah cair pengolahan kelapa sawit menggunakan beberapa perbedaan alat dan metode, adapun beberapa

Lebih terperinci