Key words: Hydroquinones, night cream, thin layer chromatography, uv-vis Spectrophotometry

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Key words: Hydroquinones, night cream, thin layer chromatography, uv-vis Spectrophotometry"

Transkripsi

1 JURNAL ANALIS FARMASI Volume 1, No. 3 Juli 2016 Hal IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM MALAM PADA EMPAT KLINIK KECANTIKAN DI BANDAR LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS IDENTIFICATION AND DTERMINATION OF CONTENTS OF HYDROQUINONES IN NIGHT CREAM AT FOUR CLINICS IN BANDAR LAMPUNG BEAUTY WITH THIN LAYER CHROMATOGRAPHY AND UV-VIS SPECTROPHOTOMETRY Niken Feladita 1, Gusti Ayu Rai Saputri 1, Lita Puspita 1 ABSTRACT Cosmetics including pharmaceutical preparation used to beauty the face. Cosmetics composition containing a dangerous from a wide range of chemical compounds, such as hydroquinone. Contained cream in the usual preparation hydroquinone, night cream. The use of hydroquinone according to bpom \the hard drugs that can only be used based on tghe prescription of the doctor.hydroquinones are prohibited to use without doctor s prescription because it has dangerous side effects. The sample used was the night cream in beauty clinics because in beauty clinis there is a doctor so likely not standardised to bpom and unknown contents of hydroquinones. While according to regulations in 2007, bpom hydroquinones contents in cosmetics may not exceed 2% by using doctor s prescription. The content of substances using the color reaction of hydroquinones is observed with the addition of fecl3 followed by using the method of thin layer chromatography and uv-vis spectrophotometry. The research result showed that in the four samples are positive containt hydroqunones, either using a color reaction, thin layer chromatography and uv-vis spectrophotometry with content of cream A = 0,000865%, B = 0,00205%, C = 0,001225% and D = 0,00063%. Key words: Hydroquinones, night cream, thin layer chromatography, uv-vis Spectrophotometry ABSTRAK Kosmetik termasuk sediaan farmasi yang digunakan untuk mempercantik wajah. kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari berbagai macam senyawa kimia misalnya hidrokuinon. Hidrokuinon biasa terdapat didalam sediaan krim malam. Penggunaan hidrokuinon menurut Peraturan BPOM termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Hidrokuinon dilarang digunakan tanpa resep dokter karena memiliki efek samping berbahaya. Sampel yang digunakan adalah krim malam yang ada di klinik kecantikan karena di klinik kecantikan terdapat dokter sehingga besar kemungkinan krim tersebut belum distandarisasikan ke BPOM dan belum diketahui kadar hidrokuinonya. sedangkan menurut peraturan BPOM tahun 2007 kadar hidrokuinon dalam kosmetik tidak boleh melebihi 2% dengan menggunakan resep dokter. Kandungan zat hidrokuinon diamati menggunakan reaksi warna dengan penambahan FeCl 3 kemudian dilanjutkan dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis dan metode Spektrofotometri UV. Hasil penelitiaan menunjukan bahwa pada keempat sampel positif teridentifikasi adanya hidrokuinon baik menggunakan reaksi warna, Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV dengan kadar krim A = 0,000865%, krim B = 0,00205%, krim C =0,001225%, dan krim D =0,00063% Kata kunci: Hidrokuinon, Krim malam, Kromatografi Lapis Tipis (KLT), Spektrofotometri UV-Vis 1) Akafarma Putra Indonesia Lampung

2 Niken Feladita, Gusti Ayu Rai Saputri, Lita Puspita PENDAHULUAN Banyak cara yang dilakukan wanita saat ini untuk mempercantik diri salah satunya adalah pengunaan berbagai macam jenis kosmetik. Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika, yang dimaksud kosmetika adalah bahan atau sediaan yang di maksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan memperbaiki bau badan atau melindungi atau memilihara tubuh pada kondisi baik (6). Beberapa bahan kimia berbahaya yang sering ditambahkan pada krim pemutih antara lain yaitu: merkuri, asam retinoat, hidrokuinon. Hidrokuinon merupakan senyawa kimia yang bersifat larut air, padatanya berbentuk kristal jarum berwarna putih, jika terpapar cahaya dan udara warnanya akan berubah menjadi gelap (8). Penggunaan hidrokuinon menurut peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berdasarkan Public Warning/Peringatan Nomor KH tanggal 1 Agustus 2007 adalah hidrokuinon >2% termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar juga dapat menyebabkan kelainan pada ginjal, kanker darah dan kanker sel. Kemudian pada tanggal 11 Juni 2009 Penggunaan hidrokuinon menurut peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berdasarkan publik warning/peringatan Nomor KH hidrokuinon termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter, bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar, bercak-bercak hitam. Meskipun dibawah pengawasan dokter, kandungan hidrokuinon dalam krim malam masih mungkin menimbulkan dampak negatif karena tingkat sensitifitas kulit yang berbeda beda. Pada saat ini sering di temukannya krim kecantikan khususnya krim malam yang terdapat di klinik kecantikan banyak krim yang tidak mencantumkan nomer registrasi yang berarti krim tersebut belum terdaftar dan mendapat izin dari BPOM. Efek samping hidrokuinon menimbulkan alergi, dapat menyebabkan toksisitas akut dan kronik hidrokuinon juga menyebabkan kelainan pada ginjal, proliferasi sel, dan berpotensi sebagai karsinogenik dan teratogenik (25). Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai identifikasi dan penetapan kadar hidrokuinon dalam krim malam pada empat klinik kecantikan yang ada di Bandar Lampung. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menetapkan kadar hidrokuinon di antaranya menggunakan Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV- Vis. Keuntungan menggunakan metode ini yaitu: hanya membutuhkan sedikit pelarut, membutuhkan waktu yang singkat untuk melakukan analisis, dapat menganalisis larutan dengan konsentrasi yang sangat kecil. Berdasarkan uraian diatas penelitiaan ini penting dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengetahui kadar hidrokuinon dalam krim malam di keempat klinik kecantikan di Bandar Lampung secara Kromarografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV-Vis. METODE PENELITIAN Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah krim malam yang ada diklinik kecantikan di bandar lampung, Hidrokuinon, Toluen, Asam asetat glasial, Etanol 96%, Natrium sulfat dan HCl 4 N 136 Jurnal Analis Farmasi Volume 1 No.3 Juli 2016

3 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM MALAM PADA EMPAT KLINIK KECANTIKAN DI BANDAR LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Cara Kerja Penelitiaan Prosedur kerja reaksi warna (18) Diambil sampel secukupnya letakan di atas plat tetes, kemudiaan ditambahkan 3 tetes pereaksi Fecl 3 Prosedur kerja Kromatografi Lapis Tipis (5). Pembuatan Larutan Uji Timbang seksama 1,5 g sampel di dalam Beaker glass 25 ml. Tambahkan 15 ml etanol 96% sedikit demi sedikit, kemudian campur. Tuang kedalam labu terukur 25 ml. Homogenkan dalam tangas ultrasonik selama 10 menit, dan dinginkan labu hingga suhu ruang. Tambahkan etanol 96% sampai tanda batas ad 25 ml, lalu campur. Letakkan dalam tangas es hingga terjadi pemisahan selama lebih kurang 10 menit, saring melalui kertas saring. Pembuatan Larutan Baku Timbang seksama lebih kurang 0,02 g Hidrokuinon BP. Masukan ke dalam labu ukur 10 ml. Tambahkan dengan 5 ml etanol 96%, lalu kocok sampai larut. Kemudian encerkan dengan etanol 96% sampai tanda.larutan Uji Ditambah Larutan Baku. Campur 1 ml larutan baku dengan 1 ml larutan uji, kemudiaan dikocok hingga homogen. Identifikasi Krim Malam dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis Siapkan chamber yang telah dijenuhkan dengan fase gerak toluen : asam asetat glasial (8 : 2). Kemudian sampel ditotolkan pada plat KLT dengan menggunakan pipa kapiler pada jarak 2,5 cm dari bagian bawah plat, jarak antara noda adalah 1.5cm dibiarkan beberapa saat hingga mengering. Plat KLT yang telah mengandung cuplikan dimasukkan kedalam chamber yang terlebih dahulu telah dijenuhkan. Dibiarkan hingga lempeng terelusi sempurna, kemudiaan plat KLT diangkat dan dikeringkan. Noda hasil pemisahan diamati di bawah cahaya UV 254 nm, kemudiaan dihitung nilai Rf. Prosedur Kerja Penelitiaan Secara Spektrofotometri UV-Vis (18). Pembuatan Larutan Uji Ditimbang sampel masingmasing sebanyak 1,2 g dimasukan ke dalam erlenmeyer 250 ml dan masing-masing wadah diberi lebel. Ditambahkan 6 tetes HCl 4 N dan 10 ml etanol kemudiaan dipanaskan di atas penangas air sambil diaduk. Disaring dengan menggunakan kertas saring yang telah berisi dengan 1 g natrium sulfat dan dimasukan ke dalam labu ukur 10 ml. Ditambah dengan etanol 96 % sampai garis tanda dan dikocok hingga homogen. Pembuatan Larutan Baku Hidrokuinon 1000 ppm Timbang 100 mg hidrokuinon Larutkan dengan etanol 96% dengan labu takar 100 ml ad sampai tanda dan dihomogenkan Diperoleh konsentrasi larutan 1000 mg/l. Penentuaan Kadar Sampel Masukan larutan uji ke dalam kuvet pada spektrofotometri uv-vis Ukur absorbansi larutan uji pada panjang gelombang maksimum. Hitung kadar larutan uji dengan rumus persamaan regresi dan kurva kalibrasi. Analisa Data Jarak pengembangan senyawa pada kromatografi biasanya dinyatakan dengan angka Rf. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut titik awal Rf = Jarak titik pusat bercak dari titik awal Jarak bercak Untuk menghitung kadar hidrokuinon dalam sampel dihitung menggunakan kurva baku dengan persamaan regresi : y = ax + b Keterangan : y = absorban a = slope b = intersep x = kadar larutan sampel Jurnal Analis Farmasi Volume 1 No.3 Juli

4 Niken Feladita, Gusti Ayu Rai Saputri, Lita Puspita HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dalam penelitian dilakukan dua analisis yaitu kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif meliputi pemeriksaan dengan reaksi warna dan Kromatografi Lapis Tipis, sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan metode Spektrofotometri UV-Vis. Tabel 1. Hasil pengamatan penandaan pada kemasan Sampel Nama Tanggal Nomor Kemasan Nomor registrasi Produk kadaluarsa Batch A Ada Pot Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada B Ada Pot Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada C Ada Pot Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada D Ada Pot Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tabel 2. Hasil pemeriksaan dengan reaksi warna Hasil Pereaksi Sampel Keterangan Pengamatan Baku Hijau + A Hijau + FeCl 3 B Hijau + C Hijau + D Hijau + Sumber: Data yang diolah Keterangan : (+) : Positif mengandung hidrokuinon ( ) : Negatif tidak mengandung hirokuinon Tabel 3. Hasil perhitungan harga Rf Sampel Keterangan Pengulangan 1 2 Sampel 0,42 0,43 A Baku 0,44 0,44 Sampel+Baku 0,45 0,45 Sampel 0,44 0,43 B Baku 0,43 0,42 Sampel+Baku 0,42 0,42 Sampel 0,37 0,35 C Baku 0,36 0,36 Sampel+Baku 0,36 0,37 Sampel 0,1 0,113 D Baku 0,11 0,11 Sampel+Baku 0,1 0,10 Sumber: Data yang diolah Hasil Positif Positif Positif Positif 138 Jurnal Analis Farmasi Volume 1 No.3 Juli 2016

5 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM MALAM PADA EMPAT KLINIK KECANTIKAN DI BANDAR LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Tabel 4. Kadar Rata-Rata Hidrokuinon No Sampel Absorban (A) Kadar ppm %(gr/100ml) rata-rata Pengulangan Pengulangan Pengulangan (%) A 0,331 0,333 8,6339 8,6947 0, , , B 0,737 0,738 20, ,9860 0, ,0021 0, C 0,450 0,451 12, ,2758 0, , , D 0,262 0,249 6,5399 6, , , ,00065 Sumber: Data yang diolah nm, 0, nm, 0, Gambar 1. Panjang Gelombang Maksimum Gambar 2. Kurva Kalibrasi Jurnal Analis Farmasi Volume 1 No.3 Juli

6 Niken Feladita, Gusti Ayu Rai Saputri, Lita Puspita PEMBAHASAN Sampel yang diambil untuk penelitiaan ini adalah krim malam yang memiliki fungsi sebagai krim pemutih wajah yang ada dikeempat klinik kecantikan di Bandar Lampung. Pengambilan sampel ini dilakukan secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah di ketahui sebelumnya, krim malam yang didapatkan dari keempat klinik kecantikan yang ada di Bandar Lampung yang memiliki kriteria sesuai dengan unsur-unsur yang dicari dari hasil kuesioner yang disebarkan secara acak kepada pasien di 16 klinik kecantikan yang ada di bandar lampung. Sebelum dilakukan penetapan kadar terhadap setiap sampel terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dengan reaksi warna hasil yang didapatkan dari keempat sampel dinyatakan positif hal ini dilihat dari hasil perubahan warna yang terjadi pada saat sampel ditambahkan beberapa tetes FeCl 3 yang sebelumnya sampel berwarna kuning berubah menjadi warna hijau. Hidrokuinon ditambahkan feriklorida menghasilkan senyawa kompleks, timbul senyawa kompleks dimana unsur O pada hidrokuinon berikatan dengan FeCl 2 membentuk reaksi yang menghasilkan warna hijau dalam kondisi asam (26). Untuk lebih memastikan bahwa zat yang terkandung didalam sampel adalah hidrokuinon maka pemeriksaan dilanjutkan dengan identifikasi menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). KLT merupakan suatu metode yang dapat memisahkan suatu senyawa campuran menjadi senyawa murni. Metode ini merupakan metode yang paling sering digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa campuran. Deteksi yang digunakan dalam pemisahan hidrokuinon yaitu menggunakan radiasi sinar ultraviolet 254nm dikarenakan silika gel yang di pakai GF 254 yang akan berflouresensi pada panjang gelombang tersebut. Penanganan sampel dilakukan dengan cara menimbang tiap sampel sebanyak 1,5 gram, sampel ditambahkan etanol 96%. Penambahan etanol 96% bertujuan untuk melarutkan hidrokuinon dalam krim pemutih. Kemudiaan dihomogenkan di tangas ultrasonik bertujuan agar melelehkan bahan dasar krim, setelah itu diletakan dalam tangas es untuk memisahkan hidrokuinon dari bahan dasar krim. Selanjutnya disaring menggunakan kertas saring penyaringan bertujuaan untuk menyaring kemungkinan adanya partikel-partikel kecil yang ikut terbawa sehingga dapat mempengaruhi proses pemisahan, larutan yang di dapat dari penyaringan ini digunakan sebagai larutan uji atau larutan sampel. Selanjutnya pembuatan larutan baku pembanding sejumlah 0,02 gram hidrokuinon dilarutkan dengan etanol 96% sampai 10 ml. Penanganan kontrol positif (sampel dan baku pembanding) dengan cara 1 ml larutan baku dengan 1 ml larutan uji dicampurkan kemudiaan dikocok hingga homogen. Pada pemisahan ini plat yang digunakan sebagai fase diam adalah silika gel GF 254 karena analit tidak berwarna sehinggaa digunakan silika gel GF 254 silika gel ini mampu berflouresensi dengan baik pada sinar UV dengan panjang gelombang 254 nm. Ketiga larutan tersebut yang merupakan larutan sampel, kontrol positif dan baku pembanding ditotolkan pada plat dengan jarak dari dasar plat 2,5 cm, jarak penotolan sampel, kontrol positif dan baku pembanding yaitu 1,5 cm Jarak penotolan 2,5 cm dari dasar plat agar totolan tidak terendam oleh fase gerak sedangkan jarak penotolan larutan yang satu dengan yang lainnya agar tidak terjadi penumpukan bercak pada saat pengembangan. Penotolan dilakukan dengan menggunakan syringe berukuran 100µI penotolan dilakukan dengan cara menotolkan sedikit demi sedikit larutan yang telah dibuat. Kemudiaan setelah didapatkan bercak hidrokuinon dihitung harga Rf,sampel dapat dinyatakan positif jika hasil perhitungan harga Rf tidak lebih dari 0,05. Berikut gambar hasil dari kromatografi lapis tipis: 140 Jurnal Analis Farmasi Volume 1 No.3 Juli 2016

7 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM MALAM PADA EMPAT KLINIK KECANTIKAN DI BANDAR LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D S Bp Bp+S S Bp Bp+S S Bp Bp+S S Bp Bp+S Keterangan: S = Sampel Bp = Baku Pembanding Bp + S =Baku Pembanding + Sampel Dari hasil penelitiaan didapatkan harga Rf yang berbeda-beda pada keempat sampel hal ini disebabkan karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga Rf antara lain: aktifasi plat, tebal dan kerataan dari plat, pelarut, jumlah penotolan, suhu, derajat kejenuhan dan uap dalam bejana pengembang yang digunakan. Menurut peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK Tahun 2011 tentang metode analisis identifikasi dan penetapan kadar hidrokuinon dalam kosmetik secara Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi terdapat dua macam fase gerak untuk identifikasi hidrokuinon secara KLT yaitu: n-heksan:aseton (3:2) dan toluen:asam asetat glasial (8:2) penelitiaan ini menggunakan fase gerak toluen:asam asetat glasial (8:2). Fase gerak yang dipakai berfungsi sebagai mengikat/menarik senyawa yang diduga hidrokuinon sampai batas elusi dan menimbulkan bercak. Terdapat dua fase dalam kromatografi lapis tipis yaitu fase normal (normal phase) dan fase terbalik (reverse phase), normal phase adalah fase diamnyapolar fase geraknya non polar sedangkan reverse phase adalah fase diamnya non polar pada penelitian ini digunakan normal phase. Berdasarkan hasil deteksi dengan menggunakan sinar UV 254 nm dan Rf Kromatografi Lapis Tipis dari keempat sampel krim malam yang terdiri dari sampel A, B, C, D dapat disimpulkan bahwasampel krim malam positif mengandung hidrokuinon hal ini dapat dilihat dari hasil deteksi dibawah sinar UV 254 nm yaitu terdapat atau timbul bercak berwarna ungu, pada penotolan sampel, baku pembanding dan kontrol positif memiliki warna yang sama dan jarak rambat yang tidak jauh berbeda.bercak bewarna ungu, timbul dikarenakan adanya interaksi antara sinar uv dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang terdapat pada bercak tersebut. Dari hasil diatas dapat dilanjutkan kepenelitiaan selanjutnya yaitu penetapan kadar hidrokuinon dengan menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis. Penetapan kadar dilakukan dengan cara menimbang sampel sebanyak 1,2 gram ditambakan 6 tetes HCl 4 N, penambahan HCl 4 N bertujan agar hidrokuinon dapat dipisahkan dari senyawa lain yang ada di dalam krim senyawa lain yang terdapat didalam krim antara lain basis krim dan zat aktif lain yang ada didalam krim. Kemudian ditambahkan 10 ml etanol bertujuaan untuk melarutkan hidrokuinon kemudiaan dipanaskan lalu disaring dengan menggunakan kertas saring yang telah berisi 1 gram natrium sulfat, kertas saring yang telah berisi 1 gram natrium sulfat bertujuaan untuk menarik agar tidak terdapat fase air lagi. Hasil penyaringan ditambahkan etanol 96% sampai garis tanda dan di kocok hingga homogen. Setelah larutan uji siap pengerjaan dilakukan dengan mencari panjang gelombang maksimum terlebih dahulu, panjang gelombang maksimum hidrokuinon berada pada panjang gelombang 294 nm. Tujuan pengukuran dari panjang gelombang maksimum adalah agar dapat diketahui serapan optimum dari hidrokuinon,selanjutnya panjang gelombang ini akan digunakan untuk menggukur absorban sampel.berdasarkan hukum Lambert- Beer, arbsorbansi berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan sel. absorban yang didapat dari sampel yaitu sampel A 0,331 dan 0,333, sampel B 0,737 dan 0,738, sampel C Jurnal Analis Farmasi Volume 1 No.3 Juli

8 Niken Feladita, Gusti Ayu Rai Saputri, Lita Puspita 0,450 dan 0,451, sampel D 0,262 dan 0,249. Untuk membuat kurva kalibrasi terlebih dahulu dibuat larutan series setandar dengan konsentrasi 0,4 ppm, 0,8 ppm, 1,6 ppm dan 3,2 ppm. Fungsi pembuatan kurva kalibrasi untuk melihat linieritas antara konsentrasi dengan serapan. Berdasarkan pengukuran antara nilai serapan dan konsentrasi diperoleh persamaany = 0,03295x + 0, Nilai Y adalah serapan, nilai a adalah slope (kemiringan), nilai x adalah konsentrasi sampel dan b adalah intercept. Berdasarkan hasil pengujiaan di ketahui bahwa kadar hidrokuinon dalam krim malam yang ada di klinik kecantikan di bandar lampung sebesar Sampel A= 0,000865%, Sampel B= 0,00205%, Sampel C= 0,001225% dan Sampel D= 0,00063%. Data yang diperoleh diatas menunjukan bahwa kadar hidrokuinon yang ditambahkan dalam krim malam masih dengan kadar yang sangat kecil dan memenuhi persyaratan pada publik warning/peringatan nomor KH tahun 2007 yang menyatakan hidrokuinon tidak lebih besar 2% yang hanya dapat dipergunakan berdasarkan resep dokter. Hidrokuinon termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter. Bahaya penggunaan obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar juga dapat menyebabkan kelainan pada ginjal, kanker darah dan kanker sel (2). Hidrokuinon bekerja dengan menghambat total enzim tirosinase sehingga menghambat konversi DOPA (dihidroksil phenil alanin) menjadi melanin. Hidrokuinon tidak hanya menghambat pembentukan melanin, tetapi juga detktruksi melanin yang baru terbentuk. Sedangkan, melanin berperan melindungi kulit dari paparan sinar matahari berlebih. Selain itu melanin mampu menyerap dan memantulkan sinar UV dan kerusakan DNA (17). KESIMPULAN Dari hasil penelitiaan Identifikasi dan Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Krim Malam pada Empat Klinik Kecantikan di Bandar Lampung dengan Menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri Uv- Vis, diperoleh hasil Kromatografi Lapis Tipis yang positif pada sampel A, B, C, dan D. Setelah dilakukan penetapan dan perhitungan dapat disiimpulkan bahwa sampel A, B, C, dan D masih memenuhi sesuai dengan publik warning/peringatannomor KH tahun 2007 yang menyatakan hidrokuinon tidak lebih besar 2% yang hanya dapat dipergunakan berdasarkan resep dokter. SARAN 1. Konsumen disarankan untuk memilih produk yang terdaftar di BPOM 2. Masyarakat dapat menginformasikan apabila terjadi gangguan kulit atau kerusakan pada wajah saat menggunakan kosmetik pemutih wajah sehingga BPOM dapat melakukan penelitiaan dan pengendaliaan terhadap kosmetik pemutih wajah 3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat dilakukan identifikasi dan penetapa kadar senyawa-senyawa yang dilarang di tambahkan dalam kosmetik seperti asam retinoat dan merkuri pada klinik kecantikan. DAFTAR PUSTAKA 1. Anief, M, 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, Gajah Mada University press, Yogyakarta 2. Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2007, Kosmetik mengandung bahan berbahaya dan zat warna yang dilarang Nomor KH , Jakarta 3. Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2008, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Tentang Bahan Berbahaya dalam Kosmetik, Jakarta 4. Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2009, kosmetik mengandung bahan berbahaya Nomor KH , Jakarta 142 Jurnal Analis Farmasi Volume 1 No.3 Juli 2016

9 IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM MALAM PADA EMPAT KLINIK KECANTIKAN DI BANDAR LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS 5. Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2011, Metode Analisis Identifikasi dan Penetapan Kadar hidrokuinon secara Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)Nomor HK , Jakarta 6. Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2011, Persyaratan Teknis Bahan Kosmetik, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK , Jakarta 7. Day R.A. Jr, Underwood, 1998, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi VI. Erlangga, Jakarta 8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV,Hal 440, Jakarta 9. Gandjar dan Rohman, 2012, Analisis Obat Secara Spektrofotometri & Kromatografi Pustaka Pelajar, Yogyakarta 10. Gandjar dan Rohman, 2012, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta 11. Harmita Analisis Fisikokimia potensiometri dan spektroskopi volume 1, Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 12. Indah, 2010, Peeling Chemical/ Dermic Cream Microdermabrasi /2010/10/21/Peeling- ChemicalDermic-Cream- Microdermabrasi-home-peeling/, diakses pada tanggal 27 September Iswari, Retno dan Latifa, 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 15. Martin, A, bustamante, P,,& Chun, A.H.C,, 1993, Physical pharmacy, 4th Ed, , Lea and Febiger, Philadelphia, London 16. Notoatmodjo, 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta 17. Ningsih, 2009, Identifikasi Hidrokuinon dalam Krim Pemutih Selebritis Night Cream dengan Metode KLT, Sumatra Utara 18. Prabawati, Fatimawali dan Yudisitra, 2012, Analisis Zat Hidrokuinon pada Krim Pemutih yang Beredar Dikota Manado, Manado 19. Putra,R,A, 2012, Identifikasi Mercury dalam Sediaan Krim Pemutih Wajah Secara Spektrofotometri Serapan Atom yang Beredar di Pasar Koga Bandar Lampung 20. Rohman, A, 2009, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta 21. Sarah K,W, 2014, Analisis Hidrokuinon dalam Sediaan Krim Malam CW1 dan CW2 dari Klinik Kecantikan N dan E di Kabupaten Sidoarjo, Surabaya 22. Sthal, Egon, 1985, Analisa Obat Secara Kromatografi Lapis dan Mikroskopik, ITB 23. Seran, E, Spektrofotometri uv-vis /07/05/spektrofotometri-uvvis/, diakses pada tanggal 05 juli Tristianty S, 2014, Pemberiaan Kombinasi Krim Hidrokuinon dan Asam Traneksamat Oral Menurunkan Jumlah Melanin Lebih Banyak Dibanding Krim Hidrokuinon pada Marmut Betina yang Dipapar Ultraviolet B, Denpasar 26. Venthen K, 2013, Analisis Fisikokimia II, Jakarta 27. Watson, D. G. 2013, Analisis Farmasi Edisi 2, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Jurnal Analis Farmasi Volume 1 No.3 Juli

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).

Lebih terperinci

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA Retno Putri Pamungkas, Vivin Nopiyanti INTISARI Analisis Rhodamin

Lebih terperinci

ANALISIS ZAT HIDROQUINON PADA KRIM PEMUTIH WAJAH YANG BEREDAR DI KOTA MANADO ABSTRAK

ANALISIS ZAT HIDROQUINON PADA KRIM PEMUTIH WAJAH YANG BEREDAR DI KOTA MANADO ABSTRAK ANALISIS ZAT HIDROQUINON PADA KRIM PEMUTIH WAJAH YANG BEREDAR DI KOTA MANADO I Dewa Ayu Prabawati 1), Fatimawali 2), Adithya Yudistira 3) 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 2) Program

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF ASAM RETINOAT PADA SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI KOTA BANDUNG

ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF ASAM RETINOAT PADA SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI KOTA BANDUNG ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF ASAM RETINOAT PADA SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI KOTA BANDUNG (1) Ghina Rizqiani Nur Husni Afifah, (2) Ginayanti Hadisubroto, (3) Senadi Budiman (1,2) Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin B pada pemerah pipi (blush on) yang beredar di Surakarta dan untuk mengetahui berapa

Lebih terperinci

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari Jurnal Farmasi Malahayati Volume No. Januari 20 3 PENETAPAN KADAR NIPAGIN (Methylparaben) PADA SABUN MANDI CAIR SECARA SPEKTOFOTOMETRI UV-VIS Hendita Emy Susanti, Ade Maria Ulfa 2, Robby Candra Purnama

Lebih terperinci

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA Danang Yulianto Akademi Analisa Farmasi dan Makanan Al-Islam, Yogyakarta ABSTRAK Bahan Pewarna adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetik Kosmetik merupakan bahan atau komponen kimia yang digunakan untuk mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari berbagai macam senyawa kimia

Lebih terperinci

ANALISIS ASAM RETINOAT PADA KOSMETIK KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI PASARAN KOTA MANADO

ANALISIS ASAM RETINOAT PADA KOSMETIK KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI PASARAN KOTA MANADO ANALISIS ASAM RETINOAT PADA KOSMETIK KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI PASARAN KOTA MANADO Siti Suhartini, Fatimawali, Gayatri Citraningtyas Program Studi Farmasi, FMIPA UNSRAT Manado ABSTRACT Cosmetic whitening

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KUALITATIF HIDROKUINON DAN MERKURI DALAM KRIM PEMUTIH ABSTRACT ABSTRAK

PEMERIKSAAN KUALITATIF HIDROKUINON DAN MERKURI DALAM KRIM PEMUTIH ABSTRACT ABSTRAK PEMERIKSAAN KUALITATIF HIDROKUINON DAN MERKURI DALAM KRIM PEMUTIH Roslinda Rasyid 1), Eva Susanti 2), Rieke Azhar 2) 1) Fakultas Farmasi, Universitas Andalas (UNAND), Padang 2) Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengumpulan Sampel Pengumpulan sampel ini dilakukan berdasarkan ketidaklengkapannya informasi atau keterangan yang seharusnya dicantumkan pada etiket wadah dan atau pembungkus.

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR Syamsuri Syakri Jurusan Farmasi FKIK UIN Alauddin Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lalu (Iswari, 2007). Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri. maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

I. PENDAHULUAN. yang lalu (Iswari, 2007). Bahan yang dipakai dalam usaha mempercantik diri. maksud meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). I. PENDAHULUAN Produk perawatan tubuh merupakan produk kesehatan dan kebersihan yang meliputi produk perawatan gigi, pelembab, minyak atsiri, produk cukur, produk pembersih tubuh, lotio tubuh, gel wajah,

Lebih terperinci

ANALISIS PENETAPAN KADAR HIDROKUINON PADA KOSMETIK KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI BEBERAPA TEMPAT DI KOTA BANDUNG

ANALISIS PENETAPAN KADAR HIDROKUINON PADA KOSMETIK KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI BEBERAPA TEMPAT DI KOTA BANDUNG ANALISIS PENETAPAN KADAR HIDROKUINON PADA KOSMETIK KRIM PEMUTIH YANG BEREDAR DI BEBERAPA TEMPAT DI KOTA BANDUNG (1) Susan Nurfitriani, (2) Ginayanti Hadisoebroto, (3) Senadi Budiman (1,2) Program Studi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO Muhammad Irfan Firdaus*, Pri Iswati Utami * Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Jl. Raya

Lebih terperinci

ANALISIS BAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA KRIM PENCERAH WAJAH YANG BEREDAR DI KOTA SAMARINDA. Muhammad Ardan*, Risna Agustina, Muhammad Amir Masruhim

ANALISIS BAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA KRIM PENCERAH WAJAH YANG BEREDAR DI KOTA SAMARINDA. Muhammad Ardan*, Risna Agustina, Muhammad Amir Masruhim ANALISIS BAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA KRIM PENCERAH WAJAH YANG BEREDAR DI KOTA SAMARINDA Muhammad Ardan*, Risna Agustina, Muhammad Amir Masruhim Laboratorium PenelitiandanPengembangan FARMAKA TROPIS FakultasFarmasiUniversitasMulawarman,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini merupakan deskriptif laboratorium yaitu dengan

METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini merupakan deskriptif laboratorium yaitu dengan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian ini merupakan deskriptif laboratorium yaitu dengan melakukan observasi pada jajanan yang dicurigai mengandung Rhodamin B dan dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika dikenal sebagai penunjang penampilan agar tampak lebih menarik. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, beragam kosmetika muncul di pasaran.

Lebih terperinci

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian yang termasuk gabungan dari penelitian jenis eksperimental laboratorik dan eksperimental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidrokuinon merupakan zat aktif yang paling banyak digunakan dalam sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon yaitu dapat menginaktivasi

Lebih terperinci

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni Identifikasi rhodamin B pada kembang gula yang beredar di Kota Jambi ABSTRAK

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni Identifikasi rhodamin B pada kembang gula yang beredar di Kota Jambi ABSTRAK Identifikasi rhodamin B pada kembang gula yang beredar di Kota Jambi, Lili Andriani 1, Armini Hadriyati 2, Bambang Irwanto 3 1.2.3 Program Studi Farmasi, STIKES Harapan Ibu, Jambi, Indonesia ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium. Metode yang digunakan untuk mengekstraksi kandungan kimia dalam daun ciplukan (Physalis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Uji Flavonoid Dari 100 g serbuk lamtoro diperoleh ekstrak metanol sebanyak 8,76 g. Untuk uji pendahuluan masih menggunakan serbuk lamtoro kering,

Lebih terperinci

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK YANG BEREDAR DI MASYARAKAT TAHUN 2011

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK YANG BEREDAR DI MASYARAKAT TAHUN 2011 ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK YANG BEREDAR DI MASYARAKAT TAHUN 011 Mangoloi Sinurat Dosen Jurusan Analis Kesehatan, Poltekkes Depkes Medan Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merubah warna kulit sehingga menjadikan kulit putih bersih dan bersinar

BAB 1 PENDAHULUAN. merubah warna kulit sehingga menjadikan kulit putih bersih dan bersinar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Kosmetik pemutih merupakan suatu sediaan atau paduan bahan yang digunakan pada bagian luar badan yang berfungsi untuk mencerahkan atau merubah warna kulit sehingga

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Juli 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Lampung Selatan, analisis aktivitas antioksidan dilakukan di

Lebih terperinci

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah daun steril Stenochlaena palustris. Bahan penelitian dalam bentuk simplisia, diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental di laboratorium untuk memperoleh data.data yang dikumpulkan adalah data primer. Pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITATIF MERKURI PADA KRIM PEMUTIH WAJAH TANPA NOMOR REGISTRASI YANG DIJUAL DI PASAR TAMBAN KABUPATEN BARITO KUALA

ANALISIS KUALITATIF MERKURI PADA KRIM PEMUTIH WAJAH TANPA NOMOR REGISTRASI YANG DIJUAL DI PASAR TAMBAN KABUPATEN BARITO KUALA INTISARI ANALISIS KUALITATIF MERKURI PADA KRIM PEMUTIH WAJAH TANPA NOMOR REGISTRASI YANG DIJUAL DI PASAR TAMBAN KABUPATEN BARITO KUALA Herliana 1 ; Noor Aisyah 2 ; Ratih Pratiwi Sari 3 Kosmetik merupakan

Lebih terperinci

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori PERCOBAAN III A. Judul : Penetapan Besi secara Spektrofotometri B. Tujuan : dapat menetapkan kandungan besi dalam suatu sampel dengan teknik kurva kalibrasi biasa dan teknik standar adisi. C. Dasar Teori

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KANDUNGAN BAHAN KIMIA OBAT PARASETAMOL PADA JAMU ASAM URAT YANG BEREDAR DI KECAMATAN SUNGAI KUNJANG SAMARINDA

IDENTIFIKASI KANDUNGAN BAHAN KIMIA OBAT PARASETAMOL PADA JAMU ASAM URAT YANG BEREDAR DI KECAMATAN SUNGAI KUNJANG SAMARINDA IDENTIFIKASI KANDUNGAN BAHAN KIMIA OBAT PARASETAMOL PADA JAMU ASAM URAT YANG BEREDAR DI KECAMATAN SUNGAI KUNJANG SAMARINDA Henny Nurhasnawati, Rahmayulis, Dery Ahlul Azmi Akademi Farmasi Samarinda ABSTRAK

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA SAUS TOMAT YANG BEREDAR DI PASAR PAGI SAMARINDA. Eka Siswanto Syamsul, Reny Nur Mulyani, Siti Jubaidah

IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA SAUS TOMAT YANG BEREDAR DI PASAR PAGI SAMARINDA. Eka Siswanto Syamsul, Reny Nur Mulyani, Siti Jubaidah IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA SAUS TOMAT YANG BEREDAR DI PASAR PAGI SAMARINDA, Reny Nur Mulyani, Siti Jubaidah Akademi Farmasi Samarinda Email: eka8382@gmail.com ABSTRAK Rhodamin B merupakan suatu pewarna

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

Latar Belakang. Kosmetik. Terapi Klinis ( Obat ) Untuk perawatan kulit abnormal yang mengalami hiperpigmentasi. Bahan Pencerah kulit

Latar Belakang. Kosmetik. Terapi Klinis ( Obat ) Untuk perawatan kulit abnormal yang mengalami hiperpigmentasi. Bahan Pencerah kulit Untuk individu yang ingin mengubah atau memodifikasi warna kulitnya sehingga menjadi lebih cerah Produk yang penggunaannya seperti kosmetik pada umumnya Bahan Pencerah kulit Mencerahkan kulit ( Lighten

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS Standar Nasional Indonesia Kecap kedelai ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Pendahuluan...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4 Klasifikasi... 1 5 Syarat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat membuat kurva kalibrasi 2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer 3. Mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Kimia Bahan Makanan Fakultas Farmasi USU, Lembaga Penelitian Fakultas MIPA USU, dan PT. AIRA Chemical Laboratories. 3.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN ANALISIS MERKURI DALAM SEDIAAN KOSMETIK BODY LOTION MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Agung Dimas Jatmiko, Tjiptasurasa, Wiranti Sri Rahayu Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Puwokerto,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2015. Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk. dilakukan di daerah

Lebih terperinci

Program Studi Farmasi, Institut Teknologi Sumatera 2. AKAFARMA, Universitas Malahayati

Program Studi Farmasi, Institut Teknologi Sumatera 2. AKAFARMA, Universitas Malahayati IDENTIFIKASI DEKSAMETASON DALAM JAMU PEGAL LINU SEDIAAN SERBUK YANG BEREDAR DI PASAR-PASAR KOTA BANDAR LAMPUNG SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Sudewi Mukaromah Khoirunnisa 1, Ade Maria Ulfa 2, Mayang Novika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang ditunjang studi pustaka. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia Analis Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari

Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari Jurnal Farmasi Malahayati Volume 1 No.1 Januari 2018 5 PENETAPAN KADAR KALUM SORBAT DALAM KEJU KEMASAN DENGAN METODE KROMATOGRAF CAR KNERJA TNGG (KCKT) Rizki manda 1, Nofita 2, Ade Maria Ulfa 2 ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan. Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan. 43 Lampiran 2. Gambar tumbuhan eceng gondok, daun, dan serbuk simplisia Eichhornia crassipes (Mart.) Solms. Gambar tumbuhan eceng gondok segar Daun eceng gondok 44 Lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODA

III. BAHAN DAN METODA III. BAHAN DAN METODA 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :peralatan distilasi, neraca analitik, rotary evaporator (Rotavapor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitianeksperimental. Dalam hal ini 3 sampel kecap akan diuji kualitatif untuk mengetahui kandungan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di UPT. Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang berlangsung sejak tanggal 30 Januari hingga 03 Februari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No. BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisa dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Daerah di Medan. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari 2016. 3.2.Alat dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA A. TUJUAN 1. Mempersiapkan larutan blanko dan sampel untuk digunakan pengukuran panjang gelombang maksimum larutan sampel. 2. Menggunakan

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM FENTI FATMAWATI 1,, AYUMULIA 2 1 Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Bandung. email: fenti.fatmawati@stfb.ac.id.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel (UV-Vis) Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi eleltromagnetik ultraviolet

Lebih terperinci

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini : Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan metode pemisahan dengan KLT dan dapat mengaplikasikannya untuk analisis suatu sampel Gambaran Umum KLT Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual

Lebih terperinci

ANALISIS KANDUNGAN PARASETAMOL PADA JAMU PEGAL LINU DI PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

ANALISIS KANDUNGAN PARASETAMOL PADA JAMU PEGAL LINU DI PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS ANALISIS KANDUNGAN PARASETAMOL PADA JAMU PEGAL LINU DI PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS AN ANALYSIS ON PARACETAMOL CONTAIN IN TRADITIONAL MEDICINE

Lebih terperinci

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) 2015 Mataram, Lombok 1-7 September 2014 Kimia Praktikum B Waktu: 120 menit

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN ANALISIS ZAT WARNA TARTRAZIN PADA MINUMAN ORSON DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI Ultraviolet-Visibel DI PASAR INDUK BREBES Wiranti Sri Rahayu, Tjiptasurasa, Paryatun Najilah Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu: PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan lokasi penelitian di analisis di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN 1. Mikroorganisme Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu berasal dari Laboratorium Mikrobiologi Departemen Farmasi FMIPA UI. 2. Medium dan

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT

ABSTRAK ABSTRACT 29 Analisis Cd Pada Sediaan EyeShadow Dari Pasar Kiaracondong Bandung Analysis of Cadmiumon on EyeShadow Derived From Kiaracondong Market Bandung Fenti Fatmawati 1,, Ayumulia 2 1 Program Studi Farmasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan produk kosmetik saat ini sudah merupakan bagian dari kebutuhan sehari-hari yang tidak terpisahkan dari gaya hidup modern. Menurut BPOM Republik Indonesia

Lebih terperinci

Hidrokinon dalam Kosmetik

Hidrokinon dalam Kosmetik Hidrokinon dalam Kosmetik Kita ketahui bahwa kosmetik sangat beragam jenisnya, mulai dari kosmetik untuk wajah, kulit, rambut, hingga kuku. Namun diantara ragam jenis kosmetik tersebut, yang sering menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah krim wajah. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Mata Kuliah Topik Smt / Kelas Beban Kredit Dosen Pengampu Batas Pengumpulan : Kimia Analitik II : Spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

ANALISIS ASAM RETINOAT DALAM SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG DIJUAL BEBAS DI WILAYAH PURWOKERTO ABSTRAK

ANALISIS ASAM RETINOAT DALAM SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG DIJUAL BEBAS DI WILAYAH PURWOKERTO ABSTRAK ANALISIS ASAM RETINOAT DALAM SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG DIJUAL BEBAS DI WILAYAH PURWOKERTO Wiranti Sri Rahayu 1, Nunuk Aries Nurulita 1, Dyah Ayu Septianingrum 1 Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piroksikam 2.1.1 Sifat Fisikokimia Gambar 2.1.1 : Struktur Kimia Piroksikam Piroksikam merupakan salah satu obat analgesik yang mempunyai waktu paruh yang panjang. Piroksikam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman dengan kode AGF yang diperoleh dari daerah Cihideng-Bandung. Penelitian berlangsung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI A. Tujuan Percobaan Percobaan. Menentukan tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri. B. Dasar Teori Dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

Noor Aida 1, Erna Prihandiwati S.F., Apt 2, Amaliyah Wahyuni, S.Si., Apt 3

Noor Aida 1, Erna Prihandiwati S.F., Apt 2, Amaliyah Wahyuni, S.Si., Apt 3 INTISARI ANALISIS KUALITATIF MERKURI DALAM KOSMETIK KRIM PEMUTIH TANPA NOMOR REGISTRASI YANG DIJUAL DI PASAR ANTASARI BANJARMASIN Noor Aida 1, Erna Prihandiwati S.F., Apt 2, Amaliyah Wahyuni, S.Si., Apt

Lebih terperinci

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar).

Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). Lampiran 1. Gambar Sampel dan Lokasi Pengambilan Sampel Gambar 1. Sampel Brokoli Gambar 2. Perbedaan Sampel Brokoli (A. Brokoli yang disimpan selama 2 hari pada suhu kamar; B. Brokoli Segar). 45 Lampiran

Lebih terperinci