BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Kondisi Lokasi dan Stasiun Pengamatan. Kota Wetan, Kecamatan Garut, Kabupaten Daerah Tingkat II Garut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Kondisi Lokasi dan Stasiun Pengamatan. Kota Wetan, Kecamatan Garut, Kabupaten Daerah Tingkat II Garut"

Transkripsi

1 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Kondisi Lokasi dan Stasiun Pengamatan Lokasi pengambilan sampel yaitu sukaregang terletak di Kelurahan Kota Wetan, Kecamatan Garut, Kabupaten Daerah Tingkat II Garut merupakan daerah yang ditetapkan sebagai areal industri penyamakan kulit. Seluas 4,77 ha digunakan untuk kegiatan industri penyamakan kulit tersebut (Dinas Tata Ruang, 2000). Sungai di daerah Sukaregang secara fisik tampak berwarna abu dan berbau. Kondisi sungai cimanuk yang terlihat sangat tercemar ini disebabkan karena sungai ini merupakan tempat pembuangan limbah dari berbagai pabrik yang berada di bagian hulu atau di sekitar sungai tersebut. Sungai ini juga digunakan sebagai tempat pembuangan sampah dan berbagai limbah rumah tangga. Industri-industri yang terdapat di sekitar sungai tersebut antara lain adalah industri penyamakan kulit. 2. Tumbuhan Fitoremediasi Hasil studi terdahulu,ditemukan bebagai macam tumbuhan yang hidup di daerah belantaran sungai sukaregang garut. Tumbuhan tersebut yaitu Wedeliia trilobata, Ipomoea batata, Ageratum, Pennisetum.Cynodon sp, Digitaria ciliaris, Drymaria cordata, Paspalumconjugatum, Solanum ningrum, Stachytarhela jamaicensis. Hasil perhitungan analisis vegetasi berdasarkan studi terdahulu di dapatkan 4 jenis tumbuhan yang memiliki

2 33 indeksi nilai penting yang tertinggi yang terdapat di daerah pinggiran sungai Sukaregang Garut. Adapun empat jenis tumbuhan tersebut adalah Wedeliia trilobata, Ipomoea batata, Ageratum, Pennisetum Tumbuhan ini tersebar di ketiga stasiun pengambilan sampel. a. Ageratum conizoides (babadotan) Ageratum conyzoides L. merupakan tumbuhan dari famili Asteraceae. Tumbuhan ini di berbagai daerah di Indonesia memiliki nama yang berbeda antara lain di Jawa disebut babadotan, di Sumatera dikenal daun tombak, dan di Madura disebut wedusan. Tumbuhan ini merupakan herba menahun, tegak dengan ketinggian cm dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi, sehingga mudah tumbuh di mana-mana dan sering menjadi gulma yang merugikan para petani. Namun di balik itu Ageratum dapat digunakan sebagai obat, pestisida dan herbisida, bahkan untuk pupuk dapat meningkatkan hasil produksi tanaman. Tumbuhan Ageratum memiliki sistem klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Asteridae Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Ageratum Spesies : Ageratum conyzoides L.

3 34 Gambar 4.1. Tumbuhan Ageratum (Sumber: Dokumen Pribadi) b. Ipomoea batata. Ubi jalar atau ketela rambat atau sweet potato diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16. Menurut Cronqruist (1981:895), tumbuhan Ipomoea batata memiliki sistem klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub kelas : Asteridae Ordo : Solanales Famili : Convolvulaceae Genus : Ipomoea Spesies : Ipomoea batatas.

4 35 Gambar 4.2. Tumbuhan Ipomoea batata (Sumber: Dokumentasi Pribadi) c. Wedeliia trilobata Tanaman ini termasuk dalam tanaman dikotil sehingga perakarannya adalah tunggang. Salah satu keunikan dari tanaman ini ialah akar dapat tumbuh pada ruas-ruas batangnya. Hal ini disebabkan karena tanaman ini tumbuh dengan merayap di atas permukaan tanah. Tumbuhan Wedeliia trilobata memiliki sistem klasifikasi sebagai berikut: Kingdom Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Asterales : Asteraceae : Wedelia : Wedelia trilobata

5 36 d. Pennisetum sp Gambar 4.3. Tumbuhan Wedelia trilobata (Sumber: Dokumentasi Pribadi) Spesies ini merupakan Jenis tanaman rumput-rumputan yang berperan dalam pengawetan tanah dan air adalah yang dapat berfungsi ganda yaitu berkemampuan untuk membantu mencegah berlangsungnya erosi dan dapat pula bermanfaat bagi hijauan makanan ternak. Rumput gajah merupakan alternatifnya.tanaman rumput-rumputan dapat digunakan dalam usaha pengawetan tanah dan atau pencegahan erosi dikarenakan : a. Tanaman rumput-rumputan dapat tumbuh dengan cepat sehingga dalam waktu pendek tanah telah dapat tertutupi oleh tanaman tersebut secara rapat dan tebal. b. Bagian atas dari tanaman (daun-daunan) mampu melindungi permukaan tanah dari percikan air hujan dan memperlambat aliran permukaan. c. Bagian bawah tanaman (perakaran) dapat memperkuat resistensi tanah dan membantu melancarkan infiltrasi air kedalam tanah. Menurut Cronqruist (1981:895), tumbuhan Pennisetum sp memiliki sistem klasifikasi sebagai berikut: Subkingdom Super Divisi Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili : Tracheobionta : Spermatophyta : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Commelinidae : Poales : Poaceae

6 37 Genus Spesies : Pennisetum : Pennisetum sp 3. Pengukuran Faktor abiotik Faktor abiotik yang diukur dalam penelitian yaitu kelembaban tanah, suhu udara, ph tanah, dan intensitas cahaya. Rata-rata kelembaban tanah, suhu udara, ph tanah, dan intensitas cahaya dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Rata-rata faktor abiotik stasiun I, II, II Lokasi/Stasiun Faktor abiotik Kelembaban Suhu udara ph tanah Intensitas tanah ( o C) cahaya (lux) I 80 ± 8,2 28 ± 2 6,3 ± 0,1 583 ± 34,1 II 85 ± 13,2 29 ± 1 5,8 ± 6,2 531 ± 28,4 III 80 ± ± 1 6,5 ± 0,4 630 ± 42 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat perbedaan rata-rata faktor abiotik tiap-tiap stasiun. Faktor kelembaban tanah yang tertinggi terdapat pada stasiun II (85 ± 13,2), sedangkan terendah terdapat di stasiun I (80 ± 8,2) dan III (80 ± 10), sedangkan suhu udara di ketiga stasiun normal yaitu di atas 27 o C. ketiga stasiun juga memiliki perbedaan rata-rata ph tanah di setiap stasiun, dimana stasiun I dan III phtanah tergolong normal karena mendekati 7, sedangkan stasiun II mendekati ph tanah rendah. Sedangkan intensitas cahaya tertinggi terdapat pada stasiun III 630 ± 42 dan terendah terdapat pada stasiun II (531 ± 28,4).

7 38 4. Pengukuran Kandungan Cromium (Cr) a. Kandungan Cr pada Tanah Rata-rata kandungan Cr tanah pada ketiga stasiun tumbuhnya keempat jenis tumbuhan menunjukan hasil yang berbeda di setiap stasiun. Rata-rata kandungan Cr tanah di ketiga stasiun dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Rata-rata Kandungan Kromium Pada Tanah Sampel tanah/ Stasiun Kandungan kromium tanah (ppm) I 349, ,41 a II 256,66 10,09 b III 114,63 69,83 c Berdasarkan pada Tabel 4.2 Kandungan konsentrasi Cr tertinggi terdapat pada satsiun I yaitu 349, ,41 a, kemudian stasiun II 256,66 10,09 b dan yang terendah terdapat pada stasiun III yaitu 114,63 69,83. Hasil statistik menunjukan adanya perbedaan yang signifikan dari kandungan Cr tanah pada setiap stasiun. Kandungan Cr menurun mengikuti pola stasiun dimana stasiun I lebih tinggi di bandingkan stasiun II dan stasiun III. b. Kandungan Cr pada organ tumbuhan dari semua jenis tumbuhan Rata-rata kandungan Cr pada organ tumbuhan dari keempat jenis tumbuhan yang ditemukan dari ketiga stasiun dapat dilihat pada Tabel 4.3

8 39 Tabel 4.3 Rata-rata kandungan Cr pada organ dari empat jenis tumbuhan Stasiun Jenis Tumbuhan Cr Organ Tumbuhan (ppm) DAUN BATANG AKAR Wedellia trilobata 24,83 ± 8,51 29,61 ± 10,29 93,81 ± 5,86 Ageratum 16,06 ± 8,06 20,67 ± 6,37 86,42 ± 8,29 conyzoides L Ipomoea batata 20,30 ± 8,96 24,76 ± 5,59 91,14 ± 6,23 Wedellia trilobata 13,88 ± 5,97 16,24 ± 7,77 80,53 ± 8,87 Pennisetum SP 13,69 ± 2,46 16,72 ± 4,09 87,39 ±11,09 Ipomoea batata 13,64 ± 5,40 13,03 ± 6,63 78,29 ± 9,24 Pennisetum SP 7,23 ± 4,17 5,97 ± 1,65 65,78 ± 11,12 Wedellia trilobata 13,42 ± 4,70 8,14 ± 3,77 70,59 ± 1,56 Berdasarkan Tabel 4.3, Nilai rata-rata kandungan Cr pada setiap organ yaitu daun, batang dan akar pada empat jenis tumbuhan yang ditemukan di masing-masing stasiun semakin menurun. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jarak antara stasiu 1, 2 dan 3 dari sumber pencemaran Cr. Nilai signifikan kadar Cr organ daun, batang dan akar yang diperoleh dari uji nonparametrik Mann-Whitney pada tingkat kepercayaan 95% (α<0,05). Hal tersebut menunjukan adanya pebedaan yang signifikan (α=0,05) antara kadar Cr pada organ dari masing-masing stasiun. Rata-rata kandungan Cr pada keempat jenis tumbuhan yang ditemukan dari ketiga stasiun dapat dilihat pada Tabel 4.4

9 40 Tabel 4.4 Rata-rata Kandungan Cr pada Setiap Jenis Tumbuhan Jenis tumbuhan Kandungan Cr (ppm) Ipomoea batata 40,19 ± 33,42 Ageratum conyzoides L 41,05 ± 34,72 Wedellia trilobata 38,63 ± 32,36 Pennisetum sp 33,35 ± 32,92 Pada Tabel 4.4 dapat dilihat rata-rata kandungan Cr dari jenis tumbuhan yang ditemukan di masing-masing stasiun. Menurut hasil tersebut, kandungan Cr yang tertinggi terdapat pada tumbuhan Ageratum sp (41,05 ± 34,72 ppm) sedangkan yang terendah terdapat dalam tumbuhan Pennisetum sp (33,35 ± 32,92 ppm). Uji statistik menunjukan bahwa keempat jenis tanaman yang ditemukan di ketiga stasiun memiliki kandungan Cr yang tidak berbeda secara signifikan. c. Efesiensi Penyerapan Logam Cr pada Tumbuhan Uji kemampuan akumulasi logam Cr, dilakukan dengan menghitung persen efesiensi remediasi dari empat jenis tumbuhan yang ditemukan berdasarkan stasiun pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.5

10 41 Tabel 4.5 Nilai efesiensi empat jenis tumbuhan berdasarkan stasiun pengamatan Stasiun Jenis tumbuhan Nilai efesiensi Wedellia trilobata 42,44% Stasiun I Ageratum conyzoides L 35,25% Ipomoea batata 38,99% Wedellia trilobata 43,11% Stasiun II Pennisetum sp 45,89% Ipomoea batata 40,89% Stasiun III Pennisetum sp 68,89% Wedellia trilobata 80,38% Berdasarkan pada Tabel 4.5, menunjukan bahwa tumbuhan yang memiliki efesiensi tertinggi sebagai tumbuhan remediasi yaitu, Wedellia trilobata (80,38%), Pennisetum sp (68,89%) yang terdapat pada stasiun III. Uji kemampuan akumulasi logam Cr, dilakukan dengan menghitung persen efesiensi remediasi oleh empat jenis tumbuhan yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 4.

11 42 Tabel 4.6 Nilai efesiensi empat jenis tumbuhan Jenis tumbuhan Efesiensi remediasi (%) Ipomoea batata 13,26 % Ageratum conyzoides L 11,75 % Wedellia trilobata 16,08% Pennisetum sp 17,96% Berdasarkan pada Tabel 4.6, menunjukan bahwa tumbuhan yang memiliki efesiensi tertinggi sebagai tumbuhan remediasi berturut-turut yaitu, Pennisetum sp (17,96%), Wedellia trilobata (16,08 %), Ipomoea batata (13,26%), dan yang paling terendah dimiliki oleh tumbuhan Ageratum (11,75%). B. PEMBAHASAN 1. Kondisi Lokasi Penelitian Kondisi lokasi pengambilan sampel di daerah sungai Sukaregang Garut sangat berbeda. Perbedaan fisik tersebut sangat jelas terlihat pada kondisi sumber pengairan. Kondisi air sungai di ketiga stasiun sangat kotor dan berwarna hitam, tetapi pada stasiun I dan II air sungainya berbau sedangkan stasiun III tidak berbau. Hal ini menyebabkan bahwa pada stasiun I merupakan daerah yang paling dekat dengan sumber pembuangan limbah, stasiun II merupakan daerah perumahan, dimana masyarakat membuang limbah rumah tangga langsung ke sungai tersebut dan juga terdapat beberapa industri yang

12 43 membuang limbahnya langsung ke badan sungai, sedangkan stasiun III merupakan daerah persawahan dan banyak terlihat sampah-sampah yang terdapat di sepanjang badan sungai. Kondisi perairan yang terlihat tercemar di daerah Sukaregang tersebut nampaknya disebabkan karena banyak pabrik yang membuang limbahnya ke sungai ini. Pabrik-pabrik tersebut antara lain penyamakan kulit, pabrik tekstil serta beberapa pabrik lainnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Kurnia et al. (2004:253), banyak para pelaku industri biasanya membuang limbah ke badan air atau sungai dengan atau tampa melalui proses pengelolahan terlebih dahulu. Pembuangan limbah ke badan sungai tersebut tampa dilakukan pengelolahan atau penanggulangan lebih lanjut akan menyebabkan badan sungai menjadi kotor dan berbau. Air yang tercemar menunjukan ciri-ciri tertentu seperti keruh, berwarna, berbau, ph jauh dari normal, sebagai bahan kimia berbahaya serta Mikroorganisme yang dapat menggangu pengguna air. 2. Tumbuhan Agen Fitoremediasi Berdasarkan hasil analisis, kandungan Cr pada tanah di setiap stasiun sangat berbeda signifikan akan tetapi jenis tumbuhan yang hidup di setiap stasiun memiliki jenis yang hampir sama namun ada tumbuhan yang berbeda di setiap stasiun. Pada stasiun I yang memiliki kandungan Cr paling tinggi, tumbuhan yang lebih dominan hidup yaitu Wedeliia trilobata (INP 49,57), Ageratum conyzoides L (INP 37,03) dan Ipomoea batata (INP 33,64). Pada stasiun II yang memiliki kandungan Cr pada tanahnya lebih rendah dari stasiun

13 44 I, tumbuhan yang dominan hidup yaitu Wedeliia trilobata (INP 44,01), Pennisetum sp (INP 41,15) dan Ipomoea batata (INP 32,77). Sedangkan pada stasiun III yang jauh dari pembuangan industri yang memiliki kandungan Cr paling rendah dari stasiun I dan II, jenis tumbuhan yang diminan hidup yaitu Pennisetum sp (INP 73,23) dan Wedeliia trilobata (INP 44,11). Tidak semua tumbuhan bertahan hidup pada kondisi tanah yang sudah tercemar logam berat salah satunya yaitu logam kromium. Tumbuhan yang dapat hidup di tanah yang sudah tercemar yaitu tumbuhan yang dapat beradaptasi dan mengakumulasi pencemaran tanah dengan logam kromium. Semua jenis tumbuhan memiliki kemampuan dalam mengakumulasi logam berat kromium sehingga berbeda pula jenis tumbuhan yang hidup disekitar sungai yang sudah tercemar oleh logam berat jenis kromium. Tumbuhan yang dapat bertahan hidup tersebut dapat berpotensi untuk mengurangi atau menghilangkan zat pencemar/ logam berat pencemar di dalam tanah. Salah satu ciri dari tumbuhan fotoremediasi adalah dapat hidup pada kondisi tanah yang tercemar logam berat. Sehingga 4 jenis tumbuhan yang hidup dominan di atas memiliki potensi sebagai tumbuhan fitoremediasi sebab tumbuhan ini memiliki kemampuan untuk bisa bertahan hidup di sepanjang pinggiran sungai yang tercemar logam kromium. 3. Kandungan Cr Tanah Dari hasil analisis kandungan Cr pada tanah, terlihat adanya perbedaan pada setiap stasiun lokasi pengambilan sampel (Tabel 4.2). pada ketiga stasiun, kandungan Cr tertinggi terdapat pada stasiun I, kemudian

14 45 menurun pada stasiun II dan stasiun III. Hasil ini menunjukan bahwa semakin jauh dari sumber pembuangan limbah, kandungan Cr pada tanah semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena unsur Cr yang terkandung di dalam air akan terendam lebih banyak pada tanah yang paling dekat oleh sumber tersebut. Oleh sebab itu, maka dapat di pahami mengapa pada stasiun I kandungan Cr tanahnya lebih tinggi di bandingkan dengan stasiun II dan III. Topografi lokasi yang tidak merata, dimana air sungai mengalir melalui jalan air ke tempat yang lebih rendah. Keadaan ini memungkinkan air sungai tetap membasahi seluruh stasiun dengan intensitas yang sama atau hampir sama di setiap waktunya. Menurunnya kandungan Cr pada tanah seiring dengan jauhnya jarak dari sumber pengairan, kemungkinan di sebabkan dari proses pengendapan yang terjadi secara ilmiah, dimana unsurunsur yang terkandung dalam tanah akan mengendap di sepanjang sedimen yang dilaluinya. Menurut Hutagalung (1991), logam-logam lingkungan pada umumnya berada dalam bentuk ion. Ion-ion itu ada yang merupakan ion-ion bebas, pasangan ion organik, ion-ion Cr dan bentuk ion-ion lainnya. Terjadi pengendapan Cr pada tanah dapat disebabkan karena logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik selanjutnya mengendap didasar perairan dan berikatan dengan partikel-partikel sedimen, sehingga konsentrasi logam berat dalam sedimen semakin tinggi sedangkan konsentrasi di air menjadi semakin berkurang. Kandungan Cr yang tinggi pada tanah di stasiun I menggambarkan bahwa tanah di daerah tersebut telah mencapai tingkan akumulasi Cr yang

15 46 cukup tinggi. Pembuangan air limbah yang mengandung Cr dalam waktu yang cukup lama diduga sebagai penyebab utamanya. Menurut Notohadiprawiro (1999:13), kondisi pengairan akan mempengaruhi kondisi tanah pada suatu lokasi, baik sifat maupun morfologinya. Air yang mengandung logam berat dalam jumlah yang tinggi akan meningkatkan kandungan logam berat pada sedimen yang dilaluinya. Pada stasiun II yang merupakan daerah dekat perumahan ditemukan juga kandungan Cr pada tanahnya. Meskipun kandungannya masih jauh di bawah kandungan Cr tanah pada stasuin I, namun kandungan ini cukup tinggi. kandungan Cr yang cukup tinggi di stasiun ini dapat disebabkan karena kemungkinan adanya sumbangan limbah yang berasal dari limbah rumah tangga mengikat sungai mengalir melewati pemukiman penduduk. Air sungai yang mengandung limbah Cr tersebut kemudian mengendap di tanah. Menurut Setyowati (2007), pemukiman padat penduduk menghasilkan limbah rumah tangga yang berpotensi besar dalam mentransfer logam berat ke perairan, karena sebagian besar penduduk akan membuang limbahnya ke sungai. Mulyanto (2007) menyebutkan bahwa korosi pipa saluran air dan peralatan rumah tangga juga menyumbangkan pasokan logam berat ke perairan. Stasiun III yang jauh dari industri, ditemukan juga kandungan Cr pada tanahnya walaupun jumlahnya lebih rendah dari stasiun I dan II. Hal ini disebabkan karena tanah di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya keragaman, heterogenitas dan perbedaan habitat mikro tanah pada masingmasing jarak stasiun di lokasi tersebut. Menurut Huang dan Schnitzer (2004) menyatakan bahwa pada jarak pada jarak yang sangat dekat (<1 mm) komposisi partikel, jumlah air, jenis air, hara, gas ph dan kekuatan ion serta

16 kandungan kromium dalam tanah 47 karakteristik fisikokimia tanah dapat bervariasi. Berikut di bawah ini merupakan rata-rata kandungan kromium dalam tanah pada setiap stasiun disajikan pada Gambar ST I ST II ST III lokasi penelitian Gambar Rata-rata kandungan Cr tanah pada setiap stasiun Berdasarkan hal tersebut di atas, tentu sangat memungkinkan terjadinya distribusi logam Cr pada jarak yang berbeda tidak sama. Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi perbedaan pendistribusian logam Cr adalah erosi tanah pada saat musim hujan terutama pada tanah yang miring, sehingga dapat menyebabkan hilangnya sebagian endapan logam yang telah terkandung pada lapisan tanah tersebut (Connel & Miller, 1995). Disamping itu pula, distribusi bahan pencemar berdasarkan kecepatan dan luar daerah tercemar sangat bergantung pada keadaan geografi dan meteorology setempat (Wardana, 2005). 4. Kandungan Cr pada Organ Tumbuhan Berdasarkan hasil dapat dilihat bahwa rata-rata kandungan Cr pada organ daun, batang dan akar dari keempat jenis tumbuhan yang ditemukan berbanding lurus dengan jarak stasiun pengambilan sampel. Semakin dekat

17 Wedellia trilobata Ageratum Ipomoea batata Wedellia trilobata Pennisetum SP Ipomoea batata Pennisetum SP Wedellia trilobata 48 jarak stasiun pengambilan sampel tumbuhan dengan sumber pencemaran Cr, rata-rata kandungan Cr pada organ dari keempat tumbuhan tersebut cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan rata-rata kandungan Cr organ tersebut dari jarak stasiun 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada gambar ORGAN TUMBUHAN DAUN ORGAN TUMBUHAN BATANG ORGAN TUMBUHAN AKAR Gambar 4.5 Rata-rata Kandungan Cr pada Organ Daun, Batang, Akar dari Keempat Jenis Tumbuhan yang Di Temukan pada Ketiga Stasiun Berdasarkan Gambar 4.5, terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara kandungan Cr dalam daun, batang dan akar dari keempat tumbuhan yang ditemukan di setiap stasiun. Kandungan Cr pada organ di keempat jenis tumbuhan umumnya menurun mengikuti pola stasiun I>stasiun II>stasiun III, di mana kandungannya seiring dengan jauhnya stasiun dari sumber pengairan. Perbedaan kandungan Cr dalam organ tumbuhan di setiap stasiunnya berhubungan dengan adanya perbedaan kandungan Cr tanah pada stasiunstasiun tersebut. Tingginya kandungan Cr pada organ daun, batang dan akar di stasiun I disebabkan karena kandungan logam pada tanah di stasiun I lebih

18 49 tinggi dibandingakan dengan stasiun II dan III (Tabel 4.2). stasiun I merupakan stasiun yang paling dekat dengan sumber pembuangan limbah industri, sehingga tumbuhan yang berada pada stasiun ini mengalami kontak langsung yang lebih cepat dengan Cr, sehingga Cr yang lebih banyak terserap oleh tumbuhan di stasiun ini. Dibanding dengan stasiun III, di samping karena kaandungan Cr tanah yang rendah, kurangnya intensitas dan kontak dengan sumber pembuang limbah menyebabkan kandungan Cr dalam tanah tidak banyak terserap oleh tumbuhan. Akan tetapi berdasarkan uji statistik bahwa ke empat jenis tumbuhan dalam menyerap logam kromium tidak berbeda signifikan. hal tersebut di sebabkan karena lokasi pengambilan sampel dari keempat tumbuhan sama-sama tercemar. Kandungan Cr pada tumbuhan lebih rendah dibandingan dengan kadar Cr di dalam tanah. Hal ini dikarenakan tanah merupakan komponen utama yang akan dilalui oleh logam berat yang didistribusikan melalui berbagai sumber. Menurut Salisbury dan Ross (1995:139) bahwa spesies tumbuhan secara genetis sangat beragam kemampuannya untuk toleran atau tidak toleran terhadap unsur yang tak toleran seperti kroimum, timbal, cadmium, dan sebagainya pada jumlah yang dapat meracuni. Menurut Shresta (2003:52), kemampuan tumbuhan untuk resisten terhadap logam berat ditentukan secara genetis dan dapat berubah karena proses adaptasi. Pada beberapa spesies unsur logam berat diserap dalam jumlah yang terbatas, sehingga merupakan upaya penghindaran daripada toleransi (Taylor, 1987 dalam Salisbury dan Ross, 1995:139). Menurut Darmono (1995:15), akumulasi logam dalam tumbuhan

19 50 tidak hanya tergantung pada kandungannya dalam tanah, tetapi juga tergantung pada unsur kimia dalam tanah, jenis logam, dan spesies tumbuhan. Tidak semua tumbuhan bertahan hidup pada kondisi tanah yang sudah tercemar logam berat salah satunya yaitu logam kromium. Tumbuhan yang dapat hidup di tanah yang sudah tercemar yaitu tumbuhan yang dapat beradaptasi dan mengakumulasi pencemaran tanah dengan logam kromium. Semua jenis tumbuhan memiliki kemampuan dalam mengakumulasi logam berat kromium sehingga berbeda pula jenis tumbuhan yang hidup disekitar sungai yang sudah tercemar oleh logam berat jenis kromium. Tumbuhan yang dapat bertahan hidup tersebut dapat berpotensi untuk mengurangi atau menghilangkan zat pencemar/ logam berat pencemar di dalam tanah. Penyerapan Cr berawal pada sel-sel akar. Akar memiliki aksudat yang mengandung asam organik untuk membentuk kompleks bersama Cr, sehingga menyebabkan Cr lebih mudah diambil oleh tumbuhan (Bartlett dan James, 1988 dalam Panda dan Choudhury, 2005:100). Ion Cr (VI) masuk ke dalam sel melalui protein transpor pada membran plasma. Protein transpor yang dilalui oleh Cr (VI) yaitu protein chanel atau protein pembawa (carrier) yang biasa digunakan untuk transpor sulfat atau Fe (III). Transport logam Cr dalam akar menuju bagian pucuk tumbuhan, yaitu melalui bantuan transport ligan dalam membran akar. Transport ligan tersebut kemudian membentuk kompleks transport dengan logam yang akan menembus xylem dan terus menuju sel daun. Setelah sampai di daun maka kompleks transpor ligan dengan logam akan melewati plasmalemma, sitoplasma, dan tonoplasma untuk

20 51 memasuki vakuola. Di dalam vakuola, kompleks transport tersebut bereaksi dengan bagian terminal kompleks akseptor ligan untuk membentuk kompleks akseptor logam. Kemudian transport ligan dilepas dan kompleks logam terakumulasi dengan vakuola (Brooks, 1997 dalam Fuadi, 2007). Menurut Fitter (1991 dalam Fuadi, 2007) salah satu mekanisme yang mungkin dilakukan oleh tumbuhan dalam menghadapi konsentrasi toksis logam berat adalah lokalisasi baik secara intraseluler dan ekstraseluler yang biasanya terjadi pada akar. Cary et al. (1975:300) menjelaskan bahwa tumbuhan mengakumulasi Cr dari larutan nutrien, tetapi menahan Cr tersebut di dalam akar. Kromium yang terserap langsung dilokalisasikan pada organ akar dalam bentuk yang kurang toksik. Menurunnya tingkat toksisitas Cr diduga karena Cr tersebut menjadi immobile. Kroimum immobile ditahan oleh senyawa yang mampu mengikat Cr seperti yang dipaparkan oleh Cary et al. (1975:300), bahwa rintangan yang menghalangi translokasi Cr dari akar menuju tajuk tumbuhan adalah adanya kompleks asam organik yang mengikat Cr dan menyimpannya ke vakuola sel akar. Akumulasi Cr pada akar tumbuhan mungkin disebabkan oleh adanya pengendapan oksida atau hidroksida pada permukaan akar (Cary et al. 1975:301). Kandungan Cr yang tergantung dalam daun mungkin juga disebabkan oleh proses penyerapan yang terjadi di dalam akar. Penelitian yang dilakukan oleh Schmidt (1996:807) memperlihatkan bahwa ternyata Cr terakumulasi banyak di akar dan sangat sedikit diakumulasi ke daun. Nda (Suwondo, 2005:54) menyebutkan bahwa terjadinya akumulasi di akar juga disebabkan

21 52 karena di akar terjadi serapan ion secara aktif, sehingga ion-ion logam tersebut secara aktif terakumulasi di dalam epidermis akar. Sedangkan, kecenderungan tingginya Kandungan Cr pada organ batang dibandingkan pada organ daun kemungkinan disebabkan karena mekanisme berbeda yang terjadi pada tumbuhan itu sendiri. Seperti penelitian Huffan dan Allaway (1973 dalam Cervantez et al., 2001:337) menyebutkan bahwa pada kacang, Cr terakumulasi hanya 0,1 % pada biji dan 98% terakumulasi pada akar. Menurut Fitter & Hay (1991), ada 4 jenis mekanisme utama yang mungkin dilakukan tumbuhan untuk menghadapi lingkungan toksis, yaitu: a. Penghindaran (escape) fenologis, apabila stress yang terjadi pada tumbuhan yang bersifat musiman, tumbuhan dapat menyesuaikan hidupnya, sehingga tumbuh dalam musim yang cocok saja. b. Eksklusi, tumbuhan dapat mengenal ion toksik dan mencegah agar tidak terambil sehingga tidak mengalami toksisitas. c. Penanggulangan (ameliorasi), tumbuhan mungkin mengabsorbsi ion tersebut tetapi bertindak sedemikian rupa untuk meminimumkan pengaruhnya. Jenisnya meliputi: pembentukan khelat (Chelation), pengenceran, lokalitas bahkan ekskresi. d. Toleransi, tumbuhan dapat mengembangkan sistem metabilosme yang dapat berfungsi pada konsentrasi toksis yang potensial dengan molekul enzim. Berdasarkan hasil penelitian, diduga bahwa keempat tumbuhan yang ditemukan pada masing-masing stasiun lokasi melakukan suatu mekanisme

22 53 penanggulangan materi toksik (ameliorasi) dengan melakukan lokalisasi dengan mengakumulasi ion logamnya pada bagian tertentu seperti pada daun, batang dan akar. Selain itu,akumulasi Cr yang tinggi terdapat pada organ akar yang merupakan jalur utama dalam penyerapan Cr melalui tanah. Akibat pengaruh kecepatan absorbsi yang berubah-ubah (sesuai dengan kondisi lingkungan), maka sering kali Cr terendap dibagian batang sebelum sampai pada jaringan daun yang lebih jauh. Hasil ini juga sesuai dengan pernyataan Cheng (2003), bahwa pola kandungan Cr pada tanaman bervariasi dan pada umumnya mengikuti pola akar>batang>daun>bunga>buah>biji. Kandungan Cr pada ke empat jenis tanaman yang ditemukan, Wedeliia trilobata, Ageratum conyzoides L, Ipomoea batata, Pennisetum di ketiga lokasi penelitian tidak berbeda secara signifikan (Tabel 4.4). Hal ini disebabkan karena ketiga stasiun penelitian merupakan daerah tercemar limbah industri penyamakan kulit sehingga kandungan Cr pada setiap jenis tumbuhannya juga tidak berbeda secara signifikan. Selain faktor adanya pencemaran akibat limbah industri, kondisi lingkungan serta pemukiman juga turut mempengaruhi fisik air ketiga stasiun. Di stasiun II, beberapa meter dari lokasi pegambilan sampel terlihat banyak rumah-rumah penduduk yang terbentang di sepanjang sungai. Pada setiap beberapa meter di tepi sungai terlihat adanya aliran-aliran limbah rumah tangga yang dialirkan langsung ke sungai. Selain itu, banyaknya sampah yang menumpuk di sepanjang badan sungai disebabkan karena warga di sekitar daerah ini belum memiliki tempat pembuangan akhir sampah (TPA), sehingga sebagian besar sampah yang

23 54 dibuang di sungai tersebut selain dikumpulkan lalu dibakar. Begitu juga dengan stasiun III yang banyak terdapat sampah di sepanjang sungai. 5. Efesiensi Logam Cr pada Tumbuhan Berdasarkan hasil pengamatan Tabel 4.5, menunjukan bahwa efesiensi penyerapan logam Cr tertinggi berdasarkan stasiun pengamatan terdapat pada tumbuhan Wedellia trilobata (80,38± %) yang terdapat pada stasiun III dan efesiensi terendah terdapat pada tumbuhan Ageratum conyzoides L (35,25 ± %) pada stasiun I. Sedangkan berdasarkan Tabel 4.6, jenis tumbuhan yang memiliki nilai efesiensi tertinggi terdapat pada tumbuhan Pennisetum sp (17,96 ± ) dan terendah dumiliki oleh tumbuhan Ageratum conyzoides L (11,75 ±). Tumbuhan yang memiliki efesiensi yang tinggi terhadap logam Cr berbanding lurus dengan daya serap logam. Efesiensi logam Cr pada tumbuhan meningkat seiring dengan tingginya kandungan logam pada tanah. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tumbuhan yang ditemukan di ketiga stasiun yaitu Wedellia trilobata, Ageratum conyzoides L, Ipomoea batata, Pennisetum, dapat menjadi alternatif tumbuhan agen fitoremediasi sebab tumbuhan tersebut memiliki nilai efesiensi yang tinggi dalam menurunkan konsentrasi Cr sehingga dapat memperbaiki kualitas tanah disekitar sungai Sukaregang Garut.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian jenis penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang menjelaskan/menggambarkan suatu keadaan berdasarkan fakta dilapangan dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses industrialisasi tidak dapat melepaskan diri dari efek negatif yang ditimbulkannya. Adanya bahan sisa industri baik yang berbentuk padat, cair, maupun gas dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang pesat ternyata membawa dampak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang pesat ternyata membawa dampak bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri yang pesat ternyata membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik yang bersifat positif maupun negatif. Dampak yang positif sangat diharapkan oleh

Lebih terperinci

LIMBAH CAIR PENYAMAKAN KULIT DENGAN TANAMAN

LIMBAH CAIR PENYAMAKAN KULIT DENGAN TANAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pencemaran air yang disebabkan oleh industri penyamakan kulit di kawasan Sukaregang, Kabupaten Garut terus menjadi sorotan berbagai pihak. Industri ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Umum Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas) 1. Sejarah Singkat Ubi jalar (Ipomoea batatas) termasuk tanaman palawija penting yang diduga berasal dari Benua Amerika. Para

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Subkingdom:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Subkingdom: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tebu Tebu diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae; Subkingdom: Tracheobionta; Super Divisi: Spermatophyta ; Divisi: Magnoliophyta; Kelas: Liliopsida; Sub Kelas: Commelinidae;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor industri menyebabkan peningkatan berbagai kasus pencemaran terhadap sumber-sumber air, tanah, dan udara. Banyak industri yang tidak menyadari bahwa

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Taksonomi tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kakao Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman Caulifloris. Adapun sistimatika

Lebih terperinci

Fitoremediasi Air terkontaminasi Nikel dengan menggunakan tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta)

Fitoremediasi Air terkontaminasi Nikel dengan menggunakan tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta) SIDANG TUGAS AKHIR SB 091358 Fitoremediasi Air terkontaminasi Nikel dengan menggunakan tanaman Ki Ambang (Salvinia molesta) TEGUH WIDIARSO 1507 100 001 Dosen Pembimbing : Aunurohim, S.Si, DEA Tutik Nurhidayati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar biologi tidak hanya berasal dari buku saja, melainkan seperti proses

BAB I PENDAHULUAN. belajar biologi tidak hanya berasal dari buku saja, melainkan seperti proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan makhluk hidup. Seperti struktur yang membentuk makhluk hidup, komponen yang dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang melaksanakan pembangunan di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan dicapai dengan kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peralihan antara daratan dan lautan yang keberadaannya dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peralihan antara daratan dan lautan yang keberadaannya dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan salah satu tipe ekosistem hutan yang hidup pada peralihan antara daratan dan lautan yang keberadaannya dipengaruhi oleh pergerakan ombak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perindustrian kini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perindustrian kini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia perindustrian kini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Akan tetapi, perkembangan industri tersebut juga memberikan dampak negatif bagi lingkungan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wardhana (2007), pencemaran air dapat disebabkan oleh pembuangan limbah sisa hasil produksi suatu industri yang dibuang langsung ke sungai bukan pada tempat penampungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin pesatnya pertumbuhan industri yang beraneka ragam sudah barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari berbagai macam kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Srikaya (Annona squamosa L.). 2.1.1 Klasifikasi tanaman. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan. Klasifikasi tanaman buah srikaya (Radi,1997):

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila telah terjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi telah menimbulkan banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan pembangunan, terutama di sektor industri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi dan Taksonomi Kayu Apu (Pistia stratiotes)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi dan Taksonomi Kayu Apu (Pistia stratiotes) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi dan Taksonomi Kayu Apu (Pistia stratiotes) Pada mulanya tumbuhan kayu apu hanya dikenal sebagai tumbuhan penggangguan di danau. Akar tanaman berupa akar serabut, terjurai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat, perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kankung Darat 2.1.1. Sistematika Tanaman kangkung darat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantea ( tumbuhan ) Subkingdom : Tracheobionta ( berpembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoae batatas L) atau ketela rambat atau sweet potato atau dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoae batatas L) atau ketela rambat atau sweet potato atau dalam bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar (Ipomoae batatas L) atau ketela rambat atau sweet potato atau dalam bahasa lokal disebut Erom berasal dari Benua Amerika. Para akhli botani dan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Panggang adalah salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu yang memiliki berbagai ekosistem pesisir seperti ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman gelagah (Phragmites karka) merupakan tanaman yang dapat tumbuh di berbagai lingkungan baik di daaerah tropis maupun non tropis. Gelagah dapat berkembang

Lebih terperinci

Chemoautotropic Eubacteria

Chemoautotropic Eubacteria MKA Biologi Tanah Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta Sifat-sifat bahan pencemar anorganik Berdasarkan kelarutan: Tidak larut: mengendap, suspensi Mudah larut: larut dalam air,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brizilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam timbal atau Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik lainnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA II. TELAAH PUSTAKA Limbah cair tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dari tahap pengkanjian, penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, pencetakan dan proses penyempurnaan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal. Namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Botani Tanaman Sawi Sendok. Tanaman sawi sendok termasuk family Brassicaceae, berasal dari daerah pantai Mediteranea yang telah dikembangkan di berbagai

Lebih terperinci

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Oleh: ANA KUSUMAWATI Oleh: ANA KUSUMAWATI PETA KONSEP Pencemaran lingkungan Pencemaran air Pencemaran tanah Pencemaran udara Pencemaran suara Polutannya Dampaknya Peran manusia Manusia mempunyai peranan dalam pembentukan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan),

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan), Divisi Spermatophyta (Tumbuhan berbiji), Subdivisi Angiospermae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada malai dan bunga betina terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan baik udara, tanah, ataupun air banyak terjadi akibat dari aktivitas manusia. Menurut UU No.32 tahun 2009, yang dimaksud dengan pencemaran adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya perkembangan industri, semakin menimbulkan masalah. Karena limbah yang dihasilkan di sekitar lingkungan hidup menyebabkan timbulnya pencemaran udara, air

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Padi. tunggang yaitu akar lembaga yang tumbuh terus menjadi akar pokok yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Padi. tunggang yaitu akar lembaga yang tumbuh terus menjadi akar pokok yang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Padi Menurut Aak (1990) klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut Kingdom Divisio Sub Divisio Class Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Padi Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophyta, dengan sub division Angiospermae, termasuk ke dalam kelas monocotyledoneae,

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat merupakan salah satu masalah penting yang sering terjadi di perairan Indonesia, khususnya di perairan yang berada dekat dengan kawasan industri,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Botani dan Klasifikasi Tanaman Gandum Tanaman gandum dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kelas : Monokotil Ordo : Graminales Famili : Graminae atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Botani Tanaman gandum Menurut Laraswati (2012) Tanaman gandum memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super

Lebih terperinci

2016 BIOREMEDIASI LOGAM KROMIUM (VI) PADA LIMBAH MODEL PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA

2016 BIOREMEDIASI LOGAM KROMIUM (VI) PADA LIMBAH MODEL PENYAMAKAN KULIT MENGGUNAKAN BAKTERI PSEUDOMONAS AERUGINOSA 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perkembangan industrialisasi tidak dapat terlepas dari efek negatif yang ditimbulkannya. Adanya bahan sisa industri baik dalam bentuk padatan, cairan, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air dan sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh makhluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan berguna untuk memelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar dari makhluk hidup. Air mempunyai fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah satunya yaitu berhubungan

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. NAMA : KELAS : NO : SOAL PENCEMARAN AIR Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia. 1. Perhatika pernyataan di bawah ini : i. Perubahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kacang Tanah Tanaman kacang tanah memiliki perakaran yang banyak, dalam, dan berbintil. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun majemuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil gula dan lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman tebu (Sartono, 1995).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam bentuk daunnya. Daun selada bentuknya bulat panjang, daun sering berjumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes)

PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) Emi Erawati dan Harjuna Mukti Saputra Program Studi Teknik Kimia Jl. A.Yani. Tromol Pos I Pabelan, Kartasura,

Lebih terperinci

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA NAMA : KELAS : SOAL PENCEMARAN AIR NO : Pilihlah salah satu jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk, terutama manusia. Dua pertiga wilayah bumi terdiri dari lautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas manusia berupa kegiatan industri, rumah tangga, pertanian dan pertambangan menghasilkan buangan limbah yang tidak digunakan kembali yang menjadi sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Ubi kayu: Taksonomi dan Morfologi Ubi kayu mempunyai banyak nama daerah, di antaranya adalah ketela pohon, singkong, ubi jenderal, ubi inggris, telo puhung, kasape, bodin,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota

I. PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi lingkungan perairan Kota Bandar Lampung yang merupakan ibukota Propinsi Lampung terletak di bagian ujung selatan Pulau Sumatera. Secara geografis, Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Desa Tulabolo Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Boalngo, Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Pendahuluan Logam Berat Cd, Pb, Hg pada Perairan Air Waduk Sengguruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Pendahuluan Logam Berat Cd, Pb, Hg pada Perairan Air Waduk Sengguruh 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Pendahuluan Logam Berat Cd, Pb, Hg pada Perairan Air Waduk Sengguruh Hasil analisis awal sampel air Waduk Sengguruh menunjukkan adanya kandungan logam berat Cadmium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dikenal sebagai The King of Vegetable dan produksinya menempati urutan keempat dunia setelah beras, gandum dan jagung (The International

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Chlorella SP 1. Klasifikasi Penamaan Chlorella sp karena memiliki kandungan klorofil yang tinggi dan juga merupakan produsen primer dalam rantai makanan (Sidabutar, 1999).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover Crop) merupakan jenis tanaman kacang-kacangan yang biasanya digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1) Kualitas fisis dan kimiawi habitat perairan serta kerapatan absolut vegetasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1) Kualitas fisis dan kimiawi habitat perairan serta kerapatan absolut vegetasi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1) Kualitas fisis dan kimiawi habitat perairan serta kerapatan absolut vegetasi mangrove Sungai Donan, Cilacap secara umum sebagai berikut. Rata-rata suhu perairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inventarisasi Inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya alam untuk perencanaan pengelolaan sumber daya tersebut. Kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi yang berhubungan dengan pembangunan di bidang industri banyak memberikan keuntungan bagi manusia, akan tetapi pembangunan di bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci