PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG"

Transkripsi

1 PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG Maruca vitrata (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) SERTA HASIL PANEN PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG MOHAMAD AFIAT PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 ABSTRAK MOHAMAD AFIAT, Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Terhadap Serangan Penggerek Polong Maruca vitrata (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) Serta Hasil Panen Pada Pertanaman Kacang Panjang).Dibimbing oleh AUNU RAUF Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh tanaman penutup tanah A. pintoi pada budidaya kacang panjang terhadap banyaknya bunga dan polong yang terbentuk, tingkat serangan ulat M. vitrata pada bunga dan polong, serta terhadap bobot hasil panen. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2008 sampai Mei 2008 di Kampung Liud, Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada pengamatan terdapat lahan kacang panjang berukuran 600 m2 dibagi menjadi 6 petak berukuran 10 x10 m. keenam petak tersebut dibagi 2 yaitu 3 petak untuk lahan yang ditanami kacang penutup tanah A. pintoi dan 3 petak untuk lahan yang tidak ditanami A. pintoi. Dalam satu petak diamati 32 tanaman secara diagonal. Pengamatan dilakukan sebelum panen dan dilakukan selang waktu 4 hari sekali. Peubah yang diamati adalah jumlah polong, jumlah serangan ulat M. vitrata, dan hasil panen pada pertanaman kacang panjang. Berdasarkan hasil pengamatan, Serangan ulat M. vitrata pada bunga dan polong lebih rendah pada kacang panjang dengan perlakuan A. pintoi, sebagai akibat lebih sedikitnya bunga dan polong yang terbentuk pada perlakuan tersebut. Jumlah polong yang lebih sedikit ini menyebabkan bobot hasil panen yang lebih rendah pada petak kacang panjang dengan A. pintoi dibandingkan yang tanpa penutup tanah, tetapi menurut analisis ragam menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata. Untuk mengurangi persaingan hara antara kacang panjang dan tanaman penutup tanah, daerah sekitar perakaran kacang panjang perlu dibersihkan dari tanaman penutup tanah.

3 PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG Maruca vitrata (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) SERTA HASIL PANEN PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG MOHAMAD AFIAT A Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

4 LEMBAR PENGESAHAN Judul : Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Terhadap Serangan Penggerek Polong Maruca vitrata (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) Serta Hasil Panen Pada Pertanaman Kacang Panjang Nama : Mohamad Afiat NRP : A Menyetujui, Pembimbing Prof. Dr Ir. Aunu Rauf, MSc. NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 3 Desember 1986, merupakan putra ketiga dari pasangan Sofyandi dan Iche. Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN Banjarsari 1 pada tahun 1998, Sekolah Menengah Pertama di SLTP Taruna Bakti pada tahun 2001 dan Sekolah Menengah Atas di SMU N 2 Bandung tahun Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di organisasi di IPB Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (Himasita) sebagai dan staf Departemen Ekonomi tahun Selain aktif di kegiatan kemahasiswaan, penulis juga pernah menjadi asisten Dasar-Dasar Proteksi Tanaman tahun 2008.

6 PRAKATA Puji serta syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Terhadap Serangan Penggerek Polong Maruca vitrata (F.) Serta Hasil Panen Pada Pertanaman Kacang Panjang Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan sejak April 2008 hingga Juli Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf,. MSc. yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing dan telah memberikan arahan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada petani sayuran di Desa Liut Pak Andi, yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada segenap staf Departemen Proteksi Tanaman, Pak Wawan yang telah membantu dalam identifikasi hama dan penyakit. Penulis juga mengucapkan terima kasih staf Departemen Agronomi dan Holtikultura Mas Tisna yang telah membantu dalam proses budidaya kacang panjang. Tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan Laboratorium Ekologi Serangga, Dery, Bowo, Cok, Herma, Budi, Siti, Intan, David, Mika yang telah membantu penulis selama di laboratorium. Terakhir penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan mahasiswa DPT angakatan 41, 42, dan 43 yang telah memberi dorongan motivasi kepada penulis namun tidak dapat dicantumkan namanya pada kesempatan ini. Bogor, Februari 2009 Mohamad Afiat

7 DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Kacang Panjang... 3 Budidaya Tanaman Kacang Panjang... 3 Penggerek Polong (Maruca vitrata)... 5 Kacang Hias (Arachis pintoi)... 5 BAHAN DAN METODE... 8 Tempat dan Waktu Penelitian... 8 Metode Penelitian... 8 Penataan Petak Percobaan... 7 Penanaman Tanaman Penutup Tanah... 7 Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Kacang Panjang... 7 Pengamatan Bunga, Polong, dan Tingkat Serangan M. vitrata... 9 Pengamatan Hasil Panen... 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Banyaknya Bunga dan Polong Banyaknya Bunga dan Polong yang Terserang M. vitrata Tingkat Serangan Ulat M. vitrata pada Bunga dan Polong Hasil Panen KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 20

8 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Perbandingan banyaknya bunga yang terbentuk pada petak perlakuan dan kontrol Perbandingan banyaknya polong yang terbentuk pada petak perlakuan dan kontrol Perbandingan banyaknya bunga yang terserang pada petak perlakuan dan kontrol Perbandingan banyaknya polong yang terserang pada petak perlakuan dan kontrol Perbandingan persentase bunga terserang ulat M. vitrata pada petak perlakuan dan kontrol Perbandingan persentase polong terserang ulat M. vitrata pada petak Perlakuan dan kontrol Perbandingan bobot hasil panen pada petak perlakuan dan kontrol... 17

9 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Data iklim Leuwiliang bulan Januari 2008 sampai Juni Data perbandingan banyaknya bunga yang terbentuk pada petak perlakuan dan kontrol Data perbandingan banyaknya polong yang terbentuk pada petak perlakuan dan kontrol Data perbandingan banyaknya bunga yang terserang pada petak perlakuan dan kontrol Data perbandingan banyaknya polong yang terserang pada petak perlakuan dan kontrol Data perbandingan persentase bunga terserang ulat M. vitrata pada petak perlakuan dan kontrol Data perbandingan persentase polong terserang ulat M. vitrata pada petak perlakuan dan kontrol Lahan yang ditanami A. pintoi (a) dan tidak ditanami A. pintoi (b) Tanaman A. pintoi Tanaman kacang panjang pada lahan yang ditanami A. pintoi (a) dan lahan yang tidak ditanami A. pintoi (b) Polong kacang panjang ketika dipanen Serangan M. vitrata pada bagian tanaman kacang panjang (a) serangan pada bunga dan (b) serangan pada polong... 25

10 PENDAHULUAN Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk disertai dengan meningkatnya pendapatan per kapita mempengaruhi jumlah konsumsi pangan. Kebutuhan pangan tidak terbatas hanya pada komoditas pangan seperti beras dan jagung, tetapi juga sayuran dan buah-buahan. Khususnya sayuran mempunyai arti penting karena sebagai sumber asupan serat dan gizi. Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral, terutama vitamin B dan C. Jenis sayuran yang banyak mengandung mineral dan serat di antaranya bayam, kacang panjang, daun kecipir, buncis, seledri, dan lain-lain. Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang dapat dimakan buah serta daunnya serta banyak mengandung protein nabati. Kacang panjang (Vigna sesquipedalis) umumnya dipanen dalam bentuk polong muda. Polong muda banyak mengandung vitamin A, B, dan C, sedangkan polong yang tua banyak mengandung protein. Kacang panjang merupakan jenis sayuran yang banyak diusahakan petani Indonesia. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik, luas lahan kacang panjang di Indonesia adalah hektar dengan produksi 1,9 ton/ hektar dan harga rata-rata Rp 1250/kg (BPS 2000). Data di atas menunjukkan bahwa tanaman kacang panjang merupakan komuditas yang cukup penting di Indonesia. Banyak kendala yang dihadapi petani dalam budidaya kacang panjang, di antaranya adalah hama dan penyakit. Salah satu hama penting pada kacang panjang adalah penggerek polong Maruca vitrata (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) (Taylor 1964). Hama ini menyerang bagian bunga dan polong. Polong yang diserang akan tampak lubang-lubang bundar kecil dan bijinya habis dimakan. Serangan pada bagian bunga dan polong ini berpengaruh langsung terhadap kualitas dan kuantitas produksi. Pengendalian yang dilakukan petani terhadap hama ini umumnya masih menggunakan insektisida. Perkembangan dalam dunia pertanian menunjukkan bahwa penggunaan insektisida yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif. Di antaranya adalah munculnya populasi hama yang resisten, terjadi resurgensi hama, munculnya hama sekunder, serta pencemaran lingkungan. Untuk

11 mengurangi dampak negatif tersebut, salah satu alternatif pengendalian yang dapat ditempuh adalah manipulasi lingkungan pertanaman. Tujuan manipulasi tadi adalah untuk menciptakan lingkungan pertanaman yang tidak sesuai bagi perkembangan hama, atau sebaliknya mendukung kehidupan musuh alami. Salah satu bentuk manipulasi lingkungan pertanaman adalah penanaman tanaman penutup tanah. Selain sebagai tanaman hias dan pakan ternak, tanaman Arachis pintoi dapat digunakan sebagai tanaman penutup tanah (cover crop). Penanaman A. pintoi dapat mengundang kehadiran musuh alami (parasitoid dan predator). Trisawa et al (2005) melaporkan bahwa penanaman kacang hias ini di perkebunan lada dapat meningkatkan jenis dan kelimpahan musuh alami hama-hama lada. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh tanaman penutup tanah A. pintoi pada budidaya kacang panjang terhadap banyaknya bunga dan polong yang terbentuk, tingkat serangan ulat M. vitrata pada bunga dan polong, serta terhadap bobot hasil panen.

12 Tinjauan Pustaka Kacang panjang (Vigna sesquipedalis L.) Kacang panjang (V. sesquipedalis) dalam taksonomi tumbuhan termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Rosales, sub ordo Rosineae, famili Leguminoceae dan genus Vigna (Lawrance 1951). Kacang panjang merupakan tanaman musiman, tanaman dangan tinggi 80 cm atau lebih dan merambat. Akarnya kokoh dengan bagian samping dekat permukaan tanah, akar akan bergabung dengan nodul yang besar. Batang biasanya procumbent dan di sampingnya berwarna ungu. Daun pertama di atas kotiledon bentuknya sederhana dan berlawanan; daun kedua berbentuk trifolia. Pada bagian pangkal, daun berukuran besar dan panjang daripada bagian sampingnya. Mempunyai petiol kokoh dan beralur dengan panjang 5-15 cm. Daun berbentuk seperti telur dan belah ketupat, seluruh atau sebagian berlekuk dengan suatu puncak kulminasi yang halus; tersebut berukuran 6,5-16 cm, dan lebar 4-11 cm dan daunnya miring. Komposisi gizi pada setiap 100 g bagian kacang panjang yang dapat dimakan adalah 89 g air, 3 g protein, 0,5 g lemak, 5,2 g kabohidart, 1,3 g serat, 0,6 g hidrat arang, 64 mg kalsium, 54 mg fosfor, 1,3 mg zat besi, 167 IU vitamin A, 0,07 mg Vitamin B1, 28 mg vitamin C dan mengahasilkan 125 kalori (Prosea 1996) Kacang panjang bukan merupakan tanaman asli Indonesia. Kacang panjang tersebar luas di Afrika, penyebaran kacang panjang melalui mesir dan arab ke asia dan mediterania. Sekarang tanaman kacang panjang dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya Kacang Panjang Tanaman kacang panjang tumbuh baik di dataran rendah sampai menengah hingga ketinggian 700 dpl. Pada ketinggian di atas 700 dpl tanaman kacang panjang pertumbuhannya akan terhambat. Tanaman tumbuh baik pada tanah Latosol, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik, ph sekitar 5,5-6,5. Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan kacang

13 panjang adalah o C pada siang hari dan pada malam hari sekitar 15 o C (Prosea 1996). Perbanyakan tanaman kacang panjang dilakukan dengan biji. Benih dapat ditanam langsung di lubang tanam sebanyak 2-3 benih/lubang atau dengan sistem semai yang dapat menghemat benih. Penanaman kacang panjang umumnya ditanam di bedengan dengan jarak tanam (60-70)x(20-30) cm. Dengan demikian tiap bedengan terdapat 2 baris tanaman. Setelah penanaman biji, kurang lebih 5 hari dari waktu tanam, sebagian besar biji sudah berkecambah. Sesudah tanaman berumur seminggu perlu disiapkan ajir untuk tanaman yang terbuat dari bambu. Ajir merupakan tempat tanaman merambat, karena kacang panjang mrupakan tanaman merambat. Tinggi tiang ajir ini 1,5-2 meter. Pemupukan kacang panjang umumya dosis yang digunakan berupa 50 kg/ha urea, 200 kg/ha SP-36, dan 100 kg/ha KCl. Cara pemakaian pupuk tersebut adalah sebagai berikut, pupuk SP-36, pupuk Kcl, dan separuh dosis pupuk urea diberikan pada waktu bersamaan pada waktu tanam. Sisa urea diberikan apabila tanaman berumur 3 minggu. Urea bila diberikan sekaligus kurang efisien, karena mudah terlarut. Penyiangan tanaman penting untuk membasmi tumbuhan liar yang akan menhambat pertumbuhan kacang panjang. Tumbuhan liar ini aka mengambil hara air dan hara sehingga dapat menganggu tanaman yang dibudidaya. Disamping itu, tumbuhan liar juga akan bersaing dalam memperoleh cahaya dan CO 2 yang diperlukan tanaman. Jadi rumput liar atau gulma dapat menjadi pesaing perebutan hara (Irfan dan Sunarjono 2003). Penyiangan sebaiknya dilakukan pada tanaman yang telah berumur 3 minggu dan 6 minggu. Akan tetapi bila pertumbuhan gulma sangat banyak akan lebih baik dilakukan lebih awal, yaitu saat tanaman berumur 2 hingga 5 minggu. Pemungutan hasil tanaman kacang panjang dapat dilakukan apabila polongnya berwarna hijau muda agak putih dan mudah dipatahkan. Pemanenan umumnya dipanen umur 7 minggu atau kurang lebih 50 hari. Pemetikan polong dilakukan dengan cara memetik polong secara selektif. Panen yang dapat

14 dilakukan 5-6 kali. Hasil produksi kacang panjang berkisar kg biji kering/ha dan kurang lebih 1300 kg kacang panjang muda/ha. Penggerek polong (Maruca vitrata F.) Maruca vitrata merupakan serangga dari ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae (Kalshoven 1981). Serangga ini merupakan hama penting pada tanaman kacang pada daerah tropis dan subtropics. Serangga ini termasuk dalam serangga holometabola yang mempunyai tahap perkembangan yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Telur serangga ini menetas setelah 2-3 hari. Setelah menetas telur menjadi larva dengan lama periode larva 8-14 hari, tergantung kondisi cuaca. Larva muda memakan bagian tunas tanaman yang lunak, pangkal pucuk, peducles selama pertubuhan vegetatif, pada bunga, polong pada tanaman dewasa (Singh dan Taylor 1978). Larva dewasa sangat aktif bergerak dan berlanjut memakan bunga dan polong yang baru terbentuk. Larva aktif pada malam hari. Selama siang hari mereka bersembunyi dalam bunga, polong, tunas, dalam tanah. Larva mudah dikenali dengan melihat karakteristik bintik-bintik hitam pada tubuhnya (Usua dan Singh 1979). Gejala khas yang tampak bila larva menyerang bunga adalah bagian direkatkan dengan benang sutera, dan bila menyerang polong dicirikan oleh adanya kotoran pada lubang gerek (Meidiantie 1985). Larva yang pertumbuhannya lengkap akan menjatuhkan diri dari bunga atau polong ke tanah dan menjadi pupa di bawah daun tanaman (Singh dan Taylor 1978). Pupa dibungkus kokon yang dibentuk dari jalinan benang sutera. Imago muncul dari pupa setelah 5-10 hari dan lama hidup imago 5-15 hari (Taylor 1967; Jerath 1968). Imago serangga ini adalah ngengat yang berwarna putih kusam, dengan tanda berwarna coklat terang pada sayap depan dan pada tepi sayap belakang. Ngengat betina dapat menghasilkan 200 telur atau lebih pada tangkai bunga. Kacang hias (Arachis pintoi) A. pintoi dalam taksonomi tumbuhan termasuk dalam Kingdom Plantae, Sub Kingdom Tracheobionta, Super Divisi Spermatophyta, Divisi Magnoliophyta,

15 Kelas Magnoliopsida, Sub Kelas Rosidae, Ordo Fabales, Famili Fabaceae, Genus Archis, Spesies Arachis pintoi (USDA 2007). A. pintoi ditemukan pada tahun 1954 di lembah Juquitinhonha dan Tocatine di bagian tengah brazil dan disebarluaskan ke Argentina, Colombia, Amerika Tengah, Pasifik, Asia tenggara, dan Australia. A. pintoi masuk ke Indonesia melalui Singapura (BTTP 2004). A. pintoi adalah jenis herba tahunan yang tumbuh menjalar membentuk anyaman yang kokoh, akar dan/atau sulur akan tumbuh dari buku batang apabila ada kontak langsung dengan tanah. Tanaman mempunyai tinggi 20 cm, mepunyai daun 4 helai anak daun (tetrafoliat), daun berbentuk oval dengan ukuran lebih kurang 1,5 cm lebar dan 3 cm panjang. Kacang hias ini umumnya berbunga terusmenerus selama masa hidupnya, dengan bunga/m 2 setiap harinya. Setelah terjadi penyerbukan, ovary (indung telur) pada gynophore akan memanjang sampai 27 cm dan masuk ke dalam tanah sampai kedalaman 7 cm yang selanjutnya membentuk polong dan biji. Setiap polong biasanya mengandung sebuah biji. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan cara biji, stek dan stolon. Perbanyakan dengan biji relatif mudah, tetapi harga benihnya mahal dan ketersediaan benihnya tidak banyak. Stek dapat diperbanyak dengan cara memotong bagian tanaman dan ditanam ke dalam tanah serta dengan stolon dapat dilakukan dengan menanam tanaman yang masih kecil lengkap dengan akarnya (Maswar 2004; MFO 2006). A. pintoi tumbuh dan berkembang dengan baik pada daerah sub tropika dan tropika, curah hujan tahunan >1.000 mm. Tahan terhadap 3 4 bulan kering, tetapi akan menggugurkan banyak daun selama periode kering tersebut. Pada tanah-tanah yang kurang air atau sering banjir, pertumbuhannya terhambat dan daun menguning.tanaman ini cocok tumbuh pada tanah dengan tekstur liat berat sampai berpasir, namun tumbuh lebih bagus pada tanah lempung berpasir (sandy loam). Pertumbuhan lebih baik pada tanah dengan kandungan bahan organik > 3%, dan akan terhambat pada tanah dengan kadar garam (salinity) yang tinggi. Tanaman ini dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi kesuburan tanah rendah

16 dan ph sangat masam, serta toleran terhadap kejenuhan aluminium yang tinggi (>70%).

17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kampung Liud, Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan di Laboratorium Ekologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung sejak Februari hingga Mei Penataan Petak Percobaan Metode Penelitian Percobaan dilaksanakan pada 6 petak yang masing-masing berukuran 10 m x 10 m. Untuk mengurangi terjadinya perpindahan serangga di antara petakan, jarak antar petak diusahakan minimal 10 m. Keenam petak tadi ditata dalam 3 kelompok (ulangan) dengan 2 perlakuan, yaitu petakan dengan A. pintoi dan petakan tanpa A. pintoi. Penanaman Tanaman Penutup Tanah Penanaman A. pintoi dilakukan pada bulan Agustus Untuk maksud tersebut lahan terlebih dahulu diberi pupuk kandang sebanyak 15 ton/ha. Selain diberi pupuk kandang lahan ini juga diberi pupuk Urea 300 kg/ha, SP kg/ha, KCL 260 kg/ha. Penanaman A. pintoi dilakukan dengan cara stek buku tunggal. Buku A. pintoi diambil dari Kebun Percobaan Cikabayan -IPB. Penanaman dan Pemeliharaan Kacang Panjang Kacang panjang yang digunakan dalam percobaan ini adalah varietas 777 yang bermerek Panah Merah. Varietas ini dipilih karena umum digunakan petani serta mudah diperoleh di hampir setiap toko pertanian yang ada di Darmaga. Pemupukan kacang panjang dilakukan tiga kali dengan dosis pupuk Urea 185 kg/ha, SP kg/ha dan KCL 225 kg/ha. Pemupukan pertama dengan 50% dari dosis dilakukan pada saat tanam, sedangkan pemupukan kedua dan ketiga dilakukan pada saat tanaman kacang panjang berumur 3 MST dan 6 MST, dengan masing-masing 25% dari total dosis pupuk. Pengajiran dilakukan pada

18 saat tanaman kacang panjang berumur 2 MST. Untuk maksud tersebut setiap tanaman diberi satu ajir bambu, selanjutnya setiap empat ajir diikat dengan tali menjadi satu sehingga membentuk piramida. Penyiangan gulma dilakukan dua kali yaitu pada saat sebelum tanam, dan setelah tanaman kacang panjang berumur 6 MST. Penyiangan ini dilakukan pada setiap lahan baik yang ditanami A. pintoi maupun yang tidak ditanami A. pintoi. Gulma yang banyak tumbuh adalah jenis teki-tekian dan rumput-rumputan, sedangkan gulma berdaun lebar tidak banyak tumbuh pada lahan ini. Pengamatan Bunga, Polong dan Tingkat Serangan M. vitrata Pada setiap petak dipilih 8 piramida ajir yang masing-masing terdiri dari 4 tanaman, sehingga keseluruhan tanaman contoh adalah 32 tanaman/petak. Kedelapan piramida ajir yang dipilih terletak pada diagonal petak. Pengamatan dilakukan sebelum panen dengan selang waktu 4 hari sekali. Pengamatan meliputi banyaknya bunga dan polong yang terbentuk, serta banyaknya bunga dan polong yang terserang ulat M. vitrata. Pengamatan yang diamati adalah intesitas serangan hama pada bunga dan polong. Tingkat serangan ulat M. vitrata dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Jumlah bunga terserang Tingkat serangan pada bunga = x100% Jumlah bunga yang diamati Jumlah polong terserang Tingkat serangan pada polong = x100% Jumlah polong yang diamati Pengamatan Hasil Panen Panen dilakukan setiap 4 hari sejak tanaman berumur 7 MST. Pada setiap kali panen, bobot kacang panjang dari kedua perlakuan ditimbang dan dicatat. Untuk keperluan analisis, bobot panen dijumlahkan dan dipilah berdasarkan perlakuan.

19 Analisis Data Pengaruh perlakuan terhadap banyaknya bunga dan polong, serta bunga dan polong yang terserang M. vitrata dan hasil panen diperiksa melalui analisis ragam pengukuran berulang dengan batuan SPSS 11.5.

20 HASIL DAN PEMBAHASAN Banyaknya Bunga dan Polong Rataan banyaknya bunga yang muncul pada setiap kali pengamatan disajikan pada Gambar 1. Tampak kecenderungan bahwa banyaknya bunga lebih rendah pada petak kacang panjang dengan perlakuan A. pintoi. Namun demikian, hasil analisis ragam pengukuran berulang menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara banyaknya bunga pada kedua petak perlakuan (F = 2,49; db = 1, 4; P = 0,19). 70 Rataan banyaknya bunga / 32 tanaman Dengan A. pintoi Tanpa A. pintoi 0 7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 Minggu setelah tanam Gambar 1. Perbandingan banyaknya bunga yang terbentuk pada petak perlakuan dan kontrol Hal yang sama diperlihatkan pula pada banyaknya polong yang terbentuk. Terdapat kecenderungan bahwa banyaknya polong lebih rendah pada petak kacang panjang dengan perlakuan A. pintoi (Gambar 2). Hasil analisis ragam pengukuran berulang mengungkapkan tidak ada perbedaan yang nyata antara banyaknya polong pada kedua petak perlakuan (F = 4,12; db = 1, 4; P = 0,11).

21 180 Rataan banyaknya polong / 32 tanaman Dengan A. pintoi Tanpa A. pintoi 0 7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 10,0 Minggu setelah tanam Gambar 2. Perbandingan banyaknya polong yang terbentuk pada petak perlakuan dan kontrol Banyaknya bunga dan polong yang cenderung lebih sedikit pada petak yang ditanami A. pintoi diduga karena adanya persaingan unsur hara antara tanaman kacang panjang dengan A. pintoi. Pada pertanaman kakao, adanya kacang A. pintoi sebagai penutup tanah menurunkan bobot kering akar, batang, dan daun (Baon dan Anugrina 2006). Penurunan banyaknya bunga dan polong kacang panjang sejak tanaman berumur 7 MST hingga 10 MST (Gambar 1 dan 2) terjadi karena produktivitas tanaman menurun pada saat menjelang masa panen berakhir. Pemanenan kacang panjang umumnya dilakukan 5-6 kali (Irfan dan Sunarjono 2003). Banyaknya Bunga dan Polong yang Terserang Ulat M. vitrata Rataan banyaknya bunga yang terserang ulat M. vitrata lebih tinggi pada kacang panjang yang ditanam tanpa A. pintoi, terutama pada saat tanaman berumur 7 hingga 8,5 MST (Gambar 3). Hasil analisis ragam pengukuran berulang mengungkapkan bahwa banyaknya bunga terserang pada kedua perlakuan tersebut berbeda nyata (F = 13,84; db = 1, 4; P = 0,02). Sejak tanaman kacang panjang berumur 9 MST terjadi penurunan serangan pada bunga yang diduga terkait dengan makin sedikitnya jumlah bunga yang tersedia. Pada periode ini ada kecenderungan banyaknya bunga terserang lebih tinggi pada petak kacang panjang yang ditanami A. pintoi.

22 20 Rataan banyaknya bunga terserang / 32 tanaman Dengan A. pintoi Tanpa A. pintoi 0 7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 Minggu setelah tanam Gambar 3. Perbandingan banyaknya bunga terserang pada petak perlakuan dan kontrol Pengaruh yang sama tampak pula terhadap banyaknya polong yang terserang ulat M. vitrata. Pada Gambar 4 terlihat bahwa rataan banyaknya polong yang terserang ulat M. vitrata lebih tinggi pada petak kacang panjang tanpa A. pintoi. Hasil analisis ragam pengukuran berulang menunjukkan bahwa rataan banyaknya polong yang terserang ulat berbeda nyata antara kedua perlakuan (F = 7,74; db = 1, 4; P = 0,50). Menurunnya serangan pada polong sejak tanaman kacang panjang berumur 9 MST diduga disebabkan oleh makin sedikitnya polong yang tersedia, serta diduga karena polong sudah kurang sesuai lagi bagi perkembangan ulat M. vitrata. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa pada fase polong ini, hama yang berlimpah adalah kepik Nezara viridula (L.) (Hemiptera: Pentatomidae), yang mengisap polong secara berkelompok. 40 Rataan banyaknya polong terserang / 32 tanaman Dengan A. pintoi Tanpa A. pintoi 0 7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 Minggu setelah tanam Gambar 4. Perbandingan banyaknya polong yang terserang pada petak perlakuan dan kontrol

23 Lebih rendahnya serangan ulat M. vitrata pada petak kacang panjang dengan A. pintoi diduga berhubungan dengan lebih rendahnya jumlah bunga dan polong pada petak tersebut. Selain itu, adanya penutup tanah A. pintoi diperkirakan dapat mempengaruhi perilaku pencarian inang oleh ngengat M. vitrata. Demikian pula adanya tanaman penutup tanah dapat mengganggu kehidupan ulat M. vitrata. Dilaporkan bahwa larva M. vitrata turun ke tanah untuk berkepompong (Singh dan Taylor 1978). Pada saat tersebut, sebagian larva dapat mengalami kematian karena terjadinya pemangsaan oleh predator penghuni tanah. Hasil penelitian Salanti (2009) menunjukkan bahwa kelimpahan predator penghuni permukaan tanah cenderung lebih tinggi pada petakan kacang panjang yang ditanami penutup tanah A. pintoi. Tingkat Serangan Ulat M. vitrata pada Bunga dan Polong Terdapat kecenderungan bahwa persentase bunga yang terserang ulat M. vitrata lebih tinggi pada petak kacang panjang tanpa A. pintoi, khususnya pada saat tanaman berumur 7 MST hingga 8,5 MST (Gambar 5). Sebaliknya, sejak tanaman kacang panjang berumur 9 MST, persentase bunga terserang lebih tinggi pada petak kacang panjang yang ditanami A. pintoi. Namun demikian, secara keseluruhan hasil analisis ragam pengukuran berulang menunjukkan tingkat serangan ulat M. vitrata pada bunga tidak berbeda nyata antara petak yang ditanami A. pintoi dan yang tidak (F = 4,20; db = 1, 4; P = 0,11). 80 Rataan % bunga terserang / 32 tanaman Dengan A. pintoi Tanpa A. pintoi 0 7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 Minggu setelah tanam Gambar 5. Perbandingan persentase bunga terserang ulat M. vitrata pada petak perlakuan dan kontrol Persentase polong terserang sejalan dengan banyaknya polong terserang, yaitu cenderung lebih tinggi pada petakan kacang panjang dengan perlakuan tanpa

24 A. pintoi (Gambar 6). Namun demikian, hasil analisis ragam pengukuran berulang mengungkapkan tingkat serangan ulat M. vitrata pada polong tidak berbeda nyata antara petak yang ditanami A. pintoi dan yang tidak (F = 6,09; db = 1, 4; P = 0,07). 40 Rataan % polong terserang / 32 tanaman Dengan A. pintoi Tanpa A. pintoi 0 7,0 7,5 8,0 8,5 9,0 9,5 Minggu setelah tanam Gambar 6. Perbandingan persentase bunga terserang ulat M. vitrata pada petak perlakuan dan kontrol Hasil Panen Hasil analisis ragam menunjukkan bobot hasil panen tidak berbeda nyata antara petak yang ditanami A. pintoi dan yang tidak (F = 2,84; db = 1, 4; P = 0,17). Pada petak ulangan-1 bobot hasil panen sangat rendah, sekitar setengahnya dari petak ulangan lain. Data bobot hasil panen yang beragam inilah yang dapat menyebabkan hasil pengujian statistika tidak nyata. Pada petak perlakuan A..pintoi, umur kacang panjang tidak sama dengan umur kacang panjang pada petak kontrol. Pada petak ulangan-1 terjadi penyulaman seluruh tanaman akibat benihnya tidak berkecambah. Perbedaan kondisi tanaman ini dapat menyebabkan keragaman bobot hasil panen. Total bobot hasil panen disajikan pada Gambar 7. Secara umum terdapat kecenderungan bahwa bobot hasil panen lebih tinggi pada petak kacang panjang tanpa penutup tanah dibandingkan petak yang ditanami A. pintoi. Hal ini berkaitan dengan jumlah polong yang lebih banyak pada tanaman kacang panjang yang tumbuh pada petak tanpa A. pintoi. Sebaliknya, pada petak yang ditanami A. pintoi jumlah polong yang terbentuk lebih sedikit. Akibatnya

25 bobot panen juga lebih rendah. Diperkirakan pada petak dengan penutup tanah terjadi persaingan dalam mendapatkan air dan unsur hara antara tanaman kacang panjang dengan A. pintoi. 80 Bobot hasil panen (kg) Dengan A. pintoi Perlakuan Tanpa A. pintoi Gambar 7. Perbandingan bobot hasil panen pada petak perlakuan dan kontrol

26 KESIMPULAN DAN SARAN Serangan ulat M. vitrata pada bunga dan polong lebih rendah pada kacang panjang dengan perlakuan A. pintoi, sebagai akibat lebih sedikitnya bunga dan polong yang terbentuk pada perlakuan tersebut. Jumlah polong yang lebih sedikit ini menyebabkan bobot hasil panen yang lebih rendah pada petak kacang panjang dengan A. pintoi dibandingkan yang tanpa penutup tanah. Untuk mengurangi persaingan hara antara kacang panjang dan tanaman penutup tanah, daerah sekitar perakaran kacang panjang perlu dibersihkan dari tanaman penutup tanah.

27 DAFTAR PUSTAKA Baon JB, Anugrina Y Kajian sifat kompetisi tanaman penutup tanah Arachis pintoi terhadap pertumbuhan tanaman kakao. [3 Desember 2008]. [BPS] Badan Pusat Statistik Survey Pertanian, Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-buahan. Jakarta: BPS Press. [BPTP Lampung] Balai Pengkajian ekologi Pertanian Lampung Arachis pintoi sebagai tanaman peuntup tanah pada perkebunan lada. BPTP Lampung. html [20 November 2006]. Salanti D Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Terhadap Kelimpahan Kutudaun Aphis craccivora Koch (Homoptera: Aphididae), Predator dan Hasil Panen pada Pertanaman Kacang Panjang. Skripsi. Departemen Proteksi tanaman. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Irfan, Sunarjono H Bertanam Kacang Sayur. Cimanggis: Penebar Swadaya. Jerath ML Insectisidal control of Maruca testulalis on cowpea in Nigeria. J Econ Entomol 61: Kalshoven LGE The Pest of Crops in Indonesia. Laan P A van der, penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve. Lawrence GHM Taxonomy vascular Plants. New York: Macmillan. [MFO] Manglayang Farm Online Arachis pintoi dan rumput Lampung (Setaria spp.). MFO. Maswar Kacang pintoi (Arachis pintoi) pada usaha tani lahan kering. Badan penelitian tanah: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. ntoi.pdf [19 November 2008]. [PROSEA] Plant Resources South East Asia PROSEA: Cerals. Volume ke- 10. Grubben GJH dan Partohardjono S, editors. Leiden: Backhuys p.

28 Singh SR Resistance to pest of cowpea in Nigeria. In Singh, SR., van Emden HF, and Taylor TA, eds, Pest of Grain Legumes: Ecology and Control, London: Academic Press p. Taylor TA The filed pest problems on Cowpeas, Vigna sinensis L. in Southern Nigeria. Nig Grow Prod 3: 1-4 Taylor TA The bionomics of Maruca testulalis (Geyer) (Lepidoptera: Pyralidae), a major pest of cowpea in Nigeria. J wes Afc sc Assc 12: Taylor TA Maruca testulalis: an Important pest o tropical grain legume. Pp In Sighh, S.R., Van Emden. TA Taylor (ed) Pest of grain Legumes: Ecology and Control. London: Academic Press. Trisawa IM, IW Laba, WR Atmadja Artropoda yang Berasosiasi pada Ekosistem Tanaman Lada. Jurnal Entomologi Indonesia 2(1): Untung K Pengantar Pengelolaan Hama terpadu. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 273 h. Usua EJ, Sigh SR Behavior of Cowpea pod Borer Maruca testulalis. Geyer, Nig J Entomol 3:

29 LAMPIRAN

30 LAMPIRAN Lampiran 1. Data iklim Leuwiliang bulan Januari 2008 sampai Juni 2008 (Sumber: Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor). Bulan Temperatur Kelembaban Curah hujan rata-rata ( o C) rata-rata (%) (mm/bulan) Hari hujan Januari 25, Februari 24, Maret 25, April 25, Mei 25, Juni 25, Jumlah 152, Rata-rata 25,53 85,83 208,16 13,5 Lampiran 2. Data perbandingan banyaknya bunga yang terbentuk pada petak perlakuan dan kontrol MST Jumlah rataan bunga/ 32 Jumlah rataan bunga/ 32 tanaman dengan A. pintoi tanaman tanpa A. pintoi , , ,5 40,67 32, ,67 9,5 16, ,33 3,33

31 Lampiran 3. Data perbandingan banyaknya polong yang terbentuk pada petak perlakuan dan kontrol MST Jumlah rataan polong/ 32 Jumlah rataan polong/ 32 tanaman dengan A. pintoi tanaman tanpa A. pintoi 7 95,67 103,33 7,5 112,67 147, ,33 130,67 8,5 134,67 159, , , ,33 57,67 Lampiran 4. Data perbandingan banyaknya bunga terserang pada petak perlakuan dan kontrol MST Jumlah rataan bunga yang terserang/ 32 tanaman dengan A. pintoi Jumlah rataan bunga yang terserang/ 32 tanaman tanpa A. pintoi 7 3 5,33 7,5 3, ,33 6,33 8,5 4,33 13,67 9 2,67 0 9,5 3 0,

32 Lampiran 5. Data perbandingan banyaknya polong yang terserang pada petak perlakuan dan kontrol MST Jumlah rataan banyaknya polong yang terserang/ 32 tanaman dengan A. pintoi Jumlah rataan banyaknya polong yang terserang/ 32 tanaman tanpa A. pintoi 7 6,67 16,33 7, ,33 8,5 11, ,5 3,33 7, Lampiran 6. Data perbandingan persentase bunga terserang ulat M. vitrata pada petak perlakuan dan kontrol MST Rataan % bunga yang terserang/32 tanaman dengan A. pintoi Rataan % bunga yang terserang/32 tanaman tanpa A. pintoi 7 7,15 13,87 7,5 9,22 25,86 8 6,95 18,63 8, , ,5 16,97 2,

33 Lampiran 7. Data perbandingan persentase bunga terserang ulat M. vitrata pada petak perlakuan dan kontrol MST Rataan % polong yang terserang/32 tanaman dengan A. pintoi Rataan % polong yang terserang/32 tanaman tanpa A. pintoi 7 6,01 14,09 7,5 7,62 18,99 8 7,36 14,71 8,5 8,38 11,1 9 4,19 6,87 9,5 4,37 7,

34 (a) (b) Lampiran 8. Lahan yang ditanami A. pintoi (a) dan yang tidak ditanami A. pintoi (b) Lampiran 9. Tanaman A. pintoi (a) (b) Lampiran 10. Tanaman kacang panjang pada lahan yang ditanami A. pintoi (a) dan lahan yang tidak ditanami A. pintoi (b) Lampiran 11. Polong kacang panjang ketika dipanen

35 (a) (b) Lampiran 12. Serangan M. vitrata pada bagian tanaman kacang panjang (a) serangan pada bunga dan (b) serangan pada polong

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH TERHADAP SERANGAN PENGGEREK POLONG Maruca vitrata (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) SERTA HASIL PANEN PADA PERTANAMAN KACANG PANJANG MOHAMAD AFIAT PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

SEMINAR TUGAS AKHIR DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 SEMINAR TUGAS AKHIR DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 28 Judul : Pengaruh Tanaman Penutup Tanah Terhadap Kelimpahan Kutudaun Aphis craccivora Koch (Homoptera: Aphididae),

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Panjang Secara Umum Dilihat dari hubungan kekerabatannya dalam dunia tumbuhan, kacang panjang dapat disusun klasifikasinya mulai dari division, class, ordo, familia, genus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asal dan Penyebaran Tanaman Murbei Usaha persuteraan alam merupakan suatu kegiatan agroindustri yang memiliki rangkaian kegiatan yang panjang. Kegiatan tersebut meliputi penanaman

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI 10712027 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Kacang Tunggak Kedudukan tanaman kacang tunggak dalam tata nama taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), klasifikasi tanaman bengkuang adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Siahaan dan Sitompul (1978), Klasifikasi dari tanaman kedelai adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 4 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai termasuk kedalam famili Solanaceae dengan sistem perakaran cukup menyebar. Sifat tanaman cabai keriting adalah tahan terhadap serangan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu Tanaman, dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. MANAJEMEN PRODUKSI BAYAM (Amaranthus sp.) SECARA OPTIMUM DAN KONTINU

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. MANAJEMEN PRODUKSI BAYAM (Amaranthus sp.) SECARA OPTIMUM DAN KONTINU PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA MANAJEMEN PRODUKSI BAYAM (Amaranthus sp.) SECARA OPTIMUM DAN KONTINU BIDANG KEGIATAN: Program Kreativitas Mahasiswa- Artikel Ilmiah (PKM AI) Diusulkan oleh: Rina Ekawati Mutiara

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A34103038 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis Leguminosa yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Agustus 2009 di Kebun Karet Rakyat di Desa Sebapo, Kabupaten Muaro Jambi. Lokasi penelitian yang digunakan merupakan milik

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN

KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN 1 KISARAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA BOTANI FTI-1 DAN KEAMANANNYA PADA BIBIT BEBERAPA FAMILI TANAMAN R. PANJI FERDY SURYA PUTRA A44101063 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Okra (Abelmoschus esculentus L.) Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Botani Tanaman gandum Menurut Laraswati (2012) Tanaman gandum memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosa. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang terpadu Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kec. Natar Kab. Lampung Selatan dan Laboratorium

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena rasanya

TINJAUAN PUSTAKA. memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena rasanya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tanaman Sawi Sawi merupakan tanaman hortikultura yang dapat memperbaiki dan memperlancar pencernaan. Hampir setiap orang gemar akan sawi karena rasanya segar dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang. Menurut Haryanto (2007), tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang. Menurut Haryanto (2007), tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kacang Panjang 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang Menurut Haryanto (2007), tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut: Kerajaan Divisi Kelas Sub

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

commit to users I. PENDAHULUAN

commit to users I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah dan tingkat kesejahteraan penduduk, maka kebutuhan akan hasil tanaman padi ( Oryza sativa L.) yang berkualitas juga semakin banyak. Masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar 1 III. METODE PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung mulai bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012. 1.2

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja, atau Soja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak mengandung serat. Serat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon

TINJAUAN PUSTAKA. Teknik Budidaya Melon TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Diskripsi Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu anggota famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Melon berasal dari Afrika Timur dan Afrika Timur-Laut. Melon

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 7 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2012 di kebun percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga, Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi Tanaman Kedelai Kedelai memiliki nama latin Glycine max L. Merill adalah salah satu tanaman yang berasal dari dataran Cina yang telah di temukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah

III. BAHAN DAN METODE. Selatan yang diketahui memiliki jenis tanah Ultisol dan Laboratorium Ilmu Tanah 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Teknologi Produksi Ubi Jalar Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM 0 PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM 10712017 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Percobaan ini dilaksanakan di lahan kering BPTP Sumatera Barat kebun

METODE PELAKSANAAN. Percobaan ini dilaksanakan di lahan kering BPTP Sumatera Barat kebun III. METODE PELAKSAAA 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di lahan kering BPTP Sumatera Barat kebun percobaan Rambatan, Tanah Datar pada ketinggian 525 m dari permukaan laut. Percobaan dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. (brassicaceae) olek karena itu sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu keluarga dengan kubis-krop, kubis bunga, broccoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci