BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overweight Overweight ialah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal, yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau massa otot (Batubara, Jose R.L. et al., 2010) Parameter Overweight Parameter untuk menentukan overweight ialah dengan melakukan pemeriksaan antropometris yang meliputi pengukuran tinggi dan berat badan serta lingkar pinggang (dalam penilaian resiko, ukuran lingkar pinggang lebih dapat dipercaya jika dibandingkan rasio pinggang-pinggul). Indeks Massa Tubuh atau Indeks Quetelet, yaitu berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m 2 ). Berat badan disimpulkan berlebih jika nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) berada pada kisaran 25,0-29,9 dan obesitas jika IMT 30. WHO (1999) mengusulkan pembedaan ambang batas nilai, baik IMT maupun lingkar pinggang orang Asia dan non-asia. Untuk kriteria Asia Pasifik dikatakan overweight jika IMT 23,0 dan obesitas jika IMT 25,0-29,9 (Arisman, 2010 & Stirbu, M., et al., 2009). Anak-anak pada masa tumbuh kembang (2-20 tahun), penentuan overweight dan obesitas ditentukan menggunakan grafik Center for Disease Control and Prevention (CDC) Dengan memasukkan data ke grafik, dapat ditentukan posisi persentilnya. Untuk persentil th dikategorikan dalam overweight dan untuk persentil 95 th dikategorikan dalam obesitas. Grafik CDC 2000 dapat dilihat pada gambar 2.1 dan 2.2.

2 Gambar 2.1. Grafik CDC 2000 penentuan IMT berdasarkan usia untuk anak perempuan usia 2-20 tahun Gambar 2.2. Grafik CDC 2000 penentuan IMT berdasarkan usia untuk anak lakilaki usia 2-20 tahun Keterangan grafik: Sumbu x : usia (tahun) Sumbu y : Indeks Massa Tubuh (kg/m 2 ) Kurva pada grafik terdiri dari persentil ke-3, ke-5, ke-10, ke-25, ke-50, ke-75, ke-85, ke-90, ke-95, ke-97.

3 Cara mengukur dan menginterpretasikan kalkulasi IMT untuk anak dan remaja ialah sebagai berikut 1. Sebelum menghitung IMT, terlebih dahulu diperoleh hasil pengukuran BB dan TB yang akurat 2. Hitung IMT dengan rumus: BB/TB 2 (kg/m 2 ) 3. Tinjau ulang kembali hasil persentil IMT berdasarkan usia. Persentil IMT berdasarkan usia digunakan untuk menafsirkan nilai IMT. IMT berdasarkan usia dan jenis kelamin spesifik untuk anak-anak dan remaja. Kriteria ini berbeda dari yang digunakan untuk menginterpretasikan IMT pada dewasa, yang tidak mengambil perhitungan berdasarkan usia atau jenis kelamin. Usia dan jenis kelamin dipertimbangkan untuk anak-anak dan remaja dikarenakan ada dua alasan: a. Jumlah lemak tubuh berbeda-beda sesuai usia b. Jumlah lemak tubuh berbeda antara laki-laki dan perempuan 4. Mencari status berat badan berdasarkan persentil IMT terhadap usia yang ditunjukkan pada tabel 2.1. Kategori ini berdasarkan rekomendasi komite ahli Tabel 2.1. Kategori Status Berat Badan Berdasarkan Rentang Persentil Kategori Status Rentang Persentil Berat Badan Underweight Kurang dari persentil ke-5 Normal Overweight Antara persentil ke-5 hingga kurang dari persentil ke-85 Antara persentil ke-85 hingga kurang dari persentil ke-95 Obesitas Sama dengan atau lebih dari persentil ke-95 Sumber : Center for Disease Control and Prevention, Etiologi overweight Penyebab mendasar dari overweight dan obesitas ialah kelebihan asupan energi dalam makanan dibandingkan pengeluaran energi. Jika seseorang diberi makan diet tinggi kalori dalam jumlah tetap, sebagian mengalami pertambahan berat badan lebih cepat dari yang lain, tetapi pertambahan berat badan yang lebih

4 lambat disebabkan oleh peningkatan pengeluaran energi dalam bentuk gerakan kecil yang gelisah (Nonexercise Activity Thermogenesis; NEAT) (Ganong, 2008) Beberapa faktor yang menyebabkan kegemukan, adalah: 1. Gangguan emosi dengan makan berlebihan yang menggantikan rasa puas lainnya 2. Pembentukan sel-sel lemak dalam jumlah berlebihan akibat pemberian makanan berlebihan 3. Gangguan endokrin tertentu, misalnya hipotiroidisme 4. Gangguan pusat pengatur kenyang-selera makan (satiety-appetite center) di hipotalamus 5. Kecenderungan herediter 6. Kelezatan makanan yang tersedia, dan 7. Kurang berolahraga (Sherwood, 2001) Dampak overweight pada anak Anak yang overweight dapat menderita masalah kesehatan yang serius yang dapat dibawa hingga ke masa dewasanya. Anak yang overweight akan memilki resiko yang lebih tinggi untuk menderita: - Diabetes tipe 2 yang menyebabkan resistensi terhadap insulin - Sindrom metabolisme : kegemukan yang terutama terdapat di daerah perut, kadar lemak yang tinggi, tekanan darah tinggi, resistensi terhadap insulin, rentan terhadap terbentuknya sumbatan pembuluh darah, dan rentan terhadap proses peradangan - Asma dan masalah saluran pernafasan lainnya (misalnya : nafas pendek yang membuat olahraga, senam atau aktivitas fisik lainnya sulit dilakukan) - Masalah tidur - Penyakit liver dan kandung empedu - Pubertas dini: anak yang kelebihan berat badan dapat tumbuh lebih tinggi dan secara seksual lebih matang dari anak-anak sebaya; anak perempuan yang mengalami kelebihan berat badan akan mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur dan menghadapi masalah fertilitas pada masa usia dewasanya

5 - Masalah makan - Infeksi kulit - Masalah pada tulang dan persendian - Masalah yang menyangkut perkembangan sosial dan emosional anak, seperti: kepercayaan diri yang rendah dan cenderung diganggu oleh temannya, masalah tingkah laku dan pola belajar yang dapat menyebabkan penurunan prestasi akademik, serta depresi (Misnadiarly, 2007) Sedangkan menurut CDC (2013), obesitas dan overweight pada anak dibagi dalam efek segera dan efek jangka panjang terhadap kesehatan: a. Efek segera : - Anak yang mengalami obesitas besar kemungkinan untuk mengalami faktor resiko penyakit jantung, seperti kolestrol yang tinggi atau hipertensi. Dalam sebuah populasi, dengan sampel anak yang berusia 5-17 tahun, 70% dari anak yang obesitas memiliki sedikitnya satu faktor resiko untuk penyakit jantung - Obesitas pada orang dewasa muda cenderung mengalami pre-diabetes, suatu kondisi dimana kadar glukosa darah mengindikasikan resiko tinggi untuk terjadinya diabetes - Anak-anak dan dewasa muda yang mengalami obesitas akan memiliki resiko besar menderita masalah persendian dan tulang, apnea saat tidur, dan masalah sosial dan psikologis seperti stigmatisasi dan kurangnya penghargaan diri b. Efek jangka panjang: - Anak anak dan dewasa muda yang mengalami obesitas akan cenderung mengalami obesitas pada saat dewasa dan dengan demikian resiko penyakit akan lebih besar, seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, stroke, beberapa jenis kanker, dan osteoarthritis. Sebuah studi menunjukkan bahwa anak yang mengalami obesitas lebih dini, seperti usia 2 tahun akan cenderung mengalami obesitas pada usia dewasa - Overweight dan obesitas berhubungan dengan meningkatnya resiko untuk terjadinya kanker, seperti kanker payudara, kolon, endometrium, esofagus,

6 ginjal, pankreas, kandung empedu, tiroid, ovarium, serviks, multiple myeloma dan Hodgkin s lymphoma Penatalaksanaan dan pencegahan overweight pada anak Anak-anak tidak sama dengan orang dewasa, membutuhkan nutrisi dan kalori unuk pertumbuhan dan perkembangan mereka (Misnadiarly, 2007). Tujuan utama penatalaksanaan overweight dan obesitas pada anak dan remaja adalah menyadarkan tentang pola makan yang berlebihan dan aktivitas yang kurang serta memberikan motivasi untuk memodifikasi perilaku anak dan orang tua. Tujuan jangka panjang adalah perubahan gaya hidup yang menetap (Budiwiarti, 2012). Overweight dan obesitas pada anak bersifat multifaktorial, oleh karena itu dalam penanganannya diperlukan pendekatan keluarga. Prinsip penatalaksanaan overweight dan obesitas pada anak ialah dengan mengurangi asupan kalori dan meningkatkan keluaran energi dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah/modifikasi pola hidup (Syarif, D.R., 2003 & Kiess W., et al., 2004). CDC menetapkan enam strategi yang dapat digunakan dalam pencegahan overweight dan penyakit kronik pada anak (Sherry,B., 2005). 1. Mempromosikan ASI Ada beberapa mekanisme yang menyebabkan bayi yang diberi ASI akan mengurangi resiko terjadinya overweight, yaitu: - Bayi yang diberi ASI akan mengalami respon lebih awal terhadap rasa kenyang dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula - Bayi yang diberi susu formula akan memiliki kadar insulin plasma yang lebih tinggi dengan respon yang lebih lama. Tingginya kadar insulin plasma, akan menyebabkan terjadinya deposit jaringan lemak, yang mengakibatkan peningkatan berat badan, obesitas dan resiko diabetes tipe 2. Tingginya kadar protein dalam susu formula juga menyebabkan stimulasi sekresi insulin

7 - Pengaruh hormon leptin (hormon yang menghambat asupan makan dan dapat mengontrol lemak dalam tubuh) yang dapat dipengaruhi oleh pemberian ASI 2. Mempromosikan aktivitas fisik Aktivitas fisik yang dibutuhkan akan bervariasi sesuai dengan usia. Pada penelitian Strong et al (2005), didapat adanya hubungan antara aktivitas fisik dan status berat badan pada anak usia sekolah dan remaja yang ditemukan dengan studi potong lintang dan longitudinal, yang menyimpulkan bahwa tingginya aktivitas fisik secara relatif berhubungan dengan berkurangnya jaringan adiposit. Strong et al (2005), juga menyatakan bahwa terdapat banyak keuntungan dari aktivitas fisik, seperti kesehatan jantung terpelihara, harga diri, dan prestasi akademik. Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme. Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan ketrampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik selama menit per hari (Syarif, D.R., 2003). 3. Mengurangi menonton televisi Ada beberapa alasan yang mendasari bahwa menonton televisi menyebabkan overweight ataupun obesitas pada anak, yaitu: - Menonton televisi mengurangi pengeluaran energi - Meningkatnya asupan kalori selama menonton televisi dengan pemilihan makanan yang mengandung kalori yang tinggi melalui iklan dari televisi - Berkurangnya Resting Metabolic Rate ketika menonton televisi 4. Meningkatkan asupan buah dan sayur-sayuran Ada beberapa alasan yang mendasari bahwa mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan dapat mencegah overweight: - Kandungan air di dalam buah dan sayur mengurangi densitas kalori dari makanan. Air merupakan komponen yang paling besar dalam mengurangi densitas energi karena air menambah berat tanpa menambah energi. Serat

8 dan komponen buah dan sayur-sayuran lainnya menambah massa yang tanpa energi/kalori - Air dan serat dapat meningkatkan rasa kenyang 5. Mengurangi konsumsi minuman yang mengandung gula/pemanis Beberapa mekanisme yang menjelaskan hubungan mengkonsumsi minuman yang mengandung gula/pemanis, ini disebabkan oleh kandungan kalori yang tinggi dalam minuman tersebut. Penyebab lain yang mungkin terjadi ialah anak-anak tidak dapat mengontrol konsumsi makanan ataupun minuman yang mengandung kalori dan hal ini terjadi bervariasi dari tiap-tiap usia mereka. 6. Mengurangi porsi makan Mengurangi porsi makan dapat mengurangi jumlah kalori jika pola dietnya dipertahankan secara konstan. Nielson dan Popkin (2003) menunjukkan bahwa secara umum porsi makanan yang besar dikonsumsi anak pada restoran siap saji, porsi yang lebih kecil dikonsumsi pada saat makan di rumah, dan porsi yang paling kecil pada saat makan di restoran lainnya. Peningkatan porsi makan ini terjadi bersamaan dengan peningkatan proporsi energi yang berasal dari makanan dan hal ini berhubungan dengan peningkatan prevalensi obesitas pada anak. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengurangan diet kalori dan lemak serta peningkatan diet serat direkomendasikan untuk mengatasi overweight atau obesitas pada anak. Diet yang rendah karbohidrat juga berguna untuk beberapa individu, tapi yang menjadi tujuan utama ialah mengurangi asupan energi dan meningkatkan pengeluaran energi. Peningkatan aktivitas fisik disarankan dengan latihan aerobik secara teratur. Hal ini juga harus disertai dengan pengurangan waktu menonton televisi dan bermain komputer (Nelson, 2004). 2.2.Pola Makan Pola makan atau pola konsumsi pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rata-rata perorang perhari yang umum dikonsumsi/dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu (Deptan, 2002).

9 2.2.1.Faktor yang Mempengaruhi Pola Makan Pola makan berkaitan erat dengan kebiasaan makan seseorang. Secara umum terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan, yakni: 1. Faktor ekonomi Variabel ekonomi yang cukup dominan mempengaruhi konsumsi makanan ialah pendapatan keluarga dan harga. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara kualitas maupun kuantitas. Namun, pendapatan yang tidak diimbangi dengan pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya sehari-hari, sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan kepada pertimbangan selera dibandingkan aspek gizi. Kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan impor, terutama jenis siap santap (fast food) telah meningkat tajam terutama di kalangan generasi muda dan kelompok masyarakat menengah ke atas. 2. Faktor sosial budaya Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi seseorang dalam memilih dan mengolah pangan yang akan dikonsumsi. Kebudayaan menuntun orang dalam cara bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan dasar biologisnya, termasuk kebutuhan pangan. 3. Faktor agama Adanya pantangan terhadap makanan/minuman tertentu dari sisi agama dikarenakan makanan/minuman tesebut membahayakan jasmani dan rohani yang mengkonsumsinya. Konsep halal dan haram akan mempengaruhi pemilihan bahan makanan yang akan dikonsumsi. 4. Faktor pendidikan Pendidikan dalam hal ini dikaitkan dengan pengetahuan yang akan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi. Pada orang yang berpendidikan rendah, biasanya memilih pangan yang

10 penting mengenyangkan, sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat lebih banyak dibandingkan kelompok bahan makanan lain. Sebaliknya, kelompok orang dengan pendidikan tinggi cenderung memilih bahan makanan sumber protein dan berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain. 5. Faktor lingkungan Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah, serta adanya promosi makanan melalui media cetak dan media elektronik. - Lingkungan keluarga sangat berpengaruh besar terhadap pola makan seseorang - Lingkungan sekolah, termasuk di dalamya para guru, teman sebaya, dan keberadaan tempat jajan sangat mempengaruhi terbentuknya pola makan, khususnya bagi siswa di sekolah. Anak-anak yang mendapatkan informasi yang tepat tentang makanan sehat dari para gurunya dan didukung oleh tersedianya kantin atau tempat jajan yang menjual makanan yang sehat akan membentuk pola makan yang baik pada anak. - Keberadaan iklan/promosi makanan atau minuman melalui media elektronik maupun media cetak sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan pola makan. Tidak sedikit orang tertarik untuk mengkonsumsi atau membeli jenis makanan tertentu setelah melihat promosinya melalui iklan di televisi (Sulistyoningsih, Hariyani, 2011) Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Kebutuhan gizi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Umur Semakin bertambah umur, kebutuhan zat gizi seseorang relatif lebih rendah untuk tiap kilogram berat badannya. 2. Aktivitas Kebutuhan zat gizi seseorang dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Semakin berat aktivitas yang dilakukan kebutuhan zat gizi semakin tinggi, terutama energi.

11 3. Jenis kelamin Kebutuhan zat gizi berbeda antara laki-laki dan perempuan, terutama pada usia dewasa. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh jaringan penyusun tubuh dan jenis aktivitasnya. Jaringan lemak pada perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki, sedangkan laki-laki cenderung lebih banyak memiliki jaringan otot. Hal ini menyebabkan lean body mass laki-laki menjadi lebih tinggi, sehingga kebutuhan energi basal laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. 4. Kondisi khusus (hamil, menyusui, dan sakit) Kebutuhan gizi pada masa hamil dan menyusui meningkat karena meningkatnya metabolisme serta dibutuhkan untuk persiapan produk ASI dan tumbuh kembang janin. Selain hamil dan menyusui, kondisi sakit juga akan mempengaruhi kebutuhan gizi seseorang. Seseorang yang berada dalam masa pemulihan akan membutuhkan asupan protein yang lebih tinggi. Jenis penyakit yang diderita akan mempengaruhi kebutuhan gizi yang harus dipenuhi. Sebagai contoh, orang yang menderita diabetes melitus harus memperhatikan asupan energi, sedangkan orang dengan tekanan darah tinggi harus memperhatikan asupan natrium. 5. Daerah tempat tinggal Seseorang yang tinggal di daerah pegunungan yang dingin membutuhkan kecukupan energi yang lebih tinggi dibandingkan yang tinggal di daerah pesisir yang panas (Sulistiyoningsih, Hariyani, 2011) Konsep Dasar Gizi Seimbang Pedoman umum gizi seimbang harus diaplikasikan dalam penyajian hidangan yang memenuhi syarat gizi yang dikenal dengan menu seimbang. Menu adalah rangkaian beberapa macam hidangan atau masakan yang disajikan atau dihidangkan untuk seseorang atau sekelompok orang untuk setiap kali makan, yaitu dapat berupa hidangan pagi, siang, dan malam. Hidangan dalam satu hari idealnya terdiri dari tiga kali makan utama dan dua kali makan selingan atau snack (Sulistiyoningsih, Hariyani, 2011).

12 Menu seimbang ialah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2002). Departemen Kesehatan RI (2006) mengeluarkan pedoman praktis untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan tertuang dalam 13 pesan dasar sebagai berikut: 1. Makanlah aneka ragam makanan 2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi 3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat kebutuhan energi 5. Gunakan garam beryodium 6. Makanlah makanan sumber zat besi 7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan Makanan Pendamping ASI sesudahnya 8. Biasakan makan pagi 9. Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya 10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur 11. Hindari minuman beralkohol 12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan 13. Bacalah label pada makanan yang dikemas Kebutuhan Gizi Anak Usia anak merupakan periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Berdasarkan Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 1, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut WHO, batasan usia anak antara 0-19 tahun. (Depkes, 2011). Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas yang baik dan benar. Kebanyakan orangtua menganggap kebutuhan nutrisi anak usia 5-18 tahun serupa dengan orang dewasa sehingga

13 tidak perlu perhatian khusus. Selain itu, faktor anak yang sulit makan juga membuat anak di usia sekolah mengalami kerawanan nutrisi, baik kekurangan gizi ataupun kelebihan gizi (Lusia Kus Anna, 2010). Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah taraf konsumsi zat-zat esensial yang dibutuhkan tubuh, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. AKG dibedakan berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin serta keadaan seperti hamil dan menyusui (Almatsier, 2002). Angka Kecukupan Gizi pada anak usia tahun yang dianjurkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan, 2005 ialah seperti dalam tabel 2.4 Tabel 2.2. Angka Kecukupan Gizi Untuk Usia Tahun Zat Gizi Usia tahun Laki-laki Perempuan nergi (kkal) otein (gram) Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun Pemberian Makan pada Anak Usia Sekolah Makanan pada anak usia sekolah harus serasi, selaras dan seimbang. Serasi artinya yang sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah sesuai dengan kondisi ekonomi, sosial budaya serta agama dari keluarga. Sedangkan seimbang artinya nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan makanan seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Ada beberapa penatalaksanaan pemberian makanan pada anak sekolah diantaranya adalah: a. Usahakan anak sarapan pagi dan minum susu satu gelas sebelum berangkat ke sekolah b. Pada saat jam istirahat usahakan anak memakan makan ringan yang bergizi (lebih kurang 2 jam setelah belajar di sekolah) bisa berupa lontong, bubur kacang hijau, bakmi goreng, dan lain-lain c. Makan siang tepat pada waktunya dan memenuhi kebutuhan zat-zat gizi. Nasi satu porsi, lauk 2 potong sedang, sayur satu mangkok ditambah buah-buahan

14 d. Berikan snack pada sore hari sebagai cemilan dapat berupa kue-kue segar, kuekue kering atau berupa goreng-gorengan e. Makan malam tepat pada waktunya dengan nasi satu porsi, lauk pauk 2 potong sedang, sayuran ditambah buah-buahan segar dan tidak lupa memberikan segelas susu sebelum tidur (Mitayani, Sartika & Wiwi, 2010). 2.3.Hubungan pola makan dengan overweight Pola makan berhubungan dengan kejadian overweight tidak hanya dari segi jumlah makanan yang dimakan, melainkan juga komposisi makanan dan kualitas diet. Kebiasaan makan pada zaman sekarang ini telah berubah, yaitu dengan rendahnya konsumsi buah-buahan, sayuran berwarna hijau, dan susu; meningkatnya konsumsi snacks, gula, dan minuman ringan, serta melewatkan sarapan. Perilaku makan yang demikian dapat menyebabkan peningkatan jaringan adiposit (Amin, Tarek. T. et al., 2008) Mekanisme regulasi keseimbangan energi dan berat badan Kontrol keseimbangan asupan makan melibatkan hubungan antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat. Pada individu dengan berat badan normal, makanan yang dikonsumsi digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, metabolisme basal, termogenesis, dan aktivitas fisik, dan kelebihannya akan disimpan dalam jaringan adiposit (Berthoud & Lenard, 2008). Regulasi asupan makan diatur oleh dua mekanisme: 1. Sinyal kenyang Regulasi asupan makan dimulai dengan adanya reseptor pengecap yang akan merasa dan mentransmisikan informasi ke otak melalui serabut saraf aferen. Komponen utama dalam regulasi asupan makan yang berhubungan dengan otak melalui saraf sensori aferen, meliputi: sistem gustatori, saluran gastrointestinal, pankreas, dan hati (Berthoud & Lenard, 2008). Pada saluran gastrointestinal, hormon-hormon peptida bekerja secara lokal dan sentral untuk mempengaruhi asupan makan (Gibson et al., 2010). Kemosensorik (acid-sensing ion channels) dan mekanosensorik (regangan dan

15 tegangan saraf vagus) berperan dalam pengosongan lambung (Berthoud & Lenard, 2008) Saat makanan masuk, terjadi perubahan konsentrasi nutrien/zat gizi di sirkulasi yang berasal dari usus dan organ perifer lainnya yang akan mengirimkan sinyal kenyang ke otak, dan selanjutnya akan terjadi pelepasan hormon-hormon sebagai sinyal kenyang. Ghrelin yang disekresi dari mukosa lambung yang kosong, akan mengaktivasi saraf aferen vagus dan bekerja secara langsung pada hipotalamus untuk menstimulasi makan (Gibson et al., 2010). Kolesistokinin, yang dihasilkan saat lemak dan protein terdapat pada usus halus (Berthoud & Lenard, 2008, Cawston & Miller, 2010), akan menstimulasi sekeresi enzim pencernaan dari pankreas (Owyang & Heldsinger, 2011) dan akan menekan asupan makan dengan berikatan dengan reseptor kolesistokinin yang berada di ujung sensorik saraf vagus (Raybould, et al., 2006). Peptida YY (PYY) dan Glucagon Like Peptide 1 (GLP 1) dihasilkan pada usus halus sebagai respon terhadap adanya nutrien di lumen usus. PYY merupakan penekan asupan makan yang bekerja dengan memperpanjang waktu pengosongan lambung melalui pengikatan terhadap reseptor neuropeptida Y-2. GLP-1 merupakan regulator utama dalam homeostasis glikemik, menstimulasi sekresi enzim pankreas dan menghambat pengosongan lambung (Berthoud & Lenard, 2008, Gibson et al., 2010). Pankreas berperan dalam regulasi energi melalui sel β pankreas, yang akan mengirimkan informasi ke sistem saraf pusat melalui sekresi insulin dan amilin. Insulin bekerja secara langsung di hipotalamus dan daerah otak lainnya, dan amilin bekerja pada reseptor di area postrema dan jalur asendens ke hipotalamus untuk memperpanjang waktu pengosongan lambung dan mencetuskan rasa kenyang (Lutz, 2010). Glukagon yang disekresi oleh sel α pankreas merupakan stimulator utama untuk sekresi glukosa di hati (Woods & D Alessio, 2008). Hati juga berperan dalam regulasi glukosa melalui saraf aferen vagus pada dinding vena porta hepatika (Teff, 2008).

16 2. Sinyal adiposit Jaringan adiposa merupakan tempat penyimpanan untuk kelebihan energi, seperti trigliserida dan asam lemak bebas. Jaringan adiposa dikenal sebagai organ aktif yang mensekresikan berbagai substansi yang dikenal sebagai adipokin atau derivat hormon adiposa, yang berperan dalam proses metabolisme dan mempengaruhi asupan makan dan keseimbangan energi (Rondinone, 2006). Asam lemak bebas berfungsi sebagai sumber energi dan merupakan sinyal molekul yang disekresikan jaringan adiposa seperti: leptin, adiponektin, Tumor Necrosis Factorα (TNF-α), Interleukin-6 (IL-6) dan resistin (Hirasawa, 2005). Komponen utama sistem saraf pusat yang terlibat dalam sinyal kenyang ataupun lapar ialah bagian kaudal batang otak, sistem limbik dan hipotalamus. Bagian kaudal batang otak akan menerima informasi dari taste buds dan organ perifer dan akan meregulasi asupan dan pencernaan makanan. Sinyal kenyang dari perifer akan memicu impuls saraf yang melalui hipotalamus, khususnya nukleus arkuata atau kompleks dorsal saraf vagus dari bagian otak belakang yang berhubungan secara langsung dengan hipotalamus (Berthoud & Lenard, 2008). Sistem limbik yang terdiri dari nukleus akumbens dan ventral palidum akan mempengaruhi keinginan seseorang terhadap makanan. Proyeksi dopaminergik yang berasal dari ventral tegmental area ke nukleus akumbens dan korteks prefrontal, akan mempengaruhi keinginan seseorang terhadap makanan di bawah kesadaran. Sistem kortikal-limbik berperan dalam proses pengambilan keputusan dengan pengaruh emosional dan informasi kognitif terhadap makanan (Berthoud & Lenard, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan sebuah masalah keluarga yang sifatnya jangka panjang dan kebisaan makan yang sehat harus dimulai sejak dini. Masalah gizi pada anak di Indonesia akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OBESITAS. 2.1.1. Pengertian Obesitas. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saja akan tetapi sudah menjadi permasalahan bagi kalangan anak - anak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saja akan tetapi sudah menjadi permasalahan bagi kalangan anak - anak 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1. Definisi Obesitas didefenisikan sebagai suatu penambahan berat badan akibat akumulasi berlebihan lemak tubuh relatif terhadap massa tubuh tanpa lemak (Wong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Overweight dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan kemakmuran, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Gizi lebih tidak hanya berupa kondisi dengan jumlah simpanan kelebihan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Overweight Overweight (kelebihan berat badan atau kegemukan) didefinisikan sebagai berat badan di atas standar. Pengertian lainnya overweight adalah kelebihan berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas dan overweight merupakan dua hal yang berbeda, namun demikian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas dan overweight merupakan dua hal yang berbeda, namun demikian BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas Obesitas dan overweight merupakan dua hal yang berbeda, namun demikian keduanya sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan dalam tubuh, yang ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data Riskesdas (2013), prevalensi obesitas dewasa (>18 tahun) di Indonesia mencapai 19,7% untuk laki-laki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan THP FTP UB Menu France : daftar yang

Lebih terperinci

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd

REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH. YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd REKOMENDASI GIZI UNTUK ANAK SEKOLAH YETTI WIRA CITERAWATI SY, S.Gz, M.Pd TERDAPAT 6 REKOMENDASI 1. Konsumsi menu Gizi Seimbang 2. Sesuaikan konsumsi zat gizi dengan AKG 3. Selalu Sarapan 4. Pelihara Otak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman modern, ditemukan fakta bahwa banyak orang ditekan oleh kondisi kerja dan tuntutan hidup, memperlihatkan laju makan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dekade terakhir jumlah penderita obesitas di dunia semakin meningkat dengan drastis sehingga menempatkan masalah ini menjadi salah satu masalah yang perlu mendapatkan

Lebih terperinci

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Penanganan diabetes berfokus pada mengontrol kadar gula darah (glukosa). Hal tersebut dapat dijalankan dengan memperhatikan pola makan dan olahraga, serta merubah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami perubahan, yaitu dari deposisi lemak subkutan menjadi lemak abdominal dan viseral yang menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Index Massa Tubuh Index Massa tubuh adalah salah satu pengukuran status gizi antopometri seseorang dengan menggunakan tinggi badan dan berat badan. Cara ini efektif digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat dan berperilaku

Lebih terperinci

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight? Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang

Lebih terperinci

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi Kecukupan Tingkat Kecukupan Asupan Kebiasaan Protein Pengetahuan Pendidikan energi Perilaku Energi Energi makan BAB dan ibu di dan protein Gizi sekolah pagi II Pengetahuan gizi Ibu Protein ibu Sarapan

Lebih terperinci

Seimbangkan Kadar Gula Darah Anda Sekarang

Seimbangkan Kadar Gula Darah Anda Sekarang Seimbangkan Kadar Gula Darah Anda Sekarang Seimbangkan kadar gula darah anda sekarang. Apa yang anda ketahui dengan gula darah? Didefinisikan dengan banyaknya kandungan gula atau glukosa dalam darah anda.

Lebih terperinci

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../..

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../.. KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN 2015 I. INFORMASI WAWANCARA No. Responden Nama Responden Angkatan/Semester Tanggal Wawancara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi banyak perubahan baik fisik yaitu pertumbuhan yang sangat cepat (growth spurt) dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, pada saat ini menghadapi masalah yang berhubungan dengan pangan, gizi dan kesehatan. Dalam bidang gizi, Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Makan Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalam tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan erat dengan masa. perkembangan yang drastis. Remaja yang asupan gizinya terpenuhi

BAB I PENDAHULUAN. didalam tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan erat dengan masa. perkembangan yang drastis. Remaja yang asupan gizinya terpenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap gizi, oleh karena itu remaja perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Pertumbuhan pada remaja berlangsung secara cepat,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk BAB 1 PENDAHULUAN Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena ketidakmampuan pankreas dalam menghasilkan hormon insulin yang cukup atau ketika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, setelah menjadi masalah pada negara berpenghasilan tinggi, obesitas mulai meningkat di negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan suatu kegiatan atau proses menyediakan makanan dalam jumlah yang banyak atau dalam jumlah yang besar. Pada institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara 1 BAB I PENDAHULUAN a) Latar Belakang Peningkatan kemakmuran seseorang ternyata diikuti dengan perubahan gaya hidup. Pola makan mulai bergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah merupakan ukuran tekanan yang digunakan oleh aliran darah melalui arteri berdasarkan dua hal yaitu ketika jantung berkontraksi dan ketika jantung beristirahat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung menunjukkan masalah gizi ganda, disamping masih menghadapi masalah gizi kurang, disisi lain pada golongan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat meningkatkan dengan cepat prevalensi komplikasi kronis pada lansia. Hal ini disebabkan kondisi hiperglikemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas atau kegemukan adalah keadaan yang terjadi apabila kuantitas jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar daripada normal. Hal ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan Berdasarkan hasil penimbangan BB monyet ekor panjang, penambahan nikotin cair pada kedua kelompok pakan terdapat kecenderungan penurunan BB dibandingkan sebelum diberi

Lebih terperinci

AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT

AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT Ingin menerapkan pola makan yang sehat tapi tidak tahu harus memulai dari mana? Artikel ini adalah panduan mudah untuk mengiring anda ke arah yang tepat.

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami

8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami 8 Cara Menurunkan Kadar Gula Secara Alami 8 Cara Menurunkan kadar gula secara alami ini dapat anda lakukan secara mandiri. Namun akan lebih baik lagi apabila anda bekerja sama dengan keluarga anda. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam populasi dunia saat ini, kelebihan berat badan dan obesitas sudah mulai menggeser kedudukan kekurangan gizi dan penyakit menular sebagai penyebab kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sekolah merupakan sumber daya manusia di masa depan sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai dari janin sampai dewasa. Proses perkembangan antara individu satu dengan yang lainya tidak sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas merupakan kelainan metabolisme yang paling sering diderita manusia. Saat ini penderita obesitas di dunia terus meningkat. Penelitian sejak tahun 1990-an menunjukkan

Lebih terperinci

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali Anak bukan miniatur orang dewasa Anak sedang tumbuh dan berkembang Anak membutuhkan energi per kg BB lebih tinggi Anak rentan mengalami malnutrisi Gagal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini biasanya menyerang tanpa tanda-tanda. Hipertensi itu sendiri bisa menyebabkan berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1. Definisi Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO,2011). Batas yang tidak wajar untuk

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di seluruh dunia dan salah satu dari 5 kondisi yang berisiko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

Definisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak

Definisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak Definisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak tubuh dengan berat badan total lebih besar daripada normal, atau terjadi peningkatan energi akibat ambilan makanan yang berlebihan

Lebih terperinci

Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan Kalori di sini adalah perkiraan

Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan Kalori di sini adalah perkiraan Hari - 1: Kurangi Kalori bukan Makanan P Kalori di sini adalah perkiraan Script Hari 1, penjelasan 3 menit Masih ingat ANGKA AJAIB Anda? 1. Ini adalah angka AJAIB karena jika Anda mengingatnya dan membatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi lebih dan masalah gizi kurang merupakan masalah yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Obesitas merupakan sinyal pertama dari munculnya kelompok penyakit-penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas yaitu terdapat penimbunan lemak yang belebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya obesitas ditentukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antropometri Penggunaan antropometri untuk menilai status gizi merupakan pengukuran yang paling sering dipakai. Antropometri dilakukan dengan mengukur beberapa parameter sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang yang menjadi Obesitas dan overweight merupakan suatu yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot skelet yang dapat meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik dapat dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegemukan sudah lama menjadi masalah. Bangsa Cina kuno dan bangsa Mesir kuno telah mengemukakan bahwa kegemukan sangat mengganggu kesehatan. Bahkan, bangsa Mesir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi lebih adalah suatu keadaan berat badan yang lebih atau diatas normal. Anak tergolong overweight (berat badan lebih) dan risk of overweight (risiko untuk berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern ini, manusia menjadikan makanan sehat sebagai pilihan yang kedua dalam menu sehari-hari. Dengan kecanggihan alat elektronik sekarang ini maka dengan mudahnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kemakmuran di Indonesia diikuti oleh perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan dari masyarakat baik dalam keluarga maupun diluar rumah. Pola makan terutama

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung SATUAN ACARA PENYULUHAN ( Gizi Seimbang Pada Lansia ) Topik Sasaran : Gizi Seimbang Pada Lansia : lansia di ruang Dahlia Hari/tanggal : Sabtu, 29 April 2017 Waktu Tempat : 25 menit : Wisma Dahlia di UPT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada umumnya. Sementara obesitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan, atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan oleh tubuh dalam kehidupan sehari-hari dalam jumlah yang cukup sebagai sumber energi dan zat-zat gizi. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Di perkotaan manusia menjalani kehidupannya dengan persaingan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan sebagai akibat keseimbangan antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang diekskpresikan dalam

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci