BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena hanya berkat rakhmat dan ridho NYA, Buku Putih Sanitasi (Sanitation White Book) Kota Tasikmalaya Tahun 2012 dapat disusun. Buku Putih Sanitasi Kota Tasikmalaya tahun 2012 ini disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran fasilitas sanitasi, kondisi sanitasi kota pada waktu yang lalu maupun saat ini dan hal-hal yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan serta program pengembangan sanitasi Kota Tasikmalaya. Data dan kondisi sanitasi tingkat kota yang tersaji dalam buku ini digali dari data sekunder yang dimiliki oleh OPD dan berdasarkan data primer yang dilakukan oleh tim survey EHRA (Environmental Health Risk Assessment) dan Satuan Kerja Sanitasi Kota Tasikmalaya. Penyempurnaan dan pemuktahiran data Buku Putih Sanitasi ini merupakan suatu proses terus-menerus sehingga Buku Putih Sanitasi ini lebih bersifat fleksibel dan melakukan penyesuaian fakta di lapangan. Buku Putih Sanitasi ini memuat tentang profil sanitasi Kota Tasikmalaya berdasarkan kondisi eksisting saat ini dan analisa baik dari data sekunder maupun primer yang dijelaskan secara gamblang melalui 6 aspek yaitu: aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek pendanaan, aspek pemberdayaan masyarakat, jender dan kemiskinan, aspek media dan komunikasi serta aspek kerjasama pihak swasta dalam percepatan pembangunan sanitasi. Untuk memperoleh masukan stakeholder kota dalam rangka penyempurnaan penyusunanbuku Putih Sanitasi Kota Tasikmalaya, diadakan berbagai kegiatan seperti: survey langsung ke lapangan, workshop, pertemuan rutin, konsultasi publik, sosialisasi hasil dan lain sebagainya di berbagai event kegiatan yang berhubungan dengan sektor sanitasi. Buku Putih Sanitasi ini nantinya merupakan sumber utama dari penyusunan Strategi Sanitasi Kota Tasikmalaya dan Memorandum Program. Selain itu juga menjadi dasar bagi pengambilan kebijakan sektor sanitasi dan kerjasama dengan pihak swasta. i

2 Segala upaya telah dilakukan untuk penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Tasikmalaya tahun 2012 ini, walaupun masih dirasakan terdapat kekurangan dan kesalahan. Kami sangat mengharapkan saran dari berbagai pihak untuk dapat dijadikan masukan dalam penyempurnaan. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada Tim Pelaksana Kelompok Kerja PPSP Kota Tasikmalaya yang telah menyelesaikan penyusunan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi semua. Tasikmalaya, November 2012 Sekretaris Daerah Kota Tasikmalaya selaku Ketua Satker Sanitasi Drs. H. TIO INDRA SETIADI Pembina Utama Madya NIP ii

3 PRAKATA Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Tasikmalaya tahun 2012 (Sanitation White Book Draft) berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi secara cepat berdasarkan data sekunder yang ada pada OPD dan data primer yang berasal dari survey lapangan bernama EHRA (Environmental Health Risk Assessment). Buku ini merupakan gambaran awal dalam menyusun strategi sanitasi kota jangka menengah. Pada masa yang akan datang laporan dalam buku ini akan diperbaharui sebelum suatu strategi sanitasi kota yang baru akan disusun, artinya Buku Putih ini akan mengikuti kemajuan rencana-rencana pengembangan sanitasi kota. Buku Putih Sanitasi ini sangatlah sederhana dan bersifat fleksibel asalkan bertujuan untuk perbaikan dan upaya percepatan pembangunan sanitasinya. Selain itu juga Buku Putih Sanitasi sangat terbuka lebar untuk perbaikan dan masukan serta pemutahiran data sehingga sangat diharapkan masukan-masukan yang akan memperkaya data dan informasi. Sajian Buku Putih Sanitasi Kota Tasikmalaya tahun 2012 dibagi menjadi 6 (enam) bab buku, dengan perincian sebagai berikut : 1. Bab 1 : Pendahuluan 2. Bab 2 : Gambaran Umum Kota Tasikmalaya 3. Bab 3 : Profil Sanitasi Kota Tasikmalaya 4. Bab 4 : Rencana Program Pengembangan Sanitasi 5. Bab 5 : Indikasi Permasalahan dan Opsi Pengembangan Sanitasi 6. Bab 6 : Kesimpulan dan Rekomendasi Buku putih Sanitasi ini merupakan dasar bagi penyusunan Rencana Strategis Sanitasi Kota (City Sanitation Strategy) Tahun juga bisa dijadikan acuan bagi pembangunan sektor sanitasi kerjasama pihak swasta. Penyusunan Rencana Strategi Sanitasi akan melibatkan semua entitas yang terlibat dalam sanitasi tingkat daerah, serta menjadi dasar yang kuat bagi pembahasan mengenai tahap, kebutuhan dan prioritas peningkatan sanitasi. Tim Pokja PPSP Kota Tasikmalaya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak serta seluruh komponen stakeholder masyarakat, Organisasi Perangkat Daerah, dan berbagai pihak yang telah menyumbang pikiran, tenaga dan waktu untuk proses penyusunan dan penyempurnaan Buku Putih Sanitasi Kota Tasikmalaya Tahun 2012 ini. Tasikmalaya, November2012 Penyusun, Tim Pelaksana Satuan Kerja Sanitasi Kota Tasikmalaya iii

4 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Prakata... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... x BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pengertian Dasar Sanitasi Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan Pendekatan dan Metodologi Metode Penyusunan Buku Putih Tahapan Penyusunan Buku Putih Posisi Buku Putih Sumber Data Peraturan Perundangan Sitematika Pembahasan Laporan BAB II Gambaran Umum Kota Tasikmalaya 2.1 Geografis, Topografis Dan Geohidrologis Kondisi Geografis Kondisi Topografis Kondisi Geohidrologi Administrasi Kependudukan Pertumbuhan dan Proyeksi Penduduk Kepadatan dan Distribusi Penduduk Jenis Kelamin Hal iv

5 2.3.4 Umur Pendidikan Jumlah Sarana Pendidikan Jumlah Kelas Jumlah Guru dan Siswa Jumlah Murid Kesehatan Jumlah Prasarana Kesehatan Jumlah Tenaga Kesehatan Sosial Masyarakat Perekonomian Visi dan Misi Kota Institusi dan Organisasi Pemda Stakeholder Utama Stakeholder Pendukung Sanitasi Kota Tasikmalaya Tata Ruang Struktur Ruang Kota Tasikmalaya Pola Ruang Kota Tasikmalaya Rencana Pengembangan Infrastruktur Sanitasi BAB III Profil Sanitasi Kota 3.1. Kondisi Umum Sanitasi Kota Kesehatan Lingkungan Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat Kuantitas dan Kualitas Air Limbah Cair Rumah Tangga Limbah Padat Drainase Lingkungan Pengelolaan Limbah Cair Landasan Hukum Aspek Kelembagaan Cakupan Layanan Aspek Teknis dan Operasional Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan Limbah Cair Hal v

6 Permasalahan Pengelolaan Persampahan Landasan Hukum Aspek Kelembagaan Cakupan Layanan Aspek Teknis dan Operasional Peran serta Masyarakat dan Jender dalam pengelolaan sampah Permasalahan Pengelolaan Drainase Landasan Hukum Aspek Kelembagaan Cakupan Layanan Aspek Teknis dan Operasional Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan Permasalahan Penyediaan Air Bersih Landasan Hukum Aspek Kelembagaan Cakupan Layanan Aspek Teknis dan Operasional Permasalahan Komponen Sanitasi Lainnya Penanganan Limbah Industri Penanganan Limbah Medis Kampanye PHBS Pembiayaan Sanitasi Kota BAB IVRencana Program Pengembangan Sanitasi 4.1. Visi dan Misi Sanitasi Kota Visi Misi Strategi Penangangan Sanitasi Rencana Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair Sistem Terpusat (Off Site System) Hal vi

7 Sistem Sanimas Sistem Setempat (On Site System) Rencana Peningkatan Pengelolaan Sampah Rencana Peningkatan Pengelolaan Saluran Drainase Lingkungan Rencana Pembangunan Penyediaan Air Minum Rencana Peningkatan Kampanye PHBS BAB VIndikasi Permasalahan dan Opsi Pengembangan Sanitasi 5.1. Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya Penentuan Area Beresiko Permasalahan Utama di Area Beresiko Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Gender di Area Prioritas Komunikasi untuk Peningkatan Kepedulian Sanitasi Keterlibatan Sektor Swasta dalam Layanan Sanitasi BAB VIPenutup 6.1. Kesimpulan Rekomendasi Hal vii

8 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Jarak Ibukota Tasikmalaya dengan Ibukota Kecamatan Tabel 2.2 Kondisi Kemiringan Lereng Kota Tasikmalaya Tabel 2.3 Daftar DAS dan Sub DAS di Kota Tasikmalaya Tabel 2.4 Danau, Situ, Waduk, Telaga di Kota Tasikmalaya Tabel 2.5 Kawasan Sekitar Mata Air di Kota Tasikmalaya Tabel 2.6 Daftar Cekungan Air Tanah di Kota Tasikmalaya Tabel 2.7Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Kota Tasikmalaya Tabel 2.8Suhu Maksimum, Rata-rata dan Minimum Bulanan Rata-rata Tabel 2.9Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 2.10 Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Tabel 2.11 Proyeksi Penduduk Kota Tasikmalaya Tahun 2013 sampai Tahun Tabel 2.12 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 2.14Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 2.15Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 2.16Jumlah Rombongan Belajar dan Ruang Kelas Tahun Tabel 2.17Jumlah Guru PNS dan PTT Menurut Jenis Sekolah Tahun Tabel 2.18Jumlah Siswa Menurut Tingkat/Kelas di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 2.19 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 2.20Jumlah Posyandu di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 2.21 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 2.22 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 2.23 Jumlah Sarana Ibadah di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 2.24 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tahapan KS di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 2.25 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tabel 2.26 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tabel 2.27 Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Jenis Kelamin di Kota Tasikmalaya Tabel 2.28 Distribusi Persentase PDRB Tabel 2.29 Realisasi APBD Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 2.30Tugas Pokok, Fungsi dan Peran Organisisai Perangkat Daerah (OPD) Tabel 2.31 Jumlah PNS di Kota Tasikmalaya Tahun 2009 berdasarkan Tingkat Pendidikan Hal ix

9 Tabel 2.32 Jumlah PNS di Kota Tasikmalaya Tahun 2009 berdasarkan Kepangkatan Tabel 2.33 Jumlah PNS dan CPNS di lingkungan pemkot Tabel 2.34 Program Kerja Riil Sanitasi dari Masing-Masing OPD Tabel 2.35 Hambatan Utama pada Aspek Kelembagaan Tabel 2.36 Kekuatan Gab/Daya Dukung SDM Pelayanan Tabel 2.37 Struktur Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya Tabel 2.38 Pola Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya Tabel 3.1 Pembagian Cluster Survey EHRA Tabel 3.2 Jumlah Jamban dan Kondisi Jamban Tabel 3.3 Kondisi Pencemaran Udara di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 3.4 Akses Masyarakat pada Sumber Air Tabel 3.5 Jumlah Rumah dan Sekolah Sehat Tabel 3.6 Jumlah Tempat Umum Sehat Tabel 3.7 Jenis Penyakit Menular Akibat Sanitasi Buruk Tabel 3.8 Jumlah Pelanggan PDAM dan Non PDAM di Kota Tasikmalaya Tabel 3.9 Kualitas Air PDAM di Kota Tasikmalaya Tabel 3.10 Penyaluran Limbah Tinja (Black Water) Tabel 3.11Pembuangan Limbah Cair Rumah Tangga (Grey Water) Tabel 3.12 Pembuangan Sampah Rumah Tangga di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 3.13 Pemisahan dan Pemilahan Sampah Rumah Tangga Tahun Tabel 3.14 Genangan di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 3.15 Lama Genangan di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 3.16 Tinggi Banjir di Kota TasikmalayaTahun Tabel 3.17 Layanan Pembuangan Limbah Tinja di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 3.18 Teknis dan Operasionil Pembuangan Limbah Tinja di Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 3.19 Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan Limbag Cair Tabel 3.20 Permasalahan Penanganan Limbah Cair Tabel 3.21 Kesesuaian Jenis dan Tarif Layanan Sampah Kota Tasikmalaya Tabel 3.22Cakupan Layanan Persampahan Tabel 3.23Teknis Operasional Persampahan Tabel 3.24Program PJMK dalam Pengelolaan Sampah Tabel 3.25Permasalahan Penanganan Persampahan Tabel 3.26 Titik Genagan di Kota Tasikmalaya Hal x

10 Tabel 3.27 Program PJMK dalam Pengelolaan Drainase Tabel 3.28 Permasalahan Penanganan Drainase Tabel 3.29Pelayanan Air Minum di Kota Tasikmalaya Tabel 3.30Aspek Teknis PDAM di Kota Tasikmalaya Tabel 3.31 Permasalahan Penanganan Air Minum Tabel 3.32Penanganan Limbah Industri Tabel 3.33Penanganan Limbah Medis Tabel 3.34Kampanye PHBS di Kota Tasikmalaya Tabel 3.35 Cara Pengolahan dan Pemusnahan Limbah Padat Puskesmas Tabel 3.36 Cara Pengolahan dan Pemusnahan Limbah Padat Laboratorium Tabel 3.37 Cara Pengolahan dan Pemusnahan Limbah Padat Klinik Kecantikan Tabel 3.38 Kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kota Tasikmalaya Tabel 3.39Realisasi Anggaran Sanitasi Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 3.40Realisasi Anggaran Sanitasi per OPD Kota Tasikmalaya Tahun Tabel 3.41Rasio Belanja Sanitasi Terhadap APBD dan Belanja Langsung Tahun Tabel 4.1Matrik Strategi Penanganan Sanitasi yang Sedang dan Akan Dilaksanakan Tabel 4.2Program Pengelolaan Limbah Cair Off Site System di Kota Tasikmalaya Tabel 4.3Program Pengelolaan Limbah Cair Sistem Sanimas di Kota Tasikmalaya Tabel 4.4Program Pengelolaan Limbah Cair Sistem Setempat (On Site) Tabel 4.5Program Pengelolaan Sampah di Kota Tasikmalaya Tabel 4.6Program Penanganan Drainase Lingkungan di Kota Tasikmalaya Tabel 4.7 Program Pembangunan Penyediaan Air Minum di Kota Tasikmalaya Tabel 4.8Program Peningkatan Kampanye PHBS di Kota Tasikmalaya Tabel 5.1 Penetuan Area Beresiko Menurut Data Sekunder Tabel 5.2 Skoring Penentuan Area Beresiko Menurut Data Sekunder Tabel 5.3 Penetuan Area Beresiko Menurut Persepsi Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Tabel 5.4 Penetuan Area Beresiko Menurut Studi EHRA Tabel 5.5 Kategori Daerah Beresiko Sanitasi Kota Tasikmalaya Tabel 5.6 Hasil Skoring Studi EHRA Berdasarkan Indeks Risiko Kota Tasikmalaya Tabel 5.7 Penentuan Area Beresiko Sanitasi Kota Tasikmalaya Tabel 5.8 Permasalah Utama di Area Beresiko Tabel 5.9 Kegiatan Partisipasi Masyarakat dan Jender Tabel 5.10 Komunikasi Peningkatan Kepedulian Sanitasi Tabel 5.11 Peran Swasta dalam Bidang Sanitasi Hal xi

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Pengelolaan On Site Secara Konvensional Gambar 1.2 Pengelolaan Off Site Gambar 1.3. Bagan Tahapan Buku Putih Gambar 1.4. Posisi Buku Putih dalam Tahapan PPSP Gambar 2.1. Peta Orientasi Kota Tasikmalaya Gambar 2.2.Peta Kemiringan Gambar 2.3 Peta Geohidrologi Gambar 2.4Peta Daerah Aliran Sungai Gambar 2.5 Peta Administrasi Kota Tasikmalaya Gambar 2.6Perkembangan Penduduk di Kota Tasikmalaya Gambar 2.7Peta Kepadatan Penduduk di Kota Tasikmalaya Gambar 2.8Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Jawa Barat dan Kota Tasikmalaya Gambar 2.9Laju Pertumbuhan PDRB Gambar 2.10Struktur Ekonomi Kota Tasikmalaya Tahun Gambar 2.11Laju Pertumbuhan APBD Tahun Gambar 2.12Peta Struktur Ruang Kota Tasikmalaya Gambar 2.13 Peta Pola Ruang Kota Tasikmalaya Gambar 3.1 Diagram Dimana Anggota Keluarga Yang Sudah Dewasa bila Ingin Buang Air Besar Gambar 3.2 Diagram Kemana Tempat Penyaluran Gambar 3.3 Diagram Kapan Tangki Septik Terakhir Dikosongkan Gambar 3.4 Diagram Siapa Yang Mengosongkan Tangki Septik Gambar 3.2 Diagram Kemana Tempat Penyaluran Gambar 3.5 Diagram Kemana Lumpur Tinja Dibuangkan Gambar 3.6 Diagram Kemana Air Bekas Buangan/Air Limbah Gambar 3.7 Peta Lokasi dan JAringan Pengolahan Air Limbah Cair Gambar 3.8 Peta Lokasi dan Jalur Pembuangan Sampah Gambar 3.9 Peta Jaringan Drainase Gambar 3.10 Peta Jaringan Pelayanan Air Minum Hal viii

12 Gambar 5.1 Grafik Indeks Risiko Sanitasi Kota Tasikmalaya Gambar 5.2 Diagram Persentase Area Beresiko Sanitasi di Kota Tasikmalalaya Gambar 5.3 Peta Area Beresiko Gambar 5.4 Diagram Darimanakah Mendapatkan Informasi Atau Berita Gambar 5.5 Diagram Surat Kabar yang Paling Sering Dibaca Gambar 5.6 Diagram Stasiun Radio yang Paling Sering Didengar Gambar 5.7 Diagram Acara Televisi yang Paling Sering Ditonton Gambar 5.8 Diagram Dari Siapa Mendapatkan Informasi Tentang Sanitasi Gambar 5.9 Diagram Sumber Informasi yang dapat dipercaya tentang Sanitasi Berasal dari Gambar 5.10 Diagram Jenis Pertemuan yang Pernah Diikuti Gambar 5.11 Diagram Penyuluhan atau Sosialisasi yang Pernah Diikuti Gambar 5.12 Diagram Kesenian Tradisional yang Biasanya Ditonton Gambar 5.13 Diagram Kegiatan yang Pernah Dihadiri Hal ix

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi sanitasi dapat menimbulkan penurunan kualitas lingkungan hidup, pencemaran air, meningkatnya penderita penyakit. Sebagai gambaran, Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi (pengelolaan air limbah domestik) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar (ANTARA News, 2006). Meskipun kuantitas layanan air limbah telah mencapai 69,3% namun kualitasnya belum memadai. Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak kurang dari m3 / hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai dan tanah, tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut terdapat di Pulau Jawa. Potensi kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk mencapai 2,1% dari GDP pada tahun Berdasarkan data yang ada,68% masyarakat menggunakan fasilitas umum sanitasi, tetapi sanitasi belum menjadi prioritas utama pembangunan baik di tingkat nasional sampai ke tingkat daerah, hal ini terlihat dari masih sedikitnya dana yang tersedia untuk sanitasi. Sehingga target MDGs Indonesia sampai tahun 2015 adalah penurunan setengah proporsi penduduk Indonesia yang belum memiliki akses air minum bersih dan fasilitas sanitasi dasar. Di beberapa daerah di Indonesia, masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan memiliki sanitasi yang sangat minim. Sebagian masyarakat masih membuang hajat di sungai karena tidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuangan air limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamar mandi. Hal ini terjadi selain disebabkan karena faktor ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yang relatif rendah sehingga mempengaruhi pola hidup masyarakat. Indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia pada tahun 2007adalah 70,59, khusus untuk IPM Kesehatan adalah 68,7. Sedangkan untuk IPM Kota Tasikmalaya pada tahun 2007 adalah 72,93, khusus untuk IPM Kesehatan adalah 72,40. Penanganan sanitasi harus dilakukan secara bersama antara masyarakat dan pemerintah. Untuk di Kota Tasikmalaya, pembangunan sanitasi masih banyak sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendiri, padahal seringkali kegiatan tersebut dapat diintegrasikan dalam satu kegiatan yang saling bersinergi. Berdasarkan kondisi tersebut berupaya meningkatkan layanan sanitasi di Kota Tasikmalaya dengan turut serta dalam Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) Tahun Pada program ini menyusun strategi pembangunan sanitasi perkotaan yang bersifat komprehensif dan koordinatif dengan melibatkan dinas-dinas terkait dengan sanitasi dan pemerintahan provinsi. Keikutsertaan Kota Tasikmalaya dalam Program Nasional PPSP didahului dengan Surat Walikota Tasikmalaya nomor: 433.5/1034/Bappeda kepada Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas Hal 1-1

14 mengenai pernyataan minat untuk mengikuti Program Nasional PPSP. Ditindaklanjuti dengan menetapkan Kota Tasikmalaya sebagai salah satu kota dari 58 kota yang mengikuti Program PPSP tahun 2011 melalui surat Bappenas nomor: 3621/Dt.6.03/08/2010 tanggal 30 Agustus 2010 dengan perihal Penetapan Kabupaten/Kota Program PPSP Tahun Berdasarkan Surat Komitmen dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas nomor 6228/Dt.6.03/10/2010 mengenai kesediaan membentuk Kelompok Kerja Sanitasi, membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Percepatan Pembangunan Saniasi Permukiman (PPSP) Kota Tasikmalaya dengan Surat Keputusan Walikota Tasikmalaya Nomor : /Kep.259-Bappeda/2011. Diharapkan Pokja PPSP dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek. Tidak hanya melibatkan unsur pemerintah saja namun juga melibatkan masyarakat serta swasta secara langsung, baik dalam pokja maupun sebagai mitra pendukung. Untuk memudahkan pekerjaan Pokja PPSP dibentuk Tim Pengarah dan Tim Teknis. Tugas Tim Pengarah mencakup aspek advokasi dan pengarahan kebijakan bidang kelembagaan, teknis, pemberdayaan dan kerja sama masyarakat, optimalisasi sumber pendanaan dan peluang investasi oleh swasta dalam program PPSP Kota Tasikmalaya. Tim Teknis bertugas mengkaji, menganalisa, dan mengumpulkan data untuk memetakan kondisi sanitasi Kota Tasikmalaya. Hasil analisa dan pemetaan kondisi sanitasi akan disajikan dalam Buku Putih dan selanjutnya dijadikan sebagai dasar Penyusunan Strategi Sanitasi Kota Tasikmalaya Pengertian Dasar Sanitasi Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis dari penyakit terkait. Sanitasi juga merupakan usaha untuk memastikan pembuangan kotoran manusia, cairan limbah dan sampah secara higienis. Hal ini akan berkontribusi pada kebersihan dan lingkungan hidup yang sehat, baik di rumah maupun lingkungan sekitarnya. Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut : 1. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestic) dengan sistem : a. Pengelolaan On Site adalah penanganan air limbah rumah tangga menggunakan sistem septic-tank dengan cara pembuangan konvensional yaitu limbah air rumah tangga diangkut dengan menggunakan kendaraan tangki khusus yang kemudian dibuang ke IPAL. Untuk sementara limbah air ini dibuang ke IPAL karena Kota Tasikmalaya belum mempunyai IPLT. Gambar 1.1 Pengelolaan On Site Secara Konvensional Hal 1-2

15 b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan air limbah rumah tangga yang disalurkan melalui saluran tersier, sekunder atau induk (primer), kemudian dibuang ke IPAL. Gambar 1.2 Pengelolaan Off Site 2. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lainnya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang bertempat di Ciangir Kecamatan Tamansari. 3. Penanganan drainase kota adalah dengan memfungsikan saluran drainase sebagai pengalir air kota dan disalurkan ke badan penerima utama. 4. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah Kota Tasikmalaya untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun sumur Maksud dan Tujuan Penyebab penanganan sanitasi di Kota Tasikmalaya tidak maksimal adalah masih lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi seperti tidak terpadu dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu upaya memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan menyiapkan sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu memetakan situasi dan kondisi sanitasi Kota Tasikmalaya kemudian menyusun perencanaan pembangunan sanitasi Maksud Maksud utama dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Tasikmalaya adalah memberikan informasi awal yang lengkap tentang situasi dan kondisi sanitasi Kota Tasikmalaya saat ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan perencanaan pembangunan sanitasi di masa mendatang yang dituangkan dalam Strategi Sanitasi Kota Tasikmalaya. Buku Putih Sanitasi merupakan hasil kerja berbagai komponen dinas terkait dengan sanitasi yang diwakilkan pada Kelompok Kerja PPSP. Hal 1-3

16 Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Tasikmalaya adalah : 1. Memberikan gambaran pemetaan situasi dan kondisi sanitasi Kota Tasikmalaya berdasarkan kondisi aktual atau kondisi sebenarnya (existing condition). Pemetaan mencakup aspek teknis dan aspek non teknis yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, serta aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. 2. Menjadi panduan kebijakan Kota Tasikmalaya dalam manajemen kegiatan sanitasi di Kota Tasikmalaya. Pemetaan sanitasi dilakukan dalam bentuk zona-zona sanitasi di tingkat kota sehingga akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi skala kota yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di Kota Tasikmalaya. 3. Buku ini dapat digunakan oleh semua unsur pemangku kepentingan baik di level masyarakat, level kota maupun nasional dan swasta untk memainkan perannya dengan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi, penerapan strategi dan implementasi dari rencana strategi di lapangan. Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan sehingga penerapan strategi sanitasi kota berjalan dengan baik Pendekatan dan Metodologi Metode Penyusunan Buku Putih Metode yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Tasikmalaya adalah studi dokumen dan pengumpulan data sekunder yang ada di masing-masing SKPD terkait dengan sanitasi, kemudian didukung dengan observasi objek yang relevan. Selain itu untuk mendapatkan pemetaan yang lebih akurat maka dilakukan beberapa kajian atau studi, seperti survey EHRA, Studi Penyedia Layanan Sanitasi (SSA) dan Studi Komunikasi dan Pemetaan Media. Dari hasil kajian dan analisa baik data sekunder maupun data primer akan menggambarkan kebutuhan layanan sanitasi dan peluang pengembangan di masa mendatang, sehingga bisa menyusun rencana pembangunan sanitasi dan menghasilkan usulan atau rekomendasi terkait dengan peluang pengembangan layanan sanitasi Tahapan Penyusunan Buku Putih Proses penyusunan Buku Putih Sanitasi dilakukan melalui tiga tahap, yaitu : 1. Penetapan lingkup buku putih, dimana pada tahap ini merupakan proses konsolidasi awal bagi Pokja melalui rapat koordinasi dalam menyamakan persepsi tentang pengertian Buku Putih. Dalam penetapan lingkup buku putih, Pokja menyepakati jenis informasi dan sumber data, cakupan wilayah pemetaan, metoda analisis, pembagian tugas dan pelaporan, rencana penetapan kawasan prioritas, jadwal kerja penyusunan Buku Putih. 2. Pemetaan secara cepat situasi sanitasi, dimana pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan analisis data sekunder untuk menghasilkan gambaran situasi sanitasi secara cepat. 3. Data sekunder dikumpulkan dari berbagai sumber data seperti SKPD, dokumen yang dimiliki Kota Tasikmalaya (laporan penelitian, dokumen perencanaan), pemerintah pusat, publikasi media, atau yang dimiliki LSM. Data yang telah terkumpul akan Hal 1-4

17 diverifikasi kebenarannya, kemudian data dikonsolidasikan dan disusun secara sistematis. 4. Setelah penyusunan data secara sistematis, selanjutnya dilakukan analisis untuk memetakan situasi sanitasi, baik aspek teknis (sarana dan prasarana) maupun aspek non-teknis. Sehingga berdasarkan hasil pemetaan dapat diketahui potret umum kondisi sanitasi Kota Tasikmalaya (termasuk kawasan beresiko sanitasi) dan hal-hal yang perlu dilengkapi agar penyusunan Buku Putih lebih berkualitas. 5. Konsep dan Finalisasi Buku Putih, dimana pada tahap ini untuk mempertajam hasil pemetaan awal sanitasi maka dilakukan pengumpulan data primer dan beberapa kajian atau studi yaitu survey EHRA, studi Komunikasi dan Pemetaan Media, dan studi Penyedia Layanan Sanitasi (SSA). Berdasarkan hasil analisis data sekunder dan data primer didukung kajian dan studi dapat dilakukan penetapan area beresiko sanitasi, dimana peta ini bisa menjadi acuan dasar dalam penentuan lokasi prioritas pembangunan sanitasi. Berdasarkan hasil-hasil tersebut dilakukan penyusunan draft Buku Putih Sanitasi Kota Tasikmalaya kemudian diajukan dalam rapat dengan pemangku kepentingan tingkat kota dan dilakukan finalisasi Buku Putih sehingga dihasilkannya Buku Putih Sanitasi Kota Tasikmalaya. Gambar 1.3 Bagan Tahapan Buku Putih Hal 1-5

18 1.5. Posisi Buku Putih Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen yang menggambarkan karakteristik dan kondisi sanitasi wilayah Kota Tasikmalaya dan prioritas atau arah pengembangan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota dan masyarakat kota. Buku ini mencakup profil sanitasi kota, sarana prasarana eksisting, cakupan dan tingkat pelayanan, informasi kelembagaan dan keuangan, arah pengembangan sanitasi, kebutuhan peluang, dan analisa awal untuk penetapan area berdasarkan tingkat resiko dan zona sanitasi di Kota Tasikmalaya. Buku ini dijadikan sebagai prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota Tasikmalaya. Rencana pembangunan sanitasi kota dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. PENYUSUNAN BPS + SSK Gambar 1.4 Posisi Buku Putih dalam Tahapan PPSP 1.6. Sumber Data Sumber data dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Tasikmalaya meliputi : 1. Data sekunder, diperoleh dari dokumen yang dimiliki tiap Dinas atau SKPD yang terlibat dalam Kelompok Kerja PPSP, buku-buku umum mengenai wajah dan karakter Kota Tasikmalaya secara umum. Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survey terkait dengan pengelolaan sanitasi seperti : Environmental Health Risk Assesment (EHRA), survey peran media dalam perencanaan sanitasi, survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survey keuangan, survey priority setting area beresiko serta survey peran serta masyarakat dan gender. 2. Data primer yaitu data yang bersumber dari survey atau observasi lapangan yang dilakukan Pokja, data primer dapat berupa rekaman hasil wawancara maupun potret (photo) kondisi eksisting di lapangan. Hal 1-6

19 1.7. Peraturan Perundangan Kegiatan program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) 2010 Kota Tasikmalaya didasarkan pada aturan-aturan dan dasar hukum yang meliputi : Undang-Undang 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah berikut perubahan-perubahannya 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Peraturan Pemerintah 1. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah 2. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Menteri 1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Peraturan Daerah 1. Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan 1.8. Sitematika Pembahasan Laporan Sistematika penulisan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Tasikmalaya ini terdiri dari 6 bab yang meliputi : BAB I PENDAHULUAN Berisikan latar belakang, pengertian dasar sanitasi, maksud dan tujuan metode yang digunakan dalam penyusunan, kedudukan buku putih, peraturan perundangan yang dipakai, dan sistematika penulisan yang digunakan. BAB II GAMBARAN UMUM KOTA TASIKMALAYA Berisikan Geografis, Topografis dan Geohidrologi, Administratif, Kependudukan, Pendidikan, Kesehatan, Sosial Masyarakat, Perekonomian, Visi dan Misi Kota, Institusi dan Organisasi Pemda, serta Tata Ruang Wilayah. BAB III PROFIL SANITASI KOTA TASIKMALAYA Berisikan Kondisi Umum Sanitasi Kota Tasikmalaya, Pengelolaan Limbah Cair, Pengelolaan Persampahan, Pengelolaan Drainase, Penyediaan Air Minum, Komponen Sanitasi Lainnya, dan Pembiayaan Sanitasi Kota. Hal 1-7

20 BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI Berisikan Visi Misi Sanitasi Kota, Strategi Penanganan Sanitasi Kota, Rencana Peningkatan Pengelolaan Limbah Cair, Rencana Peningkatan Pengelolaan Sampah, Rencana peningkatan Pengelolaan Saluran Drainase Lingkungan, Rencana Pembangunan Penyediaan Air Minum, Rencana Peningkatan Kampane PHBS. BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI Berisikan Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utamanya, Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Prioritas, Komunikasi untuk Peningkatan keperdulian Sanitasi, Keterlibatan Sektor Swasta dalam Layanan Sanitasi. BAB VI PENUTUP Memuat harapan dan langkah langkah tindak lanjut (opsi pengembangan yang dapat dipertimbangkan dalam penyusunan SSK. Hal 1-8

21 BAB II GAMBARAN UMUM KOTA TASIKMALAYA 2.1 Geografis, Topografis Dan Geohidrologis Kondisi Geografis Kota Tasikmalaya adalah salah satu kota yang masuk dibawah wilayah administrasi Propinsi Jawa Barat. Sesuai Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya luas wilayah administrasi Kota Tasikmalaya adalah Ha (171,56 Km 2 ). Secara geografis Kota Tasikmalaya memiliki posisi yang strategis, yaitu berada pada Bujur Timur dan Lintang Selatan di bagian Tenggara wilayah Propinsi Jawa Barat. Kedudukan atau jarak dari Ibukota Propinsi Jawa Barat ± 105 Km dan dari Ibukota Negara, yaitu Jakarta, ± 255 Km. Wilayah Kota Tasikmalaya berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kota Tasikmalaya dan Kota Ciamis (batas Sungai Citanduy) Sebelah Barat : Kota Tasikmalaya Sebelah Timur : Kota Tasikmalaya dan Kota Ciamis Sebelah Selatan : Kota Tasikmalaya (batas Sungai Ciwulan) Jarak Ibukota Kota Tasikmalaya dengan ibukota kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1. dan Gambar 2.1. Tabel 2.1 Jarak Ibukota Kota Tasikmalaya dengan Ibukota Kecamatan KECAMATAN Cipedes Bungursari Indihiang Mangkubumi Cihideung Tawang Purbaratu Cibeureum Tamansari Kawalu 010. Kawalu ~ 5 12, Tamansari 5 ~ Cibeureum ~ Purbaratu ~ Tawang ~ Hal 2-1

22 050. Cihideung ~ Mangkubumi ~ Indihiang ~ Bungursari ~ Cipedes ~ Hal 2-2

23 Gambar 2.1. Peta Orientasi Kota Tasikmalaya PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA Hal 2-3

24 2.1.2 Kondisi Topografis Berdasarkan bentang alamnya, Kota Tasikmalaya termasuk ke dalam kategori dataran sedang, dengan ketinggian wilayah berada pada kisaran 201 mdpl (terendah, di Kelurahan Urug Kecamatan Kawalu) sampai dengan 503 mdpl (tertinggi, di Kelurahan Bungursari Kecamatan Indihiang). Dilihat dari kemiringan lahannya (kelerengan) terdapat beberapa wilayah yang memiliki kemiringan lahan cukup tinggi, di antaranya di Kecamatan Kawalu dan Kecamatan Cibeureum, sehingga perkembangan kegiatan perkotaan pada dua kecamatan tersebut perlu dilakukan secara selektif dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan gambar Kondisi Geohidrologi Tabel 2.2 Kondisi Kemiringan Lereng Kota Tasikmalaya Kelas Lereng Keterangan Luas (Hektar) % Luas 0 3 Datar 8.640,95 50, Landai 3.640,85 21, Sedang 3.012,54 17, Curam 1.861,86 10,85 Total ,20 100,00 Sumber : RPJP Kota Tasikmalaya, dan Evaluasi RTRW Kota Tasikmalaya, Litologi Kota Tasikmalaya terbentuk dari material dasar berupa batuan induk vulkanik. Jenis tanah yang mendominasi permukaan adalah jenis tanah asosiasi regosol kelabu, regosol kelabu coklat, litosol, dan latosol kemerah-merahan. Kondisi potensi sumber daya air, selain potensi air permukaan, Kota Tasikmalaya pun memiliki potensi kandungan air tanah yang relatif dangkal. Kondisi geohidrologi Kota Tasikmalaya yang terdiri dari : - Kondisi Air Permukaan - Kondisi Air Tanah - Kondisi Klimatologi dapat dilihat pada Gambar 2.3. Hal 2-4

25 Gambar 2.2. Peta Kemiringan Kota Tasikmalaya Hal 2-5

26 Gambar 2.3. Peta geohidrologi Kota Tasikmalaya Hal 2-6

27 1. Kondisi Air Permukaan Situ Gede Bentuk air permukaan di Kota Tasikmalaya meliputi sungai, air dalam cekungan (danau/situ) dan air hujan. Jumlah air permukaan jenis air hujan yang dapat dimanfaatkan untuk sumber daya air setempat cukup besar. Di Kecamatan Tamansari potensi air tersebut mencapai juta m3/hari, sementara di Kecamatan Mangkubumi mencapai juta m3/hari. (Identifikasi Potensi Sumber Daya Air Bawah Tanah Kota Tasikmalaya, 2004). Sedangkan untuk sungai, air dalam cekungan (danau/situ) dapat dilihat pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4 Situ Cibeureum Tabel 2.3. Daftar DAS/Sub DAS di Kota Tasikmalaya No. Nama DAS Sub DAS Luas (km 2 ) 1 Ciwulan Cikunir, Cilumajang km 2 2 Citanduy Cipedes, Ciloseh, Cikalang, Sumber : Masterplan Drainase Kota Tasikmalaya Cibadodon, Cimulu, Cikunten II, Leuwimunding, Cihideung, Ciromban Hal 2-7

28 Gambar 2.4. Peta Daerah Aliran Sungai Hal 2-8

29 Tabel 2.4. Danau, Rawa, Situ, Telaga, dan Waduk Kota Tasikmalaya No. Nama Perairan Luas (Ha) Lokasi Kelurahan Kecamatan 1 Situ Gede 48 Mangkubumi Mangkubumi 2 Situ Cicangri 2,5 Tamanjaya Tamansari 3 Situ Rusdi 1,5 Tamanjaya Tamansari 4 Situ Cibeureum 7 Tamanjaya Tamansari 5 Situ Cipajaran 5 Tamanjaya Tamansari 6 Situ Malingping 2 Tamanjaya Tamansari 7 Situ Bojong 2 Tamanjaya Tamansari Sumber : RTRW Kota Tasikmalaya, Air Tanah Salah satu sumber air tanah dalam bentuk mata air yang terdapat di Kecamatan Indihiang mata air Cibunigeulis memiliki kapasitas produksi / debit sebesar 15,00 liter perdetik sampai 60,00 liter per detik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut ini. Tabel 2.5 Kawasan Sekitar Mata Air Di Kota Tasikmalaya NO NAMA MATA AIR DEBIT (L/DTK) LOKASI MAKS MIN DESA KECAMATAN KETERANGAN 1. Cibunigeulis Cibunigeulis Indihiang Dimanfaatkan PDAM (sebagai air baku) 2. Cibangbay Setiawangi Tamansari Belum dimanfaatkan 3. Cianjur II Linggajaya Mangkubumi Lahan milik perorangan Sumber: RTRW Kota Tasikmalaya, 2011 Hal 2-9

30 Tabel 2.6. Daftar Cekungan Air Tanah di Kota Tasikmalaya CEKUNGAN AIR TANAH (CAT) WILAYAH ADMINISTRASI JUMLAH AIR TANAH LITOLOGI PERINGKAT (juta m³/th) NO. NAMA LUAS KOTA/KOTA PROVINSI AKUIFER PENYELIDIK BEBAS (Q₁) TERTEKAN (Km²) AN (Q₂) Cekungan Air Tanah Tasikmalaya Kota Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kota Garut, Kota Majalengka, Kota Ciamis Jawa Barat Sumber : Dinas Bina Marga, Pengairan, Pertambangan dan Energi Kota Tasikmalaya, Klimatologi Sebagai kota yang terletak di kawasan beriklim tropis, Kota Tasikmalaya bulan basah biasanya terjadi pada bulan Januari - April, September, Oktober dan Desember. Sedangkan pada bulan Mei - Agustus dan bulan November bertiup ke arah Barat Laut yang biasanya berkaitan dengan musim kemarau yang biasa disebut sebagai bulan kering. Dengan suhu rata-rata 25,7 0 C, dengan kisaran antara 21,1 0 C (terendah) dan 27,9 0 C (tertinggi). a. Curah Hujan Curah hujan di Kota Tasikmalaya untuk tahun 2009 dan 2010 rata-rata memiliki nilai 275 mm per tahun, ini menunjukan bahwa Kota Tasikmalaya merupakan daerah yang memiliki curah hujan yang sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.7. Tabel 2.7. Curah Hujan Rata-rata Bulanan Kota Tasikmalaya (mm) Tahun NO. BULAN CH HH CH HH 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Hal 2-10

31 NO. BULAN Tahun CH HH CH HH 10 Oktober November Desember Jumlah Rata-rata Sumber : BPSDA Provinsi Jawa Barat (Stasiun Cimulu), 2011 dalam SLHD Kota Tasikmalaya, 2010 b. Suhu udara Suhu udara di Kota Tasikmalaya selama tahun memiliki nilai rata-rata antara o C. hal ini menunjukan bahwa suhu di Kota Tasikmalaya termasuk dalam katagori sedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.8. Tabel 2.8. Suhu Maksimum, Rata-rata, dan Minimum Bulanan Rata-rata TAHUN MAKS MIN MAKS MIN MAKS MIN MAKS MIN MAKS MIN 29,70 24,50 28,90 23,40 26,50 23,30 28,90 23,10 30,30 22,00 26,06 30,90 24,60 30,00 25,50 28,40 23,50 28,90 23,30 30,40 22,40 26,79 30,60 24,90 28,60 24,20 27,90 23,50 29,10 23,80 30,90 22,20 26,57 28,90 24,80 29,30 24,60 29,20 23,80 28,90 24,00 30,90 22,70 26,71 29,00 24,60 28,90 24,00 29,50 23,20 28,90 23,50 30,40 22,20 26,42 30,20 25,30 29,00 23,70 28,40 22,50 28,60 23,20 29,70 20,60 26,12 27,50 23,90 28,80 23,10 27,50 22,50 28,80 22,80 27,60 19,10 25,16 27,40 22,70 27,30 23,30 28,00 22,50 28,50 22,60 29,00 18,50 24,98 29,20 24,20 28,60 23,40 28,90 22,90 28,80 22,80 28,60 20,80 25,82 29,30 24,40 28,40 23,20 27,00 22,50 27,70 22,60 27,60 21,80 25,45 28,80 24,50 27,70 23,30 28,10 22,60 28,00 22,40 28,50 22,40 25,63 29,10 24,40 29,00 23,70 29,00 22,50 28,60 22,20 29,30 22,30 26,01 RATA- RATA 29,22 24,40 28,71 23,78 28,20 22,94 28,64 23,03 29,43 21,42 25,98 Sumber : Stasiun Meteorologi Lanud Wiriadinata, 2007 dalam SLHD Kota Tasikmalaya, Administrasi Luas wilayah Administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan adalah Ha (171,56 Km2). Saat ini terbagi menjadi 10 wilayah kecamatan dan 69 kelurahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 2.9 dan Gambar 2.5 berikut ini : Hal 2-11

32 Tabel 2.9 : Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 Kecamatan Luas (km2) Persentase (1) (2) (3) 010. Kawalu 41,12 23, Tamansari 28,52 16, Cibeureum 17,54 10, Purbaratu 11,87 6, Tawang 5,33 3, Cihideung 5,30 3, Mangkubumi 23,68 13, Indihiang 11,88 6, Bungursari 18,22 10, Cipedes 8,10 4,72 Kota Tasikmalaya 171,56 100,00 Sumber : BPS Kota Tasikmalaya Dan Data Pokok Kota Tasikmalaya, 2011 Hal 2-12

33 Gambar 2.5 Peta Administrasi Kota Tasikmalaya Hal 2-13

34 2.3 Kependudukan a) Pertumbuhan dan Proyeksi Penduduk Jumlah penduduk Kota Tasikmalaya pada tahun 2010 apabila dibandingkan dengan tahun 2009, maka ada pertambahan sebesar 1,64% atau jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kota Tasikmalaya sebanyak jiwa, terdiri dari jiwa penduduk lakilaki dan jiwa penduduk perempuan. Perkembangan penduduk Kota Tasikmalaya dari tahun 2002 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.10, sedangkan untuk proyeksi pertumbuhan penduduk sampai 5 tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.10 Jumlah Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Uraian Tahun Kota Tasikmalaya, Penduduk LPP Rumah Tangga (1) (2) (3) (4) , , , , , , , , , Sumber : BPS Kota Tasikmalaya, 2011 Tabel 2.11 Proyeksi Penduduk Kota Tasikmalaya Tahun 2013 Sampai Tahun 2028 (Jiwa) No. Kecamatan / Kelurahan Tahun Proyeksi Kec. Indihiang Kel. Indihiang Kel. Sirnagalih Kel. Parakannyasag Kel. Panyingkiran Kel. Sukamaju Kaler Kel. Siukamaju Kidul Kec. Bungursari Kel. Bantarsari Kel. Cibunigeulis Kel. Sukarindik Kel. Sukamulya Kel. Sukajaya Kel. Bungursari Kel. Sukalaksana Hal 2-14

35 No. Kecamatan / Kelurahan Tahun Proyeksi Kec. Cibeureum Kel. Kersanagara Kel. Kota Baru Kel. Awipari Kel. Setianagara Kel. Ciherang Kel. Ciakar Kel. Margabakti Kel. Setiajaya Kel. Singkup Kec. Purbaratu Kel. Purbaratu Kel. Sukanagara Kel. Sukaasih Kel. Sukajaya Kel. Setiaratu Kel. Sukamenak Kec. Cihideung Kel. Yudanagara Kel. Nagarawangi Kel. Cilembang Kel. Argasari Kel. Tugujaya Kel. Tuguraja Kec. Cipedes Kel. Panglayungan Kel. Cipedes Kel. Nagarasari Kel. Sukamanah Kec. Tawang Kel. Tawangsari Kel. Empangsari Kel. Lengkongsari Kel. Cikalang Kel. Kahuripan Kec. Kawalu Kel. Kersamenak Kel. Cilamajang Kel. Gunung Tandala Kel. Urug Kel. Tanjung Kel. Cibeuti Kel. Karang Anyar Kel. Talagasari Kel. Leuwiliang Kel. Gunung Gede Kec. Tamansari Kel. Tamansari Kel. Mugarsari Kel. Tamanjaya Hal 2-15

36 No. Kecamatan / Kelurahan Tahun Proyeksi Kel. Sumelap Kel. Setiawargi Kel. Mulyasari Kel. Sukahurip Kel. Setiamulya Kec. Mangkubumi Kel. Mangkubumi Kel. Cigantang Kel. Karikil Kel. Linggajaya Kel. Cipawitra Kel. Sambongpari Kel. Sambongjaya Kel. Cipari Total Sumber : RP4D Tahap II Kota Tasikmalaya, 2008 Gambar2.6. Perkembangan Penduduk Di Kota Tasikmalaya 2,5 2 1,5 1 LPP 0, b) Kepadatan dan distribusi Penduduk Tabel 2.12 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 Luas Penduduk (orang) Kepadatan Kecamatan Penduduk Km2 % Jumlah % (Orang/km2) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 010. Kawalu 41,12 23, , Tamansari 28,52 16, , Cibeureum 17,54 10, , Hal 2-16

37 Luas Penduduk (orang) Kepadatan Kecamatan Penduduk Km2 % Jumlah % (Orang/km2) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 031. Purbaratu 11,87 6, , Tawang 5,33 3, , Cihideung 5,30 3, , Mangkubumi 23,68 13, , Indihiang 11,88 6, , Bungursari 18,22 10, , Cipedes 8,10 4, , Kota Tasikmalaya 171,56 100, , Sumber : Kota Tasikmalaya Dalam Angka, 2010 Berdasarkan Tabel 2.12 dapat diketahui bahwa dengan luas wilayah 171,56 Km² menjadikan setiap Km² nya rata-rata dihuni oleh jiwa dengan sebaran yang tidak merata pada setiap kecamatannya. Kepadatan penduduk terakumulisasi di daerah perkotaan, khususnya di Kecamatan Cihideung dan Tawang dengan tingkat kepadatan penduduk setiap Km² nya masing-masing mencapai jiwa dan jiwa sedangkan tingkat kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Kawalu yang hanya didiami oleh jiwa setiap Km². Selanjutnya dapat diketahui karakteristik demografi berkenaan dengan luas wilayah Kota Tasikmalaya, antara lain Kepadatan Penduduk (KP) Jumlah Penduduk (orang) KP = Luas Wilayah (km 2 ) Berdasarkan tingkat kepadatan penduduk Kota Tasikmalaya dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu : - Kepadatan < 25 jiwa/ha disebut kawasan pedesaan (rural) - Kepadatan jiwa/ha disebut kawasan peri urban - Kepadatan jiwa/ha disebut kawasan Urban Low - Kepadatan jiwa/ha disebut kawasan Urban medium - Kepadatan > 250 jiwa/ha disebut kawasan Urban hight Berdasakan kriteria tersebut di atas kecamatan-kecamatan di Kota Tasikmalaya di dominasi oleh kawasan peri urban (Kecamatan Cibeureum, Purbaratu, mangkubumi, Indihiang, Bungursari dan Cipedes) dengan kecamatan yang masuk kawasan rural adalah kecamatan Kawalu dan Tamansari, sedangkan yang masuk dalam kawasan Urban Low adalah kecamatan Tawang dan Cihideung. Hal 2-17

38 c) Jenis Kelamin Jumlah penduduk Kota Tasikmalaya pada tahun 2010 sebanyak jiwa, terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Selebihnya dpat dilihat dalam Tabel Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kota Tasikmalaya, 2010 Penduduk (orang) Rasio Jenis Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Kelamin (1) (2) (3) (4) (5) 010. Kawalu , Tamansari , Cibeureum , Purbaratu , Tawang , Cihideung , Mangkubumi , Indihiang , Bungursari , Cipedes , , , ,37 Sumber : Kota Tasikmalaya Dalam Angka, 2010 Hal 2-18

39 Gambar 2.7. Peta kepadatan penduduk Kota Tasikmalaya Hal 2-19

40 d) Umur Jumlah penduduk Kota Tasikmalaya menurut kelompok umur menunjukan penyebaran seperti pada umumnya kota besar di Indonesia. Hal ini terlihat dalam bentuk piramida yang lebih menunjukan usia produktif dan balita lebih banyak, sedangkan untuk usia lanjut lebih sedikit. Tabel 2.14 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Tasikmalaya, 2010 Kelompok Umur Penduduk (orang) Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Kota Tasikmalaya Sumber : Kota Tasikmalaya Dalam Angka, 2010 SUP = Jumlah Penduduk Usia 0 14 tahun Jumlah penduduk seluruhnya X 100% SUP = X 100% SUP = 29,03 % Memperhatikan hasil perhitungan SUP, dapat disimpulkan bahwa penduduk Kota Tasikmalaya termasuk kategori usia kerja. Secara jangka panjang hal ini akan membawa Hal 2-20

41 konsekuensi terhadap ketersediaan lapangan kerja bagi penduduk yang saat ini berusia muda. Tingkat kelahiran yang tinggi dan besarnya penduduk yang datang mempengaruhi tingkat pertumbuhan. Angka kelahiran yang tinggi mengakibatkan komposisi penduduk akan cenderung pada kelompok usia muda. Pada Tabel 2.14 dapat dilihat penduduk usia balita (0-4 tahun) memiliki persentase yang cukup tinggi sebesar 9,30 persen dari total penduduk dibandingkan dengan tahun sebelumnya persentase penduduk usia ini mengalami sedikit perubahan. Secara sederhana tingkat kelahiran bisa dihitung dengan membandingkan antara penduduk usia 0 4 tahun dengan penduduk wanita usia subur tahun dikalikan dengan 1000, maka akan dihasilkan angka rasio anak dan wanita (CWR/Child Woman Ratio = / x 1.000) sebesar 0,001 yang berarti bahwa dari 1000 orang wanita usia subur ada 1 orang anak usia balita. Tingkat produktivitas penduduk dapat digambarkan dari perbandingan antara penduduk usia produktif dengan non-produktif. Penduduk non-produktif yang merupakan gabungan antara penduduk muda (0-14 tahun) dengan usia tua (> 65 tahun) mencapai 33,88 persen, sementara itu penduduk yang termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun) adalah 66,22 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa tingkat produktifitas penduduk tinggi, mengingat persentase penduduk usia produktif yang cukup besar. Angka beban ketergantungan (ABK) merupakan perbandingan antara penduduk usia non-produktif dengan penduduk usia produktif, yaitu dapat dikatakan bahwa 100 orang produktif akan menanggung 50 orang non-produktif atau 1 berbanding 2 yang mana angka beban ketergantungan ini untuk Kota Tasikmalaya tergolong rendah dan menunjukan bahwa Kota Tasikmalaya memiliki produktivitas yang tinggi. 2.4 Pendidikan a) Jumlah prasarana Pendidikan Jumlah prasarana pendidikan di Kota Tasikmalaya dapat digambarkan bahwa setiap kecamatan memiliki prasarana sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah baik yang kepemilikannya sebagai sekolah negeri (pemerintah) maupun non pemerintah. Hal ini merupakan salah satu bukti dari keseriusan Pemerintah Kota Tasikmalaya guna meningkatkan IPM khususnya indeks pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Tabel Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 SLB TK RA SD MI SMP Kecamatan N S N S N S N S N S N S (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 010. Kawalu Tamansari Cibeureum Hal 2-21

42 031. Purbaratu Tawang Cihideung Mangkubumi Indihiang Bungursari Cipedes Jumlah Sumber : Kota Tasikmalay Dalam Angka, 2010 Kecamatan MTs SMA MA SMK Jumlah Sekolah Semua Ni S N S N S N S N S Jumlah (1) (14) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) 010. Kawalu Tamansari Cibeureum Purbaratu Tawang Cihideung Mangkubumi Indihiang Bungursari Cipedes Sumber : Kota Tasikmalay Dalam Angka, 2010 b) Jumlah kelas Jumlah ruang kelas di Kota Tasikmalaya secara keseluruhan mulai dari tingkat dasar sampai menengah berjumlah unit yang tersebar dalam 636 sekolah. Sehingga jika dibagi berdasarkan jumlah unit kelas dan sekolah, maka rata-rata sekolah di Kota Tasikmalaya memiliki 7,7 atau 8 unit kelas per sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Jenis Sekolah Tabel 2.16 Jumlah Rombongan Belajar dan Ruang Kelas Tahun /VII/ X Rombongan Belajar Tiap Kelas 2/VIII/ 3/IX/XI XI I Jml Ruang Kelas Kondisi IV V VI Jumlah Baik R.Ringan R.Berat (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) SLB TK RA SD MI Hal 2-22

43 Jenis Sekolah 1/VII/ X Rombongan Belajar Tiap Kelas 2/VIII/ 3/IX/XI XI I Jml Ruang Kelas Kondisi IV V VI Jumlah Baik R.Ringan R.Berat SMP MTs SMA MA SMK Jumlah Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya,2011 c) Jumlah Guru dan Jumlah Siswa Jumlah Guru di Kota Tasikmalaya secara keseluruhan berjumlah orang yang berasal dari pegawai negeri dan non pegawai negeri. Adapun jumlah pegawai negeri yang berada di mengajar di sekolah adalah sebanyak 619 guru dan 716 guru merupakan pegawai tidak tetap. Jika melihat proporsi guru dengan jumlah murid yang ada maka akan dapat terlihat bahwa satu orang guru mengajar 110 murid. Tabel 2.17 Jumlah Guru PNS dan PTT Menurut Jenis Sekolah di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 Jenis Sekolah PNS/PEGAWAI TETAP GOL I GOL II GOL III YAYASA N (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) SLB TK RA SD MI SMP MTs SMA MA SMK Jumlah Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, 2011 PTT JML d) Jumlah Murid Jumlah murid yang belajar di Kota Tasikmalaya pada tahun 2010 adalah sejumlah siswa. Untuk siswa terbanyak adalah pada tingkat Dasar/Sekolah Dasar dengan jumlah murid sejumlah murid atau 46,67 %. Hal ini menunjukan bahwa pencapaian wajib belajar di Kota Tasikmalaya sudah dapat dikatakan berhasil. Hal 2-23

44 Tabel 2.18 Jumlah Siswa Menurut Tingkat/Kelas di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 Jenis Sekolah Kelas 1/VII/X- A Kelas 2/VII/XI-B Kelas 3/IX/XII Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6 Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) SLB TK RA SD MI SMP MTs SMA MA SMK Jumlah Sumber : BPS Kota Tasikmalaya Dan Data Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Kesehatan a) Jumlah prasarana Kesehatan Kota Tasikmalaya memiliki 8 (delapan) buah Rumah Sakit baik Rumah Sakit Umum maupun Rumah Sakit Swasta. Sedangkan untuk Rumah Sakit Bersalin dan Rumah Bersalin ada 6 sarana. Untuk Puskesmas, di Kota Tasikmalaya terdapat 20 Puskesmas yang tersebar di 10 Kecamatan, 20 Puskesmas Pembantu. Dari 20 Puskesmas tersebut, 3 Puskesmas merupakan Puskesmas dengan tempat perawatan (DTP). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel No Kecamatan Tabel 2.19 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 Rumah Sakit Umum Swasta ABRI Rumah Sakit Bersalin Rumah Bersalin DTP Puskesmas Tanpa Peraw atan Pemb 1 Kawalu Tamansari Cibeureum antu Kelil ing Hal 2-24

45 4 Purbaratu Tawang Cihideung Mangkubumi Indihiang Bungursari Cipedes Total Sumber : BPS Kota Tasikmalaya Dan Data Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, 2011 Tabel Jumlah Posyandu di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 No Kecamatan Jumlah Posyandu Keterangan 1 Kawalu Tamansari 78 3 Cibeureum 75 4 Purbaratu 43 5 Tawang 67 6 Cihideung 71 7 Mangkubumi 94 8 Indihiang 64 9 Bungursari Cipedes 80 Total 746 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, 2011 Di Kota Tasikmalaya, terdapat 746 Posyandu yang tersebar di 10 kecamatan. Dari 746 posyandu tersebut, jumlah posyandu terbesar terdapat di Kecamatan Kawalu sejumlah 100 Posyandu. b) Jumlah tenaga Kesehatan (dokter, paramedic, non medis) Jumlah tenaga kesehatan di Kota Tasikmalaya pada tahun 2010 berjumlah 560 orang terdiri dari tenaga medis (dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi) berjumlah 53 orang, tenaga paramedis (perawat, perawat gigi dan bidan) berjumlah 363 orang, tenaga farmasi (Apoteker dan Asisten apoteker) berjumlah 26 orang dan tenaga keteknisan medis (tenaga gizi, sanitarian, analis kesehatan, analis kimia dan kesehatan masyarakat) berjumlah 116 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel Tabel Jumlah Tenaga Kesehatan di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 Kecamatan Dokter Spesialis Tenaga Medis Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Tenaga Paramedis Perawat Gigi Bidan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Kawalu Tamansari Cibeureum Hal 2-25

46 031. Purbaratu Tawang Cihideung Mangkubumi Indihiang Bungursari Cipedes Jumlah Kecamatan Tenaga Farmasi Apoteker Asisten Apoteker Tenaga Gizi Tenaga Keteknisan Medis Sanitarian Analis Kesehatan Analis Kimia Kesmas (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 010. Kawalu Tamansari Cibeureum Purbaratu Tawang Cihideung Mangkubumi Indihiang Bungursari Cipedes Jumlah Sumber : Kota Tasikmalaya Dalam Angka, Sosial Masyarakat a) Jumlah penduduk berdasarkan agama Mayoritas penduduk Kota Tasikmalaya pemeluk agama islam, hal ini terlihat dari banyaknya sarana peribadahan seperti Mesjid yang berjumlah unit, Langgar unit, Mushola 512 unit Jika dilihat dari sudut pemeluk agama, maka pemeluk agama islam menempati urutan tertinggi yang berjumlah , diikuti dengan pemeluk agama Kristen protestan sebanyak Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.22 di bawah ini. Tabel Jumlah penduduk berdasarkan agama di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 No Kecamatan Islam Katholik Protestan Hindu Budha Lainnya 1 Kawalu Tamansari Cibeureum Purbaratu Tawang Hal 2-26

47 6 Cihideung Mangkubumi Indihiang Bungursari Cipedes Jumlah Sumber : BPS Kota Tasikmalaya b) Jumlah Rumah Ibadat No Kecamatan Tabel Jumlah Sarana Ibadah di Kota Tasikmalaya Tahun 2010 Mesjid Langgar Mushola Gereja Kelenteng Pure Kuil 1 Kawalu Tamansari Cibeureum Purbaratu Tawang Cihideung Mangkubumi Indihiang Bungursari Cipedes Jumlah Sumber : BPS Kota Tasikmalaya c) Jumlah penduduk berdasarkan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin Kota Tasikmalaya pada tahun 2010 berjumlah orang atau 26 % dari total keseluruhan penduduk Kota Tasikmalaya. Untuk katagori penduduk miskin terdiri dari Pra KS dan KS I. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Tabel Jumlah Keluarga Berdasarkan Tahapan Keluarga Sejahtera di Kota Tasikmalaya, 2010 Kecamatan Pra KS KS I KS.II KS.III KS.III PLUS JUMLAH (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Kawalu Tamansari Cibeureum Purbaratu Tawang Cihideung Hal 2-27

48 060. Mangkubumi Indihiang Bungursari Cipedes Jumlah Sumber : Kantor KB dan Pemberdayaan Perempuan Kota Tasikmalaya, Perekonomian Kinerja laju pertumbuhan ekonomi nasional dan Provinsi Jawa Barat yang begitu fluktuatif dalam periode tiga tahun terakhir, LPE Kota Tasikmalaya justru tampak stabil dan terkendali seperti diperlihatkan dalam Grafik 2.1. Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi Kota Tasikmalaya sempat terjadi pada tahun 2008, tetapi relatif tidak lebih besar dibandingkan dengan kondisi nasional dan Provinsi Jawa Barat pada umumnya. Berbagai tekanan ekonomi yang dihadapi pemerintah Indonesia dan Provinsi Jawa Barat selama 3 (tiga) tahun belakangan ini tampaknya tidak menimbulkan dampak yang berarti terhadap perekonomian di Kota Tasikmalaya. Kinerja ekonomi Kota Tasikmalaya mengalami pertumbuhan positip dengan LPE di kisaran angka 5,7 persen. Hal ini dikarenakan perekonomian Kota Tasikmalaya utamanya ditopang oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan terutama industri kecil dan menengah yang cukup maju dengan dukungan sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Pertumbuhan industri kecil dan menengah biasanya relatif stabil dan tidak mudah terguncang oleh krisis global. Selain itu, keberadaannya yang relatif cepat berkembang dengan orientasi pemenuhan pasar lokal telah mampu memajukan sektor industri pengolahan secara keseluruhan dan menopang pertumbuhan sektor-sektor dominan lainnya seperti sektor perdagangan dan jasa-jasa. Gambar 2.8. Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Provinsi Jawa Barat dan Kota Tasikmalaya Tahun ,00 6,50 6,00 5,50 6,02 5,50 6,48 6,28 5,98 6,06 6,21 5,70 5,72 6,10 6,09 5,73 5,00 4,50 4,00 5,11 4,50 4,19 3, Sumber: BPS RI, BPS Provinsi Jawa Barat dan BPS Kota Tasikmalaya Hal 2-28

49 a) Pertumbuhan ekonomi Tabel Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (jutaan rupiah) Kota Tasikmalaya Tahun No Tahun Lapangan Usaha Sektor Primer , , , ,56 1 Pertanian , , , ,73 2 Pertambangan & 356,54 391,00 413,01 436,83 Penggalian Sektor Sekunder , , , ,24 3 Industri Pengolahan , , , ,56 4 Listrik, Gas & Air , , , ,72 Bersih 5 Bangunan , , , ,96 Sektor Tersier 4,146, , , ,14 6 Perdag., Hotel & Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi 8 Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan , , , , , , , , , , , ,32 9 Jasa-jasa , , , ,75 PDRB , , , ,94 Sumber : BPS Kota Tasikmalaya Dan Data Pokok Kota Tasikmalaya,2011 Tabel Laju Pertumbuhan PDRB Kota Tasikmalaya Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) Tahun Tahun No Lapangan Usaha Sektor Primer , , , ,49 1 Pertanian , , , ,14 2 Pertambangan & Penggalian 193,55 196,93 200,08 202,35 Sektor Sekunder , , , ,67 3 Industri Pengolahan , , , ,42 4 Listrik, Gas & Air Bersih , , , ,75 5 Bangunan , , , ,50 Sektor Tersier , , , ,21 6 Perdag., Hotel & Restoran 7 Pengangkutan & Komunikasi 8 Keu., Persewaan & Jasa Perusahaan , , , , , , , , , , , ,52 Hal 2-29

50 Tahun No Lapangan Usaha Jasa-jasa , , , ,18 PDRB , , , ,40 Sumber : BPS Kota Tasikmalaya Dan Data Pokok Kota Tasikmalaya,2011 Gambar 2.9. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (Persen) KotaTasikmalaya Tahun Persen Listrik,Gas & Air Keu,Persew& Jasa Perush Bangunan Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan& Komunikasi PDRB 2 Jasa-jasa Pertamb&Penggali an Pertanian *) Tahun Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan,Persewaan& Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB b) Jumlah pencari kerja berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 2.27 Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Jenis Kelamin di Kota Tasikmalaya, 2010 Pencari Kerja Pencari Kerja Terdaftar Pendidikan Belum Ditempatkan Tahun Lalu Tahun Ini Yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. SD S L T P S L T A D. I/ AKTA I & D. II/ AKTA II D. III/ AKTA III S.1/ SARJANA JUMLAH Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Tasikmalaya, 2011 Hal 2-30

51 Pendidikan Yang Ditamatkan Pencari Kerja Ditempatkan Tahun Ini Pencari Kerja Dihapuskan Tahun Ini Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1. SD S M T P S M T A D. I/ AKTA I & D. II/ AKTA II D. III/ AKTA III S.1/ SARJANA JUMLAH Pendidikan yang Ditamatkan Pencari Kerja Belum Ditempatkan Tahun ini Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (14) (15) (16) 1. SD S M T P S M T A D. I/ AKTA I & D. II/ AKTA II D. III/ AKTA III S.1/ SARJANA JUMLAH Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Tasikmalaya, 2011 c) Sektor ekonomi dominan Struktur perekonomian menunjukkan besarnya kontribusi masing-masing sektor ekonomi di suatu daerah. Pergeseran struktur perekonomian menarik untuk diamati, dengan melihat seberapa jauh program dan sasaran yang telah dicapai pada satu tahun tertentu. Dengan mengamati struktur perekonomian dapat dilihat seberapa besar kebijakan yang telah dilakukan tepat sasaran. Dengan kata lain, analisis ini penting karena dapat digunakan sebagai ukuran kemajuan dan keberhasilan pembangunan suatu daerah. Adanya perbedaan sifat dan permasalahan masing-masing sektor mengakibatkan berbedanya respon yang terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi setiap sektor dalam upaya pembangunan. Sektor-sektor yang mengalami laju pertumbuhan di atas laju pertumbuhan Hal 2-31

52 rata-rata, yaitu laju pertumbuhan PDRB, akan meningkatkan kontribusi sektor tersebut dalam pembentukan PDRB, demikian pula sebaliknya. Tabel Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Kota Tasikmalaya Tahun Lapangan Usaha [1] [2] [3] [4] , , ,56 I. Primer 1.Pertanian , , ,73 2.Pertambangan dan Penggalian 391,00 413,01 436, , , ,24 II. Sekunder 3.Industri Pengolahan , , ,56 4.Listrik Gas dan Air Bersih , , ,72 5.Bangunan , , , , , ,14 III. Tersier 6.Perdagangan, Hotel dan Restoran , , ,42 7.Pengangkutan dan Komunikasi , , ,65 8.Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan , , ,32 9.Jasa-jasa , , ,75 PDRB , , ,94 Sumber : BPS Kota Tasikmalaya 2010 Berdasarkan harga berlaku, PDRB Kota Tasikmalaya tahun 2010 mencapai 8.469,04 milyar rupiah, atau mengalami peningkatan sebesar 9,00 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 7.769,68 milyar rupiah. Sistem ekonomi suatu wilayah biasanya sangat dipengaruhi oleh potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki dan berbeda-beda di tiap wilayah. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi suatu wilayah adalah kontribusi/distribusi persentase sektoral terhadap pembentukan PDRB. Distribusi persentase PDRB sektoral menunjukkan komposisi dan peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Distribusi persentase juga dapat memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB, sehingga akan tampak sektor-sektor yang menjadi pemicu pertumbuhan Hal 2-32

53 (sektor andalan) di wilayah yang bersangkutan. Lebih jauh lagi, distribusi persentase juga bisa memperlihatkan ada tidaknya pergeseran komposisi/struktur perekonomian daerah. Grafik 4.2. memperlihatkan struktur ekonomi Kota Tasikmalaya pada tahun 2008 sampai tahun 2010 menurut kelompok sektor primer, sekunder dan tersier. Dalam kurun waktu tersebut, tampak bahwa sektor tersier merupakan sektor yang terus berkontribusi dominan dalam penciptaan nilai tambah di Kota Tasikmalaya. Sektor sekunder yang masih merupakan sektor dominan kedua, pada tahun 2010 perannya mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan peran dan pertumbuhan sektor primer terus mengalami penurunan karena kegiatannya semakin ditinggalkan. Dengan demikian tampak jelas adanya pergeseran struktur ekonomi di Kota Tasikmalaya menuju berbasis sektor tersier dalam tiga tahun terakhir. Proses pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor-sektor lainnya (sektor sekunder dan tersier) merupakan fenomena yang terjadi hampir di setiap wilayah yang mengalami perubahan status dari daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan. Gambar Struktur Ekonomi Kota Tasikmalaya Atas Dasar Harga Berlaku, Tahun Tahun 27,92 65, ,67 27,67 6,98 65,35 Primer Sekunder Tersier ,28 27,38 65,35 0% 20% 40% 60% 80% 100% Sumber: BPS Kota Tasikmalaya e). Realisasi APBD Tabel Realisasi APBD Kota Tasikmalaya Tahun No A Uraian Pendapatan Daerah Tahun 2006* Pendapatan Asli Derah , , , , ,91 a. Pajak Daerah , , , , ,00 b. Retribusi Daerah , , , , ,00 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daearah yang Dipisahkan , ,00 Hal 2-33

54 B d. Bagian Laba Usaha Daerah e. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah , , , , , , , ,91 2.Dana Perimbangan , , , , ,00 a. Dana Bagi Hasil , , , ,00 b. Dana Alokasi Umum , , , ,00 c. Dana Alokasi Khusus , , , ,00 d. Bagi Hasil Pajak & Bantuan Keuangan Propinsi 3.Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah a. Hibah b. Dana darurat dari pemerintah untuk korban kerusakan/ bencana alam c. Dana bagi hasil pajak dari provinsi d. Dana penyesuaian dan dana otsus e. Bantuan keuangan dari provinsi atas pemerintah lainnya f. Bantuan Dana Kontijensi/ Penyeimbang dari Pemerintah , , , , , , , , , , , , , , ,00 Jumlah Pendapatan , , , , ,91 Belanja Daerah 1.Belanja Tidak Langsung , , , ,00 a. Belanja Pegawai , , , ,00 b. Bunga , , , ,00 c. Subsidi 0 d. Hibah , , , ,00 e. Bantuan social , , , ,00 f. Belanja bagi hasil g. Bantuan keuangan ,00 h. Belanja tidak terduga 2.Belanja Langsung , , , ,91 a. Belanja Pegawai , , , ,00 b. Belanja Barang dan Jasa , , , ,91 c. Belanja Modal , , , ,00 Jumlah Belanja , , , ,91 C Surplus/(Defisit) APBD 1. Surplus , ,00 2. Deficit ( ,08) ( ,00) Jumlah Surplus/Defisit D Pembiayaan Daearah 1.Penerimaan , , , ,00 Hal 2-34

55 Pembiayaan a. Sisa perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SILPA) b. Pencairan dana cadangan c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan d. Penerimaan pinjaman daerah e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman f. Penerimaan piutang daerah 2.Pengeluaran Pembiayaan a. Pembentukan dana cadangan b. Penyertaan modal pemerintah daerah c. Pembayaran pokok utang d. Pemberian pinjaman daerah Jumlah Pembiayaan Daerah Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, , , , , , , , ,00 Gambar Laju Pertumbuhan APBD Tahun , , , , , , , , , , , , , , ,00 Jumlah Pendapatan Jumlah Belanja , , ,00 0, Hal 2-35

56 2.8 Visi Dan Misi Kota Visi Pembangunan Jangka Menengah Pemerintahan Kota Tasikmalaya, sesuai dengan amanat Undang undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dirumuskan dari Visi Kepala Daerah hasil pemilihan langsung. Perumusan visi pembangunan ini juga mempertimbangkan kondisi umum Kota Tasikmalaya sebagai hasil dari pelaksanaan pembangunan pada periode periode sebelumnya. Kondisi keberhasilan masa depan Kota Tasikmalaya hingga tahun dinyatakan dalam visi: Kesejahteraan Masyarakat, dalam Bingkai Iman dan Taqwa Kesejahteraan masyarakat Penjabaran Visi Kepala Daerah - Terpenuhinya hak dasar masyarakat yang berupa kemudahan terhadap akses pendidikan, kesehatan dan paritas daya beli. Perwujudan dari visi ini sangat penting karena merupakan inti dari tujuan pembangunan secara umum yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat (Social welfare). - Tersedianya infrastruktur yang berkualitas secara merata dan terciptanya lapangan pekerjaan yang memadai. Hal ini merupakan kunci yang sangat penting untuk menanggulangi kemiskinan dan pengangguran, karena dengan infrastruktur yang baik diharapkan terjadi peningkatan aktivitas ekonomi sebagai multiplier effect sehingga ada peningkatan produktivitas di semua sektor yang mampu menyerap tenaga kerja. Bingkai Iman dan Taqwa - Bahwa seluruh aspek dalam kegiatan pembangunan masyarakat menuju sejahtera diatas berada didalam nilai nilai keimanan dan ketaqwaan. A. MISI Sebagai jalan untuk mencapai visi diatas, maka dirumuskan misi pembangunan selama periode lima tahun kedepan, yaitu: 1. Mewujudkan Kesederajatan Hukum, yaitu bahwa seluruh komponen pelaku pembangunan (stakeholders) yang terdiri dari pemerintah, rakyat dan swasta memperoleh perlakuan dan kedudukan yang sama dalam hukum. Hal ini tentunya dengan mempertimbangkan: a. Hukum adalah pengendali sosial; b. Tegak tidaknya hukum sangat bergantung kepada penegak hukum; c. Hukum bukan alat bagi penguasa untuk berbuat sewenang - wenang; d. Masyarakat diberi hak untuk mengawasi pemerintahan daerah; e. Pemerintahan yang transparan, partisipatif dan akuntabel. Hal 2-36

57 2. Mewujudkan Kesederajatan Ekonomi, yaitu bahwa peningkatan ekonomi masyarakat bukan diorientasikan untuk golongan tertentu, tetapi juga merupakan hak dari seluruh lapisan masyarakat. Peningkatan ekonomi masyarakat yang merata tersebut tentunya dengan mempertimbangkan: a. Bahwa masyarakat berhak atas penghidupan yang layak; b. Bahwa masyarakat berhak memperoleh jaminan berusaha yang aman, sehat dan kompetitif; c. Bahwa masyarakat berhak memperoleh fasilitas hak-hak ekonomi yang adil dan tidak diskriminatif; d. Bahwa pemerintah menyediakan prasarana, sarana dan fasilitasi dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat. 3. Mewujudkan Kesederajatan Sosial Budaya, yaitu pemerataan dampak dampak positif dari pembangunan terhadap masyarakat sebagai hasil akhir dari kesederajatan hukum dan kesederajatan ekonomi. Pemerataan sosial budaya tersebut didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu: a. Bahwa setiap masyarakat berhak memperoleh jaminan perlindungan sosial yang tidak diskriminatif; b. Bahwa masyarakat berhak memperoleh jaminan pendidikan yang layak, kompetitif serta tidak diskriminatif; c. Bahwa masyarakat berhak memperoleh jaminan kesehatan yang baik; d. Bahwa masyarakat berhak melestarikan dan mengembangkan budaya dengan tidak melanggar norma-norma yang ada. Perumusan misi diatas didasari dengan kajian terhadap beberapa isu strategis, diantaranya: Pertama, pilar hukum belum menyentuh persoalan yang substansial dan saling terkait terhadap kebutuhan masyarakat. Hal ini berakibat pada proses pembangunan yang tidak sistematis dan tidak terarah. Produk hukum masih terbawa arus latah, duplikatif dan dalam beberapa kasus mengarah pada kepentingan kepentingan yang berorientasi jangka pendek. Kedua, masih adanya kesenjangan ekonomi yang disebabkan kurang memadainya perhatian pemerintah terhadap keberadaan sebagian besar potensi masyarakat yang mandiri dan kreatif. Selain itu keberlangsungan kegiatan ekonomi informal, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) belum mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya. Ketiga, masih terjadinya ketimpangan sosial yang ditandai dengan belum meratanya kesempatan semua warga untuk mendapatkan hak-hak sosial atas kehidupan dan penghidupan yang layak seperti jaminan mendapatkan pendidikan, pelayanan kesehatan dan ketersediaan lapangan kerja yang masih perlu mendapat perhatian pemerintah. 2.9 Institusi Dan Organisasi Pemda Stakeholder Utama Terdiri dari OPD terkait dalam pembangunan sanitasi di daerah. a. Struktur Organisasi Pemerintah Daerah yang komponennya terdiri dari OPD menurut Perda No. 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, antara lain : Hal 2-37

58 a. Sekertariat Daerah b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) c. Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan d. Dinas Kesehatan e. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika f. Kantor Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan g. Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup h. Kantor Kecamatan i. Kantor Kelurahan Walikota Sekda Bappeda Dinas Ciptakarya, Tata Ruang dan Dinas Kesehatan Dinas Perhubungan, Komunkasi dan Informatiska Kantor Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kantor Kecamatan Kantor Kelurahan b. Tugas, Fungsi, dan Peran OPD Adapun bentuk tugas pokok, fungsi dan peran OPD dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel Tugas Pokok, Fungsi Dan Peran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Tasikmalaya No OPD TUGAS POKOK FUNGSI PERAN 1. Sekretariat Daerah Membantu Walikota dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan Organisasi Perangkat Daerah termasuk Staf Ahli Penyusunan kebijakan pemerintah daerah Pengoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah serta Staf Ahli Walikota Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah Pembinaan administrai dan aparatur pemerintah daerah Pelaksanaan kegiatan Koordinator Administrasi Rumusan Kebijakan Kepala Daerah Hal 2-38

59 No OPD TUGAS POKOK FUNGSI PERAN 2. Bappeda Membantu Walikota dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan pembangunan daerah dan statistik 2 Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang tata ruang dan bangunan, perumahan dan permukiman, kebersihan serta pertamanan pengelolaan ketatausahaan Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya Penyusunan kebijakan perencanaan pembangunan daerah; Perumusan dan penyusunan rencana serta pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan dalam menunjang perencanaan pembangunan daerah Penyusunan rencana pembangunan fisik dan prasarana daerah, rencana pembangunan perekonomian daerah, rencana pengembangan sosial budaya daerah serta rencana pengembangan pemerintah daerah Pelaksanaan konsultasi dan fasilitasi perencanaan pembangunan pada unit kerja lain Pengelolaan data statistik daerah Pelaksanaan pemberian rekomendasi pemanfaatan ruang Pelaksanaan kegiatan pengelolaan ketatausahan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan kebijakan perencanaan, pelaksanaan dan hasil rencana pembangunan daerah; Pelaksanaan fungsi lain yang ditetapkan oleh walikota sesuai dengan bidang tugasnya. Perumusan kebijakan teknis di bidang Cipta karya, Tata Ruang dan Kebersihan Perencanaan program pembinaan dan evaluasi di bidang Ciptakarya, Tata Ruang dan Keversihan; Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan tata ruang dan bangunan Koordinator Perencanaan Rumusan Kebijakan Kepala Daerah Unit Operator Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah di lingkup Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Hal 2-39

60 No OPD TUGAS POKOK FUNGSI PERAN 3 Dinas Kesehatan Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian perumahan dan permukiman Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan kebersihan serta pertamanan dan pemakaman Pelaksanaan kegiatan pengelolaan ketatausahaan Evaluasi dan pelaporan pelakasnaan kebijakan dan kegiatan di bidang Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan; Pelaksanaan fungsi lain yang ditetapkan oleh Walikota sesuai dengan tugasnya Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan Perencanaan program pembinaan dan evaluasi di bidang kesehatan; Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan farmasi/promosi kesehatan Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat; Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyakit dan kesehtan lingkungan Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan pembinaan kesehatan keluarga Pemberian rekomendasi di bidang kesehatan; Pelaksanaan kegiatan pengelolaan ketatausahaan Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan dan kegiatan di bidang kesehatan; dan Pelaksanaan fungsi lain yang ditetapkan oleh walikota sesuai dengan tugasnya. Unit Operator Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah di lingkup kesehatan 4 Dinas Perhubungan, Melaksanakan urusan Perumusan kebijakan Unit Operator Hal 2-40

61 No OPD TUGAS POKOK FUNGSI PERAN Komunikasi dan Informatika 5 Kantor Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan pemerintahan daerah di bidang perhubungan, komunikasi dan informatika Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang keluarga berencana dan pemberdayaan perempuan teknis di bidang perhubungan, komunikasi dan informatika Pembinaan dan pengaturan kegiatan lalu lintas Pembinaan dan pengaturan kegiatan angkutan Pembinaan dan pengaturan kegiatan komunikasi dan informatika Pelaksanaan kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas, pengendalian lalu lintas, teknik sarana dan prasarana angkutan serta pengujian kendaraan bermotor, pembinaan teknis perbengkelan dan karoseri; Pelaksanaan pengelolaan komunikasi dan informatika Pelakasanaan kegiatan pengelolaan ketatausahaan; Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan dan kegiatan di bidang perhubungan, komunikasi dan informatika; dan Pelaksanaan fungsi lain yang ditetapkan oleh Walikota sesuai dengan tugasnya. Perumusan bahan kebijakan dalam bidang Keluaraga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan. Pelaksanaan kebijakan di bidang keluarga berencana dan pemberdayaan perempuan Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan keluarga sejahtera dan pemberdayaan perempuan Pelaksanaan kegiatan evaluasi, pencatatan dan pelaporan keluarga Evalusi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan dan kegiatan bidang keluarga berencana serta pemberdayaan perempuan Pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah di lingkup Perhubungan, Komunikasi dan informasi Unit Operator Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah di lingkup Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Hal 2-41

62 No OPD TUGAS POKOK FUNGSI PERAN I Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kecamatan Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang lingkungan hidup Menyelenggarakan tugas umum pemerintahan serta melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah pengelolaan ketatausahaan Pelaksanaan fungsi lain yang ditetapkan Walikota sesuai dengan bidang tugasnya Perumusan bahan kebijakan dalam bidang pengendalian lingkungan hidup Pelaksanaan program analisa dampak lingkungan Pelaksanaan program pengkajian teknologi lingkungan Pelaksanaan program pengendalian kerusakan serta pelestarian lingkungan hidup, sumber daya alam dan non hayati Pengelolaan kegiatan ketatausahaan Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan dan kegiatan bidang pengendalian lingkungan hidup Pelaksanaan fungsi lain yang ditetapkan walikota sesuai dengan bidang tugasnya Pengoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat Pengoordinasian upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum Pengoordinasian penerapan dan penegakan peraturan perundangundangan Pengoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasiitasi pelayanan umum Pengoordinasian penyelenggraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan kelurahan Pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan atau yang belum dapat dilaksanakan kelurahan Pengelolaan kegiatan ketatausahaan Unit Operator Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah di lingkup Lingkungan Hidup Koordinator Administrasi Rumusan Kebijakan Kepala Daerah Hal 2-42

63 No OPD TUGAS POKOK FUNGSI PERAN Kelurahan Memimpin dan menyelenggarakan urusan pemerintah, pembangunan dan kemasyaraktan dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyrakat serta menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat sesuai dengan pelimpahan tugas dari Walikota Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan Pelaksanaan kewenangan pemerintahan lain yang dilimpahkan oleh Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daeah Menyelenggarakan penyusunan rencana program kerja kelurahan Mempelajari dan memahami peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas Menyelenggarakan kegiatan pemerintahan kelurahan Menyelenggarakan pembinaan dan perlindungan masyrakat untuk mewujudkan, menjaga dan memelihara ketentraman dan ketertiban umum dalam kehidupan masyarakat Menyelenggarakan pembinaan dan menumbuhkembangkan partisipasi masyarakat untuk pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemberdayaan masyarakat serta keluarga berencana; Menyelenggarakan pembinaan dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat dan melaksanakan pembangunan serta pemeliharaan hasil pembangunan Melaksanakan koordinasi dengan organisasi perangkat daerah atau unit kerja lain yang terkait untuk kelancaran pelaksanaan tugas Kelurahan Menganalisa permasalahan yang berhubungan dengan tugas Kelurahan serta merumuskan alternative pemecahannya Menyelenggarakan monitoring, evaluasi dan Koordinator Administrasi Rumusan Kebijakan Kepala Daerah Hal 2-43

64 No OPD TUGAS POKOK FUNGSI PERAN pelaporan hasil pelaksanaan tugas-tugas kelurahan Melaporkan hasil pelaksanaan tugas Kelurahan kepada Walikota dan Camat Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai perintah atasan. c. Kualitas dan kuantitas aparatur Pemda Dilihat dari segi kualitas pendidikan terlihat bahwa jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang sudah menyelesaikan pasca sarjana baru 237 orang atau 2,5 %, sedangkan jumlah sarjana mencapai orang atau 37 %, diploma 1 sampai diploma 3 sebanyak orang atau 33 %, SLTA sebanyak orang atau 22 %, sedangkan SLTP sebanyak 189 atau 2 % dan SD sebanyak 190 orang atau 2 %. Perinciannya dapat dilihat pada Tabel Hal 2-44

65 Tabel Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintahan di Kota Tasikmalaya Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2009 Unit Kerja S2/S3 S1 D4 D3 D2 D1 SLTA SLTP SD JML Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD Inspektorat Badan Perencanaan Pembangunan 4 Daerah RSUD Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan Dinas Kependudukan dan 8 Pencatatan Sipil Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian 9 dan Perdagangan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan 10 Informatika Dinas Pendapatan Dinas Pertanian, Perikanan dan 12 Kehutanan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan 13 Kebersihan Dinas Bina Marga, Pengairan, 14 Pertambangan dan Energi Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan 15 Transmigrasi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, 16 Pemuda dan Olahraga Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Badan Kesbang dan Politik Hal 2-45

66 18 20 Unit Kerja S2/S3 S1 D4 D3 D2 D1 SLTA SLTP SD JML Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kantor KB dan Pemberdayaan Perempuan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kantor Arsip dan Perpustakaan 22 Daerah Sekretariat KPU Sekretariat DP KORPRI Kecamatan Kelurahan Jumlah Sumber: Bagian Kepegawaian Pemkot Tasikmalaya dalam Kota Tasikmalaya dalam Angka, 2010 Hal 2-46

67 Dengan jumlah orang pegawai daerah pemerintah Kota Tasikmalaya berdasarkan data dari Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Tahun 2010 Jumlah pegawai berdasarkan golongan memperlihatkan jumlah pegawai golongan IV sebanyak orang atau 42 % golongan III sebanyak orang atau 32 %, golongan II sebanyak orang atau 23 % dan terakhir golongan I sebanyak 226 orang atau 2 %. Perinciannya dapat dilihat pada Tabel Tabel Jumlah Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintahan di Kota Tasikmalaya Berdasarkan Golongan Kepangkatan Tahun 2010 No. Pangkat Gol. Ruang Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pembina Utama IV/e Pembina Utama Madya IV/d Pembina Utama Muda IV/c Pembina Tingkat I IV/b Pembina IV/a Penata Tingkat I III/d Penata III/c Penata Muda Tingkat I III/b Penata Muda III/a Pengatur Tingkat I II/d Pengatur II/c Pengatur Muda Tingkat I II/b Pengatur Muda II/a Juru Tingkat I I/d Juru I/c Juru Muda Tingkat I I/b Juru Muda I/a Jumlah Sumber : Bagian Kepegawaian Pemkot Tasikmalaya dalam Kota Tasikmalaya dalam Angka, 2010 Hal 2-47

68 Tabel Jumlah PNS dan CPNS di lingkungan Pemkot Tasikmalaya Menurut Jabatan, 2010 Unit Kerja ESELON I II III IV UP TD IV SM K IV B FUNGSI SMP/ SMA V ONAL (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1. Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD Inspektorat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah RSUD Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Dinas Pendapatan Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan Dinas Bina Marga, Pengairan, Pertambangan dan Energi Dinas Sosial, Tenaga Kerja &Transmigrasi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Badan Kesbang dan Politik Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kantor KB dan Pemberdayaan Perempuan Hal 2-48

69 Unit Kerja ESELON I II III IV UP TD IV SM K IV B FUNGSI SMP/ SMA V ONAL (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 21 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Sekretariat KPU Sekretariat DP KORPRI Kecamatan Kelurahan Jumlah Sumber : Bagian Kepegawaian Pemkot Tasikmalaya dalam Kota Tasikmalaya Dalam Angka 2010 Hal 2-49

70 d. Program kerja riil sanitasi dari masing masing SKPD. Program kerja riil dalam bidang sanitasi dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel Program Kerja Riil Sanitasi Dari Masing-Masing OPD No Sub Sektor SKPD Pelaksanaan Kegiatan Dana (Juta Rupiah) Sudah (2010) Alokasi Sedang (2011) Alokasi Belum (2012) Alokasi Anggaran Anggaran Anggaran 1 Air Limbah Dinas Cipta Penyehatan Lingkungan Penyehatan Pembangunan Prasarana Air Karya Tata Ruang dan Permukiman (Program P2WKSS) Lingkungan Permukiman (Program Limbah Percontohan Skala Komunitas (SANIMAS) Kebersihan - Pembangunan sanitasi Peningkatan Fasilitas Rehabilitasi IPLT Singkup Berbasis Masyarakat sanitasi Lingkungan Permukiman - Penataan Lingkungan Penyusunan UKL / UPL IPLT Permukiman berbasis Komunitas (PLPBK) Singkup RSUD Pemeliharaan Rutin/Berkala Pemeliharaan Pemeliharaan Rutin / Berkala Instansi Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Rutin/Berkala Instansi Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Instalasi Pengolahan Limbah Rumah Sakit KPLH Pengawasan dan Pengawasan dan Pengawasan dan Pembinaan Pembinaan Pembinaan Bagian Kesra Belanja Bantuan Sosial Setda Kesehatan 2 Sampah Fasilitasi Bidang Kebersihan Fasilitasi Bidang Kebersihan Fasilitasi Operasional dan Pemeliharaan Pelayanan Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan - Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) TPSA Ciangir - Pengadaan Container dan Armroll Kebersihan DED TPA Ciangir Pengadaan TPS Mini Pengadaan TPS Mini DED Penataan Depo Sampah Kota Tasikmalaya Pengelolaan Sampah Mandiri 3R (Reduce, Reuse, Recycle) - Penataan TPA Ciangir Koordinasi penilaian kota sehat/adipura Program Adipura Kota Tasikmalaya Pengadaan Kendaraan Dinas / Operasional Persampahan Pengumpulan Bahan dan Kajian Naskah Akademis Perda Pengelolaan Sampah - Perbaikan Benteng Penahan Sampah TPA Ciangir - Koordinasi penilaian kota sehat/adipura - Pengadaan Kendaraan Dinas / Operasional Persampahan Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional KPLH 3 Drainase Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Kajian Limbah B-3 Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kota Tasikmalaya Pemeliharaan Drainase Kota Tasikmalaya - Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong - Peningkatan Goronggorong/Drainase Jalan Siliwangi Kec. Tawang Kota - Peningkatan Goronggorong/Drainase Jalan Peta Kec. Tawang Kota Tasikmalaya - Pembuatan Drainase Kelurahan Lengkongsari - Lanjutan Pembangunan dan Drainase Jl. SL Tobing Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya Peningkatan Fasilitas sanitasi Lingkungan Pembuatan Saluran Drainase Jl. A. Yani menuju Cidukuh Normalisasi Saluran Jl. A. Yani Padasuka menuju sungai Ciloseh Penataan Lingkungan Permukiman berbasis Komunitas (PLPBK) Rehabilitasi sedang/berat kendaraan dinas/operasional Pemeliharaan Drainase Kota Tasikmalaya Pengumpulan, Updating dan Analisis Data Drainase Pembuatan Rencana Teknis Drainase Kawasan Jalan AH. Nasution Fasilitasi Sanitasi Lingkungan Pemukiman Sumber : Bappeda Kota Tasikmalaya, 2011 Hal 2-50

71 e. Hambatan Utama untuk menciptakan sinergi optimal dalam pelaksanaan peran pengelolaan sanitasi Hambatan / masalah kelembagaan yang muncul meliputi : organisasi, SDM, Sistem dan Prosedur (Mekanisme Kerja), Sarana & Prasarana Pendukung, dan Pendanaan operasional lembaga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 2.35 berikut ini : Tabel Hambatan Utama pada Aspek Kelembagaan NO SUBSEKTOR 1 AIR LIMBAH Kelembagaan pengelolaan air limbah domestik belum terpisah pada satu sektor SKPD tetapi masih menyatu dengan sektor lain (Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan) 2 PERSAMPAHAN Kelembagaan pengelolaan sampah masih menyatu dengan sektor lain (Dinas Cipta Karya Tata Ruang JENIS HAMBATAN UTAMA ORGANISASI SDM SISPROS SARPRAS DANA Jumlah Personil IPLT Singkup Terbatasnya Operator + tidak APBD Kota Pengomposan beroperasi Tasikmalaya IPLT Singkup karena ruksak Kurang berat Kurangnya petugas kebersihan dilapangan (Crew pengangkut sampah / dumptruck, Konflik sosial (penduduk sekitar IPLT menuntut lapangan pekerjaan dengan beroperasinya IPLT) Belum adanya UKL/UPL IPLT Singkup Belum adanya kajian kebutuhan pembiayaan operasional IPLT Belum adanya kajian jumlah konsumen pelayanan penyedota kakus/tinja Belum dicobanya pengelolaan sampah di masyarakat dengan sistem 3R (reduce, reuse, recycle) Kurangnya kendaraan operasional penyedotan kakus/ tinja Kurangnya jumlah kendaraan operasional persampahan a. Dumptruck (61unit) b. Kendaraan Terbatasnya APBD Kota Tasikmalaya Hal 2-51

72 dan Kebersihan) - Pengelolaan dan pembiayaan operasional TPA masih belum maksimal pengangkut sampah /depo, penyapu, operator alat berat, teknisi/mekanik Kurangnya SDM yang menguasai teknis persampahan di TPA Ciangir Kurangnya partipasi masyarakat dalam mengelola (menyimpan, memilah, mengolah) sampah 3 DRAINASE - Kurangnya partipasi masyarakat Sumber : Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan, 2011 Kurangnya peran aktif masyarakat dalam pembayaran retribsui sampah Kurangnya peran aktif dunia usaha (Mall, pasar, pertokoan) dalam penyediaan sarana pewadahan sampah Belum adanya peran aktif dunia usaha (Mall, pasar, pertokoan) dalam melakukan pengurangan sampah di sumber atau penyediaan produk yang ramah lingkungan - Penanganan drainase belum terpadu - belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase Armroll (21 unit) c. Motor sampah (20 unit) d. Alat berat (Buldozer 2 unit, Excavator 2 unit, Whiloader 2 unit) TPA Ciangir masih beroperasi sistem controlled landfill-belum sanitary landfill) Belum mempunyai alternatif TPA lain untuk mengantisipasi penutupan TPA Ciangir Jalan yang dilalui oleh kendaraan operasional pengangkut sampah kurang baik sehingga menyebabkan terjadinya keruksakan pada kendaraan operasional pengangkut sampah - pelaksanaan pembangunan drainase tidak sistematis terbatasnya APBD Kota Tasikmalaya Hal 2-52

73 f. Tabel Deskripsi kekuatan / gap daya dukung Sumber Daya Manusia (SDM) Penyedia layanan sanitasi di kota / kota. Daya dukung SDM penyedia layanan sanitasi Kota Tasikmalaya dapat dilihat dalam Tabel 2.36 berikut ini : Tabel Kekuatan/Gap Daya Dukung SDM Pelayanan No SKPD Bidang/Seksi Subsektor Eksisting Kebutuhan Kesenjangan 1 Dinas Cipta Kebersihan IPLT Singkup 1 Orang supir 2 orang 1 orang Karya Tata Crew supir 1 2 orang 1 orang Ruang dan Kebersihan orang 0 orang = Operator IPLT Singkup 4 orang 4 orang Persampahan Staf = 90rang (PNS) Petugas Retribusi = 21 Orang (PNS) 3 orang (TKK) Petugas pengangkut sampah = 52 orang (PNS) 22 orang (TKK) Supir Armroll = 9 Orang Supir Dumptruck = 16 Orang (PNS) = 2 Orang (TKK) Supir Kendaran Bak Kecil = 2 Orang Supir Motor 15 orang 8 orang 50 orang 26 orang 320 orang (pekerja harian lepas) = PNS dan TKK diganti/dimutasi ke SKPD lain 246 orang 30 orang 21 orang 80 orang 78 orang 10 orang 8 orang 15 orang 10 orang Hal 2-53

74 2 Dinas Kesehatan Pengendalian Penyakit & Kesehatan Lingkungan Kesehatan Lingkungan Sampah = 5 Orang Penyapu siang = 37 Orang Penyapu Malam = 15 Orang 2 orang = pencatat ritasi TPA Ciangir 2 orang = Operator alat berat O orang petugas pembersihan depo 20 Sanitarian 50 orang 13 orang (pekerja harian lepas) = PNS dan TKK diganti/dimutasi ke SKPD lain 20 orang 5 orang (pekerja harian lepas) = PNS dan TKK diganti/dimutasi ke SKPD lain 4 orang 4 orang 3 orang 1 orang Sumber : Dinas Kesehatan dan Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Kota Tasikmalaya, Stakeholders pendukung Sanitasi Kota Tasikmalaya a. Universitas Siliwangi b. Yayasan Sumbangsih Nuansa Indonesia (YSNI) c. Forum Mahkota d. Yayasan Dharma Cipta Lestari (Dhatari) e. Kelompok Usaha Swadaya (Pokus Swadaya) f. Tim Penggerak PKK g. PT. Medivest 15 orang 15 orang Satuan Kerja Sanitasi Kota Tasikmalaya Satuan Kerja (Satker) Sanitasi Tasikmalaya merupakan satker yang dibentuk dalam rangka percepatan pemecahan permasalahan pelayanan sanitasi di Kota Tasikmalaya. Anggota Satker Sanitasi terdiri dari beberapa OPD yang menangani berbagai aspek diantaranya aspek teknis, kelembagaan, pembiayaan, sosial dan lingkungan hidup. Satker Sanitasi Kota Hal 2-54

75 Tasikmalaya dituangkan dalam Keputusan Walikota Tasikmalaya Nomor : /Kep.100- Bappeda/2012 tanggal 15 Februari Salah satu tugas dan tanggung jawab Satker Sanitasi ini adalah mendukung dan melaksanakan program Pemerintah Pusat diantaranya Program Percepatan Sanitasi Permukiman. Adapun struktur Satker Sanitasi Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut : Hal 2-55

76 BAGAN STRUKTUR SATUAN KERJA SANITASI KOTA TASIKMAYALA PENGARAH 1. WALIKOTA 2. WAKIL WALIKOTA KETUA SEKRETARIS DAERAH TIM KOORDINASI 1. KEPALA DINAS CIPTA KARYA, TR & K; 2. KEPALA DINAS KESEHATAN; 3. KEPALA DINAS BINA MARGA PPE; 4. KEPALA DINAS HUBKOMINFO; 5. KEPALA DINAS SOSNAKERTRANS; 6. KEPALA KANTOR PLH; 7. KEPALA KANTOR KBPP; 8. PARA CAMAT DI LINGK. KOTA TASIKMALAYA; 9. KETUA TIM PENGGERAK PKK. WAKIL KETUA ASISTEN EKONOMI PEMBANGUNAN KELOMPOK PROGRAM SANITASI SEKRETARIAT KETUA : KEPALA BAPPEDA WAKIL KETUA : KABID FISIK ANGGOTA : KASUBID & PELAKSANA BIDANG FISIK, BAPPEDA KELOMPOK TEKNIS SANITASI 1. UNSUR TIM KOORDINASI; 2. UNSUR SEKRETARIAT; 3. UNSUR BIDANG KELEMBAGAAN & PENDANAAN; 4. UNSUR BIDANG TEKNIS; 5. UNSUR BIDANG KOMUNIKASI; 6. UNSUR BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT & KEMITRAAN; 7. UNSUR BIDANG MONITORING & EVALUASI. BIDANG KELEMBAGAAN & PENDANAAN KOORDINATOR : SEKRETARIS BAPPEDA ANGGOTA : 1. KASUBAG PROGRAM, BAPPEDA; 2. KASUBAG KELEMBAGAAN, SETDA; 3. KASUBAG ANGGARAN, SETDA; 4. UNSUR AKADEMISI; 5. UNSUR LSM; 6. UNSUR MASY, DUNIA USAHA & PEMANGKU KEPENTINGAN LAINNYA. BIDANG TEKNIS KOORDINATOR : KABID SOSBUD,BAPPEDA ANGGOTA : 1. KABID KEBERSIHAN, CK; 2. KABID PERUMAHAN & PERMUKIMAN, CK; 3. KABID PENGEND. PENYAKIT & KESEHATAN LINGK, DINKES; 4. KABID PENGEMBANGAN PRASARANA JALAN & JEMBATAN; 5. KASUBID KIM LH, BAPPEDA; 6. KASUBID INFRASTRUKTUR, BAPPEDA; 7. KASI PELAYANAN KEBERSKIHAN, CK; 8. KASI PENGELOLAAN PEMBUANGAN SAMPAH, CK; 9. KASI PENGEMBANGAN PERUMAHAN &PERMUKIMAN, CK; 10. KASI PENGENDALIAN & PENYEHATAN LINGK, CK; 11. KASI KESEHATAN LINGKUNGAN, DINKES; 12. PELAKSANA, BAPPEDA; 13. PELAKSANA, DINAS CIPTA KARYA TRK; 14. PELAKSANA, DINAS KESEHATAN; 15. UNSUR AKADEMISI; 16. UNSUR LSM; 17. UNSUR MASY, DUNIA USAHA & PEMANGKU KEPENTINGAN LAINNYA. BIDANG KOMUNIKASI KOORDINATOR : KABAG HUMAS, SETDA ANGGOTA : 1. KABID PROMOSI KESEHATAN, DINKES; 2. KABID KOMUNIKASI, DINAS HUBKOMINFO; 3. KASUBAG INFORMASI, SETDA; 4. KASI INFORMASI & KOMUNIKASI KESEHATAN, DINKES; 5. UNSUR AKADEMISI; 6. UNSUR LSM; 7. UNSUR MASY, DUNIA USAHA & PEMANGKU KEPENTINGAN LAINNYA. BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT & KEMITRAAN KOORDINATOR : KABID EKONOMI, BAPPEDA ANGGOTA : 1. KABID REHABILITASI & PEMBERDAYAAN SOSIAL, DINSOSNAKERTRANS; 2. KASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, DINKES; 3. KADIN, BUMN, BUMD DAN PERUSAHAAN SWASTA; 4. UNSUR AKADEMISI; 5. UNSUR LSM; 6. UNSUR MASY, DUNIA USAHA & PEMANGKU KEPENTINGAN LAINNYA. BIDANG MONITORING DAN EVALUASI KOORDINATOR : KABID PEMERINTAH AN & MONEV ANGGOTA : 1. KABAG PEMBANGUNAN, SETDA; 2. KASUBAG PERENCANAAN, EVALUASI & PELAPORAN, CK; 3. KASUBAG PERENCANAAN, EVALUASI & PELAPORAN, DINKES; 4. KASI PENGENDALIAN & PELESTARIAN LINGK, KPLH; 5. UNSUR AKADEMISI; 6. UNSUR LSM; 7. UNSUR MASY, DUNIA USAHA & PEMANGKU KEPENTINGAN LAINNYA. Hal 2-56

77 2.10 Tata Ruang Struktur Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka tata ruang wilayah kota yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kota terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan di wilayah kota merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kota, yang terdiri atas: a. PKN (pusat kegiatan nasional) yang berada di wilayah kota; b. PKW (pusat kegiatan wilayah) yang berada di wilayah kota; c. PKL (pusat kegiatan lingkungan) yang berada di wilayah kota; d. PKSN (pusat kegiatan strategis nasional) yang berada di wilayah kota; dan e. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kota yang wewenang penentuannya ada pada pemerintah daerah kota, yaitu: 1) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan 2) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Sistem jaringan prasarana wilayah kota meliputi sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kota. Lihat Tabel 2.37 dan Gambar 2.12 Peta Struktur Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya. Tabel 2.37 Struktur Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya No Fungsi kota Nama Kab/Kec/Kel 1 PKN - 2 PKW - 3 PPK-1 Kec Cihideung PPK-2 Kec Tawang PPK-3 Kec Cipedes 4 SPK-1 Cibeureum SPK-2 Mugarsari SPK-3 Kersamenak 4 SPK-4 Mangkubumi SPK-5 Indihiang 5 PL-1 Sukamanah PL-2 Lengkongsari PL-3 Cikalang PL-4 Gobras PL-5 Sambong PL-6 Cipedes PL-7 Panglayungan PL-8 Purbaratu Primer Fungsi Sekunder Hal 2-57

78 PL-9 PL-10 PL-11 PL-12 PL-13 PL-14 PL-15 PL-16 PL-17 PL-18 PL-19 PL-20 PL-21 PL-20 PL-21 PL-22 PL-23 PL-24 PL-25 Ciawi Ciakar Kotabaru Cidahu Mugarsari Ciangir Setiawargi Setiamulya Gunungtandala Urug Tanjung Cipari Cigantang Karanganyar Cipawitra Sirnagalih Sukamulya Bungursari Sukamaju Kaler Sumber : RTRW Kota Tasikmalaya Tahun Pola ruang Wilayah Kota Tasikmalaya Rencana pola ruang wilayah Kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kota yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kota hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang. Terdiri dari rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya Lihat tabel 2.38 Pola Ruang dan Gambar Peta Pola Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya - Kawasan lindung adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kota, kawasan lindung yang memberikan pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kota, dan kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah kota. - Kawasan budi daya adalah kawasan budi daya yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Tabel Pola Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya No Fungsi Pemanfaatan Ruang Lokasi Luas (Ha) (%) A Kawasan Lindung 1 Kawasan Hutan lindung 2 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya 36 0,20 3 Kawasan perlindungan 327 1,78 Hal 2-58

79 setempat 4 Ruang terbuka Hijau Kota 220 (RTH) 1,20 5 Kawasan suaka alam dan 0 cagar budaya 0,00 6 Kawasan rawan bencana 699 alam 3,80 7 Kawasan lindung geologi Kawasan lindung lainnya JUMLAH ,97 B-2 Kawasan Budidaya 1 Kawasan perumahan ,00 2 Kawasan perdagangan dan 1308 jasa 7,12 3 Kawasan perkantoran 0,00 4 Kawasan industry 260 1,41 5 Kawasan pariwisata 115 0,63 6 Kawasan Pertanian 514 2,80 7 Kawasan Perikanan 326 1,77 8 Kawasan Peruntukan Hutan 365 Produksi dan Hutan Rakyat 1,99 9 Kawasan Peruntukan 295 Pelayanan Umum 1,60 10 Kawasan ruang terbuka non hijau 11 Kawasan ruang evakuasi bencana 12 Kawasan ruang bagi Sektor informal 13 Kawasan ruang lainnya ,22 JUMLAH ,03 T O T A L Sumber : RTRW Kota Tasikmalaya Tahun Hal 2-59

80 Gambar 2.12 Peta Struktur Ruang Kota Tasikmalaya Hal 2-60

81 Gambar 2.13 Peta Pola Ruang Kota Tasikmalaya Hal 2-61

82 2.9.4 Rencana Pengembangan Infrastruktur Sanitasi Rencana pengembangan infrastruktur sanitasi (sampah, air limbah dan drainase) sesuai arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tasikmalaya Tahun adalah sebagai berikut: Rencana Pengembangan Persampahan Pengembangan sistem pengelolaan sampah dilakukan melalui : a. pengembangan tempat pengolahan sampah terpadu di Ciangir Kelurahan Tamansari Kecamatan Tamansari seluas kurang lebih 15 Ha (lima belas hektar) dengan sistem sanitary landfill yang dikelola bersama dengan wilayah yang berbatasan; b. pemanfaatan secara maksimal tempat-tempat penampungan sementara; dan c. pembangunan unit sampah di tiap kecamatan. Peta rencana pengembangan sistem pengelolaan sampah dapat dilihat dalam Gambar 2.9. Rencana Pengembangan Air Limbah Sistem pengelolaan air limbah sesuai arahan RTRW Kota Tasikmalaya adalah sebagai berikut : a. Rencana sistem pengelolaan air limbah terpusat melalui : - pembangunan jaringan perpipaan air limbah di wilayah Kecamatan Cihideung, Kecamatan Tawang, Kecamatan Cipedes, Kecamatan Mangkubumi, dan Kecamatan Indihiang; - pembuatan instalasi pengolahan air limbah untuk pengelolaan air limbah terpusat di Kecamatan Cipedes, Kecamatan Purbaratu dan Kecamatan Kawalu; - peningkatan kapasitas Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu; dan - pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri di kawasan peruntukan industri dan pergudangan di Kecamatan Kawalu, Kecamatan Mangkubumi, dan Kecamatan Bungursari. b. Peningkatan sistem pengelolaan air limbah setempat meliputi : - pembuatan tangki septik komunal untuk pengelolaan air limbah rumah tangga di kawasan-kawasan padat penduduk; - peningkatan pelayanan mobil sedot tinja; dan - pembuatan instalasi pengolahan air limbah industri rumah tangga di sentra-sentra industri rumah tangga. Peta rencana sistem pengelolaan air limbah dapat dilihat pada Gambar Rencana Pengembangan Drainase Normalisasi sungai, rehabilitasi saluran drainase dan penanganan genangan merupakan rencana pengembangan sektor drainase yang tercantum dalam RTRW Kota Tasikmalaya Tahun , yang meliputi : a. normalisasi sungai-sungai yang berfungsi sebagai jaringan drainase primer sesuai dengan perkiraan debit banjir 20 (dua puluh) tahun, meliputi: Sungai Citanduy, Hal 2-62

83 Sungai Ciwulan, Sungai Ciloseh, Sungai Cimulu, Sungai Ciromban, Sungai Cipedes, Sungai Cihideung, Sungai Cikalang, dan Sungai Cibadodon. b. perbaikan dan peningkatan saluran drainase berdasarkan sistem drainase terpadu; c. penanggulangan titik-titik rawan genangan air, meliputi: 1. Jalan Ir.H. Djuanda; 2. Jalan Residen Ardiwinangun; 3. Jalan Mayor SL. Tobing; 4. Jalan Siliwangi; 5. Jalan Perintis Kemerdekaan; 6. Jalan Ampera Panglayungan; 7. Jalan Bantar; 8. Jalan Elang Subandar; 9. Jalan Utuy Sobandi; 10. Jalan Kalangsari; 11. Jalan Ahmad Yani; 12. Jalan Sutisna Senjaya; 13. Jalan Nagarawangi; 14. Jalan Noenoeng Tisnasaputra; 15. Jalan Bebedahan; 16. Jalan Garuda; 17. Jalan Dadaha; 18. Jalan Lewo Bantar; 19. Jalan KH. Zainal Mustofa; 20. Jalan Sukasari; 21. Jalan Benda Cinanjung; 22. Jalan Rumah Sakit; 23. Jalan AH. Nasution; 24. Jalan Tentara Pelajar; 25. Jalan Mohamad Hatta; 26. Jalan Selakaso; 27. Jalan Cihideung Balong; 28. Jalan Simpang Lima Pasar Burung; 29. Jalan Situ Gede; dan 30. Jalan AJ. Witono. Hal 2-63

84 BAB III PROFILE SANITASI KOTA 3.1. Kondisi Umum Sanitasi Kota Kondisi umum sanitasi kota terdiri dari 9 bagian, yaitu penanganan kesehatan lingkungan, kesehatan dan pola hidup masyarakat, kuantitas dan kualitas air, limbah cair rumah tangga, limbah padat (sampah), drainase lingkungan, pencemaran udara, limbah industri dan kondisi penanganan limbah medis. Kondisi umum sanitasi Kota Tasikmalaya diperoleh dari data sekunder dan data primer. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan sanitasi. Sedangkan data primer diperoleh dari hasil survey Environment Health Risk Assesment (EHRA). Dalam pengambilan sampel EHRA, wilayah Kota Tasikmalaya yang terdiri dari 10 kecamatan dan 69 kelurahan dikelompokkan menjadi 5 kluster. Masing-masing kluster tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1. Pembagian Kluster Survey EHRA KECAMATAN NAMA KELURAHAN Klaster KAWALU CIBEUREUM GUNUNG TANDALA 1 TANJUNG 2 KERSAMENAK 1 TALAGASARI 1 GUNUNG GEDE 1 CILAMAJANG 2 CIBEUTI 2 KARANGANYAR 2 LEUWILIANG 2 URUG 2 CIHERANG 2 AWIPARI 2 SETIARATU 2 CIAKAR 2 KERSANAGARA 1 SETIANAGARA 2 KOTABARU 2 MARGABAKTI 2 SETIAJAYA 3 Hal 3-1

85 KECAMATAN NAMA KELURAHAN Klaster PURBARATU TAMANSARI MANGKUBUMI INDIHIANG BUNGURSARI CIHIDEUNG PURBARATU 0 SUKAMENAK 0 SINGKUP 2 SUKANAGARA 3 SUKAASIH 1 SUKAJAYA 1 SETIAMULYA 1 SETIAWARGI 2 SUMELAP 1 SUKAHURIP 1 TAMANSARI 2 TAMANJAYA 1 MULYASARI 0 MUGARSARI 1 KARIKIL 2 CIGANTANG 3 MANGKUBUMI 3 CIPARI 2 CIPAWITRA 3 SAMBONGPARI 2 SAMBONGJAYA 2 LINGGAJAYA 1 INDIHIANG 2 SIRNAGALIH 2 SUKAMAJU KALER 2 SUKAMAJU KIDUL 2 PARAKANYASAG 0 PANYINGKIRAN 3 BUNGURSARI 0 CIBUNIGEULIS 1 BANTARSARI 1 SUKAJAYA 1 SUKAMULYA 2 SUKALAKSANA 2 SUKARINDIK 1 NAGARAWANGI 3 TUGUJAYA 3 TUGURAJA 3 CILEMBANG 3 ARGASARI 3 YUDANAGARA 3 Hal 3-2

86 KECAMATAN NAMA KELURAHAN Klaster CIPEDES TAWANG Sumber : EHRA, 2011 CIPEDES 2 PANGLAYUNGAN 2 NAGASARI 1 SUKAMANAH 1 TAWANGSARI 3 LENGKONGSARI 2 EMPANGSARI 2 CIKALANG 2 KAHURIPAN Kesehatan Lingkungan a) Jumlah dan Kondisi Jamban ketersediaan fasilitas tempat buang air besar di miliki sendiri oleh sebagian besar jumlah KK, sebagaimana terlihat pada tabel 3.2 dibawah ini. Tabel. 3.2 Jumlah Jamban dan Kondisi Jamban NO PUSKESMAS DATA JAMBAN JML LEHER ANGSA CEMPLUNG PLENGSENGAN M C K PDDK SEPTIC TANK CUBLUK SELOKAN / RIOOL JUMLAH TOTAL Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml Sar Pemk Sar Pemk Sar Pemk Sar Pemk Sar Pemk Sar Pemk Sar Pemk 1 Cibeureum ,7 2 Purbaratu ,9 3 Tamansari ,6 4 Kawalu ,7 5 Mangkubumi ,1 6 Indihiang ,1 7 Bungursari ,6 8 Cipedes ,9 9 Panglayungan ,7 10 Cigeureung ,4 11 Cihideung ,7 12 Cilembang ,3 13 Tawang ,6 14 Kahuripan ,7 15 Sambongpari ,8 16 Bantar ,8 17 Karanganyar ,3 18 Sukalaksana ,2 19 Pakanyasag ,1 20 Leuwiliang ,4 JUMLAH ,73 Sumber : DinasKesehatan Kota Tasikmalaya, Tahun 2010 Keterangan : 4 dan 5 aman terhadap lingkungan 6 kurang aman 7-10 tidak aman terhadap lingkungan Aman dikaitkan dengan pencemaran lingkungan % b) Kondisi Pencemaran Jenis parameter pencemar udara dalam buku pedoman ini didasarkan pada baku mutu udara ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang meliputi : Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidro karbon (HC), PM 10, PM 2,5, TSP (debu), Pb (Timah Hitam), Dustfall (debu jatuh). Empat parameter yang lain (Total Fluorides (F), Fluor Indeks, Khlorine & Khlorine dioksida, Sulphat Hal 3-3

87 indeks) akan dibahas kemudian karena merupakan parameter pencemaran udara yang diberlakukan untuk daerah/kawasan industri kimia dasar. Tabel. 3.3 Kondisi Pencemaran Udara di Kota Tasikmalaya tahun 2010 No. Parameter Satuan Hasil Pengujian Baku Mutu *) Metode/Standar Sulfur dioksida (SO2) µg/nm µg/nm 3 (24 jam) SNI Karbon monoksida (CO) µg/nm µg/nm 3 (24 jam) - 3. Nitrogen dioksida (NO2) µg/nm µg/nm 3 (24 jam) SNI Oksidan (O3) µg/nm 3 0 (4) (1) 0 (1) (2) 235 µg/nm 3 (1 jam) SNI Hidrokarbon (HC) µg/nm µg/nm 3 (3 jam) - 6. Partikel < 10 µm (PM10) µg/nm µg/nm 3 (24 jam) - 7. Partikel < 2,5 µm (PM2,5) µg/nm µg/nm 3 (24 jam) - 8. Debu (TSP) µg/nm µg/nm 3 (24 jam) SNI Timah Hitam (Pb) µg/nm µg/nm 3 (24 jam) Debu jatuh (Dustfall) ton/km 2 /bulan µg/nm 3 (30 hari) Tingkat kebisingan Lampiran SK.Men LH No. 48 th Rata-rata dba Minimum dba Maksimum dba dba **) dba **) dba **) Sumber : KPLH Kota Tasikmalaya Hasil Uji Laboratorium BPLH Kab Bandung, 2010 c) Akses Pada Sumber air tanah Tabel. 3.4 Akses Masyarakat pada Sumber Air Jumlah Air perpipaan Non Perpipaan Kecamatan Rumah Non Mata Lainlain Tangga PDAM Pompa Sungai Sumur PDAM Air 1 Kawalu Tamansari Cibeureum Purbaratu Tawang Cihideung Mangkubumi Indihiang Bungursari Cipedes JUMLAH Sumber : PDAM Tirta Sukapura, Tahun Hal 3-4

88 d) Data Rumah Sehat dan Sekolah Sehat Tabel. 3.5 Jumlah Rumah dan Sekolah Sehat Kecamatan Jumlah Jumlah Rumah sehat Jumlah Sekolah Sehat Rumah Sehat Tidak sehat TK SD/MI SLTP/MTs SLTA/MA 1 Cibeureum Purbaratu Tamansari Kawalu Mangkubumi Indihiang Bungursari Cihideung Cipedes Tawang JUMLAH Sumber : Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan, Tahun 2010 e) Data Tempat Umum Sehat Berdasarkan hasil inspeksi sanitasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan terhadap tempat umum sehat untuk hotel dan restoran di Kota Tasikmalaya sudah memenuhi syarat kesehatan, sedangkan untuk pasar dan tempat umum pengelola makanan lainnya masih banyak yang belum memenuhi syarat kesehatan. Dari sampel yang diperiksa 53% memenuhi syarat kesehatan, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.6 dibawah ini. Tabel. 3.6 Jumlah Tempat Umum Sehat Jenis Fasilitas Umum Jumlah (unit) Jumlah Yang Diperiksa Memenuhi Tdk Memenuhi syarat syarat 1 Hotel Restoran Pasar Tempat Umum Pengelola Makanan Lainnya Jumlah Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Tahun Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan dapat tercermin dari tingkat kesehatan masyarakat yang merupakan salah satu indikator pembangunan manusia, adalah umur harapan hidup. Umur Hal 3-5

89 harapan hidup (UHH) adalah salah satu indikator yang mncerminkan perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola morbilitas menurut umur. Kondisi lingkungan yang terus mengalami degradasi secara kualitas maupun kuantitas diperburuk oleh pola perilaku hidup bersih dari masyarakat yang rendah, terutama lingkungan di sekitar rumah permukiman sehingga vektor-vektor penyakit dapat hidup dalam kondisi yang baik di lingkungan perumahan tersebut. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan terdapat beberapa jenis penyakit yang paling sering diderita oleh penduduk Kota Tasikmalaya yaitu: dapat di Lihat tabel 3.7 Tabel 3.7 Jenis Penyakit menular akibat sanitasi Buruk Kecamatan Jumlah Penderita Penyakit Akibat sanitasi Buruk Diare Dysentri Hepatitis A Kolera ISPA Typus Polio DBD 1 Cibeureum Purbaratu Tamansari Kawalu Mangkubumi Indihiang Bungursari Cihideung Cipedes Tawang JUMLAH Sumber : BPS dan Dinas Kesehatan, 2011 Ket Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jenis penyakit akibat sanitasi buruk paling banyak menderita penyakit ISPA sebanyak orang atau 77,31% penyakit Diare dan Dysentri sebanyak orang dan 2.157orang atau 18,29% dan 2,48%. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk kota Tasikmalaya maka sebesar 13,66% penduduk Kota Tasikmalaya menderita penyakit akibat sanitasi buruk Kuantitas dan Kualitas Air a) Kuantitas Air PDAM Tabel. 3.8 Jumlah Pelanggan PDAM dan Non PDAM di Kota Tasikmalaya Kecamatan Jumlah Jumlah pelanggan Jumlah Pelanggan Rumah/KK PDAM Non PDAM 1 Kawalu Tamansari Cibeureum Hal 3-6

90 Kecamatan Jumlah Jumlah pelanggan Jumlah Pelanggan Rumah/KK PDAM Non PDAM 4 Purbaratu Tawang Cihideung Mangkubumi Indihiang Bungursari Cipedes JUMLAH Sumber : PDAM Tirta Sukapura, 2011 b) Kualitas Air PDAM dan Non PDAM Air dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya. Air yang tercemar dapat dapat dilihat dari : - Parameter yamg langsung berhubungan dengan kesehatan - Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan Kualitas Air PDAM di Kota Tasikmalaya dapat dilihat dalam tabel 3.9 No Tabel. 3.9 Kualitas Air PDAM di Kota Tasikmalaya Parameter Nilai Nilai Standar Nilai Air PDAM A Parameter Yang Berhubungan Langsung Dengan Kesehatan 1 Parameter Mikrobiologi (per 100 ml sampel) - E Coli Total bakteri Koliform Kimia an Organik (per 100 ml sampel) - Arsen 0,01 mg/l - - Fluorida 1,5 mg/l - - Total Kromium 0,05 mg/l - - Kadmium 0,003 mg/l - - Nitrit (sebagai NO2) 3 mg/l - - Nitrat (sebagai NO3) 50 mg/l - - Sianida 0,07 mg/l - - Selenium 0,01 mg/l - B Parameter Yang Tidak Berhubungan Langsung Dengan Kesehatan 1 Parameter Fisik - Bau Tidak Berbau Tidak berbau - Warna 15 TCU 0,01 - Total Zat padat terlarut (TDS) 500 mg/l Kekeruhan 5 NTU 0,2 - Rasa Tidak Berasa Tidak berasa - Suhu 3 ºC 2 ºC 2 Parameter Kimiawi - Aluminium 0,2 mg/l - - Besi O,3 mg/l 0.05 Hal 3-7

91 No Parameter Nilai Nilai Standar Nilai Air PDAM - Kesadahan 500 mg/l Khlorida 250 mg/l Mangan 0,4 mg/l PH 6,5 8,5 7,08 - Seng 3 mg/l Sulfat 250 mg/l 68 - Tembaga 2 mg/l Amonia 1,5 mg/l 0.3 Sumber : PDAM Tirta Sukapura, 2011 Standar Kualitas Air Minum dari Permenkes No 492 Tahun Limbah Cair Rumah Tangga a) Pengelolaan Limbah Tinja (Black Water) Tabel Penyaluran Limbah Tinja (Black water) Rumah Tangga di Kota Tasikmalaya Tahun 2012 Cluster Jumlah Responden Pembuangan Limbah cair (Black Water) % % % % % % % % Kluster ,0-15, ,5 5,0 2,5 Kluster ,5 0,8 34,2 2,5 11,7 18,3 3,3 6,7 Kluster ,6 0,6 13,1-21,3 19,4 18,8 11,3 Kluster ,5-10,0 1,3 58,8 2,5 5,0 - Total ,5 0,5 19,0 1,0 23,8 15,5 10,0 6,8 Sumber : Hasil Analisis Survey EHRA, 2012 Keterangan : 1 = tangki septic 4 = Sungai/danau/pantai 7 = lain-lain 2 = Cubluk/ Lubang di tanah 5 = Kolam/sawah 3 = Saluran drainase 6 = Kebun/tanah lapang Dikelola = Tangki Septic, Cubluk Lainnya = Tidak dikelola Gambar 3.1 Diagram dimana anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar? 5,53% 4,57% 2,16% 0,24% 0,72% 10,82% 75,96% A. Jamban pribadi B. MCK/WC Umum C. Ke WC helikopter D. Ke sungai/pantai/laut F. Ke selokan/parit/got H. Lainnya, I. Tidak tahu Hal 3-8

92 Gambar 3.2 Diagram kemana tempat penyaluran buangan akhir tinja? 10,00% 15,50% 6,75% 23,75% 23,50% 19,00% 0,50% Tangki septik Pipa sewer Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau/pantai Kolam/sawah Tidak tahu 1,00% Lainnya Gambar 3.3 Diagram kapan tangki septik terakhir dikosongkan 6,38% 3,19% 10,64% 3,19% 0-12 bulan yang lalu 1-5 tahun yang lalu Lebih dari 5-10 tahun yang lalu 76,60% Tidak pernah Tidak tahu Gambar 3.4 Diagram siapa yang mengosongkan tangki septik 31,82% 18,18% 45,45% Layanan sedot tinja Membayar tukang Dikosongkan sendiri Tidak tahu 4,55% Pada diagram hasil survey EHRA diatas dapat dilihat kepemilikan jamban pribadi di Kota Tasikmalaya sudah cukup besar mencapai 76 %. Akan tetapi responden yang menyalurkan Hal 3-9

93 buangan akhir tinja ke tangki septik baru mencapai 23,5 % sedangkan sisanya membuang ke sungai, drainase, kolam/sawah, cubluk dan lain-lain. 76,6% responden tidak tau kapan tangki septik dikosongkan dan 45,5% menggunakan layanan sedot tinja untuk mengkosongkan tangki septik. Gambar 3.5 Diagram kemana lumpur tinja dibuang pada saat tangki septik dikosongkan? 72,73% 13,64% 13,64% Sungai, sungai kecil Lainnya Tidak tahu Pada saat pengosongan tangki septik 72,7% responden tidak tahu kemana lumpur tinja dibuang. Dari presentase tersebut ada kemungkinan lumpur tinja dibuang ke IPLT, namun kondisi IPLT Singkup saat ini tidak beroperasi sehingga tidak ada pengolahan. 13,6% responden membuang lumpur tinja dari tangki septik k sungai/sungai kecil, hal ini akan memberikan dampak langsung terhadap masyarakat di sekitar sungai. b) Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (Grey Water) Tabel Pembuangan Limbah cair Rumah Tangga (grey water) di kota Tasikmalaya Tahun 2012 Cluster Jumlah Responden Pembuangan Limbah Cair Rumah Tangga (Grey Water) A B C D E F G Kluster ,3 6,7 5,0 29,2 15,8 5,0 - Kluster ,7 0,6 3,9 13,9 5,6 9,4 - Kluster ,6 2,1-4,0 15,8 0,8 2,7 Kluster ,1-6,3 20,4-6,3 - Total ,1 1,7 2,9 12,8 9,6 4,9 1,1 Sumber : Hasil Analisis Survey EHRA, 2012 A = Sungai/kanal/kolam/selokan D = saluran tertutup G = Tidak tahu B = jalan/halaman/kebun C = Saluran terbuka E = lubang galian F = pipa saluran pembuangan limbah Hal 3-10

94 Gambar 3.6 Diagram kemana air bekas buangan/air limbah 2,92% 1,67% 9,58% 12,75% 4,92% 1,08% 67,08% A. Sungai/Kanal B. Jalan/Halaman C. Saluran Terbuka D. Saluran Tertutup E. Lubang Galian F. Pipa Sal. Pembuangan G. Tidak Tahu Pembuangan limbah cair rumah tangga (grey water) paling besar dibuang ke sungai/kanal sebesar 67,1% Limbah Padat Cluster Tabel Pembuangan Sampah Rumah tangga di Kota TasikmalayaTahun 2012 Jumlah Responden Pembuangan Sampah Rumah Tangga Kluster ,5 52, ,0 - - Kluster ,5 33,3 0,8 3,3 1,7 1,7 1,7 Kluster ,4 40,6-16,3 23,8 - - Kluster ,0 50,0 13, ,3 - Total 400 1,0 39,3 34,3 0,3 7,5 10,5 6,8 0,5 Sumber : Hasil Analisis Survey EHRA, 2012 Keterangan: 1 = Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang 4 = Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 7 = Lain-lain 2 = Dikumpulkan dan dibuang ke TPS 5 = Dibuang ke sungai/kali/laut/danau 8 = Tidak tahu 3 = Dibakar 6 = Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk Cluster Tabel Pemilahan Sampah Rumah tangga di kota Tasikmalaya Tahun 2012 Jumlah Responden Pemilahan Sampah Rumah Tangga Jenis Barang Yang dipilah A B C D E F G Kluster ,5 42, Kluster ,5 57, Kluster ,6 19, Hal 3-11

95 Cluster Jumlah Responden Pemilahan Sampah Rumah Tangga Jenis Barang Yang dipilah A B C D E F G Kluster ,0 50,0 5, Total ,8 39,3 1, Sumber : Hasil Analisis Survey EHRA, 2012 Keterangan : 1 = Tidak Pernah A. Sampah organik/sampah basah E. Besi/logam 2 = Kadang-kadang B. Plastik F. Lainnya, 3 = Sering C. Gelas/kaca G. Tidak tahu D. Kertas Pengangkutan sampah rumah tangga di Kota Tasikmalaya rata-rata diangkut seminggu 2 kali, untuk kawasan Central Business District diantaranya Jl. HZ Mustofa dan sekitarnya, sekitar Masjid Agung dan sekitar Alun-alun, pengangkutan dilakukan setiap hari. Untuk daerah pinggiran Kota Tasikmalaya saat ini belum dapat terlayani, hal ini dikarenakan keterbatasan armada sampah dan biaya operasional persampahan Drainase Lingkungan Permasalahan drainase semakin meningkat seiring dengan pesatnya perkembangan Kota Tasikmalaya. Akibatnya permasalahan banjir dan genangan semakin meningkat pula. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya genangan di Kota Tasikmalaya diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Perubahan fungsi lahan; 2. Penanganan drainase belum terpadu; 3. Permukiman di bantaran sungai dan bangunan di atas saluran air; 4. Tumpukan sampah dan sedimentasi di saluran drainase; 5. Kerusakan konstruksi drainase; Rata-rata banjir/genangan di Kota Tasikmalaya tahun 2010, terjadi beberapa kali dalam setahun di kecamatan yang relatif cepat pertumbuhannya (Tawang, Cihideung, Indihiang, Bungursari dan Kawalu). Sedangkan kecamatan yang harus mendapatkan perhatian khusus adalah kecamatan Cipedes dan Mangkubumi yang mengalami beberapa kali banjir/genangan dalam sebulan. Rata-rata lama banjir/genangan yang terjadi antara 1-3 jam dengan ketinggian setengah lutut orang dewasa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 3.15, Tabel 3.16 dan Tabel 3.17 dibawah ini. Tabel Genangan di kota Tasikmalaya Tahun 2010 Kecamatan/Kel/Desa Jumlah Rumah Seberapa sering banjir dlm setahun Cipedes Tawang Cihideung Indihiang 50 Hal 3-12

96 Kecamatan/Kel/Desa Jumlah Rumah Seberapa sering banjir dlm setahun Mangkubumi Bungursari 50 7 Purbaratu 8 Tamansari 9 Kawalu Cibeureum 30 JUMLAH Sumber : Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Tahun = tidak pernah 4= sekali/beberapa kali dalam sebulan 2 = sekali dalam setahun 5 = tidak tahu 3 = beberapa kali dalam setahun Tabel Lama Genangan di kota Tasikmalaya Tahun 2010 Kecamatan/Kel/Desa Jumlah Rumah Seberapa lama banjir Cipedes Tawang Cihideung Indihiang 50 5 Mangkubumi Bungursari 50 7 Purbaratu - 8 Tamansari - 9 Kawalu Cibeureum 30 JUMLAH Sumber : Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Tahun = kurang dari 1 jam 4= satu hari 2 = 1 3 jam 5 = lebih dari 1 hari 3 = setengah hari 6 = lainnya Tabel Tinggi Banjir di kota Tasikmalaya. Tahun 2010 Kecamatan/Kel/Desa Jumlah Rumah Tinggi Banjir Cipedes Tawang Cihideung Indihiang 50 5 Mangkubumi Bungursari 50 7 Purbaratu - Hal 3-13

97 Kecamatan/Kel/Desa Jumlah Rumah Tinggi Banjir Tamansari - 9 Kawalu Cibeureum 30 JUMLAH Sumber : Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Tahun = tidak masuk rumah, hanya di halaman 4 = selutut orang dewasa 7 = lebih tinggi dari orang dewasa 2 = setumit orang dewasa 5 = sepinggang orang dewasa 8 = lain-lain 3 = setengah lutut orang dewasa 6 = sebahu orang dewasa 3.2. Pengelolaan Limbah Cair Landasan Hukum Undang-Undang Republik Indonesia 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Utilitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Keputusan Menteri Republik Indonesia 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih; 2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. Petunjuk Teknis 1. Petunjuk Teknis Nomor KDT Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan; 2. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi engolahan Air Sistem Berpindah-pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik; 3. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis engelolaan Drainase Perkotaan; 4. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus; 5. Petunjuk Teknis Nomor KDT Man P judul Manual Teknis MCK. Peraturan Daerah 1. Perda No 5 tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum 2. Perwalkot No 88 tahun 2011 tentang Pelayanan Penyedotan Kakus Hal 3-14

98 Aspek Kelembagaan Pengelolaan air limbah (domestik) di Kota Tasikmalaya merupakan tugas dan tanggung jawab Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Kota Tasikmalaya, khususnya bidang Kebersihan. Struktur organisasi Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut. a. Tugas dan kewenangan operator layanan limbah cair. Operator bertugas membantu Kepala Dinas dalam menjaga kesehatan lingkungan permukiman. Kewenangannya : Melakukan pembinaan terhadap masyarakat atas kesehatan lingkungan. Memberi contoh penggunaan jamban yang memenuhi persyaratan. Memberi teguran atau sanksi kepada masyarakat yang tidak mematuhi peraturan yang berlaku, misal menyalurkan / membuang tinja langsung ke badan air / sungai. Dll. b. Operator Swasta Sampai saat ini belum ada peran serta swasta dalam pengelolaan limbah cair. c. Harga / tarif. Bagi operator yang berasal dari Dinas, tarif ditetapkan dalam bentruk retribusi daerah. Bagi operator swasta ditetapkan sendiri berdasarkan harga pasar. Hal 3-15

99 Biaya penyedotan kakus yang dibebankan kepada konsumen berdasarkan Perda No 5 tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum. Untuk tarif jasa pengurasan tangki septik oleh truk tinja dari lokasi dikenakan biaya sebagai berikut : a. Sarana sosial : Rp / tangki,- b. Rumah tangga, perkantoran dan komersil : Rp /tangki c. Industri Rp /tangki Dengan penambahan selang lebih dari 10 m : Rp. 1000/meter Cakupan Layanan Tabel Layanan Pembuangan Limbah Tinja di kota Tasikmalaya Tahun 2010 No URAIAN JUMLAH/ VOLUME KETERANGAN 1 Jumlah Timbulan - Pengguna tangki septic dan Umum (Rumah) - Standar timbulantinja/org/hr - Jumlah Timbulan (m3) Jumlah Tinja terangkut - Mobil tinja Milik Pemerintah Jumlah Mobil tinja (unit) 1 Layak operasi Kapasitas tangki (m3) 3 Jumlah Rit / 1 hari 3 - Mobil Tinja Milik Swasta Jumlah Mobil tinja (unit) Kapasitas tangki (m3) Jumlah Rit / 1 hari 3 Kapasitas IPLT - Dibangun (tahun) 2002 Tidak beroperasi - Umur Pakai (tahun) - Tidak ada data - Kapasitas terpasang (m3) Tidak ada data - Kapasitas terpakai (m3) Tidak ada data Sumber : Dinas Ciptakarya, Tata Ruang dan Kebersihan, Tahun Aspek Teknis dan Operasional Sistem pelayanan air limbah domestik di Kota Tasikmalaya secara teknis dilayani oleh system setempat (on site system). Adapun teknologi pengolahan yang ada adalah tangki septic yang dilanjutkan dengan pengolahan lumpur tinja di IPLT. Akan tetapi IPLT Singkup saat ini kondisinya rusak berat (tidak dapat digunakan), sehingga tidak ada pengolahan limbah cair. Di samping itu, masih banyak masyarakat yang mempergunakan cubluk atau tangki septik yang secara konstruksi tidak memenuhi persyaratan desain yang ditentukan. Hal 3-16

100 Tabel Teknis dan Operasional Pembuangan Limbah Tinja di kota Tasikmalaya Tahun 2010 No URAIAN JUMLAH/ VOLUME KETERANGAN 1 ON SITE SYSTEM - Jumlah (SR) Cubluk Septic tank perorangan Septic tank communal 12 unit Sanimas - Kapasitas (m3) Cubluk Septic tank perorangan Septic tank communal (misal Sanimas) 80 m3/unit - Wilayah Layanan Cubluk Septic tank perorangan Septic tank communal (misal Sanimas) 1 Ha 2 OFF SITE SYSTEM - Jumlah IPLT (unit) 1 Kondisi Rusak Berat - Kapasitas (m3) - Wilayah layanan (Ha) Kota Tasikmalaya - Jumlah pelanggan (SR) 823 rumah Variatif tergantung pesanan Sumber : Dinas Ciptakarya, Tata Ruang dan Kebersihan, Tahun 2011 Hal 3-17

101 Gambar 3.7 Peta Lokasi dan Jaringan Pengolahan Air Limbah Cair Hal 3-18

102 Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Penanganan Limbah Cair Tabel Program PMJK dalam Pengelolaan limbah cair No A Pelaksanaan Kegiatan program Sudah Dilakukan - Pemerintah Membuat tangki septik Tank Komunal rumah tangga - Swasta - Masyarakat/LSM Tahun Besaran dana (Rp) Sumber dana APBD l & ll Lokasi Kota Tasikmalaya Sasaran Program/manfaat Melindungi sumber air dan kualitas lingkungan Menurunkan tingkat masalah kesehatan akibat limbah B Sedang Dilakukan - Pemerintah Membuat tangki septik Tank Komunal rumah tangga - Pengadaan alat bek tinja)rat (truc - Swasta Pengelolaan Limbah Medis - Masyarakat/LSM APBD l & ll Kota Tasikmalaya APBD ll Kota Tasikmalaya Tiap Tahun Swasta Kota Tasikmalaya Melindungi sumber air dan kualitas lingkungan Menurunkan tingkat masalah kesehatan akibat limbah Meningkatkan daya dukung pengangkutan tinja Melindungi Masyarakat dari Limbah medis C Akan Dilakukan - Pemerintah Membuat IPAL industri batik - Membuat IPAL industri Kulit - Membuat IPAL Pencelupan Benang APBD l & ll Kota Tasikmalaya APBD ll Kota Tasikmalaya APBD ll Kota Tasikmalaya Mencegah pencemaran lingkungan akibat industri batik Mencegah pencemaran lingkungan akibat industri Kulit Mencegah pencemaran lingkungan akibat Pencelupan Hal 3-19

103 - Membuat IPAL Industri tahu/tempe - Pengadaan alat berat truk tinja - Penyusunan DED Sistem Pengelolaan Air Limbah - Rehabilitasi IPLT APBN & APBD ll Kota Tasikmalaya APBD ll Kota Tasikmalaya APBD ll Kota Tasikmalaya APBN Kota Tasikmalaya benang Mencegah pencemaran lingkungan akibat Industri tahu/tempe Meningkatkan daya dukung pengangkutan tinja - Pembuatan IPAL APBD ll Kota Tasikmalaya - Biaya OM APBD ll Kota Tasikmalaya - Swasta - Masyarakat/LSM Sumber : OPD terkait, Permasalahan Tabel Permasalahan Penanganan limbah cair No Uraian Permasalahan 1 Teknis Sistem Belum memiliki saluran & Pengolahan air limbah Konstruksi - 2 Non teknis Social Ekonomi Lingkungan SDM Sumber : OPD terkait,2012 Masih kurangnya pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam pengolahan air limbah Kurangnya anggaran Belum tersedianya lahan untuk pengolahan air limbah Hal 3-20

104 3.3. Pengelolaan Persampahan Landasan Hukum Undang-Undang Republik Indonesia 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Persampahan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Keputusan Menteri Republik Indonesia Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL. Petunjuk Teknis 1. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampa 2. Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah; 3. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan. 4. Panduan Praktis Pemilahan Sampah (Kementerian negara Lingkungan Hidup) 5. Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) 6. Pedoman pengoperasian dan pemeliharaan Tempat pembuangan akhir (TPA) Sistem controlled landfill dan sanitary landfill (Departemen Pekerjaan Umum Direktoral Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman) 7. Pedoman Tata Cara Pengelolaan Sampah 3R Departemen Pekerjaan Umum Direktoral Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman) Peraturan Daerah 1. Perda No 12 tahun 2010 tentang Pengelolaan sampah Di Jawa Barat 2. Perda No 29 Tahun 2002 tentang Kebersihan, Keindahan dan Kelestarian Lingkungan 3. Perda Kota Tasikmalaya No. 7 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah di Kota Tasikmalaya Aspek Kelembagaan Bidang Kebersihan pada Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan merupakan operator layanan persampahan/limbah padat di Kota Tasikmalasya. Dengan struktur organisasi sebagai berikut: Hal 3-21

105 a. Tugas dan kewenangan Bidang Kebersihan pada layanan persampahan / limbah padat Bidang Kebersihan bertugas membantu Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan dalam melaksanakan pengelolaan sampah di Kota Tasikmalaya mulai dari sumber sampah sampai dengan pengelolaan sampah di TPA Ciangir. Kewenangannya : Melakukan sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat atas kebersihan lingkungan. Melakukan sosialisasi dan fasilitasi tentang sarana pewadahan sampah yang ideal dipakai oleh masyarakat Kota Tasikmalaya Menerima pengaduan tentang pelayanan kebersihan/persampahan dari masyarakat Menerima pendaftaran dan pelayanan penyedotan kakus Melaksanakan memberi teguran atau sanksi kepada masyarakat yang tidak mematuhi peraturan yang berlaku, misal tidak membayar retribusi sampah, membakar sampah, membuang sampah sembarangan atau langsung ke badan air / sungai. Merencanakan dan mengevaluasi kebutuhan sarana dan prasarana dalam pengelolaan persampahan Merencanakan dan mengevaluasi kebutuhan sarana dan prasarana dalam pelayanan penyedotan kakus. Sosialisasi kepada masyarakat dalam upaya peningkatan retribusi sampah Sosialisasi dan fasilitasi kepada masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan sistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle) b. Memberi tugas kepada Pekerja Harian Lepas (PHL) untuk mengoperasikan operator alat berat di TPA Ciangir yaitu mengoperasikan Whilloader. Hal 3-22

106 c. Memberi tugas kepada Pekerja Harian Lepas (PHL) untuk melaksanakan pembersihan depo sampah di Kota Tasikmalaya d. Harga / tarif. - Operator yang berasal dari Dinas sebanyak 2 orang dengan penggajian sesuai dengan golongan kepegawaian (PNS) - Operator Alat berat sebanyak 1 orang yang berasal dari Pekerja Harian Lepas sebesar Rp ,-/Orang/Hari diambil dari satuan harga Kota Tasikmalaya Petugas pembersihan Depo Sampah yang berasal dari Pekerja Harian Lepas sebesar Rp ,- /Orang/Hari diambil dari satuan harga Kota Tasikmalaya Biaya pengangkutan yang dibebankan kepada konsumen berdasarkan Perda No 5 tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum sebagai berikut: - Sarana Sosial (Tergantung dari jenisnya) - Rumah tangga sebesar Rp s.d Rp per bulan - Perkantoran/instalasi sebesar Rp Rp per bulan - Industri sebesar Rp s.d Rp per bulan e. Uraian tentang kesesuaian jenis dan tarif layanan. Tabel 3.21 Tabel Kesesuaian Jenis dan Tarif Layanan Sampah Kota Tasikmalaya NO. JENIS PELAYANAN TARIF (Rp) Untuk Industri,Pabrik: a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/bulan b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/bulan c. Dept. Store dan Swalayan Rp ,-/m3 2. Untuk Hotel dan Restoran a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/bulan b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/bulan c. Golongan C (jalan Lingkungan) Rp ,-/bulan d. Hotel Berbintang Rp ,-/m3 3. Untuk Pasar Asin dan Grosir a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/bulan b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/bulan 4. Untuk Dealer/showroom motor/mobil a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/bulan b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/bulan c. Golongan C (jalan Lingkungan) Rp ,-/bulan 5. Untuk Bioskop, Wisma atau Losmen dan sejenisnya a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/bulan Hal 3-23

107 NO. JENIS PELAYANAN TARIF (Rp) b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/bulan 6. Untuk Toko, Bengkel, Gudang, Home Industri, dan Tempat usaha lainnya a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/bulan b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/bulan 7. Untuk Perusahaan Angkutan a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/bulan b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/bulan 8. Untuk Perbankan a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/bulan b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/bulan 9. Untuk Rumah Sakit a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/m3 b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/m3 10. Untuk Rumah Bersalin a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/m3 b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/m3 11. Untuk Warung a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/ bulan b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/ bulan c. Golongan C (jalan Lingkungan) Rp ,-/ bulan 12. Untuk Para Pedagang Harian a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/hari b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/hari 13. Untuk Perkantoran Swasta dan Pemerintah a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/bulan b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/bulan 14. Untuk Lembaga Pendidikan a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/bulan b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/bulan c. Golongan C (jalan Lingkungan) Rp ,-/bulan d. Perguruan Tinggi Rp ,-/m3 15. Untuk Ruko a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/bulan b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/bulan Hal 3-24

108 NO. JENIS PELAYANAN TARIF (Rp) Untuk Rumah Tinggal a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/bulan b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/bulan c. Golongan C (jalan Lingkungan) Rp ,-/bulan 17. Untuk Poliklinik, Puskesmas dan Sejenisnya a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,-/bulan b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,-/bulan 18. Untuk SPBU Rp ,-/bulan 19. Untuk Pemilik Delman Rp ,-/hari 20. Untuk Pesta Hajatan, Pesta Umum, dan Sejenisnya a. Golongan A (jalan Protokol) Rp ,- /kegiatan/12jam b. Golongan B (jalan Kolektor) Rp ,- /kegiatan/12jam 21. Untuk Perorangan atau badan usaha lainnya yang membuang sampah langsung ke TPSA Rp ,-/m3 22. Untuk PD.Pasar (dari TPS ke TPA) Rp ,-/m3 23. Untuk Terminal (dari TPS ke TPA) Rp ,-/m3 24. Untuk Komplek Rukan dan Sejenisnya Rp ,-/m3 25. Untuk Kegiatan Keramaian di tempat umum berupa pameran, promosi, panggung hiburan dan sejenisnya 26. Untuk tempat rekreasi, Water Boom / Water splas, kolam renang dan Sejenisnya Rp. Rp ,-/m ,-/m3 Hal 3-25

109 Cakupan Layanan Tabel Cakupan layanan Persampahan No Uraian Teknik Operasional Volume Keterangan A Jumlah Timbulan - Standar timbulan sampah/org/hr 2,56 - Perkiraan Jumlah Timbulan Sampah (m3) 1627 m3/hari Jumlah penduduk thn 2010 B Pelayanan Sampah 1 Cakupan pelayanan 35 % 2 Perkiraan Sampah terangkut - Permukiman 381,378 m3/hari - Non permukiman 163,4 m3/hari - Total 544,826 m3/hari 3 Kapasitas pelayanan TPS 4 m3/hari 4 Kapasitas pelayanan TPA - 11 Ha 5 Kapasitas pelayanan pengumpulan 31 truk Sumber : Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Kota Tasikmalaya, Aspek Teknis dan Operasional Tabel Teknis Operasional Persampahan No Sarana/prasarana Jumlah (unit) Kapasitas Kondisi Keterangan A MASYARAKAT/SWASTA a. Pewadahan Tong sampah ,21 m3 Layak pakai Bak Sampah ,5 2 m3 Layak pakai Cerangka ,15 m3 Layak pakai Karung ,25 m3 Layak pakai Jumlah bin sampah b. Pengumpulan Gerobak sampah ,5 m3 Layak pakai (yang membuang sampah ke depo) Becak sampah m3 Layak pakai Perumahan Nagrak Dll c. Penampungan sementara Transfer depo - - Container - - Pasangan batu ,5 2 m3 Layak pakai Bak kayu Hal 3-26

110 No Sarana/prasarana Jumlah (unit) Kapasitas Kondisi Keterangan Tanah terbuka D. Pengangkutan Dump truk Arm roll truk E. Pengolahan Pengomposan Daur Ulang 5 a. H. Asep beralamat di Jl. Brigjen Warsita Kusumah Kec. Indihiang memproduksi daur ulang plastik 15 ton/bulan ±375 m3/bulan b. H. Lili Jl. Tubagus Abdullah Nagrak Sukaasih memproduksi daur ulang plastik 15 ton/bulan ±375 m3/bulan c. Leni Jl. Swaka sambong pari Kec. Mangkubumi daur ulang plastik 35 ton/bulan ±875 m3/bulan d. Tedi Jl. Sindanggalih Kec. Tawang daur ulang plastik 15 ton/bulan ±375 m3/bulan F. Pemanfaatan Lain Pemanfatan sampah pasar untuk pakan ternak dan ikan = 600 M3/Bulan a. Di Pasar Cikurubuk 3-6 M3/hari b. Di Pasar Pancasila 3-5 M 3/hari c. Di Pasar Padayungan 3-5 M 3/hari d. Di Pasar Indihiang 2-4 M 3/hari Pemanfaatan sampah yang di manfaatkan oleh Hal 3-27

111 No Sarana/prasarana Jumlah (unit) Kapasitas Kondisi Keterangan pemulung rongsokan/bandar untuk daur ulang kertas Masih ada beberapa di wilayah Kota Tasikmalaya yang bertipikal pedesaan yaitu Kecamatan Cibeureum, Kec. Purbaratu, Kec. Tamansari, Kec. Kawalu, Kec. Indihiang Kec. Mangkubumi dan Kec. Bungursari yaitu yang memanfaatkan sampah organik dari rumah tangga untuk makanan ternak (ayam, bebek, ikan) sebanyak ± 226 M3/Hari = M3/Bulan B PEMERINTAH DAERAH a) Pewadahan Jumlah bin sampah b) Pengumpulan Gerobak sampah 10 0,5 Becak sampah - Dll c) Penampungan sementara Transfer depo 5 Baik Pancasila, cikurubuk, pasar lama, jalan bantar, Karoeng Container 38 6m3 Baik Pasangan batu 7 2 m3 Baik Bak kayu - Tanah terbuka - d. Pengangkutan Dump truk 19 8 m3 10 Baik 8 layak pakai Arm roll truk 9 6 m3 3 layak pakai 6 baik Hal 3-28

112 No Sarana/prasarana Jumlah (unit) Kapasitas Kondisi Keterangan Pick Up 2 4 m3 Layak pakai Truk engkel 1 4 m3 Layak pakai e. Pengolahan Pengomposan m3/bln Daur Ulang Pemanfaatan Lain: - Pakan Ternak 4 Pasar 600 m3/bln - Pemulung 4 bandar 2000 m3/bln f. Pembuangan Akhir 1 Baik Luas Area 11 Ha Jumlah Alat Berat 3 2 layak pakai (sering rusak) 1 rusak berat g. Pengend. Pencemaran Leachate treatment Ada Tdk beroperasi rusak berat h. Buffer zone Tidak ada Saluran pengumpul Tidak ada Drainasae air hujan Ada Tdk beroperasi rusak berat I. Sarana penunjang Kantor Ada Bengkel Ada Dll Sumber : Dinas Ciptakarya, Tata Ruang dan Kebersihan, Peran serta Masyarakat dan Jender dalam pengelolaan sampah Dalam rangka mengurangi volume timbulan sampah di wilayah Kota Tasikmalaya, Pemerintah Kota Tasikmalaya mendorong program pengelolaan sampah 3R dengan peran serta masyarakat. Sebagaimana yang sedang dilaksanakan pada tahun 2012, melalui Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan dilaksanakan kegiatan Pengelolaan Persampahan Mandiri (3R). Kegiatan ini merupakan pillot project di 20 RW tersebar di wilayah Kota. Tabel Program PMJK dalam Pengelolaan sampah No A Pelaksanaan Besaran dana Sumber Sasaran Kegiatan Tahun Lokasi program (Rp) dana Program/manfaat Sudah Dilakukan - Pemerintah Amdal TPA jt APBN Ciangir Melindungi lingkungan & masyarakat disekitar Ciangir - Swasta - Masyarakat/LSM Hal 3-29

113 No B Pelaksanaan Kegiatan program Sedang Dilakukan - Pemerintah DED Pengadaan Alat Berat & Container Penataan TPA (Lelang) Tahun Besaran dana (Rp) 100 jt 600 jt 8 M Sumber dana APBD ll APBD l APBD l Lokasi Sasaran Program/manfaat - Penataan Area Ciangir - Meningkatkan cakupan Pelayanan sampah - Swasta - Masyarakat/LSM C Akan Dilakukan - Pemerintah Pengadaan Alat Berat Peningkatan 3 R Penataan TPS Penataan TPA(Pelaksana jt 1 M 400 jt 8 M APBD ll APBN APBD ll APBD 1 - Penataan Area Ciangir - Menurunkan jumlah sampah yang terangkut ke TPA & memperpanjang daya dukung pengelolaan TPA (umur Pengelolaan TPA) - Swasta - Masyarakat/LSM Sumber : OPD terkait Permasalahan Tabel Permasalahan Penanganan Persampahan No Uraian Permasalahan 1 Teknis Kendaraan pengangkut sampah sebanyak 16 unit sering mengalami rusak (Dumptruck 15, Armroll 4 unit) dan alat berat 3 unit Masih minimnya peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaan tempat sampah Sistem Seiring dengan penambahan jumlah penduduk Kota Tasikmalaya yang semakin meningkat maka timbulan sampah pun semakin tinggi. Saat ini masih berjalan sistem kumpul - angkut buang dalam pengelolaan persampahan.masih kurang keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah di masyarakat dan dunia usaha. ((pengurangan/pembatasan sampah, penggunaan ulang dan pendaur ulangan sampah). Pengurangan sampah organik terdapat pada wilayah yang bertipikal pedesaan, dimana sampah organik (sisa makanan) dan rumput dijadikan makanan ternak. Untuk sampah an-organik (kertas, dus, besi, dll) dimanfaatkan oleh pemulung yang ditampung oleh bandar rongsok. Hal 3-30

114 No Uraian Permasalahan 2 Non teknis Social Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Ekonomi Terbatasnya anggaran APBD Lingkungan Keterbatasan lahan diperkotaan untuk menyediakan sarana pewadahan sampah dan depo sampah SDM Harus adanya penyegaran petugas persampahan dengan cara penggantian pekerja pengangkut sampah yang berstatus PNS dan TKK oleh Pekerja harian Lepas (PHL). Kurangnya pelaksana /ditambahkan pekerja yang mampu dan memahami cara pengelolaan sampah Meningkatkan pengetahuan dan teknologi pengelolaan sampah Sumber : Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan 2011 Hal 3-31

115 Gambar 3.8 Peta Lokasi dan Jalur Pembuangan Sampah Hal 3-32

116 3.4. Pengelolaan Drainase Landasan Hukum Undang-Undang Republik Indonesia 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman; 2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai. Keputusan Menteri LIngkungan Hidup Republik Indonesia 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. Petunjuk Teknis 1. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pan I. Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan. 2. Petunjuk Teknis Nomor KDT Man P. Manual Teknis Saluran Irigasi. 3. Panduan dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan (Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan, 2003) Aspek Kelembagaan Di Kota Tasikmalaya selaku operator layanan drainase saat ini adalah Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Bidang Perumahan Permukiman Struktur organisasi operator layanan drainase yaitu sebagai berikut: Hal 3-33

117 Cakupan Layanan Berdasarkan Studi Pembuatan Rencana Teknis Sistem Penyaluran Air Hujan Kota Tasikmalaya Tahap I Tahun 2006 diolah Tahun 2012, cakupan layanan drainase Kota Tasikmalaya mencapai 30% Aspek Teknis dan Operasional Secara umum, dapat dikatakan bahwa permalahan drainase di Kota Tasikmalaya mulai terjadi pada kawasan-kawasan yang telah mengalami pengembangan sebagai fungsi Kota, seperti permukiman, kawasan komersial dan perkantoran. Kawasan-kawasan berkembang ini antara lain adalah: 1. Indihiang 2. Tawang 3. Mangkubumi 4. Cihideung Titik-titik genangan terjadi pada beberapa kawasan dibawah ini: No Kecamatan Lokasi Tabel Titik Genangan di Kota Tasikmalaya Luas Genangan Dimensi Saluran Panjang 1 Indihiang Sukamaju kaler 250 m2 0,3 x 0,3 Saluran terbuka=117m 2 Indihiang Cibungkul 700 m2 0,5 x 0,5 Saluran terbuka=60.50m 3 4 Indihiang Sindang Palay 200 m2 Indihiang Jl. Letnan Harun 2000 m2 0,60 x 0,50 ; 1,00 x 0,40 1,00 x 0,6 ; 1,00 x 0,6 Saluran terbuka= 136m ; saluran tertutup=285.70m Saluran terbuka= 66m ; saluan tertutup= 127m 5 Indihiang Jl.indihiang (Nagrog ) 400 m2 0,80 x 0,40 Saluran terbuka = 192,80 m 6 Indihiang Mesjid Agung 350 m2 0,6 x 0,80 Saluran tertutup = 162m Persimpangan Indihiang 600 m2 0,30 x 0,50 Saluran terbuka= 114.5m 7 Jl.Leuwidahu Indihiang Cigeureung 600 m2 Indihiang Indihiang Tawang Jl. Ir. Djuanda (depan pompa bensin padjadjaran) Jl. Ir. Djuanda (depan garasi DLY) persimpangan Jl.Noenoeng tisnasaputra-tamansari 1500 m2 500 m2 700 m2 Tawang Jl.Cilolohan 2000 m2 Tawang Jl. Paledang 2000 m2 14 Tawang Jl.Psar Pancasila 500 m2 0,60 x 0,50 ; 1,00 x 0,40 0,60 x 0,50 ; 0,40 x 0,40 0,60 x 0,50 ; 0,40 x 0,40 1,00 x 1,00 ; 1,00 x 1,00 Saluran terbuka=20m Saluran terbuka = 41m Saluran tertutup = 9m Hal 3-34

118 No Kecamatan Lokasi Luas Genangan 15 Tawang Jl.Bebedahan 500 m Tawang Tawang Perempatan Tamansari - Jalan Garuda Jl.Siliwangi(depan universitas siliwangi) 2000 m2 Dimensi Saluran Panjang 4000 m2 0,60 x 0,70 saluran terbuka = 374.8m 18 Tawang Petir 1500 m2 Saluran terbuka=108.3m Mangkubumi Mangkubumi Mangkubumi Mangkubumi Jl S.L Tobing ( eks Departemen Kesehatan) Jl.Raya singaparna (depan Perum Korpri ) Jl.Raya singaparna (depan Kolam Renang ) Jl.raya singaparna ( Jembatan Cisambong ) 2400 m2 0,50 x 0,45 Saluran terbuka = 114m 2000 m2 0,60 x 0,60 saluran terbuka = 97m 2750 m2 0,50 x 0,50 saluran terbuka=289.5m 1400 m2 1,15 x 0,50 saluran terbuka = 30m 23 Mangkubumi Ngamplang 500 m2 0,70 x 0,70 Saluran terbuka = 115m 24 Mangkubumi Cipawitra 700 m2 0,30 x 0,50 saluran terbuka = 110m Jl. Ir. H.Djuanda(depan Mangkubumi terminal kota 600 m2 25 Tasikmalaya) 26 Mangkubumi Jl. Lewo Bantar 500 m Mangkubumi Jl. Ardiwinangun (Pasar I Kota Tasikmalaya) 1000 m2 Cihideung Jl.Perintis Kemerdekaan 600 m2 Cihideung Jl.Mayor SL.Tobing (depan pabrik sabun palem) 1,00 x 1,00 ; 0,6 x 0,6 500 m2 1,00 x 0,6 Sal Terbuka=14.50m ; Sal tertutup=232m Sal terbuka=328 ; Sal tertutup=47m 30 Cihideung Tugusima 500 m2 1,15 x 0,6 Sal terbuka = 32.50m 31 Cihideung Cibaregbeg 500 m2 1,00 x 1,00 Sal tertutup=113m depan pabrik Sabun Cihideung 250 m2 0,3 x 0,6 Saluran terbuka = 32m 32 Agung 33 Cihideung Paseh I 250 m2 0,4 x 0,4 Saluran terbuka 145m 34 Cihideung Paseh II 250 m2 0,4 x 0,4 Saluran terbuka = 145m 35 Cihideung persimpangan jalan gunung sabeulah - jalan bantar 1500 m2 Jl.KHZ Mustopa (depan Cihideung 36 BCA) 500 m2 37 Cihideung Jl.Nagarawangi 500 m2 38 Cihideung Jl.Dadaha 2000 m2 Sumber : SPAH Tahap I, 2006 Hal 3-35

119 Gambar 3.9 Peta Jaringan Drainase Hal 3-36

120 Peran serta Masyarakat dan Jender dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan Tabel Program PMJK dalam Pengelolaan Drainase No Pelaksanaan Besaran Sumber Kegiatan Tahun program dana (Rp) dana Lokasi A Sudah Dilakukan - Pemerintah Pemeliharaan jt APBD ll Kota Tasikmalaya - Swasta - Masyarakat/LSM Sasaran Program/manfaat Pembangunan jaringan drainase Peningkatan sistem drainase kota B Sedang Dilakukan - Pemerintah Pemeliharaan jt APBD l & ll - Swasta - Masyarakat/LSM Kota Tasikmalaya Pembangunan jaringan drainase Peningkatan sistem drainase kota C Akan Dilakukan - Pemerintah Pemeliharaan jt APBD l & ll - Jaringan drainase Permukiman - Jaringan drainase sekunder - Jaringan drainase primer - Pengadaan peralatan pemeliharaan - Swasta - Masyarakat/LSM Sumber : OPD terkait Kota Tasikmalaya 2012 APBD ll Kota Tasikmalaya 2012 APBD ll Kota Tasikmalaya Jt APBN Kota Tasikmalaya JT APBN Kota Tasikmalaya Pembangunan jaringan drainase Peningkatan sistem drainase kota Hal 3-37

121 Permasalahan Tabel Permasalahan Penanganan Drainase No Uraian Permasalahan 1 Teknis Sistem Penanganan drainase belum terpadu belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase dimana saluran pembuangan drainase di kawasan perencanaan pada umumnya menggunakan sistem kombinasi yaitu pembuangan campuran antara saluran air hujan dan air kotor/limbah.teknik penyaluran dilakukan secara langsung (tanpa adanya sistem penyerapan) Konstruksi Saluran drainase jalan di Kota Tasikmalaya pada umumnya berada di pinggir jalan (di samping trotoar) dengan tipe saluran terbuka, dan sebagian kecil saluran drainase yang berada di bawah trotoar jalan sehingga sulit untuk membedakan status dan kewenangan pengelolaannya, juga dapat dikategorikan kurang efektif dalam pemanfaatan ruangnya. Pada umumnya saluran drainase jalan dan lingkungan dialirkan ke anak sungai atau sungai utama yang ada. Saluran tertutup umumnya digunakan pada saluran drainase jalan yang berada di daerah perkotaan dan berada di bawah trotoar jalan-jalan utama dan sekunder, sedangkan saluran terbuka umumnya terbuat dari pasangan batu Saluran-saluran dirancang (dimensi dan konstruksinya) dan dibangun tidak beraturan, kondisi ini ditemui pada lingkungan pemukiman dan perumahan Terdapat ketidakjelasan fungsi saluran, misalnya sungai cihideung sebagai saluran drainase hanya terdapat di sebelah hulu sungai dimanfaatkan sebagai saluran irigasi di bagian hilirnya sehingga memiliki funsi ganda Masih terdapat perbedaan dimensi saluran, berupa penyempitan di beberapa titik yang mengakibatkan terjadinya genangan 2 Non teknis Sosial Kurangnya kesadaran masyarakat akan fungsi drainase dan pemeliharaan drainase Adanya sebagian masyarakat yang membendung saluran untuk dialirkan ke kolam yang mengakibatkan genangan ketika curah hujan tinggi Ekonomi Pertumbuhan kota tidak diimbangi dengan perencanaan dan pembangunan saluran drainase yang memadai Anggaran untuk pembuatan saluran drainase melalui DAU tidak dapat mengejar kebutuhan minimal infrastruktur drainase kota Kurangnya anggaran untuk pemeliharaan dan rehabilitasi Lingkungan Perubahan iklim yang mengakibatkan tingginya curah hujan, Perubahan fungsi lahan sehingga mengakibatkan meningkatnya run off (limpasan) SDM Terbatasnya tenaga teknis yang membidangi drainse Terbatasnya pelatihan teknis drainase Sumber : OPD terkait Hal 3-38

122 3.5. Penyediaan Air Bersih Landasan Hukum Undang-Undang Republik Indonesia 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air. 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Sistim Pengelolaan Air Minum Keputusan Presiden Republik Indonesia 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. Keputusan Menteri Republik Indonesia 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). Petunjuk Teknis 1. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidran Dalam Penyediaan Air Bersih. 2. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara Sistem Penyediaan Air Bersih Komersil Untuk Permukiman Aspek Kelembagaan Di Kota Tasikmalaya selaku operator layanan air minum saat ini adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Struktur Organisasi PDAM Tirta Sukapura dapat dilihat dalam bagan dibawah ini. Hal 3-39

123 Struktur Organisasi PDAM Tirta Sukapura Sumber: Cakupan Layanan Tabel Pelayanan Air Minum di Kota Tasikmalaya No Uraian Satuan Sistem Non Sistem perpipaan Perpipaan 1 Pengelola Masyarakat 2 Tingkat pelayanan % - 25% 3 Sumber air baku Lt/dtk - Cipondok 430, Cibunigeulis 18 4 Kapasitas Kapasitas Produksi Eksisting Lt/dtk Kebutuhan Kapasitas Lt/dtk Rencana Kapasitas Lt/dtk Jumlah sambungan Kebutuhan domestic - SR Unit KU Unit - Kebutuhan non domestic - Ku Unit - - TA Unit - - HU Unit - 6 Jam operasi Produksi Jam/hari - 24 Keterangan Hal 3-40

124 No Uraian Satuan Sistem Non Sistem perpipaan Perpipaan 7 Kehilangan air % - 55,93 8 Restribusi Rp/m3-21,3 9 Tekanan pada jaringan Mka - 1,4 distribusi Sumber : PDAM Tirta Sukapura, 2012 Keterangan Aspek Teknis dan Operasional Tabel Aspek teknis PDAM di kota Tasikmalaya No Uraian Jenis Kapasitas Dimensi Keterangan 1 Unit Air Baku Sumber - Mata Air Cipondok Desa Sukaharja Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya - Mata Air Cibunigeulis Desa Cibunigeulis Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya Mata air 430 l/det Broncaptering, ada kebocoran Mata air 18 l/det Kondisi broncaptering sudah banyak yang bocor serta terdapat konfilik penduduk di sekitar sumber air Unit transmisi - Pipa 400 mm & 300 mm Ductil Case Iron - Pipa 200 mm & 150 mm Asbes dan ACP Unit produksi - CO2 Removal Masih berfungsi - CO2 Removal Tidak Berfungsi Sumber : PDAM Tirta Sukapura, 2012 Hal 3-41

125 Gambar 3.10 Peta Jaringan Pelayanan Air Minum Hal 3-42

126 Permasalahan Tabel Permasalahan Penanganan Air Minum No Uraian Permasalahan 1 Teknis Sistem Konstruksi 2 Non teknis Social Ekonomi Lingkungan SDM Sumber : OPD terkait Jaringan Pipa distribusi banyak yang over capacity sehingga mengakibatkan pelayanan air bersih pada jam puncak kurang memuaskan Alat ukur kurang berfungsi yang mengakibatkan pelayanan kurang merata, sehingga tidak normal operasinya. Desain Jaringan pipa distribusi direncanakan memakai alat ukur pembatas, akan tetapi dilapangan, alat ukur disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian pelanggan, mengakibatkan distribusi air tidak merata selama waktu pemakaian. Pipa distribusi yang umumnya sudah kadaluwarsa (tua) mengakibatkan tingkat kebocoran air (fisik) serta potensi menurunnya kualitas air Komponen Sanitasi Lainnya Penanganan Limbah Industri Tabel 3.32 Penanganan Limbah industri No Jenis Industri (industri besar/menengah, pariwisata, industri RT) Jumlah Industri (unit) Diolah Penanganan Limbah Tidak diolah 1 UKM/IKM Batik 29 - V - Sumber : Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup, 2011 Keterangan UKM/IKM: Usaha Kecil menengah/industri Kecil Menengah Keterangan Penanganan Limbah Medis Pengelolaan limbah medis terpantau berdasarkan kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh Kantor Pengendalian Lingkungan Hudup. Limbah medis yanf dipantau diantaranya kegiatan Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin, Rumah Bersalin, Puskesmas dan Klinik Kecantikan dalam bentuk padat, cair, dan gas. Hal 3-43

127 Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan. Secara lengkap penanganan limbah medis dapat melihat Tabel 3.30 sampai dengan 3.34 Tabel 3.33 Penanganan Limbah Medis No Jenis Fasilitas Jumlah Penanganan Limbah Cair Medis Kesehatan (unit) Diolah (%) Tidak diolah (%) 1 Rumah Sakit Rumah Sakit Bersalin Rumah Bersalin Puskesmas* Laboratorium** Klinik Kecantikan* Sumber : Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup, 2011 Keterangan:* Tidak ada limbah cair medis ** Dibuang ke septick tank Keterangan Tabel 3.34 Cara Pengolahan dan Pemusnahan Limbah Padat Rumah Sakit, Rumah Sakit Bersalin dan Rumah Bersalin Cara Pengolahan dan Pemusnahan No. Jenis Limbah Medis Padat Ditimbun Dibakar bukan di Incenator Dibuang Langsung ke TPS Dikelola oleh pihak/instansi pengelola limbah B3 Cara Lain 1. Limbah patologi (jaringan, organ, bagian tubuh, janin manusia, darah, cairan tubuh) 2. Limbah benda tajam (jarum, jarum suntik, skalpel, pisau, pecahan kaca, tabung/vial obat dan kaca preparat sediaan) 3. Limbah farmasi (produk farmasi, obat-obatan, vaksin, serum yang sudah kadaluarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang tidak Hal 3-44

128 Cara Pengolahan dan Pemusnahan No. Jenis Limbah Medis Padat diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat) 4. Limbah kimiawi (limbah yang mengandung zat kimia berbentuk padat, cair, gas dari aktivitas diagnostik dan eksperimen serta dari pemeliharaan kebersihan, aktivitas keseharian, dan prosedur pemberian desinfektan). 5. Limbah radioaktif (limbah kegiatan diagnostik dan terapi yang mengandung radioaktif) 6. Limbah bertekanan (wadah atau kemasan yang digunakan sebagai kemasan gas) 7. Limbah kandungan logam berat (limbah logam merkuri dari bocoran peralatan kedokteran seperti termometer, alat pengukur tekanan darah) Ditimbun Dibakar bukan di Incenator Sumber: Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup, 2011 Dibuang Langsung ke TPS Dikelola oleh pihak/instansi pengelola limbah B3 Cara Lain Tabel 3.35 Cara Pengolahan dan Pemusnahan Limbah Padat Puskesmas Cara Pengolahan dan Pemusnahan No. Jenis Limbah Medis Padat 1. Limbah patologi (jaringan, organ, bagian tubuh, janin manusia, darah, cairan tubuh) 2. Limbah benda tajam (jarum, jarum suntik, skalpel, pisau, pecahan kaca, tabung/vial obat dan kaca preparat sediaan) 3. Limbah farmasi (produk farmasi, obat-obatan, Ditimbun Dibakar bukan di Incenator Dibuang Langsung ke TPS Dikelola oleh pihak/instansi pengelola limbah B3 Cara Lain (Sebutkan) Hal 3-45

129 Cara Pengolahan dan Pemusnahan No. Jenis Limbah Medis Padat vaksin, serum yang sudah kadaluarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang tidak diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat) Ditimbun Dibakar bukan di Incenator Dibuang Langsung ke TPS Dikelola oleh pihak/instansi pengelola limbah B3 Cara Lain (Sebutkan) Sumber: Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup, 2011 No. Jenis Limbah Medis Padat 1. Limbah benda tajam (jarum, jarum suntik, skalpel, pisau, pecahan kaca, tabung/vial obat dan kaca preparat sediaan) No. Tabel 3.36 Cara Pengolahan dan Pemusnahan Limbah Padat Laboratorium Ditimbun Dibakar bukan di Incenator Sumber: Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup, 2011 Jenis Limbah Medis Padat 1. Limbah benda tajam (jarum, jarum suntik, skalpel, pisau, pecahan kaca, tabung/vial obat dan kaca preparat sediaan) 2. Limbah farmasi (produk farmasi, obat-obatan, vaksin, serum yang sudah kadaluarsa, tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang tidak diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat) Cara Pengolahan dan Pemusnahan Dibuang Langsung ke TPS Dikelola oleh pihak/instansi pengelola limbah B3 Cara Lain (Sebutkan) Tabel 3.37 Cara Pengolahan dan Pemusnahan Limbah Padat Klinik Kecantikan Ditimbun Dibakar bukan di Incenator Sumber: Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup, 2011 Cara Pengolahan dan Pemusnahan Dibuang Langsung ke TPS Dikelola oleh pihak/instansi pengelola limbah B3 Cara Lain (Sebutkan) (disimpan dalam dus) (dikembalikan ke kantor pusat) Hal 3-46

130 Kampanye PHBS Dibawah ini beberapa kegiatan yang berkaitan dengan kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kota Tasikmalaya: Tabel Kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kota Tasikmalaya No Kegiatan Lokasi Pelaksana Keterangan 1 Penyuluhan kesehatan bagi kader Kecamatan Tamansari 2 Pembekalan materi PHBS Bagi peserta praktek lapangan dari Akademi Kebidanan Kecamatan Bungursari 3 Penyuluhan PHBS Kecamatan Cibeureum Dinkes Kota Tasikmalaya Dinkes Kota Tasikmalaya Dinkes Kota Tasikmalaya 4 Pembinaan PHBS Kecamatan Tawang Dinkes Kota Tasikmalaya Sumber: Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Fasilitator Provinsi Jabar dari 3.7. Pembiayaan Sanitasi Kota Pembiayaan sanitasi Kota Tasikmalaya yang berasal dari APBD kota, APBD Propinsi, APBN maupun anggaran lain untuk pembangunan dan pengeloaan sektor sanitasi. Pemerintah Kota Tasimalaya telah mendukung pembangunan sanitasi dengan menyediakan alokasi anggaran untuk sanitasi. Berikut adalah alokasi anggaran untuk sektor air limbah, drainase, persampahan, dan air minum pada tahun Anggaran tersebut sudah termasuk Dana Alokasi Khusus yang diterima Kota Tasikmalaya, yang dialokasikan untuk sektor air bersih dan air limbah. Alokasi anggaran untuk sektor air limbah cenderung mengalami kenaikan dari tahun 2009 hingga saat ini. Kondisi ini dilatarbelakangi jumlah penduduk yang semakin bertambah sehingga perlunya pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam hal penambahan sarana dan prasarana air limbah. Bila dikaitkan dengan jumlah KK yang memiliki pengelolaan air limbah sehat baru mencapai 23,49% maka masih sangat perlu peningkatan alokasi anggaran untuk sector limbah ini karena faktor kontribusi retribusi dari penyedotan tinja masih sangat minim. Upaya lain dapat dilakukan dengan menggalakkan program CSR (Corporate Social Responsibility) dari pihak-pihak swasta (industri). Alokasi anggaran untuk sektor drainase cenderung fluktuatif dari tahun 2006 hingga Peningkatan cukup tinggi terjadi di tahun 2007, yaitu 9,7 % (terhadap belanja langsung APBD). Sebagian besar permasalahan drainase membutuhkan solusi yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur (fisik) seperti perbaikan dan pembangunan saluran, pembangunan sumur resapan (biopori), dan pemeliharaan badan penerima air (sungai, situ) sehingga memerlukan alokasi yang cukup besar. Hal 3-47

131 Pembiayaan sanitasi kota untuk sektor persampahan dari tahun 2009 hingga 2010 mengalami peningkatan. Besarnya persentase anggaran yang dialokasikan dari APBD mencapai nilai 0,6% hingga 1,4%. Dengan anggaran biaya sanitasi sector persampahan sebesar 1,4% mampu melayani pengelolaan sampah hingga 37,3%. Jika dilihat dari besarnya persentase pelayanan sampah maka perlu peningkatan anggaran untuk mencapai pelayanan yang optimal. Adapun alokasi anggaran lebih diprioritaskan untuk penambahan fasilitas persampahan seperti penambahan armada sampah, TPS dan optimalisasi TPA serta pengelolaan persampahan mandiri (3R) yang berbasiskan masyarakat. Table 3.39 Realisasi anggaran sanitasi Kabupaten/Kota Tasikmalaya No Sub sector Realisasi anggaran (Rp.000) A B C Anggaran APBN Persampahan Air Limbah Drainase JUMLAH Anggaran APBD Prov Persampahan Air Limbah Drainase JUMLAH Anggaran APBD Kab./Kota Persampahan Air Limbah Drainase JUMLAH D Anggaran Dari Swasta Persampahan Air Limbah Drainase JUMLAH T O T A L Sumber : Bappeda, 2011 Hal 3-48

132 Table 3.40 Realisasi anggaran sanitasi per OPD Kota Tasikmalaya No Satuan Kerja Perangkat Daerah 1 Bappeda 2 Dinas PU Cipta Karya/lainnya 3 Dinas Kesehatan 4 Badan/Dinas Lingkungan Hidup 5 Badan/Dinas Pemberdayaan Masyarakat 6 Dinas Perindustrian 7 Dinas Perumahan dan Permukiman 8 Dinas Pendidikan Nasional Daerah 9 Instansi Lain Terkait Subsektor Sanitasi JUMLAH Sumber : Bappeda, 2011 Realisasi anggaran (Rp.000) Tabel 3.41 Ratio Belanja Sanitasi Terhadap Realisasi Anggaran Belanja Daerah dan Belanja Langsung Kota Tasikmalaya No. Uraian Total Realisasi Belanja Sanitasi Daerah 2 Total Realisasi Anggaran Belanja Daerah 3 Total Realisasi Anggaran Belanja Langsung 4 Rasio Belanja Sanitasi Terhadap Total Belanja 5 Rasio Belanja Sanitasi Terhadap Belanja Langsung , , , , , , , , , ,91 2,09 2,15 1,56 0,68 2,40 0,03 0,04 0,03 0,02 0,06 6 Jumlah Penduduk (jiwa) Rasio Belanja Sanitasi Terhadap Jumlah Penduduk Sumber : Bappeda, , , , , ,36 Hal 3-49

133 BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI 4.1 Visi Dan Misi Sanitasi Kota/Kab Visi Visi sanitasi Kota Tasikmalaya dirumuskan sebagai berikut: Terciptanya Kondisi Lingkungan Masyarakat yang Sehat dan Sejahtera berlandaskan Iman dan Taqwa di Kota Tasikmalaya pada Tahun 2017 Penjabaran dari Visi Sanitasi Kota Tasikmalaya mengandung makna sebagai berikut : Kondisi Lingkungan Masyarakat Yang Sehatdan Sejahtera dimaksudkan agar masyarakat Kota Tasikmalaya dapat menikmati hak kebutuhannya khususnya di bidang kesehatan sehingga dengan kondisi lingkungan yang sehat dan berkualitas maka diharapkan terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Berlandaskan Iman dan Taqwadimaksudkan agar masyarakat Kota Tasikmalaya dalam mewujudkan kondisi lingkungan yang sehat dan sejahtera denganmodal nilai-nilai iman dan taqwa Misi Misi pembangunan sanitasi di Kota Tasikmalaya Tahun adalah : 1. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana limbah domestik maupun komunal. 2. Mewujudkan drainase yang baik, sehat dan bersih. 3. Meningkatkan cakupan pelayanan sampah dan mengoptimalkan pengelolaan sampah swadaya. 4. Mendorong peningkatan kesadaran perilaku hidup sehat sejak dini. 4.2 Strategi Penanganan Sanitasi Untuk mencapai misi dan visi sanitasi Kota Tasikmalaya maka disusun strategi penanganan sanitasi yang dapat dilihat dalam tabel 4.1. Hal 4-1

134 Tabel 4.1 Matrik Strategi Penanganan Sanitasi Yang Sedang Dan Akan Dilaksanakan No Misi Strategi penanganan 1 Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana limbah 2 Mewujudkan drainase yang baik, sehat dan bersih 3 Meningkatkan cakupan pelayanan sampah dan mengoptimalkan pengelolaan sampah swadaya 4 Mendorong peningkatan kesadaran perilaku hidup sehat sejak dini Pengelolaan lumpur tinja dalam rangka perlindungan terhadap lingkungan dan sumber daya air Sosialisasi dan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan SPAL Penyaluran air limbah domestik diarahkan pada sistem individual dan komunal Menciptakan pola pembangunan yang berkelanjutan melalui kewajiban melakukan konservasi air dan pembangunan yang berwawasan lingkungan Sosialisasi kebijakan terkait fungsi saluran drainase Menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kota sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pengurangan sampah semaksimal mungkin dari sumbernya Menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangan Meningkatkannya intensitas upaya penyadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat secara terus menerus di sektor sanitasi Sudah dilaksanakan Pelaksanaan Sedang Dilaksanakan Akan Dilaksanakan Hal 4-2

135 Meningkatnya keterlibatan seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) dalam mengefektifkan Pola Perilaku Bersih dan Sehat Sumber : RPJMD Kota, Dinas Kesehatan dan Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Kota Tasikmalaya, RENCANA PENINGKATAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR Dari hasil peninjauan di lapangan dapat disimpulkan bahwa kendala pengembangan sistem penyaluran air limbah Kota Tasikmalaya adalah masalah lahan. Kebutuhan lahan tidak dapat dihindari, baik untuk kebutuhan jalur pipa maupun untuk pembangunan instalansi pengolahan limbah. Perubahan tatanan kota secara menyeluruh akan terjadi, untuk itu dukungan aspek hukum dan kelembagaan mutlak adanya. Untuk memenuhi permintaan pelayanan penyedotan tangki septik, Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Kota Tasikmalaya saat ini baru mengoperasikan 1 buah truck pengangkut tinja dengan kapasitas 4 m3 dan membuangnya ke IPLT yang berada di Desa Singkup Kecamatan Cibeureum yang dibangun pada tahun Adapun saat ini rata-rata permintaan jasa penyedotan tangki septik dari masyarakat adalah 17 truck per bulan. Hal ini menjadikan suatu indikasi, bahwa belum banyak masyarakat yang menggunakan tangki septik dalam penyaluran limbah domestiknya. Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Kota Tasikmalaya dalam menangani permasalahan tersebut diatas diperlukan beberapa program yaitu Diperlukan suatu rencana untuk mengadakan kampanye dan sosialisasi akan pentingnya kebersihan lingkungan dari limbah cair domestik yang dimulai dari sekolah-sekolah dan masyarakat umum yang dapat melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Perlu diadakan kampanye dan sosialisasi pembuatan septik tank di rumah-rumah, dengan memberikan contoh gambar (profil) septik tank yang benar. Untuk wilayah yang memungkinkan dengan sistem perpipaan, sebelum dilaksanakan proyeknya, perlu diadakan Pra Construction Information Program atau penyampaian rencana pembangunan atau penyuluhan kepada masyrakat akan pentingnya pembangunan sistem perpipaan tersebut. Perlu diterbitkan suatu Peraturan Daerah atau minimal Keputusan Walikota sebagai suatu kekuatan hukum agar masyarakat membangun septik tank dirumah-rumah yang masih memungkinkan, terutama masyarakat yang berada di Kecamatan Cihideung, Tawang dan Cibeureum Pembuatan Sistim Penyaluran Air Limbah (SPAL), Pembangunan Sanimas, Pembuatan MCK dan Septik tank, Pengadaan lahan untuk Septik tank Komunal DED dan supervisi SPAL dan Tangki septik Komunal Alternatif yang dapat diterapkan pada SPAL Kota Tasikmalaya, berdasarkan hasil survey lapangan dan survey kondisi ekonomi masyarakat Kota Tasikmalaya, dapat terdiri dari 3 (tiga) alternatif yang ditinjau dari segi mutu produk yang dihasilkan, yaitu : 1. Sistem setempat (On site) dengan tangki septik individual dan komunal. 2. Sistem setempat (On site) dengan Biofilter individual dan komunal. 3. Sistem terpusat (Off site) Hal 4-3

136 4.3.1 Sistem Terpusat (Off Site System) Program pengelolaan Limbah cair yang sedang dilaksanakan di Kota Tasikmalaya pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 antara lain program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman seperti terlihat pada tabel berikut : No Tabel 4.2. Program Pengelolaan Limbah Cair Off Site System Di Kota Tasikmalaya( 3-5 tahun terakhir) Program Pengelolaan Limbah cair Off Site System Sudah dilaksanakan Pelaksanaan Sedang Dilaksanakan Akan Dilaksanakan 1 Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman kota Tasikmlaya (PPSP) 2 Pembuatan rencana induk pengelolaan limbah cair perkotaan 3 Pemasangan pipa penyaluran limbah cair 4 Pembuatan IPAL 5 Penguatan kelembagaan Sumber : Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan, 2011 *) mencakup program pemerintah daerah/pusat atau program non pemerintah Sistem Sanimas No Tabel 4.3. Program Pengelolaan Limbah Cair Sistem Sanimas Di Kota Tasikmalaya ( 3-5 tahun terakhir) Program Pengelolaan Limbah Cair System Sanimas 1 Pembuatan tangki septic komunal plus di wilayah padat penduduk Sudah dilaksanakan Sumber : Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan, 2011 *) mencakup program pemerintah daerah/pusat atau program non pemerintah Pelaksanaan Sedang Dilaksanakan Akan Dilaksanakan Sistem Setempat (On Site System) Tabel 4.4. Program Pengelolaan Limbah Cair Sistem Setempat (On Site) Di Kota Tasikmalaya ( 3-5 tahun terakhir) Pelaksanaan Program pengelolaan Limbah Cair No Sudah Sedang Akan System setempat dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan 1 Rekomendasi pembuatan tangki septic untuk setiap unit rumah 2 Pembuatan MCK dan tangki septic komunal di kawasan kumuh 3 Rencana pembuatan tangki septic Hal 4-4

137 komunal di kecamatan Cihideung, Tawang, dan Cipedes Sumber : Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan, 2011 *) mencakup program pemerintah daerah/pusat atau program non pemerintah 4.4 RENCANA PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Kota sebagai pengelola persampahan tingkat kota, mulai pengangkutan dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampai dengan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), sementara pengangkutan sampah dari perumahan atau fasilitas ke TPS dilakukan dengan gerobak sampah dan biasanya ditangani oleh masyarakat sendiri, yang dikelola pada umumnya oleh perangkat RT/RW. Di Kota Tasikmalaya secara umum dapat digambarkan bahwa tahapan pengelolaan sampah dari rumah tangga hingga ke TPA melalui tahapan Pewadahan, Pengumpulan, Pemindahan, Pengangkutan sampai dengan Pemrosesan Akhir Volume sampah di Kota Tasikmalaya akan terus mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya aktivitas perekonomian. Lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang terletak di Ciangir Kecamatan Tamansari mempunyai luas area lk 8 Ha. Dengan luas area tersebut, diprediksi beberapa tahun kedepan lambat laun akan menjadi permasalahan yang serius dibidang persampahan, apalagi dengan cara penanganan yang kurang optimal dikarenakan sarana pendukung yang tidak mencukupi, misalnya kekurangan peralatan kerja terutama alat berat. Untuk meningkatkan pelayanan pengeloaan sampah di Kota Tasikmalaya, Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Kota sebagai pengelola persampahan berupaya untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memprogramkan : 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan 3R, kompester skala rumah tangga 2. Penambahan dan perbaikan Tong Sampah, TPS biasa, Transfer Depo, Kontainer 3. Penambahan dan perbaikan armada pengangkutan roda sampah, Motor sampah, truk, amroll truck, 4. Penambahan dan perbaikan Sarana dan Prasarana di TPA di Ciangir, seperti : Fasilitas umum (Jalan, pos jaga, saluran drainase, pagar), Fasilitas perlindungan lingkungan (Lapisan kedap air, pengumpul air lindi, daerah penyangga) Fasilitas operasional (Alat Berat) Fasilitas Penunjang (Air bersih, jembatan timbang, bengkel) 5. Membangun bangunan untuk daur ulang sampah plastic 6. Meningkatkan upaya reduksi sampah organik dengan memanfaatkan sapi pemakan sampah organic 7. Menerapkan pemusnahan sampah residu dengan incenetator 8. Pemanfaatan biogas dari kotoran sapi untuk energi panas 9. Peningkatan teknologi pemrosesan akhir Hal 4-5

138 No Tabel 4.5. Program Pengelolaan Sampah Di Kota Tasikmalaya ( 3-5 tahun terakhir) Program Pengelolaan Sampah*) 1 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan 2 Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup Sumber : Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan,2012 *) mencakup program pemerintah daerah/pusat atau program non pemerintah Pelaksanaan Sudah Sedang Akan dilaksanakan Dilaksanakan Dilaksanakan 4.5 RENCANA PENINGKATAN PENGELOLAAN SALURAN DRAINASE LINGKUNGAN Saat ini Kota Tasikmalaya belum memiliki sistem penyaluran drainase, kecuali untuk lingkungan perumahan yang dibangun oleh pengembang. Pada umumnya masyarakat membuat saluran secara individu ke saluran yang dekat dengan lingkungannya yang akhirnya membawa air limbah tersebut ke sungai yang ada. Beberapa sungai yang menjadi badan penerima antara lain Ciloseh, Cihideung, Cimulu, Cibeureum, dan sungai-sungai lainnya. Jika melihat kondisi saluran air kotor dan air hujan yang ada di perkotaan, kondisi masih belum memadai dalam menampung limpahan air yang berasal dari permukiman dan kegiatan-kegiatan perkotaan, sehingga masih banyak limpahan air kotor yang mengenai kawasan-kawasan tertentu di perkotaan. Selain itu juga masih banyak salurah air kotor yang sudah tidak berfungsi lagi dikarenakan telah rusak ataupun tersumbat oleh lumpur dan sampah hasil buangan penduduk, hal ini berpotensi terjadinya genangan di beberapa kawasan. Pembuangan air kotor (mandi dan cuci), saat ini relatif tergabung dengan sistem drainase, hal ini akan menurunkan kualitas air permukaan di sungai-sungai yang menjadi saluran primer drainase tersebut. Untuk itu selayaknya dibatasi pembuangan air kotor secara langsung ke badan air (saluran drainase) Prioritas penanganan air limbah dilakukan pada daerah-daerah permukiman dan daerah-daerah industri dengan pola drainase perkerasan terbuka maupun tertutup yang mencakup : Pembuatan saluran baru, rehabilitasi saluran yang sudah rusak dan pemeliharaan saluran Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman. Pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan Hal 4-6

139 No Tabel 4.6. Program Pengelolaan Saluran Drainase Lingkungan Di Kota Tasikmalaya( 3-5 tahun terakhir) Program Pengelolaan Saluran Drainase Lingkungan 1 Pemeliharaan dan Pembersihan Saluran Drainase 2 Penyusunan basis data saluran drainase lingkungan 3 Review rencana teknis system drainase Kota Tasikmalaya 4 Kampanye untuk menjaga kebersihan saluran drainase dan sungai Sudah dilaksanakan Sumber : Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan, 2011 *) mencakup program pemerintah daerah/pusat atau program non pemerintah Pelaksanaan Sedang Dilaksanakan Akan Dilaksanakan 4.6 RENCANA PEMBANGUNAN PENYEDIAAN AIR MINUM Sistem penyediaan air minum Kota Tasikmalaya sampai saat ini masih dilayani oleh PDAM Kabupaten Tasikmalaya yang mempunyai kapasitas terpasang 448 Liter/detik yang melayani wilayah Kota dan Kabupaten Tasikmalaya meliputi sebanyak Sambungan Langsung ( sambungan Domestik / SR, Non Domestik) dan 157 kran umum. Tingkat kebocoran rata-rata (kehilangan air) sebesar 55,93% (PDAM Tirta Sukapura, 2012). PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya ini mempunyai area pelayanan meliputi 23 kecamatan baik di wilayah Kota maupun Kabupaten Tasikmalaya, dengan cakupan pelayanan air bersih 23,49% untuk wilayah Kota Tasikmalaya (PDAM Tirta Sukapura, 2012). Beberapa permasalahan yang ada di PDAM Kota Tasikmalaya, berkaitan dengan distribusi sistem penyediaan air bersih diantaranya adalah : a. Jaringan pipa distribusi banyak yang harus direhabilitasi karena umur pipa yang sudah tua dan kondisi sudah layak secara teknis seperti menyebabkan tingkat kebocoran air (fisik), serta potensi menurunnya kualitas air b. Debit air baku berkurang kuantitasnya, sehingga perlu dicari sumber air baku lainnya. Pipa distribusi yang umumnya sudah kadaluarsa (tua) mengakibatkan tingkat kebocoran air (fisik), serta potensi menurunnya kualitas air. Di Kota Tasikmalaya sistim penyediaan air minum yang diprogramkan sampai dengan tahun 2013 kedepan adalah: 1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Air Bersih 2. Pembangunan IKK 3. Pembuatan IPA mini Rencana pengembangan sistem penyediaan air bersih Kota Tasikmalaya untuk 20 tahun mendatang (Tahun ), direncanakan dapat melayani pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk di 10 (sepuluh) Kecamatan dalam wilayah Kota Tasikmalaya. Untuk operasionalisasi, rencana Hal 4-7

140 pengembangan sistem penyediaan air bersih akan dibagi menjadi 3 (tiga) rencana pengembangan, yaitu : a. Rencana Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih Jangka Pendek ( ) Rencana pengembangan jangka pendek ditujukan untuk memenuhi kebutuhan mendesak dengan pertimbangan-pertimbangan aspek-aspek kesehatan, cakupan pelayanan, keberadaan sumber air dan sosial ekonomi. Untuk program jangka pendek, sasaran cakupan pelayanan sistem penyediaan air bersih yang hendak dicapai adalah 45 % dari penduduk wilayah administratif Kota Tasikmalaya. b. Rencana Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih Jangka Menengah ( ) Rencana pengembangan jangka menengah merupakan lanjutan dari program jangka pendek untuk memenuhi sasaran cakupan pelayanan sistem penyediaan air bersih yang hendak dicapai adalah 60 % dari penduduk wilayah administratif Kota Tasikmalaya. Pada tahapan ini juga dimulai pembangunan sistem penyediaan air bersih untuk Zona I dan Zona II. c. Rencana Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih Jangka Panjang ( ) Program jangka panjang merupakan penyelesaian program 20 tahun rencana pengembangan sistem penyediaan air bersih Kota Tasikmalaya sampai Tahun Sasaran dari tahapan ini adalah pemenuhan cakupan pelayanan sebesar 80 % dari penduduk wilayah administratif Kota Tasikmalaya. Kegiatan yang akan dilaksanakan merupakan lanjutan dari program-program sebelumnya, dimana kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah pemasangan sambungan langsung pada Zona 2 dan Zona 3 serta pengembangan sistem berupa studi penanggulangan kebocoran dan evaluasi sistem (kelembagaan). Program-program pembangunan Penyediaan Air Minum/Air Bersih di Kota Tasikmalaya antara lain : No Tabel 4.7. Program Pembangunan Penyediaan Air Minum Di Kota Tasikmalaya ( 3-5 tahun terakhir) Program Penyediaan Air Minum 1 Pembuatan perlindungan mata air dan pemanfaatan mata air untuk pelayanan air minum sampai ke HU 2 Pengembangan jaringan distribusi PDAM Tirta Sukapura 3 Penambahan debit suplai PDAM Tirta Sukapura Sudah dilaksanakan Sumber : Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan dan PDAM Tirta Sukapura, 2011 *) mencakup program pemerintah daerah/pusat atau program non pemerintah Pelaksanaan Sedang Dilaksanakan Akan Dilaksanakan Hal 4-8

141 4.7 Rencana Peningkatan Kampanye PHBS Kampanye PHBS dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan bidang Promosi Kesehatan. Adapun beberapa program atau kegiatannya adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan Promosi/kampanye Kesehatan tentang PHBS pada lembaga pendidikan/sekolah, tempat kerja, Tempat Umum, Rumah Tangga datitusi kesehatan 2. Peningkatan Penyuluhan CTPS dan aspek kesehatanlainnya kepada masyarakat 3. Pelatihan kader kesehatan lingkungan di masyarakat/peningkatan kapasitas 4. Pencegahan dan penanggulangan pencemaran lingkungan 5. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan Puskesmas 6. Pengembangan wilayah sehat 7. Kegiatan pendataan dan sarana sanitasi di rumah tangga dari tingkat puskesmas/kecamatan 8. Peningkatan advokasi kepada para pengambil kebijakan agar sesegera mungkin mengeluarkan kebijakan tentang sanitasi dan meningkatkan dukungan dana untuk peningkatan kualitas sanitasi di Kota Tasikmalaya. No Program Peningkatan Kampanye PHBS Tabel 4.8. Program Peningkatan kampanye PHBS Di Kota Tasikmalaya ( 3-5 tahun terakhir) 1 Penyuluhan PHBS di 5 Tatanan (Pendidikan, Kesehatan, Tempat2 Umum, Tempat kerja, Rumah Tangga) Sudah dilaksanakan V Pelaksanaan Sedang Dilaksanakan Akan Dilaksanakan 2 Pembinaan PHBS di RW Siaga V 3 Pendataan PHBS di Tatanan Rumah Tangga V 4 Monitoring dan Evaluasi PHBS V 5 Sosialisasi PHBS di kelompok pengajian V 6 Sosialisasi PHBS di karang taruna, V pesantren 7 Sosialisasi di Media Cetak dan elektronik V V Sumber : Dinas Kesehatan, 2011 *) mencakup program pemerintah daerah/pusat atau program non pemerintah Hal 4-9

142 BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1 Area Beresiko Tinggi Dan Permasalahan Utamanya Penentuan Area Beresiko Tinggi Area beresiko ditentukan dengan kriteria gabungan sebagai berikut : - Berdasarkan data sekunder - Berdasarkan persepsi OPD - Berdasarkan hasil studi EHRA Penentuan Skoring resiko ditetapkan dalam 4 skala, yaitu : 1 = resiko sangat rendah 2 = resiko rendah 3 = resiko tinggi 4 = resiko sangat tinggi a) Area Beresiko Menurut Data Sekunder Parameter untuk menentukan area beresiko berdasarkan data sekunder adalah : - Kepadatan penduduk = jumlah penduduk (orang) / luas area (km2) - Persentase KK miskin = (jumlah kk miskin / jumlah total kk) * 100% - Persentase layanan air minum = {(jumlah SR * jumlah orang/kk)+(jumlah HU*jumlah orang/kk)} / jumlah total orang dlm area tsb *100% - Persentase layanan jamban = (jumlah jamban / jumlah rumah) * 100% - Persentase luas terbangun = (L.terbangun/L.wilayah)* 100 % - Persentase sampah terangkut = (jumlah sampah terangkut/jumlah timbulan sampah ) *100 % Table 5.1 Penentuan Area Beresiko menurut data Sekunder No Kecamatan Indikator Resiko (skor) Rata-rata tertimbang Bobot 16,67% 16,67% 16,67% 16,67% 16,67% 16,67% 100 % 1 Kawalu 3,71 14,42 5,20 8,03 3,66 9,16 7,36 2 Tamansari 3,97 13,14 8,09 9,59 4,07 4,58 7,24 3 Cibeureum 6,27 9,12 8,09 11,34 7,09 9,16 8,51 4 Purbaratu 5,77 8,41 5,20 6,64 5,87 5,49 6,23 5 Tawang 21,27 5,66 19,65 11,89 24,81 14,65 16,32 6 Cihideung 24,24 14,69 19,65 10,40 22,95 16,48 18,07 7 Mangkubumi 6,46 8,62 8,09 9,24 6,07 6,59 7,51 8 Indihiang 7,19 9,57 3,47 13,53 6,91* 10,99 8,61 9 Bungursari 4,51 7,66 2,89 9,19 0,00* 6,41 5,11 Hal 5-1

143 Indikator Resiko (skor) Rata-rata No Kecamatan tertimbang Bobot 16,67% 16,67% 16,67% 16,67% 16,67% 16,67% 100 % 10 Cipedes 16,62 8,70 19,65 10,14 18,56 16,48 15,03 Jumlah 100,00 100, ,00 100,00 100, Sumber : hasil Analisis, 2012 Keterangan : *) Luas wilayah terbangun kecamatan Indihiang dan Bungursari masih bersatu. 1= Kepadatan Penduduk 4 = layanan jamban 2 = Jumlah KK Miskin 5 = Luas wilayah terbangun 3 = layanan air minum 6 = Sampah Terangkut BD = Belum ada data Tabel 5.2 Skoring Penentuan Area Beresiko menurut data Sekunder No Kecamatan Skoring Kawalu 2 Tamansari 3 Cibeureum 4 Purbaratu 5 Tawang 6 Cihideung 7 Mangkubumi 8 Indihiang 9 Bungursari 10 Cipedes Jumlah Sumber : hasil Analisis, 2012 Keterangan : 1 = 5,11-8,35 %(resiko sangat rendah) 2 = 8,36-11,59 %(resiko rendah) 3 = 11,60-14,83 %(resiko tinggi) 4 = 14,84-18,07 %(resiko sangat tinggi) b) Area Beresiko Menurut Persepsi rgnisasi Perangkat Daerah (OPD) Parameter untuk menentukan area beresiko berdasarkan persepsi OPD adalah : Persepsi OPD termasuk didalamnya mempertimbangkan fungsi tata ruang (urban function) dimasa mendatang OPD yang terlibat dalam memberikan skor harus disepakati bersama Table 5.3 Penentuan Area Beresiko menurut Persepsi OPD No Desa/Kelurahan SKPD (skor) Rata-rata 1 Kawalu 1 3 * * Tamansari 1 3 * * Cibeureum 2 4 * * Purbaratu 1 3 * * Tawang 4 4 * * 4 4 Hal 5-2

144 No Desa/Kelurahan SKPD (skor) Rata-rata 6 Cihideung 4 4 * * Mangkubumi 1 3 * * Indihiang 2 3 * * Bungursari 1 2 * * Cipedes 4 4 * * 4 4 Jumlah * * 30 3 Sumber : hasil Analisis, 2012 Keterangan : 1= Bappeda 4 = KPLH 2 = Dinas Cipta Karya Tata 5 = Dinas Bina Marga Pengairan Ruang & Kebersihan Pertambangan & Energi 3 = Dinas Kesehatan *) belum ada data c) Area Beresiko Menurut Hasil Studi EHRA Parameter untuk menentukan area beresiko berdasarkan Hasil Studi EHRA adalah : - Sumber Air - Air Limbah Domestik - Persampahan - Drainase - Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tabel 5.4 Penentuan Area Beresiko menurut Studi EHRA No Kluster Indikator Resiko dari EHRA (skor) Jumlah Rata-rata 1 Kluster Kluster Kluster Kluster Jumlah Sumber : hasil Analisis Study EHRA, 2012 Keterangan : 1= Sumber air 4 =drainase 2 = Air limbah Domestik 5 = PHBS 3 = persampahan Hal 5-3

145 Gambar Grafik Indeks Risiko Sanitasi Kota Tasikmalaya CLUSTER 0 CLUSTER 1 CLUSTER 2 CLUSTER 3 5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT. 4. GENANGAN AIR. 3. PERSAMPAHAN. 2. AIR LIMBAH DOMESTIK. 1. SUMBER AIR Tabel 5.5 Kategori Daerah Beresiko Sanitasi Kota Tasikmalaya Batas Nilai Risiko Keterangan Total Indeks Risiko Max 256 Total Indeks Risiko Min 170 Interval 22 Katagori Area Berisiko Batas Bawah Batas Atas Kurang Berisiko Berisiko Sedang Risiko Tinggi Risiko Sangat Tinggi Sumber : Hasil Analisis Study EHRA, 2012 Tabel 5.6 Hasil Skoring Studi EHRA berdasarkan Indeks Risiko Kota Tasikmalaya CLUSTER NILAI IRS SKOR EHRA CLUSTER CLUSTER CLUSTER CLUSTER Sumber : Hasil Analisis Study EHRA, 2012 Hal 5-4

146 d) Hasil Akhir Penentuan Area Beresiko Tabel 5.7 Penentuan Area Beresiko Sanitasi Kota Tasikmalaya No Kecamatan/Kelurahan KAWALU CIBEUREUM PURBARATU TAMANSARI Data Sekunder Skor Akhir Persepsi SKPD Bobot Skor 25% Skor 25% Skor Cluster GUNUNG TANDALA Studi EHRA 50% Hasil yang Disepakati Rata- Rata Tertimbang Skor Area Beresiko 1 0,25 2 0, TANJUNG 1 0,25 2 0,5 3 1,5 2 2 KERSAMENAK 1 0,25 2 0, TALAGASARI 1 0,25 2 0, GUNUNG GEDE 1 0,25 2 0, CILAMAJANG 1 0,25 2 0,5 3 1,5 2 2 CIBEUTI 1 0,25 2 0,5 3 1,5 2 2 KARANGANYAR 1 0,25 2 0,5 3 1,5 2 2 LEUWILIANG 1 0,25 2 0,5 3 1,5 2 2 URUG 1 0,25 2 0,5 3 1,5 2 2 CIHERANG 2 0,5 3 0,75 3 1,5 3 3 AWIPARI 2 0,5 3 0,75 3 1,5 3 3 SETIARATU 2 0,5 3 0,75 3 1,5 3 3 CIAKAR 2 0,5 3 0,75 3 1,5 3 3 KERSANAGARA 2 0,5 3 0, SETIANAGARA 2 0,5 3 0,75 3 1,5 3 3 KOTABARU 2 0,5 3 0,75 3 1,5 3 3 MARGABAKTI 2 0,5 3 0,75 3 1,5 3 3 SETIAJAYA 2 0,5 3 0, PURBARATU 1 0,25 2 0,5 1 0,5 1 1 SUKAMENAK 1 0,25 2 0,5 1 0,5 1 1 SINGKUP 1 0,25 2 0,5 3 1,5 2 2 SUKANAGARA 1 0,25 2 0, SUKAASIH 1 0,25 2 0, SUKAJAYA 1 0,25 2 0, SETIAMULYA 1 0,25 3 0, SETIAWARGI 1 0,25 3 0,75 3 1,5 3 3 SUMELAP 1 0,25 3 0, SUKAHURIP 1 0,25 3 0, TAMANSARI 1 0,25 3 0,75 3 1,5 3 3 TAMANJAYA 1 0,25 3 0, MULYASARI 1 0,25 3 0,75 1 0,5 2 2 MUGARSARI 1 0,25 3 0, Hal 5-5

147 No Kecamatan/Kelurahan MANGKUBUMI INDIHIANG Data Sekunder Skor Akhir Persepsi SKPD Bobot Skor 25% Skor 25% Skor Cluster Studi EHRA 50% Hasil yang Disepakati Rata- Rata Tertimbang Skor Area Beresiko KARIKIL 1 0,25 2 0,5 3 1,5 2 2 CIGANTANG 1 0,25 2 0, MANGKUBUMI 1 0,25 2 0, CIPARI 1 0,25 2 0,5 3 1,5 2 2 CIPAWITRA 1 0,25 2 0, SAMBONGPARI 1 0,25 2 0,5 3 1,5 2 2 SAMBONGJAYA 1 0,25 2 0,5 3 1,5 2 2 LINGGAJAYA 1 0,25 2 0, INDIHIANG 2 0,5 2 0,5 3 1,5 3 3 SIRNAGALIH 2 0,5 2 0,5 3 1,5 3 3 SUKAMAJU KALER 2 0,5 2 0,5 3 1,5 3 3 SUKAMAJU KIDUL 2 0,5 2 0,5 3 1,5 3 3 PARAKANYASAG 2 0,5 2 0,5 1 0,5 2 2 PANYINGKIRAN 2 0,5 2 0, BUNGURSARI 1 0,25 2 0,5 1 0, CIBUNIGEULIS 1 0,25 2 0, BANTARSARI 1 0,25 2 0, BUNGURSARI SUKAJAYA 1 0,25 2 0, SUKAMULYA 1 0,25 2 0,5 3 1, SUKALAKSANA 1 0,25 2 0,5 3 1, SUKARINDIK 1 0,25 2 0, NAGARAWANGI TUGUJAYA TUGURAJA CIHIDEUNG 58 CILEMBANG ARGASARI YUDANAGARA CIPEDES , PANGLAYUNGAN ,5 4 4 CIPEDES 63 NAGASARI SUKAMANAH TAWANGSARI LENGKONGSARI , TAWANG EMPANGSARI , CIKALANG , KAHURIPAN Sumber : Hasil Analisis Study EHRA, 2012 Hal 5-6

148 Gambar 5.2 DiagramPersentase Area Beresiko Sanitasi di Kota Tasikmalaya 10,14% 4,35% 55,07% 30,43% Kurang Beresiko Beresiko Sedang Resiko Tinggi Resiko Sangat Tinggi Dari diagram diatas dapat disimpulkan bahwa Kota Tasikmalaya sangat memerlukan penanganan di sektor sanitasi. Dilihat dari besarnya perentase area beresiko sanitasi yang sangat tinggi dan tinggi yaitu mencapai 85,90% (area resiko tinggi 55,07% dan resiko sangat tinggi 30,43%). Hal 5-7

149 Gambar 5.3 Peta Area Beresiko Hal 5-8

150 5.1.2 Permasalahan Utama di Area beresiko Permasalahan utama di sektor sanitasi Kota Tasikmalaya adalah persampahan, perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dan air limbah domestik. Yang menjadi permasalahan dari segi persampahan adalah masih rendahnya cakupan layanan sampah (kurangnya armada sampah sehingga rata-rata pengangkutan sampah tidak dilakukan setiap hari dan masih ada daerah tidak terlayani), pesatnya pembangunan permukiman menyebabkan semakin luasnya area pengangkutan, masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah secara mandiri (3R). Dari segi PHBS, perilaku buang air besar sembarangan, perilaku cuci tangan dengan sabun pada 5 waktu kritis dan buang sampah sembarangan. Dari segi air limbah masalah utamanya adalah masih rendahnya kepemilikan tangki septic, kepemilikan jamban relatif banyak akan tetapi pembuangannya langsung k saluran drainase atau badan air, dan yang paling utama adalah belum adanya sistem pengelolaan air limbah domestik di Kota Tasikmalaya karena IPLT Singkup tidak berfungsi (rusak). Table 5.8 Permasalahan Utama di Area Beresiko No Clustering Permasalahan Potensi Dampak Yang Ditimbulkan 1 Cluster 0 PHBS, Air limbah domestik Derajat kesehatan menurun, pencemaran lingkungan 2 Cluster 1 Persampahan, PHBS Derajat kesehatan menurun, pencemaran lingkungan 3 Cluster 2 PHBS, Air limbah domestik Derajat kesehatan menurun, pencemaran lingkungan 4 Cluster 3 PHBS, Air limbah domestik Derajat kesehatan menurun, pencemaran lingkungan Sumber : hasil Analisis, Kajian Dan Opsi Partisipasi Masyarakat Dan Gender Di Area Prioritas Dalam rangka mewujudkan kondisi lingkungan yang sehat di area beresiko tinggi, sangat diperlukan partisipasi masyarakat. Beberapa gerakan sederhana yang didukung oleh semua elemen masyarakat di area beresiko tinggi dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk. Partisipasi masyarakat Kota Tasikmalaya terhadap perbaikan lingkungan saat ini cukup tinggi. Kemandirian masyarakat Kota Tasikmalaya dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan Hal 5-9

151 kehidupan yang layak dapat dilihat pada keberhasilan beberapa program Pemerintah di bidang pemberdayaan masyarakat, misalnya : PNPM Perkotaan, P2WKSS, Sanimas dan lainlain. Kegiatan PNPM di Kota Tasikmalaya dinilai sudah cukup berhasil, sehingga pada tahun 2009 Kota Tasikmalaya mendapat penghargaan program PLPBK sebanyak 7 kelurahan/bkm dimana masing-masing kelurahan mendapkan dana sebesar Rp , (1 Miliyar). Kota Tasikmalaya merupakan Kabupaten/Kota terbanyak yang memperoleh program PLPBK di Jawa Barat. Disamping itu pada tahun 2012 Kota Tasikmalaya menjadi daerah kujungan kegiatan pertukaran pemuda ASEAN+3 (Cina, Jepang, Korea Selatan) dalam penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat yang di gagas oleh Deputi Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesejahteraan sebagai Pokja pengendalian PNPM. Selain itu kegiatan P2WKSS, mendapatkan penghargaan dari Prov. Jawa Barat 2009 sebagai juara 1 (satu)untuk keberhasilan pelaksanaan kegiatan P2WKSS se- Jawa Barat. Selain program-program diatas, ada beberapa kebijakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat misalkan gerakan SOLARI (Selokan Lancar Resik Indah) dilaksanakan setiap hari Selasa dan JUMSIH (Jumat Bersih) yang melibatkan OPD, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD),beserta masyarakat. Contoh beberapa kegiatan yang melibatkan masyarakat dan gender antara lain : Tabel 5.9 Kegiatan Partisipasi Masyarakat dan Gender di Kota Tasikmalaya No Program/Kegiatan Uraian kegiatan Peran Peran Jender Masyarakat 1 P2WKSS Ada 3 sektor yaitu sosial, ekonomi dan Partisipasi aktif Lebih dari 90% Pelaksana kegiatan infrastruktur 2 SOLARI Normalisasi drainase dan Partisipasi aktif Pelaksana kegiatan keberihan lingkungan 3 PNPM Ada 3 sektor yaitu sosial, ekonomi dan infrastruktur 4 JUMSIH Membersihkan lingkungan 5 RTLH Meningkatkan kualitas rumah 6 POSYANDU Pelayanan kesehatan ibu dan anak 7 KOTA SEHAT Pembinaan kesehatan bagi masyarakat 8 SANIMAS Meningkatkan kualitas lingkungan Partisipasi aktif (semua dilaksanakan oleh masyarakat) Partisipasi aktif (semua dilaksanakan oleh masyarakat) Partisipasi aktif (swadaya) Partisipasi aktif Partisipasi aktif Partisipasi aktif Lebih dari 30 % dari panitia pelaksana kegiatan Pelaksana kegiatan Pendukung kegiatan (menyediakan konsumsi) Lebih dari 90% sebagai kader Pelaksana kegiatan Pelaksana kegiatan Hal 5-10

152 No Program/Kegiatan Uraian kegiatan Peran Masyarakat 9 Penataan Lingkungan Penataan infrastruktur Partisipasi aktif Permukiman Berbasis permukiman Komunitas (PLPBK) Sumber : FGD, 2012 Peran Jender Pelaksana kegiatan Berikut adalah dokumentasi contoh kegiatan pemberdayaan masyarakat dan gender di Kota Tasikmalaya : ASEAN +3 Youth Rural Exchange Program, PNPM ASEAN +3 Youth Rural Exchange Program, PNPM POSYANDU SANIMAS Kunjungan Menkokesra, Kegiatan PLPBK RW Siaga, KOTA SEHAT Hal 5-11

153 SOLARI JUMSIH 5.3 Komunikasi Untuk Peningkatan Kepedulian Sanitasi Tabel 5.10 Komunikasi peningkatan kepedulian sanitasi No Isu Dan Pesan Kunci Pembangunan Isu Kebijakan Terkait Sanitasi 1 Pengentasan kemiskinan di Kota Tasikmalaya PHBS, Persampahan, pengelolaan air limbah, drainase, air bersih 2 Pusat perdagangan dan industri Persampahan, pengelolaan air limbah, drainase, air bersih 3 CBD cenderung menjadi kawasan kumuh Persampahan, pengelolaan air limbah, drainase, air bersih 4 Pesatnya pembangunan perumahan dan Persampahan, pengelolaan air limbah, drainase, permukiman air bersih 5 Kurangnya prasarana dan sarana sanitasi PHBS, Persampahan, pengelolaan air limbah, drainase, air bersih Sumber : hasil FGD,2012 Ada berbagai macam media yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi khususnya sanitasi, baik media elektronik maupun media cetak. Selain melalui media, informasi juga dapat disampaikan secara langsung misal melalui penyuluhan, sosialisasi dan lain-lain. Berikut ini adalah hasil survey yang dilakukan untuk mengetahui media yang efektif dan efisien untuk kampanye/promosi sanitasi. Darimanakah mendapatkan informasi atau berita 71% masyarakat Kota Tasikmalaya mendapatkan informasi dari televisi dan 58% dari surat kabar. Hal 5-12

154 Gambar 5.4 Diagram Darimanakah mendapatkan informasi atau berita 80% 60% 58% 71% 40% 20% 6% 10% 13% 23% 0% Surat Kabar Radio Televisi Internet Papan Pengumuman Lainnya Surat kabar yang paling sering dibaca Sebanyak 71% masyarakat Tasikmalaya memilih Radar Tasik sebagai surat kabar yang sering dibaca. Gambar 5.5 Diagram Surat kabar yang paling sering dibaca 80% 60% 40% 20% 0% 13% 29% 19% Kompas Priangan Pikiran Rakyat 71% 13% Radar Tasik Tidak/jarang baca koran Stasiun radio yang paling sering didengar Hasil survey memperlihatkan media informasi melalui radio sudah mulai ditinggalkan, hal ini ditunjukkan sebanyak 45% masyarakat Tasikmalaya tidak/jarang mendengarkan radio. Gambar 5.6 Diagram Stasiun radio yang paling sering didengar 50% 40% 30% 20% 10% 0% 3% 13% 10% 6% 6% 3% 13% 45% Hal 5-13

155 Acara televisi yang paling sering ditonton 45% masyarakat Kota Tasikmalaya memilih berita sebagai acara televisi yang sering ditonton. Gambar 5.7 Diagram Acara televisi yang paling sering ditonton 50% 40% 30% 20% 10% 0% 45% 23% 16% 6% 3% 3% Sinetron Musik Berita Infotainment Olahraga lainnya Dari siapa mendapatkan informasi tentang sanitasi Informasi tentang sanitasi banyak diperoleh dari spanduk sebesar 42%. Gambar 5.8 Diagram Dari siapa mendapatkan informasi tentang sanitasi 50% 40% 30% 20% 10% 0% 13% 6% 10% 32% 42% 19% 10% 13% 35% 6% Sumber informasi yang dapat dipercaya tentang sanitasi berasal dari Masyarakat Kota Tasikmalaya memilih penyuluh kesehatan dan media massa sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya tentang sanitasi. Hal 5-14

156 Gambar 5.9 Diagram Sumber informasi yang dapat dipercaya tentang sanitasi berasal dari 50% 40% 30% 20% 10% 0% 13% 6% 10% 42% 6% 42% 19% 6% 13% Jenis pertemuan yang pernah diikuti 74% masyarakat Kota Tasikmalaya pernah mengikuti pengajian dan 35% mengikuti arisan. Gambar 5.10 Diagram Jenis pertemuan yang pernah diikuti 80% 60% 40% 20% 0% 35% 74% 29% Arisan Pengajian Rapat RT Penyuluhan Kesehatan 16% 19% Lainnya 3% Tidak pernah ikut Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti 58% masyarakat Kota Tasikmalaya pernah mengikuti penyuluhan atau sosialisasi mengenai masalah sampah dan kebersihan lingkungan. Gambar 5.11 Diagram Penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 58% Masalah sampah & kebersihan lingk. 19% Air limbah & jamban keluarga 13% Saluran air kotor 29% 23% 23% 6% PHBS Air Bersih Lainnya Tidak ada Hal 5-15

157 Kesenian tradisional yang biasanya ditonton Lawak/komedi adalah kesenian tradisional yang menjadi pilihan 58% masyarakat Kota Tasikmalaya. Gambar 5.12 Diagram Kesenian tradisional yang biasanya ditonton 80% 68% 60% 40% 20% 0% 26% 13% 10% 3% Lawak/Komedi Wayang Tari & Nyanyi Lainnya Tidak ada Kegiatan yang pernah dihadiri Dari pilihan kegiatan yang disajikan, 77% masyarakat Kota Tasikmalaya lebih memilih mengunjungi festival daerah dan pameran pembangunan. Gambar 5.13 Diagram Kegiatan yang pernah dihadiri 80% 60% 40% 20% 0% 32% Peringatan hari besar nasional 77% Festival Daerah 35% Car Free Day 61% Pameran Pembangunan 16% Lainnya Dari hasil survey diatas dapat disimpulkan, bahwa media penyampaian informasi tentang sanitasi untuk masyarakat Kota Tasikmalaya yang paling tepat adalah melalui : 1. Televisi khususnya acara berita dan lawak/komedi; 2. Surat Kabar khususnya Radar Tasik; 3. Spanduk; 4. Pengajian. 5.4 Keterlibatan Sektor Swasta Dalam Layanan Sanitasi Keterlibatan sektor swasta dalam layanan sanitasi di Kota Tasikmalaya pada saat ini hanya dalam pengelolaan sampah B3 (Bahan Berhaya dan Beracun) yang berasal dari Rumah Sakit Hal 5-16

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

LUAS WILAYAH ADMINISTRATIF KECAMATAN DAN JUMLAH WILAYAH ADMINISTRATIF KELURAHAN DI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 IBU KOTA KECAMATAN

LUAS WILAYAH ADMINISTRATIF KECAMATAN DAN JUMLAH WILAYAH ADMINISTRATIF KELURAHAN DI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016 IBU KOTA KECAMATAN KONDISI GEOGRAFI KOTA TASIKMALAYA A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Tasikmalaya termasuk kedalam Wilayah Pengembangan (WP) Priangan Timur dengan

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DI WILAYAH KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DI WILAYAH KOTA TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 30 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DI WILAYAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 1 TAHUN 2002 Lampiran : 2 ( Dua ) berkas. TENTANG MODEL KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 1 TAHUN 2002 Lampiran : 2 ( Dua ) berkas. TENTANG MODEL KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 1 TAHUN 2002 Lampiran : 2 ( Dua ) berkas. TENTANG MODEL KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. 17 Oktober

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 10 Tahun 2009 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG TATA CARA DAN TEKNIS PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2009 WALKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2016-2036 Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat -1- Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN STATUS DAN JEJARING KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PADA DINAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 94 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN KATEGORI DAN JARINGAN KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PADA DINAS

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian Batas Perbatasan

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian Batas Perbatasan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah berdirinya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonomi, tidak terlepas dari sejarah berdirinya Kabupaten Tasikmalaya sebagai daerah kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga saat ini akses masyarakat terhadap layanan sanitasi permukiman (air limbah domestik, sampah rumah tangga dan drainase lingkungan) di Indonesia masih relatif

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

SEKILAS BUKU PUTIH BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL

SEKILAS BUKU PUTIH BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL SEKILAS BUKU PUTIH Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa untuk menata dan mengarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan kondisi dan kualitas pelayanan air limbah, pengelolaan persampahan, drainase, dan kesehatan. Targetnya adalah pada

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA TAHUN LOGO2013 VISI Terciptanya Kondisi Lingkungan Masyarakat yang Sehat dan

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BUNGURSARI DAN KECAMATAN PURBARATU KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BUNGURSARI DAN KECAMATAN PURBARATU KOTA TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BUNGURSARI DAN KECAMATAN PURBARATU KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Nomor : Tanggal : PA pada Dinas Kota Tasikmalaya Alamat mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk pelaksanaan kegiatan tahun anggaran

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Kepulauan Meranti adalah pembangunan sanitasi yang ditetapkan untuk memecahkan permasalahan sanitasi seperti yang tertera

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS POKJA BADAN SANITASI PERENCANAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN

IVI- IV TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA STRATEGII SANIITASII KOTA PROBOLIINGGO 4.1. TUJUAN, SASARAN & TAHAPAN PENCAPAIAN 4.1.1. Sub Sektor Air Limbah Mewujudkan pelaksanaan pembangunan dan prasarana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Tahun berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi awal yang memotret kondisi sanitasi dari berbagai aspek, tidak terbatas

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Penyiapan kerangka pembangunan sanitasi adalah merupakan milestone kedua dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dimana didalamnya terdapat sebuah tahapan yaitu formulasi visi misi. Berdasarkan Permendagri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Untuk mengembangkan layanan sanitasi Kabupaten/Kota memang tidak mudah mengingat permasalahan yang terjadi sangat komplek, dibutuhkan waktu yang lama, belum lagi persoalan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas pembangunan sanitasi Kota Bontang Tahun 0 05. Program dan kegiatan ini disusun sesuai dengan strategi untuk

Lebih terperinci

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas sanitasi Tahun 0 06 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan masalah yang terbesar yang dialami oleh seluruh kota besar di Indonesia, dimana pada tahun 2007 jumlah populasi di Indonesia berjumlah

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai pentingnya Sanitasi

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebagai salah satu pusat pertumbuhan di wilayah metropolitan Jabodetabek, yang berada di wilayah barat DKI Jakarta, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi kota (SSK) Kabupaten Karanganyar adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi karena lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi : tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan,

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang S anitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen MPS yang disusun oleh Pokja Sanitasi Kota Tangerang ini merupakan tindak lanjut dari penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan penyusunan Buku Putih Sanitasi

Lebih terperinci

KOTA TASIKMALAYA DALAM ANGKA TAHUN 2015 ISSN : 1907-8897 Nomor Publikasi : 3278.1501 Katalog : 1403.3278 Ukuran Buku Jumlah Halaman Jenis Kertas Sampul Halaman Pembatas Gambar Cover : 21 cm x 15 cm : xii

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara Nasional Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius dalam mencapai salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait

Lebih terperinci

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kabupaten Cilacap karena

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Percepatan Pembangunan Sanitasi 18 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari penyusunan Sanitasi Kabupaten Pinrang yang memaparkan mengenai tujuan, sasaran dan strategi

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1 BAB 5: Hal 5-5. AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru didapatkan dari kompilasi hasil skoring terhadap data sekunder sanitasi, hasil studi EHRA dan persepsi SKPD terkait

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Program merupakan tindak lanjut dari strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan sebagai rencana tindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan di Kabupaten Pohuwato sampai saat ini menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013 CATATAN KEGIATAN PERTEMUAN POKJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PPSP TAHUN ANGGARAN 2013 Nama Kegiatan Lokasi Kegiatan : Kick off Meeting PPSP : Aula Wiratanubaya, Bappeda Kab. Tasikmalaya Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Kerangka Pengembangan Sanitasi 1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 1.1. Visi Misi Sanitasi Dalam melakukan perencanaan Strategi Sanitasi Kabupaten Pinrang ini terlebih dahulu ditentukan visi dan misi

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 2011 Daftar Isi Bagian 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di dalam kehidupan masyarakat sangatlah dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, budaya dan faktor lainnya.

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI

DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI DINAS KESEHATAN KOTA CIMAHI GAMBARAN UMUM CIMAHI OTONOMI SEJAK TAHUN 2001 LUAS CIMAHI = ± 40,25 Km2 (4.025,75 Ha) WILAYAH: 3 KECAMATAN 15 KELURAHAN 312 RW DAN 1724 RT 14 PUSKESMAS JUMLAH PENDUDUK 2012

Lebih terperinci