UPAYA AHA CENTRE (ASEAN HUMAN ASSISTANCE) DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM DI ASIA TENGGARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA AHA CENTRE (ASEAN HUMAN ASSISTANCE) DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM DI ASIA TENGGARA"

Transkripsi

1 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2015, 3 (4) ISSN (online), ISSN (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2015 UPAYA AHA CENTRE (ASEAN HUMAN ASSISTANCE) DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM DI ASIA TENGGARA Adam Prima Kharisma 1 Nim Abstract The efforts pf the AHA Centre (ASEAN Human Assistance) in disaster relief in Southeast Asia, concept applied is human security and concept disaster management. Research type applied is analytical descriptive, describe trying to analyze what efforts were made by the AHA Centre in assisting the countries in the region when the disaster occurred. Presented data was secondary data obtained through Indonesia official site, books, journal, internet, and all the sources that were related to this subject. Data analytical technique applied is qualitative analysis technique. The results showed that efforts of the ASEAN Human Assistance (AHA Centre) in disaster relief in Southeast Asia can be seen through some things : ( 1)AHA Centre establish emergency response work programs ranging from risk assessment, early warning and monitoring. (2) Recovery. (3) AHA Centre formed a disaster emergency logistics system in order to ensure the availability of goods required for humanitarian aid quickly. Keywords: Waralaba, Kebijakan Waralaba, Persaingan Warala Pendahuluan Bencana alam seperti gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir, angin topan dan tanah longsor merupakan ancaman bagi lingkungan dan populasi manusia. Kerugian dari bencana alam tergantung pada pencegahan atau menghindari bencana alam tersebut. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana alam juga dapat di kelompokan sebagai berikut, bencana alam meteorologi adalah bencana alam meteorologi atau hidrometeorologi berhubungan dengan iklim. Bencana ini umumnya tidak terjadi pada suatu tempat yang khusus, walaupun ada daerah-daerah yang menderita banjir musiman, kekeringan atau badai teropis (siklon, taifoun). Bencana geologi adalah bencana alam yang terjadi pada permukaan bumi seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor dan gunung meletus. Gempa bumi dan 1 Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. adamprimakharisma95@ymail.com.

2 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: gunung meletus terjadi hanya sepanjang jalur-jalur pertemuan lempeng tektonik di darat atau laut samudra. Tujuan ASEAN yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok tahun 1967, yakni meningkatkan kerjasama yang aktif dan saling membantu dalam masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama di bidang-bidang ekonomi, teknik, ilmu pengetahuan, administrasi, dan sosial. KTT ASEAN ke-19 tanggal 17 November 2011 di Bali, para Menlu ASEAN, menandatangani persetujuan pembentukan AHA Centre di Jakarta yang bertempat di gedung BPPT (Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi). AHA Center dibentuk juga karena adanya deklarasi mengenai langkah-iangkah untuk memperkuat bantuan penanganan darurat, rehabilitasi, rekonstruksi dan pencegahan sebagai dampak dari bencana gempa bumi dan tsunami pada 26 Desember 2004, yang diadopsi pada pertemuan khusus para pemimpin ASEAN tentang dampak gempa bumi dan tsunami yang diselenggarakan di Jakarta pada 6 Januari Perkembangan terakhir ini semakin mengukuhkan posisi ASEAN di dunia internasional dalam hal kerjasama regional untuk mengatasi masalah penanggulangan bencana. Di samping itu, dukungan dari berbagai negara dan organisasi internasional terhadap upaya ASEAN juga dapat dimanfaatkan untuk merealisasikan berbagai program dan kegiatan yang telah ditetapkan. Kerangka Dasar Teori dan Konsep Konsep Human Security Human security merupakan konstruksi pemikiran mengenai keamanan negara menuju kepada ide keamanan manusia termasuk didalamnya keamanan individu dan masyarakat. Human security melindungi eksistensi anggota masyarakat, termasuk anak-anak, warga sipil di wilayah perang, minoritas etnis dan lain sebagainya dari berbagai jenis kekerasan. Pasca Perang Dingin, konsep keamanan dalam sistem mengalami pergeseran yang signifikan. Pergeseran itu meliputi perubahan fokus wacana keamanan dari isu militer dan politik ke isu yang terkait dengan kondisi hidup individu dan masyarakat, dari fokus negara ke masyarakat dan pergeseran dari konsep keamanan nasional menjadi kemananan manusia. Konsep human security diperkenalkan oleh United Nations Development Program (UNDP) dalam Human Development Report K o nse p h uman security memusatakan perhatianya pada manusia (people - centered) bukan pada negara ( state-centered). Wacana mengenai human security kemudian menjadi prioritas utama PBB dalam meningkatkan taraf hidup manusia di negara dunia ketiga. Pada tahun 2000 PBB menggelar Millennium Summit Dalam Millenium Summit 2000 ini 189 negara PBBB sepakat untuk mengadopsi Deklarasi Millenium yang dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). Deklarasi ini mengcover masalah kebebasan, keamanan dan pembangunan termasuk penanggulangan kemiskinan dan kelaparan, lingkungan hidu, hak asasi manusia dan governance. 1316

3 Upaya AHA Centre dalam Penanggulangan Bencana Alam di Asia Tenggara (Adam Prima K) Millennium Development Goals (MDGs) memfokuskan pada delapan tujuan-tujuan utama, yaitu : 1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan 2. Memberantas standar pendidikan dasar. 3. Meningkatkan persamaan jender dan pemberdayaan manusia. 4. Mengurangi angka kematian bayi 5. Meningkatkan kesehatan ibu 6. Mengurangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya. 7. Pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan. 8. Mengembangkan kemitraan global dalam pembangunan. Ada beberapa pendapat mengenai Human Security, yaitu : 1. United Nations Development Programme (UNDP). Human security dapat di bagi menjadi dua aspek utama. Yaitu: pertama selamat dari ancaman kronis yaitu: kelaparan, penyakit dan penindasan. Dan yang kedua yaitu perlindungan dari kematian yang mendadak dan gangguan keamanan padapola kehidupan sehari- hari, baik di rumah, di perkejaan, maupun di masyarakat. 2. Sadako (mantan komesaris tinggi PBB untuk pengungsi). Beberapa elemen kunci untuk menciptakan human security. Elemn pertama adalah kemungkinan untuk semua warga negara untuk hidup damai aman didalam perbatasan mereka sendiri. Elemen yang kedua adalah orang harus merasa nyaman tanpa adanya diskriminasi hak dan kewajiban meliputi politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan yang dimiliki oleh setiap negara. 3. Hans Van Ginkel (Rector, United Nations University) dan Edward Newman. Human security merupakan sebuah integrasi, kesinambungan dan keamanan yang menyeluruh dari rasa takut, konflik, kebodohan, kemiskinan, perampasan sosial dan budaya, dan kelaparan yang berpijak pada kebebasan positif dan negatif. 2 Konsep Manajemen Bencana (Disaster Management) Mengelola bencana tidak bisa dilakukan hanya dengan cara dadakan atau insidential, tetapi harus dilakukan secara terencana dengan manajemen yang baik, jauh sebelum suatu bencana terjadi melalui suatu proses yang disebut manajemen bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi. Manajemen bencana pada dasarnya dapat dibagi atas tiga tingkatan yaitu pada tingkat lokasi, tingkat unit atau daerah dan tingkat nasional atau korporat. Untuk tingkat lokasi disebut manajemen insiden ( incident management), pada tingkat daerah atau unit disebut manajemen darurat ( emergency management) dan pada tingkat yang lebih tinggi disebut manajemen krisis (crisis management). 1. Manajemen Insiden (Insident Management) Yaitu penanggulangan kejadian di lokasi atau langsung di tempat kejadian. Biasanya dilakukan oleh tim tanggap darurat yang dibentuk atau petugas-petugas 1317

4 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: lapangan sesuai dengan keahliannya masing-masing. Penanggung bencana pada tingkat ini bersifat teknis. 2. Manajemen darurat (Emergency Management) Yaitu upaya penanggulangan bencana di tingkat yang lebih tinggi yang mengkoordinir lokasi kejadian. Sebagian contoh, terjadi bencana di kota Pariaman Sumbar, maka pada tingkat manajemen bencana dilakukan di level Propinsi, sedangkan penanggulangannya ada di tingkat Kabupaten. Untuk tingkat perusahaan, manajemen bencana berada di tingkat area atau pimpinan pabrik terkait. 3. Manajemen Krisis (Crisis Management) Manajemen krisis berada di tingkat yang lebih tinggi misalnya tingkat nasional atau tingkat korporat bagi suatu perushaan yang mengalami bencana. Perbedaan tugas dan tanggung jawab pada ketiga tingkatan ini adalah berdasarkan fungsinya yaitu taktis ( tactic) dan strategis ( strategic). Pada tingkat manajemen insiden, tugas dan tanggung jawab lebih banyak bersifat taktis dan semakin ke atas tugasnya akan lebih banyak menangani hal-hal yang strategis. Pengaturan fungsi dan peran ini sangat penting dilakukan dalam mengembangkan suatu manajemen bencana. Benturan di lapangan pada dasarnya terjadi karena pengaturan tugas dab peran ini tidak jelas dan bertabrakan. Misalnya siapa yang bertanggung jawab mengkoordinir bantuan dari pihak luar dan siapa yang mengelola bantuan tersebut stelah berada di lapangan. Siapa pula yang menentukan kebijakan manajemen bencana dan siapa yang melakukan penerapannya di lapangan. Peran antara ketiga tingkatan ini sangat berbeda. Tim taktis berperan langsung di lapangan, misalnya tim SAR, tim medis, tim pemadam kebakaran, tim penyelamat dan tim perbaikan. Tahapan Manajemen Bencana Manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang dilakukan untuk mengelola bencana dengan baik dan aman melalui tiga (3) tahapan sebagai berikut: 1. Pra bencana : Kesiagaan, peringatan dini, dan mitigasi. 2. Saat bencana : Tanggap bencana. 3. Pasca bencana : Rehabilitasi dan rekonstruksi Metode Penelitian Untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian deskriptif yang dimaksud untuk memberikan gambaran mengenai permasalahan yang diteliti. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan dengan jelas mengenai upaya ASEAN Human Assistance (AHA Centre) dalam penanggulangan bencana alam di Asia Tenggara. Hasil Penelitian Kawasan Asia Tenggara Kawasan ASEAN dihuni oleh beragam populasi yang jumlahnya sekitar 584 juta, mewakili sembilan persen dari total penduduk dunia. Negara-negara yang termasuk 1318

5 Upaya AHA Centre dalam Penanggulangan Bencana Alam di Asia Tenggara (Adam Prima K) dalam wilayah Asia Tenggara adalah Indonesia, Malaysia, Filiphina, Myanmar, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Laos. Asia Tenggara berada pada pertemuan lempeng-lempeng geologi, dengan aktifitas kegempaan (seismik) dan gunung berapi (vulkanik) yang tinggi. Asia Tenggara sangat rawan bencana karena terletak di pertemuan dua lempeng benua besra yaitu lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia, di tambah juga dengan lempeng Filipina yang lebih kecil. Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang mengapung diatas astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena itu, lempeng tektonik ini bebas untuk bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Daerah perbatasan lempeng-lempeng tektonik, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang aktif, yang menyebabkan gempa bumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi. Gempa juga dapat mengakibatkan bencana Tsunami apabila gempa terjadi di dalam perut bumi yang letaknya ada di dalam wilayah lautan. Gempa yang terjadi di dalam perut bumi akan mengakibatkan munculnya tekanan kearah vertikal sehingga dasar lautan akan naik dan turun dalam rentang waktu yang singkat. ASEAN Human Assistance (AHA Centre) ASEAN Human Assistance (AHA Center) atau Bantuan Kemanusiaan ASEAN merupakan lembaga atau organisasi internasional yang terbentuk pada tahun 2007 sebagai hasil dari ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response (AADMER) yang merupakan hasil dari ASEAN Special Leader s Meeting on Aftermath of Earthquake and Tsunami Disaster atau dikenal dengan KTT Tsunami yang diadakan di Jakarta pada tahun Visi AADMER sendiri yakni negara yang tahan terhadap bencana serta masyarakat yang lebih aman di kawasan ASEAN. Dan Tujuannya adalah untuk mengurangi hilangnya nyawa dan kerusakan yang berpengaruh terhadap perekonomian, sosial, fisik dan lingkungan dari negara-negara anggota ASEAN yang disebabkan oleh bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia. Dengan terbentuknya AHA Centre memudahkan pemantauan terhadap segala jenis bencana alam di kawasan Asia Tenggara. AHA Centre memiliki sistem monitoring disaster ketika bencana alam terdeteksi di salah satu negara di Asia Tenggara, AHA Centre dengan cepat bisa mengkoordinasikan kepada seluruh Negara-negara anggota ASEAN. Dengan adanya koordinasi serta respon bersama terhadap bencana alam, maka dapat meminimalisir dampak bencana alam. 1. Tujuan Berdirinya AHA Centre dan Fungsi Utama a. Tujuan Berdirinya AHA Centre. ASEAN membentuk AHA Centre sebagai pusat koordinasi ASEAN untuk bantuan kemanusiaan dan penanganan bencana. di bentuk dengan tujuan memfasilitasi kerjasama dan koordinasi antara para pihak, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi-organisasi internasional terkait guna mempromosikan kerjasama regional. Dengan adanya AHA Centre, ASEAN dapat dengan cepat memberikan 1319

6 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: bantuan kepada negara anggota ASEAN yang tertimpa bencana, terutama pada fase tanggap darurat. b. Fungsi Utama Pencapaian tujuannya diwujudkan melalui fungsi-fungsinya. Fungsi utama AHA Centre, yaitu : 1. Risk Identification and Monitoring (identifikasi resiko dan pemantauan). Fungsi risk identification and monitoring tercantum dalam Pasal 5 ayat 4 atau Article 5.4 dari Article ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response di mana AHA Centre wajib menerima dan mengkonsolidasikan data yang telah dianalisa dan rekomendasi pada tingkat resiko dari national focal points. Atas dasar informasi tersebut, AHA Centre wajib menyebarluaskan ke masing-masing pihak, melalui national focal point, menganalisis data dan tingkat resiko yang timbul dari bahaya yang telah diidentifikasi. AHA Centre juga melakukan analisis tentang kemungkinan implikasi pada tingkat regional. 2. Preparedness (kesiapsiagaan) a. Menerima informasi mengenai sumber daya yang tersedia untuk pengaturan kesiagaan regional dalam penangggulangan bencana dan tanggap darurat. b. Memfasilitasi pembentukan, pemeliharaan dan peninjauan secara berkala dari pengaturan kesiagaan regional dalam penanggulangan bencana dan tanggap darurat. c. Memfasilitasi review secara berkala dari regional standard operating procedures. 3. ASEAN Standby Arrangements for Disaster Relief and Emergency Response (Pengaturan Siaga ASEAN Untuk Penanggulangan Bencana dan Tanggap Darurat). a. menerima data dialokasikan aset dan kapasitas, yang mungkin tersedia untuk pengaturan kesiagaan regional dalam penanggulangan bencana dan tanggap darurat, seperti yang disampaikan oleh masing-masing pihak, dan update data dari setiap pihak. b. Mengkonsolidasikan, menyebarluaskan dan memutakhirkan kapasitas data aset yang disiapkan tersebut, dan berkomunikasi dengan pihakpihak untuk meraka pergunakan. 4. National Emergency Response (Tanggap Darurat Nasional) Menerima informasi mengenai langkah-langkah yang diambil oleh para pihak untuk memobilisasi peralatan, fasilitas, material, sumber daya manusia dan keuangan yang dibutuhkan untuk merespon bencana. 5. Exemptions and Facilities in Respect of the Provision of Assistance (Pengeculian dan Fasilitas Yang Sehubungan Dengan Persediaan Bantuan) 1320

7 Upaya AHA Centre dalam Penanggulangan Bencana Alam di Asia Tenggara (Adam Prima K) Memudahkan pemrosesan pengecualian atau pembebasan fasilitas yang sehubungan dengan penyediaan bantuan disetiap negara-negara anggota ASEAN. 6. Transit of Personnel, Equipment, Facilities and Materials in Respect of the Provision of Assistance (Transit Personil, Fasilitas, dan Material Sehubungan Dengan Penyediaan Bantuan). Dimanapun tempat yang memungkinkan dan sesuai, wajib memfasilitasi proses transit personil, peralatan, fasilitas dan material sesuai dengan ketentuan bantuan. 7. Technical Co-Operation (Kerjasama Teknis) Memfasilitasi kegiatan kerja sama teknis. 8. Scientific an Technical Reseacrh (Penelitian Teknis dan Penelitian Ilmiah) Facilitate activities for scientific and technical research. 9. National Focal Point and Compotent Authorities (FocalPoint Nasional dan Otoritas Kompeten) Menerima setiap informasi dari setiap pihak mengenai focal point nasional serta mengetahui setiap otoritas yang berada disalah satu fokal point. 10. The Secretariat (Sekretariat) Secara cepat dan tepat dalam menyediakan informasi kepada para pihak, dan jika diperlukan, informasi juga akan diberikan kepada organisasiorganisasi Internasional yang relevan. Dari ke seluruh fungsi utama inilah yang kemudian akan menjadi indikator dalam melihat keberhasilan ASEAN Human Assistance dalam mencapai tujuantujuannya. 2. Perangkat Operasional Bantuan Bencana dan Tanggap Darurat AHA Centre merupakan organisasi regional yang bekerja sebagai pusat koordinasi bantuan kemanusiaan dalam bidang bencana alam. Di dalam struktur organisasi tersebut, terdapat dua perangkat operasional untuk bantuan bencana dan tanggap darurat, yakni Standard Operating Procedure for Regional Standby Arrangement and Coordination of Join Disaster Relief and Emergency Response (ASEAN SASOP) dan ASEAN Emergency Rapid Team (ASEAN ERAT). Kedua perangkat tersebut berada di bawah naungan AHA Centre yang menjadi sistem kerja operasional bantuan bencana dan tanggap darurat. Berikut pembahasan mengenai ASEAN SASOP dan ASEAN ERAT menurut Asri Wijayanti sebagai Communication Officer of AHA Centre. Bentuk Penanganan bencana AHA Centre 1. Penilaian Resiko, Peringatan Dini dan Pemantauan (Risk Assessment, Early Warning and Monitoring) 1321

8 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: Komponen strategis program kerja bertujuan untuk mengurangi korban jiwa dan kerusakan harta benda dari bencana alam melalui identifikasi bencana dan resiko sebelum dampak yang tercipta akibat bencana alam dengan meningkatkan waktu peringatan. Kegiatan yang diuraikan dalam tiga sub komponen akan memungkinkan untuk penilaian resiko regional yang baik dan kegiatan peringatan dini dengan fokus pada isu lintas batas yang membutuhkan kerjasama antar negara, sehingga memberikan manfaat bagi kawasan, perencanaan pemulihan dari musibah yang lebih inklusif dan upaya mitigasi serta respon penanggulangan yang ditargetkan dan kegiatan pemulihan. 1.1 Penilaian Resiko (Risk Assessment) Dengan perkembangan yang konstan dan perubahan lingkungan, risiko ini berkembang di daerah baru dan di antara populasi baru. Mengidentifikasi populasi serta wilayah geografis yang beresiko tinggi dan memahami bahaya yang mendasar, kerentanan, dan kapasitas manejemen bencana sangat penting untuk lebih efektif dalam merencanakan, menanggapi, dan pulih dari bencana. Komponen penanggulangan bencana ini juga memiliki tujuan sebagai berikut: a. Mengembangkan dan melaksanakan program penilaian resiko regional yang menetapkan protokol dan praktik terbaik untuk melengkapi inisiatif negara anggota yang sudah ada. b. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan yang diperlukan dan mekanisme prosedural untuk memastikan bahwa AHA Centre dapat menerima dan mengkonsolidasikan data dari National Focal Point (NFP) dan menyebarkan ke masing-masing pihak data yang telah dianalisis dan tingkat resiko yang terkait dengan bahaya yang teridentifikasi. c. Menerapkan mekanisme dan sistem yang diperlukan untuk memastikan AHA Centre dapat melakukan analisis tentang kemungkinan implikasi tingkat regional. d. Mengembangkan dan menerapkan protokol yang diperlukan untuk memungkinkan hasil penilaian resiko yang terkait dengan bahaya dalam kawasan harus tersedia untuk semua kelompok kerja ASEAN. Dari tujuan-tujuan tersebut, penilaian resiko yang merupakan salah satu komponen dalam program kerja AHA Centre juga mengharapkan sebuah hasil seperti: a. Peningkatan kapasitas untuk melakukan dan menerapkan penilaian risiko di tingkat nasional dan regional, untuk menginformasikan pencegahan bencana dan inisiatif mitigasi. b. Implementasi yang konsisten terhadap terminologi risiko dan metodologi penilaian di seluruh wilayah. c. Aliran konsisten informasi terkait risiko yang dapat digunakan di beberapa negara anggota dan antara negara anggota dan AHA Centre. d. Meningkatkan kesadaran tentang isu-isu lintas batas yang mempengaruhi risiko regional 1.2 Peringatan Dini (Early Warning) Kerugian bencana dapat dikurangi melalui deteksi awal terhadap bahaya sebelum terjadinya bencana serta peringatan dini yang terkoordinasi. 1322

9 Upaya AHA Centre dalam Penanggulangan Bencana Alam di Asia Tenggara (Adam Prima K) Pengembangan lebih lanjut dan peningkatan sistem peringatan dini multihazard di kawasan ASEAN akan memungkinkan untuk pengamatan yang lebih akurat dan terintegrasi, penilaian dampak yang lebih baik, serta koordinasi tepat waktu dalam menyebarkan informasi peringatan melalui peningkatan sistem pendukung keputusan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa negara-negara anggota dapat membangun, memelihara, dan peninjauan secara berkala terhadap sistem informasi peringatan dini nasional, jaringan komunikasi, kesadaran publik dan kesiapsiagaan serta membangun sistem ASEAN yang sudah ada dan kemampuan seperti Disaster Information Sharing and Communications Network (DISCNet), Online Southeast Asia Disaster Invertory (OSADI), Online Southeast Asia Disaster Map (OSA-Map). 1.3 Pemantauan (Monitoring) Pemantauan lebih lanjut tentang bahaya bencana, kerentanan, dan kapasitas penanggulangan bencana dalam yuridiksi dapat memungkinkan untuk efektifnya pelaksanaan aktivitas kesiapsiagaan dan respon yang diperlukan untuk efektifnya sistem peringatan dini. AADMER artikel 5 dan 7 membutuhkan pemantauan yang dilakukan terus menerus dalam mendukung identifikasi risiko dan aktivitas peringatan dini. Pemantauan tersebut bertujuan untuk merumuskan kebijakan dan prosedur untuk mendukung pemantauan bahaya, kerentanan, dan kapasitas penanggulangan bencana serta risiko dan menempatkan mekanisme regional dan sistem pendukung untuk memfasilitasi kerjasama negara-negara anggota, pemantauan bahaya yang memiliki efek lintas batas, dan pertukaran informasi termasuk informasi peringatan dini. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini yakni instutitusionalisasi aktivitas pemantauan untuk membantu mengkoordinasikan informasi penilaian risiko dan peringatan dini yang lebih baik serta meningkatkan kapasitas dan kemampuan dari negara anggota dalam pemantauan risiko, kerentanan, serta kapasitas manjemen bencana. 2. Pemulihan (Recovery) Komponen tertentu dari program kerja menguraikan pasal 17 AADMER, yakni Rehabilitasi. Program kerja mengatakan pemulihan karena mencakup seluruh spektrum proses pemulihan yang meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi. Juga untuk memastikan konsistensi dengan istilah yang digunakan secara internasional. Pasal 17 AADMER merangkum bahwa negara anggota harus, secara bersama atau secara individu, mengembangkan strategi, melaksanakan program, dan meningkatkan kerjasama (bilateral, regional dan internasional) untuk rehabilitasi sebagai akibat dari suatu bencana. Komponen pemulihan bertujuan untuk memperkuat kapasitas negara-negara anggota untuk : 1. Melakukan penilaian kerusakan dan kerugian dalam satu bulan setelah bencana terjadi. 1323

10 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: Mengembangkan rencana aksi pemulihan yang efektif untuk rehabilitasi dan rekonstruksi dalam waktu tiga bulan setelah terjadi bencana. 3. Memobilisasi sumber daya dari komunitas lokal, regional dan internasional untuk mendukung pelaksanaan proses pemulihan. 4. Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan dalam target waktu sebagaimana tercantum dalam rencana pemulihan. 5. Mengembangkan rencana transisi dan tautan proses pemulihan pasca bencana kedalam pembangunan berkelanjutan satu tahun sebelum berakhirnya periode pemulihan. 3. Bantuan Sistem Logistik Darurat Bencana. Pusat Koordinasi Bantuan Kemanusiaan untuk Penanggulangan Bencana di ASEAN yakni ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian assistance on disaster management (AHA Centre) meluncurkan Sistem Logistik Darurat Bencana. Peluncuran Sistem Logistik darurat Bencana ini dilakukan bersamaan dengan acara peringatan setahun berdirinya AHA Centre di Pangkalan Angkatan Udara Malaysia di Subang, Malaysia, pada Jumat 07 Desember Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN, Alicia Dela Rosa Bala, mengatakan Ini adalah bukti komitmen para pemimpin ASEAN untuk mewujudkan visi komunitas ASEAN yang tangguh menghadapi bencana", kata Dela Rosa. Keberadaan AHA Centre sangat penting untuk membantu pemerintah di negaranegara Asia Tenggara di bidang penanggulangan bencana. Sistem Logistik Darurat Bencana untuk ASEAN yang didirikan dengan bantuan dari pemerintah Jepang, melalui skema Japan-ASEAN Integration Fund, ini menyempurnakan peran AHA Centre. Sistem Logistik Darurat Bencana ini dikembangkan untuk memastikan tersedianya barang-barang yang diperlukan untuk bantuan kemanusiaan secara cepat, sebagai bagian dari upaya tanggap darurat setelah terjadinya bencana skala menengah dan besar. Bantuan yang di berikan akan disesuaikan dengan kebutuhan Negara tersebut. Bantuan juga disesuaikan dengan budaya di ASEAN. Misalnya, Perlengkapan Keluarga ASEAN ( ASEAN Family Kit) yang di siapkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang terdampak bencana selama masa darurat berisi tenda, selimut, tikar, kelambu, kebutuhan bayi dan anak-anak, pakaian, makanan dan lain sebagainya. 4. Upaya AHA Centre Mengirimkan Bntuan Logistik Darurat Bencana Setelah setahun berdirinya AHA Centre, organisasi tersebut telah menunjukkan eksistensinya dalam merespon gempa bumi yang terjadi di Myanmar. AHA Centre memberikan 250 tenda darurat dan 70 gulung terpal sebagai respon untuk kebutuhan mendesak yang dikonfirmasi oleh pemerintah Myanmar melalui NFP. Gempa bumi yang kuat dengan kekuat 6.8 SR, terjadi di Myanmar pada 19 November Tim AHA Centre mampu berkoordinasi dengan RRD dari departemen sosial Myanmar untuk menjalankan misi penyelamatan. Tujan utama dari tim adalah untuk mengerti dari dampak gempa bumi dan menilai jika AHA Centre dapat menyediakan respon darurat. Tim dipimpin oleh eksekutif direktur AHA Centre di ikuti oleh AHA Centre Senior Emergency Preperedness and Respon Officer 1324

11 Upaya AHA Centre dalam Penanggulangan Bencana Alam di Asia Tenggara (Adam Prima K) dan Senior Programme Officer of Japan-ASEAN Integration Fund (JAIF) Management Team. Tim didampingi oleh anggota ASEAN-ERAT dari Myanmar dan berhasil mengunjungi beberapa area yang terkena dampak bencana seperti di desa Kyauk Myaung dan kota Shwe Bo. Selama misi tersebut, 250 tenda darurat dan 70 lembar matras di identifikasi sebagai kebutuhan yang mendesak. Gelombang pertama dari tenda darurat disalurkan pada 23 November dari gudang UNHRD-WFP di Subang Kuala Lupur Malaysia. Pengeriman dari 250 tenda darurat tersebut diselesaikan pada 26 November 2012, sementara 70 gulung terpal dibeli lokal di Myanmar. Penyerahan ini dari AHA Centre ke RRD departemen sosial Myanmar dilaksanakan pada hari selasa 27 November 2012 di Yangon Myanmar. Berikutnya adalah kasus bencana alam yang menimpa negara Filipina yakni terjadinya Topan Bopha pada tanggal 4 Desember Bopha melanda setahun setelah Topan Washi menewaskan lebih dari orang di Filipina selatan.banyak korban meninggal saat Topan Washi melanda dan menyebabkan jebolnya bendungan sungai serta mengakibatkan tanah longsor.presiden Benigno Aquino mendesak rakyat di daerah yang dilanda Bopha untuk bersiaga. Topan dengan cakupan daerah yang dilanda seluas 600 km ini bergerak ke arah barat Filipina dengan kecepatan 26 km/jam dan diperkirakan akan melanda kawasan Selatan dan Tengah sebelum menuju Laut Cina Selatan hari Kamis, menurut badan prakiraan cuaca. Selain menyebarkan informasi tentang kebencanaan, AHA centre juga mengirimkan relawan-relawan sebagai bentuk saling peduli dan saling mendukung, ini telah menjadi bukti bahwa masyarakat di ASEAN merasa hubungan kerjasama ASEAN terlaksana. AHA Centre telah mengirimkan bantuan relawan dan tiga generator untuk rumah sakit serta tempat pengungsian sejak adanya peringatan bencana, dan terus berkoordinasi dengan pemerintah Filipina mengenai hal apa saja yang perlu di support. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya peneliti membuat kesimpulan bahwa upaya yang telah dilakukan ASEAN dengan membentuk pusat koordinasi tanggap darurat bencana alam AHA Centre sudah cukup tepat. Mengingat Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang tingkat ancaman akan bencana alam relatif cukup tinggi. Upaya AHA Centre dalam penanggulangan bencana alam di Asia Tenggara yaitu menjalankan upaya sebagai fungsi membentuk sistem tanggap darurat di mulai dari penilaian resiko, peringatan dini dan pemantauan (risk assessment, early warning and monitoring), pemulihan ( recovery) dan membentuk sistem bantuan logistik darurat bencana untuk memastikan tersedianya barang-barang yang diperlukan untuk bantuan kemanusiaan secara cepat, sebagai bagian dari upaya tanggap darurat setelah terjadinya bencana skala menengah dan besar. Referensi : ASEAN ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response: Work Programme ASEAN Secretariat : Jakarta.Hlm

12 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 4, 2015: ASEAN ASEAN Agreement on Disaster Management and EmergencyResponse. ASEAN Secretariat : Jakarta. Hal 14. ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Response. ASEAN Secretariat. Ibid. Hal Bencana Tsunami terbesar, vince.pdf. 7 Mei 2013 Bencana Topan Bopha Di Filipina, Diakses pada tanggal 14 Mei Bencana gempa 6.8 SR di Myanmar, Diakses pada tanggal 14 Mei 2016 Gempa 9,4 SR dan Tsunami, Hans Van Ginkel, and Edward Newman. In Quest of Human Security. Human Security: a Refugee Perspective." Keynote Speech by Mrs Sadako Ogata, United Nations High Commissioner for Refugees, at the Ministerial Meeting on Human Security Issues of the "Lysoen Process" Group of Governments. Bergen, Norway, 19 May Sistem Bantuan Logistik Darurat Bencana, em.logistik.darurat.bencana. Diakses pada 30 April Soehatman Ramli, Pedoman Manajemen Bencana ( Disaster Management. (Diana Rakyat), hlm.27. United Nations Development Programme (UNDP). Human Development Report New York: Oxford UniversityPress, diakses pada 20 April United Nations Development Programme (UNDP). Human Development Report New York: Oxford UniversityPress,

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana Rahmawati Husein Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana PP Muhammadiyah Workshop Fiqih Kebencanaan Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah, UMY,

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia yang berada di salah satu belahan Asia ini ternyata merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah lama diakui bahwa Negara Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia serta diantara

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN: 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi atau ring of fire yang dimulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi Utara hingga

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 893 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN 1 PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 19/2014 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.22,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGERTIAN - PENGERTIAN ( DIREKTUR MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA ) DIREKTORAT JENDERAL PEMERINTAHAN UMUM Definisi Bencana (disaster) Suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LEBAK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANGKAT, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA BENCANA :

MITIGASI BENCANA BENCANA : MITIGASI BENCANA BENCANA : suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA 1 BEncANA O Dasar Hukum : Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.696, 2015 KEMENHAN. TNI. Penanggulangan Bencana. Pelibatan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELIBATAN TNI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA.

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN.5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA.8 5W 1H BENCANA.10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA.39 KLASIFIKASI BENCANA. DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN...5 2. MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BENCANA...8 5W 1H BENCANA...10 MENGENAL POTENSI BENCANA INDONESIA...11 SEJARAH BENCANA INDONESIA...14 LAYAKNYA AVATAR (BENCANA POTENSIAL INDONESIA)...18

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 LATAR BELAKANG. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, di antara Benua Asia dan Australia, serta diantara Samudera Pasifik dan Hindia.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 9 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor non-alam maupun

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang. 1 Walhi, Menari di Republik Bencana: Indonesia Belum Juga Waspada. 30 Januari

I.1 Latar Belakang. 1 Walhi, Menari di Republik Bencana: Indonesia Belum Juga Waspada.  30 Januari Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang rawan bencana. Setidaknya secara faktual 83 persen kawasan Indonesia, baik secara alamiah maupun karena salah urus merupakan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi geografis Indonesia yang berada di atas sabuk vulkanis yang memanjang dari Sumatra hingga Maluku disertai pengaruh global warming menyebabkan Indonesia

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. No.2081, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2083, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Penanggulangan Bencana. Pemanfaatan PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba dalam kehidupan ini. Bencana alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan gunung api,

Lebih terperinci

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN B. Wisnu Widjaja Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan TUJUAN PB 1. memberikan perlindungan kepada masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Empowerment in disaster risk reduction

Empowerment in disaster risk reduction Empowerment in disaster risk reduction 28 Oktober 2017 Oleh : Istianna Nurhidayati, M.Kep.,Ns.Sp.Kep.kom Bencana...??? PENGENALAN Pengertian Bencana Bukan Bencana? Bencana? Bencana adalah peristiwa atau

Lebih terperinci

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON TRANSBOUNDARY HAZE POLLUTION (PERSETUJUAN ASEAN TENTANG PENCEMARAN ASAP LINTAS BATAS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010 SABID UAK SADAYU A NG T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA PARIAMAN KOTA PARIAMAN TAHUN 2010-0

Lebih terperinci

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2013 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA Menimbang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 2015 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PEMBENTUKAN DESA TANGGUH BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN ANGGARAN 015 I. LATAR BELAKANG Sejarah kebencanaan di Kabupaten Boyolali menunjukkan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIGI PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2012 1 BUPATI SIGI PERATURAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik faktor alam dan/ atau faktor non alam

Lebih terperinci

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang PENGANTAR MITIGASI BENCANA Definisi Bencana (1) Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

Lebih terperinci

KERENTANAN (VULNERABILITY)

KERENTANAN (VULNERABILITY) DISASTER TERMS BENCANA (DISASTER) BAHAYA (HAZARD) KERENTANAN (VULNERABILITY) KAPASITAS (CAPACITY) RISIKO (RISK) PENGKAJIAN RISIKO (RISK ASSESSMENT) PENGURANGAN RISIKO BENCANA (DISASTER RISK REDUCTION)

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs Outline Presentasi PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II Bengkulu, 14 Oktober 2014 Kristanto Sinandang UNDP Indonesia Proses Penyusunan SDGs Tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (1992), bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari

Lebih terperinci

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011 BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 Direncanakan oleh : Kasubbag Kelembagaan, IBRAHIM, S. Sos NIP. 520 010 396 Disetujui oleh : Kepala Bagian Organisasi, TENTANG PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negeri yang rawan bencana. Sejarah mencatat bahwa Indonesia pernah menjadi tempat terjadinya dua letusan gunung api terbesar di dunia. Tahun

Lebih terperinci

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia a. Banjir dan Kekeringan Bencana yang sering melanda negara kita adalah banjir dan tanah longsor pada musim hujan serta kekeringan pada musim kemarau. Banjir merupakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, buku Buku Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ini dapat diselesaikan sebagaimana yang telah direncanakan. Buku ini menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, badai dan banjir. Bencana tersebut datang hampir setiap

Lebih terperinci

Indeks Keamanan Manusia Indonesia (IKMI) Dimensi, Variabel, dan Indikator

Indeks Keamanan Manusia Indonesia (IKMI) Dimensi, Variabel, dan Indikator Indeks Keamanan Manusia Indonesia (IKMI) Dimensi, Variabel, dan Indikator I. Dimensi Keamanan dari Bencana (Kebencanaan) Dalam UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana disebutkan bahwa wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tergolong rawan terhadap kejadian bencana alam, hal tersebut berhubungan dengan letak geografis Indonesia yang terletak di antara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN TUGAS BANTUAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BENCANA ALAM, PENGUNGSIAN DAN BANTUAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN KESATUAN BANGSA, PERLINDUNGAN MASYARAKAT DAN PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN EMPAT LAWANG DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembentukan,

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan yang menurut letak geografisnya berada pada daerah khatulistiwa, diapit Benua Asia dan Australia dan juga terletak diantara

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAN KEBAKARAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana; Menimbang Mengingat QANUN KABUPATEN ACEH JAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN ACEH JAYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR :60 2014 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SERTA RINCIAN TUGAS JABATAN PADA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN BENCANA (PUSDALOPS PB) DAN RUANG PUSAT PENGENDALIAN OPERASI PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas. Menurut Center of Research on the Epidemiology of Disasters (CRED), bencana didefinisikan sebagai

Lebih terperinci