Citra Permukaan Sampel Dari Cu/Si(lOO) pada Scanning Tunneling Microscope (STM) dengan Polaritas Sam pel Bias Yang Berbeda (1)
|
|
- Verawati Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Prosiding Pertemuan llmiah Sains Materi 1996 Citra Permukaan Sampel Dari Cu/Si(lOO) pada Scanning Tunneling Microscope (STM) dengan Polaritas Sam pel Bias Yang Berbeda (1) R. Harry Arjadi[2], Laksmi Andri Astuti[3] ABSTRAK CITRA PERMUKAAN SAMPEL DARI CU/SI(100) PADA SCANNING TUNNELING MICROSCOPE (STM) DENGAN POLARITAS SAMPEL BIAS YANG BERBEDA. Topografi pemlukaan sampel dapat memberikan infonnasi mengenai propreties dan struktur dari sebuah bahan terukur. Telah dikenal beberapa sistem pendukung dalam pengukuran topografi antara lain SEM, STEM dan STM. "Scanning Tunneling Microscope (STM) merupakan sistem pendukung yang tennasuk masih bard, dengan prinsip kerja menggunakan media arus tunel yang timbul diantara probe sensor dan pennukaan sampel. Citra yang ditampilkan oleh sistem STM ini akan tergantung dari besarnya arus tunel, tegangan bias yang diberikan dan polaritas dari tegangan bias yang digunakan. Sesuai dengan polaritas tegangan bias, maka kondisi pemlukaan sampel ada dalam dua kondisi yaitu : "EmptY Stage" dan "Field Stage". Ke dua kondisi tersebut akan memberikan resolusi citra yang berbeda dan tergantung darikebutuhan. ABSTRACT SCANNING TUNNELING MICROSCOPE (STM) IMAGE OF Cu/Si (100) SURFACE SAMPEL WITH DIFFERENT SAMPLE BIAS POLARITY. The material properties and structure information can be shown by its surface topography. it has been known some supporting instrument for surface topography measurement, they are : SEM, STEM and STM. a new supporting instrument for the topography measurement is known as a "Scanning Tunneling Microscope (STM)", with using a tunnel current which is generated at the gap of probe sensor and surface sample. The STM image is depend on the current tunnel, voltage bias and the polarity of the voltage bias. According to the polarity of the voltage bias, there are two condition of the surface sample, they are : "Empty Stage" and "Field Stage". The different resolution of the image is generated by those two condition, and it is depend on the purpose of using the image topogrphy.. PENDAHULUAN. Sejak ditemukan sistem "Scanning Tunneling Microscope (STM)", maka sejak saat itu salah satu metoda untuk melakukan karakteristik bahan adalah Scanning Tunneling Microscope (STM) yang digunakan untuk mengetahui struktur bahan pada ukuran atom[i,2]. Seperti diketahui ada beberapa macam alat ukur untuk mengetahui struktur / topografi bahan terukur yang dikenal dengan SEM, Scanning Laser Force Microscope (SLFM), STEM dan yang lainnya. Prinsip kerja S1M adalah memanfaatkan awan elektron yang ada pada permukaan bahan teruji dan permukaan jarum pengukur sebagai sensor (Scanning Probe Sensor). Dengan memberikan medan listrik pada sampel dan jarum ukur, maka akan mengalir arus tunnel yang akan menjadi informasi dari keadaan permukaan sampel terukur. Citra yang dihasilkan oleh S1M ini akan tergantung dati beberapa parameter yang ada antara lain: arus tunnel yang digunakan, ketajaman jarum pengukur sebagai sensor dan sampel bias yang diberikan pada kedua bahan elektroda tersebut. Dengan melihat parameter - parameter diatas maka salah satu hal yang cukup perlu diperhatikan adalah parameter sampel bias yang digunakan. Besarnya sampel bias yang digunakan akan menentukan posisi 1 Dipresentasikan pada Seminar llmiah PPSM 19% 2 Puslitbang Kalibrasi mstmmentasi Metrologi -LIPI, ~t Produksi Radioisotop -BATAN ujung jarum diatas permukaan sampel terukur, sedangkan polaritas sampel bias akan menentukan betuk citra yang dihasilkan. Seperti telah diketahui bahwa prinsip kerja dati STM ini adalah memanfaatkan arus tunnel yang timbui diantara kedua bahan elektroda, maka kondisi permukaan sampel baik dalam kondisi "Empty Stage (elektron berasal dari jarum bergerak kearah permukaan sampel)" ataupun dalam kondisi "Field stage (elektron berasal dati permukaan sampel bergerak kearah jarum pengukur)" akan ditentukan oleh polaritas sampel bias. Pada penelitian ini dilakukan percobaan pada sampel Cu/Si (100) dengan metoda yang digunakan adalah metoda arus konstan, dengan demikian arus akan dijaga pada harga tertentu selama pengukuran kemudian sampel bias dirubah polaritasnya. Besamya sampel bias yang digunakan pada salah satu kondisi diatas akan menentukan basil citra yang didapat. Arus tunnel yang digunakan pada percobaan ini adalah sebesar 1.02 na., dad besamya tegangan bias adalah volts pada kondisi "field stage" dad tegangan bias sebesar volts untuk kondisi "empty stage". Dari basil percobaan yang didapat terlihat pengukuran untuk kondisi "Empty Stage" maupun "Field Stage" akan tetapi bentuk lembah ataupun puncak dari topograpi permukaan sampel memberikan kontrast yang berbeda. Dengan demikian dengan merubah 346
2 polaritas sampel bias yang digunakan, akan memberikan gambar topographi yang berbeda hasilnya akan tetapi memberikan informasi yang sarna. Hal tersebut akan memberikan kemudahan dalam menganalisa sebuah permukaan dari sampel. Teori. Arus tunnel yang timbul pacta antara kedua bahan elektroda, yaitu ujung jarum pengukur dan permukaan sampel, adalah media yang akan memberikan informasi permukaan dari sampel terukur. Besamya arus yang timbul ditentukan olehg beberapa faktor, antara lain: Jarak kedua elektroda tersebut (d), Sampel bias yang diberikan pacta sampel terukur. Hubungan faktor -faktor tersebut dapat dituiiskan dalam persamaanl3] : I ~ Cexp.(-2kod) dengan : I adalah arus tunel d adalah jarak jarum pengukur terhadap permukaan sampel. A. Baratoff (1984y4] dalam makalahnya menyatakan bahwa konstanta C pada persamaan tersebut diatas adalah besaran yang tergantung dari besarnya tegangan bias yang diberikan pada permukaan sampel terukur. Besaran tersebut dituiiskan dalam persamaan : c= dengan e adalah tegangan bias yang diberikan pada permukaan sarnpel terukur, d adalabjarak kedua elektroda, A adalab luas kedua elektroda yang saling berhadapan. Dengan melihat kedua persarnaan diatas dapat terlihat babwa ares tunel yang timbul sangat tergantung pada besarnya tegangan bias yang diberikan, disarnping luas serta jarak ujung jarum ukur dan permukaan sampel terukur. Sedang arab arus tunel yang timbul sangat tergantung pada polaaritas dati tegangan bias pada sarnpel terukur, arab arus tunel tersebut dapat dilihat pada blok diagram prinsip kerja sistem "STM" pada gambar I. Gambar 1. Prinsip Dasar Scanning Tunneling Microscope. Metoda dad basil -basil percobaan. Pengukuran topografi permukaan sampel dengan menggunakan SPB (Scanning Probe Sensor), adalah merupakan metoda yang digunakan pada instrument pendukung dalam penelitian ilmu bahan (Surface Science). Dengan demikian juga, Scanning Tunneling Microscope (STM), menggunakan SPB yang berupa "needle probe" digunakan sebagai sensor untuk mendeteksi tinggi rendahnya permukaan sampel. Orde pengukuran yang dideteksi adalah dalam orde ukuran atom. Besaran yang dideteksi dalam hat ini adalah arus tunel yang merupakan media dalam memberikan informasi tentang jarak antara ujung jarnm ukur dengan permukaan sampel. Seperti telah diketahui bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi besarnya arus tunel yang timbul, salah satu faktor yang cukup penting dalam menentukan haasil pengukuran topografi ini adalah besarnya tegangan bias yang diberikan pada ujung jarum clan sampel. Hal tersebut akan menentukan jarak kerja dari ujung jarum terhadap permukaan sampel terukur. Selain besarnya tegangan bias tersebut, maka polaritas dati tegangan bias inipun akan sangat menentukan kondisi dati basil pengukuran topografi dati permukaan sampel. Arah arus inilah yang akan menetukan kondisi dari permukaan sampel, yaitu dalam kondisi "Empty stage (elektron berasal dari jarum ukur bergerak keaarah permukaan sampel)" ataupun "Field Stage (elektron berasal dati permukaan sampel bergerak kearah ujung 347
3 jarum ukur)". Kondisi ini akan menentukan image yang dihasilkan dalam pengukuran tci~grafi dengan sistem S1M. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran permukaan sampel dati Cu/Si(IOO) denga ukuran sebesar Ix I cm2, pada UHV- STM buatan "omicron" di Waseda University. Metoda yang digunakan adalah metoda "Current Constant" dengan kata lain arus tunel dijaga konstan. Pada percobaan pertama dilakukan pengukuran dengan menggunakan sampel yang diberi tegangan bias lebih negatip dibandingkan dengan ujung jarum pengukur (negatif sampel bias), dengan demikian pennukaan sampel akan mempunyai elektron lebih banyak dan arus akan bergerak dari ujung jarum ke pennukaan sampel (field stage). Besarnya tegangan bias yang diberikan adalah sebesar -1.6 volt dengan arus tunel dijaga konstan sebesar 1.02 nap, daerah ukumya adalah sebesar 800 A x 800 A dengan titik perubahan sebesar 1 A. Dengan demikian akan didapat image dengan 800 titik pada sumbu x wm terdapat 800 garis pada sumbu y. Gambar 2 menunjukan image Cu/Si(IOO) dalam kondisi "field stage" dengan area image sebesar 200A x 200 A. J~~ ".~,...f,\1 j:.:k'i~,. r-&f'~ Gambar 2. Image Cu/Si(IOO) dalam kondisi "Field Stage" Pada percobaan ke dua dilakukan percobaan dengan merebah polaritas tegangan bias yang yang digunakan, sehingga permukaan sampel akan lebih positif dibandingkan dengan ujung jarom ukur. Dengan demikian jumlah elektron pada ujung jarom akan lebih banyak dibandingkan pada permukaan sampel, atau ares akan bergerak dari permukaan sampel menuju ujung jarorn ukur ( "Empty Stage "). Tegangan bias yang digunakan adalah sebesar volt. dengan arus tunel dijaga konstan sebesar 1.02nAp., maka akan didapat image dari permukaan sampel yang memberikan bentuk image dengan informasi yang sarna, akan tetapi kontrast dati image yang didapat akan berlainan dibandingkan image dalarn kondisi "Field Stage". 348
4 '::1id ~~.,1 "~1.~ &.~IV;..." ~ ~ ~~t~~1*; Gambar 3. Image Cu/Si(lOO) dalam kondisi "Empty Stage" PEMBAHASAN. Percobaan yang telah dilakukan pada penelitian ini terlihat pada garnbar 2 dad garnbar 3, dimana dapat diketahui perbedaan basil pengukuran dari sarnpel terukur. Informasi yang diberikan oleh kedua garnbar tersebut adalah sarna akan tetapi lembah dad puncak yang ditunjukan oleh kedua gambar tersebut akan berbeda. Tonjolan puncak dad lembah dari permukaan sampel terlibat lebih jelas pada percobaan dengan kondisi "Empty Stage" dibandingkan basil pada kondisi "Field Stage", Hal tersebut disebabkan oleh adanya pancaran elektron dati ujung jarum menuju permukaan sarnpel, jadi terlibat gelombang - gelombang dari permukaan sampel pada kondisi tersebut akan lebih jelas. Kedua kondisi tersebut sangat diperlukan dalarn penggunaannya pada analisa basil pembahan permukaan sebuah sampel. Sebagai contoh dalam hal sampel yang bempa sampel Cu/Si(IOO), terlihat adanya rekonstruksi struktur bahan yang terjadi. Jadi ada kondisi - kondisi tertentu yang memerlukan image yang dihasilkan pada kondisi "empty stage" ataupun pada kondisi "field stage". Pengukuran yang dilakukan seperti diatas menggunakan tegangan bias yang berbeda untuk kedua kondisi tersebut. Hal tersebut adalah digunakan untuk mendapat basil pengukuran yang lebih jelas untuk kondisi -kondisi tertentu. Selain besarnya tegangan bias yang diatur, arus tunel yang digunakan juga dapat diatur untuk mendapatkan basil pengukuran yang baik. Salah satu cara adalah dengan membuat agar gap antara jarum dad permukaan sampel terukur dibuat kecil sekali. Akan tetapi hal ini akan mengakibatkan adanya kemungkinan ujung jarum akan menggores permukaan sampel selama pengukuran. Sehingga diperlukan ketelitian dalam menentukan jarak kedua bahan tersebut, agar jarum selama pengukuran dapat menghindari kemungkinan menggores permukaan. Pada umumnya pengukuran topografi permukaan sampel dilakukan dalam kondisi "Field Stage", karena pengukuran pada kondisi ini akan lebih banyak keberhasilannya, dibandingkan dengan pengukuran dengan kondisi "Empty Stage", hanya saja kondisi pengukuran ini tergantung juga dari kebutuhannya untuk menganalisa struktur bahan teruji. Seperti halnya pengukuran untuk kebutuhan dalam melihat perubahan tinggi rendahnya permukaan sampel akan lebih mudah dilihat dengan image yang dihasilkan oleh pengukuran dengan kondisi "Empty Stage". Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran dengan beda ~laritas tegangan bias adalah respon time dati sistem "Feedback Control" dati sistem yang digunakan. Untuk pengukuran yang memerlukan kondisi pengukuran kondisi "Empty Stage" dan mendapatkan basil pengukuran dengan resolusi yang baik, dapat dilakukan dengan menggunakan tegangan bias yang lebih kecil, hal tersebut akan menghasilkan jarak antara ujung jarum dengan permukaan sampel lebih 349
5 dekat. Hal tersebut juga akan memberikan efek lain yaitu ada kemungkinan terjadi penggoresan ujung jarum terhadap permukaan sampel. Akan tetapi ada cara untuk menghidari hal tersebut, yaitu dengan membuat respon time sistem "feedback control" di percepat atau kecepatan scanning yang diperlambat. Sehingga kemungkinan terjadinya penggoresan dapat dihindari dan diperoleh basil pengukuran yang mempunyai resolusi lebih tinngi. KESIMPULAN. Dari percobaan tersebut didapat bahwa pengukuran topografi dengan sistem "Scanning Tunneling Microscope" ini acta dua metoda, ditijau dari cara pemberian tegangan bias pada sampel. Kedua image yang dihasilkan akan mempunyai kontrast yang berbeda akan tetapi memberikan informasi yang sarna. Perbedaan yang paling menonjol dari kedua image tersebut adalah tonjolan puncak dan lembah yang berbeda, pacta kondisi "empty stage" akan memberikan tonjolan -tonjolan yang lebih jelas dibandingkan image yang dihasilkan oleh pengukuran pada kondisi field stage. Pengukuran dalam kondisi "Empty Stage akan memberikan gambar yang lebih jelas, akan tetapi harus mengatur agar posisi ujung jarum diatas permukaan sampel lebih dekat. Hal tersebut akan memberikan ketidak stabilan yang tinggi, dad ada kemungkiruln terjadinya benturan ujung jarum pengukur dengan permukaan sampel..ucapan Terima Kasih. Dalam penulisan ini saya ucapkan terima kasih kepada Prof. Ichinokawa, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Lab. Ichinokawa, Waseda University, Tokyo -Japan. Juga saya sampaikan terima kasih kepada To shu An, Lab. Ichinokawa, Waseda -University, Tokyo - Japan, yang telah memberikan sampelnya untuk percobaan pada penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA:. 1. BINNIG, G. clan ROHRER, H (1983), Scanning Tunneling Microscopy, Surface Science, 126, p ARJADI, H.R., (1992), Disain dan konstroksi STM untuk penelitian topografi clan properties polimer lapisan tipis yang didepositkan paada bahan konduktor, Publikasi ilmiah pertemuan clan presentasi ilrniah Puslitbang KIM -LIPI, p DEKKER, A.J., (1970), Solid State Physics, Macrnilan, London. 4. BARATOFF, A., (1984), Theory of Scanning Tunneling Microscopy -Methods and Approximations, Physica, 127B, p
PENGUKURAN DENGAN STM P ADA PERMUKAAN LAPISAN TIPIS POLIMER TOLUEN (CP sch.j YANG DIDEPOSITKAN P ADA BAHAN KONDUKTOR SILIKON (SJI
.:> PENGUKURAN DENGAN STM P ADA PERMUKAAN LAPISAN TIPIS POLIMER TOLUEN (CP sch.j YANG DIDEPOSITKAN P ADA BAHAN KONDUKTOR SILIKON (SJI R.H. Arjadi2 dan L.A. Astuti3.> ABSTRAK PENGUKURAN DENGAN STM PADA
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil pengujian dari elektroda Ag/AgCl yang telah dibuat dengan memvariasikan konsentrasi larutan dan waktu pembuatan.
Lebih terperinciKARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2
KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2 Hendri, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang,
Lebih terperinciPENGENALAN ALAT UKUR DAN PENGUKURAN. Laporan Praktikum. yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si
PENGENALAN ALAT UKUR DAN PENGUKURAN Laporan Praktikum ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elektronika Dasar yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si Disusun oleh Anisa Fitri Mandagi (1300199)
Lebih terperinciElman panjaitan2, Sulistioso G. S!, Ari Handayani2
Prosiding Pertemuan Ilmiah gains Materi 1996 KARAKTERISASI PADUAN ALUMINlliM AIMgSi YANG DI-AGING1 Elman panjaitan2, Sulistioso G. S!, Ari Handayani2 ABSTRAK KARAKTERISASI PADUAN ALUMINIUM AlMgSi YANG
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan
Lebih terperinciPENENTUAN KESTABILAN SPARKING SPEKTROMETER EMISI MENGGUNAKAN BAHAN PADUAN ALUMINIUM
ISSN 1979-2409 Penentuan Kestabilan Sparking Spektrometer Emisi Menggunakan Bahan Paduan Aluminium (Agus Jamaludin, Djoko Kisworo, Darma Adiantoro) PENENTUAN KESTABILAN SPARKING SPEKTROMETER EMISI MENGGUNAKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem isolasi merupakan bagian yang sangat penting dalam sistem tegangan tinggi yang berguna untuk memisahkan dua buah penghantar listrik yang berbeda potensial, sehingga
Lebih terperinciEksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data
7 jam dan disonikasi selama jam agar membran yang dihasilkan homogen. Langkah selanjutnya, membran dituangkan ke permukaan kaca yang kedua sisi kanan dan kiri telah diisolasi. Selanjutnya membran direndam
Lebih terperinciBagian 4 Karakteristik Junction Dioda
Bagian 4 Karakteristik Junction Dioda Junction Diode Switching Times Pada saat keadaan dioda berubah dari kondisi reverse-biased ke kondisi forward-biased, terdapat transien (proses peralihan) pada respon
Lebih terperinciJurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober APLIKASI AKTUATOR PIEZOELEKTRIK Farid Samsu Hananto*
Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1 Oktober 2009 86 APLIKASI AKTUATOR PIEZOELEKTRIK Farid Samsu Hananto* Abstrak : Piezoelekctrik aktuator adalah devais yang mempunyai kelebihan dalam akurasi gerakan, respon
Lebih terperinciRekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona
Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona Vincensius Gunawan.S.K Laboratorium Fisika Zat Padat, Jurusan Fisika, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graphene merupakan susunan atom-atom karbon monolayer dua dimensi yang membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang lebah. Graphene memiliki sifat
Lebih terperinciPerancangan dan Realisasi Pembangkit Korona dengan Sumber DC dari Baterai 12 Volt DC Menggunakan Flyback Converter
Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Juli 2015 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.3 No.2 Perancangan dan Realisasi Pembangkit Korona dengan Sumber DC dari Baterai 12 Volt DC
Lebih terperinciPengaruh Perubahan Ketebalan Terhadap Tegangan Ambang Dan Waktu
Pengaruh Perubahan Ketebalan Terhadap Tegangan Ambang Dan Waktu Tanggap Pada Sel Linus Setyo Adhidhuto, Yusril Yusuf Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada
Lebih terperinciANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR
Akhmad Dzakwan, Analisis Sistem Kontrol ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR (DC MOTOR CONTROL SYSTEMS ANALYSIS AS A FUNCTION OF POWER AND VOLTAGE OF HEAT) Akhmad
Lebih terperinciRancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG
Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Paisal Tajun Aripin 1, Erna Kusuma Wati 1, V. Vekky R. Repi 1, Hari Hadi Santoso 1,2 1 Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstanta dielektrik adalah perbandingan nilai kapasitansi kapasitor pada bahan dielektrik dengan nilai kapasitansi di ruang hampa. Konstanta dielektrik atau permitivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa peluahan sebagian (PD) merupakan sebuah fenomena yang menjadi penyebab kerusakan atau penuaan sistem isolasi listrik. PD menyebabkan degradasi atau penurunan
Lebih terperinciPENGARUH POLARITAS MEDAN LISTRIK EKSTERNAL DAN SUDUT POLARISASI LASER DIODA UNTUK PENGAMATAN EFEK KERR
Berkala Fisika ISSN : 11-9 Vol.9, No.1, Januari, hal 31-3 PENGARUH POLARITAS MEDAN LISTRIK EKSTERNAL DAN SUDUT POLARISASI LASER DIODA UNTUK PENGAMATAN EFEK KERR Hari Wibowo, Eko Sugiyanto, K. Sofjan Firdausi,
Lebih terperinciSIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA
SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA Wahyono Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jalan Prof. Sudarto, SH, Tembalang, kotak pos6199/sms/sematang
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Constant Current Regulator (CCR), Mikrokontroller, Ethernet, Touchscreen ABSTRACTION
RANCANG BANGUN TRAINER KONTROL DAN MONITORING CONSTANT CURRENT REGULATOR AUGIER DIAM 4000 BERBASIS MIKROKONTROLER SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DI AKADEMI TEKNIK DAN KESELAMATAN PENERBANGAN SURABAYA Hartono
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)
39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan
Lebih terperinciKARAKTERISASI I-V SEMIKONDUKTOR HETEROKONTAK CuO/ ZnO(TiO 2 ) SEBAGAI SENSOR GAS HIDROGEN
KARAKTERISASI I-V SEMIKONDUKTOR HETEROKONTAK CuO/ ZnO(TiO 2 ) SEBAGAI SENSOR GAS HIDROGEN Mardiah dan Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail:
Lebih terperinciPENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK
PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh filter warna kuning terhadap efesiensi Sel surya. Dalam penelitian ini menggunakan metode
Lebih terperinciDESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU
DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU Oleh : Subarsyah dan I Ketut Gede Aryawan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No.
Lebih terperinciKarakteristik Dioda Sambungan p-n
Karakteristik Dioda Sambungan p-n Kharisma Liputo 1,Fazliana Samaun 2,Puspitarini Wellong 3, Al Jufri Hadju 4 Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Jl. Jendral Sudirman No.6 Kota
Lebih terperinciRANCANG BANGUN TEGANGAN TINGGI DC DAN PEMBALIK PULSA PADA SISTEM PENCACAH NUKLIR DELAPAN DETEKTOR
SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 RANCANG BANGUN TEGANGAN TINGGI DC DAN PEMBALIK PULSA PADA SISTEM PENCACAH NUKLIR DELAPAN DETEKTOR NOGROHO TRI SANYOTO, SUDIONO, SAYYID KHUSUMO LELONO Sekolah
Lebih terperinciPERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER
PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER Oleh: Muhammad Anwar Widyaiswara BDK Manado ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT UKUR RESISTIVITAS PADA LAPISAN TIPIS MENGGUNAKAN METODE 4 PROBE BERBASIS ATMega8535 DENGAN TAMPILAN LCD KARAKTER 2 X 16
RANCANG BANGUN ALAT UKUR RESISTIVITAS PADA LAPISAN TIPIS MENGGUNAKAN METODE 4 PROBE BERBASIS ATMega8535 DENGAN TAMPILAN LCD KARAKTER 2 X 16 Juwita Safitri, Meqorry Yusfi, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciSIMAK UI Fisika
SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.
Lebih terperinciPEMBUATAN DAN PENGUKURAN SIFAT LISTRIK
)?L Pros;d;ni! Pertemuan Ilm;ah Sa;ns Mater; 1997 1SSN 1410-2897 PEMBUATAN DAN PENGUKURAN SIFAT LISTRIK BAHAN Ag-~-AI2O31 Nanik Indayaningsih2, Hans K.Sudjono2, Engkir Sukirrnan3, dan Udin Hairudin2 ABSTRAK
Lebih terperinciPEMBUATAN KONDUKTOR TRANSPARAN THIN FILM SnO2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SPRAY PYROLYSIS
PEMBUATAN KONDUKTOR TRANSPARAN THIN FILM SnO2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SPRAY PYROLYSIS Syuhada, Dwi Bayuwati, Sulaiman Pusat Penelitian Fisika-LIPI, Kawasan Puspiptek Serpong Tangerang 15314 e-mail: hadda212@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendeteksian cahaya merupakan salah satu proses paling mendasar pada bidang optik [1]. Untuk mendeteksi cahaya, diperlukan suatu proses konversi optoelektronik menggunakan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 Metode Pengasapan Cold Smoking Ikan asap merupakan salah satu makanan khas dari Indonesia. Terdapat dua jenis pengasapan yang dapat dilakukan pada bahan makanan yaitu hot smoking
Lebih terperinciDIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus.
DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus. II. DASAR TEORI 2.1 Pengertian Dioda Dioda adalah komponen aktif bersaluran dua (dioda termionik mungkin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minim gangguan. Partial discharge menurut definisi IEEE adalah terjadinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Identifikasi Partial Discharge (PD) pada isolasi kabel input motor dengan tegangan dan frekuensi tinggi menjadi suatu metode diagnosa yang sangat penting dalam dunia
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERHITUNGAN PERTUMBUHAN PEMOHONAN LISTRIK PADA KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 KV
34 BAB IV ANALISA PERHITUNGAN PERTUMBUHAN PEMOHONAN LISTRIK PADA KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 KV 4.1 DATA SAMPLE Peluahan sebagian (partial discharge) dan medan listrik lokal dapat menyebabkan pertumbuhan
Lebih terperinciDISTRIBUSI FASA PULSA-PULSA PD MINYAK SILIKON DENGAN TEGANGAN TINGGI AC
DISTRIBUSI FASA PULSA-PULSA PD MINYAK SILIKON DENGAN TEGANGAN TINGGI AC Abdul Rajab Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Andalas ABSTRAK Salah satu pemicu utama kegagalan sistem isolasi
Lebih terperinciKarakterisasi XRD. Pengukuran
11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi
Lebih terperinciKARAKTERISASI SENSOR HALL EFFECT SEBAGAI SENSOR MAGNETIK PADA PROTOTIPE PENJELAJAH PENGUKUR MEDAN MAGNET DENGAN SISTEM KENDALI ANDROID
DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.cip.06 KARAKTERISASI SENSOR HALL EFFECT SEBAGAI SENSOR MAGNETIK PADA PROTOTIPE PENJELAJAH PENGUKUR MEDAN MAGNET DENGAN SISTEM KENDALI ANDROID Nadya Hidayatie 1,a), Widyaningrum
Lebih terperinciGambar 11. susunan dan symbol dioda. Sebagai contoh pemassangan dioda pada suatu rangkaian sebagai berikut: Gambar 12. Cara Pemasangan Dioda
4.4. Dioda Dioda atau diode adalah sambungan bahan p-n yang berfungsi terutama sebagai penyearah. Bahan tipe-p akan menjadi sisi anode sedangkan bahan tipe-n akan menjadi katode. Bergantung pada polaritas
Lebih terperinci3.1 Pendahuluan Dioda mempunyai dua kondisi atau state: - Prategangan arah maju - Prategangan arah mundur
BAB III Rangkaian Doda Dan Aplikasi 3.1 Pendahuluan 3.2 Metoda Grafis 3.2.1 Analisa Rangkaian DC 3.2.2 Analisa Rangkaian AC 3.3 Metoda Dengan Model 3.3.1 Penggunaan Aproksimasi 3.3.2 Contoh-Contoh Penerapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumen yang letaknya saling berjauhan. Karena dengan menaikkan tegangan maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan tegangan tinggi merupakan salah satu upaya untuk mengurangi rugi energi dalam sistem transmisi dan distribusi daya listrik dari suatu pembangkit ke konsumen
Lebih terperinciKomputerisasi Alat Ukur V-R Meter untuk Karakterisasi Sensor Gas Terkalibrasi NI DAQ BNC-2110
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 01, No. 01, Januari 2013 Komputerisasi Alat Ukur V-R Meter untuk Karakterisasi Sensor Gas Terkalibrasi NI DAQ BNC-2110 Junaidi Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung,
Lebih terperinciAnalisis Elektromotansi Termal antara Pasangan Logam Aluminium, Nikrom dan Platina sebagai Termokopel
Analisis Elektromotansi Termal antara Pasangan Logam Aluminium, Nikrom dan Platina sebagai Termokopel Annisa Diasyari 1,*, Bidayatul Armynah 1, Bannu 1 Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Hasanuddin 1 Email:
Lebih terperinciDAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika
+ 4 KAPASITOR, INDUKTOR DAN RANGKAIAN A 4. Bentuk Gelombang lsyarat (signal) Isyarat adalah merupakan informasi dalam bentuk perubahan arus atau tegangan. Perubahan bentuk isyarat terhadap fungsi waktu
Lebih terperinciALAT UKUR BESARAN FISIS DAN SISTEM KALIBERASINYA
ALAT UKUR BESARAN FISIS DAN SISTEM KALIBERASINYA Zuhdan K. Prasetyo Vinta A. Tiarani Disajikan untuk Workshop Koordinator Laboratorium IPA bagi Guru-guru SMP se Jateng di Lab MIPA UNY pada 5 Nopember 2011
Lebih terperinciX-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF)
X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) Philips Venus (Picture from http://www.professionalsystems.pk) Alat X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF) memanfaatkan sinar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permintaan kebutuhan energi listrik akan terus mengalami peningkatan secara pesat sehingga untuk mentransmisikan energi yang besar digunakan sistem tegangan tinggi
Lebih terperinciSimulasi Sel Surya Model Dioda dengan Hambatan Seri dan Hambatan Shunt Berdasarkan Variasi Intensitas Radiasi, Temperatur, dan Susunan Modul
Simulasi Sel Surya Model Dioda dengan Hambatan Seri dan Hambatan Shunt Berdasarkan Variasi Intensitas Radiasi, Temperatur, dan Susunan Modul M. Dirgantara 1 *, M. Saputra 2, P. Aulia 3, Z. Deofarana 4,
Lebih terperinciDASAR PENGUKURAN LISTRIK
DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai prinsip dasar pengukuran. Mengukur arus,
Lebih terperinciLAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)
Page : 1 LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW) 1. PENDAHULUAN. Las busur listrik elektrode terbungkus ialah salah satu jenis prose las busur listrik elektrode terumpan,
Lebih terperinciLAB LAS. Pengelasan SMAW
1. Tujuan Mahasiswa memahami prinsip kerja dari las SMAW (Shileded Metal Arc Welding) dan fungsi bagian-bagian dari perlatan las SMAW serta keselamatan kerja las SMAW, sehingga mahasiswa dapat melakukan
Lebih terperinciBAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Tahapan Penelitian Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai Perancangan Sensor Pengujian Kesetabilan Laser Pengujian variasi diameter
Lebih terperinciRANCANG BANGUN PENGANALISIS KANAL TUNGGAL. Herry Mugirahardjo dan Eddy Santoso
p~ ~ N~ H~ N~ ~ ~X ~ c" ISSN 1c,10-')6g6 RANCANG BANGUN PENGANALISIS KANAL TUNGGAL Herry Mugirahardjo dan Eddy Santoso Puslitbang Iptek Bahan BATAN, Kawasan PuspiptekSerpong, Tangerang ABSTRAK RANCANG
Lebih terperinciDETEKSI MULAI TERBENTUKNYA ALIRAN CINCIN PADA PIPA HORISONTAL MENGGUNAKAN SENSOR ELEKTRODE Hermawan
DETEKSI MULAI TERBENTUKNYA ALIRAN CINCIN PADA PIPA HORISONTAL MENGGUNAKAN SENSOR ELEKTRODE Hermawan Jurusan Teknik Mesin Dan Industri Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Indonesia hermawan_ugm@yahoo.com
Lebih terperinciAPLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOLE- DIPOLE UNTUK MENDETEKSI MINERAL MANGAN (PHYSICAL MODELING)
APLIKASI METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOLE- DIPOLE UNTUK MENDETEKSI MINERAL MANGAN (PHYSICAL MODELING) APPLICATION OF GEOELECTRIC METHODS OF DIPOLE-DIPOLE CONFIGURATION TO DETECT THE MANGANESE MINERALS
Lebih terperinciPENENTUAN PARAMETER KISI KRISTAL HEXAGONAL BERDASARKAN POLA DIFRAKSI SINAR-X SECARA KOMPUTASI. M. Misnawati 1, Erwin 2, Salomo 3
PENENTUAN PARAMETER KISI KRISTAL HEXAGONAL BERDASARKAN POLA DIFRAKSI SINAR-X SECARA KOMPUTASI M. Misnawati, Erwin, Salomo Mahasiswa Porgram Studi S Fisika Bidang Karakterisasi Material Jurusan Fisika Bidang
Lebih terperinciPERANCANGAN ALAT UKUR SUMBER AC/DC SECARA OTOMATIS
PERANCANGAN ALAT UKUR SUMBER AC/DC SECARA OTOMATIS Edi Putra Harahap 1 *, Ir. Arnita, M.T. 1, Mirza Zoni, S.T, M.T. 1 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta E-mail:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM 4.1 Analisis dan Pengujian Analisis merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mengetahui bagaimana hasil dari sistem yang telah dibuat dapat berjalan sesuai
Lebih terperinci2.11. Magnetic Resonance Imaging Magnet RF Coil Prinsip Dari MRI Aplikasi MRI
ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi dalam bidang kedokteran, misalkan penggunaan sinar X dan CT scan untuk mendeteksi kelainan pada organ tubuh manusia. Alat deteksi yang terbaru adalah MRI (Magnetic
Lebih terperinciLUQMAN KUMARA Dosen Pembimbing :
Efek Polaritas dan Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum-Plat LUQMAN KUMARA 2205 100 129 Dosen Pembimbing : Dr.Eng I Made Yulistya Negara, ST,M.Sc IG Ngurah Satriyadi
Lebih terperinciLAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1
LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 KODE: L - 4 JUDUL PERCOBAAN : ARUS DAN TEGANGAN PADA LAMPU FILAMEN TUNGSTEN DI SUSUN OLEH: TIFFANY RAHMA NOVESTIANA 24040110110024 LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS
Lebih terperinciEKSPERIMEN UJI PADA DAYA TINGGI DARI HEAD SUMBER ION UNTUK SIKLOTRON
EKSPERIMEN UJI PADA DAYA TINGGI DARI HEAD SUMBER ION UNTUK SIKLOTRON Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, BATAN Jln. Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb Yogyakarta 55281 Email: ptapb@batan.go.id ABSTRAK
Lebih terperinciDTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI
DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI By : Dwi Andi Nurmantris OSILOSKOP POKOK BAHASAN OSILOSKOP ANALOG OSILOSKOP DIGITAL Pengertian Osiloskop Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN SENSOR BERBASIS 4 MIKRO-PROBE DALAM SISTEM ELECTRICAL CAPACITANCE VOLUME TOMOGRPHY (ECVT) UNTUK MENGUKUR STRUKTUR 3 DIMENSI DI DALAM MATERIAL TESIS DIAN FIGANA 0906578301
Lebih terperinciSIMBOL DAN STRUKTUR DIODA
DIODA Dioda dapat digunakan dalam beberapa alat. Sebagai contoh, sebuah perangkat elektronika yang menggunakan baterai sering menggunakan dioda yang fungsinya untuk melindungi perangkat tersebut jika anda
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN PARAMETER "A" SKEMPTON PADA KELAKUAN KONSOLIDASI TANAH LUNAK AKIBAT BEBAN TIMBUNAN
PENGARUH PERUBAHAN PARAMETER "A" SKEMPTON PADA KELAKUAN KONSOLIDASI TANAH LUNAK AKIBAT BEBAN TIMBUNAN RINGKASAN PENGARUH PERUBAHAN PARAMETER "A" SKEMPTON PADA KELAKUAN KONSOLIDASI TANAH LUNAK AKIBAT BEBAN
Lebih terperinciKONVERSI ENERGI ANGIN MENJADI ENERGI LISTRIK DALAM SKALA LABORATORIUM
KONVERSI ENERGI ANGIN MENJADI ENERGI LISTRIK DALAM SKALA LABORATORIUM Febrielviyanti*, Maksi Ginting, Zulkarnain Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus Bina
Lebih terperinciDAN KONSENTRASI SAMPEL
PERANCANGAN SENSOR ph MENGGUNAKAN FIBER OPTIK BERDASARKAN VARIASI KETEBALAN REZA ADINDA ZARKASIH NRP. 1107100050 DAN KONSENTRASI SAMPEL DOSEN PEMBIMBING : DRS. HASTO SUNARNO,M.Sc Jurusan Fisika Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LED ( Light Emitting Diode) Dioda cahaya atau lebih dikenal dengan sebutan LED (light-emitting diode) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya monokromatik yang tidak
Lebih terperinciPerancangan Alat Ukur Daya Listrik Lampu Pijar Menggunakan ADC TLV2543 Dengan Tampilan Komputer
Perancangan Alat Ukur Daya Listrik Lampu Pijar Menggunakan ADC TLV2543 Dengan Tampilan Komputer Harda Elnanda 1,Bambang Sutopo 2 1 Penulis, Mahasiswa S-1 Jurusan Teknik Elektro UGM 2 Dosen Pembimbing,
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ALAT UKUR STATE OF CHARGE (SOC) PADA BATERAI LEAD-ACID MENGGUNAKAN METODE PERHITUNGAN COULOMB
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 626 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ALAT UKUR STATE OF CHARGE () PADA BATERAI LEAD-ACID MENGGUNAKAN METODE PERHITUNGAN COULOMB DESIGN
Lebih terperinciBAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan
BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan
Lebih terperinciIV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. terbuat dari tembaga. Plat dengan tebal 0,5 mm dibentuk lingkaran dengan
34 IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Alat Ukur Tegangan dan Arus Induksi Alat ukur tegangan induksi dibuat dengan menggunakan dua buah plat yang terbuat dari tembaga. Plat dengan tebal 0,5 mm dibentuk lingkaran
Lebih terperinciBAB 2 PENGGUNAAN SENSOR MEDAN MAGNET TUNGGAL BERBASIS EFEK HALL DALAM PENGEMBANGAN ALAT UKUR HISTERISIS MAGNET UNTUK MATERIAL MAGNET LEMAH
BB 2 PENGGUNN SENSOR MEDN MGNET TUNGGL BERBSIS EFEK HLL DLM PENGEMBNGN LT UKUR HISTERISIS MGNET UNTUK MTERIL MGNET LEMH 1) gustinus Gigih Widodo, 1,2) Made Rai Suci Shanti, 2) Nur ji Wibowo 1) Pendidikan
Lebih terperinciI. Tujuan Praktikum. kapasitor. muatan listrik pada kapasitor. 1. Mengetahui bentuk dan jenis Kapasitor.
SRI SUPATMI,S.KOM I. Tujuan Praktikum 1. Mengetahui bentuk dan jenis Kapasitor. 2.Mengetahui cara membaca nilai kapasitansi suatu kapasitor. 3.Memahami prinsip pengisian dan pengosongan muatan listrik
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai analisis pola interferensi pada interferometer Michelson
22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai analisis pola interferensi pada interferometer Michelson akibat perbedaan ketebalan benda transparan dengan metode image processing
Lebih terperinciModul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015
Modul 03: Catu Daya Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan Reza Rendian Septiawan February, 205 Dalam dunia elektronika, salah satu komponen yang paling penting adalah catu daya. Sebagian besar komponen
Lebih terperinciSISTEM KONTROL CATU DAYA, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA BERBASIS ATMEGA 2560 PADA RUANG BUNKER SEISMOMETER
SISTEM KONTROL CATU DAYA, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA BERBASIS ATMEGA 2560 PADA RUANG BUNKER SEISMOMETER Alhusen Mustarang Stasiun Geofisika Palu Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika Email: alhusenmustarang007@gmail.com
Lebih terperinciPreparasi Lapisan Tipis ZnO Dengan Metode Elektrodeposisi Untuk Aplikasi Solar Cell
Preparasi Lapisan Tipis ZnO Dengan Metode Elektrodeposisi Untuk Aplikasi Solar Cell Oleh: Hanif Mubarok 2310100049 Yusuf Hasan Habibie 2310100137 Pembimbing : Ir. Minta Yuwana, MS. Prof. Dr. Ir. Heru Setyawan,
Lebih terperinciOPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS
OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS HALLEYNA WIDYASARI halleynawidyasari@gmail.com Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciD. 75 cm. E. 87 cm. * Pipa organa terbuka :
1. Pada suatu hari ketika laju rambat bunyi sebesar 345 m/s, frekuensi dasar suatu pipa organa yang tertutup salah satu ujungnya adalah 220 Hz. Jika nada atas kedua pipa organa tertutup ini panjang gelombangnya
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN METODE PENGUJIAN KEKASARAN PERMUKAAN PADA MATERIAL POLIMER DAN KOMPOSIT - REVIEW
ANALISIS PERBANDINGAN METODE PENGUJIAN KEKASARAN PERMUKAAN PADA MATERIAL POLIMER DAN KOMPOSIT - REVIEW Dimas Eko Prasetyo Teknik Mesin Universitas Brawijaya dan Malang 085646442044 E-mail: dhimazpraz@gmail.com
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polyvinyl alcohol (PVA) merupakan salah satu polimer yang banyak digunakan di kalangan industri. Dengan sifatnya yang tidak beracun, mudah larut dalam air, biocompatible
Lebih terperinciMOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB
ORBITH Vol. 8 No. 1 Maret 2012: 32-37 MOTOR DC BRUSHLESS TIGA FASA-SATU KUTUB Oleh : Djodi Antono Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jln. Prof. Sudarto Tembalang Semarang 50275
Lebih terperinciVARIASI RAPAT ARUS DALAM PROSES PELAPISAN KHROMIUM KERAS PADA CINCIN TORAK. Yusep Sukrawan 1
VARIASI RAPAT ARUS DALAM PROSES PELAPISAN KHROMIUM KERAS PADA CINCIN TORAK Yusep Sukrawan 1 ABSTRAK VARIASI RAPAT ARUS DALAM PROSES PELAPISAN KHROMIUM KERAS PADA CINCIN TORAK. Pelapisan khromium keras
Lebih terperinciIII.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei
17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik,
23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengukuran Besaran Elektrik, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung dari bulan Agustus
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR LISTRIK
PENGETAHUAN DASAR LISTRIK Asal mula listrik Setiap benda terdiri dari bagian-bagian yang sangat kecil,, yang disebut molekul. Apabila molekul ini dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil, bagian-bagian
Lebih terperinciM O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan
M O T O R D C Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan motor induksi, atau terkadang disebut Ac Shunt Motor. Motor
Lebih terperinciMATERI IV DIODA : PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK
MATERI IV DIODA : PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK A. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa memahami pengertian dan karakteristik dioda semikonduktor 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat menjelaskan keadaan sambunan
Lebih terperinciSIMULASI PEMBUATAN POLA CITRA UNTUK MENGETAHUI JARAK ANTARA NANOPARTIKEL DENGAN MENGGUNAKAN LATTICE GENERATOR DAN LATTICE PARAMETER ANALYZER
SIMULASI PEMBUATAN POLA CITRA UNTUK MENGETAHUI JARAK ANTARA NANOPARTIKEL DENGAN MENGGUNAKAN LATTICE GENERATOR DAN LATTICE PARAMETER ANALYZER Laurensius Morris 0522018 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciRINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK
RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK Ano/ppl/2012 RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK Mata Pelajaran Bahan Kajian Kelas/semester Potensi Dasar : Dasardasar listrik dan elektronika :
Lebih terperinciDESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA ABSTRAK ABSTRACT
DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA Rohmad Salam Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir ABSTRAK DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI
Lebih terperinciDASAR PENGUKURAN LISTRIK
DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai prinsip RTD. Menjelaskan dengan benar mengenai
Lebih terperinciRancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI
Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI Sutedjo ¹, Zaenal Efendi ², Dina Mursyida 3 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri ² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Mahasiswa D4 Jurusan
Lebih terperinciANALISIS DAN PERHITUNGAN CEPAT RAMBAT GELOMBANG ELEKTROMAGNET TERHADAP DAYA PADA SEBUAH TRANSMITER FM
ANALISIS DAN PERHITUNGAN CEPAT RAMBAT GELOMBANG ELEKTROMAGNET TERHADAP DAYA PADA SEBUAH TRANSMITER FM Akhmad Dzakwan Jurusan Fisika FMIPA Unila Jl. S. Brojonegoro No. 1, Bandar Lampung, 35145 ABSTRACT
Lebih terperinci