BAB I PENDAHULUAN. Saat ini karyawan tidak lagi mendefinisikan kesuksesan karir dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Saat ini karyawan tidak lagi mendefinisikan kesuksesan karir dengan"

Transkripsi

1 BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Saat ini karyawan tidak lagi mendefinisikan kesuksesan karir dengan jumlah penghasilan atau tingginya gaji yang diterima. Konsultan dunia Accenture (2013) mengungkapkan, keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan menjadi penentu utama dalam kesuksesan karyawan pria maupun wanita. Dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut; Gambar 1.1 Penentu Utama Kesuksesan Karyawan Sumber: Accenture (2013) Sebanyak 56% karyawan menyatakan bahwa keseimbangan kerja-kehidupan merupakan faktor utama dalam penentu kesuksesan dibandingkan uang, penghargaan, otonomi, kemajuan, dampak sosial dan status pekerjaan. Hal ini sejalan dengan terus berkembangnya penelitian mengenai keseimbangan kerja-kehidupan tiap tahunnya pada media, politik, bisnis,

2 kebijakan organisasi dan prioritas sumber daya manusia (Chang et al., 2010). Dapat dilihat dari Gambar 1.2 mengenai perkembangan kepedulian terhadap keseimbangan kerja-kehidupan yang dilakukan oleh Cummunity Business (2014) sebagai berikut; Gambar 1.2 Perkembangan Keseimbangan Keja-Kehidupan Sumber: Cummunity Business (2014) Gambar 1.2 menunjukkan bahwa perkembangan dari keseimbangan kerja-kehidupan pada karyawan yang terjadi pada sembilan tahun terakhir cenderung meningkat. Namun, tidak semua karyawan dapat memenuhi keseimbangan kerja-kehidupannya. Hal ini berdasarkan survei dari Ernst & Young Global Limited (2015) yang menyatakan bahwa sebanyak 33% karyawan secara global mengalami kesulitan dalam mengatur antara kehidupan pekerjaan dan keluarga dalam lima tahun terakhir ini. Oleh sebab itu, menurut Tamang (2010) berbagai literatur mengenai hubungan antara pekerjaan dan kehidupan bermuara pada anteseden dan konsekuensi dari konflik kerjakehidupan. Anteseden mengacu pada tuntutan peran antara pekerjaan dan kehidupan. Individu mengalami konflik ketika tidak dapat menyeimbangkan

3 peran antara pekerjaan dan kehidupan. Munculnya stres yang berasal dari pekerjaan dan kehidupan semakin meningkatkan konflik antara pekerjaan dan kehidupan tersebut. Judge et al. (1994) mengungkapkan bahwa jumlah jam kerja yang tinggi merupakan salah satu faktor yang meningkatkan stres sehingga mempermudah munculnya konflik kerja-kehidupan. Hal ini menuntut organisasi untuk dapat meningkatkan keseimbangan kerja-kehidupan dengan mengurangi konflik kerja-kehidupan, sehingga meningkatkan perhatian lebih pada pentingnya keseimbangan tersebut (Lewis, 2003 dalam Chandra, 2012). Konsekuensi yang timbul dari konflik pekerjaan dan kehidupan bermuara pada ketidakpuasan pada pekerjaan, rendahnya komitmen organisasional, tingginya tingkat pergantian karyawan, dan kurangnya motivasi karyawan. Masalah pekerjaan dan keluarga menjadi dua hal sentral dalam kehidupan terutama pria dan wanita yang bekerja. Menurut Aycan dan Eskin (2005) faktor dalam pekerjaan akan mempengaruhi kehidupan keluarga dan sebaliknya faktor dalam keluarga akan mempengaruhi pekerjaan. Konflik pekerjaan dan keluarga merupakan konflik antar peran, konflik timbul apabila peran di dalam pekerjaan dan peran di dalam keluarga saling menuntut untuk dipenuhi, pemenuhan peran yang satu akan mempersulit pemenuhan peran yang lain (Aycan dan Eskin, 2005). Alasan perlu ditingkatkannya perhatian dan penelitian dalam mengatasi isu-isu keseimbangan kerja-kehidupan ini dapat diuraikan dalam beberapa hal berikut: Pertama, faktor-faktor seperti kemajuan teknologi informasi dan informasi yang memuat pendekatan pada fleksibilitas telah menempatkan

4 tekanan kerja yang lebih besar pada karyawan (Dastmalchian dan Blyton, 2001). Penelitian menunjukkan bukti yang jelas bahwa intensitas kerja terefleksikan pada beban kerja yang dirasakan telah meningkat sejak awal 1980-an (Greenhaus et al., 2001). Jam kerja dan tuntutan pekerjaan yang lebih tinggi menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana individu dapat menyeimbangkan pekerjaan mereka dengan aspek kehidupan lainnya. Kedua, tidak signifikannya perkembangan penelitian mengenai wanita yang berkerja dan sudah menikah dan memiliki anak, membuat banyak penelitian yang mengangkat mengenai bagaimana keluarga menyeimbangkan antara peran pekerjaan dan keluarga mereka dan bagaimana peran ini mempengaruhi satu sama lain (Tatman et al., 2001). Ketiga, sikap kerja dan nilai-nilai yang berubah pada generasi muda membuat mereka kurang mempriorotaskan karir dan lebih mengutamakan pencapaian keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (Guest, 2001 dalam Sturges dan Guest, 2004). Beberapa penelitian sebelumnya menganggap keseimbangan kerjakehidupan adalah konsep gender (Naisbitt dan Aburdene, 1992) yang hanya berlaku untuk perempuan. Dalam konteks keluarga, wanita yang menyeimbangkan antara kehidupan dan pekerjaan lebih sulit jika dibandingkan dengan rekan pria lainnya. Hal ini dikarenakan wanita lebih banyak melakukan pekerjaan rumah tangga, serta memiliki tanggung jawab yang lebih besar ketika memiliki anak (Bridge, 2009 dalam Brough et al., 2014). Perubahan yang sangat signifikan baik secara sosial, perubahan ekonomi, politik dan teknologi telah membantu memperkenalkan struktur sosial

5 baru, sehingga perempuan tidak sekedar melakukan pekerjaan di rumah tetapi juga sudah merambah ke ruang publik yang lebih luas. Dalam upaya meningkatkan keseimbangan kerja-kehidupan, wanita lebih mandiri dalam mendapatkan fleksibilitas dan kontrol atas pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka (Ward, 2007). Isu mengenai keseimbangan kerja-kehidupan tidak hanya menjadi tren di negara negara besar di Eropa maupun di Amerika Serikat (Lockwood, 2003). Karyawan secara global telah menyadari pentingnya keseimbangan kerja-kehidupan, sehingga mereka menginginkan jenis pekerjaan yang lebih fleksibel. Walaupun bekerja mereka juga dapat memperhatikan kehidupan pribadi mereka di dalam keluarga. Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa keseimbangan kerja-kehidupan berlaku bagi para profesional baik pria maupun wanita pada berbagai tingkat karir profesional (Byalick dan Saslow, 1993; Armour, 2003 dalam Blair-Loy, 2003). Mereka berusaha menyeimbangkan kehidupan keluarga, pekerjaan dan minat pribadi. Dampak dari keseimbangan kerja-kehidupan tidak hanya penting untuk kesehatan dan kesejahteraan individu, tetapi juga dapat meningkatkan stabilitas institusi dan lingkungan kerja (Perrons, 2003). Meskipun sejumlah penelitian telah dilakukan untuk memahami anteseden dan konsekuensi keseimbangan kerja-kehidupan, masih terdapat banyak kesenjangan yang muncul dari hasil penelitian empiris anteseden dan konsekuensi penelitian keseimbangan kerja-kehidupan ini. Lebih lanjut, meskipun masih dalam jumlah terbatas keseimbangan kerja-kehidupan telah

6 diteliti baik anteseden (Giannikis dan Mihail, 2011; McCarthy et al., 2000; Chang et al., 2010; Tamang, 2010; Brough et al., 2009) maupun konsekuensinya (Brough et al., 2014; McCarthy et al., 2013; Tamang, 2010; Chang et al., 2010). Kebanyakan studi yang ada menunjukkan dampak negatif terhadap keseimbangan kerja-kehidupan, antara lain sentralitas kerja (Chang et al., 2010), tuntutan pekerjaan dan keluarga (Brough et al., 2009), penyebab stres kerja: ambiguitas peran, konflik peran, peran yang berlebihan, waktu yang dihabiskan dalam bekerja, penyebab stres keluarga: waktu yang dihabiskan ditempat kerja (Tamang, 2010). Hal ini tentu merugikan organisasi maupun individu, karena dapat mempersulit individu untuk mendapatkan keseimbangan kerja-kehidupan serta menurunkan produktivitas bagi organisasi. Padahal, konstruk keseimbangan kerja-kehidupan dapat dibangun berdasarkan dukungan yang diberikan oleh organisasi untuk dapat menyeimbangkan kehidupan pekerjaan dan keluarga, antara lain sistem kerja fleksibel (Giannikis dan Mihail, 2011), jenjang karir, otonomi pekerjaan (Chang et al., 2010), ketersediaan program ramah keluarga (work family-friendly program) (McCarthy et al., 2000). Oleh karena itu, adalah penting mengeksplorasi anteseden keseimbangan kerja-kehidupan dengan lebih berfokus pada dukungan yang diberikan oleh organisasi untuk dapat menyeimbangkan keseimbangan kerja-kehidupan tersebut. Sehingga, diperlukan analisa lebih lanjut mengenai berbagai macam variabel anteseden yang dapat memperkuat keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan individu. Berikut ini secara garis besar berbagai penelitian terdahulu

7 secara konsisten mengungkapkan anteseden dari keseimbangan kerja-kehidupan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Anteseden dari Keseimbangan Kerja-Kehidupan No. Level Individual Jenis Anteseden 1. Perilaku Kerja 2. Pengaturan Kerja Variabel Anteseden Sentralitas Kerja Jenjang Karir Tuntutan pekerjaan dan keluarga Konflik Peran Ambiguitas Peran Peran yang Berlebihan Waktu yang Dihabiskan dalam Bekerja Sistem Kerja Fleksibel Ketersediaan Program Ramah Keluarga (Work family-friendly program) Otonomi Pekerjaan Peneliti Chang et al. (2010) Brough et al. (2009) Tamang (2010) Giannikis dan Mihail (2011) McCarthy et al. (2000) Chang et al. (2010) Tabel 1.1 menunjukkan penjelasan mengenai anteseden keseimbangan kerja-kehidupan dari berbagai penelitian terdahulu. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang berbeda, terdapat perbandingan anteseden

8 yang memberikan dampak yang negatif maupun positif terhadap keseimbangan kerja-kehidupan. Berikut adalah anteseden terhadap keseimbangan kerjakehidupan yang memberikan dampak yang negatif. Pertama, sentralitas kerja (Chang et al., 2010). Penelitian mengenai anteseden sentralitas kerja pada keseimbangan kerja-kehidupan menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hal ini karena menurut Carlson dan Kacmar (2000) sentralitas pada satu peran saja dapat menimbulkan suatu konflik kerja-kehidupan. Dengan kata lain, individu yang menganggap pekerjaan sebagai hal terpenting dalam kehidupan akan cenderung meluangkan waktu lebih banyak pada pekerjaan tersebut. Tindakan tersebut akan berpengaruh pada pencapaian keseimbangan kerja-kehidupan individu. Kedua, tuntutan pekerjaan dan keluarga (Brough et al., 2009). Hasil penelitian empiris anteseden tuntutan pekerjaan dan keluarga justru dapat melemahkan keseimbangan kerja-kehidupan, karena tuntutan pekerjaan dan keluarga merupakan beban yang harus ditanggung oleh seseorang dalam kehidupannya. Beban tersebut dapat berhubungan dengan peran sebagai orang tua dan sebagai pasangan suami istri (Frone et al., 1992), karena tuntutan pekerjaan dan keluarga terjadi ketika ketidakseimbangan antara tuntutan keluarga dan pekerjaan yang tidak mampu dipenuhi individu Ketiga, ambiguitas peran (Tamang, 2010). Hasil penelitian empiris mengenai pengaruh anteseden ambiguitas peran terhadap keseimbangan kerjakehidupan menunjukkan hasil yang negatif. Hal ini dipertegas dengan teori peran yang menyatakan bahwa ambiguitas peran terjadi karena kurangnya

9 informasi yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan yang dialami oleh pekerja (Tamang, 2010). Oleh sebab itu, ambiguitas seharusnya dapat meningkatkan kemungkinan bahwa seseorang akan merasa tidak puas dengan perannya, sehingga mengalami kecemasan, menjadi tidak produktif dan mengalami kesulitan dalam mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Keempat, konflik peran (Tamang, 2010). Hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa konflik peran tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan pada pencapaian keseimbangan kerja-kehidupan. Hal ini karena individu yang sama dapat menjalankan peran yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan tuntutan yang berbeda pula dari masing-masing peran. Hal ini dapat menimbulkan konflik peran ganda. Sehingga, konflik peran ganda dapat timbul bila individu pada saat yang sama melakukan peran yang berbeda-beda (Allen et al., 1980). Konflik timbul apabila peran di dalam pekerjaan dan keluarga saling menuntut untuk dipenuhi dan pemenuhan peran yang satu akan mempersulit pemenuhan peran yang lain (Aycan dan Eskin, 2005). Kelima, peran yang berlebihan (Tamang, 2010). Hasil studi empiris menunjukkan bahwa peran yang berlebihan memberikan dampak yang negatif pada keseimbangan kerja-kehidupan. Hal ini ketika tuntutan pekerjaan yang berlebihan akan mengganggu waktu yang dibutuhkan pada keluarga, begitu juga sebaliknya jika banyaknya tuntutan keluarga membuat pekerja sulit untuk menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dan keluarga (Elloy dan Smith, 2004). Keenam, waktu yang dihabiskan dalam bekerja (Tamang, 2010). Hasil

10 studi empiris menunjukkan bahwa anteseden waktu yang dihabiskan dalam bekerja memberikan dampak negatif pada keseimbangan kerja-kehidupan. Karyawan yang mengalami jam kerja yang panjang dan konflik peran cenderung memiliki konflik keluarga-pekerjaan. Hal ini terbukti secara empiris bahwa keberadaan jam kerja yang berlebihan cenderung menimbulkan konflik keluarga-pekerjaan (Fu dan Shaffer, 2001) Berikut ini adalah anteseden yang memberikan dampak positif terhadap keseimbangan kerja-kehidupan. Pertama, jenjang karir (Chang et al., 2010). Perbedaan perkembangan jenjang karir, kebutuhan psikologis dan berbagai tantangan dalam karir tercermin pada perbedaan perspektif dalam pencapaian keseimbangan kerja-kehidupan. Menurut Rodhes (1983) etika kerja, nilai-nilai, dan kepuasan akan berubah sesuai dengan jenjang karir yang dialami individu, sehingga jenjang karir yang berbeda memberikan pandangan yang berbeda pula pada keseimbangan kerja-kehidupan. Kedua, otonomi pekerjaan (Chang et al., 2010). Dalam beberapa studi empiris efek positif dari otonomi pekerjaan pada keseimbangan kerja-kehidupan tidak konsisten. Seperti penelitian dari Hill et al. (1996) yang menyatakan ketika individu mendapatkan otonomi atas pekerjaannya justru dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam memprioritaskan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Ketiga, ketersediaan program ramah keluarga (work family-friendly program) (McCarthy et al., 2000). Program ramah keluarga (work familyfriendly program) jika dipraktekkan pada setiap level individu akan menghasilkan prespektif yang berbeda pula. Hartig et al. (2007), dalam Grant

11 et al. (2013) menyatakan bahwa ketika individu terlalu memberatkan perhatian kepada keluarga akan menimbulkan tumpang tindih yang akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Keempat, sistem kerja fleksibel (Giannikis dan Mihail, 2011). Hasil penelitian empiris sistem kerja fleksibel memberikan dampak yang positif terhadap keseimbangan kerja-kehidupan. Hal ini karena sistem kerja fleksibel sangat berperan penting pada organisasi, dengan membuat perusahaan lebih memperhatikan dan mendorong para karyawan untuk dapat menurunkan stres, kejenuhan dan meningkatkan produktifitas, dibandingkan dengan perusahaan yang hanya menggunakan jam kerja yang konvensional (Giannikis dan Mihail, 2011). Pada penelitian sebelumnya memberikan gambaran mengenai dampak positif maupun negatif terhadap keseimbangan kerja-kehidupan. Namun, untuk mencapai keseimbangan kerja-kehidupan karyawan dibutuhkan faktor-faktor yang mendukung tercapainya tujuan tersebut. Oleh karena itu, dampak positif pada keseimbangan kerja-kehidupan bermuara pada keleluasaan karyawan dalam menjalankan kewajiban antara pekerjaan dan keluarga dengan dukungan yang diberikan oleh organisasi (Giannikis dan Mihail, 2011). Dengan demikian untuk memperkaya pemahaman mengenai pengaturan kerja yang memberikan pengaruh positif bagi individu, studi ini menguji sistem kerja fleksibel sebagai anteseden keseimbangan kerja-kehidupan. Menurut Greenhaus dan Beutell (1985), keseimbangan kerja-kehidupan merupakan model spesifik dari tuntutan peran ganda, seperti tuntutan berbasis

12 tekanan, tuntutan berbasis perilaku dan tuntutan berbasis waktu. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa sistem kerja fleksibel dapat meningkatkan produktivitas organisasi, serta menciptakan keseimbangan kerja-kehidupan, dan meningkatkan kepuasan kerja bagi karyawan (Lewis dan Cooper, 2005 dalam Grant et al., 2013). Sistem kerja fleksibel merupakan respon untuk dapat menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga serta kepentingan pribadi sehingga mampu memberikan solusi yang saling menguntungkan (Sullivan dan Lussier, 1995). Perusahaan dapat mempertahankan individu yang berkualitas, meningkatkan dorongan moral, dan produktivitas yang tinggi serta mengurangi biaya-biaya yang berlebihan. Sedangkan bagi karyawan dapat memenuhi tanggung jawab personal terhadap keluarga, dan kepentingan pribadi dengan tetap produktif dalam bekerja. Fleedwood (2007) dalam Vidal et al. (2012) mengungkapkan adanya hubungan yang tak terhindarkan antara kesimbangan kerja-kehidupan dengan sistem kerja fleksibel tertentu. Sistem kerja fleksibel ini merupakan beberapa praktek yang mempermudah karyawan karena dapat meningkatkan keseimbangan kerja-kehidupan karyawan. Praktek kerja yang mempermudah karyawan ini banyak dilakukan oleh organisasi yang tidak hanya menghasilkan profit tetapi juga meningkatkan keseimbangan kerja-kehidupan karyawan. Hasil penelitian Hartig et al. (2007) dalam Grant et al. (2013) menunjukkan bahwa sistem kerja fleksibel memiliki dampak negatif pada karyawan. Hal ini dikarenakan adanya tumpang tindih antara pekerjaan dan

13 kehidupan yang menyebabkan individu sulit untuk menyeimbangkan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan. Batasan ruang yang tidak jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi membuat individu tidak dapat memprioritaskan antara kedua hal tersebut. Karyawan akan sulit memprioritaskan pekerjaan dan kewajiban di rumah ketika mereka harus menyelesaikan pekerjaannya di rumah. Adanya pengaruh negatif dan positif sistem kerja fleksibel pada keseimbangan kerja-kehidupan menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut tidak konsisten. Oleh karena itu, diperlukan peran variabel pemoderasi yang dapat memperjelas hubungan sistem kerja fleksibel pada keseimbangan kerja-kehidupan. Penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa perilaku dari individu mempengaruhi apa yang akan individu dapatkan, dan mampu mengendalikan peristiwa dalam kehidupan mereka (Spector et al., 2001). Dorongan dalam diri individu dapat dikatakan sebagai nilai-nilai individu. Memutuskan apa yang menjadi prioritas bagi tiap individu merupakan hal terpenting dalam kehidupan, karena hal ini akan menentukan perilaku individu tersebut. Penelitian empiris secara konsisten menunjukkan nilai-nilai individu berhubungan dengan sikap dan perilaku (Rokeach, 1973 dalam Mayton dan Furham, 1994). Ketika susunan nilai telah direalisasikan dalam diri seseorang, maka akan mendorong seseorang untuk bertindak sebagai standar atau kriteria untuk menuntun tindakan orang tersebut (Cherrington, 1994). Pemahaman nilai yang dianut individu dalam memprioritaskan keluarga atau pekerjaan merupakan hal penting, karena dapat memberikan pandangan

14 yang berguna bagi organisasi dalam memotivasi karyawan untuk bekerja di organisasi (Masuda dan Shortheix, 2011). Terkait dengan ranah pekerjaan dan keluarga, ketika nilai-nilai yang dianut seseorang bertentangan dengan pekerjaan atau keluarga, motivasi seseorang untuk memenuhi perannya dalam pekerjaan atau kehidupan keluarganya akan menurun, dan beralih pada ranah yang sejalan dengan nilai yang mereka anut. Sheldon dan Elhot (1999) menyatakan bahwa, seseorang akan cenderung mengupayakan tujuannya didasarkan nilai-nilai yang mereka yakini. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi seseorang memprioritaskan suatu nilai, maka mereka akan berusaha mewujudkan hal yang mereka yakini dengan mengorbankan hal-hal yang bertentangan dengan nilainya untuk memperoleh kebahagiaan hidup. Promislo et al. (2010) mengungkapkan salah satu nilai yang dianut individu mendorong individu untuk lebih memprioritaskan pekerjaannya dibandingkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan. Waktu dan tenaga individu tersebut dihabiskan untuk pekerjaannya sehingga pemenuhan peran di ranah keluarga menjadi sedikit, sehingga dapat memunculkan konflik keluarga yang bersumber dari pekerjaan. Untuk mengatasi permasalahan dalam pekerjaan dan kehidupan keluarga dibutuhkan faktor personal di dalam diri individu yakni nilai individu yang mampu memprioritaskan antara pekerjaan dan keluarga, sehingga mampu memperkuat hubungan antara sistem kerja fleksibel dengan keseimbangan kerja-kehidupan.

15 Dibanding antesedennya, konsekuensi keseimbangan kerja-kehidupan tidak terlalu banyak diteliti. Dari sejumlah kecil studi konsekuensi menunjukkan dampak negatif keseimbangan kerja-kehidupan yang mengarah pada keinginan berpindah (Brough et al., 2014; McCarthy et al., 2013; Chang et al., 2010). Hal ini tentu dapat merugikan organisasi, karena karyawan merasa frustasi dengan beban kerja yang diberikan, sehingga tidak dapat menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pekerjaan. Jika organisasi tidak dapat mengatasi hal tersebut, maka dapat menimbulkan ketidakpuasan karyawan dan keinginan berpindah. Sedangkan konsekuensi yang berdampak positif adalah kepuasan keluarga, kepuasan kerja (Brough et al., 2014; McCarthy et al., 2013), komitmen organisasional (Tamang, 2010), dan kinerja (Chang et al., 2010). Salah satu keadaan yang mampu menimbulkan emosi positif sehingga mampu membuat pekerja bahagia adalah perasaan aktual pekerja untuk dapat memenuhi kewajiban terhadap pekerjaan dan keluarga, diantaranya melalui keseimbangan pembagian waktu yang tepat antara kewajiban kerja dan keluarga. Para akademisi dan praktisi menegaskan bahwa implementasi dari keseimbangan kerja-kehidupan ini dapat memberikan hasil yang positif terhadap perusahaan, peningkatan hasil kerja karyawan, seperti tingginya tingkat kepuasan kerja, komitmen organisasional, dan mengatasi permasalahan perputaran karyawan (Vidal et al., 2012). Keseimbangan kerja-kehidupan mendapat sorotan penting dalam dunia akademisi baik secara demografi, sosial

16 dan perubahan budaya yang membuat individu berusaha untuk menyeimbangkan antara kehidupan personal dan pekerjaan mereka (Fleetwood, 2007 dalam Vidal et al., 2012). Keseimbangan kerja-kehidupan yang dirasakan karyawan dapat memberikan dampak positif bagi organisasi, meningkatkan hasil kerja karyawan, kepuasan kerja, komitmen organisasional dan mengatasi permasalahan perputaran karyawan (Vidal et al., 2012). Penjelasan dari konsekuensi-konsekuensi yang muncul pada keseimbangan kerja-kehidupan, dijelaskan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Konsekuensi dari Keseimbangan Kerja-Kehidupan No. Level Individual Jenis Konsekuensi Variabel Konsekuensi 1. Sikap Kerja Kepuasan Kerja Kepuasan Keluarga Keinginan Berpindah Peneliti Brough et al. (2014) McCarthy et al. (2013) Chang et al. (2010)

17 Perilaku Kerja Komitmen Organisasional Kinerja Tamang (2010) Chang et al. (2010) Tabel 1.2 menunjukkan penjelasan mengenai konsekuensi keseimbangan kerja-kehidupan dari berbagai penelitian terdahulu. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan konsekuensi negatif keseimbangan kerjakehidupan bermuara pada keinginan berpindah (Brough et al., 2014; McCarthy et al., 2013; Chang et al., 2010), keinginan berpindah karyawan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dan sedini mungkin dideteksi sebelum menjadi perpindahan yang sesungguhnya. Karyawan merasa frustasi dengan beban kerja yang diberikan, sehingga tidak dapat menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pekerjaan. Jika organisasi tidak dapat mengatasi hal tersebut dapat menimbulkan kekecewaan karyawan. Berikut ini adalah konsekuensi positif keseimbangan kerja-kehidupan. Pertama, kepuasan keluarga (Brough et al., 2014; McCarthy et al., 2013). Kepuasan keluarga hanya memberikan cakupan sepihak dampak dari tercapainya keseimbangan kerja-kehidupan, karena ketika individu tidak dapat menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga maka akan terjadinya ketimpangan dalam menyeimbangkan hal tersebut. Hal ini karena kepuasan keluarga memberikan dampak yang tidak konsisten ketika individu mengalami kesulitan dalam membagi peran yang dimiliki, ketika terlalu banyak menghabiskan peran pada pekerjaan maka akan menurunkan kepuasan

18 kerjanya. Kedua, komitmen organisasional (Tamang, 2010), komitmen organisasional menunjukkan hasil yang tidak konsisten, karena hanya komponen komitmen afektif saja yang berpengaruh positif antara keseimbangan kerja-kehidupan dan komitmen organisasional, dan tidak berpengaruh pada komponen komitmen normatif maupun reflektif (Kim, 2014). Ketiga, kinerja (Chang et al., 2010). Dalam hal ini kinerja dapat diperlemah jika individu mengalami konflik pada kehidupan-pekerjaan, sehingga individu tidak dapat menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarganya. Keempat, kepuasan kerja (Brough et al., 2014; McCarthy et al., 2013). Salah satu keadaan yang mampu menimbulkan emosi positif sehingga mampu membuat pekerja bahagia adalah perasaan aktual pekerja untuk dapat memenuhi kewajiban terhadap pekerjaan dan keluarga, diantaranya melalui keseimbangan pembagian waktu yang tepat antara kewajiban kerja dan keluarga. Penelitian sebelumnya memang telah menguji hubungan konsekuensi keseimbangan kerja-kehidupan pada level individual (Tabel 1.2), serta memberikan gambaran mengenai dampak positif maupun negatif dari keseimbangan kerja-kehidupan. Namun, konstruk keseimbangan kerjakehidupan dibangun berdasarkan dukungan yang diberikan oleh organisasi untuk dapat menyeimbangkan kehidupan pekerjaan dan keluarga. Hal ini membuat dampak negatif dari keseimbangan kerja-kehidupan menjadi tidak relevan digunakan dalam penelitian ini. Karyawan dengan keseimbangan waktu

19 yang baik dan kehidupan sosial yang menyenangkan akan memiliki rasa keterkaitan yang tinggi terhadap pekerjaannya. Oleh sebab itu, kepuasan kerja merupakan salah satu faktor dari komitmen organisasional yang memiliki dampak terhadap keseimbangan kerja-kehidupan (Bakker et al., 2001). Maka dari itu, pada penelitian ini menggunakan kepuasan kerja sebagai konsekuensi dari keseimbangan kerja-kehidupan. Kepuasan kerja merupakan konsekuensi penting dari keseimbangan kerja-kehidupan karena dapat meningkatkan kualitas hidup karyawan, juga mempertahankan tingkat produktivitas karyawan di tempat kerja. Selain itu, menurut penelitian Greogory dan Milner (2009), keseimbangan kerjakehidupan dapat meningkatkan kepuasan kerja dan komitmen organisasional. Maka dari itu organisasi berperan penting dalam menciptakan keseimbangan kerja-kehidupan pada diri karyawan, melalui kebijakan-kebijakan yang diterapkan seperti waktu yang fleksibel, penempatan hari kerja dalam seminggu, kebijakan ijin (Lockwood, 2003) Berdasarkan penelitian Accenture (2012) diantara 31 negara yang diteliti, Indonesia menempati urutan terendah dalam aspek kepuasan dan kebahagiaan karyawan. Hanya 18 dari 100 karyawan di Indonesia yang menyatakan bahwa dirinya puas dan merasa bahagia di tempat kerja. Dalam penelitian tersebut terungkap bahwa dua dari tiga masalah yang sering dikeluhkan karyawan sebagai penyebab ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan di

20 tempat kerja adalah pengembangan karir dan kurangnya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Kepuasan kerja bersifat individual, setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda tergantung pada sistem nilai yang berlaku pada dirinya (Rivai, 2004). Jika penilaian antara pekerjaan yang dilakukan dengan harapannya sesuai, maka akan tercipta kepuasan kerja karyawan. Untuk itu, kepuasan kerja karyawan harus selalu diwujudkan dan dipelihara oleh organisasi sebaik-baiknya agar moral kerja, dedikasi, motivasi, kecintaan dan kedisiplinan karyawan meningkat (Fathoni, 2006). Locke (1976) dalam Milkovich dan Boudreau (1997) menyatakan bahwa, kepuasan kerja sebagai reaksi emosional yang positif dalam pengalaman kerja seseorang. Kepuasan kerja juga memberikan dampak pada kinerja yang tinggi (Daft dan Marcic, 2001), dan sebagai refleksi perasaan karyawan tentang berbagai aspek pekerjaan (Stone, 2005). Terwujudkan kepuasan kerja dapat dilakukkan melalui pemenuhan kebutuhan dengan memberikan sesuatu yang dibutuhkan karyawan, sehingga organisasi mampu membina motivasi karyawannya Perumusan Masalah Studi ini menguji baik anteseden maupun konsekuensi keseimbangan kerja-kehidupan. Anteseden difokuskan pada dukungan yang diberikan oleh organisasi untuk dapat menyeimbangkan kehidupan pekerjaan dan keluarga, sistem kerja fleksibel. Selain itu, studi ini mempertimbangkan peran nilai individu yang dapat memprioritaskan antara pekerjaan dan keluarga sebagai pemoderator hubungan sistem kerja fleksibel dan keseimbangan kerja-

21 kehidupan. Sedangkan konsekuensi keseimbangan kerja-kehidupan difokuskan pada perilaku positif dari keseimbangan kerja-kehidupan, kepuasan kerja. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka pertanyaan penelitian ini antara lain: 1. Apakah sistem kerja fleksibel berpengaruh pada keseimbangankerja-kehidupan? 2. Apakah keseimbangan kerja-kehidupan berpengaruh pada kepuasan kerja? 3. Apakah nilai individu yang memprioritaskan pekerjaan dan keluarga memoderasi pengaruh sistem kerja fleksibel pada keseimbangan kerja-kehidupan? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguji pengaruh sistem kerja fleksibel pada keseimbangan kerja-kehidupan. 2. Untuk menguji pengaruh keseimbangan kerja-kehidupan pada kepuasan kerja. 3. Untuk menguji pengaruh moderasi nilai individu yang memprioritaskan pekerjaan dan keluarga pada hubungan antara sistem kerja fleksibel dan keseimbangan kerja-kehidupan Kontribusi Penelitian Kontribusi yang diharapkan dapat diberikan penelitian ini adalah

22 1. Kontribusi empiris Memberikan tambahan informasi empiris bagi peneliti selanjutnya mengenai kebijakan sistem kerja-fleksibel terhadap keseimbangan kerja-kehidupan dan implikasinya terhadap kepuasan kerja pada konteks Indonesia, karena di Indonesia belum banyak penelitian yang menganalisis anteseden dan konsekuen dari keseimbangan kerja-kehidupan. 2. Kontribusi praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran bagi organisasi bagaimana membangun kepuasan kerja karyawan melalui keseimbangan kerja-kehidupan, dengan penerapan sistem kerja fleksibel.

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009 1 1. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Manajer merupakan seseorang yang berusaha menggapai tujuan organisasi atau perusahaan dengan mengatur orang lain agar bersedia melakukan tugas yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jumlah wanita yang bekerja dari tahun ke tahun semakin meningkat. Semakin banyaknya karyawan wanita yang bekerja ditunjukkan oleh adanya kenaikan hampir dua kali lipat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dirasakan baik oleh perusahaan maupun karyawan (Giannikis dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dirasakan baik oleh perusahaan maupun karyawan (Giannikis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama satu dekade terakhir, pembahasan mengenai pengaturan kerja fleksibel telah mengalami peningkatan (Kattenbach, 2010; Origo dan Pagani, 2008; Sanchez

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tingkat produktifitas maksimal. Persaingan yang ketat juga

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tingkat produktifitas maksimal. Persaingan yang ketat juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kini menghadapi percepatan pembangunan dalam bidang ekonomi, teknologi, dan infrastruktur. Industrialisasi bangkit dalam skala global dengan melibatkan segala

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. langsung akan berdampak pada adanya perubahan-perubahan di berbagai aspek

BAB I. Pendahuluan. langsung akan berdampak pada adanya perubahan-perubahan di berbagai aspek BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan pertumbuhan ekonomi terjadi dengan sangat pesat. Berbagai permasalahan dalam bisnis dan ekonomi secara langsung akan berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan yang terjadi di kedua domain (pekerjaan personal).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan yang terjadi di kedua domain (pekerjaan personal). 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan dunia yang penuh dinamika dan mengalami perubahan secara terus menerus dari waktu ke waktu, begitu pula dengan kehidupan personal orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan dan keluarga adalah dua unsur yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan dan keluarga adalah dua unsur yang paling penting dalam digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pekerjaan dan keluarga adalah dua unsur yang paling penting dalam kehidupan individu. Pemenuhan tanggung jawab antara pekerjaan dan keluarga

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 56 6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan hasil penelitian, diskusi mengenai hasil penelitian, dan saran bagi penelitian di masa mendatang. 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.A. Komitmen Organisasi II.A.1. Definisi Komitmen Organisasi Streers dan Porter (1991) mengemukakan bahwa komitmen merupakan suatu keadaan individu dimana individu menjadi sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu yang tidak hanya terhindar dari rasa sakit, tetapi dapat berfungsi secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu yang tidak hanya terhindar dari rasa sakit, tetapi dapat berfungsi secara optimal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan psikologis adalah suatu kajian ilmu psikologi positif mengenai individu yang tidak hanya terhindar dari rasa sakit, tetapi dapat berfungsi secara optimal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suami istri yang bersama-sama mencari nafkah (bekerja) untuk masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era globalisasi ini. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan-kebutuhan pokok untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan-kebutuhan pokok untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki kebutuhan-kebutuhan pokok untuk keberlangsungan hidupnya. Kebutuhan pokok manusia terdiri dari pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Lingkungan dari keluarga dan kerja seringkali disimpulkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Lingkungan dari keluarga dan kerja seringkali disimpulkan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perubahan bertahap di tempat kerja dan pada tingkah laku karyawan membuat penelitian tentang hubungan antara kerja dan keluarga menjadi semakin penting. Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan karena dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan organisasi dan tingkat keberlangsungan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pekerjaan dan keluarga adalah dua area dimana manusia menghabiskan sebagian besar waktunya. Walaupun berbeda, pekerjaan dan keluarga interdependent satu sama lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Berdasarkan pandangan teori resource based view (RBV), organisasi

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Berdasarkan pandangan teori resource based view (RBV), organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyawan merupakan sumber daya penting bagi kelangsungan hidup organisasi. Berdasarkan pandangan teori resource based view (RBV), organisasi akan memperoleh keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri individu, yang pada akhirnya menyebabkan konflik-pekerjaankeluarga

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri individu, yang pada akhirnya menyebabkan konflik-pekerjaankeluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan dan keluarga merupakan dua unsur yang paling signifikan dalam kehidupan individu. Untuk menjalankan tanggung jawab dari masingmasing domain, baik pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan sumber daya yang berkualitas. Setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan sumber daya yang berkualitas. Setiap perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya zaman, persaingan untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketat. Angkatan kerja dituntut untuk kompeten dan memiliki keterampilan yang mumpuni

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (2003), work-family conflict (WFC) merupakan suatu bentuk konflik peran

BAB II LANDASAN TEORI. (2003), work-family conflict (WFC) merupakan suatu bentuk konflik peran 14 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Work-Family Conflict (WFC) Work-family conflict (WFC) memiliki beberapa definisi. Menurut Triaryati (2003), work-family conflict (WFC) merupakan suatu bentuk konflik peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, tetapi banyak istri yang bekerja juga. Wanita yang pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan wanita dalam dunia bisnis saat ini menunjukkan fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan wanita dalam dunia bisnis saat ini menunjukkan fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan wanita dalam dunia bisnis saat ini menunjukkan fenomena yang tidak kalah menarik. Pertama, angkatan kerja saat ini lebih didominasi oleh wanita Dessler (Chiu,

Lebih terperinci

Pengaruh lingkungan komputerisasi, praktek organisasi dan karakteristik pekerjaan pada kepuasan kerja dengan gender

Pengaruh lingkungan komputerisasi, praktek organisasi dan karakteristik pekerjaan pada kepuasan kerja dengan gender Pengaruh lingkungan komputerisasi, praktek organisasi dan karakteristik pekerjaan pada kepuasan kerja dengan gender sebagai variabel moderasi (studi pada PT pupuk Kaltim-Bontang) Disusun Oleh : Yudi Zatmiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kaum perempuan di sektor publik. Tampak tidak ada sektor publik yang belum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di era globalisasi sekarang ini menimbulkan berbagai macam perubahan, salah satu dari perubahan tersebut ditandai dengan meningkatnya peran kaum

Lebih terperinci

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan. Pemicu perkembangan ini tidak lain adalah semakin berkembangnya kebutuhan dunia usaha,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) 1.1.1 Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres pada dasarnya menyerang setiap individual (Noi & Smith, 1994). Noi dan

BAB I PENDAHULUAN. Stres pada dasarnya menyerang setiap individual (Noi & Smith, 1994). Noi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stres pada dasarnya menyerang setiap individual (Noi & Smith, 1994). Noi dan Smith (1994) mengungkapkan bahwa stres akan terus dialami individual selama masih hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari proses kematangan dan pengalaman dalam hidupnya. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari proses kematangan dan pengalaman dalam hidupnya. Perubahan-perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia selalu mengalami serangkaian perubahan yang terjadi akibat dari proses kematangan dan pengalaman dalam hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut dinamakan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya perubahan politik dan administrasi pemerintahan melalui pemberian otonomi luas kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi sebagian orang dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bengkulu (UNIB) merupakan salah satu perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bengkulu (UNIB) merupakan salah satu perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Universitas Bengkulu (UNIB) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) yang saat ini memiliki 7 Fakultas, Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Hukum (FH),

Lebih terperinci

BAB 1 PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PE DAHULUA 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, konflik pastinya akan selalu ada baik di sebuah negara, masyarakat ataupun lingkup yang paling kecil yaitu keluarga. Di mulai dari masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kepuasan kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari dan digunakan sebagai konstruk pengukuran dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar organisasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar organisasi yang bergerak pada industri yang sejenis semakin meningkat. Hal ini salah satunya disebabkan oleh konsumen

Lebih terperinci

KINERJA DAN RETENSI INDIVIDUAL

KINERJA DAN RETENSI INDIVIDUAL KINERJA DAN RETENSI INDIVIDUAL Kinerja Karyawan Individual Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja individual karyawan antara lain kemampuannya,usaha yang dicurahkan,dan dukungan organisasi ada untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Arthur, 1994). Menurut Samad (2006) bahwa karakteristik pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Arthur, 1994). Menurut Samad (2006) bahwa karakteristik pekerjaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perspektif manajemen sumber daya manusia strategis yang paling mendasar adalah asumsi keberhasilan sebuah kinerja organisasi dipengaruhi oleh tindakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup di tempat kerja, pekerjaan dan keluarga, pekerjaan dan pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup di tempat kerja, pekerjaan dan keluarga, pekerjaan dan pemenuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan tujuan utama seseorang dalam meraih aktualisasi diri terhadap potensi yang dimiliki. Dalam perjalanan kerja, sebagian besar orang mulai merasakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Komitmen organisasional menurut Rivai (2006:67) dapat diartikan sebagai identifikasi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Komitmen organisasional menurut Rivai (2006:67) dapat diartikan sebagai identifikasi, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komitmen Organisasional Komitmen organisasional menurut Rivai (2006:67) dapat diartikan sebagai identifikasi, loyalitas, dan keterlibatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan era modern ini, pemandangan wanita bekerja bukanlah suatu hal yang baru di kalangan masyarakat. Berbeda dari budaya Timur yang pada umumnya peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman dan tuntutan hidup, banyak masyarakat yang berbondong-bondong mencari pekerjaan, baik di dalam maupun di luar negeri. Bursa kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja suatu perusahaan tidak dapat berhasil, dikarenakan setiap karyawan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja suatu perusahaan tidak dapat berhasil, dikarenakan setiap karyawan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja suatu perusahaan tidak dapat berhasil, dikarenakan setiap karyawan dalam suatu perusahaan belum menyumbangkan tenaga dan kemampuannya sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalannya suatu organisasi (Dewi, 2008). Mengelola dengan baik sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. jalannya suatu organisasi (Dewi, 2008). Mengelola dengan baik sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber Daya Manusia adalah faktor penting sebagai penentu keefektifan jalannya suatu organisasi (Dewi, 2008). Mengelola dengan baik sumber daya manusia merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Kurangnya pendapatan yang dihasilkan suami sebagai kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi ini adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas, kapabilitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatnya persaingan kompetensi antar individu menyebabkan banyak karyawan di masa kini berpindah-pindah tempat kerja. Alasan-alasan karyawan berpindah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karyawan ataupun pekerjaan yang dapat mempengaruhi kehidupan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. karyawan ataupun pekerjaan yang dapat mempengaruhi kehidupan keluarga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu adanya konflik dalam keluarga yang dapat mempengaruhi pekerjaan karyawan ataupun pekerjaan yang dapat mempengaruhi kehidupan keluarga mereka yang lebih dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir separuh dari seluruh kehidupan seseorang dilalui dengan bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan berbagai perasaan dan sikap. Saat ini,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wanita Karir Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu rumah tangga sebenarnya adalah seorang wanita karir. Namun wanita karir adalah wanita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan rasa harga diri mereka (Schiemann, 2011). Untuk mencapai keunggulan bersaing, organisasi perlu untuk membuat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan rasa harga diri mereka (Schiemann, 2011). Untuk mencapai keunggulan bersaing, organisasi perlu untuk membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Manajemen sumber daya manusia memiliki peranan kunci dalam menentukan keberlangsungan, efektivitas, dan daya saing suatu organisasi. Layaknya hubungan simbiosis nilai

Lebih terperinci

Bab 2. Literature Review

Bab 2. Literature Review Bab 2 Literature Review 2.1 Work Life Balance Work-life balance merupakan pemenuhan dan pencapaian alokasi waktu yang seimbang antara tanggungjawab terhadap pekerjaan dan keluarga (Yuile et al., 2012).

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Temuan penelitian model keseimbangan kerja-keluarga ini membuktikan kesesuaian antara konsep teoritis yang dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia merupakan sumber daya yang penting di dalam sebuah perusahaan atau organisasi, sehingga masalah sumber daya manusia menjadi hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. Perusahaan tidak ada artinya

BAB I PENDAHULUAN. membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. Perusahaan tidak ada artinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan unsur utama dan sangat penting dalam aktivitas suatu organisasi. Sumber daya manusia yang berkualitas dan efektif akan membantu organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran sosial dimana dapat bekerja sesuai dengan bakat, kemampuan dan. antara tugasnya sebagai istri, ibu rumah tangga.

BAB I PENDAHULUAN. peran sosial dimana dapat bekerja sesuai dengan bakat, kemampuan dan. antara tugasnya sebagai istri, ibu rumah tangga. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman telah membawa perubahan terhadap peran wanita dari peran tradisional yang hanya melahirkan anak dan mengurus rumah tangga, menjadi peran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pemahaman mengenai hasil penelitian. Penelitian ini membahas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pemahaman mengenai hasil penelitian. Penelitian ini membahas BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan penelitian dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman mengenai hasil penelitian. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh pemberdayaan psikologis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perasaingan dalam dunia bisnis merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh organisasi. Organisasi dituntut untuk mampu menghadapi perubahan paradigma, pergeseran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga dan anak-anaknya saja, kini mempunyai peran kedua yaitu

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga dan anak-anaknya saja, kini mempunyai peran kedua yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari. Pada saat ini tidak hanya suami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, berkembang serta bersaing bebas dengan unsur lain dalam dan luar lingkungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. motif perilaku seseorang (Gibson et al., 1994). Teori atribusi mengacu pada

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. motif perilaku seseorang (Gibson et al., 1994). Teori atribusi mengacu pada BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Atribusi (Attribution Theory) Teori atribusi menjelaskan proses bagaimana menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SIKAP TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN KETAKUTAN AKAN SUKSES PADA WANITA KARIR SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Konflik Pekerjaan Keluarga (Work-Family Conflict) Yang et al (2000) mendefinisikan konflik pekerjaan keluarga (work family

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Konflik Pekerjaan Keluarga (Work-Family Conflict) Yang et al (2000) mendefinisikan konflik pekerjaan keluarga (work family 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konflik Pekerjaan Keluarga (Work-Family Conflict) Perubahan demografi tenaga kerja terhadap peningkatan jumlah wanita bekerja dan pasangan yang keduanya bekerja, telah mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi. Menurut Robbins (2008) perusahaan atau organisasi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan dunia tempat sekumpulan individu melakukan suatu aktivitas kerja, yang mana aktivitas tersebut terdapat di dalam perusahaan atau organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wibowo, 2007:25). Efektifnya organisasi tergantung kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan peranan penting bagi keberhasilan suatu institusi. Sumber daya manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara dan dikembangkan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan sosial yang semakin kompleks menuntut keluarga untuk dapat beradaptasi secara cepat (Sunarti 2007). Duvall (1971) menjelaskan bahwa perubahan ini berdampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat seiring berkembangnya kemajuan teknologi. Persaingan dan tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. pesat seiring berkembangnya kemajuan teknologi. Persaingan dan tuntutantuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi saat ini, perkembangan ekonomi yang terjadi begitu pesat seiring berkembangnya kemajuan teknologi. Persaingan dan tuntutantuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh, dan

BAB I PENDAHULUAN. dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wanita Indonesia saat ini memiliki kesempatan yang terbuka lebar untuk bekerja, sehingga hampir tidak ada lapangan pekerjaan dan kedudukan yang belum dimasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, suatu perusahaan akan memiliki peluang yang relatif kecil untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, suatu perusahaan akan memiliki peluang yang relatif kecil untuk dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan salah satu elemen yang sangat berperan penting dalam sebuah organisasi. Tanpa adanya sumber daya manusia yang berkualitas, suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pegawai atau karyawan merupakan sumber daya utama dan aset berharga yang dimiliki perusahaan (Beer et al, 1984, dalam Armstrong 2006:11). Karyawan harus dipekerjakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Marks and MacDermid (1996) menjelaskan work-life balance sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. Marks and MacDermid (1996) menjelaskan work-life balance sebagai BAB II LANDASAN TEORI A. WORK-LIFE BALANCE 1. Definisi Work-Life Balance Marks and MacDermid (1996) menjelaskan work-life balance sebagai kecenderungan individu untuk sungguh-sungguh terikat dalam menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 dan Peraturan Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/07-2004 menyebutkan bahwa perusahaan yang go public diwajibkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkat, pekerjaan yang dirancang dengan baik akan mampu menarik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkat, pekerjaan yang dirancang dengan baik akan mampu menarik dan 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Pekerjaan A. Pengertian Karakteristik Pekerjaan Karakteristik pekerjaan merupakan dasar bagi produktivitas organisasi dan kepuasan kerja karyawan yang memainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era Globalisasi dan perubahan-perubahan ekonomi membawa dampak cukup besar bagi dunia bisnis di Indonesia. Persaingan domestik maupun internasional yang semakin ketat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di masa sekarang ini di mana persaingan dalam bisnis semakin kompetitif sehingga menyebabkan pihak perusahaan harus selalu menunjukan kinerja yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini peran wanita sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan ekonomi maupun sektor lain dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika dahulu dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki, sekarang fenomena tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi tersebut di Indonesia menuntut auditor untuk selalu meningkatkan kinerjanya, sehingga

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sampel 165 pekerja perempuan di perusahaan berteknologi tinggi Science-Based

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sampel 165 pekerja perempuan di perusahaan berteknologi tinggi Science-Based 24 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Dukungan sosial sebagai variabel dalam mengatasi stress kerja yang disebabkan oleh konflik pekerjaan keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profesi guru merupakan satu bentuk pelayanan kemanusiaan (human service

BAB I PENDAHULUAN. Profesi guru merupakan satu bentuk pelayanan kemanusiaan (human service BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi guru merupakan satu bentuk pelayanan kemanusiaan (human service profession) yang penuh tantangan (Maslach & Jackson, 1986, dalam Wardhani, 2012). Guru

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job 9 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisikan tentang teori-teori yang digunakan untuk mendukung dan menjelaskan variabel dalam penelitian. Pembahasan dalam bab ini dimulai dari pembahasan komitmen organisasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daripada apakah mereka tinggal (Allen dan Meyer, 1990). Maksudnya

BAB I PENDAHULUAN. daripada apakah mereka tinggal (Allen dan Meyer, 1990). Maksudnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu perusahaan, karyawan menjadi hal yang sangat penting. Perusahaan tidak akan bisa sukses tanpa ada campur tangan usaha karyawannya. Perusahaan akan tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemasyarakatan di Bali mewajibkan kepada seseorang yang telah berumah tangga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemasyarakatan di Bali mewajibkan kepada seseorang yang telah berumah tangga dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bali merupakan daerah yang sangat unik dan kaya dengan adat istiadat budaya, sehingga Bali sangat dikenal di mancanegara (Pramana, 2014). Banyak wisatawan domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta tanggung jawab sosial untuk pasangan (Seccombe & Warner, 2004). Pada

BAB I PENDAHULUAN. serta tanggung jawab sosial untuk pasangan (Seccombe & Warner, 2004). Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah suatu hubungan yang sah dan diketahui secara sosial antara seorang pria dan seorang wanita yang meliputi seksual, ekonomi dan hak serta tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja sebagai sumberdaya manusia (SDM) utama perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja sebagai sumberdaya manusia (SDM) utama perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tenaga kerja sebagai sumberdaya manusia (SDM) utama perusahaan yang dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada nasabah dan memberikan kinerja yang optimal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perputaran karyawan (turnover intention) menjadi suatu fenomena yang menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki konsekuensi negatif dan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga. kepada Presiden. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 86

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga. kepada Presiden. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 86 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buku berjudul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Kartini

BAB 1 PENDAHULUAN. buku berjudul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Kartini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan untuk menghasilkan produktifitas kinerja yang baik dan mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi dari sumber daya manusia berpusat pada orang-orang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi dari sumber daya manusia berpusat pada orang-orang yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu perusahaan selain sumber daya alam dan sumber daya modal, sumber daya manusia memegang peran vital dalam pencapaian tujuan perusahaan. Konsentrasi dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan bagian terpenting dalam sebuah organisasi, di mana sumber daya manusia adalah penggerak roda kehidupan di dalam suatu organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah maupun swasta saling bersaing, dengan persaingan yang berfokus pada kepuasan konsumen dituntut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi, baik pada organisasi profit maupun non-profit, organisasi publik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi, baik pada organisasi profit maupun non-profit, organisasi publik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan organisasi merupakan perubahan yang tidak dapat dihindarkan oleh organisasi, baik pada organisasi profit maupun non-profit, organisasi publik dan privat,

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk beberapa orang bekerja itu merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pada saat ini tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan hidup adalah dengan peningkatan ekonomi. Didalam orang yang sudah berkeluarga tentunya mempunyai berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya aspek perilaku-perilaku kerja karyawan dalam menetapkan keputusan-keputusan dan kebijakan-kebijakan dalam bidang Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) telah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: work-family conflict, kelelahan emosional, intention to leave.

ABSTRAK. Kata kunci: work-family conflict, kelelahan emosional, intention to leave. Judul : Pengaruh Work-Family Conflict dan Kelelahan Emosional terhadap Intention to Leave Karyawan Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Denpasar Selatan Nama : Putu Aris Praptadi NIM : 1206205036 ABSTRAK

Lebih terperinci