BAB I PENDAHULUAN. saja bagi warga Negara tetapi juga pemerintah dalam pembangunan dan
|
|
- Sudirman Teguh Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi masa depan yang terpenting, tidak saja bagi warga Negara tetapi juga pemerintah dalam pembangunan dan kemajuan bangsa. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan media transformasi yang strategis yang akan mengantarkan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Tidak hanya itu, pendidikan juga menjadi Gambar 1. Perbandingan Human Development Index, Indonesia dengan Korea, Thailand, dan Singapura Periode faktor penting yang harus dipenuhi oleh pemerintah karena pendidikan merupakan hak setiap warga Negara yang dijamin oleh konstitusi. Namun, problem yang dihadapi di Indonesia yaitu pertumbuhan terkait dengan kualitas sumberdaya manusia masih dapat dikatakan rendah dan pendidikan sangat perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah jika dibandingkan dengan Negara tetanga seperti deskripsi pada Gambar 1 di atas. Berdasarkan laporan terbaru badan pembangunan PBB, UNDP menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 108 pada 2010 menjadi peringkat 124 pada tahun 2012 dari 187 negara yang disurvei, dengan skor 0,617. Di ASEAN, peringkat pertama dalam hal kualits manusia adalah Singapura dengan nilai 0,866. Kemudian disusul Brunei dengan nilai IPM 0,838, disusul 1
2 Malaysia (0,761), Thailand (0,682,) dan Filipina (0,644). Indonesia berada diperingkat enam yang hanya unggul dari Vietnam yang memiliki nilai IPM 0,593, Laos dengan nilai IPM 0,524, Kamboja dengan nilai IPM 0,523, dan Myanmar dengan nilai IPM 0,483 (Kompas, 17/04/2012). Direktur UNDP untuk Indonesia, Beate Trankman menjelaskan bahwa angka harapan tahun belajar Indonesia yang terus stagnan dalam tiga tahun terakhir. Data UNPD menyebutkan, tingkat ekspektasi tahun belajar Indonesia tetap berada pada level 12,9 pada 2010, 2011, dan Artinya, penduduk Indonesia memiliki harapan sekolah selama 12,9 tahun atau hanya mencapai sekolah menengah pertama. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia harus lebih inovatif meningkatkan angka ekspektasi tahun belajar demi meningkatkan kesejahteraan dan angka IPM (Tempo, 18/03/2013). Rendahnya IPM Indonesia ini menunjukkan dampak dari alokasi 20 persen APBN untuk pendidikan ini belum terasa (Kompas, 17/04/2012). Kemudian, meskipun dari tahun ke tahun anggaran pendidikan nasional telah mengalami kenaikan signifikan yaitu pada tahun 2010, APBN untuk sektor pendidikan mencapai Rp 225 triliun, dan pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp 249 triliun. Sedangkan untuk tahun 2012, APBN pendidikan kembali mengalami peningkatan hingga mencapai Rp 286 triliun. Dana Bantuan Operasional (BOS) sebagai instrumen penopang program wajib belajar sembilan tahun juga meningkat dari tahun 2011 sebesar Rp 16 triliun, menjadi Rp 23 triliun untuk tahun 2012 (26/12/2011). Namun, faktanya menunjukkan angka putus sekolah tinggi masih marak terjadi diberbagai wilayah di Indonesia seperti yang terlihat pada Gambar 2 di bawah. Kemudian, berdasarkan laporan kompas juga menunjukkan bahwa masih 2
3 terdapat 10,268 juta siswa usia wajib belajar (SD dan SMP) yang tidak Gambar 2. Persentase Rata-rata Angka Putus Sekolah dan Kemiskinan di 10 Wilayah Propinsi di Indonesia menyelesaikan wajib belajar sembilan Sumber: BPS, tahun. Di sisi lain, masih ada sekitar 3,8 juta siswa yang tidak dapat melanjutkan ke tingkat SMA. Faktor utama penyebab tingginya angka putus sekolah adalah ketidakmampuan masyarakat memenuhi biaya pendidikan. Kemiskinan menjadi sebab utama angka putus sekolah dan tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya. Masih tingginya angka putus sekolah dan siswa yang tidak melanjutkan pendidikan, dinilainya menjadi cerminan masih terbatasnya akses pendidikan yang bisa dijangkau masyarakat. Kenaikan anggaran pendidikan yang signifikan ternyata tak berbanding lurus dengan upaya penghentian siswa putus sekolah. Hal ini disebabkan selain tidak tepat waktu, sasaran, dan penggunaan, kenyataannya BOS tidak bisa mencegah praktek pungutan yang marak terjadi (Kompas, 26/12/2011). Bagi pemerintah daerah sendiri, tugas berat pasca diamanatkan perhitungan dan pencarian solusi atas BOSP (Biaya Operasional Satuan pendidikan), instrument baru untuk menghitung kekurangan biaya operasional pendidikan yang tidak terpenuhi oleh BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Seperti diketahui, BOS diluncurkan pemerintah nasional tahun 2005 lalu ternyata hanya mampu memenuhi sebagian dari kebutuhan 3
4 operasional sekolah-sekolah negeri pada jenjang SD hingga SMP. Sehingga BOSP dimunculkan tidak saja untuk menghitung biaya operasional sekolah secara lebih detail, namun juga mengkomunikasikan kekurangan pembiayaan kepada pihak-pihak yang berpotensi memberi dana, seperti: orang tua, dunia usaha/dunia industry, termasuk pemerintah kabupaten/kota. Di tengah tugas berat ini, Pemkot Yogyakarta justru melakukan gebrakan inovasi untuk memperluas jangkuan penerima manfaat dari jaminan pendidikan: sekolah swasta, sekolah-sekolah untuk anak berkebutuhan khusus, sekolah pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (SMA dan yang sederajat), dan tentunya masyarakat dari kelompok ekonomi lemah. Inovasi di bidang pendidikan ini diwadahi dalam program Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) untuk pendidikan gratis 12 tahun. Melalui program ini, pemerintah kota Yogyakarta berusaha memberikan jaminan agar setiap warga Negara yang tidak mampu secara ekonomi, setidaknya yang tercatat sebagai penduduk kota Yogyakarta dapat menikmati pendidikan hingga sekolah level atas. Dan dengan demikian, angka putus sekolah dapat dihapuskan sama sekali dari kota Yogyakarta (policy brief, 2012). Pendidikan gratis ala kota Yogyakarta melalui Program Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) ini, merupakan salah satu program pemerintah dalam pelayanan pendidikan bagi keluarga miskin (KMS) di kota Yogyakarta. Secara legalitas/formal JPD diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) kota Yogyakarta Nomor 23 Tahun 2009 tentang Penangulangan Kemiskinan di Kota Yogyakarta. JPD tersebut dijelaskan pada bab VI bagian keempat menyoalkan pelayanan pendidikan pada pasal 15 bahwa program pelayanan pendidikan dilakukan dengan memberikan jaminan hak atas pendidikan bagi 4
5 keluarga penduduk miskin dan keluarga miskin yang bermutu dan terjangkau sehingga dapat terwujud penguatan sumberdaya manusia dan peningkatan daya saing tenaga kerja yang memiliki kemampuan untuk bertahan. Lebih lanjut dijelaskan pada pasal 16 antara lain: 1. Program pelayanan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 dilaksanakan melalui: a. Pemberian jaminan pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA/SMK; b. Pemberian akses pendidikan di sekolah Negeri; c. Pengarahan orientasi peserta didik lulusan SMP masuk kekelompok pendidikan SMK. 2. Apabila terdapat penduduk dan keluarga rentan miskin yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan, pemerintah daerah menyediakan program bantuan layanan pendidikan bagi penduduk dan keluarga rentan miskin tersebut agar tidak menjadi miskin karena ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan. 3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara, persyaratan dan pelaksanaan program pelayanan pendidikan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan Walikota. Program JPD merupakan bentuk komitmen pemerintah daerah kota Yogyakarta dalam memberikan jaminan pendidikan gratis, bukan hanya wajib belajar 9 tahun, namun wajib belajar 12 (dua belas) tahun, serta memberikan kesempatan akses yang luas bagi masyarakat kota Yogyakarta untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Tujuan diberikannya JPD adalah agar tidak ada anak usia sekolah dari keluarga pemegang Kartu menuju Sejahtera (KMS) putus sekolah karena alasan biaya. Kartu Menuju 5
6 Sejahtera (KMS) yang dimaksud adalah sebagai kartu identitas diri untuk mendapatkan Jaminan Pendidikan Daerah (JPD). Kartu Menuju Sejahtera (KMS) tersebut menjadi identitas penduduk kota Yogyakarta yang telah didata sebagai keluarga miskin berdasarkan parameter keluarga miskin yang ditetapkan oleh pemerintah kota Yogyakarta melalui keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 417/KEP/2009 tentang Penetapan Parameter Pendataan Keluarga Miskin. KMS berfungsi sebagai identitas layanan bagi program jaminan pendidikan dan kesehatan. KMS bisa digunakan untuk penyaluran beasiswa bagi siswa tidak mampu dan layanan jaminan kesehatan (askeskin), serta berfungsi memudahkan pembagian beras (raskin). Sesuai kebijakan pemerintah kota Yogyakarta, KMS diperuntukkan bagi gakin ber- KTP kota Yogyakarta sesuai dengan daftar gakin hasil verifikasi dan updating data gakin (Media Info Kota, 2013). Tugas serta fungsi, pihak Dinsosnakertrans yaitu mendata, memverifikasi, serta memastikan untuk membagikan (KMS) sebagai bukti bahwa keluarga tersebut termasuk keluarga miskin dan berhak mendapat jaminan pendidikan serta kesehatan dari pemerintah kota Yogyakarta (KrJogja, 2013). Sementara itu, penerima JPD di kota Yogyakarta mendapatkan besaran jaminan pendidikan berdasarkan keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 580/KEP/2011 tentang Penetapan Besaran Jaminan Pendidikan Daerah Bagi Peserta Didik Pemegang Kartu Menuju Sejahtera (KMS). Besaran JPD didasarkan pada kebutuhan di masing-masing jenjang pendidikan. Jenis dan besaran jaminan bagi penerima JPD disesuaikan dengan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) yang ditentukan oleh Pemkot Yogyakarta. 6
7 Program JPD ini menjadi perhatian penting peneliti untuk dilakukan Grafik 1. Program JPD Sangat Membantu kajian karena tantangan dalam menyelenggarakan inovasi tersebut tidak mudah dalam menghadapi kompleksitas persoalan yang dihadapi dalam pelaksanannya. Kedudukan strategis adanya JPD di kota Yogyakarta memang sangat Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta, membantu bagi keluarga miskin (KMS). Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan Bappeda Kota Yogyakarta (2011), dari kuesioner diperoleh dari sebagian besar responden bagi penerima manfaat program JPD KMS, berpendapat bahwa program jaminan pendidikan daerah (JPD) sangat membantu anak usia sekolah keluarga miskin dalam menempuh pendidikan. Dari diagram Grafik 1 di atas, dapat dijelaskan bahwa sebanyak 56,91% responden setuju, 40,65% responden sangat setuju bahwa program Jaminan Pendidikan sangat membantu warga. Hanya sebanyak 0,81% responden yang tidak setuju (Ashari dan Dhenok Panuntun, 2012). Akan tetapi berbagai persoalan muncul mewarnai peliknya pelaksanaan program JPD di kota Yogyakarta. Hal ini dapat diketahui dari hasil observasi awal yang telah dilakukan peneliti mengenai pelaksanaan program JPD oleh pihak dinas pendidikan kota Yogyakarta menunjukkan masih banyak mengalami permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut. Hal ini dapat diketahui dari penjelasan Kepala UPT pengelola JPD dinas pendidikan yang menjelaskan demikian: 7
8 Program JPD ini sebenarnya sangat membantu dan dibutuhkan sekali bagi masyarakat yang kurang mampu Namun, kalau boleh jujur mas, pelaksanaan program JPD ini sebenarnya masih banyak sekali masalah-masalah yang terjadi di lapangan, karena begitu kompleks masalahnya membuat program ini belum berjalan secara efektif (Suryatmi selaku Kepala UPT pengelola JPD. Rabu, 20 Februari 2013 pukul WIB). Sementara itu, dari hasil laporan media masa seperti masalah pelayanan pendidikan bagi para siswa KMS muncul dibawah tekanan penetepan kuota yang terjadi. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Disdik Kota Jogja, Budi Santoso Asrori mengatakan bahwa pihaknya tengah mencari solusi baru atas persoalan kuota KMS yang banyak dikeluhkan sekolah. Pemberlakuan kuota yang ditentukan ada kecenderungan hanya sekolah tertentu saja yang terpenuhi kuotanya (Solo Pos, 2010). Padahal, tantangan yang dihadapi oleh Pemkot Yogyakarta saat ini memiliki situasi yang rentan terhadap peningkatan angka putus sekolah. Pasalnya, mahalnya biaya pendidikan dengan situasi banyaknya masyarakat yang memiliki ekonomi kurang mampu (miskin) menjadi sinyalir dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan angka putus sekolah. Hal ini dikarenakan jumlah siswa miskin di kota Yogyakarta meningkat. Grafik 2. Jumlah Pendataan KMS Tahun 2013 di kota Yogyakarta Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti No.451/Kep/ 2012 tentang Penetapan Data Penduduk Sasaran Jaminan Perlindungan Sosial yang ditandatangi tertanggal 28 Sumber: Diolah peneliti dari dokumen bisnis jateng, Desember lalu dan berlaku 8
9 mulai 1 Januari 2013 bahwa penerima KMS tahun 2013 lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah pemegang KMS 2013 mencapai 25 persen (Tribun, 2013). Seperti Grafik 2 di atas, menunjukkan bahwa data penduduk miskin di Yogyakarta yang mendapatkan Kartu Menuju Sejahtera (KMS) tahun ini (2013) sebanyak KK atau jiwa. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang mencapai KK atau jiwa. Rincian pendataan KMS 2013 sebanyak KK meliputi, katagori pemegang KMS 1 (fakir miskin) sebanyak 283 KK, pemegang KMS 2 (miskin) sebanyak KK dan pemegang KMS 3 (rentan miskin) sebanyak KK (Bisnis Jateng, 2013). Dinamika persoalan angka putus sekolah secara umum menjadi perhatian serius oleh pemerintah Provinsi DIY. Melalui angka putus sekolah dapat mengindikasikan tingkat keberhasilan maupun kegagalan sistem pendidikan menurut jenjangnya, ataupun dapat menggambarkan suatu kemampuan penduduk untuk menyelesaikan pada jenjang pendidikan tertentu. Angka putus sekolah mencerminkan jumlah penduduk pada usia Tabel 1. sekolah yang sudah tidak bersekolah lagi atau tidak dapat menamatkan pendidikan di jenjang tertentu. Penyebab putus sekolah sangat beragam dan tergantung dari jenjang sekolah. Beberapa diantaranya adalah rendahnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan orang tua, kondisi sosial ekonomi keluarga, 9
10 keterbatasan serta kesulitan dalam mengakses infrastruktur pendidikan (BPS DIY, 2011). Dari Tabel 1 di atas dapat diketahaui bahwa jumlah murid putus sekolah di Prov. DIY setiap tahunya meningkat. Jika berdasarkan distribusinya pada Grafik 3 di bawah ini, dapat Grafik 3. diketahui jumlah anak putus sekolah terbanyak terdapat pada jenjang SLTA sederajat yakni sebanyak 61,44 persen dengan rincian SLTA sebanyak 146 anak, SMK Sumber: BPS DIY, anak dan MA 83 anak. Sementara, jumlah anak putus sekolah pada jenjang SLTP sederajat dan SD sederajad masing-masing mencapai 20,97 persen dan 17,58 persen. Masih besarnya porsi anak putus sekolah pada jenjang SLTP ke bawah menjadi perhatian serius, karena hal ini menjadi kontraproduktif dengan kebijakan wajib belajar sembilan tahun (BPS DIY, 2012). Sedangkan secara khusus, di kota Yogyakarta juga menunjukkan bahwa persoalan meningkatnya angka putus sekolah yang terjadi menjadi persoalan serius. Pemahaman peneliti mengenai program JPD di kota Yogyakarta dapat dideskripsikan seperti Tabel 2 di bawah ini: Aspek Inisiatif JPD Mengapa muncul? Maksud (visi) Tabel 2. Program Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) Penjelasan Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai inovasi di Bidang Pendidikan. Angka putus sekolah pada tahun 2007/2008 tinggi, dan masih rendahnya kesempatan peserta didik dari keluarga miskin untuk bisa mengakses pendidikan yang bermutu. Diberikannya Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) adalah untuk peningkatan kesempatan memperoleh pendidikan bagi penduduk Daerah dan penuntasan Wajib Belajar 12 tahun. 10
11 Target Group atau Sasaran program Harapan perubahan utama hasil yang ingin dicapai. Memberikan Jaminan Pendidikan Daerah yang diberikan kepada peserta didik penduduk Daerah yang bersekolah di Daerah dan di Luar Daerah dalam Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari anggota keluarga pemegang KMS. Program tersebut menjamin dan mengratiskan biaya pendidikan dengan JPD untuk jenjang pendidikan TK/RA/TKLB, SD/SDLB /MI, SMP/SSMPLB/MTs, SMA/ SMALB/MA, dan SMK. Menurunnya Angka Putus Sekolah di Kota Yogyakarta, dan meningkatkan Angka Partisipasi Sekolah peserta didik. Harapannya, siswa keluarga miskin bisa mengakses pendidikan dan sekolah favorid dan berkualits. Dengan adanya JPD dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar, sehingga akhirnya peningkatan kualitas pendidikan dapat tercapai. Sumber: Diolah peneliti dari berbagai sumber. Idealnya, dengan hadirnya JPD dapat menurunkan angka putus sekolah dan meningkatkan partisipasi sekolah. Namun, hasil analisa peneliti menunjukkan bahwa implementasi program JPD belum secara efektif mampu mencapai tujuannya. Hal ini dapat ditunjukan dari data deskripsi Tabel 3 di bawah ini: Tabel 3. Angka Putus Sekolah (APS) di Kota Yogyakarta Jenjang 2008/ SD/MI 13 Anak 24 Anak 24 Anak SMP 23 Anak 17 Anak 17 Anak SMA/SMK 12 Anak 24 Anak 83 Anak Sumber: Diolah peneliti dari data dokumen Disdikpora DIY. Berdasarkan dari Tabel 3, dapat diketahui bahwa persoalan angka putus sekolah belum efektif untuk diatasi dan masih tinggi. Peningkatan jumlah anak putus sekolah terjadi ditingkat SD tahun 2009/2010. Kemudian, penurunan terjadi ditingkat SMP tahun 2009/2010, tetapi angka peningkatan putus sekolah terlihat di jenjang SMA/SMK setiap tahunnya. Kemudian, dari angka melanjutkan sekolah di kota Yogyakarta dari sekolah dasar menuju jenjang tingkat SMP setiap tahunnya juga terjadi penurunan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari data deskripsi Tabel 4 di bawah ini: 11
12 Tabel 4. Angka Melanjutkan Sekolah (AMS) di Kota Yogyakarta Ke Jenjang Tahun 2008/ SMP/MTs SMA/SMK Sumber: Dokumen data Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Begitu juga yang terjadi pada Angka Partisipasi Murni (APM) di kota Yogyakarta, dapat diketahui bahwa APM mengalami penurunan pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Hal tersebut dapat ditunujukan dari data deskripsi Tabel 5 di bawah ini: Tabel 5. Angka Partisipasi Murni (APM) di Kota Yogyakarta Tahun Jenjang Sekolah SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK % 89% 78% % 103% 102% % 98,14% 107% Sumber: Dokumen data Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Dari situasi dan kondisi di atas, telah dipaparkan tantangan yang dihadapi, dan argument pentingnya dilakukan kajian terkait dengan persoalan belum efektifnya program JPD dalam mencapai tujuannya. Dilatarbelakangi dari persoalan empiris tersebut, maka peneliti berinisiatif untuk melakukan kajian penelitian mengenai pelayanan pendidikan bagi keluarga miskin (KMS) melalui program Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) yang dilaksanakan pemerintah daerah kota Yogyakarta agar dapat dijelaskan secara lebih ilmiah, objektif, jelas, dan faktual sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan. B. Fokus Masalah Program JPD dimulai tahun 2007/2008 oleh pemerintah kota Yogyakarta sebagai inovasi program jaminan pendidikan bagi warganya untuk mendukung pelaksanaan wajib belajar 12 tahun. JPD menjamin anak- 12
13 anak dari keluarga tidak mampu-ditunjukkan dengan kepemilikan KMS-dapat menamatkan pendidikan dari jenjang pendidikan TK/RA/TKLB. SD/SDLB/ MI, SMP/SSMPLB/MTs, hingga SMA/SMALB/MA/SMK baik bersekolah di Swasta maupun Negeri agar anak-anak dari keluarga KMS tidak putus sekolah karena alasan biaya. Seharusnya, hadirnya JPD tersebut dapat menurunkan angka putus sekolah dan meningkatkan angka partisipasi sekolah. Namun, dari hasil analisa peneliti menunjukan bahwa, sampai di tahun ajaran 2012/2013 program ini belum efektif mencapai tujuannya. Hal ini dapat diketahui, jumlah anak putus sekolah jenjang SMA/SMK meningkat setiap tahunnya, begitu juga dengan angka partisipasi mengalami penurunan pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Di awal telah dipaparkan mengenai persoalan dan argument pentingnya dilakukan kajian penelitian. Agar peneliti dapat mendeskripsikan dan menjelaskan pelayanan pendidikan bagi keluarga miskin (KMS) melalui program Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) yang dilaksanakan pemerintah daerah kota Yogyakarta, maka dalam operasional penelitian mengajukan fokus rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Mengapa implementasi program Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) di kota Yogyakarta belum efektif dalam mencapai tujuannya? 2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan implementasi program Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) di kota Yogyakarta belum efektif dalam mencapai tujuannya? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dalam konteks penelitian ini bertujuan untuk: 13
14 1. Menjelaskan alasan-alasan mengapa implementasi program Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) di kota Yogyakarta belum efektif dalam mencapai tujuannya. 2. Menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan implementasi program Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) di kota Yogyakarta belum efektif dalam mencapai tujuannya. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, terdapat dua hal yang penting yaitu: 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan yaitu memperkaya konsep maupun teori yang memberikan kontribusi perkembangan ilmu pengetahuan mengenai program Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) sebagai salah satu produk kebijakan publik di bidang pendidikan. Hasil yang diperoleh dari penelitian dapat dikembangkan dan disempurnakan lagi menjadi sumber ilmu dan pengetahuan baru oleh para mahasiswa pada umumnya, dan mahasiswa Magister Administrasi Publik (MAP) UGM pada khususnya. 2. Secara praktis Secara praktis, hasil penelitian yang dilakukan dapat memberikan masukan bagi: a. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi Dinas Pendidikan kota Yogyakarta agar dapat meningkatkan kinerja pelayanan pendidikan bagi keluarga miskin 14
15 (KMS) melalui program Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) yang diselenggarakan. b. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans), dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan perbaikan dalam pengurusan pelayanan KMS. c. Bagi kepala sekolah dan guru, sebagai masukan untuk meningkatan pemahaman diri, kepedulian dan memperkuat kerjasama dalam pengoptimalan kinerja pelayanan pendidikan bagi keluarga miskin (KMS) melalui program JPD. d. Bagi peneliti, memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai pelayanan pendidikan bagi keluarga miskin (KMS) melalui program Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) yang dilaksanakan oleh pemerintah kota Yogyakarta. Sebagai calon analis kebijakan publik dari hasil kegiatan kajian penelitian dapat mengembangkan potensi dan keterampilan diri sebagai peneliti yang professional. 15
BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah Kota Yogyakarta maka dibuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan aspek yang mempengaruhi perkembangan sebuah negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu isu penting yang tidak pernah lepas dari perkembangan suatu negara. Dewasa ini isu-isu terkait pendidikan telah menjadi wacana publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negaranya, salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, jumlah penduduk
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pencapaian pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa. Sumber Daya Manusia
Lebih terperinciPENDIDIKAN PROVINSI JAMBI :
PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI : Amanat undang-undang dasar 1945 1. Pembukaan Alinea IV: memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih baik dan berkesinambungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa, sebagaimana pula termuat dalam pasal 31 bahwa tiap-tiap warga Negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana amanat pembukaan UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana pula termuat dalam pasal 31 bahwa tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pencapaian pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. Bahkan pendidikan menjadi domain
Lebih terperinciKATA PENGANTAR DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAWA TENGAH
KATA PENGANTAR Kemiskinan masih menjadi penyebab utama siswa putus sekolah atau drop out. Fenomena putus sekolah ini bahkan dikhawatirkan semakin meningkat seiring tingginya angka pengangguran, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan fondasi yang paling kokoh untuk membangun bangsa. Tidak ada bangsa yang maju tanpa membangun pendidikan yang bagus. Sedemikian pentingnya pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan untuk mengalami kemajuan ke arah yang lebih baik. Pembangunan di berbagai negara berkembang dan di Indonesia seringkali diartikan
Lebih terperinciKOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015
KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium Perserikatan Bangsa -Bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pengentasan kemiskinan menjadi sebuah tujuan internasional sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Millenium Perserikatan Bangsa -Bangsa (PBB) di New York. KTT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi prasyarat untuk memperoleh peluang partisipasi, adaptasi dalam hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era informasi saat ini, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi prasyarat untuk memperoleh peluang partisipasi, adaptasi dalam hal eksistensi di
Lebih terperinciigi.fisipol.ugm.ac.id
DATABASE GOOD PRACTICE Initiatives for Governance Innovation merupakan wujud kepedulian civitas akademika terhadap upaya mewujudkan tata pemerintahan dan pelayanan publik yang lebih baik. Saat ini terdapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, Human Development Index (HDI) atau yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan sebuah tolak ukur yang
Lebih terperinciGrafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)
Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, agar kelak nantinya berguna bagi dirinya dan masyarakat umumnya. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat mengubah pola pikir seseorang untuk lebih maju lagi, berfungsi mengembangkan potensi manusia dan mengembangkan peradaban suatu bangsa
Lebih terperinciTahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 6 mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB BELAJAR DUA BELAS TAHUN DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciNOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SATUAN PENDIDIKAN DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SATUAN PENDIDIKAN DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN JAMINAN PENDIDIKAN DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA,
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN JAMINAN PENDIDIKAN DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa sesuai Peraturan Daerah Kota Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah komunitas, dan komunitaslah yang membentuk masyarakat. Substansi ini
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Masyarakat merupakan komponen besar dan kompleks dalam pembicaraan tentang kehidupan sosial. Di dalamnya ditemukan berbagai keberagaman pikiran dan perilaku. Keterkaitannya
Lebih terperinciC. ANALISIS CAPAIAN KINERJA
C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis capaian kinerja dilaksanakan pada setiap sasaran yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan.
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN JAMINAN PENDIDIKAN UNTUK PESERTA DIDIK YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG
BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DAN MEKANISME PENGGALIAN SUMBANGAN SUKARELA DARI MASYARAKAT KATEGORI MAMPU DALAM IKUT MEMBANTU PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciKurikulum Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 kurikulum 2013 merupakan kurikulum tetap yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun.
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2016
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH SWASTA UNTUK SATUAN PENDIDIKAN YANG DISELENGGARAKAN
Lebih terperinciMengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.
INDIKATOR PENDIDIKAN Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. 4 Lokasi: Kantor Bupati OKU Selatan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata baik materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN JAMINAN PENDIDIKAN DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA,
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN JAMINAN PENDIDIKAN DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakan seluruh kegiatan dan menentukan keberhasilan kegiatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting untuk terwujudnya kesuksesan dan kesinambungan pembangunan negara dalam era globalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat (community empowerment). Dalam program
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini menganalisis kapasitas pendamping KUBE dan faktor penghambat pendampingan dengan mengambil studi kasus pendampingan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penentu maju tidaknya suatu bangsa, bagaimana tingkat pendidikan suatu generasi akan sangat menentukan untuk kemajuan suatu bangsa kedepannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah Satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa adalah tingkat capaian Sumber Daya Manusianya, bahkan pendidikan merupakan bagian utama untuk suatu
Lebih terperinciPengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal
PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL RINGKASAN EKSEKUTIF Pengkajian Pendanaan Pendidikan Secara Masal Studi Dampak Krisis Keuangan
Lebih terperinciDinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan
Lebih terperinciDAYA DUKUNG DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SD NEGERI WONOTINGAL 04 KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG TESIS
DAYA DUKUNG DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DI SD NEGERI WONOTINGAL 04 KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajeman Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH (BOSDA) UNTUK SATUAN PENDIDIKAN SWASTA
Lebih terperinciTabel 2 Ketimpangangan hasil pembangunan pendidikan antar wilayah masih belum terselesaikan
Pembangunan Bidang Pendidikan : Perencanaan Yang Lebih Fokus dan Berorientasi Ke Timur Indonesia Merupakan Solusi Atasi Kesenjangan dan Percepat Pencapaian Target Nasional Abstrak Kesenjangan input pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sensitif menghadapi era globalisasi. Oleh karena itu, pendidikan memiliki
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi dalam segala aspek kehidupan telah memacu bangsa Indonesia untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu cara meningkatan
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA /MA DAN SMK NEGERI DAN SWASTA DILINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup peserta didik secara optimal dalam rangka mewujudkan bangsa Indonesia yang berperadaban
Lebih terperinciWALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG
WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA /MA DAN SMK NEGERI DAN SWASTA TAHUN PELAJARAN 2012-2013 DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan sumber daya manusia untuk menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyumbangkan kemampuan usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu aspek yang menyumbangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Pembangunan adalah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciUSULAN KOMPENSASI KENAIKAN HARGA BBM: PROGRAM BANTUAN SOSIAL TERPADU
SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIIK INDONESIA USULAN KOMPENSASI KENAIKAN HARGA BBM: PROGRAM BANTUAN SOSIAL TERPADU BAMBANG WIDIANTO SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling penting keberadaannya. Setiap orang mengakui bahwa tanpa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Dasar (selanjutnya disingkat menjadi SD) merupakan pendidikan yang paling penting keberadaannya. Setiap orang mengakui bahwa tanpa menyelesaikan pendidikan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA
Tabel II.16 Pencapaian Indikator Kinerja Utama Urusan Wajib Pendidikan No. Indikator Kinerja Tahun 2015 Tahun 2016 1 2 3 4 1 APK PAUD 49,38 168,96 2 APK SD/MI/Paket A 108,77 108,74 3 APK SMP/MTs/Paket
Lebih terperinciBAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN Untuk mengukur kinerja Kabupaten Barru, disusun indikator kinerja sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang meliputi: (1)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang pendidikan. Peningkatan pendidikan yang bermutu di Indonesia termaktub dalam amanah konstitusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkembangan jaman telah berdampak pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dimana perkembangan ini telah membawa perubahan dalam kehidupan manusia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur penting yang harus dimiliki manusia untuk mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya Indonesia
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN JAMINAN PENDIDIKAN DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA,
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN JAMINAN PENDIDIKAN DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa sesuai Peraturan Daerah Kota Yogyakarta
Lebih terperinciRisalah Kebijakan (POLICY BRIEF)
Risalah Kebijakan (POLICY BRIEF) Badan Penelitian dan Pengembangan Inovasi Daerah Provinsi Lampung Strategi Pembangunan Pendidikan di Provinsi Lampung dalam rangka Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan merupakan rangkaian kegiatan dari programprogram di segala bidang secara menyeluruh, terarah, terpadu, dan berlangsung secara terus menerus dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan tempat dimana proses pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis. Pada proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa
Lebih terperinciMengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data
Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Disampaikan oleh: DeputiMenteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan pada Peluncuran Peta Kemiskinan dan Penghidupan
Lebih terperinciTAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6
DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kewajiban mencerdaskan kehidupan warga negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang Dasar 1945
Lebih terperinciPENETAPAN SASARAN BSM BERBASIS RUMAH TANGGA UNTUK MELENGKAPI PENETAPAN SASARAN BERBASIS SEKOLAH
SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIIK INDONESIA PENETAPAN SASARAN BSM BERBASIS RUMAH TANGGA UNTUK MELENGKAPI PENETAPAN SASARAN BERBASIS SEKOLAH BAMBANG WIDIANTO SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL PERCEPATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mulai tahun 2011 akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan yang dilakukan melalui mekanisme
Lebih terperinci2) Pendidikan Menengah. rasio guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)
diantara angka 1,54 1,67. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ada guru yang harus bertanggungjawab pada lebih dari 1 (satu) rombongan belajar (kelas). 2) Pendidikan Menengah Fokus pelayanan pendidikan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang turut berkontribusi dalam pembangunan Indonesia. Pertanian memegang peranan untuk menyediakan bahan baku pangan maupun non pangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak, inflasi juga naik dan pertumbuhan ekonomi melambat. Kemiskinan yang terjadi dalam suatu
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2014
RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2014 Sebagai ringkasan dari Laporan Kinerja Intansi Pemerintah Kabupaten Sukabumi Tahun 2014, dapat disimpulkan bahwa secara
Lebih terperinciANGGARAN PENDIDIKAN DALAM RAPBN 2014
ANGGARAN PENDIDIKAN DALAM RAPBN 2014 1. Perkembangan Anggaran Pendidikan Anggaran Pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui Kementerian Negara/Lembaga, alokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara (World Bank, 1980; Barro, 1998; Barro dan Sala-i-Martin, 2004). Beberapa peneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap peserta didik berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22
BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 22 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 336 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KOTA BANDUNG PADA PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciMewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.
Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Pada misi IV yaitu Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal terdapat 11
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu pekerjaan atau perencanaan. Mentri dalam Negeri
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Akuntabilitas membutuhkan aturan, ukuran atau kriteria, sebagai indikator keberhasilan suatu pekerjaan atau perencanaan. Mentri dalam Negeri mengeluarkan Permendagri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya kebutuhan akan pendidikan sebagai suatu investasi. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin kompleks, telah menjadikan kebutuhan manusia semakin kompleks pula, khususnya kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelemahan kelemahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelemahan kelemahan sertifikasi guru dalam meningkatkan kinerja guru dalam rangka peningkatan kualitas proses kegiatan pembelajaran
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting untuk dapat hidup layak dan produktif. Keterjaminan pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak dasar
Lebih terperinciStandar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan urusan wajib yang harus dipenuhi oleh pemerintah
PRAKTIK CERDAS Seri Lembaran Informasi BASICS No.17 - September 2013 Komitmen Sultra Peran Pemerintah Provinsi dalam Mempercepat Pencapaian SPM dan MDGs di Sulawesi Tenggara Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Buku Arif Rohman Politik Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Buku Arif Rohman. 2009. Politik Ideologi Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama Yogyakarta. Budi Winarno. Kebijakan Publik: Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS. Burhan bungin.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan
Lebih terperincipemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi usaha kecil dan menengah, penanaman modal, kebudayaan, pemuda dan olahraga, kesatuan
Lebih terperinciDinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pendidikan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009
PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Studi tentang..., Aris Roosnila Dewi, FISIP UI, 2010.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan panjang. Namun sampai saat ini masih banyak penduduk miskin yang memiliki
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SATUAN PENDIDIKAN DI KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. Bahwa dengan
Lebih terperinciDesentralisasi fiskal merupakan kewenangan yang diberikan pemerintah. pusat kepada daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelayanannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desentralisasi fiskal merupakan kewenangan yang diberikan pemerintah pusat kepada daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelayanannya untuk dapat memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Millenium Development Goals (MDGs). MDGs berisi delapan tujuan
1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi salah satunya tercantum dalam Millenium Development
Lebih terperinciBAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA RKPD TAHUN LALU
BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA RKPD TAHUN LALU 2.1 Evaluasi Pencapaian Program Tahun Lalu dan Perkiraaan Tahun Berjalan Program dan kegiatan yang dievaluasi meliputi semua program dan kegiatan, target
Lebih terperinciBAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT
BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu
Lebih terperinciISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis
ISU-ISU STRATEGIS 3.1 Analisis Situasi Strategis S etiap organisasi menghadapi lingkungan strategis yang mencakup lingkungan internal dan eksternal. Analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal
Lebih terperinciWALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG
WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK/RAUDHATUL ATHFAL DAN SEKOLAH/MADRASAH Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama anak anak. Pendidikan merupakan faktor penting untuk menambah wawasan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang memiliki harapan tinggi akan peran bidang pendidikan. Diharapkan melalui pendidikan akan terciptanya Sumber
Lebih terperinciPROGRAM BEASISWA BIDIK MISI
KATA PENGANTAR PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI BEASISWA PENDIDIKAN BAGI CALON MAHASISWA BERPRESTASI DARI KELUARGA KURANG MAMPU DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT
Lebih terperinci