BULETIN TIGA BULANAN. Jejaring KKP Bali. Pendekatan Kolaboratif

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BULETIN TIGA BULANAN. Jejaring KKP Bali. Pendekatan Kolaboratif"

Transkripsi

1 BULETIN TIGA BULANAN Dengan menambahkan keterangan pada foto foto yang diambil, mereka dapat menjelaskan tentang pengetahuan dan nilai-nilai kearifan lokal yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan dan mempertahankan lingkungan alam dan budaya. Mamalia di Selatan Bali Conservation International (CI) Indonesia, Cetacean Sirenian Indonesia, Oceans Initiative, dan Fakultas Kelautan dan Perikanan Udayana didukung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan berhasil menyelesaikan riset awal bersama tentang mamalia laut di perairan selatan Bali pada Desember 05 yang lalu. Lingkara/Dechi Dewa Rudita Pendekatan Kolaboratif Hasil riset ini akan digunakan sebagai data pendukung bagi Jejaring Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Bali dan sekitarnya yang sangat penting untuk pengelolaan sumber daya alam. Pengambil keputusan diharapkan menggunakan informasi dari masyarakat ini sebagai dasar pengambilan kebijakan untuk pembangunan yang tepat sasaran dan bersinergi dengan upaya KKP wilayah Kabupaten Karangasem. Latar Belakang Diharapkan riset awal ini dapat membantu menjelaskan keanekaragaman hayati dan korelasinya dengan dinamika kelautan (oceanography) serta hubungannya dengan pembangunan di pesisir Bali yang cenderung tidak terkendali, aliran limbah domestik dan industry kemaritiman serta efek suara dari kapal-kapal laut bagi paus dan lumba-lumba. Lingkara/Rudi Waisnawa Seminar Model Pengelolaan Pariwisata Karangasem bersama PHRI di Candidasa Tujuan Jejaring KKP Bali adalah terjalinnya kerja sama antara pengelola KKP di provinsi Bali untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan yang lebih efektif, efisien, komprehensif dan berkelanjutan dibandingkan dengan pengelolaan KKP secara sendirisendiri. Dengan adanya Jejaring KKP, maka masing-masing KKP tak hanya bisa mengurangi kemungkinan terjadinya konflik antar wilayah tapi juga memperkuat kemampuannya dalam menghadapi permasalahan dan tantangan. Hasil riset awal ini dapat dijadikan referensi bagi pemangku keputusan baik di tingkat desa maupun propinsi untuk memberikan perhatian lebih pada ekosistem kelautan yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sehingga selaras dengan kelestarian alam sekitar. Seminar peningkatan objek wisata Karangasem untuk membahas permasalahan pariwisata di Karangasem digelar pada 9 Desember 05 di Hotel Ashyana Candidasa. Seminar ini membahas RIPPDA yaitu Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah sebagai alat bantu dokumentasi dan implementasi pengelolaan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Karangasem. Alam adalah Rumah Penyelarasan konsep nyegara gunung dengan pariwisata di karangasem, juga mendapat perhatian penting sebagaimana dasar kerja CI Indonesia. PHRI menyadari diperlukan branding yang kuat untuk mempromosikan Conservation International Indonesia Jl. Dr. Muwardi No. 7 Renon, Denpasar, Bali Tlp.: Fax: dalam pengelolaan pariwisata yang tertuang dalam bentuk Perda. Web: Jejaring KKP Bali tika Tanggal 3 Desember 05 lalu CI Indonesia mengadakan kunjungan ke Tulamben Karangasem bersama Lingkara Photo Community. CI Indonesia bekerjasama dengan Lingkara Photo Community merencakan kegiatan peningkatan kapasitas jurnalisme warga lokal dan masyarakat untuk secara aktif terlibat dalam mengumpulkan informasi baik secara visual dan naratif. Penelitian Awal tentang J A N U A R Y CI Indonesia/P utu Liza Mus Sehari di Tulamben Bersama LINGKARA Photo Community EDISI I FB: 6 Visi Terciptanya keharmonisan dan sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kotamadya dalam pengelolaan sumber daya perairan Bali dengan dukungan kuat dan partisipasi masyarakat serta lembaga lainnya untuk peningkatan manfaat sosial, ekonomi dan budaya serta sumber daya perairan secara berkelanjutan. Misi Membangun sebuah kesepakatan dan komitmen diantara pemangku kepentingan dalam pengelolaan sumber daya perairan secara terpadu guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Menyediakan dokumen acuan pembangunan kawasan konservasi perairan (KKP) di tingkat kabupaten/kota serta provinsi Bali dengan pendekatan keterkaitan baik secara ekologi, sosial ekonomi maupun tata kelola. Mendorong kerjasama, kemitraan dan koordinasi antarpemerintah, antarsektor, dan antarpemangku kepentingan dalam pengelolaan sumber daya perairan Bali.

2 Zonasi KKP Karangasem Serangkaian upaya kolaboratif dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Karangasem bersama instansi terkait, anggota masyarakat beserta pemangku kepentingan, dengan dukungan dari beberapa LSM seperti Conservation International (CI) Indonesia, Coral Reef Alliance (CORAL), Yayasan Reef Check Indonesia (RCFI), dan beberapa entitas sejenis lainnya. Jurnalisme Warga Sloka Institute dan Conservation International Indonesia telah bekerjasama dalam usaha peningkatan kapasitas jurnalisme Warga Karangasem. Rembug Warga Pemetaan hasil diskusi Penyusunan RPJM Desa 06-0 Sesuai dengan mandat UU no.6 tahun 04 tentang Desa, maka setiap desa harus menyusun rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) desa untuk jangka waktu 6 tahun, sebagai acuan dalam menyusun rencana kerja pembangunan (tahunan) dan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes). Diskusi partisipatif Dengan UU Desa ini diharapkan desa mulai membangun kemandiriannya dalam mengelola anggaran maupun sumber dayanya sehingga meningkatkan perekonomian desa dan membuka lapangan kerja di desa. Desa Tulamben yang terdiri dari 6 banjar dinas yaitu Tulamben, Beluhu Kangin, Beluhu Kauh, Muntig, Batu Dawa Kaja, dan Batu Dawa Kelod serta 3 Desa Pakraman yaitu Tulamben, Muntig dan Batu Dawa merupakan wilayah pariwisata. Identifikasi masalah Kecamatan Manggis Kecamatan Karangasem Rencana tindak lanjut sosialisasi dan pembentukan zonasi KKP Kecamatan Manggis-Kabupaten Karangasem pada 3 November 05 lalu, dihadiri oleh 39 Peserta yang berasal dari pemerintah kecamatan Manggis, LSM, Unsur masyarakat (Nelayan dan Pengusaha Pariwisata), Pemerintah desa pesisir di kecamatan Manggis, Penyuluh Perikanan beserta UPT Perikanan Kecamatan Manggis. Lokakarya tindak lanjut KKP di Karangasem juga dilaksanakan pada Desember 06 lalu. Sebanyak 35 perwakilan dari masyarakat dan pemerintah ikut berpartisipasi dalam proses tersebut. Hasil yang didapatkan adalah usulan anggota masyarakat untuk pemetaan wilayah-wilayah zonasi KKP di wilayah kecamatan Padangbai dan Candidasa, seperti penetapan zona inti agar berada di daerah kecamatan Karangasem. Sloka Institute, Conservation International (CI) Indonesia, dan pewarta warga dari empat desa melaksanakan Rembug Pewarta Warga pada Sabtu 9 Desember 05 di Taman Ujung, Karangasem. Kegiatan ini adalah evaluasi bersama dan membangun komitmen keberlanjutan dukungan dan pelibatan pewarta warga dalam pembangunan desa. Seluruh peserta yang hadir merupakan partisipan aktif kelas jurnalisme warga tersebut. Khusus untuk pariwisata bahari menyelam, tingkat kunjungan mencapai ratusan wisatawan perhari. Sebagian besar untuk melihat keberadaan situs kapal karam/ship wreck USAT (United State Army Transport) Liberty yang merupakan peninggalan perang dunia ke II, disamping untuk mengunjungi lokasi penyelaman lainnya. Tindak lanjut Kelas Jurnalisme Warga di Karangasem ini melibatkan seluruh pewarta warga dan Kepala Desa Tulamben, Purwakerthi (Awed), Sengkidu, dan Bugbug. Hasil yang didapat dari acara ini adalah Pemetaan dukungan dan kapasitas dari tiap pihak dan pemaparan rencana tindak lanjut 06 untuk pewarta warga dengan Catatan Penting Sejauh mana desa mampu mengelola sumber daya baharinya sehingga akan menjadi aset desa untuk menunjang perekonomian masyarakat dalam jangka waktu yang panjang? Diharapkan dengan adanya hasil pemetaan ini, hasil yang tertuang dalam kesepakatan bersama menjadi sebuah bentuk komitmen untuk keberlanjutan program pewarta warga yang swakelola, dengan dukungan pemerintah setempat. Melalui penyusunan RPJM Desa Tulamben, diuraikan secara mendetail segala permasalahan hingga programprogram yang akan dilakukan, terutama untuk menjadikan Tulamben sebagai desa wisata yang berkelanjutan, berbasis konservasi dan budaya, selaras dengan tujuan program Conservation International Indonesia di Karangasem khususnya di Tulamben yang merupakan desa penyangga dari kawasan konservasi perairan (KKP) Karangasem. Isu pemanfaatan ruang menjadi fokus utama terlebih tentang alih fungsi lahan. Sebagai contoh lahan parkir jukung yang berdekatan dengan daerah wisata dan perhotelan menyebabkan kebisingan yang dirasa menganggu dan alur pelayaran Kapal Pariwisata yang sering bersinggungan dengan nelayan. Diharapkan dengan proses identifikasi masalah bersama ini, pemerintah dan pemangku kepentingan lain dapat melahirkan kebijakan baru yang seimbang dan dapat dikembangkan dalam perumusan zonasi KKP nantinya. Dengan Penandatanganan MoU Kerjasama penguatan pewarta warga di Karangasem oleh Sloka Instiute, CI Indonesia, Depkominfo, dan Aliansi Jurnalis Independen ini akan menjadi salah satu alat advokasi masyarakat kepada pemerintah untuk kebijakan yang lebih mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah jejaring KKP Karangasem. Foto CI Indonesia/Iwan Dewantama 3 4

3 Zonasi KKP Karangasem Serangkaian upaya kolaboratif dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Karangasem bersama instansi terkait, anggota masyarakat beserta pemangku kepentingan, dengan dukungan dari beberapa LSM seperti Conservation International (CI) Indonesia, Coral Reef Alliance (CORAL), Yayasan Reef Check Indonesia (RCFI), dan beberapa entitas sejenis lainnya. Jurnalisme Warga Sloka Institute dan Conservation International Indonesia telah bekerjasama dalam usaha peningkatan kapasitas jurnalisme Warga Karangasem. Rembug Warga Pemetaan hasil diskusi Penyusunan RPJM Desa 06-0 Sesuai dengan mandat UU no.6 tahun 04 tentang Desa, maka setiap desa harus menyusun rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) desa untuk jangka waktu 6 tahun, sebagai acuan dalam menyusun rencana kerja pembangunan (tahunan) dan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes). Diskusi partisipatif Dengan UU Desa ini diharapkan desa mulai membangun kemandiriannya dalam mengelola anggaran maupun sumber dayanya sehingga meningkatkan perekonomian desa dan membuka lapangan kerja di desa. Desa Tulamben yang terdiri dari 6 banjar dinas yaitu Tulamben, Beluhu Kangin, Beluhu Kauh, Muntig, Batu Dawa Kaja, dan Batu Dawa Kelod serta 3 Desa Pakraman yaitu Tulamben, Muntig dan Batu Dawa merupakan wilayah pariwisata. Identifikasi masalah Kecamatan Manggis Kecamatan Karangasem Rencana tindak lanjut sosialisasi dan pembentukan zonasi KKP Kecamatan Manggis-Kabupaten Karangasem pada 3 November 05 lalu, dihadiri oleh 39 Peserta yang berasal dari pemerintah kecamatan Manggis, LSM, Unsur masyarakat (Nelayan dan Pengusaha Pariwisata), Pemerintah desa pesisir di kecamatan Manggis, Penyuluh Perikanan beserta UPT Perikanan Kecamatan Manggis. Lokakarya tindak lanjut KKP di Karangasem juga dilaksanakan pada Desember 06 lalu. Sebanyak 35 perwakilan dari masyarakat dan pemerintah ikut berpartisipasi dalam proses tersebut. Hasil yang didapatkan adalah usulan anggota masyarakat untuk pemetaan wilayah-wilayah zonasi KKP di wilayah kecamatan Padangbai dan Candidasa, seperti penetapan zona inti agar berada di daerah kecamatan Karangasem. Sloka Institute, Conservation International (CI) Indonesia, dan pewarta warga dari empat desa melaksanakan Rembug Pewarta Warga pada Sabtu 9 Desember 05 di Taman Ujung, Karangasem. Kegiatan ini adalah evaluasi bersama dan membangun komitmen keberlanjutan dukungan dan pelibatan pewarta warga dalam pembangunan desa. Seluruh peserta yang hadir merupakan partisipan aktif kelas jurnalisme warga tersebut. Khusus untuk pariwisata bahari menyelam, tingkat kunjungan mencapai ratusan wisatawan perhari. Sebagian besar untuk melihat keberadaan situs kapal karam/ship wreck USAT (United State Army Transport) Liberty yang merupakan peninggalan perang dunia ke II, disamping untuk mengunjungi lokasi penyelaman lainnya. Tindak lanjut Kelas Jurnalisme Warga di Karangasem ini melibatkan seluruh pewarta warga dan Kepala Desa Tulamben, Purwakerthi (Awed), Sengkidu, dan Bugbug. Hasil yang didapat dari acara ini adalah Pemetaan dukungan dan kapasitas dari tiap pihak dan pemaparan rencana tindak lanjut 06 untuk pewarta warga dengan Catatan Penting Sejauh mana desa mampu mengelola sumber daya baharinya sehingga akan menjadi aset desa untuk menunjang perekonomian masyarakat dalam jangka waktu yang panjang? Diharapkan dengan adanya hasil pemetaan ini, hasil yang tertuang dalam kesepakatan bersama menjadi sebuah bentuk komitmen untuk keberlanjutan program pewarta warga yang swakelola, dengan dukungan pemerintah setempat. Melalui penyusunan RPJM Desa Tulamben, diuraikan secara mendetail segala permasalahan hingga programprogram yang akan dilakukan, terutama untuk menjadikan Tulamben sebagai desa wisata yang berkelanjutan, berbasis konservasi dan budaya, selaras dengan tujuan program Conservation International Indonesia di Karangasem khususnya di Tulamben yang merupakan desa penyangga dari kawasan konservasi perairan (KKP) Karangasem. Isu pemanfaatan ruang menjadi fokus utama terlebih tentang alih fungsi lahan. Sebagai contoh lahan parkir jukung yang berdekatan dengan daerah wisata dan perhotelan menyebabkan kebisingan yang dirasa menganggu dan alur pelayaran Kapal Pariwisata yang sering bersinggungan dengan nelayan. Diharapkan dengan proses identifikasi masalah bersama ini, pemerintah dan pemangku kepentingan lain dapat melahirkan kebijakan baru yang seimbang dan dapat dikembangkan dalam perumusan zonasi KKP nantinya. Dengan Penandatanganan MoU Kerjasama penguatan pewarta warga di Karangasem oleh Sloka Instiute, CI Indonesia, Depkominfo, dan Aliansi Jurnalis Independen ini akan menjadi salah satu alat advokasi masyarakat kepada pemerintah untuk kebijakan yang lebih mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah jejaring KKP Karangasem. Foto CI Indonesia/Iwan Dewantama 3 4

4 Zonasi KKP Karangasem Serangkaian upaya kolaboratif dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Karangasem bersama instansi terkait, anggota masyarakat beserta pemangku kepentingan, dengan dukungan dari beberapa LSM seperti Conservation International (CI) Indonesia, Coral Reef Alliance (CORAL), Yayasan Reef Check Indonesia (RCFI), dan beberapa entitas sejenis lainnya. Jurnalisme Warga Sloka Institute dan Conservation International Indonesia telah bekerjasama dalam usaha peningkatan kapasitas jurnalisme Warga Karangasem. Rembug Warga Pemetaan hasil diskusi Penyusunan RPJM Desa 06-0 Sesuai dengan mandat UU no.6 tahun 04 tentang Desa, maka setiap desa harus menyusun rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) desa untuk jangka waktu 6 tahun, sebagai acuan dalam menyusun rencana kerja pembangunan (tahunan) dan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes). Diskusi partisipatif Dengan UU Desa ini diharapkan desa mulai membangun kemandiriannya dalam mengelola anggaran maupun sumber dayanya sehingga meningkatkan perekonomian desa dan membuka lapangan kerja di desa. Desa Tulamben yang terdiri dari 6 banjar dinas yaitu Tulamben, Beluhu Kangin, Beluhu Kauh, Muntig, Batu Dawa Kaja, dan Batu Dawa Kelod serta 3 Desa Pakraman yaitu Tulamben, Muntig dan Batu Dawa merupakan wilayah pariwisata. Identifikasi masalah Kecamatan Manggis Kecamatan Karangasem Rencana tindak lanjut sosialisasi dan pembentukan zonasi KKP Kecamatan Manggis-Kabupaten Karangasem pada 3 November 05 lalu, dihadiri oleh 39 Peserta yang berasal dari pemerintah kecamatan Manggis, LSM, Unsur masyarakat (Nelayan dan Pengusaha Pariwisata), Pemerintah desa pesisir di kecamatan Manggis, Penyuluh Perikanan beserta UPT Perikanan Kecamatan Manggis. Lokakarya tindak lanjut KKP di Karangasem juga dilaksanakan pada Desember 06 lalu. Sebanyak 35 perwakilan dari masyarakat dan pemerintah ikut berpartisipasi dalam proses tersebut. Hasil yang didapatkan adalah usulan anggota masyarakat untuk pemetaan wilayah-wilayah zonasi KKP di wilayah kecamatan Padangbai dan Candidasa, seperti penetapan zona inti agar berada di daerah kecamatan Karangasem. Sloka Institute, Conservation International (CI) Indonesia, dan pewarta warga dari empat desa melaksanakan Rembug Pewarta Warga pada Sabtu 9 Desember 05 di Taman Ujung, Karangasem. Kegiatan ini adalah evaluasi bersama dan membangun komitmen keberlanjutan dukungan dan pelibatan pewarta warga dalam pembangunan desa. Seluruh peserta yang hadir merupakan partisipan aktif kelas jurnalisme warga tersebut. Khusus untuk pariwisata bahari menyelam, tingkat kunjungan mencapai ratusan wisatawan perhari. Sebagian besar untuk melihat keberadaan situs kapal karam/ship wreck USAT (United State Army Transport) Liberty yang merupakan peninggalan perang dunia ke II, disamping untuk mengunjungi lokasi penyelaman lainnya. Tindak lanjut Kelas Jurnalisme Warga di Karangasem ini melibatkan seluruh pewarta warga dan Kepala Desa Tulamben, Purwakerthi (Awed), Sengkidu, dan Bugbug. Hasil yang didapat dari acara ini adalah Pemetaan dukungan dan kapasitas dari tiap pihak dan pemaparan rencana tindak lanjut 06 untuk pewarta warga dengan Catatan Penting Sejauh mana desa mampu mengelola sumber daya baharinya sehingga akan menjadi aset desa untuk menunjang perekonomian masyarakat dalam jangka waktu yang panjang? Diharapkan dengan adanya hasil pemetaan ini, hasil yang tertuang dalam kesepakatan bersama menjadi sebuah bentuk komitmen untuk keberlanjutan program pewarta warga yang swakelola, dengan dukungan pemerintah setempat. Melalui penyusunan RPJM Desa Tulamben, diuraikan secara mendetail segala permasalahan hingga programprogram yang akan dilakukan, terutama untuk menjadikan Tulamben sebagai desa wisata yang berkelanjutan, berbasis konservasi dan budaya, selaras dengan tujuan program Conservation International Indonesia di Karangasem khususnya di Tulamben yang merupakan desa penyangga dari kawasan konservasi perairan (KKP) Karangasem. Isu pemanfaatan ruang menjadi fokus utama terlebih tentang alih fungsi lahan. Sebagai contoh lahan parkir jukung yang berdekatan dengan daerah wisata dan perhotelan menyebabkan kebisingan yang dirasa menganggu dan alur pelayaran Kapal Pariwisata yang sering bersinggungan dengan nelayan. Diharapkan dengan proses identifikasi masalah bersama ini, pemerintah dan pemangku kepentingan lain dapat melahirkan kebijakan baru yang seimbang dan dapat dikembangkan dalam perumusan zonasi KKP nantinya. Dengan Penandatanganan MoU Kerjasama penguatan pewarta warga di Karangasem oleh Sloka Instiute, CI Indonesia, Depkominfo, dan Aliansi Jurnalis Independen ini akan menjadi salah satu alat advokasi masyarakat kepada pemerintah untuk kebijakan yang lebih mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah jejaring KKP Karangasem. Foto CI Indonesia/Iwan Dewantama 3 4

5 BULETIN TIGA BULANAN Dengan menambahkan keterangan pada foto foto yang diambil, mereka dapat menjelaskan tentang pengetahuan dan nilai-nilai kearifan lokal yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan dan mempertahankan lingkungan alam dan budaya. Mamalia di Selatan Bali Conservation International (CI) Indonesia, Cetacean Sirenian Indonesia, Oceans Initiative, dan Fakultas Kelautan dan Perikanan Udayana didukung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan berhasil menyelesaikan riset awal bersama tentang mamalia laut di perairan selatan Bali pada Desember 05 yang lalu. Lingkara/Dechi Dewa Rudita Pendekatan Kolaboratif Hasil riset ini akan digunakan sebagai data pendukung bagi Jejaring Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Bali dan sekitarnya yang sangat penting untuk pengelolaan sumber daya alam. Pengambil keputusan diharapkan menggunakan informasi dari masyarakat ini sebagai dasar pengambilan kebijakan untuk pembangunan yang tepat sasaran dan bersinergi dengan upaya KKP wilayah Kabupaten Karangasem. Latar Belakang Diharapkan riset awal ini dapat membantu menjelaskan keanekaragaman hayati dan korelasinya dengan dinamika kelautan (oceanography) serta hubungannya dengan pembangunan di pesisir Bali yang cenderung tidak terkendali, aliran limbah domestik dan industry kemaritiman serta efek suara dari kapal-kapal laut bagi paus dan lumba-lumba. Lingkara/Rudi Waisnawa Seminar Model Pengelolaan Pariwisata Karangasem bersama PHRI di Candidasa Tujuan Jejaring KKP Bali adalah terjalinnya kerja sama antara pengelola KKP di provinsi Bali untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan yang lebih efektif, efisien, komprehensif dan berkelanjutan dibandingkan dengan pengelolaan KKP secara sendirisendiri. Dengan adanya Jejaring KKP, maka masing-masing KKP tak hanya bisa mengurangi kemungkinan terjadinya konflik antar wilayah tapi juga memperkuat kemampuannya dalam menghadapi permasalahan dan tantangan. Hasil riset awal ini dapat dijadikan referensi bagi pemangku keputusan baik di tingkat desa maupun propinsi untuk memberikan perhatian lebih pada ekosistem kelautan yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sehingga selaras dengan kelestarian alam sekitar. Seminar peningkatan objek wisata Karangasem untuk membahas permasalahan pariwisata di Karangasem digelar pada 9 Desember 05 di Hotel Ashyana Candidasa. Seminar ini membahas RIPPDA yaitu Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah sebagai alat bantu dokumentasi dan implementasi pengelolaan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Karangasem. Alam adalah Rumah Penyelarasan konsep nyegara gunung dengan pariwisata di karangasem, juga mendapat perhatian penting sebagaimana dasar kerja CI Indonesia. PHRI menyadari diperlukan branding yang kuat untuk mempromosikan Conservation International Indonesia Jl. Dr. Muwardi No. 7 Renon, Denpasar, Bali Tlp.: Fax: dalam pengelolaan pariwisata yang tertuang dalam bentuk Perda. Web: Jejaring KKP Bali tika Tanggal 3 Desember 05 lalu CI Indonesia mengadakan kunjungan ke Tulamben Karangasem bersama Lingkara Photo Community. CI Indonesia bekerjasama dengan Lingkara Photo Community merencakan kegiatan peningkatan kapasitas jurnalisme warga lokal dan masyarakat untuk secara aktif terlibat dalam mengumpulkan informasi baik secara visual dan naratif. Penelitian Awal tentang J A N U A R Y CI Indonesia/P utu Liza Mus Sehari di Tulamben Bersama LINGKARA Photo Community EDISI I FB: 6 Visi Terciptanya keharmonisan dan sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kotamadya dalam pengelolaan sumber daya perairan Bali dengan dukungan kuat dan partisipasi masyarakat serta lembaga lainnya untuk peningkatan manfaat sosial, ekonomi dan budaya serta sumber daya perairan secara berkelanjutan. Misi Membangun sebuah kesepakatan dan komitmen diantara pemangku kepentingan dalam pengelolaan sumber daya perairan secara terpadu guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Menyediakan dokumen acuan pembangunan kawasan konservasi perairan (KKP) di tingkat kabupaten/kota serta provinsi Bali dengan pendekatan keterkaitan baik secara ekologi, sosial ekonomi maupun tata kelola. Mendorong kerjasama, kemitraan dan koordinasi antarpemerintah, antarsektor, dan antarpemangku kepentingan dalam pengelolaan sumber daya perairan Bali.

6 BULETIN TIGA BULANAN Dengan menambahkan keterangan pada foto foto yang diambil, mereka dapat menjelaskan tentang pengetahuan dan nilai-nilai kearifan lokal yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan dan mempertahankan lingkungan alam dan budaya. Mamalia di Selatan Bali Conservation International (CI) Indonesia, Cetacean Sirenian Indonesia, Oceans Initiative, dan Fakultas Kelautan dan Perikanan Udayana didukung oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan berhasil menyelesaikan riset awal bersama tentang mamalia laut di perairan selatan Bali pada Desember 05 yang lalu. Lingkara/Dechi Dewa Rudita Pendekatan Kolaboratif Hasil riset ini akan digunakan sebagai data pendukung bagi Jejaring Kawasan Konservasi Perairan (KKP) di Bali dan sekitarnya yang sangat penting untuk pengelolaan sumber daya alam. Pengambil keputusan diharapkan menggunakan informasi dari masyarakat ini sebagai dasar pengambilan kebijakan untuk pembangunan yang tepat sasaran dan bersinergi dengan upaya KKP wilayah Kabupaten Karangasem. Latar Belakang Diharapkan riset awal ini dapat membantu menjelaskan keanekaragaman hayati dan korelasinya dengan dinamika kelautan (oceanography) serta hubungannya dengan pembangunan di pesisir Bali yang cenderung tidak terkendali, aliran limbah domestik dan industry kemaritiman serta efek suara dari kapal-kapal laut bagi paus dan lumba-lumba. Lingkara/Rudi Waisnawa Seminar Model Pengelolaan Pariwisata Karangasem bersama PHRI di Candidasa Tujuan Jejaring KKP Bali adalah terjalinnya kerja sama antara pengelola KKP di provinsi Bali untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan yang lebih efektif, efisien, komprehensif dan berkelanjutan dibandingkan dengan pengelolaan KKP secara sendirisendiri. Dengan adanya Jejaring KKP, maka masing-masing KKP tak hanya bisa mengurangi kemungkinan terjadinya konflik antar wilayah tapi juga memperkuat kemampuannya dalam menghadapi permasalahan dan tantangan. Hasil riset awal ini dapat dijadikan referensi bagi pemangku keputusan baik di tingkat desa maupun propinsi untuk memberikan perhatian lebih pada ekosistem kelautan yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sehingga selaras dengan kelestarian alam sekitar. Seminar peningkatan objek wisata Karangasem untuk membahas permasalahan pariwisata di Karangasem digelar pada 9 Desember 05 di Hotel Ashyana Candidasa. Seminar ini membahas RIPPDA yaitu Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah sebagai alat bantu dokumentasi dan implementasi pengelolaan pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Karangasem. Alam adalah Rumah Penyelarasan konsep nyegara gunung dengan pariwisata di karangasem, juga mendapat perhatian penting sebagaimana dasar kerja CI Indonesia. PHRI menyadari diperlukan branding yang kuat untuk mempromosikan Conservation International Indonesia Jl. Dr. Muwardi No. 7 Renon, Denpasar, Bali Tlp.: Fax: dalam pengelolaan pariwisata yang tertuang dalam bentuk Perda. Web: Jejaring KKP Bali tika Tanggal 3 Desember 05 lalu CI Indonesia mengadakan kunjungan ke Tulamben Karangasem bersama Lingkara Photo Community. CI Indonesia bekerjasama dengan Lingkara Photo Community merencakan kegiatan peningkatan kapasitas jurnalisme warga lokal dan masyarakat untuk secara aktif terlibat dalam mengumpulkan informasi baik secara visual dan naratif. Penelitian Awal tentang J A N U A R Y CI Indonesia/P utu Liza Mus Sehari di Tulamben Bersama LINGKARA Photo Community EDISI I FB: 6 Visi Terciptanya keharmonisan dan sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kotamadya dalam pengelolaan sumber daya perairan Bali dengan dukungan kuat dan partisipasi masyarakat serta lembaga lainnya untuk peningkatan manfaat sosial, ekonomi dan budaya serta sumber daya perairan secara berkelanjutan. Misi Membangun sebuah kesepakatan dan komitmen diantara pemangku kepentingan dalam pengelolaan sumber daya perairan secara terpadu guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Menyediakan dokumen acuan pembangunan kawasan konservasi perairan (KKP) di tingkat kabupaten/kota serta provinsi Bali dengan pendekatan keterkaitan baik secara ekologi, sosial ekonomi maupun tata kelola. Mendorong kerjasama, kemitraan dan koordinasi antarpemerintah, antarsektor, dan antarpemangku kepentingan dalam pengelolaan sumber daya perairan Bali.

Budaya Konservasi BELANGA. Tulamben Showcase. Ulasan Lengkap Event. Kunjungan URDI Urban and Regional Developmet Institute BULETIN

Budaya Konservasi BELANGA. Tulamben Showcase. Ulasan Lengkap Event. Kunjungan URDI Urban and Regional Developmet Institute BULETIN BULETIN Budaya Konservasi Menjaga warisan leluhur "Nyegara Gunung" untuk anak cucu Kunjungan URDI Urban and Regional Developmet Institute Ulasan Lengkap Event BELANGA Tulamben Showcase KABAR ANYAR DARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya alih fungsi ruang hijau menjadi ruang terbangun, merupakan sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua Kabupaten Kota di Indonesia.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa ekowisata merupakan potensi

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) KAWASAN PARIWISATA CANDIDASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI 1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang

Lebih terperinci

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY Oleh: Kevin Yoga Permana Sub: Pengembangan Minapolitan di Kabupaten Cilacap Tanpa tindakan konservasi dan pengelolaan, sektor

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

Holiday Resort, Senggigi-Lombok, 22 Mei 2017

Holiday Resort, Senggigi-Lombok, 22 Mei 2017 ROADMAP PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL DAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN Holiday Resort, Senggigi-Lombok, 22 Mei 2017 OUTLINE Pendahuluan Analisis Masalah Roadmap 3 4 5 ANALISISMASALAH 1. Kemantapan Kawasan

Lebih terperinci

BUPATI BULELENG KEPUTUSAN BUPATI BULELENG N O M O R : 523/ 755/ HK/ 2011 T E N T A N G

BUPATI BULELENG KEPUTUSAN BUPATI BULELENG N O M O R : 523/ 755/ HK/ 2011 T E N T A N G BUPATI BULELENG KEPUTUSAN BUPATI BULELENG N O M O R : 523/ 755/ HK/ 2011 T E N T A N G PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN KABUPATEN BULELENG

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kebijakan dan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil DISAMPAIKAN OLEH Ir. Agus Dermawan, M.Si DIREKTUR KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA,

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KONSULTAN KOMUNIKASI CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA

KERANGKA ACUAN KONSULTAN KOMUNIKASI CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA KERANGKA ACUAN KONSULTAN KOMUNIKASI CONSERVATION INTERNATIONAL INDONESIA Nama Organisasi Periode pekerjaan: Conservation International Indonesia Mei : Mendukung pencapaian visi dan misi CI Indonesia melalui

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU 1 GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik, memiliki ruang lingkup, komponen dan proses pengelolaan tersendiri. Terkait dengan sistem

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) merupakan salah satu kawasan pelestarian alam memiliki potensi untuk pengembangan ekowisata. Pengembangan ekowisata di TNTC tidak

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab kondisi sanitasi yang buruk adalah kemiskinan. Permasalahan tersebut juga sama dengan permasalahan sosial lainnya yang tidak lepas juga dari persoalan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

X. ANALISIS KEBIJAKAN

X. ANALISIS KEBIJAKAN X. ANALISIS KEBIJAKAN 10.1 Alternatif Kebijakan Tahapan analisis kebijakan pada sub bab ini merupakan metode pengkajian untuk menghasilkan dan mentransformasikan flow of thinking dari serangkaian analisis

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2011-2030 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.43/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya alam maupun kebudayaan unik dan tidak dimiliki oleh Negara lain. Oleh karena itu, Indonesia menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 51 TAHUN 2007 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWRINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWRINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWRINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pada masa ini namun juga bagaimana kemanfaatannya pada masa mendatang. ekonomi sebagai tujuan utama pembangunan.

BAB V PENUTUP. pada masa ini namun juga bagaimana kemanfaatannya pada masa mendatang. ekonomi sebagai tujuan utama pembangunan. BAB V PENUTUP Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan di segala bidang pembangunan sudah bukan merupakan pilihan lagi, melainkan kebutuhan dan keharusan. Pembangunan tidak hanya sekedar ditujukan untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.121, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SERBAGITA. Kawasan Perkotaan. Tata Ruang. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

Laporan Tahunan. Sloka Institute 2010

Laporan Tahunan. Sloka Institute 2010 Laporan Tahunan Sloka Institute 2010 Pengantar Tahun 2010 membawa harapan baru bagi keterbukaan informasi di Indonesia. Sejak tanggal 1 Mei 2010 lalu, Undangundang No 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

Pedoman Teknis Penyiapan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan di Daerah. Satker Direktorat Konservasi dan Taman Nasional laut 2008

Pedoman Teknis Penyiapan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan di Daerah. Satker Direktorat Konservasi dan Taman Nasional laut 2008 1 Pedoman Teknis Penyiapan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan di Daerah Satker Direktorat Konservasi dan Taman Nasional laut 2008 2 3 Pedoman Teknis Penyiapan Kelembagaan Kawasan Konservasi Perairan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pulau pulau kecil merupakan arah kebijakan baru nasional dibidang kelautan. Berawal dari munculnya Peraturan Presiden No. 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PINTU KOTA KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PINTU KOTA KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PINTU KOTA KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG . PENGELOLAAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT. Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem terumbu karang dan habitat yang berhubungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57/KEPMEN-KP/2014 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI TAMAN WISATA PERAIRAN PULAU GILI AYER, GILI MENO DAN GILI TRAWANGAN DI PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua pulau besar, yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa serta dikelilingi oleh ratusan pulau-pulau kecil yang disebut Gili (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam melaksanakan pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan salah satu modal utama untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional, yaitu pemanfaatan sumber daya yang sebesar-besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional (TN) Gunung Merapi ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ekosistem

Lebih terperinci

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya

Lebih terperinci

PERUMUSAN HASIL RAKOR DITJEN KEBUDAYAAN 2016

PERUMUSAN HASIL RAKOR DITJEN KEBUDAYAAN 2016 PERUMUSAN HASIL RAKOR DITJEN KEBUDAYAAN 2016 Komisi: 3 Sub Komisi: Sejarah Identifikasi Masalah Gagasan Solutif Rencana Prioritas Kesepakatankesepakatan Pendataan 1. Kurangnya Tenaga Ahli 2. Kurangnya

Lebih terperinci

Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur

Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Keterkaitan Rencana Strategis Pesisir dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA Kab. Kutai Timur)

Lebih terperinci

GUBERNUR LAMPUNG KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR: G/ ;0 /V.23/HK/2017 TENTANG

GUBERNUR LAMPUNG KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR: G/ ;0 /V.23/HK/2017 TENTANG GUBERNUR LAMPUNG KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR: G/ ;0 /V.23/HK/2017 TENTANG PEMBENTUKAN TIM SINERGI PENGEMBANGAN EKOWISATA DAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS PROVINSI LAMPUIfG GUBERNUR LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan perlu ditingkatkan. Ketidaktahuan dan pemahaman masyarakat

Lebih terperinci

DENPASAR, 22 NOVEMBER 2012 SIDANG PLENO MUSDA XII ASITA BALI 2012 HASIL KEPUTUSAN PROGRAM KERJA MUSDA ASITA BALI XII 2012

DENPASAR, 22 NOVEMBER 2012 SIDANG PLENO MUSDA XII ASITA BALI 2012 HASIL KEPUTUSAN PROGRAM KERJA MUSDA ASITA BALI XII 2012 KOMISI A A. Bidang Organisasi 1. Menyusun sistem dan mekanisme organisasi agar dapat berjalan dengan teratur sesuai dengan AD/ART serta peraturan perundang undangan yang berlaku. 2. Mengamati aktifitas

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ekosistem

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1151, 2012 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Penyuluh Kehutanan. Swasta. Swadaya Masyarakat. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.42/MENHUT-II/2012 TENTANG PENYULUH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. bahwa Taman

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen

Lebih terperinci

CATATAN KRITIS PERTEMUAN PARA AHLI DAN PIHAK TERKAIT KKPD KABUPATEN BERAU

CATATAN KRITIS PERTEMUAN PARA AHLI DAN PIHAK TERKAIT KKPD KABUPATEN BERAU CATATAN KRITIS PERTEMUAN PARA AHLI DAN PIHAK TERKAIT KKPD KABUPATEN BERAU Hari dan Tanggal : Rabu, 1 Mei 2013 Waktu : Pukul 09.00-17.30 Wite Tempat : Balai Mufakat, Kabupaten Berau, Tanjung Redeb Peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi kota (SSK) Kota Mamuju adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) Kabupaten Aceh Singkil merupakan suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif

Lebih terperinci

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MOTTO KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MOTTO KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MOTTO KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG . PENGELOLAAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT. Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem terumbu karang dan habitat yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Mengenai Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Mengenai Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Mengenai Pasar Modal Indonesia Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan sekuritas di Indonesia. Dahulu terdapat dua bursa efek di Indonesia, yaitu

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat DISPARBUD Provinsi Jawa Barat Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax:

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax: PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta 55282 Telp: 0274 4332389 Fax: 0274 488476 PROPOSAL PEMBUATAN MASTER PLAN PENGEMBANGAN DESA WISATA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ekosistem

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu konservasi sumberdaya hayati menjadi salah satu bagian yang dibahas dalam Agenda 21 pada KTT Bumi yang diselenggarakan di Brazil tahun 1992. Indonesia menindaklanjutinya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PROGRAM PEMBANGUNAN ETALASE KELAUTAN DAN PERIKANAN DI WILAYAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBERDAYA EKOWISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT

PENGEMBANGAN SUMBERDAYA EKOWISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA (PKPP) ( ) TAHUN 2012 Pertemuan Koordinasi dan Diskusi PENGEMBANGAN SUMBERDAYA EKOWISATA BAHARI BERBASIS MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Dinas Kelautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kompleks Candi Prambanan merupakan salah satu cagar budaya Indonesia yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah UNESCO sejak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Taman Nasional Gunung Merapi merupakan kawasan hutan tropis pegunungan yang terletak pada gunung berapi yang masih aktif berada di wilayah Yogyakarta dan Jawa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata mempersiapkan 10 destinasi wisata unggulan yang akan menjadi prioritas kunjungan wisatawan di tahun 2016, dan Flores

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/KEPMEN-KP/2014 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI SUAKA ALAM PERAIRAN KEPULAUAN WAIGEO SEBELAH BARAT DAN LAUT SEKITARNYA DI PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 28/Menhut-II/2006

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 28/Menhut-II/2006 MENTERI KEHUTANAN REPUIBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 28/Menhut-II/2006 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan pasal 43 ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1230, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Kelompok Tani Hutan. Pembinaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.57/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOK

Lebih terperinci