BAB VI PENGELOLAAN DAS CITANDUY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI PENGELOLAAN DAS CITANDUY"

Transkripsi

1 BAB VI PENGELOLAAN DAS CITANDUY Ukuran DAS memiliki variasi antara satu dengan yang lainnya. Ada yang memiliki luas beberapa hektar saja hingga ribuan hektar. Secara administratif, batas DAS dapat tercakup dalam satu wilayah kabupaten hingga melintasi batas propinsi bahkan negara. Suatu DAS dapat terdiri dari beberapa Sub-DAS yang dapat dikelompokkan menjadi DAS bagian hulu, DAS bagian Tengah dan DAS bagian Hilir. Daerah Aliran Sungai bagian hulu berfungsi sebagai kawasan konservasi penyangga daerah tengah dan hilir. Daerah Aliran Sungai bagian hulu memiliki ciri topografi yang relatif lebih tinggi berupa daerah pegunungan dengan curah hujan yang tinggi. Kemudian bagian tengah merupakan daerah peralihan antara hulu dan hilir. Sedangkan DAS bagian hilir dicirikan sebagai daerah yang relatif landai dengan curah hujan yang rendah. 6.1 GAMBARAN UMUM DAS CITANDUY Letak dan Luas DAS Citanduy Citanduy adalah salah satu dari 40 DAS yang ada di Provinsi Jawa Barat (yang teridentifikasi oleh Balai Pengelolaan DAS Cimanuk-Citanduy). Secara geografis wilayah sungai Citanduy terletak pada posisi hingga Bujur Timur (BT) dan hingga Lintang Selatan (LS). Iklimnya dipengaruhi dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Temperatur DAS Citanduy berkisar antara 24 derajat hingga 31 derajat Celcius

2 dengan curah hujan rata-rata milimeter per tahun. Pada musim kemarau DAS bagian hulu ini masih dapat mencapai curah hujan milimeter per bulan. Wilayah Tasikmalaya dan Ciamis termasuk ke dalam wilayah sub DAS Citanduy hulu yang saat ini kondisinya masih termasuk kategori kritis akibat degradasi yang menurunkan kualitas lingkungan Wilayah dan Kondisi Biofisik DAS Citanduy Wilayah DAS Citanduy sendiri meliputi sebagian besar Propinsi Jawa Barat dan sebagian kecil berada di Jawa Tengah. Berikut tabel mengenai cakupan wilayah administrasi DAS Citanduy. Tabel 20. Wilayah Administrasi DAS Citanduy Tahun 2009 Kabupaten/Kota Luas Kab./ Kota (Ha) WS Citanduy Luas DAS (Ha) Kab. Ciamis + Kota Banjar ,63 Kab. Tasikmalaya + Kota Tasikmalaya ,25 Kab. Kuningan ,10 Kab. Majalengka ,12 Kab. Cilacap + Kab. Banyumas ,90 Total ,00 Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy Tahun 2009 % Bila dibagi menjadi Sub DAS, maka DAS Citanduy dapat dibagi menjadi enam Sub DAS, yaitu Sub DAS Citanduy Hulu, Sub DAS Cijolang, Sub DAS Cikawung, Sub DAS Cimuntur, Sub DAS Ciseel, Sub DAS Citanduy Hulu dan Sub DAS Segara Anakan (Gambar 3).

3 Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy Gambar 3. Sub DAS, DAS Citanduy Tathun 2009 Jika dikelompokkan menjadi bagian hulu, tengah dan hilir, maka Sub DAS Citanduy Hulu, Sub DAS Cimuntur, Sub DAS Cijolang merupakan DAS bagian hulu. Sub DAS Ciseel dan Cikawung termasuk DAS bagian tengah. Sedangkan Sub DAS Segara Anakan dan sebagian Sub DAS Ciseel merupakan DAS bagian hilir. 6.2 Perubahan Struktur Agraria dan Pengelolaan DAS Pusat Studi Pembangunan IPB (2005) menyatakan bahwa perubahan penggunaan lahan yang terjadi di DAS mengindikasikan bahwa telah terjadi proses penurunan kuantitas dan kualitas sumberdaya DAS. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk, maka berbagai tatanan kehidupan pun ikut berubah mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat. Dampak dari perubahan tersebut ialah pola pemanfaatan sumber daya alam oleh masyarakat yang berada sekitar DAS. Diantara perubahan-perubahan penggunaan lahan yang

4 terjadi, perubahan yang paling besar pengaruhnya terhadap kelestarian sumberdaya air adalah perubahan dari kawasan hutan ke penggunaan lainnya seperti pertanian, perumahan ataupun industri. Keinginan untuk memanfaatkan sumberdaya alam semaksimal mungkin untuk tujuan pertanian, umumnya membuat masyarakat kurang mengindahkan dampak lingkungan yang akan muncul pada DAS. Masyarakat yang cenderung mencari lahan-lahan yang relatif lebih subur, sehingga banyak masyarakat sekitar DAS yang menggarap lahan di kawasan hutan atau pada lahan dengan elevasi yang lebih tinggi. Perkembangan penduduk dan meningkatnya kebutuhan tempat tinggal juga akan mendesak pola pemanfaatan lahan yang semakin luas sehingga menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Hal ini karena pertambahan penduduk yang begitu pesat tidak diikuti oleh luas DAS yang relatif tetap, dimana pertambahan jumlah penduduk nantinya juga akan diikuti dengan peningkatan daerah terbangun. Bagian hulu DAS yang merupakan kawasan penyangga bagi daerah hilir dan tengah harus tetap terjaga kemampuan konservasinya. Kenyataan tersebut memiliki arti bahwa upaya konservasi tanah dan konservasi air pada DAS hulu menjadi keharusan demi kelangsungan hidup penduduk di sekitar DAS yang pada umumnya merupakan masyarakat tani yang sangat tergantung dengan lahan pertanian, baik berupa kebun campuran maupun sawah. Wilayah Desa Tanjungsari berada di wilayah hulu Sungai Citanduy. Desa Tanjungsari ini letaknya sangat strategis karena diapit oleh dua sungai, yaitu Sungai Citanduy dan Sungai Cikidang. Meskipun letak desa tersebut diapit oleh

5 dua sungai, tidak berarti membuat Desa Tanjungsari memiliki pasokan air yang cukup di musim kemarau. Hal ini karena masyarakat tidak mengkonsumsi kedua air sungai tersebut untuk kebutuhan rumahtangganya. Menurut keterangan beberapa warga, air Sungai Citanduy maupun Sungai Cikidang sudah tidak layak untuk dikonsumsi, airnya sudah tidak jernih lagi dan banyak endapan lumpur. Berikut kutipan keterangan warga mengenai hal tersebut: dahulu air di desa ini jernih neng, kira-kira tahun 80-an. Ibu dulu sering mandi di sungai dan ikannya juga masih banyak. Sekarang airnya sudah tidak jernih, keruh dan banyak lumpur (IH, 65 tahun) Selain disaat musim kemarau mengalami kekurangan air, desa juga mengalami kebanjiran di musim hujan. Menurut penduduk desa, bencana banjir yang melanda desa ini sudah terbiasa terjadi dalam lima tahun belakangan ini. Desa Tanjungsari sendiri biasanya mengalami dua sampai tiga kali banjir tiap tahunnya....desa ini tiap tahunnya selalu kebanjiran, bisa sampai tiga kali neng. Awal tahun 2009 kemarin saja sudah kebanjiran, padahal akhir 2008 baru saja kebanjiran. Sudah terbiasalah kalau desa kebanjiran... (SR, 60 tahun ) Banjir akan melanda Desa Tanjungsari apabila hujan yang turun deras. Selain itu, letak desa ini yang berada di dataran rendah dan diapit oleh dua sungai (Sungai Citanduy dan Cikidang) juga memberikan peluang yang besar untuk terjadinya banjir. Hal ini sesuai dengan keterangan DD (42 tahun):

6 .banjir yang terjadi di desa ini akibat hujan deras semaleman. Selain itu, lokasi perkampungan Tanjungsari berada di dataran rendah yang diapit dua sungai, yaitu Sungai Citanduy di utara dan Sungai Cikidang di selatan. Biasanya, kalau Citanduy meluap, Cikidang juga ikut maluap. Begitu juga sebaliknya Sebelum mengidentifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan DAS, sebaiknya dilihat dahulu permasalahan-permasalahan yanga ada di DAS menyangkut pola penggunaan lahan, diantaranya: Minimnya Kawasan Hutan di DAS Kawasan hutan yang semakin berkurang dapat berpengaruh pada keseimbangan kondisi tata air di DAS, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas DAS itu sendiri. Hutan yang terdapat di wilayah DAS Citanduy terdiri atas hutan rakyat dan hutan Negara (Tabel 21). Tabel 21. Data Luas Hutan Wilayah DAS Citanduy Tahun 2007 Hutan Rakyat No Kabupaten/ Kota (Ha) Hutan Negara (Ha) 1 Kab. Ciamis + Kota Banjar Kab. Tasikmalaya + Kota Tasikmalaya Kab. Kuningan Kab. Majalengka Kab. Cilacap + Kab. Banyumas Total Sumber: Profil DAS Cimanuk-Citanduy Tahun 2007, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya Sesuai dengan UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, yaitu suatu kawasan/wilayah minimal harus memiliki kawasan hutan sabagai daerah penyangga sebesar 30 persen dari luas total wilayah. Jika dilihat dari perbandingan luas wilayah yang masuk kawasan Citanduy seperti

7 Kabupaten/Kota Tasikmalaya, Ciamis, Banjar dan Cilacap, masih kurang dari jumlah minimum yang diperlukan sebagai suatu kawasan penyangga, yaitu 30 persen dari luas wilayah. Luas kawasan hutan yang ada di Kabupaten Tasik dan Kota Banjar hanya 24,70 persen dari luas wilayah, kemudian luas kawasan hutan Kabupaten Tasikmalaya dan kota Tasikmalaya hanya 26,05 persen dari luas kawasan. Luas hutan yang dimiliki Kota Kuningan hampir mendekati 30 persen, yakni 29,12 persen dari luas wilayah. Kota Majalengka memiliki kawasan hutan seluas 19,95 persen dari luas wilayahnya, sedangkan Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Banyumas memiliki kawasan hutan sebesar 19,60 persen dari luas wilayah. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa luas kawasan di DAS Citanduy belum mampu menjadi wilayah penyangga dalam menjaga keseimbangan sistem ekologis (Tabel 22). Tabel 22. Perbandingan Luas Hutan di DAS Citanduy dan Luas Hutan yang Dibutuhkan Menurut UU No 41 Kehutanan Tahun No Kabupaten/ Kota Luas Wilayah (Ha) Hutan Rakyat + Hutan Negara (Ha) Persen terhadap Luas Total 1 Kab. Ciamis + Kota Banjar ,70 2 Kab. Tasikmalaya + Kota Tasikmalaya ,05 3 Kab. Kuningan ,12 4 Kab. Majalengka ,95 5 Kab. Cilacap + Kab. Banyumas ,60 Sumber: Profil DAS Cimanuk-Citanduy Tahun 2007, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya Desa Tanjungsari tidak memiliki kawasan hutan. Menurut keterangan UK (80 tahun), seperti yang telah dijelaskan pada Bab IV, areal hutan sudah berubah menjadi kebun campuran dan sawah milik penduduk. Bentuk lahan yang

8 dimanfaatkan masyarakat desa sekarang ini berupa lahan pertanian dan pemukiman. Berikut tabel mengenai jenis lahan yang ada di Desa Tanjungsari: Tabel 23. Jenis Lahan di Desa Tanjungsari Tahun 2008 No. Jenis Lahan Luas Lahan (ha) Persentase (%) 1 Lahan sawah 152,265 37,34 2 Tanah kering a. Pekarangan - 00,00 b. Perladangan/perkebunan 214,295 52,56 c. Permukiman 38,1 9,34 3 Lain-lain 3,077 0,76 Total 407, ,00 Sumber: Data Monografi Desa Tahun Lahan Kritis Semakin berkurangnya kawasan hutan dapat menambah jumlah kategori luas lahan kritis di DAS. Terjadinya lahan-lahan kritis di DAS tidak saja menyebabkan penurunan produktivitas tanah, tetapi juga mengakibatkan hasil tanaman terus menurun sehingga tidak mampu lagi mendukung kehidupan ekonomi keluarga petani. Di wilayah DAS Citanduy sendiri masih banyak terdapat lahan kritis, bahkan jumlahnya terus bertambah seiring semakin berkurangnya luas hutan yang ada di DAS. (Lihat Tabel 26) Tabel 24. Kondisi Lahan Kritis di DAS Citanduy Tahun 2009 Tidak Kritis Kritis Ringan Kritis DAS Luas (ha) Luas (ha) Luas (ha) Citanduy Hulu , , ,10 Cijolang , , ,12 Cimuntur , , ,10 Cikawung , , ,82 Ciseel , , ,00 Segara Anakan , , ,68 Sumber: Balai Besar Pengelolaan Citanduy Tahun 2009.

9 Ciri utama lahan kritis adalah gundul, berkesan gersang, dan bahkan muncul batu-batuan di permukaan tanah, topografi lahan pada umumnya berbukit atau berlereng curam (Hakim et al., 1991). Meluasnya lahan kritis dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: (1) Tekanan penduduk, (2) Perluasan areal pertanian yang tidak sesuai, (3) Perladangan berpindah, (4) Pengelolaan hutan yang tidak baik, dan (5) Pembakaran yang tidak terkendali. Data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan mennyebutkan bahwa pada tahun 2008 terdapat lahan kritis di Desa Tanjungsari seluas 10 hektar. Tiga desa lainnya yang masih dalam kawasan Kecamatan Sukaresik juga memiliki lahan kritis seluas 10 hektar tiap desanya (Tabel 27). Tabel 25. Lahan Kritis di Kecamatan Sukaresik Tahun 2008 No Desa Blok Luas (Ha) 1 Banjarsari Pasir Tengah 10 2 Tanjungsari Pasir Timbang 10 3 Sukapancar Kebon Cau 10 4 Margamulya Kabuyutan 10 Sumber: Dinas Kehutanan dan Perekebunan Kabupaten Tasikmalaya Tahun Pencemaran Sumbedaya Air DAS Citanduy Air merupakan sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan makhluk hidup. Pemanfaatan air haruslah secara bijaksana agar ketersediaan air dapat mencukupi kebutuhan kehidupan generasi sekarang maupun yang akan datang. Aktivitas kehidupan masyarakat di sekitar DAS yang sangat tinggi, telah menimbulkan efek terhadap kondisi air DAS itu sendiri. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat berupa kegiatan pertanian, penebangan hutan, limbah rumahtangga maupun industri dan yang lainnya, mengakibatkan terganggunya kualitas bahkan kuantitas air. Permasalahan utama yang dihadapi menyangkut sumberdaya air adalah kuantitas

10 air yang berkualitas sudah tidak dapat lagi memenuhi kehidupan masyarakat DAS. Beberapa bentuk pencemaran air DAS yang banyak terjadi diantaranya: 1. Pencemaran oleh kegiatan pertanian Kegiatan pertanian baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas air, seperti penggunaan pupuk buatan yang mengandung nitrogen dan fosfat yang tinggi. 2. Limbah rumahtangga Masyarakat yang bermukim di DAS akan menghasilkan limbah rumahtangga (organik maupun anorganik) yang dapat mempengaruhi kualitas air pada perairan sungai. Masyarakat Desa Tanjungsari pada umumnya adalah petani dan buruh tahi. Luas sawah yang ada di desa ini menembati urutan pertama dibanding desadesa lainnya dalam kawasan Kecamatan Sukaresik (Tabel 28). Tabel 26. Luas Tanah Sawah Menurut Desa Tahun 2007 No Desa Luas Tanah Sawah (Ha) 1. Margamulya 117,20 2. Cipondok 115,70 3. Sukamenak 92,80 4. Sukaresik 85,90 5. Sukaratu 67,30 6. Banjarsari Sukapancar 112,7 8. Tanjungsari 152,27 Sumber: BPS 2007 Penduduk Desa Tanjungsari masih menggunakan pupuk buatan dalam mengolah lahan pertaniannya. Limbah pertanian dari lahan sawah tersebut kemudian dialirkan ke sungai Citanduy oleh masyarakat petani. Penduduk Desa

11 Tanjungsari lebih memilih memanfaatkan Sungai Cikidang untuk irigasi dibanding Sungai Citanduy. Hal ini karena letak Sungai Citanduy yang lebih rendah dibandingkan Sungai Cikidang, sehingga lebih sulit mengalirkan air ke sawah-sawah yang dimiliki warga. Penduduk kemudian menjadikan Sungai Citanduy hanya untuk tempat pembuangan limbah pertanian. Limbah rumahtangga juga dihasilkan penduduk Desa Tanjungsari. Limbah rumahtangga yang dihasilkan dapat berupa organik maupun anorganik. Pada umumnya warga yang membangun rumah tepat berada di pinggiran Sungai Citanduy masih membuang limbah rumahtangga mereka ke sungai tersebut. Hal ini karena menurut mereka lebih praktis jika dibandingkan dengan membakarnya untuk anorganik, sedangkan untuk limbah organik pada umumnya pembuangan disalurkan ke sungai oleh warga yang bermukim tepat di pingggir sungai. 6.3 Pengelolaan DAS Citanduy Terpadu Pengelolaan DAS Terpadu akan dapat dilaksanakan dan diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang ada, melalui upaya pemanfaatan dan konservasi sumberdaya alam DAS secara efektif dan efisien. Pelaksanaan kegiatan harus sesuai dengan kondisi khas pada setiap wilayahnya, baik menurut administratif pemerintahan maupun wilayah hidrologis jaringan sungai (DAS/Sub DAS). Pihak yang akan dibahas dalam pengelolaan DAS Citanduy diantaranya: masyarakat, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Cimanuk-Citanduy, Balai Besar Wilayah Citanduy.

12 6.3.1 Balai Pengelolaan DAS Cimanuk-Citanduy Pengelolaan DAS Citanduy berada di bawah BP DAS Cimanuk-Citanduy yang berada di Bandung, Jawa Barat. Balai Pengelolaan DAS Cimanuk-Citanduy sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) pusat Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial di daerah mempunyai kewenangan dalam melakukan penyusunan rencana dan program pengelolaan DAS yang mana kegiatanya akan diimplementasikan di Dinas Kabupaten lingkup wilayah kerja BP DAS Cimanuk-Citanduy. Pengelolaan yang dilakukan pihak BP DAS sendiri mempunyai tiga bentuk kegiatan pengelolaan, diantaranya: rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. 1. Perencanaan Jangka Pendek Perencanaan jangka pendek yang dilakukan pihak BP DAS berupa Rencana Teknis Tahunan (RTT). Misalnya, kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) melalui kegiatan vegetatif dan sipil teknis. Rehabilitasi Hutan dan Lahan dimaksudkan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dapat mendukung sistem penyangga kehidupan. Rencana Teknik Tahunan (RTT) rehabilitasi hutan dan lahan melalui kegiatan vegetatif dan sipil teknik baik pembuatan maupun pemeliharaan oleh BP DAS dapat dilihat pada Lampiran Perencanan Jangka Menengah Bentuk rencana pengelolaan jangka menengah dapat berupa Rehabilitasi Hutan dan konservasi Tanah (RLKT). Kegiatan ini merupakan rencana jangka menengah lima tahun berdasarkan pendekatan wilayah pengelolaan DAS atau

13 hidrologi sungai. Pada umumnya kerusakan sumberdaya alam diakibatkan oleh penggunaan lahan yang kurang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air. Selain itu usaha tani yang banyak berkembang di masyarakat umumnya adalah usaha tanam semusim yang bersifat sub sisten. Bentuk kegiatan lainnya adalah RHL lima tahun dan Rencana Teknik Social Farestry (RTFS). Rencana RHL dilakukan sebagai upaya penanganan lahan kritis yang ada di wilayah DAS. Kemudian RTFS merupakan bentuk pengelolaan hutan yang diarahkan pada seluruh potensi sumberdaya hutan dan berbasis pada pemberdayaan masyarakat. Out put yang diharapkan adalah membangkitkan kegiatan ekonomi masyarakat, meningkatkan partisipasi masyarakat, mempercepat rehabilitasi hutan, mengendalikan kerusakan sumberdaya hutan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat dan aparatur pemerintah. Rekomendasi kegiatan RLKT dan rencana Rehabilitasi Hutan dan Lahan (lima tahun) dapat dilihat pada Lampiran Perencanaan Jangka Panjang Rencana jangka panjang dikenal dengan istilah Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah (Pola RLKT), yakni meliputi kegiatan jangka panjang 25 tahun. Untuk tahun 2007, perencanaan jangka panjang yang telah disusun di wilayah BP DAS Cimanuk-Citanduy adalah Rencana Umum Pengembangan Usaha Bambu. Rencana umum ini disusun untuk 4 wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Garut, Sumedang, Majalengka dan Tasikmalaya. Ke empat kabupaten ini dipilih berdasarkan potensi lahan yang dimilikinya yang sesuai untuk pengembangan tanaman bambu.

14 6.3.2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Tasikmalaya Upaya pengelolaan DAS yang dilakukan pihak Dishutbun Tasikmalaya adalah kegiatan konservasi melaui rehabilitasi lahan. Bentuk pelaksanaan kegiatannya meliputi: (1) Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN), (2) Kegiatan Gerakan Rehabilitasi Lahan Kritis (GRLK), (3) Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). Kegiatan yang dibahas lebih lanjut adalah GRLK, hal ini karena wilayah Desa Tanjungsari merupakan salah satu desa yang menjadi sasaran dari kegiatan ini. Tahun 2008 Kabupaten Tasikmalaya melakukan kegiatan penanggulangan lahan kritis seluas 1500 hektar melalui GRLK. Kegiatan GRLK ini merupakan kegiatan yang bersifat bantuan kepada kelompok tani berupa bantuan bibit tanaman tahunan produktif siap tanam, yaitu bibit kayu-kayuan, buah-buahan, hewan ternak dan pembuatan sumur resapan. Pemberian bantuan disesuiakan dengan permasalahan tiap wilayah sasaran. Menurut Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya, bantuan yang sesuai untuk Desa Tanjungsari adalah pemberian bibit kayu-kayuan dan buah-buahan, seperti mahoni, albasia rambutan dan yang tanaman lainnya. Hal ini karena lahan kritis yang terdapat di desa tersebut pada umumnya adalah lahan kritits pada areal perkebunan warga. Bentuk bantuan yang diberikan adalah berupa bibit tanaman untuk di tanam di areal perkebunan warga. Luas wilayah yang menjadi sasaran di desa ini adalah 10 hektar lahan kritis yang ada di desa tersebut.

15 6.3.3 Balai Besar Pengelolaan Citanduy Balai Besar Wilayah Citanduy melaksanaan pengelolaan DAS Citanduy dari sisi pengelolaan sumberdaya airnya meliputi: perencanaan, pelaksanaan, konstruksi dan operasi pemeliharaan. Tujuannya adalah mewujudkan konservasi sumber daya air, pengembangan sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai Citanduy. Kegiatan yang direncanakan pihak balai dalam pengelolaan SDA wilayah Sungai Citanduy dilaksanakan dengan berpedoman pada Rencana Induk PWS Citanduy tahun 1975, meliputi hal-hal sebagai berikut: 1). Rencana Pengembangan Tahap I, terdiri dari : a) Pengembangan wilayah Sungai Citanduy / Ciseel Hilir b) Pengembangan Segara Anakan c) Pengelolaan air wilayah Sungai Citanduy /Ciseel Hulu d) Pola pengelolaan air untuk keseimbangan daerah 2). Rencana Pengembangan Tahap II, meliputi : a) Peningkatan pengendalian banjir b) Pengembangan irigasi c) Penyempurnaan pengendalian sedimen d) Pengembangan segara anakan e) Pengaturan air. Bentuk realisasi kegiatan yang telah dilakukan oleh pihak Balai Besar dapat dilihat di Lampiran 7. Realisasi kegiatan yang dilakukan pihak Balai belum ada yang dilakasanakan di Desa Tanjungsari. Menurut pihak Balai sendiri, hal ini karena

16 dalam pelaksanaan kegiatannya, Balai melakukan prioritas terlebih dahulu pada kawasan yang menjadi sasaran. Prioritas ditentukan berdasarkan masalah dan kebutuhan yang ada pada wilayah sasaran DAS Masyarakat Desa Tanjungsari Partisipasi masyarakat Desa Tanjungsari dalam menjaga kestabilan masih belum optimal. Menurut Kolopaking dan Tonny (1994), bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS dapat dilihat dari partisipasi mayarakat yang terorganisir dalam kelembagaan, seperti kelompok tani dan kelompok tradisional. Kelompok Tani Surakatiga yang ada di desa ini kegiatannya masih seputar peningkatan produksi pertanian. Pengolahan lahan pertanian yang diterapkan masyarakat desa masih belum memperhatikan kaidah koservasi lahan dan air. Misalnya, bentuk pengolahan lahan pertanian yang dilakukan masyarakat masih menerapkan sistem konvensional (penggunaan pupuk kimia). Meskipun ada di antara warga yang telah melakukan sistem pengolahan pertanian organik, namun jumlahnya masih sangat sedikit. Contoh lainnya yang mencerminkan masih rendahnya partisipasi masyarakat Desa dalam menjaga kestabilan DAS adalah masih banyaknya warga yang membuang limbah rumahtangga ke DAS, seperti yang dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan SR (60 tahun) berikut ini: kebanyakan warga desa di sini menerapkan sistem pengolahan konvensional yang menggunakan pupuk kimia. Karena hasilnya sama saja dengan hasil dari sistem pengolahan organik. Pekerjaan yang dilakukan juga lebih ringan. Kalau untuk limbah rumahtangga, memang masih banyak warga yang membuang limbah ke sungai, tapi kebanyakan adalah warga yang rumahnya di pinggir sungai, karena lebih praktis

17 Tanaman bambu merupakan tanaman yang memiliki keunggulan dalam memperbaiki sumber tangkapan air, sehingga mampu meningkatkan aliran air bawah tanah. Meskipun fungsinya sangat baik dalam konservasi, namun jumlah tanaman bambu yang terdapat di pinggiran sungai makin berkurang drastis. Hal ini karena warga yang memiliki lahan di pinggir sungai kemudian mengubah lahan yang penuh dengan bambu tersebut menjadi lahan perkebunan (sayur-sayuran, ubi, pisang, dan yang lainnya), lahan persawahan dan pemukiman, sedangkan untuk bambunya sendiri ada yang dijual warga dan ada yang dimanfaatkan langsung oleh pemilik lahan. Perubahan fungsi lahan tersebut disebabkan oleh keterbatasan lahan yang dimiliki warga, sehingga lahan di pinggiran sungai tersebut juga dijadikan sebagai lahan lahan pertanian dan pemukiman. Selain itu warga juga mengakui bahwa lebih baik menanam tanaman untuk konsumsi keluarga, sehingga dapat dimanfaatkan langsung untuk rumahtangga. Menurut keterangan EH (50 tahun):.lahan saya yang di pinggir sungai itu dulunya banyak pohon bambu. Tapi kemudian pohon-pohon bambu tersebut saya jual saja, dan saya gantikan dengan tanaman sayur, ubi, kunyit, cabe dan lainnya, biar dapat digunakan untuk konsumsi sehari-hari. Tidak ada lagi lahan yang dapat saya manfaatkan, sawah saya luasnya sempit, jadi hanya tinggal lahan tersebut yang dapat saya manfaatkan Hal di atas juga didukung oleh pernyataan AP (44 tahun):.hanya ini lahan yang saya punya, jadinya saya bangun rumah disini saja, meskipun letaknya di pinggir sungai. Kalau disuruh pilih neng, saya lebih suka bangun rumah di dekat jalan utama desa saja, daripada di pinggir sungai begini, kalau hujan deras, rumah saya sudah pasti kebanjiran

18 Partisipasi masyarakat di DAS melalui kelembagaan lokal yang ada, seperti kelompok tani, organisasi pemuda, karang taruna dan lainnya harus lebih ditingkatkan lagi dalam pengelolaan DAS. Masyarakat sebaiknya dilibatkan dalam proses perencanaan kegiatan yang dilaksanakan pemerintah, baik program yang dilaksanakan BP DAS, Balai Besar maupun Dishutbun. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan diharapkan dapat membuat masyarakat berkontribusi penuh dalam upaya pemeliharaan DAS (tidak sebagai sasaran program saja). Masyarakat dapat lebih menerapkan pola konservasi dalam memanfaatkan lahan yang ada di DAS. 6.4 Ikhtisar Daerah Aliran Sungai bagian hulu berfungsi sebagai kawasan konservasi penyangga daerah tengah dan hilir, sehingga sangat penting dilakukan upaya konservasi dalam pemanfaatan sumberdayanya. Beberapa permasalahan yang terdapat di DAS adalah kurangnya penerapan konservasi terhadap lahan dan air, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan yang dapat mengganggu kondisi hidrologis DAS. Bentuk-bentuk permasalahan itu diantaranya: kawasan hutan yang semakin sedikit akibat alih fungsi lahan, yaitu alih fungsi hutan ke bentuk pamanfaatan lain (lahan pertanian dan pemukiman); lahan kritis yang luasnya semakin bertambah dan pencemaran lingkungan air DAS. Menghadapi permasalahan-permasalahan di atas, diperlukan suatu upaya pengelolaan DAS Terpadu. Pengelolaan DAS Terpadu haruslah melalui keterlibatan berbagai pihak dalam pengelolaan DAS, diantaranya: masyarakat, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS) Cimanuk-Citanduy, Balai Besar Wilayah Citanduy dan pihak swasta.

Eka Wirda Jannah Astyatika. Pengelolaan DAS CITANDUY

Eka Wirda Jannah Astyatika. Pengelolaan DAS CITANDUY Eka Wirda Jannah Astyatika 0606071393 Pengelolaan DAS CITANDUY ABSTRAK Daerah aliran sungai merupakan bentang lahan yang dibatasi oleh topografi pemisah aliran yaitu punggung bukit/gunung yang menangkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu manfaat ekologis, sosial maupun ekonomi. Tetapi dari berbagai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN 7 Latar Belakang Tekanan terhadap sumberdaya hutan menyebabkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan, sehingga sumberdaya hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang optimal. Tekanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia tergolong besar. Saat ini berdasarkan survey terakhir, jumlah penduduk Indonesia adalah 230 juta lebih. Laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas ketersediaannya. Seperti sumber daya alam lainnya, lahan merupakan salah satu objek pemenuhan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, sehingga memiliki potensi sumber daya air yang besar. Sebagai salah satu sumber daya air, sungai memiliki

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan

Lebih terperinci

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan 252 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Perairan Sagara Anakan memiliki potensi yang besar untuk dikelola, karena berfungsi sebagai tempat pemijahan biota laut, lapangan kerja, transportasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diharapkan adanya pemahaman terhadap perubahan struktur agraria, faktor-faktor

BAB III METODE PENELITIAN. diharapkan adanya pemahaman terhadap perubahan struktur agraria, faktor-faktor BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Strategi Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan ini diharapkan adanya pemahaman terhadap perubahan struktur agraria, faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI CIMANUK HULU (STUDI KASUS CIMANUK-BOJONGLOA GARUT)

ANALISIS ALIRAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI CIMANUK HULU (STUDI KASUS CIMANUK-BOJONGLOA GARUT) ANALISIS ALIRAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI CIMANUK HULU (STUDI KASUS CIMANUK-BOJONGLOA GARUT) Ali Rahman Jurnal Konstruksi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151 Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah karunia alam yang memiliki potensi dan fungsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Potensi dan fungsi tersebut mengandung manfaat bagi populasi manusia

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN Oleh Yudo Asmoro, 0606071922 Abstrak Tujuan dari tulisan ini adalah untuk melihat pengaruh fisik dan sosial dalam mempengaruhi suatu daerah aliran sungai.

Lebih terperinci

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sungai merupakan sumber air yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia. Sungai juga menjadi jalan air alami untuk dapat mengalir dari mata air melewati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi kehidupan manusia baik secara ekonomi, ekologi dan sosial. Dalam Undangundang Nomor 41 Tahun 1999 disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) Garang merupakan DAS yang terletak di Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo dan Garang, berhulu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ruang bagi sumberdaya alam,

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ruang bagi sumberdaya alam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ruang bagi sumberdaya alam, terutama vegetasi, tanah dan air berada dan tersimpan, serta tempat hidup manusia dalam memanfaatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam 11 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan, termasuk hutan tanaman, bukan hanya sekumpulan individu pohon, namun merupakan suatu komunitas (masyarakat) tumbuhan (vegetasi) yang kompleks yang terdiri dari pohon,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang meliputi semua benda penyusun biosfer (atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air, tumbuhtumbuhan dan binatang),

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO Oleh: Firman Dermawan Yuda Kepala Sub Bidang Hutan dan Hasil Hutan Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH I. Gambaran Umum DAS Barito Daerah Aliran Sungai (DAS)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah harus dipandang sebagai upaya pemanfaatan sumberdaya ruang agar sesuai dengan tujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No.5 Tahun 1960). Penataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian menjadi prioritas utama dalam pembangunan wilayah berorientasi agribisnis, berproduktivitas tinggi, efisien, berkerakyatan, dan berkelanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 32 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Wilayah Desa Sumberejo terletak di Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, terletak pada 7 32 8 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konservasi sumber daya air merupakan salah satu pilar pengelolaan sumber daya air sebagaimana tertuang dalam Permen PUPR No. 10/PRT/M/2015. Konservasi sumber daya

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK DAS Cisadane Hulu merupakan salah satu sub DAS Cisadane yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI Pada bab ini akan dijelaskan gambaran umum mengenai Kecamatan Gunungpati yang mencakup letak administratif Kecamatan Gunungpati, karakteristik fisik Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya migrasi penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak jumlah lahan yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu kawasan yang berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan sampai akhirnya bermuara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kerusakan sumber daya alam, hutan, tanah, dan air. Sumber. daya alam tersebut merupakan salah satu modal dasar

I. PENDAHULUAN. kerusakan sumber daya alam, hutan, tanah, dan air. Sumber. daya alam tersebut merupakan salah satu modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah lingkungan hidup di Indonesia adalah kerusakan sumber daya alam, hutan, tanah, dan air. Sumber daya alam tersebut merupakan salah satu modal dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV.1. Keadaan Biofisik IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV.1.1. Letak dan Luas Wilayah Lokasi penelitian terletak di Sub DAS Tirto (bagian DAS Serang Ds), mempunyai luas 15.937,44 Ha (4,35 % dari luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahluk termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan Danau Singkarak terletak di dua kabupaten yaitu KabupatenSolok dan Tanah Datar. Kedua kabupaten ini adalah daerah penghasil berasdan menjadi lumbung beras bagi Provinsi

Lebih terperinci

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai

Lebih terperinci

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950); PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR : 38 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG GUNUNG CIREMAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN Menimbang : a. bahwa Gunung Ciremai sebagai kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan sumberdaya alam terutama air dan tanah oleh masyarakat kian hari kian meningkat sebagai akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Kebutuhan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah, terutama kondisi lahan pertanian yang dimiliki Indonesia sangat berpotensi

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung, menyimpan,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dan lingkungan memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan. Manusia sangat bergantung pada lingkungan yang memberikan sumberdaya alam untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK i UCAPAN TERIMA KASIH ii DAFTAR ISI iii DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR TABEL viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.4 Manfaat

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 9, Issue 2: 57-61 (2011) ISSN 1829-8907 STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) Rathna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung yang meliputi area tangkapan (catchment area) seluas 142,11 Km2 atau 14.211 Ha (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terjadinya bencana banjir, longsor dan kekeringan yang mendera Indonesia selama ini mengindikasikan telah terjadi kerusakan lingkungan, terutama penurunan daya dukung

Lebih terperinci

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan 3. URUSAN KEHUTANAN Kabupaten Wonosobo secara topografis memiliki bentang alam pegunungan dan berbukit dengan kisaran ketinggian antara 270 meter sampai dengan 2250 meter di atas permukaan laut,dengan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI KEHUTANAN DAN MENTERI PEKERJAAN UMUM,

MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI KEHUTANAN DAN MENTERI PEKERJAAN UMUM, SURAT KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PEKERJAAN UMUM, MENTERI KEHUTANAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19/1984, KH. 059/KPTS-II/1984 DAN PU.124/KPTS/1984 TAHUN 1984 TENTANG PENANGANAN KONSERVASI TANAH DALAM

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu,

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, BAB IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1) A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) Cisangkuy merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum hulu yang terletak di Kabupaten Bandung, Sub DAS ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan suatu kejadian dan fenomena baik alam non alam dan sosial yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu sumber daya alam yang tersedia di bumi. Air memiliki banyak fungsi dalam kelangsungan makhluk hidup yang harus dijaga kelestariannya dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian, pemukiman, penggembalaan serta berbagai usaha lainnya BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan lahan semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Peningkatan kebutuhan akan lahan akan digunakan untuk kegiatan pertanian, pemukiman,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun

Lebih terperinci

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA Sejalan dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk kota Jakarta, hal ini berdampak langsung terhadap meningkatnya kebutuhan air bersih. Dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

Project Working Paper Series No. 02

Project Working Paper Series No. 02 Project Working Paper Series No. 02 DEFORESTASI DAN DEGRADASI LAHAN DAS CITANDUY Lilik Budi Prasetyo Desember, 2004 Pusat Studi Pembangunan - lnstitut Pertanian Bogor Beketjasama dengan Partnership for

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Semua makhluk hidup di dunia ini pasti membutuhkan air untuk hidup baik hewan, tumbuhan dan manusia. Begitu besar peran air dalam kehidupan membuat air termasuk kebutuhan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok KEADAAN UMUM Gambaran Umum Kota Depok Kota Depok pada mulanya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor, mengingat perkembangannya yang relatif pesat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pandang geologi. Wilayah ini dikontrol oleh hasil aktifitas tumbukan dua

BAB I PENDAHULUAN. pandang geologi. Wilayah ini dikontrol oleh hasil aktifitas tumbukan dua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah penelitian berada di Kabupaten Garut Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki daya tarik tersendiri, khususnya dari sudut pandang

Lebih terperinci