BAB I PENDAHULUAN. lalu untuk generasi masa kini dan masa yang akan datang. Warisan budaya antara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. lalu untuk generasi masa kini dan masa yang akan datang. Warisan budaya antara"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warisan budaya merupakan sumber informasi yang membawa pesan masa lalu untuk generasi masa kini dan masa yang akan datang. Warisan budaya antara lain menginformasikan bentuk-bentuk tinggalan budaya yang berupa perangkatperangkat simbol / lambang. Menurut Ahimsa-Putra ( 2004, 23-27) ada empat bentuk simbol / lambang yang dapat diidentifikasi dan dikategorikan sebagai peninggalan budaya. Simbol / lambang peninggalan budaya yang dimaksud adalah: 1. Pertama yaitu benda-benda fisik atau material culture yang mencakup seluruh benda-benda hasil kreasi manusia, mulai dari benda-benda dengan ukuran yang relatif kecil hingga benda-benda yang sangat besar. 2. Kedua yaitu pola-pola perilaku yang merupakan representasi dari adatistiadat sebuah kebudayaan tertentu. Bentuk kedua meliputi hal-hal keseharian, seperti pola makan, pola kerja, pola belajar, pola berdoa, hingga pola-pola yang bersangkutan dengan aktivitas sebuah komunitas. 3. Ketiga adalah sistem nilai atau pandangan hidup yang berupa falsafah hidup atau kearifan lokal dari suatu masyarakat dalam memandang atau memaknai lingkungan sekitarnya. 1

2 4. Wujud yang keempat adalah lingkungan yang dapat menjadi bagian dari tinggalan budaya oleh karena lingkungan memainkan peran sebagai bagian yang tak terpisahkan bagi terciptanya kebudayaan itu sendiri. Sayangnya, tidak semua orang dapat memaknai warisan budaya yang merupakan akar dari kebudayaan yang berkembang saat ini. Kenyataan ini salah satunya disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat tentang kebudayaan para pendahulunya. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menyebarluaskannya, salah satu caranya dapat ditempuh dengan memanfaatkan warisan budaya sebagai sarana pariwisata (Nuryanti, 1996). Pemanfaatan warisan budaya sebagai objek wisata telah berkembang menjadi industri 1 pariwisata yang marak di dunia. Mengingat bahwa warisan budaya harus tetap lestari dalam pemanfaatannya, diperlukan manajemen yang tepat dalam penanganannya. Manajemen ini bertujuan menyeimbangkan antara kelestarian objek dan perkembangannya, dalam usaha memenuhi kebutuhan pengunjung dalam menikmati objek. Kelestarian suatu warisan budaya sangat perlu untuk tetap dijaga, mengingat bahwa warisan budaya merupakan aset yang sangat spesial dan istimewa dan harus terus dapat disaksikan sebagai bukti adanya identitas suatu bangsa. Warisan budaya yang memiliki kriteria-kriteria khusus dapat ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. UNESCO dalam Konvensi Warisan Dunia di Paris tahun 2005 menetapkan 10 kriteria untuk mengkaji nilai 1 Kusudianto, 1996: Industri pariwisata adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi, dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian. 2

3 universal yang luar biasa dari sebuah situs sebagai syarat untuk dapat ditetapkan sebagai warisan dunia. Kriteria-kriteria tersebut adalah: 1. Mewakili karya agung (masterpiece) dari kejeniusan kreativitas manusia, 2. Menunjukkan adanya pertukaran nilai-nilai kemanusiaan yang penting, selama jangka waktu tertentu atau dalam wilayah tertentu, terkait dengan perkembangan dunia arsitektur atau teknologi, kesenian yang monumental, perencanaan kota atau desain lansekap, 3. Mengandung bukti atas keunikan atau setidaknya kehebatan atas sebuah tradisi budaya atau sebuah peradaban yang masih hidup atau yang telah punah, 4. Merupakan contoh yang luar biasa dari sebuah tipe bangunan, karya arsitektural atau teknologi atau lansekap yang melukiskan tahapan penting dari sejarah umat manusia, 5. Merupakan contoh yang luar biasa dari sebuah permukiman tradisional, tata guna lahan, atau tata guna laut yang merupakan representasi dari sebuah kebudayaan (atau beragam kebudayaan), atau interaksi manusia, 6. Mempunyai kaitan langsung atau nyata dengan kejadian atau tradisi yang hidup, dengan ide, atau dengan kepercayaan, dengan karya artistik dan sastra yang mempunyai signifikansi universal yang luar biasa, 7. Mengandung fenomena alam yang luar biasa hebat atau kawasan dengan keindahan alam yang sangat menakjubkan dengan nilai estetika yang tinggi, 3

4 8. Merupakan contoh luar biasa yang mewakili tahapan-tahapan penting dari sejarah bumi, meliputi catatan tentang kehidupan, proses geologis penting yang sedang berlangsung dalam perkembangan bentuk tanah atau unsur geomorfik dan fisiografik yang penting, 9. Merupakan contoh luar biasa yang mewakili proses ekologis dan biologis yang penting dalam evolusi dan perkembangan ekosistem terestrial, air tawar, pantai dan kelautan dan komunitas tumbuhan dan hewan, dan 10. Mengandung habitat alam terpenting untuk konservasi in-situ dari keanekaragaman hayati termasuk yang mengandung spesies yang terancam, yang memiliki nilai universal yang luar biasa dari sudut pandang ilmu pengetahuan alam atau konservasi. Supaya dapat dianggap memiliki nilai universal yang luar biasa, sebuah warisan budaya juga harus memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan yaang dimaksud berkaitan dengan integritas dan / atau otentisitas dan harus mempunyai sistem perlindungan dan pengelolaan uang yang memadai untuk memastikan upaya pelestariannya. Warisan budaya yang ditetapkan menjadi warisan dunia membuat masyarakat menjadi lebih tertarik untuk berkunjung. Ketertarikan ini menyebabkan jumlah kunjungan wisatawan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sejalan dengan meningkatnya jumlah pengunjung, maka meningkat pula permasalahan yang berkaitan dengan manajemen, terutama kebutuhan untuk menjaga keseimbangan kegiatan konservasi dan pariwisata (Leask, A., & Yeoman, I, 1999). Menciptakan dan menjaga keseimbangan antara pelestarian dan 4

5 pemanfaatan memang tidak mudah karena cara yang digunakan untuk kedua hal tersebut sering tidak sejalan. Pada kegiatan pelestarian, konservator berpendapat bahwa pelestarian merupakan hal yang paling penting, sedangkan wisatawan berkeinginan untuk memanfaatkan situs sebagai objek untuk mendapatkan pengalaman baik yang berkaitan dengan pengetahuan maupun rekreasi. Cara yang paling tepat untuk menjembatani kedua hal tersebut adalah dengan menerapkan Cultural Resource Management (CRM). CRM merupakan upaya pengelolaan Sumber Daya Budaya dengan mempertimbangkan berbagai kepentingan banyak pihak yang masing-masing pihak seringkali bertentangan. Kinerja CRM cenderung lebih menekankan pada upaya pencarian solusi terbaik dan terbijak agar kepentingan berbagai pihak tersebut dapat terakomodasi secara adil (Tanudirjo, 1998:15). Tahapan-tahapan yang dilaksanakan sebagai langkah penerapan CRM adalah identifikasi masalah dan potensi, penyusunan model solusi, dan yang terakhir pemantauan dan evaluasi (Tanudirjo, dkk, 2004:19). Penerapan CRM pada sebuah warisan budaya seyogyanya dapat memenuhi kepentingan semua pihak yang terkait antara lain pengunjung, masyarakat sekitar, para pelestari dan pemerhati budaya baik pemerintah maupun swasta, dan pengelola. Salah satu objek pembahasan dalam tulisan ini kaitannya dengan penerapan tahapan CRM yang terakhir yaitu evaluasi manajemen yang dilakukan di Kompleks Candi Prambanan 2 sebagai Situs Warisan Dunia. Kompleks Candi Prambanan telah terdaftar dalam World Heritage List nomor 642 tahun 1991 dan dimanfaatkan sebagai objek wisata yang menarik 2 Kompleks Candi Prambanan dalam tulisan ini adalah kelompok candi yang terdiri dari Candi Siwa, Candi Wisnu, Candi Brahma, serta candi apit dan candi perwara di sekitarnya. 5

6 perhatian banyak wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Pemanfaatan sebagai objek wisata dikelola oleh PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (PT.TWCBPRB) yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara. Dalam hal pelestariannya wewenang dipegang oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta (BPCB DIY). Dua institusi tersebut mempunyai tugas pokok dan fungsi yang berbeda terhadap Kompleks Candi Prambanan. Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.PM.37/OT.001/MKP-2006, tanggal 7 September 2006 dan perubahan Peraturan Menteri tersebut dengan Nomor PM.35/HK.001/MKP-2008, tanggal 9 September 2008 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan pemeliharaan, perlindungan, pemugaran, pendokumentasian, bimbingan, dan penyuluhan mengenai peninggalan sejarah dan purbakala beserta situs-situsnya, sedangkan fungsinya adalah: 1. Pengelolaan dan pemanfaatan peninggalan purbakala, bergerak maupun tidak bergerak serta situs peninggalan arkeologi bawah air; 2. Pelaksanaan perlindungan peninggalan purbakal, bergerak maupun tidak bergerak serta situs termasuk yang berada di lapangan maupun yang tersimpan di ruangan; 3. Pelaksanaan pemugaran peninggalan purbakala bergerak maupun tidak bergerak serta situs termasuk yang berada di lapangan maupun yang tersimpan di ruangan; 6

7 4. Pelaksanaan dokumentasi peninggalan purbakala bergerak maupun tidak bergerak serta situs termasuk yang berada di lapangan maupun yang tersimpan di ruangan; 5. Pelaksanaan penyidikan dan pengamanan peninggalan purbakala bergerak maupun tidak bergerak serta situs termasuk yang berada di lapangan maupun yang tersimpan di ruangan; 6. Pelaksanaan pemberian bimbingan/penyuluhan terhadap masyarakat tentang peninggalan sejarah dan purbakala; 7. Pelaksanaan penetapan benda cagar budaya bergerak di wilayah kerja Balai Pelestarian; 8. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Pelestarian. PT. TWCBPRD, menurut Kepres No. 1 Tahun 1992 tentang Pengelolaan Borobudur dan Prambanan pasal 8 ayat 2 disebutkan bahwa: PT. TWCBPRB dapat melakukan pengelolaan pada zona 2 juga melakukan pemanfaatan dan pemeliharaan ketertiban serta kebersihan zona 1 beserta candinya sebagai objek dan daya tarik wisata berdasarkan petunjuk teknis Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan selaku instansi yang menguasai, mengelola dan bertanggung jawab atas candi sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Menurut Kepres No. 1 Tahun 1992 Bab II Pasal 4 dan 5, zona satu merupakan lingkungan kepurbakalaan yang diperuntukkan bagi perlindungan dan pemeliharaan kelestarian lingkungan fisik candi. Zona dua merupakan kawasan di sekeliling zona 1 di masing-masing candi. Zona ini diperuntukkan bagi pembangunan taman wisata sebagai tempat kegiatan kepariwisataan, penelitian, kebudayaan, dan pelestarian lingkungan candi. Tugas pokok dan fungsi itu 7

8 berbeda dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala yang lebih pada pelestarian. Adanya perbedaan tugas, fungsi dan tujuan masing-masing institusi tersebut, maka tulisan ini akan membahas dan mengevaluasi tentang manajemen pariwisata khususnya manajemen pengunjung yang diterapkan oleh PT. TWCBPRB dalam kaitannya dengan pelestarian Kompleks Candi Prambanan. Peta 1. Peta Zonasi Kompleks Candi Prambanan (Sumber: BP3 DIY, 2011) Kompleks Candi Prambanan merupakan salah satu objek wisata warisan dunia yang telah dikenal oleh masyarakat luas baik dari dalam maupun luar negeri. Berdasarkan prasasti Sivagrha yang berangka tahun 856 M, candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan dan dipersembahkan untuk Dewa Siwa. Kompleks Candi Prambanan sebagai objek wisata warisan budaya dunia, melalui pengelolaannya 8

9 diharapkan mampu memfasilitasi pengunjung untuk memperoleh pengalaman yang berharga. Pengalaman itu adalah kesempatan untuk memahami dan menghargai arti penting objek dan sesuatu yang terkandung di dalamnya secara keseluruhan. Masyarakat dapat memperoleh informasi tentang nilai sejarah, manusia dan kehidupannya pada masa lampau, serta keanekaragaman budayanya melalui warisan. Selain itu, fasilitas yang dikembangkan juga harus mampu membantu pengunjung merasa sebagai bagian dari tempat yang dikunjungi. Pendapat Papson seperti yang dikutip oleh Hall (1999) menyebutkan bahwa dari sekian banyak elemen penting dalam mengkomersilkan suatu tempat untuk pariwisata adalah penyelenggaraan acara-acara kemasyarakatan dan pengelolaan sejarah menjadi komoditi yang dapat dipasarkan. Hal tersebut pada gilirannya memunculkan rambu-rambu untuk menekan dampak penurunan nilainilai budaya seperti yang termuat dalam kode etik pariwisata 3 dunia pasal 4 ayat 4 yang berbunyi: Kegiatan pariwisata harus direncanakan sedemikian rupa untuk memungkinkan kelangsungan hidup dan berkembangnya hasil-hasil budaya, seni tradisional, dan seni rakyat dan bukan sebaliknya menimbulkan terjadinya standardisasi dan penurunan hasil-hasil budaya tersebut. Terkait dengan kode etik tersebut, PT. TWCBPRB sebagai pengelola pariwisata lebih fokus menangani penataan area Taman Wisata Candi Prambanan 4 (TWC Prambanan) seperti pembuatan fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan wisata dan penataan para pedagang untuk kepentingan kepariwisataan. 3 Kode Etik Pariwisata Dunia (Global Code of Ethics for Tourism) dibuat oleh PBB yang khusus menangani kegiatan pariwisata dunia. 4 Taman Wisata Candi Prambanan dalam tulisan ini meliputi Kompleks Candi Prambanan dan area di sekitarnya yang berisi fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan wisata. 9

10 Gambar 1. Denah Kompleks Candi Prambanan (Sumber: PT. TWCBPRB dengan modifikasi) Sementara untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan dalam hal fasilitas umum pada zona 2 telah dibangun area parkir, toilet, ticket box, audio visual, kios souvenir, foodcourt, pusat informasi, area bermain anak, bumi perkemahan, Lapangan Garuda, Brahma, Siwa, Wisnu dan panggung pentas Ramayana. 10

11 Langkah nyata yang dilakukan dalam rangka pengelolaan pengunjung dalam kegiatan kepariwisataan di TWC Prambanan adalah diterapkannya diagram alir penanganan pengunjung. Sesuai dengan diagram yang telah dibuat oleh pihak pengelola, proses penanganan tersebut dimulai dari awal masuknya kendaraan pengunjung sampai dengan proses pengunjung keluar dari objek. Pada setiap tahapan disediakan petugas yang membantu mengarahkan pengunjung menuju objek centre yaitu Kompleks Candi Prambanan. Kondisi yang terlihat di lapangan pada saat ini adalah setelah pengunjung masuk dan memarkir kendaraan di tempat parkir, tidak ada petugas yang membantu mengarahkan atau menjelaskan mengenai lokasi-lokasi yang ada di TWC Prambanan. Pengunjung akan mendengar informasi yang dibacakan oleh petugas melalui pengeras suara mengenai hal-hal yang dapat dinikmati para pengunjung dalam kegiatan wisata di TWC Prambanan. Sayangnya, informasi tersebut tidak dibacakan setiap saat, sehingga tidak semua pengunjung mendengar pada waktu kedatangan mereka ke lokasi. Pengunjung difasilitasi dengan papan-papan petunjuk untuk dapat mengakses tempat-tempat yang akan dikunjungi baik objek wisata utama maupun fasilitas pendukung lainnya. Setelah melalui pintu masuk, pengunjung akan sampai di area wisata yang ditata dengan asri, bersih dan terawat. Di area itu terdapat jalan setapak untuk menuju ke objek utama Kompleks Candi Prambanan yang terdiri atas beberapa candi yaitu Candi Syiwa (candi yang terbesar), Candi Wisnu, Candi Brahma, Candi Garuda, Candi Nandi dan Candi Angsa. Aktivitas para pengunjung yang tampak pada area sekitar candi antara lain berfoto, 11

12 berjalan-jalan sambil menikmati keindahan candi, dan masuk ke dalam candi. Ada beberapa pengunjung yang berfoto sambil berdiri pada batu candi bagian samping. Meskipun ada beberapa petugas keamanan yang berjaga di sekitar candi, mereka tidak terlalu menghiraukan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh para pengunjung. Tidak ada larangan bagi wisatawan yang datang berombongan untuk menaiki dan memasuki candi secara bersama-sama. Pembatasan jumlah orang yang diperbolehkan naik dan masuk ke candi seharusnya diterapkan. Peraturan baru diterapkan oleh pihak pengelola objek wisata TWC Prambanan mulai tanggal 17 Agustus 2012 adalah kewajiban bagi setiap pengunjung untuk mengenakan kain batik yang dililitkan di pinggang ketika mengunjungi kompleks candi. Menurut pengelola TWC Prambanan, peraturan baru ini dimaksudkan agar pengunjung lebih menghayati kegiatan wisata pada objek warisan budaya bangsa mengingat kain yang digunakan sebagai sarung adalah kain bermotif batik yang telah diakui UNESCO sebagai motif asli hasil kebudayaan Indonesia 5. Pengunjung juga dapat mengikuti program wisata minat khusus berupa Program Penanaman Pohon (tree planting), Perawatan (conservation) dan Pemugaran (restoration) yang didampingi oleh instruktur dari BPCB Daerah Istimewa Yogyakarta. Fasilitas lain yang disediakan sebagai penunjang perjalanan mengitari dan menikmati candi-candi di sekitar Kompleks Candi Prambanan yang terdiri atas Candi Sewu, Candi Lumbung, dan Candi Bubrah adalah kereta kelinci dan 5 Alasan pemakaian kain sarung bermotif batik yang dikemukaan oleh pihak PT.TWCBPRB menurut penulis bukanlah merupakan hubungan sebab akibat. Memperkenalkan dan mempopulerkan hasil kebudayaan lain yang dimiliki bangsa Indonesia (kain batik) selain candi dapat menjadi alasan yang lebih tepat. 12

13 persewaan sepeda. Fasilitas ini disediakan dengan alasan supaya pengunjung dapat menghemat waktu dan tidak terlalu lelah berjalan mengingat area objek wisata yang sangat luas. Kereta kelinci ini berhenti di depan gerbang candi-candi yang dilewati. Tujuan terakhir dari rangkaian wisata TWC Prambanan adalah Candi Sewu yang berada paling utara di antara candi-candi lainnya. Pengunjung yang menaiki kereta mini akan diturunkan tepat di depan gerbang paling utara Candi Sewu yang berjarak lima meter dari batas zona 1 Candi Sewu. Diagram alir dan fasilitas lain yang telah disediakan diharapkan dapat membantu pengunjung menikmati setiap daya tarik yang ada di TWC Prambanan beserta fasilitas yang tersedia, sehingga pengunjung memperoleh kepuasan yang optimal. Di sisi lain, pengelolaan pengunjung juga bertujuan untuk mencegah pengunjung mengakses tempat atau bagian yang tidak diperuntukkan bagi pengunjung (Aplin, 2002). Dilihat dari berbagai usaha yang dilakukan oleh pengelola TWC Prambanan, sebagai sebuah badan usaha, perolehan profit menjadi perhatian yang utama. Diagram alir yang digunakan sebagai usaha untuk mengatur kunjungan wisatawan dilakukan sebagai usaha memberikan akomodasi kepada pengunjung agar dapat menikmati fasilitas yang disediakan oleh pengelola. Sejauh mana upaya manajemen pengunjung ini dapat mendukung keharmonisan antara pemanfaatan dengan pelestarian, maka perlu evaluasi yang bermuara kepada idealnya manajemen TWC Candi Prambanan baik sebagai objek wisata maupun sebagai warisan budaya sebagai identitas bangsa Indonesia. 13

14 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah fasilitas yang dimiliki oleh pengelola TWC Prambanan sudah sepenuhnya mendukung pelestarian? 2. Apakah fasilitas kepariwisataan di TWC Prambanan sudah memenuhi kebutuhan pengunjung dalam kegiatan wisata? 3. Bagaimana seharusnya manajemen pengunjung yang diterapkan di TWC Prambanan untuk mendukung pelestarian? C. Tujuan Penelitian Manajemen pengunjung dalam suatu warisan budaya merupakan salah satu cara untuk menjaga kelestarian warisan tersebut. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatur keberadaan pengunjung dalam kegiatan pariwisata budaya untuk mengantisipasi kerusakan yang diakibatkannya. Dalam mengarahkan pengunjung, pengelola harus mengetahui: 1. Dampak yang diakibatkan oleh kehadiran pengunjung terhadap cagar budaya dan masyarakat setempat; 2. Langkah yang diambil untuk mempengaruhi dan mendorong pengunjung agar melaksanakan perilaku yang bertanggungjawab selama kunjungan mereka dan setelahnya; 3. Cara meningkatkan kode perilaku bertanggungjawab untuk pengunjung pada warisan; dan 14

15 4. Cara memperkuat kualitas pengalaman pengunjung. Selain itu, diperlukan juga pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pemanfaatan yang dikemukakan oleh Wahyudi (2010), yaitu: 1. Mengutamakan fungsi sosial (bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan) dan kelestarian cagar budaya; 2. Melibatkan masyarakat dalam hal menentukan cara-cara pengelolaannya; 3. Mampu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat setempat; 4. Memberikan kontribusi yang seimbang bagi upaya pelestariran BCB atau situs yang dimanfaatkan; dan 5. Menjaga kelestarian lingkungan hidup (alam, sosial, dan budaya) di sekitar lokasi BCB atau situs yang dimanfaatkan. Berdasarkan rambu-rambu di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui sistem Manajemen Pengunjung, baik bagi wisatawan maupun kelestarian cagar budaya; 2. Melakukan evaluasi terhadap penerapan sistem Manajemen Pengunjung di TWC Prambanan. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Pengelola Kegiatan Pariwisata di TWC Prambanan 15

16 Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan mengenai manajemen pengunjung dalam kegiatan pariwisata di TWC Prambanan. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah mewujudkan Kompleks Candi Prambanan menjadi destinasi baik sebagai tempat rekreasi maupun tempat untuk mendapatkan pengalaman baru. Pengalaman baru yang dimaksud dapat berupa pengetahuan tentang nilai-nilai sebuah warisan budaya dengan tetap memperhatikan kelestarian warisan itu sendiri. 2. Masyarakat Penerapan manajemen pengunjung memungkinkan wisatawan mengakses seluruh komponen yang ada di TWC Prambanan. Hal ini dapat memberikan pengalaman bagi masyarakat baik dalam memperoleh kepuasan dalam berwisata. Kepuasan yang dimaksud terkait dengan kebutuhan rekreasi dan pengetahuan baru tentang salah satu akar identitas budaya bangsa Indonesia. Sebagai akibatnya, apresiasi masyarakat terhadap warisan budaya dapat ditingkatkan E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Kompleks Candi Prambanan sudah banyak dilakukan baik yang bersifat arkeologis maupun kepariwisataan. Setyastuti (2005) dalam tesisnya membahas tentang strategi pengelolaan untuk tujuan pariwisata berbasis pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Pengelolaan yang dimaksud dalam tesis ini terkait dengan kebijakan yang diterapkan dalam hubungannya dengan 16

17 para pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pengelolaan dan pemanfaatan Kompleks Candi Prambanan. Penelitian lain yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan cagar budaya adalah Minimalisasi Dampak Negatif Pemanfaatan Candi Borobudur sebagai Objek Wisata yang ditulis oleh Andi Muhammad Taufik (2004). Penelitian ini menelaah dampak negatif pengunjung pada Objek Wisata Candi Borobudur dan teknis penanganannya. Tulisan yang terkait dengan visitor management adalah tesis yang ditulis oleh Enny Ratnadewi (2005) dengan judul Pengelolaan Tinggalan Budaya melalui Pendekatan Visitor management, Studi Kasus Candi Borobudur. Dalam tulisannya, Ratnadewi membahas manajemen kunjungan dengan sudut pandang pengelolaan pariwisata sehingga kajian lebih ditekankan pada para pelaku pariwisata. Selain itu, Wahyu Astuti (2011) juga membahas manajemen pengunjung dalam pelestarian Situs Tamansari. Penelitian yang ditulis Astuti lebih fokus mengamati kerjasama antar stakeholders dalam pengelolaan objek ini khususnya pengelolaan pengunjung. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, penulis ingin mengamati lebih jauh dan lebih khusus mengenai evaluasi kebijakan manajemen pengunjung dalam kegiatan pariwisata di objek warisan budaya Kompleks Candi Prambanan dalam kaitannya dengan upaya yang telah dilakukan oleh pengelola terkait kelestarian objek wisata Kompleks Candi Prambanan. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian lain yang telah disebutkan di atas yaitu bahwa pada tulisan ini memuat tahapan evaluasi yang 17

18 dapat dijadikan dasar dan bahan pembelajaran bagi pengeloaan TWC Prambanan pada masa yang akan datang. F. Tinjauan Pustaka Beberapa istilah dasar dan definisi yang akan disajikan antara lain warisan budaya, wisata budaya dan wisatawan budaya dan manajemen pengunjung. 1. Warisan Budaya Warisan budaya, menurut Davidson (1997:2) diartikan sebagai produk atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi yang berbeda dan prestasiprestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang menjadi elemen pokok dalam jatidiri suatu kelompok atau bangsa. Pakar lain bernama Prentice (1994) mengemukakan pendapatnya bahwa warisan mengandung pengertian pusaka atau tinggalan yang diterimakan dari satu generasi kepada generasi selanjutnya. Oleh karena itu, apabila warisan mengandung nilai yang merepresentasikan kehidupan suatu masyarakat, maka warisan menjadi milik bersama dan menjadi identitas masyarakat itu. Dalam pengertian ini, warisan budaya meliputi lansekap, tempat-tampat bersejarah, situs dan bangunan-bangunan, benda-benda koleksi, adat istiadat, pengetahuan dan pengalaman yang mengekspresikan proses perkembangan suatu budaya dan menjadi bagian dari kehidupan masa kini. 2. Wisata Budaya dan Wisatawan Budaya Wisata warisan budaya sebagai salah satu dari wisata budaya saat ini menjadi pilar penting timbulnya strategi pariwisata di banyak negara. 18

19 Wisata warisan budaya mengacu pada tempat, bentang alam, arsitektur, artefak, tradisi, yang menyebabkan tempat tersebut bersifat unik. Robert Stebbins (1996) mengemukaan pendapatnya bahwa wisata budaya merupakan genre wisata minat khusus untuk mencari pengalaman budaya baru yang mencakup estetika, intelektual, emosional, atau psikologis. Untuk memahami wisata budaya dan perkembangannya diperlukan pengetahuan tentang wisatawan budaya. Pengetahuan ini berguna untuk mengetahui pengunjung warisan budaya dan kondisi mereka, agar dapat ditentukan kebijakan yang tepat dalam pengelolaan pengunjung ini. McKercher (2002) mengemukakan pendapatnya mengenai wisatawan warisan budaya sebagai orang yang dengan sengaja mengunjungi tempattempat yang di dalamnya mengandung nilai-nilai budaya. 3. Manajemen Pengunjung Warisan Budaya Tujuan utama dari manajemen pengunjung warisan budaya adalah untuk meminimalkan dampak negatif kegiatan pariwisata dan memberikan kemungkinan kepada pengunjung untuk mengakses objek wisata, sehingga memperoleh hiburan dan pengalaman baru. Selain itu, pengelolaan pengunjung yang baik akan menumbuhkan apresiasi dan kecintaan masyarakat terhadap warisan budaya yang dikunjungi. Menurut Hall dan McArthur (1993) manajemen pengunjung merupakan konsep mendasar dari manajemen warisan budaya. Mereka menyatakan bahwa visitor management adalah pengelolaan pengunjung ke suatu objek wisata (baik alam maupun budaya) yang diarahkan pada upaya memaksimalkan 19

20 kualitas pengalaman kunjungan dan meminimalkan dampak negatif kunjungan baik pada kualitas lingkungan fisik maupun objek wisata. G. Landasan Teori Bangunan candi merupakan salah satu peninggalan budaya yang bersifat monumental yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi karena keunikan, kelangkaan, keindahan, dan nilai-nilai yang ada di dalamnya. Candi merupakan salah satu peninggalan arkeologis yang dalam upaya pelestariannya berlaku peraturan-peraturan khusus yang tidak dapat dilanggar termasuk dalam upaya pemanfaatannya sebagai suatu objek wisata. Aktivitas yang bersifat edukatif dan rekreatif di situs arkeologis tidak sama dengan yang ada pada objek wisata lainnya. Aktivitas yang dilakukan di sekitar benda cagar budaya harus memperhatikan unsur kelestarian dan pelestarian objek tersebut. UU No. 11 Tahun 2010 pasal 1 butir 22 mendefinisikan pelestarian sebagai upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Fielden dan Jokilehto (1993) menyebut pelestarian adalah upaya untuk mempertahankan suatu benda dari proses kerusakan dan kemusnahan, agar tetap terjaga kelestariannya baik secara fisik (tangible) maupun nilai yang terkandung di dalamnya (intangible). Dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap warisan budaya, pemanfaatan Kompleks Candi Prambanan sebagai objek wisata dalam satu segi merupakan peluang untuk menyampaikan berbagai informasi, khususnya yang berkaitan dengan aspek ideologik. Sementara itu, 20

21 apresiasi antara lain diartikan sebagai kesadaran terhadap nilai-nilai budaya atau penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu (Moeliono, 1999). Salah satu alat yang dapat diterapkan untuk mewujudkan idealisme-idealisme di atas adalah dengan manajemen pengunjung. Manajemen pengunjung tidak dapat lepas dari keterkaitan harmonis antara pengunjung, objek, dan pengelola (Davidson & Maitland, 1997). Dilihat dari pentingnya konsep keterkaitan harmonis dalam pengelolaan aspek budaya diperlukan beberapa kategorisasi terhadap upaya pemanfaatan dan konservasi secara lebih seimbang. Yoeti (1996) mengemukakan dua cara yang dapat digunakan untuk mengelola kunjungan wisatawan antara lain: 1. Cara Keras (Hard Measure), yaitu memaksa pengunjung untuk bertingkah laku sesuai dengan keinginan pengelola objek wisata dengan cara sebagai berikut: a. Menutup sebagian atau seluruh area wisata untuk perbaikan dan perawatan. Cara ini biasa diterapkan di objek wisata yang terdiri atas zonazona wisata. Zona adalah batas-batas keruangan Situs Cagar Budaya dan Kawasan Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan (UU No. 11 Tahun 2010). Pengelola dapat menutup area yang dianggap sudah melebihi kapasitas atau perlu perawatan. b. Memperketat waktu kunjungan di objek wisata. Cara ini diterapkan untuk objek wisata yang memiliki waktu kunjungan untuk kegiatan pariwisata. c. Memperkenalkan konsep parkir jemput (park and ride). 21

22 Konsep ini mengajak seluruh pengunjung agar memarkir kendaraan pribadi di tempat yang tersedia. Prosesi pengenalan menggunakan bus atau kendaraan pariwisata menuju objek wisata. d. Memperketat perparkiran, lalu lintas kendaraan, dan pejalan kaki. Cara ini dilakukan dengan menyediakan kendaraan keliling. Kendaraan ini berhenti pada stasiun-stasiun tertentu dan pengunjung tinggal menunggu giliran untuk naik dan turun sesuai dengan keinginannya. e. Menciptakan konsep zonasi. Cara ini dilakukan dengan tujuan agar kegiatan wisata tidak mengganggu daerah yang rentan sekaligus menjaga kelestariannya. f. Memberlakukan pembayaran tiket masuk ke area wisata. Cara ini dilakukan untuk mengontrol pengunjung yang benar-benar datang untuk berwisata, sekaligus hasil penjualannya dimanfaatkan untuk pemeliharaan dan pengembangan objek wisata. g. Menggunakan strategi diskriminasi harga. Strategi diskriminasi harga dilakukan dengan cara membedakan harga berdasarkan demografi, psikografi dan geografi. Contoh: harga tiket untuk rombongan lebih murah dibandingkan dengan harga tiket untuk individu. 2. Cara Lunak (Soft Measure), yaitu memotivasi pengunjung untuk bertingkah laku sesuai dengan keinginan pengelola objek wisata dan masyarakat. Caranya adalah sebagai berikut: 22

23 a. Aktivitas promosi, terutama sebelum dan sesudah kunjungan dengan menawarakan paket kunjungan lebih dari satu hari untuk pasar sasaran tertentu dengan tujuan meningkatkan kesadaran pengunjung; b. Penyebaran informasi sebelum dan saat kunjungan yang bertujuan untuk: 1). membantu pengunjung merancang perjalanan wisata dan mendorong kunjungan ke daerah yang kurang populer sehingga penyebaran kunjungan merata; 2) menyediakan jadwal dan pemandu wisata guna mengurangi kepadatan pengunjung pada titik-titik daya tarik tertentu; dan 3) memberikan saran untuk kunjungan pada musim sepi guna mendapatkan pengalaman wisata yang optimal dan mengurangi kemacetan kendaraan serta pengunjung. Manajemen pariwisata warisan budaya khususnya manajemen pengunjung menjadi tugas pengelola sebagai wujud tanggung jawab, dalam menjaga kelestarian warisan budaya. Beberapa butir yang termasuk di dalam cara keras dan cara lunak dalam pengelolaan pengunjung telah diterapkan oleh pengelola objek wisata TWC Prambanan. Pembahasan yang lebih mendalam terkait dengan penerapannya akan dilanjutkan pada bab berikutnya. H. Kerangka Penelitian 23

24 Kegiatan Pariwisata Kompleks Candi Prambanan Manajemen Objek Wisata Heritage Manajemen Pengunjung Pelestarian Pemanfaatan Analisis Dampak kegiatan Pariwisata (disebabkan oleh Pengunjung) Pendekatan Evaluasi Manajemen Pengunjung Rekomendasi Model Manajemen Pengunjung I. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus, dan dalam pelaksanaannya menggunakan metode deskriptif evaluatif dengan pendekatan kualitatif. Deskripsi adalah penelitian yang bertujuan untuk mengungkap suatu masalah, keadaan, atau peristiwa sebagaimana adanya, sehingga bersifat mengungkapkan fakta-fakta. Sesuai dengan sifatnya yang evaluatif, maka penelitian ini diarahkan untuk tujuan menilai keberhasilan manfaat, kegunaan, sumbangan, dan kelayakan sebagai suatu kegiatan dari suatu unit (lembaga) tertentu. Hasil penelitian evaluatif dapat menambah pengetahuan tentang kegiatan dan dapat mendorong penelitian dan pengembangan lebih lanjut, serta membantu para pimpinan untuk menentukan kebijakan (Sukmadinata, 2005). 24

25 Penelitian evaluatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang hal-hal yang terjadi sebagai suatu kondisi nyata mengenai terlaksananya suatu kegiatan. Melakukan evaluasi berarti ingin mengetahui implementasi program yang telah direncanakan sudah berjalan dengan benar dan sesuai dengan harapan. Penelitian evaluatif meliputi dua kegiatan utama yaitu pengukuran atau pengambilan data dan membandingkan hasil pengumpulan data dengan standar yang digunakan. Tahapan dalam penelitian evaluasi digambarkan dalam matriks berikut: No. Tahapan Kegiatan Evaluasi Pertanyaan mendasar 1. Identifikasi permasalahan / kebutuhan Sasarannya apa / siapa? 2. Menentukan tujuan Apa saja yang dibutuhkan untuk mengatasi kebutuhan yang belum terpenuhi? 3. Menentukan strategi perbaikan - Strategi apa saja yang dapat dilakukan? - Bagaimana cara mengimplementasikan strategi yang telah disusun? 4. Pelaksanaan strategi - Apakah strategi dilaksanakan dengan baik? - Apakah pihak-pihak yang berkepentingan memperoleh kepuasan? 5. Hasil dari pelaksanaan Apakah tujuan yang ditetapkan strategi tercapai? 6. Saran saran / rekomendasi Program apa saja yang dapat dilakukan? Table 1.. Matriks Tahapan Penelitian Evaluasi Standar yang digunakan untuk menilai dan mengevaluasi manajemen pengunjung di TWC Prambanan adalah UU No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Keputusan Presiden Nomor I Tahun 1992 Tanggal 2 Januari 1992 tentang Pengelolaan Taman Wisata Candi Borobudur dan Taman Wisata Candi Prambanan serta Pengendalian Lingkungan Kawasannya dan piagam-piagam 25

26 internasional (charters), yang mengatur pengelolaan warisan budaya dunia, mengingat Kompleks Candi Prambanan merupakan salah satu warisan budaya dunia. Berdasar hasil perbandingan itu maka diperoleh kesimpulan bahwa suatu kegiatan yang dilakukan itu layak atau tidak, relevan atau tidak, efisien dan efektif atau tidak. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pengumpulan Data Primer meliputi: a. Observasi Penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap pengunjung dan penanganannya dalam kegiatan wisata di objek wisata TWC Prambanan dan semua fasilitas penunjangnya. Selain itu, dilakukan juga dokumentasi sebagai pendukung data lapangan. b. Wawancara - Wawancara dilakukan dengan teknik wawancara mendalam (indepth interview), sedangkan pengambilan sampel untuk wawancara dilakukan dengan cara purposive sampling (sampel purposif). Sampel purposif tidak menggunakan populasi dan sample yang banyak. Sample dipilih dengan jumlah yang tidak ditentukan, melainkan didasarkan pada maksimalisasi-informasi yang akan diperoleh (Mikkelsen, 2003). Wawancara dilakukan terhadap pengelola kegiatan dari PT. TWCBPRB, sedangkan pengambilan sampel dilakukan terhadap beberapa pengunjung yang akan dipilih berdasarkan kesamaan tujuan, usia, dan jenjang pendidikan c. Pembagian Kuesioner 26

27 Beberapa pengunjung akan diberi kuesioner untuk menjaring data. Secara garis besar, data yang akan diperoleh dari hasil isian kuesioner antara lain: - Motivasi melakukan kunjungan; - Harapan yang ingin dicapai ketika melakukan kunjungan dan setelahnya; - Apa saja yang ingin dinikmati dan diamati oleh pengunjung; dan - Kesan tentang segala sesuatu di Kompleks Candi Prambanan, puas tidaknya pengunjung dalam kegiatan wisata di Kompleks Candi Prambanan dan harapan ke depan. Jenis-jenis pertanyaan yang akan digunakan dalam kuesioner dapat dicermati dalam tabel berikut: 1. No Jenis Pertanyaan Informasi yang Didapat Terkait pengalaman / perilaku 2. Terkait indra 3. Terkait pendapat 4. Terkait perasaan 5. Terait pengetahuan Hal-hal yang dilakukan oleh pengunjung Pengalaman yang didapatkan oleh pengunjung melalui panca indra Hal-hal yang dipikirkan dan dianggap penting oleh pengunjung Apa saja yang dirasakan pengunjung Hal-hal yang diketahui oleh pengunjung Contoh Pertanyaan Kegiatan apa saja yang anda lakukan di objek wisata Kompleks Candi Prambanan? Bagian mana dari Kompleks Candi Prambanan yang paling menarik bagi anda? Bagaimana kesan anda terhadap Kompleks Candi Prambanan? Bagaimana perasaan anda saat berwisata di Kompleks Candi Prambanan? Apa yang anda ketahui tentang Kompleks Candi 27

28 Terkait demografi Latar belakang 6. pengunjung pengunjung Table 2. Jenis Pertanyaan dalam Kuesioner Prambanan Usia, jenis kelamin, asal, pekerjaan 2. Pengumpulan data sekunder meliputi: a. Studi Dokumen Studi ini meliputi pencatatan dan penggandaan dokumen yang dianggap perlu dan mempunyai hubungan dengan topik penulisan. Data yang diperoleh dari arsip Bagian Operasional Kantor Unit Prambanan. c. Studi Pustaka Studi pustaka ini digunakan untuk melengkapi data penelitian melalui referensi buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian yang sudah ada. Studi kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan buku-buku referensi, media massa baik tulis maupun elektronik, jurnal, atau karya tulis yang relevan dengan permasalaha 28

BAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk kepentingan

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Candi Prambanan atau Candi Rara Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi.kompleks Candi Prambanan telah tercatat

Lebih terperinci

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D

PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR. Oleh : GRETIANO WASIAN L2D PARTISIPASI KELOMPOK USAHA SOUVENIR REBO LEGI DALAM SISTEM PARIWISATA DI KLASTER PARIWISATA BOROBUDUR TUGAS AKHIR Oleh : GRETIANO WASIAN L2D 004 314 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atraksi wisata merupakan salah satu komponen penting dalam pariwisata. Atraksi merupakan salah satu faktor inti tarikan pergerakan wisatawan menuju daerah tujuan wisata.

Lebih terperinci

Persepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Pemanfaatan dan Kelestarian Candi Borobudur

Persepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Pemanfaatan dan Kelestarian Candi Borobudur Persepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Pemanfaatan dan Kelestarian Candi Borobudur Oleh : Panggah Ardiyansyah, S.S Balai Konservasi Peninggalan Borobudur Pendahuluan Semenjak diresmikannya pada tanggal 23

Lebih terperinci

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya BAB V A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya ilmiah ini, diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan usaha kepariwisataan seperti hotel, restoran, toko

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan usaha kepariwisataan seperti hotel, restoran, toko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pergerakannya kini pariwisata dijadikan sebagai industri yang besar. Industri pariwisata adalah segala kegiatan multi aspek yang berkaitan dengan usaha kepariwisataan

Lebih terperinci

Kota Pusaka Dunia. 1. Kota Pusaka Dunia 2. Konvensi dunia tentang pusaka budaya dan pusaka alam 3. Penetapan Kota Pusaka Dunia oleh UNESCO

Kota Pusaka Dunia. 1. Kota Pusaka Dunia 2. Konvensi dunia tentang pusaka budaya dan pusaka alam 3. Penetapan Kota Pusaka Dunia oleh UNESCO 1. Kota 2. Konvensi dunia tentang pusaka budaya dan pusaka alam 3. Penetapan Kota oleh UNESO Kota merupakan kota yang ditetapkan UNESO yang memiliki Outstanding Universal Value/OUV (Keunggulan Nilai Sejagad/KNS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia mempunyai sejarah kebudayaan yang telah tua, berawal dari masa prasejarah (masa sebelum ada tulisan), masa sejarah (setelah mengenal tulisan)

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible)

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible) KEBUDAYAAN Budaya Benda (Tangible) Warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Selain

BAB I PENDAHULUAN. penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Selain 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Selain itu bab ini juga menjelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata budaya merupakan salah satu jenis pariwisata yang memanfaatkan perkembangan potensi hasil budaya manusia sebagai objek daya tariknya. Jenis wisata ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta memiliki banyak bangunan monumental seperti Tamansari, Panggung Krapyak, Gedung Agung, Benteng Vredeburg, dan Stasiun Kereta api Tugu (Brata: 1997). Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Candi Cetho merupakan salah satu candi peninggalan jaman Hindu yang dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kompleks Candi Prambanan merupakan salah satu cagar budaya Indonesia yang menjadi salah satu daftar warisan budaya dunia (world heritage list) dibawah UNESCO sejak

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi

BAB VI KESIMPULAN. berikut : Investasi industri pariwisata dengan didukung keputusan politik ekonomi BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian secara kritis yang sudah dianalisis di kawasan Borobudur, menggambarkan perkembangan representasi serta refleksi transformasi sebagai berikut : Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA I. UMUM Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2016, No pengetahuan dan teknologi tentang keanekaragaman hayati yang harus disosialisasikan kepada masyarakat, perlu membangun Museum Nasiona

2016, No pengetahuan dan teknologi tentang keanekaragaman hayati yang harus disosialisasikan kepada masyarakat, perlu membangun Museum Nasiona No.1421, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LIPI. Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG MUSEUM NASIONAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA KOTA BATU DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN LOKASI

BAB III: TINJAUAN LOKASI BAB III: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Taman Wisata Prambanan 3.1.1. Profil Taman Wisata Prambanan Gagasan pendirian PT. TWCBPRB ini diawali dengan adanya Proyek Pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Pariwisata Dunia (UN-WTO) pariwisata merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Pariwisata Dunia (UN-WTO) pariwisata merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Organisasi Pariwisata Dunia (UN-WTO) pariwisata merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di dunia. Pariwisata bahkan menjadi sumber utama bagi pendapatan

Lebih terperinci

- 458 - 2. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan.

- 458 - 2. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan. - 458 - Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan 1. Kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan

Lebih terperinci

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata JOKO PRAYITNO Kementerian Pariwisata " Tren Internasional menunjukkan bahwa desa wisata menjadi konsep yang semakin luas dan bahwa kebutuhan dan harapan dari permintaan domestik dan internasional menjadi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 Tentang : Pengusahaan Pariwisata Alam Di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Dan Taman Wisata Alam Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 18 TAHUN

Lebih terperinci

CATATAN RISALAH AANWIJZING SAYEMBARA KONSEP DESAIN ARSITEKTUR PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION

CATATAN RISALAH AANWIJZING SAYEMBARA KONSEP DESAIN ARSITEKTUR PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION CATATAN RISALAH AANWIJZING SAYEMBARA KONSEP DESAIN ARSITEKTUR PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION [SAYEMBARA KONSEP DESAIN PENGEMBANGAN ZONA III-V KAWASAN PRAMBANAN] 13 APRIL 2013 K A N T O R PT. TAMAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1 Arsitektur Heritage Perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan yang kini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di dunia. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan

Lebih terperinci

I. UMUM. Sejalan...

I. UMUM. Sejalan... PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM I. UMUM Kekayaan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN 1 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN I. UMUM Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan berupa sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan BAB I PENDAHULUAN Sejarah perkembangan ekowisata yang tidak lepas dari pemanfaatan kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan definisi ekowisata sebagai perjalanan ke wilayah-wilayah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1992 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN WISATA CANDI BOROBUDUR DAN TAMAN WISATA CANDI PRAMBANAN SERTA PENGENDALIAN LINGKUNGAN KAWASANNYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN 17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN A. KEBIJAKAN PROGRAM Kebijakan Program Urusan Wajib Kebudayaan dititikberatkan pada pengembangan seni dan budaya sebagai daya tarik wisata. Hal tersebut didasarkan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan objek-objek pariwisata di Indonesia. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan objek-objek pariwisata di Indonesia. Masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sektor pariwisata telah memberikan kontribusi besar dalam perekonomian Indonesia, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pelaksanaan pembangunan objek-objek pariwisata

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat

Lebih terperinci

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA

RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI MASUK OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, obyek wisata yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekowisata 2.1.1 Pengertian Ekowisata Ekowisata didefinisikan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) dalam Fennel (1999) sebagai suatu bentuk perjalanan wisata ke area

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA

BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA 2.1 Pengertian Pariwisata Keberadaan pariwisata dalam suatu daerah biasa dikatakan merupakan suatu gejala yang kompleks di dalam masyarakat. Di sini terdapat suatu keterkaitan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari sabang hingga merauke. Oleh karena itu Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya serta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nama responden : Usia : Jenis Kelamin : Pria Wanita Pendidikan : SD SMP

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI - 346 - Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan 1. Kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan 1. Rencana induk pengembangan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010 KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang mempunyai pesona alam dan budaya yang begitu mengagumkan. Salah satu dari sekian banyak objek wisata yang dimiliki yaitu Taman Nasional

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 32 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 32 TAHUN 2010 TENTANG KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR SENI DI KAWASAN TAMAN PURBAKALA RATU BOKO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 13 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fandeli (1995:37) mengemukakan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek daya tarik wisata serta usaha-usaha yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini diyakini tidak hanya mampu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan BAB V PENUTUP Pada bab ini peneliti akan melakukan review dan menyimpulkan semua hal terkait dengan hasil jawaban dari 50 responden yang diteliti terkait penilaian responden terhadap atribut pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994 PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL,TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mereka sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mereka sebagai bagian yang tidak dapat terpisahkan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya arkeologi adalah semua bukti fisik atau sisa budaya yang ditinggalkan oleh manusia masa lampau pada bentang alam tertentu yang berguna untuk menggambarkan,

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan hidup sebuah bangsa dan menyimpan berbagai karya luhur nenek moyang kita yang mencerminkan kekayaan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA. Menimbang Mengingat BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI : a. bahwa cagar budaya

Lebih terperinci

LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010

LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 Q. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan luar biasa dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing daerah

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN PENUNJANG PARIWISATA BERBASIS EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DEFINISI- DEFINISI A-1

DEFINISI- DEFINISI A-1 DEFINISI- DEFINISI Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

Lebih terperinci

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-169 Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan Shinta Octaviana P dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari tahun sebelumnya. Angka itu diatas pertumbuhan ekonomi nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dari tahun sebelumnya. Angka itu diatas pertumbuhan ekonomi nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan industri terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Industri pariwisata terbukti kebal dari krisis global. Saat perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang BAB II FIRST IMPRESSION Berdasarkan pengetahuan perancang tentang kondisi dan potensi yang mendasari perencanaan untuk penambahan fasilitas pada lokasi Istana Maimun. Selanjutnya, perancang melakukan survey

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Museum dalam..., Faika Rahima Zoraida, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Museum dalam..., Faika Rahima Zoraida, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya budaya. Keragaman budaya yang dimiliki melalui peristiwa sejarah yang panjang sudah seharusnya diapresiasi masyarakat dan diketahui

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 37 TAHUN : 2009 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN KLASIFIKASI KAWASAN CAGAR BUDAYA DAN BENDA CAGAR BUDAYA

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pada masa ini namun juga bagaimana kemanfaatannya pada masa mendatang. ekonomi sebagai tujuan utama pembangunan.

BAB V PENUTUP. pada masa ini namun juga bagaimana kemanfaatannya pada masa mendatang. ekonomi sebagai tujuan utama pembangunan. BAB V PENUTUP Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan di segala bidang pembangunan sudah bukan merupakan pilihan lagi, melainkan kebutuhan dan keharusan. Pembangunan tidak hanya sekedar ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN 29 BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN A. Pengertian Usaha Pariwisata Kata pariwisata berasal dari bahasa Sansakerta

Lebih terperinci