PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI"

Transkripsi

1 KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS PADA JARING INSANG HANYUT DENGAN UKURAN MATA JARING 3,5 DAN 4 INCI DI PERAIRAN BELITUNG PROVINSI BANGKA BELITUNG MIRA PRATIWI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis pada Jaring Insang Hanyut dengan Ukuran Mata Jaring 3,5 dan 4 Inci di Perairan Belitung Provinsi Bangka Belitung adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, 15 Januari 2010 Mira Pratiwi

3 ABSTRAK MIRA PRATIWI, C Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis pada Jaring Insang Hanyut dengan Ukuran Mata Jaring 3,5 dan 4 Inci di Perairan Belitung Provinsi Bangka Belitung. Dibimbing oleh RONNY I. WAHJU dan AM AZBAS TAURUSMAN. Penelitian mengenai komposisi hasil tangkapan ikan pelagis pada jaring insang hanyut dengan ukuran mata jaring 3,5 dan 4 inci telah dilakukan pada bulan Juli 2009 di Perairan Belitung Provinsi Bangka Belitung. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan informasi mengenai komposisi hasil tangkapan jaring insang hanyut dengan ukuran mata jaring 3,5 dan 4 inci di Perairan Belitung serta membandingkan keliling maksimum (maximum body girth) ikan tongkol dan tenggiri yang tertangkap oleh jaring insang (gillnet). Metode yang digunakan adalah metode studi kasus dengan mengambil satu contoh kasus yang dijadikan sampel. Pengumpulan data hasil tangkapan yang dijadikan sub sampel diambil sebanyak 20-25% dari total hasil tangkapan yang didaratkan per trip yaitu ikan tongkol sebesar 64,89 kg dan ikan tenggiri sebesar 61,3 kg. Selama penelitian telah terjadi 8 kali trip penangkapan. Uji Anova (Analysis of variance) digunakan untuk menganalisis ukuran keliling maksimum ikan tongkol dan tenggiri yang tertangkap pada ukuran mata jaring 4 inci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi hasil tangkapan jaring insang hanyut di Perairan Belitung yaitu ikan tongkol (Euthynnus affinis) dengan bobot total 475 kg (53,73%), tenggiri (Scomberomorus commersonii) 241 kg (27,26%), ikan hiu (Carcharias menissorah) 77 kg (8,71%), tetengkek (Megalaspis cordyla) 21 kg (2,38%), layaran (Isthioporus oriental) 56 kg (6,33%), cucut (Carcharias sp.) 7 kg (0,79%), pedang (Xiphias gladius) 5 kg (0,57%), dan manyung (Arius thalassinus) 2 kg (0,23%). Gillnet dengan ukuran mata jaring 3,5 dan 4 inci menangkap ikan tenggiri dengan kisaran panjang antara 37-93,5 cm. Ikan tenggiri yang tertangkap di bawah ukuran matang gonad (< 65 cm) mempunyai kisaran panjang antara cm dengan keliling maksimum sebesar 20,5-27 cm sebanyak 22 ekor (73%). Gillnet dengan ukuran mata jaring 4 inci menangkap ikan tongkol dengan kisaran panjang antara 33,5-55,5 cm. Ikan tongkol yang tertangkap di bawah ukuran matang gonad (< 40 cm) mempunyai kisaran panjang antara 33,5-55,5 cm dengan keliling maksimum sebesar cm sebanyak 3 ekor (7,89%). Secara statistik melalui uji Anova (Analysis of variance), terdapat perbedaan yang nyata antara ukuran keliling maksimum ikan tongkol dengan tenggiri pada ukuran 4 inci dengan selang kepercayaan 95%. Kata kunci: gillnet, hasil tangkapan, perairan Belitung, ukuran mata jaring (mesh size).

4 Hak cipta IPB, Tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencatumkan atau menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seiizin IPB.

5 KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS PADA JARING INSANG HANYUT DENGAN UKURAN MATA JARING 3,5 DAN 4 INCI DI PERAIRAN BELITUNG PROVINSI BANGKA BELITUNG MIRA PRATIWI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

6 Judul Skripsi Nama NIM : Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis pada Jaring Insang Hanyut dengan Ukuran Mata jaring 3,5 dan 4 Inci di Perairan Belitung Provinsi Bangka Belitung : Mira Pratiwi : C Menyetujui : Pembimbing I, Pembimbing II, (Ir. Ronny I. Wahju, M.Phil) (Dr. Am Azbas Taurusman, S.Pi, M.Si) NIP: NIP: Mengetahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, (Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc) NIP: Tanggal Lulus : 15 Januari 2010

7 KATA PENGANTAR Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli 2009 ini adalah komposisi hasil tangkapan gillnet pada ukuran mata jaring berbeda, dengan judul Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis pada Jaring Insang Hanyut dengan Ukuran Mata jaring 3,5 dan 4 Inci di Perairan Belitung Provinsi Bangka Belitung. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada: 1. Ir. Ronny I. Wahju, M.Phil dan Dr. Am Azbas Taurusman, S.Pi, M.Si selaku komisi pembimbing atas segala saran, arahan, dan motivasi yang tinggi selama penulisan skripsi ini; 2. Dr. Sulaeman Martasuganda, B.Fish.Sc, M.Sc. dan Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi selaku Dosen penguji; 3. Dr. Ir. Mohammad Imron, M. Si selaku Komisi Pembimbing; 4. Dinas Kelautan dan Perikanan Tanjungpandan dan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjungpandan; 5. Kedua orang tua (bapak Pringadi dan ibu Suryani) dan abang yang selalu memberikan doa dan dukungannya; 6. Herdiansyah, SH yang selalu memberikan motivasi dan perhatian yang tulus; 7. Teman- teman kostan Sakura dan PSP 42 tercinta; dan 8. Pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, Januari 2010 Mira Pratiwi

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjungpandan pada tanggal 15 Maret 1988 dan merupakan putri kedua dari dua bersaudara. dari pasangan Bapak Pringadi dan Ibu Suryani. Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Tanjungpandan pada tahun 2005 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah tergabung dalam organisasi DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) periode Selain itu penulis pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (Himafarin) sebagai staff Departemen Litbangprof periode Pada tahun 2009 penulis melakukan penelitian dengan judul Komposisi Hasil Tangkapan Ikan Pelagis pada Jaring Insang Hanyut dengan Ukuran Mata Jaring 3,5 dan 4 Inci di Perairan Belitung Provinsi Bangka Belitung untuk memperoleh gelar sarjana pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.

9 1 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Halaman 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Alat tangkap jaring insang hanyut (drift gillnet) Kapal perikanan Nelayan gillnet Metode Pengoperasian Jaring Insang Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Hasil Tangkapan Jaring Insang Ukuran Mata Jaring (Mesh size) METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Pengumpulan Data Analisis Data Komposisi hasil tangkapan Pengaruh perbedaan ukuran keliling maksimum KONDISI UMUM PERAIRAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Belitung Keadaan geografi dan topografi Kondisi umum perairan Kegiatan Umum Perikanan Kegiatan umum usaha perikanan Sarana penangkapan ikan viii xi xv

10 2 4.3 Produksi Perikanan Pemasaran Hasil Tangkapan Sarana dan Prasarana Perikanan HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Unit penangkapan ikan Metode pengoperasian alat tangkap drift gillnet Daerah dan musim penangkapan Kondisi penangkapan ikan tongkol dan tenggiri Komposisi hasil tangkapan jaring insang hanyut (drift gillnet) Analisis keliling maksimum badan ikan Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 54

11 3 DAFTAR TABEL Halaman 1. Daerah penyebaran ikan tenggiri (Scomberomorus comersonni) Luas daerah Kabupaten Belitung Luas potensi untuk budidaya di Kabupaten Belitung Perkembangan jumlah armada kapal enam tahun terakhir Jumlah alat tangkap menurut jenis alat tangkap pada tiap kecamatan di Kabupaten Belitung pada tahun Jumlah produksi ikan basah di Kecamatan Belitung Produksi perikanan di Kabupaten Belitung Produksi hasil perikanan di Kabupaten Belitung tahun

12 4 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Konstruksi jaring insang hanyut (drift gillnet) Ikan tenggiri (Scomberomorus commersonii) Peta penyebaran ikan tenggiri (Scomberomorus commersonii) Ikan tongkol (Euthynnus affinis) Peta penyebaran ikan tongkol (Euthynnus affinis) Pengukuran panjang cagak, keliling maksimum dan lebar badan ikan Pengukuran mata jaring (mesh size) Diagram saluran distribusi pemasaran hasil tangkapan di PPN Tanjungpandan Komposisi hasil tangkapan jaring insang Sebaran frekuensi panjang distribusi ikan tenggiri Hubungan keliling maksimum dengan panjang ikan tenggiri pada ukuran mata jaring 4 inci Sebaran frekuensi panjang distribusi ikan tongkol Hubungan keliling maksimum dengan panjang ikan tongkol pada ukuran mata jaring 4 inci Perbandingan hubungan keliling maksimum dengan panjang ikan tongkol dan tenggiri pada ukuran mata jaring 4 inci... 42

13 5 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta lokasi penelitian Konstruksi alat tangkap gillnet di Perairan Belitung Gambar bagian alat tangkap gillnet Fasilitas PPN Tanjungpandan Data morfologi ikan tenggiri (Scomberomorus commersonnii) yang tertangkap dengan jaring insang hanyut di perairan Belitung pada bulan Juli Data morfologi ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang tertangkap dengan jaring insang hanyut di perairan Belitung pada bulan Juli Fasilitas-fasilitas yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjungpandan Gambar hasil tangkapan utama dari jaring insang hanyut di Perairan Belitung pada bulan Juli Uji Kenormalan Uji Anova (Analysis of Variance)... 71

14 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belitung adalah sebuah kabupaten yang terletak di antara Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan dan merupakan daerah aliran arus dari Laut Cina Selatan dan Laut Jawa. Kepulauan Belitung dikelilingi oleh 189 pulau besar dan kecil. Wilayaha seluas km persegi ini terdiri dari km persegi luas daratan dan km persegi luas perairan. Sumber daya perikanan laut Belitung dengan kepadatan 2,35 ton per kilometer persegi, secara konsisten menjadi penyumbang ekonomi Kabupaten Belitung. Selain kaya akan jenis ikan pelagis seperti ikan tenggiri, tongkol, dan kembung, perairan wilayah ini juga memiliki jenis ikan demersal seperti ikan pari, kakap dan kerapu serta ikan karang seperti ekor kuning (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2007). Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan (2008b) sektor perikanan adalah salah satu kegiatan ekonomi yang mempunyai nilai strategis dan sangat prospektif. Perikanan tangkap masih merupakan usaha andalan dari sektor perikanan. Hal ini terlihat dari jumlah produksi perikanan tangkap pada tahun 2008 sebesar ton atau lebih besar daripada perikanan budidaya dengan jumlah produksi sebesar 24,32 ton. Jaring insang adalah satu jenis alat tangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama besar, jumlah mata jaring ke arah panjang jauh lebih banyak dari pada jumlah mata jaring ke arah vertikal, pada bagian atas dilengkapi beberapa pelampung dan di bagian bawah dilengkapi beberapa pemberat sehingga memungkinkan jaring dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak (Martasuganda, 2002). Menurut King (1995) salah satu alat tangkap yang selektif adalah gillnet atau jaring insang. Jaring insang merupakan alat tangkap yang selektif terhadap ukuran dan jenis ikan dimana ukuran mata jaring (mesh size) bisa diperkirakan sesuai dengan ukuran ikan yang akan ditangkap. Pada prinsipnya, cara penangkapan ikan dengan jaring insang ini adalah menghadang ikan yang sedang beruaya, sehingga ikan akan menabrak jaring dan terjerat pada mata jaring (gilled) ataupun terpuntal pada tubuh jaring (entangled).

15 2 Berdasarkan metode pengoperasiannya jaring insang dapat digolongkan dalam jaring insang hanyut (drift gillnet). Pada umumnya nelayan di Perairan Belitung menggunakan jaring insang hanyut untuk menangkap ikan pelagis seperti tongkol, tenggiri, selar, dan kembung. Hasil tangkapan tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat Belitung juga dikirim ke luar daerah seperti Bangka dan Jakarta, serta diekspor ke Singapura (DKP, 2007). Penggunaan jaring insang oleh masyarakat nelayan di Perairan Belitung terutama jaring insang hanyut memiliki kelebihan antara lain mudah penanganan dan pengoperasiannya, harga alat tangkap yang relatif murah, mudah diperbaiki serta relatif tahan lama. Untuk ukuran mata jaring insang hanyut, biasanya masyarakat di Perairan Belitung menggunakan ukuran mata jaring (mesh size) yang berbeda-beda yaitu 3,5 inci 4 inci. Perbedaan ukuran mata jaring ini diduga berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan. Menurut (Fridman, 1986 vide Maryam, 2007) faktor yang menentukan efisiensi penangkapan adalah bahan jaring, mesh size, ukuran benang, warna jaring, hanging ratio serta ketinggian jaring. Hal ini jelas bahwa penggunaan ukuran mata jaring merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan karena bisa menentukan tingkat efektivitas suatu usaha penangkapan. Penelitian mengenai gillnet di Perairan Belitung masih sangat terbatas diantaranya tentang Selektivitas jaring insang hanyut terhadap ikan tongkol (Mappamadeng, 1999) dan Studi tingkat pemanfaatan ikan tongkol (Euthynnus affinis) di perairan Pulau Belitung (Batubara, 1999). Sampai saat ini informasi mengenai komposisi hasil tangkapan ikan pelagis dari jaring insang hanyut masih terbatas. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai komposisi hasil tangkapan ikan pelagis pada ukuran mata jaring yang berbeda di Perairan Belitung. Penelitian ini diharapkan bisa mengefektifkan usaha penangkapan ikan melalui penggunaan ukuran mata jaring yang sesuai (optimal).

16 3 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendapatkan informasi mengenai komposisi hasil tangkapan jaring insang hanyut (drift gillnet) dengan ukuran mata jaring 3,5 dan 4 inci di Perairan Belitung; 2) Membandingkan keliling maksimum (maximum body girth) ikan tongkol dan tenggiri yang tertangkap oleh jaring insang (gillnet). 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat dilaksanakannya penelitian ini antara lain untuk memberikan informasi mengenai penggunaan ukuran mata jaring yang optimal terkait dengan kelestarian sumberdaya kepada pihak-pihak yang memerlukan seperti Dinas Kelautan dan Perikanan, nelayan, dan para pelaku usaha penangkapan.

17 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Menurut Martasuganda (2002) jaring insang (gillnet) adalah jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama besar. Jumlah mata jaring ke arah panjang (mesh length/ ML) jauh lebih banyak daripada jumlah mata jaring kearah vertikal (mesh depth/ MD). Pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats) dan di bagian bawah dilengkapi dengan beberapa pemberat (sinkers) sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak. Klasifikasi jaring insang berdasarkan jumlah lembar jaring utama dibedakan menjadi tiga, yaitu jaring insang satu lembar (single gillnet), jaring insang dua lembar (double gillnet atau semi trammel net), dan jaring insang tiga lembar (trammel net) (Martasuganda, 2002). Berdasarkan kedudukan jaring di dalam perairan dan metode pengoperasiannya jaring insang dibedakan menjadi empat, yaitu jaring insang permukaan (surface gillnet), jaring insang dasar (bottom gillnet), jaring insang hanyut (drift gillnet), dan jaring lingkar (encircling gillnet/ surrounding gillnet) (Ayodhyoa, 1981). Sedangkan menurut Subani dan Barus (1989) berdasarkan cara pengoperasiannya dibedakan menjadi lima, yaitu jaring insang hanyut (drift gillnet), jaring insang labuh (set gillnet), jaring insang karang (coral reef gillnet), jaring insang lingkar (encircling gillnet), dan jaring insang tiga lapis (trammel net) Alat tangkap jaring insang hanyut Menurut Martasuganda (2002) jaring insang hanyut adalah jaring insang yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut di perairan, baik itu dihanyutkan di bagian permukaan, kolom perairan atau di dasar perairan. Jaring insang hanyut biasanya terbuat dari bahan nylon multifilament berwarna biru gelap. Hal ini bertujuan agar bahan jaring yang tidak kaku (lembut) dan warna jaring yang kontras dengan warna perairan lebih mudah untuk ikan terjerat atau terpuntal pada badan jaring.

18 5 Sumber: PERMEN No. 08/MEN/2008 Gambar 1 Konstruksi jaring insang hanyut (drift gillnet) Menurut Martasuganda (2002) bagian-bagian dari jaring insang terdiri atas: 1) Pelampung (float), 2) Tali pelampung (float line), 3) Tali ris atas dan bawah, 4) Tali penggantung badan jaring bagian atas dan bawah (upper bolch line and under bolch line), 5) Srampad atas dan bawah (upper selvedge and under selvedge), 6) Badan jaring atau jaring utama (main net), 7) Tali pemberat (sinker line), 8) Pemberat (sinker). Menurut (Ayodhyoa, 1985) ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk keberhasilan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap gillnet, yaitu : 1) Kekakuan Jaring yang digunakan sebaiknya lembut, tidak kaku dan mudah diatur atau dibengkokkan sebab bahan jaring akan berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan. 2) Ketegangan rentangan tubuh jaring Ketegangan rentangan mengakibatkan terjadinya tekanan pada tubuh jaring yang dapat mempengaruhi jumlah ikan yang tertangkap. Semakin

19 6 tegang jaring direntang, maka ikan akan sukar terjerat sehingga ikan mudah lepas. 3) Shortening atau shrinkage Adalah beda panjang tubuh jaring dalam keadaan teregang sempurna (stretch) dengan panjang jaring setelah dilekatkan pada pelampung ataupun pemberat. Hal ini dimaksudkan untuk penyesuaian ukuran ikan yang akan ditangkap agar mudah terjerat atau terbelit. 4) Tinggi jaring Tinggi jaring merupakan jarak antara pelampung dan pemberat pada saat jaring dipasang di perairan, 5) Mesh size dan besar ikan Mesh size merupakan ukuran suatu mata jaring antar simpulnya yang direntangkan, ukuran tersebut disesuaikan dengan besarnya badan ikan tujuan tangkapan. 6) Warna jaring Warna jaring (badan jaring) di dalam air akan dipengaruhi oleh faktorfaktor kedalaman perairan, transparansi, sinar matahari, cahaya bulan dan lainnya. Sebaiknya warna jaring disesuaikan dengan warna perairan, tidak terlihat kontras dengan warna daerah penangkapan. Menurut (Fridman, 1986 vide Maryam, 2008) bahan jaring, mesh size, ukuran benang, warna jaring, hanging ratio serta ketinggian jaring merupakan faktor yang menentukan efisiensi penangkapan. Selanjutnya menurut (Moyle, 1959 vide Sukiyanto, 1977) menyatakan bahwa berhasil tidaknya penangkapan di suatu perairan dengan alat-alat yang sifatnya pasif antara lain gillnet, tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah ikan yang melalui alat tersebut tetapi dipengaruhi pula oleh gerak ruaya ikan Kapal perikanan Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan,

20 7 pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan (Undang-Undang No. 31 Tahun 2004). Sedangkan menurut Fyson (1985) kapal ikan adalah kapal yang dibangun untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan usaha penangkapan ikan dengan ukuran, rancangan, bentuk dek, kapasitas muat, akomodasi, mesin serta berbagai perlengkapan yang secara keseluruhan disesuaikan dengan fungsi dalam rencana operasi. Berdasarkan metode pengoperasiannya kapal ikan dapat digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu pengoperasian alat tangkap yang dilingkarkan (encircling gear), pengoperasian alat tangkap yang ditarik (towing gear), pengoperasian alat tangkap pasif (static gear), dan pengoperasian lebih dari satu alat tangkap (multipurpose) (Fyson, 1985). Rahman (2005) mengelompokkan berdasarkan metode pengoperasiannya, kapal gillnet termasuk pengoperasian alat tangkap pasif (static gear) sehingga kecepatan kapal bukanlah suatu faktor yang penting karena alat tangkap ini bekerja secara statis melainkan stabilitas kapal yang tinggi lebih diperlukan agar saat pengoperasian alat tangkap dapat berjalan dengan baik Nelayan gillnet Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan, binatang air lainnya atau tanaman air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat atau perlengkapan ke dalam perahu atau kapal tidak dimasukkan sebagai nelayan. Ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkap dimasukan sebagai nelayan, walaupun tidak secara langsung melakukan penangkapan. Menurut Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 nelayan dikelompokkan berdasarkan curahan waktu kerjanya, yaitu : 1) Nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. 2) Nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan.

21 8 3) Nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu kerjanya dipergunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. 2.2 Metode Pengoperasian Jaring Insang Menurut Martasuganda (2002) pada umumnya metode pengoperasian jaring insang dilakukan secara pasif, tetapi ada juga yang dioperasikan secara semi aktif atau aktif. Untuk jenis jaring insang yang dioperasikan secara pasif umumnya dilakukan pada malam hari, baik itu dilakukan dengan alat bantu cahaya atau tanpa alat bantu cahaya dengan cara dipasang di perairan atau daerah penangkapan yang diperkirakan akan dilewati ikan atau hewan air lainnya, kemudian dibiarkan berberapa lama supaya ikan mau memasuki mata jaring. Lamanya pemasangan jaring insang di daerah penangkapan disesuaikan dengan jenis ikan yang akan dijadikan target tangkapan atau menurut kebiasaan nelayan yang mengoperasikannya. Pada prinsipnya gillnet digunakan untuk menghalangi ikan yang sedang beruaya sehingga ikan menabrak jaring dan terjerat pada mata jaring atau terpuntal (Von Brandt, 2005). Menurut (Martasuganda, 2002) untuk jenis jaring yang konstruksinya terdiri dari satu lembar, ikan yang memasuki mata jaring biasanya hanya ikan yang mempunyai ukuran keliling bagian belakang penutup insang (operculum girth) lebih kecil dari keliling mata jaring dan keliling tinggi maksimum (maximum body girth) dari ikan lebih besar dari keliling mata jaring (mesh size). Cara tertangkapnya ikan pada mata jaring biasanya terjerat pada bagian belakang penutup insang (operculum) atau terjerat di antara operculum dan bagian tinggi maksimum (maximum body) dari ikan. Menurut Miranti (2007) secara umum metode pengoperasian alat tangkap gillnet terdiri dari beberapa tahap, yaitu : 1) Persiapan yang dilakukan nelayan meliputi pemeriksaan alat tangkap, kondisi mesin, bahan bakar kapal, perbekalan, es dan tempat untuk menyimpan hasil tangkapan. 2) Pencarian daerah penangkapan ikan, hal ini dilakukan nelayan berdasarkan pengalaman-pengalaman melaut, yaitu dengan mengamati kondisi perairan seperti banyaknya gelembung-gelembung udara di permukaan perairan,

22 9 warna perairan, serta adanya burung-burung di atas perairan yang mengindikasikan adanya schooling ikan. 3) Pengoperasian alat tangkap yang terdiri atas pemasangan jaring (setting), perendaman jaring (soaking) dan pengangkatan jaring (hauling). 4) Tahap penanganan hasil tangkapan adalah pelepasan ikan hasil tangkapan dari jaring untuk kemudian disimpan pada suatu wadah atau tempat. 2.3 Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Kabupaten Belitung sebagai bagian dari wilayah Indonesia termasuk beriklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh angin laut yang bertiup sepanjang hari dan disertai angin musim yang dapat berubah-ubah sepanjang tahun. Musim yang terdapat di perairan Belitung ada tiga yaitu musim timur, musim barat dan musim pancaroba. Musim barat terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Februari. Pada saat musim barat aktivitas penangkapan relatif kurang karena dipengaruhi oleh kondisi ombak yang relatif cukup besar. Pada umumnya nelayan melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan pancing, karena pada musim tersebut terjadi musim ikan terutama ikan tenggiri dan pengaruh ombak relatif besar. Musim pancaroba merupakan keadaan terjadinya perubahan musim timur ke musim barat atau sebaliknya, dimana pada musim ini ikan yang tertangkap jumlahnya relatif sedang (Batubara, 1999). Menurut Ayodhyoa (1981) daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu wilayah perairan yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan penangkapan atau daerah yang diduga terdapat gerombolan ikan. Sulit meramalkan arah dan letak perpindahan dari suatu daerah penangkapan ikan, karena ikan yang menjadi tujuan usaha berada dalam air dan tidak terlihat dari permukaan. Sedangkan kemampuan mata manusia untuk melihat ke dalam air terbatas. Daerah penangkapan ikan (fishing ground) di perairan Belitung secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu, daerah pesisir (dekat garis pantai) dan perairan lepas (jauh dari garis pantai). Armada perikanan yang beroperasi di daerah pesisir armada dengan perahu kecil dan alat tangkap ukuran kecil pula, seperti perahu tanpa motor dan sebagian perahu tempel. Daerah penangkapan ikan bagi nelayan

23 10 di Pulau Belitung adalah di sekitar pulau-pulau kecil yang tersebar di perairan sekitar Pulau Belitung. Untuk alat tangkap gillnet dan payang biasanya dioperasikan di daerah yang tidak berkarang dan jauh dari garis pantai (Batubara, 1999). 2.4 Hasil Tangkapan Jaring Insang Pengertian hasil tangkapan adalah jumlah dari spesies ikan maupun binatang air lainnya yang tertangkap saat kegiatan operasi penangkapan. Hasil tangkapan bisa dibedakan menjadi dua, yaitu hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan utama adalah spesies yang menjadi target dari operasi penangkapan sedangkan hasil tangkapan sampingan adalah spesies yang merupakan di luar dari target operasi penangkapan (Ramdhan, 2008). Jenis ikan yang ditangkap di perairan Belitung sangat beragam seperti ikanikan pelagis kecil yaitu lemuru, selar, tongkol, teri, ikan karang (kerapu, kakap merah), ikan dasar (manyung, cucut, kwee, bawal), dan jenis non ikan (cumicumi, kepiting, teripang) ( Menurut Putra (2007) jenis-jenis ikan yang tertangkap oleh jaring insang hanyut antara lain : tongkol (Euthynnus spp), tenggiri (Scomberomorus comersonii), cakalang (Katsuwonus pelamis), cucut (Carcharinidae), dan layang (Decapterus spp). Hasil tangkapan utama dari jaring insang yang bernilai ekonomis penting adalah ikan tenggiri dan tongkol. Tenggiri termasuk ikan pelagis besar yang hidup di permukaan laut atau didekatnya. Ciri dari ikan tenggiri adalah tubuh yang panjang, berbentuk torpedo, dan merupakan ikan perenang cepat serta tangkas dalam mengejar dan menerkam mangsanya. Ikan yang berbentuk cerutu dan agak pipih ini merupakan ikan buas, karnivora, predator dan makanannya adalah ikanikan kecil (sardin, tembang, teri) dan cumi-cumi. Hidup soliter dan lebih banyak tersebar di perairan pantai dan lepas pantai (Nontji, 1987). Menurut (Collette dan Nauen, 1983) pada umumnya ukuran panjang ikan tenggiri mencapai 90 cm, namun ada juga yang mencapai panjang maksimal sebesar 220 cm. Ikan tenggiri pernah tercatat dengan berat mencapai 44,9 kg di Afrika Selatan pada tahun Di perairan Australia ukuran panjang matang gonad ikan tenggiri bisa mencapai 65 cm.

24 11 Menurut Saanin (1984) taksonomi ikan tenggiri diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Percomorphi Famili : Scombridae Genus : Scomberomorus Spesies : Scomberomorus commersonii Sumber: Gambar 2 Ikan tenggiri (Scomberomorus commersonii) Ikan tenggiri sebagai salah satu jenis hasil tangkapan utama dari jaring insang hanyut merupakan jenis ikan pelagis yang memiliki daerah penyebaran yang luas meliputi seluruh perairan Indonesia, perairan Indo-Pasifik, Teluk Benggala, Teluk Siam, Laut Cina Selatan. Ke Selatan sampai Perairan Panas Australia, ke Barat sampai Afrika Timur dan Ke utara sampai Jepang (Ditjen. Perikanan, 1990) (Gambar 3). Daerah penyebaran ikan tenggiri di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

25 12 Tabel 1 Daerah penyebaran ikan tenggiri (Scomberomorus spp.) No Perairan Daerah penyebaran Daerah penangkapan utama 1. Sumatera Seluruh perairan - Perairan Aceh bagian utara, Timur Sumatera Utara, sekitar Bengkalis. - Perairan Bangka Belitung. - Pantai Barat Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu dan Lampung. 2. Jawa dan Seluruh perairan - Seluruh pantai Utara Jawa dan Nusa Madura, Selatan Jawa Tengah, Tenggara Selatan Bali dan sekitarnya. 3. Kalimantan dan Sulawesi 4. Maluku dan Papua Sumber: Martosubroto et al, Pantai Pulau Timor bagian barat. Seluruh perairan - Hampir semua pantai Barat dan Selatan Kalimantan. - Perairan Teluk Palu, Sulawesi Selatan - Sebagian perairan Sulawesi Utara dan perairan sekitar pantai. Seluruh perairan - Sebagian Pantai Barat Halmahera. - Perairan Selatan Pulau Seram. - Hampir semua perairan Pantai Barat Pulau Papua Sumber: Gambar 3 Peta penyebaran ikan tenggiri (Scomberomorus commersonii) Ikan tongkol diklasifikasikan ke dalam famili Scombridae, genus Euthynnus, dan spesies Euthynnus affinis. Ikan tongkol masih tergolong pada ikan

26 13 Scombridae, bentuk tubuh seperti cerutu (fusiform) dengan kulit yang licin. Sirip dada melengkung, ujungnya lurus dan pangkalnya sangat kecil. Sirip-sirip punggung, dubur, perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut, Hal ini dapat memperkecil daya gesekan dari air pada waktu ikan tersebut berenang cepat. Pada belakang sirip punggung dan sirip dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecilkecil yang disebut finlet (Djuhanda, 1981). Klasifikasi ikan tongkol (Euthynnus affinis) menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Percomorphi Famili : Scombridae Genus : Euthynnus Spesies : Euthynnus affinis Sumber: Gambar 4 Ikan tongkol (Euthynnus affinis) Ikan tongkol merupakan predator yang rakus memakan berbagai ikan kecil, udang dan cepalopoda. Panjang cagak maksimum dapat mencapai 100 cm. Umumnya panjang cagak ikan tongkol hanya mencapai 60 cm. Di Samudera Hindia panjang cagak ikan tongkol pada usia 3 tahun bisa mencapai cm.

27 14 Panjang ikan tongkol ketika matang gonad bisa mencapai 40 cm di Perairan Philipina. Puncak musim pemijahan bervariasi, tergantung daerah seperti perairan Filipina terjadi pada bulan Maret-Mei, Perairan Afrika Timur pada pertengahan musim barat daya sampai permulaan musim tenggara atau Januari-Juli dan Perairan Indonesia diperkirakan pada bulan Agustus-Oktober (Collette dan Nauen, 1983). Menurut Saanin (1984) daerah-daerah Indonesia yang banyak terdapat ikan tongkol adalah Laut Maluku, Laut Sawu, Samudera Indonesia, sebelah Selatan Nusa Tenggara dan sebelah Barat Sumatera. Selain itu juga ikan tongkol menyebar dari Laut Merah, terus ke Laut India, Malaysia, Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan, Philipina dan perairan Utara Australia serta terdapat di laut daerah tropis dan daerah beriklim sedang (Djuhanda, 1981). Adapun daerah penyebaran ikan tongkol (Euthynnus affinnis) seperti terlihat pada Gambar 5 di bawah ini. Sumber: Gambar 5 Peta penyebaran ikan tongkol (Euthynnus affinis) 2.5 Ukuran Mata Jaring (Mesh Size) Pemakaian ukuran mata jaring untuk jaring insang biasanya disesuaikan dengan target ikan tujuan penangkapan, metode operasi, dan daerah penangkapan ikan. Ukuran mata jaring untuk jaring insang satu lembar yang paling baik adalah

28 15 keliling jaring (mesh perimeter) harus lebih besar dari keliling bagian akhir penutup insang (operculum) dan lebih kecil dari keliling tubuh maksimum (maximum body girth) dari ikan yang akan dijadikan target tangkapan (Martasuganda, 2002). Berdasarkan PERMEN No.08/MEN/2008 tentang penggunaan alat penangkapan ikan jaring insang (gillnet) di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia menetapkan ukuran mata jaring (mesh size) jaring insang hanyut (drift gill net) tidak kurang dari 10 (sepuluh) centimeter, panjang jaring tidak lebih dari (sepuluh ribu) meter dan lebar atau kedalaman jaring (mesh depth) tidak lebih dari 30 (tiga puluh) meter. Ukuran mata jaring erat hubungannya dengan ukuran ikan yang tertangkap secara terjerat. Ukuran mata jaring tertentu cenderung untuk menjerat ikan-ikan yang mempunyai panjang (fork length) tertentu pula (Mori, 1961 vide Mappamadeng, 1999). Menurut Ayodhyoa (1981) antara mesh size dari gillnet dan besar ikan yang terjerat terdapat hubungan yang erat sekali. Terdapat kecenderungan bahwa suatu mesh size mempunyai sifat untuk menjerat hanya pada ikan yang besarnya tertentu. Sehingga gillnet akan bersifat selektif terhadap besar ukuran dari hasil tangkapan yang diperoleh. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil tangkapan dengan jumlah yang besar pada suatu fishing ground, maka mesh size harus disesuaikan besarnya dengan besar badan ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Menurut Rounsefell dan Everhart (1960) vide Sunarya (1990) menyatakan bahwa ukuran dan jenis ikan yang tertangkap oleh gillnet bervariasi tergantung pada ukuran mata jaring yang digunakan dan dengan ukuran mata jaring tertentu ada kecenderungan hanya menangkap ikan yang mempunyai fork length, girth dan berat pada selang tertentu pula. Selanjutnya Manalu (2003) menambahkan, ukuran ikan yang tertangkap berhubungan erat dengan ukuran mata jaring, semakin besar ukuran mata jaring maka akan semakin besar pula ikan yang tertangkap. Penetapan ukuran mata jaring dapat berdasarkan pada ukuran jenis ikan yang dominan tertangkap. Jaring insang yang dioperasikan di Indonesia umumnya memiliki ukuran mata jaring yang berkisar antara 1,5-4 inci. Sukiyanto (1977) menyebutkan bahwa ukuran mata jaring 4.0 inci menghasilkan total tangkapan

29 16 paling besar dibandingkan ukuran mata jaring 3,5 inci dan 4,5 inci di Perairan Utara Tegal. Sedangkan Pramono (1987) menyatakan bahwa jaring insang dengan ukuran mata jaring 4,0 inci dan 4,5 inci menghasilkan total tangkapan ikan tongkol lebih besar dibandingkan dengan ukuran mata jaring 3,5 inci. Dari beberapa pendapat menyatakan bahwa semakin besar ukuran mata jaring, semakin besar pula ukuran panjang baku serta girth ikan tongkol yang tertangkap. Namun belum tentu semakin besar pula total hasil tangkapan yang didapatkan. Hal ini terlihat dari penelitian Sukiyanto (1977) yang menghasilkan total tangkapan lebih banyak pada ukuran mata jaring 4,0 inci dari pada 4,5 inci.

30 17 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli 2009 bertempat di PPN Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung (Lampiran 1). 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tangkap jaring insang (gillnet), hasil tangkapan jaring insang hanyut dengan ukuran mata jaring 3,5 dan 4 inci, penggaris dengan skala 100 cm, meteran dengan ketelitian 0,1 cm, timbangan, kamera, alat tulis, dan kuesioner. 3.3 Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan studi kasus yang digunakan adalah penggunaan ukuran mata jaring yang berbeda. Dari populasi alat tangkap jaring insang hanyut, diambil satu contoh kasus dari 8 alat tangkap yang didaratkan di PPN Tanjungpandan untuk dijadikan sampel. Hal ini disebabkan karena sebelum penelitian dimulai telah dilakukan pra survey pada bulan Oktober 2008 bahwa di tempat penelitian diketahui adanya homogenitas dari alat tangkap berupa ukuran alat tangkap, kapal yang digunakan, serta hasil tangkapan. Berdasarkan alasan tersebut peneliti menduga bahwa satu contoh kasus bisa mewakili populasi alat tangkap gillnet di Perairan Belitung. Pengumpulan data hasil tangkapan yang dijadikan sub sampel diambil sebanyak 20-25% dari total hasil tangkapan ikan tongkol dan tenggiri yang didaratkan per trip (Arikunto, 2002). Selama penelitian pada bulan Juli 2009 telah diambil sub sampel ikan tongkol sebanyak 64,89 kg dan ikan tenggiri sebanyak 61,3 kg dari 8 kali trip penangkapan. Untuk melakukan uji Anova digunakan data keliling maksimum ikan tongkol dan tenggiri yang tertangkap pada ukuran mata jaring 4 inci. Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung selama

31 18 penelitian yang diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan dan wawancara dengan nelayan. Data primer yang dikumpulkan antara lain : 1) Komposisi hasil tangkapan Meliputi identifikasi hasil tangkapan, berat (kilogram), jumlah (ekor), panjang cagak (fork length), keliling maksimum (maximum girth), dan lebar badan ikan. Fork length diukur mulai dari ujung kepala terdepan sampai dengan ujung bagian luar lekukan ekor. Maximum girth adalah keliling badan ikan yang mempunyai panjang tertinggi pada setiap ikan. Lebar badan Gambar 6 Pengukuran panjang cagak, keliling maksimum dan lebar badan ikan 2) Ukuran mata jaring (mesh size) Mesh size merupakan ukuran suatu mata jaring antar simpulnya yang direntangkan. Besarnya ukuran mata jaring (mesh size) dihitung dari 2 kali penambahan panjang kaki jaring (bar) (Martasuganda, 2008). Mesh perimeter adalah panjang keliling mata jaring dimana pengukurannya adalah dua kali dari ukuran mata jaring atau empat kali panjang bar.

32 19 Gambar 7 Pengukuran mata jaring (mesh size) 3) Musim dan daerah penangkapan. 4) Unit penangkapan ikan, meliputi dimensi jaring insang (PxL), bahan jaring, jumlah dan bahan untuk pelampung dan pemberat. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari penelusuran pustaka dari instansi terkait. Data sekunder yang didapatkan antara lain : 1) Geografi umum Kabupaten Belitung, 2) Keadaan umum perairan Belitung Barat, 3) Volume dan jumlah produksi perikanan, 4) Jumlah unit penangkapan, dan 5) Fasilitas pelabuhan perikanan. 3.4 Analisis Data Asumsi yang digunakan adalah sumberdaya ikan menyebar merata di setiap daerah penangkapan ikan dan kondisi lingkungan perairan untuk tiap perlakuan sama pada setiap saat Komposisi hasil tangkapan Dalam menganalisis komposisi hasil tangkapan dilakukan analisis deskriptif dan analisis regresi. Analisis deskriptif disajikan dalam bentuk grafik dan

33 20 dilakukan untuk mengetahui sebaran panjang ikan tongkol dan tenggiri pada ukuran mata jaring 3,5 dan 4 inci. Sedangkan analisis regresi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua peubah pengukuran yang saling mempengaruhi. Analisis Deskriptif dilakukan dengan cara sebagai berikut: Tentukan nilai n data, Tentukan log N, Tentukan tetapan konstanta yaitu: K= (3,3 log N) + 1 Tentukan lebar lebar kelas yaitu: nilai maksimum nilai minimum K Pengaruh perbedaan ukuran keliling maksimum Sebelum menganalisis analisis sidik ragam, data yang didapat terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan data untuk melihat apakah data menyebar normal atau tidak. Pengujian dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan software SPSS 12 (Statistical Products and Solution Services). Apabila data menyebar normal maka analisis data dapat dilakukan, tetapi apabila data tidak menyebar normal maka pengujian dilakukan menggunakan analisis non parametrik dengan Uji Tanda Wilcoxon (Walpole, 1995). Analisis yang digunakan adalah analisis ragam dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Walpole, 1995). Rancangan Acak Lengkap yang digunakan : Y ij = μ + τ i + ε ij Keterangan : - Y ij = Nilai hasil tangkapan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j - μ = Nilai tengah umum - τ i = Pengaruh perlakuan ke-i - ε ij = Galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j - i = 1,2 yaitu perlakuan 1 untuk ukuran MG (maximum body girth) ikan tenggiri dan perlakuan 2 untuk ukuran MG (maximum body girth) ikan tongkol. - j = 1,2,3,...n yaitu ulangan.

34 21 Asumsi : - τ i = perlakuan bersifat tetap - ε ij ~ N (0,σ²) artinya galat percobaan timbul secara acak menyebar bebas normal dengan nilai tengah 0 dan ragam σ² - ε ij bersifat bebas - Komponen μ, τ i dan ε ij bersifat aditif Hipotesis yang diuji : H 0 : τ 1 = τ 2 artinya tidak ada pengaruh perbedaan antara hasil tangkapan dengan perlakuan. H 1 : τ 1 τ 2 artinya terdapat pengaruh perbedaan antara hasil tangkapan dengan perlakuan. Dasar penggunaan Uji-F dengan menggunakan Anova yaitu : Bila F hitung > F tabel maka tolak H 0, artinya terdapat pengaruh perbedaan antara hasil tangkapan dengan perlakuan. Bila F hitung < F tabel maka gagal tolak H 0 artinya tidak ada pengaruh perbedaan antara hasil tangkapan dengan perlakuan. tidak ada perbedaan yang nyata antara hasil tangkapan dengan perlakuan. Apabila dari hasil Uji-F didapatkan hasil F hitung > F tabel maka uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dapat dilakukan. Nilai BNT dapat diperoleh dengan rumus: BNT = t α/2, dbs 2KTS n Hipotesis yang diuji dalam uji BNT : H 0 : τ 1 = τ 2 artinya kedua perlakuan mempunyai nilai tidak berbeda nyata H 1 : τ 1 τ 2 artinya kedua perlakuan mempunyai nilai yang berbeda nyata Dengan penggunaan uji BNT yaitu : Bila ŷ 1- ŷ 2 > BNT maka tolak H 0 yang berarti kedua perlakuan mempunyai nilai yang berbeda nyata Bila ŷ1-ŷ2 < BNT maka gagal tolak H 0 yang berarti kedua perlakuan mempunyai nilai tidak berbeda nyata

35 22 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Belitung Keadaan geografi dan topografi Kabupaten Belitung adalah bagian dari wilayah provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 98 buah pulau besar dan kecil. Secara administratif, wilayah kabupaten Belitung terdiri atas lima kecamatan yaitu Kecamatan Membalong, Tanjungpandan, Badau, Sijuk, dan Selat Nasik. Luas wilayah daratan kabupaten Belitung mencapai 2.293,69 km 2 dengan panjang garis pantai 195 Km. Tabel 2 Luas Daerah Kabupaten Belitung No. Kecamatan Luas (km 2 ) % 1. Membalong 909,55 39,65 2. Tanjungpandan 378,45 16,50 3. Badau 458,20 19,95 4. Sijuk 413,99 18,05 5. Selat Nasik 133,50 5,82 TOTAL 2.293,69 100,00 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008b urut Kecaan : Secara astronomi, kabupaten Belitung terletak diantara 107 o 08 BT 107 o 58,5 BT dan 02 o 30 LS 03 o 15 LS dengan batas wilayah sebagai berikut: 1) Sebelah utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan; 2) Sebelah timur berbatasan dengan Selat Karimata; 3) Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa; dan 4) Sebelah barat berbatasan dengan Selat Gaspar. Kabupaten Belitung dengan luas seluruhnya mencapai ha atau kurang lebih 2.293,69 km 2 mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan bulanan pada tahun 2006 antara 3,3 mm sampai 691,6 mm dengan jumlah hari hujan antara 1 hari sampai 30 hari setiap bulannya. Curah hujan tertinggi pada tahun 2006 terjadi pada bulan Desember yang mencapai 691,6 mm. Rata-rata temperatur udara pada tahun 2006 bervariasi antara 24,0 C sampai 27,9

36 23 o C dengan kelembaban udaranya bervariasi antara 81% sampai 92%, dan tekanan udara antara 1009,1 mb sampai dengan 1011,8 mb. Pada umumnya kondisi topografi Pulau Belitung adalah bergelombang dan berbukit bukit. Daerah yang paling tinggi yaitu Gunung Tajam dengan ketinggian ± 510 meter dari permukaan laut. Permukaan tanah umumnya didominasi oleh kwarsa dan pasir, batuan alluvial, dan batuan granit. Untuk daerah hilir (pantai) terdiri atas beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yakni: - Sebelah utara oleh DAS Buding, - Sebelah selatan oleh DAS Pala dan Kembiri, dan - Sebelah barat oleh DAS Brang dan Cerucuk Kondisi umum perairan Perairan Belitung terdiri dari laut, pantai, dan perairan umum (kolong, rawa-rawa, sungai). Perairan laut di sekitar perairan Belitung umumnya tidak terlalu dalam, berkisar antara meter, sedangkan yang agak jauh mencapai meter dengan dasar laut umumnya berpasir, berlumpur dan berbatu karang. Daerah pantai Pulau Belitung umumnya landai dan berpasir. Di pesisir pantai terdapat hutan bakau yang lebat. Hampir semua desa di Belitung dilalui oleh sungai besar atau kecil, sungai-sungai yang tergolong besar mempunyai peranan penting dalam kegiatan perikanan dan perhubungan, seperti: Sungai Cerucuk, Berang, dan Buding. 4.2 Keadaan Umum Perikanan Kegiatan umum usaha perikanan Sektor perikanan merupakan mata pencaharian yang sangat dikenal dan banyak dilakukan oleh masyarakat terutama perikanan tangkap. Sistem penangkapannya juga sudah berkembang dari pancing, sero, jaring, bubu, bagan hingga dengan perahu motor mencapai 15 GT. Pada tahun 2007 sebanyak orang penduduk kabupaten Belitung merupakan nelayan. Kegiatan usaha perikanan pada umumnya tercakup pada sektor perikanan tangkap, budidaya dan pengolahan. Kegiatan perikanan tangkap ini merupakan

37 24 sektor dominan di kabupaten Belitung. Hal ini disebabkan sebagian besar hasil tangkapan yang diperoleh nelayan dijual kepada perusahaan pengolahan untuk memenuhi kebutuhan ekspor dan menjadi salah satu nilai tambah devisa pemerintah untuk meningkatkan pendapatan daerah. Daerah penangkapan ikan di laut dilakukan di sekitar Pulau Belitung yaitu di perairan Selat Gaspar, Selat Nasik, Laut Natuna dan bahkan Laut Jawa. Sektor perikanan budidaya dan pengolahan mulai dikembangkan secara lebih terfokus diatas tahun Sektor budidaya ini dibedakan menjadi tiga yaitu budidaya air laut, air payau dan air tawar. Budidaya ikan air laut dikembangkan secara semi intensif sejak teknologi budidaya ikan kerapu mulai dikembangkan. Usaha budidaya ikan air laut diantaranya ikan kerapu (Epinephelus sp.), Napoleon (Cheilinus undulatus) dan udang windu (Penaeus monodon). Budidaya air tawar mulai diperkenalkan sejak beberapa tahun terakhir ini dengan dibangunnya Balai Benih Ikan (BBI) Lokal Membalong dan beberapa Unit Pembenihan Rakyat sejak tahun Usaha budidaya ikan air tawar diantaranya ikan nila (Orheochromis niloticus), lele (Clarias batracus), bawal (Stromateus sp.), patin (Pangasius pangasius), mas (Cyprinus carpio), gurame (Osphronemus gouramy) dan gabus (Channa striatus). Bidang pengolahan ikan pada sektor perikanan sangat beragam sifatnya. Usaha pengolahan hasil perikanan banyak dilakukan oleh masyarakat nelayan di pinggir pantai. Pada umumnya pengolahannya bersifat tradisional dan berskala rumah tangga (home industry) dengan jenis pengolahannya seperti ikan asin, kerupuk, abon ikan, bakso ikan, dan terasi. Ada juga usaha pengolahan yang bersifat skala menengah atau semi modern yaitu dari ikan segar menjadi hasil setengah jadi seperti fillet ikan, daging kepiting, dan pembekuan ikan. Pengolahan ini memanfaatkan fasilitas cold storage yang berskala besar dan dilakukan oleh perusahaan berbadan hukum dengan tujuan untuk luar daerah maupun ekspor. Untuk saat ini sektor pengolahan didukung dengan dibangunnya Unit Pengolahan Perikanan Tanjung Binga yang terletak di desa Tanjung Binga. Pengembangan unit pengolahan ini mulai beroperasi sejak Bulan Mei Produk yang dihasilkan berupa nugget ikan yang sebagian besar

38 25 masih dipergunakan sebagai bahan promosi. produk bakso ikan dan kaki naga. Selain itu dikembangkan pula Tabel 3 Luas Potensi Untuk Budidaya di Kabupaten Belitung No. Uraian Lokasi Budidaya Air Laut Budidaya Air Payau Budidaya Air Tawar Selat Nasik 1. Selat Nasik (antara Pulau Batu Dinding dan Pulau Mendanau) Luas (ha) Pulau Nado Pulau Sebongkok 20 Badau 1. Pulau Rengit Pulau Ru Pulau Bentang Pulau Bagu 20 Sijuk 1. Pulau Pemulut Pulau Pembalih (Pulau Bulu) 20 Kabupaten Belitung Kabupaten Belitung 150 Total Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008b Komoditas Ikan kerapu sunu, kerapu macan, kerapu bebek dan napoleon Ikan kerapu sunu, kerapu macan, kerapu bebek, dan napoleon Ikan kerapu sunu, kerapu macan, kerapu bebek, dan napoleon Kepiting, udang dan bandeng Ikan lele, mas, patin, gurame, nila dan gabus Sarana penangkapan ikan Sarana penangkapan adalah alat yang digunakan untuk kegiatan penangkapan ikan. Sarana yang digunakan adalah kapal perikanan, alat tangkap, dan alat bantu. Kapal yang digunakan dalam kegiatan penangkapan ikan di perairan Belitung umumnya berjenis motor tempel. Perkembangan jumlah kapal yang ada di wilayah Kabupaten Belitung dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :

39 26 Tabel 4 Perkembangan jumlah armada kapal enam tahun terakhir No Ukuran Tahun kapal motor penangkap < 5 GT GT >10 GT Jumlah Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008b Tabel 4 menunjukkan penurunan jumlah perahu dengan ukuran < 5 GT. Hal ini disebabkan beralihnya pengusaha perahu atau nelayan pemilik untuk menaikkan ukuran tonnase kapal lebih tinggi menjadi 5-10 GT. Dengan harapan lebih jauh dan luas lagi jangkauan daerah penangkapan ikan. Tabel 5 Jumlah Alat Tangkap menurut Jenis Alat Tangkap pada Tiap Kecamatan di Kabupaten Belitung pada Tahun 2008 No Kecamatan Jenis Alat Memba Tanjung Selat Tangkap Badau Sijuk long pandan Nasik Jumlah 1 Sodo/Sungkur Bubu ikan Sero Jaring kepiting Tangkur/Pentor Bubu kepiting Bagan tancap Bagan perahu Muroami Payang Pukat tepi Pukat udang Gillnet hanyut Pancing Ancau Lainnya Jumlah Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008b Alat tangkap ikan yang umum dioperasikan di wilayah perairan Belitung adalah pancing, jaring kepiting, bubu ikan, bubu kepiting, pukat tepi, tangkur

40 27 (pentor), pukat udang, bagan perahu, dan alat tangkap lainnya. Gillnet hanyut lebih banyak dioperasikan di perairan Selat Nasik sebanyak 55 buah (Tabel 5). 4.3 Produksi Perikanan Produksi hasil perikanan di kecamatan Tanjungpandan berasal dari hasil tangkapan nelayan-nelayan yang mengoperasikan kapal atau perahu di sekitar perairan Belitung. Berikut ini disajikan Tabel 6 jumlah produksi ikan basah di Kecamatan Tanjungpandan. Tabel 6 Jumlah Produksi Ikan Basah di Kecamatan Tanjungpandan No Jenis Ikan Produksi (ton)/tahun % kenaikan 1 Kwee 234,58 244,72 4,32 2 Kakap merah 633,87 646,47 1,99 3 Manyung 426,21 444,99 4,41 4 Hiu 34,71 38,67 11,41 5 Kurisi 1018, ,56 1,12 6 Cucut 203,58 209,12 2,72 7 Pari 148,02 165,22 11,62 8 Bawal 21,43 29,84 39,24 9 Selar kuning 125,47 139,80 11,42 10 Tembang 146,57 157,07 7,16 11 Selar hijau 161,34 173,58 7,59 12 Belanak 11,36 18,92 66,55 13 Ilak 33,25 44,74 34,56 14 Lencam 221,11 229,62 3,85 15 Kerapu 144,01 158,24 9,88 16 Napoleon 46,67 54,02 15,75 17 Kembung 372,86 388,25 4,13 18 Tenggiri 280,19 296,04 5,66 19 Tongkol 27,79 46,13 65,99 20 Teri 170,72 177,61 4,04 21 Julung-julung 15,88 20,28 27,71 22 Ekor kuning 1003, ,16 1,51 23 Seminyak 94,30 107,70 14,21 24 Selar 12,90 27,66 114,42 25 Udang 31,41 40,75 29,74 26 Cumi-cumi 63,50 71,48 12,57 27 Kepiting/rajungan 13,99 19,52 39,53 28 Lain-lain 937,02 954,23 1,84 29 Pisang-pisang - 125,55 - Jumlah 6.634, ,94 6,69 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008b

41 28 Jenis ikan dominan yang tertangkap antara lain: kurisi, ekor kuning, kakap merah, manyung, kembung, tenggiri, lencam, kwee, dan cucut. Pada tahun 2007, ikan tenggiri dan tongkol memberikan kontribusi sebesar 4,22% dan 0,42%, sedangkan pada tahun 2008, ikan tenggiri dan tongkol memberikan kontibusi sebesar 4,18% dan 0,65% dari total jumlah produksi ikan basah di Kecamatan Tanjungpandan (Tabel 6). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung (2008), kondisi produksi perikanan kabupaten Belitung disajikan pada Tabel 7 berikut ini: Tabel 7 Produksi Perikanan di Kabupaten Belitung No Kegiatan / Tahun Produksi perikanan tangkap Produksi perikanan budidaya Tahun (ton) ,25 6,31 11,55 24,32 3. Kegiatan ekspor Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2009 Tabel 7 menunjukkan bahwa produksi perikanan tangkap semakin meningkat pada tahun 2008 mencapai ton. Peningkatan produksi perikanan tangkap ini sangat dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah nelayan dan adanya sarana seperti dermaga tambat labuh, pabrik es, cold storage, galangan kapal serta prasarana penangkapan seperti jumlah perahu, kapal penangkap, kapal pengangkut, dan alat tangkap yang digunakan. Selain itu adanya kemudahan memperoleh BBM dan modal bahan makanan bagi nelayan adalah kunci utama untuk menunjang nelayan melaut setiap harinya, meningkatnya aktivitas di PPN dan PPI serta tersedianya jaringan pemasaran merupakan penunjang jaring-jaring usaha perikanan.

42 29 Tabel 8 Produksi Hasil Perikanan di Kabupaten Belitung tahun 2008 No Produksi Tahun (Ton) Ikan laut , , , , ,47 2 Ikan budidaya 3,00 3,25 6,31 11,55 24,32 3 Udang 1.331, , , , ,26 4 Rajungan 2.740, , , , ,02 5 Teripang 180,64 180,64 163,68 164,88 179,04 6 Cumi-cumi 1.669, , , , ,31 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan, 2008b Tabel 8 memperlihatkan bahwa produksi hasil perikanan terutama dari ikan laut menunjukkan peningkatan. Peningkatan yang lebih besar terjadi pada tahun 2004 dan Hal ini disebabkan Kabupaten Belitung masih bersatu dengan Kabupaten Belitung Timur. Sehingga setelah terjadi pemekaran wilayah pada tahun 2005, nilai produksi hasil perikanan pada tahun 2006 mulai menurun di Kabupaten Belitung. Namun secara statistik dari tahun terjadi peningkatan produksi hasil perikanan yang signifikan seperti dapat dilihat pada Tabel 8. Peningkatan produksi perikanan budidaya yang sangat signifikan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ada peran serta aktif pembudidaya baik budidaya ikan air tawar maupun ikan air laut, mudah memperoleh sarana dan prasarana produksi ikan (bibit, pakan, vitamin, obat-obatan, dan teknologi) serta sistem pemasaran yang sudah sangat baik. Hal ini tidak terlepas juga dari peran serta Dinas Kelautan dan Perikanan melalui pembinaan langsung ke lapangan seperti bimtek perikanan dan bantuan modal usaha. Kegiatan ekspor yang dilakukan oleh pelaku usaha perikanan tiap tahun menunjukkan hasil yang meningkat. Hal ini seiring dengan meningkatnya permintaan pasar ditempat tujuan ekspor, yaitu Singapura. Ekspor ikan ke Singapura dilakukan oleh lima perusahaan ikan yang ada di Kabupaten Belitung yaitu CV. Wadah Lautan Makmur, PT. Nelayan Mitra Mandiri, CV. Laut Jaya, PT. Eka Lancar Mandiri, dan PT. Serikat Indo Makmur. Kelima perusahaan tersebut melakukan ekspor ke Singapura karena memiliki izin dan pasar disana. Sedangkan untuk perusahaan ikan dan pengusaha perorangan skala menengah biasa mengirim ikan ke Jakarta atau Bangka. Pada tahun 2008 terjadi penurunan

43 30 ekspor ikan dari 856 ton tahun 2007 menjadi 696 ton tahun 2008, hal ini disebabkan turunnya permintaan ikan dari Singapura untuk beberapa komoditas karena adanya isu pemakaian formalin pada ikan. 4.4 Pemasaran Hasil Tangkapan Sistem pemasaran hasil tangkapan yang dilakukan di PPN Tanjungpandan berbeda dengan pelabuhan lainnya yaitu tanpa melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Mekanisme pendistribusian ikan hasil tangkapan hingga ke konsumen melalui pengumpul ikan, pedagang besar, perusahan pengolahan, dan pengecer. Berikut saluran distribusi pemasaran hasil tangkapan di PPN Tanjungpandan. Nelayan Konsumen Pengumpul ikan Perusahaan pengolahan Pedagang Pengecer Pedagang besar Pengecer Konsumen Konsumen Konsumen Gambar 8 Diagram saluran distribusi pemasaran hasil tangkapan di PPN Tanjungpandan Ada dua cara pendistribusian hasil tangkapan nelayan jaring insang di PPN Tanjungpandan, yaitu melalui pengumpul ikan atau langsung kepada konsumen. Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan hingga mencapai konsumen sebagian

44 31 besar dijual melalui pengumpul ikan dengan adanya kesepakatan harga antara nelayan dan pengumpul. Pengumpul ikan kemudian menjual lagi ikan tersebut kepada perusahaan pengolahan untuk diolah menjadi fillet ikan atau ikan beku untuk tujuan ekspor atau antarlokal melalui pedagang besar. Pedagang besar kemudian langsung menjual ikan olahan tersebut kepada konsumen. Selain itu pengumpul juga menjual ikan hasil tangkapan kepada pedagang di pasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagian besar ada juga pengecer yang membeli ikan dari pedagang di pasar atau bahkan langsung dari pengumpul ikan untuk dijual kepada konsumen. 4.5 Sarana dan Prasarana Perikanan Berdasarkan Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan, Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjungpandan bertugas melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya, pengawasan pemanfaatan sumberdaya ikan untuk pelestariannya, dan kelancaran kegiatan kapal perikanan, serta pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan. Hal ini juga sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Per. 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan. Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batasbatas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjungpandan antara lain :

45 32 1) Fasilitas pokok Terdiri dari alur pelayaran, kolam pelabuhan, jetty, turap/revetment, jalan komplek, areal pelabuhan dan tanah perumahan. 2) Fasilitas fungsional Terdiri dari pabrik es, gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI), gudang pengepakan, reservoir (bak air), menara air, sumur, jaringan air, pengolahan air, tangki BBM, kios BBM, bengkel, dok (slipway), rumah mesin derek, balai pertemuan nelayan, gudang pendingin, menara navigasi, shelter nelayan, drainase, gardu PLN, jaringan listrik dan lampu jalan, pos jaga, kantor administrasi, Pos Pelayanan Terpadu, area parkir, gudang peralatan, showroom produk hasil perikanan, gudang penumpukan, dan gudang es. 3) Fasilitas penunjang Terdiri dari rumah dinas, mess operator, MCK, alat-alat komunikasi, kendaraan dinas, gerobak motor dan motor roda dua. Adapun seluruh fasilitas yang tersedia di PPN Tanjungpandan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 7. Pada tahun 2007 terjadi penurunan pendapatan di pelelangan, disebabkan banyaknya nelayan menjual ikan langsung ke perusahaan ikan tanpa melalui pelelangan. Selain itu retribusi pelelangan juga menurun sangat besar dikarenakan pada Bulan Mei 2008 Koperasi Nelayan Sejahtera tidak dapat menyelenggarakan pelelangan. Hal ini disebabkan koperasi tidak dapat memberikan ransum kepada anggotanya untuk melaut sehingga hampir semua anggota koperasi tersebut bermitra dengan perusahaan perikanan atau pengumpul ikan yang menyiapkan bahan makanan serta menampung ikan hasil tangkapan. Pada jasa tambat labuh juga terjadi penurunan penerimaan akibat belum beroperasinya semua tambat labuh milik Dinas Kelautan dan Perikanan Tanjungpandan. Sehingga penerimaan tambat labuh hanya diperoleh dari retribusi tambat labuh di PPI Selat Nasik. Selain itu pemanfaatan tambat labuh juga lebih banyak dimanfaatkan oleh nelayan kecil dengan ukuran kapal 0,5-1 GT. Sedangkan untuk pabrik es, pada tahun 2008 fasilitas ini sudah tidak beroperasi lagi akibat adanya kegiatan rehab dan penggantian mesin pembuat es baru.

46 33 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal yang digunakan merupakan sarana untuk mengangkut nelayan beserta alat tangkap ke daerah penangkapan ikan. Kapal yang biasa digunakan oleh nelayan berjenis perahu motor tempel berbahan kayu dengan ukuran 3-5 GT. Dimensi perahu ( p x l x d ) biasanya berukuran 12 m x 2,2 m x 1,2 m dan menggunakan mesin kapal merk dzan dong yang berbahan bakar solar. Kapal ini membutuhkan kurang lebih 60 liter solar untuk pulang pergi dari fishing base - fishing ground dalam setiap tripnya. Perhitungan satu trip operasi penangkapan dapat berlangsung antara satu sampai tiga hari, tergantung dari jumlah hasil tangkapan yang diperoleh. 2) Alat tangkap drift gillnet Alat tangkap drift gillnet terdiri dari pelampung, badan jaring, tali ris, dan pemberat (kaki). a. Pelampung Pelampung dibedakan menjadi dua, yaitu pelampung utama dan pelampung tanda. Pelampung utama terbuat dari bahan plastik berbentuk bulat terletak paling ujung dari badan jaring dengan panjang tali pelampung sekitar 3 meter. Biasanya terdapat bendera yang diikatkan pada bagian ujung dari tali jaring yang mencirikan nelayan pemilik jaring. Sedangkan pelampung tanda terbuat dari bahan plastik (polyvinylchorid /PVC) berwarna putih dengan bentuk lonjong dan diameter 20 cm. Pelampung tanda ini berfungsi untuk menandakan adanya suatu alat tangkap yang sedang beroperasi. Pelampung ini diikatkan pada tali ris atas dengan jarak antara pelampung 10 depa dengan jumlah pelampung tanda untuk masing-masing piece sebanyak 3-4 buah. b. Badan jaring Badan jaring terbuat dari benang nylon multifilament (polyamid / PA) berwarna hijau kebiru-biruan dan biasa disebut nylon Thailand. Ukuran mata jaring yang digunakan adalah 3,5 dan 4 inci. Ukuran diameter benang yang biasa

47 34 digunakan adalah nomor 15 dan 18. Ukuran benang nomor 15 digunakan pada ukuran mata jaring 3,5 inci sejumlah 6 piece dan ukuran benang nomor 18 digunakan pada ukuran mata jaring 4 inci sejumlah 44 piece. Jumlah piece dalam satu badan jaring mencapai 50 piece dengan panjang satu piece sebesar 49,5 meter. Ukuran panjang horizontal dalam satu unit jaring sebesar meter dan lebar kearah vertikal sebesar 16,5 meter. Badan jaring ini berfungsi untuk menjerat ikan dengan cara menghadang arah gerak ruaya ikan yang berenang. c. Tali ris Tali ris yang digunakan hanya tali ris atas saja tanpa menggunakan tali ris bawah. Tali ini terbuat dari bahan tali plastik (polyethylene / PE) yang berdiameter 6 mm dan berfungsi sebagai tempat untuk menggantungkan jaring dan mengikat tali pelampung tanda. d. Pemberat (kaki) Pemberat merupakan bagian dari badan jaring yang letaknya di bawah badan jaring dan biasa disebut kaki jaring. Ukuran panjang vertikal kaki jaring ini sekitar 1,5 meter. Kaki pemberat terbuat dari bahan alami yaitu Saran dengan ukuran diameter benang lebih besar dan lebih berat dari pada badan jaring. 3) Nelayan Jumlah nelayan atau tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pengoperasian drift gillnet sebanyak 3 orang. Adapun pembagian kerja masing-masing nelayan adalah: a) Satu orang nahkoda sebagai juru mudi yang bertugas mengemudikan kapal dan menentukan daerah penangkapan ikan serta menentukan posisi jaring ketika akan dipasang. b) Satu orang bertugas membuang dan menarik pelampung tanda serta tali ris. c) Satu orang bertugas membuang dan menarik badan serta kaki jaring dan melepaskan hasil tangkapan dari jaring Metode pengoperasian alat tangkap drift gillnet Pengoperasian drift gillnet umumnya dilakukan pada malam hari dengan diawali oleh persiapan sebelum keberangkatan. Persiapannya meliputi penyediaan

48 35 bahan bakar, es, bahan makanan serta pengecekan peralatan yang akan digunakan selama operasi penangkapan. Persiapan sebelum keberangkatan selama kurang lebih dua jam. Perjalanan menuju daerah penangkapan ikan (fishing ground) memakan waktu sekitar 3-4 jam tergantung lokasi penangkapan yang dituju. Daerah operasi penangkapan yang dituju ditentukan oleh juru mudi. Sesampainya di lokasi penangkapan, maka nelayan mulai melakukan setting, yaitu menebar jaring dengan cara memotong arah arus untuk tujuan menghadang arah gerak ikan yang berenang. Setting dilakukan antara pukul atau menjelang matahari terbenam. Waktu ini diperkirakan adalah waktu yang baik untuk menebar jaring. Penebaran jaring dilakukan oleh dua orang nelayan, satu orang nelayan melempar pelampung tanda, dan satu orang lagi menebar jaring. Penebaran jaring diawali dengan pelemparan pelampung utama kemudian penebaran badan jaring serta penurunan tali ris atas secara bersamaan agar jaring yang diturunkan terentang dan tidak menggulung di dalam air. Setelah pemasangan jaring selesai, tali selambar diikatkan pada perahu agar jaring tidak hanyut menjauhi perahu. Setelah proses setting selesai, maka jaring dibiarkan hanyut selama 7 sampai 8 jam sebelum dilakukan hauling. Selama jaring berada di dalam air, nelayan memanfaatkan waktu untuk beristirahat, namun adapula yang memanfaatkan waktu tersebut untuk memancing guna menambah penghasilan. Setelah beberapa jam jaring dihanyutkan dan diduga ikan telah terjerat oleh jaring, maka dilakukan hauling. Hauling dilakukan oleh tiga orang nelayan, satu orang menarik tali ris atas dan pelampung serta satu orang lagi menarik badan jaring dan melepaskan hasil tangkapan. Proses hauling memerlukan waktu antara 2 sampai 3 jam, tegantung dari banyaknya ikan yang tertangkap. Biasanya dalam satu trip hanya sekali dilakukan setting dan hauling. Setelah hauling dilakukan maka perahu diberangkatkan menuju fishing base. Ikan-ikan hasil tangkapan dikumpulkan dalam wadah berupa fiber yang telah terisi es. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesegaran ikan.

49 Daerah dan musim penangkapan Daerah penangkapan ikan drift gillnet di perairan Belitung terdiri dari beberapa daerah penangkapan. Biasanya pada musim barat, nelayan menangkap ikan di daerah perairan Belitung Timur dengan jarak tempuh antara 5 20 mil. Adapun lokasi penangkapan ikan seperti perairan pulau Dua (Mentigi), pulau Ketapang, Tanjung Kelumpang, pulau Nepi dan sekitarnya. Pemilihan daerah ini dilakukan untuk menghindari angin yang datang dari arah barat karena daerah tersebut terlindungi. Ketika musim timur, nelayan menangkap ikan di sekitar perairan Belitung dengan jarak tempuh 20 mil dari fishing base (PPN Tanjungpandan). Lokasi penangkapan ikan meliputi perairan Selat Nasik, Tanjung Tinggi, perairan Sungai Padang dan sekitarnya. Berdasarkan pengalaman nelayan, penentuan daerah penangkapan ikan ini ditandai oleh: (1) warna perairan lebih gelap dibandingkan perairan sekitarnya; (2) banyak burung beterbangan dan menukik-nukik ke permukaan air; dan (3) banyak buih di permukaan air. Musim yang terjadi di perairan Belitung dibedakan menjadi tiga, yaitu musim barat, musim timur dan musim pancaroba. Musim barat ditandai oleh besarnya gelombang di perairan, angin kencang dan biasanya terjadi sekitar bulan November hingga Februari. Musim timur biasanya ditandai oleh angin dan ombak tidak terlalu besar dan terjadi pada bulan April hingga September. Sedangkan musim pancaroba atau disebut juga musim peralihan adalah musim yang terjadi antara musim barat ke musim timur atau sebaliknya. Musim ini ditandai oleh keadaan perairan yang tidak menentu, kadang perairan bergelombang besar atau perairan tenang Kondisi penangkapan ikan tongkol dan tenggiri Kondisi penangkapan ikan tongkol dan tenggiri di perairan Belitung dapat dikatakan menjadi salah satu prioritas utama dalam kegiatan penangkapan ikan. Hal ini dipengaruhi oleh armada penangkapan yang disesuaikan untuk menangkap ikan tongkol dan tenggiri yaitu pada armada gillnet. Keuntungan yang didapat dari upaya penangkapan ini adalah permintaan pasar yang sangat tinggi.

50 37 Secara umum permintaan ikan tongkol dan tenggiri berasal dari pabrikpabrik pengolahan ikan yang biasa memasarkan ke luar daerah atau ekspor dan para penampung atau pengumpul ikan laut konsumsi yang akan memasarkan ke pasar lokal. Semakin tinggi permintaan pasar terhadap ikan tenggiri dan tongkol menyebabkan tingginya tingkat pemanfaatan ikan tongkol dan tenggiri. Namun terkadang semakin tinggi penangkapan ikan tersebut bisa menyebabkan harga dipasaran menurun terutama ketika musim ikan. Selain itu kurangnya penanganan olahan ikan oleh nelayan kecil juga menyebabkan harga ikan turun. Hal ini juga berdampak langsung pada kesejahteraan nelayan. Perkembangan penangkapan ikan tongkol dan tenggiri yang memiliki nilai ekonomis yang relatif tinggi, belum dapat menciptakan kesejahteraan bagi keseluruhan nelayan. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengelolaan yang mampu menyelesaikan masalah ekonomi terutama setelah naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). Adapun masalah yang terjadi diantaranya adalah : a. Kurangnya koordinasi dari Dinas Kelautan dan Perikanan serta pihak Pelabuhan setempat untuk meningkatkan pemanfaatan fasilitas di pelabuhan yang ada sesuai fungsinya seperti Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan Koperasi Nelayan Sejahtera. b. Sulitnya pinjaman bantuan kepada nelayan untuk modal usaha akibat tidak beroperasinya Koperasi Nelayan Sejahtera. Sehingga para nelayan meminjam uang untuk kebutuhan operasional melaut kepada pihak pengumpul ikan. Akibat transaksi ini nelayan terpaksa menjual ikan hasil tangkapan langsung kepada pihak pengumpul tanpa melalui Tempat Pelelangan Ikan. c. Produksi ikan cenderung menurun tiap tahunnya, sementara itu biaya operasional cenderung meningkat. Hal ini terjadi karena semakin jauhnya daerah operasi penangkapan ikan sehingga membutuhkan dana operasional yang lebih besar lagi, terlebih akibat naiknya harga bahan bakar minyak.

51 Komposisi hasil tangkapan jaring insang hanyut (drift gillnet) Data hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPN Tanjungpandan selama penelitian mencapai 884 kg. Data ini dihasilkan dari alat tangkap jaring insang dengan jumlah satu unit mencapai 50 piece dan dilakukan sebanyak 8 kali trip. Hasil tangkapan tersebut dikelompokkan menjadi hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Hasil tangkapan utama adalah ikan tongkol (Euthynnus affinnis) dan tenggiri (Scomberomorus commersonii) dengan bobot 475 kg (53,73%) dan 241 kg (27,26%). Sedangkan hasil tangkapan sampingan adalah ikan hiu (Carcharias menissorah) dengan bobot sebesar 77 kg (8,71%), tetengkek (Megalaspis cordyla) 21 kg (2,38%), layaran (Istiophorus oriental) 56 kg (6,33%), cucut (Carcharias sp.) 7 kg (0,79%), pedang (Xiphias gladius) 5 kg (0,57%), dan manyung (Arius thalassinus) 2 kg (0,23%). Komposisi persentase hasil tangkapan dapat dilihat pada Gambar 9. 9% 27% 2% 6%1% 1% 0% 54% tongkol tenggiri hiu tetengkek layaran cucut pedang manyung Gambar 9 Komposisi hasil tangkapan jaring insang Jumlah total hasil tangkapan ikan tenggiri selama penelitian sebanyak 241 kg, dan diambil sebesar 61,3 kg atau 35 ekor ikan untuk dijadikan sub sampel. Dari hasil pengukuran sampel tersebut terdapat ukuran panjang ikan berkisar 37-93,5 cm dengan bobot berat berkisar 0,5-4,3 kg. Sebaran ikan tenggiri lebih banyak berada pada ukuran panjang cm. Frekuensi panjang tertinggi

52 39 berada pada selang kelas sebanyak 12 ekor dan terendah pada selang kelas sebanyak 1 ekor (Gambar 10). frekuensi (ekor) Ikan tidak layak tangkap 27 ekor Lm = selang panjang (cm) 2 Ikan layak tangkap 8 ekor 0 1 Gambar 10 Sebaran frekuensi panjang distribusi ikan tenggiri Berdasarkan pengukuran hasil tangkapan dari 35 sampel ikan tenggiri terdapat 5 ekor ikan yang mempunyai keliling maksimum berkisar 16-18,5 cm dengan panjang cagak sebesar cm. Selain itu terdapat 30 ekor yang mempunyai ukuran keliling maksimum 20,5 39 cm dengan panjang cagak sebesar 48-93,5 cm memiliki nilai persamaan y = 0,3917x + 1,0304 yang menunjukkan kecenderungan meningkat (Gambar 11). Hal ini dapat dijelaskan bahwa, setiap penambahan panjang ikan sebesar 1 cm terjadi peningkatan ukuran keliling maksimum sebesar 0,3917 cm.

53 40 maximum body girth (cm) y = 0,3917x + 1,0304 R² = 0, Panjang (cm) Gambar 11 Hubungan keliling maksimum dengan panjang ikan tenggiri pada ukuran mata jaring 4 inci Jumlah total hasil tangkapan ikan tongkol selama penelitian sebanyak 475 kg, dan diambil sebesar 64,89 kg atau 38 ekor ikan untuk dijadikan sub sampel. Dari hasil pengukuran sampel tersebut terdapat ukuran panjang ikan berkisar 33,5-55,5 cm dengan bobot berat antara 0,9-2,5 kg. Frekuensi panjang tertinggi berada pada selang kelas kg sebanyak 15 ekor dan terendah berada pada selang kelas dan sebanyak 1 ekor (Gambar 12). frekuensi (ekor) Ikan tidak layak tangkap 3 ekor 1 2 Lm = selang panjang (cm) Ikan layak tangkap 35 ekor 2 1 Gambar 12 Sebaran frekuensi panjang distribusi ikan tongkol

54 41 Gambar 12 menunjukkan bahwa hasil tangkapan tersebut menyebar pada ukuran panjang sebesar 33,5-55,5 cm. Ukuran ini bisa dikatakan hampir seragam karena terkait dengan sifat ikan tongkol yang hidup secara bergerombol (schooling). Sehingga memungkinkan tertangkapnya ukuran ikan yang hampir seragam dengan ukuran panjang yang dominan berada pada selang panjang antara cm. Berdasarkan pengukuran hasil tangkapan dari 38 sampel ikan tongkol terdapat sebanyak 37 ekor mempunyai keliling maksimum berkisar cm dengan panjang cagak 39,5 55,5 cm dan satu ekor yang memiliki keliling maksimum sebesar 20 cm dengan panjang cagak 33,5 cm. Dari hubungan keliling maksimum dan panjang ikan tongkol pada ukuran mata jaring 4 inci terdapat nilai persamaan regresi sebesar y = 0,628x + 0,6943 yang menunjukkan kecenderungan meningkat (Gambar 13). Hal ini dapat dijelaskan bahwa, setiap terjadi penambahan panjang ikan sebesar 1 cm terjadi peningkatan keliling maksimum sebesar 0,625 cm. maximum body girth (cm) y = 0.628x R² = panjang (cm) Gambar 13 Hubungan keliling maksimum dengan panjang ikan tongkol pada ukuran mata jaring 4 inci

55 42 Keliling maksimum (cm) y = 0.568x R² = y = 0.391x R² = ikan tongkol ikan tenggiri Panjang (cm) Gambar 14 Perbandingan hubungan keliling maksimum dengan panjang ikan tongkol dan tenggiri pada ukuran mata jaring 4 inci Gambar 14 di atas menunjukkan perbandingan hubungan keliling maksimum dengan panjang ikan tongkol dan tenggiri pada ukuran mata jaring 4 inci. Terdapat hubungan bahwa semakin bertambahnya ukuran panjang ikan maka akan semakin besar pula ukuran keliling maksimumnya Analisis keliling maksimum badan ikan Sebelum data hasil tangkapan ikan tongkol dan tenggiri dianalisis untuk dapat dilihat perbandingannya, data sebanyak 30 ekor dari masing-masing ikan tongkol dan tenggiri yang terjerat pada ukuran mata jaring 4 inci tersebut diuji terlebih dahulu kenormalan datanya. Setelah diuji kenormalan data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada software SPSS didapatkan data maximum body girth pada ikan tongkol dan tenggiri menunjukkan data menyebar normal. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai Signifikan yang tertera pada tabel uji Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,588. Nilai ini lebih besar dari taraf signifikan sebesar 0.05 pada selang kepercayaan 95%. Sehingga bisa disimpulkan bahwa data menyebar normal. Karena data menyebar normal analisis yang digunakan yaitu analisis Anova (Analysis of Variance). Nilai signifikan yang didapatkan dari analisis Anova ini sebesar 0,000, lebih kecil dari 0,05 pada selang kepercayaan 95% (Lampiran 10).

56 43 Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara ukuran keliling maksimum ikan tongkol dan tenggiri yang tertangkap pada ukuran mata jaring 4 inci. 5.2 Pembahasan Selama penelitian dilakukan pada bulan Juli 2009, terdapat total hasil tangkapan mencapai 884 kg. Hasil tangkapan utama yaitu ikan tongkol dan tenggiri. Sedangkan hasil tangkapan sampingan adalah ikan hiu, tetengkek, layaran, cucut, pedang, dan manyung. Komposisi hasil tangkapan selama penelitian menunjukkan bahwa alat tangkap tersebut ditujukan untuk menangkap jenis spesies tertentu yaitu kelompok ikan pelagis. Hasil tangkapan yang dominan adalah ikan tongkol dan tenggiri. Hal ini berkaitan erat dengan sasaran utama dari target hasil tangkapan. Dominasi ikan tongkol dan tenggiri dalam hasil tangkapan diperkirakan berkaitan erat dengan karakteristik ikan tersebut. Ikan tenggiri hidup secara soliter pada kedalaman 10 sampai 70 meter di bawah permukaan laut serta menyenangi perairan bersalinitas rendah dan kekeruhan perairan yang tinggi. Ikan tenggiri tergolong ke dalam ikan laut yang menyukai daerah laut dangkal. Ikan ini tersebar di seluruh perairan Indonesia dengan habitatnya di seluruh perairan pantai (Hasyim, 2004 vide Ramdhan, 2008). Hal ini sesuai karena sebagian besar nelayan di Perairan Belitung menangkap ikan tenggiri di perairan pantai. Ikan tongkol yang mempunyai sifat bergerombol ini menyenangi perairan panas dan hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman 40 meter (Williasom, 1970 vide Burhanuddin et al. 1984). Menurut (Mappamadeng, 1999) umumnya ikan tongkol lebih banyak terdapat di lapisan permukaan dengan daerah penyebaran ikan tongkol di perairan Belitung Timur disekitar pulau Bakau, pulau Nangka, pulau Sekunyit, pulau Gusungjong, pulau Bukulimau dan Daerah Pahat. Pada hasil pengukuran ikan tenggiri, terdapat selang ukuran panjang cagak berkisar 37-93,5 cm dengan bobot berat berkisar 0,5-4,3 kg. Frekuensi panjang tertinggi berada pada selang kelas cm sebanyak 12 ekor dan terendah berada pada selang kelas cm sebanyak 1 ekor. Dari hasil pengukuran tersebut diduga terdapat 30 ekor ikan yang mempunyai keliling maksimum 20,5 -

57 44 39 cm dan panjang cagak sebesar 48-93,5 cm tertangkap pada ukuran mata jaring 4 inci. Hal ini berkaitan dengan ukuran mesh perimeter. Mesh perimeter adalah panjang keliling mata jaring dimana pengukurannya adalah dua kali dari ukuran mata jaring. Pada ukuran mata jaring 4 inci, maka mesh perimeternya sebesar 20,32 cm. Sehingga ikan yang mempunyai keliling maksimum diatas 20,32 cm akan masuk kedalam jaring dengan cara terjerat. Sedangkan ukuran ikan dibawah 20,32 cm memiliki kemungkinan untuk meloloskan diri. Ikan yang memiliki kemungkinan meloloskan diri pada hasil tangkapan tersebut sebanyak 5 ekor sehingga diduga tertangkap oleh ukuran mata jaring 3,5 inci dengan keliling maksimum sebesar 16-18,5 cm dan panjang cagak sebesar cm. Hal ini terkait dengan hubungan mesh perimeter dan keliling maksimum badan ikan. Menurut (Martasuganda, 2002) biasanya ikan yang memasuki mata jaring mempunyai ukuran keliling bagian belakang penutup insang (operculum girth) lebih kecil dari keliling mata jaring dan keliling tinggi maksimum (maximum body girth) dari ikan lebih besar dari keliling mata jaring (mesh size). Pada ukuran mata jaring tertentu, ikan yang berukuran sangat kecil bisa menerobos jaring dan ikan yang berukuran sangat besar tidak dapat menembus cukup dalam untuk bisa lolos. Sehingga ikan terkecil yang tertangkap memiliki keliling maksimum tertentu, dan ikan yang paling besar tertangkap memiliki keliling kepala sama dengan mesh perimeter sehingga menyebabkan ikan tersebut terjerat dan kemudian terpuntal (Baranov, 1914 vide Marais, 1985). Hal ini juga terkait dengan tingkah laku ikan ketika sejumlah populasi ikan menghadapi gillnet, beberapa ikan akan melewati jaring karena keliling maksimum mereka lebih kecil dari ukuran mesh perimeter. Bahkan beberapa ikan akan mengubah arah renangnya karena mereka tidak cukup jauh untuk memasuki jaringnya (Kawamura, 1972 vide Marais, 1985). Namun cara tertangkapnya ikan pada mata jaring biasanya terjerat pada bagian belakang penutup insang (operculum) atau terjerat di antara operculum dan bagian tinggi maksimum (maximum body) ikan (Martasuganda, 2002). Ukuran panjang ikan hasil tangkapan dapat digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya ikan tersebut untuk ditangkap dengan mengetahui batasan

58 45 ukuran panjang ikan tersebut pertama kali matang gonad (length at first maturity). Pada ikan tenggiri, length at first maturity untuk perairan Australia bagian utara (tropis) sebesar 65 cm (Collette dan Nauen, 1983). Sebagian besar hasil tangkapan ikan tenggiri yang tertangkap dibawah 65 cm sebanyak 27 ekor (77,14%). Penangkapan ikan di bawah ukuran pertama kali matang gonad dapat memberi peluang bagi ikan target tangkapan untuk dapat bereproduksi dan memijah dahulu sebelum tertangkap. Sehingga proses recruitment fase ikan kecil menjadi fase ikan dewasa dapat berjalan (Laevastu dan Hayes, 1981 vide Ramdhan, 2008). Oleh karena itu penentuan layak tidaknya ikan tersebut untuk ditangkap sangat berkaitan dengan penentuan keramahan lingkungan operasi penangkapan ikan. Hal ini berdasarkan Monintja dan Yusfiandayani (2001) bahwa salah satu proses penangkapan ramah lingkungan yaitu tidak membahayakan kelestarian sumberdaya ikan target. Dengan kata lain, gillnet dengan ukuran mata jaring 4 inci menangkap ikan tenggiri lebih dominan pada ukuran tertentu di bawah ukuran 65 cm dengan kisaran panjang cm sebanyak 27 ekor (77,14%). Dapat disimpulkan bahwa gillnet tersebut menangkap sebagian besar ikan tenggiri yang tidak layak tangkap yaitu yang berada dibawah ukuran pertama kali matang gonad (length at first maturity). Jika hal ini terjadi terus - menerus, maka dikhawatirkan akan merusak kelestarian lingkungan karena sebelum ikan tersebut memijah, ikan sudah langsung ditangkap. Oleh sebab itu diharapkan kepada nelayan untuk menggunakan ukuran mata jaring yang lebih besar dengan pertimbangan agar ikan yang terjerat pada jaring memiliki ukuran panjang di atas ukuran pertama kali matang gonad. Data pengukuran ikan tongkol sebanyak 38 sampel, terdapat ukuran panjang ikan berkisar 33,5-55,5 cm dengan bobot berat antara 0,9-2,5 kg. Frekuensi panjang tertinggi berada pada selang kelas kg sebanyak 15 ekor, dan terendah berada pada selang kelas dan sebanyak 1 ekor. Pada hasil tangkapan ikan tongkol diduga sebanyak 37 ekor ikan dengan keliling maksimum berukuran cm tertangkap oleh ukuran mata jaring 4 inci. Hal ini berhubungan dengan ukuran mesh perimeternya sebesar 20,32 cm. Sehingga ikan yang berukuran di atas 20,32 cm akan masuk menerobos ke dalam

59 46 jaring dengan cara terjerat, terbelit atau terpuntal. Namun ada ukuran ikan di bawah 20,32 cm memiliki kemungkinan untuk terjerat sebanyak 1 ekor dengan keliling maksimum sebesar 20 cm. Diduga ikan tersebut terjerat juga pada mata jaring 4 inci. Pada ikan tongkol, length at first maturity di perairan Philipina sebesar 40 cm (Collette dan Nauen, 1983). Sebagian besar hasil tangkapan ikan tongkol mempunyai ukuran panjang di atas 40 cm sebanyak 35 ekor (92,11%), sebaliknya ada 3 ekor (7,89%) yang tertangkap di bawah ukuran 40 cm. Dari hasil tangkapan tersebut dapat dilihat bahwa ikan tertangkap secara seragam atau dominan. Hal ini terkait dengan tingkah laku ikan tongkol yang bersifat bergerombol (schooling). Sifat bergerombol tersebut disebabkan karena pada kulit ikan terdapat suatu zat yang dapat menimbulkan rangsangan. Rangsangan ini dapat dirasakan oleh ikan dari jenis yang sama ataupun dari jenis yang berbeda (Beaufort, 1956 vide Mappamadeng, 1999). Menurut Marais (1985) tingkah laku berenang atau tingkah laku ikan ketika menghadapi alat tangkap jelas mempengaruhi total hasil tangkapan. Ketika ikan menghadapi jaring, ikan akan berjuang keras untuk menerobosnya sehingga memungkinkan ikan terjerat dan kemudian terpuntal. Sifat ikan yang lebih aktif akan cenderung untuk terjebak dalam gillnet daripada yang lebih lamban. Hal ini juga berhubungan dengan sifat ikan tongkol yang merupakan ikan perenang cepat. Kelompok ikan ini selalu bergerak dan mengejar mangsa (Djuhanda, 1981). Hasil tangkapan ikan tongkol menunjukkan bahwa dalam gerombolan ikan adanya kecenderungan pengelompokan menurut ukuran yang sama. Rata-rata ukuran ikan yang tertangkap dalam mata jaring yang berbeda juga tergantung pada bentuk tubuh. Bentuk dan ukuran tubuh sangat penting dalam menentukan cara tertentu dimana ikan tertangkap dalam gillnet (Marais, 1985). Bentuk ikan tongkol yang fusiform atau lurus memungkinkan ikan untuk bergerak cepat terutama dalam menangkap mangsa. Sehingga ada kemungkinan ikan untuk terjerat bahkan terpuntal ketika menabrak jaring. Namun kelemahan dalam penelitian ini tidak dapat menunjukkan bagaimana cara ikan tertangkap pada mata jaring.

60 47 Panjang ikan bisa menentukan efektivitas tertentu dari gillnet (Marais, 1985). Hal ini diperkuat oleh (Fridman, 1986 vide Maryam, 2008) bahwa bahan jaring, mesh size, ukuran benang, warna jaring, hanging ratio serta ketinggian jaring merupakan faktor yang menentukan efisiensi penangkapan. Terdapat kesimpulan panjang ikan mempunyai hubungan yang erat dengan ukuran mata jaring. Hasil tangkapan ikan tongkol yang didapatkan dari penelitian Mappamadeng (1999) menyebutkan kisaran panjang cagak sebesar 39,5 56,6 cm dan keliling maksimum sebesar 20,5 36,5 cm tertangkap pada ukuran mata jaring 4 inci. Berdasarkan penelitian didapatkan panjang ikan tongkol berkisar antara 33,5-55,5 cm dengan keliling maksimum cm efektif ditangkap oleh ukuran mata jaring 4 inci. Dari pengukuran tersebut, bisa dilihat bahwa gillnet menangkap ikan tongkol yang lebih dominan berdasarkan ukuran panjang yaitu di atas ukuran matang gonad sebanyak 35 ekor (92,11%). Hal ini bisa disimpulkan bahwa gillnet dengan ukuran mata jaring 4 inci layak untuk menangkap ikan tongkol di perairan Belitung. Analisis Keliling Maksimum Uji kenormalan data menunjukkan bahwa data ukuran keliling maksimum ikan tongkol dan tenggiri pada ukuran mata jaring 4 inci mempunyai nilai Signifikan sebesar Nilai tersebut besarnya melebihi nilai α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data menyebar normal. Hal ini mungkin disebabkan pada saat dilakukan penelitian ruaya ikan tersebut berada di sekitar lokasi penangkapan. Karena data yang didapatkan menyebar normal, maka uji Anova (Analysis of Variance) dapat digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh nyata atau tidak nyata dari perlakuan. Hasil yang diperoleh melalui uji Anova didapatkan nilai signifikannya sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil dari taraf signifikannya sebesar 0,05. Sehingga bisa disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara ukuran keliling maksimum ikan tongkol dan tenggiri pada ukuran mata jaring 4 inci. Perbedaan tersebut terlihat jelas dari grafik pada Gambar 16. Secara statistik, ukuran keliling maksimum ikan tenggiri berada di bawah keliling maksimum ikan tongkol. Hal ini disebabkan karena pengaruh morfologi ikan yaitu ukuran lebar

61 48 badan ikan tongkol yang lebih besar daripada ikan tenggiri. Ukuran lebar ikan sangat berpengaruh terhadap tingkah laku ikan terutama kecepatan renangnya. Ikan tenggiri mampu berenang dengan kecepatan rata-rata 78 km per jam, bahkan ada yang mencapai kecepatan renang 97 km per jam, sedangkan ikan tongkol memiliki kecepatan renang mencapai 74 km per jam (Anonim, 2009) Perbedaan ukuran keliling maksimum juga mempengaruhi panjang ikan yang tertangkap. Semakin besar keliling maksimum maka akan semakin besar pula ukuran panjang ikan. Pada ikan tenggiri terdapat 27 ekor (77,14%) yang tertangkap di bawah ukuran matang gonad dan pada ikan tongkol terdapat 35 ekor (92,11%) yang tertangkap di atas ukuran matang gonad. Sehingga bisa disimpulkan bahwa alat tangkap gillnet lebih efektif untuk menangkap ikan tongkol pada ukuran mata jaring 4 inci. Karena pada ukuran 3,5 inci, hanya tertangkap ikan tenggiri sebanyak 5 ekor (16,67%) dengan ukuran panjang dibawah length at firsth maturity yaitu cm.

62 49 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1) Hasil tangkapan utama jaring insang hanyut di perairan Belitung selama penelitian yaitu 8 kali trip adalah ikan tongkol (Euthynnus affinis) dan tenggiri (Scomberomorus commersonii) dengan bobot total masing-masing sebesar 475 kg (53,73%) dan 241 kg (27,26%). Sedangkan hasil tangkapan sampingannya adalah ikan hiu (Carcharias menissorah) dengan bobot sebesar 77 kg (8,71%), tetengkek (Megalaspis cordyla) 21 kg (2,38%), layaran (Istiophorus oriental) 56 kg (6,33%), cucut (Carcharias sp.) 7 kg (0,79%), pedang (Xiphias gladius) 5 kg (0,57%), dan manyung (Arius thalassinus) 2 kg (0,23%). Gillnet dengan ukuran mata jaring 3,5 dan 4 inci menangkap ikan tenggiri dengan kisaran panjang antara 37-93,5 cm. Ikan tenggiri yang tertangkap di bawah ukuran matang gonad (< 65 cm) mempunyai kisaran panjang antara cm dengan keliling maksimum sebesar 20,5-27 cm sebanyak 22 ekor (73%). Gillnet dengan ukuran mata jaring 4 inci menangkap ikan tongkol dengan kisaran panjang antara 33,5-55,5 cm. Ikan tongkol yang tertangkap di bawah ukuran matang gonad (< 40 cm) mempunyai kisaran panjang antara 33,5-55,5 cm dengan keliling maksimum sebesar cm sebanyak 3 ekor (7,89%). 2) Secara statistik melalui uji Anova (Analysis of variance), terdapat perbedaan yang nyata antara ukuran keliling maksimum ikan tongkol dengan tenggiri pada ukuran 4 inci dengan selang kepercayaan 95%. 6.2 Saran Saran dari penelitian ini adalah: Dilakukan penelitian lanjutan untuk mengkaji ukuran mata jaring yang efektif untuk menangkap ikan tenggiri di atas ukuran matang gonad.

63 50 DAFTAR PUSTAKA [Anonim] Perikanan dan Kelautan. Belitung. [terhubung tidak berkala]. [01 Juni 2008]. [Anonim] Kecepatan Renang Ikan. Jakarta. [terhubung tidak berkala]. [3 Desember 2009]. Arikunto S Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta. Ayodhoya AU Metode Penangkapan Ikan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. Ayodhyoa AU Spesifikasi Jaring Insang. Jakarta: Direktur Jenderal Perikanan. Baranov FI The Capture of Fish by Gillnet. Mater. Poznaniyu Russ. Rybolov. 3(6): (Patially translated from Russian by W.E. Ricker) Batubara S Studi tingkat pemanfaatan ikan tongkol (Euthynnus affinis) di Perairan Pulau Belitung [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Burhanuddin, M. Moelyanto, M. Sularso dan A. Djamali Tinjauan Mengenai Ikan Tuna, Cakalang dan Tongkol. Jakarta: Lembaga Oseanografi Nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 65 hal. Collette BB dan CE Nauen Scombrids of the World: An Annotated and Illustrated catalogue of Tunas, Mackerels, Bonitos, and Related Species Known to Date. FAO Species Catalogue. No. 2 (125): De Beaufort LF dan WM Chapman The Fish of Australian Archipelago. E. J. Brill, Leiden 9: p. [Deptan] Dirjen Perikanan Pedoman Pengenalan Sumberdaya Perikanan Laut. Bagian I. Jenis-jenis Ikan Ekonomi Penting. Jakarta: Deptan. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Belitung. Belitung: Dinas Perikanan dan Kelautan Belitung. 2008a. Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Belitung. Belitung: Dinas Perikanan dan Kelautan Belitung.

64 b. Indikator Kriteria Teknis (Sektor Kelautan dan Perikanan) Kabupaten Belitung. Belitung: Dinas Kelautan dan Perikanan Belitung Rencana Strategik Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun Belitung: Dinas Kelautan dan Perikanan Belitung. Djuhanda T Dunia Ikan. Bandung: Armiko. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan. Jakarta: DKP Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 08/MEN/2008 tentang Penggunaan Jaring Insang di Perairan Indonesia. Jakarta: DKP. Fridman AL Calculation for Fishing and Technology of The Tropical Tunas at The Eastern Central Atlantic. FAO The United Nation. Rome. Fyson J Design of Small Fishing Vessels. Section 1 (Background Information for The Student Designer Fishing). England: Fishing News Books Ltd. Hasyim B Penerapan Informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan untuk Mendukung Usaha Peningkatan Produksi dan Efisiensi Operasi Penangkapan Ikan. (23 Mei 2008). Kawamura G Gillnet Mesh Selectivity Curve Developed from Length-Girth Relationship. Bull. Jpn. Soc. Sci. Fish. 38: King M Fisheries Biology, Ascesment and Management. Faculty of Fisheries and Marine Environtment. Australian Maritime College. Laevastu T dan Hayes M Fisheries Oceanography and Ecology. England: Fishing News (Book) Ltd. Manalu Kajian Output yang Dihasilkan Operasi Penangkapan Jaring Kejer di Teluk Banten [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Mappamadeng Selektivitas Jaring Insang Hanyut terhadap Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) di Perairan Timur Pulau Belitung, Sumatera Selatan: Aplikasi Formula Gyul badamov [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

65 52 Marais JFK Some factors influencing the size of fishes caught in gillnets in eastern Cape estuaries. Fisheries Research. No. 3: Martasuganda S Jaring Insang (Gillnet). Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Jaring Insang (Gillnet). Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Martosubroto, PN Naamin, dan BBA Malik Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan laut di Perairan Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Maryam D Pengaruh Kecepatan Arus terhadap Komponen Desain Jaring Millenium (Percobaan dengan Prototipe dalam flume tank) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Miranti Perikanan Gillnet di Palabuhanratu [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Monintja DR dan R Yusfiandayani Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dalam Bidang Perikanan Tangkap. Prosiding Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Mori K Gillnet Fishery in Japan. Japan. Misaki International Fisheries Training Centre, Overseas Technical Coorporation Agency. Moyle JB Gillnets for Sampling Fish Populations in Minneseta Waters. Trans. Am. Fish. Soc.79. Nontji A Laut Nusantara. Jakarta: Djembatan. Pramono H Pengaruh Mesh Size terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol pada Jaring Insang Hanyut di Pancer [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Putra I Deskripsi dan Analisis Hasil Tangkapan Jaring Millenium di Indramayu [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Rahman DM Desain dan Konstruksi Kapal Gillnet Harapan Baru di Galangan Kapal Pulau Tidung [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

66 53 Ramdhan D Keramahan Gillnet Millenium Indramayu terhadap Lingkungan: Analisis Hasil Tangkapan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Rounsefell GA dan WH Everhart Methods and Applications. John Willey and Sons. London: Fishery science Its. Saanin H Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan 1 dan 2. Jakarta: Binacipta. Subani W dan HR Barus Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 50 Tahun 1988/1989. Jakarta: Balai Penelitian Perikanan Laut. Sukiyanto Suatu Penelitian Tentang Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata Jaring Nilon terhadap Hasil Penangkapan Ikan di Perairan Utara Tegal [Tesis]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sunarya H Selektivitas Jaring Sirang terhadap Ikan Selar Tetengek (Megalaspis cordyla) di Perairan Baru Karas [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Undang-Undang No Tentang Perikanan. Jakarta: DKP. Von Brandt A Fishing Catching Methods Of The World. England: Fishing News Books Ltd. Walpole RE Pengantar Statistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Williamsom Litte Tuna Euthynnus affinnis Hongkong Area. Bull. Jap. Soc. Sci. Fish: 36(1): 9-18p

67 LAMPIRAN 54

68 55 Lampiran 1 Peta lokasi penelitian Peta lokasi penelitian

69 Lampiran 2 Konstruksi alat tangkap gillnet di Perairan Belitung 56

70 57 Lampiran 3 Gambar bagian alat tangkap gillnet Foto pelampung utama Foto pelampung tanda (polyvinylchlorid / PVC)

71 58 Lampiran 3 (Lanjutan ) Foto badan jaring Foto tali ris atas Foto kaki pemberat (Saran)

72 59 Lampiran 4 Fasilitas PPN Tanjungpandan Kantor PPN Tanjungpandan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pabrik Es

73 60 Lampiran 4. (Lanjutan) Perusahaan Pengolahan Bengkel Las Pos Pelayanan Kapal Ikan

74 61 Lampiran 4. (Lanjutan) Koperasi Unit Desa Nelayan Sejahtera SPBU

75 62 Lampiran 5 Data morfologi ikan tenggiri (Scomberomorus commersonnii) yang tertangkap dengan jaring insang hanyut di perairan Belitung pada bulan Juli 2009 No. Bobot (kg) Lebar badan ikan (cm) Panjang cagak (cm) Keliling maksimum (cm) , , , ,5 18,5 4 0,75 4, ,4 5, , ,5 5, ,5 8 1,4 5, ,5 9 1,8 6 59,5 24, , , ,1 6, , , ,3 9 93, ,5 17 1,1 5,5 52, ,3 6, , ,8 6, , ,5 23 1, , , , ,5 27 1, ,7 6, , , , , ,1 5,5 53,5 22

76 ,1 6, =35 61,3 kg Ratarata 1,75 6,06 58,51 23,99 Standar deviasi 0,73 1,02 10,62 4,28

77 64 Lampiran 6 Data morfologi ikan tongkol (Euthynnus affinis) yang tertangkap dengan jaring insang hanyut di perairan Belitung pada bulan Juli 2009 No. Bobot (kg) Lebar badan ikan (cm) Panjang cagak (cm) Keliling maksimum (cm) 1 1,09 5,5 39, , , ,65 7,5 45, ,2 6,5 42, ,3 8, ,5 6 0,9 5 33, ,1 8, , , ,3 8, ,5 8,7 55, , , ,2 8,1 49,5 31,5 14 1,8 7, ,35 8, , ,5 17 2,4 8, ,5 18 1,7 7, ,5 19 1,4 6, , ,3 8, ,7 7,2 48, ,3 51,5 33,5 24 2,1 8,5 50, ,3 6, ,5 26 1,1 5, , ,5 7, ,3 7,5 47, , , ,1 8,5 51, ,2 5,6 41,5 27,5

78 ,3 6, ,2 8, ,5 37 1,6 7, ,6 7, ,5 =38 64,89 kg Ratarata 1,75 7,50 46,96 30,18 Standar deviasi 0,44 1,02 4,36 2,94

79 66 Lampiran 7 Fasilitas-fasilitas yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tanjungpandan No. Nama Fasilitas I. FASILITAS POKOK 1. Alur Pelayaran Tahun Pengadaan - Jumlah/ Volume L = 160 m P = 400 m 2. Kolam Pelabuhan m 2 Keterangan - Kedalaman LWS (-3) - Kondisi cukup baik - Perbedaan pasut ± 1,8 m - Kedalaman LWS (-2) - Kondisi cukup baik 3. Jetty 1977/2000/2004/ 2005 P=152m, L=4-4,5m, 208m 2, 352m 2 - Berfungsi sebagai dermaga - Kondisi baik 4. Turap/ - Kondisi baik 1996/ m Revetment 5. Jalan Komplek 1996/2000/ ,5 m 2 - Kondisi baik 6. Tanah/ Areal Pelabuhan - Areal Pelabuhan - Tanah Perumahan m 2 - Sertifikat HP - Sertifikat HPL II. FASILITAS FUNGSIONAL 1. Pabrik Es - Gedung - Genset 1976/ Kondisi baik - Kondisi 1 baik, 1 rusak - Kondisi cukup baik - Kondisi baik - Kondisi baik 288 m 2 - Kompresor 1976/ ,5 & 150 KVA - Pompa Air Mesin Pendingin Gedung TPI m 2 - Kondisi baik 3. Gudang Pengepakan 4. Reservoir/ Bak Air m 2 lama - Alih Fungsi TPI - Kondisi baik 1976/ m 3 (2 unit) - Kondisi baik

80 67 5. Menara Air 1997/ unit/ - Kondisi baik (30m 3 ) 6. Sumur unit/ - Kondisi baik (200 m 3 ) 7. Jaringan Air unit/ - Kondisi baik (620 m 2 ) 8. Pengolahan Air paket - Kondisi baik 9. Tangki BBM unit/ - Kondisi baik (100 m 3 ) 10. Kios BBM m 2 - Kondisi baik 11. Bengkel 1979/ m 2 - Kondisi baik 12. Dok (slipway) - Kondisi 1 rusak, 1978/2000/ unit 1 baik 13. Rumah Mesin m 2 - Kondisi baik Derek 14. Balai Pertemuan m 2 - Kondisi baik Nelayan 15. Gudang Kps Kondisi rusak 1981 Pendingin ton 16. Menara Navigasi 1976 Tinggi 13 - Kondisi rusak m 17. Shelter Nelayan m 2 - Kondisi baik 18. Drainase 1984/1996/2000/ - Kondisi baik m Gardu PLN m 2 - Kondisi baik 1 unit (64 - Kondisi baik 20. Jaringan Listrik, 2002 KWH) Lampu Jalan dan ttk, - Kondisi baik Kabel IB 21. Pos Jaga 2000/ Kantor Administrasi 200KVA 2 unit ( 18 - Kondisi baik m 2 ) 1978/1997/ m 2 - Kondisi baik - Memanfaatkan 23. Pos Pelayanan m 2 Waserda Terpadu - Kondisi baik 24. Pagar-pagar TPI 1982/1983/2001/ 2 unit (100 - Kondisi baik 2004 m 3 ) 81 m 2 - Kondisi baik 25. Area Parkir m 2 - Kondisi baik 26. Pedestrian Kondisi baik 27. Gudang Peralatan m 2 - Kondisi baik 28. Showroom Produk Hasil Perikanan m 2 - Kondisi baik 29. Gudang m 2 - Kondisi baik Penumpukan 30. Gudang Es ton - Kondisi baik

81 68 III. FASILITAS PENUNJANG 1. Rumah Dinas 1977/ unit/ type - Kondisi baik C 2. Mess Operator 1977 Koppel 3 - Kondisi baik type D 3. MCK m 2 - Kondisi baik 4. Alat Komunikasi - Telepon - - Kondisi baik - Intercom Kondisi baik - SSB 5. Kendaraan Dinas - Minibus Kijang - Pick Up Datsun - minibus Suzuki Escudo unit - 1 unit (8ch) - 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 6. Gerobak Motor unit - Kondisi 1 baik, 1 rusak - kondisi baik - kondisi baik - kondisi baik - Kondisi baik 7. Motor Roda unit - Kondisi baik

82 69 Lampiran 8 Gambar hasil tangkapan utama dari jaring insang hanyut di Perairan Belitung pada bulan Juli 2009 Foto ikan tongkol (Euthynnus affinis) Foto ikan tenggiri (Scomberomorus commersonni)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Alat tangkap jaring insang hanyut

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Alat tangkap jaring insang hanyut 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Unit Penangkapan Ikan Menurut Martasuganda (2002) jaring insang (gillnet) adalah jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Pengumpulan Data 17 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli 2009 bertempat di PPN Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung (Lampiran 1). 3.2 Bahan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 22 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Belitung 4.1.1 Keadaan geografi dan topografi Kabupaten Belitung adalah bagian dari wilayah provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan merupakan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 33 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal yang digunakan merupakan sarana untuk mengangkut nelayan beserta alat tangkap ke daerah penangkapan ikan. Kapal yang biasa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet) Gillnet adalah jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada 104 0 50 sampai 109 0 30 Bujur Timur dan 0 0 50 sampai 4 0 10 Lintang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net) Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi GILL NET (Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi Pendahuluan Gill net (jaring insang) adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pemberat pada tali ris bawahnya dan pelampung

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010. Pengambilan data lapangan dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, sejak 21 Juli

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 40 V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Fisik Geografis Wilayah Kota Ternate memiliki luas wilayah 5795,4 Km 2 terdiri dari luas Perairan 5.544,55 Km 2 atau 95,7 % dan Daratan 250,85 Km 2 atau

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis TINJAUAN PUSTAKA Unit Penangkapan Ikan Jaring insang Menurut martasuganda (2004), jaring insang (gillnet) adalah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang dibentuk menjadi empat persegi

Lebih terperinci

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar 21 3METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada tanggal 15 September 11 Desember 2010 ini bertempat di TPI Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Kegiatan penelitian meliputi eksperimen langsung

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai 4 (empat) kali dari seluruh luas wilayah daratan Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Teluk Jakarta Secara geografis Teluk Jakarta (Gambar 9) terletak pada 5 o 55 30-6 o 07 00 Lintang Selatan dan 106 o 42 30-106 o 59 30 Bujur Timur. Batasan di sebelah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN

4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN 4 KERAGAAN PERIKANAN DAN STOK SUMBER DAYA IKAN 4.1 Kondisi Alat Tangkap dan Armada Penangkapan Ikan merupakan komoditas penting bagi sebagian besar penduduk Asia, termasuk Indonesia karena alasan budaya

Lebih terperinci

Jaring Angkat

Jaring Angkat a. Jermal Jermal ialah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen, menantang atau berlawanlan dengan arus pasang surut. Beberapa jenis ikan, seperti beronang biasanya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Pengamatan Aspek Operasional Penangkapan...di Selat Malaka (Yahya, Mohammad Fadli) PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA Mohammad Fadli Yahya Teknisi pada Balai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

rovinsi alam ngka 2011

rovinsi alam ngka 2011 Buku Statistik P D A rovinsi alam ngka 2011 Pusat Data Statistik dan Informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012 1 2 DAFTAR ISI Daftar Isi... i Statistilk Provinsi Dalam Angka Provinsi Aceh... 1

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) 2.1 Potensi dan Usaha Perikanan di Indonesia 2.1.1 Perikanan dan Potensi Indonesia Berdasarkan UU. No 31 tahun 2004. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kabupaten Pati 4.1.1 Kondisi geografi Kabupaten Pati dengan pusat pemerintahannya Kota Pati secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdapat dalam sektor perikanan dan kelautan yang meliputi beberapa elemen sebagai subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel.

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel. JARING TRAMMEL Trammel net (Jaring trammel) merupakan salah satu jenis alat tangkap ikan yang banyak digunakan oleh nelayan terutama sejak pukat harimau dilarang penggunaannya. Di kalangan nelayan, trammel

Lebih terperinci

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU Proporsi dan Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Tiga Lapis (Trammel Net) di Pelabuhan Ratu (Hufiadi) PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU ABSTRAK Hufiadi

Lebih terperinci

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung

6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN. 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung 6 PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN TANGKAP BERBASIS KEWILAYAHAN 6.1 Urgensi Sektor Basis Bagi Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap di Kabupaten Belitung Supaya tujuh usaha perikanan tangkap yang dinyatakan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas perairan wilayah yang sangat besar. Luas perairan laut indonesia diperkirakan sebesar 5,4 juta km 2 dengan garis pantai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008). TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Perikanan Indonesia terletak di titik puncak ragam jenis ikan laut dari perairan tropis Indo-Pasifik yang merupakan sistem ekologi bumi terbesar yang terbentang dari pantai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet

Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net. Gillnet Lampiran 1. Desain dan spesifikasi alat tangkap gillnet dan trammel net Gillnet Keterangan: 1. Tali pelampung 2. Pelampung 3. Tali ris atas 4. Badan jarring 5. Tali ris bawah 6. Tali pemberat 7. Pemberat

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN

KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN 28 KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN DIMAS RAMDHAN SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil yang diperoleh secara nyata maupun fisik dengan masukan yang sebenarnya. Artinya produktivitas sama

Lebih terperinci

Diterima : 2 Maret 2010 Disetujui : 19 Maret 2010 ABSTRAK

Diterima : 2 Maret 2010 Disetujui : 19 Maret 2010 ABSTRAK STUDI KOMPARATIF ALAT TANGKAP JARING INSANG HANYUT (drift gillnet) BAWAL TAHUN 1999 DENGAN TAHUN 2007 DI DESA MESKOM KECAMATAN BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS PROPINSI RIAU Irwandy Syofyan S.Pi. M.Si 1),

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon (Lampiran 1). Survey dan persiapan penelitian seperti pencarian jaring,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar RESPON IKAN DEMERSAL DENGAN JENIS UMPAN BERBEDA TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA PERIKANAN RAWAI DASAR Wayan Kantun 1), Harianti 1) dan Sahrul Harijo 2) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik

Lebih terperinci

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN PINTA PURBOWATI 141211133014 MINAT TIHP FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kabupaten Serang 4.1.1 Letak geografis dan kondisi perairan pesisir Pasauran Serang Secara geografis Kabupaten Serang terletak pada koordinassi 5 5 6 21 LS dan 105

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum aktivitas perikanan tangkap di Indonesia dilakukan secara open access. Kondisi ini memungkinkan nelayan dapat bebas melakukan aktivitas penangkapan tanpa batas

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara 4.1.1 Letak geografis dan topografi Jakarta Utara Muara Angke berada di wilayah Jakarta Utara. Wilayah DKI Jakarta terbagi menjadi

Lebih terperinci

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti Sebuah lagu berjudul Nenek moyangku seorang pelaut membuat saya teringat akan kekayaan laut Indonesia. Tapi beberapa waktu lalu, beberapa nelayan Kepulauan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2008

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2008 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2008 TENTANG PENGGUNAAN ALAT PENANGKAPAN IKAN JARING INSANG (GILL NET) DI ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium aa3 a 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap 2.1.1 Alat tangkap gillnet millenium Jaring insang adalah salah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring monofilamen atau

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR Pengaruh Penggunaan Mata Pancing.. terhadap Hasil Tangkapan Layur (Anggawangsa, R.F., et al.) PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCNG GANDA PADA RAWA TEGAK TERHADAP HASL TANGKAPAN LAYUR ABSTRAK Regi Fiji Anggawangsa

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat Penelitian 23 3 METODE NELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di bulan Maret hingga bulan April tahun 2011. Penelitian ini meliputi: pembuatan alat dan pengambilan data di Cisolok. Jaring rampus

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: ht tp :// w w w.b p s. go.id Katalog BPS: 5402003 PRODUKSI PERIKANAN LAUT YANG DIJUAL DI TEMPAT PELELANGAN IKAN 2008 ISSN. 0216-6178 No. Publikasi / Publication Number : 05220.0902 Katalog BPS / BPS Catalogue

Lebih terperinci

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA Enjah Rahmat Teknisi pada Balai Penelitian Perikanan Laut, Muara Baru

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI NELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di bulan Maret hingga bulan April 011. Penelitian ini meliputi pembuatan alat dan pengambilan data di Cisolok. Jaring rampus

Lebih terperinci

ABSTRAK Desty Maryam. Pengaruh kecepatan arus terhadap komponen desain jaring millenium (percobaan dengan prototipe dalam flume tank

ABSTRAK Desty Maryam. Pengaruh kecepatan arus terhadap komponen desain jaring millenium (percobaan dengan prototipe dalam flume tank PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP KOMPONEN DESAIN JARING MILLENIUM (Percobaan dengan Prototipe dalam Flume Tank) Desty Maryam SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi Secara geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak antara 127 O 17 BT - 129 O 08 BT dan antara 1 O 57 LU - 3 O 00 LS. Kabupaten

Lebih terperinci

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP 30 5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP 5.1 Kapal-kapal Yang Memanfaatkan PPS Cilacap Kapal-kapal penangkapan ikan yang melakukan pendaratan seperti membongkar muatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel ikan tuna mata besar dilakukan pada bulan Maret hingga bulan Oktober 2008 di perairan Samudera Hindia sebelah selatan Jawa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT

IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT 36 IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT Wilayah utara Jawa Barat merupakan penghasil ikan laut tangkapan dengan jumlah terbanyak di Propinsi Jawa Barat. Pada tahun

Lebih terperinci

HASAN BASRI PROGRAM STUDI

HASAN BASRI PROGRAM STUDI PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP TAMPILAN GILLNET : UJI COBA DI FLUME TANK HASAN BASRI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN: GAYA EXTRA BOUYANCY DAN BUKAAN MATA JARING SEBAGAI INDIKATOR EFEKTIFITAS DAN SELEKTIFITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PERAIRAN SAMPANG MADURA Guntur 1, Fuad 1, Abdul Rahem Faqih 1 1 Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian Hand line: Pancing ulur merupakan suatu alat penangkap ikan yang terdiri dari seutas tali dengan mata pancing berbentuk seperti jangkar. Pada mata pancing diikatkan umpan. Berdasarkan klasifikasi DKP tahun

Lebih terperinci

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Berdasarkan data PBB pada tahun 2008, Indonesia memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km, serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan perikanan di Indonesia secara umum bersifat terbuka (open access), sehingga nelayan dapat dengan leluasa melakukan kegiatan penangkapan di wilayah tertentu

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO Teknik Penangkapan Ikan Pelagis Besar... di Kwandang, Kabupaten Gorontalo (Rahmat, E.) TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tenggiri (Scomberomorus commerson).

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Tenggiri (Scomberomorus commerson). 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Tenggiri Menurut Saanin (1984) Kailola dan Gleofelt (1986), taksonomi ikan tenggiri adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Sub Filum : Vertebrata

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian penangkapan rajungan dengan menggunakan jaring kejer dilakukan di perairan Gebang Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Penelitian

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Perairan Palabuhanratu terletak di sebelah selatan Jawa Barat, daerah ini merupakan salah satu daerah perikanan yang potensial di Jawa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Perikanan adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikan atau binatang air lainnya serta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumberdaya Ikan Pelagis Ikan pelagis adalah ikan yang hidupnya di dekat permukaan laut. Salah satu sifat ikan pelagis yang paling penting bagi pemanfaatan usaha perikanan yang komersil

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 15 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pantai Jawa, dengan garis pantai sepanjang 114 km. Kabupaten Indramayu terletak pada

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki luas wilayah 20.656.894 Km 2 terdiri dari luas lautan 14,877.771 Km 2 dan daratan 5,779.123 Km 2. Dengan luas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penangkapan Ikan Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha manusia untuk menghasilkan ikan dan organisme lainnya di perairan, keberhasilan usaha penangkapan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN

PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN PENGGUNAAN CELAH PELOLOSAN PADA BUBU TAMBUN TERHADAP HASIL TANGKAPAN KERAPU KOKO DI PULAU PANGGANG, KEPULAUAN SERIBU DIDIN KOMARUDIN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 25 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perairan Mempawah Hilir Kabupaten Pontianak Propinsi Kalimantan Barat, yang merupakan salah satu daerah penghasil

Lebih terperinci

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi 7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan 5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan Spesifikasi ketiga buah kapal purse seine mini yang digunakan dalam penelitian ini hampir sama antara satu dengan yang lainnya. Ukuran kapal tersebut dapat dikatakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di sub-sektor perikanan tangkap telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya produksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Lokasi Penelitian Cirebon merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Barat tepatnya diperbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Sumber Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Sumber Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian pengaruh periode hari bulan terhadap hasil tangkapan dan tingkat pendapatan nelayan bagan tancap dilakukan selama delapan bulan dari bulan Mei 2009 hingga Desember

Lebih terperinci