DAFTAR ISI. Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban"

Transkripsi

1 Volume 63 No. 2 Mei - Agustus 2014 Terbit 3 X/ Tahun ISSN : DAFTAR ISI Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban Ananta Tantri Budi Pentingnya surat persetujuan tindakan medik (informed consent) pada praktek dokter gigi Mita Juliawati Tingkat pemahaman terhadap instruksi cara pembersihan gigi tiruan lepasan pada pasien Rumah Sakit Gigi Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Eri H. Jubhari dan Nindya Dwi Utami Putri Lower middle income class preferences for dental services Iwan Dewanto Pengukuran kadar kalsium saliva terlarut pada gigi yang dilakukan eksternal bleaching dan dipapar dengan Streptococcus mutans Mei Syafriadi dan Tiara Chaeranee Noh Pemanfaatan akar Sidaguri (Sida rhombifolia) sebagai bahan analgetik Nurhayaty Natsir, Maria Tanumihardja, Indrya K. Mattulada dan Vero H. Sanusi Printed by: Airlangga University Press. (OC 054/03.15/AUP-A5E). Kampus C Unair, Mulyorejo Surabaya 60115, Indonesia. Telp. (031) , , Telp./Fax. (031) aupsby@rad.net.id; aup.unair@gmail.com

2 Vol. 63, No. 2, Mei-Agustus 2014 Hal ISSN Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban (The role of dental restoration in victim identification) Ananta Tantri Budi Departemen Odontologi Forensik Fakultas Kedokteran Gigi Universias Airlangga Surabaya - Indonesia Korespondensi (correspondence): Ananta Tantri Budi, Departemen Odontologi Forensik Fakultas Kedokteran Gigi Universias Airlangga. Jl. Mayjend. Prof. Dr. Moestopo No. 47 Surabaya 60132, Indonesia. atantribudi@gmail.com ABSTRACT Background: Dental restoration usually made by dentists is actually very advantageous in identification process in the field of forensic odontology. Dentists usually make history records, diagnosis, radiological photographs, and treatments, and then those are stored, commonly called medical records. Those medical records are required in forensic odontology as ante mortem data. In dental restoration process, those ante mortem data will be compared with post mortem data in order to uncover the identity of the victim s body. Purpose: This research is aimed to analyze the role of dental restoration in revealing the identity of victim s body without having ante mortem data. Case: The first case is about a woman s body found in the dock of Tanjung Priok, Jakarta, which was determined based on her medical records about amalgam filling in her molar teeth. Another case is about a woman found in the boiler room of prisoners in Berlin, Germany. This identification process was having trouble since after Germany lost WW II in 1945, all ante mortem data were usurped by American army, while all post-mortem data were also usurped by Russia. As a result, there was no strong evidence related with ante mortem data. However, the body of the woman still could be revealed through the testimony of a dental assistant and a dental technician who treated the woman. Keywords: Victim s body, dental restoration, identification, ante mortem, forensic odontology PENDAHULUAN Bidang ilmu odontologi forensik merupakan bagian dari ilmu forensik kedokteran yang akhir-akhir ini menunjukkan perannya dalam usaha upaya identifikasi korban bencana massal, kecelakaan, kejahatan, terorris maupun dalam rangka penegakan hukum. Kondisi pada saat ini dalam upaya identifikasi korban dalam bidang forensik semakin komplek. Kasus kejahatan yang disertai memotong tubuh menjadi beberapa bagian atau korban membakar diri hingga hangus yang tidak bisa dikenali lagi jenazahnya adalah dalam usaha tersangka menghilangkan jejak. Identifikasi melalui bidang forensik memiliki keterbatasan tertentu dalam mengungkap jenazah korban ini, keadaan ini dapat dibantu oleh bidang odontologi forensik dengan melalui metode odontologi forensik. Bidang odontologi forensik merupakan bagian dari bidang forensik yang menggunakan ilmu kedokteran gigi untuk mengungkap identitas korban melalui gigi geligi. Rongga mulut memliki peran yang sangat penting dalam identifikasi di bidang odontologi forensik. Jumlah gigi manusia 32 dengan 5 permukaan. Gigi geligi dalam rongga mulut merupakan bagian tubuh yang terkeras, memiliki sifat individual serta tahan terhadap suhu, kimia, dan trauma. Posisi gigi geligi dalam mulut memiliki rangkaian jaringan yang secara anatomis, antropologis dan morpologis terlindungi dengan baik oleh otot pipi, bibir, lidah serta selalu dibasahi oleh air liur, sehingga jaringan tersebut yang terlebih dahulu mengalami kerusakan apabila terjadi kebakaran ataupun trauma. Hal semacam ini dapat menjadi bagian yang sangat baik untuk sarana identifikasi, sehingga metode odontologi forensik memiliki derajad ketepatan sangat tinggi hampir sama dengan sidik jari. 1-7

3 42 Geligi yang rusak dapat dirawat melalui tambalan atau pembuatan restorasi gigi. Bahanbahan yang digunakan untuk maksud tersebut, antara lain; akrilik, porselen, amalgam, logam campur dan lain-lainnya yang memiliki sifat tahan terhadap mekanis, kimia serta mencair pada panas yang tinggi. Idendifikasi korban di bidang forensik merupakan suatu proses menemukan identitas hidup atau matinya seorang korban yang antara lain karena kejahatan, bencana alam, kecelakaan, kebakaran dan untuk kepentingan keluarga dan peradilan. Kepastian hukum dapat dipergunakan oleh keluarga korban untuk kepentingan mengurus 1-3, 7-14 warisan, perkawinan dll. Pasal 118 ayat (1) undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, mayat yang tidak dikenal harus dilakukan upaya identifikasi. 15 Proses identifikasi merupakan hal yang kompleks, untuk mendapatkan identitas dari jenazah korban yang harus didukung oleh sejumlah data-data yang akurat, antara lain data ante mortem dan data post mortem. Data ante mortem adalah data gigi geligi yang merupakan keterangan tertulis, catatan atau gambaran pada kartu perawatan gigi, keterangan keluarga atau teman dekat. Kartu perawatan gigi tertulis ini berisi: (1) nama penderita; (2) umur; (3) jenis kelamin; (4) pekerjaan; (5) tanggal perawatan; dan (6) jenis perwatan. Sumber data ante mortem tentang perawatan gigi dapat diperoleh, anatara lain: (1) klinik gigi rumah sakit pemerintah/tni-polri dan swata; (2) Puskesmas; (3) Rumah Sakit Pendidikan Universitas/Fakultas Kedokteran Gigi; (4) klinik gigi swatsa; (5) praktek pribadi dokter gigi. Data post mortem gigi adalah data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan gigi dari dokter gigi forensik atau dokter gigi yang terlatih terhadap jenazah korban. Hasil pemeriksaan akan maksimal atau representatif memenuhi tujuan: (1) agar dapat diungkap kondisi/ keadaan gigi geligi dari rahang atas dan rahang bawah; (2) menyelesaikan tugas secepetnya atau sesuai dengan hasil yan tepat; (3) melindungi atau menjaga semua bukti yang ada untuk kepentingan forensik umum maupun kedokteran forensik; (4) mengingat akan kepentingan keluarga korban, Data ante mortem akan dicocokan dengan data post mortem kemudian dilakukan evaluasi untuk 7-15 mendapatkan identitas korban dengan tepat. Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengetahui tentang peran restorasi gigi yang merupakan hasil perawatan dokter gigi terhadap kepentingan identifikasi odontologi forensik. KASUS Budi: Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban Kasus 1: bulan April 1989 telah ditemukan jenazah wanita di wilayah dermaga Tanjung Periuk, Jakarta. Jenazah wanita ini merupakan korban kejahatan mutilasi dengan memotong tubuh menjadi tujuh bagian, oleh penyidik dikirim ke LKUI untuk dilkukan identifikasi. Kasus 2: setelah Jerman kalah pada perang dunia ke dua, tahun Data ante mortem dirampas dari Jerman oleh tentara Amerika dan Inggris, karena iri semua data post mortem berada di pemerintah Rusia. Adolf Hitler dan ajudannya Martin Bormann serta Eva Braon ditangkap dan dijebloskan ke dalam tahanan yang telah disiapkan oleh Adolf Hitler sendiri pada masa kekuasannya dengan penjagaan ketat. Eva Braon adalah wanita yang lama hidup tanpa nikah bersama Adolf Hitler. Keduanya kemudian menikah dengan sah. Dua hari setelah menikah ketiga tahanan ini menghilang, sampai keadaan terjadi pemberitaan yang simpang siur. Berbagai media massa menyatakan bahwa Adolf Hitler dan Eva Braon lari ke pinggiran Eropa, ada yang memberitakan keduanya diperkirakan lari ke Amerika latin. Setelah dicari dalam kamar-kamar tahanan dan semua fasilitasnya, ternyata ketiga tahanan ini melakukan bunuh diri bersama-sama di dalam tungku yang besar pada bunker tahanan ini. Jenazah wanita ini terbakar hangus sampai sulit 9-12, 18 dikenali. TATALAKSANA KASUS Kasus 1: tahap pertama, tim Staf LKUI memeriksa, membuat foto radiologis dan foto radiografis untuk mendapatkan data post mortem. Pemeriksaan tubuh jenazah wanita yang dimutilasi menjadi tujuh bagian. Potongan bagian kewanitaan masih terdapat celana dalam yang terdapat pembalut wanitanya. Pemeriksaan rongga mulut pada gigi 26 terdapat tambalan amalgam. Gigi geligi lengkap dan sedikit karang gigi. Membuat label kemudian memasangnya pada ibu jari kaki kanan. Potongan jenazah wanita ini kemudian disimpan dalam lemari es untuk mengurangi pembusukan dan berbau. Tahap kedua, kedatangan Ny. Yulia dengan tiga kemenakannya yang merupakan anak dari saudaranya yang hilang sejak seminggu yang lalu. Ny. Yulia menambahkan bahwa saudaranya yang hiang itu namanya Ny Diah dan ketika hilang dalam keadaan haid. Pandangan tim Staf LKUI mengarah kepada potongan jenazah wanita korban mutilasi

4 Budi: Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban yang terdapat pembalutnya. Setelah melihat potongan jenazah wanita korban mutilasi ini pihak Ny. Yulia masih ragu, karena kemenakannya tidak dapat memberi kepastian terhadap jenazah tersebut adalah ibunya. Keadaan ini mungkin disebabkan jenazah wanita ini sudah mulai membusuk, warna bagian tubuh membiru, sehingga pihak keluarga tidak mengnalinya. Pihak LKUI kemudian menanyakan tentang tambalan gigi 26 yang terdapat pada rongga mulut jenazah wanita tersebut, pihak keluarga menjatakan bahwa memang ada gigi yang ditambal dan dilakukan oleh drg. A. Tahap ketiga, pihak LKUI kemudian memanggil dokter gigi tersebut dan meminta menunjukkan rekam medis, ternyata terbukti jenazah wanita tersebut adalah pasien drg. A. Dokter gigi ini membenarkan bahwa korban adalah Ny. Diah, seorang guru TK. 12,-14 Kasus 2: tahap satu, membuat foto radio grafis dan foto radiologis untuk digunakan sebagai data post mortem. Berdasarkan pemeriksaan pada jenasah wanita ini, terdapat mahkota jembatan pada dari logam emas, yang 48 dan 45 merupakan penyanggah 4745 pontiknya. Inlay distooklusal pada gigi 25 dari logam emas yang bentuknya khusus, karena direncanakan untuk membuat jembatan pontik 2726 yang belum sempat dipasang oleh dokter gigi yang merawatnya. Gigi 27 tampak telah dilakukan preparasi. Karang gigi sedikit, tetapi banyak jaringan gingiva yang menurun. Mencetak geligi tersebut untuk memperoleh model gips. Membuat label kemudian memasangnya pada ibu jari kaki kanan bawah. Tahap dua, model gips digunakan untuk data post mortem. Identifikasi mengalami kendala, karena semua data ante mortem hilang dirampas oleh tentara Amerika dan Inggris serta data pos mortem dirampas juga oleh tentara Rusia. Proses identifiksi dilakukan oleh Sognnaes seorang ahli bidang patologi forensik. Pemikiran Sognnaes terhadap jenezah wanita ini mengarah kepada Eva Braon. Melalui wawancara dan pembahasan terhadap asisten dokter gigi yang merawatnya dan tekniknisi gigi yang membuat restorasi gigi, identitas wanita tersebut berhasil ditemukan. Keberhasilan identifikasi ini dilakukan dengan mudah tanpa adanya kesulitan, hanya berdasarkan kesaksian dan ingatan terhadap restorasi gigi yang ada dalam mulut wanita ini PEMBAHASAN 43 Susunan geligi dalam mulut memiliki tingkat individual dengan derajad sangat tinggi. Sifat individual ini menjadi tinggi karena: (1) umumnya jumlah gigi setiap indivdu jumlahnya 32 yang memiliki bentuk dan posisi berbeda; (2) hubungan antar dan letak gigi dalam mulut setiap individu banyak berbeda; (3) gigi tidak akan rusak atau busuk kecuali bilamana gigi tersebut mengalami karies, nekrotik atau gangren. Keadaan ini karena dipengaruhi adanya pertumbuhan gigi, yaitu periode pertumbuhan gigi susu dan periode pertumbuhan pergantian gigi susu dengan gigi tetap hingga selesai. Pencabutan dan perawatan gigi juga sangat mempengaruhi posisi gigi serta bentuk lengkung rahang. 1-5 Posisi gigi geligi dilindungi oleh jaringan rongga mulut sehingga gigi geligi tetap utuh. Meskipun telah mengalami penguburan dalam waktu lama, umumnya tulang dan organ lain yang dapat mengalami kehancuran kecuali gigi yang masih tetap utuh. 5-7 Keadaan ini dapat dipakai sebagai sarana identifikasi, sehingga sangat menguntungkan dan memudahkan proses identifikasi di bidang odontologi fornsik. Restorasi gigi di dalam rongga mulut dapat menambah ciri khas yang berbeda pada masing-masing individu. Bentuk restorasi gigi dibuat oleh dokter gigi disesuaikan dengan bentuk gigi geligi asli pasennya, sehingga berbeda juga untuk setiap idividu Gigi memiliki sifat yang keras, kuat terhadap trauma mekanis dan tahan terhadap asam, hal ini karena struktur gigi mengandung bahan anorganik dengan kadar yang tinggi, antara lain: (1) 96-97% dalam ; (2) 80-81% dalam dentin; dan (3) 8-10% air dalam tubulus dentin. 10,11 Panas yang tinggi dapat mempengaruhi gigi, yaitu: (1) C enamel retak, (2) C dentin retak dan mahkota pecah, hingga pada panas C mengelupas dan gigi tidak akan hacur. Gigi akan menjadi abu bilamana dilakukan kremasi pada C selama 1,5-2 jam. Panas yang melebihi titik lebur air dapat menyebabkan gigi kehilangan air di dalam tubulus dentin dan pulpa, sehingga mengalami pengerutan. Bentuk gigi dan pulpa yang mengerut sesuai dengan bentuk masing-masing sebelumnya, sehingga mudah dilihat melalui foto radiografis dalam proses identifkasi. 9-11

5 44 Bahan restorsi di bidang kedokteran gigi juga memiliki karakteristik yang berbeda. Bahan amalgam, inlay atau onlay, mahkota selubung, mahkota jembatan dan lain-lain mencair pada pemanasan yang berbeda pula, antara lain: (1) aloy emas 870 o o C; (2) nikel chrom dan chrom kobal C; (3) akrilik 200 o C; (4) mahkota porselen/jembatan porselen 1221 o C, tambalan amalgam (1) 65 0 C Hg keluar dengan menetes, (2) C Hg menguap, hingga amalgam menjadi bubuk hitam disekitar dentin pada 500 o C Kasus kebakaran yang berlangsung lama dan panas yang ditimbulkan lebih rendah dari panas tersebut tidak dapat mengakibatkan stuktur gigi menjadi rapuh dan restorasi gigi tidak akan mencair, tetapi terjadi perubahan bentuk. 7-8,10-11 Proses identifikasi merupakan hal yang kompleks, untuk mendapatkan identitas dari jenazah korban harus didukung oleh sejumlah data-data. Agar memperoleh data yang dibutuhkan, identifikasi dibidang odontologi forensik dilakukan melalui beberapa tahap: (1) olah TKP; (2) membuat data pos mortem; (3) mencari data ante motem; (4) pencocokan; (5) evaluasi. Kehandalan identifikasi melalui metode odontologi forensik memilki ketepatan yang tinggi, hingga hampir menyamai cara sidik jari. 1,2,4,6,7 Identifikasi dengan metode odontologi forensik ini dilakukan dengan cara membandingkan dan melakukan evaluasi data antara ante mortem dan pos mortem. Data yang ditemukan setelah pemeriksaan dari jenasah tubuh korban, antara lain: pemeriksaan mulut, gigi, rahang, kranium dan restorasi gigi. Data ini dilengkapi dengan pengambilan foto radiografis dan foto radiologis, pemeriksaan intra oral dicatat dengan lengkap pada odontogram, dilakukan dengan hati-hati dll, sehingga diperoleh data post mortemi. 3-6,13-14 Restorasi gigi mudah dilihat pada pemeriksaan intra oral serta ditunjukkan dengan gambaran radiopak pada foto radiologis, sehingga restorasi gigi dapat digunakan sebagai alat bukti dalam mengungkap identitas korban. Alat bukti lain yang dapat mendukung identifiksi jenazah korban, antara lain catatan adanya properti yang melekat pada tubuh korban Dimulai dari keterangan keluarga, teman dekat atau orang yang mengenali korban untuk melengkapi data-data yang diperlukan dalam proses identifikasi. Keterangan ini dipergunakan untuk mencari data ante mortem yang dimiliki korban, antar lain: tambalan gigi, mahkota selubung, dan lain-lain, selanjutnya properti yang melekat pada tubuh korban. Data ante mortem yang diperoleh Budi: Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban dari data perawatan dokter gigi kepada pasennya sebelum menjadi korban, yang disimpan sebagai rekam medis minimal selama 5 tahun. 5-7 Keterangan dokter gigi untuk kepentingan di bidang odontologi forensik diupayakan lengkap dan akurat, sehingga bilamana perlu mencari data tambahan perawatan gigi dari dokter gigi lain yang pernah merawat korban. Keberhasilan proses identifikasi tergantung dari kecocokan antara data ante mortem dan post mortem, selanjutnya dilakukan evaluasi agar mendapat hasil identitas korban dengan tepat. 1-5 Identifikasi terhadap jenazah wanita korban yang mengalami kebakaran menghanguskan tubuhnya hingga identitas korban tidak dikenali. Restorasi gigi atau jembatan emas yang dimilikinya, masih beruntung api yang membakarnya tidak melebihi titik lebur logam sehingga panas yang ditimbulkan tidak merusak restorasi gigi ini dan masih tetap utuh di dalam mulutnya. Gigi geligi tidak menglami kerusakan, karena dilindungi oleh jaringan otot pipi yang sudah terbakar lebih dahulu dari pada membakar gigi. Identitas jenazah wanita ini ditemukan melalui kesaksian dari asisten dokter gigi dan teknisi gigi yang membenarkan bahwa restorasi gigi ini merupakan milik Eva Braon. Keberhasilan proses identifikasi jenazah wanita ini tidak banyak mengalami kesulitan meskipun tidak memilik data ante mortem., karena orang ini sudah dikenal sebelumnya dan berkat adanya restorasi gigi yang terdapat di dalam rongga mulutnya. 11,17 Kasus korban mutilasi pada awalnya menujukan kesulitan dalam mengungkap identitas korban, karena jenazah wanita sudah menunjukkan kerusakan atau membusuk dengan warna membiru. Kegigihan, kesabaran dan perhatian dari tim Staf LKUI dalam melakukan proses identifikasi yang komplek ini, mengarahkan ingatan keluarga atau anaknya kepada tambalan Amalagam yang dipakai ibunya. Terungkapnya identitas korban karena adanya tambalan amalgam pada gigi geraham tersebut. Peran restorasi gigi dapat membantu memudakan proses identifikasi jenazah kedua wanita tersebut, meskipun data ante mortem sangat minim sekali ataupun tidak memilikinya. Kesulitan dalam proses identiifikasi karena jenazah wanta ini mengalami kerusakan, membusuk dan terpotong menjadi tujuh dapa diungkap oleh pihak LKUI. Jenazah wanita meskipun terbakar hangus hingga tidak dapat dikenali serta tidak memiliki data ante mortem yang mendukungnya, namun demikian beruntung degan kerja yang tidak mau menyerah dapat terungkap identitasnya karena bantuan restorasi gigi.

6 Budi: Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban 45 Diharapkan dokter gigi yang melakuan praktik kdokteran gigi selalu membuat rekam medis dan menyimpannya dengan baik dan rapi, agar bilamana sewaktu-waktu dibutuhkan untuk data ante mortem. Rekam medis yang dibuat oleh dokter gigi diharapkan berdasarkan Standar Nasional Rekam Medis Kedokteran Gigi, yang merupakan data tertulis pada kartu, antara lain: (1) mengandung informsi yang lengkap dan akurat tentang identitas pasen; (2) diagnose; (3) prjalanan penyakit; (4) proses pengobatan dan tindakan medis; (5) dokumentasi hasil perawatan. Rekam medis dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah menurut hukum. Dokter gigi yang tidak membuat rekam medis melanggar pasal 46 Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran. 19 Dokter gigi yang menyelenggarakan praktik swasta dapat diminta untuk membabtu proses identifikasi. Berdasarkan pasal 120 ayat (1) KUHAP dokter gigi yang dianggap memiliki keahlian khusus dapat diminta untuk membantu penyidik dalam hal mengungkap identitas korban, bilamana dokter gigi menolak memenuhi panggilan penyidik melanggar pasal 224 KUHP dapat diancam hukuman pidana Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode odontologi forensik merupakan salah satu metode yang dipakai untuk mengungkap identitas jenasah korban yang cepat dan murah. Jaringan tubuh yang sudah sangat rusak, hancur sampai tidak dikenali, sehingga sulit dilakukan identifikasi melalui bidang forensik. Restorasi gigi merupakan bagian perawatan gigi yang tidak mudah hancur, tahan terhadap trauma mekanis, kimia serta tahan terhadap panas. Restorasi gigi memilki bentuk ciri khas tersendiri dan tidak dimiliki kesamaan pada setiap inividu, sehingga dapat membantu mempercepat proses identifikasi meskipun data gigi tidak lengkap atau akurat. Kendala yang sering terjadi dalam proses identifkasi melalui sarana gigi, yaitu minimnya data ante mortem. Keadaan ini kemungkinan disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap perawatan gigi, sehingga dampaknya pada jumlah pembuatan rekam medis sedikit sekali di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA 1. Al Ahmad SH. Forensic odontology. Smile Dental Dental J 2009; 4: Humas Universtas Airlangga. Peran dokter gigi dalam identifikasi korban bencana. Available from: http// Accessed October 29, Elza A. Recent trends in dental forensic indonesian. J of Legal & Forensic Science 2008; 1(1): Shamim T, Ipe VV, Shameena PM, Shuda S. Forensic odontology, a new prespective. Medicolegal Up date 2006; 6(1): Alvon SL. Forensic odontolgy, the roles and responsibility of dentist. J Can Dent Assoc 2004; 70(7): Pretty IA, Sweet D. A look at forensic dentistry-part 1: the role of teeth in the determination of human identity. British Dent J 2001; 190(7): Lukman D. Buku ajar ilmu kedoktran gigi forensic. Jilid I. Jakarta: CV. Sagung Seto; h. 5-6, 7-16, 17-22, , Nordblad A. Quality Standard related to forensic in general dentistry. In: Willems, Forensic odontology. Proceding of the European IOFOS Millennium Meeting, Leuven, Belgium August 23-26, Belgium: Leuven University Press; p Purves JD. Dental identificaton of the fire victims. Forensic Science International 1975; 6: Susetyo B. Identifikasi korban kebakaran secara odontologis. Prosiding KPPIKG VII, FKG UI, 1986; h Cordoza AR. Forensic dentistry investigation protocol. In: Brower MC. Forensic dental evidence an investigator handbook. 2 nd ed. Amsterdam, Boston, Heidelberg, London, New York, Oxford, Paris, San Diego, San Fransisco, Singapore, Sidney, Tokyo: Academic Press Elsevier; p Lukman D. Buku ajar ilmu kedoktran gigi forensic. Jilid II. Jakarta: Sagung Seto; h. 91-5, , Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Standar Nasional rekam medik, odontogram, Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2004, h Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Pusat Kedokteran dan Kesehatan. Panduan teknis pemeriksaan kedokteran gigi forensic guna kepentingan identifikasi. Jakarta; h Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Available from: htp:// Accessed February 18, Budi AT. Aspek hukum peran dokter gigi dalam penyidikan korban tindak pidana. Surabaya: FKG UA; h Mutilasi. Available from: http/id.wikipedi.org/wiki/ Mutilasi. Accessed October 21, Nielsen SK, Strom F. The odontology identification of eva braun hitler forensic. Science International 1983; 6: Undang- Undang Republik Indonenesia No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran. Available from: htp:// Accessed February 18, Karyadi M, Soesilo B. Kitab undang-undang hukum acara pidana. Cetakan ke 3. Bandung, Bogor: PT. Karya Nusantara; h Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Available from: Hukum.unsrat.ac.id/uu/hukpidana.htm. Accessed February 27, 2015.

BAB I PENDAHULUAN. penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu

Lebih terperinci

Definisi Forensik Kedokteran Gigi

Definisi Forensik Kedokteran Gigi Definisi Forensik Kedokteran Gigi Ilmu kedokteran gigi forensik, atau dapat juga disebut dengan forensic dentistry atau odontology forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban

DAFTAR ISI. Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban Volume 63 No. 2 Mei - Agustus 2014 Terbit 3 X/ Tahun ISSN : 0024-9548 DAFTAR ISI Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban... 41 45 Ananta Tantri Budi Pentingnya surat persetujuan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dikalangan masyarakat kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban

DAFTAR ISI. Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban Volume 63 No. 2 Mei - Agustus 2014 Terbit 3 X/ Tahun ISSN : 0024-9548 DAFTAR ISI Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban... 41 45 Ananta Tantri Budi Pentingnya surat persetujuan tindakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam suatu data penyidikan untuk mengetahui identitas korban bencana massal seperti kecelakaan pesawat

Lebih terperinci

PERAN REKAM MEDIK GIGI SEBAGAI SARANA IDENTIFIKASI

PERAN REKAM MEDIK GIGI SEBAGAI SARANA IDENTIFIKASI PERAN REKAM MEDIK GIGI SEBAGAI SARANA IDENTIFIKASI Murniwati Staf Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas email : murniwatihabib@yahoo.com TINJAUAN PUSTAKA Abstrak Indonesia merupakan salah satu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak. dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak. dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam menentukan identitas mayat seseorang dalam identifikasi forensik.

Lebih terperinci

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum VISUM et REPERTUM Pengertian Menurut bahasa: berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang dilihat) dan repertum (melaporkan). Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan

Lebih terperinci

Persentase Keakuratan Identifikasi Bite Mark oleh Mahasiswa Profesi RSGM UMY Angkatan Tahun 2016 (Kajian di RSGM UMY)

Persentase Keakuratan Identifikasi Bite Mark oleh Mahasiswa Profesi RSGM UMY Angkatan Tahun 2016 (Kajian di RSGM UMY) Persentase Keakuratan Identifikasi Bite Mark oleh Mahasiswa Profesi RSGM UMY Angkatan Tahun 2016 (Kajian di RSGM UMY) Percentage of the Accuracy of Bite Mark Identification by Clinical Student Class of

Lebih terperinci

Pelayanan Forensik Klinik terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan

Pelayanan Forensik Klinik terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Pelayanan Forensik Klinik terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan dalam Penanganan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Berau. Tanjung Redeb, Berau -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rekam medis harus memuat informasi yang cukup dan akurat tentang identitas

BAB I PENDAHULUAN. Rekam medis harus memuat informasi yang cukup dan akurat tentang identitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya dunia kesehatan di Indonesia rekam medis memiliki peranan penting dalam menunjang sistem kesehatan nasional, rekam medis merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap berbagai bencana alam karena secara geologis Indonesia terletak di pertemuan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap berbagai bencana alam karena secara geologis Indonesia terletak di pertemuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang mewakili wilayah paling rentan terhadap berbagai bencana alam karena secara geologis Indonesia terletak di pertemuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada tubuh seseorang yang tidak dikenal, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. mayat korban susah untuk dapat diidentifikasi. yaitu adalah bencana alam. Kejadian bencana massal

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. mayat korban susah untuk dapat diidentifikasi. yaitu adalah bencana alam. Kejadian bencana massal BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Indonesia salah satu penyebab dimana mayat korban susah untuk dapat diidentifikasi yaitu adalah bencana alam. Kejadian bencana massal akan menghasilkan keadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada tubuh seseorang yang tidak dikenal, baik

Lebih terperinci

MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F

MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F D I P R E S E N T A S I K A N P A D A : P E M B E K A L A N F A S I L I T A T

Lebih terperinci

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.

PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT. PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT. FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG OLAH RAGA ADALAH SERANGKAIAN GERAK TUBUH YANG TERATUR DAN TERENCANA SERTA

Lebih terperinci

GAMBARAN REKAM MEDIS GIGI PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO DITINJAU DARI STANDAR NASIONAL REKAM MEDIK KEDOKTERAN GIGI

GAMBARAN REKAM MEDIS GIGI PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO DITINJAU DARI STANDAR NASIONAL REKAM MEDIK KEDOKTERAN GIGI GAMBARAN REKAM MEDIS GIGI PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO DITINJAU DARI STANDAR NASIONAL REKAM MEDIK KEDOKTERAN GIGI Agung Prasetya Gunawan Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedoktean Universitas Sam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata. membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata. membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan kuantitas kejahatan. Seiring dengan adanya perkembangan tindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang sering terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang sering terjadi di luar dugaan, antara lain bencana alam dan kasus-kasus kriminal yang menyebabkan

Lebih terperinci

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II Jl. Wates KM 5,5 Gamping, Sleman, Yogyakarta 55294 Telp. 0274 6499706, Fax. 0274 6499727 i SURAT

Lebih terperinci

Ilmu Forensik? Ruang Lingkup. Kriminalistik

Ilmu Forensik? Ruang Lingkup. Kriminalistik Pengantar Menuju Ilmu Forensik Ilmu Forensik? forensic science secara umum adalah the application of science to law. Secara umum ilmu dapat diartikan sebagai aplikasi atau pemanfaatan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang banyak ini tentu akan menyebabkan Indonesia memiliki perilaku dan

Lebih terperinci

Perawatan Endodontik pada anak. Written by Administrator Tuesday, 13 December :46

Perawatan Endodontik pada anak. Written by Administrator Tuesday, 13 December :46 Tujuan dasar dari perawatan endodontik pada anak mirip dengan pasien dewasa, yaitu untuk meringankan rasa sakit dan mengontrol sepsis dari pulpa dan jaringan periapikal sekitarnya serta mengembalikan keadaan

Lebih terperinci

Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)

Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Rumah Sakit xy Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran 1. Umum a. Bahwa masalah kesehatan seseorang (pasien) adalah tanggung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara rawan bencana karena kondisi geografisnya. Indonesia berada pada jalur pertemuan tiga lempeng raksasa yaitu lempeng Eurasia, Indoaustralia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang paling sering ditemui dalam kesehatan gigi dan mulut yaitu karies gigi dan penyakit periodontal. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan lipatan anatomik berupa garis jaringan ikat fibrous yang iregular dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan lipatan anatomik berupa garis jaringan ikat fibrous yang iregular dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rugae palatina atau disebut plicae palatinae transversae dan palatal rugae merupakan lipatan anatomik berupa garis jaringan ikat fibrous yang iregular dan asimetris

Lebih terperinci

Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu Periode 1 Januari Desember 2013

Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu Periode 1 Januari Desember 2013 Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu Periode 1 Januari 2009-31 Desember 2013 Dedi Afandi 1, Tuti Restuastuti 2, Winda Kristanti 3 ABSTRACT Visum et Repertum (VeR)

Lebih terperinci

PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN

PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN JAKARTA, INDONESIA 2013 Panduan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Rumah Sakit Rawamangun Paduan Pelaksanaan

Lebih terperinci

GAMBARAN DATA ODONTOGRAM REKAM MEDIK GIGI DI BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

GAMBARAN DATA ODONTOGRAM REKAM MEDIK GIGI DI BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO GAMBARAN DATA ODONTOGRAM REKAM MEDIK GIGI DI BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 1 Hendry H. R. Poluan, 2 Erwin Kristanto, 2 Vonny N. S. Wowor 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap Tempat/ Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat Orangtua Ayah Ibu Riwayat Pendidikan : Ganesh Dorasamy : Kuala Lumpur, Malaysia / 25September1986 : Laki-laki

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 436 / MENKES / SK / VI / Tentang

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 436 / MENKES / SK / VI / Tentang Lampiran 1 MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 436 / MENKES / SK / VI / 1993 Tentang BERLAKUNYA STANDAR PELAYANAN RUMAH SAKIT DAN STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

Suci Rahmasari UNAND Abstrak. Kata kunci : Dental Record, Pengetahuan, Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi

Suci Rahmasari UNAND Abstrak. Kata kunci : Dental Record, Pengetahuan, Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi Tingkat Pengetahuan Dokter Gigi Mengenai Rekam Medik Gigi yang Sesuai Dengan Standar Nasional Kedokteran Gigi di Puskesmas dan Rumah Sakit Kota Padang Tahun 2012 Knowledge Exchange Relation Dentists Dental

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pembukaan Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pembukaan Undang-Undang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kenyamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN Di bangsal penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 1-31 Januari 2012 JURNAL PENELITIAN

Lebih terperinci

2014, No Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 11

2014, No Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 11 No.370, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN. Pelayanan Kesehatan. Tertentu. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu hak asasi manusia yang telah di amanatkan dalam UUD 1945 ialah hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, memperoleh pelayanan kesehatan, mendapatkan kemudahan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9).

BAB 2 IMPLAN GIGI. perlindungan gigi tetangga serta pengembangan rasa percaya diri (9). BAB 2 IMPLAN GIGI 2.1 Definisi Implan Gigi Implan gigi merupakan salah satu cara untuk mengganti gigi yang hilang sehingga diperoleh fungsi pengunyahan, estetik dan kenyamanan yang ideal. Implan gigi adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1. Definisi. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

PENGENALAN INDIVIDU BERDASARKAN POLA RUGAE PALATINA MENGGUNAKAN HISTOGRAM OF ORIENTED GRADIENTS DAN MULTI LAYER PERCEPTRON

PENGENALAN INDIVIDU BERDASARKAN POLA RUGAE PALATINA MENGGUNAKAN HISTOGRAM OF ORIENTED GRADIENTS DAN MULTI LAYER PERCEPTRON PENGENALAN INDIVIDU BERDASARKAN POLA RUGAE PALATINA MENGGUNAKAN HISTOGRAM OF ORIENTED GRADIENTS DAN MULTI LAYER PERCEPTRON Artificial Intelligent and Its Application Abdiyan Nila Rezka 1), Bambang Hidayat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi klinis keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban

DAFTAR ISI. Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban Volume 63 No. 2 Mei - Agustus 2014 Terbit 3 X/ Tahun ISSN : 0024-9548 DAFTAR ISI Peran restorasi gigi dalam proses identifikasi korban... 41 45 Ananta Tantri Budi Pentingnya surat persetujuan tindakan

Lebih terperinci

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014 JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014 Vanesha Sefannya Gunawan 1, Johan Arifin 2, Akhmad Ismail 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Odontektomi atau pencabutan gigi dengan pembedahan merupakan tindakan pembedahan yang sering dilakukan oleh spesialis bedah mulut (Rahayu, 2014). Pencabutan gigi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah dasar yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat. Aktivitas anak sekolah

Lebih terperinci

Surjit Singh Instalasi/SMF Kedokteran Forensik dan Medicolegal Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan/FK-USU Medan

Surjit Singh Instalasi/SMF Kedokteran Forensik dan Medicolegal Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan/FK-USU Medan Instalasi/SMF Kedokteran Forensik dan Medicolegal Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan/FK-USU Medan Abstrak: DVI atau Disaster Victim Identification adalah suatu defenisi yang diberikan sebagai prosedur

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : kecemasan dental, tanaman bunga berwarna biru muda, pencabutan gigi

ABSTRAK. Kata kunci : kecemasan dental, tanaman bunga berwarna biru muda, pencabutan gigi ABSTRAK Kecemasan dental terdapat pada 1 dari 7 populasi dan membutuhkan perawatan yang hati-hati serta penanganan yang lebih oleh dokter gigi. Pencabutan gigi merupakan pencetus utama kecemasan dental.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa BAB IV PEMBAHASAN Menurut Roberson (2006) tujuan dari restorasi adalah membentuk gigi seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa restorasi setelah perawatan endodontik yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi dan Etiologi Trauma gigi sulung anterior merupakan suatu kerusakan pada struktur gigi anak yang dapat mempengaruhi emosional anak dan orang tuanya. Jika anak mengalami

Lebih terperinci

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat Kegagalan gigi tiruan cekat dapat terjadi karena A. Kegagalan sementasi. B. Kegagalan mekanis C. Iritasi dan resesi gingiva D. Kerusakan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Identifikasi manusia adalah hal yang sangat. penting di bidang forensik karena identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Identifikasi manusia adalah hal yang sangat. penting di bidang forensik karena identifikasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Identifikasi manusia adalah hal yang sangat penting di bidang forensik karena identifikasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia baik dari sisi

Lebih terperinci

LAPORAN P E N E L I T I A N. O I eh. Drg. ISNANIAH MALIK NIP

LAPORAN P E N E L I T I A N. O I eh. Drg. ISNANIAH MALIK NIP P E N E L I T I A N LAPORAN O I eh Drg. ISNANIAH MALIK NIP 130809279 Dilaksanakan Atas Biaya Dari Dana SPP/DPP Universitas Padjadjaran Dengan Surat Kontrak No, 378/PI06,H8/LP/N187 Tgl, 18 Nopember 1987

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menilai usia skeletal karena setiap individu berbeda-beda (Bhanat & Patel,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menilai usia skeletal karena setiap individu berbeda-beda (Bhanat & Patel, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Usia Kronologis Usia kronologis adalah usia berdasarkan periode waktu lahir (Dorland, 2012). Usia kronologis menjadi indikator yang lemah untuk menilai usia

Lebih terperinci

Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai

Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai MENENTUKAN TINGGI BADAN DARI TINGGI STERNUM Determine the Strature from the Sternal Length Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai Abstrak Latar Belakang. Menentukan

Lebih terperinci

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008 Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008 Pendahuluan Penyakit gigi dan mulut termasuk karies gigi merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90%

Lebih terperinci

VISUM ET REPERTUM. handayani dwi utami

VISUM ET REPERTUM. handayani dwi utami VISUM ET REPERTUM handayani dwi utami KOMPETENSI DOKTER UMUM Visum untuk pemeriksaan luar saja Pemeriksaan TKP Visum klinik (KDRT, Pelecehan Seksual, Kecelakaan kerja, penganiayaan) Surat keterangan medis

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI DI RST BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI DI RST BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS UNTUK KEPERLUAN VISUM ET REPERTUM DARI ASPEK TEORI DI RST BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG Faizal Rachman*), Zaenal Sugiyanto**) *) Alumni Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai dampak

Lebih terperinci

Perbandingan Otsu Dan Iterative Adaptive Thresholding Dalam Binerisasi Gigi Kaninus Foto Panoramik

Perbandingan Otsu Dan Iterative Adaptive Thresholding Dalam Binerisasi Gigi Kaninus Foto Panoramik Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasi ASIA (JITIKA) Vol.11, No.1, Februari 2017 ISSN: 0852-730X Perbandingan Otsu Dan Iterative Adaptive Thresholding Dalam Binerisasi Gigi Kaninus Foto Panoramik Nur Nafi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1

BAB V HASIL PENELITIAN. n = 3990 = 363, sampel 3990 (5%) 2 + 1 BAB V HASIL PENELITIAN Survei ini berlangsung selama periode bulan April hingga Juli 2008. Keseluruhan pengambilan data sekunder dari kartu status pasien dilakukan di RSGMP FKG UI dengan subyek survei

Lebih terperinci

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah.

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah. Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah. Kelainan yang sering dijumpai pada anak SD adalah karies gigi dan gingivitis,

Lebih terperinci

ALAT BUKTI SAH SURAT: PENEMUAN, PEMBUKTIAN, DAN KETERTERIMAAN Budi Sampurna 1

ALAT BUKTI SAH SURAT: PENEMUAN, PEMBUKTIAN, DAN KETERTERIMAAN Budi Sampurna 1 Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Proceeding Annual Scientific Meeting 2017 ALAT BUKTI SAH SURAT: PENEMUAN, PEMBUKTIAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di Asia Tenggara serta terdiri dari banyak pulau dan terbagi dalam 34 provinsi. Berdasarkan data sensus penduduk pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TERTENTU BERKAITAN DENGAN KEGIATAN OPERASIONAL KEMENTERIAN PERTAHANAN, TENTARA NASIONAL INDONESIA, DAN KEPOLISIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran menimbulkan persaingan antar rumah sakit. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya badan atau institusi yang

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DOKTER GIGI TENTANG REKAM MEDIK GIGI

GAMBARAN PENGETAHUAN DOKTER GIGI TENTANG REKAM MEDIK GIGI A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 58 ARTIKEL PENELITIAN GAMBARAN PENGETAHUAN DOKTER GIGI TENTANG REKAM MEDIK GIGI (THE KNOWLEDGE OF DENTISTRY ABOUT THE MEDICAL RECORD OF DENTAL NATIONAL STANDARDS)

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA. No.251, 2013 KESEHATAN. Pelayanan. Operasional. Kemenhan. TNI. POLRI.

LEMBARAN NEGARA. No.251, 2013 KESEHATAN. Pelayanan. Operasional. Kemenhan. TNI. POLRI. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.251, 2013 KESEHATAN. Pelayanan. Operasional. Kemenhan. TNI. POLRI. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TERTENTU

Lebih terperinci

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. 1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. Fakta: Mungkin saja sebagian mitos ini benar. Biasanya, itu sudah cukup untuk menyikat gigi dua kali sehari, tapi jika Anda memiliki kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi semakin merisaukan segala pihak. Wikipedia mendefinisikan kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan manusia yang

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG LAPORAN KASUS PULPITIS REVERSIBLE Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut RSUD Dr. Adhyatma, MPH Tugurejo Semarang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan Puskesmas adalah UKGS. UKGS di lingkungan tingkat pendidikan dasar mempunyai sasaran semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar yaitu dari usia 6 sampai 14 tahun,

Lebih terperinci

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto, 2012 1 Blok M e d i c a

Lebih terperinci

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49 A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49 HUBUNGAN KEBIASAAN ANAK MENJAGA KESEHATAN DAN KEBERSIHAN GIGI DENGAN KARIES MOLAR PERTAMA PERMANEN PADA MURID SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PADANG TIMUR

Lebih terperinci

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DI PUSKESMAS (STUDI KASUS DI PUSKESMAS SUMBERSARI)

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DI PUSKESMAS (STUDI KASUS DI PUSKESMAS SUMBERSARI) PELAYANAN KESEHATAN GIGI DI PUSKESMAS (STUDI KASUS DI PUSKESMAS SUMBERSARI) Kiswaluyo Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember ABSTRACT Public Health Center is

Lebih terperinci

DOKTER GIGI SEBAGAI SAKSI AKHLI DALAM PERKARA PIDANA

DOKTER GIGI SEBAGAI SAKSI AKHLI DALAM PERKARA PIDANA DOKTER GIGI SEBAGAI SAKSI AKHLI DALAM PERKARA PIDANA Dipresentasikan pada Seminar Sehari Ilmiah KG, PDGI Cab.Tasikmalaya, Juni 2007 Makalah oleh : Rachman Ardan NIP: 130367233 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lainnya yang diberikan kepada

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2014

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2014 PELAKSANAAN KEWAJIBAN DOKTER DALAM MEMBERIKAN KETERANGAN AHLI DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG ARTIKEL Diajukan guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Diajukan oleh :

Lebih terperinci

KELENGKAPAN ADMINISTRASI STAF MEDIS KEDOKTERAN FORENSIK RSUP Dr. KARIADI SEMARANG MENGHADAPI AKREDITASI RUMAH SAKIT

KELENGKAPAN ADMINISTRASI STAF MEDIS KEDOKTERAN FORENSIK RSUP Dr. KARIADI SEMARANG MENGHADAPI AKREDITASI RUMAH SAKIT Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Proceeding Annual Scientific Meeting 2017 KELENGKAPAN ADMINISTRASI STAF MEDIS

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN II-1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan CV. Intan Dental merupakan klinik dokter gigi yang melayani pasien dalam pencegahan dan perawatan kelainan pada gigi dan mulut dengan dan tanpa

Lebih terperinci

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Rehabilitasi Medis. Penyalahgunaan Narkotika. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2415/MENKES/PER/XII/2011 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih percaya diri karena memiliki nilai estetika yang tinggi.perubahan warna gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih percaya diri karena memiliki nilai estetika yang tinggi.perubahan warna gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi yang sehat, putih dan rapi adalah keinginan setiap orang, karena adalah salah satu elemen penting penunjang estetika.gigi yang putih membuat seseorang lebih percaya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Gigi, Mikroskopis, Panas, Asam. iii

ABSTRAK. Kata kunci: Gigi, Mikroskopis, Panas, Asam. iii Gambaran Mikroskopik Gigi Sehat, Gigi Dibakar Dan Gigi Direndam Air Accu Guna Kepentingan Visum Di Bidang Forensik Kedokteran Gigi Randy Rozano - F10050142 ABSTRAK Gigi merupakan jaringan keras yang tahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida hard setting

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI JASA DAN PELAYANAN KESEHATAN BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencetakan rahang merupakan tahap awal dalam perawatan prostodontik yang bertujuan untuk mendapatkan replika dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut. Cetakan

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Dokter gigi saat merawat endodontik membutuhkan pengetahuan tentang anatomi dari gigi yang akan dirawat dan kondisi jaringan gigi setelah perawatan

Lebih terperinci

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Distribusi Trauma Gigi Trauma gigi atau yang dikenal dengan Traumatic Dental Injury (TDI) adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras dan atau periodontal karena

Lebih terperinci

tindakan pendidikan serta kondisi dan situasi pasien.

tindakan pendidikan serta kondisi dan situasi pasien. Informed Consent Informed Consent atau Persetujuan Tindakan Medik (PTM) adalah suatu cara bagi pasien untuk menunjukkan preferensi atau pilihannya. Secara harifiah Informed Consent memiliki dua unsur yaitu:

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MALINGPING

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MALINGPING PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 13 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MALINGPING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa hak

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS ANTARA DOKTER UMUM DAN DOKTER SPESIALIS JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

PERBANDINGAN KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS ANTARA DOKTER UMUM DAN DOKTER SPESIALIS JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA PERBANDINGAN KELENGKAPAN PENGISIAN REKAM MEDIS ANTARA DOKTER UMUM DAN DOKTER SPESIALIS Pada Praktik Swasta Mandiri di Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA KLINIK, IZIN USAHA RUMAH BERSALIN, DAN IZIN USAHA LABORATORIUM KLINIK SWASTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga gejala sosial yang bersifat universal. Pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, hingga kejahatan-kejahatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gigi Mulut terdiri dari bibir atas dan bawah, gusi, lidah, pipi bagian dalam, langit-langit dan gigi. Lapisan gusi, pipi dan langit - langit selalu basah berlendir 7 oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada kasus korban bencana alam atau kecelakaan, sering ditemukan masalah dalam proses identifikasi, disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada kasus korban bencana alam atau kecelakaan, sering ditemukan masalah dalam proses identifikasi, disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada kasus korban bencana alam atau kecelakaan, sering ditemukan masalah dalam proses identifikasi, disebabkan karena kondisi utama jenazah yang semakin tidak utuh

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN MALPRAKTIK

PEMBUKTIAN MALPRAKTIK Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Proceeding Annual Scientific Meeting 2017 PEMBUKTIAN MALPRAKTIK Syarifah Hidayah

Lebih terperinci