PENDAHULUAN. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. Latar Belakang"

Transkripsi

1 Latar Belakang PENDAHULUAN Salah satu persoalan lingkungan yang muncul hampir setiap tahun di Indonesia terutama pasca tahun 2000 adalah kebakaran hutan, termasuk di wilayah provinsi Riau. Kebakaran hutan dan lahan merupakan salah satu bentuk bencana yang makin sering terjadi, dan dampak yang ditimbulkan sangat merugikan bila dilihat dari aspek fisik-kimia, biologi, sosial ekonomi maupun aspek ekologi. Dampak tersebut tidak hanya dialami oleh masyarakat di provinsi Riau saja, tetapi juga oleh masyarakat di provinsi sekitar Riau. Selain dekat dengan wilayah lain di Indonesia, provinsi Riau juga dekat dengan wilayah dari negara lain, yaitu Singapura. Sehingga apabila terjadi kebakaran hutan di wilayah provinsi Riau, asap yang ditimbulkan tidak hanya dirasakan oleh penduduk Indonesia saja, tetapi juga dapat dirasakan oleh penduduk Singapura. Apabila peristiwa ini mendapat pencegahan atau penanggulangan yang baik akan mengurangi kuantitas dampak yang ditimbulkan. Salah satunya dengan deteksi hotspot. Persebaran hotspot merupakan informasi yang dapat digunakan untuk pencegahan dan analisis terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Data persebaran hotspot dapat digunakan untuk deteksi dini kebakaran hutan. Data ini dapat diperoleh dengan pencitraan jarak jauh menggunakan satelit. Apabila lokasi hotspot dapat diketahui maka dapat diambil langkah dini untuk menanggulangi kebakaran hutan. Data persebaran hotspot berukuran besar dapat dianalisis menggunakan teknik spatial data mining. Salah satu teknik dalam spatial data mining adalah spatial decision tree. Spatial decision tree akan membangun sebuah decision tree dari data spasial yang dapat digunakan untuk membentuk aturan-aturan klasifikasi. Salah satu metode pembentukan spatial decision tree adalah dengan menghitung hubungan spasial antarobjek. Kemudian hubungan spasial tersebut diperlakukan seperti atribut biasa. Sehingga algoritma pembentukan decision tree konvensional dapat diterapkan untuk membangun spatial decision tree. Tujuan Penelitian ini bertujuan membentuk sebuah model klasifikasi yang dapat digunakan untuk memprediksi jumlah hotspot di suatu wilayah dengan mempertimbangkan hubungan antara jumlah hotspot di wilayah tersebut dan data spasial (HPH, HTI, TGHK, land system). Selain itu, penelitian ini juga bertujuan melihat karakteristik suatu wilayah tempat terjadinya hotspot. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah membentuk spatial decision tree untuk data persebaran hotspot di wilayah provinsi Riau pada tahun Data yang digunakan adalah data provinsi Riau yang meliputi data persebaran hotspot pada tahun 2005, data land system, data sebaran Hak Pengusahaan Hutan (HPH), data sebaran Hutan Tanaman Industri (HTI), dan data Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK). Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membentuk model klasifikasi dari persebaran hotspot untuk wilayah provinsi Riau. Selain itu, pengguna juga dapat mengetahui karakteristik suatu wilayah tempat terjadinya hotspot, sehingga dapat dilakukan penanggulangan yang tepat dan sesuai dengan karakteristik wilayah tersebut. TINJAUAN PUSTAKA Data Spasial dan Operasi Spasial Data spasial menjelaskan tentang lokasi dari feature geografis dan atributnya (informasi tentang sebuah feature biasanya disimpan sebagai koordinat dan topologi). Model dari data spasial dibedakan menjadi dua kategori, yaitu field dan objek. Dalam sistem informasi geografis, model fungsional disebut model field. Jika data spasial dimodelkan sebagai sebuah koleksi dari polygon, maka data tersebut disebut model objek. Model field biasanya digunakan untuk memodelkan data spasial yang cenderung kontinyu seperti elevasi, temperatur, dan variasi tanah. Sedangkan model objek lebih digunakan untuk memodelkan jaringan jalan dan bidang tanah yang merupakan properti pajak (Shekhar & Chawla 2003). Operasi spasial pada data model field merupakan hubungan dan interaksi antarfield yang berbeda, yang dinyatakan dengan operasi field. Dalam operasi field, subset sebuah field dipetakan kepada field lainnya. Contoh dari operasi field adalah union (+) dan composition (o). f+g :x f(x)+ g(x) f o g :x f g(x) Pada data model objek, hubungan antarobjek ditentukan oleh posisi objek tersebut dalam 1

2 ruang (Shekhar & Chawla 2003). Topologi merupakan informasi tentang hubungan antaratribut spasial (Demer 2003). Hubungan topological biner di antara dua objek, A dan B 2 dalam ruang R ditentukan berdasarkan perpotongan (intersection) antara interior A (A o ), batas (boundary) A ( A) dan eksterior A (A - ) dengan interior B (B o ), batas (boundary) B ( B) dan eksterior B (B - ). Matriks nine intersection dibentuk oleh keenam bagian objek tersebut yang mendefinisikan hubungan topological. Sembilan hubungan yang dapat ditunjukkan dengan menggunakan matriks nine intersection adalah disjoint, meet, overlap, equal, contains, inside, covers, dan covered by, seperti terlihat pada Gambar 1. Sebagai contoh, hubungan disjoint dapat dijelaskan dalam model matriks nine intersection, yaitu dengan matriks boolean berikut Nilai 0 menunjukkan bahwa interior (A) tidak memiliki titik bersama dengan interior (B) ataupun dengan batas (B). Begitu juga dengan interior (B) dengan batas (A) dan batas (A) dengan batas (B) (Shekhar & Chawla 2003). Hubungan Spasial Salah satu perhatian utama dalam spatial data mining adalah mempertimbangkan hubungan spasial di antara objek. Dalam klasifikasi spasial nilai atribut dari objek-objek tetangga mungkin ikut menentukan sebuah objek digolongkan sebagai kelas tertentu, sehingga nilai atribut objek tetangga harus diperhitungkan (Zeitouni & Chelghoum 2001). Hubungan spasial merupakan suatu hubungan atau asosiasi dari properti lingkungan geografis. Tetapi tidak seperti model data relational, hubungan spasial bersifat tersembunyi. Untuk menghitungnya diperlukan banyak operasi spatial join (Chelgoum et al 2002). Spatial Join Index Join index merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk mempercepat penggabungan dalam kerangka basis data relasional. Perluasan dari join index untuk digunakan pada data spasial dengan menambahkan atribut ketiga yang menunjukkan hubungan spasial diantara dua objek adalah spatial join index (Chelghoum & Zeitouni 2004). Spatial join index merupakan sebuah tabel tambahan yang menjadi acuan dalam mempertemukan objek dari layer thematic R dengan S dan menyimpan nilai hubungan spasial keduanya, seperti terlihat pada Gambar 2 (Chelghoum et al 2002). Gambar 1 Hubungan Topological Biner (Shekhar & Chawla 2003). Gambar 2 Spatial Join Index (Chelghoum & Zeitouni 2004). Operator Complete Penggunaan operator Complete diperlukan untuk mengatur kembali data spatial join index ke dalam sebuah tabel yang unik tanpa adanya duplikasi data objek. Prinsip dari operator 2

3 Complete adalah membangkitkan untuk setiap nilai atribut tabel yang terhubung dengan atribut dari tabel hasil. Pada tabel yang dihasilkan, berbagai metode data mining konvensional dapat diaplikasikan (Chelghoum & Zeitouni 2004). Definisi dari operator Complete dapat dilihat di bawah ini (Chelghoum & Zeitouni 2004) Misalkan terdapat tiga tabel, yaitu R (ID1, A1,, An), V (ID2, B1,, Bm) dan I (ID1, ID2, W). Atribut kunci untuk setiap tabel ditandai dengan atribut yang digaris bawahi. Atribut Bi (i=1,, m) adalah atribut kualitatif dan b ij (j = 1, Ki) adalan nilai beda untuk atribut tersebut. Misalkan F = {F1, F2,, Fm} adalah kumpulan fungsi agregat. COMPLETE (R, V, I, F) adalah sebuah tabel T yang mengikuti skema ini: T (ID1, A1, An, W_b11,, W_b1K1,, W_bm1,, W_b mkm) dimana: ID1 adalah atribut kunci, t = (id1, a1, a2,, an, W_b11,, W_b1K1,, W_bm1, W_bm2,, W_bmKm) Œ T, - (id1, a1, a2,, an ) = s (ID1 = Id1 )(R), - W_bij = Fi (s (ID1 = Id1) (I) s (Bi = bij) (V); W) if s (ID1 = Id1) (I) jika ID1 tidak kosong, selainnya diisi dengan NULL. Contoh penggunaan dari operator COMPLETE terdapat pada Gambar 3. Gambar 3 Penggunaan Operator COMPLETE (Chelghoum & Zeitouni 2004). Tujuan utama penggunaan operator Complete adalah untuk menghilangkan duplikasi yang terjadi pada atribut ID1 di Tabel I, yang merupakan objek dari Accident R. Sehingga diperoleh satu tabel baru yang berisi semua nilai ID1 dengan kombinasi antara nilai atribut ID2 dan nilai atribut distance. Spatial Decision Tree Klasifikasi atau pengenalan kelas memberikan deskripsi logis yang menghasilkan pembagian yang terbaik dari kumpulan data yang diambil berdasarkan satu atau beberapa atribut. Aturan klasifikasi merupakan sebuah decision tree dimana setiap node mengandung sebuah kriteria dari sebuah atribut. Leaf node mengandung objek yang seharusnya termasuk ke suatu kelas. Decision tree adalah sebuah struktur tree dimana setiap internal node menunjukkan sebuah kriteria dalam sebuah atribut, setiap brach menunjukkan sebuah hasil dari kriteria tersebut, dan sebuah leaf node menunjukkan label kelas (Han & Kamber 2006). Spatial decision tree merupakan perluasan dari sebuah decision tree dilihat dari dimensi spasial yang dimilikinya (Zeitouni & Chelghoum 2001). Algoritme NBTree Salah satu algoritme pembentukan decision tree adalah algoritme NBTree. Algoritme NBTree merupakan algoritme hasil penggabungan teknik decision tree classifier dengan naïve-bayes classifier. Algoritme ini akan membangun decision tree dengan node yang mengandung univariate split seperti decision tree biasa, tetapi pada node leaf terkandung naïve-bayes classifier (Kohavi 1996). Algoritme NBTree (Kohavi 1996) Input : himpunan T yang terdiri dari instance dengan label Output : sebuah pohon keputusan dengan pengkategori Naïve-bayes pada daun 1. Hitung utility untuk setiap atribut,. Untuk atribut kontinyu, dibuat sebuah threshold. 2. Misalkan adalah atribut dengan nilai utility tertinggi. 3. Jika tidak lebih tinggi dibanding nilai utility yang dimiliki node yang sekarang, buat model Naïve-Bayes untuk node yang sekarang dan kembali ke langkah Bagi T menurut pengujian di. Jika adalah kontinyu, sebuah pembagian menggunakan threshold dibuat untuk semua nilai yang mungkin. 5. Untuk setiap child, panggil algoritme secara rekursif untuk membagi T yang sesuai dengan pengujian dari child. Dengan memberikan sekumpulan instance ke suatu node, algoritme NBTree akan 3

4 melakukan evaluasi utility of split untuk setiap atribut. Jika utility terbesar dari semua atribut lebih tinggi dibanding utility yang dimiliki node yang sekarang, maka akan dilakukan pembagian instance-instance yang ada berdasarkan atribut tersebut (William et all 2006). Utility of node dihitung dengan melakukan diskretisasi pada data yang ada dan menghitung estimasi akurasi 5-fold cross validation dari penggunaan naïve-bayes di node tersebut. Sedangkan utility of split adalah jumlah bobot dari utility of node, dimana bobot yang diberikan ke sebuah node sebanding dengan jumlah instance yang diturunkan node tersebut. Pembagian ditetapkan signifikan jika reduksi relatif terhadap kesalahan lebih bagus dari 5% dan setidaknya terdapat 30 instance di node tersebut. Hal ini untuk menghindari terjadinya pembagian dengan nilai yang kecil (Kohavi 1996). Naive Bayes Classifier Untuk mengklasifikasikan sebuah record, model Naive Bayes melakukan penghitungan posterior probability untuk setiap kelas Y (Tan et al 2005). P(Y X)= P(Y)Π d i=1 P(X i Y) P(X) Peluang bersyarat P(X = x Y = y) diperkirakan dengan membagi jumlah instance di kelas y yang memiliki atribut x dengan jumlah instance di kelas y. Algoritme K-Means Algoritme K-Means merupakan salah satu algoritme pembentukan cluster dengan jenis cluster prototype-based. Cluster yang dihasilkan oleh teknik prototype-based merupakan himpunan objek, sehingga sebuah objek di dalam cluster lebih dekat dengan pusat cluster tersebut dibanding dengan pusat cluster lain. Pusat cluster pada K-Means merupakan sebuah centroid yang biasanya nilai rata-rata dari titik yang ada di dalam cluster. Langkah pertama dari algoritme K-Means adalah memilih k centroid awal, dimana k merupakan jumlah cluster yang diinginkan pengguna. Kemudian, setiap titik dimasukkan ke dalam cluster dengan jarak ke centorid yang terdekat. Langkah selanjutnya nilai centroid dari setiap cluster diperbarui berdasarkan titik yang terdapat dalam cluster. Langkah-langkah tersebut dilakukan berulang sampai nilai centroid tidak berubah (Tan et al 2005). Algoritme K-Means (Tan et al 2005 ) 1. Tentukan k buah objek sebagai pusat cluster awal; 2. ulangi 3. tandai masing - masing untuk sebuah cluster, dimana objek tersebut lebih mirip didasarkan pada nilai rataan objek tersebut dalam sebuah cluster; 4. hitung nilai pusat cluster untuk masing masing cluster; 5. sampai tidak ada perubahan. Algoritme K-Means mengambil parameter masukan k, dan membagi sebuah himpunan objek ke dalam k cluster, sehingga menghasilkan similaritas intracluster tinggi tetapi similaritas intercluster rendah (Han & Kamber 2006). Confusion Matrix Confusion matrix merupakan sebuah tabel yang berisi jumlah banyaknya test record yang diprediksi secara benar dan tidak benar oleh model klasifikasi. Bentuk dari confussion matrix terlihat pada Tabel 1. Setiap entri pada f ij pada tabel ini menyatakan banyaknya record dari kelas i yang diprediksi ke dalam kelas j. Tabel 1 Confussion Matrix (Tan et al 2005) Kelas aktual Kelas yang diprediksi Kelas = 1 Kelas = 0 Kelas = 1 f 11 f 11 Kelas = 2 f 01 f 00 Informasi dari confusion matrix diperlukan untuk menentukan kinerja suatu model klasifikasi. Informasi ini dapat diringkas ke dalam suatu nilai seperti akurasi (Tan et al 2005). banyaknya prediksi yang benar akurasi= total banyaknya prediksi Hotspot (titik panas) f 11 + f 00 = f 11 + f 10 + f 01 + f 00 Hotspot (titik panas) merupakan suatu istilah untuk titik yang memiliki suhu lebih tinggi dibanding dengan nilai ambang yang ditentukan data digital satelit. Data digital yang digunakan berasal dari satelit NOAA-AVHRR (National Oceanic Atmospheric Administration, Advanced Very High Resolution Radiometer). Nilai ambang batas yang digunakan dalam menentukan suatu titik panas yaitu 315 K (42 o C) untuk tangkapan sinyal siang hari dan 310 K (37 o C) untuk tangkapan sinyal pada malam hari (Dephut dalam Yonatan 2006). 4

5 Data hotspot merupakan salah satu indikator tentang kemungkinan terjadinya kebakaran hutan sehingga dapat dilakukan analisis, pemantauan, dan terkadang harus melakukan pemeriksaan langsung ke lapangan untuk mengatahui apakah diperlukan langkah pencegahan kebakaran (Adinugroho et al dalam Sukmawati 2006). METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data persebaran hotspot di wilayah provinsi Riau pada tahun 2005,data land system untuk provinsi Riau, data sebaran HPH di provinsi Riau, data sebaran HTI di provinsi Riau, data TGHK di provinsi Riau dan data provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan secara bertahap sesuai tahapan yang telah disusun pada Gambar 4. Gambar 4 Tahapan penelitian. Nilai threshold yang digunakan pada penelitian ini adalah 60%. Tahapan praproses yang merupakan salah satu tahap penelitian dapat dipecah lagi menjadi beberapa tahap. Ilustrasi tahap praproses dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Ilustrasi tahap praproses. 5

PEMBUATAN SPATIAL DECISION TREE MENGGUNAKAN ALGORITME NBTREE UNTUK PERSEBARAN HOTSPOT DI PROVINSI RIAU PRITASARI PALUPININGSIH

PEMBUATAN SPATIAL DECISION TREE MENGGUNAKAN ALGORITME NBTREE UNTUK PERSEBARAN HOTSPOT DI PROVINSI RIAU PRITASARI PALUPININGSIH PEMBUATAN SPATIAL DECISION TREE MENGGUNAKAN ALGORITME NBTREE UNTUK PERSEBARAN HOTSPOT DI PROVINSI RIAU PRITASARI PALUPININGSIH DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN MODEL KLASIFIKASI DATA LAMA STUDI MAHASISWA STMIK INDONESIA MENGGUNAKAN DECISION TREE DENGAN ALGORITMA NBTREE

PEMBENTUKAN MODEL KLASIFIKASI DATA LAMA STUDI MAHASISWA STMIK INDONESIA MENGGUNAKAN DECISION TREE DENGAN ALGORITMA NBTREE PEMBENTUKAN MODEL KLASIFIKASI DATA LAMA STUDI MAHASISWA STMIK INDONESIA MENGGUNAKAN DECISION TREE DENGAN ALGORITMA NBTREE Syam Gunawan 1, Pritasari Palupiningsih 2 1,2 Program Studi Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN DECISION TREE DATA LAMA STUDI MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NBTREE DAN C4.5

PEMBENTUKAN DECISION TREE DATA LAMA STUDI MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NBTREE DAN C4.5 PEMBENTUKAN DECISION TREE DATA LAMA STUDI MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NBTREE DAN C4.5 Syam Gunawan 1, Pritasari Palupiningsih 2 1,2 Jurusan Sistem Informasi, STMIK Indonesia 1 syam@stmik-indonesia.ac.id,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Education data mining merupakan penelitian didasarkan data di dunia pendidikan untuk menggali dan memperoleh informasi tersembunyi dari data yang ada. Pemanfaatan education

Lebih terperinci

Lingkungan Pengembangan HASIL DAN PEMBAHASAN

Lingkungan Pengembangan HASIL DAN PEMBAHASAN aturan 3--5 untuk menentukan interval akan dibagi menjadi berapa kelompok. Hasilnya akan menjadi hirarki paling atas. Kemudian nilai maksimum dan nilai minimum diperiksa apakah nilainya masuk ke dalam

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Lingkup Penelitian

2 TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Lingkup Penelitian 3 Ruang Lingkup Penelitian 1. Teknik yang digunakan dalam membentuk clustering titik panas adalah DBSCAN. 2. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data titik panas kebakaran hutan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menguraikan penjelasan umum mengenai tugas akhir yang dikerjakan. Penjelasan tersebut meliputi latar belakang masalah, tujuan tugas akhir, lingkup tugas akhir, metodologi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Data Mining

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Data Mining TINJAUAN PUSTAKA Definisi Data Mining Sistem Manajemen Basis Data tingkat lanjut dan teknologi data warehousing mampu untuk mengumpulkan banjir data dan untuk mentransformasikannya ke dalam basis data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Mining Data Mining adalah proses yang mempekerjakan satu atau lebih teknik pembelajaran komputer (machine learning) untuk menganalisis dan mengekstraksi pengetahuan (knowledge)

Lebih terperinci

Perbandingan 5 Algoritma Data Mining untuk Klasifikasi Data Peserta Didik

Perbandingan 5 Algoritma Data Mining untuk Klasifikasi Data Peserta Didik Perbandingan 5 Algoritma Data Mining untuk Klasifikasi Data Peserta Didik Imam Sutoyo AMIK BSI JAKARTA e-mail: imam.ity@bsi.ac.id Abstrak - Klasifikasi peserta didik merupakan kegiatan yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Indeks Prestasi Kumulatif dan Lama Studi. menggunakan dokumen/format resmi hasil penilaian studi mahasiswa yang sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Indeks Prestasi Kumulatif dan Lama Studi. menggunakan dokumen/format resmi hasil penilaian studi mahasiswa yang sudah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Indeks Prestasi Kumulatif dan Lama Studi Mahasiswa yang telah menyelesaikan keseluruhan beban program studi yang telah ditetapkan dapat dipertimbangkan

Lebih terperinci

PE DAHULUA. Latar Belakang

PE DAHULUA. Latar Belakang Latar Belakang PE DAHULUA Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, atau seringkali disebut Pilkada, adalah pemilihan umum untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung di

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PELANGGAN DENGAN ALGORITME POHON KEPUTUSAN DAN PELUANG PELANGGAN YANG MERESPONS PENAWARAN DENGAN REGRESI LOGISTIK

KLASIFIKASI PELANGGAN DENGAN ALGORITME POHON KEPUTUSAN DAN PELUANG PELANGGAN YANG MERESPONS PENAWARAN DENGAN REGRESI LOGISTIK KLASIFIKASI PELANGGAN DENGAN ALGORITME POHON KEPUTUSAN DAN PELUANG PELANGGAN YANG MERESPONS PENAWARAN DENGAN REGRESI LOGISTIK YUANDRI TRISAPUTRA & OKTARINA SAFAR NIDA (SIAP 16) Pendahuluan Latar Belakang

Lebih terperinci

PENERAPAN SPATIAL DECISION TREE UNTUK IDENTIFIKASI LAHAN MANGROVE MENGGUNAKAN ALGORITME C4.5 NAPTHALENA

PENERAPAN SPATIAL DECISION TREE UNTUK IDENTIFIKASI LAHAN MANGROVE MENGGUNAKAN ALGORITME C4.5 NAPTHALENA PENERAPAN SPATIAL DECISION TREE UNTUK IDENTIFIKASI LAHAN MANGROVE MENGGUNAKAN ALGORITME C4.5 NAPTHALENA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA SPASIAL UNTUK KEMUNCULAN HOTSPOT DI PROVINSI RIAU MENGGUNAKAN ALGORITME ID3 VIKHY FERNANDO

KLASIFIKASI DATA SPASIAL UNTUK KEMUNCULAN HOTSPOT DI PROVINSI RIAU MENGGUNAKAN ALGORITME ID3 VIKHY FERNANDO KLASIFIKASI DATA SPASIAL UNTUK KEMUNCULAN HOTSPOT DI PROVINSI RIAU MENGGUNAKAN ALGORITME ID3 VIKHY FERNANDO DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada tinjauan pustaka ini akan dibahas tentang konsep dasar dan teori-teori yang mendukung pembahasan yang berhubungan dengan sistem yang akan dibuat. 2.1 Basis Data (Database) Database

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Setiap tahapan di dalam penelitian ini akan ditunjukkan di dalam Tabel 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Setiap tahapan di dalam penelitian ini akan ditunjukkan di dalam Tabel 2. 6 tahap ini, pola yang telah ditemukan dipresentasikan ke pengguna dengan teknik visualisasi agar pengguna dapat memahaminya. Deskripsi aturan klasifikasi akan dipresentasikan dalam bentuk aturan logika

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 19 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Kebakaran hutan yang sering terjadi di Indonesia berkaitan erat dengan dua faktor utama yaitu faktor alam dan faktor manusia. Kemungkinan terdapat karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dataset

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dataset BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian diuraikan dalam skema tahap penelitian untuk memberikan petunjuk atau gambaran yang jelas, teratur, dan sistematis seperti yang ditunjukkan pada Gambar

Lebih terperinci

ALGORITMA C4.5 UNTUK PEMODELAN DAERAH RAWAN BANJIR STUDI KASUS KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT

ALGORITMA C4.5 UNTUK PEMODELAN DAERAH RAWAN BANJIR STUDI KASUS KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT ALGORITMA C4.5 UNTUK PEMODELAN DAERAH RAWAN BANJIR STUDI KASUS KABUPATEN KARAWANG JAWA BARAT Ahmad Khusaeri 1, Septian Ilham 2, Desi Nurhasanah 3, Derrenz Delpidat 4, Anggri 5, Aji Primajaya 6, Betha Nurina

Lebih terperinci

Data Mining. Pengenalan Sistem & Teknik, Serta Contoh Aplikasi. Avinanta Tarigan. 22 Nov Avinanta Tarigan Data Mining

Data Mining. Pengenalan Sistem & Teknik, Serta Contoh Aplikasi. Avinanta Tarigan. 22 Nov Avinanta Tarigan Data Mining Data Mining Pengenalan Sistem & Teknik, Serta Contoh Aplikasi Avinanta Tarigan 22 Nov 2008 1 Avinanta Tarigan Data Mining Outline 1 Pengertian Dasar 2 Classification Mining 3 Association Mining 4 Clustering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertukaran informasi di zaman modern ini telah sampai pada era digital. Hal ini ditandai dengan semakin dibutuhkannya teknologi berupa komputer dan jaringan internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maret hingga Agustus. Kondisi ini didukung oleh suhu rata-rata 21 0 C 36 0 C dan

BAB I PENDAHULUAN. Maret hingga Agustus. Kondisi ini didukung oleh suhu rata-rata 21 0 C 36 0 C dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Kota Dumai sangat dipengaruhi oleh iklim laut. Musim hujan jatuh pada bulan September hingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki + 30.000 spesies tumbuh-tumbuhan ([Depkes] 2007). Tumbuh-tumbuhan tersebut banyak yang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Seiring

Lebih terperinci

Apa itu DATA? Apa bedanya DATA & INFORMASI?

Apa itu DATA? Apa bedanya DATA & INFORMASI? Apa itu DATA? Apa bedanya DATA & INFORMASI? Informasi data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan dapat berupa fakta, suatu nilai yang bermanfaat. Jadi ada suatu proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data Mining 2.1.1 Pengertian Data Mining Dengan semakin besarnya jumlah data dan kebutuhan akan analisis data yang akurat maka dibutuhkan metode analisis yang tepat. Data mining

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM METODOLOGI DATA MINING

BAB IV GAMBARAN UMUM METODOLOGI DATA MINING BAB IV GAMBARAN UMUM METODOLOGI DATA MINING A. Metodologi Data Mining Metodologi Data Mining Komponen data mining pada proses KDD seringkali merupakan aplikasi iteratif yang berulang dari metodologi data

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PADA TEXT MINING

KLASIFIKASI PADA TEXT MINING Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 1 KLASIFIKASI PADA TEXT MINING Budi Susanto Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 2 Tujuan Memahami konsep dasar sistem klasifikasi Memahami beberapa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Transformasi data... 47

DAFTAR ISI Transformasi data... 47 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi INTISARI... xiii ABSTRACT... xiv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Penghitungan k-nn pada Adaptive Synthetic-Nominal (ADASYN-N) dan Adaptive Synthetic-kNN (ADASYN-kNN) untuk Data Nominal- Multi Kategori

Penghitungan k-nn pada Adaptive Synthetic-Nominal (ADASYN-N) dan Adaptive Synthetic-kNN (ADASYN-kNN) untuk Data Nominal- Multi Kategori Penghitungan k-nn pada Adaptive Synthetic-Nominal (ADASYN-N) dan Adaptive Synthetic-kNN (ADASYN-kNN) untuk Data Nominal- Multi Kategori Abstrak 1 Sri Rahayu, 2 Teguh Bharata Adji & 3 Noor Akhmad Setiawan

Lebih terperinci

menggunakan framework Geomondrian dan

menggunakan framework Geomondrian dan tingkat kabupaten. Penelitian ini telah membangun data warehouse dengan satu tabel fakta (hotspot) dan dua tabel dimensi (waktu dan lokasi). Pada penelitian berikutnya, Hasan (2009) menambahkan empat dimensi,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PADA TEXT MINING

KLASIFIKASI PADA TEXT MINING Budi Susanto KLASIFIKASI PADA TEXT MINING Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 1 Tujuan Memahami konsep dasar sistem klasifikasi Memahami beberapa algoritma klasifikasi: KNN Naïve Bayes Decision

Lebih terperinci

Penggunaan Pohon Keputusan untuk Data Mining

Penggunaan Pohon Keputusan untuk Data Mining Penggunaan Pohon Keputusan untuk Data Mining Indah Kuntum Khairina NIM 13505088 Program Studi Teknik Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Fauzi, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novita Fauzi, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia memiliki potensi rawan akan bencana, baik bencana alam maupun bencana non-alam. Bencana dapat menimbulkan terancamnya keselamatan jiwa,

Lebih terperinci

Penerapan Algoritma C4.5 Untuk Menentukan Kesesuaian Lensa Kontak dengan Mata Pasien

Penerapan Algoritma C4.5 Untuk Menentukan Kesesuaian Lensa Kontak dengan Mata Pasien 1 Penerapan Algoritma C4.5 Untuk Menentukan Kesesuaian Lensa Kontak dengan Mata Pasien Ketut Wisnu Antara 1, Gede Thadeo Angga Kusuma 2 Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang

PENDAHULUAN. Latar belakang Latar belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara megabiodiversity yang memiliki kekayaan tumbuhan obat. Indonesia memiliki lebih dari 38.000 spesies tanaman (Bappenas 2003). Sampai tahun 2001 Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Decision Tree Definisi Decision tree adalah sebuah diagram alir yang berbentuk seperti struktur pohon yang mana setiap internal node menyatakan pengujian terhadap suatu atribut,

Lebih terperinci

Manfaat Pohon Keputusan

Manfaat Pohon Keputusan DECISION TREE (POHON KEPUTUSAN) Latar Belakang Pohon Keputusan Di dalam kehidupan manusia sehari-hari, manusia selalu dihadapkan oleh berbagai macam masalah dari berbagai macam bidang. Masalah-masalah

Lebih terperinci

KLASIFIKASI NASABAH ASURANSI JIWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NAIVE BAYES BERBASIS BACKWARD ELIMINATION

KLASIFIKASI NASABAH ASURANSI JIWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NAIVE BAYES BERBASIS BACKWARD ELIMINATION KLASIFIKASI NASABAH ASURANSI JIWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NAIVE BAYES BERBASIS BACKWARD ELIMINATION Betrisandi betris.sin@gmail.com Universitas Ichsan Gorontalo Abstrak Pendapatan untuk perusahaan asuransi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. yang tepat. Sistem data mining mampu memberikan informasi yang tepat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. yang tepat. Sistem data mining mampu memberikan informasi yang tepat dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sistem data mining akan lebih efektif dan efisiensi dengan komputerisasi yang tepat. Sistem data mining mampu memberikan informasi yang

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA C5.0 DALAM PENGKLASIFIKASIAN DATA MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

PENERAPAN ALGORITMA C5.0 DALAM PENGKLASIFIKASIAN DATA MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PENERAPAN ALGORITMA C5.0 DALAM PENGKLASIFIKASIAN DATA MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Wandira Irene, Mukhlisulfatih Latief, Lillyan Hadjaratie Program Studi S1 Sistem Informasi / Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Short Message Service (SMS) Short Message Service (SMS) adalah sebuah layanan dasar yang membolehkan pertukaran pesan teks singkat antarpelanggan. Pesan ini dapat dikirim dari perangkat

Lebih terperinci

Klasifikasi Profil Siswa SMA/SMK yang Masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dengan k-nearest Neighbor

Klasifikasi Profil Siswa SMA/SMK yang Masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dengan k-nearest Neighbor Klasifikasi Profil Siswa SMA/SMK yang Masuk PTN (Perguruan Tinggi Negeri) dengan k-nearest Neighbor Yuandri Trisaputra, Indriyani, Shellafuri Mardika Biru, Muhammad Ervan Departemen Ilmu Komputer, FMIPA,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE Warih Maharani Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI penelitian. Pada bab ini akan dibahas literatur dan landasan teori yang relevan dengan 2.1 Tinjauan Pustaka Kombinasi metode telah dilakukan oleh beberapa peneliti

Lebih terperinci

Konsep Data Mining. Klasifikasi : Pohon Keputusan. Bertalya Universitas Gunadarma 2009

Konsep Data Mining. Klasifikasi : Pohon Keputusan. Bertalya Universitas Gunadarma 2009 Konsep Data Mining Klasifikasi : Pohon Keputusan Bertalya Universitas Gunadarma 2009 Definisi Klasifikasi Proses untuk menyatakan suatu objek ke salah satu kategori yg sudah didefinisikan sebelumnya. Proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sentimen dari pengguna aplikasi android yang memberikan komentarnya pada fasilitas user review

Lebih terperinci

KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis

KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis Company LOGO Sistem Informasi Geografis ibi Basis data spasial yaitu: sekumpulan entity baik yang memiliki lokasi atau posisi tetap maupun tidak tetap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Ilustrasi pencarian titik pusat dan jari-jari pupil. Segmentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Ilustrasi pencarian titik pusat dan jari-jari pupil. Segmentasi 4 Perangkat keras berupa Notebook: Processor intel Core i3 2.2 GHz. RAM kapasitas 2. GB. Harddisk Kapasitas 5 GB. Monitor pada resolusi 1366 x 768 piksel. Merek Acer Aspire 475. Perangkat lunak berupa:

Lebih terperinci

( ) ( ) (3) II-1 ( ) ( )

( ) ( ) (3) II-1 ( ) ( ) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Naïve Bayes Classifier 2.1.1 Teorema Bayes Bayes merupakan teknik prediksi berbasis probabilistik sederhana yang berdasar pada penerapan teorema Bayes (atau aturan Bayes) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu aspek terpenting bagi kehidupan manusia, yang dapat mempengaruhi manusia itu sendiri, juga menjadi faktor pendukung dalam setiap sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Twitter API Twitter API terdiri dari dua komponen yang berbeda, REST dan SEARCH API. REST API memungkinkan pengembang/developer Twitter

Lebih terperinci

jumlah keluarga, dan jumlah rumah. Data diambil dari hasil sensus potensi desa yang dilakukan BPS tahun 1996, 1999, 2003, dan 2006.

jumlah keluarga, dan jumlah rumah. Data diambil dari hasil sensus potensi desa yang dilakukan BPS tahun 1996, 1999, 2003, dan 2006. 1 Latar Belakang PENDAHULUAN Kemajuan teknologi komputer semakin memudahkan proses penyimpanan dan pengolahan data berukuran besar. Namun demikian, seringkali data yang sudah tersimpan belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

12/19/2011. Polygon Arc Topology SPATIAL DATABASE MANAGEMENT. Konektivitas (Arc Node Topology) & Contiguity:

12/19/2011. Polygon Arc Topology SPATIAL DATABASE MANAGEMENT. Konektivitas (Arc Node Topology) & Contiguity: TAHAPAN PEMBANGUNAN DATA SIG TAHAPAN PEMBANGUNAN DATA SIG SPATIAL DATABASE MANAGEMENT CLEAN : Menbangun polygon topology BUILD : Membangun point & Line topology STORE : menyimpan data EDIT : melakukan

Lebih terperinci

DATA DAN METODE Data

DATA DAN METODE Data DATA DAN METODE Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian berasal dari data mahasiswa tahun angkatan 2000 sampai dengan 2005, dan dari tiga program studi yaitu S1- Sistem Informasi, S1-Teknik Informatika,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE POHON KEPUTUSAN DENGAN ALGORITME ITERATIVE DYCHOTOMISER 3 (ID3) PADA DATA PRODUKSI JAGUNG DI PULAU JAWA

PENERAPAN METODE POHON KEPUTUSAN DENGAN ALGORITME ITERATIVE DYCHOTOMISER 3 (ID3) PADA DATA PRODUKSI JAGUNG DI PULAU JAWA PENERAPAN METODE POHON KEPUTUSAN DENGAN ALGORITME ITERATIVE DYCHOTOMISER 3 (ID3) PADA DATA PRODUKSI JAGUNG DI PULAU JAWA Yasinta Agustyani, Yuliana Susanti, dan Vika Yugi Program Studi Matematika Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Dasar Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya yaitu untuk mengklasifikasikan kelayakan kredit calon debitur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Penelitian mengenai pengenalan wajah termotivasi oleh banyaknya aplikasi praktis yang diperlukan dalam identifikasi wajah. Pengenalan wajah sebagai salah satu dari teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penentuan dosen pembimbing tugas akhir masih dilakukan secara manual di Jurusan Teknik Informatika UMM yang hanya mengandalkan pengetahuan personal tentang spesialisasi

Lebih terperinci

penyebarannya. Diharapkan dari penelitian ini dapat terbentuk sebuah basis pengetahuan spasial yang bermanfaat. PENDAHULUAN

penyebarannya. Diharapkan dari penelitian ini dapat terbentuk sebuah basis pengetahuan spasial yang bermanfaat. PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu hal yang memiliki batasan yang luas, tetapi bagaimanapun juga batasan mengenai kemiskinan harus tetap diukur untuk kebijakan pemerintah. Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Titik Panas

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Titik Panas 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Titik Panas Titik panas (hotspot) adalah indikator kebakaran hutan yang mengindikasikan suatu lokasi yang memiliki suhu relatif tinggi dibandingkan suhu disekitarnya. Definisi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WAKTU TERJADI HOTSPOT MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTERING DI WILAYAH KALIMANTAN SELATAN. Nur Armina Rahmah

KARAKTERISTIK WAKTU TERJADI HOTSPOT MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTERING DI WILAYAH KALIMANTAN SELATAN. Nur Armina Rahmah Technologia Vol 8, No.1, Januari Maret 2017 20 KARAKTERISTIK WAKTU TERJADI HOTSPOT MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTERING DI WILAYAH KALIMANTAN SELATAN Nur Armina Rahmah (nur.armina@fti.uniska-bjm.ac.id) ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terkait Penelitian ini sebelumnya dilakukan studi kepustakaan dari penelitian terdahulu sebagai dasar atau acuan untuk menyelesaikan tugas akhir. Dari studi kepustakaan

Lebih terperinci

POHON KEPUTUSAN DENGAN ALGORITMA C4.5

POHON KEPUTUSAN DENGAN ALGORITMA C4.5 POHON KEPUTUSAN DENGAN ALGORITMA C4.5 1. Pengantar Algoritma C4.5 Klasifikasi merupakan salah satu proses pada data mining yang bertujuan untuk menemukan pola yang berharga dari data yang berukuran relatif

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK KLASIFIKASI KEMUNCULAN TITIK API DI PROVINSI RIAU MENGGUNAKAN POHON KEPUTUSAN C4.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK KLASIFIKASI KEMUNCULAN TITIK API DI PROVINSI RIAU MENGGUNAKAN POHON KEPUTUSAN C4. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK KLASIFIKASI KEMUNCULAN TITIK API DI PROVINSI RIAU MENGGUNAKAN POHON KEPUTUSAN C4.5 KHAIRIL AMRI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ALGORITME C4.5 DAN CART PADA DATA TIDAK SEIMBANG UNTUK KASUS PREDIKSI RISIKO KREDIT DEBITUR KARTU KREDIT DHIETA ANGGRAINI

PERBANDINGAN ALGORITME C4.5 DAN CART PADA DATA TIDAK SEIMBANG UNTUK KASUS PREDIKSI RISIKO KREDIT DEBITUR KARTU KREDIT DHIETA ANGGRAINI PERBANDINGAN ALGORITME C4.5 DAN CART PADA DATA TIDAK SEIMBANG UNTUK KASUS PREDIKSI RISIKO KREDIT DEBITUR KARTU KREDIT DHIETA ANGGRAINI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Klasifikasi merupakan salah satu bidang kajian pada machine learning. Klasifikasi adalah proses menemukan sekumpulan model atau fungsi yang menggambarkan dan membedakan konsep

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Oleh karena itu untuk meningkatkan akurasinya, proses learning harus dihentikan lebih awal atau melakukan pemotongan tree secara umum. Untuk itu diberikan 2 (dua) buah threshold yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ,

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang  , 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil survey Badan Kesejahteraan Keluarga Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BKKPPKB) tahun 2009 menunjukkan angka kemiskinan di Kabupaten Bantul sebanyak

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (STUDI KASUS DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA) Abstrak

PENGENALAN POLA KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (STUDI KASUS DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA) Abstrak PENGENALAN POLA KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (STUDI KASUS DI STMIK AKAKOM YOGYAKARTA) Dini Fakta Sari Teknik Informatika STMIK AKAKOM Yogyakarta dini@akakom.ac.id Abstrak Tenaga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) / Decision Support Sistem (DSS) adalah sistem komputer yang saling berhubungan dan menjadi alat bantu bagi seorang

Lebih terperinci

PENERAPAN DATA MINING UNTUK EVALUASI KINERJA AKADEMIK MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NAÏVE BAYES CLASSIFIER

PENERAPAN DATA MINING UNTUK EVALUASI KINERJA AKADEMIK MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NAÏVE BAYES CLASSIFIER PENERAPAN DATA MINING UNTUK EVALUASI KINERJA AKADEMIK MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NAÏVE BAYES CLASSIFIER I. PENDAHULUAN Mahasiswa merupakan salah satu aspek penting dalam evaluasi keberhasilan penyelenggaraan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. non hutan atau sebaliknya. Hasilnya, istilah kebakaran hutan dan lahan menjadi. istilah yang melekat di Indonesia (Syaufina, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. non hutan atau sebaliknya. Hasilnya, istilah kebakaran hutan dan lahan menjadi. istilah yang melekat di Indonesia (Syaufina, 2008). 3 TINJAUAN PUSTAKA Kebakaran hutan didefenisikan sebagai suatu kejadian dimana api melalap bahan bakar bervegetasi, yang terjadi didalam kawasan hutan yang menjalar secara bebas dan tidak terkendali di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Terdapat tiga tahapan utama dalam penelitian ini. Ketiga tahapan tersebut yaitu, pembentukan klaster data SMS, pembentukan model klasifikasi, serta implementasi model klasifikasi

Lebih terperinci

Jurnal String Vol. 1 No. 1 Tahun 2016 ISSN:

Jurnal String Vol. 1 No. 1 Tahun 2016 ISSN: KAJIAN KOMPARASI ALGORITMA C4.5, NAÏVE BAYES DAN NEURAL NETWORK DALAM PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA (Studi Kasus pada SMA Muhammadiyah 4 Jakarta ) Ulfa Pauziah Program Studi Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deposito merupakan salah satu tabungan berjangkaayangamodel pengambilannya berdasarkan pada kesepakatan dari pihak bank dengan nasabah deposito [1].Suku bunga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Dalam tinjauan pustaka dibawah ini terdapat 6 referensi sebagai berikut : - Algoritma Naïve Bayes Classifier

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Dalam tinjauan pustaka dibawah ini terdapat 6 referensi sebagai berikut : - Algoritma Naïve Bayes Classifier BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka dibawah ini terdapat 6 referensi sebagai berikut : Tabel 2.1 Penelitian sebelumnya Parameter Penulis Objek Metode Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kesalahan dalam proses tersebut, karena tidak didasari oleh suatu acuan tertulis

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kesalahan dalam proses tersebut, karena tidak didasari oleh suatu acuan tertulis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bisnis Leasing, pemilihan keputusan penyetujuan suatu aplikasi merupakan hal mutlak dan bersifat sangat sensitif. Pada Umumnya, memang penyetujuan pengajuan

Lebih terperinci

Konsep Basis Data dalam GIS. Arif Basofi PENS 2015

Konsep Basis Data dalam GIS. Arif Basofi PENS 2015 Konsep Basis Data dalam GIS Arif Basofi PENS 2015 Contents 1 Proyeksi Peta 2 Jenis Proyeksi Peta 3 Pemilihan Proyeksi Peta 4 Sistem Proyeksi Peta Indonesia Trend Basis Data Spasial Hampir semua perangkat

Lebih terperinci

Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 12, No. 1, Februari ISSN

Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 12, No. 1, Februari ISSN Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 12, No. 1, Februari 2017 50 APLIKASI KLASIFIKASI ALGORITMA C4.5 (STUDI KASUS MASA STUDI MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN

Lebih terperinci

A n a l i s i s S p a s i a l ANALISIS SPASIAL. A. Extract. 1. Clip

A n a l i s i s S p a s i a l ANALISIS SPASIAL. A. Extract. 1. Clip A n a l i s i s S p a s i a l 51 9. ANALISIS SPASIAL A. Extract 1. Clip Digunakan untuk memotong polygon berdasarkan bentuk dari polygon lainnya. Feature yang terbentuk sebagai output yaitu feature yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Data Mining Dengan perkembangan pesat teknologi informasi termasuk diantaranya teknologi pengelolaan data, penyimpanan data, pengambilan data disertai kebutuhan pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Biaya Kuliah Tunggal dan Uang Kuliah Tunggal pada Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri di

Lebih terperinci

BAB 3 ALGORITMA C4.5. Algoritma C4.5 merupakan algoritma yang digunakan untuk membentuk pohon keputusan.

BAB 3 ALGORITMA C4.5. Algoritma C4.5 merupakan algoritma yang digunakan untuk membentuk pohon keputusan. BAB 3 ALGORITMA C4.5 Algoritma C4.5 merupakan algoritma yang digunakan untuk membentuk pohon keputusan. A. Pohon Keputusan Pohon keputusan merupakan metode klasifikasi dan prediksi yang sangat kuat dan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Metode K-Means Clustering dalam Penentuan Penjurusan Siswa SMA

Pemanfaatan Metode K-Means Clustering dalam Penentuan Penjurusan Siswa SMA Pemanfaatan Metode K-Means Clustering dalam Penentuan Penjurusan Siswa SMA Chandra Purnamaningsih Informatika, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No 36 A Surakarta cpurnamaningsih@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Didalam bab ini menceritakan semua teori-teori yang digunakan didalam proses algoritma decision tree, algoritma Random tree dan Random Florest serta teoriteori dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis

METODE PENELITIAN. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2011 sampai Januari 2012 dengan memilih Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau sebagai studi kasus penelitian.

Lebih terperinci

EKSPLORASI DAN KLASIFIKASI DESA TERTINGGAL DI INDONESIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN DATA MINING

EKSPLORASI DAN KLASIFIKASI DESA TERTINGGAL DI INDONESIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN DATA MINING EKSPLORASI DAN KLASIFIKASI DESA TERTINGGAL DI INDONESIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN DATA MINING Oleh: Yuandri Trisaputra G64120004 2012 Oktarina Safar Nida G14120052 2012 INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER

KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER ACHMAD FAHRUROZI 1 1 Universitas Gunadarma, achmad.fahrurozi12@gmail.com Abstrak Masalah yang akan diangkat dalam makalah ini adalah bagaimana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Genre musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan kemiripan satu dengan yang lain, seperti kemiripan dalam hal frekuensi musik, struktur ritmik, dan konten harmoni. Genre

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebakaran Hutan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi dan Tipe Kebakaran Hutan dan Lahan Kebakaran hutan adalah sebuah kejadian terbakarnya bahan bakar di hutan oleh api dan terjadi secara luas tidak

Lebih terperinci

2.2 Data Mining. Universitas Sumatera Utara

2.2 Data Mining. Universitas Sumatera Utara Basis data adalah kumpulan terintegrasi dari occurences file/table yang merupakan representasi data dari suatu model enterprise. Sistem basisdata sebenarnya tidak lain adalah sistem penyimpanan-record

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Data Mining Data mining adalah proses yang menggunakan teknik statistik, matematika, kecerdasan buatan, dan machine learning untuk mengekstrasi dan mengidentifikasi informasi

Lebih terperinci

Moch. Ali Machmudi 1) 1) Stmik Bina Patria

Moch. Ali Machmudi 1) 1) Stmik Bina Patria UJI PENGARUH KARAKTERISTIK DATASET PADA PERFORMA ALGORITMA KLASIFIKASI Moch. Ali Machmudi 1) 1) Stmik Bina Patria 1) Jurusan Manjemen Informatika-D3 Email : 1 aliadhinata@gmail.com 1) Abstrak Tujuan utama

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis Untuk Klasifikasi Daerah Rawan Kriminalitas Menggunakan Metode K-Means

Sistem Informasi Geografis Untuk Klasifikasi Daerah Rawan Kriminalitas Menggunakan Metode K-Means Sistem Informasi Geografis Untuk Klasifikasi Daerah Rawan Kriminalitas Menggunakan Metode K-Means Ferdian Dwi Yuliansyah Fakultas Teknologi Industri, Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia Yogyakarta,

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS

ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 1 ANALISIS CLUSTER PADA DOKUMEN TEKS Budi Susanto (versi 1.3) Text dan Web Mining - FTI UKDW - BUDI SUSANTO 2 Tujuan Memahami konsep analisis clustering Memahami

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penambangan Data (Data Mining) Pengertian data mining, berdasarkan beberapa orang: 1. Data mining (penambangan data) adalah suatu proses untuk menemukan suatu pengetahuan atau

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK DATA MINING UNTUK MENENTUKAN HASIL SELEKSI MASUK SMAN 1 GIBEBER UNTUK SISWA BARU MENGGUNAKAN DECISION TREE

PENERAPAN TEKNIK DATA MINING UNTUK MENENTUKAN HASIL SELEKSI MASUK SMAN 1 GIBEBER UNTUK SISWA BARU MENGGUNAKAN DECISION TREE PENERAPAN TEKNIK DATA MINING UNTUK MENENTUKAN HASIL SELEKSI MASUK SMAN 1 GIBEBER UNTUK SISWA BARU MENGGUNAKAN DECISION TREE Castaka Agus Sugianto Program Studi Teknik lnformatika Politeknik TEDC Bandung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Begitu banyaknya fungsionalitas dalam penggalian data terkadang membuat kita harus memilih secara seksama. Pemilihan fungsionalitas yang tepat dalam melakukan suatu penggalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Job Order merupakan pekerjaan yang dilakukan apabila ada order yang diterima dari konsumen. Setiap detil pekerjaan 100% ditentukan oleh calon pembeli, pihak pembuat

Lebih terperinci