BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Gambaran Umum Kabupaten Karo Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo. Sebagian besar masyarakat suku Karo tidak mau disebut sebagai orang Batak karena mereka merasa berbeda. Suku Karo mempunyai sebutan sendiri untuk orang Batak yaitu Kalak Teba. Dari beberapa literatur yang penulis dapatkan tentang karo asal kata Karo berasal dari kata Haru. Kata Haru ini berasal dari nama kerajaan Haru yang berdiri sekitar abad 14 sampai abad 15 di daerah Sumatera Bagian Utara. Kemudian pengucapan kata Haru ini berubah menjadi Karo. Inilah diperkirakan awal terbentuknya nama Karo. Pada jaman keemasannya kekuasaan Kerajaan Haru/Karo mulai dari Aceh Besar sampai sungai Siak di Riau. Keberadaan Haru/Karo di Aceh dapat dipastikan dengan beberapa desa di sana yang berasal dari bahasa Karo. Misalnya Kuta Raja atau Banda Aceh sekarang, Kuta Binjei di Aceh Timur, Kuta Karang, Kuta Alam, Kuta Lubok, Kuta Laksamana Mahmud, Kuta Cane, dan lainnya. Dan terdapat suku karo di Aceh Besar yang dalam logat Aceh disebut Karee. Keberadaan suku Haru-Karo di Aceh ini diakui oleh H. Muhammad Said dalam bukunya "Aceh Sepanjang Abad" (1981). Beliau menekankan bahwa penduduk asli Aceh Besar adalah

2 keturunan mirip Batak. Namun tidak dijelaskan keturunan dari batak mana penduduk asli tersebut. Sementara itu, H. M. Zainuddin dalam bukunya "Tarikh Aceh dan Nusantara" (1961) dikatakan bahwa di lembah Aceh Besar selain kerajaan Islam ada kerajaan Karo. Brahma Putra, dalam bukunya "Karo Sepanjang Zaman" mengatakan bahwa raja terakhir suku Karo di Aceh Besar adalah Manang Ginting Suka. Gambaran Umum Kabupaten Karo Secara geografis Daerah Kabupaten Karo terletak antara s/d LU dan s/d BT. Daerah Kabupaten Karo terletak di daerah dataran tinggi bukit barisan dengan total luas administrasi 2.127,25 km² atau ha. Wilayah Kabupaten Karo berbatasan dengan: 1. Kabupaten Langkat dan Deli Serdang dibagian Utara; 2. Kabupaten Simalungun dibagian Timur; 3. Kabupaten Dairi dibagian Selatan; dan 4. Propinsi Nangro Aceh Darusalam dibagian Barat. Ibukota Kabupaten Karo adalah Kabanjahe yang terletak sekitar 76 km sebelah selatan kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara Ditinjau Dari Topografinya Ditinjau dari kondisi topografinya (hamparan wilayahnya), wilayah kabupaten karo terletak didataran tinggi bukit barisan dengan elevasi terendah m diatas permukaan laut (Paya lah-lah Mardingding) dan yang tertinggi ialah meter diatas permukaan laut (Gunung Sinabung). Daerah kabupaten karo yang berada di daerah dataran tinggi bukit barisan

3 dengan kondisi topografi yang berbukit dan bergelombang, maka diwilayah ini ditemui banyak lembah-lembah dan alur-alur sungai yang dalam dan lereng-lereng bukit yang curam/terjal. Sebagaian besar (90%) wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian/elevasi +140 m s/d 1400 m di atas permukaan air laut. Pada wilayah Kabupaten Karo terdapat dua hulu daerah aliran sungai (DAS) yang besar yakni DAS sungai Wampu dan DAS sungai Lawe Alas. Sungai Wampu bermuara ke Selat Sumatera dan Sungai Renun (Lawe Alas) bermuara ke Lautan Hindia Ditinjau Dari Iklimnya Tipe iklim daerah Kabupaten Karo adalah E2 menurut klasifikasi Oldeman dengan bulan basah lebih tiga bulan dan bulan kering berkisar 2-3 bulan atau A menurut Koppen dengan curah hujan rata-rata di atas mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Curah hujan tahunan berkisar antara mm/tahun, dimana curah hujan terbesar terjadi pada bulan basah yaitu Agustus sampai dengan Januari dan Maret sampai dengan Mei Ditinjau Dari Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Karo pada akhir tahun 2009 ialah sebanyak jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Karo jika dibandingkan dengan luas wilayah Kabupaten Karo yakni 2.127,25 km2 maka kepadatan penduduk Kabupaten Karo pada akhir tahun 2009 adalah 161,03 jiwa/km²,. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Karo pada periode tahun adalah sebesar 3,19 % per tahun. Komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut memperlihatkan bahwa penganut agama nasrani merupakan yang terbanyak baru disusul oleh pemeluk agama Islam dan agama lainnya.

4 Ditinjau Dari Etnis Ditinjau dari segi etnis, penduduk Kabupaten Karo mayoritas adalah suku Karo, sedangkan suku lainnya seperti suku Batak Toba/Tapanuli, Jawa, Simalungun, dan suku lainnya hanya sedikit jumlahnya (di bawah 5%) Ditinjau Dari Administrasi Pemerintahan Kabupaten Karo adalah merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Utara dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang secara administratif dibagi atas tujuh belas kecamatan yaitu : 1) Kecamatan Kabanjahe dengan ibukota Kabanjahe terdiri dari 13 desa; 2) Kecamatan Berastagi dengan ibukota Berastagi terdiri dari 9 desa; 3) Kecamatan Simpang Empat dengan ibukota Simpang Empat terdiri dari 17 desa; 4) Kecamatan Tigapanah dengan ibukota Tigapanah terdiri dari 22 desa; 5) Kecamatan Payung dengan ibukota Tiganderket terdiri dari 8 desa; 6) Kecamatan Munte dengan ibukota Munte terdiri dari 22 desa; 7) Kecamatan Tigabinanga dengan ibukota Tigabinanga terdiri dari 19 desa; 8) Kecamatan Merek dengan ibukota Merek terdiri dari 19 desa; 9) Kecamatan Kutabuluh dengan ibukota Kutabuluh terdiri dari 16 desa; 10) Kecamatan Juhar dengan ibukota Juhar terdiri dari 24 desa; 11) Kecamatan Lau Baleng dengan ibukota Lau Baleng terdiri dari 13 desa; 12) Kecamatan Mardingding dengan ibukota Mardingding terdiri dari 10 desa; 13) Kecamatan Barusjahe dengan ibukota Barusjahe terdiri dari 19 desa; 14) Kecamatan Naman Teran dengan ibukota Naman Teran terdiri dari 14 Desa;

5 15) Kecamatan Tiganderket dengan ibukota Tiganderket terdiri dari 17 desa; 16) Kecamatan Dolat Rayat dengan ibukota Dolat Rayat terdiri dari 7 desa; dan 17) Kecamatan Merdeka dengan ibukota Merdeka terdiri dari 9 desa. Dari 17 (tujuh belas) kecamatan tersebut diatas terdiri dari 248 (dua ratus empat puluh delapan) desa dan 10 (sepuluh) kelurahan Profil Kecamatan Kabanjahe Kecamatan Kabanjahe sebagai salah satu Kecamatan di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara, terletak 500 meter dari kantor Bupati, diapit oleh tiga kecamatan yaitu Berastagi, Tigapanah, dan Simpang Empat. Secara geografis Kecamatan Kabanjahe berbatasan dengan Kecamatan Tigapanah di sebelah timur, di sebelah barat dengan Kecamatan Simpang Empat, di sebelah utara dengan Kecamatan Berastagi dan di sebelah selatan dengan Kecamatan Tigapanah juga. Luas wilayah Kecamatan Kabanjahe adalah 44,65 Km2 atau 7,54 persen dari total luas Kabupaten Karo. Seluruh wilayahnya Kecamatan Kabanjahe berada pada ketinggian antara meter diatas permukaan laut, tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Tabel 1 : Statistik Geografi Kecmatan Kabanjahe Uraian Satuan 2014 Luas Km² 44,65 Letak di atas permukaan laut M Sumber : Kabanjahe Dalam Angka 2015 Dari 13 desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Kabanjahe, Desa Sumber Mufakat merupakan desa terluas dengan luas 5,50 km2 atau 12,31 persen dari luas kecamatan, sedangkan

6 Desa Lau Simomo, Kelurahan Lau Cimba, Kelurahan Gung Leto dan Kelurahan Kampung Dalam adalah desa/kelurahan dengan luas wilayah terkecil. Ditinjau dari jarak kantor desa ke ibukota kecamatan, maka Desa Lau Simomo merupakan yang terjauh yaitu 15 km, sedangkan yang terdekat adalah Kelurahan Gung Leto dan Kelurahan Kampung Dalam yaitu sekitar 0,5 km Pemerintahan Kecamatan Kabanjahe dalam melayani masyarakat dipimpin oleh seorang camat dibantu seorang Sekretaris Kecamatan (Sekcam) dan pejabat eselon IV yang bertugas sebagai Kepala Seksi ataupun Kepala Sub Bagian Keuangan yang dibantu staf masing- masing dan juga dibantu oleh 2 orang tenaga honor yang keseluruhannya berjumlah 22 orang. Pemerintahan Desa yang ada di Kecamatan Kabanjahe masing-masing dikepalai oleh seorang Kepala Desa dibantu oleh seorang Sekretaris Desa (Sekdes) dan beberapa orang Kepala Urusan (Kaur). Tabel 2. Statistik Pemerintahan Kecamatan Kabanjahe Tahun 2014 Desa Kelurahan Camat Sekcam Kepala Desa Sekretaris Desa Lurah Sumber : Kabanjahe Dalam Angka 2015 Wilayah Administrasi Tahun 2013 Tahun Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kecamatan Kabanjahe tahun 2014 sebanyak orang. Berdasarkan golongan, jumlah PNS golongan III lebih banyak dari total jumlah

7 PNS golongan I, II dan IV. Menurut golongan, sebanyak 5 persen golongan IV, 85 persen golongan III, 8 persen golongan II dan 2 persen golongan I. Gambar 1. Persentase PNS Kecamatan Kabanjahe Tahun 2014 Persentase PNS Kabanjahe 5 % 2 % 8 % 85 % Golongan III Golongan II Golongan IV Golongan I Sumber : Kabanjahe Dalam Angka Tahun 2015 Pada tahun 2014, jumlah penduduk Kecamatan Kabanjahe sebanyak jiwa yang mendiami wilayah seluas 44,65 km². Sehingga kepadatan penduduk diperkirakan sebesar jiwa/ Km² Tahun 2014, di Kecamatan Kabanjahe penduduk laki-laki lebih sedikit dari perempuan. Laki-laki berjumlah jiwa dan perempuan berjumlah jiwa. Tabel 3. Komposisi Jumlah Penduduk Kabanjahe Tahun 2014 Uraian Tahun 2014 Jumlah Penduduk Jiwa Laki-laki Perempuan Jiwa Jiwa Kepadatan Penduduk (jiwa/km²) Sex Rasio (L/P) (%) 95,5 Sumber : Kabanjahe Dalam Angka 2015

8 Sex rasionya sebesar 95,5. Artinya, di setiap 100 penduduk perempuan, terdapat 95 penduduk laki-laki. Jika dilihat menurut desa/kelurahan, sex ratio terbesar terdapat di Kelurahan Kampung Dalam yakni sebesar 104 yang berarti jumlah penduduk laki-laki 4 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan, sedangkan sex ratio terendah terdapat di Desa Lau Simomo yakni sebesar 87,8 yang berarti jumlah penduduk perempuan 12 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki. Jika dilihat jumlah penduduk, maka Kelurahan Gung Negeri memiliki jumlah penduduk terbanyak dengan jumlah jiwa (17,41%). Sedangkan jumlah penduduk terkecil ada di Desa Lau Simomo sebanyak 693 jiwa (0,97 %). Rata rata anggota rumah tangga di Kecamatan Kabanjahe sekitar 4 jiwa dan umumnya merata pada seluruh desa. Komposisi penduduk Kecamatan Kabanjahe didominasi oleh penduduk muda/dewasa. Hal ini ditandai dengan penduduk usia 0-4 tahun yang jumlahnya hanya berbeda sedikit dengan kelompok penduduk usia yang lebih tua yaitu 5-9 dan tahun. Hal ini, seharusnya dapat menjadi perhatian pemerintah dalam mengambil langkahlangkah kebijakan bidang kependudukan ke depan. Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2014 Uraian Tahun 2014 Jumlah Rumah Tangga Rata-rata ART (Jiwa/RT) 4,13 Penduduk Kelompok Umur 0 14 Tahun Tahun Tahun Sumber : Kabanjahe dalam Angka Tahun 2015

9 Pendidikan merupakan faktor penentu keberhasilan pembangunan manusia di suatu daerah. Keberhasilan pembangunan sektor pendidikan selain dilihat dari indikator output pendidikan, juga dapat dilihat dari perkembangan jumlah sarana pendidikan yang ada. Di Kecamatan Kabanjahe jumlah sekolah setingkat SD sudah melebihi jumlah desa yang ada yaitu berjumlah 37 sekolah dimana ada 23 SD Negeri dan 14 SD Swasta, dan penyebarannya sudah merata bahkan ada Kelurahan/ desa yang memiliki lebih dari 1 (satu) Sekolah Dasar, sedangkan jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) ada sebanyak 4 SMP Negeri dan 10 SMP Swasta, dan Jumlah sarana pendidikan SMA/SMK terdiri yaitu 4 SMA/SMK Negeri dan 9 SMA/SMK Swasta Capaian di bidang pendidikan terkait erat dengan ketersediaan fasilitas pendidikan. Pada jenjang pendidikan SD di Kecamatan Kabanjahe untuk tahun ajaran 2013/2014 seorang guru rata-rata mengajar 21 murid SD. Semakin tinggi jenjang pendidikan maka beban seorang guru semakin sedikit. Untuk jenjang pendidikan SLTP dan SMA/SMK rata-rata seorang guru hanya mengajar 13 murid. Pembangunan bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat yang baik. Bangsa yang memiliki tingkat derajat kesehatan yang tinggi akan lebih berhasil dalam melaksanakan pembangunan. Secara umum fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Kabanjahe sudah memadai dan sudah menyebar pada setiap desa/kelurahan yang ada. Akan tetapi Kecamatan Kabanjahe hanya tersedia satu puskesmas yang hanya terdapat di ibukota kecamatan yaitu Desa Gung Negeri

10 tetapi Puskesmas Pembantu (Pustu) yang merupakan kepanjangan tangan dari Puskesmas sudah tersebar merata di setiap Desa/Kelurahan begitu juga dengan kegiatan Posyandu sudah dapat menjangkau seluruh desa di kecamatan. Jika dilihat perkembangan jumlah fasilitas kesehatan yang ada, terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya upaya pemerintah daerah di dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Secara keseluruhan akses masyarakat untuk mendapatkan fasilitas kesehatan sudah memadai di setiap Desa/Kelurahan. Kecamatan Kabanjahe merupakan salah satu penghasil Komuditi tanaman hortikultura yang beraneka ragam,daintaranya adalah tanaman kol dan cabe merah.tanaman ini banyak ditanam masyarakat karena harga jualnya yang cukup menjanjikan bagi sebagian masyarakat Kabanjahe Pada tahun 2014 dari luas panen tanaman cabe merah sekitar 389 ha diperoleh produksi tanaman jagung sebesar ton. Tanaman kol dengan luas tanam Sekitar 347 ha diperoleh produksi yang lebih besar yaitu sebesar ton. Pertanian tanaman buah-buahan masih didominasi oleh tanaman Markisa, Alpukat disusul oleh tanaman Jeruk Di sektor perkebunan, Kopi merupakan Tanaman primadona bagi perkebunan di Kabanjahe.Hal ini terlihat dari besarnya produktivitas kopi dibanding tanaman lainnya.besar harapan masyarakat Kabanjahe agar produksi kopi menigkat dari tahun ke tahun, yang tentunya didukung oleh pemerintah melalui Dinas Pertanian. Jalan sebagai sarana penunjung transportasi memiliki peranan penting khususnya untuk transportasi darat. Untuk mendukung transportasi darat, pemerintah daerah telah membangun jalan kabupaten di Kecamatan Kabanjahe sepanjang 103,65 km. Dari total panjang jalan yang

11 ada, hanya 66 persen diantaranya yang sudah di aspal, sementara sisanya masih belum diaspal berupa jalan tanah dan berbatu. Jika dilihat dari kondisi jalan yang ada, maka pada tahun 2014 jalan dengan kondisi baik sebanyak 68,16 km atau sebesar 66 persen, kondisi sedang tercatat 10,86 km atau sekitar 11 persen, kondisi rusak sepanjang 18,02 km atau sebesar 17 persen dan kondisi rusak berat sepanjang 6,61 km atau sebesar 6 persen dari panjang jalan kabupaten di Kecamatan Kabanjahe.itu artinya kondisi Jalan di Kecamatan Kabanjahe dalam keadaan baik. Pada tahun 2014 banyaknya surat masuk dan surat keluar melalaui Kantor Pos Kabanjahe masing- masing sebanyak dan , jika dibandingkan dengan tahun lalu banyaknya surat masuk meningkat 6,99 persen dan hal ini menunjukkan masih tingginya minat masyarakat dalam berkomunikasi melalui surat-menyurat Profil Letusan Gunung Sinabung Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara kembali meletus pada Ahad (15 September 2013) pukul dan diikuti letusan-letusan berikutnya. Letusan terakhir terjadi Rabu, 18 September 2013 pukul 01.03, di mana abu vulkanik menyembur hingga meter diikuti lontaran material pijar. Gunung Sinabung berketinggian meter dari permukaan laut dan mempunyai 4 kawah (Kawah I, II, III, dan IV). Gunung bertipe strato tersebut mempunyai catatan letusan seperti diperlihatkan pada Tabel. Letusan Gunung Sinabung kali ini menyebabkan jiwa menjadi pengungsi, lebih banyak dari pengungsi pada letusan tahun 2010 yang hanya jiwa. Jumlah pengungsi sempat melonjak hingga jiwa yang tersebar di 24 titik pengungsian, yang akhirnya difokuskan di 16 titik.

12 Upaya mobilisasi pengungsi harus dilakukan, mengingat bahaya langsung akibat letusan gunung api berupa leleran lava, aliran piroklastik (awan panas), dan jatuhan piroklastik. Selain itu, letusan gunung api juga mengandung bahaya sekunder berupa lahar hujan, banjir bandang, dan longsoran vulkanik, yang membahayakan penduduk serta dapat mengubah topografi sungai dan merusak infrastruktur. Tabel 5. Sejarah Letusan Gunung Sinabung Tahun Letusan Sebelum Berupa muntahan batuan piroklastik serta aliran lahar yang mengalir ke arah selatan Aktivitas Solfatara terlihat di puncak dan lereng atas Agustus 7 September terjadi beberapa kali letusan yang di antaranya merupakan freatik. Status Gunung Sinabung berubah dari tipe B menjadi tipe A Terjadi letusan pada Minggu dini hari, 15 September Letusan masih terjadi lagi hingga beberapa kali kemudian. Saat ini status gunung pada level III atau siaga. Jumlah pengungsi di Posko Bencana Kabupaten Karo mencapai lebih dari jiwa. Sumber : BNPB Kabupaten Karo 2.4. Data Persebaran Pengungsi Gunung Sinabung Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2015 ini ada pengungsi erupsi Gunung Sinabung telah menembus angka jiwa. Berikut sebaran pengungsi di 10 pos penampungan Gunung Sinabung: 1) Jambur Lau Buah Batu 315 KK/ 882 jiwa 2) Paroki Gereja Katolik Kabanjahe 297 KK/ 974 jiwa 3) Gedung Serbaguna KNPI Kabanjahe 76 KK/ 275 jiwa dan 105 KK/ 481 jiwa 4) Gedung Serbaguna GBKP Kabanjahe 135 KK/ 454 jiwa

13 5) Jambur Sempajaya 412 KK/ jiwa 6) Gudang Jeruk Surbakti 182 KK/ 660 jiwa 7) Jambur Tongkoh dan Tahura 666 KK/ jiwa 8) Jambur Korpri 296 KK/ jiwa 9) Jambur Tanjung Mbelang 265 KK/ 948 jiwa 10) GPDI Ndokum Siroga 133 KK/ 650 jiwa Asal Pengungsi dan Persebaran Pos Pengungsian Pengungsi Gunung Sinabung yang saat ini tersebar diberbagai tempat pengungsian di berbagai Kecamatan di Tanah Karo berasal dari berbagai desa yang ada di dekat kaki Gunung Sinabung. Berikut merupakan nama-nama desa yang penduduknya mengungsi karena erupsi Gunung Sinabung. 1. Guru Kinayan 2. Tiga Pancur 3. Pintu Besi 4. Sukanalu 5. Beras Tepu 6. Sigarang-Garang 7. Jeraya 8. Kuta Raya 9. Kuta Gugung Dan Dusun Lau Kawar 10. Mardinding 11. Kuta Tengah

14 Pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung yang berasal dari 11 desa di kaki Gunung Sinabung, menempati tempat-tempat pengungsian yang tersebar di beberapa tempat di Kabupaten Tanah Karo. Diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Jambur Lau Buah Batu Karang 2. Paroki G. Khatolik K. Jahe 3. Gedung Serba Guna KNPI 4. Gedung Serba Guna GBKP Kabanjahe 5. Jambur Sempajaya 6. Gudang Jeruk Surbakti 7. BPPT, Jambur Tongkoh dan Tahura 8. Jambur Korpri 9. Jambur Tanjung Mbelang 10. GPDI Ndokum Siroga 2.5. Penanganan Pengungsi Ada sejumlah permasalahan dalam penangan pengungsi, di antaranya banyak warga di zona aman yang ikut mengungsi, sehingga menambah beban para petugas. Selain itu, juga terjadi ketegangan di mana para korban menyesalkan PVMBG yang tidak memberi tahu warga akan terjadinya letusan pada Ahad (Media Indonesia, 15 September 2013). Di sisi lain, dalam kepanikan, ada masyarakat yang tidak mau mengungsi, padahal mereka tinggal di zona bahaya (radius 3 km), di antaranya warga Desa Berastepu, Kecamatan Simpang Empat. Mereka bertahan dengan alasan ingin menjaga rumah, ternak, dan tanaman kebun yang siap panen. Padahal

15 mereka termasuk yang direkomendasikan untuk mengungsi. Warga Berastepu tercatat sebanyak 930 orang dan 20 persen-nya berada di zona bahaya. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara bersama Pemerintah Kabupaten Karo, dan Badan Geologi, terpaksa mengumumkan agar warga di zona aman yang sempat mengungsi untuk pulang. Lokasi yang dikosongkan hanya radius 3 km dari Gunung Sinabung. Tercatat sekitar pengungsi dari sembilan lokasi pengungsian yang dilaporkan akan pulang. Proses pemulangan dibantu 15 truk dari TNI, BPBD, Brimob, Polres, Satpol PP, dan Dinas PU. Upaya penanganan pengungsi seharusnya memang tidak terlepas dari sistem nasional penanggulangan bencana yang berlaku di Indonesia. Sistem tersebut mencakup: 1) Legislasi. Pemerintah Indonesia telah mengesahkan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana beserta Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, PeraturanKepala Kepala Badan, serta peraturan daerah; 2) Kelembagaan. Secara formal, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merupakan focal point lembaga pemerintah di tingkat pusat. Focal point penanggulangan bencana di tingkat provinsi dan kabupaten/kota adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Sedangkan dari sisi nonformal, forum-forum baik di tingkat nasional dan lokal dibentuk untuk memperkuat penyelenggaran penanggulangan bencana di Indonesia; 3) Pendanaaan. Pendanaan penanggulangan bencana terdiri dari: a) Dana DIPA (APBN/ APBD); b) Dana Kontijensi; c) Dana On-call; d) Dana Bantual Sosial Berpola Hibah;

16 e) Dana yang bersumber dari masyarakat; dan f) Dana dukungan komunitas internasional. Sistem nasional penanggulangan bencana tersebut harus dijabarkan di lapangan. Salah satu upaya Pemerintah adalah membentuk pos- pos pengungsian dan mengidentifikasi para pengungsi. Menko Kesra, Agung Laksono, telah meninjau lokasi dan menyerahkan bantuan senilai Rp300 juta. Selain itu, Kemensos juga mengerahkan 95 personel Taruna Siaga Bencana (Tagana) dengan paket bantuan senilai Rp637 miliar. Untuk mengatasi dampak abu vulkanik, BNPB menjadwalkan hujan buatan pada September 2013, untuk melarutkan abu vulkanik guna mengurangi risiko-risiko penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan mencegah kerusakan tanaman. Penanganan bencana seharusnya difokuskan untuk menolong para korban, namun dalam kenyataan masih ada penyimpangan. Menurut Kompas (20 September 2013), para pengungsi lebih mengandalkan bantuan warga lain dibanding bantuan pemerintah. Bahkan Pos Pengungsi di Kecamatan Payung terpaksa menolak bantuan ikan teri dari pemerintah karena jumlahnya tidak sesuai, penerima harus menandatangani sebanyak 24 kg, padahal yang diserahkan hanya 15 kg. Selain itu, pengungsi juga enggan makan beras bantuan pemerintah sebab berasnya tidak layak. BNPB Sumatera Utara dan TNI sangat menyesalkan sikap Pemerintah Kabupaten Karo yang lamban. Banyak bantuan terkendala tanda tangan Bupati. Bantuan yang terhambatdistribusinya antara lain berasal dari PNPB, Basarnas, Bulog, dan beberapa kementerian. Selain itu, hingga sekarang Pemerintah Kabupaten Karo belum memiliki sistem peringatan dini (early warning system). Semua itu mengakibatkan kelambanan dalam upaya evakuasi dan penanganan pengungsi.

17 Letusan Gunung Sinabung selain meninggalkan trauma dan kepanikan, juga meninggalkan beberapa permasalahan di bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Ratusan warga dirawat telah di RSUD Kabanjahe, karena menderita penyakit ISPA akibat letusan. Sejak terjadinya letusan hingga Kamis (20 September 2013) jumlah warga yang dirawat sebanyak 148 orang. Akibat letusan Gunung Sinabung, sebanyak 22 sekolah diliburkan, terdiri dari 15 Sekolah Dasar dengan siswa sebanyak orang, 6 Sekolah Menengah Pertama dan 1 Sekolah Menengah Atas dengan siswa sebanyak orang. Sekolah yang paling banyak diliburkan berada di Kecamatan Naman Teran antara lain SD Negeri dan SDN di Desa Sigarang-garang, 2 SD di Desa Guru Kinayan dan masing-masing 1 SD di Desa Sukanalu dan Desa Simacem. Sementara 6 SMP yang diliburkan antara lain SMP Negeri 1 Simpang Empat, SMPN 1 Naman Teran dan SMP Satu Atap di Kecamatan Payung. Sedangkan SMA yang diliburkan yakni SMA Negeri 1 Simpang Empat. Letusan Gunung Sinabung juga merusak tanaman pertanian dan perkebunan. Dari seluas HA tanaman di enam kawasan, seluas HA telah rusak akibat letusan. Hal ini kemudian berdampak pada kelangkaan bahan makanan. Pasokan sayur dan buah menurun hingga 40 persen karena banyak petani tak berani memanen, karena takut bahaya letusan. Terjadi kenaikan harga yang signifikan, misalnya sawi yang biasanya seharga Rp17.000/kg naik menjadi Rp20.000/kg Antisipasi Lebih Lanjut

18 Penanggulangan bencana gunung api berdasarkan sistem yang telah ada mencakup tahapan dari sebelum hingga setelah letusan. Sebelum letusan, hal-hal yang dapat dilakukan adalah 4 : a) Melakukan pemantauan dan pengamatan aktivitas semua gunungapi aktif; b) Membuat dan menyediakan Peta Kawasan Rawan Bencana dan Peta Zona Risiko Bahaya Gunung api, yang didukung dengan dengan Peta Geologi Gunung api; c) Melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunung api; d) Melakukan bimbingan dan pemberian informasi kegunungapian; e) Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia di gunung api; serta f) Melakukan peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya (sarana dan prasarana). Saat letusan, yang harus dilakukan adalah menjauhkan masyarakat dari lokasi bencana. Dan setelah terjadi letusan, hal-hal yang dapat dilakukan adalah 5 : a) Menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan; b) Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya lanjutan; c) Memberikan saran penanggulangan bahaya; d) Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang; e) Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak; f) Menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah menurun; serta g) Melanjutkan pemantauan rutin. 4 BPNB. Info Bencana Juli Edisi 5. Medan. BNPB 5 Tanjung, H. W. & Kamtini (2005). Mengenal dan Menghindari Bencana Alam. Medan: Ikatan Pembaca Buku Indonesia.

19 Diperlukan kesadaran masyarakat untuk terus belajar dan memahami kondisi Gunung Sinabung, agar dapat dilakukan minimalisasi kerusakan dan korban jika kembali terjadi letusan. Hingga kini masyarakat terus berusaha memahami kondisi Gunung Sinabung, mengingat sudah 100 tahun terakhir gunung tersebut tidak meletus. Ada beberapa hal yang telah dilakukan, misalnya dalam kondisi gunung berstatus siaga, masyarakat tidak lagi tidur di dalam kamar, namun di ruang depan sehingga jika bencana terjadi mereka akan cepat bergerak. Masyarakat juga menyiapkan koper/tas berisi pakaian jika harus mengungsi sewaktuwaktu. Masyarakat juga merasa perlu memiliki kendaraan untuk meninggalkan lokasi bencana dengan cepat. Pemerintah pun perlu terus belajar dari setiap bencana, agar kualitas penanganan bencana menjadi lebih baik. Indonesia perlu menjaga citra dan mempertahankan status sebagai negara terbaik dalam penanganan bencana di wilayah Asia Pasifik. Sebagaimana diketahui, pada Agustus 2011, Indonesiadinobatkan sebagai negara terbaik dan rujukan untuk belajar dalam hal penanggulangan bencana di kawasan Asia Pasifik. Saat ini, 11 negara di kawasan Asia Pasifik seperti Jepang, Fiji, Vanuatu, Papua Nugini, dan sebagainya memutuskan untuk mengikuti pelatihan penanggulangan bencana dan mengadopsi undangundang kebencanaan di Indonesia. Terkait penanganan bencana, pada Mei 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapatkan penghargaan Global Champion for Disaster Risk Reduction Award dari PBB. Bahkan, PBB menilai web BNPB terbaik se-asia. Kerenanya, negara-negara ASEAN, Jerman, Spanyol, dan negara-negara Pasifik ingin belajar dari Indonesia untuk mengembangkan web yang sama. Prestasi yang telah diraih dalam penanganan bencana tersebut perlu dipertahankan dan dipupuk terus-menerus, agar penanganan bencana di masa depan semakin baik.

20 2.7. Lokasi Pengungsian Di Bekas Universitas Quality Karo Pengungsian di Bekas Universitas Quality Karo yang terletak di Jl. Jamin Ginting No. 41 Kabanjahe, Kabupaten Karo merupakan satu diantara sekian banyak tempat pengungsian yang ada di Kabupaten Karo. Pengungsi yang saat ini menempati lokasi pengungsian di bekas Universitas Quality Karo adalah yang berasal dari kuta (desa) : - Kuta Sukanalu - Kuta Simacem - Kuta Garang-Garang - Kuta Tonggal - Kuta Gamber - Kuta Bakerah Tempat tinggal para pengungsi merupakan ruang-ruang kelas yang dulunya dipakai sebagai ruang perkuliahan. Dalam beberapa ruang kelas, terdapat satu ruangan aula di kampus tersebut yang terdapat setidaknya 30 kk (kepala keluarga). Pada tahun 2015 pengungsi yang berada di bekas Kampus Universitas Quality Karo berjumlah 250 orang, dengan perincian sebagai berikut : Tabel 6: Data Pengungsi Yang Tinggal di Bekas Universitas Quality Karo Tahun 2015 Asal Desa Jumlah/Jiwa Sukanalu 45 Simacem 55 Garang-Garang 30 Kuta Tonggal 20 Gamber 60 Bakerah 40 Total 250

21 Sumber : BPNB. Info Bencana Juli Edisi 5. Medan. BNPB. Pengungsi yang paling banyak menempati tempat pengungsian di bekas Kampus Universitas Quality Karo berasal dari desa Gamber. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang berasal dari desa Tonggal. Namun, pada saat ini para pengungsi yang berada di Bekas Kampus Universitas Quality Karo sudah semain berkurang, hal ini karena sebagaian pengungsi sudah pindah ke tempat relokasi yang berada di Siosar. Foto 1 : Gerbang Masuk Pengungsian Bekas Kampus Universitas Quality Karo Sebagian besar lahan pertanian yang dulunya merupakan lahan pertanian mahasiswa saat ini digunakan oleh pengungsi untuk tempat bercocok tanam dan memelihara ternak seperti kambing, ayam, dan lembu. Hal ini dilakukan oleh para pengungsi untuk menambah penghasilan serta membiayai keperluan sehari-hari. Foto 2 : Lahan Pertanian Kol Milik Warga Di Dalam Kampus

22 Sumber : Peneliti. Tahun 2016 Sementara itu ada beberapa fasilitas olahraga seperti ruang gymnastic digunakan untuk kantin oleh beberapa pengungsi. Beberapa ruangan kelas juga dialihfungsikan oleh pengungsi menjadi tempat penyimpanan bahan makanan dan juga logistic lainnya. Gambar 2 : Denah Lokasi Pengungsian Bekas Kampus Universitas Quality Karo Tahun 2016

23 Sumber : Hasil Olahan Data Lapangan Tahun 2016 Dilihat dari gambar di atas maka dapat dilihat bahwa hampir semua kelas dipakai untuk tempat tinggal pengungsi. Dalam suatu ruangan paling sedikit ditempati oleh 4 kk, dan paling banyak sampai ditempati 30 kk. Lahan pertanian berada di tengah-tengah lokasi pengungsian.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam merupakan peristiwa alam yang disebabkan oleh proses dan aktivitas alam, baik yang terjadi secara alami maupun karena sebelumnya ada tindakan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng. menjadi negara yang rawan terhadap bencana alam.

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng. menjadi negara yang rawan terhadap bencana alam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terletak di garis khatulistiwa dan berada diantara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudera Hindia. Karena letaknya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam merupakan peristiwa alam yang disebabkan oleh proses dan aktivitas alam, baik yang terjadi secara alami maupun karena sebelumnya ada tindakan atau

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.

Lebih terperinci

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN KARO

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN KARO PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN KARO Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (1992), bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan alamnya, tetapi merupakan salah satu Negara yang rawan bencana karena berada dipertemuan tiga lempeng yaitu lempeng Indo Australia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangannya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman, bahan makanan,

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman, bahan makanan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang mengandalkan sektor pertanian sebagai penopang pembangunan juga sebagi sumber mata pencaharian penduduknya. Sektor pertanian di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan non alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Artinya sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geografis Indonesia yang demikian menempatkan Indonesia di posisi silang,

BAB I PENDAHULUAN. geografis Indonesia yang demikian menempatkan Indonesia di posisi silang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan posisi geografisnya, Indonesia terletak di antara Benua Asia dan Benua Australia serta diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Letak geografis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia dan setiap individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, dijelaskan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki gunung merapi cukup banyak yang tersebar di seluruh penjuru nusantara meliputi Sumatera, Jawa, dan Irian Jaya. Di Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat

I. PENDAHULUAN. dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Karo terletak pada jajaran Dataran Tinggi Bukit Barisan dengan topografi berbukit dan bergelombang pada koordinat 2 0 50 3 0 19 Lintang Utara dan 97 0 55-98

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Terjadinya bencana alam di suatu wilayah merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan karena bencana alam merupakan suatu gejala alam yang tidak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan alamnya, tetapi merupakan salah satu negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan lempeng-lempeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Penelitian ini berangkat dari kejadian bencana alam yang terjadi di Kabupaten Karo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Penelitian ini berangkat dari kejadian bencana alam yang terjadi di Kabupaten Karo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berangkat dari kejadian bencana alam yang terjadi di Kabupaten Karo pada akhir September 2013 yang lalu. Bencana alam yang terjadi yaitu bencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada saat gunungapi meletus mengeluarkan tiga jenis bahan yaitu berupa padatan, cair, dan gas.

Lebih terperinci

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang berada pada lingkaran cincin api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di duniakarena posisi geografis Indonesia terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia yaitu Eurasia,

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. periode ini anak sangat aktif sehingga sering merasa kelelahan. Ketika anak

BAB 1 PENDAHULUAN. periode ini anak sangat aktif sehingga sering merasa kelelahan. Ketika anak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Aktivitas pada masa anak-anak dipenuhi dengan kegiatan bermain. Pada periode ini anak sangat aktif sehingga sering merasa kelelahan. Ketika anak tersebut kelelahan,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Lampiran 1. PDRB Kabupaten Karo Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) 1. Pertanian 5.572, ,06 1.

Lampiran 1. PDRB Kabupaten Karo Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) 1. Pertanian 5.572, ,06 1. Lampiran 1. PDRB Kabupaten Karo Atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) Lapangan Usaha Nilai PDRB Kabupaten Karo (miliar) 2010 (Eij) 2014 (E*ij) Perubahan 1. Pertanian 5.572,93

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1423 Katalog BPS : 1101001.2102.070 Ukuran Buku : 17,6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenampakan alam di permukaan bumi meliputi wilayah perairan dan daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan gunung berapi terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah gunung berapi yang masih aktif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Utara 1. Kondisi Geografis Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KARO

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KARO BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KARO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NOMOR 57 BANDUNG 40122 JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 TELEPON: 022-7215297/021-5228371 FAKSIMILE:

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai karakteristik alam yang beragam. Indonesia memiliki karakteristik geografis sebagai Negara maritim,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri dapat memberikan keuntungan seperti meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri dapat memberikan keuntungan seperti meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu industri yang berkembang beberapa tahun terakhir ini. Industri pariwisata banyak dikembangkan dibelahan dunia karena pariwisata itu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Indonesia adalah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana geologi yang sangat besar, fakta bahwa besarnya potensi bencana geologi di Indonesia dapat dilihat dari

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah negara Indonesia memiliki kerawanan tinggi terhadap terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia. Hal ini

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN LOBALAIN 2016 ISSN : No. Publikasi: 5314.1615 Katalog BPS : 1101002.5314030 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iv + 8 halaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan peningkatan urbanisasi, deforestasi, dan degradasi lingkungan. Hal itu didukung oleh iklim

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi

Lebih terperinci

NO KATALOG :

NO KATALOG : NO KATALOG : 1101002.3510210 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510210 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara 7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara G. Kie Besi dilihat dari arah utara, 2009 KETERANGAN UMUM Nama Lain : Wakiong Nama Kawah : Lokasi a. Geografi b. : 0 o 19' LU dan 127 o 24 BT Administrasi : Pulau Makian,

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GUNUNG KIJANG 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1419 Katalog BPS : 1101001.2102.061 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : Naskah:

Lebih terperinci

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO 1. Gambaran Umum a) Secara geografi Desa Banaran, Kecamatan Pulung terletak di lereng Gunung Wilis sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui garis astronomis 93⁰BT-141 0 BT dan 6 0 LU-11 0 LS. Dengan morfologi yang beragam dari

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 4122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 1295 Telepon: 22-7212834, 5228424, 21-5228371

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 179 TAHUN 2008 T E N T A N G

PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 179 TAHUN 2008 T E N T A N G PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 179 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA URAIAN TUGAS ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KARO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits),

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu dari subsektor pertanian di Indonesia yang sedang semarak dikembangkan adalah subsektor hortikultura. Hortikultura merupakan salah satu subsektor penting

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN PESISIR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1421 Katalog BPS : 1101001.2102.063 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN 2.1 Deskripsi Umum Wilayah 2.1.1 Sejarah Desa Lalang Menurut sejarah yang dapat dikutip dari cerita para orang tua sebagai putra daerah di Desa Lalang, bahwa Desa Lalang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Adolesen (remaja) adalah masa transisi/peralihan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis, dan psikososial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Tanah longsor adalah salah satu bencana yang berpotensi menimbulkan korban jiwa masal. Ini merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui berbagai proses dalam waktu yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Masyarakat Tangguh Bencana Berdasarkan PERKA BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, yang dimaksud dengan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana adalah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 Nomor ISSN : Nomor Publikasi : 1706.1416 Katalog BPS : 4102004.1706040

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat) MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat) Nur Ainun Jariyah dan Syahrul Donie Peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan DAS, Surakarta

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.040 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 Katalog BPS : 1101002.6271020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

Lebih terperinci