STABILITAS LERENG PADA MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm. Oleh : DIAS KURNIASARI F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STABILITAS LERENG PADA MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm. Oleh : DIAS KURNIASARI F"

Transkripsi

1 STABILITAS LERENG PADA MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm Oleh : DIAS KURNIASARI F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2 STABILITAS LERENG PADA MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : DIAS KURNIASARI F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

3 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR STABILITAS LERENG PADA MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : DIAS KURNIASARI F Dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 4 Juli 1985 Tanggal lulus : September 2007 Bogor, September 2007 Menyetujui : Dr. Ir. Erizal, M. Agr Dosen Pembimbing Mengetahui, Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen Teknik Pertanian

4 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Banjarnegara, tanggal 4 Juli 1985, dan dibesarkan di Banjarnegara, merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan H Muklas dan Hj Eko Windiarti. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 4 Banjarnegara tahun 1997, pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Banjarnegara tahun 2000, dan pendidikan menengah atas di SMUN 1 Banjarnegara tahun Pada tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian melalui jalur USMI. Selama kuliah di Departemen Teknik Pertanian penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA). Selain itu, penulis juga aktif dalam pelaksanaan responsi mata kuliah Statika dan Dinamika sebagai asisten responsi. Pada tahun 2006, penulis melaksanakan praktek lapang di Dinas Permukiman dan Prasarana Daerah Kabupaten Banjarnegara, dengan judul laporan Sistem Pengelolaan Air Irigasi di Daerah Irigasi Singomerto Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah. Penulis menyelesaikan skripsi berjudul Stabilitas Lereng pada Model Tanggul Menggunakan Ukuran Partikel Tanah Maksimum 1 mm dibawah bimbingan Dr. Ir. Erizal, M.Agr.

5 Dias Kurniasari. F Stabilitas Lereng pada Model Tanggul Menggunakan Ukuran Partikel Tanah Maksimum 1 mm. Dilaksanakan di Laboratorium Hidrolika dan Hidromekanika Tanah, Bogor. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Erizal, M.Agr. RINGKASAN Kemantapan lereng sangat penting dalam perencanaan dan konstruksi bendungan tanah. Pada setiap macam lereng, kemungkinan terjadinya longsoran selalu ada, runtuh atau longsornya lereng dapat menimbulkan bencana bagi manusia. Oleh karena itu harus dilakukan pemeriksaan atau penilaian tingkat kestabilan lereng tersebut untuk mengetahui apakah akan longsor atau tidak. Stabilitas lereng dipengaruhi oleh gaya-gaya yang bekerja pada lereng itu sendiri, yaitu gaya penggerak dan gaya penahan. Perbandingan antara gaya penggerak dan gaya penahan merupakan parameter dalam menentukan faktor keanamanan (Fs) suatu lereng. Jika nilai Fs >1, maka lereng dianggap mantap, jika Fs = 1 lereng dalam keadaan seimbang dan siap untuk longsor, sedangkan jika Fs < 1 lereng dianggap tidak mantap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel tanah terhadap stabilitas lereng pada model tanggul dengan menggunakan software Geo Slope, sehingga dapat dicari nilai faktor keamanan guna mengetahui tingkat stabilitas atau keamanan lereng. Tanah yang dipakai dalam penelitian ini adalah tanah yang lolos saringan 1 mm. Dalam analisis distribusi ukuran partikel, tanah termasuk dalam kelas lempung. Penggunaan tanah yang lolos saringan 1 mm ini, didapatkan nilai RC % dan permeabilitas sebesar 3.24 x 10-4 cm/detik. Pada perhitungan nilai Fs menggunakan Slope/W, parameter yang digunakan adalah nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam (ø) yang didapatkan dari uji kuat geser. Uji kuat geser dilakukan pada tanah yang telah dipadatkan dengan kondisi tidak ada aliran, ada aliran, dan menggunakan drainase horizontal. Uji kuat geser dilakukan dengan metode uji geser langsung menggunakan beban normal 0.5 kgf/cm 2, 1 kgf/cm 2, dan 1.5 kgf/cm 2. Hasil perhitungan nilai Fs menggunakan Slope/W, diperoleh nilai Fs untuk kondisi tidak ada aliran, untuk kondisi ada aliran, dan untuk kondisi menggunakan drainase horizontal. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai Fs pada kondisi tidak ada aliran lebih besar daripada kondisi ada alirannya. Nilai Fs pada kondisi tanggul yang tidak memakai saluran drainase lebih kecil daripada tanggul yang memakai saluran drainase. Hal ini disebabkan air rembesan yang mengalir dalam tubuh tanggul masuk ke dalam saluran drainase, kemudian air dialirkan ke outlet, sehingga tidak memotong tubuh tanggul. Dari ketiga kondisi tersebut, didapatkan nilai Fs yang kecil dibandingkan dengan penelitian sebelumnya (Azizah, 2005), hal ini dikarenakan pengaruh ukuran partikel, dimana dengan ukuran partikel yang kecil akan didapatkan nilai Fs yang kecil pula.

6 Berdasarkan hasil perhitungan Fs, dapat disimpulkan bahwa model tanggul dengan menggunakan tanah yang lolos saringan 1 mm mempunyai nilai stabilitas lereng yang mantap. Nilai Fs lebih dari 1 menunjukkan nilai kemantapan suatu lereng. Hal tersebut menunjukkan bahwa gaya-gaya penahan lebih besar daripada gaya-gaya penggerak.

7 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. Tanah... 3 B. Sifat Fisik Tanah Ukuran Partikel Tanah Tekstur Tanah Struktur Tanah Kadar Air Porositas (n) Angka Pori (e) Permeabilitas Tanah (Daya Rembesan Tanah) Berat Jenis Tanah Densitas Tanah (bulk density) C. Sifat Mekanika Tanah Konsistensi Tanah Potensial Airtanah Pemadatan Tanah Kuat Geser Tanah D. Model E. Tanggul F. Sistem Drainase G. Stabilitas Lereng... 19

8 H. Program Geo Slope III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu B. Bahan dan Alat C. Metode Penelitian Pengambilan Contoh Tanah Pengukuran Kadar Air Pengujian Konsistensi Tanah a. Batas Cair (Liquid Limit) b. Batas Plastis (Plastic Limit) c. Indeks Plastis Analisis Ukuran Partikel Berat Isi (Bulk density) Porositas (n) Angka Pori (e) Pemadatan Tanah Uji Tumbuk Manual pada Box Pembuatan Model Tanggul Drainase Pengaliran Air a. Pengambilan Foto Rembesan b. Pengukuran Debit Pembongkaran Model Tanggul a. Uji Permeabilitas b. Uji Kuat Geser Program Geo Slope IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah B. Uji Tekstur Tanah C. Uji Konsistensi Tanah D. Uji Pemadatan E. Uji Tumbuk Manual... 44

9 F. Pemadatan Model Tanggul G. Pengaliran Air H. Uji Permeabilitas I. Uji Kuat Geser J. Stabilitas Lereng V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran VI. DAFTAR PUSTAKA... 60

10 DAFTAR TABEL Halaman 1. Nilai permeabilitas tanah pada temperatur 20 0 C Berat jenis tanah Nilai indeks plastisitas (PI) dan jenis tanah Kemiringan lereng tanggul untuk tinggi maksimum 10 m Spesifikasi pemadatan model tanggul Sifat-sifat fisik tanah Latosol Dramaga, Bogor dan tanah yang lolos Saringan 1 mm Hasil uji konsistensi tanah yang lolos saringan 0.42 mm dan 1 mm Hasil uji pemadatan tanah yang lolos saringan 1 mm Hasil uji tumbuk manual Spesifikasi uji tumbuk manual Jumlah tumbukan per lapisan Dimensi tanggul Hubungan nilai RC dengan permeabilitas Uji kuat geser model tanggul pada kondisi tidak ada aliran, ada aliran dan dilengkapi dengan drainase horizontal Nilai Fs pada setiap kondisi tanggul... 53

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Klasifikasi tekstur tanah menurut ISSS Diagram segitiga tekstur menurut USDA Model tanggul dengan drainase horizontal Skematis menghitung stabilitas lereng Tahapan Penelitian Kedalaman pengambilan contoh tanah Uji batas cair Uji batas plastis Analisis ukuran partikel Uji tumbuk manual Kotak model tanggul Pembuatan model tanggul Alat uji permeabilitas Alat uji kuat geser langsung (direct shear) Kurva distribusi ukuran partikel Grafik uji pemadatan (proctor) Penampang melintang model tanggul Model tanggul Perubahan debit outlet Air yang terkumpul pada pipa outlet Pergerakan aliran air Rembesan air dilihat dari bagian hilir tanggul Uji permeabilitas Grafik uji kuat geser kondisi tidak ada aliran Grafik uji kuat geser kondisi ada aliran Grafik uji kuat geser yang dilengkapi drainase horizontal Hasil uji kuat geser Hasil foto aliran tubuh tanggul pada kondisi ada aliran... 54

12 29. Hasil foto aliran tubuh tanggul menggunakan drainase horizontal Analisa stabilitas lereng model tanggul pada kondisi tidak ada aliran menggunakan program Slope/W Analisa stabilitas lereng model tanggul pada kondisi ada aliran menggunakan program Slope/W Analisa stabilitas lereng model tanggul dengan drainase horizontal menggunakan program Slope/W... 58

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Analisis ukuran partikel tanah Uji konsistensi tanah Uji permeabilitas Uji kuat geser Langkah-langkah proses perhitungan Fs (kondisi tidak ada aliran) menggunakan program Slope/W... 78

14 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanggul merupakan salah satu bentuk dari bendungan urugan homogen. Tanggul mempunyai bentuk dan dimensi yang sama dengan bendungan. Tanggul dibuat dengan bahan tanah yang hampir sejenis dan gradasinya (susunan ukuran butirannya) hampir seragam. Tubuh tanggul mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai penyangga aliran air dan menahan rembesan air sehingga air yang masuk ke saluran dapat dikendalikan. Pembangunan tanggul harus diperhatikan dengan baik. Syarat-syarat konstruksi bangunan harus dipenuhi agar tanggul tersebut aman terhadap kerusakan dan kerugian jiwa manusia dan harta. Pemantauan terhadap tanggul pada waktu konstruksi maupun pasca konstruksi merupakan hal yang penting sehubungan dengan keamanan tanggul itu sendiri. Syarat-syarat stabilitas tanggul yang harus dipenuhi adalah lereng di sebelah hulu dan hilir tanggul tidak mudah longsor, aman terhadap gaya geser, aman terhadap penurunan tanggul, dan aman terhadap bahaya rembesan. Dalam pembangunan tanggul juga harus diperhatikan mengenai bahan pembentuknya, yaitu tanah. Sifat-sifat tanah diantaranya tergantung pada ukuran partikelnya. Karena tanggul dibuat dengan susunan ukuran butiran yang seragam, maka keseragaman ukuran partikel tanah inilah yang mempengaruhi tanggul itu sendiri, baik dalam pola penyebaran aliran, debit rembesan, dan kestabilan lereng. Pada penelitian ini, digunakan ukuran partikel yang berbeda dengan penelitian sebelumnya dikarenakan berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai perbedaan ukuran partikel, bahwa dengan ukuran partikel yang berbeda, didapatkan hasil yang berbeda pula. Pada penelitian ini digunakan ukuran partikel tanah maksimum 1 mm dan juga digunakan model tanggul untuk menganalisis, karena dengan penggunaan model dapat mempersingkat waktu, meminimalisasi biaya, dan mengurangi resiko. Model yang digunakan mempunyai skala 1:12. Dengan menggunakan ukuran partikel

15 1 mm pada model tanggul, dapat diketahui mengenai tingkat kestabilan dan kemantapan lereng dengan mengidentifikasi faktor keamanan. B. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kestabilan lereng pada model tanggul dengan menggunakan tanah berukuran maksimum 1 mm pada kondisi tidak ada aliran air, ada aliran air, dan dilengkapi drainase horizontal dengan menggunakan program Geo Slope.

16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Secara umum menurut Kalsim dan Sapei (2003), tanah adalah himpunan mineral, bahan organik dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock). Ikatan antara butiran relatif lemah yang disebabkan oleh adanya karbonat, zat organik atau oksidaoksida yang mengendap diantara partikel-partikel. Tanah dapat diartikan sebagai medium berpori yang terdiri dari padatan (solid), cairan (liquid), dan udara (air). Fase padatan terdiri dari bahan mineral, bahan organik, dan organisme hidup. Craig (1994) menyatakan bahwa tanah merupakan akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai atau lemah ikatan antar partikelnya, yang terbentuk karena pelapukan dari batuan. Diantara partikelpartikel tanah terdapat ruang kosong yang disebut pori-pori (void space) yang berisi air dan atau udara. Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman (Hardjowigeno, 1995). Tanah pada umumnya dapat dibedakan sebagai kerikil (gravel), pasir (sand), debu (silt) atau liat (clay) tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan pada tanah tersebut (Bowles, 1989). Tanah dalam mekanika tanah dimaksudkan untuk mencakup semua bahan dari tanah lempung sampai berangkal (batu-batu yang besar), semua endapan alam yang bersangkutan dengan teknik sipil kecuali batuan tetap (Wesley, 1973). Tanah dapat terjadi karena adanya proses pelapukan batuan, yaitu perubahan-perubahan kimia dan penghancuran secara mekanis yang terjadi pada material batuan karena pengaruh atmosfer, air, dan organisme (Soetoto dan Aryono, 1980). Tanah Latosol merupakan salah satu jenis tanah yang terbentuk pada daerah bercurah hujan antara 2000 mm sampai 4000 mm per tahun, dengan bulan kering lebih dari tiga bulan dan mempunyai tipe iklim A, B. Tanah latosol dengan bahan induk tuf vulkanik berada pada daerah yang mempunyai

17 topografi berombak sampai bergunung dengan ketinggian berkisar antara 10 m sampai 100 m dpl dan biasanya ditumbuhi oleh hutan hujan tropis. Tanah latosol di Indonesia dicirikan dengan warna yang tetap stabil dengan kisaran warna merah sampai dengan coklat dan mempunyai solum tanah lebih besar dari 1.5 m, bertekstur liat seragam atau bertambah dengan naiknya kedalaman tanah. Struktur tanah latosol termasuk remah sampai balok bersudut, dengan nilai permeabilitas 4.28 x 10-6 cm/det dan tingkat ph antara (Anwar, 1995). B. Sifat Fisik Tanah 1. Ukuran Partikel Tanah Sifat-sifat suatu macam tanah tertentu banyak tergantung kepada ukuran partikelnya. Pengukuran besarnya partikel tanah merupakan suatu percobaan yang sering dilakukan dalam bidang mekanika tanah. Besarnya partikel tanah merupakan dasar untuk klasifikasi atau pemberian nama kepada macam-macam tanah tertentu (Wesley, 1973). Analisis ukuran partikel tanah adalah penentuan persentase berat butiran pada satu unit saringan, dengan ukuran diameter lubang tertentu. Distribusi ukuran partikel tanah dapat dibagi dua, yaitu tanah berbutir kasar yang dapat ditentukan dengan cara menyaring dan berbutir halus dengan cara sedimentasi (Hardiyatmo,1992). Partikel berukuran kecil mempunyai luas permukaan yang lebih besar per unit volume atau per unit beratnya dibandingkan dengan partikel yang berukuran besar, karena pengaruh luas permukaan ini, maka partikel berukuran kecil mempunyai ukuran pori yang kecil. Liat memiliki luas permukaan yang besar dan pori yang kecil, sedangkan pasir memiliki luas permukaan yang kecil dan pori yang besar. Ukuran partikel ini secara nyata berpengaruh pada sifat-sifat tanah itu sendiri, antara lain mengenai permeabilitas, kapilaritas, dan bulk density (Gardiner dan Miller, 2001). Pada penelitian sebelumnya mengenai stabilitas lereng pada model tanggul digunakan tanah yang lolos saringan 4.76 mm, sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan tanah yang lolos saringan 1 mm. Hal ini

18 dilakukan karena berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh perbedaan ukuran partikel yang dilakukan oleh Sakai (1998), Sakai, et al. (1999), dan Erizal, et al. (1999), bahwa dengan ukuran partikel yang berbeda, maka hasil yang diperoleh juga akan berbeda. 2. Tekstur Tanah Tekstur tanah menunjukkan derajat kehalusan dan keseragaman suatu butiran tanah (Terzaghi dan Peck, 1987). Tekstur tanah dapat didefinisikan sebagai penampilan visual suatu tanah berdasarkan komposisi kualitatif dari ukuran butiran tanah dalam suatu massa tanah tertentu. Partikel-partikel tanah yang besar dengan beberapa partikel kecil akan terlihat kasar atau disebut partikel yang bertekstur kasar. Gabungan partikel yang lebih kecil akan memberikan bahan yang bertekstur sedang dan gabungan partikel yang berbutir halus akan menghasilkan tanah yang bertekstur halus (Bowles, 1989). Menurut Foth (1988) tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif pasir, debu, dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil (diameter kurang dari dua milimeter). US Department of Agriculture classification clay silt very fine fine medium sand coars e very coars e gravel clay silt sand gravel fine coarse μm Gambar 1. Klasifikasi tekstur tanah menurut ISSS (Kalsim dan Sapei, 2003)

19 Sebaran relatif ukuran partikel tanah mineral disebut sebagai tekstur tanah. Gambar 1 menunjukkan klasifikasi ukuran partikel menurut International Soil Science Society (ISSS). Klasifikasi tanah juga dapat dilakukan dengan menggunakan segitiga tekstur seperti pada Gambar 2. Segitiga tekstur dipakai untuk tanah mineral berdasarkan klasifikasi sistem USDA. Persen berat pasir Gambar 2. Diagram segitiga tekstur menurut USDA (Hillel, 1998) Tanah dengan fraksi pasir tinggi memiliki daya lolos air dan aerasi yang tinggi, sebaliknya tanah dengan fraksi liat yang tinggi memiliki kemampuan menahan air yang tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 1995). 3. Struktur Tanah Struktur tanah merupakan penggabungan dari sekelompok partikel-partikel primer tanah. Struktur tanah dapat dibedakan menjadi struktur lepas (single grained), massive, dan agregat. Struktur tanah berkaitan dengan stabilitas, ukuran, dan bentuk ped dalam tanah. Struktur tanah menentukan sifat aerasi, permeabilitas, dan kapasitas menahan air serta sifat-sifat mekanik dari tanah tersebut (Kalsim dan Sapei, 2003).

20 Hardjowigeno (1995) menyatakan struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda. Ketahanan struktur tanah dibedakan menjadi tingkat perkembangan lemah (butir-butir struktur tanah mudah hancur), tingkat perkembangan sedang (butir-butir struktur tanah agak sukar hancur), dan tingkat perkembangan kuat (butir-butir struktur tanah sukar hancur). Menurut Hakim, et al. (1986) struktur tanah adalah penyusun partikel-partikel tanah primer seperti pasir, debu, liat yang membentuk agregat-agregat. Struktur tanah dapat memberikan pengaruh terhadap kadar air, porositas, dan permeabilitas suatu tanah. 4. Kadar Air Kadar air tanah merupakan nisbah antara berat air dengan berat tanah kering (basis kering), atau nisbah antara berat air dengan berat tanah basah (basis basah), atau nisbah antara volume air dengan volume tanah utuh (basis volume). Kadar air yang umum digunakan adalah basis kering dan basis volume (Bowles, 1989). Menurut Soetoto dan Aryono (1980) kadar air biasanya dinyatakan dalam bentuk perbandingan antara berat air yang terkandung di dalam tanah terhadap berat dari bagian padat tanah dan dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut: ww w = x 100%...(1) w p dimana, w = kandungan air dalam persen berat bagian padat tanah w w = berat air dalam tanah w p = berat tanah kering Kadar air yang didapatkan berasal dari air gravitasi, air kapiler, dan air higroskopis.

21 Kadar air tanah selalu dinyatakan dalam persen dan nilainya dapat berkisar dari 0% sampai 200% atau 300%. Pada tanah dalam keadaan aslinya kadar air biasa adalah dari 15% sampai 100% (Wesley, 1973). 5. Porositas (n) Porositas (n) didefinisikan sebagai perbandingan antara volume rongga (V v ) dengan volume total (V), yang dinyatakan sebagai suatu desimal atau suatu presentase (Hardiyatmo, 1992). n = V v / V..(2) Secara umum ruang pori tanah dibagi atas pori makro dan pori mikro. Pori makro berisi udara dan air gravitasi yaitu air yang mudah hilang oleh gaya gravitasi, sedangkan pori mikro berisi air kapiler atau udara. Tanah pasir mempunyai pori-pori makro yang lebih banyak dibandingkan dengan tanah liat. Porositas tanah dipengaruhi oleh: - kandungan bahan organik - struktur tanah - tekstur tanah Porositas tanah tinggi, jika bahan organik tinggi. Tanah dengan struktur granuler atau remah mempunyai porositas yang lebih tinggi daripada tanah dengan struktur massive (pejal) (Hardjowigeno, 1995). Menurut Terzaghi dan Peck (1987) lepas atau padatnya suatu tanah tidak dapat ditunjukkan oleh porositasnya, sebab porositas sangat dipengaruhi oleh bentuk butiran serta derajat keseragaman. Nilai porositas tanah umumnya antara , tetapi untuk tanah gambut nilai porositas dapat lebih besar dari 0.8. Lebih penting dari porositas adalah sebaran ukuran pori. Tanah berpasir dan tanah berliat mungkin mempunyai porositas yang hampir sama, akan tetapi sifatsifatnya yang berhubungan dengan simpanan air, ketersediaan air, dan aliran air tanah sangat berbeda. Hal ini disebabkan karena pada tanah pasir diameter pori relatif besar daripada tanah liat (Kalsim dan Sapei, 2003).

22 6. Angka Pori (e) Menurut Hardiyatmo (1992) angka pori (e) didefinisikan sebagai perbandingan volume rongga (V v ) dengan volume butiran (V s ). Angka pori dinyatakan dalam desimal. e = V v / V s...(3) Angka pori dalam mekanika tanah untuk menyatakan berbagai parameter fisis sebagai fungsi dari kepadatan tanah. Nilai-nilai khas untuk angka pori pasir alam berkisar dari 0.5 sampai 0.8, sedang untuk tanah kohesif (lengket apabila basah) berkisar antara 0.7 sampai Permeabilitas Tanah (Daya Rembesan Tanah) Permeabilitas (daya rembesan) merupakan kemampuan tanah untuk dapat dirembes air. Rembesan air dalam tanah hampir selalu berjalan secara linear, yaitu jalan atau garis yang ditempuh air merupakan garis dengan bentuk yang teratur (smooth curve) (Wesley, 1973). Daya rembesan tanah adalah suatu sifat tanah yang mampu meluluskan air. Bila rongga rongga diantara butir-butir tanah berhubungan satu dengan yang lainnya, maka tanah tersebut mampu meluluskan air. Walaupun rongga atau pori mempunyai prosentase besar yaitu porositasnya besar, tetapi bila pori tidak saling berhubungan, maka tanah adalah kedap air atau tidak dapat meluluskan air (Soetoto dan Aryono, 1980). Permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran rembesan dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir lewat rongga porinya. Pori-pori tanah saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sehingga air dapat mengalir dari titik yang mempunyai energi lebih tinggi ke titik yang mempunyai energi lebih rendah. Di dalam tanah, sifat aliran dapat laminer ataupun turbulen. Tahanan terhadap aliran bergantung pada jenis tanah, ukuran butiran, bentuk butiran, rapat massa, bentuk geometri rongga pori, serta temperatur (Hardiyatmo, 1992).

23 Hardiyatmo (1992) menyatakan ada empat macam cara pengujian untuk menentukan koefisien permeabilitas di laboratorium, yaitu: a. Pengujian tinggi energi tetap (constant - head). b. Pengujian tinggi energi turun (falling - head). c. Penentuan secara tidak langsung dari pengujian konsolidasi. d. Penentuan secara tidak langsung dari pengujian kapiler horisontal. Tabel 1. Nilai permeabilitas tanah pada temperatur 20 0 C Jenis Tanah Kerikil butiran kasar Kerikil butiran halus, kerikil butiran kasar bercampuran butiran sedang Pasir butiran halus, debu longgar Debu padat, debu berliat Liat berdebu, liat Sumber : Hardiyatmo (1992) Permeabilitas (cm/detik) Berat Jenis Tanah Berat jenis (specific gravity) (G s ) tanah didefinisikan sebagai perbandingan berat volume butiran padat (ρ s ) dengan berat volume air (ρ w ) pada temperatur 4 o C. G s = ρ s / ρ w...(4) Berat jenis partikel tanah menunjukkan rata-rata partikel tanah yang membentuk sebuah matriks tanah. Penentuan berat jenis partikel tidak hanya penting untuk sifat-sifat tanah yang fundamental seperti nisbah void dan derajat saturasi (jenuh), tetapi juga mengetahui derajat kompaksi (pemadatan) atau kandungan bahan organik (Sapei, et al., 1990). Berat jenis dari berbagai jenis tanah berkisar antara Nilai-nilai berat jenis tanah dari berbagai jenis tanah dapat dilihat pada Tabel 2.

24 Tabel 2. Berat jenis tanah Jenis tanah Berat jenis (G s ) Kerikil Pasir Debu tak organik Debu organik Liat tak organik Humus 1.37 Gambut Sumber : Hardiyatmo (1992). 9. Densitas Tanah (bulk density) Bulk density menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Bulk density merupakan penunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya bulk density berkisar dari g/cc. Beberapa jenis tanah mempunyai bulk density kurang dari 0.85 g/cc (Hardjowigeno, 1995). Densitas tanah basah atau wet bulk density didefinisikan sebagai total massa dibagi dengan total volume tanah. Akan tetapi massa akan bervariasi dengan jumlah air yang ada di dalam tanah, sehingga densitas tanah kering (dry bulk density) umumnya digunakan dan didefinisikan sebagai massa tanah kering oven (105 0 C, selama 24 jam) dibagi dengan total volume tanah. Nilai densitas tanah kering selalu lebih kecil daripada nilai densitas tanah basah. Nilai densitas tanah kering bervariasi dari 1000 sampai 1800 kg/m 3. Semakin halus partikel tanah atau semakin tinggi kandungan bahan organik maka semakin rendah bulk densitynya. Akan tetapi jika kepadatan tanah sangat padat maka tanah bertekstur halus menunjukkan densitas tanah kering yang lebih besar daripada tanah bertekstur kasar (Kalsim dan Sapei, 2003).

25 C. Sifat Mekanika Tanah 1. Konsistensi Tanah Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah (Hardjowigeno, 1995). Konsistensi digambarkan oleh istilah-istilah seperti keras, kaku, rapuh, lengket, plastis dan lunak. Jika tanah semakin mendekati karakteristik lempung, maka makin besar variasi keadaan konsistensi yang mungkin dijumpai (Terzaghi dan Peck, 1987). Konsistensi tanah biasanya dinyatakan dengan batas cair dan batas plastis (disebut juga batas Atterberg). Konsistensi tanah tergantung pada tekstur, sifat, jumlah koloid-koloid anorganik dan organik, struktur dan terutama kandungan air tanah. Dengan berkurangnya kandungan air, umumnya tanah-tanah akan kehilangan sifat melekatnya (stickness) dan plastisitasnya sehingga dapat menjadi gembur (friabel), lunak (soft), dan akhirnya jika kering menjadi coherent (Hakim, et al., 1986). Tabel 3. Nilai indeks plastisitas (PI) dan jenis tanah PI Sifat Jenis tanah Kohesi 0 Nonplastis Pasir Nonkohesif < 7 Plastisitas rendah Debu Kohesif sebagian 7 17 Plastisitas sedang Liat berdebu Kohesif > 17 Plastisitas tinggi Liat Kohesif Sumber : Hakim, et al., (1986). Konsistensi digambarkan untuk tiga tingkat, yaitu kelembaban basah, lembab, dan kering. Tanah tertentu dapat menjadi lekat bila basah, teguh bila lembab, dan keras bila kering (Foth, 1988). 2. Potensial Airtanah Muka airtanah (water table) atau phreatic surface, adalah suatu batas dalam tanah dimana tekanannya sama dengan tekanan atmosfir. Daerah di atas muka airtanah disebut zone tak jenuh, meskipun sedikit

26 batas tersebut tanah masih dalam keadaan jenuh karena adanya proses kenaikan kapiler (capillary fringe). Air dalam zone tak jenuh disebut lengas tanah (soil moisture), sedangkan istilah airtanah (ground water) umumnya berkaitan dengan air dalam daerah jenuh di bawah muka airtanah (Kalsim dan Sapei, 2003). Tingkat energi airtanah bervariasi sangat besar. Perbedaan tingkat energi airtanah tersebut memungkinkan air bergerak dari satu zone ke zone yang lainnya dalam tanah. Airtanah akan bergerak dari tempat dengan tingkat energi yang tinggi (misalnya muka airtanah) ke tempat dengan energi yang lebih rendah (misalnya tanah kering). Dengan mengetahui tingkat energi dari beberapa tempat di dalam profil tanah, maka dapat diprediksi pergerakan airtanah (Hakim, et al., 1986). Potensial airtanah menurun dengan meningkatnya kandungan air (makin banyak airtanah, makin berkurang energi yang diperlukan untuk memegang air dalam tanah). Liat yang memiliki nilai pf = 2.0, menggambarkan kenyataan bahwa tanah liat kehilangan air secara lebih berangsur-angsur dibandingkan pasir, yang tentunya berarti bahwa liat mengikat lebih banyak air. Daya ikat tanah (pf) terhadap air setelah pemadatan lebih kecil dibandingkan daya ikat tanah terhadap air (pf) tanah kapasitas lapang. Hal ini ditunjukkan dengan kadar air untuk pf yang sama pada kedalaman yang sama, antara pada kapasitas tanah lapang dengan tanah yang sudah mengalami pemadatan, maka akan terlihat bahwa kadar air tanah yang telah dipadatkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan tanah kapasitas lapang (Herlina, 2003). 3. Pemadatan Tanah Pemadatan tanah adalah proses keluarnya udara dari pori-pori tanah dengan cara mekanis. Apabila tanah memadat maka porositas akan berkurang dan berat isi kering akan naik. Jika kadar air rendah maka tanah sukar dipadatkan karena tanah kaku. Jika kadar air terlalu tinggi maka tanah juga sukar dipadatkan karena pori-pori tanah menjadi penuh air.

27 Kadar air yang tepat untuk memperoleh kepadatan maksimum disebut kadar air optimum (Soetoto dan Aryono, 1980). Maksud dilakukan pemadatan tanah antara lain (Hardiyatmo, 1992) : a. Mempertinggi kuat geser tanah. b. Mengurangi sifat mudah mampat (kompresibilitas). c. Mengurangi permeabilitas. d. Mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air. Menurut Terzaghi dan Peck (1987), tingkat pemadatan tertinggi diperoleh apabila kadar air mempunyai suatu nilai tertentu yang disebut kadar kelembaban optimum (optimum moisture content) dan prosedur untuk mempertahankan agar kadar air mendekati nilai optimumnya selama pemadatan timbunan dikenal sebagai kontrol kadar kelembaban (moisture content control). Bowles (1989) mendefinisikan 4 variabel pemadatan tanah yaitu: a. Usaha pemadatan (energi pemadatan) b. Jenis tanah (gradasi, kohesif atau tidak kohesif, ukuran partikel) c. Kadar air d. Berat isi kering 4. Kuat Geser Tanah Parameter kuat geser tanah diperlukan untuk analisis-analisis daya dukung tanah, stabilitas lereng, dan tegangan dorong untuk dinding penahan tanah. Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap desakan atau tarikan (Hardiyatmo, 1992). Menurut Coloumb (1776) dalam Hardiyatmo (1992), ada dua proses mekanis yang bereaksi menentukan puncak kekuatan geser yaitu tekanan dan kohesinya. Total kekuatan geser adalah penjumlahan dari kedua komponen tersebut yang dinyatakan sebagai persamaan berikut (Hardiyatmo, 1992): τ = c + σ tg ø...(5)

28 dimana : τ = kekuatan geser (kn/m 2 ) c = kohesi tanah (kn/m 2 ) σ = tekanan normal pada permukaan geser (kn/m 2 ) ø = sudut gesek dalam tanah ( 0 ) Beberapa cara untuk menentukan kuat geser tanah, antara lain: a. Uji geser langsung (direct shear test) b. Uji triaksial (triaksial test) c. Uji tekan bebas (unconfined compression test) d. Uji geser baling (vane shear test) D. Model Model adalah deskripsi struktur suatu fenomena yang dinyatakan dalam bentuk-bentuk media yang dapat dikomunikasikan (Saswinadi, 2007). Model adalah penyederhanaan (abstraksi) dari sesuatu yang mewakili sejumlah objek atau aktivitas. Model bisa diartikan sebagai penggambaran sesuatu sehingga lebih jelas memahaminya (Devadean, 2007). Jenis-jenis model yaitu : 1. Model fisik adalah model yang penggambarannya dalam bentuk tiga dimensi atau bentuk nyata. Model ini biasanya berupa prototipe. 2. Model naratif adalah model yang penggambarannya secara lisan atau tulisan deskriptif. 3. Model grafik adalah model yang penggambarannya menggunakan sejumlah garis, simbol, atau bentuk. 4. Model matematik adalah model model yang digambarkan dalam persamaan matematika. Persamaan ini merupakan pendekatan terhadap suatu fenomena fisik. Kegunaan dari model ini adalah ketelitiannya dalam menjelaskan hubungan antara berbagai bagian dari suatu objek dengan persamaan matematika. Model matematika dapat menangani hubunganhubungan yang berdimensi lebih banyak daripada model grafik yang dua dimensi maupun model fisik yang tiga dimensi, hal ini disebabkan oleh sifat model matematik yang multifungsional.

29 Kegunaan model adalah dapat mempersingkat waktu, meminimalisasi biaya dan mengurangi resiko. Model tanggul yang dibuat pada penelitian ini merupakan jenis model fisik. Model tanggul ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik atau keadaan yang sama dengan hal yang diwakili atau di lapangan. Pembuatan model tanggul ini dibuat berdasarkan standar dimensi tanggul yang ditetapkan oleh DPU. E. Tanggul Tanggul dipakai untuk melindungi daerah irigasi dari banjir yang disebabkan oleh sungai maupun laut. Biaya pembuatan tanggul banjir bisa menjadi sangat besar jika tanggul itu panjang dan tinggi. Karena fungsi lindungnya yang besar terhadap daerah irigasi dan penduduk yang tinggal di daerah-daerah ini, maka kekuatan dan keamanan tanggul harus benar-benar diselidiki dan direncanakan sebaik-baiknya (DPU, 1986). Tanggul merupakan salah satu bentuk dari bendungan urugan homogen. Dikatakan demikian karena ia mempunyai bentuk dan dimensi yang sama dengan bendungan. Hampir semua tanggul dibuat dengan bahan tanah yang hampir sejenis dan gradasinya (susunan ukuran butirannya) hampir seragam. Tubuh tanggul sebagaimana bendungan secara keseluruhannya berfungsi ganda, yaitu sebagai penyangga aliran air dan sekaligus menahan rembesan air (Sosrodarsono dan Takeda, 1976). DPU (1986) menyatakan bahwa rembesan terjadi apabila tubuh tanggul harus mengatasi beda tinggi muka air dan jika aliran yang diakibatkannya meresap masuk ke dalam tanah di sekitar tanggul. Aliran ini mempunyai pengaruh yang merusakkan stabilitas tanggul karena terangkutnya bahan-bahan halus dapat menyebabkan erosi bawah tanah. Jika erosi bawah tanah sudah terjadi, maka terbentuk jalur rembesan antara bagian hulu dan bagian hilir tanggul. Keadaan ini akan mengakibatkan kerusakan, sebagai akibat terkikisnya tanah pondasi. Apabila garis rembesan memotong lereng hilir suatu tanggul, maka akan terjadi aliran-aliran filtrasi keluar menuju permukaan lereng tersebut dan

30 terlihat gejala keruntuhan atau longsoran kecil pada permukaan lereng hilir (Sosrodarsono dan Takeda, 1976). Dimensi tanggul menurut DPU (1986) meliputi : 1. Tinggi Tanggul Tinggi tanggul adalah beda tinggi tegak antara puncak dan bagian bawah dari pondasi tanggul. Permukaan pondasi adalah dasar dinding kedap air atau dasar zona kedap air. Apabila pada tanggul tidak terdapat dinding atau zona kedap air, maka yang dianggap permukaan pondasi adalah garis perpotongan antara bidang vertikal yang melalui tepi hulu mercu tanggul dengan permukaan pondasi alas tanggul tersebut. Sedangkan mercu adalah bidang teratas dari suatu tanggul yang tidak dilalui oleh luapan air dari saluran. 2. Tinggi Jagaan Tinggi jagaan adalah perbedaan antara elevasi permukaan maksimum rencana air dalam saluran dengan elevasi mercu tanggul. Elevasi permukaan maksimum rencana merupakan elevasi banjir rencana saluran. Elevasi permukaan air penuh normal atau elevasi permukaan banjir rencana, dalam keadaan demikian yang disebut elevasi permukaan air maksimum rencana adalah elevasi yang paling tinggi yang diperkirakan akan dicapai oleh permukaan air saluran tersebut. 3. Kemiringan Lereng (Talud) Kemiringan rata-rata lereng tanggul (hulu dan hilir) adalah perbandingan antara panjang garis vertikal yang melalui puncak dan panjang garis horizontal yang melalui tumit masing-masing lereng tersebut. Craig (1994) menyatakan bahwa kemiringan saluran biasanya ditentukan oleh keadaan topografi. Dalam berbagai hal, kemiringan ini dapat pula tergantung kegunaan saluran. Misalnya sebagai saluran irigasi, persediaan air minum, dan proyek pembangkit listrik. Kemiringan dinding saluran terutama tergantung pada jenis bahan yang digunakan seperti dapat dilihat pada Tabel 4.

31 Tabel 4. Kemiringan lereng tanggul untuk tinggi maksimum 10 m Kemiringan lereng Material urugan Vertikal : horisontal hulu hilir Urugan homogen 1 : 3 1 : 2.25 Urugan batu dengan inti liat atau dinding dipragma Kerikil-kerakal dengan inti liat atau dinding dipragma Sumber : DPU (1994) 1 : : : : 1.75 F. Sistem Drainase Sistem drainase diperlukan untuk mengatur aliran air di dalam dan di permukaan tanah. Saluran drainase dapat dibuat dari bahan dengan butiran yang lebih kasar (pasir). Bila air rembesan mengalir dari lapisan dengan butiran yang lebih halus menuju lapisan yang kasar, kemungkinan terangkutnya bahan butiran lebih halus lolos melewati bahan yang lebih kasar tersebut dapat terjadi. Pada waktu yang lama, proses ini mungkin akan menyumbat ruang pori di dalam bahan kasarnya atau juga dapat terjadi piping pada bagian butiran halusnya Bila kecepatan aliran air membesar akibat dari pengurangan tahanan aliran yang berangsur-angsur turun, maka akan terjadi peningkatan erosi butiran, sehingga membentuk pipa-pipa dalam tanah yang akhirnya dapat mengakibatkan keruntuhan pada bendungan. Kondisi demikian dapat dicegah dengan pemakaian filter di antara dua lapisan tersebut (Hardiyatmo, 1992). Bangunan air yang terkena pengaruh rembesan, misalnya tanah yang terpengaruh oleh aliran rembesan air akan mengalami longsor pada bagian lereng bawah arus (down stream slope) karena gerusan air sehingga terjadi peristiwa piping. Pelongsoran dapat dicegah dengan memberi filter sebagai penyaluran sehingga rembesannya berubah masuk ke dalam filter. Filter harus permeable (lulus air) dan pori-porinya halus sedemikian rupa sehingga air dapat mengalir tetapi tanah material bendungan tidak boleh ikut mengalir (Soetoto dan Aryono, 1980).

32 urugan tanah drainase filter Gambar 3. Model tanggul dengan drainase horizontal Drainase harus didesain guna memenuhi dua kriteria dasar, yaitu: (Dunn, et al.,1992) - Gradasi dari bahan drainase harus sedemikian sehingga butir halus dari tanah di sampingnya tidak akan migrasi melalui drainase. - Kapasitas debit aliran dari drainase harus cukup tinggi untuk menyalurkan semua air rembesan tanpa menimbulkan tinggi tenaga hidrostatik ekses. G. Stabilitas Lereng Stabilitas atau kemantapan lereng merupakan suatu faktor yang penting dalam pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan pertanian, penggalian, dan lain-lain, karena menyangkut persoalan keselamatan manusia, keamanan peralatan dan harta benda serta kelancaran kerja. Stabilitas lereng dipengaruhi oleh gaya penggerak dan gaya penahan yang ada pada lereng tersebut. Gaya penggerak adalah gaya-gaya yang berusaha untuk membuat lereng longsor, sedangkan gaya penahan adalah gaya-gaya yang mempertahankan kemantapan lereng tersebut. Metode keseimbangan batas (limit equilibrium method) adalah metode perbandingan besarnya kekuatan geser yang diperlukan untuk mempertahankan kemantapan lereng dengan kekuatan gesernya. Pada awalnya diasumsikan akan terjadi kelongsoran pada suatu lahan. Hitung gaya atau momen yang menyebabkan kelongsoran pada bidang gesernya, akibat berat tanah diatasnya. Ini disebut gaya penggerak (sliding force) atau momen

33 penggerak (turning moment). Kemudian hitung gaya atau momen yang melawan kelongsoran, akibat kekuatan geser tanah (resisting moment). Dari perbandingan kedua momen tersebut maka dapat ditentukan faktor keamanan (Fs) terhadap kelongsoran pada bidang gesernya. Metode ini dilakukan berulang-ulang sampai tercapai nilai faktor keamanan yang terkecil. Seperti pada Gambar 4, untuk melakukan perhitungan biasanya lereng dibagi dalam beberapa segmen, agar ketidakseragaman tanah dapat diperhitungkan dan gaya normal pada bidang geser dapat ditentukan (Wesley, 1973). W b θ α R l τ = c + P tan φ τl Gaya pada segmen S = Fs S c' l Fs S P' tan φ Fs E W x W x n+1 E n+1 x n -x n+1 ul P P P P u S E n -E n+1 Sumber : Wesley (1973) Gambar 4. Skematis menghitung stabilitas lereng

34 Momen penggerak segmen = Wx...(6) Momen penggerak seluruhnya kita peroleh dengan menjumlahkan momen dari setiap segmen. momen penggerak = Wx = WR sin α...(7) Apabila kekuatan geser = τ, maka kekuatan geser mempertahankan S kemantapan =...(8) Fs τ l τ l Maka S =, sehingga momen melawan segmen = Fs Fs τ l R Total momen melawan = Σ R = Στ l...(9) Fs Fs Dengan mempersamakan momen melawan dengan momen penggerak, R maka : R Σ W sinα = Στ l Fs Στ l sehingga Fs =...(10) Σ W sin α dimana : S Fs = gaya pada dasar segmen (kgf/cm) = faktor keamanan τ = kekuatan geser (kgf/cm 2 ) l = lebar irisan (cm) W = berat normal (kgf/cm) α = sudut yang terbentuk antara titik tengah dasar irisan dengan garis vertikal dari titik pengamatan ( 0 ) θ = sudut perhitungan busur lingkaran ( 0 ) ø = sudut gesek dalam ( 0 ) R = jari-jari busur lingkaran (cm) x = jarak horisontal segmen terhadap titik acuan Wesley (1973) menyatakan ada dua cara yang paling terkenal dewasa ini, yaitu cara biasa (cara Fellenius atau USBR) dan cara Bishop. Perbedaan antara kedua cara ini dapat diketahui dengan meneliti gaya-gaya yang bekerja pada setiap segmen, seperti pada Gambar 4. Gaya E n, E n+1, x n, x n+1 adalah

35 gaya-gaya horisontal dan vertikal segmen-segmen. Besarnya gaya ini tidak dapat diketahui. Pada cara Fellenius besarnya P (gaya normal) ditentukan dengan menguraikan gaya-gaya lain dalam arah garis bekerja P, yaitu : P = (W + x n x n+1 ) cos α (E n E n+1 ) sin α = W cos α + (x n x n+1 ) cos α (E n E n+1 ) sin α Nilai (x n x n+1 ) cos α (E n E n+1 ) sin α dianggap sama dengan nol, sehingga P = W cos α 1 Maka : Fs = [c l + (W cos α ul) tan ø ].(11) Σ W sin α Dimana u adalah tekanan air pori yang akan dihitung jika terjadi pembasahan (air merembes). Pada cara Fellenius dianggap bahwa resultan gaya pada batas vertikal segmen bekerja dalam arah sejajar dengan dasar segmen. Pada cara Bishop besarnya P diperoleh dengan menguraikan gayagaya lain pada arah vertikal, yaitu : tan φ c'l (P ul) Fs sin α + (P ul) cos α = W + (x n x n+1 ) - Fs sin α ul cos α c'sinα W + (x n + x n+ 1) 1( + u cosα) Sehingga (P ul) = Fs tan φ' sin α cosα + Fs Pada cara Bishop, nilai (x n x n+1 ) dianggap sama dengan nol, sehingga: c' sin α W -1( + u cosα) P ul = Fs tan φ sinα cosα + Fs, maka dengan mensubtitusikan l = b sec α 1 secα Fs = Σ [c'b + (W - ub) tan φ']...(12) Σ W sin α tan φ' tan α 1+ Fs Dengan kata lain, pada cara Bishop dianggap bahwa resultan gayagaya pada batas vertikal segmen bekerja pada arah horisontal. Dengan

36 anggapan ini, karena faktor keamanan pada setiap segmen dijadikan sama, maka besarnya (E n E n+1 ) menjadi tentu, sehingga P dapat diketahui. Nilai Fs pada persamaan (12) terdapat baik pada sebelah kiri, maupun pada sebelah kanan. Karena itu, untuk menghitung besarnya Fs harus dipakai cara iterasi (ulangan), yaitu diambil nilai Fs sebagai percobaan, nilai Fs yang diperoleh kemudian dimasukkan pada sebelah kanan dan dilakukan perhitungan dengan nilai Fs yang didapat dari perhitungan sebelumnya. Biasanya perhitungan ini hanya dua ulangan saja. Nilai Fs yang diperoleh dengan cara Fellenius selalu lebih kecil daripada nilai yang diperoleh dengan cara Bishop. Selisih antara keduaduanya ini banyak terpengaruh oleh besarnya tegangan air pori dan besarnya sudut θ. Makin besar tegangan air pori dan besarnya sudut tersebut, maka makin besar selisih antara faktor keamanan menurut cara Fellenius dan cara Bishop. H. Program Geo Slope Geo-Slope adalah suatu program dalam bidang geoteknik dan modeling geo-environment yang dibuat oleh Geo-Slope Internasional, Kanada pada tahun Program geoslope ini sendiri terdiri dari Slope/W, Seep/W, Sigma/W, Quake/W, Temp/W dan Ctran/W yang mana satu sama lainnya saling berhubungan sehingga dapat dianalisa dalam berbagai jenis permasalahan dengan memilih jenis program yang sesuai untuk tiap-tiap masalah yang berbeda ( Pengertian untuk tiap program tersebut adalah sebagai berikut: 1. Slope/W adalah suatu software untuk menghitung faktor keamanan dan stabilitas lereng. 2. Seep/W adalah suatu software untuk meneliti rembesan bawah tanah. 3. Sigma/W adalah suatu software untuk menganalisa tekanan geoteknik dan masalah deformasi 4. Quake/W adalah suatu software untuk menganalisa gempa bumi yang berpengaruh terhadap perilaku tanggul, lahan, dan kemiringan lereng,

37 5. Temp/W adalah suatu software untuk menganalisa masalah geothermal 6. Ctran/W adalah suatu software yang dapat digunakan bersama dengan Seep/W untuk model pengangkutan zat-zat pencemar. Slope/W adalah produk software yang menggunakan teori keseimbangan batas (limit equilibrium theory) untuk menghitung nilai faktor keamanan tanah dan stabilitas lereng. Perumusan Slope/W yang menyeluruh membuat program ini memungkinkan dengan mudah meneliti permasalahan stabilitas lereng, baik yang sederhana maupun kompleks dengan menggunakan berbagai metode untuk mengkalkulasi faktor keamanan tersebut. Slope/W mempunyai aplikasi dalam analisa dan desain untuk geotechnical, sipil, dan proyek rancang bangun pekerjaan tambang atau pertanian. Metode analisis stabilitas lereng yang digunakan dalam Slope/W adalah metode Bishop. Slope/W merupakan penggabungan dua persamaan faktor keamanan yaitu gaya keseimbangan dan momen irisan. Dalam menentukan faktor keamanan tanggul pada kondisi ada aliran dibutuhkan data hasil perhitungan Seep/W. Dari hasil akhir program Slope/W dapat diketahui besar nilai faktor keamanan suatu lereng (tanah) dan mengetahui kondisi stabilitas lereng yang ada, sehingga diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah geotechnical yang berhubungan dengan kestabilan tanah/lereng, terutama pada bidang pertanian.

38 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah dan Laboratorium Hidrolika dan Hidromekanika, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juli B. Bahan dan Alat 1. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : a. Contoh tanah yang berasal dari lahan percobaan Leuwikoppo, Darmaga, Bogor. b. Acrylic, lem, pipa, selang, besi siku dan bambu untuk membuat kotak model. 2. Alat a. Cangkul b. Palu tanah c. Wadah/ember d. Timbangan e. Pisau f. Alat uji batas cair dan batas plastis k. Pelantak (rammer) l. Gelas ukur m. Stopwatch n. Gelas plastik o. Saringan berukuran 1 mm p. Cetakan q. Alat uji kuat geser tanah g. Three phase meter r. Desikator h. Alat uji permeabilitas s. s. Sendok pengaduk i. Oven t. Mistar j. Penyemprot air u. Hydrometer C. Metode Penelitian Tahapan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.

39 Pengambilan contoh tanah Pengukuran kadar air Uji konsistensi tanah (batas cair, batas plastis, indeks plastis) Analisis ukuran partikel Berat isi (bulk density) Penentuan porositas (n) dan angka pori (e) Uji pemadatan tanah Uji tumbuk manual pada box Pembuatan model tanggul Pengaliran air Pengambilan foto rembesan Pengukuran debit Pembongkaran model tanggul Uji Permeabilitas Uji kuat geser Program Geo Slope Gambar 5. Tahapan penelitian

40 1. Pengambilan Contoh Tanah Contoh tanah yang digunakan untuk bahan tanggul adalah tanah yang diambil dari Leuwikoppo, Darmaga, Bogor. Contoh tanah yang diambil dikategorikan sebagai tanah terganggu yang diambil dengan alat cangkul pada kedalaman cm, kemudian tanah dikeringudarakan untuk mengurangi kadar airnya sehingga memudahkan dalam pengayakan. Tanah dihancurkan menjadi butir-butir halus menggunakan palu yang terbuat dari kayu, kemudian disaring dengan saringan berukuran 1 mm. Gambar 6. Kedalaman pengambilan contoh tanah 2. Pengukuran Kadar Air Pengukuran kadar air pada tanah dilakukan dengan menggunakan metode gravimetrik atau dengan menggunakan metode JIS , dimana kadar air merupakan nisbah antara berat air dengan berat tanah kering (basis kering). Kadar air tanah dihitung dengan persamaan sebagai berikut (Kalsim dan Sapei, 2003) : ma mb w = *100%...(13) m m b c dimana: w = kadar air tanah (%) m a m b m c = berat tanah basah dan wadah (g) = berat tanah kering oven dan wadah (g) = berat wadah (g)

41 3. Pengujian Konsistensi Tanah a. Batas Cair (Liquid Limit) Batas cair (LL) merupakan salah satu titik perubahan/transisi dari keadaan tanah yang digolongkan oleh sifat mekanik dan tergantung kepada kadar airnya. Alat untuk menentukan batas cair diciptakan oleh Atterberg (1911) dan dikembangkan oleh Cassagrande, A (1932) menjadi metode yang berlaku sampai saat ini. Pengukuran batas cair dilakukan dengan menggunakan metode standar JIS (Sapei et al., 1990). Alat untuk menentukan batas cair adalah Alat Cassagrande. Pengujian konsistensi ini menggunakan tanah yang lolos saringan 0.42 mm dan 1 mm. Cara pengujiannya adalah tanah disaring dengan saringan 0.42 mm dan 1 mm ± masing-masing 100 gram. Letakkan contoh tanah ke permukaan gelas, kemudian tambahkan air destilasi dan aduk sehingga membentuk pasta. Pasta tanah dimasukkan ke dalam mangkuk dengan ketebalan ± 1 cm. Selanjutnya dibuat goresan dengan grooving tool sampai mengenai bagian bawah dari mangkuk. Putar pengungkit dengan kecepatan satu putaran per detik sampai goresan pada tanah bertemu (Sapei et al., 1990). Percobaan ini dilakukan terhadap beberapa contoh tanah dengan kadar air yang berbeda, dan banyaknya pukulan dihitung untuk masing-masing kadar air, kemudian dibuat suatu grafik kadar air terhadap banyaknya pukulan. Batas cair adalah kadar air tanah dengan 25 pukulan. Gambar 7. Uji batas cair

42 b. Batas Plastis (Plastic Limit) Batas Plastis (PL) merupakan batas antara tanah dengan keadaan semi plastis dan tanah dengan keadaan plastis. Metode penentuan batas plastis dikembangkan oleh Cassagrande, A. (1932). Pengukuran batas plastis dilakukan dengan menggunakan metode JIS A (1978). Batas plastis ditentukan dengan cara menggiling tanah yang lolos saringan 0.42 mm dan 1 mm pada plat kaca sehingga mencapai diameter ± 3 mm. Bila batang tanah hasil gilingan dengan tangan telah mencapai diameter tersebut dan tidak pecah, pekerjaan diulang dengan penambahan sedikit tanah sejenis yang kering. Jika didapatkan tanah dengan diameter kurang dari 3 mm dan pecah, pekerjaan dihentikan dan tanah gilingan tersebut ditentukan kadar airnya. Kadar air yang didapat adalah batas plastis tanah yang diselidiki. Gambar 8. Uji batas plastis c. Indeks Plastis Selisih antara batas cair dan batas plastis ialah daerah dimana tanah tersebut adalah dalam keadaan plastis. Ini disebut plasticity index (PI) PI = LL PL...(14) PI menunjukkan sifat keplastisan tanahnya. Jika tanah mempunyai kadar interval air di daerah plastis yang kecil, maka keadaan ini disebut tanah kurus. Sebaliknya jika tanah mempunyai

43 interval kadar air daerah batas plastis yang besar disebut tanah gemuk (Bowles, 1989). Nilai-nilai batas cair dan plastis yang diperoleh kemudian diplotkan dalam grafik plastisitas untuk mengetahui klasifikasi tanah yang diuji. Klasifikasi tanah yang digunakan adalah sistem klasifikasi tanah USCS (Unified Soil Classification System). 4. Analisis Ukuran Partikel Analisis ukuran partikel digunakan untuk menentukan distribusi (sebaran) ukuran setiap butir partikel tanah. Distribusi ukuran partikel ditentukan oleh variasi diameter partikel dan berdasarkan prosentase berat setiap fraksi terhadap berat total. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah JIS A Tanah yang lolos saringan 1 mm diukur kadar air, berat jenis partikel, batas cair, dan batas plastisnya, kemudian ukur konstanta hydrometernya. Dalam pengukuran konstanta hydrometer, tanah yang diperlukan sebanyak ± 70 gram. Tanah tersebut ditambahkan larutan H 2 O 2 6% sebanyak 100 ml dengan maksud untuk menghilangkan bahan organik. Tanah dimasukkan ke dalam oven ± 1 jam, kemudian tambahkan air destilasi ± 100 ml. Diamkan ± 18 jam, kemudian masukkan ke dalam wadah pengaduk dan tambahkan 20 ml larutan sodium silikat serta air destilasi sampai 5 cm di bawah mulut wadah. Aduk contoh tanah selama 1 menit (menggunakan stirer), setelah contoh terdispersi, tanah dimasukkan ke dalam silinder (gelas ukur 1 L) dan ditambahkan air destilasi, lalu menjungkir balikkan silinder. Setelah tidak ada endapan lagi, hydrometer dibaca pada selang waktu 0.5, 1, 2, 5, 15, 30, 60, 240, dan 1440 menit. Dari pembacaan hydrometer dapat diketehui nilai diameter dan prosentase fraksi tanah dan kemudian diplotkan dalam grafik semilog. Prosentase tanah yang didapatkan diplotkan dalam segitiga tekstur tanah, sehingga didapatkan jenis tektur tanahnya.

44 Gambar 9. Analisis Ukuran Partikel 5. Berat Isi (Bulk Density) Bulk density merupakan penunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Berat isi tanah tergantung pada kadar airnya. Pengukuran berat isi dilakukan pada contoh tanah utuh dimana berat isi merupakan berat tanah kering oven yang terdapat dalam volume tanah utuh. Perhitungan menggunakan persamaan berikut : W ρ tb w =.(15) V Wtk 100ρ w ρ d = atauρ d =..(16) V (100 + w) dimana : ρ w = Berat isi basah (g/cm 3 ) ρ d = Berat isi kering (g/cm 3 ) W tb = Berat tanah basah (g) W tk = Berat tanah kering (g) V = Volume tanah (cm 3 ) w = Kadar air (%) Pada uji pemadatan, nilai berat isi kering maksimum dari beberapa selang kadar air merupakan tingkat kepadatan maksimum dari suatu pemadatan. Sedangkan kadar air pada berat isi maksimum tersebut merupakan kadar air optimum dari suatu pemadatan.

45 6. Porositas (n) Porositas (n) didefinisikan sebagai perbandingan antara volume rongga (V v ) dengan volume total (V), yang dinyatakan sebagai suatu desimal atau suatu presentase (Hardiyatmo, 1992). n = V v / V (17) 7. Angka Pori (e) Menurut Hardiyatmo (1992) angka pori (e) didefinisikan sebagai perbandingan volume rongga (V v ) dengan volume butiran (V s ). Angka pori dinyatakan dalam desimal. e = V v / V s...(18) 8. Pemadatan Tanah Uji pemadatan dilakukan dengan uji Proctor sebagai uji standar. Metode ini merupakan standar JIS A Tanah yang digunakan adalah tanah yang lolos saringan 1 mm. Tanah dimasukkan ke dalam cetakan, lalu dilakukan pemadatan sebanyak 3 lapis dengan tumbukan tiap lapisan sebanyak 25 kali. Pengukuran dilakukan beberapa kali dengan kadar air yang berbeda. Dari data dibuat kurva hubungan antara berat isi kering (ρ d ) dengan kadar air (w), sehingga diperoleh kadar air optimum (w opt ) dan berat isi kering maksimum (ρ dmaks ). 9. Uji Tumbuk Manual pada Box Uji tumbuk manual merupakan salah satu metode yang digunakan sebelum melakukan pemadatan pada tanggul. Uji tumbuk manual ini dilakukan untuk mendapatkan ratio compaction (RC) > 90 %. Tanah dipadatkan dengan menggunakan alat tumbuk manual yang mempunyai berat, tinggi jatuh, jumlah tumbukan, jumlah lapisan, dan energi serta frekuensi penumbukan yang telah diperhitungkan sehingga jumlah tumbukan (besarnya energi yang diberikan) akan menunjukkan kepadatan maksimum dan kadar air optimum bahan tersebut.

46 Nilai RC didapatkan dari persamaan berikut : Berat isi basah (ρ t, g/cm 3 ) m 2 m1 ρ t =...(19) V Berat isi kering (ρ d, g/cm 3 ) 100ρ ρ d = t ω RC (%)...(20) ρddilapangan RC =...(21) ρdmax Uji Standar Proctor dimana : m 1 = berat cetakan uji tumbuk manual (g) V = volume cetakan (cm 3 ) m 2 = berat tanah dengan cetakannya (g) ω = kadar air tanah (%) Jumlah energi yang diberikan saat melakukan pemadatan bahan tanah dihitung dengan persamaan (Proctor, 1933 dalam Bowles, 1989): WxHxNxLxg CE =...(22) V dimana : CE = jumlah energi pemadatan (kj/m 3 ) W = berat rammer (kg) H = tinggi jatuhan rammer (m) L = jumlah lapisan V = volume cetakan (m 3 ) g = gravitasi (m/detik 2 ) N = jumlah tumbukan pada setiap lapisan Gambar 10. Uji tumbuk manual

47 10. Pembuatan Model Tanggul Berdasarkan uji tumbuk manual, maka spesifikasi pemadatan pada model tanggul dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Spesifikasi pemadatan model tanggul No Elemen Nilai 1 Berat rammer gram 2 Tinggi jatuh rammer 20 cm 3 Tinggi per lapisan 2.5 cm 4 Jumlah lapisan 8 Model tanggul dibuat berdasarkan dimensi tanggul yang direncanakan, mulai dari tinggi tanggul, tinggi jagaan (freeboard), panjang tanggul, volume tanggul, kemiringan lereng, dan sebagainya. Tanah yang dipakai dalam pembuatan model tanggul adalah tanah yang lolos saringan 1 mm yang dipadatkan dengan sebuah alat tumbuk manual dengan jumlah tumbukan, energi pemadatan, jumlah lapisan, dan tinggi jatuhan berdasarkan uji tumbuk manual. Jumlah tumbukan tiap lapisan didapatkan dengan persamaan berikut : Luas lapisan model ke - n N model = x N box...(23) Luas lapisan box dimana : N model = Jumlah tumbukan pada model tanggul N box = Jumlah tumbukan pada uji tumbuk manual Model tanggul dibuat dalam kotak model. Dimensi tanggul yang dibuat berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh DPU (1986). Ukuran model yang akan dibuat 1 : 12 dari ukuran yang umum di lapangan, sedangkan kemiringan lereng dibuat 1 : 3. Nilai tersebut diambil dengan pertimbangan untuk memudahkan dalam penentuan dan perhitungan model tanggul. Model tanggul ini digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik atau keadaan yang sama dengan hal yang diwakili atau di lapangan. Penggunaan model ini digunakan untuk

48 memudahkan dalam menganalisis stabilitas lereng, sehingga dapat dijadikan gambaran dalam pekerjaan di lapangan. Skala yang digunakan adalah geometrically similar, dimana skala horizontal dengan skala vertikal bernilai sama. Kotak model dibuat dari bahan acrylic (semacam fiber glass). Kotak model ini dilengkapi dengan inlet, spillway sebagai kontrol ketinggian air, dan outlet untuk pembuangan rembesan air. Gambar 11. Kotak model tanggul Gambar 12. Pembuatan model tanggul 11. Drainase Drainase dibuat menggunakan pasir yang dilengkapi dengan filter. Drainase dibuat agar aliran air (rembesan) akan menuju saluran drainase, sehingga dapat mengurangi kehilangan bahan atau tanah. Lebar drainase yang digunakan adalah 50 cm dan panjangnya 70 cm.

49 Lapisan pembatas antara drainase dengan tubuh tanggul adalah caphipon drain belt yang berfungsi sebagai filter. Caphipon drain belt merupakan lajur yang terbuat dari plastik. Karakteristik dari caphipon adalah didesain dengan memanfaatkan gaya gravitasi untuk memisahkan air dengan partikel-partikel lainnya, tahan terhadap beban yang berat, daya serap yang tinggi, fleksibel mengikuti kontur tanah, mudah disimpan dan lebih ekonomis. Aplikasi caphipon antara lain untuk pencegahan terhadap tanah longsor dan erosi pantai, drainase pondasi, water proofing, drainase dalam tanah, proteksi lingkungan, irigasi untuk pertanian dan perkebunan, serta pembuangan buatan air bawah tanah. 12. Pengaliran Air Air dialirkan pada model tanggul dengan debit tertentu setelah model tanggul dibentuk. Air diambil melalui pipa yang disalurkan dari saluran terbuka Laboratorium Hidrolika dan Hidromekanika dengan bantuan pompa. Pengaliran air dilakukan sampai debit outlet konstan. Setelah air dialirkan, maka dilakukan beberapa hal, yaitu: a. Pengambilan Foto Rembesan Pengambilan foto rembesan dilakukan untuk mengetahui pola rembesan pada tubuh tanggul. Foto diambil setiap 3 menit sekali sampai rembesan berada pada ujung model tanggul. b. Pengukuran Debit Pengukuran debit yang dilakukan adalah pengukuran pada inlet, spillway, dan outlet. Debit inlet diukur sebelum air dimasukkan ke dalam inlet, dengan debit 6 x 10-5 m 3 /detik. Penentuan debit inlet mengacu pada penelitian sebelumnya. Debit spillway diukur melalui pipa spillway yang dialirkan ke bak penampungan. Debit outlet diukur setelah air keluar dari pipa outlet dan pengukuran dilakukan setiap 5 menit sekali sampai keadaan debit normal.

50 13. Pembongkaran Model Tanggul Pembongkaran model tanggul dilakukan setelah proses pengaliran selesai. Sebelum dilakukan pembongkaran, tanah pada tubuh tanggul terlebih dahulu diambil dengan menggunakan ring sampel untuk pengujian permeabilitas dan kuat geser. Tanah yang sudah dibongkar dikeringkan dan disaring kembali untuk pengujian selanjutnya. a. Uji Permeabilitas Permeabilitas (daya rembesan) merupakan kemampuan tanah untuk dapat dirembes air. Metode yang digunakan dalam pengukuran ini adalah falling head. Tanah yang diukur harus direndam dahulu minimal 24 jam agar tanah menjadi jenuh. Setelah tanah jenuh, letakkan di wadah kecil, tuangkan air secara hati-hati agar permukaan contoh tidak rusak dan pasangkan sumbat karet dengan pipa gelas. Isikan air ke dalam pipa gelas sampai ketinggian tertentu (h1) dan ukur waktu yang dibutuhkan permukaan air untuk turun dari h1 ke h2. Persamaan untuk metode falling head adalah sebagai berikut (Sapei, et al.,1990) : K t = 2.3 (al / AT) log 10 (h1/h2) (24) dimana : K t = koefisien permeabilitas tanah (cm/dtk) a = luas permukaan pipa gelas (cm 2 ) l = panjang contoh tanah (cm) A = luas permukaan contoh tanah (cm 2 ) T = waktu (dtk) h1= tinggi miniskus atas (cm) h2 = tinggi miniskus bawah (cm) Permeabilitas pada suhu standar (T = 20 0 C) diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sapei, et al., 1990) : K 20 = (μ T /μ 20 ) * K t (25) dimana : K 20 = koefisien permeabiltas pada suhu standar (T = 20 0 C) μ T = viskositas air pada suhu T 0 C μ 20 = viskositas air pada suhu 20 0 C K t = koefisien permeabilitas tanah

51 Gambar 13. Alat uji permeabilitas b. Uji Kuat Geser Uji kuat geser dilakukan pada contoh tanah dengan kondisi sebelum dialiri (uji tumbuk manual) dan setelah dialiri. Uji kuat geser tanah dilakukan dengan menggunakan metode uji kuat geser langsung (direct shear). Nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam (ø) didapatkan dari pengulangan dengan menggunakan beban atau tegangan normal kuat geser yaitu 0.5 kgf/cm 2, 1.0 kgf/cm 2, dan 1.5 kgf/cm 2. Tegangan geser maksimum didapatkan dengan menggunakan persamaan (Soetoto dan Aryono, 1981) : τ maks = kxr...(26) A dimana : τ maks = tegangan geser maksimum (kgf/cm 2 ) k = konstanta ring R = nilai pada dial gauge A = luas ring contoh (cm 2 ) Setelah didapatkan nilai tegangan geser maksimum lalu dicari nilai c dengan persamaan berikut (Hardiyatmo, 1992): τ = c + σ tanφ...(27) dimana : τ = kekuatan geser (kn/m 2 ) c = kohesi (kn/m 2 ) σ = tekanan normal pada permukaan geser (kn/m 2 ) ø = sudut gesek dalam ( 0 )

52 Gambar 14. Alat uji kuat geser langsung (direct shear) 14. Program Geo Slope Dalam menganalisa tingkat kestabilan lereng digunakan software Slope/W yang merupakan bagian dari program Geo Slope. Perhitungan dilakukan pada kondisi model tanggul tidak ada aliran, ada aliran, dan dilengkapi drainase horizontal. Metode yang digunakan dalam analisa stabilitas lereng adalah metode Bishop. Contoh tanah yang diambil untuk kondisi tidak ada aliran adalah contoh tanah setelah uji tumbuk manual dengan asumsi nilai RC pada tumbuk manual sama dengan model tanggul, sedangkan contoh tanah yang diambil untuk kondisi ada aliran adalah contoh tanah dari model tanggul yang sudah dialiri air. Perhitungan kondisi ada aliran air digunakan data Seep/W yang sudah dilakukan sebelumnya. Hal ini dilakukan karena diasumsikan adanya pengaruh tekanan pori. Parameter yang dimasukkan dalam perhitungan adalah nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam (ø) dari uji kekuatan geser tanah. Hasil yang diperoleh dari program Geo Slope ini adalah nilai faktor keamanan (Fs) pada setiap kondisi yang menunjukkan kemantapan/kestabilan lereng tanggul tersebut.

53 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah berhubungan dengan kondisi tanah tersebut dan sifat ini dapat menentukan suatu jenis tanah. Berdasarkan hasil penelitian Herlina (2003) dan penelitian sekarang (lolos saringan 1 mm), sifat-sifat fisik jenis tanah Latosol Dramaga, Bogor dan tanah yang lolos saringan 1 mm dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sifat-sifat fisik tanah Latosol Dramaga, Bogor dan tanah yang lolos saringan 1 mm. Sifat Fisik Herlina (2003) Tanah lolos saringan 1 mm Berat isi kering (g/cm 3 ) Kadar air optimum (%) Liat (%) Fraksi Debu (%) Pasir (%) Batas cair (%) Batas plastis (%) Indeks plastisitas (%) Berat jenis tanah (%) Permeabilitas tanah (cm/det) 4.28 x x 10-4 Angka pori (e) Porositas (n) Berdasarkan klasifikasi tanah sistem Unified Soil Clasification, tanah Latosol berdasarkan penelitian Herlina (2003) termasuk dalam kelas MH yaitu tanah dengan kandungan lanau yang tinggi, dengan batas cair % dan indeks plastisitas %. Berdasarkan segitiga tekstur USDA, tanah Latosol termasuk dalam kelas liat (clay), dengan komposisi liat %, debu %, dan pasir %.

54 Berdasarkan Tabel 6, yaitu penelitian Herlina (2003) dan penelitian sekarang (2007), semakin besar nilai angka pori dan semakin kecil nilai porositas, maka permeabilitasnya akan semakin besar. Hal ini dikarenakan ukuran partikel yang digunakan lebih kecil. B. Uji Tekstur Tanah Uji tekstur tanah dilakukan pada tanah yang lolos saringan 1 mm dengan menggunakan metode hydrometer. Hasil dari uji tekstur tanah dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Gambar Persentase (%) ,001 0,01 0,1 1 Diameter (mm) Gambar 15. Kurva distribusi ukuran partikel Berdasarkan segitiga tekstur USDA, tanah yang digunakan termasuk dalam kelas lempung, dengan komposisi liat (27.49 %), debu (40.24 %), dan pasir (32.27 %). Hasil analisis tekstur tanah pada penelitian Herlina (2003) berbeda dengan penelitian sekarang, hal ini dikarenakan perbedaan ukuran partikel yang dipakai dalam uji tekstur tanah. C. Uji Konsistensi Tanah Uji konsistensi tanah ini terdiri dari uji batas cair, uji batas plastis, dan penentuan indeks plastisitas. Hubungan antara batas cair dan indeks plastisitas dapat digunakan dalam klasifikasi tanah. Pada uji konsistensi tanah dilakukan pengujian pada tanah yang lolos saringan 0.42 mm dan 1 mm. Hal ini

55 dilakukan untuk mengetahui klasifikasi dari dua sampel tersebut. Hasil dari uji konsistensi tanah menggunakan tanah yang lolos saringan 0.42 mm dan 1 mm dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Tabel 7. Tabel 7. Hasil uji konsistensi tanah yang lolos saringan 0.42 mm dan 1 mm No Keterangan Lolos Saringan Lolos Saringan 0.42 mm 1 mm 1. Batas cair (%) Batas plastis (%) Indeks plastisitas (%) Berdasarkan klasifikasi tanah sistem Unified Soil Clasification, tanah yang lolos saringan 0.42 mm dan 1 mm termasuk dalam kelas MH yaitu tanah dengan kandungan lanau yang tinggi dan plastisitas yang tinggi. D. Uji Pemadatan Uji pemadatan dilakukan dengan uji Proctor sebagai uji standar. Dari uji ini didapatkan nilai kadar air optimum (w opt ) dan berat isi kering maksimum (ρ d ). Uji pemadatan dilakukan untuk mendapatkan nilai berat isi kering maksimum di laboratorium, sehingga didapatkan nilai RC. Tanah yang digunakan dalam uji pemadatan ini adalah tanah yang lolos saringan 1 mm. Hasil uji pemadatan dapat dilihat pada Tabel 8. Dari uji pemadatan didapatkan nilai kadar air sebesar % dan berat isi kering maksimum sebesar 1.26 g/cm 3. Nilai berat isi kering maksimum tercapai jika kadar air mencapai optimum. Jika kadar air semakin tinggi, maka berat isi kering semakin turun, karena tanah mendekati jenuh. Nilai kadar air optimum dan berat isi kering maksimum pada penelitian ini lebih kecil daripada penelitian Herlina (2003), hal ini dikarenakan pengaruh ukuran partikel tanah. Jika ukuran partikel tanah kecil dipadatkan dengan energi pemadatan yang sama, maka berat isi kering maksimum dan kadar air optimum lebih kecil dibandingkan dengan partikel yang besar.

56 Tabel 8. Hasil uji pemadatan tanah yang lolos saringan 1 mm Kadar Air (%) Berat Isi Basah (g/cm 3 ) Berat Isi Kering (g/cm 3 ) Berat Isi Jenuh (g/cm 3 ) Berat Isi Kering (g/cm 3 ) 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0, Kadar Air (%) hub berat isi kering thdp kadar ZAV (Zero Air Gambar 16. Grafik uji pemadatan (proctor) Struktur tanah lempung yang dipadatkan pada dasarnya cenderung menggumpal atau menyebar, bergantung pada besarnya usaha pemadatan dan kadar air (Lambe, 1958 dalam Dunn, et al., 1992). Kadar air yang rendah pada dasarnya cenderung menggumpal. Pada penelitian ini, kadar air optimum yang dicapai lebih rendah daripada penelitian Herlina (2003), sehingga tanah cenderung menggumpal dan tidak cukup mempunyai gaya tarik-menarik yang kuat antar partikel. Hal ini menjadikan sukar untuk mengubah struktur menggumpal menjadi struktur menyebar. Tegangan kapiler yang relatif tinggi dalam lapisan air juga menghalangi pengaturan kembali partikel, sehingga pada kadar air optimum yang rendah berat unit kering juga rendah. Uji pemadatan standar ini merupakan acuan untuk pemadatan manual maupun pada pembuatan model tanggul.

57 E. Uji Tumbuk Manual Berdasarkan hasil penelitian Azizah, dkk (2005), pada pemadatan tanah dengan uji tumbuk manual didapatkan nilai RC % dengan jumlah tumbukan 100 kali. Pada penelitian ini, jumlah tumbukan ditambah menjadi 150 kali dan didapatkan nilai RC %. Nilai RC yang didapatkan lebih kecil dari penelitian sebelumnya. Kepadatan suatu tanah diukur dengan menentukan berat isi keringnya, lebih tinggi berat isi keringnya, berarti lebih tinggi derajat kepadatannya. Hasil uji tumbuk manual secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9. Jumlah Tinggi Berat box + Tumbukan Jatuhan (h) tanah (m 2 ) (N) (cm) (g) Tabel 9. Hasil uji tumbuk manual ρ t ρ d RC KA (g/cm 3 ) (g/cm 3 ) (%) (%) * Ket : * Penelitian Azizah, 2005 Uji tumbuk manual dilakukan untuk mengetahui ratio compaction, jumlah energi yang diberikan pada saat pemadatan model tanggul dan untuk mendapatkan nilai kadar air optimum dan berat isi kering maksimum yang mendekati kadar air optimum dan berat isi kering maksimum pada pemadatan standar. Jumlah tumbukan yang tinggi akan meningkatkan berat isi kering, ratio compaction, dan energi pemadatan. Pada penelitian ini, dengan bertambahnya jumlah tumbukan, RC yang didapat sangat kecil (<90 %). Hal ini dikarenakan berat isi kering maksimum yang didapat kecil, sehingga dengan berat isi kering maksimum yang kecil, maka tingkat derajat kepadatannya juga kecil. Spesifikasi uji tumbuk manual disajikan pada Tabel 10.

58 Tabel 10. Spesifikasi uji tumbuk manual No Elemen Nilai 1 Berat rammer gram 2 Tinggi jatuh 20 cm Panjang 40 cm 3 Dimensi cetakan Lebar 30 cm Tinggi 7.5 cm 4 Tanah Lolos saringan 1 mm 5 Jumlah tumbukan Jumlah lapisan 3 7 Energi pemadatan (CE) kj/m 3 F. Pemadatan Model Tanggul Pemadatan pada model tanggul dilakukan berdasarkan uji tumbuk manual. Jumlah tumbukan yang diberikan untuk tiap lapisan disesuaikan dengan luasan lapisan yang akan dipadatkan, dimana semakin luas permukaannya maka jumlah tumbukan yang akan diberikan semakin besar, seperti yang terlihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah tumbukan per lapisan Lapisan ke- Luas Permukaan (cm 2 ) Jumlah Tumbukan Jumlah Tumbukan 4334

59 Dimensi tanggul sebenarnya dan model disajikan pada Tabel 12. Gambar 16 menjelaskan penampang melintang model tanggul dan Gambar 18 memperlihatkan model tanggul. Tabel 12. Dimensi tanggul Dimensi Ukuran di lapangan Model H (tinggi muka air), cm H f (tinggi jagaan), cm 60 5 H d (tinggi tanggul), cm B (lebar atas/mercu), cm L (lebar bawah), cm C (lebar drainase), cm Hp (tinggi tekanan air), cm Talud 1 : 3 1 : 3 B H f H H d H p cm 52.5 cm 70 cm 12.5 cm Gambar 17. Penampang melintang model tanggul Gambar 18. Model tanggul

60 G. Pengaliran Air Pengukuran debit dilakukan pada inlet, spillway, dan outlet. Debit inlet diukur sebelum air dimasukkan ke dalam inlet, dengan debit 6 x 10-5 m 3 /detik. Air dari inlet akan merembes pada model tanggul dan akan mencapai outlet. Gambar 19 menyajikan perubahan debit outlet. 3,50E-07 Debit Outlet 3,00E-07 Debit (m 3 /detik) 2,50E-07 2,00E-07 1,50E-07 1,00E-07 5,00E-08 0,00E Waktu (menit) Gambar 19. Perubahan debit outlet Pada awal pengamatan, debit mencapai nilai yang tinggi. Hal ini dikarenakan pada saat air keluar pada bagian hilir tanggul, air berkumpul dahulu di sekitar pipa outlet, seperti terlihat pada Gambar 20, sehingga air yang keluar akan banyak. Gambar 20. Air yang terkumpul pada pipa outlet

61 Pergerakan aliran air atau rembesan pada tanggul dapat dilihat pada Gambar 21. Pada bagian atas dari muka air, tanah terlihat basah, ini dikarenakan adanya kenaikan kapiler. Kenaikan kapiler dalam tanah mirip dengan kenaikan kapiler dalam suatu tabung kapiler. Pada tanah butir halus, zona kapiler mencapai suatu ketinggian yang cukup besar di atas bidang muka air (Dunn et al.,1992). Semakin kecil ruang pori, makin besar kemampuan air untuk naik melebihi muka air tanah (Craig, 1994). Masing-masing ruang pori berhubungan satu dengan yang lainnya dari segala arah dan membentuk jaringan ruang pori yang rumit. Jika jaringan ini dimasuki oleh air, maka jaringan pada bagian bawah muka air bebas menjadi jenuh sempurna, sedangkan pada bagian atasnya, air menempati ruang pori yang sempit dan udara mengisi ruang pori yang luas, sehingga tanah menjadi jenuh sebagian (Terzaghi dan Peck, 1987). Tekanan kapiler dapat timbul karena adanya tarikan lapisan tipis permukaan air sebelah atas. Kejadian ini disebabkan oleh adanya pertemuan antara dua jenis material yang berbeda sifatnya. Akibat tekanan kapiler, air tanah tertarik ke atas melebihi permukaannya (Hardiyatmo, 1992). Pada bagian atas hilir tanggul, tanah terlihat basah. Namun tanah tidak dalam keadaan jenuh, yang mengalami jenuh sempurna adalah bagian bawah hilir tanggul, seperti yang terlihat pada Gambar 22. Gambar 21. Pergerakan aliran air

62 Gambar 22. Rembesan air dilihat dari bagian hilir tanggul H. Uji Permeabilitas Nilai permeabilitas pada model tanggul dapat dilihat pada Tabel 13. Permeabilitas dengan RC 95.4 % lebih kecil daripada RC %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai RC, semakin kecil nilai permeabilitasnya, karena tanah lebih padat. Semakin besar nilai permeabilitas suatu bahan maka semakin kecil kemampuan menyimpan air dan semakin besar kemampuan untuk meloloskan air, begitu pula sebaliknya semakin kecil nilai permeabilitas suatu bahan maka semakin besar kemampuan menyimpan air dan semakin kecil kemampuan untuk meloloskan air. Nilai permeabilitas pada pasir (bahan drainase) sebesar 1.84 x 10-2 cm/detik. Hasil uji permeabilitas pada model tanggul dan pasir dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 13. Hubungan nilai RC dengan permeabilitas No RC (%) Permeabilitas (cm/detik) 1* x x 10-4 Ket : * Penelitian Azizah, 2005

63 Gambar 23. Uji permeabilitas I. Uji Kuat Geser Uji kuat geser dilakukan pada model tanggul dengan kondisi tidak ada aliran, ada aliran, dan dilengkapi dengan drainase horizontal. Uji kuat geser dilakukan dengan metode uji geser langsung menggunakan beban normal 0.5 kgf/cm 2, 1 kgf/cm 2, dan 1.5 kgf/cm 2. Hasil pengujian kuat geser berdasarkan penelitian Azizah (2005) dan penelitian sekarang dapat dilihat pada Tabel 14, dan grafiknya pada Gambar 24, 25, dan 26. Perhitungan hasil kuat geser dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 14. Uji kuat geser model tanggul pada kondisi tidak ada aliiran, ada aliran, dan dilengkapi dengan drainase horizontal. Parameter tidak ada aliran ada aliran dilengkapi drainase Kohesi (kgf/cm 2 ) * * Sudut geser ( 0 C) * * Kadar air (%) * * Ket : * Penelitian Azizah, 2005 Nilai kuat geser model tanggul pada kondisi tidak ada aliran lebih besar daripada model tanggul pada kondisi ada aliran. Hal ini disebabkan kadar air pada kondisi tidak ada aliran mencapai optimum, sedangkan kadar air pada kondisi ada aliran mencapai maksimum sehingga tegangan geser akan semakin menurun. Pada saat kadar air optimum, berat isi kering mencapai maksimum, sedangkan pada kadar air maksimum berat isi kering

64 akan turun. Semakin tinggi berat isi kering, maka semakin tinggi kuat gesernya (Dunn et al., 1992). Berdasarkan penelitian Harjanto (2003) mengenai hubungan kadar air dan parameter kuat geser (c dan ø), menunjukkan bahwa nilai kohesi (c) dan sudut gesek dalam (ø) naik dengan bertambahnya kadar air, namun pada kadar air mencapai nilai maksimum, maka nilai c dan ø akan turun. Nilai kekuatan geser (kohesi dan sudut gesek dalam) mencapai nilai maksimum sebelum berat isi kering tercapai, sedangkan pada nilai berat isi kering maksimum nilai kekuatan geser sudah turun. Ukuran partikel mempengaruhi tingkat kepadatan tanah. Semakin besar tingkat kepadatan tanah, maka semakin besar nilai kuat gesernya. Pada penelitian ini, bahwa dengan tingkat kepadatan tanah yang kecil, didapatkan nilai kuat geser yang kecil pula. Tegangan Geser Maks (kgf/cm 2 ) 1,00 0,90 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 0 0,5 1 1,5 2 Beban Normal (kgf/cm 2 ) Gambar 24. Grafik uji kuat geser kondisi tidak ada aliran 0,8 0,7 Tegangan Geser Maks (kgf/cm 2 ) 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0, ,5 1 1,5 2 Beban Normal (kgf/cm 2 ) Gambar 25. Grafik uji kuat geser kondisi ada aliran

65 0,60 Tegangan Geser Maks (kgf/cm 2 ) 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 0 0,5 1 1,5 2 Beban Normal (kgf/cm 2 ) Gambar 26. Grafik uji kuat geser yang dilengkapi drainase horizontal Gambar 27. Hasil uji kuat geser J. Stabilitas Lereng Tingkat kestabilitas lereng dapat ditentukan pada besarnya nilai faktor keamanan (Fs) lereng tersebut. Nilai Fs yang diambil adalah nilai paling rendah sehingga resiko yang terjadi akan semakin kecil pada kondisi stabilitas lereng yang paling buruk. Pada penelitian ini, perhitungan nilai Fs menggunakan software Slope/W. Parameter yang dimasukkan dalam perhitungan ini adalah nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam (ø). Langkahlangkah perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 5. Perhitungan yang dilakukan menggunakan teori keseimbangan batas dengan metode Bishop (metode irisan). Analisis stabilitas lereng dilakukan pada tiga kondisi yang berbeda, yaitu kondisi tidak ada aliran, kondisi ada

66 aliran, dan dilengkapi drainase horizontal. Maksud dari ketiga perhitungan tersebut adalah untuk membandingkan tingkat kestabilan lereng pada kondisi yang berbeda, sehingga dapat dilihat seberapa besar pengaruh aliran air (rembesan) terhadap kondisi kestabilan lereng. Pada kondisi tidak ada aliran, perhitungan Fs diasumsikan tidak ada air yang mengalir (tidak mendapat pengaruh tekanan air pori). Nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam (ø) diambil dari contoh tanah pada box. Pada kondisi ada aliran, perhitungan Fs dilakukan menggunakan adanya pengaruh tekanan air pori dengan input data hasil penelitian rembesan pada software Seep/W yang sudah dilakukan. Pada tanggul menggunakan sistem drainase, digunakan drainase horizontal, dimana drainasenya menggunakan pasir dan filternya menggunakan caphipon drain belt. Hasil perhitungan nilai Fs dapat dilihat pada Tabel 15 dan Gambar 30, 31, dan 32. Tabel 15. Nilai Fs pada setiap kondisi tanggul No Kondisi Tanggul Fs (Faktor Keamanan) Penelitian 2007 Azizah (2005) 1. Tidak ada aliran Ada aliran Dilengkapi drainase Ket : Penelitian 2007 dilengkapi drainase horizontal. Penelitian Azizah (2005) dilengkapi drainase kaki. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai Fs pada kondisi tidak ada aliran lebih besar daripada kondisi ada alirannya. Semakin besar pengaruh rembesan pada tanggul, maka tingkat kestabilan lereng akan semakin kecil. Penggunaan saluran drainase horizontal pada tanggul dapat meningkatkan kestabilan lereng. Hal ini disebabkan air rembesan yang mengalir dalam tubuh tanggul masuk ke dalam saluran drainase, kemudian air dialirkan ke outlet, sehingga tidak memotong tubuh tanggul. Gambar 28 dan 29 menunjukkan hasil foto aliran tubuh tanggul. Nilai Fs pada kondisi tanggul yang tidak

67 dilengkapi saluran drainase lebih kecil daripada tanggul yang dilengkapi saluran drainase karena air rembesan memotong tubuh tanggul. Berdasarkan penelitian Azizah (2005), nilai Fs pada penelitian tersebut lebih tinggi dibandingkan penelitian kali ini. Pada penelitian ini menggunakan tanah yang lolos saringan 1 mm. Perbedaan nilai ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ukuran partikel tanah yang berpengaruh pada ratio compaction (RC) dan kuat geser, serta dengan penggunaan saluran drainase. Semakin besar nilai ratio compaction (RC), maka semakin besar nilai kuat geser tanah, sehingga tingkat kestabilan lereng tanggul juga meningkat. Perbedaan jarak titik pusat dengan bidang slip surface pada perhitungan nilai Fs juga mempengaruhi kisaran besaran nilai Fs. Pada kenyataannya, untuk kondisi ada aliran sering dijumpai pada kasus yang berhubungan dengan stabilitas lereng, terutama pada musim hujan. Hal ini menunjukkan bahwa rembesan (pengaruh air) adalah faktor dari kebanyakan keruntuhan lereng, karena dengan adanya air menyebabkan naiknya tegangan maupun turunnya kekuatan (Dunn et al., 1992). Hasil akhir menunjukkan bahwa model tanggul mempunyai stabilitas lereng yang mantap. Nilai Fs lebih dari 1 menunjukkan nilai kemantapan suatu lereng. Hal tersebut menunjukkan bahwa gaya-gaya penahan lebih besar daripada gaya-gaya penggerak. Gambar 28. Hasil foto aliran tubuh tanggul pada kondisi ada aliran

68 Gambar 29. Hasil foto aliran tubuh tanggul yang dilengkapi drainase horizontal

69 Gambar 30. Analisa stabilitas lereng model tanggul pada kondisi tidak ada aliran menggunakan program Slope/W

70 Gambar 31. Analisa stabilitas lereng model tanggul pada kondisi ada aliran menggunakan program Slope/W

71 Gambar 32. Analisa stabilitas lereng model tanggul yang dilengkapi drainase horizontal menggunakan program Slope/W

72 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Ukuran partikel mempengaruhi tingkat kepadatan tanah. Berdasarkan uji tumbuk manual dengan menggunakan tanah yang lolos saringan 1 mm didapatkan tingkat kepadatan tanah yang rendah. 2. Berdasarkan hasil uji kuat geser, nilai kuat geser yang didapat lebih kecil daripada penelitian Azizah (2005). Hal ini dikarenakan tingkat kepadatan tanah yang didapatkan juga rendah. 3. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan software Slope/W dengan memasukkan nilai kuat geser (kohesi dan sudut gesek dalam) diperoleh nilai faktor keamanan (Fs) untuk kondisi tidak ada aliran sebesar 2.458, pada kondisi ada aliran sebesar 1.212, dan pada kondisi tanggul yang dilengkapi drainase horizontal sebesar Perbedaan nilai Fs pada penelitian sekarang dan penelitian Azizah (2005) dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya ukuran partikel tanah yang berpengaruh pada ratio compaction (RC) dan kuat geser serta dengan penggunaan saluran drainase. Dengan menggunakan ukuran partikel yang kecil, semakin kecil nilai ratio compaction (RC) dan kuat geser, maka semakin kecil pula tingkat kestabilan lereng tanggul. B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya untuk jenis tanah dan ukuran partikel yang berbeda, yaitu tanah dengan kandungan liat yang tinggi. 2. Perlu penggunaan sensor kadar air untuk mengecek perubahan kadar air pada tubuh tanggul.

73 VI. DAFTAR PUSTAKA Anwar S Mempelajari Hubungan Antara Tingkat Kepadatan Tanah dengan Permeabilitas dalam Rangka Mengurangi Rembesan pada Suatu Saluran Irigasi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor. Azizah Y Analisis Stabilitas Lereng pada Model Tanggul yang Dilengkapi dengan Saluran Drainase Kaki. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor. Bowles JE Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah). Erlangga. Jakarta. Craig RF Mekanika Tanah Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta Departemen Pekerjaan Umum (DPU) Standar Perencanaan Irigasi KP 04. CV Galang Persada, Bandung. Departemen Pekerjaan Umum (DPU) Pedoman Kriteria Desain Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering di Indonesia. PT Medisa. Bandung. Devadean Teori dan Metodologi Sistem. library.gunadarma.ac.id. [18 Sep 2007]. Dunn IS, Anderson LR, Kiefer FW Dasar-Dasar Analitis Geoteknik. IKIP Semarang Press, Semarang. Foth HD Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta. Gardiner DT, Miller RW Soils in Our Environment. Pearson Education. New Jersey. Hakim N et al Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung. Hardiyatmo HC Mekanika Tanah 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hardjowigeno S Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Harjanto T Hubungan Antara Tingkat Pemadatan Tanah dengan Kuat Geser Tanah pada Tanah Latosol Darmaga Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.

74 Herlina ES Hubungan Antara Tingkat Kepadatan Tanah dengan pf dan Permeabilitas pada Tanah Latosol Darmaga Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor OfficeV5. Manuals. GEO-SLOPE International, Canada. Kalsim DK, Sapei A Fisika Lengas Tanah Bagian Teknik Tanah dan Air. Departemen Teknik Pertanian. FATETA. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sapei A, Dalhar MA, Fujii K, Miyauci S, Sudou S Buku Penuntun Pengukuran Sifat-sifat Fisik dan Mekanik Tanah. JICA. Bogor. Saswinadi Science, Teknologi, Masyarakat, dan Pembangunan. Bab II: spitb.or.id/matakuliah/sp601-stmp/bab%20iisp. [18 Sep 2007]. Soetoto, Aryono SS Mekanika Tanah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan menengaha Kejuruan. Jakarta. Sosrodarsono S, Takeda K Bendungan Tipe Urugan. Pradnya Paramita. Jakarta. Terzhagi K, Peck RB Mekanika Tanah dalam Praktek Rekayasa. Erlangga. Jakarta. Wesley LD Mekanika Tanah. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta.

75 Lampiran 1. Analisis ukuran partikel tanah Waktu (mnt) r r' (r+cm) Suhu ( 0 C) L (mm) L/60 t (mm/s) (L/60t) ((0.018η)/((Gs1)γ) D (mm) F r'+f P (%) Kurva Distribusi Ukuran Partikel Persentase (%) ,001 0,01 0,1 1 Diameter (mm)

76 Lampiran 2. Uji konsistensi tanah Tanah yang lolos saringan 0.42 mm Batas Cair No Wadah Mc (gram) Ma (gram) Ketukan Mb (gram) w (%) Kurva Hubungan Antara Kadar Air dengan Jumlah Ketukan Kadar Air (%) Jumlah ketukan (semi log) Nilai batas cair adalah pada ketukan 25 yaitu %. Batas Plastis No Wadah Mc (gram) Ma (gram) Mb (gram) w (%) AB Rata-rata Nilai batas plastis adalah nilai kadar airnya yaitu %. Nilai indeks plastisitasnya adalah %.

77 Lampiran 2. Lanjutan I II III IV V VI VII VIII Tanah yang lolos saringan 1 mm Batas Cair No Mc Ma Mb Ketukan Wadah (gram) (gram) (gram) w (%) Ratarata Kadar Air (%) Kurva Hubungan antara Kadar Air dengan Jumlah Ketukan 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0, Jumlah Ketukan (semi log) Nilai batas cair adalah pada ketukan 25 yaitu %.

78 Lampiran 2. Lanjutan Batas Plastis I II No Wadah Mc (gram) Ma (gram) Mb (gram) w (%) Rata-rata Nilai batas plastis adalah nilai kadar airnya yaitu %. Nilai indeks plastisitasnya adalah %.

79 Lampiran 3. Uji permeabilitas No Ring Uji permeabilitas tanggul ulangan I Mc Ma Mb T (detik) h1 h2 K T (cm/det) K T K 20 (cm/det) K 20 (gram) (gram) (gram) (cm) (cm) rata-rata rata-rata B E E E E E E E E E E-05 H E E E E E E E E E E-04 E E E E E E E E E E E-04 Rata-rata 2.30E-04 Rata-rata 1.89E-04 No Ring Uji permeabilitas tanggul ulangan II Mc Ma Mb T (detik) h1 h2 K T (cm/det) K T K 20 (cm/det) K 20 (gram) (gram) (gram) (cm) (cm) rata-rata rata-rata E E E E E E E E E E E-04 J E E E E E E E E E E-04 E E E E E E E E E E E-04 Rata-rata 3.24E-04 Rata-rata 2.76E-04

80 Lampiran 3. Lanjutan No Ring Uji permeabilitas tanggul ulangan III Mc Ma Mb T (detik) h1 h2 K T (cm/det) K T K 20 (cm/det) K 20 (gram) (gram) (gram) (cm) (cm) rata-rata rata-rata J E E E E E E E E E E-04 E E E E E E E E E E E-04 E E E E E E E E E E E-04 Rata-rata 3.13E-04 Rata-rata 2.66E-04 No Ring Uji permeabilitas tanggul menggunakan drainase horizontal Mc Ma Mb T (detik) h1 h2 K T (cm/det) K T K 20 (cm/det) K 20 (gram) (gram) (gram) (cm) (cm) rata-rata rata-rata E E E E E E E E E E E-03 E E E E E E E E E E E-02 B E E E E E E E E E E-02 Rata-rata 1.83E-02 Rata-rata 1.56E-02

81 Lampiran 4. Uji kuat geser Uji kuat geser kondisi tidak ada aliran D (Dx0.01mm) σ = 0.5 kgf/cm 2 σ = 1 kgf/cm 2 σ = 1.5 kgf/cm 2 R τ (kgf/cm 2 ) R τ (kgf/cm 2 ) R τ (kgf/cm 2 )

82 Lampiran 4. Lanjutan σ (kgf/cm 2 ) τ (kgf/cm 2 ) Kadar air % Tegangan Geser Maks (kgf/cm 2 ) 1,00 0,90 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 0 0,5 1 1,5 2 Beban Normal (kgf/cm 2 )

83 Lampiran 4. Lanjutan Uji kuat geser kondisi ada aliran ulangan I D σ = 0.5 kgf/cm 2 σ = 1 kgf/cm 2 σ = 1.5 kgf/cm 2 (Dx0.01mm) R τ (kgf/cm 2 ) R τ (kgf/cm 2 ) R τ (kgf/cm 2 ) σ (kgf/cm 2 ) τ (kgf/cm 2 ) Kadar air % Tegangan Geser Maks (kgf/cm 2 ) 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0, ,5 1 1,5 2 Beban Normal (kgf/cm 2 )

84 Lampiran 4. Lanjutan Uji kuat geser kondisi ada aliran ulangan II D (Dx0.01mm) σ = 0.5 kgf/cm 2 σ = 1 kgf/cm 2 σ = 1.5 kgf/cm 2 R τ (kgf/cm 2 ) R τ (kgf/cm 2 ) R τ (kgf/cm 2 )

85 Lampiran 4. Lanjutan σ (kgf/cm 2 ) τ (kgf/cm 2 ) Kadar air % 0,8 0,7 Tegangan Geser Maks (kgf/cm 2 ) 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0, ,5 1 1,5 2 Beban Normal (kgf/cm 2 )

86 Lampiran 4. Lanjutan Uji kuat geser kondisi ada aliran ulangan III D (Dx0.01mm) σ = 0.5 kgf/cm 2 σ = 1 kgf/cm 2 σ = 1.5 kgf/cm 2 R τ (kgf/cm 2 ) R τ (kgf/cm 2 ) R τ (kgf/cm 2 )

87 Lampiran 4. Lanjutan σ (kgf/cm 2 ) τ (kgf/cm 2 ) Kadar air % 0,7 Tegangan Geser Maks (kgf cm 2 ) 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0, ,5 1 1,5 2 Be ban Norm al (kgf/cm 2 )

88 Lampiran 4. Lanjutan Uji kuat geser menggunakan drainase horizontal D σ = 0.5 kgf/cm 2 σ = 1 kgf/cm 2 σ = 1.5 kgf/cm 2 (Dx0.01mm) R τ (kgf/cm 2 ) R τ (kgf/cm 2 ) R τ (kgf/cm 2 )

89 Lampiran 4. Lanjutan σ (kgf/cm 2 ) τ (kgf/cm 2 ) Kadar air % 0,60 Tegangan Geser Maks (kgf/cm 2 ) 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 0 0,5 1 1,5 2 Beban Normal (kgf/cm 2 )

90 Lampiran 5. Langkah-langkah proses perhitungan Fs (kondisi tidak ada aliran) menggunakan program Slope/W A. Mengatur ukuran kertas 1. Pilih menu Set, lalu klik sub menu Page, selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini : 2. Pilih mm sebagai satuan unit pada kotak dialog Units. 3. Masukkan panjang ukuran kertas (300) pada kotak dialog Width, lalu tekan TAB. 4. Masukkan tinggi ukuran kertas (200) pada kotak dialog Height. 5. Klik OK. B. Mengatur skala 1. Pilih menu Set, lalu klik sub menu Scale, selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini :

91 Lampiran 5. Lanjutan 2. Pilih meters pada kotak dialog Engineering Units. 3. Masukkan nilai pada kotak dialog Scale. Horz. 1 : 5.5 Vert. 1 : Masukkan nilai pada kotak dialog Problem Extents Minimum : x = -0.2 y = -0.4 Maximum : x = 1.45 y = Klik OK C. Mengatur jarak grid 1. Pilih menu Set, lalu klik sub menu Grid, selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini : 2. Masukkan nilai pada kotak dialog Grid Spacing (Eng. Units) 3. Klik Display Grid dan Snap to Grid. 4. Klik OK. D. Mengatur ukuran gambar 1. Pilih menu Set, lalu klik sub menu Axes, selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini :

92 Lampiran 5. Lanjutan 2. Klik Left Axis dan Bottom Axis pada menu dialog Display. 3. Cantumkan keterangan Jarak (m) pada Bottom x dan Kedalaman (m) pada Left y di kotak Axis Titles. 4. Klik OK, kemudian akan muncul kotak dialog seperti di bawah ini : 5. Masukkan nilai pada menu dialog X-Axis sebagai berikut : Min : -0.1 Increment Size : 0.1 # of Increments : Masukkan nilai pada menu dialog Y-Axis sebagai berikut : Min : Increment Size : 0.02 # of Increments : Klik OK.

93 Lampiran 5. Lanjutan E. Penggambaran sketsa model tanggul 1. Pilih menu Sketch, lalu sub menu Lines, selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini : 2. Klik Done. F. Analisis Permasalahan 1. Pilih menu KeyIn, lalu klik analyis Settings, selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini :

94 Lampiran 5. Lanjutan 2. Klik toolbar Method, selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini, dan pilih only Bishop, Ordinary and Janbu pada kotak dialog Limit Equilibrium. Keterangan : Project ID : digunakan untuk membuat deskripsi perhitungan (proyek) yang dibuat dengan pengaturan kolom judul (proyek) dan kolom komentar yang ingin diberikan. Method : digunakan untuk mengatur penggunaan metode yang akan digunakan pada saat perhitungan. 3. Klik toolbar PWP, selanjutnya akan tampak kotak dialog seprti di bawah ini, dan pilih Piezometric lines with Ru / B-bar serta klik Use pore-water pressurre (untuk kondisi ρ d maksimum) atau klik SEEP/W total head (untuk kondisi undrained) lalu klik Browse.

95 Lampiran 5. Lanjutan 4. Klik toolbar Control, selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini dan pilih Left to Right pada kotak dialog Direction of Movement. 5. Klik toolbar Corvergence, selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini :

96 Lampiran 5. Lanjutan Keterangan : PWP : digunakan untuk mengatur apakah perhitungan dipengaruhi oleh tekanan air pori. Control : digunakan untuk mengatur teknik perhitungan. Convergence : digunakan untuk mengatur model dan toleransi hasil perhitungan. 6. Klik OK. G. Pengaturan spesifikasi tanah 1. Pilih menu KeyIn, lalu klik Soil Properties, selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini :

97 Lampiran 5. Lanjutan 2. Masukkan karakter-karakter untuk setiap jenis model yang akan dianalisis. 3. Klik OK. H. Penggambaran model tanggul 1. Pilih menu Draw, lalu klik Line, selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini : 2. Klik Done I. Penggambaran radius (daerah yang akan dianalisa) sebagai permukaan bidang runtuh. 1. Pilih menu Draw, klik Slip Surface, lalu klik radius, selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini :

98 Lampiran 5. Lanjutan 2. Klik Apply, lalu klik OK. J. Penggambaran daerah titik O (pusat perhitungan) terhadap bidang runtuh. 1. Pilih menu Draw, klik Slip Surface, lalu klik Grid, selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini : 2. Klik Apply, lalu klik OK. K. Pengkoreksian data. 1. Pilih menu Tools, lalu klik Verify, selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini : 2. Jika sudah tidak terdapat error, tahapan dapat dilanjutkan.

99 Lampiran 5. Lanjutan L. Perhitungan nilai Fs. 1. Pilih menu Tools, lalu klik SOLVE, selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini : 2. Klik Start, maka nilai Fs akan muncul. M. Menggambar model kontur. 1. Pilih menu Tools, lalu klik CONTOUR, selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini : 2. Pilih menu Draw, kemudian Contour Labels (untuk membuat label kontur).

100 Lampiran 5. Lanjutan N. Penyempurnaan Gambar. 1. Pilih menu Sketch, kemudian Text (untuk membuat keterangan gambar), selanjutnya akan tampak kotak dialog seperti di bawah ini : 2. Pilih Project ID, selanjutnya akan muncul menu dialog seperti di bawah ini : 3. Pilih Slide Mass, selanjutnya akan muncul dialog seperti di bawah ini :

101 Lampiran 5. Lanjutan 4. Klik kursor pada gambar. 5. Klik Done.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Gleisol Sifat fisik tanah berhubungan dengan kondisi asli tanah dan dapat menentukan jenis tanah. Pada penelitian ini digunakan tanah gleisol di Kebon Duren,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Pada penelitian ini, bahan utama yang digunakan dalam pembuatan model tanggul adalah tanah jenis Gleisol yang berasal dari Kebon Duren, Depok, Jawa Barat.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah dan Laboratorium Hidrolika dan Hidromekanika, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika - Mekanika Tanah dan Laboratorium Hidrolika Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah 1. Sifat fisik tanah gleisol Sifat fisik tanah berhubungan dengan kondisi asli tanah dan dapat menentukan jenis tanah. Pada penelitian ini digunakan tanah

Lebih terperinci

DEBIT REMBESAN PADA MODEL TANGGUL DENGAN MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm. Oleh : ERLY PRATITA F

DEBIT REMBESAN PADA MODEL TANGGUL DENGAN MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm. Oleh : ERLY PRATITA F DEBIT REMBESAN PADA MODEL TANGGUL DENGAN MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm Oleh : ERLY PRATITA F14103037 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

POLA ALIRAN DI DALAM TUBUH MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm. Oleh : DEWI WULAN RATNASARI F

POLA ALIRAN DI DALAM TUBUH MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm. Oleh : DEWI WULAN RATNASARI F POLA ALIRAN DI DALAM TUBUH MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm Oleh : DEWI WULAN RATNASARI F14103033 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Lis Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh Email: lisayuwidari@gmail.com Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Menurut Kalsim dan Sapei (2003), tanah (soil) berasal dari bahasa Latin solum yang berarti bagian teratas dari kerak bumi yang dipengaruhi oleh proses pembentukan tanah. Menurut

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Abdul Jalil 1), Khairul Adi 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Gleisol

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Gleisol II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Gleisol Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefenisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersedimentasi (terikat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Gleisol B. Sifat Fisik Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Gleisol B. Sifat Fisik Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Gleisol Tanah adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya gaya alam (natural force) terhadap bahan bahan alam (natural material)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam Bab ini penulis akan membahas hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Universitas Mercu Buana. Pengujian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

POLA PENYEBARAN REMBESAN PADA MODEL TANGGUL DENGAN SALURAN DRAINASE TEGAK UNTUK TANAH OXISOL DARMAGA, BOGOR. Oleh : ADAM SURYA PRAJA F

POLA PENYEBARAN REMBESAN PADA MODEL TANGGUL DENGAN SALURAN DRAINASE TEGAK UNTUK TANAH OXISOL DARMAGA, BOGOR. Oleh : ADAM SURYA PRAJA F POLA PENYEBARAN REMBESAN PADA MODEL TANGGUL DENGAN SALURAN DRAINASE TEGAK UNTUK TANAH OXISOL DARMAGA, BOGOR Oleh : ADAM SURYA PRAJA F01499004 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH III. SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH Sifat morfologi tanah adalah sifat sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik dari tanah

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

MEKANIKA TANAH (CIV -205) MEKANIKA TANAH (CIV -205) OUTLINE : Tipe lereng, yaitu alami, buatan Dasar teori stabilitas lereng Gaya yang bekerja pada bidang runtuh lereng Profil tanah bawah permukaan Gaya gaya yang menahan keruntuhan

Lebih terperinci

POLA PENYEBARAN REMBESAN PADA MODEL TANGGUL DENGAN SALURAN DRAINASE TEGAK UNTUK TANAH OXISOL DARMAGA, BOGOR. Oleh : ADAM SURYA PRAJA F

POLA PENYEBARAN REMBESAN PADA MODEL TANGGUL DENGAN SALURAN DRAINASE TEGAK UNTUK TANAH OXISOL DARMAGA, BOGOR. Oleh : ADAM SURYA PRAJA F POLA PENYEBARAN REMBESAN PADA MODEL TANGGUL DENGAN SALURAN DRAINASE TEGAK UNTUK TANAH OXISOL DARMAGA, BOGOR Oleh : ADAM SURYA PRAJA F01499004 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

POLA ALIRAN DI DALAM TUBUH MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm DEW1 WULAN RATNASARI

POLA ALIRAN DI DALAM TUBUH MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm DEW1 WULAN RATNASARI w Ef POLA ALIRAN DI DALAM TUBUH MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm Oleh : DEW1 WULAN RATNASARI P14103033 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTAMAN MSTITUT

Lebih terperinci

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012 57 PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan mulai Agustus 2010 sampai Februari 2011 di Laboratorium Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian Leuwikopo dan di Laboratorium Mekanika

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Setiap kasus tanah yang tidak rata, terdapat dua permukaan

Lebih terperinci

POLA PENYEBARAN AIR REMBESAN DI DALAM TUBUH MODEL TANGGUL BERBAHAN TANAH GLEISOL. Oleh MARIE HANNASTRY F

POLA PENYEBARAN AIR REMBESAN DI DALAM TUBUH MODEL TANGGUL BERBAHAN TANAH GLEISOL. Oleh MARIE HANNASTRY F POLA PENYEBARAN AIR REMBESAN DI DALAM TUBUH MODEL TANGGUL BERBAHAN TANAH GLEISOL Oleh MARIE HANNASTRY F14052500 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 POLA

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS LERENG PADA MODEL TANGGUL BERBAHAN TANAH GLEISOL. Oleh DIAN OKTAVIA RANTESAPAN F

ANALISIS STABILITAS LERENG PADA MODEL TANGGUL BERBAHAN TANAH GLEISOL. Oleh DIAN OKTAVIA RANTESAPAN F ANALISIS STABILITAS LERENG PADA MODEL TANGGUL BERBAHAN TANAH GLEISOL Oleh DIAN OKTAVIA RANTESAPAN F14104095 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 iv ANALISIS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengujian terhadap tanah yang diambil dari proyek jalan tambang Kota Berau Kalimantan Timur, maka pada bab ini akan diuraikan hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan yang sangat penting karena tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul, jalan

Lebih terperinci

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN) TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN) Qunik Wiqoyah 1, Anto Budi L, Lintang Bayu P 3 1,,3 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS DEBIT REMBESAN PADA MODEL TANGGUL YANG DILENGKAPI SALURAN DRAINASE KAKI UNTUK JENIS TANAH LATOSOL DARMAGA, BOGOR OLEH :

ANALISIS DEBIT REMBESAN PADA MODEL TANGGUL YANG DILENGKAPI SALURAN DRAINASE KAKI UNTUK JENIS TANAH LATOSOL DARMAGA, BOGOR OLEH : ANALISIS DEBIT REMBESAN PADA MODEL TANGGUL YANG DILENGKAPI SALURAN DRAINASE KAKI UNTUK JENIS TANAH LATOSOL DARMAGA, BOGOR OLEH : YULI SETYOWATI F14102072 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi dengan material pasir. Sampel tanah yang akan digunakan adalah dari daerah Belimbing Sari,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Daerah penelitian merupakan daerah yang memiliki karakteristik tanah yang mudah meloloskan air. Berdasarkan hasil borring dari Balai Wilayah

Lebih terperinci

DEBIT REMBESAN PADA MODEL TANGGUL DENGAN MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm. Oleh : ERLY PRATITA F

DEBIT REMBESAN PADA MODEL TANGGUL DENGAN MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm. Oleh : ERLY PRATITA F DEBIT REMBESAN PADA MODEL TANGGUL DENGAN MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm Oleh : ERLY PRATITA F14103037 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA A. TA AH Istilah tanah (soil) berasal dari kata latin solum yang berarti bagian teratas dari kerak bumi yang dipengaruhi oleh proses pembentukan tanah. Tanah dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pengumpulan Data Penelitian dimulai dari melakukan studi pustaka tentang embung dan megumpulkan data-data yang digunakan sebagai pedoman dalam penelitian ini seperti mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1.Tanah Lempung Tanah Lempung merupakan jenis tanah berbutir halus. Menurut Terzaghi (1987) tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokopis sampai dengan sub mikrokopis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sifat Fisik Tanah. 1. Tekstur Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sifat Fisik Tanah. 1. Tekstur Tanah TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Fisik Tanah 1. Tekstur Tanah Menurut Haridjadja (1980) tekstur tanah adalah distribusi besar butir-butir tanah atau perbandingan secara relatif dari besar butir-butir tanah. Butir-butir

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Lapisan bumi ditutupi oleh batuan, dimana material tersebut mengandung

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Lapisan bumi ditutupi oleh batuan, dimana material tersebut mengandung 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah 1. Definisi Tanah Lapisan bumi ditutupi oleh batuan, dimana material tersebut mengandung berbagai macam unsur senyawa kimia yang dinyatakan sebagai material pembentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi,

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi, III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi, Lampung Timur. Pengambilan sampel tanah menggunakan tabung pipa paralon sebanyak

Lebih terperinci

Sifat-sifat fisik tanah. Texture Structure Soil density Bulk density Moisture content Porosity Measurement methods

Sifat-sifat fisik tanah. Texture Structure Soil density Bulk density Moisture content Porosity Measurement methods Sifat-sifat fisik tanah Texture Structure Soil density Bulk density Moisture content Porosity Measurement methods Physical properties of a soil Karakteristik sifat fisik tanah dapat dilihat dengan mata

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi Tanah Pada sistem klasifikasi Unified, tanah diklasifikasikan kedalam tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika kurang dari 50 % lolos saringan nomor 200, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Dalam pandangan teknik sipil, tanah adalah himpunan material, bahan organik, dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar (bedrock).

Lebih terperinci

ANALISIS DEBIT REMBESAN PADA MODEL TANGGUL TANAH. Oleh : MOHAMAD JAYADI F

ANALISIS DEBIT REMBESAN PADA MODEL TANGGUL TANAH. Oleh : MOHAMAD JAYADI F ANALISIS DEBIT REMBESAN PADA MODEL TANGGUL TANAH Oleh : MOHAMAD JAYADI F14051016 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan data.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa Kampung Baru Bandar Lampung. Pengambilan sampel tanah menggunakan karung dan cangkul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bahan organik dan endapan endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di

I. PENDAHULUAN. bahan organik dan endapan endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pandangan teknik sipil, tanah merupakan akumulasi partikel mineral, bahan organik dan endapan endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak di atas batuan dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Tanah merupakan pijakan terakhir untuk menerima pembebanan yang berkaitan dengan pembangunan jalan, jembatan, landasan, gedung, dan lain-lain. Tanah yang akan dijadikan

Lebih terperinci

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2 KUAT GESER Mekanika Tanah I Norma Puspita, ST. MT. 5/6/05 NORMA PUSPITA, ST. MT. KUAT GESER =.??? Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butiran tanah terhadap desakan atau tarikan.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah 1. Kadar Air Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan sebanyak dua puluh sampel dengan jenis tanah yang sama

Lebih terperinci

POLA ALIRAN DI DALAM TUBUH MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm. Oleh : DEWI WULAN RATNASARI F

POLA ALIRAN DI DALAM TUBUH MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm. Oleh : DEWI WULAN RATNASARI F POLA ALIRAN DI DALAM TUBUH MODEL TANGGUL MENGGUNAKAN UKURAN PARTIKEL TANAH MAKSIMUM 1 mm Oleh : DEWI WULAN RATNASARI F14103033 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 16 3 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan pertanian milik Institut Pertanian Bogor di Desa Cikarawang Bogor (Gambar 9), sedangkan pengujian karakteristik tanah

Lebih terperinci

Himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan yg relatif lepas (loose) yg terletak di atas batuan dasar (bedrock) Proses pelapukan batuan atau

Himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan yg relatif lepas (loose) yg terletak di atas batuan dasar (bedrock) Proses pelapukan batuan atau Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Tanah Lempung Menurut Terzaghi ( 1987 ) Lempung adalah agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-unsur penyusun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik 26 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penetilian 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung. 2.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil).

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil). III. METODE PENELITIAN A. Pekerjaan Lapangan Pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah pengambilan sampel tanah. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil). Sampel tanah diambil

Lebih terperinci

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanah Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Pengamatan sebaiknya dilakukan pada profil tanah yang baru dibuat. Pengamatan

Lebih terperinci

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G.

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G. STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT G. Perangin-angin 1 Abstrak Tanah merupakan salah satu material penting sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Dalam dunia geoteknik tanah merupakansalah satu unsur penting yang yang pastinya akan selalu berhubungan dengan pekerjaan struktural dalam bidang teknik sipil baik sebagai bahan

Lebih terperinci

TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI. 1. Soal : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? Jawab : butiran tanah, air, dan udara.

TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI. 1. Soal : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? Jawab : butiran tanah, air, dan udara. TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI 1. : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? : butiran tanah, air, dan udara. : Apa yang dimaksud dengan kadar air? : Apa yang dimaksud dengan kadar

Lebih terperinci

2.8.5 Penurunan Kualitas Udara Penurunan Kualitas Air Kerusakan Permukaan Tanah Sumber dan Macam Bahan Pencemar

2.8.5 Penurunan Kualitas Udara Penurunan Kualitas Air Kerusakan Permukaan Tanah Sumber dan Macam Bahan Pencemar DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN... i LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR... ii ABSTRAK... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix BAB I PENDAHULAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR M a r w a n t o Jurusan Teknik Sipil STTNAS Yogyakarta email : marwantokotagede@gmail.com Abstrak Kejadian longsoran

Lebih terperinci

RESUME APLIKASI MEKANIKA TANAH DALAM PERTAMBANGAN

RESUME APLIKASI MEKANIKA TANAH DALAM PERTAMBANGAN RESUME APLIKASI MEKANIKA TANAH DALAM PERTAMBANGAN A. Pengertian Tanah Sejarah terjadinya tanah, pada mulanya bumi ini berupa bola magma cair yang sangat panas. Karena adanya proses pendinginan permukannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, tanah berfungsi sebagai penahan beban akibat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada

I. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada setiap pekerjaan konstruksi baik sebagai pondasi pendukung untuk konstruksi bangunan, jalan (subgrade),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah III. METODE PENELITIAN A. Pengambilan Sampel Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah yang telah terjamah atau sudah tidak alami lagi yang telah terganggu oleh lingkungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir. III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel 1. Tanah Lempung Anorganik Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN 1. Ruang Lingkup a. Metode ini meliputi pengujian untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan kepadatan pada campuran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai Bagan Alir Penelitian : BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mulai Pengambilan sampel tanah dan abu vulkanik Persiapan bahan : 1. Tanah 2. Abu vulkanik Pengujian kadar material abu vulkanik Pengujian sifat dan

Lebih terperinci

PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10)

PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10) PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10) Ilham Idrus Staf Pengajar Dosen pada Fakultas Teknik Universitas Islam Makassar ABSTRAK

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH SIFAT INDEKS PROPERTIS TANAH MODUL 2. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH SIFAT INDEKS PROPERTIS TANAH MODUL 2. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH MODUL 2 SIFAT INDEKS PROPERTIS TANAH UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Sifat-sifat indeks (index properties) menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA 2.1 Sifat Alamiah Tanah Tanah adalah akumulasi partikel mineral yang mempunyai ikatan antar partikel yang lemah atau sama sekali tidak mempunyai ikatan antar partikel tanahnya, dimana

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Stabilisasi Tanah 3.2. Analisis Ukuran Butiran 3.3. Batas-batas Atterberg

BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Stabilisasi Tanah 3.2. Analisis Ukuran Butiran 3.3. Batas-batas Atterberg BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Stabilisasi Tanah Menurut Bowles (1986), cara untuk melakukan stabilisasi dapat terdiri dari salah satu tindakan sebagai berikut: 1. menambah kerapatan tanah 2. menambah material

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen) PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen) Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Sampel tanah yang disiapkan adalah tanah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari 27 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF (Studi Kasus di Desa Tanah Awu, Lombok Tengah)

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF (Studi Kasus di Desa Tanah Awu, Lombok Tengah) KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF (Studi Kasus di Desa Tanah Awu, Lombok Tengah) I GUSTI AGUNG AYU ISTRI LESTARI Fakultas Teknik Universitas Islam Al-Azhar Mataram ABSTRAK Tanah merupakan material

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH Abdul Hakam 1, Rina Yuliet 2, Rahmat Donal 3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan. sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 5

METODE PENELITIAN. daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan. sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 5 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat di daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan sampel tanah dapat

Lebih terperinci

IV. SIFAT FISIKA TANAH

IV. SIFAT FISIKA TANAH Company LOGO IV. SIFAT FISIKA TANAH Bagian 2 Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS SIFAT SIFAT FISIKA TANAH A. Tekstur Tanah B. Struktur Tanah C. Konsistensi Tanah D. Porositas Tanah E. Tata Udara Tanah F. Suhu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah. B. Sifat Fisik Dan Mekanik Tanah. 1. Tekstur Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah. B. Sifat Fisik Dan Mekanik Tanah. 1. Tekstur Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Tanah (soil) berasal dari kata latin solum yang berarti bagian teratas dari kerak bumi yang dipengaruhi proses pembentukan tanah (Kalsim 1989). Menurut Hakim et al (1986),

Lebih terperinci

KARAKTERISASI BAHAN TIMBUNAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BENDUNGAN DANAU TUA, ROTE TIMOR, DAN BENDUNGAN HAEKRIT, ATAMBUA TIMOR

KARAKTERISASI BAHAN TIMBUNAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BENDUNGAN DANAU TUA, ROTE TIMOR, DAN BENDUNGAN HAEKRIT, ATAMBUA TIMOR KARAKTERISASI BAHAN TIMBUNAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BENDUNGAN DANAU TUA, ROTE TIMOR, DAN BENDUNGAN HAEKRIT, ATAMBUA TIMOR Alpon Sirait NRP : 9921036 Pembimbing : Theo F. Najoan, Ir., M.Eng FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah TINJAUAN PUSTAKA Erodibilitas Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah

Lebih terperinci

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2012) TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami proses-proses aliran

Lebih terperinci

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I KOMPOSISI TANAH 2 MEKANIKA TANAH I UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI NORMA PUSPITA, ST. MT. Komposisi Tanah Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara 1 Komposisi Tanah Sehingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau 39 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau anorganik atau berlempung yang terdapat yang terdapat di Perumahan Bhayangkara Kelurahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa pendapat tentang definisi tanah menurut para ahli dibidang. sipil, yaitu tanah dapat didefinisikan sebagai :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa pendapat tentang definisi tanah menurut para ahli dibidang. sipil, yaitu tanah dapat didefinisikan sebagai : 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Ada beberapa pendapat tentang definisi tanah menurut para ahli dibidang sipil, yaitu tanah dapat didefinisikan sebagai : 1. Secara umum tanah terdiri dari tiga bahan, yaitu

Lebih terperinci

PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG

PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG Jurnal TEKNIK SIPIL - UCY ISSN: 1907 2368 Vol. 1 No. 2, Agustus 2006 PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG Agus Setyo Muntohar * Abstrak: Pengaruh aliran air atau rembesan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini dilakukan sebuah perumahan yang berada di kelurahan Beringin Jaya Kecamatan Kemiling Kota

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SIFAT FISIK TANAH AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara =

Lebih terperinci

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^ m. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, di mulai pada bulan Mei sampai Juli 2010, meliputi pelaksanaan survei di lapangan dan dilanjutkan dengan analisis tanah di

Lebih terperinci

KARAKTERISITIK KUAT GESER TANAH MERAH

KARAKTERISITIK KUAT GESER TANAH MERAH KARAKTERISITIK KUAT GESER TANAH MERAH Reffanda Kurniawan Rustam 1 dan Amiwarti 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas PGRI Palembang E-mail: reffandakurniawan@yahoo.com Abstrak. Tanah lunak

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. berasal dari Desa Karang Anyar, Lampung Selatan. Tanah yang digunakan

METODOLOGI PENELITIAN. berasal dari Desa Karang Anyar, Lampung Selatan. Tanah yang digunakan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Penelitian Sampel tanah yang dipakai dalam penelitian ini adalah tanah lempung yang berasal dari Desa Karang Anyar, Lampung Selatan. Tanah yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Sampel Tanah Asli Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil : 1. Hasil Pengujian Kadar Air (ω) Kadar air didefinisikan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi 1. Fase Tanah (1) Sebuah contoh tanah memiliki berat volume 19.62 kn/m 3 dan berat volume kering 17.66 kn/m 3. Bila berat jenis dari butiran tanah tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tanah asli dan tanah campuran dengan semen yang dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di laboratorium

Lebih terperinci

BAYU TEGUH ARIANTO NIM : D NIRM :

BAYU TEGUH ARIANTO NIM : D NIRM : ANALISIS PARAMETER KUAT GESER TANAH DENGAN GEOTEXTILE Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : BAYU TEGUH ARIANTO NIM : D 100 030 074 NIRM

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FISIK TANAH 2

SIFAT-SIFAT FISIK TANAH 2 SIFAT-SIFAT FISIK TANAH 2 KONSISTENSI TANAH Ketahanan tanah terhadap pengaruh luar yang akan merubah keadaannya. Gaya : 1. kohesi 2. adhesi Konsistensi ditentukan oleh tekstur tanah dan struktur tanah.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah organik

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah organik III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah organik yang berasal dari Rawa Sragi, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur. Dan Cornice

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara = V U Massa Padatan

Lebih terperinci