BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan istilah lembaga pembiayaan yakni badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat (Pandia Frianto, Elly Santi Ompusunggu, Achmad Abror. 2005: 111). Sedangkan berdasarkan Keppress 61/88 lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Namun secara harafiah lembaga pembiayaan merupakan lembaga keuangan bukan bank yang sangat berperan dalam perkembangan dunia usaha saat ini khususnya dalam hal pembiayaan baik berupa pembiayaan barang-barang modal maupun pembiayaan dalam bentuk pinjaman. Lembaga pembiayaan dengan lembaga keuangaan merupakan dua hal yang berbeda, lembaga pembiayaan menekankan pada fungsi pembiayaan dalam bentuk dana atau barang dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan surat sanggup bayar, sedangkan lembaga perbankan menekankan pada fungsi keuangan dalam bentuk penyediaan dana untuk kebutuhan produktif dan kebutuhan konsumtif. Sesuai dengan adanya Keppres No.61 Tahun 1988, kegiatan lembaga pembiayaan diperluas menjadi 6 (enam) bidang usaha, yaitu: 15

2 1. Sewa guna usaha (leasing) 2. Modal ventura (venture capital) 3. Anjak piutang (factoring) 4. Pembiayaan konsumen (consumer finance) 5. Kartu kredit (credit card) 6. Perdagangan surat berharga (securities company) Dari keenam bidang usaha perusahaan pembiayaan dengan jenis yang beragam tersebut maka perusahaan pembiayaan disebut dengan multi finance company. Peranan Lembaga Pembiayaan sebagai alternatif sumber pendanaan selain bank saat ini semakin penting dalam mempengaruhi stabilitas perkembangan perekonomian di Indonesia. Meskipun secara keseluruhan apabila dibandingkan dengan industri perbankan memiliki porsi yang relatif lebih kecil terhadap komponen pembentukan PDB ( id/ ). 2.2 Sistem Kerja Leasing Pengertian Sewa Guna Usaha (leasing) Kata leasing berasal dari kata lease yang diambil dari bahasa Inggris yang berarti sewa guna. Namun demikian, dalam hal ini kata leasing tidak mengandung makna sewa menyewa akan tetapi, kata leasing mengandung makna sewa guna usaha. Adapun perbedaan dari kata sewa menyewa dengan sewa guna usaha (leasing) yaitu terletak pada persyaratan serta kriteria yang terkandung pada masing-masing kata tersebut seperti dibawah ini: 16

3 Tabel 2.1 : Perbedaan Pokok Sewa Guna Usaha dengan Sewa Menyewa No Pokok Perbedaan Sewa Guna (leasing) Sewa Menyewa 1 Jenis Barang Bergerak dan tidak bergerak 2 Penyewa 3 Bentuk Perusahaan Perusahaan, Perorangan Badan Hukum Sumber: Buku Lembaga Keuangan, Pandia Frianto, Elly Santi Ompusunggu, Achmad Abror. 2005: 118) Mengenai defenisi sewa guna usaha (leasing) ada banyak pendapat yang dikemukakan seperti dikutip dari buku yang berjudul The Equipment Leasing di London, Inggris sebagaimana disitir oleh Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal (1994: 8) memberikan defenisi sebagai berikut: Bergerak dengan pemeliharaan Perusahaan, Perorangan Suplier 4 Jangka Waktu Menengah Pendek-menengah 5 Biaya 100% Lebih rendah 6 Biaya Bunga Bunga + margin Bunga= margin 7 Akhir Kontrak Hak opsi untuk membeli, memperpanjang, mengembalikan Barang kembali ke pemilik Leasing adalah perjanjian (kontrak) antara lessor dan lessee untuk menyewa suatu jenis barang modal tertentu yang dipilih/ditentukan oleh lessee. Hak atas pemilikan barang modal tersebut ada pada lessor, Adapun lessee hanya menggunakan barang modal tersebut berdasarkan pembayaran uang sewa yang telah ditentukan dalam suatu jangka waktu tertentu. (Sunaryo, 2007: 47) Menurut Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan tanggal 7 Januari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing, yang dimaksud dengan leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan 17

4 hak pilih (opsi) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang modal yang bersangkutan, atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. (Abdulkadir Muhammad, Rilda dan Murniati, 2000: 202) Dari defenisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa leasing merupakan suatu kontrak atau kegiataan sewa menyewa oleh suatu perusahaan yang bergerak dibidang penyediaan barang modal yang digunakan oleh perusahaan ataupun perseorangan, dengan sistem pembayaran dilakukan secara berkala sesuai dengan perjanjian kontrak (financial leasing) antara lessor dengan lessee. Adapun perjanjian kontrak (financial leasing) antara lessor dengan leasing mengenai barang yang disewa yaitu ketika lessee tidak mampu dalam melakukan pembayaran barang sewa pada masa jatuh tempo maka, barang sewa tersebut akan ditarik kembali oleh pihak lessor dan menjadi hak milik lessor. Demikian sebaliknya, ketika lessee melakukan pembayaran sewa barang tersebut sampai masa tempo berakhir maka barang tersebut akan menjadi hak milik lessee. Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam kegiatan leasing antara lain: 1) Pembiayaan perusahaan maupun perseorangan. Perusahaan leasing sebagai lembaga yang bergerak dibidang pembiayaan melakukan pembiayaan tidak dalam bentuk uang tunai melainkan dalam bentuk barang modal seperti mesin-mesin, peralatan kantor dan transportasi kenderaan. Adapun yang menjadi target market dari perusahaan leasing adalah perusahaan dan rumah tangga (perseorangan). Perusahaan menjadi sasaran pasar leasing dikarenakan perusahaan memerlukan modal usaha yang relatif mahal maka dari itu leasing diharapkan mampu memberikan pembiayaan barang modal 18

5 tanpa harus mengeluarkan uang tunai. Sedangkan rumah tangga menjadi sasaran leasing dikarenakan pada perkembangan jaman sekarang ini tingkat permintaan akan kenderaan sepeda motor maupun roda empat meningkat. Oleh karena itu, peningkatan permintaan tersebut leasing menawarkan jasa pembiayaan kederaan bagi rumah tangga/ perseorangan 2) Penyediaan barang modal Adapun proses penyediaan barang modal yang akan di-leasing-kan tersebut antara lain: supplier sebagai pemasok barang modal menyediakan barang sesuai dengan permintaan dari lessee dan biayanya ditanggung oleh lessor kemudian lessor sebagai pihak yang me-leasing-kan barang tersebut menyerahkan kepada lessee dengan segala ketentuan dan perjanjian yang telah disepakati bersama yaitu antara pihak lessor dengan lessee. 3) Pembayaran sewa secara berkala. Ketika kontrak perjanjian (financial leasing) antara lessor dengan lessee diadakan maka segala ketentuan yang terkandung di dalamnya harus ditaati oleh masing-masing pihak. Pembayaran sewa barang modal oleh lessee dilakukan secara berkala kepada pihak lessor. Akan tetapi oleh lessor kepada supplier barang modal tersebut pembayarannya dilakukan secara lunas. 4) Jangka waktu tertentu. Barang modal yang telah di-leasing-kan setelah berapa tahun dimana 19

6 jangka waktu berakhir, barang modal tersebut ditentukan status kepemilikannya. Adapun jangka waktu yang diberikan tergantung dari barang yang di-leasing-kan serta kesepakatan anta pihak lessor dengan lessee. 5) Hak opsi untuk membeli barang modal Ketika jangka waktu leasing telah berakhir sesuai dengan perjanjian kontrak, lessee diberi hak opsi untuk membeli barang modal tersebut sesuai dengan harga yang disepakati untuk menjadi hak milik, atau mengembalikannya kepada lessor. Hak opsi yang dimaksud yaitu hak untuk menentukan/ memilih apakah barang tersebut menjadi milik lessee sepenuhnya dengan syarat melunasi pembayaran angsuran atau dikembalikan kepada pihak lessor Pihak-Pihak yang Terlibat Dalam Sewa Guna Usaha Dalam kegiatan sewa guna usaha ada beberapa pihak yang ikut serta di dalam kegiatan usahanya. Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak yang berkepentingan, yaitu; lessor, lessee dan supplier. Namun, karena usaha tersebut menggunakan jumlah dana yang relatif tinggi dan mengandung berbagai resiko yang kemungkinan terjadi maka usaha leasing menggunakan jasa perbankan dan perusahaan asuransi. Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan sewa guna usaha antara lain: 1) Pihak perusahaan sewa guna usaha (lessor) Pihak perusahaan sewa guna usaha (lessor) merupakan perusahaan yang memiliki hak kepemilikan atas barang modal dan juga merupakan 20

7 pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada perusahaan atau perseorangan dalam bentuk barang modal untuk kepentingan ekspansi usaha. Perusahaan ini selain bergerak sebagai perusahaan sewa guna juga dapat bersifat multi finance. Dalam hal pengadaan barang modal yang akan di-leasing-kan pihak lessor langsung berhubungan kepada pihak supplier sebagai pihak yang pemasok barang modal dan membayar lunas atas biaya barang tersebut. Dari kegiatan sewa guna usaha ini pihak lessor mendapat imbalan atas jasa pembiayaan barang modal yang telah dikeluarkan oleh lessor kepada supplier. Imbalan yang diperoleh berupa keuntungan dari penyediaan barang modal serta atas jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan dan pengoperasian barang modal tersebut. 2) Pihak penyewa guna usaha (lessee) Pihak penyewa guna usaha (lesse) adalah pihak pengguna jasa leasing yang memperoleh pembiayaan dari pihak lessor dalam bentuk barang modal guna untuk memperluas usahanya. Lessee sebagai pihak pengguna jasa leasing berhubungan langsung dengan lessor yang telah membiayai barang modal atas beban perusahaannya. Barang modal yang telah dibiayai oleh lessor tersebut kemudian diserahkan penguasaannya kepada dan untuk digunakan lessee dalam menjalankan usahanya. Ketika jangka waktu kontrak berakhir lessee mengembalikan barang modal kepada pihak lessor, namun dalam 21

8 financial lease lessee mempunyai hak opsi atas barang modal pada saat akhir kontrak berdasarkan perhitungan nilai sisa (residual value). 3) Penjual (supplier) Penjual (supplier) adalah perusahaan atau pabrik yang menyediakan atau menjual barang modal yang akan di-leasing sesuai dengan kebutuhan lessee melalui perantara lessor. Barang modal tersebut dibayar tunai oleh lessor kepada supplier untuk kepentingan lessee. Pada sewa guna usaha ada juga yang tidak melibatkan supplier, hanya hubungan antara lessee dan lessor, misalnya dalam bentuk sale and lease back. Dalam financial lease, pihak supplier langsung menyerahkan barang modal kepada lessee tanpa ada lessor sebagai perantara. Sebaliknya, operating lease pihak supplier langsung menjual barang modal kepada pihak lessor dengan pembayaran tunai atau secara berkala dan barang tersebut akan di-leasing dalam hal ini pihak supplier tidak ada berhubungan dengan lessee. 4) Bank Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Kasmir, 2002: 25). Bank yang berperan menyalurkan dana melalui kredit kepada 22

9 masyarakat sangat penting dalam hal transaksi sewa guna. Meskipun bank dalam sewa guna tidak terlibat langsung dalam perjanjian, namun pihak bank juga mempunyai peranan dalam hal penyediaan dana bagi lessor untuk menyediakan barang modal yang akan digunakan oleh lessee demikian juga halnya dengan supplier tidak menutup kemungkinan dalam pengadaan barang modal supplier juga menggunakan jasa pihak bank. Dalam hal ini pihak bank memang tidak secara langsung berhubungan dengan lessee akan tetapi dalam hal pengadaan barang modal tidak menutup kemungkinan bank sangat berperan dalam kegiatan sewa guna usaha. 5) Asuransi Sebagaimana halnya dengan bank, asuransi juga tidak terlibat secara langsung dalam perjanjian sewa guna usaha. Asuransi adalah lembaga pertanggungan sebagai perusahaan yang akan menanggung risiko terhadap hal- hal yang diperjanjikan antara lessor dan lessee. Dalam hal ini, barang modal yang di-leasing-kan kepada pihak lessee diasuransikan guna untuk mencegah terjadinya kerugian, dan biaya asuransi barang modal tersebut dikenakan kepada pihak lessee. 2.3 Penggolongan Perusahaan Leasing Perusahaan leasing dalam menjalankan usahanya dapa digolongkan ke dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu: 1) Independent Leasing Company 23

10 Perusahaan tipe ini berdiri sendiri sesuai dengan namanya yaitu independent, jenis perusahaan ini mewakili sebagian besar dari perusahaan leasing. Dikatakan berdiri sendiri (independent) karena supplier dapat sekaligus bertindak sebagai pihak produsen barang dan dalam memenuhi kebutuhan barang modal nasabahnya (lessee). Perusahaan dapat membelinya dari berbagai supplier atau produsen kemudian di-lease kepada pemakai. Banyak lembaga keuangan yang bertindak sebagai lessor tidak hanya memberikan pembiayaan leasing kepada lessee tetapi juga memberikan pendanaan kepada perusahaan leasing. Mengenai mekanisme leasing jenis ini dapat dilihat pada gambar 2.1. Supplier (Manufacturer) Pembelian Barang Pembayaran Independent Lessor Angsuran Kontrak Leasing Lessor 2) Captive Lessor Gambar 2.1 Independent Lessor Captive lessor tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan perusahaan leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini terjadi apabila pihak supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan pembiayaan leasing sendiri akan dapat meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat 24

11 penjualan dengan menggunakan pembiayaan tradisional (Dahlan Siamat, 2005:529). Pada tipe ini pihak pertama terdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan leasing (subsidiary) dan pihak kedua adalah lessor atau pemakai barang. Untuk lebih jelas mengenai mekanisme leasing jenis ini dijelaskan dalam gambar 2.2. Perusahaan Induk (Manufacturer) Pembayaran Penjualan Barang Subsidiary (Lessor) Angsuran Kontrak Leasing Lessor Gambar 2.2 Captive Lessor 3) Lease Broker atau Packager Lease Broker atau Packager merupakan bentuk akhir dari perusahaan leasing. Broker leasing berfungsi mempertemukan calon lessee dengan pihak lessor yang membutuhkan suatu barang modal dengan cara leasing. Broker leasing tidak memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing untuk atas namanya. Dalam hal ini broker leasing dapat disebut sebagai perantara antara lessee dengan lessor dalam melakukan kegiatan sewa menyewa. Broker leasing memberikan satu atau lebih jasa-jasa dalam usaha leasing tergantung apa yang dibutuhkan dalam suatu transaksi leasing. Meskipun kegiatan broker leasing bersifat semu akan tetapi broker leasing tetap bermanfaat bagi 25

12 kegiatan sewa menyewa karena kegiatannya mempertemukan pihak lessee dengan lessor. Mekanisme lease broker atau packager dapat dilihat dalam gambar 2.3. Lessor Lessor Lessor Broker Lessor Lessor Gambar 2.3 Lease Broker 2.4 Tehnik-Tehnik Pembiayaan Leasing Dilihat dari transaksi antara lessor dengan lessee, sewa guna usaha secara garis besar dibagi menjadi 2 (dua) kategori pembiayaan, yaitu: a) Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) b) Sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating lease) a. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) Finance lease yang juga disebut dengan full pay out lease merupakan jenis sewa guna usaha yang sering diterapkan dalam melakukan transaksi. Prosedur jenis sewa guna usaha ini, lessee sebagai pihak yang membutuhkan barang modal menghubungi lessor untuk memilih, memesan, memeriksa, dan memelihara 26

13 barang modal yang dibutuhkan. Adapun yang menjadi ciri utama finance lease ini adalah pada akhir masa kontrak, lessee mempunyai hak untuk membeli barang modal sesuai dengan nilai sisa (residual value) yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yaitu antara lessee dengan lessor. Dengan demikian, karakteristik dari finance lease adalah: a) Barang modal sewa guna usaha dapat berupa barang bergerak atau tidak bergerak yang berumur maksimum sama dengan masa kegunaan ekonomis barang tersebut. Adapun barang bergerak yang dimaksud yaitu seperti mobil, sepeda motor dan barang lainnya. Sedangkan barang tidak bergerak yang dimaksud dalam hal ini yaitu barang modal seperti mesin-mesin. b) Objek sewa guna usaha tetap menjadi hak milik lessor sampai berlakunya hak opsi. Hal ini berarti ketika barang tersebut masih dalam proses pembayaran (angsuran) maka barang tersebut masih menjadi milik dari pihak lessor akan tetapi ketika barang tersebut dilunasi oleh pihak lessee maka hak kepemilikan leasing akan barang tersebut juga berakhir di mama barang tersebut menjadi milik lessee secara sepenuhnya c) Jumlah sewa yang dibayar secara angsuran per bulan terdiri dari biaya perolehan barang ditambah dengan biaya lain dan keuntungan (spread) yang diinginkan lessee. 27

14 d) Besarnya harga sewa dan hak opsi harus menutupi harga barang ditambah keuntungan yang diharapkan lessor. Biasanya tingkat bunga dalam leasing tinggi hal ini dikarenakan tingginya resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan leasing baik dalam sistem pembayaran yang macet maupun kehilangan atas barang tersebut.selain itu pihak leasing juga memerlukan dana yang relatif tinggi dalam hal perolehan barang yang akan di-leasing-kan maka dari itu untuk memperoleh keuntungan atas kegiatan usaha maka leasing memberikan harga sewa serta hak opsi yang relatif tinggi. e) Jangka waktu berlakunya kontrak leasing relatif panjang. Jangka waktu kontrak leasing biasanya tergantung dari nilai ekonomis dari barang tersebut. Dimana kontrak dilakukan atas kesepakatan antar pihak lessor dengan pihak lessee. f) Resiko biaya pemeliharaan, kerusakan, pajak, dan asuransi ditanggung oleh lessor. Dalam hal ini berarti selama barang modal tersebut masih dalam masa pembiayaan maka pemeliharaan, kerusakan, pajak dan asuransi masih menjadi tanggung jawab dari lessor. Akan tetapi ketika masa pembiayaan berakhir dimana pihak lessee melunasi segala pembayaran yang telah disepakati maka pemeliharaan, kerusakan, pajak dan asuransi bukan lagi menjai tanggung jawab pihak leasing. g) Kontrak sewa guna usaha tidak dapat dibatalkan sepihak oleh lessor dan lessee selama jangka waktu kontrak berlaku. Hal ini berarti kontrak yang telah disepakati bersama tidak dapat dibatalkan sepihak 28

15 apabila satu pihak membatalkan kesepakatan maka pihak tersebut harus membayar kerugian atas barang modal tersebut. h) Pada masa akhir kontrak, lessee diberi hak opsi untuk membeli atau mengembalikan barang modal atau memperpanjang masa kontraknya. Perusahaan leasing selalu memberikan hak opsi atau hak menentukan/memilih kepada lessee pada saat masa angsuran akan berakhir. Di mana hak tersebut menyangkut hak kepemilikan atas barang yang di-leasing-kan. Sewa Guna Usaha dengan hak opsi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk seperti berikut: 1. Sewa guna usaha langsung (direct finance lease) Direct finance lease disebut dengan true lease merupakan suatu bentuk transaksisewa guna usaha. Dalam bentuk transaksi ini lessor membeli barang modal atas permintaan lessee kepada supplier dan sekaligus menyewakannya kepada lessee. 2. Jual dan Sewa Kembali (sale and lease back) Dalam bentuk transaksi ini, pihak lessee membeli barang modal (impor atau ex-impor) serta membayar bea masuk dan bea impor dengan atas nama sendiri. Kemudian barang modal tersebut dijual kepada pihak lessor dan diserahkan kembali kepada lessee tersebut dalam bentuk sewa guna. Meskipun barang modal tersebut merupakan atas nama lessee dalam hal ini karena pihak lessee telah menyerahkan barang modal kepada lessor maka pihak lessee tidak lagi bertindak sebagai 29

16 pemilik barang modal melainkan bertindak sebagai konsumen atas usaha sewa guna. Tujuan lessee menggunakan bentuk leasing seperti ini guna untuk memperoleh dana tambahan modal kerja dimana barang modal tersebut tadinya merupakan beban sendiri kemudian dialihkan melalui kontrak sewa guna usaha. 3. Sewa Guna Usaha Sindikasi (Syndicated lease) Dalam bentuk transaksi ini pihak lessor berkerja sama dengan pihak lessor lainnya dalam hal pengadaan barang modal yang diinginkan oleh lessee. Hal ini terjadi karena kemungkinan terjadi kekurangan dana oleh satu pihak lessor dalam pengadaan barang modal untuk membutuhui keperluan barang modal yang diinginkan oleh lessee maka beberapa leasing companies mengadakan kerja sama dalam hal pengadaan barang modal. b. Sewa guna usaha tanpa hak opsi Sewa guna tanpa hak opsi yang juga disebut sewa guna biasa (service lease) jelas berbeda transaksinya dengan usaha sewa guna dengan hak opsi. Pada transaksi jenis sewa guna usaha ini lessee hanya berhak menggunakan barang modal tersebut selama jangka waktu yang telah disepakati di dalam kontrak perjanjian. Dalam hal ini, ketika masa kontrak telah berakhir maka barang modal harus dikembalikan kepada pihak lessor hal ini jelas terlihat perbedaan antara transaksi sewa guna tanpa hak opsi dengan transaksi sewa guna dengan hak opsi. Transaksi jenis ini pihak lessor memperoleh keuntungan dari penjualan barang modal tersebut dengan menghitung jumlah seluruh pembayaran secara angsuran 30

17 tidak termasuk jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal berikut dengan bunganya. Ciri-ciri sewa guna usaha tanpa hak opsi (service lease) adalah sebagai berikut: 1. Jangka waktu kontrak relatif lebih pendek daripada umur ekonomis barang modal. 2. Jenis barang yang menjadi objek operating lease biasanya barang yang mudah terjual setelah kontrak pemakaian berakhir. 3. Jumlah sewa secara angsuran yang dibayar oleh lessee kepada lessor lebih kecil dari harga barang ditambah keuntungan yang diharapkan lessor. 4. Segala resiko ekonomis ( kerusakan, pajak, asuransi, pemeliharaan ) atas barang modal ditanggung oleh lessor. 5. Kontrak operating lease/service lease dapat dibatalkan secara sepihak oleh lessee dengan mengembalikan barang modal kepada lessor. 6. Setelah masa kontrak berakhir, lessee wajib mengembalikan barang modal tersebut kepada lessor. 2.5 Perbedaan Pembiayaan Leasing Dengan Pembiayaan Lainnya Perusahaan leasing memiliki perbedaan pokok dengan metode pembiayaan yang diberikan melalui lembaga-lembaga keuangan lain misalnya bank atau dengan tehnik-tehnik pembiayaan lain seperti sewa menyewa dan sewa beli. Pada tabel 2.1 dapat dilihat perbedaan dan persamaan antara leasing dengan sewa beli, sewa menyewa, dan jual beli dengan cicilan (kredit). a. Leasing dengan sewa menyewa 31

18 Dalam kegiatan transaksi leasing, lessor adalah pemilik atas objek leasing, sementara lessee adalah pemakai objek leasing. Kegiatan transaksi leasing antara lessee dengan lessor diikat oleh sebuah kontrak perjanjian yang disebut dengan kontrak leasing. Kontrak leasing ini bersifat non-cancelled artinya kontrak tidak dapat dibatalkan kecuali terjadi hal-hal yang berupa kelalaian. Lessee memiliki hak opsi (option right) untuk membeli objek leasing sesuai dengan nilai sisa barang. Sedangkan sewa menyewa menurut KUH Perdata Pasal 1548 disebutkan bahwa: Sewa menyewa ialah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikat dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan suatu barang,selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya (Dahlan Siamat, 2005:541) Dari defenisi antara sewa menyewa dengan leasing terlihat perbedaan prinsipil yang terletak pada tidak adanya opsi bagi penyewa untuk membeli barang yang disewanya tersebut. b. Leasing Dengan Sewa Beli Sewa beli atau hire purchase tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata. Pada transaksi sewa beli prinsipnya timbul untuk memenuhi kebutuhan transaksi dalam masyarakat. Adapun defenisi dari sewa beli yaitu persetujuan antara pihak penjual barang dengan pihak penyewa, di mana pihak penyewa berhak menggunakan barang yang bersangkutan dalam jangka waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dengan sistem pembayaran secara angsuran. 32

19 Ketika pihak penyewa melunasi barang yang bersangkutan maka barang tersebut secaramutlak menjadi hak milik penyewa. Sementara dalam leasing hak pemilikan tidak mutlak langsung beralih kepada penyewa (lessee) tetapi terdapat hak opsi yaitu apakah penyewa (lessee) akan memiliki barang tersebut dengan cara membelinya seharga nilai sisa atau memperpanjang penggunaan barang tersebut dengan cara memperbaharui kontrak sebelumnya atau mengembalikannya kepada pemilik (lessor). Tabel 2.2 Pembiayaan Leasing dan Pembiayaan Lainnya Penjelasan Metode Pembiayaan Jenis Barang Penyewa/Pembeli Leasing Sewa Beli Sewa Menyewa Kredit Bank Barang bergerak Barang bergerak Barang Semua jenis perlu pemelihara & tidak bergerak bergerak investasi an Perusahaan Perusahaan atau Perusahaan atau Perusahaan atau atau perseorangan perseorangan perseorangan perseorangan Bentuk Perusahaan Badan Hukum Supplier Supplier Bank Pemilikan Perusahaan Pemilik Pemilik Barang Debitur Barang Leasing Barang Jangka Waktu Menengah Pendek Menengah/pendek/panjang Pendek/ Menengah Besarnya pembiayaan 100% 80% Lebih rendah 80% Biaya Bunga Bunga + margin Tinggi Bunga + margin Interbankrate+ spread Akhir Kontrak Menggunakan hak opsi untuk membeli seharga nilai kedebitor sisa Memperpanjang kontrak Mengembalikan kepada lessor Barang menjadi milik penyewa Barang kembali kepada pemilik Kredit lunas Jaminan kembali Sumber: Buku Management Lembaga Keuangan, Dahlan Siamat, 2005: 540 c. Leasing Jual Beli dengan Cicilan 33

20 Kegiatan transaksi yang hampir menyerupai leasing adalah jual beli dengan cicilan. Hal ini dapat dilihat dari persamaannya yang terletak pada pembayaran secara berkala dengan sistem penggunaan barang atau harga barang sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Selain persamaan yang ada perbedaan antara leasing dengan jual beli terletak pada sistem transaksi. Pada transaksi jual beli dengan cicilan pemilikan akan barang beralih saat dilakukannya transaksi. Sementara dalam leasing hak pemilikan tetap pada lessor. 2.6 Cara Pembayaran Leasing Dalam melakukan transaksi pembayaran di perusahaan leasing terdapat 2 cara yaitu pembayaran di muka dan pembayaran di belakang. Pembayaran di muka merupakan pembayaran angsuran pertama oleh lessee atas barang modal yang di-leasing-kan kepada lessor. Angsuran ini guna untuk mengurangi utang pokok karena angsuran pertama tidak dikenakan bunga dan angusran ini dibayarkan pada saat kontrak leasing telah dilakukan. Sedangkan angsuran di belakang merupakan bentuk angsuran yang pembayarannya dilakukan sebulan setelah kontrak leasing dilakukan. Pada bentuk pembayaran angsuran seperti ini jumlah angsuran yang dibayarkan oleh lessee kepada lessor mengandung unsur bunga dan cicilan pokok. Dimana tingkat bunga tersebut akan semakin kecil sejalan dengan penurunan saldo atas pinjaman pokok yang telah dibayar oleh lessee. 34

21 2.7 Kerangka Konseptual Secara sederhana kerangka konseptual di dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar 2.4 sebagai berikut ini: Tingkat kepercayaan pengusaha UKM Aplikasi Kepercayaan pengusaha UKM Perusahaan Leasing Hambatan-hambatan yang dialami pengusaha UKM Gambar 2.4 Kerangka Konseptual 35

http://www.hadiborneo.wordpress.com/ PENGERTIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (CONSUMERS FINANCE) Lembaga pembiayaan konsumen (consumers finance) adalah suatu lembaga atau badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan

Lebih terperinci

MAKALAH HUKUM PERIKATAN

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MAKALAH HUKUM PERIKATAN LEASING DAN BEBERAPA HAL MENGENAINYA Disusun Oleh: Hafizh Furqonul Amrullah 8111412280 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013-2014 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Untuk

Lebih terperinci

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka LEASING Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka waktu berdasarkan pembayaran-pembayaran berkala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 2.1.1 Pengertian Lembaga Pembiayaan Istilah lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA

PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA Modul ke: PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA Fakultas FEB Agus Herta Sumarto, S.P., M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN LEASING : FASB-13: (Financial Accounting Standard Board)

Lebih terperinci

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 75

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 75 A. PENGERTIAN Pengertian sewa guna usaha menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha: Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam

Lebih terperinci

SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN

SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN PERTEMUAN 11 MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M. JENIS-JENIS 1. Sumber dana jangka pendek 2. Sumber dana jangka menengah 3. Sumber dana jangka panjang Sumber

Lebih terperinci

MAKALAH LEASING. Diajukan dan dipersentasikan. pada mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan. Di bawah bimbingan : Wahyu Indah Mursalini, SE, MM

MAKALAH LEASING. Diajukan dan dipersentasikan. pada mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan. Di bawah bimbingan : Wahyu Indah Mursalini, SE, MM MAKALAH LEASING Diajukan dan dipersentasikan pada mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan Di bawah bimbingan : Wahyu Indah Mursalini, SE, MM Di Susun Oleh : Turmudi UNIVERSITAS MAHAPUTRA MUHAMMAD YAMIN

Lebih terperinci

Lembaga Keuangan: Leasing dan Factoring

Lembaga Keuangan: Leasing dan Factoring Pasar dan Lembaga Keuangan Lembaga Keuangan: Leasing dan Factoring Leasing/Sewa Guna Usaha: Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan 14 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA 2.1. Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan Sejarah perusahaan sub sektor lembaga pembiayaan dimulai sejak tahun 1974,

Lebih terperinci

Pegadaian dan Sewa Guna Usaha

Pegadaian dan Sewa Guna Usaha Pegadaian dan Sewa Guna Usaha A. Pegertian Usaha Gadai Secara umum pegertian usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang

Lebih terperinci

BAB II BANK DAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN. Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan

BAB II BANK DAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN. Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan BAB II BANK DAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN 2.1 Pengertian Lembaga Pembiayaan Di Indonesia, walaupun telah ada pranata penyaluran dana yang dilakukan oleh bank maupun lembaga keuangan non bank, secara institusional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat meminimalkan pengeluaran perusahaan dan

Lebih terperinci

LEASING (SEWA-GUNA-USAHA) Pengertian

LEASING (SEWA-GUNA-USAHA) Pengertian LEASING (SEWA-GUNA-USAHA) Pengertian Leasing atau sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN. menerus atau teratur (regelmatig) terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBIAYAAN A. Pengertian Lembaga Pembiayaan Perusahaan merupakan Badan Usaha yang menjalankan kegiatan di bidang perekonomian (keuangan, industri, dan perdagangan), yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelian aktiva tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat meminimalkan pengeluaran perusahaan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya 1. Pembiayaan Konsumen Pembiayaan konsumen merupakan salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu bisa mengantisipasi situasi dan kemauan pasar. Menghadapi tuntutan pasar yang semakin kompleks

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Pembiayaan Pengertian sewa guna secara umum menurut Kasmir, 2002 adalah perjanjian pihak lessor (perusahaan leassing) dengan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi maka sarana penyediaan dana

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1988 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi maka sarana penyediaan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya maupun pertahanan dan keamanan. Salah satu indikasi

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya maupun pertahanan dan keamanan. Salah satu indikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan suatu negara dapat dilihat dari pesatnya pembangunan yang mencakup berbagai macam sektor seperti bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya maupun pertahanan

Lebih terperinci

AKUNTANSI UNTUK LEASING

AKUNTANSI UNTUK LEASING AKUNTANSI UNTUK LEASING Lease Lessor Lessee : Suatu perjanjian kontraktual antara Lessor dengan Lessee, yang memberikan hak kepada Lessee untuk menggunakan harta tertentu yang dimiliki oleh Lessor selama

Lebih terperinci

Pegadaian dan sewa guna usaha (leasing)

Pegadaian dan sewa guna usaha (leasing) Pegadaian dan sewa guna usaha (leasing) pengertian hukum gadai menurut KUHP pasal 1150, adalah sebagai berikut : Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak,

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM LEMBAGA PEMBIAYAAN

ASPEK HUKUM LEMBAGA PEMBIAYAAN ASPEK HUKUM LEMBAGA PEMBIAYAAN ANDRI HELMI M, SE., MM HUKUM BISNIS SEJARAH LEMBAGA PEMBIAYAAN Dimulai sejak tahun 1974, berdasarkan Surat Keputusan Bersama 3 Menteri, yaitu: Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian,

Lebih terperinci

NAMA : SEPTIYANA NPM : JURUSAN : MANAJEMEN (KEUANGAN) PENGERTIAN LEASING

NAMA : SEPTIYANA NPM : JURUSAN : MANAJEMEN (KEUANGAN) PENGERTIAN LEASING NAMA : SEPTIYANA NPM : 1411011123 JURUSAN : MANAJEMEN (KEUANGAN) PENGERTIAN LEASING Leasing atau sewa guna usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang barang modal

Lebih terperinci

MEKANISME PEMANFAATAN LEASING DALAM PRAKTIKNYA Oleh : Taufik Effendy

MEKANISME PEMANFAATAN LEASING DALAM PRAKTIKNYA Oleh : Taufik Effendy MEKANISME PEMANFAATAN LEASING DALAM PRAKTIKNYA Oleh : Taufik Effendy ABSTRAK Leasing telah dikenal oleh bangsa Eropa dan Amerika di era 1850 an 1 dan hal ini telah menjadikan induswtri bisnis, produksi

Lebih terperinci

Modul ke: Manajemen Perpajakan 06FEB. Samsuri, SH, MM. Fakultas. Program Studi Akuntansi

Modul ke: Manajemen Perpajakan 06FEB. Samsuri, SH, MM. Fakultas. Program Studi Akuntansi Modul ke: Manajemen Perpajakan Fakultas 06FEB Samsuri, SH, MM Program Studi Akuntansi Sewa Guna Usaha dan Penerapan Perencanaan Pajak terhadap Sewa Guna Usaha Pengertian Sewa Guna Usaha Sewa guna usaha

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Modal ventura sebagai lembaga pembiayaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Modal ventura sebagai lembaga pembiayaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Modal ventura sebagai lembaga pembiayaan 1. Lembaga pembiayaan Pembiayaan sendiri berasal dari bahasa inggris financing, yang berasal dari kata finance yang artinya dalam kata benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang sebagai perwujudan pengabdian dan peran serta rakyat untuk membiayai negara dan

Lebih terperinci

Lembaga Pembiayaan. Copyright by Dhoni Yusra

Lembaga Pembiayaan. Copyright by Dhoni Yusra Lembaga Pembiayaan Copyright by Dhoni Yusra Latar Belakang Kebutuhan akan modal usaha Modal tersebut digunakan untuk meningkatkan produksi Bila produksi meningkat, maka berarti pertumbuhan ekonomi meningkat

Lebih terperinci

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA Oleh Safia Anggraeni., M.Pd. INSTITUT BISNIS MUHAMMADIYAH BEKASI 2016 LITERATUR 1. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi revisi-cet.16. Dr. Kasmir. Jakarta: RajaGrafindo

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktiva tetap sering disebut dengan fixed assets merupakan aktiva

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktiva tetap sering disebut dengan fixed assets merupakan aktiva BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap sering disebut dengan fixed assets merupakan aktiva berwujud yang bersifat jangka panjang dan digunakan dalam aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembiayaan Aktiva Tetap Yang Digunakan Perusahaan PT. Mustika Ratubuana Internasional yang mempunyai usaha di bidang distributor dan perdagangan sangat memerlukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Aktiva Tetap 1. Pengertian Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam kedaan siap dipakai atau dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Lembaga pembiayaan mempunyai beberapa bidang usaha, yaitu : 1. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company)

II. LANDASAN TEORI. Lembaga pembiayaan mempunyai beberapa bidang usaha, yaitu : 1. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing Company) 8 II. LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Lembaga Pembiayaan Lembaga Pembiayaan menurut Kepres RI No.61 tahun 1988, pasal 1 ayat 2 pembiayaan adalah Badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk

Lebih terperinci

Gerson Philipi Rianto F

Gerson Philipi Rianto F Gerson Philipi Rianto F3312065 Kegiatan sewa guna usaha (leasing) diperkenalkan untuk pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. asalnya pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu. (1) Akumulasi penyusutan (depresiasi) perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. asalnya pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu. (1) Akumulasi penyusutan (depresiasi) perusahaan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini dilandasi dengan berbagai teori yang relevan, khususnya mengenai sumber pembiayaan perusahaan. 2.1.1 Sumber pembiayaan modal perusahaan Menurut Riyanto

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna BAB II LANDASAN TEORI A. Sewa Guna Usaha 1. Definisi Sewa Guna Usaha Leasing Definisi sewa guna usaha (Suandy, 2008), yakni "Sewa guna usaha adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan

Lebih terperinci

PERBEDAAN LEASING DENGAN SEWA BELI DALAM KONSEP HUKUM KEPERDATAAN DI INDONESIA

PERBEDAAN LEASING DENGAN SEWA BELI DALAM KONSEP HUKUM KEPERDATAAN DI INDONESIA PERBEDAAN LEASING DENGAN SEWA BELI DALAM KONSEP HUKUM KEPERDATAAN DI INDONESIA (THE DIFFERENCE BETWEEN LEASING AND RENT-PURCHASE IN THE CONCEPT OF INDONESIAN CIVIL LAW ) I Wayan Wahyu Wira Udytama Fakultas

Lebih terperinci

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan?

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Daftar Isi Financial Check List 1 01 Definisi Pembiayaan 3 02 Mengapa Masyarakat Memerlukan Jasa Pembiayaan? 5 5 03 Kapan Masyarakat Memerlukan Jasa Pembiayaan? 6 6 04 Siapa Saja Nasabah 8 Jasa Pembiayaan?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek ekonomi. Kondisi demikian tidak terlepas dari peran pelaku usaha. Pelaku usaha berperan penting

Lebih terperinci

Bab IV Lembaga Pembiayaan Dalam Kegiatan Bisnis Hukum Bisnis Semester Gasal 2014 Universitas Pembangunan Jaya

Bab IV Lembaga Pembiayaan Dalam Kegiatan Bisnis Hukum Bisnis Semester Gasal 2014 Universitas Pembangunan Jaya Bab IV Lembaga Pembiayaan Dalam Kegiatan Bisnis Hukum Bisnis Semester Gasal 2014 Universitas Pembangunan Jaya Irma Nawnangwulan 1 LEMBAGA PEMBIAYAAN BADAN USAHA YANG MELAKUKAN KEGIATAN PEMBIAYAAN DALAM

Lebih terperinci

A B S T R A K S I PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN JAMINAN FIDUSIA DI KPI KOPINDO MULTI FINANCE SURAKARTA

A B S T R A K S I PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN JAMINAN FIDUSIA DI KPI KOPINDO MULTI FINANCE SURAKARTA A B S T R A K S I PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN JAMINAN FIDUSIA DI KPI KOPINDO MULTI FINANCE SURAKARTA PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hukum bisnis khususnya lembaga pembiayaan (leasing)

Lebih terperinci

MODUL SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA & KONSEP SYARIAH. Oleh : Feni Fasta, SE, M.Si

MODUL SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA & KONSEP SYARIAH. Oleh : Feni Fasta, SE, M.Si FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 14&15 POKOK BAHASAN : MODUL (2 SKS) BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA & KONSEP SYARIAH Oleh : DESKRIPSI Lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga

Lebih terperinci

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD Jenis-jenis sewa menurut PSAK 30 1. Finance lease Lessor : Pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Lessee : Lessee : - memilih barang modal yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 6 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap Menurut Kusnadi et al. (1998:342) dalam bukunya mengatakan bahwa, Aktiva tetap adalah semua benda yang dimiliki oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Aktiva Tetap 2.1.1. Pengertian Aktiva Tetap Berwujud "Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, teknologi berkembang semakin pesat, segala sesuatunya berubah menjadi lebih instan dan lebih mudah. Dengan pesatnya perkembangan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk menghasilkan produk electronic yang semakin canggih dan beragam. Kelebihan-kelebihan atas

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : NINNASI MUTTAQIN,S.M.B,M.SM

Dosen Pembimbing : NINNASI MUTTAQIN,S.M.B,M.SM MANAJEMEN KEUANGAN II PEMBELANJAAN DENGAN LEASING Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan II Semester IV Program Studi S1 Manajemen Dosen Pembimbing : NINNASI MUTTAQIN,S.M.B,M.SM Disusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bisnis alat berat / alat konstruksi semakin bergairah seiring dengan

I. PENDAHULUAN. Bisnis alat berat / alat konstruksi semakin bergairah seiring dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis alat berat / alat konstruksi semakin bergairah seiring dengan semakin surutnya dampak krisis ekonomi moneter. Dalam tiga tahun terakhir, lahan usaha alat-alat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perseroan Terbatas 1. Pengertian Perseroan Terbatas Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perseroan Terbatas 1. Pengertian Perseroan Terbatas Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah organisasi yang umumnya mempunyai kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang dibebankan kepadanya. Biasanya di samping mencari laba, tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2001 : 209), sumber pembiayaan modal ditinjau dari. asalnya pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2001 : 209), sumber pembiayaan modal ditinjau dari. asalnya pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian ini dilandasi dengan berbagai teori yang relevan, khususnya mengenai sumber pembiayaan perusahaan. 2.1.1 Sumber pembiayaan modal perusahaan Menurut Riyanto

Lebih terperinci

PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA ANTARA LESSEE DAN LESSOR. Aprilianti. Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung.

PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA ANTARA LESSEE DAN LESSOR. Aprilianti. Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung. PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA ANTARA LESSEE DAN LESSOR Aprilianti Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung Abstrak Perjanjian sewa guna usaha (leasing) yang diadakan oleh Lessor dan Lesseen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Putra (2012), melakukan penelitian pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Kedewatan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan pada BAB II, maka pada bab

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan pada BAB II, maka pada bab BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan kerangka teoritis yang telah diuraikan pada BAB II, maka pada bab ini akan membahas perlakuan akuntansi sewa pada PT FMA Finance. Metode pembahasan dilakukan

Lebih terperinci

a. Mencapai volume penjualan tertentu. b. Mendapat laba tertentu. c. Menunjang pertumbuhan perusahaan.

a. Mencapai volume penjualan tertentu. b. Mendapat laba tertentu. c. Menunjang pertumbuhan perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjualan 2.1.1 Pengertian Penjualan Menurut Swastha (2009) penjualan adalah interaksi antara individu saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang melibatkan para investor dan kontraktor asing. Kalau jumlah proyek-proyek skala besar yang berorientasi jangka panjang

I. PENDAHULUAN. yang melibatkan para investor dan kontraktor asing. Kalau jumlah proyek-proyek skala besar yang berorientasi jangka panjang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis alat berat / alat konstruksi semakin bergairah seiring dengan semakin surutnya dampak krisis ekonomi moneter. Dalam tiga tahun terakhir, lahan usaha alat-alat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut SK Menkeu No / KMK.013 / 1988 Lembaga Pembiayaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut SK Menkeu No / KMK.013 / 1988 Lembaga Pembiayaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembaga Pembiayaan 1. Pengertian Lembaga Pembiayaan Menurut SK Menkeu No. 1251 / KMK.013 / 1988 Lembaga Pembiayaan Merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam

Lebih terperinci

BAB II PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

BAB II PERUSAHAAN PEMBIAYAAN BAB II PERUSAHAAN PEMBIAYAAN A. Pengertian Perusahaan Pembiayaan Perusahaan merupakan badan usaha yang menjalankan kegiatan di bidang perekonomian ( keuangan, industri, dan perdagangan), yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakan oleh manusia atau mesin. Transportasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI A. Pengaturan Sewa Beli di Indonesia Perjanjian sewa beli adalah termasuk perjanjian jenis baru yang timbul dalam masyarakat. Sebagaimana perjanjian jenis

Lebih terperinci

Pembelanjaan Jangka Panjang 1 BAB 14 PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG

Pembelanjaan Jangka Panjang 1 BAB 14 PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG Pembelanjaan Jangka Panjang 1 BAB 14 PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG Pembelanjaan Jangka Panjang 2 PEMBELANJAAN JANGKA PANJANG Terdapat beberapa alternatif sumber dana jangka panjang yang tersedia bagi suatu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK Jurnal Akuntansi FE Unsil, Vol. 3, No. 2, 2008 ISSN : 1907-9958 KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK Hiras Pasaribu (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Akuntansi Defenisi akuntansi menurut : American Accounting Association mendefenisikan akuntansi sebagai berikut : Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan

Lebih terperinci

DENY TATAK SETIAJI C

DENY TATAK SETIAJI C PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN SEPEDA MOTOR ANTARA PEMBELI DENGAN PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE (FIF) CABANG KOTA SURAKARTA Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

SESI 4 MODAL DAN JENIS MODAL

SESI 4 MODAL DAN JENIS MODAL SESI 4 MODAL DAN JENIS MODAL ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN KEUANGAN MODAL Modal adalah sesuatu yang diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan mulai dari berdiri sampai beroperasi Untuk mendirikan

Lebih terperinci

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak)

PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak) PERUSAHAAN SEWAGUNAUSAHA (PerlakuanAkuntansi dan Pajak) Rosita, SE., MM.,Ak. Abstrak Di Indonesia perusahaan sewa guna usaha berkembang sangat pesat. Hal ini membuat pemerintah berusaha untuk dapat menjaring

Lebih terperinci

BAB III Hasil Penelitian dan Analisis

BAB III Hasil Penelitian dan Analisis BAB III Hasil Penelitian dan Analisis A. Hasil Penelitian Pemaparan dalam Bab ini dibagi melalui dua cara penyajian. Penyajian yang pertama adalah akan dikemukakan mengenai kerangka periodisasi yang di

Lebih terperinci

BAB II PEMBIAYAAN KONSUMEN SEBAGAI SALAH SATU BIDANG USAHA PEMBIAYAAN. 2.1.1. Pengertian Lembaga Pembiayaan. dibutuhkan masyarakat perlu diperluas.

BAB II PEMBIAYAAN KONSUMEN SEBAGAI SALAH SATU BIDANG USAHA PEMBIAYAAN. 2.1.1. Pengertian Lembaga Pembiayaan. dibutuhkan masyarakat perlu diperluas. BAB II PEMBIAYAAN KONSUMEN SEBAGAI SALAH SATU BIDANG USAHA PEMBIAYAAN 2.1. Lembaga Pembiayaan 2.1.1. Pengertian Lembaga Pembiayaan Dewasa ini Indonesia termasuk salah satu negara yang berkembang perekonomiannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pergeseran persepsi mengenai mobil sebagai suatu icon yang menandakan suatu

I. PENDAHULUAN. pergeseran persepsi mengenai mobil sebagai suatu icon yang menandakan suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil sebagai jenis kendaraan yang mendukung aktivitas masyarakat semakin hari keberadaannya semakin dibutuhkan baik sebagai sarana transportasi umum, pribadi, sebagai

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance).

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance). BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE A. Gambaran Umum PT Adira Finance PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk (Adira Finance) adalah sebuah perusahaan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang BAB II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Dunia keuangan khususnya perbankan dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini ditunjukkan dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensial, yaitu bank. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensial, yaitu bank. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah lembaga pembiayaan mungkin belum sepopuler dengan istilah lembaga keuangan dan lembaga perbankan. Belum akrabnya dengan istilah ini bisa jadi karena dilihat

Lebih terperinci

(lessee). Penyewa mempunyai hak untuk menggunakan aset

(lessee). Penyewa mempunyai hak untuk menggunakan aset XV. Sewa Guna (Leasing) Leasing adalah perjanjian kontrak antara pihak yang menyewakan (lessor) dengan pihak yang menyewa aset tertentu (lessee). Penyewa mempunyai hak untuk menggunakan aset tertentu,

Lebih terperinci

Bab 10 Pasar Keuangan

Bab 10 Pasar Keuangan D a s a r M a n a j e m e n K e u a n g a n 133 Bab 10 Pasar Keuangan Mahasiswa diharapkan dapat memahami mengenai pasar keuangan, tujuan pasar keuangan, lembaga keuangan. D alam dunia bisnis terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan hidup. Kebutuhan itu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan hidup. Kebutuhan itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam perjalanan dan pergaulan hidupnya selalu memiliki berbagai kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan hidup. Kebutuhan itu diklasifikasikan menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai

BAB II LANDASAN TEORITIS. Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai BAB II LANDASAN TEORITIS A. Sewa Guna Usaha 1. Pengertian Sewa Guna Usaha Leasing berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai sewa-menyewa. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat dapat dilihat pada perkembangan lembaga yang ada pada masyarakat tersebut, baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik. Sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan industri dapat dilihat tolak ukur keberhasilannya dari beberapa faktor, antara lain ditandai dengan banyaknya produk dan ragam yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai transaksi yang berhubungan dengan keuangan. Begitu pentingnya dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai transaksi yang berhubungan dengan keuangan. Begitu pentingnya dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan mitra dalam rangka memenuhi semua kebutuhan keuangan mereka sehari-hari. Bank dijadikan sebagai tempat untuk melakukan berbagai transaksi yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetian Deposito Berjangka Dalam bahasa sehari-hari kata simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account dimana artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bank dikenal sebagai sebuah tempat dimana kita menyimpan uang kita, tempat yang sangat identik dengan kata menabung. Orang tua kita selalu mengajari kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka upaya meningkatkan peran

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1169/KMK.01/1991 TENTANG KEGIATAN SEWA GUNA USAHA (LEASING) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka untuk lebih memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA PT SEMESTA FINANCE CABANG SEMARANG OLEH VILLYA SANDRA DEWI, SH B4B006248

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA PT SEMESTA FINANCE CABANG SEMARANG OLEH VILLYA SANDRA DEWI, SH B4B006248 PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA PADA PT SEMESTA FINANCE CABANG SEMARANG OLEH VILLYA SANDRA DEWI, SH B4B006248 PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak masyarakat yang melakukan cara untuk meningkatkan. kesejahteraannya. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara agar

BAB I PENDAHULUAN. banyak masyarakat yang melakukan cara untuk meningkatkan. kesejahteraannya. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya pembangunan ekonomi di zaman sekarang, banyak masyarakat yang melakukan cara untuk meningkatkan kesejahteraannya. Hal ini dapat dilakukan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 448/KMK.017/2000 TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemulihan perekonomian nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia otomotif di Indonesia dari tahun-ketahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia otomotif di Indonesia dari tahun-ketahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia otomotif di Indonesia dari tahun-ketahun mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya permintaan akan kendaraan bermotor

Lebih terperinci

BAB II KEBERADAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN DALAM INDUSTRI JASA KEUANGAN DAN PRANATA HUKUM INDONESIA

BAB II KEBERADAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN DALAM INDUSTRI JASA KEUANGAN DAN PRANATA HUKUM INDONESIA BAB II KEBERADAAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN DALAM INDUSTRI JASA KEUANGAN DAN PRANATA HUKUM INDONESIA A. Keberadaan Lembaga Pembiayaan Konsumen Dalam Industri Jasa Keuangan Indonesia 1. Industri Jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pasar dan model investasi menjadi acuan seberapa besar potensi laba dan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pasar dan model investasi menjadi acuan seberapa besar potensi laba dan 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah. Peta perekonomian global yang mendobrak batas-batas wilayah negara, sistem pasar dan model investasi menjadi acuan seberapa besar potensi laba dan resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang bagi perusahaan. Mengingat bahwa tujuan dari pengadaan

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang bagi perusahaan. Mengingat bahwa tujuan dari pengadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktiva tetap merupakan sesuatu yang penting bagi perusahaan, selain digunakan sebagai modal kerja, aktiva tetap biasanya juga digunakan sebagai alat investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dana memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan dana tersebut sebagai alat investasi melalui penanaman

Lebih terperinci