BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh anggota masyarakat, agar dapat berperan sesuai dengan peran yang
|
|
- Hartono Hermanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Goodenough, kebudayaan masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang harus diketahui dan diyakini manusia agar bertindak dengan satu cara yang dapat diterima oleh anggota masyarakat, agar dapat berperan sesuai dengan peran yang diterima anggota masyarakat dan pengetahuan ini diperoleh secara sosial (Wardaugh, 1986: 211 dalam Sibarani, 2004: 3). Melihat pernyataan Goodenough di atas, kebudayaan tidak dimiliki secara personal oleh seseorang dalam kelompok etnisnya, melainkan secara zusammen (bersama-sama). Berkenaan dengan perilaku ini, kemudian dikenal dua jenis kebudayaan menurut Ralp Linton dalam Sibarani (2004: 6) yakni covert culture (kebudayaan inti yang tersimpan dalam diri manusia) seperti nilai budaya, ide, dan norma serta overt culture (kebudayaan luar) seperti tindakan berpola dan wujud benda hasil karya manusia. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan yang dapat didengarkan verbalnya (overt culture) dan dapat dilihat non verbalnya serta dipahami secara implisit (covert culture) makna di dalam sistem kognisinya. Bahasa yang pada kenyataannya berfungsi sebagai alat komunikasi manusia, dimana pemakaiannya bukan saja dilihat dari segi struktur melainkan dari segi konteks pemakaiannya. Di sinilah wacana menemukan arti kebermaknaannya dalam bidang linguistik. 1
2 2 Alat komunikasi bagi masyarakat tutur di daerah Bima ialah nggahi (bahasa) Mbojo, dimana bahasa merupakan sarana mengungkapkan ide, gagasan, dan maksud yang ingin disampaikan oleh masyarakat tutur bahasa Mbojo. Alat komunikasi ini dapat berupa lambang atau simbol bahasa, baik tulis maupun lisan membentuk satu kesatuan yang utuh yang disebut wacana. Demikian pula dengan wacana, dapat dibedakan menjadi dua yaitu wacana lisan dan wacana tulis. Yang termasuk wacana lisan bisa berupa pidato, ceramah, khotbah, siaran berita, tembang, dan lain-lain. Sedangkan wacana tulis bisa berupa surat kabar, majalah, buku-buku, teks, koran naskah kuno dan lain sebagainya (Sumarlam, 2003: 15). Di sini lirik Rawa (nyanyian) Mbojo termasuk ke dalam salah satu contoh jenis wacana lisan, karena dinyanyikan oleh satu orang atau lebih dan didengarkan oleh penikmat lagu/penonton Rawa Mbojo. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa alasan antara lain; pertama, masih minimnya penelitian akademis tentang Bima dari segi bahasa, khususnya tentang wacana yang berobjekkan lirik Rawa Mbojo. Hal ini tercermin dari terbatasnya referensi yang terkait. Kedua, sedikitnya jumlah pemain dan peminat rawa mbojo yang berasal dari kalangan anak muda. Mengingat generasi muda sebagai penerus tradisi Mbojo yang seharusnya dapat mewarisi tradisi ini sebagai sebuah tradisi lisan dou (orang) Mbojo yang utuh dengan nilai-nilai kearifan lokal yang dijunjung oleh kelompok etnisnya. Ketiga, ketertarikan atau rasa suka penulis terhadap rawa mbojo menambah keyakinan dan semangat untuk memilih topik ini menjadi tesis penulis.
3 3 Rawa Mbojo dengan berbagai jenis iramanya merupakan nyanyian yang sifatnya tradisi. Sangat disayangkan jika nyanyian ini punah ditelan jaman. Kehilangan nyanyian ini berdampak buruk terutama bagi orang Mbojo. Karena sebagian kebudayaan yang terekam lewat bahasa ikut terbawa banjir era globalisasi. Oleh karena itu, penelitian ini di samping membahas wacana dalam lirik Rawa Mbojo juga dapat membantu mendokumentasi dan merevitalisasi kembali tradisi lisan yang dimiliki dou Mbojo. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas didapatkan empat rumusan masalah, yaitu: a. Bagaimanakah unsur-unsur pembentuk Wacana Rawa Mbojo? b. Bagaimanakah struktur Wacana Rawa Mbojo? c. Bagaimanakah kohesi dan koherensi Wacana Rawa Mbojo? d. Aspek kebahasaan apa sajakah yang menjadi ciri khas pada wacana Rawa Mbojo? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, diperikan empat tujuan penelitian ini: a. Untuk mendeskripsikan unsur-unsur pembentuk Wacana Rawa Mbojo. b. Untuk mendeskripsikan struktur pembentuk Wacana Rawa Mbojo. c. Untuk mendeskripsikan kohesi dan koherensi pada Wacana Rawa Mbojo. d. Untuk mendeskripsikan aspek kebahasaan apa saja yang menjadi ciri khas dalam wacana Rawa Mbojo.
4 4 1.4 Manfaat Penelitian Terdapat dua manfaat yang dapat disumbangkan dari penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis Manfaat praktis Secara praktis dapat dimanfaatkan oleh pembaca dalam memahami isi wacana Rawa Mbojo. Selain itu juga dapat memotivasi generasi Mbojo agar mau membuka pikiran mereka untuk mengetahui keadaan dan menghargai Rawa Mbojo serta agar menyadari perannya sebagai penentu pelestarian atau penentu kematian Rawa Mbojo Manfaat teoritis Penelitian ini dapat memberi sumbangan untuk teori-teori linguistik, khususnya teori wacana dalam bahasa Mbojo, sehingga dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya yang relevan dengan penelitian ini. Selain manfaat yang tersebut di atas, dapat juga sebagai dokumentasi mengenai Rawa Mbojo yang juga merupakan warisan budaya lisan atau tradisi lisan yang dimiliki oleh orang Mbojo. 1.5 Tinjauan Pustaka Kajian mengenai bahasa Mbojo tampaknya belum banyak dilakukan, terutama yang terkait dengan linguistik pragmatik dan wacana, beberapa tulisan yang sudah
5 5 ada antara lain: Studi Linguistik Komparatif Historis Antara Bahasa Bima dan Komodo (Fernandes, 1995), Fonologi Bahasa Bima (Tama, 1996), Struktur Bahasa Donggo (Sunihati dkk, 1997). Tulisan lama karya Fernandes (1995) mencoba melihat kedekatan bahasa mbojo atau Bima dengan bahasa Komodo yang digunakan dan tersebar di seberang pulau Sumbawa tempat orang Bima bermukim. Sedangkan tulisan I Wayan Tama (1996) mencoba mendeskripsikan fonologi bahasa mbojo. Yang cukup membingungkan adalah tulisan Sunihati dan kawan-kawannya (1997) yang kurang secara tegas membedakan bahasa mbojo dialek donggo (pegunungan) dengan bahasa mbojo dialek Raba (pesisir). Sedangkan yang terkait dengan kajian wacana bahasa mbojo dalam sebuah nyanyian, sejauh pengamatan penulis, juga belum ada. Oleh karena itu, kajian tentang wacana dapat meninjau pada tulisan Silowati (2009) dalam skripsinya yang berjudul Wacana Bahasa Jawa dalam Sepuluh Lirik Lagu Campur Sari Karya Didi Kempot (suatu tinjauan kohesi dan koherensi) yang menitikberatkan pada bentuk (kohesi) baik aspek gramatikal maupun leksikal serta koherensinya. Tambahan lain tentang kajian wacana yang membahas ciri khas lagu dapat melihat tulisan Sumarlam, dkk (2004) dalam bukunya yang berjudul Analisis Wacana Iklan, Lagu, Puisi, Cerpen, Novel, Drama. Penelitian ini pada dasarnya lebih menitikberatkan pada aspek gramatikal dan leksikal. Meskipun demikian, setidaknya ada sedikit tulisan pengantar tentang Rawa Mbojo yang ditulis oleh M. Hilir Ismail (1996) yang menjadi bahan ajar di sekolah dasar di Bima. Oleh karena sifatnya hanya pengantar di sekolah dasar,
6 6 tulisan ini tidak memberikan pembahasan yang lebih detil mengenai ciri, karakter ataupun wacana dari rawa mbojo. Selain itu terdapat pula beberapa tulisan yang masih berkaitan dengan Rawa Mbojo ini, yaitu yang pertama buku tentang struktur dan isi pantun Bima yang ditulis oleh Anwar Hasnun (2004); kedua, buku yang berjudul Makna dan Fungsi Puisi Bima dikarang oleh Anwar Hasnun juga pada tahun 2008; dan buku ketiga yang berjudul Patu Mbojo (2014) yang ditulis oleh Ahmad Badrun yang diangkat dari disertasinya. Tulisan Hasnun yang pertama (2004) memberikan gambaran umum tentang bentuk dan isi dari pantun mbojo, sedangkan yang kedua (2008) lebih memberikan penjelasan pantun mbojo dari segi makna dan fungsi di dalam masyarakat. Begitu juga dengan Badrun (2014) yang memberikan gambaran yang tidak jauh berbeda dengan tulisan sebelumnya, hanya lebih detil dan lengkap mengenai pantun atau patu mbojo. Jika dilihat ketiganya, tampaknya mereka menyamakan arti dan posisi antara patu mbojo dengan rawa mbojo. Ketiga tulisan ini pun membahas rawa mbojo dari sudut pandang sastra dan mencoba membuat generalisasi makna pada rawa mbojo. Oleh karena itu, tulisan ini mencoba memposisikan diri menjadi usaha memahami proses produksi rawa mbojo dan pemaknaannya dalam sebuah konteks peristiwa atau wacana. Tulisan ini pun mencoba memberikan deskripsi yang lebih rinci mengenai rawa mbojo dan patu mbojo. Posisi penelitian ini lebih fokus pada kajian linguistik dan melihat rawa mbojo secara konkret.
7 7 1.6 Landasan Teori Wacana Menurut Douglas dalam Mulyana (2005: 3), istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/vak, yang artinya berkata, berucap. Kata ana yang merupakan sufiks yang berarti membedakan (nominalisasi). Sehingga kata wacana berarti tuturan, ucapan, perkataan. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan bentuk menjadi wacana. Cukup banyak para ahli bahasa yang telah memberikan pengertian mengenai wacana yang antara lain: Tarigan (1987: 27) mengatakan bahwa wacana ialah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Menurut Moeliono (1988: 334) mengatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lainnya dalam kesatuan makna. Di samping itu, wacana juga berarti satuan bahasa terlengkap, yang dalam hirarki kebahasaan merupakan satuan gramatikal yang tertinggi dan terbesar. Wacana dapat direalisasikan dalam bentuk kata, kalimat, paragraf atau karangan utuh (buku), yang membawa amanat lengkap (Kridalaksana, 1984: 208). Dari semua penjelasan itu setidaknya terdapat beberapa hal penting yang menjadi bagian dari wacana yaitu bahwa (1) wacana merupakan satuan bahasa yang strukturnya lebih besar dan lengkap dan (2) bentuknya bisa tulisan
8 8 ataupun lisan. Selain itu, (3) yang terpenting adalah tetap terjaganya makna dari awal hingga akhir. Dalam konteks rawa mbojo, wacana pun memakai bahasa mbojo seharihari. Tapi yang menarik adalah rawa mbojo ini dapat diterapkan pada penerapan pemakaian dialog, monolog bahkan kedua-duanya. Di dalam Mulyana (2005: 47-63) terdapat pengelompokkan wacana, baik dari bentuk wacana, media penyampaian, jumlah penutur, isi, sifat wacana, gaya dan tujuan wacana. Menurut Robert E. Longacre dalam Mulyana (2005: 47) membagi wacana berdasarkan bentuknya menjadi 6 (enam) jenis, yaitu: wacana naratif, prosedural, ekspositori, hartatori, espitoleri, dramatik. Kemudian hasil ini dikembangkan oleh Wedhawati dalam Mulyana (2005: 47) yakni dengan menambah satu jenis wacana lagi, yaitu wacana seremonial. Berdasarkan media penyampaiannya, wacana dapat dipilah menjadi dua, yaitu wacana tulis dan wacana lisan. Berdasarkan jumlah penuturnya, wacana dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) wacana monolog dan (2) wacana dialog. Berdasarkan sifatnya, wacana dapat digolongkan menjadi dua, yaitu wacana fiksi dan non fiksi. Berdasarkan isinya, wacana dapat dipilah menjadi 8 (tujuh) jenis, yaitu (1) wacana politik, (2) wacana sosial, (3) wacana ekonomi, (4) wacana budaya, (5) wacana militer, (6) wacana hukum, (7) wacana kriminalitas, (8) Wacana Olahraga dan Kesehatan. Berdasarkan gaya dan tujuannya, wacana digolongkan ke dalam satu jenis wacana yaitu wacana iklan.
9 Unsur-Unsur Wacana Wacana memiliki dua unsur, yaitu unsur internal dan unsur eksternal. Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan unsur eksternal berkaitan dengan hal-hal di luar wacana itu sendiri. Unsur eksternal wacana merupakan bagian dari wacana juga hanya saja tidak terlihat secara eksplisit. Unsur eksternal wacana merupakan pelengkap wacana. Kehadirannya berperan dalam mengutuhkan wacana. Unsur-nsur eksternal ini berupa implikatur, presuposisi, referensi, inferensi dan konteks. Menurut Anton M. Moeliono (1988: 336) dan Samsuri (1987: 4) dalam Mulyana (2005: 23), konteks terdiri atas beberapa hal, yakni situasi, partisipan, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, kode dan saluran. Dalam kajian sosiolinguistik, Dell Hymes dalam Mulyana (2005: 23) merumuskan ihwal faktor-faktor penentu peristiwa tutur tersebut, melalui akronim SPEAKING, yaitu: a. Setting and Scene (Latar) b. Participants (Peserta) c. Ends (hasil) d. Act Sequences (Amanat) e. Key (Cara) f. Instrumentalistis (Sarana) g. Norm (Norma) h. Genre (Jenis) Unsur-unsur internal wacana terdiri atas satuan kata atau kalimat. Yang dimaksud dengan satuan kata ialah tuturan yang berwujud satu kata. Untuk
10 10 menjadi susunan yang lebih besar, satuan kata atau kalimat tersebut akan bertalian dan bergabung membentuk wacana (Mulyana, 2005: 7). Kata atau kalimat yang berkedudukan sebagai wacana harus memiliki makna yang lengkap, informasi dan konteksnya jelas untuk mendukung sebuah tuturan yang utuh. Memahami sebuah teks harus diturutkan juga konteks yang menyertainya. Jika salah dalam memahami konteks, maka pemahaman makna dalam teks tersebut juga akan terhambat. Paduan inilah yang disebut wacana Struktur Wacana Struktur wacana dalam Nababan (1999: 29) yang dikutip dari pendapat Sinclair dan Colthard meliputi: (1) unsur-unsur wajib, (2) unsur-unsur pilihan, (3) runtunannya, (4) yang dibandingkan satu sama lain, dan (5) unsur pengulangan. Unsur wajib adalah unsur yang wajib hadir dalam wacana, unsur pilihan merupakan unsur yang mungkin hadir dan mungkin tidak, sedangkan unsur pengulangan adalah unsur atau seperangkat unsur yang kehadirannya lebih dari satu kali dalam satu wacana. Kemudian struktur ini disingkat hanya menjadi struktur awal, struktur tengah, dan struktur akhir Sarana Keutuhan Wacana Dalam usaha untuk memantapkan makna maka perlu memperhatikan unsurunsurnya baik pertautan bentuk (kohesi) dan perpaduan makna (koherensi). Kohesi terdiri dari kohesi gramatikal (referensi, subtitusi, ellipsis dan konjungsi) dan kohesi leksikal (repetisi, sinonim, antonim, kolokasi, hiponim dan
11 11 ekuivalensi). Sedangkan yang kedua, koherensi terdiri dari kaitan unit semantik lewat penafsiran dengan diluar teks (konteks) atau dengan kata lain mereferensi fungsi kepragmatisan bahasa sebagai alat komunikasi (Tarigan, 1987). Beberapa bentuk hubungan koherensi telah dideskripsikan oleh para ahli. D Angelo (dalam Tarigan, 1987: 105) menyatakan bahwa yang termasuk unsurunsur koherensi wacana di antaranya mencakup: unsur penambahan, repetisi, pronomina, sinonim, totalitas-bagian, komparasi, penekanan, kontras, simpulan, contoh, paralelisme, lokasi-anggota dan waktu Tradisi lisan Folklor : Nyanyian Rakyat Menurut Brunvand dalam Danandjaja (1986:141) menyatakan bahwa nyanyian rakyat adalah salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan lagu yang beredar secara lisan di antara anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional serta banyak mempunyai varian. Nyanyian rakyat dapat dibedakan ke dalam dua jenis nyanyian yaitu nyanyian rakyat yang tidak sesungguhnya dan nyanyian rakyat yang sesungguhnya (Brunvand dalam Danandjaja, 1986: ). Nyanyian rakyat yang tidak sesunggguhnya dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu proto folksong atau wordless folksong (nyanyian rakyat yang bersifat permulaan, nyanyian rakyat yang liriknya jika dibandingkan dengan lagunya, tidak penting, atau sebaliknya), near song (nyanyian rakyat yang liriknya lebih menonjol daripada lagunya). Selanjutnya nyanyian rakyat yang tergolong nyanyian rakyat
12 12 yang sesungguhnya dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu nyanyian rakyat yang berfungsi, nyanyian rakyat yang bersifat liris, dan nyanyian rakyat yang bersifat berkisah. Nyanyian rakyat yang berfungsi tergolong dalam beberapa sub kategori, yaitu nyanyian kelonan, nyanyian kerja dan nyanyian permainan. Nyanyian rakyat yang bersifat liris terdiri dari sub kategori nyanyian yaitu nyanyian rakyat liris yang sesungguhnya dan nyanyian rakyat liris yang bukan sesungguhnya dan yang terakhir ialah nyanyian rakyat yang berkisah tergolong ke dalam kategori balada dan epos. Berkiblat pada teori ini, Rawa Mbojo yang dikaji ialah Rawa Mbojo yang tergolong nyanyian rakyat yang sesungguhnya. Melihat bahwa folklor merupakan sebuah payung dari tradisi lisan atau yang bisa disebut juga dengan tradisi budaya, mempunyai ciri yang harus dimilikinya sebagai berikut: (1) merupakan kegiatan budaya, kebiasaan atau kebudayaan berbentuk lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan; (2) memiliki kegiatan atau peristiwa sebagai konteks penggunaannya; (3) dapat diamati dan ditonton; (4) bersifat tradisional; (5) diwariskan secara turun temurun; (6) proses penyampaiannya dari mulut ke telinga; (7) mengandung nilai-nilai dan norma budaya; (8) memiliki versi-versi; (9) milik bersama komunitas tertentu; (10) berpotensi direvitalisasi dan diangkat sebagai sumber industri budaya (Sibarani, 2012: 43-46).
13 Kebudayaan : Sistem Pengetahuan Kebudayaan yang dipakai dalam studi ini adalah kebudayaan sebagai alat atau sarana yang dipakai untuk perceiving dan dealing with circumstances, yang berarti alat untuk menafsirkan berbagai macam gejala yang ada. Secara tidak langsung ini mencerminkan bahwa tindakan atau ucapan manusia mempunyai berbagai ragam makna bagi pelakunya atau orang lain. Dari makna-makna tersebut diusahakanlah pengungkapan tema-tema budaya yang ada di dalam masyarakat tertentu (Spradley dalam Ahimsa-Putra, 1985). Pernyataan di atas dapat diasumsikan bahwa makna suatu simbol dapat dipahami dengan menangkap hubungan antar simbol atau dengan kata lain bahwa terdapat hubungan semantik yang sifatnya universal. Konsekuensi dari pendekatan ini adalah dibutuhkan usaha pemahaman yang mendalam (klasifikasi dan eksplanasi), tidak dengan model perbandingan. Diharapkan dengan pemahaman yang mendalam mengenai makna sebuah fenomena realitas, peneliti dapat mendapatkan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Semacam pengetahuan yang khas dari suatu masyarakat, dan berbeda dengan sistem masyarakat yang lain (Ahimsa-Putra, 1985: 110). Dalam konteks penelitian ini, dengan mengungkap makna makna yang tersirat dan tersurat dari lirik rawa mbojo mantoi yang dipertunjukkan sebagai bagian dari perayaan tradisi orang mbojo, pembaca dapat mengetahui dan memahami sistem pengetahuan lokal orang mbojo secara umum.
14 Metode Penelitian Dalam kasus ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan teknik dasar dan teknik lanjutan, teknik dasarnya ialah teknik pancing. Sedangkan teknik lanjutannya ialah menggunakan teknik Cakap Bertemu Muka pada beberapa informan kunci. Informannya ialah para penyanyi dan pemusik Rawa Mbojo. Dalam mengumpulkan data dilakukan pula dengan teknik Simak, sebagai teknik dasarnya ialah teknik Sadap dan teknik lanjutannya ialah teknik Simak Libat Cakap. Selain teknik-teknik di atas yang digunakan untuk mengumpulkan data, peneliti juga menggunakan metode observasi partisipatoris untuk mengumpulkan data tentang praktik dan tradisi pementasan Rawa Mbojo. Selanjutnya menggunakan teknik rekam dan teknik catat. Perekaman menggunakan digital recorder dan handycam. Yang direkam ialah nyanyian (Rawa) Mbojo yang dipentaskan para penyanyi dan pemusik rawa Mbojo. Teknik catat menggunakan kartu data. Teknik catat dilakukan sembari teknik rekam dilakukan karena dikhawatirkan ketika di lapangan teknik rekam tidak dapat dilaksanakan atau karena ada hal yang kurang jelas saat teknik rekam berlangsung. Teknik catat juga dilakukan untuk melihat respon penonton atau situasi pada saat Rawa Mbojo berlangsung. Pencatatan data ini menggunakan transkripsi ortografis. Teknik analisis data ialah menggunakan metode agih atau distribusional dan metode padan. Metode distribusional digunakan untuk menganalisis unsur bahasa secara internal, yakni penanda kohesi wacana lirik Rawa Mbojo. Sedangkan
15 15 metode padan digunakan untuk menganalisis unsur eksternal yang alat penentunya berada di luar bahasa seperti halnya koherensi dan konteks (Sudaryanto, 1993: 13). Teknik penyajian hasil analisis data dilakukan dengan menggunakan metode informal dan formal. Metode informal ialah metode penyajian data dengan menggunakan kata-kata agar mudah dipahami. Sedangkan metode formal menggunakan pola gambar dan tanda-tanda, seperti tanda kurung biasa ( ( ) ), tanda garis miring (/), tanda pelesapan ( ), tanda untuk mengungkapkan tuturan atau ungkapan yang tidak gramatikal ( * ) dan tanda untuk menyatakan terjemahan dari satuan lingual yang disebut sebelumnya ( ). 1.8 Sistematika Penyajian Pada Bab I berisikan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penelitian. Bab II berisikan tentang penjelasan sedikit tentang tiga matra kebudayaan orang Bima, yaitu dana (tanah), dou (orang) dan nggahi (bahasa). Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang Rawa Mbojo yang merupakan hasil dari ketiga matra tersebut. Bab III kemudian membahas unsur unsur pembentuk dan struktur wacana rawa mbojo dan aspek kebahasaan yang menjadi ciri khas pada rawa mbojo. Bab IV membahas tentang kohesi dan koherensi Bab V berisikan kesimpulan
BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara masalah wacana, peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian yang bertemakan analisis wacana. Menurut Deese dalam Sumarlam (2003: 6) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan. Oleh karena itu, kajian bahasa merupakan suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena dalam kehidupan
Lebih terperinciANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013
ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai
Lebih terperinciPENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA
PENANDA KOHESI SUBSTITUSI PADA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,
Lebih terperinciPRATIWI AMALLIYAH A
KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa menjadi bagian penting bagi manusia secara mayoritas dan menjadi milik masyarakat pemakainya. Salah satu aplikasi bahasa sebagai alat komunikasi adalah penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, penggunaan unsur slang dalam bahasa Inggris Amerika hampir terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini dengan mudah bisa
Lebih terperinciMata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.)
Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.) Semester :Genap/ VI Jumlah Peserta : Nama Dosen Penguji : 1. Dr. Suhardi 2. Yayuk Eny. R., M. Hum Hari/Tanggal : Selasa, 31 Mei 2006 Waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dari bahasa karena bahasa adalah alat yang dipakainya untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Satuan dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian
Lebih terperinciANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER
ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di masyarakat. Bahasa adalah alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan. Bahasa sebagai lambang mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat komunikasi. Manusia dapat menggunakan media yang lain untuk berkomunikasi. Namun, tampaknya bahasa
Lebih terperinciPENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI
PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki kedudukan sebagai penunjang aktualisasi pesan, ide, gagasan, nilai, dan tingkah laku manusia, baik dituangkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sarana komunikasi utama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, manusia mengungkapkan gagasan, perasaan, pendapat dan informasi. Bahasa pula
Lebih terperinciPENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI
PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS HTTP://WWW.LIPUTAN6.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,
Lebih terperinciANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL)
ANALISIS WACANA LIRIK LAGU OPICK ALBUM ISTIGFAR (TINJAUAN INTERTEKSTUAL, ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan untuk berkomunikasi antar individu satu dengan individu lain. Peran bahasa penting dalam kehidupan manusia, selain sebagai pengolah suatu gagasan, bahasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Manusia sebagai makhluk sosial selalu membutuhkan bahasa sebagai salah satu alat primer dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap komunitas masyarakat selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, baik secara lisan maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan ekspresi bahasa. Dengan kata lain, seseorang tidak dapat dikatakan menulis jika tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat penting untuk menyampaikan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mentransformasikan berbagai ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan atau tulis. Kedua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalimat yang ada pada suatu bahasa bukanlah satuan sintaksis yang tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan yang tertinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982:17). Bahasa
Lebih terperinciKOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI
KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai kohesi pada wacana mungkin sudah sering dilakukan dalam penelitian bahasa. Akan tetapi, penelitian mengenai kohesi gramatikal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi diperlukan sarana berupa bahasa untuk mengungkapkan ide,
Lebih terperinciANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI
ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Permasalahan penggunaan bahasa dalam masyarakat seakan terus bermunculan. Dalam mengatasi hal tersebut, keterlibatan disiplin ilmu mutlak diperlukan.
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah. Media elektronik audiotif berupa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi menjadi sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat. Hal tersebut tentunya memicu hadirnya berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik.
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI
ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI Oleh: YULIA RATNA SARI NIM. A 310 050 070 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk kepaduan dan keutuhan sebuah wacana adalah pemakian konjungsi dalam sebuah kalimat atau wacana. Penggunaan konjungsi sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi dengan menggunakan perantara. Komunikasi bahasa tulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pemakai bahasa dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai bentuk komunikasi, mereka menggunakan media yang berbeda-beda. Secara garis besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bahasa dipahami sebagai alat komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Manusia dalam hidup bermasyarakat saling menyampaikan pikiran dan perasaannya. Manusia
Lebih terperinciPENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007
PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari komunikasi. Manusia memerlukan bahasa baik secara lisan maupun tertulis sebagai sarana mengungkapkan ide,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide, maupun isi pikiran kepada
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ini terdiri atas tiga, yakni (1) struktur dan keterpaduan Antarunsur dalam Wacana
BAB V PENUTUP Bab V ini memuat dua aspek, yakni (1) simpulan dan (2) saran. Kedua aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. 5.1 Simpulan Sesuai dengan jumlah masalah yang telah dirumuskan, simpulan
Lebih terperinciANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)
ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Salah satu fungsi bahasa bagi manusia adalah sebagai sarana komunikasi. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa (Ramlan, 2008:39). Tanpa kehadiran konjungsi, adakalanya
Lebih terperinciPeluang: Pengembangan Pengajaran Tata Bahasa dalam Wacana
oleh Untung Yuwono (Program Studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia; e-mail: untung.yuwono@ui.edu) Disampaikan dalam Pelatihan Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa
Lebih terperinciKOMPETENSI INTI (KI) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
KOMPETENSI UTAMA PEDAGOGIS KOMPETENSI INTI (KI) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. KISI-KISI SOAL UKG BAHASA INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Bahasa juga dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi pada dasarnya tidak dapat ditafsirkan secara terpisah, karena dalam bahasa mempunyai satuan-satuan seperti morfem, kata,
Lebih terperinciRELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI
RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS WWW.SRITI.COM SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan ide, gagasan dan pesan yang hendak disampaikan oleh penutur kepada mitra tutur. Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun. Menyusun suatu gagasan menjadi rangkaian bahasa tulis yang teratur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), standar kompetensi bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan berbahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan tersebut terlihat pada berbagai kebudayaan serta adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi merupakan hal yang penting untuk menjalin sebuah kerjasama atau untuk menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Teks khotbah Idul Adha yang disampaikan di masjid Agung Surakarta pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teks khotbah Idul Adha yang disampaikan di masjid Agung Surakarta pada tanggal 06 November 2011 merupakan serangkaian kata maupun kalimat yang dirangkai oleh
Lebih terperinciB AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Analisis Wacana Analisis wacana merupakan disiplin ilmu yang mengkaji satuan bahasa di atas tataran kalimat dengan memperhatikan konteks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu maupun kelompok. Ramlan (1985: 48) membagi bahasa menjadi dua
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini manusia dituntut dapat berkomunikasi dengan baik untuk memenuhi kepentingan mereka, baik secara individu maupun kelompok.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki tataran tertinggi yang lebih luas cakupannya dari kalimat yang disebut wacana. Wacana merupakan satuan bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam bermasyarakat hampir tidak akan terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia membutuhkan sarana yang digunakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipilah menjadi dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal yaitu cara berkomunikasi seseorang dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya bentuk komunikasi yang dilakukan manusia dapat dipilah menjadi dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan
Lebih terperinciPENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009
PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I PEndidikan
Lebih terperinciBENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI
BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan manusia. Hal inilah kemudian yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sastra
Lebih terperinciPENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009
PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya dengan budayanya. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain bahasa daerah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang selanjutnya disebut WPP yang terdapat di surat kabar Minggu Pagi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian mengenai wacana Plesetan Pantun yang selanjutnya disebut WPP yang terdapat di surat kabar Minggu Pagi. Penelitian mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Bahasa itu terdiri atas dua bagian yaitu lisan, seperti percakapan, pembacaan berita, berpidato,kegiatan diskusi/seminar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk pembuatan lagu-lagu yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia di dunia ini menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama. Bahasa adalah salah satu sarana untuk menyampaikan maksud
Lebih terperinciBENTUK-BENTUK PENGACUAN (REFERENSI) DALAM LAGU SERINGAI PADA ALBUM SERIGALA MILITIA
BENTUK-BENTUK PENGACUAN (REFERENSI) DALAM LAGU SERINGAI PADA ALBUM SERIGALA MILITIA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Lebih terperinciANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA
ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA Oleh: Anggit Hajar Maha Putra program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa anggitzhajar@yahoo.com Abstrak:
Lebih terperinciANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI
ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Peryaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan. Seperti yang dinyatakan (Sumarlam, 2008:1) Sarana yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia tidak dapat lepas dari bahasa, tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi atau berhubungan dengan yang lainnya. Hal itu di sebabkan manusia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan
Lebih terperinciPENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008
PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, bahasa berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai hal manusia melahirkan ide-ide kreatif dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Tuhan. Dalam berbagai hal manusia melahirkan ide-ide kreatif dengan memanfaatkan akal dan pikiran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagian alat komunikasi, baik komunikasi antara individu yang satu dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagian alat komunikasi, baik komunikasi antara individu yang satu dengan yang lain maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam
Lebih terperinci