BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK PERTIWI PAGUMENGANMAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK PERTIWI PAGUMENGANMAS"

Transkripsi

1 64 BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK PERTIWI PAGUMENGANMAS A. Analisis Upaya Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini di TK Pertiwi Pagumenganmas Kemandirian anak usia dini adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari dengan sendiri atau hanya dengan sedikit bimbingan yang sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitas anak. Dalam pengertian pendidikan telah diungkapkan bahwa tujuan pendidikan yakni untuk menjadikan anak agar menjadi pribadi yang cerdas, terampil yang dapat menjadi bekal dan berperan di masa depannya. 1 Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya diperlukan usaha atau upaya agar dapat mencapai tujuan tersebut. Demikian juga dengan kemandirian, kemandirian dapat terbentuk setelah melalui proses pendidikan dan latihan yang terarah dan berkesinambungan. 2 Hal tersebut sebagaimana yang di lakukan di TK Pertiwi Pagumenganmas untuk melatih peserta didiknya agar memiliki kemandirian yang dapat dijadikan modal bagi anak dalam menjalani kehidupan dan sebagai bekal agar anak 1 Wahyudi Siswanto, Lilik Nur Kholidah, Sri Umi Minarti, Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak Pedoman Penting Bagi Orang Tua dalam Mendidik Anak (Jakarta: Amzah, 2010), hlm Diakses hari Rabu, 30-Apri Pukul

2 65 dapat memiliki kesiapan untuk melanjutkan pendidikan yang selanjutnya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh TK Pertiwi Pagumenganmas dalam melatih kemandirian agar peserta didik dapat terlatih untuk mandiri di antaranya dengan: 1. Meningkatkan rasa percaya diri dalam diri anak. Sebagaimana yang dilakukan oleh TK Pertiwi Pagumenganmas sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu Endah Wahyuningrum bahwa cara meningkatkan kepercayaan diri dengan memberi penghargaan (reward), memuji, sebagaimana kegiatan pembelajaran yang ada, yakni ketika kegiatan belajar mencocokkan gambar yang menunjukkan sikap yang terpuji, langkah pertama yang guru lakukan yakni menerangkan terlebih dahulu tentang apa saja sikap teladan itu, kemudian guru menyuruh kepada para siswa untuk membuka buku yang dimiliki oleh masing-masing anak. Guru memberikan arahan pada siswa untuk membuka halaman buku yang menerangkan tentang sikap terpuji. Setelah itu murid-murid disuruh untuk mengerjakan tugas tersebut sesuai dengan yang ada dalam petunjuk buku. Setelah anak-anak selesai mengerjakan guru memberikan gambar bintang sebagai bentuk penghargaan untuk anak. Tujuan pemberian tersebut agar anak merasa senang, dengan rasa tersebut akan tumbuh rasa percaya diri. 3 3 Observasi di TK Pertiwi Pagumenganmas, Pekalongan, Selasa 20 Mei 2014.

3 66 Rasa percaya diri pada anak perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini. Hal ini sangat penting sebagai dasar anak untuk menerobos suatu peluang dan berani mengambil resiko di masa yang akan datang. 4 Dengan rasa percaya diri, anak mampu menunjukkan apa yang mereka miliki dan apa yang dapat mereka lakukan, selain itu anak lebih mudah mengungkapkan sesuatu yang dirasakan dari pada anak yang cenderung pemalu. 5 Membangun rasa percaya diri dalam diri anak bisa dilakukan dengan cara yakni berilah pujian, penghargaan (reward) atau apresiasi positif atas usaha mereka. Karena pujian juga merupakan cara yang tepat untuk memenuhi kebutuhan anak akan keinginan untuk dihargai, dan anak yang merasa dihargai, maka kepercayaan dirinya akan meningkat. 6 Rasa percaya diri yang dimiliki anak dapat menjadikan anak mudah untuk mengeksplor segala kemampuan yang dimilikinya, sehingga kemampuan yang ada pada dirinya dapat berkembang secara optimal. Selain itu, anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi anak mudah untuk dapat bersosialisasi dengan yang lainnya dari pada anak yang cenderung pemalu. Untuk menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri anak bisa dilakukan dengan memberikan hadiah atau pujian kepada anak atas usaha yang dilakukannya, terlepas dari usaha tersebut 4 Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini, cet-ke V (Jogjakarta: DIVA Press, 2011), hlm Susanti, Febriana Werdiningsih, Sujiyanti, Mencetak Anak Juara (Jogjakarta: Kata hati, 2009), hlm Dian Ibung, Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak (Jakarta: Gramedia, 2002), hlm. 23.

4 67 sudah berhasil atau belum, karena dengan pujian atau hadiah dapat menumbuhkan rasa berharga pada diri anak. 2. Menumbuhkan motivasi intrinsik dari diri anak Sebagaimana wawancara dengan ibu Endah Wahyuningrum, bahwa cara menumbuhkan motivasi intrinsik dari anak di TK Pertiwi Pagumenganmas dilakukan dengan memberikan kebebasan dan kepercayaan pada anak untuk melakukan tugas-tugas perkembangannya, kebebasan tersebut dilakukan metode pembiasaan. Sebagaimana kegiatan pembelajaran yang ada yakni saat kegiatan pembelajaran, anak diberikan kebebasan oleh guru untuk mengerjakan tugas-tugasnya, seperti mengambil bekalnya sendiri, menyuap makanannya sendiri, mengambil mainannya sendiri dan lain sebagainya. Kegiatan itu tidak hanya dilakukan hanya sekali saja, tetapi dengan terus menerus, berulang-ulang atau pembiasaan. 7 Dalam melatih kemandirian sebaiknya guru ataupun orang tua hendaknya memberi kesempatan atau kebebasan dan kepercayaan pada anak untuk melakukan tugas-tugas perkembangannya seperti belajar makan sendiri, belajar memakai baju sendiri, belajar mengerjakan tugas sendiri, belajar mengambil dan merapikan mainannya sendiri dan lain sebagainya, walaupun hasilnya belum sesuai dengan keinginan dan jangan selalu melarang apa yang dikerjakan anak. Sebagai orang tua atau guru hendaknya hanya mengarahkan dan membimbing dengan 7 Observasi di TK Pertiwi Pagumenganmas, Pekalongan, Selasa 20 Mei 2014.

5 68 baik supaya anak bisa melakukannya lebih baik lagi dalam mengembangkan segala kemandirian anak. 8 Tugas perkembangan tersebut hendaknya dilakukan dengan pembiasaan atau rutinitas, sehingga dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan, maka anak dapat melakukan kebiasaan-kebiasaan tersebut dengan sendirinya tanpa harus diperintah dan tanpa adanya paksaan, sehingga anak menjadi lebih mandiri. 9 Kebebasan yang dimiliki anak untuk melakukan tugas perkembangannya seperti makan, minum, mengambil bekal, mengambil peralatan belajar, mengerjakan tugas dan lain-lain dengan sendirinya, dapat dilakukan dengan pembiasaan. Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh anak, bertujuan agar anak dapat terbiasa untuk melakukan tugas perkembangannya sendiri, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah, sehingga anak akan lebih mandiri, karena anak telah terbiasa untuk melakukan tugas-tugas perkembangannya, dan tanpa harus diperintahpun anak telah sadar dalam mengerjakan tugas perkembangannya, dengan keadaan demikian dapat menciptakan anak yang mandiri serta mampu untuk mengontrol tuntutan dan kebutuhannya pada masa yang akan datang. 8 Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Konsep dan Aplikasinya dalam PAUD (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2013), hlm Ibid., hlm. 177.

6 69 3. Melatih anak agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Cara yang dilakukan TK Pertiwi Pagumenganmas untuk menjadikan anak didik dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sebagaimana wawancara dengan ibu barokah dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran Circle Time. Contoh ketika kegiatan pembelajaran yakni saat kegiatan berdoa telah selesai dan kegiatan pembelajaran akan segara dimulai, guru duduk melingkar, kemudian guru bertanya pada anak-anak, yakni siapa yang masih ingat pelajaran kemarin, anak-anakpun berebut ingin menjawab pertanyaan dari guru. Setalah itu guru menunjuk beberapa anak untuk menceritakannya. Ketika setelah selesai bercerita, guru dan anak didik kembali belajar dengan posisi duduk melingkar, saat itu guru dan anak membahas bersama-sama mengenai tema pembelajaran untuk saat itu. Adapun tujuan kegiatan tersebut yakni agar antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya atau guru, memiliki pemahaman yang sama akan tema pembelajaran saat itu. 10 Metode Circle Time adalah kegiatan kelompok yang dilakukan oleh sejumlah orang yang terdiri dari orang dewasa (guru atau atau narasumber) dan anak-anak, kegiatan itu dilakukan dengan duduk bersama dan berdiskusi berdasarkan tema atau topik yang akan dibahas pada saat itu, dan kegiatan tersebut bertujuan untuk membangun pemahaman bersama mengenai topik yang akan dibahas. Kegiatan 10 Observasi di TK Pertiwi Pagumenganmas, Pekalongan, Selasa 20 Mei 2014.

7 70 circle time ini memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan rasa kebersamaan dalam kelompok, sehingga anak dapat mengembangkan ketrampilan sosialnya dimana dalam kegiatan tersebut anak berlatih untuk mengemukakan pendapat atau idenya serta mendengarkan pendapat temannya, dan mereka belajar untuk bersikap sportif bila pendapatnya diterima atau tidak diterima oleh temannya. 11 Semakin sering anak bekerja kelompok atau berdiskusi dengan temannya, maka hal tersebut dapat menjadikan anak mampu bersosialisasi dengan lingkungannya, dengan kemampuan sosialisasi yang di miliki anak, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang pemberani dan tidak pemalu, anak yang pemberani dan tidak pemalu cenderung akan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, dan dengan keberaniannya tersebut anak tidak akan menggantungkan diri pada orang lain terutama orang tua atau guru dan anak akan lebih mandiri dalam melakukan tugas-tugasnya. 4. Melatih agar anak tidak menggantungkan diri pada orang lain TK Pertiwi Pagumenganmas dalam melatih anak agar tidak menggantungkan diri pada orang lain, dilakukan dengan modelling atau mencontohkan hal-hal yang baik (teladan) dan bekerjasama dengan orang tua. 11 Luluk Asmawati, Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini, cet-ke 6 (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), hlm

8 71 a. Modelling atau mencontohkan hal-hal teladan Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Barokah bahwa agar anak tidak menggantungkan diri pada orang lain dapat dilakukan dengan memberikan contoh pada siswa mengenai perbuatan-perbuatan yang teladan. Sebagaimana dalam kegiatan pembelajaran yakni ketika kegiatan pembelajaran makan bersama, dalam kegiatan tersebut anak diajarkan mengenai tata cara makan yang baik, mulai dari mencuci tangan sebelum makan, menggunakan alat makan yang baik, sampai dengan cuci tangan sesudah makan, tujuan kegiatan tersebut agar anak dapat mencontoh tentang perbuatan yang baik atau teladan sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh guru. 12 Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial. 13 Anak adalah sang peniru ulung. Maka semua aktivitas atau perilaku di sekelilingnya baik orang tua, guru, maupun teman selalu dipantau yang nantinya akan dijadikan model. Bahkan, semua perilaku yang dilihat entah itu baik ataupun buruk akan dengan mudah ditiru oleh anak. Dengan demikian, sosok guru paud harus menjadi figur 12 Observasi di TK Pertiwi Pagumenganmas, Pekalongan, Selasa 20 Mei Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, alih bahasa Jamaluddin Miri (Beirut: Darus Salam, 1994), hlm.142.

9 72 teladan yang akan ditiru dan diikuti segenap perilaku oleh anak. 14 Keteladanan menjadi faktor penting dalam menentukan baik buruknya anak. Jika pendidik memiliki sikap teladan seperti jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula sebaliknya, jika pendidik adalah seorang pembohong, penghianat, orang yang kikir, penakut, dan hina maka anak akan tumbuh dalam kebohongan, hianat, durhaka, kikir, penakut, dan hina. 15 Jadi sosok guru yang teladan dan semua perbuatan yang dilakukan guru atau orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak di masa depan. Guru atau orang tua adalah sebagai pantulan nyata bagi anaknya akan menjadi anak tersebut di masa yang akan datang. 16 Metode keteladan merupakan suatu cara mengajarkan ilmu dengan mencontohkan secara langsung kepada anak, sehingga anak bisa menirukan atau menontoh perbuatan sesuai dengan yang dicontohkan oleh guru maupun orang tua. Sebagai orang tua ataupun guru maka hendaknya dapat memberikan contoh sikap, 14 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini (Membangun Karakter di Usia Emas), cet. ke-2 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm Yustina Eka Tjandra, Anakku Peniru Paling Luar Biasa (TKP: Sinar Ilmu, 2012), hlm Bunda Rezky, Ba A Smart Parent, Cara Kreatif Mengasuh Anak Ala Supernanny (Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher, 2010), hlm. 20.

10 73 cara atau perilaku yang baik, yang bisa di tiru atau di contoh oleh anak sesuai dengan apa yang dilihatnya. Dengan kegiatan tersebut anak juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukannya dengan sedikit bantuan atau tanpa bantuan dari orang lain, Dengan keteladanan anak bisa memilah dan memilih mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. b. Bekarja sama dengan orang tua murid. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Endah Wahyuningrum bahwa selain menggunakan pemodelan tentang hal-hal yang baik kepada peserta didik juga dilakukan dengan bekerjasama dengan orang tua murid. Semisal ketika ada orang tua yang selalu menemani anaknya dalam semua kegiatan saat pembelajaran berlangsung, dengan alasan merasa khawatir dengan anaknya jika terjadi apa-apa dengan anaknya, sebagai guru maka guru tersebut menjelaskan kepada orang tua bahwa tindakan yang seperti itu adalah salah, dengan sikap orang tua yang seperti itu, maka anak akan cenderung menjadi manja, karena orang tua selalu mencemaskan apa yang dilakukan anak, takut kalau anaknya tidak bisa mengerjakan tugasnya. 17 Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Apabila anak telah masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru anaknya. Bahkan sebagai orang tua, mereka mempunyai 17 Observasi di TK Pertiwi Pagumenganmas, Pekalongan, Selasa 20 Mei 2014.

11 74 berbagai peran pilihan, diantaranya orang tua sebagai pelajar, orang tua sebagai relawan, orang tua sebagai pembuat keputusan, orang tua sebagai anggota tim kerjasama guru-orang tua. Dalam peran-peran tersebut memungkinkan orang tua membantu meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka. Usaha guru dalam mengajar akan lebih efektif hasilnya apabila orang tua ikut membantu dalam pendidikan tersebut. Beberapa hal telah membuktikan bahwa, ternyata semakin orang tua menyadari pentingnya program sekolah, maka peran keterlibatan orang tua pun semakin besar. 18 Untuk membentuk sikap kemandirian dalam anak didik, diperlukan adanya kerjasama antara guru dan orang tua. Karena orang tua adalah orang yang sangat berperan penting dalam perkembangan anak dan orang tua adalah pendidik pertama bagi anak di lingkungan keluarga. Orang tua yang bersikap telalu memanjakan atau mencemaskan anak, cenderung akan menghasilkan anak yang manja. Namun ketika orang tua bersikap tidak memanjakan dan selalu memberikan kebebasan pada anak dalam kegiatan perkembangannya, asalkan kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang, maka cenderung akan menghasilkan anak yang mandiri. hlm Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Prasekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 1995),

12 75 5. Melatih anak agar mampu menentukan pilihannya atau pendapatnya sendiri dan bertanggung jawab atas pilihannya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Barokah bahwa upaya yang dilakukan TK Pertiwi Pagumenganmas dalam melatih anak agar mampu menentukan pilihannya atau pendapatnya sendiri dan bertanggung jawab atas pilihannya biasanya guru menggunakan metode diskusi. Contoh kegiatan setelah usai istirahat anak bersama guru melakukan doa bersama setelah makan, sesudah guru dan anak didik duduk melingkar sembari guru tersebut bertanya kapada semua peserta didik terkait dengan kegiatan apa saja yang dilakukan saat istirahat, dan kegiatan apa yang ingin dilakukan setelah istirahat, seketika itu ada anak yang menjawab setelah itu mau bermain dengan mainan yang ada di sekolah, saat itu pula guru memberinya kesempatan pada anak dan guru menjelaskan tentang tata aturan yang hendak ditaati oleh peserta didik saat bermain, yakni anak dapat mengambil mainan sendiri sesuai dengan yang di inginkan anak, anak anak harus merapikan mainan dan mengembalikan mainan yang digunakannya ditempat semula diambil. 19 Kegiatan tersebut termasuk kegiatan diskusi, dengan kegiatan tersebut menghasilkan keputusan yang akan dilakukan, dan anak diberikan arahan akan tanggunga jawab akan keputusan yang diambilnya. 19 Observasi di TK Pertiwi Pagumenganmas, Pekalongan, Selasa 20 Mei 2014.

13 76 Metode diskusi ini bisa dilakukan dengan tanya jawab antara pendidik dan peserta didik. Dengan metode ini dapat mengembangkan keberanian dan keterampilan dalam mengemukakan pendapat. 20 Anak yang tumbuh dengan sifat kemandirian biasanya anak tersebut akan mudah untuk mengemukakan atau menentukan pilihannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang menjadi pilihannya. Untuk membentuk anak agar menjadi pribadi yang demikian bisa dibentuk melalui kegiatan diskusi, dengan kegiatan ini anak dapat mengemukakan pendapatnya, semakin sering anak memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapatnya maka akan menjadikan anak bisa bertanggung jawab dan menerima segala konsekuensi yang menyertai atas pendapatnya. Selain itu juga bisa melatih anak bersosialisasi dengan yang lainnya, sehingga anak tidak merasa malu atau canggung dengan yang lainnya. B. Analisis Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat Upaya Guru Dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini di TK Pertiwi Pagumenganmas 1. Faktor Pendukung dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini di TK Pertiwi Pagumenganmas 20 Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN Pekalongan, 2011), hlm

14 77 a. Semangat dan kesadaran guru sangat tinggi Sebagaimana yang diungkapkan oleh ibu Endah Wahyuningrum bahwa salah satu faktor yang mendukung dalam melatih kemandirian anak di TK Pertiwi Pagumenganmas yaitu semangat dan kesadaran guru yang sangat tinggi akan pentingnya kemandirian anak. Guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya saja, tetapi beliau juga seorang yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merenanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi. 21 Dengan tanggung jawab yang besar akan perubahan tingkah laku pada peserta didik, hendaknya seorang guru haruslah memiliki semangat dan kesadaran akan pentingnya kemandirian untuk anak. Karena semangat juang merupakan fondasi setiap aktivitas, terutama bagi pendidik, karena tanpa dukungan semangat juang, profesi guru akan mundur. 22 Guru adalah orang yang sangat berperan penting dalam kegiatan pembelajaran, terutama untuk mencapai tujuan pendidikan. Semakin tinggi semangat dan kesadaran guru maka dapat memperlancar dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Baik buruknya lembaga sekolah tidak lepas dari 21 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm Moh. Rosyid, Guru (Kudus: STAIN Kudus Press, 2007), hlm. 106.

15 78 peran serta seorang guru, jika guru bersemangat dalam mengembangkan lembaga, maka lembaga tersebut akan berkembang. Namun jika guru kurang mempunyai semangat dalam mengembangkan lembaga, cenderung lembaga tersebut juga kurang berkembang. b. Sarana prasarana yang sudah cukup memadai dan suasana lingkungan yang kondusif Sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Barokah bahwa faktor pendukung dalam melatih kemandirian anak di TK Pertiwi Pagumenganmas yakni tersedianya sarana prasarana yang sudah cukup memadai, dengan sarana dan prasarana yang memadai dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Bentuk sarana prasarana yang memadai salah satunya yakni tersedianya alat permainan edukatif bagi anak, sehingga antara anak yang satu dengan anak yang lainnya tidak berebut mainan dengan demikian akan tercipta lingkungan yang kondusif dalam pembelajaran, selain itu, tersedianya alat-alat lain yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Sarana prasarana adalah hal yang sangat menunjang dalam mencapai tujuan yang hendak dicapai. Dengan fasilitas atau sarana yang lengkap dan memadai maka dapat menciptakan kenyamanan, dengan kenyamanan tersebut akan lercipta lingkungan yang

16 79 kondusif. Lingkungan yang aman dapat mengembangkan semangat belajar dalam diri peserta didik. 23 Sarana prasarana merupakan hal yang sangat penting dalam suatu lembaga. Di tinjau dari segi sarana dan prasarana yang ada di TK Pertiwi Pagumenganmas sudah cukup memadai, dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang ada dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dan anak akan merasa aman, sehingga dapat mempermudah guru dalam melatih kemandirian sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu lembaga. 2. Faktor Penghambat dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini di TK Pertiwi Pagumenganmas a. Orang tua yang overprotektif dan kesadaran orang tua yang rendah akan kemandirian anak. Sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Endah Wahyuningrum Kesadaran orang tua akan kemandirian anak dan sikap orang tua yang terlalu overprotektif terhadap anak adalah salah satu penghambat bagi guru dalam melatih kemandirian anak. Sikap overprotektif di sini yakni sikap orang tua yang terlalu memanjakan anak dan selalu mengkhawatirkan akan apa saja yang dilakukan anak. Seperti ketika anak mengerjakan tugas dari guru, degan kekhawatiran orang tua yang berlebihan akan 23 E. Mulyasa, Manajemen PAUD, op. cit., hlm. 88.

17 80 keadaan anak apakah anaknya dapat mengerjakan tugasnya, maka orang tua yang mengambil alih pekerjaannya tersebut, dengan alasan karena anaknya belum mampu, padahal sebagai orang tua hendaknya mendukung atas usaha anak, sejelek apapun hasil pekerjaan anak, maka orang tua harus tetap menghargainya, bukan mengambil alih tugasnya. Orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan kemandirian. Bila seorang anak sejak kecil dilatih untuk mandiri, ketika harus keluar dari asuhan orang tua untuk hidup mandiri, maka ia tidak akan merasa takut. Namun, jika seorang anak dilatih untuk tidak mandiri atau terlalu memanjakan anak, maka akan tuumbuh menjadi anak yang manja dan penakut. Sikap orang tua yang bertoleransi berlebihan, ataupun pemeliharaan yang berlebihan yakni orang tua yang terlalu keras kepada anak dapat menghambat pencapaian kemandiriannya. Bila rasa kasih sayang dan rasa khawatir orang tua yang tidak berani melepaskan anaknya berdiri sendiri, akan manjadikan anak tersebut harus selalu dibantu, sehingga anak harus selalu terikat pada orang tua, dan anak kurang berani menghadapi masyarakat luas. 24 Sikap overprotektif pada orang tua hendaknya dihilangkan, sebab dengan overprotektif hanya akan merusak rasa percaya dirinya. Larangan yang 24 Novan Ardi Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini (panduan orang tua dan guru dalam membentuk kemandirian dan kedisiplinan anak usia dini (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 40.

18 81 dikeluarkan hanya akan mematikan kreativitas anak yang selanjutnya memperkuat rasa ketergantungan pada orang tua. 25 Orang tua merupakan orang yang sangat berperan penting dalam pertumbuhan atau perkembangan anak. Sebagai orang tua hendaknya mengarahkan, membimbing anak, dan tidak bersikap overprotektif pada anak, seperti mengambil alih semua pekerjaan anak ketika anak menangis saat tidak bisa mengerjakan tugasnya. Dengan sikap overprotektif orang tua, cenderung anak kurang percaya diri, cengeng, manja, dan penakut, hal tersebut disebabkan karena rasa sayang yang berlabihan pada diri orang tua, orang tua yang terlalu memanjakan dan mencemaskan akan apa saja perbuatan yang dilakukan anak, sehingga orang tua mengambil alih semua pekerjaan anak, hal tersebut dapat menjadi faktor penghambat dalam upaya untuk membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri. Karena dalam melakukan berbagai aktivitas apapun anak tidak mau lepas dari genggaman orang tua. b. Tingkat pendidikan yang diperoleh anak Sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Barokah bahwa tingkat pendidikan yang diperoleh anak merupakan faktor penghambat anak dalam mencapai kemandirian. Tingkat pendidikan disini adalah jenjang pendidikan anak usia dini bisa berbentuk KB, PAUD, TK atau lembaga pendidikan yang lainnya 25 Op.cit., Be A Smart Parent, hlm. 83.

19 82 yanag ditujukan untuk anak usia dini. Adapun maksud kata tingkat pendidikan yang diperoleh anak bahwa ketika anak masuk sekolah di kelompok B ( TK Besar) anak tersebut belum pernah mengenyam pendidikan di tingkat usia 0-4 tahun, sehingga ketika anak langsung masuk ke kelas B, berbeda dengan anak yang pernah mengenyam pendidikan di tingkat dasar yakni untuk anak usia 0-4 Tahun. Sehingga dengaan demikian menyebabkan kemandirian yang berbeda anatara anak yang satu dengan yang lainnya. Hasil kajian menunjukkan, bahwa daya imajinasi, kreativitas, inovatif, wawasan, intelektual, kepribadian, tanggungjawab, partisipatif, semangat mandiri dan proaktif lulusan PAUD, berbeda dengan yang tidak melalui PAUD. Pendidikan anak memang harus dimulai sejak dini, agar anak bisa mengembangkan potensinya secara optimal. Anak-anak yang mengikuti PAUD menjadi lebih mandiri, disiplin, dan mudah diarahkan unrtuk menyerap ilmu pengetahuan secara optimal. 26 Dengan melihat kondisi yang ada di TK Pertiwi Pagumenganmas yakni ketika anak masuk ke TK B ternyata terdapat sejumlah anak yang belum pernah mengenyam pendidikan baik di tingkat A maupun di lembaga pendidikan lain untuk anak usia dini, dengan kondisi demikian sangatlah berpengaruh terhadap 26 Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm

20 83 kemandirian yang dimiliki anak, anak yang sudah pernah mengenyam pendidikan baik di tingkat A maupun di lembaga lain untuk anak usia dini cenderung akan menghasilkan anak yang mandiri karena anak telah terbiasa di lingkungan pendidikan baik dari segi sosialisasi dengan temannya maupun kemandirian anak dalam segi penyelesaian tugas pembelajaran, dengan keadaan yang demikian dapat dipahami bahwa tingkat pendidikan antara tingkat yang satu dengan yang lainnya sangat berkesinambungan dan berpengaruh terhadap perkembangan anak di masa selanjutnya. Pembelajaran yang telah diperoleh anak sejak masa kanak-kanak dapat dijadikan bekal atau dasar dalam menjalani pendidikan di tingkat dasar, sehingga anak akan lebih siap memasuki tingkat pendidikan yang lebih lanjut. Dengan bekal dan kesiapan tersebut anak akan lebih mampu untuk menjalani tugas perkembangannya sehingga anak menjadi lebih mandiri.

BAB III HASIL PENELITIAN UPAYA GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK PERTIWI PAGUMENGANMAS. A. Gambaran Umum TK Pertiwi Pagumenganmas

BAB III HASIL PENELITIAN UPAYA GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK PERTIWI PAGUMENGANMAS. A. Gambaran Umum TK Pertiwi Pagumenganmas 44 BAB III HASIL PENELITIAN UPAYA GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK PERTIWI PAGUMENGANMAS A. Gambaran Umum TK Pertiwi Pagumenganmas 1. Sejarah TK Pertiwi Pagumenganmas TK Pertiwi Pagumenganmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks kenegaraan, penyelenggaraan pendidikan diatur dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 2004. Dalam Undang-Undang tersebut, pendidikan diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu negara, karena pendidikan dapat memberdayakan sumber daya manusia yang berkualitas dan diharapkan

Lebih terperinci

BAB II GURU, KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI

BAB II GURU, KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI BAB II GURU, KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI A. Guru 1. Pengertian Guru Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SD NEGERI TEGALSARI 01 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SD NEGERI TEGALSARI 01 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SD NEGERI TEGALSARI 01 KANDEMAN BATANG Setelah memperoleh data berdasarkan hasil penelitian, selanjutnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk merangsang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk merangsang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk merangsang berbagai potensi yang dimiliki anak agar dapat berkembang dengan optimal. Sebagaimana

Lebih terperinci

Menumbuhkan Kemandirian Anak

Menumbuhkan Kemandirian Anak Menumbuhkan Kemandirian Anak Oleh: Nur Hayati, M.Pd Dosen PGPAUD UNY Sikap mandiri, sopan santun, baik kepada orang sebaya maupun kepada orang tua, sabar, mengendalikan emosi, menunjukkan kepedulian terhadan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang guru TK yang profesional diharapkan memahami dan menguasai kompetensi yang menjadi tuntutan profesi yang dijalaninya, sehingga dengan kompetensi yang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN MELALUI KETELADANAN: SOLUSI MENGURANGI TAWURAN PELAJAR TAMRIN

PENDIDIKAN MELALUI KETELADANAN: SOLUSI MENGURANGI TAWURAN PELAJAR TAMRIN PENDIDIKAN MELALUI KETELADANAN: SOLUSI MENGURANGI TAWURAN PELAJAR TAMRIN (Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Propinsi Sulawesi Selatan) Tawuran antara pelajar sering terjadi, terutama di kota-kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hamzah B Uno dan Nurdin Mohammad, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm. 138.

BAB I PENDAHULUAN. Hamzah B Uno dan Nurdin Mohammad, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm. 138. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran akan kebutuhan pendidikan kini cenderung meningkat. Pendidikan secara universal dapat dipahami sebagai upaya pengembangan potensi kemanusiaan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas, baik dari segi spiritual, intelegensi, dan skill. Menteri

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERTANGGUNG JAWAB MELALUI METODE PROYEK PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PERTIWI SOMOPURO JOGONALAN KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERTANGGUNG JAWAB MELALUI METODE PROYEK PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PERTIWI SOMOPURO JOGONALAN KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013 PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERTANGGUNG JAWAB MELALUI METODE PROYEK PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PERTIWI SOMOPURO JOGONALAN KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK DI SDI HIDAYATULLAH SEMARANG Sebagaimana yang telah tercantum dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN METODE PEMBIASAAN DALAM MENGHAFAL DOA HARIAN DI KB AL BAROKAH KURIPAN PEKALONGAN SELATAN

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN METODE PEMBIASAAN DALAM MENGHAFAL DOA HARIAN DI KB AL BAROKAH KURIPAN PEKALONGAN SELATAN BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN METODE PEMBIASAAN DALAM MENGHAFAL DOA HARIAN DI KB AL BAROKAH KURIPAN PEKALONGAN SELATAN A. Analisis Penggunaan Metode Pembiasaan dalam Menghafal Doa Harian di KB Al Barokah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia hidup tidak lepas dari berbagai kebutuhan. Kebutuhan tersebut menyangkut kebutuhan lahir maupun kebutuhan batin. Kebutuhan tersebut memerlukan pemenuhan agar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA-SISWI MIS NGALIAN TIRTO PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA-SISWI MIS NGALIAN TIRTO PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN SEBAGAI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA-SISWI MIS NGALIAN TIRTO PEKALONGAN A. Analisis Pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan Siswa-siswi MIS Ngalian Tirto Pekalongan di Madrasah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, pemerintah, melalui binbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah sepanjang hayat untuk

Lebih terperinci

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Orang tua merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi setiap anak, karena waktu yang dihabiskan anak paling banyak di rumah.upaya yang dilakukan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN DISIPLIN ANAK DENGAN METODE DEMONSTRASI DI KELOMPOK B TK SION TATURA PALU

MENINGKATKAN DISIPLIN ANAK DENGAN METODE DEMONSTRASI DI KELOMPOK B TK SION TATURA PALU MENINGKATKAN DISIPLIN ANAK DENGAN METODE DEMONSTRASI DI KELOMPOK B TK SION TATURA PALU Fin Ostiana Peluru 1 ABSTRAK Latar belakang dalam penelitian ini adalah rendahnya disiplin anak di kelompok B TK Sion

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar Pembangunan PAUD 2011 2025 menyatakan : bahwa PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. membutuhkan rangsangan dari lingkungannya. Masa dimana anak mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. membutuhkan rangsangan dari lingkungannya. Masa dimana anak mulai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berumur 0-6 tahun yang sangat membutuhkan rangsangan dari lingkungannya. Masa dimana anak mulai mengenal dirinya dan semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan momen yang amat penting bagi tumbuh kembang anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu masa dimana semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI METODE SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pada Siswa Kelas X SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP PERILAKU MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK KARYA THAYYIBAH II DESA WOMBO KABUPATEN DONGGALA DIAN MITRAWATI 1 ABSTRAK

PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP PERILAKU MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK KARYA THAYYIBAH II DESA WOMBO KABUPATEN DONGGALA DIAN MITRAWATI 1 ABSTRAK PENGARUH METODE BERCERITA TERHADAP PERILAKU MORAL ANAK DI KELOMPOK B TK KARYA THAYYIBAH II DESA WOMBO KABUPATEN DONGGALA DIAN MITRAWATI 1 ABSTRAK Masalah dalam kajian ini adalah apakah ada pengaruh metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2

BAB I PENDAHULUAN. Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Ar-ruz Media, Yogyakarta, 2013, hlm.18. 2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, manusia dikatakan sebagai makhluk pendidikan dikarenakan dia memiliki berbagai potensi, seperti akal, hati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama

Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama Rumlah (09220274) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang

Lebih terperinci

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung pada lingkungan tertentu. 1 Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UN PGRI Kediri

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Program Studi PG PAUD FKIP UN PGRI Kediri MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA MELALUI PERMAINAN MENCARI JEJAK SI BULAT (MAZE 3D) PADA ANAK KELOMPOK B TK BUDI MULYA KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua pasti menghendaki agar buah hatinya tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, kreatif, mandiri,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua pasti menghendaki agar buah hatinya tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, kreatif, mandiri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua pasti menghendaki agar buah hatinya tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, kreatif, mandiri, beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, kelak agar anaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya transformasi struktur ekonomi nasional dari struktur ekonomi agraris ke arah struktur ekonomi

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: Lestari A

Diajukan Oleh: Lestari A UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK DENGAN METODE BACA CEPAT ALA GLENN DOMAN DI KELOMPOK BERMAIN ISLAM PELANGI GONILAN, KARTASURA, SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2014-2015 Artikel Publikasi Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu pendidikan anak usia dini yang berada pada pendidikan formal (UU RI 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM Keinginan seorang guru untuk mendidik anak didiknya menjadi orang yang pintar, berbudi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini merupakan generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing. Untuk mengoptimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN MEMANCING ANGKA DI TAMAN KANAK- KANAK SANGRINA BUNDA PASAR TIKU

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN MEMANCING ANGKA DI TAMAN KANAK- KANAK SANGRINA BUNDA PASAR TIKU 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN MEMANCING ANGKA DI TAMAN KANAK- KANAK SANGRINA BUNDA PASAR TIKU Rosi Meri Irawati Abstrak Kemampuan berhitung anak di Taman kanak-kanak Sangrina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia,Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, Hal. 6 2 Ibid, Hal.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia,Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, Hal. 6 2 Ibid, Hal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MORAL ANAK MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR TK LEMBAH SARI AGAM ZAINAB ABSTRAK

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MORAL ANAK MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR TK LEMBAH SARI AGAM ZAINAB ABSTRAK 1 PENINGKATAN PERKEMBANGAN MORAL ANAK MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR TK LEMBAH SARI AGAM ZAINAB ABSTRAK Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan perkembangan moral anak melalui cerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu. Oleh karena itu pendidikan harus mendapat perhatian yang sangat signifikan supaya pendidikan yang telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial. Ini berarti manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup secara berkelompok dan membentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2014, Cet Pertama, hlm Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan (Asas & Filsafat Pendidikan), Arruz Media,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2014, Cet Pertama, hlm Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan (Asas & Filsafat Pendidikan), Arruz Media, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai banyak definisi, ahli yang satu dengan ahli yang lain terkadang memberi definisi yang bebeda tentang pendidikan. Perbedaan definisi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari ruang lingkup yagn kecil yaitu keluarga, sampai yang terluas yaitu dunia. Idealnya,

BAB I PENDAHULUAN. dari ruang lingkup yagn kecil yaitu keluarga, sampai yang terluas yaitu dunia. Idealnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul Manusia diharapkan dapat hidup bermasyarakat secara positif dalam hal berfikir, bersikap dan berprilaku kepada siapapun tanpa terkecuali melihat perbedaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mana merupakan wujud cinta kasih sayang kedua orang tua. Orang tua harus membantu merangsang anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia 6 tahun. Secara alamiah perkembangan

Lebih terperinci

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed

PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI. DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed PERANAN ORANGTUA DALAM MENANAMKAN DISIPLIN ANAK USIA DINI DAMAIWATY RAY Dosen PG PAUD FIP Unimed Email : damaiwaty@gmail.com ABSTRAK Salah satu aspek yang penting yang harus di bentuk dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu

BAB I PENGANTAR. mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Sekolah adalah lembaga atau organisasi yang dirancang pemerintah sebagai upaya pelaksanaan pembelajaran peserta didik dalam pengawasan guru yang professional. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses mengembangkan pembelajaran potensi dirinya, agar untuk peserta memiliki didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju dan mundurnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini ialah anak yang baru dilahirkan sampai dengan usia 6 tahun. Usia dini merupakan usia yang sangat fundamental dalam menentukan pembentukan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lapangan pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas. Ruang lingkupnya mencakup seluruh pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Setiap orang pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hidup manusia berkembang dari mulai masa konsepsi, bayi, balita, anak-anak, remaja hingga menjadi dewasa. Masa anak-anak merupakan saat yang terbaik untuk

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MEMBENTUK ARIF BUDAYA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

PERAN GURU DALAM MEMBENTUK ARIF BUDAYA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PERAN GURU DALAM MEMBENTUK ARIF BUDAYA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE Tarsisia Devi tarsisiadevi1@gmail.com PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ABSTRAK Artikel ini ditulis dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003 pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan kita. Pendidikan merupakan salah satu fasilitas kita sebagai manusia dan pendidik untuk merangsang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi

BAB II LANDASAN TEORI. terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan ke-an menjadi BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berbahasa Pada Anak Usia Dini 1. Pengertian kemampuan berbahasa Kemampuan berasal dari kata mampu yang bermakna cakap atau terampil dan cekatan. Kata mampu mendapat imbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggara pendidikan secara formal sudah berlangsung lama, namun sistem penyelenggaraan dan hasil belum sesuai yang kita harapkan. Salah satu fakta kongkrit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data tentang Implementasi Model Pembelajaran Demokratis Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Kelas V SDN 03 Jambean Kidul Margorejo

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 2.1 Latar Belakang Lembaga Pendidikan Al-Hikmah Kelompok bermain adalah salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang menyediakan program dini bagi anak usia tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Manajemen PAUD, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Manajemen PAUD, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu memainkan peranan penting dalam mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu dan berkelanjutan. Dikatakan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2014, Hlm Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan, AR-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2014, Hlm Silfia Hanani, Sosiologi Pendidikan Keindonesiaan, AR-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang diselenggarakan disetiap satuan pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, bahkan yang dilakukan dilembagalembaga non formal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka Setiya, 2011, hlm. 71. Ibid, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung, Pustaka Setiya, 2011, hlm. 71. Ibid, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran secara umum adalah kegiatan yang dilakukan guru sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran adalah upaya guru menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini memiliki peran yang sangat penting bagi anak karena pendidikan pada masa tersebut merupakan landasan atau fondasi bagi anak untuk mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa dalam. Proses Pembelajaran Menurut Kurikulum 2013 di SD Negeri 01

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa dalam. Proses Pembelajaran Menurut Kurikulum 2013 di SD Negeri 01 BAB IV ANALISIS A. Analisis Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa dalam Proses Pembelajaran Menurut Kurikulum 2013 di SD Negeri 01 Gumawang Wiradesa Kab. Pekalongan Berdasarkan pemaparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi secara tidak langsung memberikan dampak pada perubahan sistem pendidikan, seperti halnya terjadinya perubahan kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki beberapa makna teoritis dan makna praktis, yaitu Pendidikan berarti mengajarkan segala hal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTRAPESONAL ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KOTA SELATAN

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTRAPESONAL ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KOTA SELATAN PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTRAPESONAL ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KOTA SELATAN Nurjana B. Giasi Haris Mahmud, Rapi Us. Djuko Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 menyebutkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 menyebutkan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pendidikan nasional Indonesia sesuai pasal 3 Undang-undang No. 20 tahun 2003 menyebutkan sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan bagi setiap orang tua adalah memiliki anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan bagi setiap orang tua adalah memiliki anak-anak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kebanggaan bagi setiap orang tua adalah memiliki anak-anak yang mandiri. Kemandirian yang diharapkan oleh orang tua untuk anaknya yaitu kemandirian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat

Lebih terperinci

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU KOMPETENSI PROFESIONAL GURU Makalah ini disusun sebagai tugas Mata Kuliah : Pengembangan Profesi Dosen Pengampu : Dr. Tasman Hamami, M.A DISUSUN OLEH: Heri Susanto (10411044) Mir atun Nur Arifah (10411057)

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S1 Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara afektif dan efesien. Senada dengan

BAB II KAJIAN TEORI. dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara afektif dan efesien. Senada dengan A. Kerangka Teoretis BAB II KAJIAN TEORI 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang cerdas dan berkarakter. Demikian pula dengan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang cerdas dan berkarakter. Demikian pula dengan pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan alat untuk membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terusmenerus dibangun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MAHÃRAH QIRÃ AH

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MAHÃRAH QIRÃ AH BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MAHÃRAH QIRÃ AH Pada penelitian ini penulis menggunakan model Miles and Huberman sebagai teknik analisis data. Miles dan Huberman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan karakter penting bagi bangsa Indonesia, karena untuk melahirkan generasi bangsa yang tangguh. Bung Karno menegaskan bahwa bangsa ini harus dibangun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahan perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipengaruhi oleh lingkungan dan instrumen pengajaran, komponen yang. pendidik dengan peserta didik yang didukung oleh proses.

BAB I PENDAHULUAN. yang dipengaruhi oleh lingkungan dan instrumen pengajaran, komponen yang. pendidik dengan peserta didik yang didukung oleh proses. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar yang penting bagi kemajuan sebuah bangsa, karena dengan adanya pendidikan sebuah bangsa akan mencapai kemajuan, baik dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu negara ialah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu negara ialah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor yang menentukan perkembangan suatu negara ialah faktor pendidikan di dalam negara itu sendiri. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN

BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN BAB II BIMBINGAN KONSELING DAN KEDISIPLINAN A. Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Bimbingan Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata Guidance

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ETIKA HUBUNGAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMP NEGERI 1 TIRTO PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS ETIKA HUBUNGAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMP NEGERI 1 TIRTO PEKALONGAN BAB IV ANALISIS ETIKA HUBUNGAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMP NEGERI 1 TIRTO PEKALONGAN A. Analisis Etika Guru dalam Proses Belajar Mengajar Di SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesungguhnya usia anak merupakan usia yang paling subur dan panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang pendidik untuk menanamkan pondasi-pondasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dalam proses belajarnya. Mulai tahun 2009 jumlah dalam 1 kelas 25

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dalam proses belajarnya. Mulai tahun 2009 jumlah dalam 1 kelas 25 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan evaluasi terhadap pengamatan dan pengalaman proses pembelajaran yang kami lakukan selama kurang lebih 4 tahun, mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2012

Lebih terperinci