GENETIC ALGORITHM UNTUK MENGOPTIMASI RETURN OF INVESTMENT PADA GREEN BUILDING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GENETIC ALGORITHM UNTUK MENGOPTIMASI RETURN OF INVESTMENT PADA GREEN BUILDING"

Transkripsi

1 See discussions, stats, and author profiles for this publication at: GENETIC ALGORITHM UNTUK MENGOPTIMASI RETURN OF INVESTMENT PADA GREEN BUILDING CONFERENCE PAPER JULY 2014 READS 96 1 AUTHOR: Totok R. Biyanto Institut Teknologi Sepuluh Nopember 26 PUBLICATIONS 12 CITATIONS SEE PROFILE Available from: Totok R. Biyanto Retrieved on: 05 November 2015

2 GENETIC ALGORITHM UNTUK MENGOPTIMASI RETURN OF INVESTMENT PADA GREEN BUILDING Totok R. Biyanto Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jurusan Teknik Fisika Abstrak Perkembangan green building dari tahun ke tahun semakin berkembang pesat baik dari segi desain maupun kualitas bangunan tersebut. Hanya saja, perkembangan green building terkendala atas biaya investasi yang mahal. Hal ini dikarenakan dalam mengembangkan green building diperlukan biaya investasi terhadap kategori-kategori pada green building. Kategori-kategori yang mampu memberikan perubahan biaya investasi ataupun cost saving yaitu kategori konservasi energi atau energy efficiency and conservation (EEC) dan konservasi air atau water conservation (WAC). Dari kedua kategori tersebut, kategori konservasi energi memiliki pengaruh terpenting dalam penilaian green building. Besarnya pengaruh tersebut terletak pada penggunaan energi pada gedung tersebut. Penggunaan energi pada gedung banyak disebabkan oleh penggunaan sistem pendingin untuk mendinginkan beban panas dalam gedung. Komponen beban panas yang berperan besar dalam membebani penggunaan sistem pendingin adalah beban eksternal. Beban eksternal dipengaruhi oleh jenis selubung baik dinding, kaca maupun atap. Dengan jenis dinding yang sama, penggunaan jenis kaca dan atap yang memiliki spesifikasi baik mampu mengurangi beban panas yang dihasilkan. Hanya saja jenis kaca dan atap memiliki sifat mixed integer non-linier programming terhadap harga investasi dan perhitungan beban panas tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian ini perlu dilakukan optimasi terhadap jenis kaca dan atap menggunakan metode genetic algorithm sehingga didapatkan penggunaan energi yang optimal dengan mempertimbangkan biaya investasi yang minimal. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil optimasi EEC, nilai poin EEC optimal sebesar 16 dengan jenis kaca single glass Planibel G dengan tebal kaca 3.2 mm dan menggunakan insulasi glasswool dengan nilai return of investment maksimal sebesar %. Pada nilai EEC optimal tersebut, terlihat bahwa nilai IKE dan emisi CO 2 pada baseline gedung jauh lebih besar daripada nilai IKE pada hasil optimasi desain terpilih dengan penurunan IKE dan emisi CO 2 berturut-turut sebesar 54 kwh/m 2 tahun dan ton/tahun. Biaya investasi pada kategori EEC yang dibutuhkan oleh hasil optimasi desain terpilih lebih rendah daripada biaya investasi kategori EEC pada baseline gedung sebesar Rp ,-. Kata kunci : Green building, Optimasi, Genetic algorithm, Energy efficiency and conservation 1. PENDAHULUAN Pembangunan dalam bidang konstruksi bangunan atau properti dari tahun ke tahun semakin berkembang baik dari segi desain maupun kualitas bangunan tersebut. Saat ini perkembangan konstruksi bangunan banyak mengarah ke bangunan hijau atau green building. Di Amerika Serikat, para investor mulai melirik peluang green building sebagai investasi jangka panjang dikarenakan biaya operasional green building yang lebih hemat daripada bangunan konvensional (Bradshaw, 2006). Di Indonesia, perkembangan green building dipantau oleh suatu lembaga konsil bangunan hijau Indonesia yang bernama Green Building Council Indonesia (GBCI). GBCI memiliki standar penilaian yaitu GREENSHIP rating (GBCI, 1

3 2013). Kategori utama yang memiliki poin tertinggi dalam GREENSHIP rating adalah efisiensi dan konservasi energi atau Energy Efficiency and Conservation (EEC). Karena dengan melakukan efisiensi energi pada gedung, maka diharapkan mampu mengurangi polusi yang dihasilkan oleh suatu gedung dimana polusi yang dihasilkan oleh gedung merupakan perhatian serius dalam membangun green building (Zigenfus, 2008). Salah satu jenis gedung yang diaudit oleh GBCI yaitu gedung perkantoran. Menurut Bhatt (2005) gedung perkantoran saat ini banyak menggunakan energi dibandingkan dengan jenis gedung yang lain. Besarnya penggunaan energi pada gedung perkantoran banyak disebabkan oleh besarnya beban panas yang didinginkan oleh sistem pendingin gedung tersebut. Menurut Gulati (2012) komponen beban panas yang berperan besar dalam penurunan daya sistem pendingin yaitu beban panas eksternal. Beban panas eksternal dipengaruhi oleh besarnya Overall Thermal Transfer Value (OTTV) dan jenis atap. Besarnya OTTV dipengaruhi oleh jenis kaca dan dinding. Dengan jenis dinding yang sama, besarnya nilai OTTV pada gedung tersebut dipengaruhi oleh jenis kaca yang digunakan. Spesifikasi jenis kaca yang mempengaruhi besarnya beban panas yaitu Shading Coefficient (SC) dan Light Transmittance (LT) pada kaca. Nilai SC berpengaruh terhadap perolehan radiasi panas sinar matahari pada perhitungan OTTV. Semakin kecil nilai SC, maka nilai OTTV menjadi lebih kecil. Hal ini membuat konsumsi energi sistem pendingin pada gedung akan berkurang (Yik, 2005). Spesifikasi jenis kaca yang lain yaitu Light Transmittance (LT), berperan dalam pencahayaan alami (daylight) dalam gedung. Semakin besar nilai LT, maka daylight dalam gedung yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini menyebabkan penggunaan pencahayaan buatan akan semakin kecil (Sandanasamy, 2013). Selain itu juga, besarnya nilai LT pada spesifikasi kaca berbanding lurus terhadap besarnya nilai SC. Semakin besar nilai LT, maka nilai SC akan semakin besar. Ini mengakibatkan beban panas eksternal akan semakin besar walaupun beban pencahayaan semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa beban panas eksternal dan beban panas pencahayaan yang disebabkan oleh nilai SC dan LT pada kaca bersifat non-linier. Selain itu, pada spesifikasi kaca tersebut, biaya investasi kaca yang dibutuhkan sangat beragam. Sehingga, besarnya biaya investasi kaca terhadap spesifikasi kaca bersifat non-linier. Selain besarnya nilai OTTV, besarnya beban eksternal juga dipengaruhi oleh jenis atap yang digunakan. Dalam menurunkan beban eksternal pada gedung, bisa juga dilakukan penambahan insulasi pada atap gedung. Menurut Bojic (2014) penambahan insulasi pada atap dapat menurunkan beban panas eksternal sehingga penggunaan energi yang disebabkan oleh beban panas eksternal akan semakin berkurang. Hanya saja, dengan melakukan penambahan insulasi pada atap, maka perlu dibutuhkan biaya investasi yang cukup banyak disamping biaya investasi kaca. Hal ini mempengaruhi besarnya nilai return of investment (ROI) dimana ROI menunjukkan besarnya biaya penghematan atau cost saving yang dihasilkan terhadap biaya investasi yang dibutuhkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu optimasi terhadap penggunaan dua variabel tersebut yakni jenis kaca dan penggunaan insulasi untuk mencapai nilai poin EEC yang optimal. Karena variabel yang dioptimasi yaitu jenis kaca bersifat non-linier dan penggunaan insulasi pada atap bersifat integer, maka variabel optimasi tersebut termasuk dalam permasalahan mixed integer non-linier programming (MINLP). Salah satu metode yang digunakan untuk mengatasi permasalahan MINLP yaitu metode Genetic Algorithm (GA) sehingga didapatkan solusi global optimum (Venkataraman, 2002). Dengan menggunakan metode GA, diharapkan akan didapatkan nilai EEC yang optimal dengan mencari nilai return of investment (ROI) yang maksimal. 2

4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Green Building Gedung merupakan suatu bangunan tembok yang berukuran besar yang digunakan sebagai tempat kegiatan manusia. Selama daur hidupnya, gedung membutuhkan energi, air, dan material serta menghasilkan limbah baik padat, cair maupun gas. Tentu saja, hal ini dapat memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Bangunan hijau atau green building adalah gedung yang dapat meminimalkan dampak negatif tersebut. Menurut GBCI bangunan hijau juga mengarah pada struktur dan pemakaian proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan penggunaan sumber daya yang hemat sepanjang siklus hidup bangunan tersebut. Bangunan ramah lingkungan ini punya kontribusi menahan laju pemanasan global dimana mampu menghemat penggunaan energi dalam bangunan dan memiliki efek terhadap biaya operasional yang kecil dibandingkan dengan bangunan konvensional lainnya. Menurut Ng Ban (2011) hal ini dipengaruhi oleh desain bangunan, ventilasi udara, dan penggunaan energi terbarukan. 2.2 GREENSHIP Rating Greenship rating merupakan sistem penilaian standar GBCI yang digunakan sebagai alat bantu bagi para pelaku industri bangunan maupun pelaku lainnya dalam menerapkan sertifikasi suatu gedung menjadi green building. Sistem penilaiannya dikelompokkan berdasarkan enam kategori, yaitu Appropriate Site Development (17 poin), Energy Efficiency and Conservation (26 poin), Water Conservation (21 poin), Material Resources and Cycle (14 poin), Indoor Health and Comfort (10 poin), dan Building and Environment Management (13 poin). Dari 6 kategori tersebut, Energy Efficiency and Conservation (EEC) memiliki poin tertinggi di Greenship rating. Di dalam kategori EEC, terdapat kategori poin seperti ditunjukkan pada Tabel 1. berikut ini. Tabel 1. Nilai Pada Kategori EEC Kategori Poin Electrical Sub Metering OTTV Calculation Prerequisite Prerequisite Energy Efficiency Calculation 20 Natural Lighting 4 Ventilation 1 Climate Change Impact 1 On Site Renewable Energy (Bonus) 5 Sumber: GBCI, 2013 Di dalam kategori EEC, terdapat tiga perhitungan utama yaitu perhitungan OTTV, simulasi atau perhitungan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan, dan perhitungan penggunaan energi. Perhitungan OTTV setiap arah menurut SNI tentang Konservasi Energi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut: (1) dengan: adalah selubung bangunan satu arah (W/m 2 ) adalah absorbtansi panas adalah transmitansi termal dinding tak tembus cahaya (W/m 2. K) adalah perbandingan luas jendela dan luas seluruh dinding adalah beda temperatur ekivalen ( K) adalah transmitansi termal pada kaca (W/m 2.K) adalah perbedaan suhu ( K) adalah koefisien peneduh kaca adalah koefisien peneduh gedung adalah faktor radiasi matahari (W/m 2 ) Perhitungan pencahayaan alami dan buatan dilakukan dengan menggunakan software DIALux. Dengan menggunakan software, maka akan didapatkan poin perhitungan pencahayaan alami sebesar 2 poin. Perhitungan efisiensi energi pada gedung memakai standar GBCI yaitu menggunakan worksheet dengan menggunakan perbandingan data baseline dan data desain, yaitu: 3

5 a. Data baseline adalah data acuan gedung dengan nilai standar SNI/ASHRAE/ ketentuan dari GBCI. b. Data desain adalah data yang digunakan oleh arsitek dalam merencakan gedung yang sesuai dengan yang diinginkan. 2.3 Biaya Investasi Salah satu tujuan perhitungan penggunaan energi pada green building selain mendapatkan poin maksimal dalam penilaian GREENSHIP yaitu menentukan besarnya biaya investasi yang dibutuhkan untuk mendesain suatu bangunan menjadi bangunan berstandar green building. Analisa biaya investasi pada green building dilakukan dengan melakukan perhitungan besarnya biaya investasi bangunan baseline dan bangunan desain dimana biaya investasi baseline yaitu biaya investasi yang dihasilkan pada bangunan yang dihitung menggunakan data acuan gedung dengan nilai standar SNI/ASHRAE/ ketentuan dari GBCI. Sedangkan biaya investasi desain didapatkan dari biaya investasi yang dihasilkan menggunakan data yang digunakan oleh arsitek dalam merencanakan gedung yang sesuai dengan yang diinginkan untuk mencapai target sebagai green building. Secara umum, perhitungan biaya investasi EEC pada baseline ditunjukkan pada perhitungan berikut ini. dimana: (2) adalah biaya investasi kategori EEC baseline gedung (Rupiah) adalah biaya investasi kaca jendela (Rupiah) adalah biaya investasi sistem pendingin (Rupiah) adalah biaya investasi lampu (Rupiah) Sedangkan perhitungan biaya investasi EEC pada desain green building ditunjukkan pada perhitungan berikut ini. (3) dimana: adalah biaya investasi kategori EEC desain gedung (Rupiah) adalah biaya investasi kaca jendela (Rupiah) adalah biaya investasi sistem pendingin (Rupiah) adalah biaya investasi lampu (Rupiah) adalah biaya investasi electrical sub metering (Rupiah) adalah biaya investasi lux sensor (Rupiah) Selain menentukan besarnya biaya investasi, perlu juga dilakukan perhitungan untuk menentukan biaya tambahan investasi total yang didapat dari biaya investasi desain dikurangi biaya investasi baseline seperti persamaan berikut ini. (4) dimana adalah biaya investasi tambahan kategori lain (Rupiah). Biaya tambahan investasi pada kategorikategori green building yang lain yaitu: dimana: (5) adalah biaya tambahan investasi kategori ASD (Rupiah) adalah biaya tambahan investasi kategori MRC (Rupiah) adalah biaya tambahan investasi kategori WAC (Rupiah) adalah biaya tambahan investasi kategori IHC (Rupiah) adalah biaya tambahan investasi kategori BEM (Rupiah) Selain itu juga, dengan diterapkannnya konsep green building tersebut, akan terlihat konsumsi energi listrik dan air setiap tahunnya pada gedung desain akan berkurang dibandingkan gedung baseline. Hal ini berdampak pada penghematan dari biaya operasional yang didapatkan oleh gedung berstandar green building tersebut setiap 4

6 tahunnya. Biaya penghematan ini nantinya dapat menutupi biaya tambahan investasi pada pembangunan bangunan berstandar green building tersebut yang dinamakan sebagai return of investment (ROI). Adapun persamaan perhitungan ROI ditunjukkan pada persamaan berikut ini. (6) 2.4 Genetic Algorithm Genetic algorithm (GA) merupakan bagian terpenting dalam kelompok Evolutionary Computation. GA didasarkan pada proses genetika dan secara ilmiah digunakan untuk menemukan solusi optimal. Elemen GA secara umum terdiri atas seleksi dan rekombinasi pada kromosom di dalam suatu populasi. GA banyak digunakan pada berbagai permasalahan diantaranya yaitu desain teknik, kecocokan parameter, permasalahan transportasi, pengolahan citra, traveling salesman problem (TSP), scheduling, dan lain sebagainya. GA termasuk pelopor dalam bidang konsep metaheuristik dikarenakan banyak algoritma komputasi muncul dan menggunakan beberapa langkah dari GA. Yang membedakan GA dengan metode optimasi lainnya yaitu, prosedur pencarian dalam GA hanya didasarkan pada nilai fungsi tujuan tanpa ada pemakaian gradient atau teknik kalkulus. Dengan prosedur inilah, akhirnya akan didapatkan solusi akhir dari permasalahan optimasi yang dihadapi (Vekataraman, 2002). Untuk dapat menyelesaikan permasalahan optimasi, secara garis besar algoritma GA dasar dapat dijelaskan sebagai berikut, diantaranya yaitu: Inisialisasi populasi Pengkodean kromosom Fungsi fitness Proses seleksi Proses crossover Proses mutasi Proses elitisme Pergantian Populasi 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan perhitungan kategori EEC pada gedung perkantoran Waskita Karya Jakarta menggunakan standar penilaian GBCI yaitu Greenship rating. Dalam perhitungan kategori EEC, dilakukan perbandingan perhitungan konsumsi energi pada baseline dan variasi desain gedung. Variasi desain tersebut akan dijadikan variabel optimasi. Variabel yang akan dioptimasi dalam penelitian ini adalah variasi jenis kaca dan variasi penggunaan insulasi pada atap bangunan. Variasi jenis kaca terdiri atas 154 jenis kaca dengan spesifikasi yang berbedabeda yang diproduksi oleh PT. Asahimas Flat Glass Tbk. Sedangkan variasi penggunaan insulasi pada atap terdiri atas 3 jenis yaitu dengan ketentuan jenis insulasi dengan nilai 1 menunjukkan tanpa memakai insulasi, nilai 2 menunjukkan memakai insulasi rockwool, dan nilai 3 menunjukkan memakai insulasi glasswool. Karena variasi jenis kaca yang digunakan sebanyak 154 dan penggunaan insulasi sebanyak 3, maka jumlah bit yang digunakan sebanyak 10 bit dimana 8 bit awal menunjukkan jumlah variasi kaca dan 2 bit akhir menunjukkan penggunaan insulasi. Dari 2 variabel tersebut, akan dihasilkan nilai poin EEC dan presentase return of investment ROI yang tergantung pada variasi jenis kaca dan insulasi yang digunakan seperti ditunjukkan pada Figure 1. berikut ini. Gambar 1. Variabel optimasi Setelah mengetahui perhitungan poin EEC, maka dapat dilakukan penyusunan fitness function. Karena fitness function yang digunakan yakni Pers. (6) dengan mencari nilai investasi tambahan yang minimal dan biaya penghematan yang besar, maka objective function sama dengan fitness function yaitu: (7) dengan n menunjukkan desain yang digunakan dengan mempertimbangkan nilai OTTV dan pencahayaan alami sesuai 5

7 standar GBCI. Objective function ini nantinya akan digunakan sebagai fungsi tujuan dalam optimasi yang dilakukan. Pada Pers. (7) besarnya biaya tambahan investasi didapatkan dari Pers. (4). Selain itu, data-data pada baseline dan desain terdapat beberapa perbedaan yang mengacu pada standar GBCI. Secara umum, diagram alir metode penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 2. Diagram alir GA 4. Hasil dan Pembahasan Hal pertama yang perlu dilakukan simulasi pencahayaan alami dengan menggunakan DIALux. Dari hasil simulasi untuk mengetahui daylight pada setiap variasi kaca, maka dapat dihasilkan persebaran data daylight terhadap spesifikasi kaca yang mempengaruhi besarnya daylight yaitu LT. Kemudian dilakukan simulasi pencahayaan buatan pada desain gedung. Hal yang pertama dilakukan dalam simulasi pencahayaan buatan yaitu menentukan jenis lampu yang cocok untuk bangunan tersebut. Karena tujuan dari desain gedung Waskita Karya yaitu menjadikan gendung Waskita Karya sebagai green building, maka jenis lampu yang digunakan yaitu lampu Philips CoreLine Batten LED Module 40 W. Penggunaan jenis lampu ini sebagai penerangan buatan dikarenakan lifetime lampu LED lebih lama daripada jenis lampu lainnya dan biaya operasional akan jauh lebih sedikit daripada jenis lampu lainnya. Secara umum, data teknis lampu tersebut yaitu: Tipe : BN120CL12001Xled38S/830 Total Lamp Flux : 3800 lm Light Output Ratio : 1.00 System Flux : 3800 lm System Power : 40 W LxBxH : 1.13x0.06x0.06 m Adapun hasil simulasi dibagi menjadi beberapa lantai gedung yaitu lantai dasar dan mezzanine, lantai 2 hingga lantai 7, dan lantai 8. Lantai 9 hingga lantai 16 memiliki kesamaan terhadap lantai 8, jadi hasil output lantai 8 dapat mewakili lantai 9 hingga lantai 16. Adapun hasil output setiap lantai ditunjukkan pada Gambar 3. Dari Gambar 3., terlihat bahwa pencahayaan buatan mayoritas berada di atas 350 lux walaupun terdapat nilai di bawahnya di setiap sisi ruangan. Hal ini menunjukkan bahwa pencahayaan pada setiap lantainya merata dan mampu menghasilkan penerangan optimal yang sesuai dengan standar SNI untuk pencahayaan buatan dimana untuk gedung perkantoran harus memiliki pencahayaan minimal 350 lux. Adapun specific connected load rata-rata semua lantai bernilai 5.80 W /m 2. Selanjutnya dilakukan perhitungan OTTV pada baseline gedung menggunakan standar SNI. 6

8 Gambar 3. Pencahayaan buatan pada (a) lantai dasar dan mezzanine, (b) lantai 2, (c) lantai 3, (d) lantai 4, (e) lantai 5, (f) lantai 6, (g) lantai 7, dan (h) lantai 8 hingga 16 Setelah itu, maka dilakukan perhitungan penggunaan energi pada baseline gedung. Perhitungan penggunaan energi pada baseline gedung menggunakan standar yang ditentukan oleh GBCI. Kemudian, dilanjutkan perhitungan biaya investasi kategori EEC pada baseline gedung terdiri atas investasi kaca jendela atau fasad, investasi lampu, dan investasi sistem pendingin. Sedangkan untuk biaya investasi yang dibutuhkan oleh setiap variasi jenis kaca dan insulasi pada atap sama dengan perhitungan biaya investasi pada baseline gedung, dengan terdapat perbedaan seperti adanya perbedaan jenis lampu, penambahan sensor lux, electrical sub metering, dan penggunaan insulasi atap. Setelah itu, dapat dilakukan perhitungan biaya tambahan investasi pada setiap variasi jenis kaca dan insulasi seperti ditunjukkan pada Pers. (4). Setelah melakukan perhitungan penggunaan energi pada baseline gedung dan simulasi daylight pada setiap variasi desain gedung, maka dapat dilakukan optimasi variasi desain gedung. Optimasi dilakukan menggunakan software komputasi dan mendefinisikan parameter GA sebagai berikut. Variabel desain = 2 Jumlah bit = 10 Populasi = 100 Generasi = 200 Probabilitas kawin silang = 0.8 Probabilitas mutasi = Dalam running program tersebut, dilakukan pencarian fitness ROI terbaik pada setiap nilai poin EEC untuk melihat nilai fitness ROI terbaik di setiap nilai poin EEC. Hasilnya dalam beberapa kali running dengan nilai poin EEC antara poin 14 hingga poin 20 didapatkan grafik ROI maksimal seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4. Fitness ROI terhadap generasi 7

9 Dari hasil optimasi tersebut, dapat diketahui kombinasi jenis kaca dan penggunaan insulasi seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Poin EEC 14 Tabel 2. Kombinasi Desain Terpilih Kombinasi Desain ROI Tipe Kaca Insulasi % Panasap Dark Grey (3mm) Glasswool Panasap Green (5mm) Tanpa Planibel G (3.2mm) Glasswool Panasap Green (8mm) Glasswool Sunergy Green (6mm) Glasswool Stopsol Blue Green (6mm) + Air + Clear (6mm) Glasswool Stopsol Green (8mm) + Air + Planibel G (6mm) Glasswool Pada Tabel 2. terlihat bahwa besarnya fitness ROI pada masing-masing poin EEC sangat bervariasi. Pada dasarnya, fitness ROI yang dihasilkan menunjukkan solusi ROI paling maksimum yang dihasilkan dari setiap poin EEC karena setelah optimasi, fitness yang dihasilkan selalu sama sepanjang generasi atau iterasi dan running berulang-ulang tetap akan menghasilkan nilai fitness maksimum yang sama. Hanya saja, dalam GA, solusisolusi pada awal generasi belum tentu sama dikarenakan pembangkitan populasi untuk mencari solusi dilakukan secara random atau acak. Pada penelitian ini, nilai fitness ROI ditentukan oleh seberapa besar penghematan energi yang dihasilkan oleh variasi jenis kaca dan penggunaan insulasi atap terhadap biaya tambahan investasi yang dibutuhkan oleh setiap variasi tersebut. Besarnya penghematan yang dihasilkan terhadap besarnya biaya investasi menunjukkan besarnya laba atau keuntungan yang didapat atas biaya investasi tambahan. Besarnya penghematan energi sendiri dipengaruhi oleh jenis kaca dan insulasi yang digunakan. Hal ini terlihat bahwa dengan penambahan kaca dari sebelumnya single glass menjadi double glass, maka poin EEC yang dihasilkan bisa bertambah. Hal ini dikarenakan spesifikasi nilai U f pada single glass lebih besar besar daripada double glass. Dari Tabel 2. diatas, terlihat bahwa pada poin EEC sebesar 16 memiliki nilai fitness ROI maksimal sebesar %. Semakin besar nilai ROI, maka keuntungan yang didapat akan semakin besar pula. Pada nilai poin EEC terbesar yaitu sebesar 20 didapat ROI yang lebih sedikit yaitu %. Ini menunjukkan bahwa keuntungan yang didapat pada poin EEC 20 lebih rendah daripada keuntungan yang didapat pada poin EEC 16. Besarnya penghematan desain gedung menunjukkan besarnya pengurangan konsumsi energi yang dihasilkan oleh setiap variasi jenis kaca. Hal ini juga mempengaruhi besarnya poin EEC yang dihasilkan. Indeks Konsumsi Energi (IKE) optimal yang dihasilkan pada setiap poin EEC ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5. Nilai IKE dan Investasi Pada Gambar 5. diatas, terlihat bahwa IKE yang dihasilkan pada poin EEC 16 sebesar 107 kwh/m 2 Tahun. Besarnya IKE menunjukkan besarnya konsumsi energi yang dihasilkan pada suatu gedung setiap meter persegi. Semakin kecil konsumsi energi pada gedung tersebut, maka semakin hemat pula penggunaan energi pada gedung tersebut dan tentu saja biaya operasional untuk biaya listrik akan jauh lebih kecil. Pada Gambar 6. diatas, terlihat bahwa IKE yang dihasilkan pada poin EEC 20 lebih kecil daripada IKE yang dihasilkan pada poin EEC 16 yakni sebesar 96 kwh/m 2 Tahun. Hal ini menunjukkan bahwa biaya operasional poin EEC 20 lebih hemat daripada poin EEC 16. Namun, hal ini tidak menjamin keuntungan yang didapatkan dalam 8

10 mengembangkan suatu gedung menjadi green building semakin besar mengingat ROI yang dihasilkan jauh lebih rendah daripada poin EEC 16 serta kendala dalam mengembangkan green building terletak pada biaya investasi yang terlampau besar. Hal ini menunjukkan biaya investasi pada kategori EEC untuk mengembangkan suatu gedung menjadi gedung berstandar green building dengan poin EEC sebesar 20 lebih besar daripada poin EEC 16 seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Dari hasil optimasi desain gedung tersebut, dapat dibandingkan dengan baseline gedung tersebut seperti ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Perbandingan Hasil Optimasi dan Baseline Deskripsi Cooling System Capacity IKE CO 2 emission Cooling System CHWP CWP AHU Kaca Insulasi Lamp ESM Lux Sensor Perbandingan Baseline Hasil Optimasi TR TR 161 kwh/m2.tahun ton/tahun 107 kwh/m2.tahun ton/tahun Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pada Tabel 3. terlihat bahwa hasil optimasi desain terpilih memiliki kapasitas sistem pendingin yang lebih kecil daripada kapasitas sistem pendingin yang dibutuhkan oleh baseline gedung. Hal ini menunjukkan bahwa beban panas yang dihasilkan pada hasil optimasi desain terpilih lebih kecil daripada beban panas yang dihasilkan oleh baseline gedung. Hal ini juga menyebabkan nilai IKE pada baseline gedung jauh lebih besar daripada nilai IKE pada hasil optimasi desain terpilih dengan penurunan IKE sebesar 54 kwh/m 2 Tahun. Besarnya penurunan nilai IKE menunjukkan efisiensi penggunaan energy pada desain terpilih terhadap baseline sebesar 33.44%. Besarnya efisiensi penghematan ini memiliki pengaruh besar dalam penilain EEC pada green building. Dari efisiensi tersebut, nilai poin EEC yang dihasilkan sebesar 11 poin. Besarnya IKE juga mempengaruhi besarnya emisi CO 2 yang dihasilkan oleh suatu gedung. Pada Tabel 3. terlihat bahwa emisi CO 2 yang dihasilkan oleh hasil optimasi desain terpilih lebih kecil ton/tahun daripada emisi CO 2 yang dihasilkan oleh baseline gedung. Dari sisi ekonomi, terlihat bahwa biaya investasi pada kategori EEC yang dibutuhkan oleh hasil optimasi desain terpilih lebih sedikit dikarenakan adanya penurunan harga sistem pendingin dan harga kaca yang digunakan. Besarnya biaya investasi yang dibutuhkan pada desain bangunan sebesar Rp ,- atau selisih Rp ,- lebih rendah daripada baseline bangunan. Selain itu, dikarenakan dalam perhitungan juga menggunakan software dalam penentuan besarnya lighting dan daylight serta menunjukkan besarnya emisi CO 2, maka besarnya poin EEC ditambahkan 5 poin menjadi 16 poin. 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil optimasi EEC, nilai poin EEC optimal sebesar 16 dengan jenis kaca yang digunakan yaitu single glass tipe Planibel G dengan tebal kaca 3.2 mm dan menggunakan insulasi glasswool dengan nilai ROI maksimal sebesar %. Besarnya nilai poin EEC sangat tergantung pada variasi pergantian jenis kaca dan insulasi atap. Selain itu, pergantian jenis kaca dan insulasi atap juga berpengaruh terhadap besarnya biaya investasi EEC. Semakin baik spesifikasi jenis kaca dengan ditambahkan insulasi atap, maka sistem pendingin yang dibutuhkan akan semakin kecil. Hal ini berdampak pada penurunan biaya investasi sistem pendingin dan biaya investasi EEC total. 9

11 DAFTAR PUSTAKA Bhatt, M. S., Rajkumar, N., Jothibasu, S., Sudirkumar, R., Pandian, G., Nair, K. R. C., Commercial and residential building energy labeling, Journal of Scientific & Industrial Research 64(1), pp , Bojic, M., Miletic, M., Bojic, L., Optimization of thermal insulation to achieve energy savings in low energy house (refurbishment), Elsevier Ltd: Energy Conversion and Management, 84, pp , Bradshaw, W. B., Buying Green, Cambridge, Massachusetts: Massachusetts Institute of Technology, Divisi Rating dan Teknologi, GREENSHIP untuk BANGUNAN BARU Versi 1.2, Jakarta: Green Building Council Indonesia, Gulati, N., Cost Effectiveness in HVAC by Building Envelope Optimization, Nottingham: University of Nottingham, Ng Ban H., Zainal Abidin., An Overview of Malaysia Green Technology Corporation Office Building: A Showcase Energy-Efficient Building Project in Malaysia, Journal of Sustainable Development 4(5), pp , Sandanasamy, D., Govindarajane, S., Sundararajan, T., Natural Lighting In Green Buildings-An Overview and A Case Study, International Journal of Engineering Science and Technology 5(1), pp , 2013 Venkataraman, P., Applied optimization with MATLAB Programming, New York: John Wiley & Sons, Yik, F. W. H., Wan, K. S. Y., An evaluation of the appropriateness of using overall thermal transfer value (OTTV) to regulate envelope energy performance of airconditioned buildings, Elsevier Ltd: Energy, 30, pp , Zigenfus, Richard E., Element Analysis of the Green Building Process, New York: Rochester Institute of Technology,

SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING

SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING Disusun Oleh : M. ROFIQI ATHOILLAH (2409 105 033) Pembimbing

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING

OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING Muhammad Rofiqi Athoillah, Totok Ruki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena global warming (pemanasan global) dan isu-isu kerusakan lingkungan yang beraneka ragam semakin marak dikaji dan dipelajari. Salah satu efek dari global warming

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X Henny Wiyanto, Arianti Sutandi, Dewi Linggasari Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara hennyw@ft.untar.ac.id

Lebih terperinci

ANALISA KONSERVASI ENERGI SELUBUNG BANGUNAN BERDASARKAN SNI STUDI KASUS: GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

ANALISA KONSERVASI ENERGI SELUBUNG BANGUNAN BERDASARKAN SNI STUDI KASUS: GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA ANALISA KONSERVASI ENERGI SELUBUNG BANGUNAN BERDASARKAN SNI 03-6389-2011. STUDI KASUS: GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA Ricky Gendo 1, Jimmy Priatman 2, Sandra Loekito 3 ABSTRAK: Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis manajemen energi adalah keadaan dimana sumber energi yang ada tidak mampu dikelola untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayah tertentu. Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

Mahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT

Mahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT Mahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / 3210204003 Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya (2013) LATAR BELAKANG 1 Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Green building adalah bangunan di mana sejak dimulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasianal pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan. Konsep ini sudah tidak asing

Lebih terperinci

Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement.

Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement. Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement. Dian Fitria, Thesa Junus D. Green Building Engineers, Divisi Sustainability, PT Asdi Swasatya Abstrak Besar panas yang masuk ke dalam

Lebih terperinci

Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS?

Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS? Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS? KRISIS ENERGI Kebutuhan Persediaan PENGHEMATAN ENERGI GREEN BUILDING ECO CAMPUS PENERAPAN GEDUNG T.SIPIL TIDAK DI DESAIN DENGAN KONSEP GB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, permasalahan yang sering sekali menjadi pusat perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. Di Indonesia, hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanasan global menjadi topik perbincangan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai peristiwa alam yang dianggap sebagai anomali melanda seluruh dunia dengan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Lia Laila Prodi Teknologi Pengolahan Sawit, Institut Teknologi dan Sains Bandung Abstrak. Sistem pengondisian udara dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

EFISIENSI ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG PERKANTORAN RAMAH LINGKUNGAN (GREEN OFFICE BUILDING)

EFISIENSI ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG PERKANTORAN RAMAH LINGKUNGAN (GREEN OFFICE BUILDING) Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 EFISIENSI ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG PERKANTORAN RAMAH LINGKUNGAN (GREEN OFFICE BUILDING) Lina Yuliastina 1 dan Johny Johan

Lebih terperinci

Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor

Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor Tubagus A. Dimas, Dian Fitria, Thesa Junus D. Green Building Engineers, Divisi Sustainability, PT Asdi Swasatya Abstrak Besar panas yang

Lebih terperinci

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS TUGAS AKHIR-RC-09-1380 PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS Oleh : Dedy Darmanto ( 3108100027 ) Lokasi Studi Latar Belakang Krisis Energi Penghematan Energi Green Building Program

Lebih terperinci

Green Building Concepts

Green Building Concepts Precast Concrete Contribute to Sustainability Concept of Reduce, Reuse, Recycle Ir. Tedja Tjahjana MT Certification Director Green Building Council Indonesia Green Building Concepts Konsep bangunan hijau

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, konsumsi energi listrik pada masyarakat sangat meningkat yang diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan bertambahnya

Lebih terperinci

ANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA

ANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA ANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA Rizky Aulia 1), Happy R. Santosa, dan Ima Defiana 2) 1) Jurusan Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. Menurut Konsil Bangunan Hijau Indonesia, bangunan hijau adalah bangunan yang dalam tahap

Lebih terperinci

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS Dedy Darmanto, I Putu Artama Wiguna, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG HIJAU PERKANTORAN Kafi uddin, MT

PERENCANAAN GEDUNG HIJAU PERKANTORAN Kafi uddin, MT PERENCANAAN GEDUNG HIJAU PERKANTORAN Kafi uddin, MT CURRICULUM VITAE Pendidikan : 1. S2, Energy Conservation - Universitas Indonesia 2. D4, Thermal System - Universitair de Joseph Fourrier France 3. D3,

Lebih terperinci

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa ABSTRAK Dampak negatif dari global warming adalah kerusakan lingkungan dan pencemaran. Hal ini menjadi pendukung dimulainya gerakan nasional penghematan energi, baik dalam penghematan penggunaan bahan

Lebih terperinci

Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca

Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca Jakarta, 8 Nopember 2011 ACUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH 1. Penghapusan BPO & GRK - Keppres RI No. 23 / 1992 (perlindungan lapisan ozon) - UU No. 17

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup semakin besar. Salah satu yang menjadi perhatian, termasuk di Indonesia, adalah isu pemanasan global.

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pencahayaan Untuk Penghematan Energi Listrik Di Ruang Kelas P- 105 Teknik Fisika-ITS Surabaya

Perancangan Sistem Pencahayaan Untuk Penghematan Energi Listrik Di Ruang Kelas P- 105 Teknik Fisika-ITS Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Perancangan Sistem Pencahayaan Untuk Penghematan Energi Listrik Di Ruang Kelas P- 105 Teknik Fisika-ITS Surabaya Herdian Ardianto dan Ir. Heri Justiono,

Lebih terperinci

Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS

Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-186 Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS Dedy Darmanto dan I Putu Artama Wiguna, Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya Irfan Afrandi dan Ary Dedy Putranto Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167 Malang, 65145, Jawa Timur, Indonesia

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen untuk merumusan kombinasi material yang efisien pada bangunan perkantoran bertingkat menengah dengan bentuk tertentu

Lebih terperinci

Sumber Produksi Tenaga Listrik PLN

Sumber Produksi Tenaga Listrik PLN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah Pada saat ini sumber daya energi yang ada di dunia semakin menipis. Karena semakin bertambahnya jumlah manusia di dunia maka penggunaan energi

Lebih terperinci

Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro. utama (Tepat Guna

Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro. utama (Tepat Guna 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dalam bidang konstruksi bangunan atau properti dari tahun ke tahun semakin berkembang baik dari segi desain maupun kualitas bangunan tersebut. Saat ini

Lebih terperinci

LAMPIRAN. = transmitansi termal fenestrasi (W/m 2.K) = beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam (diambil

LAMPIRAN. = transmitansi termal fenestrasi (W/m 2.K) = beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam (diambil LAMPIRAN Pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar bangunan kasino hotel telah menerapkan hemat energi yaitu melalui pendekatan OTTV sesuai dengan Standar Nasional Indonesia 03-6389-2000

Lebih terperinci

http://digilib.mercubuana.ac.id/z http://digilib.mercubuana.ac.id/z http://digilib.mercubuana.ac.id/z http://digilib.mercubuana.ac.id/z http://digilib.mercubuana.ac.id/z Laporan Perancangan Arsitektur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Konsep green

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Pendekatan Konsep Bangunan Hemat Energi

BAB IV: KONSEP Pendekatan Konsep Bangunan Hemat Energi BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar yang akan di gunakan dalam perancangan ini adalah Arsitektur hemat energi yang menerapkan Pemanfaatan maupun efisiensi Energi dalam rancangan bangunan.

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua

BAB I Pendahuluan. benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua Pusat Bahasa di Yogyakarta BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Dalam perkembangan zaman saat ini, manusia

Lebih terperinci

ANALISA ASPEK KEUANGAN PADA PERENCANAAN KLASTER BANGUNAN RUMAH TINGGAL DENGAN KONSEP EFISIENSI ENERGI Roby 1, William 2,Herry 3 dan Soehendro 4

ANALISA ASPEK KEUANGAN PADA PERENCANAAN KLASTER BANGUNAN RUMAH TINGGAL DENGAN KONSEP EFISIENSI ENERGI Roby 1, William 2,Herry 3 dan Soehendro 4 ANALISA ASPEK KEUANGAN PADA PERENCANAAN KLASTER BANGUNAN RUMAH TINGGAL DENGAN KONSEP EFISIENSI ENERGI Roby 1, William 2,Herry 3 dan Soehendro 4 ABSTRAK : Saat ini bisnis properti di Indonesia berkembang

Lebih terperinci

Ria Kurniawati 1, Syafi i 2, dan Mamok Suprapto 3 1 Mahasiswa Magister Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ria Kurniawati 1, Syafi i 2, dan Mamok Suprapto 3 1 Mahasiswa Magister Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta EFISIENSI ENERGI RUANG RAWAT INAP Ria Kurniawati 1, Syafi i 2, dan Mamok Suprapto 3 1 Mahasiswa Magister Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta ria_180290@yahoo.com 2 Dosen Magister

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, energi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan terhadap

Lebih terperinci

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building!

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building! Science&Learning&CenterdiUniversitasMulawarman dengankonsepgreen&building IntanTribuanaDewi 1,AgungMurtiNugroho 2,MuhammadSatyaAdhitama 2 1MahasiswaJurusanArsitektur,FakultasTeknik,UniversitasBrawijaya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Tema Tema Green Architecture dipilih karena mengurangi penggunaan energi dan polusi, serta menciptakan hunian dengan saluran, penyekatan, ventilasi, dan material

Lebih terperinci

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS (ELABORASI TEMA) Konsep Bangunan hijau adalah bangunan dimana di dalam perencanaan,

BAB III TINJAUAN KHUSUS (ELABORASI TEMA) Konsep Bangunan hijau adalah bangunan dimana di dalam perencanaan, III. 1 BAB III TINJAUAN KHUSUS (ELABORASI TEMA) 3.1 Deskripsi Tema : Konsep Bangunan hijau adalah bangunan dimana di dalam perencanaan, pembangunan, pengoperasian serta dalam pemeliharaannya memperhatikan

Lebih terperinci

Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV

Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV Nugraha Putra Hutama 1, Heru Sufianto 2, Ary Dedy Putranto 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

OPTIMALISASI BUKAAN JENDELA UNTUK PENCAHAYAAN ALAMI DAN KONSUMSI ENERGI BANGUNAN

OPTIMALISASI BUKAAN JENDELA UNTUK PENCAHAYAAN ALAMI DAN KONSUMSI ENERGI BANGUNAN ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3936 OPTIMALISASI BUKAAN JENDELA UNTUK PENCAHAYAAN ALAMI DAN KONSUMSI ENERGI BANGUNAN Abstrak OPTIMIZATION OF THE WINDOW OPENING

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada 90 Gourmet restaurant, dapat ditarik kesimpulan bahwa 90 Gourmet restaurant, 78% memenuhi aspek green desain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : diakses tanggal 2 Oktober 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber :  diakses tanggal 2 Oktober 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibu kota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai kegiatan dibidang

Lebih terperinci

ANALISA KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH DI SURABAYA

ANALISA KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH DI SURABAYA ANALISA KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KANTOR PEMERINTAH DI SURABAYA Wa Ode Alfian* 1, IGN Antaryama** 2, Ima Defiana*** 3 1 Mahasiswa Pascasarjana Program Keahlian Arsitektur Lingkungan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL Allan Subrata Ottong 1, Felix Yuwono 2, Ratna S. Alifen 3, Paulus Nugraha 4 ABSTRAK : Pembangunan rumah tinggal di Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan vol 9 () (07) hal 7-4 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jtsp/index Pengukuran Greenship Home Pada Rumah Tinggal Berkonsep Green

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN

ANALISIS EKONOMI PENGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN ANALISIS EKONOMI PENGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN Endah Asmawati 1, Marlina 2, Junanik Idayani 3 1 Teknik Informatika dan Pusat Studi Energi Terbarukan, 2 Hukum dan Pusat Studi Energi Terbarukan,

Lebih terperinci

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP JUNDI FAARIS ALHAZMI A (Epiphyllum anguliger) IMAM AHMAD A (Cedrus atlantica) DINA MAULIDIA (Rosemarinus officinalis) CHALVIA ZUYYINA (Cinnamonum burmanii) ANALISIS TELUK BENOA

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Saat ini terus dilakukan studi berkelanjutan oleh para peneliti mengenai apa

1 BAB I PENDAHULUAN. Saat ini terus dilakukan studi berkelanjutan oleh para peneliti mengenai apa 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini terus dilakukan studi berkelanjutan oleh para peneliti mengenai apa yang menyebabkan pemanasan global atau global warming. Salah satu hal yang telah dipelajari

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam beberapa tahun terakhir ini, peranan algoritma genetika terutama untuk masalah optimisasi, berkembang dengan pesat. Masalah optimisasi ini beraneka ragam tergantung dari bidangnya. Dalam

Lebih terperinci

Pengambilan Keputusan Investasi dengan menggunakan Metode Life Cycle Cost Anaysis

Pengambilan Keputusan Investasi dengan menggunakan Metode Life Cycle Cost Anaysis Pengambilan Keputusan Investasi dengan menggunakan Metode Life Cycle Cost Anaysis Thesa D. Junus dan Dian Fitria Green Building Engineers, Divisi Sustainability, PT Asdi Swasatya Abstrak Dalam pembangunan

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanasan Global Pemanasan global merupakan suatu proses meningkatnya suhu ratarata atmosfer laut, serta daratan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini dihasilkan oleh adanya

Lebih terperinci

Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD

Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Investigasi Ventilasi Gaya-Angin Rumah Tradisional Indonesia dengan Simulasi CFD Suhendri, M. Donny Koerniawan KK Teknologi Bangunan, Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan sumber energi tak terbaharui (bahan bakar fosil) semakin menipis

Lebih terperinci

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu pemanasan global semakin marak di dunia. Berbagai aspek sering dikaitkan dengan isu pemanasan global, mulai dari hal sederhana seperti penggunaan kertas dan tisu,

Lebih terperinci

OPTIMASI PREVENTIVE MAINTENANCE

OPTIMASI PREVENTIVE MAINTENANCE OPTIMASI PREVENTIVE MAINTENANCE PADA SHIPPING PUMP DENGAN GENETIC ALGORITHM DI JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA (JOB P-PEJ) SOKO TUBAN Ahmad Asrori NRP. 2410100004 Pembimbing I, Dr.

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI ABSTRAK PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA

KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA KONSEP ANALISA PENGARUH KRITERIA GREEN BUILDING TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA PENGEMBANG PROPERTI DI SURABAYA Intan Mayasari 1) dan Christiono Utomo 2) 1) Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG NILAI OTTV DI LABTEK IXC

LAPORAN TUGAS MENGHITUNG NILAI OTTV DI LABTEK IXC AR 3121 FISIKA BANGUNAN LAPORAN TUGAS MENGHITUNG NILAI DI LABTEK IXC KELOMPOK 2 Indra Rhamadhan 15213025 Raudina Rahmi 15213037 Shafira Anjani 15213027 Putri Isti Karimah 15213039 Estu Putri 15213029 Fajri

Lebih terperinci

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE

PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE PERANCANGAN APARTEMEN MENGGUNAKAN DOUBLE SKIN FACADE Mefita 1), Purwanita Setijanti 2), dan Hari Purnomo 3) 1) Bidang Keahlian Perancangan Arsitektur, Pascasarjana Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TATA RUANG DALAM, TATA RUANG LUAR, DAN ARSITEKTUR HIJAU

BAB III TINJAUAN TATA RUANG DALAM, TATA RUANG LUAR, DAN ARSITEKTUR HIJAU BAB III TINJAUAN TATA RUANG DALAM, TATA RUANG LUAR, DAN ARSITEKTUR HIJAU.. Tata Ruang Dalam... Definisi Ruang dalam atau disebut juga sebagai ruang interior adalah sebuah volume ruang (tiga dimensi) yang

Lebih terperinci

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP. 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP. 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium Analisis Teluk Jakarta dan Green Building Gedung Sinarmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007:

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan suhu akibat pemanasan global menjadi faktor dominan yang mempengaruhi tingkat kenyamanan termal manusia terhadap ruang (Frick, 2007: 28). Isu pemanasan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PERHITUNGAN INDEKS KONSUMSI ENERGI PADA SEBUAH GEDUNG PERKANTORAN DI JAKARTA SELATAN SKRIPSI DANIEL ALFONSO

UNIVERSITAS INDONESIA PERHITUNGAN INDEKS KONSUMSI ENERGI PADA SEBUAH GEDUNG PERKANTORAN DI JAKARTA SELATAN SKRIPSI DANIEL ALFONSO UNIVERSITAS INDONESIA PERHITUNGAN INDEKS KONSUMSI ENERGI PADA SEBUAH GEDUNG PERKANTORAN DI JAKARTA SELATAN SKRIPSI DANIEL ALFONSO 0806329930 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPOK JUNI 2012 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung

Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung 1. Ruang lingkup 1.1. Standar ini memuat; perhitungan teknis, pemilihan, pengukuran dan pengujian, konservasi energi dan rekomendasi sistem tata

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN Stefani Gillian Tania A. Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia Abstrak Wisma atlet sekarang ini sudah tidak digunakan lagi karena kondisi

Lebih terperinci

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau

Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau 1 Analisa Aspek Daya dan Ekonomis Perancangan Pencahayaan Ruang Kelas Menerapkan Konsep Bangunan Hijau Nanang C Darmawan, Andi Rahmadiansah, Wiratno Argo A Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Limbah Proyek Konstruksi Dalam jurnal Manajemen Limbah dalam Proyek Konstruksi (Ervianto, 2013), disebutkan bahwa limbah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KINERJA TERMAL SELUBUNG BANGUNAN PADA DESAIN KAMPUS BARU PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UNLAM

OPTIMALISASI KINERJA TERMAL SELUBUNG BANGUNAN PADA DESAIN KAMPUS BARU PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UNLAM LANTING Journal of Architecture, Volume 3, Nomor 1, Februari 2014, Halaman 14-24 ISSN 2089-8916 OPTIMALISASI KINERJA TERMAL SELUBUNG BANGUNAN PADA DESAIN KAMPUS BARU PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UNLAM Mohammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan kerja menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan pekerja (Choi dkk, 2012). Pada saat pekerja merasa nyaman dalam bekerja maka

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU

PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU DINAS PENGAWASAN DAN PENERTIBAN BANGUNAN PROV.DKI JAKARTA Peraturan Gubernur No 38 tahun 2012 telah ditetapkan pada April 2012 dan akan

Lebih terperinci

Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi

Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi ABSTRAK Pendekatan Pembentukan Iklim-Mikro dan Pemanfaatan Energi Alternatif Sebagai Usaha Tercapainya Model Desain Rumah Susun Hemat Energi Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

MODEL RUMAH-C3 (CEDHAK-CILIK-CIUT) SEBAGAI SOLUSI GREEN BUILDING PADA RUMAH TINGGAL DI PERKOTAAN

MODEL RUMAH-C3 (CEDHAK-CILIK-CIUT) SEBAGAI SOLUSI GREEN BUILDING PADA RUMAH TINGGAL DI PERKOTAAN MODEL RUMAH-C3 (CEDHAK-CILIK-CIUT) SEBAGAI SOLUSI GREEN BUILDING PADA RUMAH TINGGAL DI PERKOTAAN Qomarun Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos

Lebih terperinci

NOTE : PERHITUNGAN OTTV HANYA DIBERLAKUKAN UNTUK AREA SELUBUNG BANGUNAN DARI RUANG YANG DIKONDISIKAN (AC).

NOTE : PERHITUNGAN OTTV HANYA DIBERLAKUKAN UNTUK AREA SELUBUNG BANGUNAN DARI RUANG YANG DIKONDISIKAN (AC). Petunjuk Penggunaan Kalkulator OTTV (Spreadsheet) PETUNJUK UMUM : 1. SETIAP FORM HANYA DAPAT DIGUNAKAN UNTUK 1 (SATU) BANGUNAN. 2. FORM MEMILIKI FORMAT.XLSX, DIMANA FORMAT TERSEBUT HANYA DAPAT DIOPERASIONALKAN

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMBINASI OPTIMUM JUMLAH, BERAT, DAN WAKTU TAMBAT KAPAL DI PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA III GRESIK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

PENENTUAN KOMBINASI OPTIMUM JUMLAH, BERAT, DAN WAKTU TAMBAT KAPAL DI PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA III GRESIK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA LOGO PENENTUAN KOMBINASI OPTIMUM JUMLAH, BERAT, DAN WAKTU TAMBAT KAPAL DI PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA III GRESIK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA Oleh : Aris Saputro 1206100714 Pembimbing : Dr. M. Isa

Lebih terperinci

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA 3.1 Tinjauan Pustaka Tema Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green Architecture atau yang lebih dikenal dengan Arsitektur Hijau. Pada bagian

Lebih terperinci

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner

Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Vol. 7, 2, 108-117, Januari 2011 Pendekatan Algoritma Genetika pada Peminimalan Fungsi Ackley menggunakan Representasi Biner Jusmawati Massalesse Abstrak Tulisan ini dimaksudkan untuk memperlihatkan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan kegiatan administrasi utama di berbagai institusi. Masalah penjadwalan merupakan masalah penugasan sejumlah kegiatan dalam periode

Lebih terperinci

Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS

Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 D-107 Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS Aristia A. Putri, M. Arif Rohman, dan Christiono Utomo Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

PENJADWALAN OPERASIONAL PEMBANGKIT BERBASIS ALGORITMA GENETIK PADA SISTEM PEMBANGKIT SUMATERA BAGIAN TENGAH

PENJADWALAN OPERASIONAL PEMBANGKIT BERBASIS ALGORITMA GENETIK PADA SISTEM PEMBANGKIT SUMATERA BAGIAN TENGAH Penjadwalan Operasional Pembangkit Berbasis Algoritma Genetik (Dwi Ana dkk) PENJADWALAN OPERASIONAL PEMBANGKIT BERBASIS ALGORITMA GENETIK PADA SISTEM PEMBANGKIT SUMATERA BAGIAN TENGAH Rahmanul Ikhsan 1,

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Audit Energi Dan Analisa Peluang Hemat Energi AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Derry Septian1,

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY Kelompok 3 MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY Ketika Amway center dibuka di orlando pada 2011, menjadi LEED (Kepemimpinan dalam desain Energi dan Lingkungan) pertama yang meraih arena bola basket

Lebih terperinci

KEPENTINGAN STANDAR BANGUNAN HIJAU INDONESIA DAN PENGARUH PENERAPANNYA TERHADAP BIAYA PROYEK SELAMA UMUR BANGUNAN

KEPENTINGAN STANDAR BANGUNAN HIJAU INDONESIA DAN PENGARUH PENERAPANNYA TERHADAP BIAYA PROYEK SELAMA UMUR BANGUNAN KEPENTINGAN STANDAR BANGUNAN HIJAU INDONESIA DAN PENGARUH PENERAPANNYA TERHADAP BIAYA PROYEK SELAMA UMUR BANGUNAN Enry L. Dusia 1, Edwin S. Wiyono 2, Ratna S. Alifen 3, Jani Rahardjo 4 ABSTRAK: Green building

Lebih terperinci

Audit Energi pada Gedung Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan FT UGM

Audit Energi pada Gedung Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan FT UGM Audit Energi pada Gedung Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan FT UGM Avrin Nur Widiastuti 1, Sasongko Pramono Hadi 2, Bayu Aji Widyadi R 3 Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN BAB IV: KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Dasar Perancangan 4.1.1 Green Arsitektur Green Architecture ialah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI DAN MATERIAL SELUBUNG BANGUNAN TERHADAP EEFISIENSI ENERGI PENDINGINAN PADA PERKANTORAN BERTINGKAT MENENGAH SURABAYA

PENGARUH KOMPOSISI DAN MATERIAL SELUBUNG BANGUNAN TERHADAP EEFISIENSI ENERGI PENDINGINAN PADA PERKANTORAN BERTINGKAT MENENGAH SURABAYA PENGARUH KOMPOSISI DAN MATERIAL SELUBUNG BANGUNAN TERHADAP EEFISIENSI ENERGI PENDINGINAN PADA PERKANTORAN BERTINGKAT MENENGAH SURABAYA Dian Pramita 1 1 Jurusan TeknikArsitektur, FakultasTeknik Sipil dan

Lebih terperinci

TINGKAT KENYATAAN DAN HARAPAN RUMAH TINGGAL HEMAT ENERGI MENURUT PERSEPSI KONSUMEN DI PERUMAHAN CITRALAND UTARA SURABAYA

TINGKAT KENYATAAN DAN HARAPAN RUMAH TINGGAL HEMAT ENERGI MENURUT PERSEPSI KONSUMEN DI PERUMAHAN CITRALAND UTARA SURABAYA TINGKAT KENYATAAN DAN HARAPAN RUMAH TINGGAL HEMAT ENERGI MENURUT PERSEPSI KONSUMEN DI PERUMAHAN CITRALAND UTARA SURABAYA Diah Sari Pardina 1), Purwanita Setijanti 2) dan Christiono Utomo 3) 1) Program

Lebih terperinci

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) JTRISTE, Vol.1, No.2, Oktober 2014, pp. 50~57 ISSN: 2355-3677 Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP) STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 27 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI 3.1 Analisis Pada subbab ini akan diuraikan tentang analisis kebutuhan untuk menyelesaikan masalah jalur terpendek yang dirancang dengan menggunakan algoritma

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS

Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1 Penilaian Kriteria Green Building pada Gedung Teknik Sipil ITS Aristia A. Putri, M. Arif Rohman, dan Christiono Utomo Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci